ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X"

Transkripsi

1 p-issn e-issn X Jurnal ASUHAN IBU ANAK & Volume 2 Nomor 1 Februari 2017 Alamat Redaksi: STIKES Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung Telp. (022) , Fax. (022)

2 DEWAN REDAKSI JURNAL ASUHAN IBU& ANAK (JAIA) Volume 2 Nomor 1 Februari 2017 Pelindung: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Santy Sanusi, M.Kep. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris: Diah Nurindah Sari, SKM. Bendahara: Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb. Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST Mitra Bestari : DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb. Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) , Fax. (022) jka.aisyiyahbdg@gmail.com

3 DAFTAR ISI 1. Pengaruh Buklet dan Ceramah Tanya Jawab terhadap Pengetahuan Mengenai Deteksi Kanker Serviks Sri Wisnu Wardani, Tita Husnitawati Madjid, Sari Puspa Dewi Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda Penggunaan Pembalut yang Aman untuk Kesehatan Reproduksi Elmi Nuryati, Desi Ari Madiyanti Kajian Intervensi Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko HIV dalam Peningkatan Self-Efficacy pada Remaja Angga Wilandika Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause Neneng Widaningsih Edukasi Terapeutik sebagai Metode Pengendalian Infeksi pada Pasien Anak dengan Kanker Yusi Sofiyah, Allenidekania, Happy Hayati

4

5 JURNAL ASUHAN IBU& ANAK JAIA 2017;2(1): PENGARUH VIDEO DALAM MODEL TKIP TERHADAP KEIKUTSERTAAN IBU HAMIL TEST HIV Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung ABSTRAK Eliminasi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) baru pada anak dengan target ending AIDS 2030 adalah target Global Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan indicator pasca millenium development goals (MDGs) 2015 (Griggs 2015). Diperlukan upaya percepatan (fast track) program menuju getting to zero HIV tahun Pemberian informasi oleh petugas kesehatan agar dapat diterima secara optimal adalah dengan melibatkan semua panca indera, salah satunya adalah pengunaan media video. Tujuan pada penelitian adalah melakukan analisis pengaruh inovasi pengembangan model tes HIV yang diinisiasi oleh bidan terhadap perilaku ibu hamil untuk melakukan tes HIV di Kota Bandung. Metode penelitian quasi eksperimen pre and post test with control group design. sampel di ambil dengan teknik stratified random sampling, jumlah sampel 72, alat pengumpulan data menggunakan quesioner. Hasil yang didapat faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku/ keikutsertaan ibu hamil untuk tes HIV adalah pengetahuan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 14,7. Stigma dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 9,21. Simpulan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Kata Kunci : TKIP, ibu hamil, test HIV Abstract Elimination of infection with the human immunodeficiency virus (HIV) in children with a new target of 2030 is the target of ending AIDS Global Sustainable Development Goals (SDGs), which is an indicator of post-millennium Development Goals (MDGs) in 2015 (Griggs, 2015). Necessary efforts to accelerate (fast track) program towards getting to zero HIV in The provision of information by health officials to be acceptable optimally is to involve all five senses, one of which is the use of video media. The purpose of research is to analyze the influence of the innovation development model of HIV testing that is initiated by a midwife to the behavior of pregnant women for HIV testing in Bandung. The research method quasi pre and post test with control group design. samples taken by stratified random sampling, sample number 72, means of data collection using questionnaires. Results are factors related to the behavior / participation of pregnant women for HIV testing is knowledge with p = and OR value of Stigma with p = and OR 9.21 value. Conclusion there is a significant difference between knowledge before and after a given intervention. Key words : PITC, pregnant woman, HIV test

6 Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda LATAR BELAKANG Eliminasi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) baru pada anak dengan target ending AIDS 2030 adalah target GlobalSustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan indicator pasca millenium development goals (MDGs) 2015 (Griggs 2015). (UNAIDS 2013) memperkirakan bahwa setiap hari ada 1500 anak yang terinfeksi HIV di dunia. Diperlukan upaya percepatan (fast track) program menuju getting to zero tahun 2030 melalui inisiatif Upaya penularan HIV dari ibu ke anak sudah dilakukan melalui 4 kegiatan atau prong yaitu (1) pencegahan penulaan HIV pada perempuan usia reproduksi, (2) pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV, (3) pencegahan terjadinya penularan HIV dari ibu hamil positif ke bayi yang dikandungnya, (4) pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV beserta anak yang dikandungnya. Kegiatan yang dilakukan dalam prong 1 dan 2 yaitu layanan tes HIV dan konseling atas inisitatif petugas kesehatan atau provider initiative test and counselling HIV (PITC) yang dilakukan di pelayanan kesehatan primer yaitu Puskesmas melibatkan bidan sebagai provider/ petugas kesehatan yang menawarkan tes HIV kepada ibu hamil pada saat melakukan pelayanan antenatal. (Kementrian Kesehatan RI 2012) Berdasarkan laporan Kemenkes (2014) dari ibu hamil di Indonesia yang melakukan kunjungan antenatal, baru atau 10,7% ibu hamil yang melakukan tes HIV. Pentingnya mengetahui status HIV pada ibu hamil adalah mengurangi penyebaran dan sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yang dikandungnya jika menyadari status HIV sedini mungkin. Mengingat meningkatnya kasus HIV pada ibu rumah tangga dari tahun 2014 sebanyak kasus dan angka kejadian HIV pada anak di Indonesia pada saat in adalah 913 kasus. HIV ditularkan dari ibu ke anak terjadi pada saat kehamilan 5-10% persalinan 10-20% dan menyusui 5-20%. (Kementrian Kesehatan RI 2012) dan (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2010). Saat ini pemerintah mengembangkan tes HIV yang terintegrasi kedalam pelayanan antenatal, dalam pelayanan ini tes HIV ditawarkan kepada ibu hamil pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan atau dikenal dengan pendekatan Provider Initiative Test And Counselling (PITC). Hasil penelitian (Leon et al. 2010) bahwa tes HIV yang di inisiasi oleh petugas kesehatan berhasil meningkatkan cakupan tes Infeksi menular seksual (IMS) dan HIV dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,008) dan hasil penelitian lain (Hensen et al. 2012) menemukan bahwa terdapat kenaikan cakupan tes HIV setelah dilakukannnya PITC (9,9%) dari 5,5%. Akan tetapi model PITC ini belum maksimal dilakukan, sesuai dengan laporan penelitian yang dilakukan oleh (Davyduke et al. 2015) bahwa pelaksanaan model tes HIV yang di inisisai oleh petugas kesehatan belum maksimal karena merasa bukan bagian dari peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan informasi HIV karena sudah ada konselor khusus HIV. Penyebab lainnya adalah kurangnya jumlah bidan sehingga informasi secara komprehensif tentang HIV kepada ibu hamil tidak dapat diberikan. Disisi lain mayoritas (80-90%) ibu hamil mengatakan bahwa informasi tentang HIV dalam pelayanan antenatal penting untuk mereka ketahui, terutama penjelasan tentang penularan HIV, pencegahan, waktu untuk berdiskusi dengan bidan dan dukungan agar pasangan dilibatkan untuk tes HIV(Hardon et al. 2012) dan (Dini Dachlia, Nurul Huriah Astuti, Luluk Ishardini 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Bandung, bahwa ibu hamil ditawarkan tes HIV oleh bidan, tanpa didahului dengan pemberian informasi tentang HIV. 14

7 Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV Kurang informasi menjadi salah satu penyebab masih tingginya stigma HIV sehingga ibu hamil takut untuk tes HIV, sesuai dengan hasil penelitan (Elsheikh et al. 2015) mengungkapkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi kerentanan yang tinggi tertular HIV akan tetapi tidak signifikan terhadap sikap untuk melakukan tes HIV selama kehamilan. Hasil penelitian (Fitriani Ayu 2013) menyebutkan bahwa stigmatisasi pada ODHA ibu hamil lebih banyak ditemukan pada petugas kesehatan, bentuk stigma antara lain : menganggap ODHA ibu hamil mempunyai perilaku seksual menyimpang, HIV merupakan virus mematikan dan berbahaya sehingga bidan akan membedakan pelayanan pada ODHA. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan agar dapat diterima secara optimal adalah dengan melibatkan semua panca indera, salah satunya adalah pengunaan media video. Penggunaan video dalam konseling efektif meningkatkan pengetahuan responden dengan p value (0,04) dan merubah sikap responden dengan p value (0,02) (Purnama 2014) hal ini sejalan dengan yang diungkapkan (Snyder et al. 2012)men who have sex with men (MSM bahwa konseling pra tes melalui video dapat meningkatkan niat untuk melakukan tes HIV, begitupulan menurut (Gilbert et al. 2008) menyatakan bahwa video secara efektif dapat penurunan perilaku seksual berisiko. Penelitian tentang penggunaan video dapat meningkatkan emosional secara positif sehingga dapat menurunkan stigma, dan penyebaran informasi terhadap peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah intervensi, serta terjadi peningkatan penggunaan kondom secara efektif yakni dari 11% menjadi 33,5%. (Aronson & Bania 2011); (Zonyou Wu, Roger Detels, Gouping Ji, Chen Xu, Keming Rou, Huancheng Ding 2002) Hal ini menjadi latar belakang penting dilakukan penelitian tentang pengaruh video terhadap model tes HIV yang di inisiasi oleh bidan (PITC) saat melakukan pelayanan antenatal terpadu pada ibu hamil dengan pengembangan media video sebagai alat bantu memberikan informasi sebelum tes dan konseling setelah tes. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan pre and posttest with control group design untuk mencari pengaruh atau efek perlakuan. Pengukuran dilakukan setelah perlakuan pada kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini kelompok perlakuan ditawarkan tes HIV atas inisiasi bidan dengan memberikan informasi tentang HIV menggunakan media video, dan kelompok kontrol ditawarkan tes HIV atas inisiasi bidan dengan memberikan informasi tentang HIV sesuai prosedur yang ada. Populasi yang nantinya peneliti pilih sebagai obyek penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kota Bandung. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi :Ibu hamil yang belum pernah tes HIV, melakukan pemeriksaan di BPM. Kriteria Ekslusi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: Ibu hamil yang melakukan tes HIV di VCT, tidak bisa baca tulis,ibu hamil yang melakukan tes HIV tanpa diberikan informasi terlebih dahulu, Ibu hamil dengan status HIV reaktif. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan, dengan teknik purposive sampling. Program PITC telah dikembangkan semua Puskesmas yang ada di Kota Bandung kecuali Puskesmas Jejaring. Pada penelitian ini akan dipilih kecamatan dengan kasus HIV tinggi yaitu Kecamatan Sukajadi, Batununggal, Cicendo dan Sukasari Kota Bandung. Dalam menentukkan kelompok perlakuan 15

8 Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda dan kontrol dilakukan random sederhana. Untuk menjamin responden mendapatkan perlakuan sebanyak 2 kali, akan dilakukan pendataan biodata termasuk nomor telepon yang dapat dihubungi agar peneliti dapat mengingatkan jadwal kunjungan dan konfirmasi kehadiran. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Februari sampai November Data yang diambil adalah data primer dari hasil wawancara dengan kuesioner yang dilakukan oleh penelitian terhadap responden. Sampel yang terpilih, kemudian diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan diminta untuk menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah itu responden dalam kelompok intervensi diberikan informasi tentang HIV dengan media video selama 2 kali dengan interval waktu satu minggu kemudian dilihat keikutsertaan untuk melakukan tes HIV. Setelah intervensi responden diminta mengisi kuesioner meliputi pertanyaan kareakteristik dan variabel yang lain. Untuk memastikan responden ikut dalam penelitian ini dibuat data based responden berupa daftar hadir yang berisi identitas, alamat dan contact person. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang sudah dianalisis baik univariat maupun bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang terdapat dibawah ini. Analisis Univariat Dibawah ini terdapat distribusi frekuensi usia, riwayat IMS dan responden yang melakukan tes HIV pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Respoden Karakteristik Responden Kelompok Intervensi Kelompok Variabel Intervensi Kelompok Kontrol f % f % Usia < 20 tahun dan > 35 tahun 7 18,4 6 15,8 20 s.d 30 tahun 31 81, ,2 Riwayat IMS Ya 7 18,4 8 21,1 Tidak 31 81, ,9 Test HIV Tidak 17 44, ,1 Ya 21 55, ,9 Total % % Distribusi usia responden pada kelompok perlakuan, sebagian kecil berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun 7 orang (18,4%) dan sebagaian kecil pernah mengalami penyakit IMS 7 orang (18,4%). Sebagian Responden yang melakukan tes HIV yaitu 21 orang (55,3%) sedangkan yang tidak melakukan tes HIV 17 orang (44,7%). Distribusi usia responden pada kelompok kontrol, sebagian kecil berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun 6 orang (15,8%). Sebagaian 16

9 Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV kecil responden pernah mengalami penyakit IMS 8 orang (21,1%). Sebagian Responden besar tidak melakukan tes HIV 27 orang (71,1%), sedangkan yang melakukan tes HIV yaitu 11 orang (28,9%). Analisis Bivariat Pengetahuan dan stigma responden sebelum serta setelah diberikan intervensi disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Distribusi Rata-rata Pengetahuan dan Stigma Responden antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Mean SD SE Mean SD SE Pengetahuan Sebelum 75,68 8,14 1,33 73,94 10,45 1,69 Setelah 86,95 8,02 8,02 88,97 5,28 0,85 Stigma Sebelum 8,50 2,25 0,36 8,23 2,83 0,45 Setelah 9,60 2,07 0,33 10,10 2,05 0,33 p-value n 0, , Rata-rata pengetahuan responden pada kelompok intervensi pada pengukuran pertama adalah 75,68 dengan standar deviasi 8,14. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pengetahuan 86,95 dengan standar deviasi 8,02. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Sedangkan pada kelompok kontrol ratarata pengetahuan pada pengukuran pertama adalah 73,94 dengan standar deviasi 10,45. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pengetahuan 88,97 dengan standar deviasi 5,28. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 15,03 dengan standar deviasi 9,6. Hasil uji statistik didapat nilai p= 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Hasil uji statistik stigma pada kelompok intervensi yaitu rata-rata stigma pada pengukuran pertama adalah 8,50 dengan standar deviasi 2,25. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata stigma 9,60 dengan standar deviasi 2,07. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara stigma sebelum dan setelah diberikan intervensi. Sedangkan hasil analisis variabel stigma pada kelompok kontrol yaitu rata-rata stigma pada pengukuran pertama adalah 8,23 dengan standar deviasi 2,83. Pada pengukuran kedua didapat ratarata stigma 10,10 dengan standar deviasi 2,05 Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 1,87 dengan standar deviasi 0,78. Hasil uji statistik didapat nilai 0,003 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara stigma sebelum dan setelah diberikan intervensi. 17

10 Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Variabel Bebas Dan Perilaku Tes HIV Usia Variabel Riwayat IMS Tes HIV Kategori Tidak Ya n % n % < 20 dan> 35 tahun 8 61,5 5 38, tahun 36 57, ,9 Tidak 35 57, ,6 Ya 9 60,0 6 40,0 p-value OR 1,000 1,20 1,000 0,89 Pengetahuan Kurang 34 85,0 6 15,0 0,000 14,70 Baik 10 27, ,2 Stigma Tinggi 25 86,2 4 13,8 Rendah 19 40, ,6 0,000 9,21 Hasil analisis hubungan antara usia dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 5 (38,5%) responden yang berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun ada 27 (42,9%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara usia reproduksi sehat dengan usia berisiko. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 1,20, artinya responden yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun berpeluang 1,2 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 26 (72,2 %) responden mempunyai pengetahuan baik yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden yang pengetahuan kurang ada 6 (15%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Dari hasil analisis diperoleh nilai 14,7 artinya responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Hasil analisis hubungan antara stigma dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 28 (59,6 %) responden mempunyai stigma rendah yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden dengan stigma tinggi ada 4 (13,8%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai stigma rendah dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. HIV merupakan suatu retro virus bersifat khas menyebabkan infeksi permanen yang menyerang sel kekebalan tubuh dan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Selama periode laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala, atau pada sebagian kasus mengalami limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening) persisten. Antara 2 sampai 10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien bila tidak ditangani akan 18

11 Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV mengalami berbagai infeksi oportunistik. Sehingga seorang yang terinfeksi HIV pada awal infeksi akan merasa sehat, untuk memastikan tubuh terinfeksi hanya dengan tes HIV (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2010) dan (Nasronudin 2007) Saat ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan tes HIV dalam pelayanan ANC di Puskesmas, melalui program tes dan konseling HIV atas inisiasi petugas (TKIP) atau Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV yang disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standard dari pelayanan medis, akan tetapi pelayanan tes HIV ini belum dapat diakses oleh semua ibu hamil, banyak faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan tes HIV diantaranya pengetahuan yang kurang benar, yang menjadi penghambat untuk tes HIV, diperlukan inovasi untuk mengajak ibu hamil tes HIV. Pemberian pendidikan kesehatan melalui video dengan melibatkan panca indera, mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak sehingga tingkat pemahaman dapat dipahami sekitar 50% (Depkes, 2006). Sehingga inovasi ini dapat diintegrasikan dalam layanan PITC untuk meningkatkan pengetahuan yang benar. Hasil penelitian didapat bahwa nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Hasil uji statistik didapat nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan informasi HIV dengan menggunakan video. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa penggunaan video dalam konseling efektif meningkatkan pengetahuan responden. Begitu pula hasil penelitian Juanitha (2008) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS yang baik akan menjadi dasar terbentuknya perilaku yang baik pula. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan VCT dapat membuat persepsi yang salah. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Purnama 2014) (Junitha 2008) dan (Nuraeni Titik 2011) Pengetahuan yang baik akan merubah merubah sikap responden (Purnama 2014) hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan nilai mean stigma responden antara pengukuran pertama dan kedua yaitu 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan video pada kelompok intervensi. Sesua teori bahwa video merupakan salah satu media elektronik pada prosesnya melibatkan semua panca indera, mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak sehingga tingkat pemahaman dapat dipahami sekitar 50%. (Depkes, 2006) Pengetahuan yang baik dan tidak melakukan stigma merupakan faktor yang mempengaruhi responden untuk ikut serta dalam pemeriksaan HIV. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian responden melakukan tes HIV yaitu 32 orang, diantara 32 responden tersebut sebanyak 26 (72,2 %) responden mempunyai pengetahuan baik, sedangkan diantara responden yang pengetahuan kurang ada 6 (15%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. 19

12 Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda Dari hasil analisis diperoleh nilai 14,7 artinya responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Nuraeni Titik 2011). Hasil penelitian (Junitha 2008) responden yang mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan baik akan menjadi dasar terbentuknya perilaku yang baik pula. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan tes HIV dapat membuat responden mempunyai persepsi yang salah sehingga menimbulkan stigmatisasi. Stigma didefinisikan sebagai perbedaanperbedaan yang merendahkan yang secara sosial dianggap mendiskreditkan, dan dikaitkan dengan berbagai stereotip negatif. (Butt et al. 2010)Hasil penelitian didapat bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai stigma rendah dengan responden yang mempunyai stigma tinggi (p value=0,000) dan hasil analisis diperoleh nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Stigma dapat menghambat sesorang untuk berperilaku, hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai persepsi manfaat tes HIV tinggi dengan responden yang mempunyai persepsi manfaat tes HIV rendah. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 6,42 artinya responden yang mempunyai persepsi hambatan untuk tes HIV rendah berpeluang 6,42 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai persepsi hambatan untuk tes HIV tinggi. Pemanfataan VCT memiliki peran penting, khususnya pada perempuan sebagai kelompok masyarakat yang berisiko terhadap HIV/AIDS. Hambatan psikologis untuk datang ke fasilitas kesehatan umum karena khawatir didiskrimasi atau diperlakukan tidak manusiawi. Ketakutan, stigma, serta ketidaktahuan tentang risiko mempengaruhi orang untuk mencari atau tidak mencari diagnosis HIV.(Khosidah & Purwanti 2014). Didukung pula oleh hasil penelitian bahwa dalam melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan HIV/AIDS dipengaruhi oleh perceivedcost yaitu merupakan persepsi terhadap biaya/aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan termasukdalam melakukan HIV, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit, harus menyediakan waktu, tempat tes HIVjauh, rasa takut dan malu dengan petugas kesehatan, prosedur yang lama dan rumit (adanya inform consent). (Febriana 2013) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan media audio visual dalam penelitian ini penggunaan video dalam pendidikan kesehatan tentang HIV yang diintegrasikan dalam program TKIP dapat meningkatkan pengetahuan responden dengan nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Hasil uji statistik didapat nilai p= 0,000 (ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi). Selain pengetahuan, penggunaan video pada kelompok intervensi merubah nilai mean stigma, Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan 20

13 Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku/ keikutsertaan ibu hamil untuk tes HIV adalah pengetahuan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 14,7 artinya responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Stigma dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Diharapkan Model TKIP dengan menggunakan media video dan menjadi bagian prosedur dalam pelayanan antenatal terpadu, sehingga masyarakat terutama ibu hamil mendapat pengetahuan tentang HIV dengan benar dan tidak mempunyai stigma negatif terhadap ODHA serta mempunyai perilaku yang baik dalam pencegahan penularan HIV. DAFTAR PUSTAKA Aronson, I.D. & Bania, T.C., Race and emotion in computer-based HIV prevention videos for emergency department patients. AIDS education and prevention : official publication of the International Society for AIDS Education, 23(2), pp Available at: gov/pubmed/ Butt, L. et al., Stigma dan HIV / AIDS di Wilayah Pegunungan Papua. Clinical Service Unit FHI Indonesia, Standard Operational Prosedur Klinik VCT Testing Dirujuk, Jakarta: Kementrian Kesehatan, USAID, FHI, ASA. Davyduke, T. et al., Opportunities for strengthening provider-initiated testing and counselling for HIV in Namibia. AIDS Care Psychological and Socio medical Aspects of AIDS/HIV Journal, 0121(November). Dini Dachlia, Nurul Huriah Astuti, Luluk Ishardini, Y., Isu Pasangan Klien pada Pelayanan VCT: Studi Eksplorasi pada Dua Pelayanan di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 1(1), pp Elizabeth, C., Buku saku patofisiologi; edisi revisi., Jakarta: EGC. Elsheikh, I.E., Crutzen, R. & Borne, H.W. Van Den, Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV / AIDS and services for Prevention of Motherto-Child Transmission of HIV. BMC Public Health, pp.1 8. Available at: org/ /s Elsheikh, I.E., Crutzen, R. & Borne, H.W. Van Den, Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV / AIDS and services for Prevention of Motherto-Child Transmission of HIV. BMC Public Health, pp.1 8. Available at: org/ /s Febriana, A.I., Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam Voluntary Counceling and Testing (VCT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), pp Available at: nju/index.php/kemas. Fitriani Ayu, Stigmatisasi Bidan pada Ibu hamil dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 8. Gilbert, P. et al., Interactive Video Doctor counseling reduces drug and sexual risk behaviors among HIV-positive patients in diverse outpatient settings. Plos One, 3(4), 21

14 Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda pp.e1988 e1988. Available at: ebscohost.com/login.aspx?direct=true& db=cmedm&an= &site=ehostlive. Griggs, D., From MDGs to SDGs : Key challenges and opportunities. Available at: content/documents/3490griggs.pdf. Hardon, A. et al., Women s views on consent, counseling and confidentiality in PMTCT : a mixed-methods study in four African countries. BMC Public Health, 12(1), p.26. Available at: com/ /12/26. Hensen, B. et al., Universal voluntary HIV testing in antenatal care settings: A review of the contribution of provider-initiated testing & counselling. Medicine and International HelathTropical Medicine and International Health, 17(1), pp Junitha, W., Pengetahuan tentang HIV / AIDS dan Voluntary Counseling and Testing ( VCT ), Kesiapan Mental, dan Perilaku Pemeriksaan di Klinik VCT pada Para Mitra Pengguna Obat dengan Jarum Suntik di Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 1(2), pp Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010a. Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pedoman Penerapan, Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010b. Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pelatihan bagi Petugas Kesehatan, Modul Bagi Peserta, Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Rencana Aksi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Indonesia , Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Laporan Kasus HIV/AIDS September- Desember 2014, Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kesehatan, K., Jenderal, D. & Kesehatan, B., Pedoman pelayanan antenatal terpadu, Jakarta: Kementrian Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pelatihan bagi Petugas Kesehatan, Modul Bagi Peserta, Jakarta: Kementrian Kesehatan. Khosidah, A. & Purwanti, S., Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Voluntary Councelling and Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS. jurnal Ilmiah Kebidanan, 2, pp Legiati, Perilaku Ibu Hamil untuk Tes HIV di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 7. Leon, N. et al., The impact of providerinitiated ( opt-out ) HIV testing and counseling of patients with sexually transmitted infection in Cape Town, South Africa : a controlled trial. BioMed Central, pp

15 Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV Nasronudin, HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial, cetakan ke 2., Surabaya: Airlangga University Press. Nuraeni Titik, D., Hubungan Pengetahuan Ibu HAmil tentang HIV/AIDS dan VCT dengan Sikap Terhadap Konseling dan Tes HIV secara Sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang. jurnal unimus. Nursalam dan Ninuk, Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS, Jakarta: Salemba Medika. Purnama, A.P., Efektifitas Penggunaan Media Video dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang Bahaya Napza di SMP Negeri 3 Mojosongo Boyolali. Available at: id.portalgaruda.org. Snyder, H. et al., Field-based video pre-test counseling, oral testing, and telephonic post-test counseling: implementation of an HIV field testing package among highrisk Indian men. AIDS Educ Prev, 24(4), pp The Siyam kela Project, Addressing HIV/ AIDS related stigma in south Africa. From Indicators to Action Monitoring and Evaluation Tools, The Siyam kela Project, Center for the Study of AIDS (CSA), University of Pretoria. UNAIDS, Global Report UNAIDS Report on teh global AIDS epidemic 2013, UNAIDS, Petunjuk Kerja Pelayanan Antenatal Terpadu, Persalinan, dan Paska Persalinan Terpadu A. M. Erna Mulawati, Wita Sari, ed., Serang: USAID, MCHIP. WHO, Guidance On Provider-Initiated HIV Testing and Counseling In Health Facilities, Available at:. Akses internet di aids- ina.org/modules.php?name=bookca talog&op=showbook&bid=40. Yuslana, Niat Ibu Hamil untuk melakukan VCT di Kecamatan Singkawang. Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 7. Zonyou Wu, Roger Detels, Gouping Ji, Chen Xu, Keming Rou, Huancheng Ding, and V.L., Diffusion of HIV / AIDS knowledge, positive attitudes, and behaviors. AIDS education and prevention : official publication of the International Society for AIDS Education: Proquest Nursing and Allied Health Source, October. 23

16

17

18

ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X

ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X p-issn 2502-4981 e-issn 2549-290X Jurnal ASUHAN IBU ANAK & Volume 2 Nomor 1 Februari 2017 Alamat Redaksi: STIKES Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON KNOWLEDGE AND BEHAVIOR PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

Lebih terperinci

ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X

ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X p-issn 2502-4981 e-issn 2549-290X Jurnal ASUHAN IBU ANAK & Volume 2 Nomor 1 Februari 2017 Alamat Redaksi: STIKES Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Pemeriksaan Test PITC (Provider Initiated Test and

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun ((Morgan dan Carole, 2009). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu retrovirus yang menyerang

Lebih terperinci

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Eti Poncorini Pamungkasari*, Ari Natalia Probandari*, Maharani Indah Dewanti**, Pitra Sekarhandini**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem pertahanan manusia sehingga menyebababkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi melemah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Siti Arieska Shomadiyyah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Siti Arieska Shomadiyyah HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG HIV/AIDS DENGAN SIKAP TERHADAPPROVIDER INITIATED TESTING AND COUNSELING (PITC) DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Siti Arieska Shomadiyyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR Prevention Mother to Child HIV Transmission in Jumpandang Baru Health Center Makassar Resty Asmauryanah, Ridwan Amiruddin,

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION OF HIV (PMTCT) OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA KOTA SEMARANG Dhenok Hajeng Prihestu Leksono, Siti

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA USIA SUBUR) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Hermi Cahyoningsih

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Hermi Cahyoningsih HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV, AIDS DAN TES HIV/AIDS SECARA SUKARELA DENGAN SIKAP TES HIV/AIDS SECARA SUKARELA DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi

Lebih terperinci

Strengthening Knowledge as Control Strategy on Sexual Behaviour of Employees

Strengthening Knowledge as Control Strategy on Sexual Behaviour of Employees Strengthening Knowledge as Control Strategy on Sexual Behaviour of Employees PT.Vale Indonesia Tbk Never Ending Health Promotion PT.Vale Indonesia Tbk RS INCO Sorowako Lokasi Akses Menuju : * Ibukota kabupaten

Lebih terperinci

SKRIPSI. Studi Dilakukan Di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur OLEH:

SKRIPSI. Studi Dilakukan Di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur OLEH: SKRIPSI PENGARUH KONSELING TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DALAM MENGIKUTI PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION (PMTCT) PRONG I Studi Dilakukan Di UPTD Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN AIDS DENGAN MINAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SOSROMENDURAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Sri Murdaningrum NIM: 201010104142

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas A. Latar Belakang Epidemi HIV telah memasuki babak baru dengan makin banyaknya penularan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Yuni Laferani 201510104378 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah 1 Sebanyak 3 orang mengatakan selalu memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah memberikan informasi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Suswati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Lebih terperinci

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e. Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu dapat melalui penularan bibit penyakit dari orang atau hewan dari reservoir kepada orang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan infeksi yang berkembang pesat di dunia, begitu pula di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN Sri Handayani* ABSTRAK HIV/AIDS menduduki peringkat pertama di Indonesia terutama di Propinsi DKI Jakarta. Kasus HIV/AIDS sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengkhawatirkan masyarakat karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini juga memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR OLEH : NI WAYAN AYU ANGGRENI PANJI NIM. 1202115007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi 5,6 juta kasus HIV baru dan 2,6 juta kematian karena AIDS serta

BAB I PENDAHULUAN. terjadi 5,6 juta kasus HIV baru dan 2,6 juta kematian karena AIDS serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandemi HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. UNAIDS dalam Kevin (2002), menyatakan bahwa secara global tahun 1999 terjadi 5,6 juta kasus HIV baru

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014 ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014 Mia Maya Ulpha, 2014. Pembimbing I : Penny S. Martioso, dr., SpPK, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nunik Linda Wardani 1610104334

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Disampaikan di hadapan: Workshop P2 HIV&AIDS di Kabupaten Bantul 30 Mei 2011

Lebih terperinci

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers Pencegahan IMS, HIV/AIDS dengan Modul Role Play terhadap Pengetahuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MANFAAT POSYANDU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG POSYANDU PADA IBU BALITA DI DESA AMBARKETAWANG GAMPING TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: TRI NURIKA 201110104288

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu penyakit menular yang merupakan kumpulan gejala penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG HIV DAN AIDS PADA IBU USIA TAHUN TERHADAP MINAT TES HIV DI KELURAHAN KRICAK KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG HIV DAN AIDS PADA IBU USIA TAHUN TERHADAP MINAT TES HIV DI KELURAHAN KRICAK KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA PENGARUH PENYULUHAN TENTANG HIV DAN AIDS PADA IBU USIA 25-49 TAHUN TERHADAP MINAT TES HIV DI KELURAHAN KRICAK KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RAHMI ABUBAKAR 201410104178

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI HUBUNGANN KARAKTERISTIK, DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HIV, AIDS DAN VCT TERHADAP KUNJUNGAN KE VCT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING KOTA SURABAYA Oleh: DITA VIDYA WIJAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no. Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta orang menjadi sakit dengan salah satu dari 4 PMS yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dalam United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STIGMA BIDAN TERHADAP IBU DENGAN HIV POSITIF DI BANGSAL KEBIDANAN RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STIGMA BIDAN TERHADAP IBU DENGAN HIV POSITIF DI BANGSAL KEBIDANAN RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STIGMA BIDAN TERHADAP IBU DENGAN HIV POSITIF DI BANGSAL KEBIDANAN RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Musringatun 1610104164 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA Yeti Nurhayati 1) 1 Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta

Lebih terperinci

NIAT IBU HAMIL DARI SUAMI BERESIKO TERTULAR HIV/AIDS UNTUK MELAKUKAN VCT DI SEMARANG TIMUR

NIAT IBU HAMIL DARI SUAMI BERESIKO TERTULAR HIV/AIDS UNTUK MELAKUKAN VCT DI SEMARANG TIMUR NIAT IBU HAMIL DARI SUAMI BERESIKO TERTULAR HIV/AIDS UNTUK MELAKUKAN VCT DI SEMARANG TIMUR Erna Kusumawati 1), Agustin Rahmawati 2) 1) Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL Nurlaili Irintana Dewi, 2012. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN Sugiyanto, Tya Nur Febriana Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email:sugiantokotagede@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS Meta Adhitama, 2011 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm Pembimbing

Lebih terperinci

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *) Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA NGUTER KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan sebagai salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) , PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU HAMIL DI KLINIK ANTENATAL CARE RSUP DR KARIADI, PUSKESMAS NGESREP, DAN PUSKESMAS HALMAHERA TERHADAP TES HIV

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU HAMIL DI KLINIK ANTENATAL CARE RSUP DR KARIADI, PUSKESMAS NGESREP, DAN PUSKESMAS HALMAHERA TERHADAP TES HIV PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU HAMIL DI KLINIK ANTENATAL CARE RSUP DR KARIADI, PUSKESMAS NGESREP, DAN PUSKESMAS HALMAHERA TERHADAP TES HIV LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2010 TENTANG PERANAN KONDOM TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Oleh: VINCENT 100100246 FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2013 ii TINGKAT

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR Ditya Yankusuma 1, Augustin Pramulya 2 Abstract The prevalence of breast cancer is quite

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKSUALITAS, DAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DAMPINGAN PKBI JATENG DAN PADA PELAJAR SLTA KONTROL DI KOTA SEMARANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan ANUGERAH FITRI ANGGRAENI R

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan ANUGERAH FITRI ANGGRAENI R PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TERHADAP MOTIVASI IBU HAMIL MENGIKUTI PROGRAM JAMPERSAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CILACAP TENGAH I. KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan

Lebih terperinci

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan

Lebih terperinci