REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN"

Transkripsi

1

2 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN (Unaudited)

3 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Semester I Tahun Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007, Pemerintah menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa laporan keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada DPR dalam bentuk rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN, dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Pemerintah telah menyusun dan menyajikan laporan keuangan interim, yaitu LKPP Semester I Tahun Sehubungan dengan LKPP Semester I Tahun 2007 ini, perlu kami kemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. Laporan Realisasi APBN memberikan informasi tentang realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Berdasarkan laporan ini, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Tahun 2007 adalah sebesar Rp295,12 triliun, atau 41 persen dari yang ditetapkan dalam APBN TA Sementara itu, realisasi Belanja Negara adalah sebesar Rp275,84 triliun, atau 36 persen dari yang dianggarkan dalam APBN TA 2007, sehingga terjadi Surplus Anggaran sebesar Rp19,28 triliun; 2. Neraca menyajikan informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas Pemerintah Pusat per 30 Juni Dari Neraca tersebut diinformasikan bahwa nilai Aset adalah sebesar Rp1.290,41 triliun dan Kewajiban sebesar Rp1.335,95 triliun, sehingga Ekuitas Dana (kekayaan bersih) Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 adalah sebesar minus Rp45,54 triliun; 3. Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dari Kas Umum Negara. Dari Laporan Arus Kas tersebut diperoleh informasi bahwa kenaikan Kas Negara selama Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp24,54 triliun; 4. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar pengguna laporan keuangan dapat memperoleh informasi tentang hal-hal yang termuat dalam laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi uraian tentang kebijakan fiskal, kebijakan akuntansi, dan penjelasan pos-pos laporan keuangan, daftar rinci atau uraian atas nilai pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca, dan Laporan Arus Kas; 5. Sebagai laporan keuangan semesteran, LKPP Semester I Tahun 2007 ini berstatus sebagai laporan keuangan yang belum diperiksa (unaudited). Kata Pengantar -iii-

4 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) LKPP Semester I Tahun 2007 ini disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 Tahun 2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pemerintah menyadari bahwa LKPP Semester I Tahun 2007 ini masih belum sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan tanggapan, saran, maupun kritik yang membangun dari para pengguna (stakeholders) LKPP ini. Pemerintah akan terus berupaya untuk dapat menyusun dan menyajikan LKPP yang tepat waktu dan akurat sehingga terwujud tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Kata Pengantar -iv-

5 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS ISI KATA PENGANTAR..... iii INDEKS ISI.... v INDEKS TABEL.. vi INDEKS GRAFIK... vii INDEKS DAFTAR..... viii INDEKS SINGKATAN. x INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. xii RINGKASAN.. 1 I. LAPORAN REALISASI APBN II. NERACA III. LAPORAN ARUS KAS IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM A.2. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI A.5. LAPORAN KINERJA B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI APBN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI APBN B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI APBN B.3. CATATAN PENTING LAINNYA C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM C.2. PENJELASAN PER POS NERACA C.3. CATATAN PENTING LAINNYA D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN ARUS KAS D.1. IKHTISAR LAPORAN ARUS KAS D.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN ARUS KAS DAFTAR Indeks Isi -v-

6 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS TABEL 1. Indikator Utama Perekonomian TA Perbandingan Realisasi Anggaran Semester I TA 2006 dan Perbandingan Indikator Ekonomi Tahun Uang Muka dari Rekening BUN Aset Tetap 30 Juni Aset Lainnya per 30 Juni Bagian Lancar Utang Luar Negeri per Jenis Utang Bagian Lancar Utang Dalam Negeri per Jenis Obligasi Utang Bunga Luar Negeri Utang Bunga Obligasi Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Obligasi Utang Luar Negeri Jangka Panjang Perbankan per Jenis Utang Rekapitulasi Rekening Temuan BPK pada Kementerian Negara/Lembaga dan BUN Rekapitulasi Rekening Temuan BPK Setelah Penyesuaian Temuan Duplikasi dan 202 Penambahan/Pengurangan 15. Rekapitulasi Seluruh Rekening yang Terdata s.d. 31 Agustus Kelompok Rekening Yang Telah Selesai Dibahas Berdasarkan PMK 58/2007 Per 31 Agustus Kelompok Rekening Yang Masih Dalam Proses Pembahasan Per 31 Agustus Rekening Departemen Keuangan Yang Telah Selesai Dibahas Berdasarkan PMK 58/2007 Per Agustus Rekening Departemen Keuangan Yang Masih Dalam Proses Pembahasan Per 31 Agustus Rekening Departemen Keuangan Yang Masih Dalam Proses Identifikasi Per 31 Agustus Indeks Tabel -vi-

7 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS GRAFIK 1. Struktur PDB per Sektor Semester I/2007 (dalam persen) Struktur PDB menurut Komponen Penggunaan Semester I/2007 (dalam persen) Perkembangan Laju Inflasi m-to-m (persen) Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/USD Perbandingan Ekspor dan Impor Semester I Tahun 2006 dan Tahun Perkembangan Surplus Neraca Pembayaran Indonesia Tingkat Diskonto SBI Perkembangan produksi minyak mentah dan gas bumi Indonesia Perkembangan PMDN dan PMA Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Semester I TA Komposisi realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam Semester I TA Komposisi Alokasi Belanja Negara Semester I TA Komposisi Lima Terbesar Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Semester I TA Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja Semester I TA Komposisi Realisasi Dana Perimbangan Semester I TA Struktur Neraca Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 dan Struktur Aset Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 dan Struktur Kewajiban dan Ekuitas Dana Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 dan Komposisi Aset Tetap Berdasarkan Jenisnya Komposisi Kewajiban Pemerintah per 30 Juni 2007 dan Perbandingan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Rumah Sakit BLU per 30 Juni Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas 89 Indeks Grafik vii-

8 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS DAFTAR 1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pusat Semester I Tahun Laporan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja/Bagian Anggaran (BA) Semester I Tahun Daftar Saldo Kas KPPN per 30 Juni Saldo Rekening Pemerintah Lainnya di BI per 30 Juni Kas di Bendahara Pengeluaran per 30 Juni Kas di Bendahara Penerimaan per 30 Juni Piutang Pungutan Ekspor per 30 Juni Daftar Piutang Bukan Pajak per 30 Juni Bagian Lancar Tagihan TGR Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni Piutang Bunga dan Denda Pinjaman Pendanaan KUMK Periode 1 Januari - 30 Juni Piutang yang Berasal dari Kewajiban Bank Dalam Likuidasi Daftar Persediaan per 30 Juni Posisi Dana Penerusan Pinjaman Luar Negeri dan Dalam Negeri SLA, RDI, dan RPD per 30 Juni Daftar Rekening yang dikelola Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman Rincian Pencairan Pinjaman Pendanaan KUMK Periode 1 Januari - 30 Juni Penyertaan Modal Pemerintah pada BUMN Penyertaan Modal Pemerintah pada Non BUMN (Minoritas) Penyertaan Modal Pemerintah pada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional/ Regional Daftar Aset Tetap per 30 Juni Tagihan Tuntutan Ganti Rugi pada Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni Saldo Rekening Khusus Pemerintah per 30 Juni Saldo Rekening-Rekening Escrow Aset Tak Berwujud pada Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni Aset Lain-lain pada Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni Ringkasan Aset Negara Ex-BPPN yang Dikelola PPA untuk Periode 1 Januari 30 Juni Ringkasan Data Nominatif Aset Kredit yang Diserahkan kepada Tim Koordinasi Piutang Macet Kementerian Negara/Lembaga yang Penagihannya dialihkan Kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Luar Negeri Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Surat Utang Negara Accrued Interest on Government Bonds Utang Jangka Panjang Dalam Negeri-SUN Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya 184 Indeks Daftar -viii-

9 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 34. Ikhtisar Laporan Keuangan BLU Data Aset eks Cina/per 30 Juni Laporan Penertiban Rekening Pemerintah 201 Indeks Daftar -ix-

10 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS SINGKATAN APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BBM : Bahan Bakar Minyak BDL : Bank Dalam Likuidasi BEJ : Bursa Efek Jakarta BHMN : Badan Hukum Milik Negara BI : Bank Indonesia BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLU : Badan Layanan Umum BP MIGAS : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPK : Badan Pemeriksa Keuangan BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRR : Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi BULOG : Badan Urusan Logistik BUMD : Badan Usaha Milik Daerah BUMN : Badan Usaha Milik Negara BUN : Bendahara Umum Negara CAP : Cadangan Anggaran Pembangunan CGI : Consultative Group on Indonesia CPI : Consumer Price Index DAK : Dana Alokasi Khusus DAU : Dana Alokasi Umum DAU : Dana Abadi Umat DBH : Dana Bagi Hasil DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA-L : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran-Luncuran DJPLN : Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DPR : Dewan Perwakilan Rakyat EDI : Electronic Data Exchange GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara HTI : Hutan Tanaman Industri KITE : Kemudahan Impor Tujuan Ekspor KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama K/L Kementerian Negara/Lembaga KMK : Keputusan Menteri Keuangan KONI : Komite Olahraga Nasional Indonesia KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat KU : Kiriman Uang KUHR : Kredit Usaha Hutan Rakyat KUMK : Kredit Usaha Mikro dan Kecil KUN : Kas Umum Negara KUTPA : Kredit Usaha Tani Persuteraan Alam LAK : Laporan Arus Kas LDKP : Lembaga Dana Kredit Pedesaan LDR : Loan to Deposit Ratio Indeks Singkatan -x-

11 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) LKP : Lembaga Keuangan Pelaksana LRA : Laporan Realisasi Anggaran MAK : Mata Anggaran Pengeluaran MAP : Mata Anggaran Penerimaan MPN : Modul Penerimaan Negara MP3 : Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak NAD : Nanggroe Aceh Darussalam NPL : Non-Performing Loan PDB : Pendapatan Domestik Bruto PFK : Perhitungan Fihak Ketiga PMA : Penanaman Modal Asing PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri PMP : Penyertaan Modal Negara PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak PPh : Pajak Penghasilan PPN : Pajak Pertambahan Nilai PPnBM : Pajak Penjualan atas Barang Mewah Propenas : Program Pembangunan Nasional PSL : Past Service Liability PSO : Public Service Obligation PT PPA : PT Perusahaan Pengelolaan Aset RANTF : Recovery of Aceh Nias Trust Fund RDI : Rekening Dana Investasi RPD : Rekening Pembangunan Daerah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional SABMKN : Sistem Akuntansi Barang Milik/Kekayaan Negara SAI : Sistem Akuntansi Instansi SAL : Sisa Anggaran Lebih SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan SDA : Sumber Daya Alam SIBOR : Singapore Interbank Offered Rate SIKPA : Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran SILPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SISPEN : Sistem Penerimaan Negara SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran SKPKB : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SPKPBM : Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk SLA : Subsidiary Loan Agreement SPPD : Surat Perintah Pencairan Dana SUN : Surat Utang Negara TA : Tahun Anggaran TAB : Tahun Anggaran Berjalan TAYL : Tahun Anggaran Yang Lalu TGR : Tuntutan Ganti Rugi THT : Tabungan Hari Tua TP : Tim Pemberesan Aset TPA : Tagihan Penjualan Angsuran TSA : Treasury Single Account TSP : Tempat Simpan Pinjam USP : Usaha Simpan Pinjam UP : Uang Persediaan Indeks Singkatan -xi-

12 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN REALISASI APBN Halaman Pendapatan Negara dan Hibah Catatan B.2.1 Pendapatan Negara dan Hibah 43 Catatan B Penerimaan Perpajakan 44 Catatan B Pajak Dalam Negeri 44 Catatan B Pajak Perdagangan Internasional 44 Catatan B Penerimaan Negara Bukan Pajak 45 Catatan B Penerimaan Sumber Daya Alam 45 Catatan B Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 46 Catatan B Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 46 Catatan B Penerimaan Hibah 46 Belanja Negara Catatan B.2.2 Belanja Negara 47 Catatan B Belanja Pemerintah Pusat 48 Catatan B Transfer untuk Daerah 51 Catatan B Dana Perimbangan 51 Catatan B Dana Bagi Hasil 51 Catatan B Dana Alokasi Umum 52 Catatan B Dana Alokasi Khusus 52 Catatan B Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 52 Catatan B Dana Otonomi Khusus 52 Catatan B Dana Penyesuaian 52 Surplus (Defisit) Anggaran Catatan B.2.3 Surplus (Defisit) Anggaran 52 Pembiayaan Catatan B.2.4 Pembiayaan 52 Catatan B Pembiayaan Dalam Negeri (Neto) 53 Catatan B Pembiayaan Luar Negeri (Neto) 54 Catatan B Penarikan Pinjaman Luar Negeri 54 Catatan B Penarikan Pinjaman Program 54 Catatan B Penarikan Pinjaman Proyek 54 Catatan B Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 54 SILPA (SIKPA) Catatan B.2.5 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran SILPA (SIKPA) 54 NERACA ASET Aset Lancar Catatan C.2.1 Rekening Kas BUN di BI 57 Catatan C.2.2 Rekening Kas di KPPN 57 Catatan C.2.3 Rekening Pemerintah Lainnya di BI 57 Catatan C.2.4 Kas di Bendahara Pengeluaran 58 Indeks Catatan atas Laporan Keuangan -xii-

13 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Catatan C.2.5 Kas di Bendahara Penerimaan 58 Catatan C.2.6 Kas Trust Fund 58 Catatan C.2.7 Uang Muka dari Rekening BUN 58 Catatan C.2.8 Piutang Pajak 59 Catatan C.2.9 Piutang Bukan Pajak 59 Catatan C.2.10 Bagian Lancar RDI/RPD 61 Catatan C.2.11 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 61 Catatan C.2.12 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 61 Catatan C.2.13 Belanja Dibayar Di Muka 61 Catatan C.2.14 Piutang Lain-lain 62 Catatan C.2.15 Persediaan 63 Investasi Jangka Panjang Catatan C.2.16 Rek. Dana Investasi/Rek. Pembangunan Daerah 63 Catatan C.2.17 Dana Bergulir 64 Catatan C.2.18 Investasi Non Permanen Lainnya 65 Catatan C.2.19 Investasi Permanen PMN 65 Catatan C.2.20 Investasi Permanen Lainnya 67 Catatan C.2.21 Aset Tetap 67 Catatan C.2.22 Aset Lainnya 68 KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek Catatan C.2.23 Utang Perhitungan Fihak Ketiga 72 Catatan C.2.24 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 72 Catatan C.2.25 Utang Bunga 73 Catatan C.2.26 Utang Kepada Pihak Ketiga 74 Catatan C.2.27 Utang Jangka Pendek Lainnya 75 Kewajiban Jangka Panjang Catatan C.2.28 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN 75 Catatan C.2.29 Kewajiban Pemerintah terhadap Program THT 76 Catatan C.2.30 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan 77 Catatan C.2.31 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan 77 Catatan C.2.32 Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN 77 Catatan C.2.33 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya 77 EKUITAS Ekuitas Dana Lancar Catatan C.2.34 SAL 78 Catatan C.2.35 SILPA (SIKPA) 78 Catatan C.2.36 Dana Lancar Lainnya 78 Catatan C.2.37 Cadangan Piutang 78 Catatan C.2.38 Cadangan Persediaan 79 Catatan C.2.39 Pendapatan yang Ditangguhkan 79 Catatan C.2.40 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek 79 Ekuitas Dana Investasi Catatan C.2.41 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 79 Catatan C.2.42 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 79 Catatan C.2.43 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 80 Catatan C.2.44 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 80 LAPORAN ARUS KAS ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Indeks Catatan atas Laporan Keuangan -xiii-

14 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Catatan D.2.1 Penerimaan Perpajakan 90 Catatan D.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 93 Catatan D.2.3 Penerimaan Hibah 95 Catatan D.2.4 Belanja Pegawai 95 Catatan D.2.5 Belanja Barang 96 Catatan D.2.6 Bunga Utang 96 Catatan D.2.7 Subsidi 97 Catatan D.2.8 Bantuan Sosial 97 Catatan D.2.9 Belanja Lain-Lain 98 Catatan D.2.10 Bagi Hasil Pajak 98 Catatan D.2.11 Bagi Hasil Sumber Daya Alam 98 Catatan D.2.12 Dana Alokasi Umum 99 Catatan D.2.13 Dana Alokasi Khusus 99 Catatan D.2.14 Dana Otonomi Khusus 99 Catatan D.2.15 Dana Penyesuaian 99 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN Catatan D.2.16 Penjualan Aset Tetap 100 Catatan D.2.17 Belanja Aset Tetap 100 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN Catatan D.2.18 Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri 101 Catatan D.2.19 Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri 102 Catatan D.2.20 Penerimaan Pembiayaan Lain-lain 103 Catatan D.2.21 Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri 103 Catatan D.2.22 Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri 103 Catatan D.2.23 Penyertaan Modal Negara 103 Catatan D.2.24 RDI/RPD 103 Catatan D.2.25 Pengeluaran Pembiayaan Lain-lain 103 ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN Catatan D.2.26 Perhitungan Fihak Ketiga (Neto) 104 Catatan D.2.27 Transfer Antar Kantor 105 Catatan D.2.28 Saldo Awal Kas 105 Catatan D.2.29 Kas di Bendahara Pengeluaran 105 Catatan D.2.30 Kas di Bendahara Penerimaan 105 Catatan D.2.31 Rekening Pemerintah Lainnya pada Bank Indonesia 105 Catatan D.2.32 Kas Trust Fund 105 Indeks Catatan atas Laporan Keuangan -xiv-

15 REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN

16 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan UU Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2007, Pemerintah menyusun laporan tentang laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Semester I Tahun Anggaran (TA) 2007 dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Semester I Tahun 2007 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). LKPP Semester I Tahun 2007 ini disusun dari laporan keuangan seluruh kementerian negara/lembaga, informasi keuangan yang berada dalam pengelolaan Bendahara Umum Negara (BUN), dan unit-unit terkait lainnya yang mengelola dan/atau menguasai aset negara. 1. LAPORAN REALISASI APBN Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN Tahun Anggaran (TA) 2007 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2007 sampai dengan 30 Juni Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp295,12 triliun atau mencapai 40,82 persen dari anggarannya. Realisasi Belanja Negara pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp275,84 triliun atau mencapai 36,12 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp168,68 triliun atau 33,42 persen dari anggarannya, dan realisasi Transfer untuk Daerah sebesar Rp107,16 triliun atau 41,41 persen dari anggarannya. Realisasi Surplus Anggaran Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp19,28 triliun, sedangkan dalam APBN TA 2007 dianggarkan defisit sebesar Rp40,51 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto Semester I TA 2006 adalah sebesar Rp11,78 triliun atau 29,09 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN TA 2007 sebesar Rp40,51, sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp31,07 triliun. Ringkasan Laporan Realisasi APBN Semester I TA 2007 dan 2006 dapat disajikan sebagai berikut: (dalam triliun rupiah) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Anggaran Realisasi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah 723,06 295,12 495,22 Belanja Negara 763,57 275,84 237,92 Belanja Pemerintah Pusat 504,78 168,68 134,33 Transfer untuk Daerah 258,79 107,16 103,59 Surplus (Defisit) Anggaran (40,51) 19,28 (1,36) Pembiayaan Neto 40,51 11,78 23,80 SILPA (SIKPA) - 31,07 10,31 Ringkasan -1-

17 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 2. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 30 Juni Jumlah Aset per 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp1.290,41 triliun yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp177,79 triliun; Investasi Jangka Panjang sebesar Rp660,23 triliun; Aset Tetap sebesar Rp370,29 triliun; dan Aset Lainnya sebesar Rp82,10 triliun. Jumlah Kewajiban per 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp1.335,95 triliun yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp105,35 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp1.230,60 triliun. Sementara itu jumlah Ekuitas Dana Neto per 30 Juni 2007 adalah sebesar minus Rp45,54 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp72,44 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar minus Rp117,98 triliun. Ringkasan Neraca per 30 Juni 2007 dan 2006 dapat disajikan sebagai berikut: (dalam triliun rupiah) 30 Juni Juni 2006 Aset 1.290, ,27 Aset Lancar 177,79 118,59 Investasi Jangka Panjang 660,23 650,51 Aset Tetap 370,29 266,97 Dana Cadangan 0 1,73 Aset Lainnya 82,10 78,47 Kewajiban 1.335, ,04 Kewajiban Jangka Pendek 105,35 132,84 Kewajiban Jangka Panjang 1.230, ,20 Ekuitas Dana Neto (45,54) (269,77) Ekuitas Dana Lancar 72,44 (14,25) Ekuitas Dana Investasi (117,98) (257,25) Ekuitas Dana Cadangan 0 (1,73) 3. LAPORAN ARUS KAS Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama Semester I Tahun 2007 serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 30 Juni Saldo kas BUN per 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp49,90 triliun yang berarti terdapat kenaikan sebesar Rp24,54 triliun dari saldo per 31 Desember 2006 sebesar Rp25,36 triliun. Kenaikan saldo kas tersebut berasal dari kenaikan arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp31,52 triliun, penurunan arus kas dari aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp12,24 triliun, kenaikan arus kas dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp11,78 triliun, dan penurunan arus kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp6,52 triliun. Ringkasan Laporan Arus Kas Semester I Tahun 2007 dan 2006 dapat disajikan sebagai berikut: Ringkasan -2-

18 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) (dalam triliun rupiah) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Saldo Awal Kas BUN dan KPPN 25,36 18,01 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 31,52 11,56 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (12,24) (12,94) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan 11,78 11,64 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (6,52) (19,41) Kenaikan (Penurunan) Kas 24,54 (9,13) Saldo Akhir Kas BUN dan KPPN 49,90 8,93 4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam penyajian Laporan Realisasi APBN, pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN. Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan. Ringkasan -3-

19 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN REALISASI APBN (UNAUDITED)

20 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LAPORAN REALISASI APBN UNTUK PERIODE SEMESTER I YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2007 dan 2006 I. LAPORAN REALISASI APBN (UNAUDITED) (Dalam Rupiah) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Uraian Catatan Anggaran Realisasi % Realisasi terhadap Anggaran Realisasi A. Pendapatan Negara dan Hibah B.2.1 I. Penerimaan Perpajakan B ,74% Pajak Dalam Negeri B ,32% Pajak Perdagangan Internasional B ,85% II. Penerimaan Negara Bukan Pajak B ,30% Penerimaan Sumber Daya Alam B ,06% Bagian Pemerintah atas Laba BUMN B ,36% Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya B ,10% 15,306,463,541,129 III. Penerimaan Hibah B ,10% Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah (A.I + A.II) ,82% B. Belanja Negara B.2.2 I. Belanja Pemerintah Pusat B ,42% Belanja Pegawai ,72% Belanja Barang ,87% Belanja Modal ,80% Pembayaran Bunga Utang ,98% Subsidi ,67% Bantuan Sosial ,49% Belanja Lain-lain ,52% II. Transfer untuk Daerah B ,41% Dana Perimbangan B ,66% a. Dana Bagi Hasil B ,12% Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -4-

21 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) b. Dana Alokasi Umum B ,11% c. Dana Alokasi Khusus B ,08% Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian B ,15% a. Dana Otonomi Khusus B ,00% b. Dana Penyesuaian B ,96% Jumlah Belanja Negara (B.I + B.II) ,12% C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) B.2.3 ( ) (47,59%) ( ) D. Pembiayaan B.2.4 I. Pembiayaan Dalam Negeri B ,52% Rekening Pemerintah ,23% ( ) 2. Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi ,64% Surat Utang Negara (Neto) ,74% Dukungan Infrastruktur ( ) 0 0,00% 0 6. Penyertaan Modal Negara ( ) 0 0,00% 0 5. Dana Moratorium 0 0 0,00% Pembiayaan Lain-lain 0 ( ) - 0 II. Pembiayaan Luar Negeri (Neto) B ( ) ( ) 174,49% ( ) 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) B ,86% a. Penarikan Pinjaman Program B ,00% b. Penarikan Pinjaman Proyek B ,52% Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri B ( ) ( ) 51,36% ( ) Jumlah Pembiayaan (D.I + D.II) ,09% E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran-SILPA (SIKPA) (D+C) B Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -5-

22 REPUBLIK INDONESIA NERACA (UNAUDITED)

23 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) II. NERACA (UNAUDITED) PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NERACA PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (Dalam Rupiah) Uraian Catatan 30 Juni Juni 2006 ASET Aset Lancar Kas dan Bank Rekening Kas BUN di BI C Rekening Kas di KPPN C Rekening Pemerintah Lainnya di BI C Kas di Bendahara Pengeluaran C Kas di Bendahara Penerimaan C Kas Trust Fund C Jumlah Kas dan Bank Uang Muka dari Rekening BUN C Piutang Piutang Pajak C Piutang Bukan Pajak C Bagian Lancar RDI/RPD C Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran C Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi C Belanja Dibayar Di Muka C Piutang Lain-lain C Jumlah Piutang Persediaan C Jumlah Aset Lancar Investasi Jangka Panjang Investasi Non Permanen Rek. Dana Investasi/Rek. Pembangunan Daerah C Dana Bergulir C Investasi Non Permanen Lainnya C Jumlah Investasi Non Permanen Investasi Permanen Investasi Permanen PMN C Investasi Permanen Lainnya C Jumlah Investasi Permanen Jumlah Investasi Jangka Panjang Aset Tetap C.2.21 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dalam Pengerjaan Jumlah Aset Tetap Dana Cadangan Dana Cadangan Aset Lainnya C.2.22 Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan Dengan Pihak Ketiga Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -6-

24 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Dana yang Dibatasi Penggunaannya Aset Tak Berwujud Aset Lain-lain Jumlah Aset Lainnya JUMLAH ASET KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek Utang Perhitungan Fihak Ketiga C Bagian Lancar Utang Jangka Panjang C Utang Bunga C Utang Kepada Pihak Ketiga C Utang Jangka Pendek Lainnya C Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN C Kewajiban Pemerintah terhadap Program THT C Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya Jumlah Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Utang Jangka Panjang Luar Negeri Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan C Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan C Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN C Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya C Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri Jumlah Kewajiban Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar SAL C SILPA (SIKPA) C Dana Lancar Lainnya C Cadangan Piutang C Cadangan Persediaan C Pendapatan yang Ditangguhkan C Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek C.2.40 ( ) ( ) Jumlah Ekuitas Dana Lancar ( ) Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang C Diinvestasikan dalam Aset Tetap C Diinvestasikan dalam Aset Lainnya C Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang C.2.44 ( ) ( ) Jumlah Ekuitas Dana Investasi ( ) ( ) Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan EKUITAS DANA NETO ( ) ( ) JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -7-

25 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS (UNAUDITED)

26 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) III. LAPORAN ARUS KAS (UNAUDITED) PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS UNTUK PERIODE SEMESTER I YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2007 dan 2006 A. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI I. Arus Kas Masuk (Dalam Rupiah) Uraian Catatan Semester I TA 2007 Semester I TA Penerimaan Perpajakan D.2.1 a. Pajak Penghasilan b. Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah c. Pajak Bumi dan Bangunan d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan e. Cukai f. Bea Masuk g. Pajak Ekspor h. Pajak Lainnya Total Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) D.2.2 a. Penerimaan Sumber Daya Alam b. Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN c. Penerimaan PNBP Lainnya Total PNBP Penerimaan Hibah D Jumlah Arus Kas Masuk (A.I) II. Arus Kas Keluar 1. Belanja Pegawai D Belanja Barang dan Jasa D Bunga Utang D Subsidi D Bantuan Sosial D Belanja Lain-Lain D Bagi Hasil Pajak D Bagi Hasil Sumber Daya Alam D Dana Alokasi Umum D Dana Alokasi Khusus D Dana Otonomi Khusus D Dana Penyesuaian D Jumlah Arus Kas Keluar (A.II) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (A.I - A.II) B. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN I. Arus Kas Masuk Penjualan Aset D Jumlah Arus Kas Masuk (B.I) II. Arus Kas Keluar 1. Belanja Aset Tetap D Jumlah Arus Kas Keluar (B.II) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (B.I - B.II) ( ) ( ) Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -8-

27 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) C. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN I. Arus Kas Masuk 1. Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri D Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri D Penerimaan Pembiayaan Lain-lain D Jumlah Arus Kas Masuk (C.I) II. Arus Kas Keluar 1. Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri D Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri D Penyertaan Modal Negara D RDI/RPD D Pengeluaran Pembiayaan Lain-lain D Jumlah Arus Kas Keluar (C.2) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (C.I C.II) D. ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN 1. Perhitungan Fihak Ketiga (Neto) D Transfer Antar Kantor D.2.27 ( ) ( ) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran ( ) ( ) (D.I D.II) KENAIKAN (PENURUNAN) KAS (A+B+C+D) ( ) SALDO AWAL KAS BUN DAN KPPN D SALDO AKHIR KAS BUN DAN KPPN KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN D KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN D KAS TRUST FUND D REKENING PEMERINTAH LAINNYA PADA BI D SALDO AKHIR KAS DAN BANK Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -9-

28 REPUBLIK INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (UNAUDITED)

29 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (UNAUDITED) A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 30 ayat (1) menetapkan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 30 ayat (2) menetapkan bahwa laporan keuangan setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (1) menetapkan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa LKPP (Audited) disusun berdasarkan LKPP (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK. 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007, Pasal 13 ayat (1) menetapkan bahwa pada pertengahan Tahun Anggaran 2007 Pemerintah menyusun Laporan tentang Realisasi Pelaksanaan APBN TA 2007 Semester Pertama. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. A.2. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO GAMBARAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Indonesia masih dipengaruhi sentimen positif Perekonomian Indonesia sepanjang semester I tahun 2007 masih dipengaruhi oleh berbagai sentimen positif sebagai kelanjutan dari perbaikan ekonomi global dan regional di tahun Dalam tataran makro perbaikan kinerja ekonomi secara signifikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur berimbas pada perbaikan posisi neraca perdagangan, sementara masih tingginya harga minyak dunia dan mulai melonggarnya kebijakan moneter di Amerika Serikat turut memberi peluang bagi tumbuhnya sektor riil dan derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia. Dari sisi internal, Catatan atas Laporan Keuangan -10-

30 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) peningkatan konsumsi masyarakat, pertumbuhan investasi, alokasi belanja pemerintah yang meningkat serta peningkatan ekspor merupakan stimulus bagi perbaikan kondisi perekonomian dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi masyarakat terutama diakibatkan oleh peningkatan pendapatan riil masyarakat sebagai dampak dari penurunan suku bunga. Penurunan ini, ditambah dengan peningkatan permintaan masyarakat dan iklim investasi yang semakin kondusif turut mendorong pertumbuhan pembiayaan investasi dalam negeri. Pemerintah juga semakin intens dalam mewujudkan program-program pembangunan yang tercermin dari meningkatnya alokasi APBN tahun Selanjutnya, prospek ekonomi yang terindikasi dari kinerja ekspor juga menunjukkan kecenderungan untuk terus meningkat, meskipun pada triwulan I sempat terjadi penurunan ekspor. Dengan gambaran di atas, secara umum kondisi ekonomi makro semester I tahun 2007 masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan Indikator Utama Ekonomi PDB semester I tahun 2007 mengalami kenaikan 6,1 persen dibanding semester I tahun 2006 PDB semester I tahun 2007 harga berlaku Rp1.881,8 triliun dan harga konstan 2000 Rp961,5 triliun Kontributor PDB Indonesia yang terbesar adalah DKI Jakarta Selama semester I tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,1 persen dibandingkan dengan keadaan semester I tahun Pertumbuhan ini antara lain dihasilkan dari sektor-sektor pertanian, listrik-gas-air bersih, perdagangan-hotelrestoran, keuangan-real estat-jasa perusahaan dan jasa-jasa. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang paling tinggi mencapai 11,6 persen, disusul dengan sektor listrik-gas-air bersih sebesar 9,5 persen, konstruksi sebesar 8,6 persen dan perdaganganhotel-restoran sebesar 8,2 persen. Apabila dibandingkan dengan semester I tahun 2006, perekonomian mengalami pertumbuhan mencapai 6,3 persen (y-on-y). Sumber pertumbuhan yang utama berasal dari sektor industri pengolahan (tumbuh 1,5 persen), perdagangan-hotel-restoran (tumbuh 1,4 persen), pengangkutan dan komunikasi (0,8 persen), dan keuangan-real estat-jasa perusahaan (tumbuh 0,7 persen). Pada semester I tahun 2007, PDB harga berlaku perekonomian Indonesia mencapai Rp 1.881,8 triliun, sedangkan PDB harga konstan 2000 mencapai Rp961,5 triliun. Jika dilihat dari komponen penggunaannya, kontribusi variabel pembentuk PDB terbesar berasal dari kenaikan ekspor barang dan jasa. Perbandingan antara semester I dengan periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar 9,4 persen. Di urutan berikutnya menyusul komponen pembentukan modal tetap bruto (7,3 persen), pengeluaran konsumsi rumah tangga (4,7 persen) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (3,8 persen). Dengan kata lain ekspor merupakan salah satu andalan dalam pembentuk PDB. Yang patut dicermati dari pertumbuhan ini adalah naiknya impor barang dan jasa sebesar 7,8 persen. Akan tetapi hal tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan mengingat ekspor bersih masih menunjukkan hasil yang positif. Kontributor terbesar pembentukan PDB Indonesia selama semester I masih di Pulau Jawa (59,03 persen) yang didominasi oleh DKI Jakarta (15,98 persen). Pada semester pertama ini, tingkat pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,3 persen, terutama disumbangkan dari sektor perdagangan-hotel-restoran. Kontribusi terbesar kedua berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Sumatera yang terutama dihasilkan dari sektor pertanian dan industri pengolahan yang menyumbang 22,79 persen. Selanjutnya Kalimantan dan Sulawesi menyumbang masing-masing sebesar 8,91 persen dan 4 persen yang terutama sekali dihasilkan dari sektor pertanian. Secara keseluruhan, sektor pertanian masih mendominasi pembentukan PDB, meskipun sektor-sektor perdagangan-hotel-restoran, industri pengolahan dan pertambangan juga mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan yang memicu percepatan pertumbuhan ekonomi. Catatan atas Laporan Keuangan -11-

31 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Grafik 1: Struktur PDB per Sektor Semester I/2007 (dalam persen) Grafik 2: Struktur PDB menurut Komponen Penggunaan Semester I/2007 (dalam persen) Laju inflasi semester I 2,08 persen Laju inflasi tahun kalender 2007 (Januari Juni) mencapai 2,08 persen, sedangkan laju inflasi year-on-year (Juni 2007 terhadap Juni 2006) mencapai 5,77 persen. Kondisi inflasi ini relatif stabil dan masih sesuai dengan proyeksi yang ditentukan sebelumnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana laju inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, maka stabilnya laju inflasi semester I tahun 2007 pada dasarnya adalah dampak dari kebijakan moneter dan fiskal dalam pengendalian inflasi. Stabilnya inflasi juga diakibatkan oleh melimpahnya pasokan komoditas bahan makanan terutama bumbu-bumbuan yang mampu mengatasi tekanan inflasi dari naiknya harga beras. Tren menguatnya nilai tukar Rupiah yang terus berlangsung termasuk masih rendahnya nilai permintaan turut berkontribusi pada terkendalinya laju inflasi. Catatan atas Laporan Keuangan -12-

32 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Grafik 3: Perkembangan Laju Inflasi m-to-m (persen) Nilai tukar Rupiah Juni 2007 Rp9.054 per Dolar AS Fiscal space sebesar USD 15 miliar menurut World Bank Selama semester I ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika terus menunjukkan kecenderungan menguat dari bulan ke bulan. Dari sekitar Rp per Dolar Amerika pada awal Januari, Rupiah terapresiasi menjadi Rp9.054 per Dolar Amerika pada akhir bulan Juni Penguatan nilai Rupiah disebabkan meningkatnya arus modal asing (Foreign Direct Investment- FDI dan portofolio) serta meningkatnya ekspor. Dengan penguatan ini, beban Pemerintah atas subsidi BBM dan listrik juga menjadi lebih kecil sehingga mampu menciptakan fiscal space bagi pembangunan. Dalam Indonesia Public Expenditure Review 2007 yang dikeluarkan oleh World Bank, dikemukakan bahwa Indonesia mempunyai kesempatan yang luas untuk membangun disebabkan penambahan kemampuan keuangan negara sebanyak USD 15 miliar. Jumlah sebesar ini antara lain disebabkan menurunnya subsidi BBM sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk percepatan pelunasan utang, menaikkan pengeluaran pemerintah sebesar 20 persen dan peningkatan alokasi ke pemerintah daerah sebesar 28 persen. Hal ini dibuktikan oleh pemerintah dengan percepatan pelunasan utang pada tahun 2006 yang terbukti mampu mengurangi rasio utang pemerintah terhadap PDB dari 47 persen di tahun 2005 menjadi 35,4 persen di tahun Sementara itu pengeluaran pemerintah juga tumbuh sebesar hampir 10 persen dengan porsi kenaikan transfer ke daerah sebesar 17 persen. Dengan demikian, kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan dana yang lebih besar tersebut mendapat tanggapan positif dari lembaga internasional. Grafik 4: Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/USD Catatan atas Laporan Keuangan -13-

33 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Kegiatan ekspor dan impor meningkat Sektor riil mulai tumbuh Terkendalinya laju inflasi dan membaiknya nilai tukar diikuti juga dengan meningkatnya ekspor. Selama semester I tahun berjalan, ekspor Indonesia meningkat sebesar 14,29 persen sementara impor juga mengalami peningkatan sebesar 16,34 persen jika dibandingkan dengan semester I tahun sebelumnya. Kenaikan ekspor terutama didukung oleh kenaikan ekspor non migas yang meningkat sebesar 20,35 persen, dari senilai USD 36,50 miliar di paruh pertama tahun 2006 menjadi senilai USD 43,93 miliar pada paruh pertama tahun ini. Akan tetapi ekspor non migas ini ternyata diikuti dengan penurunan ekspor migas dari senilai USD ,8 juta pada semester I tahun 2006 menjadi hanya USD 9.687,0 juta di tahun Di satu sisi, naiknya ekspor non migas terutama disumbangkan dari sektor industri pakaian jadi dan minyak kelapa sawit. Di sisi lain, turunnya nilai ekspor migas disebabkan oleh tidak terpenuhinya produksi minyak harian sesuai asumsi APBN selama semester I ini. Sementara itu nilai impor naik signifikan dari sebesar USD ,8 juta di paruh pertama tahun 2006 menjadi USD ,9 di paruh pertama tahun ini. Kenaikan ini disumbang dari kenaikan impor migas sebesar 3,29 persen (dari USD 9.037,5 juta menjadi USD 9.334,5 juta) dan non migas sebesar 22,27 persen (USD ,7 juta menjadi USD ,4 juta). Naiknya impor migas terutama disebabkan masih berlanjutnya kenaikan harga minyak mentah dunia, padahal Indonesia masih mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan kenaikan impor non migas masih didominasi oleh impor barang konsumsi yang naik 44,57 persen dibandingkan dengan kondisi yang sama di tahun Akan tetapi, ternyata pada saat yang sama impor barang modal juga menunjukkan peningkatan sebesar 8,34 persen yang menunjukkan mulai bergeraknya sektor riil dalam negeri. Momentum kebangkitan sektor riil ini terlihat dari tumbuhnya sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 11,6 persen pada semester I tahun 2007 jika dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya. Sektor bangunan dan industri pengolahan pun mulai tumbuh masingmasing sebesar 8,6 persen dan 5,4 persen. Tumbuhnya sektor riil ini memberi harapan bagi pertumbuhan yang lebih tinggi lagi di tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan diperlukan karena bergeraknya sektor-sektor produksi akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar untuk mengatasi pengangguran. Sebagai bukti membaiknya kondisi ekonomi ini terlihat dari bertambahnya lapangan kerja baru selama kurun Februari 2006 Februari 2007 sebanyak 2,4 juta. Hal ini mendorong turunnya tingkat pengangguran dari 10,4 persen di bulan Februari 2006 menjadi 9,8 persen di Februari Dengan demikian upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi sektor riil seusai krisis terus menampakkan hasil sehingga memperbaiki fundamental ekonomi dari tahun ke tahun. Fundamental yang baik ini antara lain tercermin dari posisi cadangan devisa Indonesia yang mengindikasikan kinerja Neraca Perdagangan Indonesia per Juni 2007 mencapai USD 50,9 miliar atau setara dengan 5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah Semester I/2006 Semester I/2007 Impor (USD miliar) Ekspor (USD miliar) Grafik 5: Perbandingan Ekspor dan Impor Semester I Tahun 2006 dan Tahun 2007 Catatan atas Laporan Keuangan -14-

34 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Neraca Pembayaran Indonesia terus mencatatkan surplus Investasi portofolio meningkat Sebagai dampak peningkatan ekspor, Neraca Pembayaran Indonesia juga terus menunjukkan penguatan dengan mencatatkan surplus yang berkelanjutan. Semenjak triwulan IV tahun 2005 surplus dapat dipertahankan yang mencapai USD 3,7 miliar pada semester I tahun 2007 ini. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama di semester I tahun 2006, terdapat kenaikan transaksi berjalan sebesar 12 persen (dari USD 3,3 miliar menjadi USD 3,7 miliar). Kenaikan transaksi berjalan terutama disebabkan naiknya neraca perdagangan karena pada saat bersamaan transaksi modal dan finansial mengalami penurunan surplus. Jika melihat pada kondisi triwulan I/2007, transaksi modal dan finansial hanya mencatatkan surplus USD juta atau sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama di triwulan I/2006, yang mencapai USD juta. Aliran modal tidak terlalu banyak berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu, mengingat sentimen positif masih mampu mempertahankan investasi portofolio yang masuk ke Indonesia. Hal ini tercermin dari masih tingginya kepemilikan asing pada surat-surat berharga yang diperdagangkan di Indonesia. Lebih lanjut, stabilitas ekonomi makro dan relatif kompetitifnya suku bunga domestik mendorong naiknya aliran modal terutama investasi portofolio di semester I/2007. Investasi portofolio berupa pembelian saham, SUN dan SBI selama triwulan II tahun 2007 mencapai neto USD 3,9 miliar. Angka ini lebih tinggi dari realisasi triwulan sebelumnya yang hanya mencapai USD 1,7 miliar. Secara keseluruhan surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai USD 2,3 miliar ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus semester I tahun 2006 yang hanya sebesar USD 26 juta. Namun sejalan dengan surplus transaksi berjalan dan transaksi keuangan, penempatan aset penduduk di luar negeri diperkirakan meningkat mencapai USD 2 miliar. Hal ini dapat dicermati dari meningkatnya rekening giro milik bank dan perusahaan domestik di luar negeri. 7,000 6,000 5,786 5,000 4,000 3,000 4,742 3,379 2,637 2,708 4,415 3,700 2,000 1,000 0 Tri IV/2005 Tri I/2006 Tri II/2006 Tri III/2006Tri IV/2006 Tri I/2007 Tri II/2007 Grafik 6: Perkembangan Surplus Neraca Pembayaran Indonesia Kebijakan penurunan suku bunga dan IHSG Kebijakan pemerintah dan IHSG Kondisi perekonomian yang menunjukkan tren membaik ini mendorong Bank Indonesia untuk terus melakukan kebijakan penurunan suku bunga yang merupakan enabling factor bagi sektor riil untuk mulai berkembang. Dari bulan Januari ke Juni 2007, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga sebanyak 125 basis poin (9,75 persen ke 8,50 persen). Upaya ini mendapat respon positif dari para pelaku pasar yang tercermin dari peningkatan harga saham yang mencatatkan rekor tertinggi dan kecenderungan penurunan yield obligasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level baru pada bulan Mei 2007, sedangkan yield Surat Utang Negara (SUN) mengalami penurunan rata-rata 44 basis poin. Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal dan penguatan perekonomian juga turut memberi hasil yang signifikan bagi naiknya IHSG, di samping faktor suku bunga di atas. Penguatan IHSG juga dipengaruhi oleh kondisi regional yang memperkuat Catatan atas Laporan Keuangan -15-

35 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) kinerja pasar saham dalam negeri. Hal-hal yang mempengaruhi di antaranya meliputi penguatan pasar saham di berbagai kawasan, menurunnya tingkat kekhawatiran atas resesi Amerika, dan kecenderungan investor untuk mengurangi resiko investasi portofolio di tengah kondisi global excess liquidity. Sementara penurunan yield obligasi dikarenakan keyakinan investor atas fundamental ekonomi Indonesia yang semakin membaik sehingga mengurangi faktor country risk. Membaiknya fungsi intermediasi perbankan Membaiknya fundamental ekonomi ternyata berpengaruh pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan yang selama ini tersendat. Hal ini dapat dilihat dari membaiknya penyaluran kredit dari perbankan pemerintah maupun swasta yang menunjukkan tren peningkatan sejak triwulan II tahun Secara umum sektor perdagangan masih merupakan primadona bagi industri perbankan dalam menyalurkan kreditnya dengan rata-rata seperempat kredit perbankan jatuh ke sektor ini. Selama triwulan II tahun 2007, perbankan pemerintah telah menyalurkan kredit sebesar Rp miliar, sementara bank umum swasta nasional sebesar Rp miliar. Jumlah ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan kondisi triwulan II tahun 2006 yang sebesar Rp miliar dan Rp miliar. Di sisi lain, fungsi intermediasi yang membaik juga disebabkan makin membaiknya pengawasan terhadap perbankan untuk mencegah berulangnya kredit macet. Sehingga diharapkan pada akhir tahun nanti Loan to Deposit Ratio dapat ditingkatkan menjadi di atas 61 tahun Triwulan Grafik 7: Tingkat Diskonto SBI Harga minyak mentah dunia cenderung meningkat Produksi minyak diproyeksikan terus meningkat Harga minyak mentah dunia pada paruh pertama tahun ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Ketergantungan dunia akan BBM telah turut menaikkan harga rata-rata minyak mentah dunia dari sekitar USD 63,8 per barel menjadi USD 69,14 per barel. Ketergantungan ini tercermin dari ekspektasi meningkatnya permintaan minyak dunia kuartal III tahun 2007 sebesar 1,8 juta barel per hari dibanding kuartal II yang disebabkan faktor seasonal terkait kebutuhan BBM. Faktor lain yang turut berpengaruh pada kenaikan harga adalah menurunnya produksi minyak mentah dari negara penghasil minyak (anggota OPEC/non OPEC) dan masih terganggunya produksi di Nigeria terkait faktor-faktor keamanan. Kenaikan harga minyak ini tidak menimbulkan tekanan inflasi di dalam negeri karena pada saat bersamaan terjadi pula penguatan nilai tukar. Produksi minyak mentah Indonesia diharapkan dapat meningkat dari tahun ke tahun untuk mendukung anggaran. Pada tahun 2006 produksi minyak mentah Indonesia mencapai 329,6 juta barel per hari (rata-rata 0,935 juta barel per hari produksi). Peningkatan produksi minyak dilakukan dengan dua cara yaitu optimalisasi sumur-sumur minyak yang telah ada dan pembukaan kilang-kilang baru. Dengan demikian, pada tahun 2009 diproyeksikan produksi minyak akan mencapai 1,1 juta barel per hari. Selain itu, Pemerintah juga semakin mengintensifkan produksi gas bumi. Selama tahun 2006, produksi gas bumi ini mencapai 2,9 miliar standar kaki kubik (MSCF) yang diharapkan semakin meningkat mencapai 11 MSCF di Catatan atas Laporan Keuangan -16-

36 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) tahun Produksi migas yang terus meningkat sangat diharapkan untuk menutupi belanja negara yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk terus menyejahterakan rakyat dalam mencapai pertumbuhan yang disertai pemerataan (growth with equity). Meskipun peranan sektor migas dari tahun ke tahun diharapkan semakin menurun seiiring meningkatnya peranan sektor non migas, tetapi untuk saat ini sektor migas masih merupakan sumber pendapatan yang belum tergantikan untuk membiayai APBN. Grafik 8: Perkembangan produksi minyak mentah dan gas bumi Indonesia Pertumbuhan triwulan I/2007 konsumsi swasta 3,8 persen Investasi mulai tumbuh Tren membaiknya penanaman modal di Indonesia Pertumbuhan konsumsi swasta selama triwulan I tahun 2007 diperkirakan mencapai 3,8 persen dan terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini diakibatkan oleh penurunan suku bunga dan peningkatan pembiayaan konsumsi swasta. Selain itu, kenaikan konsumsi juga dipicu naiknya daya beli masyarakat yang terlihat dari kredit konsumsi riil yang disalurkan oleh perbankan. Dari survei kepercayaan konsumen Danareksa terlihat perbaikan keyakinan konsumen atas kondisi perekonomian yang diindikasikan dari membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Sedangkan survei konsumen Bank Indonesia dan BPS juga menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen atas kondisi perekonomian secara umum. Di sisi produsen kecenderungan perbaikan juga terlihat dari pertumbuhan riil indeks penjualan eceran dan peningkatan penjualan mobil yang merupakan benchmark untuk mendeteksi gairah konsumsi masyarakat atau peningkatan daya beli (purchasing power). Selanjutnya, investasi mulai menampakkan pertumbuhan meskipun belum menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Tumbuhnya kegiatan investasi terutama dimotori oleh akselerasi pertumbuhan investasi non bangunan. Investasi mesin, peralatan dan alat angkut yang mewakili indikator investasi non bangunan mulai menunjukkan pemulihan setelah sebelumnya sempat terpuruk sebagai dampak kenaikan BBM di bulan Oktober Selanjutnya konsumsi semen sebagai indikator dini investasi bangunan menunjukkan pertumbuhan positif selama 3 bulan terakhir, setelah sebelumnya negatif. Peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan aktifitas investasi yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan. Tren investasi yang membaik juga terlihat dari peningkatan jumlah penanaman modal di Indonesia selama Januari-Mei Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan dalam kurun waktu di atas terjadi peningkatan realisasi investasi PMDN dari Rp10.467,4 miliar di tahun 2006 menjadi Rp18.616,9 di tahun 2007 (naik 78 persen). Sedangkan realisasi PMA mengalami peningkatan dari USD 3.136,6 juta di tahun 2006 menjadi USD 3.706,0 juta di tahun 2007 (naik 18 persen). Hal ini sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur dan juga disahkannya undang-undang investasi yang baru yaitu Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (lihat boks 1). Realisasi penggunaan tenaga kerja yang terserap pada proyek-proyek PMDN dan PMA masing-masing Catatan atas Laporan Keuangan -17-

37 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) sebanyak orang dan orang. Hal ini memperlihatkan bahwa sampai dengan bulan Mei 2007 ini telah terjadi penyediaan lapangan kerja baru yang diharapkan mampu mengurangi pengangguran. Di sisi lain apabila dibandingkan dengan tahun 2006, penyerapan investasi PMA atas tenaga kerja mengalami penurunan (tahun 2006 sebanyak orang) yang menunjukkan bahwa investor asing mulai beralih ke sektor yang lebih padat modal. Peningkatan ini diikuti mulai tumbuhnya pembiayaan investasi yang terlihat dari naiknya kredit investasi. Grafik 9: Perkembangan PMDN dan PMA Boks 1. Pokok-Pokok Undang-Undang Penanaman Modal (UU 25/2007) Seluruh penanaman modal di Indonesia diatur dalam satu peraturan yang terpadu (unified law). Tidak seperti undang-undang sebelumnya, undang-undang penanaman modal yang baru mengatur seluruh kebijakan penanaman modal dalam negeri dan asing ke dalam satu kesatuan. Dalam rangka merangsang investasi, penggunaan hak atas tanah diperpanjang, yaitu hak guna usaha dari 35 menjadi 95 tahun, hak guna bangunan dari 30 menjadi 80 tahun dan hak pakai dari 25 tahun menjadi 75 tahun. Pemberian insentif fiskal berupa pengecualian dan pengurangan pajak atas proyek-proyek yang mampu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pengembangan infrastruktur dan teknologi, mengembangkan daerah perdesaan, serta untuk industri perintis diberikan oleh pemerintah kepada para investor. Untuk meningkatkan kepastian hukum, pemerintah memberikan kesamaan perlakuan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri. Undang-Undang penanaman modal ini juga lebih mendetil, yaitu undang-undang memerinci kriteria secara eksplisit (seperti penentuan daftar penanaman modal yang tidak diperbolehkan dan insentif fiskal yang didapatkan investor) dan lebih jelas (seperti pajakpajak daerah yang boleh dikenakan dan tidak kepada investor). Selain itu, pemerintah juga menunjukkan komitmen yang jelas untuk mengurangi penyimpangan, yaitu undang-undang menggariskan sistem pelayanan aplikasi penanaman modal secara terpadu dan dipusatkan di tingkat nasional yang dikoordinasikan oleh BKPM. (Sumber: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007) Optimisme pelaku bisnis internasional terhadap Indonesia Di samping hal-hal tersebut di atas, para pelaku bisnis juga semakin menunjukkan optimismenya terhadap kondisi perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Kondisi ini ditunjukkan hasil survei yang dilakukan oleh the Japan External Trade Organization (JETRO) yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang masih menganggap Indonesia sebagai Catatan atas Laporan Keuangan -18-

38 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) tempat yang penting untuk berinvestasi. Survei tersebut mengukur komparasi antara negaranegara di Asia Timur terhadap China dalam stabilitas ekonomi dan politik, kejelasan peraturan perundangan, dukungan infrastruktur dan lain-lain yang mendukung investasi langsung. Dari sepuluh negara yang paling menjanjikan untuk berinvestasi, Indonesia pada tahun 2006 dalam jangka pendek menempati urutan kesembilan. Sementara dalam jangka panjang, posisi Indonesia membaik di posisi kedelapan. Survei tersebut menggambarkan optimisme pelaku bisnis Jepang terhadap Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Hasil survei ini patut mendapat perhatian mengingat perusahaan-perusahaan Jepang merupakan investor terbesar di sektor non-migas. Triple track strategy Dana bagi perbaikan infrastruktur Upaya revitalisasi pertanian Fokus utama pemerintah pada tahun 2007 masih berkisar pada upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang dijalankan dalam triple track strategy: pro-growth, pro-job dan pro-poor. Langkah pertama yang dilakukan adalah meningkatkan pertumbuhan dengan mengutamakan ekspor dan investasi. Kedua, menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja, dan ketiga, merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi pedesaan untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ini adalah dengan mengalokasikan dana yang lebih besar untuk mengurangi kemiskinan. Dari sekitar Rp 18 triliun yang dialokasikan tahun 2004, meningkat menjadi Rp23 triliun di tahun 2005, Rp42 triliun di tahun 2006 dan meningkat signifikan menjadi Rp51 triliun di tahun Sayangnya, usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru masih mengalami berbagai kendala seperti belum membaiknya sector riil dan investasi yang masih lambat. Jadi, meskipun angka pengangguran menurun dari 11 juta menjadi 10 juta dalam setahun terakhir namun laju pertumbuhan lapangan kerja baru yang hanya mencapai 1,5 juta orang per tahun belum mampu mengatasinya secara menyeluruh. Dalam upaya memacu investasi langsung ke Indonesia, pemerintah menganggarkan dana yang cukup besar bagi perbaikan infrastruktur. Dana tersebut digunakan sebagai faktor pengungkit (leveraging) bagi terciptanya investasi yang lebih besar dari pihak swasta. Selain melalui alokasi yang berada di tingkat departemen ataupun pemerintah daerah, pemerintah juga menyalurkan dananya melalui unit usahanya, yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) yang dibentuk untuk berinvestasi. Sampai dengan Juni 2007 pemerintah telah menyalurkan dana sebesar Rp2 triliun melalui BLU ini yang antara lain diinvestasikan bagi pembangunan jalan tol sebesar Rp600 miliar melalui Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT). Selain itu, pemerintah juga gencar mempromosikan kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur. Hal ini tercermin dari berhasil disetujuinya kerjasama pembangunan monorail dengan pihak swasta asing di Jakarta, pembangunan proyek-proyek tenaga kelistrikan dan program-program perbaikan infrastruktur di daerah bencana, seperti di Sidoarjo dan Yogyakarta. Selanjutnya, sebagai tindak lanjut untuk merevitalisasi pertanian pemerintah mencanangkan agar di tahun 2007 ini dapat dihasilkan minimal 2 juta ton beras secara nasional. Peningkatan komoditas pangan diperlukan agar negara memiliki ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan 220 juta penduduk dengan pertambahan 1,3 persen per tahun. Selain peningkatan stok beras, pemerintah juga meningkatkan ketersediaan daging, jagung, kedelai dan sembilan bahan pokok lainnya. Dengan revitalisasi diharapkan para petani memiliki akses terhadap sumber daya produktif dan permodalan, dan memiliki kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik. Untuk mendukung program-program di bidang pertanian dimaksud, pemerintah menganggarakan dana sebesar Rp8,7 triliun di tahun 2007 ini. Jumlah ini mengalami kenaikan Rp2,5 triliun dari tahun sebelumnya yang besarnya Rp6,2 triliun. Penggunaan dana dimaksud di antaranya Rp 1 triliun akan digunakan untuk mensubsidi benih pada lahan 6 juta hektar, Rp745 miliar untuk jaminan kredit petani, Rp500 miliar untuk subsidi bunga dari pinjaman kredit tersebut, dan sisanya untuk peningkatan penyuluhan. Catatan atas Laporan Keuangan -19-

39 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Upaya pengentasan kemiskinan Kemandirian ekonomi Indonesia Dua belas risiko fiskal yang dihadapi Indonesia Dukungan terhadap pengentasan kemiskinan juga ditunjukkan dengan membangun sentra-sentra produksi di pedesaan. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah adalah Desa Mandiri Energi (DME) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil, terutama BBM sekaligus menggerakkan ekonomi pedesaan. Ada dua bentuk DME yang dikembangkan oleh pemerintah melalui kemitraan dengan BUMN dan swasta, yaitu DME non BBM yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya dan biogas serta DME bahan bakar nabati atau biofuel. Salah satu yang cukup mendapat perhatian untuk dikembangkan adalah budidaya tanaman jarak pagar yang mendukung konversi energi dari BBM ke bahan bakar alternatif lainnya. Untuk mempercepat upaya ini, pemerintah menyiapkan langkah-langkah yang menjamin ketersediaan lahan, modal, peralatan dan mesin, infrastruktur dan pemasaran bagi budidaya tersebut. Desa Mandiri Energi yang ada saat ini mencapai 100 desa DME biofuel dan 40 desa non BBM yang tersebar di 81 kabupaten. Di tahun 2007 ini diharapkan jumlah tersebut mampu ditingkatkan menjadi 200 DME. Selain pemberantasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan, pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam kemandirian ekonomi yang diwujudkan dengan mengutamakan pembiayaan dalam negeri. Dalam strategi pengelolaan utang, pemerintah secara bertahap mulai mengurangi utang luar negeri. Hal pertama yang dilakukan pemerintah adalah percepatan pembayaran utang kepada IMF di tahun 2006 sebesar USD 7,8 miliar, yang seharusnya baru lunas di tahun Setelah itu pemerintah juga tidak memperpanjang forum negara donor Consultative Group on Indonesia yang dianggap cenderung banyak campur tangan terhadap urusan ekonomi dalam negeri. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan dana akibat defisit anggaran, pemerintah lebih mengutamakan utang bilateral langsung dan pembiayaan dalam negeri melalui penerbitan surat utang negara. Sampai dengan kuartal I 2007 telah terdapat surplus pembiayaan sekitar Rp10 triliun yang merupakan selisih antara realisasi penerbitan surat berharga negara sebesar Rp18,77 triliun (neto) dengan kebutuhan pembiayaan kuartal tersebut sebesar Rp8 triliun. Selain itu, untuk meminimalkan resiko fiskal, pemerintah juga melaksanakan pembelian kembali (buy back) dan penukaran obligasi negara (debt switching). Selama semester I telah dilakukan 5 kali debt switching dengan nilai mencapai Rp12,6 triliun. Dengan penukaran ini maka obligasi negara yang jatuh tempo pada tahun 2008 dan tahun 2012 dapat diperpanjang pembayarannya di pertengahan tahun Sebagaimana telah tercantum juga dalam Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2008, pemerintah setidaknya dihadapkan pada dua belas sumber risiko fiskal, yaitu: (i) sensitivitas asumsi ekonomi makro, yang dapat menimbulkan risiko fiskal sehubungan dengan adanya variansi pada asumsi dasar ekonomi makro, yang menjadi acuan bagi perhitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan anggaran andalan APBN; (ii) utang pemerintah, yang sebagai pembiayaan memiliki risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar, risiko refinancing, dan risiko operasional; (iii) proyek pembangunan infrastruktur, yang dapat menimbulkan risiko sehubungan dengan pemberian jaminan pemerintah terhadap proyek tersebut; (iv) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang dapat membebani APBN apabila Pemerintah diharuskan menambah Penyertaan Modal Negara (PMN); (v) program pensiun dan Tunjangan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil, yang juga dapat membebani APBN dalam jumlah signifikan; (vi) desentralisasi fiskal, yang dapat membebani APBN sehubungan dengan kebijakan hold harmless; (vii) Bank Indonesia, yang dapat menimbulkan risiko fiskal sehubungan dengan adanya kewajiban pemerintah untuk menjaga modal awal Bank Indonesia; (viii) Lembaga Penjamin Simpanan, yang juga memerlukan peran pemerintah dalam menjaga modal awalnya; (ix) tuntutan hukum kepada pemerintah, yang antara lain terjadi dalam kasus pengadaan listrik swasta (Independent Power Producers/IPPs) dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN); (x) keanggotaan organisasi internasional, menimbulkan komitmen pemerintah untuk memberikan kontribusi kepada organisasi internasional tersebut; (xi) bencana alam, yang menuntut pemerintah untuk memberikan bantuan tanggap darurat dan penanggulangan bencana serta pemulihan pasca bencana; dan (xii) Lumpur Sidoarjo, yang menimbulkan kewajiban bagi pemerintah untuk menanggulanginya dengan mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun Catatan atas Laporan Keuangan -20-

40 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Stabilitas makro ekonomi terus membaik Semua hal di atas menunjukkan bahwa stabilitas makro ekonomi domestik terus menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu yang ditandai dengan menurunnya tingkat bunga dan inflasi, relatif stabilnya nilai tukar, dan meningkatnya cadangan devisa. Seperti tercermin dalam laporan World Economic Forum, daya saing Indonesia pada tingkat global tahun 2006 berada di posisi 50, lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2005 yang di posisi 69. Perkembangan ini juga disokong oleh pandangan lembaga pemeringkat internasional yang menganggap country risk Indonesia mulai membaik. Salah satunya adalah Standard and Poor yang menaikkan peringkat Indonesia dari BB menjadi B+ untuk utang dalam mata uang asing dan dari BB menjadi BB+ untuk utang dalam mata uang lokal. Hal ini menunjukkan persepsi dunia internasional terhadap perekonomian Indonesia adalah positif. Perkembangan indikator utama perekonomian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Indikator Utama Perekonomian TA Uraian Realisasi Realisasi Realisasi Asumsi TA 2004 TA 2005 TA 2006 TA 2007 Pertumbuhan ekonomi (persen) 5,1 5,6 5,5 6,3 Tingkat inflasi (persen) 6,4 17,1 6,6 6,5 Nilai tukar rupiah (Rp/USD) Suku bunga SBI (persen) 7,39 9,09 9,75 8,5 Harga minyak (USD/barel) 37,17 51,80 63,8 63,00 Produksi minyak (juta barel/hari 1,040 0,999 0,935 1,000 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA Struktur pembentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta alokasi dan realisasinya dari tahun 2006, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan Realisasi Anggaran Semester I TA 2006 dan 2007 (dalam triliun) Uraian Realisasi Realisasi APBN-P APBN I/2006 I/2007 Penerimaan pajak 425,1 183,1 509,5 207,6 PNBP 229,8 52,8 210,9 87,1 Penerimaan hibah 4,2 0,6 2,7 0,4 Pendapatan Negara dan hibah 659,1 236,6 723,1 295,1 Belanja pemerintah pusat 478,2 134,3 504,8 168,7 Transfer untuk daerah 220,8 103,6 258,8 107,2 Total belanja negara 699,1 237,9 763,6 275,8 Surplus (Defisit) anggaran (39,9) (1,3) (40,5) 19,3 Pembiayaan 39,9 11,6 40,5 11,8 Catatan atas Laporan Keuangan -21-

41 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Pendapatan Negara Realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp295,1 triliun Realisasi perpajakan Rp207,6 triliun Hasil positif pembaharuan peraturan perpajakan Realisasi pendapatan Negara dan hibah semester I tahun 2007 mencapai Rp295,1 triliun atau lebih besar Rp58,6 triliun (meningkat 24,76 persen) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2006 yang hanya sebesar Rp236,6 triliun. Kenaikan ini disebabkan naiknya penerimaan perpajakan sebesar Rp24,4 triliun dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp34,4 triliun. Kenaikan terutama disebabkan oleh meningkatnya penerimaan sumber daya alam di atas 40 persen (dari Rp36,2 triliun menjadi Rp51,2 triliun), penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN sebesar 14 kali lipat (dari Rp1,2 triliun menjadi Rp18,0 triliun), dan penerimaan PNBP lainnya sebesar 16 persen (dari Rp15,3 triliun menjadi Rp17,8 triliun). sementara hibah pada saat yang sama mengalami penurunan sebesar Rp216,9 miliar dari Rp646,7 miliar di semester I Tahun 2006 menjadi Rp429,8 miliar di semester I Tahun2007. Realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I tahun 2007 adalah sebesar Rp207,6 triliun atau mencapai 40 persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN tahun 2007 yang sebesar Rp509,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2006 yang hanya sekitar Rp183,1 triliun terjadi peningkatan yang cukup signifikan mencapai 13 persen. Meningkatnya penerimaan perpajakan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mengintensifkan usaha peningkatan perpajakan melalui upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pada sistem perpajakan secara berkesinambungan. Pemerintah berusaha meningkatkan kepastian atas hak-hak wajib pajak melalui pembaharuan peraturan perpajakan dan berkomitmen untuk menghapus ketentuanketentuan pajak berganda agar tercapai prinsip-prinsip perpajakan yang sehat seperti persamaan, kesederhanaan dan keadilan yang akan mampu meningkatkan kapasitas fiskal dan merangsang perkembangan ekonomi makro yang lebih baik dengan menghapuskan hambatan berinvestasi. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk menjadikan penerimaan perpajakan sebagai sumber utama penerimaan Negara. Selain itu, di bidang administrasi perpajakan pemerintah meluncurkan layanan e-pajak yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat maupun dunia usaha untuk mendapatkan pelayanan pajak. Layanan ini meliputi e-registrasi yang memudahkan wajib pajak baru untuk mendaftar dan mendapatkan nomor pokok wajib pajak, e-filing yang memudahkan pelaporan pajak, Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang memudahkan monitoring penerimaan pajak dan e-spt yang memudahkan pengisian SPT serta kemudahan untuk melakukan pengaduan pajak secara online (lihat boks 2). Kesemua hal tersebut dilakukan untuk memenuhi target penerimaan pajak pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp720,4 triliun, yang mengalami kenaikan sebesar 30 persen dibandingkan dengan target penerimaan pajak tahun Kenaikan ini untuk memenuhi asumsi APBN 2007 yang menyatakan bahwa tax ratio ditetapkan sebesar 14,4 persen. Pengaruh yang cukup kuat dari pembaharuan peraturan perpajakan terhadap penerimaan perpajakan terlihat di hampir semua jenis pajak. Pada semester I tahun 2007 ini penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp199,4 triliun atau meningkat sekitar 13 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 sebesar Rp176,4 triliun. Dari unsur ini, peningkatan terbesar didapatkan dari penerimaan pajak penghasilan nonmigas yang mencapai Rp95,1 triliun atau meningkat 19,4 persen dibandingkan tahun 2006 yang hanya Rp79,6 triliun. Pendapatan PPN dan PPnBM juga meningkat tajam sebesar 20 persen (dari Rp55,4 triliun di tahun 2006 menjadi Rp69,4 triliun di tahun 2007). Hal ini menunjukkan terjadi percepatan kegiatan ekonomi di dalam negeri, terutama dari sektor-sektor konstruksi, dan perdagangan-hotel-restoran. Catatan atas Laporan Keuangan -22-

42 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Boks 2. Strategi pajak untuk Iklim Investasi yang Kondusif Insentif Pajak berdasarkan UU yang berlaku (UU No. 28/2007) 1. WP yang melakukan penanaman modal tertentu dan atau di wilayah tertentu dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan netto sebesar 30 persen untuk selama 6 tahun (5 persen per tahun), penyusutan dan amortisasi dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun, PPh dividen 10 persen atau sesuai tax treaty; 2. Sumbangan untuk korban bencana di NAD-Nias dapat dibiayakan; 3. Penyerahan dan impor produk strategis tidak dikenakan PPN; 4. PPN tidak dipungut atas penyerahan di Bounded Area, di Kawasan Berikat Pulau Batam, dan impor barang yang memperoleh fasilitas untuk tujuan ekspor; 5. PPN dibebaskan atas impor barang modal KPS; 6. PPN dibebaskan atas avtur untuk penerbangan internasional; 7. Bebas pajak (PPN, PPn BM, PPh Pasal 22) untuk proyek pembangunan Pulau Bintan dan kawasan pendukung sekitarnya; 8. Percepatan restitusi untuk WP Patuh dari semula 1 tahun menjadi 1 minggu. Reformasi Administrasi Perpajakan 1. Peningkatan Pelayanan terhadap Wajib Pajak yang meliputi Implementasi dan Pembentukan Sistem Administrasi Pajak Modern (KPP Modern: LTO, MTO dan STO) serta Perluasan WP Patuh ditambah dengan WP tertentu (untuk percepatan pemberian restitusi); 2. Implementasi Praktek Good Governance meliputi Pembentukan Pusat Data Pajak dan e-system, Pembentukan dan Implementasi Manajemen SDM Modern (AR, case management), dan Pemeriksaan dengan korespondensi; 3. Karakteristik, Keunggulan dan Skedul/Jadwal; 4. Evaluasi: Laporan A.C. Nielsen. 5. (Sumber: Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan, diakses dari pada tanggal 10 Agustus 2007) Pajak perdagangan internasional meningkat PNBP meningkat tajam Sementara itu, penerimaan pajak perdagangan internasional turut mengalami peningkatan berarti yang digerakkan oleh naiknya aktifitas impor sepanjang tahun ini. Pada tahun 2007 paruh pertama ini, pajak perdagangan internasional naik sebesar 21 persen (atau Rp8,2 triliun) dari Rp6,7 triliun di tahun Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya pendapatan bea masuk pada semester ini sebesar 37 persen (dari Rp5,7 triliun di tahun 2006 menjadi Rp7,8 triliun di tahun 2007). Kenaikan ini sejalan dengan naiknya impor barang ke Indonesia, yang di satu sisi dapat menggerakkan perekonomian tetapi di sisi lain perlu dicermati mengingat kenaikan disebabkan oleh impor barang konsumsi rumah tangga. Tidak naiknya impor barang modal menunjukkan masih belum pulihnya sektor riil di dalam negeri dan belum maraknya investasi langsung di Indonesia. Selanjutnya, penerimaan cukai hingga saat ini masih merupakan penerimaan perpajakan terbesar ketiga setelah penerimaan PPh nonmigas dan penerimaan PPN dan PPnBM. Sampai dengan Juni 2007, realisasi penerimaan cukai telah mencapai Rp20,97 triliun atau persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN-nya sebesar Rp42,0 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan cukai pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp18,08 Catatan atas Laporan Keuangan -23-

43 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) triliun, maka jumlah tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp2.887,64 miliar atau 15,97 persen. Peningkatan realisasi penerimaan cukai dalam semester I tahun 2007 tersebut, selain dipengaruhi oleh semakin meningkatnya volume produksi barang kena cukai (BKC) khususnya pada produksi hasil tembakau, juga berkaitan dengan kebijakan kenaikan harga jual eceran (HJE) untuk semua jenis hasil tembakau sebesar 7 persen sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK tentang Perubahan Kedua Atas PMK Nomor 431PMK.04/2005 tentang Penetapan Harga Dasar dan Tarif Cukai Hasil Tembakau, yang secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Maret Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan realisasi penerimaan cukai adalah adanya upaya dan langkah-langkah penyempurnaan administrasi (administrative measure) yang terus menerus dilakukan sejak tahun 2001, terutama dalam rangka menanggulangi peredaran rokok ilegal Pada semester I tahun 2007, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp87,1 triliun mengalami peningkatan yang cukup tajam sebesar Rp34,4 triliun atau 65 persen dibandingkan penerimaan semester I tahun sebelumnya sebesar Rp52,8 triliun. Hal tersebut menunjukan perkembangan PNBP memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan negara dengan kenaikan yang paling besar terutama berasal dari penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN dan penerimaan migas. Pengaruh harga migas dunia terhadap PNBP Peningkatan harga minyak mentah dan gas alam di pasar dunia turut memberi andil yang cukup besar bagi peningkatan pendapatan negara bukan pajak selama semester I tahun 2007, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun Pada semester ini penerimaan migas sebesar Rp46,16 trilun mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar Rp13,18 triliun atau 39,98 persen dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp32,98 triliun. Hal ini diikuti dengan kenaikan penerimaan SDA pertambangan umum sebesar Rp4,1 triliun, mengalami kenaikan sebesar Rp1,98 triliun atau 94,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, penerimaan SDA kehutanan mengalami penurunan sebesar Rp93,42 miliar atau 8,77 persen menjadi Rp971,2 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,1 triliun sedangkan SDA perikanan mengalami penurunan sebesar Rp30,78 miliar atau 39 persen menjadi Rp48,13 miliar dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp78,9 miliar. Selanjutnya dengan semakin membaiknya kinerja BUMN, penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN semester I tahun 2007 sebesar Rp18,0 triliun mengalami kenaikan sebesar Rp16,8 triliun atau 1.368,3 persen dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp1,2 triliun. Peningkatan ini jelas menggembirakan mengingat dalam APBN tahun 2007 penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN ditargetkan sebesar Rp22,3 triliun, hal tersebut menegaskan bahwa pada tahun-tahun mendatang peranan BUMN dalam perekonomian diharapkan semakin meningkat (lihat boks 3). Sementara itu, penerimaan PNBP lainnya semester I tahun 2007 sebesar Rp17,8 triliun mengalami kenaikan sebesar Rp2,5 triliun atau sebesar 16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp15,3 triliun. Boks 3. BUMN dan Pengembangannya Dari sekitar 139 Badan Usaha Milik Negara yang ada di Indonesia, tinggal 20 BUMN yang masih memerlukan perbaikan, dengan nilai kerugian yang terus mengecil. Jumlah BUMN sebanyak ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan 3 tahun lalu yang sebanyak 158 BUMN. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,3 persen di tahun 2007 ini, BUMN diharapkan mampu menjadi motor pembangunan. Untuk hal tersebut, pemerintah menunjukkan komitmen dengan berencana mengalokasikan belanja modal atau investasi yang mencapai Rp114 triliun di tahun 2007 dan Rp150 triliun di tahun Beberapa program seperti pemanfaatan Bahan Bakar Catatan atas Laporan Keuangan -24-

44 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Nabati untuk menggantikan BBM, percepatan pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan perumahan untuk rakyat, dan peningkatan investasi serta revitalisasi sektor pertanian melalui Perkebunan Inti Rakyat (PIR) diharapkan dapat dilaksanakan oleh BUMN. Pengelolaan BUMN di masa depan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsa serta tidak menjadi beban bagi negara, sehinga perbaikan kinerja dan daya saing menjadi kunci terciptanya kondisi tersebut. Ukuran keberhasilan tujuan ini adalah meningkatnya kontribusi BUMN kepada negara berupa pajak dan dividen, di samping kemampuan bersaing untuk menciptakan produk yang berkualitas dan murah sesuai kebutuhan rakyat. Karenanya, BUMN harus menerapkan prinsip-prinsip yang mencerminkan good corporate governance yang mengutamakan akuntabilitas dan tranparansi. Garis besar pengelolaan BUMN Program revitalisasi dan optimalisasi peran BUMN untuk mendukung program-program pemerintah, yaitu percepatan pembangunan infrastruktur, revitalisasi sektor pertanianperkebunan-perikanan, pengembangan energi alternatif, pengembangan koperasi dan UKM dan meningkatkan kontribusi kepada Negara dengan pajak, dividend an efisiensi pengeluaran. Program peningkatan kinerja BUMN pada tahun 2007 sebesar 20 persen meliputi peningkatan dan optimasi investasi, peningkatan efisiensi, pelaksanaan proyek pemerintah oleh BUMN, mendorong restrukturisasi keuangan BUMN, pengembangan dan diversifikasi usaha, serta peningkatan ekspor. Program rightsizing BUMN untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembinaan dengan membedakan antara BUMN yang harus dimiliki Negara karena menjalankan public service obligation dan yang tidak harus dimiliki Negara. (Sumber: Rumusan Hasil Rakor BUMN tanggal April 2007) Dengan makin mandirinya perekonomian Indonesia dan makin kokohnya kondisi keuangan negara, pendapatan hibah tidak terlalu diharapkan dalam mendukung APBN. Dari total sebesar Rp2,7 triliun yang dianggarkan dalam APBN 2007, realisasi semester I ini hanya mencapai Rp429,8 miliar saja. Sedikitnya ketergantungan terhadap pendapatan hibah ini sebetulnya telah tergambar pada tahun 2006 di mana realisasi hanya sekitar Rp1,8 triliun dari Rp4,2 triliun yang dianggarkan. Belanja Negara Belanja negara meningkat 16 persen menjadi Rp275,8 triliun Alokasi belanja pemerintah pusat meningkat Secara umum belanja pemerintah selama semester I tahun 2007 ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan hampir 16 persen (dari Rp237,9 triliun di tahun 2006 menjadi Rp275,8 triliun di tahun ini). Kenaikan belanja ini seiring dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kemandirian melalui percepatan pembayaran utang, dan mengurangi kesenjangan tingkat pendapatan antar daerah. Dengan demikian diharapkan hasil-hasil pembangunan dapat tersebar merata di seluruh tanah air dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Jika melihat pada alokasi belanja pemerintah pusat pada tahun 2007 ini terdapat peningkatan sebesar Rp26,6 triliun atau sebesar 5,6 persen (dari Rp478,2 triliun menjadi Rp504,8 triliun). Kenaikan pada anggaran belanja modal sebesar 9,6 persen (dari Rp66,7 triliun Catatan atas Laporan Keuangan -25-

45 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) pada tahun 2006 menjadi Rp73,1 triliun pada tahun 2007). Ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat serius untuk melakukan pembangunan yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Alokasi terbanyak dari APBN diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur pedesaan, perbaikan sarana kesehatan dan pendidikan, serta pembangunan sumber tenaga kelistrikan. Pengalokasian dana untuk perbaikan infrastruktur perdesaan mendesak untuk dilakukan mengingat masih banyak sumber-sumber ekonomi rakyat yang berada di pedesaan belum tersentuh oleh kemajuan. Hal tersebut sejalan dengan Program Nasional Masyarakat Mandiri (PNPM) yang dicanangkan oleh pemerintah dalam membantu kemandirian masyarakat pedesaan. Program ini pada hakekatnya bertujuan untuk membangun kemitraan antar masyarakat dalam menciptakan peluang ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendidikan, kesehatan, pangan dan lain-lain. Dalam kerangka ini pemerintah bertindak sebagai pemicu tumbuhnya kemandirian, salah satunya dengan pembangunan infrastruktur. Di lain sisi, pembangunan tenaga kelistrikan juga mendesak untuk dilakukan mengingat kebanyakan pembangkit yang ada menggunakan BBM sebagai sumber tenaga sehingga rawan terhadap dampak lonjakan harga minyak mentah dunia. Untuk itu diharapkan pembangkit yang ada nantinya tidak menggunakan BBM sebagai sumber tenaga, tetapi menggunakan sumber lain seperti batu-bara ataupun bahkan energi nuklir. Kemungkinan-kemungkinan tersebut sampai saat ini masih terus dijajaki oleh pemerintah bersama beberapa negara partner seperti Cina, Jepang dan Australia. Kenaikan belanja pegawai Belanja pemerintah pusat untuk subsidi Selama semester I tahun 2007, realisasi belanja pegawai mengalami lonjakan yang cukup berarti dengan peningkatan sebesar 41,4 persen (dari Rp32,7 triliun menjadi Rp46,3 triliun) dibandingkan dengan tahun Kenaikan sebesar itu ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan pegawai negeri dan pensiunan melalui kenaikan gaji dan pemberian gaji ketiga belas. Peningkatan ini perlu dilakukan mengingat pemerinta berkomitmen untuk melakukan reformasi birokrasi sehingga pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dapat berjalan dengan efisien. Seperti diketahui, terdapat korelasi positif antara kenaikan gaji dan peningkatan profesionalisme pegawai sehingga peningkatan penghasilan dapat meningkatkan kinerja sekaligus meredam korupsi di kalangan pegawai. Sementara kenaikan gaji pensiun ditujukan sebagai penghargaan atas pengabdiannya selama bertugas. Perbaikan penghasilan juga berhubungan dengan peningkatan di sektor pendidikan melalui perbaikan nasib para guru. Dengan demikian amanah undang-undang yang menyebutkan alokasi dana untuk pendidikan sebesar 20 persen dapat sedikit demi sedikit tercapai. Perbaikan penghasilan para pegawai/pensiunan ini diharapkan mampu meningkatkan daya beli yang dapat memicu pertumbuhan lebih tinggi lagi. Efektifitas kenaikan tersebut terlihat dari meningkatnya konsumsi rumah tangga sehingga mampu mempertahankan pertumbuhan di atas 6 persen selama semester I tahun 2007 (y-on-y). Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, dalam APBN TA 2007 subsidi masih mempunyai porsi yang cukup besar dalam struktur belanja Pemerintah Pusat. Dalam APBN TA 2007, subsidi dialokasikan sebesar Rp102,9 triliun atau turun 4,4 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp107,6 triliun. Subsidi ini diperuntukkan bagi subsidi BBM dan non BBM. Dalam upaya mengurangi ketergantungan masyarakat atas BBM dan beban anggaran, pemerintah mengkombinasikan subsidi BBM dengan program konversi energi. Salah satu contoh nyata adalah dengan penjatahan minyak tanah di masyarakat kelas ekonomi lemah yang disertai pembagian kompor gas sehingga masyarakat beralih menggunakan gas yang cenderung lebih hemat. Untuk subsidi non BBM, pemerintah mengalokasikannya dalam subsidi listrik melalui PT. PLN, subsidi pangan melalui BULOG, subsidi pupuk bagi pertanian dan subsidi untuk BUMN yang melayani kepentingan publik (public service obligation). Peningkatan alokasi belanja subsidi tercermin dari anggaran sebesar Rp105,2 triliun (RAPBN-P) yang semula Rp102,9 (RAPBN) triliun atau meningkat sebesar Rp2,229 triliun. Kenaikan belanja subsidi bersumber dari subsidi listrik, subsidi pupuk, subsidi PSO dan subsidi kredit program. Dengan demikian dalam RAPBN-P 2007, terdapat 4 jenis subsidi yang mengalami kenaikan, yaitu subsidi listrik, subsidi pupuk, subsidi PSO dan subsidi kredit program. Sedangkan Catatan atas Laporan Keuangan -26-

46 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) subsidi yang mengalami penurunan adalah subsidi BBM dan subsidi pangan. Penurunan ini berkaitan dengan kebijakan penetapan harga BBM di tahun 2005 yang secara berkesinambungan menyerahkan harga BBM menurut mekanisme pasar. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi beban anggaran. Dengan beban anggaran yang berkurang, dana untuk pembangunan semakin meningkat sehingga terjadi akselerasi program-program pembangunan. Sementara penurunan subsidi pangan terutama disebabkan tidak dialokasikannya anggaran untuk pengadaan stok beras nasional yang telah dimulai sejak tahun Subsidi listrik Subsidi pupuk Subsidi PSO Subsidi kredit program Realisasi belanja bantuan sosial meningkat 32,6 persen Subsidi listrik mengalami peningkatan karena meningkatnya permintaan akan listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Jika rata-rata pertumbuhan ekonomi yang diharapkan sebesar 6 persen per tahun maka kebutuhan listrik per tahun rata-rata meningkat 6,6 persen atau setara dengan 3,76 Giga Watt electric (GWe). Di sisi lain adanya kebijakan Pemerintah untuk menunda kenaikan tarif dasar listrik (TDL) hingga tahun 2009 yang mengakibatkan PT. PLN menanggung biaya operasional dan produksi listrik yang semakin meningkat. Tingginya biaya operasional dan produksi listrik disebabkan karena PT. PLN memiliki lebih banyak pembangkit listrik yang berbasis BBM sebagai penggeraknya. Sehingga guna menjaga suplai listrik relatif baik maka PT. PLN perlu mendapatkan tambahan subsidi. Dalam APBN-P besarnya subsidi menjadi Rp32.487,50 miliar dari semula Rp25.838,20 miliar. Berdasarkan data kelistrikan nasional, kapasitas listrik nasional sekarang 33 GWe. Permintaan listrik nasional mencapai 79,1 GWe di tahun Dengan demikian terjadi kekurangan pasokan lebih dari 36 GWe yang rencananya akan diatasi dengan menambah investasi baru yang akan menghasilkan pasokan listrik 10 ribu MW. Subsidi pupuk mengalami kenaikan karena Pemerintah menetapkan target peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton. Diharapkan dengan kenaikan subsidi pupuk tersebut, produksi beras semula 34 juta ton akan meningkat menjadi 36 juta ton. Berdasarkan data pada Departemen Pertanian, pada tahun 2007, kebutuhan pupuk Urea sebanyak 4,3 juta ton, SP-3 sebanyak ton, ZA ton, dan NPK sekitar ton. Guna mendukung program peningkatan produksi beras menjadi sebanyak dua juta ton, terdapat peningkatan penggunaan pupuk bersubsidi sekitar 800 ribu ton. Dengan dibatalkannya kebijakan menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk per Januari maka kebutuhan subsidi semakin meningkat. Subsidi PSO diberikan kepada PT. Kereta Api Indonesia, PT. Pelni dan PT. Posindo. PT. KAI akan mendapat tambahan subsidi sehingga total subsidi yang diterima oleh PT. KAI sebesar Rp400 miliar. Sedangkan PT. Pelni akan memperoleh subsidi sebesar Rp450 miliar dan PT. Posindo memperoleh Rp125 miliar. Dibandingkan tahun 2006, subsidi PSO mengalami penurunan sebesar Rp240 miliar di tahun Namun demikian dalam di tahun anggaran 2007, terjadi perubahan besaran subsidi yang semula di RAPBN sebesar Rp950 miliar menjadi Rp975 miliar atau meningkat sebesar Rp25 miliar. Meningkatnya subsidi kredit program karena adanya program pemerintah untuk meningkatkan volume pembangunan rumah bersubsidi dan program dalam rangka subsidi energi nabati dan revitalisasi perkebunan. Dengan demikian subsidi kredit program dalam RAPBN-P meningkat 1,5 persen lebih tinggi dari RAPBN Realisasi belanja bantuan sosial pada semester I tahun 2007 ini mencapai Rp14,6 triliun atau meningkat 32,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 yang hanya Rp11,0 triliun. Bantuan sosial dimaksud disalurkan secara langsung melalui kementerian negara/lembaga dan dalam rangka penanggulangan bencana. Selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan realisasi bantuan yang sangat berarti, dari semula Rp25,6 triliun (0,9 persen PDB) di tahun 2005 menjadi Rp41,0 triliun (1,3 persen PDB) dalam RAPBN-P tahun Peningkatan ini disebabkan meningkatnya alokasi dana penanggulangan bencana alam dan mitigasi bencana di beberapa wilayah tanah air. Hal tersebut juga berkaitan dengan pelaksanaan program-program bantuan langsung kepada masyarakat, khususnya pendanaan PKPS BBM bidang kesehatan dan Catatan atas Laporan Keuangan -27-

47 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) pendidikan. Upaya penanggulangan kemiskinan Belanja pemerintah menurut fungsi Fungsi pelayanan umum Fungsi pendidikan Fungsi ekonomi Upaya di atas sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan pemerintah dalam mempercepat pencapaian Millenium Development Goals sekaligus memutus rantai kemiskinan dengan pembukaan akses terhadap pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Dalam kaitan dengan hal tersebut pemerintah melakukan konsolidasi program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dikelola 19 kementerian negara/lembaga dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Untuk tahun 2007 ini pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp3,9 triliun dengan cakupan sasaran kecamatan di perdesaan dan 838 kecamatan di perkotaan. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan akses modal bagi Usaha Kecil Menengah melalui penyediaan dana bergulir UKM dan koperasi, serta bantuan sertifikasi tanah untuk penjaminan kredit. Selanjutnya pemerintah juga berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap perumahan serta sarana dan prasarana pendukungnya. Kesemua hal tersebut menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun dengan pemerataan. Sementara itu, belanja pemerintah pusat menurut fungsi pada dasarnya menggambarkan besarnya alokasi anggaran pada program-program dalam fungsi kementerian negara/lembaga yang menjalankan program-program dalam fungsi bersangkutan. Melanjutkan kebijakan-kebijakan tahun sebelumnya, pemerintah masih memfokuskan pelaksanaan APBN untuk menjalankan fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pertahanan dan fungsi ketertiban dan keamanan. Selama tahun 2007 ini, alokasi pada masingmasing fungsi tersebut menunjukkan kenaikan yang cukup berarti. Alokasi untuk fungsi pelayanan umum pada tahun 2007 ini mencapai Rp296,8 triliun (8,4 persen PDB) atau meningkat 12,7 persen dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya Rp263,4 triliun (8,7 persen PDB). Peningkatan yang terjadi dihubungkan dengan lebih tingginya alokasi subfungsi pelayanan umum lainnya, subfungsi pinjaman pemerintah dan subfungsi lembaga eksekutif, legislatif, keuangan/fiskal, dan urusan luar negeri. Untuk subfungsi pelayanan umum lainnya, kenaikan dipengaruhi oleh (i) meningkatnya alokasi subsidi dan transfer lainnya akibat kenaikan harga minyak dunia dan nilai tukar; dan (ii) tingginya pembiayaan program lainlain untuk tambahan anggaran rekonstruksi dan rehabilitasi akibat gempa. Lebih lanjut, meningkatnya alokasi subfungsi pinjaman pemerintah berkaitan dengan program pembayaran bunga utang dan kebijakan pengelolaan utang secara keseluruhan. Sedangkan alokasi subfungsi lembaga eksekutif dan legislative berhubungan dengan program-program untuk mendukung kelancaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Sampai dengan semester I ini fungsi pelayanan umum baru terealisasi sebesar Rp109,59 triliun (bruto). Pemerintah juga terus berupaya mewujudkan alokasi anggaran pendidikan sekurangkurangnya sebesar 20 persen dari APBN dengan meningkatkan alokasi anggaran fungsi pendidikan menjadi Rp54,1 triliun (1,5 persen PDB) atau meningkat 24,9 persen dibandingkan tahun Peningkatan diperuntukkan bagi program-program yang dijalankan oleh Depdiknas dan Departemen Agama yang meliputi (i) wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun; (ii) pendidikan menengah; (iii) pendidikan tinggi; dan (iv) peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Realisasi anggaran fungsi pendidikan sampai dengan semester I ini baru mencapai Rp17,6 triliun (bruto). Realisasi sebanyak itu dipergunakan untuk mempercepat peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik serta sertifikasi akademik, dan memberikan berbagai tunjangan tambahan lainnya. Untuk tahun 2007 ini, cakupan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mencapai 41,9 juta siswa. Di samping itu, pemerintah juga meningkatkan akses dan memperluas pemerataan dengan melakukan penyediaan sarana dan prasarana terutama di daerah perdesaan dan terpencil, serta memberikan beasiswa bagi siswa miskin di berbagai jenjang pendidikan. Alokasi dana fungsi ekonomi ditujukan untuk meningkatkan peranan pemerintah dalam menstimulasi perekonomian dan mendukung agenda pembangunan melalui program-program yang Catatan atas Laporan Keuangan -28-

48 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) berpihak pada pertumbuhan, penyerapan tenaga kerja, dan pengurangan kemiskinan. Alokasi yang dianggarkan tahun 2007 ini mencapai Rp51,3 triliun (1,5 persen PDB) atau meningkat 29,3 persen dari tahun Peningkatan digunakan untuk membiayaai program-program (i) peningkatan jalan dan jembatan, rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan, pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai-danau-sumber air lainnya, serta pengembangan jaringan irigasi melalui Departemen Pekerjaan Umum; (ii) peningkatan kualitas jasa pelayanan sarana dan prasarana ketenagalistrikan melalui Departemen ESDM; (iii) peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana perkeretaapian dan transportasi laut melalui Dephub; (iv) pengembangan sumber daya perikanan melalui DKP; (v) pengembangan agrobisnis, ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan pertanian melalui Deptan; serta (vi) pengembangan, pemerataan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pos dan telematika melalui Depkominfo. Sampai saat ini anggaran fungsi ekonomi baru terealisasi sebesar Rp9,9 (bruto). Fungsi pertahanan Fungsi ketertiban dan keamanan Fungsi kesehatan Transfer untuk daerah Alokasi masing-masing transfer ke daerah Selanjutnya, alokasi belanja untuk pertahanan juga mengalami peningkatan sebesar 15,7 persen jika dibandingkan dengan tahun 2006 (dari Rp28,3 triliun (0,9 persen PDB) menjadi Rp32,7 triliun (0,9 persen PDB)). Penambahan alokasi ini berkaitan dengan tambahan anggaran untuk program-program yang dijalankan Dephan yang meliputi (i) pengembangan pertahanan integratif; (ii) pengembangan pertahanan matra darat; (iii) pengembangan matra udara; dan (iv) pengembangan matra laut. Alokasi belanja pertahanan ini baru terealisasi sekitar Rp12,8 triliun (bruto) sampai dengan semester I tahun Dalam rangka menjaga keutuhan negara dan menciptakan rasa aman di dalam negeri, pemerintah meningkatkan alokasi anggaran fungsi ketertiban dan keamanan menjadi Rp29,2 triliun (0,8 persen PDB) atau meningkat 15,5 persen dari tahun 2006 yang sebesar Rp25,3 triliun. Peningkatan ini dikaitkan dengan alokasi anggaran program-program yang dilaksanakan oleh Kepolisian Negara RI di antaranya (i) pengembangan sumber daya manusia kepolisian; (ii) pemeliharaan kamtibmas; dan (iii) pengembangan sarana dan prasarana kepolisian. Di semester I ini anggaran yang dialokasikan bagi pelaksanaan fungsi ketertiban dan keamanan baru terealisasi sebesar Rp11,1 triliun (bruto). Sementara itu, anggaran di bidang kesehatan ditujukan terutama untuk pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin, penanggulangan penyakit menular, penanganan masalah gizi kurang, penyediaan obat esensial generik, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta penyediaan tenaga kesehatan. Sedangkan pemanfaatan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin akan terus diperluas. Tahun 2007 ini pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp17,5 triliun untuk melaksanakan fungsi kesehatan yang baru terealisir sebesar Rp4,2 triliun (bruto) di semester I. Selain belanja pemerintah pusat, pemerintah juga mengalokasikan dana yang besar untuk transfer ke pemerintah daerah dalam rangka menjalankan tugas-tugas pemerintah yang didesentralisasikan. Pada tahun 2007 ini, pemerintah mengalokasikan transfer dana ke pemerintah daerah mencapai Rp258,8 triliun (7,3 persen PDB). Jika dibandingkan dengan tahun 2006, alokasi ini meningkat Rp38 triliun atau meningkat 17 persen. Kebijakan transfer dana ke daerah diprioritaskan untuk (i) mengurangi kesenjangan fiscal antara pusat dan daerah (vertical fiscal imbalance) dan antardaerah (horizontal fiscal imbalance); (ii) mengurangi kesenjangan pelayanan public antardaerah (public service provision gap); (iii) mendukung kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dalam kebijakan ekonomi makro; (iv) meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi pendapatan asli daerah; (v) meningkatkan efisiensi sumber daya nasional; dan (vi) meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas alokasi belanja ke daerah. Transfer dana ke pemerintah daerah terbagi menjadi dua, yaitu dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Dari alokasi dana perimbangan sebesar Rp250,3 triliun (7,1 persen PDB), sebesar Rp68,5 triliun (1,9 persen PDB) merupakan dana bagi hasil, Rp164,8 triliun dana alokasi umum dan Rp17,1 dana alokasi khusus. Sementara itu, dana otonomi khusus dan penyesuaian dialokasikan sebesar Rp8,5 triliun (0,2 persen PDB). Dana bagi hasil merupakan Catatan atas Laporan Keuangan -29-

49 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah berdasarkan persentase tertentu dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum ditujukan untuk memeratakan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah. Sedangkan dana alokasi khusus diperuntukkan bagi pendanaan kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, terutama untuk membantu membiayaai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat atau untuk mendorong percepatan pembangunan derah. Alokasi DAK pada tahun 2007 diprioritaskan untuk (i) membantu menyediakan sarana dan prasarana fisik yang seharusnya menjadi tangung jawab daerah; (ii) menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah pesisir/kepulauan/perbatasan darat dengan Negara lain, serta termasuk daerah ketahanan pangan; (iii) mendorong penyediaan lapangan kerja, mengurangi jumlah penduduk miskin, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan sel-sel pertumbuhan di daerah; (iv) menghindari tumpang tindih pendanaan antara yang seharusnya didanai DAK dengan anggaran kementerian negara/lembaga; dan (v) mengalihkan kegiatan yang didanai dari dana dekonsentrasi/tugas pembantuan tertentu secara bertahap ke DAK. Dana otonomi khusus dan penyesuaian Realisasi transfer dana ke pemerintah daerah Sementara itu, alokasi dana otonomi khusus dan penyesuaian pada tahun 2007 ini mencapai Rp8,5 triliun (0,2 persen PDB) yang lebih dua kali lipat dari alokasi tahun 2006 sebesar Rp4,1 triliun. Alokasi sebesar itu diperuntukkan bagi daerah yang mempunyai status otonomi khusus dan atau untuk mempertahankan agar alokasi dana DAU di tahun ini tidak lebih rendah dari alokasi DAU dan dana penyesuaian tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 ini, Provinsi Papua sebagai penerima dana otsus diberikan alokasi dana yang besarnya setara 2 persen dari DAU nasional untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendidikan, social, dan kesehatan. Realisasi transfer dana ke pemerintah daerah selama semester I untuk dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyesuaian, masing-masing adalah Rp106,8 triliun dan Rp0,3 triliun. Untuk dana perimbangan, jumlah di atas relatif lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 yang hanya Rp102,9 triliun. Sementara dana otonomi khusus penyalurannya relatif sedikit dibandingkan dengan tahun lalu yaitu Rp0,6 triliun. Penyerapan yang relatif lambat ini masih memungkinkan untuk dikejar selama semester II mengingat seperti tahun-tahun sebelumnya pembangunan di daerah mulai marak ketika pertengahan tahun. Pembiayaan Defisit diperkirakan mencapai Rp40,5 triliun Pengutamaan sumber pembiayaan dalam negeri Defisit APBN tahun 2007 ini direncanakan mencapai Rp40,5 triliun atau 1,1 persen dari PDB. Jika dibandingkan dengan defisit tahun 2006 yang dialokasikan sebesar Rp29,1 triliun (0,98 persen dari PDB), jumlah tersebut cukup besar. Tetapi jika melihat pada struktur belanja dan kompleksitas pembangunan, hal itu merupakan sebuah hal yang tak terelakkan. Dalam rangka menutup defisit ini pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dalam negeri yang diperoleh dari perbankan sebesar Rp12,9 triliun (0,4 persen PDB) dan non perbankan dalam negeri sebesar Rp42,1 triliun (1,2 persen dari PDB). Pembiayaan non perbankan diharapkan didapatkan dari privatisasi dan penjualan aset Program Restrukturisasi sebesar Rp4,8 triliun, penerbitan Surat Utang Negara (neto) Rp40,6 triliun (1,1 persen PDB). Untuk pembiayaan dalam negeri pemerintah melanjutkan komitmennya dengan menyalurkan tambahan dana bagi dukungan infrastruktur dalam tahun 2007 ini sebesar Rp2 triliun. Di lain pihak pemerintah juga terus menunjukkan komitmen dengan mempercepat pelunasan utang ke luar negeri. Ini terlihat dari pembiayaan luar negeri (neto) yang besarnya minus Rp14,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri diharapkan lebih besar dari penarikan pinjamannya. Catatan atas Laporan Keuangan -30-

50 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi pembiayaan Sementara itu, realisasi pembiayaan sampai dengan akhir semester I tahun 2007 mencapai Rp11,8 triliun yang terdiri dari pembiayaan dalam negeri (neto) Rp37,2 triliun dan luar negeri (neto) minus Rp25,4 triliun. Jika dibandingkan dengan kondisi yang sama tahun 2006 jumlah tersebut lebih besar (pembiayaan dalam negeri Rp31,6 triliun dan luar negeri minus Rp19,9 triliun). Hal ini sesuai dengan kondisi saat ini di mana pemerintah sedang giat menerbitkan obligasi. Sementara itu, penarikan pinjaman luar negeri tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah cicilan pokok utang luar negeri yang dibayarkan pemerintah. Ini sekali lagi menunjukkan kesungguhan pemerintah untuk mengurangi rasio utang luar negeri yang sekaligus menolak ketergantungan negara pada sumber pembiayaan luar negeri. Tabel 3 Perbandingan Indikator Ekonomi Tahun No. Indikator Semester I/ , ,00 12,70 5,60 17,11 85,57 66,32 57,55 40,16 34, ,20 542,40 26,18 239, , ,196 15,00 5,50 6,60 100,69 79,50 61,08 42,10 42, ,80 670,73 32,80 297,08 961, ,8 15,00 6,00 2,08 53,62 43,93 33,66 24,32 50, ,1 263,5 (31,56) 289, Nilai PDB Harga Konstan Tahun 2000 (Rp triliun) Nilai PDB Harga yang Berlaku (Rp triliun) PDB per kapita (Rp juta) Pertumbuhan PDB (persen) Inflasi (persen) Total Ekspor (USD miliar) Ekspor Non Migas (USD miliar) Total Impor (USD miliar) Impor Non Migas (USD miliar) Cadangan Devisa (USD miliar) Kurs Rupiah/USD Total Penerimaan Pemerintah (Rp triliun) Total Pengeluaran Pemerintah (Rp triliun) Defisit Anggaran (Rp triliun) Uang Primer (Rp triliun) Uang Beredar (Rp triliun) a. Arti Sempit (M1) b. Arti Luas (M2) Kredit Perbankan (Rp triliun) Suku Bunga (persen per tahun) a. SBI b. Deposito 1 Bulan c. Kredit Modal Kerja d. Kredit Investasi Persetujuan Investasi a. Domestik (Rp triliun) b. Asing (USD miliar) IHSG BEJ Peringkat Daya Saing Indonesia Rasio Hutang terhadap PDB (persen) Sumber: 1. Pidato Presiden RI tanggal 16 Agustus Badan Pusat Statistik 3. Bank Indonesia 4. Departemen Keuangan 5. Departemen Perdagangan 6. Badan Koordinasi Penanaman Modal Penjelasan: *) sampai dengan Mei , ,20 689,70 12,75 11,98 15,92 15,43 50,58 13, , ,10 342, ,50 787,14 9,50 8,96 15,07 15,10 143,70 13, , ,09 352, ,95 818,61 * 8,50 7,59 * 14,06 * 14,16 * 110,61 * 21,99 * 2.139, ,40 Catatan atas Laporan Keuangan -31-

51 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Daftar entitas pelaporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Semester I Tahun 2007 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas pemerintah pusat, yang terdiri dari Bendahara Umum Negara (BUN) dan kementerian negara/lembaga, beserta jenjang struktural di bawahnya seperti eselon I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. LKPP disusun berdasarkan kompilasi data/laporan keuangan kementerian negara/lembaga, laporan keuangan BUN, dan data lainnya dari unit-unit yang terkait. Untuk tahun 2007, entitas pelaporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga yang dicakup dalam LKPP meliputi: 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat 2. Dewan Perwakilan Rakyat 3. Badan Pemeriksa Keuangan 4. Mahkamah Agung 5. Kejaksaan Agung 6. Sekretariat Negara 7. Sekretariat Wakil Presiden 8. Departemen Dalam Negeri 9. Departemen Luar Negeri 10. Departemen Pertahanan 11. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia 12. Departemen Keuangan 13. Departemen Pertanian 14. Departemen Perindustrian 15. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 16. Departemen Perhubungan 17. Departemen Pendidikan Nasional 18. Departemen Kesehatan 19. Departemen Agama 20. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 21. Departemen Sosial 22. Departemen Kehutanan 23. Departemen Kelautan dan Perikanan 24. Departemen Pekerjaan Umum 25. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan 26. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 27. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat 28. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 29. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara 30. Kementerian Negara Riset dan Teknologi 31. Kementerian Negara Lingkungan Hidup 32. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 33. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 34. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 35. Badan Intelijen Negara 36. Lembaga Sandi Negara 37. Dewan Ketahanan Nasional 38. Badan Urusan Logistik 39. Badan Pusat Statistik 40. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 41. Badan Pertanahan Nasional Catatan atas Laporan Keuangan -32-

52 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 42. Perpustakaan Nasional 43. Departemen Komunikasi dan Informatika 44. Kepolisian Negara Republik Indonesia 45. Badan Pengawasan Obat dan Makanan 46. Lembaga Ketahanan Nasional 47. Badan Koordinasi Penanaman Modal 48. Badan Narkotika Nasional 49. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 50. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 51. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 52. Badan Meteorologi dan Geofisika 53. Komisi Pemilihan Umum 54. Mahkamah Konstitusi 55. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 56. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 57. Badan Tenaga Nuklir Nasional 58. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 59. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 60. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional 61. Badan Standarisasi Nasional 62. Badan Pengawas Tenaga Nuklir 63. Lembaga Administrasi Negara 64. Arsip Nasional Republik Indonesia 65. Badan Kepegawaian Negara 66. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 67. Departemen Perdagangan 68. Kementerian Negara Perumahan Rakyat 69. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga 70. Komisi Pemberantasan Korupsi 71. Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD dan Nias 72. Dewan Perwakilan Daerah 73. Komisi Yudisial 74. Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana 75. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 76. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo 77. Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP), meliputi: BA Cicilan Bunga Utang BA Subsidi dan Transfer BA Belanja Lain-lain BA Dana Perimbangan BA Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus BA Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri BA Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri BA Penerusan Pinjaman BA Penyertaan Modal Negara BA Penerusan Pinjaman sebagai Hibah BA Penerusan Hibah LKPP Semester I Tahun 2007 ini mencakup: transaksi keuangan yang berasal dari APBN, termasuk dana APBN yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, yaitu dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan; Catatan atas Laporan Keuangan -33-

53 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) transaksi pelaksanaan APBN pada beberapa unit-unit fiskal register/kuasi organisasi pemerintah, seperti pada Otorita Batam, Otorita Asahan, Televisi Republik Indonesia (TVRI), dan Radio Republik Indonesia (RRI); transaksi keuangan terbatas dari unit-unit fiskal register yang tidak menggunakan dana APBN, namun mengelola aset pemerintah, seperti BP Migas, BP Gelora Bung Karno, BP Komplek Kemayoran, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan BP3 Taman Mini Indonesia. Namun, sejumlah unit fiskal register belum dicakup dalam LKPP, antara lain Lembaga Kantor Berita Nusantara (LKBN) Antara. LKPP tidak mencakup entitas: Pemerintah daerah; Bank pemerintah; Lembaga keuangan milik pemerintah; dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Namun, investasi pemerintah pada perusahaan negara disajikan nilainya dalam investasi pemerintah dan dijabarkan dalam Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara. LKPP dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Kementerian negara/lembaga membukukan melalui SAI baik untuk transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), pendapatan maupun belanja. Sedangkan KPPN membukukan transaksi melalui SiAP. dari: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dirancang untuk menghasilkan LKPP yang terdiri 1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Laporan Realisasi APBN disusun berdasarkan kompilasi Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas pelaporan termasuk entitas kementerian negara/lembaga. Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan Negara dan Hibah, Belanja Negara, dan Pembiayaan. Angka yang disajikan dalam Laporan Realisasi APBN Semester I TA 2007 berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku BUN. 2. Neraca Neraca Pemerintah Pusat disusun berdasarkan kompilasi Neraca Kementerian Negara/Lembaga dan data yang dikelola Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, dan unit register, serta unit-unit terkait lainnya yang mengelola dan/atau menguasai aset negara. Data mengenai Kas Umum Negara dan Non Anggaran, investasi jangka panjang, dan kewajiban jangka panjang didasarkan pada data Departemen Keuangan. Sedangkan data Penyertaan Modal Negara berasal dari Kementerian Negara BUMN. Data mengenai Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran, Piutang, Persediaan, Aset Tetap, dan Aset Lainnya didasarkan pada Neraca Kementerian Negara/Lembaga. Neraca Kementerian Negara/Lembaga disusun melalui SAI. 3. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Laporan Arus Kas Semester I TA 2007 mencakup data penerimaan dan pengeluaran kas melalui rekening KPPN (rekening ) dan rekening BUN (rekening ). Laporan Arus Kas disusun dengan menggunakan Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang merupakan subsistem dari SiAP. Catatan atas Laporan Keuangan -34-

54 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 4. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang analisis makro ekonomi, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca Pemerintah Pusat, dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. Implementasi SAI tahun 2007 mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2007 seluruh kementerian negara/lembaga telah menyelenggarakan SAI dalam menyusun laporan keuangan. Namun demikian, masih terdapat permasalahan-permasalahan terutama organisasi dan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Permasalahan lain yang cukup berpengaruh dalam penyusunan LKPP adalah implementasi Sistem Akuntansi Barang Milik Kekayaan Negara (SABMN) di sebagian besar kementerian negara/lembaga yang masih belum berjalan dengan baik. Selain itu, sebagian kementerian negara/lembaga belum melakukan inventarisasi fisik dan revaluasi atas nilai barang milik kekayaan negara. Hal ini mempengaruhi kualitas nilai aset yang ada di Neraca Pemerintah Pusat. A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Belanja diakui pada saat kas keluar dari KUN Laporan Realisasi APBN disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN. Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN. Penyusunan dan penyajian LKPP Semester I Tahun 2007 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, dalam penyusunan LKPP telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LKPP adalah: (1) Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. (2) Belanja Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut Catatan atas Laporan Keuangan -35-

55 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima/keluar dari KUN Aset terdiri dari Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya Aset Lancar terdiri dari kas, piutang, dan persediaan Investasi Jangka Panjang terdiri dari Investasi Non Permanen dan Investasi Permanen. (3) Pembiayaan Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada KUN serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari KUN. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). (4) Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. a. Aset Lancar Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan: - harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, - harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, - harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. b. Investasi Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah diklasifikasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2006 Catatan atas Laporan Keuangan -36-

56 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) terbatas pada investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. (i) (ii) Investasi Non Permanen Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan penyertaan modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/ daerah, pemerintah daerah, dan pihak ketiga lainnya. Investasi Non Permanen meliputi: Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda. Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR. Seluruh pencairan pinjaman pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK) eks dana Surat Utang (SU) 005 yang disalurkan melalui dua pola sebagai berikut: a. Dana SU-005 dipinjamkan langsung oleh Pemerintah kepada Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP) yang ditunjuk oleh Pemerintah c.q. Menteri Keuangan dalam rangka pendanaan KUMK; b. Dana SU-005 dipinjamkan kepada BUMN Pengelola dan selanjutnya diteruspinjamkan kepada LKP yang ditunjuk oleh BUMN Pengelola yang bersangkutan dalam rangka pendanaan KUMK. Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara, lembaga internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang sama dengan atau lebih dari 51 persen disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara/Badan Hukum Milik Negara (BUMN/BHMN). PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang kurang dari 51 persen (minoritas) disebut sebagai Non BUMN. PMP dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan. Penilaian investasi jangka panjang diprioritaskan menggunakan metode ekuitas. Jika suatu investasi bisa dipastikan tidak akan diperoleh kembali atau terdapat bukti bahwa investasi hendak dilepas, maka digunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Investasi dalam bentuk pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga dan non earning asset atau hanya sebagai bentuk partisipasi dalam suatu organisasi, seperti Catatan atas Laporan Keuangan -37-

57 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) penyertaan pada lembaga-lembaga keuangan internasional, menggunakan metode biaya. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Aset Tetap terdiri dari Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, dan KDP SAP telah mengatur mengenai depresiasi, tapi aset tetap dalam LKPP ini belum didepresiasi. Aset lainnya terdiri dari TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain. c. Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga per 30 Juni 2007 pada harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp (tiga ratus ribu rupiah), dan (b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp (sepuluh juta rupiah). Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun, dalam LKPP Semester I Tahun 2007, seluruh aset tetap yang dikelola oleh kementerian negara/lembaga selaku pengguna barang belum disusutkan/didepresiasi. Hal ini disebabkan antara lain belum dilakukannya inventarisasi dan penilaian kembali (revaluasi) atas aset tetap tersebut. d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/ pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lancar. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama Catatan atas Laporan Keuangan -38-

58 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aset Tak Berwujud merupakan aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; hak jasa dan operasi Aset Tak Berwujud dalam pengembangan. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah, dikelola pihak lain seperti aset pemerintah eks BPPN yang dialihkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) dan Tim Koordinasi, dan aset pemerintah yang digunakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) BP MIGAS. Di samping itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang dialihkan penagihannya kepada Departemen Keuangan juga termasuk dalam kelompok Aset Lainlain. Kewajiban terdiri dari kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. (5) Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang pemerintah terdiri dari utang luar negeri dan utang dalam negeri. Utang luar negeri pemerintah adalah pinjaman bilateral, multilateral, kredit ekspor, leasing, dan kredit komersial yang dikelola Departemen Keuangan. Utang dalam negeri pemerintah antara lain adalah utang dalam bentuk sekuritas (government debt securities), yang terdiri dari fixed rates bonds dan variable rates bonds, yang dikelola Departemen Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan -39-

59 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Fixed Rate Bonds-FR adalah obligasi yang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara periodik setiap 6 (enam) bulan. Tingkat kupon obligasi jenis FR berkisar antara 9,25 persen sampai 15,75 persen, yang terdiri dari 34 seri, dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2007 sampai 2026 (posisi per akhir tahun 2006). Selain itu terdapat satu seri ORI, yaitu ORI001, dengan tingkat kupon 12,05 persen yang akan jatuh tempo tahun Baik obligasi jenis FR maupun ORI, dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder. Variable Rate Bonds-VR adalah obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu. Dalam hal ini referensi yang digunakan ialah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka 3 (tiga) bulan. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. Sampai akhir tahun 2006, terdapat 21 seri VR yang jatuh temponya berkisar antara tahun 2007 sampai dengan Obligasi VR adalah obligasi yang dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder. SU-005 adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah untuk kelanjutan pendanaan kredit program. Dengan terbitnya UU Nomor 23 Tahun 1999, BI tidak diperkenankan lagi untuk memberikan likuiditas. Dalam kaitan ini, maka Pemerintah telah menerbitkan Surat Utang No. SU-005/MK/1999 tanggal 29 Desember 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Perubahan ketiga Surat Utang No. SU-005/MK/1999 tanggal 18 Agustus Plafond yang tersedia sebesar Rp9,97 triliun, dengan ketentuan bahwa pinjaman yang dapat ditarik maksimum sebesar pengembalian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan akhir Maret Sesuai dengan laporan BI pengembalian KLBI sampai dengan akhir Maret sebesar Rp3,1 triliun (dibulatkan). SU-005 akan diperhitungkan sebagai kewajiban sebesar dana yang telah ditarik. Jangka waktu pinjaman adalah 10 (sepuluh) tahun dari 29 Desember 1999 sampai dengan 10 Desember SU-007 adalah surat utang hasil konversi indeksasi perhitungan indeksasi dan tungggakan bunga SU-002 dan SU-004 sampai dengan 31 Desember 2005 dengan tingkat bunga 0,1 persen dan jatuh tempo tahun SRBI-1/MK/2003 adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah pada tanggal 7 Agustus 2003 sebagai pengganti SU-001 dan SU-003, dalam rangka BLBI. International Bond adalah jenis obligasi negara yang berdenominasi USD (RI0014), dengan nominal penerbitan sebesar USD ,00. Obligasi ini jatuh tempo pada tanggal 10 Maret 2014 dengan tingkat kupon tetap sebesar 6,75 persen setahun, yang dibayar secara periodik dua kali setahun (semiannually). RI0014 diterbitkan melalui proses bookbuilding, dengan menggunakan jasa penjamin emisi/underwriter. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Utang bunga atas utang pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan. Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan Catatan atas Laporan Keuangan -40-

60 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) kepada pihak lain sampai akhir periode pelaporan. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Nilai nominal atas utang luar negeri pemerintah merupakan kewajiban pemerintah kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan sampai tanggal pelaporan. Utang dalam bentuk sekuritas dinilai berdasarkan nilai historis. Khusus untuk hedge bonds menggunakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang terakhir. SAP telah mengatur penyajian utang kepada pegawai (past service liability). Namun demikian, penyajian utang pemerintah di neraca belum mencakup utang kepada pegawai terkait kompensasi pemerintah, sebagai pemberi kerja, kepada pegawai sebagai pekerja atas jasa yang telah diberikan. Past service liablility berupa pensiun dan tunjangan hari tua (THT) diungkapkan dalam Catatan Penting Lainnya pada LKPP ini. Kewajiban kontinjensi diungkapkan dalam catatan penting lainnya (6) Kewajiban Kontinjensi Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah, atau kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena kemungkinan besar pemerintah tidak mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikannya, atau jumlah tersebut tidak dapat diukur dengan andal. Utang kontinjensi pemerintah yang bersifat eksplisit seperti jaminan pembangunan Proyek Monorail Jakarta dan jaminan Pemerintah terhadap pembayaran kewajiban PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kepada kreditur yang menyediakan pendanaan kredit ekspor untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara diungkapkan dalam Catatan Penting Lainnya. Sedangkan utang kontinjensi pemerintah yang bersifat implisit seperti intervensi pemerintah apabila perbankan mengalami kebangkrutan belum diungkapkan dalam LKPP. Ekuitas Dana terdiri dari Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi (7) Ekuitas Dana Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang. Selisih kurs (8) Selisih Kurs Menurut SAP, transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Kemudian, selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan. Namun, LKPP Semester I Tahun 2007 ini belum menyajikan selisih kurs atas aset atau kewajiban dalam mata uang asing sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan dalam Neraca. Catatan atas Laporan Keuangan -41-

61 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) A.5. LAPORAN KINERJA Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja (kinerja) setiap kementerian negara/lembaga. Lebih lanjut, PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mengatur bahwa Laporan Kinerja Pemerintah Pusat yang merupakan gabungan dari Laporan Kinerja Kementerian Negara/Lembaga dilampirkan bersama dengan LKPP sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk disampaikan kepada DPR. Namun, pada semester I tahun 2007, Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud belum dapat disajikan karena sistem pelaporan kinerja yang akan diatur dalam Peraturan Presiden sebagai peraturan pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2006 yang akan menggantikan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 masih dalam proses penyusunan. Catatan atas Laporan Keuangan -42-

62 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI APBN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI APBN Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berasal dari Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dari tahun ke tahun. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penerimaan pajak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak dalam tahun 2007 antara lain mencakup: (i) perkembangan beberapa indikator ekonomi makro yang berubah cukup signifikan dari perkiraan semula terutama nilai tukar rupiah terhadap USD, dan harga minyak; (ii) langkah-langkah kebijakan perpajakan yang diambil dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak yang lebih baik; dan (iii) langkah-langkah administrasi yang terus-menerus dilakukan dalam upaya perbaikan sistem dan prosedur perpajakan, cukai, dan kepabeanan. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah berasal dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp , Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp , dan Realisasi Penerimaan Hibah sebesar Rp Belanja Negara dilakukan berdasarkan pada prinsip pengendalian anggaran belanja negara dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum, dengan mempertimbangkan penghematan dan efisiensi penggunaan belanja negara, menjamin terlaksananya kegiatan administrasi pemerintahan, serta terselenggaranya agenda-agenda penting kenegaraan. Belanja Negara meliputi (i) Belanja Pemerintah Pusat, dan (ii) Transfer untuk Daerah. Transfer untuk Daerah bertujuan untuk mendukung dan memantapkan pelaksanaan otonomi daerah. Realisasi Belanja Negara pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp dan Belanja untuk Daerah sebesar Rp Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dan realisasi Belanja Negara, maka surplus Anggaran yang terjadi pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp Realisasi Pembiayaan Neto pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang terdiri dari Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp , dan Pembiayaan Luar Negeri (neto) sebesar minus Rp Berdasarkan Surplus Anggaran dan Pembiayaan Neto pada Semester I TA 2007 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI APBN B.2.1. Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp295,12 triliun. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 40,82 persen dari anggaran yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp ,00. Pendapatan Negara dan Hibah terdiri dari Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Hibah. Komposisi realisasi Pendapatan Negara dan Hibah (dalam persentase) Semester I TA 2007 dapat Catatan atas Laporan Keuangan -43-

63 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) dilihat pada Grafik 10. Penerimaan SDA 17,4% Pajak Perdagangan Intl. 2,8% Bagian Laba BUMN 6,1% PNBP Lainnya 6,0% Hibah 0,1% Pajak Dalam Negeri 67,6% Grafik 10: Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Semester I TA 2007 Realisasi Penerimaan Perpajakan Rp207,57 triliun Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri Rp199,42 triliun B Penerimaan Perpajakan Realisasi Penerimaan Perpajakan Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 40,74 persen dari target yang direncanakan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 13,34 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Penerimaan Perpajakan ini berasal dari (i) Pajak Dalam Negeri dan (ii) Pajak Perdagangan Internasional. B Pajak Dalam Negeri Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 40,32 persen dari target yang direncanakan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 13,04 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Besarnya realisasi Pajak Dalam Negeri ini adalah sebagai berikut: Uraian Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 PPh Nonmigas Rp Rp PPh Migas PPN dan PPn BM PBB BPHTB Cukai Pajak Lainnya Total Rp Rp Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Daftar 1. Realisasi Pajak Perdagangan Internasional Rp8,16 triliun B Pajak Perdagangan Internasional Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 54,85 persen dari target yang direncanakan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 21,07 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Besarnya realisasi Pajak Perdagangan Catatan atas Laporan Keuangan -44-

64 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Internasional adalah sebagai berikut: Uraian Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Bea Masuk Rp Rp Pajak/Pungutan Ekspor Total Rp Rp Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Daftar 1. Realisasi PNBP Rp87,11 triliun Realisasi Penerimaan SDA Rp51,27 triliun B Penerimaan Negara Bukan Pajak Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 41,30 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 65,11 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Realisasi PNBP berasal dari (i) Penerimaan Sumber Daya Alam; (ii) Bagian Pemerintah atas Laba BUMN; dan (iii) PNBP Lainnya. B Penerimaan Sumber Daya Alam Realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 35,06 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 41,53 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Besarnya realisasi Penerimaan SDA adalah sebagai berikut: Uraian Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pendapatan Minyak Bumi Rp Rp Pendapatan Gas Alam Pendapatan Pertambangan Umum Pendapatan Kehutanan Pendapatan Perikanan Total Rp Rp Komposisi realisasi Penerimaan SDA (dalam persentase) dapat dilihat pada Grafik 11. Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Daftar 1. Pertambangan Umum 7,97% Gas Alam 20,50% Kehutanan 1,89% Perikanan 0,09% Minyak Bumi 69,54% Grafik 11: Komposisi Realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam Semester I TA 2007 Catatan atas Laporan Keuangan -45-

65 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Rp18,02 triliun B Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Realisasi Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 94,36 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 1.368,30 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Realisasi PNBP Lainnya Rp17,82 triliun B Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 39,10 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar Rp Hal ini berarti lebih tinggi sebesar Rp atau 16,41 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Realisasi PNBP Lainnya ini berasal dari: Uraian Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penjualan Hasil Produksi, Sitaan Rp Rp Penjualan Aset Pendapatan Sewa Pendapatan Jasa I Pendapatan Jasa II Pendapatan Bukan Pajak Luar Negeri Pendapatan Bunga Pend. Gain on Bond Redemption Pend. Premium atas Obligasi Negara Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan Pendapatan Pendidikan Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja Pendapatan Laba Bersih dari Hasil Penjualan BBM Pendapatan Pelunasan Piutang Pembetulan Pembukuan Belanja Tahun Anggaran Pembetulan Pembukuan Belanja TAYL Pendapatan Lain-lain Pendapatan Iuran badan Usaha dari kegiatan PNBP Lainnya I Total Rp Rp Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Daftar 1. Realisasi Penerimaan Hibah Rp429,79 miliar B Penerimaan Hibah Realisasi Hibah Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 16,10 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti mengalami penurunan sebesar Rp atau 33,54 persen dibandingkan dengan realisasi Semester I TA Catatan atas Laporan Keuangan -46-

66 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi Belanja Negara Rp275,83 triliun B.2.2. Belanja Negara Realisasi Belanja Negara Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 36,12 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Dibandingkan dengan Semester I TA 2006, Belanja Negara Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 15,94 persen Realisasi Belanja Negara terdiri dari (i) Belanja Pemerintah Pusat dan (ii) Transfer untuk Daerah. Komposisi alokasi Belanja Negara Semester I TA 2007, disajikan pada Grafik 12. Bunga Utang 14,18% Bantuan Sosial 5,31% Subsidi 14,06% Kemen. Neg/Lemb 27,60% Belanja untuk Daerah 38,85% Grafik 12: Komposisi Alokasi Belanja Negara Semester I TA 2007 Komposisi lima terbesar pengguna anggaran Belanja Pemerintah Pusat pada kementerian negara/lembaga (dalam persentase) selain Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BA 61, BA 62, dan BA 69) dalam Semester I TA 2007 dapat dilihat pada Grafik 13. Dep. Lainnya 35,38% Dep. Pendidikan Nasional 19,75% Dep. Pertahanan 18,40% Dep. Agama 7,27% Dep. Pekerjaan Umum 7,28% Kepolisian Negara RI 13,71% Grafik 13: Komposisi Lima Terbesar Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Semester I TA 2007 Catatan atas Laporan Keuangan -47-

67 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) B Belanja Pemerintah Pusat Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Rp168,68 triliun Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 33,42 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 25,57 persen dari Semester I TA Belanja Pemerintah Pusat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu (i) belanja pemerintah pusat menurut organisasi/bagian anggaran; (ii) belanja pemerintah pusat menurut fungsi; dan (iii) belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja terdiri atas: (i) Belanja Pegawai; (ii) Belanja Barang; (iii) Belanja Modal; (iv) Pembayaran Bunga Utang; (v) Subsidi; (vi) Belanja Hibah; (vii) Bantuan Sosial; dan (viii) Belanja Lain-lain. Komposisi realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja disajikan pada Grafik ,3 39,1 38,8 Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja triliun rupiah ,8 12,3 14, ,8 0 Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal Pemby. Bunga Utang Subsidi Bantuan Sosial Bel. Lainlain Grafik 14: Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja Semester I TA 2007 Belanja Pegawai Belanja Pegawai Rp46,27 triliun Realisasi Belanja Pegawai Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 45,72 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Pegawai Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 41,44 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut: Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Rp Belanja Gaji dan Tunjangan TNI/Polri Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara Belanja Pegawai Perjan Belanja Gaji Dokter PTT Belanja Honorarium Belanja Lembur Catatan atas Laporan Keuangan -48-

68 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Belanja Vakasi Belanja Tunjangan Khusus dan Belanja Pegawai Transito Belanja Pensiun dan Uang Tunggu Belanja Asuransi Kesehatan Belanja Tunjangan Kesehatan Veteran Jumlah Rp Belanja Barang Rp15,79 triliun Belanja Barang Realisasi Belanja Barang Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 21,87 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Barang Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 16,88 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut: Belanja Barang Operasional Rp Belanja Barang Non Operasional Belanja Jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Jumlah Rp Belanja Modal Rp12,28 triliun Belanja Modal Realisasi Belanja Modal Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 16,80 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Modal Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 5,20 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut: Belanja Modal Tanah Rp Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Fisik Lainnya Jumlah Rp Pembayaran Bunga Utang Rp39,13 triliun Pembayaran Bunga Utang Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau 45,98 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 0,92 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Pembayaran Bunga Utang adalah sebagai berikut: Belanja Pembayaran Bunga Utang DN - Jangka Pendek Rp Belanja Pembayaran Bunga Utang DN - Jangka Panjang Belanja Pembayaran Bunga Utang LN - Jangka Pendek Belanja Pembayaran Bunga Utang LN - Jangka Panjang Belanja Pembayaran Discount Surat Utang Negara DN Belanja Pembayaran Discount Surat Utang Negara LN Belanja Pembayaran Loss on Bond Redemption atas pembelian Kembali Obligasi Dalam Negeri Jumlah Rp Catatan atas Laporan Keuangan -49-

69 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Belanja Subsidi Rp38,77 triliun Subsidi Realisasi Subsidi Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berarti 37,67 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Subsidi Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 279,29 persen dari Semester I TA Rinciannya adalah sebagai berikut: Belanja Subsidi Premium Rp Belanja Subsidi Minyak Solar Belanja Subsidi Minyak Tanah Belanja Subsidi Pangan Belanja Subsidi Listrik Belanja Subsidi Pupuk Belanja Subsidi Bunga KPR Belanja Subsidi Bunga Ketahanan Pangan Belanja Subsidi PT PELNI Jumlah*) Rp Keterangan: *) Termasuk pengembalian Subsidi Haji dan Subsisi Lainnya sebesar Rp Belanja Bantuan Sosial Rp14,65 triliun Bantuan Sosial Realisasi Bantuan Sosial Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berarti 28,49 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Bantuan Sosial Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 32,57 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Bantuan Sosial adalah sebagai berikut: Belanja Bantuan Kompensasi Kenaikan Harga BBM Rp Belanja Bantuan Langsung (Block Grant) Sekolah/Lembaga/Guru Belanja Bantuan Imbal swadaya Sekolah/Lembaga Belanja Bantuan Beasiswa Belanja Bantuan Sosial Lembaga Peribadatan Belanja Lembaga Sosial Lainnya Jumlah Rp Belanja Lain-lain Rp1,79 triliun Belanja Lain-lain Realisasi Belanja Lain-lain Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berarti 9,52 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Bantuan Lain-lain Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 88,14 persen dari Semester I TA Rincian realisasi Belanja lain-lain adalah sebagai berikut: Belanja Kerjasama Teknis Internasional Rp Belanja Pengeluaran Tak Tersangka Belanja Cadangan dana reboisasi Belanja Bagi hasil Biaya/Upah Pungut PBB untuk DJP Belanja Jasa Perbendaharaan Belanja Lain-lain II Lainnya Jumlah *) Rp Keterangan: *) Termasuk pengembalian Belanja Cadangan Umum sebesar Rp13.980, Belanja Pemilu/Sidang Catatan atas Laporan Keuangan -50-

70 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Tahunan Rp , Belanja Dana Cadangan Tanggap Darurat (Dana Kontijensi) Rp , dan Belanja Non Modal-Otorita Batam Rp Rincian belanja pemerintah pusat semester I TA 2007 menurut bagian anggaran dan jenis belanja dapat dilihat dalam Daftar 2. Realisasi belanja untuk daerah Rp107,16 triliun B Transfer untuk Daerah Sampai dengan Semester I TA 2007 realisasi anggaran Transfer untuk Daerah adalah sebesar Rp , yang berarti 41,41 persen dari jumlah yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti Belanja untuk Daerah Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 3,45 persen dari Semester I TA Transfer untuk daerah terdiri dari (i) Dana Perimbangan, dan (ii) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Realisasi dana perimbangan Rp106,81 triliun B Dana Perimbangan Realisasi Dana Perimbangan Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berarti 42,66 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Perimbangan Semester I TA 2007 lebih besar Rp atau 3,73 persen dari Semester I TA Dana Perimbangan terdiri dari (i) Dana Bagi Hasil (DBH), (ii) Dana Alokasi Umum (DAU), dan (iii) Dana Alokasi Khusus (DAK). Komposisi realisasi Dana Perimbangan dapat dilihat pada Grafik 15. Dana Alokasi Khusus 1,93% Dana Bagi Hasil 8,41% Dana Alokasi Umum 89,66% Grafik 15: Komposisi Realisasi Dana Perimbangan Semester I TA 2007 Realisasi DBH Rp8,98 triliun B Dana Bagi Hasil Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 13,12 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Bagi Hasil Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 46,90 persen dari Semester I TA 2006 Realisasi DBH terdiri dari bagi hasil sumber daya alam dan bagi hasil perpajakan. Catatan atas Laporan Keuangan -51-

71 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi DAU Rp95,8 triliun B Dana Alokasi Umum Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 58,11 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Alokasi Umuml Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 13,13 persen dari Semester I TA Realisasi DAK Rp2,07 triliun B Dana Alokasi Khusus Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 12,08 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Alokasi Umum Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 47,18 persen dari Semester I TA Realisasi DOK dan Penyesuaian Rp350,78 miliar B Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian Realisasi Dana Otonomi Khusus (DOK) dan Penyesuaian Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 4,15 persen dari jumlah yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Otonomi Khusus dan dan Penyesuaian Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 43,62 persen dari Semester I TA Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian terdiri dari (i) Dana Otonomi Khusus, dan (ii) Dana Penyesuaian. Realisasi DOK Rp0 B Dana Otonomi Khusus Pada Semester I TA 2007 ini belum terdapat Realisasi Dana Otonomi Khusus. Sedangkan jumlah yang ditetapkan dalam APBN adalah sebesar Rp Sementara itu, realisasi Dana Otonomi Khusus Semester I TA 2006 adalah Rp Realisasi dana penyesuaian Rp350,78 miliar B Dana Penyesuaian Realisasi Dana Penyesuaian Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 7,96 persen dari jumlah yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Dana Penyesuaian Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 89,37 persen dari Semester I TA Surplus Anggaran Rp19,28 triliun B.2.3. Surplus Anggaran Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja Negara pada Semester I TA 2007 sebagaimana telah diuraikan di atas, maka Surplus APBN Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp Sedangkan pada APBN 2007, angaran diperkirakan defisit sebesar Rp Realisasi Pembiayaan (Neto) Rp11,78 triliun B.2.4. Pembiayaan (Neto) Dalam pelaksanaan APBN Semester I TA 2007, realisasi Pembiayaan (Neto) adalah sebesar Rp , yang berarti 29,09 persen dari jumlah yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp Pembiayaan terdiri dari (i) Pembiayaan Dalam Negeri, dan (ii) Pembiayaan Luar Negeri. Catatan atas Laporan Keuangan -52-

72 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi Pembiayaan DN Rp37,18 triliun B Pembiayaan Dalam Negeri (Neto) Realisasi Pembiayaan Dalam Negeri Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 67,52 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Pembiayaan Dalam Negeri terdiri dari (i) Rekening Pemerintah, (ii) Dukungan Infrastruktur, (iii) Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi, (iv) Surat Utang Negara (Neto), (v) Penyertaan Modal Negara, dan (vi) Pembiayaan Lain-lain. Realisasi Pembiayaan Rekening Pemerintah Rp30,35 milyar Rekening Pemerintah Realisasi penerimaan pembiayaan Rekening Pemerintah Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 0,23 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Realisasi penerimaan pembiayaan Rekening Pemerintah ini berasal dari penerimaan penutupan rekening. Realisasi pembiayaan Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi Rp1,13 triliun Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi Realisasi Pembiayaan dari Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 23,64 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Realisasi pada Semester I TA 2007 ini berasal dari Penerimaan Hasil Penjualan Aset Program Restrukturisasi sebesar Rp dari yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Sementara itu, pada Semester I TA 2007 ini belum ada realisasi Penerimaan Hasil Privatisasi dari yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Realisasi Pembiayaan Surat Utang Negara (Neto) Rp36,03 triliun Surat Utang Negara (Neto) Realisasi Pembiayaan dari Surat Utang Negara (SUN) Neto pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau 88,74 persen dari yang dianggarkan dalam APBN TA 2007 sebesar Rp Realisasi Pembiayaan dari Surat Utang Negara berasal dari: Penerimaan Utang Bunga Obligasi Negara DN Jangka Panjang Penerimaan Pembiayaan untuk Obligasi DN-Jangka Panjang Penerimaan Penerbitan/Penjualan Obligasi LN Penerimaan Penerbitan Surat Utang Perbendaharaan DN-Jangka Pendek Belanja Pengeluaran Obligasi DN-Jangka Panjang ( ) Belanja Pengeluaran Obligasi DN-Jangka Panjang melalui Pembelian Kembali ( ) Belanja Pembayaran Utang Bunga Obligasi DN-Jangka Panjang ( ) Total Rp Realisasi pembiayaan Dukungan Infrastruktur Rp0 Realisasi Penyertaan Modal Negara Rp0 Dukungan Infrastruktur Pada Semester I TA 2007 ini belum terdapat realisasi pembiayaan untuk Dukungan Infrastruktur. Sedangkan jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Penyertaan Modal Negara Pada Semester I TA 2007 ini belum terdapat realisasi pengeluaran pembiayaan Penyertaan Modal Negara (PMN). Sedangkan jumlah yang dianggarkan dalam APBN TA 2007 adalah sebesar Rp Catatan atas Laporan Keuangan -53-

73 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Realisasi Pembiayaan Lain-lain minus Rp17,57 miliar Pembiayaan Lain-lain Realisasi Pembiayaan Lain-lain (Neto) pada Semester I TA 2007 adalah sebesar minus Rp , yang berasal dari Penerimaan Penyesuaian Penambahan Saldo Rekening Khusus Karena Selisih Kurs sebesar Rp dikurangi dengan Pengeluaran Penyesuaian Penurunan Saldo Rekening Khusus Karena Selisih Kurs sebesar Rp Realisasi Pembiayaan LN (Neto) minus Rp25,09 triliun B Pembiayaan Luar Negeri (Neto) Realisasi Pembiayaan Luar Negeri (Neto) Semester I TA 2007 adalah sebesar minus Rp , yang berarti 174,49 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar minus Rp Pembiayaan Luar Negeri berasal dari penarikan pinjaman luar negeri bruto setelah dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Realisasi Penarikan Pinjaman LN Rp3,08 triliun B Penarikan Pinjaman Luar Negeri Realisasi Penarikan Pinjaman Luar Negeri Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berarti 6,86 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Penarikan pinjaman luar negeri terdiri dari (i) penarikan pinjaman program, dan (ii) penarikan pinjaman proyek. Realisasi Penarikan Pinjaman Program Rp0 B Penarikan Pinjaman Program Pada Semester I TA 2007 ini belum terdapat realisasi Penarikan Pinjaman Program. Sedangkan jumlah yang dianggarkan dalam APBN TA 2007 adalah sebesar Rp Realisasi Penarikan Pinjaman Proyek Rp2,76 triliun B Penarikan Pinjaman Proyek Realisasi Pinjaman Proyek Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti 11,52 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Realisasi Pinjaman Proyek tersebut setelah dikurangi dengan realisasi Penerusan Pinjaman sebesar Rp Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN Rp28,16 triliun B Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri Realisasi Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri merupakan pembayaran pokok utang luar negeri yang jatuh tempo pada Semester I TA Realisasi Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri bersih adalah sebesar Rp , yang berarti 51,36 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp Realisasi tersebut berasal dari Realisasi Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri sebesar Rp dikurangi dengan Pengembalian Pembiayaan Cicilan sebesar Rp SILPA Rp31,07 triliun B.2.5. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran SILPA (SIKPA) Berdasarkan defisit anggaran dan realisasi pembiayaan anggaran sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam pelaksanaan APBN Semester I TA 2007 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp Catatan atas Laporan Keuangan -54-

74 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) B.3. CATATAN PENTING LAINNYA Realisasi belanja rekening khusus Trust Fund yang dikelola BRR NAD-Nias sampai dengan tanggal 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp Rincian realisasi rekening Trust Fund berdasarkan jenis belanja adalah sebagai berikut: - Belanja Jasa Konsultan Rp Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Fisik lainnya Belanja Lembaga Bantuan Sosial Lainnya Total Rp Catatan atas Laporan Keuangan -55-

75 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM Posisi keuangan per 30 Juni 2007 adalah Aset sebesar Rp ; Kewajiban sebesar Rp ; dan Ekuitas Dana Neto sebesar minus Rp (Grafik 16) , , , ,9 Triliun Rupiah (45,5) (269,8) Juni Juni 2006 Aset Kewajiban Ekuitas Dana Grafik 16: Struktur Neraca Pemerintah Pusat Per 30 Juni 2007 dan 2006 Aset sebesar Rp1.290,41 triliun Jumlah Aset sebesar Rp terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp ; Investasi Jangka Panjang sebesar Rp ; Aset Tetap sebesar Rp ; dan Aset Lainnya sebesar Rp (Grafik 17) ,2 650, Juni Juni Triliun Rupiah ,8 118,6 370,3 267,0 82,1 78,5 0 Aset Lancar Inv. Jgk. Panjang Aset Tetap Aset Lainnya Grafik 17: Struktur Aset Pemerintah Pusat Per 30 Juni 2007 dan 2006 Catatan atas Laporan Keuangan

76 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Kewajiban sebesar Rp1.335,95 triliun Ekuitas Dana Neto sebesar minus Rp45,54 triliun Jumlah Kewajiban sebesar Rp terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp ; dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp Total Ekuitas Dana Neto sebesar minus Rp terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp ; dan Ekuitas Dana Investasi sebesar minus Rp ; (Grafik 18) , ,6 30 Juni Juni 2006 Triliun Rupiah ,3 132,8 72, Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang (14,2) Ekuitas Dana Lancar -118,0 (257,3) Ekuitas Dana Investasi Grafik 18: Struktur Kewajiban dan Ekuitas Dana Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 dan 2006 C.2. PENJELASAN PER POS NERACA Rekening Kas BUN di BI Rp43,44 triliun Rekening Kas di KPPN Rp6,46 triliun RPL di BI Rp26,20 triliun C.2.1. Rekening Kas BUN di Bank Indonesia Jumlah Rekening Kas BUN di Bank Indonesia (BI) per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo Rekening 502 yang ada di BI. C.2.2. Rekening Kas di KPPN Jumlah Rekening Kas di KPPN per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo Rekening KPPN di seluruh Indonesia. Daftar Saldo Kas di KPPN dapat dilihat pada Daftar 3. C.2.3. Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia Jumlah Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo rekening pemerintah lainnya yang ada di BI, yang terdiri dari: 30 Juni Juni 2006 RDI dan RPD Rp Rek. hasil minyak perjanjian KPS Rek. Pemerintah lainnya Jumlah Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan

77 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Jumlah rekening untuk menampung hasil penerimaan minyak perjanjian karya production sharing (KPS) sebesar Rp masih terdapat hak pemerintah daerah dan pihak lainnya yang belum dibagikan. Akun ini tidak termasuk rekening khusus. Rincian lebih lengkap masingmasing rekening dapat dilihat pada Daftar 4. Kas di Bendahara Pengeluaran Rp6,81 triliun C.2.4. Kas di Bendahara Pengeluaran Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo uang persediaan yang belum disetor dan bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan bendahara pengeluaran kementerian negara/lembaga (K/L) ke kas negara. Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran pada kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 5. Kas di Bendahara Penerimaan Rp435,34 miliar C.2.5. Kas di Bendahara Penerimaan Jumlah Kas di Bendahara Penerimaan per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang belum disetor ke kas negara. Rincian Kas di Bendahara Penerimaan masing-masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 6. Kas Trust Fund Rp388,35 miliar C.2.6 Kas Trust Fund Jumlah Kas Trus Fund per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan kas yang ditempatkan pada rekening Trust Fund pada BRR NAD-Nias yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan lanjutan pembangunan perumahan, infrastuktur, fasilitas bangunan layanan publik dan pengadaan tanah. Trust Fund adalah dana yang berasal dari DIPA BRR NAD-Nias TA 2006 yang tidak terserap sampai dengan akhir tahun 2006, digunakan untuk melanjutkan pembiayaan kegiatan pembangunan perumahan, infrastruktur, fasilitas bangunan pelayanan publik dan pengadaan tanah. Penggunaan rekening trust fund tersebut berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-03/PB/2007 tentang Penggunaan Trust Fund BRR NAD-Nias yang berasal dari Sisa DIPA Tahun Anggaran Dana tersebut telah diterbitkan SP2D-nya dan selanjutnya disimpan dalam rekening Trust Fund dengan nilai Rp Pelaksanaan penyaluran trust fund dilaksanakan oleh Komite Trust Fund yang dilaksanakan paling lambat tanggal 1 Juli Apabila sampai dengan tanggal 2 Juli 2007 dana tersebut belum dapat disalurkan maka seluruh sisa trust fund beserta jasa giro yang diterima harus disetorkan ke kas negara. Sesuai Peraturan Direktur jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-38/PB/2007 tanggal 29 Juni 2007 diperoleh ijin perpanjangan penyelesaian dana sampai dengan 1 Oktober Neraca per 30 Juni 2006 belum menyajikan Kas Trust Fund. Uang Muka dari Rekening BUN Rp1,82 triliun C.2.7. Uang Muka dari Rekening Bendahara Umum Negara (BUN) Jumlah Uang Muka dari Rekening BUN per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan pembayaran pembiayaan pendahuluan dalam rangka penarikan pinjaman luar negeri dari BUN yang belum ada penggantian dari lender. Rincian Uang Muka dari Rekening BUN menurut lender dapat dilihat di Tabel 4. Catatan atas Laporan Keuangan

78 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Tabel 4 Uang Muka dari Rekening BUN (dalam rupiah) Lender 30 Juni Juni IBRD ADB OECF/JBIC Lainnya Jumlah Piutang Pajak Rp37,53 triliun C.2.8. Piutang Pajak Jumlah Piutang Pajak per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan tagihan pajak yang telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk (SPKPBM) yang belum dilunasi sampai dengan akhir tahun anggaran, dengan rincian sebagai berikut: 30 Juni Juni SKPKB Rp Rp SPKPBM Jumlah Rp Rp Piutang Bukan Pajak Rp32,66 triliun C.2.9. Piutang Bukan Pajak Jumlah Piutang Bukan Pajak per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan piutang penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Piutang tersebut terdiri dari: 30 Juni Juni PNBP K/L Rp Rp Piutang kepada PPA ( ) Jumlah Rp Rp Piutang Bukan Pajak sebesar Rp yang berada di kementerian negara/lembaga, termasuk di dalamnya adalah Piutang Bukan Pajak di Departemen Keuangan sebesar Rp dengan rincian sebagai berikut: - Piutang denda dan dividen Rp Piutang migas kepada Pertamina Piutang migas kepada KKKS Piutang Pungutan Ekspor Piutang PNBP lainnya Rp Piutang denda dan dividen sebesar Rp merupakan pembayaran dividen BUMN kepada pemerintah yang penyelesaiannya dijadwalkan semester I tahun 2007 namun sampai dengan 30 Juni 2007 belum diselesaikan pembayarannya. Keterlambatan penyelesaian ini mengakibatkan Catatan atas Laporan Keuangan

79 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) denda, yang diperhitungkan sebagai penambah piutang. Rincian piutang dividen per BUMN sebagai berikut: 30 Juni Juni PT Nindya Karya Rp PT Yodya Karya PT Balai Pustaka PT PAL BUMN Lainnya Jumlah Rp Rp Piutang Pemerintah kepada PT Pertamina sebesar Rp merupakan kewajiban PT Pertamina (Persero) dari sektor migas sampai dengan 30 Juni 2007 yang terdiri dari: - Piutang Minyak Bumi 1) Rp Piutang Gas Alam 2) Jumlah Rp Keterangan: 1) Termasuk piutang yang akan dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah sesuai KMK No. 454/KMK.06/2006 tanggal 21 September 2005 (yang menurut BPK-RI masih harus dicatat sebagai piutang Pemerintah kepada Pertamina karena belum terbit PP tentang Penyertaan Modal Pemerintah). 1) Termasuk piutang yang akan dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah sesuai KMK No. 454/KMK.06/2006 tanggal 21 September 2005 (yang menurut BPK-RI masih harus dicatat sebagai piutang Pemerintah kepada Pertamina karena belum terbit PP tentang Penyertaan Modal Pemerintah) dan termasuk piutang sehubungan dengan kasus Karaha Bodas.. Piutang migas kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebesar Rp merupakan piutang yang timbul karena penjualan minyak dan gas yang jatuh tempo dan diperkirakan akan dibayar satu bulan setelah pengiriman minyak dan gas tersebut, dengan rincian sebagai berikut: - Piutang Minyak Bumi 1) Rp Piutang Gas Alam 2) Jumlah Rp Keterangan: 1) Termasuk overlifting minyak mentah KKKS 2) Termasuk underlifting gas alam KKKS Piutang Pungutan Ekspor sebesar Rp merupakan piutang kepada eksportir batu bara yang sampai saat ini masih menunggu keputusan Menteri Keuangan atas tagihan batu bara tersebut. Rincian Piutang Pungutan Ekspor disajikan pada Daftar 7. Piutang kepada PT PPA sebesar minus Rp merupakan kelebihan penyetoran Hasil Pengelolan Aset (HPA), sementara kewajiban atas HPA tersebut belum dilakukan perhitungan. Rincian Piutang Bukan Pajak masing-masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 8. Catatan atas Laporan Keuangan

80 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) C Bagian Lancar RDI/RPD BagianLancarRDI/RD Rp5,99 triliun Jumlah Bagian Lancar Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah (RDI/RPD) per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan pokok pinjaman kepada Pemda, BUMN, dan BUMD yang akan jatuh tempo dua belas bulan setelah tanggal neraca. Pada Neraca per 30 Juni 2006 belum menyajikan Bagian Lancar RDI/RPD. Bagian Lancar TPA Rp195,04 juta C Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dua belas bulan setelah tanggal neraca. Jumlah tersebut merupakan Saldo Bagian Lancar TPA yang berada di: 30 Juni Juni Badan Pemeriksa Keuangan Rp Rp Menneg PPN/Bappenas Jumlah Rp Rp Bagian Lancar Tagihan TGR Rp18,12 miliar C Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo Tagihan TGR kementerian negara/lembaga yang akan jatuh tempo 12 bulan setelah tanggal neraca. Rincian Bagian Lancar Tagihan TGR untuk masing-masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 9. Jumlah Bagian Lancar TGR sebesar Rp belum termasuk TGR terhadap pegawai KPPN Jakarta IV. Pemalsuan dilakukan oleh yang bersangkutan sebanyak dua periode dengan rincian sebagai berikut: Penerbitan No. TA Bruto Pot. Pajak Jumlah Bersih Cheque Rp Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp Rp Berdasarkan Resume Kasus Pemalsuan SPM pada KPPN Jakarta IV bahwa akibat perbuatan yang bersangkutan, negara dirugikan sebesar Rp Berdasarkan surat Direktur Jenderal Perbendaharaan No. S-8739/PB/2006 tanggal 30 Nopember 2006 hal Persetujuan pembayaran dana DIPA 2006 Satker Departemen Agama akibat pemalsuan SPM, butir 4 bahwa terhadap pegawai yang terlibat dalam pemalsuan SPM agar dilakukan TGR dan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Selanjutnya pada butir 5 dicantumkan bahwa Piutang TGR dicantumkan pada neraca satuan kerja KPPN Jakarta IV. Sampai dengan 30 Juni 2007 jumlah sebesar Rp belum dilunasi oleh pegawai tersebut ke kas negara. Belanja Dibayar Dimuka Rp394,85 miliar C Belanja Dibayar di Muka Jumlah Belanja Dibayar di Muka per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan belanja yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga yang manfaat/barangnya masih akan diterima pada periode berikutnya yang berada di: Catatan atas Laporan Keuangan

81 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) - Kementerian Negara PAN Rp BRR Aceh-Nias 1) ,00 - BMG BKN 2) Komisi yudisial 3) Jumlah Rp Keterangan: 1) merupakan pembayaran termin atas pembangunan rumah yang belum selesai oleh BRR Aceh- Nias sebesar Rp dan sisa sewa yang belum habis masa sewanya sebesar Rp ) merupakan sewa gedung tiga kantor regional BKN. 3) merupakan sewa gedung untuk periode Juli sampai dengan Oktober Neraca 30 juni 2006 belum menyajikan Belanja Dibayar dimuka. Piutang Lain-lain Rp13,37 triliun C Piutang Lain-lain Piutang Lain-lain per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan piutang yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang sebagaimana telah dijelaskan di atas, yang terdiri dari: 30 Juni Juni Piutang di K/L Rp 0 Rp Bunga dan denda Kredit program Piutang 18 BDL Piutang Kelebihan Rekapitalisasi Kompensasi penjualan aset eks asing/cina Jumlah Rp Rp Piutang bunga dan denda sebesar Rp merupakan jumlah bunga dan denda dari pinjaman pendanaan KUMK eks dana SU-005 yang sudah jatuh tempo tetapi sampai dengan tanggal 30 Juni 2007 belum diterima. Rincian piutang bunga dan denda dapat dilihat pada Daftar 10. Piutang kredit program sebesar Rp merupakan hak pemerintah sampai dengan 30 Juni 2007 atas beberapa kredit program yang telah dilaksanakan, dengan rincian sebagai berikut: Tunggakan Kkop Pangan sebesar Rp merupakan hak pemerintah atas kredit kepada Koperasi dalam rangka Pengadaan Pangan (KKop-Pangan) Musim Pengadaan (MP) Dalam rangka pelaksanaan KKop-Pangan MP Pemerintah telah menandatangani perjanjian pinjaman dengan 5 bank pelaksana, dengan total plafond sebesar Rp Tunggakan dalam rangka Program Kredit Ketahanan Pangan yang menjadi bagian Pemerintah atas klaim risiko sampai dengan 30 Juni 2007 sebesar Rp Hak pemerintah sebesar Rp merupakan tunggakan yang terkait dengan program Kredit Usaha Tani (KUT) Tahun Pengadaaan (TP) 1999/2000. Dalam rangka pelaksanaan KUT TP 1999/2000 tersebut. Pemerintah telah melakukan kerjasama dengan 11 bank pelaksana dalam rangka penyediaan pendanaan dengan subsidi bunga dari Pemerintah, dengan total plafond sebesar Rp Piutang 18 Bank Dalam Likuidasi (BDL) sebesar Rp merupakan total Catatan atas Laporan Keuangan

82 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) kewajiban 18 BDL kepada Pemerintah sampai dengan triwulan IV tahun 2006 (termasuk piutang Bank Asiatic (DL), Bank Dagang Bali (DL) dan Bank Global Internasional (DL)). Atas piutang tersebut, Pemerintah telah melakukan koordinasi dengan BI dan selanjutnya meminta rencana kerja dari Tim Likuidasi Bank eks Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3) dalam memenuhi kewajibannya kepada Pemerintah. Rincian piutang yang berasal dari kewajiban BDL dapat dilihat pada Daftar 11. Piutang kelebihan rekapitalisasi sebesar Rp merupakan kelebihan biaya rekapitalisasi PT Bank Danamon Indonesia (BDI) yang harus dikembalikan kepada Pemerintah. BDI diminta untuk melakukan koreksi atas masih tercantumnya pinjaman subordinasi Danamon Internasional dalam neracanya dengan menyetorkannya ke rekening BUN No di BI. Piutang kompensasi penjualan aset bekas asing/cina sebesar Rp merupakan tagihan atas pelepasan/penjualan aset bekas milik asing/cina kepada pihak ketiga di Surabaya sebesar Rp dan di Semarang sebesar Rp yang sampai saat ini sedang dalam proses penyelesaian/penagihan. Apabila dalam batas waktu yang telah ditetapkan pihak yang bersangkutan belum juga melunasi kewajibannnya, maka besarnya kompensasi akan ditaksir ulang. Persediaan Rp2,27 triliun C Persediaan Jumlah Persediaan per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan nilai persediaan berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga. Nilai Persediaan per 30 Juni 2007 termasuk persediaan berupa Cadangan Beras Pemerintah sebesar Rp dan Cadangan Benih Nasional sebesar Rp dengan status per 31 Desember Rincian Persediaan untuk setiap kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 12. RDI/RPD Rp53,45 triliun C Rek. Dana Investasi/Rek. Pembangunan Daerah Jumlah Rek. Dana Investasi/Rek. Pembangunan Daerah (RDI/RPD) per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan nilai dana investasi yang terdiri dari: (dalam juta rupiah) - Pokok belum jatuh tempo ,38 - Tunggakan pokok ,48 - Tunggakan bunga, biaya komitmen dan denda ,72 - Kewajiban akrual ,70 Jumlah ,28 Catatan: termasuk bagian lancar RDI Berdasarkan tingkat kolektibilitas, tunggakan sebesar Rp ,20 juta (Rp ,48 juta ditambah Rp ,72 juta) tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kategori Jumlah % - Lancar 0,00 0,00% - Dalam perhatian ,97 1,06% - Kurang lancar ,82 4,47% - Diragukan 5.880,55 0,04% - Macet ,86 94,43% Total ,20 100,00 (dalam juta rupiah) Rincian saldo RDI/RPD (termasuk bagian lancar) dapat dilihat pada Daftar 13. Catatan atas Laporan Keuangan

83 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) RDI dibentuk berdasarkan Keputusan Dewan Moneter No. 7/Kep/DM/1971 tanggal 31 Desember 1971 merupakan kelanjutan dari pengelolaan pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan yang sudah dilaksanakan pada PELITA I tahun Proyek yang dibiayai antara lain pertanian, perkebunan, kehutanan, jasa keuangan bank dan bukan bank, sarana dan prasarana pemerintah daerah dan koperasi melalui unit usaha BUMN, BUMD/Pemda. Pembiayaan yang berasal dari penerusan pinjaman luar negeri ini diharapkan tidak akan membebani APBN. Pengembalian pinjaman luar negeri bersumber dari pembayaran kembali RDI oleh debitur. SLA diberikan berdasarkan Keppres No. 59 tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit Luar Negeri dan Surat keputusan Bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Proyek yang dapat dibiayai melalui SLA antara lain pertanian, eksplorasi laut, kehutanan. Perkebunan, farmasi, jasa keuangan bank dan bukan bank, sarana dan prasarana pemerintah daerah, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, koperasi melalui unit usaha BUMN, BUMD/Pemda dan Koperasi. RPD dibentuk berdasarkan surat Menteri Keuangan No. S-495/MK.01/86 tanggal 7 Mei Pedoman Pengelolaan RPD mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan No. S- 1021/KMK.013/1991 tanggal 30 September 1991 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 347.a/KMK.017/2000 tanggal 22 Agustus Proyek yang dapat dibiayai melalui RPD antara lain sarana dan prasarana pemerintah daerah, perusahaan air minum melalui unit usaha BUMD/Pemda. Dana Bergulir Rp5,87 triliun C Dana Bergulir Jumlah Dana Bergulir per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan dana pemerintah yang disalurkan dalam bentuk pinjaman bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota KSM dan lain-lain yang dikelola oleh kementerian negara/lembaga. Rincian dana bergulir adalah sebagai berikut: 30 Juni Juni Dep. Keuangan 1) Rp Rp Dep. Perindustrian 2) Dep. Kelautan dan Perikanan 3) Dep. Kehutanan 4) Kemneg. Kop dan UKM 5) KLH 6) Jumlah Rp Rp Keterangan: 1) Dana Bergulir yang dikelola oleh Departemen Keuangan yang disalurkan antara lain melalui Bank Pembangunan Daerah, PT Bank BUKOPIN, PT Bank BRI dan PT Bank Mandiri. Dari jumlah tersebut yang terkait dengan RDI sebesar Rp dan tidak terkait RDI sebesar Rp Rincian masing-masing rekening dapat dilihat pada Daftar 14. 2) Jumlah tersebut merupakan nilai bersih yang dapat direalisasikan, yang terdiri dari piutang lancar sebesar Rp dan piutang kurang lancar sebesar Rp Sedangkan piutang macetnya berdasarkan hasil inventarisasi sebesar Rp ) Merupakan dana penguatan modal yang diberikan kepada 164 Koperasi Usaha Bersama dengan melibatkan nelayan. Dana bergulir tersebut disalurkan selama periode ) Meliputi Dana Hutan Tanaman Industri, Dana Kredit Usaha Konservasi Daerah Aliran Sungai, Dana Kredit Usaha Persuteraan Alam dan Dana Kredit Usaha Hutan Rakyat. Atas pengembalian dana bergulir tersebut dari pihak ketiga langsung disetorkan ke kas negara Catatan atas Laporan Keuangan

84 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) dan tidak digulirkan lagi. 5) Merupakan nilai akumulasi sejak tahun 2000 s.d. 30 Juni 2007 yang merupakan Bantuan Perkuatan Dana Bergulir untuk memberikan stimulan dalam pemberdayaan koperasi dan usaha kecil dan menengah. 6) Merupakan dana Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) yang ditempatkan di Bank Syariah Mandiri yang akan disalurkan kepada Usaha Ekonomi Lemah (UKM) sebagai kredit untuk membiayai investasi di bidang lingkungan hidup. Investasi Non Permanen Lainnya Rp 2,995 triliun C Investasi Non Permanen Lainnya Investasi Non Permanen Lainnya per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan pinjaman pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK) yang disalurkan melalui BUMN dan lembaga keuangan yang ditunjuk sebagai BUMN Pengelola dan/atau Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP). Pinjaman pendanaan KUMK merupakan kelanjutan pendanaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, BI tidak diperkenankan lagi untuk memberikan kredit likuiditas. Untuk itu pemerintah menerbitkan Surat Utang No. SU-005/MK/1999 tanggal 29 Desember 1999 dengan pagu sebesar Rp9.97 triliun. Realisasi pencairan pinjaman pendanaan KUMK eks dana SU-005 adalah sebagai berikut: 30 Juni 2007 Saldo awal Rp Mutasi Saldo akhir Rp Rincian mengenai pencairan pinjaman pendanaan KUMK sampai dengan tanggal 30 Juni 2007 dapat dilihat pada Daftar 15. Penyertaan Modal Negara Rp475,46 triliun C Investasi Permanen Penyertaan Modal Negara Jumlah Investasi Permanen Penyertaan Modal Negara (PMN) per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan nilai penyertaan modal negara pada: 30 Juni Juni BUMN Rp Rp BHMN Non BUMN Lembaga Internasional Jumlah Rp Rp Penyertaan pada BUMN (kepemilikan sama dengan atau lebih dari 51%) merupakan penjumlahan total ekuitas masing-masing BUMN setelah dikalikan dengan persentase kepemilikan negara pada BUMN yang bersangkutan (equity method). Penyertaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp diperoleh dari ikhtisar laporan keuangan BUMN dari 141 BUMN (termasuk PT Dirgantara dan PT Sarana Multigriya Finansial). Laporan keuangan BUMN tersebut terdiri dari: - 78 laporan keuangan audited tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar Rp ; - 40 laporan keuangan unaudited tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar Rp ; - 19 laporan keuangan prognosa tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar Catatan atas Laporan Keuangan

85 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) ; - 1 laporan keuangan semester tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar minus Rp ; - 1 laporan keuangan RKAP tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar minus Rp BUMN yang laporannya belum tersedia adalah PT Survey Udara Penas dan PT Kertas Kraft Aceh. PMN pada Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sebesar Rp merupakan nilai ekuitas pada 8 BHMN yang untuk pertama kalinya dilaporkan dalam LKPP Tahun 2006, dengan rincian: 30 Juni Universitas Indonesia Rp Universitas Gajah Mada Institut Teknologi Bandung Institut Pertanian Bogor Universitas Sumatra Utara Universitas Airlangga Universitas Pendidikan Indonesia BP MIGAS Jumlah Rp Dari 8 BHMN di atas, Pemerintah telah menetapkan status Penyertaan sebagai Kekayaan Negara yang tertanam pada 2 BHMN yaitu Institut Pertanian Bogor dan Universitas Airlangga. Penyertaan modal negara pada perusahaan minoritas (non BUMN) merupakan penyertaan pemerintah pada perusahaan dengan prosentase kepemilikan kurang dari 51%. Nilai penyertaan pada perusahaan minoritas dengan kepemilikan 20% atau lebih disajikan dengan menggunakan metode ekuitas (equity method), sedangkan kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya (cost method). Dari 20 perusahaan minoritas, 18 perusahaan telah menyajikan laporan keuangannya. Dua perusahaan minoritas yang belum menyampaikan laporan keuangannya adalah PT Asean Bintulu Fertilizer dan PT Asean Copper Product. Penyertaan pada Lembaga Internasional merupakan Penyertaan Modal Pemerintah Indonesia pada beberapa organisasi/lembaga keuangan internasional/regional yang telah disetor sampai dengan 30 Juni Setoran dalam bentuk promissory notes tidak diperhitungkan dalam nilai penyertaan modal ini. PMN ini dikonversikan ke dalam rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 30 Juni Rincian penyertaan modal pemerintah pada BUMN dapat dilihat pada Daftar 16. Sesuai dengan amanat Pasal 30 ayat (2) UU No.17 Tahun 2003 dan Pasal 22 ayat (1) PP No.8 Tahun LKPP dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara yang memuat informasi lebih rinci tentang aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, dan laba (rugi) bersih disajikan dalam Daftar 32 dan Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya disajikan dalam Daftar 33. Rincian penyertaan modal negara pada perusahaan minoritas dapat dilihat pada Daftar 17, dan rincian penyertaan modal negara pada Lembaga Internasional dapat dilihat pada Daftar 18. Investasi Permanen Penyertaan Modal Negara menggunakan data LKPP audited per 30 Juni 2006 karena sampai dengan saat penyusunan laporan keuangan, data per 30 Juni 2007 belum diterima. Catatan atas Laporan Keuangan

86 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Investasi Permanen Lainnya Rp122,45 triliun C Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen Lainnya per 30 Juni 2007 sdan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan nilai penyertaan modal negara pada badan-badan lainnya yang disajikan berdasarkan metode ekuitas, kecuali Otorita Asahan. Rincian Investasi Permanen Lainnya adalah sebagai berikut: 30 Juni Juni Bank Indonesia 1) Rp Rp Otorita Batam BP Kemayoran BPGBK LPS Taman Mini Indonesia Indah Otorita Asahan 2) BP Gdg Manggala Wanabakti PT Sarana Multigriya Finansial Jumlah Rp Rp Keterangan: 1) Nilai ekuitas pada BI berdasarkan Laporan Keuangan BI per 30 Juni 2006, merupakan selisih antara nilai aset sebesar Rp juta dengan nilai kewajiban sebesar Rp juta. 2) Merupakan aset negara di bawah pengelolaan Otorita Asahan berupa tanah, bangunan dan barang tidak bergerak lainnya. 3) Pada tahun 2006 PT SMF statusnya berubah menjadi BUMN yang masih berada di bawah Departemen Keuangan dengan kepemilikan Negara 100%. Data Investasi Permanen Lainnya menggunakan data LKPP audited per 31 Desember 2006 karena sampai dengan saat penyusunan laporan keuangan, data per 30 Juni 2007 belum diterima kecuali Otorita Asahan dan LPS. Aset Tetap Rp370,29 triliun C Aset Tetap Jumlah Aset Tetap per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan nilai aset tetap berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga. Aset tetap dinilai dengan menggunakan metode harga perolehan (acquisition cost) dan belum memperhitungkan depresiasi (penyusutan). Sampai saat ini belum dilakukan penilaian atas nilai wajar aset tetap. Rincian menurut jenis aset tetap dapat dilihat pada Tabel 5 dan Grafik 19. Rincian lebih lanjut masing-masing aset tetap untuk setiap kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 19. Tabel 5 Aset Tetap per 30 Juni 2007 (dalam rupiah) Jenis Aset Tetap 30 Juni Juni 2006 Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dlm Pengerjaan Total Catatan atas Laporan Keuangan

87 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 160 Triliun Rupiah Juni Juni Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan 4 4 Aset Tetap Lainnya 13 KDP 8 Grafik 19: Komposisi Aset Tetap Berdasarkan Jenisnya Nilai Aset Tetap per 30 Juni 2007 termasuk aset tetap dari unit fiskal register yaitu Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI), LPP Televisi Republik Indonesia (TVRI), dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (BPKS) Sabang. Aset Lainnya Rp82,10 triliun C Aset Lainnya Jumlah Aset Lainnya per 30 Juni 2007 dan 31 Deseember 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan saldo Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Pengunaannya (restricted assets), Aset Tak Berwujud, dan Aset Lainlain. Rincian Aset Lainnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Aset Lainnya per 30 Juni 2007 (dalam rupiah) Uraian 30 Juni Juni Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan dgn Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud Dana yang Dibatasi Penggunaannya Aset Lain-lain Total Catatan atas Laporan Keuangan

88 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Tagihan Penjualan Angsuran Saldo TPA merupakan saldo TPA kementerian negara/lembaga yang berada di: 30 Juni Juni Badan Pemeriksa Keuangan Rp Rp Menneg PPN/Bappenas Jumlah Rp Rp Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Saldo Tagihan TGR merupakan saldo Tagihan TGR yang berada di kementerian negara/lembaga. Rincian Tagihan TGR dapat dilihat pada Daftar 20. Kemitraan dengan Pihak Ketiga Saldo Kemitraan dengan Pihak Ketiga merupakan saldo Kemitraan dengan Pihak Ketiga yang berada di Bappenas sebesar Rp Dana yang Dibatasi Pengunaannya Saldo Dana yang Dibatasi Pengunaannya dapat dirinci sebagai berikut: 30 Juni Juni Rekening Khusus Rp Rp Escrow Account Dana Penjaminan Kas Besi Rekening penjaminan Dana Abadi Umat Aset Bersih Bapertarum Kas PMU Rekompak Kas Komite Beasiswa Jumlah Rp Rp Saldo rekening khusus sebesar Rp merupakan rekening khusus pemerintah di BI. Rincian per rekening dapat dilihat di Daftar 21. Escrow accounts sebesar Rp merupakan rekening yang digunakan untuk menampung sisa anggaran belanja yang terdiri dari: Saldo rekening dana reboisasi sebesar Rp merupakan rekening dana reboisasi yang penggunaan dananya hanya untuk kegiatan reboisasi dan rehabilitasi lahan melalui skema pinjaman. Kebijakan pengelolaan dana tersebut diatur dengan ketentuan Inpres Nomor 9 Tahun 1999, Inpres Nomor 4 Tahun 2000, serta PP Nomor 35 Tahun Saldo Dana Moratorium sebesar Rp merupakan dana moratorium yang berada pada Bank Umum dan BI yang digunakan untuk menampung sisa dana moratorium Tahun Anggaran 2005 yang belum digunakan dalam APBN. Escrow accounts subsidi, meliputi subsidi BBM, listrik, pupuk, dan pangan yang pada akhir tahun anggaran belum dapat diverifikasi oleh BPKP. Saldo escrow accounts subsidi PSO Catatan atas Laporan Keuangan

89 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) sampai dengan 30 Juni 2007 sebesar Rp Escrow accounts dana bagi hasil, merupakan rekening penampungan untuk dana bagi hasil perikanan, pertambangan umum, kehutanan, dan DAK DR yang belum disalurkan pada tahun anggaran bersangkutan karena daerah penghasil belum teridentifikasi. Saldo escrow accounts dana bagi hasil per 30 Juni 2007 sebesar Rp Beberapa escrow account telah diselesaikan pada awal tahun 2007 seperti Rekening Dana Cadangan Infrastruktur dan Rekening Cadangan PMN (lihat C.3). Rincian masing-masing escrow account disajikan pada Daftar 22. Dana Penjaminan sebesar Rp merupakan dana penjaminan yang berada di Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebesar Rp dan di Departemen Kehutanan berupa deposito terbeku yang merupakan jaminan Kredit Usaha Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUKDAS) sebesar Rp Kas Besi sebesar Rp merupakan saldo kas besi pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Kas Besi Perwakilan RI di luar negeri dibentuk berdasarkan surat Menteri Keuangan No. S-2.18/424/0182 tanggal 13 Januari 1992 untuk keperluan berjaga-jaga terhadap keadaan/kejadian yang mungkin timbul, terutama untuk membiayai perwakilan apabila remise (cash supply) terlambat dan keperluan lainnya. yang penggunaannya harus mendapat persetujuan/instruksi dari Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri. Rekening penjaminan sebesar Rp merupakan rekening penjaminan berupa uang jaminan dari Perusahaan Penempatan TKI Swasta (PPTKIS/JTKI) dan jaminan dari Lembaga Penempatan Tenaga kerja swasta yang berada di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebesar Rp dan uang deposito untuk perusahaan-perusahaan Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) sebesar Rp Rekening penjaminan di DESDM termasuk juga KK dan PKP2B yang terminasi sepihak yang akan disetor ke kas negara sebesar Rp Dana Abadi Umat (DAU) adalah dana yang diperoleh dari hasil efisiensi biaya penyelenggaraan haji dan dari sumber lain sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun DAU dialokasikan untuk kemaslahatan umat Islam di bidang pendidikan, dakwah, pembangunan sarana dan prasarana ibadah serta bidang penyelenggaraan haji. Jumlah sebesar Rp merupakan nilai ekuitas DAU. Dana ini tidak berada di Rekening Kas Negara dan baru dilaporkan dalam LKPP Tahun Aset Bersih Bapertarum sebesar Rp merupakan nilai ekuitas Bapertarum. Kas PMU ReKOMPAK sebesar Rp merupakan nilai uang kas pada rekening PMU ReKOMPAK yang belum disalurkan kepada Kelompok Penerima Bantuan (Kelompok Pemukim). Kas Komite Beasiswa sebesar Rp merupakan nilai uang kas pada rekening Komite Beasiswa yang dikelola oleh Komite Pelaksana Program Beasiswa Pendidikan Lanjutan, yang bertujuan untuk mendanai beasiswa pendidikan lanjutan bagi tenaga kesehatan di Provinsi NAD. Aset Tak Berwujud Saldo Aset Tak Berwujud sebesar Rp merupakan aset yang berupa software, biaya survey/penelitian, dan hak paten yang berada di kementerian negara/lembaga. Rincian Aset Tak Berwujud masing-masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Daftar 23. Catatan atas Laporan Keuangan

90 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Aset Lain-lain Aset Lain-lain berdasarkan instansi/unit terkait dapat dirinci sebagai berikut: Instansi/unit terkait 30 Juni Juni K/L Rp Rp PPA Tim Koordinasi DJKN Direktorat PPP BP Migas Total Rp Rp Aset Lain-lain yang berasal dari kementerian negara/lembaga (K/L) sebesar Rp disajikan pada Daftar 24. Aset Lain-lain yang berasal dari PPA sebesar Rp merupakan aset pemerintah eks BPPN yang masih dikelola PPA menunggu untuk dijual dan hasilnya disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP. Nilai aset tersebut merupakan nilai pengalihan eks BPPN ke Menteri Keuangan. Rincian disajikan pada Daftar 25. Aset Lain-lain yang berasal dari Tim Koordinasi sebesar Rp merupakan aset pemerintah eks BPPN yang status kepemilikan dan nilainya masih bermasalah (belum bersih) sehingga belum dapat diserahkan kepada PT PPA. Jumlah tersebut di luar aset yang berasal dari penyelesaian di Tim Koordinasi dan aset non ATK. Rincian jumlah aset dan nilai pengalihan disajikan pada Daftar 26. Aset Lain-lain yang berasal dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Departemen Keuangan sebesar Rp merupakan piutang macet kementerian negara/lembaga yang penagihannya dialihkan ke DJKN. Hasil bersih penagihan akan merupakan PNBP kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Rincian disajikan pada Daftar 27. Aset Lain-lain yang berasal dari BP Migas sebesar Rp merupakan aset negara yang digunakan dalam rangka kontrak kerja sama minyak bumi dan gas alam yang berupa Aset dan Inventory yang dikelola oleh KKKS, dengan rincian sebagai berikut (dalam juta rupiah): Aset Cost Acc. Depr. Book Value - Tahap Produksi , , ,41 - Tahap Eksplorasi , ,19 Sub jumlah , , ,60 Inventory Capital Non Capital Total - Tahap produksi , , ,51 - Tahap eksplorasi , , ,79 Sub jumlah , , ,30 Jumlah ,91 Data tanah yang digunakan oleh KKKS sampai saat ini masih dilakukan pendataan dan verifikasi lebih lanjut. Aset Lain-lain yang berasal dari Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman Departemen Keuangan sebesar Rp terdiri dari: Dana pemerintah sebesar Rp ,00 dalam rangka kerjasama penjamin kredit UMKM pada Perum Pengembangan Sarana Usaha. Catatan atas Laporan Keuangan

91 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Dana Cadangan Kredit Usaha Tani (KUT). Dalam rangka pelaksanaan KUT Tahun Pengadaan 1999/2000, Pemerintah telah melakukan kerjasama dengan sebelas bank pelaksana dalam rangka penyediaan pendanaan dengan subsidi bunga dari Pemerintah, dengan total plafond sebesar Rp1.903 milyar. Dari plafond sebesar Rp1.903 milyar tersebut, sampai dengan akhir pelaksanaan program, masih terdapat hak (piutang) pemerintah di masyarakat sebesar Rp C Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Utang PFK Rp995,70 miliar Utang PFK per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan selisih antara Penerimaan Potongan PFK dan Pengeluaran Pembayaran kepada pihak ketiga. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran PFK adalah sebagai berikut (dalam Rupiah): Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo - Pengmbl. Pen. PFK 10% Gaji Pengmbl. Pen. PFK 2% Gaji Terusan Pengembalian PFK Beras Pengmbl. Pen. PFK 2% Iuran Kes. Pemda Pengmbl. Pen. PFK 2% As. Bidan/Dokter PTT ( ) - Pengmbl. Pen. PFK 2% Askes TNI/Polri Pengmbl. Pen. PFK Lain-lain Jumlah C Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp81,71 triliun Jumlah Bagian Lancar Utang Jangka Panjang per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan utang pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri yang diperhitungkan akan dibayar atau jatuh tempo satu tahun setelah tanggal neraca. Jumlah Bagian Lancar Utang Luar Negeri disajikan pada Tabel 7. Rincian Bagian Lancar Utang Luar Negeri yang akan dibayar per bulan selama tahun 2007 dapat dilihat pada Daftar 28. Tabel 7 Bagian Lancar Utang Luar Negeri per Jenis Utang (dalam rupiah) Jenis Utang 30 Juni Juni 2006 Bilateral Bonds and Notes Kredit Komersil Kredit Ekspor Leasing Multilateral Total Bagian Lancar Utang Dalam Negeri merupakan reklasifikasi surat utang negara (SUN) dalam negeri yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun setelah tanggal neraca, sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Catatan atas Laporan Keuangan

92 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Tabel 8 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri per Jenis Obligasi (dalam rupiah) Jenis Bonds 30 Juni Juni 2006 Fixed Rate Bonds : Nominal Unamortized Premium (Disc.) ( ) Nilai bersih (nilai buku) (I) Variable Rate Bonds : Nominal Unamortized Premium (Disc.) 0 0 Nilai bersih (nilai buku) (II) Surat Utang kepada BI *) Nominal yg harus diamortisasi Accrued Indexation 0 0 Nilai bersih (nilai buku) (III) SPN Nominal Unamortized Premium (Disc.) ( ) 0 Nilai bersih (nilai buku) (IV) Jumlah (I + II + III) Catatan: *) terdiri dari SU-002, SU-004, SU-005 dan SRBI-1/MK/2003 Rincian lebih lanjut mengenai Bagian Lancar Utang Obligasi DN dapat dilihat pada Daftar 29. Utang Bunga Rp14,73 triliun C Utang Bunga Jumlah Utang Bunga per 30 Juni 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan jumlah utang bunga luar negeri dan utang bunga obligasi serta utang bunga lainnya yang masih harus dibayar. Rincian utang bunga luar negeri disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Utang Bunga Luar Negeri (dalam rupiah) Jenis Utang 30 Juni Juni 2006 Utang Bilateral Kredit Komersial Bond Kredit Ekspor Leasing Multilateral Total Catatan atas Laporan Keuangan

93 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Rincian utang bunga obligasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Utang Bunga Obligasi (dalam rupiah) Utang Bunga 30 Juni Juni 2006 Fixed Rate Bonds Variable Rate Bonds Surat Utang kepada BI*) **) International Bonds Total Catatan: *) terdiri dari SU-002, SU-004, SU-005 dan SRBI-1/MK/2003 **) terdiri dari CPI Index Linked Bonds, SU-005, dan SRBI-1/MK/2003 Rincian lebih lanjut Utang Bunga Obligasi dapat dilihat pada Daftar 30. Utang bunga lainnya sebesar Rp merupakan utang subsidi bunga dalam rangka program Kredit Ketahanan Pangan yang belum ditagih oleh bank pelaksana kepada Pemerintah yang dihitung secara akrual dan harus dibayar sampai dengan 30 Juni Utang kepada Pihak Ketiga sebesar Rp3,78 triliun C Utang kepada Pihak Ketiga Jumlah Utang kepada Pihak Ketiga per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan kewajiban Pemerintah atas barang yang telah diterima dari pihak ketiga dan kewajiban Pemerintah lainnya kepada pihak ketiga namun sampai dengan tahun anggaran berakhir belum dibayar, dengan rincian sebagai berikut: 30 Juni Departemen ESDM 1) Rp Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2) Kementerian Negara BUMN Departemen perhubungan 3) Kepolisian RI 4) Bapertarum Escrow Account 5) Jumlah Rp Keterangan: 1) Utang kepada perusahaan Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara berupa rekening jaminan. 2) Terdiri dari uang jaminan dari Perusahaan Penempatan TKI Swasta dan lembaga penempatan tenaga kerja swasta sebesar Rp ) Merupakan jaminan pemeliharaan untuk pembangunan gedung dan bangunan sebesar 5% dari nilai yang dikontrakkan. 4) Utang perawatan dan makan tahanan. 5) Merupakan kewajiban kepada pihak lain yang terkait dengan dana bagi hasil dan subsidi public service obligation (PSO) yang sampai saat ini masih ditampung di rekening escrow. Lihat C.2.21 bagian escrow accounts. Catatan atas Laporan Keuangan

94 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Neraca per 30 Juni 2006 belum menyajikan Utang Kepada Pihak Ketiga. Utang Jangka Pendek Lainnya Rp4,13 triliun C Utang Jangka Pendek Lainnya Jumlah Utang Jangka Pendek Lainnya per 30 Juni 2007 sebesar Rp yang terdiri dari tunggakan kepada suplier Bahan Bakar Minyak Pelumas, Listrik, Telekomunikasi, Gas, dan Air di Departemen Pertahanan sebesar Rp dan utang yang menjadi bagian Pemerintah kepada bank pelaksana atas jumlah Kredit Ketahanan Pangan yang dipertanggungkan kepada lembaga penjaminan sebesar Rp , serta hutang pemerintah kepada pemerintah daerah atas kekurangan dana bagi hasil tahun sebesar Rp Sumber pembiayaan untuk kekurangan pembayaran dana bagi hasil tahun tersebut berasal dari penggunaan Rekening Saldo Anggaran Lebih dan tercatat dalam pembiayaan perbankan dalam negeri. Neraca per 30 Juni 2006 belum menyajikan Utang jangka Pendek Lainnya. Utang Jangka Panjang DN SUN Rp682,44 triliun C Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN Jumlah Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan posisi utang obligasi dalam negeri yang akan jatuh tempo lebih dari 1 tahun setelah tanggal neraca sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Obligasi (dalam rupiah) Jenis Obligasi 30 Juni Juni 2006 Fixed Rate Bonds Principle Outstanding Unamortized Prem (Disc.) ( ) ( ) Nilai bersih (nilai buku) (I) Variable Rate Bonds Principle Outstanding Unamortized Prem (Disc.) 0 0 Nilai bersih (nilai buku) (II) Surat Utang kepada BI Principle Outstanding **) Accrued Indexation 0 0 Nilai bersih (nilai buku) (III) Jumlah ( I+II+III) Keterangan: *) merupakan SU-002, SU-004, SRBI-1/MK/2003, dan eks SU-005 **) merupakan CPI indexed linked bonds, SRBI-1/MK/2003, dan eks SU-005 Rincian Utang Obligasi Dalam Negeri Jangka Panjang dapat dilihat pada Daftar 31. Catatan atas Laporan Keuangan

95 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Catatan: Termasuk di dalam Fixed Rate Bond adalah satu seri ORI, yaitu ORI001 dengan tingkat kupon 12.05% yang akan jatuh tempo tahun Surat Utang kepada BI terdiri dari SU-002, SU-004, SU-005, SU-007 dan SRBI-01. SU-002 dan SU-004 adalah jenis utang Pemerintah kepada BI. berkaitan dengan program penjaminan dan BLBI. Pada bulan April 2006 Menteri Keuangan bersama Gubernur BI telah menandatangani Kesepakatan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor: SU-002/MK/1998 dan SU-004/MK/1999. Pada intinya, pokok-pokok yang disepakati dalam Kesepakatan Bersama dimaksud antara lain: a. Klausul indeksasi pokok terhadap inflasi dihapus efektif tanggal 31 Desember b. Tingkat bunga SU-002/MK/1998 diturunkan dari 3% menjadi 1%. c. Jatuh tempo Surat Utang pasca restrukturisasi diperpanjang sampai 2025 dari yang sebelumnya 2018, dan d. Perhitungan indeksasi dan tunggakan bunga SU-002 dan SU-004 sampai dengan tanggal 31 Desember 2005 dikonversi menjadi surat utang baru (SU-007) dengan tingkat bunga 0,1% dan jatuh tempo tahun SU-002 setelah restrukturisasi memiliki tingkat bunga sebesar 1% setahun (dari sebelumnya 3%), pokoknya diamortisasi dengan jatuh tempo pokok yang terakhir pada tahun 2025 (sebelumnya 2018), dan tidak diindeks terhadap inflasi. SU-004 setelah restrukturisasi memiliki tingkat bunga 3% setahun (tidak berubah), pokoknya diamortisasi dengan jatuh tempo pokok yang terakhir pada tahun 2025 (sebelumnya 2018), dan tidak diindeks terhadap inflasi. Sementara SU-007 memiliki tingkat bunga 0,1% setahun dan pokoknya diamortisasi dengan jatuh tempo pokok yang terakhir pada tahun Nilai nominal SRBI pada saat diterbitkan adalah sebesar Rp atau sama dengan jumlah nominal SU-001 dan SU-003. SRBI jatuh tempo tahun 2033 dengan tingkat kupon 0,1% setahun dihitung dari sisa pokok terutang yang dibayarkan secara periodik 2 (dua) kali setahun. Pelunasan SRBI dapat bersumber dari surplus BI yang menjadi bagian Pemerintah dan akan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah mencapai di atas 10%. Dalam hal rasio modal terhadap kewajiban moneter BI kurang dari 3%, maka Pemerintah akan membayar charge kepada BI sebesar kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut. Pada tahun 2006 rasio modal terhadap kewajiban moneter BI lebih dari 10%, sehingga pada tahun 2006 BI menggunakan kelebihan tersebut untuk mengurangi saldo SRBI-01/MK/2003 sebesar Rp1,52 triliun. Kewajiban Pemerintah Terhadap Program THT Rp1,75 triliun C Kewajiban Pemerintah terhadap Program THT Jumlah Kewajiban Pemerintah terhadap THT per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan utang jangka panjang pemerintah yang terkait dengan dana pensiun pegawai negeri. Kewajiban Pemerintah terhadap THT sebesar Rp merupakan Kewajiban Pemerintah Terhadap Program THT sehubungan dengan saldo unfunded liability tahun 2004 kepada PT TASPEN akibat perubahan formula perhitungan manfaat dari SK Menkeu No. 500/KMK.06/2004. Disamping itu, masih terdapat kewajiban Unfunded Liabilitiy Pemerintah terhadap Program THT posisi 30 Juni 2006 sebesar Rp525,641 miliar yang belum diselesaikan sebagai akibat dari adanya perubahan skala gaji pokok Pegawai Negeri Sipil sesuai PP Nomor 26 Tahun 2001 dan PP Nomor 11 Tahun Sampai saat ini, jumlah tersebut masih merupakan perhitungan sepihak dari PT TASPEN, sehingga Pemerintah tidak dapat mengakuinya sebagai utang Pemerintah kepada PT TASPEN. Catatan atas Laporan Keuangan

96 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Utang Jangka Panjang LN Perbankan Rp482,12 triliun C Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan per 30 juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp Rp merupakan posisi utang luar negeri perbankan yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Utang Luar Negeri Jangka Panjang Perbankan per Jenis Utang (dalam rupiah) Jenis Utang 30 Juni Juni 2006 Bilateral Kredit Ekspor Multilateral Total Utang Jangka Panjang LN Non Perbankan Rp27,71 miliar C Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan per 30 juni 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan utang luar negeri obligasi dan leasing yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca dengan rincian sebagai berikut: Jenis Utang 30 Juni Juni 2006 Obligasi Rp 0 Rp Leasing Jumlah Rp Rp Utang Jangka Panjang LN SUN Rp63,76 triliun C Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan posisi utang obligasi luar negeri (International Bonds-RI0014) yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca dengan rincian sebagai berikut: 30 Juni Juni 2006 Principles outstanding Rp Rp Accrued Indexation ( ) Net Unamortized Pr (Disc.) Nilai Bersih (nilai buku) Rp Rp Keterangan: *) kurs tengah BI pada tanggal pelaporan Rp **) konversi ke dalam Rupiah menggunakan kurs saat diterbitkan. Utang Jangka Panjang LN Lainnya Rp489 miliar C Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan posisi utang luar negeri komersial kredit yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca. Secara keseluruhan, komposisi kewajiban pemerintah disajikan pada Grafik 20. Catatan atas Laporan Keuangan

97 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) , ,92 30 Juni Juni ,65 600, triliun rupiah ,73 50,05 10,66 1,96 SUN Utang Luar Negeri Utang Bunga Kewajiban Lainnya Grafik 20: Komposisi Kewajiban Pemerintah per 30 Juni 2007 dan 2006 SAL Rp18,83 triliun C Sisa Anggaran Lebih Sisa Anggaran Lebih (SAL) per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan saldo awal SAL Tahun Anggaran Pada akhir Semester I TA 2007 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp sehingga saldo akhir SAL per 30 Juni 2007 menjadi sebesar Rp SILPA Rp31,07 triliun C SILPA (SIKPA) Jumlah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan selisih antara realisasi seluruh penerimaan anggaran dengan pengeluaran anggaran selama Semester I TA Sementara itu, SILPA per 30 Juni 2006 adalah sebesar Rp Dana Lancar Lainnya Rp34,23 triliun C Dana Lancar Lainnya Jumlah Dana Lancar Lainnya per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan Kas dan Bank pemerintah di luar Rekening 502 BUN dan Rekening Kas di KPPN. Cadangan Piutang Rp89,96 triliun C Cadangan Piutang Jumlah Cadangan Piutang per 30 Juni 2007 dan per 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan pasangan perkiraan Piutang, yang terdiri dari: 30 juni Juni Piutang Pajak Rp Rp Piutang Bukan Pajak Bagian lancar RDI/RPD Bagian Lancar TPA Bagian Lancar TGR Belanja Dibayar Di Muka Piutang Lain-lain Jumlah Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan

98 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Cadangan Persediaan Rp2,27 triliun C Cadangan Persediaan Jumlah Cadangan Persediaan per 30 juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan pasangan perkiraan persediaan yang dilaporkan kementerian negara/lembaga dan instansi terkait lainnya. Pendapatan yang Ditangguhkan Rp435,34 miliar C Pendapatan yang Ditangguhkan Jumlah Pendapatan yang Ditangguhkan per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak kementerian negara/lembaga yang belum disetorkan ke Kas Negara. Perkiraan ini merupakan pasangan perkiraan Kas di Bendahara Penerimaan. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Rp104,35 triliun C Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Perkiraan tersebut merupakan bagian dari ekuitas dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Jumlah ini merupakan total nilai Bagian Lancar Utang jangka Panjang. Utang Bunga dan Utang Jangka Pendek Lainnya. Rincian dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek adalah sebagai berikut: 30 Juni Juni Bag Lancar Utang Jgk Panjang Rp Rp Utang Bunga Utang kpd Pihak Ketiga Utang Jgk Pendek Lainnya Jumlah Rp Rp Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp660,23 triliun C Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Jumlah Perkiraan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp dan merupakan dana pemerintah pusat yang diinvestasikan dalam bentuk investasi permanen dan investasi non permanen yang merupakan lawan dari perkiraan Investasi Jangka Panjang dengan rincian sebagai berikut: 30 Juni Juni Diinv. dlm RDI/RPD Rp Rp Diinv. dlm Dana Bergulir Diinv. dlm Inv Non Permanen Lainnya Diinv. dlm PMN Diinv. dlm Inv Permanen Lainnya Jumlah Rp Rp Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp370,29 triliun C Diinvestasikan dalam Aset Tetap Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 30 Juni 2007 dan 31 Desenber 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan oleh pemerintah pusat dalam bentuk aset tetap dengan rincian sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan

99 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) 30 Juni Juni Diinv. Dlm Tanah Rp Rp Diinv. Dlm Peralatan & Mesin Diinv.Dlm Gedung & Bangunan Diinv.DlmJln.Irigasi & Jaringan Diinv. Dlm Aset Tetap Lainnya Diinv. Dlm KDP Jumlah Rp Rp Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp82,10 triliun C Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 30 Juni 2007 dan 30 Juni 2006 sebesar Rp dan Rp merupakan jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan oleh pemerintah pusat dalam bentuk aset lainnya dengan rincian sebagai berikut: 30 Juni Juni Diinv. Dlm TPA Rp Rp Diinv. Dlm TGR Diinv. Dlm Kemitraan dg Phk Ketiga Diinv. Dlm Aset Tak Berwujud Diinv. Dlm Dana yg Dibatasi Penggunaannya - Diinv. Dlm Aset Lain-lain Jumlah Rp Rp Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang Rp1.230,60 triliun C Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang Perkiraan tersebut merupakan bagian dari ekuitas dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang. Jumlah ini merupakan akumulasi utang jangka panjang. yang terdiri dari Utang Jangka Panjang Dalam Negeri (UJP DN) dan Utang Jangka Panjang Luar Negeri (UJP LN). Rincian dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang adalah sebagai berikut: 30 Juni Juni UJP DN SUN Rp Rp Kewajiban Pemerintah terhadap THT UJP DN Lainnya UJP LN Perbankan UJP LN Non Perbankan UJP LN SUN UJP LN Lainnya Jumlah Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan

100 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) C.3. CATATAN PENTING LAINNYA 1. Data Sumber Beberapa data pada LKPP Semester I Tahun 2007 ini menggunakan data LKPP Tahun 2006 (Audited) karena sampai dengan saat penyusunan laporan keuangan, data per 30 Juni 2007 belum diterima. Data tersebut yaitu: Piutang Lain-lain yang berasal dari kompensasi penjualan aset bekas asing/china, sisa kewajiban BLBI pada 18 BDL, dan piutang kelebihan rekapitulasi Bank Danamon. Persediaan Cadangan Beras Pemerintah dan Cadangan Benih Nasional. Investasi Permanen kecuali Investasi Permanen Lainnya yang berasal dari Badan Pengelola Komplek Kemayoran, Otorita Asahan, dan LPS. Aset Tetap yang berasal dari LPP TVRI, LPP RRI, dan Otorita Sabang. Aset yang Dibatasi Penggunaanya yang berasal dari rekening penjaminan pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dana Abadi Umat, dan Bapertarum. Aset lain-lain yang berasal dari PPA, iutang macet pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) - Departemen keuangan, Tim Koordinasi DJKN, dan Aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). 2. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), neraca BLU digabungkan kepada neraca kementerian negara/lembaga teknis yang secara organisatoris membawahinya. Namun, sampai dengan 30 Juni 2007 neraca BLU belum dikonsolidasikan pada neraca kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Sehingga, dalam Neraca Pemerintah Pusat per 30 Juni 2007 ini belum mencakup Neraca BLU. Sementara itu, aset, kewajiban, dan ekuitas untuk ke 14 Rumah Sakit BLU per 30 Juni 2007 dapat dilihat pada Grafik 21. (jutaan rupiah) RS Cipto Mangunkusumo RS Fatmawati RS AB Harapan Kita RS JPD Harapan Kita RS Kanker Dharmais RSU Persahabatan RS Sardjito RS Sanglah RS Wahidin Sudirohusodo Aset Kewajiban Ekuitas RS Muhammad Hoesin RS Kariadi RS Djamil RS Hasan Sadikin Grafik 21: Perbandingan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Rumah Sakit BLU per 30 Juni 2007 Catatan atas Laporan Keuangan

101 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Sedangkan Ikhtisar Laporan Keuangan BLU disajikan pada Daftar Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK terhadap LKPP Tahun 2004, 2005, dan 2006 menunjukkan adanya rekening dengan total nilai sebesar Rp31.793,74 miliar yang tidak disajikan dalam dan LKPP dan tidak jelas statusnya. Sebagai tindak lanjut atas temuan tersebut, Pemerintah kemudian melakukan langkah-langkah penertiban rekening di lingkungan kementerian negara/lembaga. Dalam rangka penertiban rekening milik Pemerintah, sebelum diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, telah diterbitkan beberapa peraturan/keputusan/surat edaran, sebagai dasar pengelolaan dan penertiban rekening-rekening pada kementerian negara/lembaga, antara lain: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 57 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; PMK Nomor 58 Tahun 2007 tentang Penerbitan Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; PMK Nomor 67 Tahun 2007 tentang tentang Pengenaan Sanksi Dalam Rangka Pengelolaan dan Penertiban Rekening pada Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 254 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 35/Pb/2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja; Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 36/Pb/2007 tentang Tindak Lanjut atas Penertiban Rekening Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; Berdasarkan PMK Nomor 58 Tahun 2007 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 35/Pb/2007, Tim Penertiban Rekening Pemerintah bersama dengan seluruh kementerian negara/lembaga telah melakukan upaya-upaya penertiban rekening Pemerintah dengan melakukan inventarisasi. Berdasarkan hasil inventarisasi, kemudian dilakukan pembahasan antara Tim Penertiban Rekening Pemerintah dengan seluruh kementerian negara/lembaga. Pembahasan tersebut meliputi: Indentifikasi keberadaan dan kepemilikan rekening; Verifikasi: dasar hukum dan tujuan pembukaan, jenis, sumber dana, nomor rekening, mutasi terakhir, nama bank dan nama pejabat yang melakukan pembukaan; Pengelompokan rekening: i. Rekening Bendahara Penerimaan; ii. iii. iv. Rekening Bendahara Pengeluaran; Rekening Penampungan Sementara; Rekening Penampungan Dana Jaminan; v. Rekening Penampungan Dana Titipan; vi. Rekening Sumbangan dan Penerimaan Lain-lain; vii. Rekening Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Catatan atas Laporan Keuangan

102 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Permanen; dan viii. Rekening yang Tidak Jelas. Rincian rekening temuan BPK, rekening hasil inventarisasi, dan rekening hasil pembahasan dapat dilihat pada Daftar Aset Eks-BPPN Sehubungan dengan pengalihan aset eks BPPN kepada Menteri Keuangan yang berkaitan dengan aset hak tagih BPPN kepada Kaharudin Ongko dengan nilai buku sebesar Rp dan nilai pengalihan sebesar Rp1 dan dengan sejumlah aset jaminan (underlying asset) baik berupa saham, properti maupun hak tagih belum dilakukan penanganan lebih lanjut. Dalam underlying asset properti sebanyak 48 aset telah diserahkan kepada perusahaan induk, sebagian lagi belum efektif karena masalah pajak dan nilai valuasi aset oleh penilai independen dan sebanyak 724 aset properti lainnya yang berupa tanah dan/atau bangunan dalam bentuk SHM, SHGB, HGB Girik, SHMRS, AJB, SPH, HP, dan Hak Pakai belum efektif dialihkan ke Perusahaan Induk maupun ke BPPN. Underlying asset yang berupa saham, meliputi 4 saham yang sudah efektif dialihkan tetapi belum bisa dijual, 6 saham belum dialihkan, 2 saham berada dalam penanganan kepolisian, serta 1 saham yang hasil penjualannya disita oleh kepolisian. 4. Aset Eks Asing/Cina Aset Eks Asing/Cina merupakan aset negara yang berasal dari nasionalisasi aset bekas milik asing (Belanda/Cina) atau organisasi Cina terlarang. Nasionalisasi aset asing/cina Aset dimulai sejak tahun 1958 dengan dikeluarkannya UU Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Bekas Belanda. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2006, terdapat 942 buah aset eks asing/cina yang telah lama dikuasai Negara namun belum jelas status hukumnya. Untuk menyelesaikan masalah status hukum kepemilikan aset tersebut, Pemerintah telah melakukan beberapa cara sebagai berikut: a. disertifikatkan untuk instansi Pemerintah yang ditunjuk; b. dilepaskan penguasaannya dari Negara kepada pihak ketiga dengan cara kompensasi kepada Pemerintah; c. dipertukarkan kepada pihak ketiga; d. dihibahkan; atau e. dikembalikan kepada pemilik perorangan yang sah. Penyelesaian masalah aset dengan cara sebagaimana tersebut pada butir a dan c, maka status hak kepemilikan menjadi atas nama Pemerintah Pusat/Daerah, sehingga aset dimaksud dengan sendirinya dicatat dan dilaporkan oleh instansi yang bersangkutan sebagai Barang Milik Negara dari perolehan lain yang sah sesuai dengan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Mengingat aset bekas milik asing/cina ini sebagian besar adalah berupa sekolah negeri dan telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka statusnya menjadi Barang Milik Daerah. Rincian Aset Eks Asing/Cina dapat dilihat pada Daftar 35. Catatan atas Laporan Keuangan

103 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Terhadap aset Eks Cina yang dikuasai oleh Yayasan Trisakti/Universitas Trisakti seluas meter persegi, statusnya masih dalam proses hukum, sehingga belum dapat disajikan dalam Neraca Pemerintah Pusat. 5. Aset Bersejarah (Heritage Assets) Aset Bersejarah pada kementerian negara/lembaga belum disajikan dalam LKPP Semester I Tahun Aset dimaksud antara lain pada: Departemen Perhubungan berupa Tugu Peringatan. Arsip Nasional Republik Indonesia berupa arsip/dokumen negara yang terdiri atas Arsip Kertas sebanyak km linier, arsip film sebanyak reel, Arsip video sebanyak buah, Arsip Rekaman Suara kaset, Arsip Foto sebanyak buah foto dan Arsip VCD sebanyak 29 buah. Departemen Luar Negeri sebanyak 67 unit yang merupakan aset dari Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berupa Tugu Teysman, Tugu Raffles, Santhiong (Pemakaman Belanda), Patung masing-masing 1 unit yang merupakan aset dari Kebun Raya Bogor. 6. Dana pada Badan-Badan Lainnya BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) Baznas dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional. dengan tugas melaksanakan pengelolaan zakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya setiap tahun kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Posisi keuangan (Neraca) Baznas periode 30 Juni 2007 adalah Aset sebesar Rp , kewajiban sebesar , dan ekuitas dana sebesar Rp Rincian ekuitas dana terdiri dari zakat sebesar Rp , Infaq Shodaqoh sebesar Rp , operasional sebesar Rp , Non Syariah sebesar Rp , Penyaluran Terakumulasi Dalam Aktiva sebesar Rp , dan Dana yang harus tersedia untuk utang sebesar minus Rp Rincian lebih lanjut posisi keuangan per 30 Juni 2007 dapat dilihat pada Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Lainnya (Daftar 33). 7. Kewajiban Kontinjensi Jaminan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunanakan Batu Bara Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2006 tentang Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, Pemerintah wajib memberikan jaminan terhadap pembayaran kewajiban PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kepada kreditur yang menyediakan pendanaan kredit ekspor untuk pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan Catatan atas Laporan Keuangan

104 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) batubara. Pemberian jaminan tersebut didasari oleh terbitnya Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006 tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.01/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, jaminan Pemerintah diberikan dalam hal PT PLN (Persero) tidak mampu membayar kewajibannya sebagai akibat dari kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah tersebut adalah: a. Kebijakan harga jual tenaga listrik; b. Kebijakan subsidi listrik dalam rangka kompensasi fungsi kemanfaatan umum; c. Kebijakan yang mempengaruhi pasokan clan harga batubara; dan d. Kebijakan yang menghentikan atau menunda pelaksanaan pembangunan proyek yang telah berjalan, yang mengakibatkan PLN tidak mampu membayar kewajibannya yang mengakibatkan PT PLN tidak mampu membayar kewajibannya. Pemenuhan kewajiban pembayaran utang PLN dengan Jaminan Pemerintah dilakukan sebagai langkah terakhir (last resort), setelah terlebih dahulu PLN menggunakan secara maksimal sumber arus kas perusahaan untuk menutup kewajibannya kepada kreditur. Pemenuhan kewajiban jaminan Pemerintah tersebut dilaksanakan melalui mekanisme APBN. Jumlah proyek pembangkit tenaga listrik yang akan dibangun adalah sebanyak 80 unit yang tersebar di Pulau Jawa dan luar Jawa. Jaminan Pembangunan Proyek Monorail Jakarta Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2006 tentang Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Pembangunan Proyek Monorail Jakarta yang ditetapkan tanggal 13 Desember 2006, Pemerintah memberikan jaminan melalui mekanisme APBN terhadap pembangunan Proyek Monorail Jakarta yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui kerja sama dengan Badan Usaha. Jaminan diberikan sebesar 50% dari shortfall atas batas penumpang minimum sebanyak (seratus enam puluh ribu) penumpang per hari atau 50% dari nilai maksimum sebesar USD22,500, (dua puluh dua juta lima ratus ribu dolar Amerika) pertahun selama lima tahun. 8. Kewajiban Pemerintah Terkait Subsidi Beras Hasil pemeriksaan BPK atas LKPP 2006 mengungkapkan adanya kewajiban Pemerintah Pusat terkait subsidi beras kepada Perum BULOG. Berdasarkan data yang ada, kewajiban tersebut sampai dengan 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp ,26, dengan rincian sebagai berikut: Tahun 2001 Rp ,12 Tahun ,00 Tahun ,14 Selisih harga Operasi Pasar Murni (OPM) dan harga buku BULOG ,00 Jumlah Rp ,26 Catatan atas Laporan Keuangan

105 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Kewajiban Pemerintah untuk keperluan biaya perawatan beras tahun 2004 sebagaimana di atas, dengan memperhatikan skala prioritas, telah dialokasikan dalam APBN TA 2007 sebesar Rp ,00 melalui Bagian Anggaran 069 Pos Pengeluaran Lain-lain Sub Pos Pengeluaran Terprogram. Sedangkan sisanya akan diselesaikan Pemerintah secara bertahap dengan memperhatikan keuangan negara. 9. Program Pensiun dan Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Program Pensiun PNS diselenggarakan berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. Dana Pensiun dibentuk berdasarkan kontribusi Pemerintah, sebagai pemberi kerja, dan PNS, sebagai peserta. Namun demikian, selama ini untuk penyelenggaraan program pensiun dan program Tabungan Hari Tua (THT), iuran hanya disetor oleh peserta masing-masing sebesar 4,75% dan 3,25% dari gaji pokok. Pemerintah selaku pemberi kerja belum mengiur. Pemerintah menganut sistem pembayaran secara current cost financing yaitu pembayaran pensiun dipenuhi secara langsung oleh pemerintah melalui APBN pada saat pegawai memasuki masa pensiun dengan sistem sharing dengan Dana Pensiun. Pada APBN TA 2007 sharing Pemerintah adalah sebesar 85,5%, sedangkan Dana pensiun membayar sebesar 14,5% sisanya. Dana pensiun yang telah digunakan untuk sharing Pembayaran Manfaat Pensiun sejak tahun 1994 sampai dengan 2006 sebesar Rp30,16 triliun. Sistem pembayaran sebagaimana tersebut di atas mengakibatkan kekurangan pendanaan penyelenggaraan program pensiun dan THT (past service liabilities). Berdasarkan Hasil Valuasi Aktuaria Independen per 31 Desember 2003 terdapat defisit kewajiban Aktuaria Program Dana Pensiun sebesar Rp365,47 triliun sebagai akibat kekurangan pendanaan pemerintah pada Dana Pensiun. Jumlah tersebut dihitung berdasarkan seluruh PNS, termasuk Veteran, TNI dan Polri (yang telah menjalani masa pensiun sampai dengan 31 Maret 1989), serta pejabat negara. Sejak 1 April 1989, pembayaran pensiun TNI dan Polri dikelola oleh PT Asabri (Persero). Berdasarkan hasil perhitungan aktuaria yang dilakukan oleh konsultan PT Binaputera Jaga Hikmah per 25 April 2007 menunjukkan bahwa past service liabilities (gabungan program pensiun dan beras) pada PT Asabri (Persero) per 30 Juni 2006 adalah sebesar Rp70,22 triliun. Berdasarkan penjelasan di atas, total saldo past service liabilities untuk seluruh pensiun PNS, Veteran, TNI dan Polri adalah sebesar Rp435,69 triliun. Saldo past service liabilities ini belum disajikan sebagai kewajiban dalam LKPP Semester I Tahun Pelaksanaan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) pada Kementerian Negara/Lembaga Secara umum pelaksanaan SABMN di kementerian negara/lembaga belum sepenuhnya berjalan dengan baik sehingga penyajian nilai aset tetap dalam LKPP ini belum menggambarkan nilai yang sebenarnya. Pada dasarnya, terdapat 4 (empat) permasalahan yang sangat krusial terhadap pelaksanaan SABMN, yaitu: Perlu diadakan inventarisasi ulang atas seluruh aset negara baik yang ada di kementerian negara/lembaga maupun unit-unit lain yang belum terdaftar. Perlu dilakukan revaluasi atas aset tetap secara keseluruhan sehingga dapat menggambarkan nilai yang wajar secara ekonomis. Catatan atas Laporan Keuangan

106 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Perlu penataan organisasi yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pelaporan sehingga tidak terjadi saling lepas tanggung jawab terhadap penyajian dan pelaporan barang milik negara. Sistem dan prosedur penatausahaan barang milik negara mulai dari transaksi, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, dan pelaporan. Keempat hal di atas merupakan tanggung jawab yang akan diemban oleh Departemen Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Catatan atas Laporan Keuangan

107 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN ARUS KAS D.1. IKHTISAR LAPORAN ARUS KAS SALDO AWAL KAS Saldo Awal Kas per 1 Januari 2007 sebesar Rp25,36 triliun Saldo Awal Kas per 1 Januari 2007 sebesar Rp merupakan saldo Akhir Kas per 31 Desember 2006 sebesar Rp ditambah dengan koreksi terhadap saldo awal sebesar Rp Koreksi dimaksud adalah koreksi penggunaan rekening valuta asing dalam bentuk USD, yang sebelumnya rekening ini dikategorikan sebagai rekening pemerintah lainnya, pada tahun 2007 digunakan untuk kegiatan operasional, dan dikoreksi pada beberapa KPPN. Penjelasan rinci koreksi saldo awal kas adalah sebagai berikut: Valuta Asing Rp KPPN Cirebon ( ) KPPN Kupang KPPN Makassar II KPPN Gorontalo Total Penambahan Rp Sementara, rincian Saldo Awal Kas per 1 Januari 2007 dan 2006 adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Kas di BI dalam rupiah Rp Rp Kas di BI dalam valas USD Kas di KPPN Jumlah Saldo Awal Kas Rp Rp Kenaikan Kas pada Semester 1 TA 2007 sebesar Rp24,54 triliun PERUBAHAN KAS Kenaikan (penurunan) kas dari berbagai aktivitas pemerintah sepanjang Semester I Tahun Anggaran (TA) 2007 dan Semester I TA 2006 adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Kenaikan (Penurunan) Kas Operasi Rp Rp Kenaikan (Penurunan) Kas Investasi ( ) ( ) Aset Non Keuangan Kenaikan (Penurunan) Kas Pembiayaan Kenaikan (Penurunan) Kas Non Anggaran ( ) ( ) Kenaikan (Penurunan) Kas Rp (Rp ) Komposisi Arus Kas Bersih dari tiap aktivitas disajikan dalam Grafik 22. Catatan atas Laporan Keuangan -88-

108 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) ,5 24,5 11,8 triliun rupiah ,6-12,2 (12,9) 11,6 (19,4) -6,5 (9,1) -50 Semester I Semester I 2006 Operasi Investasi Aset Non Keuangan Pembiayaan Non Anggaran Arus Kas Bersih Grafik 22: Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas Saldo Akhir Kas per 30 Juni 2007 sebesar Rp83.74 triliun SALDO AKHIR KAS Saldo Akhir Kas dan Bank per 30 Juni 2007 sebesar Rp merupakan kas pemerintah pusat yang tersedia dan siap digunakan untuk membiayai aktivitas pemerintah pada semester berikutnya, dengan rincian: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Rekening Kas BUN di BI Rp Rp Rekening Kas di KPPN Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Kas Trust Fund Rekening Pemerintah Lainnya pada BI Jumlah Saldo Akhir Kas Rp Rp D.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN ARUS KAS Penjelasan atas Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat Semester I TA 2007 diuraikan sebagai berikut: Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi sebesar Rp31,521 triliun ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Arus Kas dari Aktivitas Operasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode yang berakhir 30 Juni 2007, terdapat Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp , dengan perhitungan sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan -89-

109 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Arus Kas Masuk Rp Rp Dikurangi Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Rp Rp Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dalam Semester I TA 2007 pemerintah dapat mendanai seluruh aktivitas operasi dari penerimaan operasinya. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Semester I TA 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp dibandingkan dengan Semester I TA 2006 sebesar Rp Penerimaan Perpajakan (neto) Rp207,57 triliun D.2.1. Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakan selama Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp dan Penerimaan Bea dan Cukai sebesar Rp Penerimaan Perpajakan ini merupakan penerimaan pemerintah yang dihimpun dari sektor perpajakan sepanjang Semester I TA 2007 setelah dikurangi pengembalian pendapatan perpajakan. Penerimaan Perpajakan dalam Semester I TA 2007 lebih tinggi sebesar Rp atau 13,34 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Penerimaan Perpajakan Semester 1 TA 2007 dan Semester I TA 2006 adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pajak Penghasilan Rp Rp Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah Pajak Bumi dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pajak Ekspor Pajak Lainnya Penerimaan Pajak (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Pajak ( ) ( ) Penerimaan Pajak (Neto) Rp Bea Masuk Cukai Penerimaan Bea & Cukai (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Bea & Cukai ( ) ( ) Penerimaan Bea & Cukai (Neto) Penerimaan Perpajakan (Neto) Rp Rp a. Pajak Penghasilan Penerimaan Pajak Penghasilan selama Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang berasal dari Pajak Penghasilan Migas dan Non Migas. Dibandingkan dengan penerimaan pada periode yang sama TA 2006 yaitu sebesar Rp , penerimaan pajak penghasilan selama Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 19,73 persen. Rincian penerimaan kas dari Pajak Catatan atas Laporan Keuangan -90-

110 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Penghasilan pada Semester I TA 2007 dan Semester I TA 2006 adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 PPh Migas PPh Minyak Bumi Rp Rp PPh Gas Alam PPh Lainnya dari Minyak Bumi PPh Migas Lainnya PPh Migas (Bruto) PPh Non Migas PPh Pasal PPh Pasal PPh Pasal 22 Impor PPh Pasal PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi PPh Pasal 25/29 Badan PPh Pasal PPh Final dan Fiskal LN PPh Non Migas Lainnya PPh Non Migas (Bruto) Dikurangi : Pengembalian PPh ( ) ( ) Pajak Penghasilan (Neto) Rp Rp b. Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah (PPN & PPnBM) untuk Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 6,29 persen dari penerimaan Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Penerimaan PPN & PPnBM adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 PPN dan PPnBM Dalam Negeri Rp Rp PPN dan PPnBM Impor PPN dan PPnBM lainnya PPN dan PPnBM (Bruto) Dikurangi: Pengembalian PPN dan PPnBM ( ) ( ) PPN dan PPnBM (Neto) Rp Rp c. Pajak Bumi dan Bangunan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih rendah Rp atau 69,21 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian dari Penerimaan PBB tersebut adalah sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan -91-

111 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 PBB Pedesaan Rp Rp PBB Perkotaan PBB Perkebunan PBB Kehutanan PBB Pertambangan PBB Lainnya PBB (Bruto) Dikurangi: Pengembalian PBB ( ) ( ) PBB (Neto) Rp Rp d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau lebih tinggi Rp atau 34,55 persen dari penerimaan BPHTB Semester I TA 2006 sebesar Rp e. Cukai Penerimaan Cukai pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih besar Rp atau 15,97 persen dari Penerimaan Cukai Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Penerimaan Cukai adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Cukai Hasil Tembakau Rp Rp Cukai Ethyl Alkohol Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol Denda Administrasi Cukai Cukai Lainnya Cukai (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Cukai ( ) ( ) Cukai (Neto) Rp Rp f. Bea Masuk Penerimaan Bea Masuk pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 37,22 persen dari Penerimaan Bea Masuk Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Penerimaan Bea Masuk tersebut adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Bea Masuk Rp Rp Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil) Catatan atas Laporan Keuangan -92-

112 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Pendapatan Denda Administrasi Pabean Bea Masuk dalam rangka KITE Pabean Lainnya Bea Masuk (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Bea Masuk ( ) ( ) Bea Masuk (Neto) Rp Rp g. Pajak Ekspor Penerimaan Pajak Ekspor pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih rendah Rp atau 66,94 persen dari penerimaan Semester I TA 2006 sebesar Rp h. Pajak Lainnya Penerimaan Pajak Lainnya pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau lebih tinggi Rp atau 15,14 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Penerimaan Pajak Lainnya adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penjualan Benda dan Bea Materai Rp Rp Pajak Tidak Langsung Bunga Penagihan Pajak: Bunga Penagihan PPh Bunga Penagihan PPN Bunga Penagihan PPnBM Bunga Penagihan PTLL Jumlah Bunga Penagihan Pajak Dikurangi: Pengembalian Pajak Lainnya ( ) ( ) Pajak Lainnya (Neto) Rp Rp PNBP sebesar Rp87,07 triliun D.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 65,07 persen dari PNBP Semester I TA 2006 sebesar Rp PNBP tersebut berasal dari semua penerimaan yang diterima negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara dan PNBP lainnya dikurangi dengan pengembalian PNBP. Rincian atas penerimaan negara bukan pajak adalah sebagai berikut : a. Penerimaan Sumber Daya Alam Penerimaan Sumber Daya Alam pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 41,53 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Penerimaan ini merupakan penerimaan negara yang berhubungan dengan kegiatan eksploitasi sumber daya alam, yang terdiri dari: Catatan atas Laporan Keuangan -93-

113 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pendapatan Minyak Bumi Rp Rp Pendapatan Gas Alam Pendapatan Pertambangan Umum Pendapatan Kehutanan Pendapatan Perikanan Penerimaan SDA Rp Rp b. Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 1.368,30 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Pendapatan tersebut merupakan penerimaan laba yang diperoleh pemerintah atas pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, yakni kekayaan negara yang ditempatkan sebagai penyertaan modal pada BUMN. c. PNBP Lainnya PNBP Lainnya pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 16,22 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Penerimaan ini terdiri dari: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penjualan Hasil Produksi/Sitaan Rp Rp Pendapatan Sewa Pendapatan Jasa I Pendapatan Jasa II Pendapatan Bukan Pajak dari LN Pendapatan Bunga Pendapatan Gain on Redemption atas pembelian kembali obligasi DN Pendapatan Premium atas Obligasi Negara Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan Pendapatan Pendidikan Pendapatan dari Penerimaan Kembali TAYL Pendapatan Laba Bersih Hasil Penjualan BBM Pendapatan Pelunasan Piutang Pendapatan Pembukuan Belanja TAB Pendapatan Pembukuan Belanja TAYL Pendapatan Lain-lain Pendapatan Iuran Badan Usaha Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi PNBP Lainnya (Bruto) Dikurangi: Pengembalian PNBP ( ) ( ) PNBP Lainnya (Neto) Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan -94-

114 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Pendapatan Hibah sebesar Rp429,79 miliar D.2.3. Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau lebih rendah Rp atau 33,54 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Pendapatan ini merupakan penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri. Rincian Pendapatan Hibah adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Hibah Dalam Negeri Hibah Dalam Negeri Rp Rp Hibah Dalam Negeri Lainnya Jumlah Hibah Dalam Negeri Hibah Luar Negeri Hibah Luar Negeri Bilateral Hibah Luar Negeri Multilateral Pendapatan Hibah Luar Negeri Lainnya Jumlah Hibah Luar Negeri Jumlah Hibah Rp Rp Belanja Pegawai sebesar Rp46,27 triliun D.2.4. Belanja Pegawai Belanja Pegawai pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau 41,44 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Belanja Pegawai adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Belanja PNS Rp Rp Belanja Pegawai TNI/Polri Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara Belanja Pegawai Perjan Belanja Gaji Dokter PTT Belanja Honorarium Belanja Lembur Belanja Vakasi Belanja Tunj. Khusus & Pegawai Transito Belanja Pensiun dan Uang Tunggu Belanja Asuransi Kesehatan Belanja Tunjangan Kesehatan Vetaran Belanja Pegawai (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Belanja Pegawai ( ) ( ) Belanja Pegawai (Neto) Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan -95-

115 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Belanja Barang sebesar Rp15,79 triliun D.2.5. Belanja Barang Belanja Barang pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang merupakan pengeluaran pemerintah dalam rangka pengadaan/pembelian barang dan jasa non investasi guna mendukung kegiatan operasional pemerintahan. Rincian Belanja Barang adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Belanja Barang Operasional Rp Rp Belanja Barang Non Operasional Belanja Jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Belanja Barang (Bruto) Dikurangi : Pengembalian Belanja Barang ( ) ( ) Belanja Barang (Neto) Rp Rp Belanja Barang pada Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau 16,88 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Belanja Bunga Utang sebesar Rp39,13 triliun D.2.6. Bunga Utang Bunga Utang pada Semester I TA 2007 sebesar merupakan pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (outstanding principal), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri, yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Bunga Utang pada Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau 0,92 persen dari Bunga Utang Semester I TA 2006 sebesar Rp Rincian Bunga Utang tersebut adalah sebagai berikut: Bunga atas Utang Dalam Negeri Bunga atas Utang Dalam Negeri sebesar Rp merupakan pembayaran bunga atas surat utang negara (obligasi) yang diterbitkan di dalam negeri dengan rincian: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pembayaran Bunga Utang DN Rp Rp Pembayaran Discount Obligasi DN Pembayaran Loss on Redemption Pembayaran Bunga Utang DN (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Pembayaran Bunga ( ) ( ) Utang dan Discount DN Pembayaran Bunga DN (Neto) Rp Rp Bunga atas Utang Luar Negeri Bunga atas Utang Luar Negeri pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan -96-

116 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pembayaran Bunga Utang LN Rp Rp Pembayaran Discount Obligasi LN Pembayaran Bunga Utang LN (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Pembayaran Bunga ( ) ( ) Utang LN Pembayaran Bunga Utang LN (Neto) Rp Rp Subsidi sebesar Rp38,77 triliun D.2.7. Subsidi Belanja Subsidi pada Semester I TA 2007 sebesar Rp merupakan belanja negara yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga harga jual terjangkau oleh masyarakat. Rincian Belanja Subsidi adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Subsidi Lembaga Non Keuangan BBM Rp Rp Subsidi Lembaga Non Keuangan - Non BBM Subsidi Non BBM - Bunga kredit/penyertaan Resiko Subsidi dalam rangka PSO Belanja Subsidi (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Belanja subsidi ( ) ( ) Belanja Subsidi (Neto) Rp Rp Belanja Subsidi Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau 279,29 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Bantuan Sosial sebesar Rp14,65 triliun D Bantuan Sosial Bantuan Sosial pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Bantuan Kompensasi Kenaikan Harga Rp Rp BBM Bantuan Langsung Sekolah/Lembaga/ Guru Bantuan Imbal Swadaya Sekolah/ Lembaga Bantuan Beasiswa Bantuan Sosial Lembaga Peribadatan Bantuan Lembaga Sosial Lainnya Bantuan Sosial (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Bantuan Sosial ( ) ( ) Bantuan Sosial (Neto) Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan -97-

117 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Belanja Sosial Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau 32,57 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Belanja Lain-lain sebesar Rp1,79 triliun D.2.9. Belanja Lain-lain Belanja Lain-lain pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan dengan rincian: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Kerja sama Teknis Internasional Rp Rp Pengeluaran Tak Tersangka Cadangan Umum Pemilihan Umum/Sidang Tahunan Cadangan Dana Reboisasi Dana Cadangan Tanggap Darurat (Dana Kontinjensi) Bagi Hasil biaya/upah Pungut PBB untuk DJP Jasa Perbendaharaan Belanja Lain-lain II Lainnya Belanja Lain-lain (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Belanja Lain-lain ( ) ( ) Belanja Lain-lain (Neto) Rp Rp Belanja Lain-lain Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 88,14 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Bagi Hasil Pajak sebesar Rp5,06 triliun D Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Pajak pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Bagi Hasil Pajak Penghasilan Rp Rp Bagi Hasil PBB Bagi Hasil BPHTB Bagi Hasil Pajak (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Bagi Hasil Pajak (2.000) ( ) Bagi Hasil Pajak (Neto) Rp Rp Bagi Hasil Pajak Semester I TA 2007 lebih rendah Rp atau 17,37 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Bagi Hasil SDA sebesar Rp3,92 triliun D Bagi Hasil Sumber Daya Alam Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA) dalam TA 2005 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan -98-

118 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Bagi Hasil Minyak Bumi Rp Rp Bagi Hasil Gas Alam Bagi Hasil Kehutanan Bagi Hasil SDA (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Bagi Hasil SDA ( ) ( ) Bagi Hasil SDA (Neto) Rp Rp Bagi Hasil Sumber Daya Alam Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 63,69 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp DAU sebesar Rp95,76 triliun DAK sebesar Rp2,07 triliun Dana Otonomi Khusus sebesar Rp-0 Dana Penyesuaian sebesar Rp350,78 miliar D Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum pada Semester I TA 2007 sebesar Rp digunakan untuk membiayai kebutuhan propinsi dan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah Dana Alokasi Umum Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp atau 13,13 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp D Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus pada Semester I TA 2007 sebesar Rp yang berasal dari Dana Non Reboisasi. Dana Non Reboisasi digunakan untuk membiayai pendidikan, kesehatan. infrastruktur. pemekaran pemerintah. kelautan dan perikanan dan untuk pertanian. Jumlah Dana Alokasi Khusus Semester I 2007 lebih tinggi Rp atau persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp D Dana Otonomi Khusus Pada Semester I TA 2007 belum terdapat pembayaran untuk Dana Otonomi Khusus. Sementara itu, pada Semester I TA 2006 terdapat realisasi Dana Otonomi Khusus sebesar Rp yang digunakan untuk Propinsi Papua dan daerah lainnya. Penggunaan dana Otonomi Khusus ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. D Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , yang berarti lebih tinggi Rp atau persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Penurunan kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan sebesar minus Rp12,24 triliun ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan menjelaskan aktivitas yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan Pada Semester I TA 2007 menunjukkan arus kas keluar neto sebesar minus Rp dengan rincian sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan -99-

119 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Arus Masuk Rp Rp Dikurangi Arus Keluar ( ) ( ) Arus Kas Keluar Bersih (Rp ) (Rp ) Penjualan Aset Tetap sebesar Rp45,28 miliar D Penjualan Aset Tetap Pendapatan yang berasal dari Penjualan Aset Tetap pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penjualan Rumah, Gedung, Bangunan dan Rp Rp Tanah Penjualan Kendaraan Bermotor Penjualan Sewa Beli Penjualan Aset Bekas Milik Asing Penjualan Aset Lainnya yang Berlebih/Rusak/Dihapuskan Penjualan Aset (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Penjualan Aset 0 ( ) Penjualan Aset (Neto) Rp Rp Pendapatan Penjualan Aset Tetap Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Belanja Aset Tetap sebesar Rp12,28 triliun D Belanja Aset Tetap Belanja Aset Tetap pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , dengan rincian sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Belanja Modal Tanah Rp Rp Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal (Bruto) Dikurangi: Pengembalian Belanja Modal ( ) ( ) Belanja Modal (Neto) Rp Rp Belanja Aset Tetap Semester I TA 2007 ini lebih tinggi Rp atau 5,20 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Dengan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi sebesar Rp dan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan sebesar minus Rp Catatan atas Laporan Keuangan -100-

120 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) mengakibatkan surplus anggaran sebesar Rp ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN Kenaikan kas dari Aktivitas Pembiayaan sebesar Rp11,78 triliun Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan menjelaskan aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran yang bertujuan untuk memprediksi klaim (tuntutan) pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan tuntutan pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang. Jumlah Pembiayaan Neto dalam Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp Hal ini berarti Pembiayaan Neto Semester I TA 2007 lebih tinggi Rp dari Semester I TA 2006 sebesar Rp Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan berasal dari: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Arus Masuk Rp Rp Dikurangi Arus Keluar ( ) ( ) Arus Kas Bersih Rp Rp Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp72,28 triliun D Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri dalam Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp Jumlah tersebut lebih tinggi Rp atau 28,58 persen dibandingkan dengan Semester I TA 2006 sebesar Rp Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri terdiri dari: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 a. Rekening Pemerintah Rp Rp - b. Dana Eks. Moratorium c. Privatisasi dan Penjualan Aset Restrukturisasi d. Surat Utang Negara Total Rp Rp a. Rekening Pemerintah Merupakan Penerimaan Pembiayaan dari rekening yang dimiliki oleh pemerintah. Penerimaan Pembiayaan Rekening Pemerintah pada Semester I TA 2007 sebesar Rp berasal dari penerimaan penutupan rekening. Sedangkan pada Semester I TA 2006 tidak terdapat realisasi penerimaan penutupan rekening pemerintah. b. Dana Eks Moratorium Merupakan penerimaan pembiayaan dari dana eks moratorium pokok untuk Cadangan Aceh. Pada Semester I TA 2007 tidak terdapat realisasi dari dana eks moratorium. Sedangkan pada Semester I TA 2006 terdapat realisasi Dana Eks Moratorium sebesar Rp Catatan atas Laporan Keuangan -101-

121 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) c. Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi Merupakan penerimaan pembiayaan yang berasal dari Penerimaan Hasil Penjualan Aset Program Restrukturisasi. Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi pada Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp , atau lebih tinggi Rp atau 321,46 persen dari Semester I TA 2006 sebesar Rp d. Surat Utang Negara Merupakan penerimaan pembiayaan dari penerbitan Surat Utang Negara/Obligasi baik obligasi dalam negeri maupun luar negeri. Penerimaan pembiayaan Surat Utang Negara pada Semester I TA 2007 sebesar Rp , sedangkan pada Semester I TA 2006 sebesar Rp berarti lebih tinggi Rp atau 41,91 persen. Rincian dari penerimaan pembiayaan penerbitan Surat Utang Negara adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penerbitan Obligasi DN Jangka Panjang Rp Rp Penerbitan Obligasi LN Penerimaan Penerbitan Surat Utang Perbendaharaan DN Jangka Pendek Total Rp Rp Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri sebesar Rp3,08 triliun D Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp merupakan seluruh penerimaan pemerintah sehubungan dengan penarikan pinjaman luar negeri yang terdiri dari pinjaman program dan pinjaman proyek, serta penjadualan kembali bunga utang luar negeri. Rincian Pembiayaan Luar Negeri adalah sebagai berikut: a. Pinjaman Program Tidak ada realisasi Pinjaman Program yang diterima dalam Semester I TA Sedangkan pada Semester I TA 2006 terdapat realisasi Pinjaman Program sebesar Rp b. Pinjaman Proyek Pinjaman Proyek yang diterima dalam Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp atau lebih tinggi Rp atau 6,18 persen dibandingkan Semester I TA 2006 yang berjumlah Rp , dengan rincian: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Pinjaman Proyek dari Bilateral Rp Rp Pinjaman Proyek dari Multilateral Pinjaman Proyek Fasilitas Kredit Ekspor Pinjaman Proyek Lainnya Total Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan -102-

122 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) c. Penjadualan Kembali Pokok Utang Luar Negeri Dalam Semester I TA 2007 dan Semester I TA 2006 tidak terdapat penerimaan pembiayaan yang berasal dari penjadualan kembali pokok utang luar negeri. d. Penjadualan Kembali Bunga Utang Luar Negeri Dalam Semester I TA 2007 dan Semester I TA 2006 tidak terdapat penerimaan pembiayaan yang berasal dari penjadualan kembali bunga utang luar negeri. Penerimaan Pembiayaan Lain-lain sebesar Rp4,17 triliun D Penerimaan Pembiayaan Lain-lain Penerimaan Pembiayaan Lain-lain dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp berasal dari penambahan saldo rekening khusus karena selisih kurs. Sedangkan pada Semester I TA 2006 tidak terdapat realisasi Penerimaan Pembiayaan Lain-lain. Pengeluaran Pembiayaan DN sebesar Rp35,08 triliun D Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri dalam Semester I TA 2007 adalah sebesar Rp yang digunakan untuk pelunasan obligasi dan pembayaran bunga obligasi. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp atau 45,73 persen dibandingkan Semester I TA 2007 sebesar Rp Pengeluaran Pembiayaan LN sebesar Rp28,16 triliun D Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp merupakan pembiayaan cicilan pokok utang luar negeri. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp atau 18,35 persen dibandingkan dengan Semester I TA 2006 sebesar Rp D Penyertaan Modal Negara Pada Semester I TA 2007 ini tidak terdapat realisadi pengeluaran pembiayaan untuk Penyertaan Modal Negara, begitu juga pada Semester I TA RDI/RPD sebesar Rp311,25 miliar D RDI/RPD Merupakan pengeluaran pemerintah atas penerusan pinjaman luar negeri yang disalurkan untuk BUMN/BUMD, melalui RDI/RPD. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp berasal dari penerusan pinjaman tahun berjalan dan tahun yang lalu. Jumlah tersebut lebih rendah Rp atau 39,76 persen dibandingkan dengan Semester I TA 2006 sebesar Rp Pengeluaran Pembiayaan Lain-lain sebesar Rp4,18 triliun D Pengeluaran Pembiayaan Lain-Lain Merupakan pengeluaran pemerintah akibat penyesuaian penurunan saldo rekening khusus karena selisih kurs dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp Catatan atas Laporan Keuangan -103-

123 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Kas bersih dari Aktivitas Nonanggaran sebesar minus Rp6,52 triliun ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran merupakan aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran dan tidak disajikan dalam Laporan Realisasi APBN. Dalam Semester I TA 2007, Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran adalah sebesar minus Rp Perhitungan Fihak Ketiga (neto) sebesar Rp813,61 milyar D Perhitungan Fihak Ketiga (Neto) Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dalam Semester I TA 2007 sebesar Rp berasal dari penerimaan pemerintah yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar (SPM)/Surat Perintah Pencairan Dana(SP2D) atau diterima secara tunai untuk fihak ketiga, seperti potongan atas gaji, pensiun, beras BULOG, dan PFK lainnya dikurangi dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan pemerintah kepada fihak ketiga yang berhak menerimanya, termasuk didalamnya adalah Penerimaan dan Pelunasan Wesel Pemerintah. Adapun Rincian penerimaan dan pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga pada Semester I TA 2007 adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penerimaan PFK 10% Gaji Rp Rp Penerimaan PFK 2% Gaji Terusan Penerimaan PFK Beras Bulog Penerimaan PFK 2% Iuran Kesehatan Pemda Penerimaan PFK 2% Asuransi Bidan/Dokter PTT Penerimaan PFK 2% Asuransi Kesehatan Pensiun TNI/Polri Penerimaan PFK Lain-lain Penerimaan Wesel Pemerintah Penerimaan Non Anggaran Fihak Ketiga Jumlah Penerimaan PFK Dikurangi Pengembalian Penerimaan PFK 10% Gaji ( ) ( ) Pengembalian Penerimaan PFK 2% Gaji ( ) ( ) Terusan Pengembalian Penerimaan PFK Beras Bulog ( ) ( ) Pengembalian Penerimaan PFK 2% Iuran ( ) ( ) Kesehatan Pemda Pengembalian Penerimaan PFK 2% Asuransi ( ) ( ) Bidan/Dokter PTT Pengembalian Penerimaan PFK 2% Asuransi ( ) ( ) Kesehatan Pensiun TNI/Polri Pengembalian Penerimaan PFK Lain-lain ( ) ( ) Pelunasan Wesel Pemerintah ( ) ( ) Pengeluaran Non Anggaran Fihak Ketiga ( ) - Jumlah Pengeluaran PFK ( ) ( ) PFK (Neto) Rp Rp Catatan atas Laporan Keuangan -104-

124 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) Transfer Antar Kantor sebesar minus Rp7,34 triliun D Transfer Antar Kantor Transfer Antar Kantor dalam Semester I TA 2007 sebesar minus Rp merupakan penerimaan dan pengeluaran kiriman uang antar rekening pemerintah yang berasal dari KPPN, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan-Departemen Keuangan dan rekening BUN, pemindahbukuan intern KPPN, serta penerimaan dan pengeluaran Uang Persediaan. Rincian Transfer Antar Kantor adalah sebagai berikut: Semester I TA 2007 Semester I TA 2006 Penerimaan Kiriman Uang (KU) Rp Rp Penerimaan KU dalam rangka TSA Penerimaan KU Dalam Rangka Reksus Pemindahbukuan intern KPPN Penerimaan Reimbursment dalam rangka Prefinancing Penerimaan Uang Persediaan Penerimaan Transfer Antar Kantor Dikurangi: Pengeluaran Transfer Antar ( ) ( ) Kantor Jumlah Transfer Antar Kantor Rp ( ) Rp( ) D Saldo Awal Kas Lihat penjelasan pada Ikhtisar Laporan Arus Kas (D.1). D Kas di Bendahara Pengeluaran Penjelasan mengenai Kas di Bendahara Pengeluaran lihat catatan atas Neraca (C.2.4). D Kas di Bendahara Penerimaan Penjelasan mengenai Kas di Bendahara Penerimaan lihat catatan atas Neraca (C.2.5). D Rekening Pemerintah Lainnya pada Bank Indonesia Penjelasan mengenai Rekening Pemerintah Lainnya pada BI lihat catatan atas Neraca (C.2.3). D Kas Trust Fund Penjelasan mengenai Kas Trust Fund lihat catatan atas Neraca (C.2.6). Catatan atas Laporan Keuangan -105-

125 REPUBLIK INDONESIA DAFTAR

126 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Penerimaan Perpajakan ,74% Pajak Dalam Negeri ,32% Pajak Penghasilan (PPh) ,10% PPh Migas ,23% PPh Minyak Bumi ,18% PPh Gas Alam ,53% PPh Lainnya Dari Minyak Bumi ( ) PPh Migas Lainnya PPh Nonmigas ,14% PPh Pasal ,59% PPh Pasal 22 Nonimpor ,67% PPh Pasal 22 Impor ,67% PPh Pasal ,12% PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi ,37% ( ) PPh Pasal 25/29 Badan ,09% PPh Pasal ,95% PPh Final dan Fiskal Luar Negeri ,28% ( ) PPh Nonmigas Lainnya ( ) 4112 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah ,55% Pendapatan PPN Pendapatan PPN Dalam Negeri ( ) Pendapatan PPN Impor Pendapatan PPN Lainnya ( ) Pendapatan PPNBM Pendapatan PPNBM Dalam Negeri Pendapatan PPNBM Impor Pendapatan PPNBM Lainnya ( ) Pajak Bumi dan Bangunan ,18% ( ) Pajak Bumi dan Bangunan ( ) PBB Pedesaan ( ) PBB Perkotaan ( ) PBB Perkebunan Daftar LRA

127 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = PBB Kehutanan PBB Pertambangan ( ) PBB Lainnya ( ) 4114 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ,65% Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ,65% Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pendapatan Cukai ,88% Pendapatan Cukai ,88% Pendapatan Cukai Hasil Tembakau Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol Pendapatan Cukai Minuman Mengandung Ethyl Alkohol Pendapatan Denda Administrasi Cukai Pendapatan Cukai Lainnya Pendapatan Pajak Lainnya ,33% Pendapatan Pajak Lainnya ,93% Pendapatan Bea Meterai Pendapatan Dari Penjualan Benda Meterai Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya ( ) Pendapatan Bunga Penagihan Pajak Pendapatan Bunga Penagihan PPh Pendapatan Bunga Penagihan PPN Pendapatan Bunga Penagihan PPNBM Pendapatan Bunga Penagihan PTLL Pajak Perdagangan Internasional ,85% Pendapatan Bea Masuk ,18% Pendapatan Bea Masuk ,18% Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil) ( ) Pendapatan Denda Administrasi Pabean Pendapatan Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor - ( ) - ( ) ( ) Pendapatan Pabean Lainnya ( ) 4122 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor ,29% ( ) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor ,29% ( ) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor ,29% ( ) 42 Penerimaan Negara Bukan Pajak ,30% Penerimaan Sumber Daya Alam ,06% Pendapatan Minyak Bumi ,32% Pendapatan Minyak Bumi ,32% Pendapatan Iuran Badan Usaha dari kegiatan usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Daftar LRA

128 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Pendapatan Gas Alam ,20% Pendapatan Gas Alam ,20% Pendapatan Pertambangan Umum ,71% Pendapatan Iuran Tetap ,72% ( ) Pendapatan Royalti Batubara ,57% Pendapatan Kehutanan ,09% ( ) Pendapatan Dana Reboisasi ,23% ( ) Pendapatan Dana Reboisasi ( ) Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan ,13% Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan Pendapatan Iuran Hak Pengusahaan Hutan ,79% Pendapatan IHPH Tanaman Industri ( ) Pendapatan IHPH Bambu ( ) Pendapatan IHPH Tanaman Rotan Pendapatan Dana Pengamanan Hutan ( ) Pendapatan Dana Pengamanan Hutan ( ) Pendapatan Denda Pelanggaran Eksploitasi ( ) Pendapatan Denda Pelanggaran Eksploitasi ( ) Pendapatan Iuran Menangkap Satwa Liar Pendapatan Iuran Menangkap, Mengambil dan Mengangkut Satwa Liar Pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PIPPA) Pungutan Masuk Obyek Wisata Alam Iuran Hasil Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam (IHUPA) Pendapatan Perikanan ,25% ( ) Pendapatan Perikanan ,25% ( ) Pendapatan Perikanan ( ) Pendapatan Penerimaan Dana Kompensasi Pelestarian Sumber Daya Alam Kelautan Pendapatan Bagian Laba BUMN ,36% Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN ,36% Pendapatan Laba BUMN Perbankan Pendapatan Laba BUMN Perbankan Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya ,07% Penjualan Hasil Produksi/Sitaan ,05% Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan ,27% Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan ,91% Penjualan Hasil Tambang ,20% Daftar LRA

129 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Penjualan Hasil Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan ,28% ( ) Penjualan Obat-Obatan dan Hasil Farmasi Lainnya ,79% Penjualan Informasi, Penerbitan, Film, dan Hasil Cetakan Lainnya ,65% Penjualan Dokumen-Dokumen Pelelangan ,11% Penjualan Cadangan Beras Pemerintah Dalam Rangka Operasi Pasar Murni Penjualan Lainnya ,26% ( ) Penjualan Aset ,65% Penjualan Rumah, Gedung, Bangunan, dan Tanah ,19% ( ) Penjualan Kendaraan Bermotor ,09% ( ) Penjualan Sewa Beli ,37% ( ) Penjualan Aset Bekas Milik Asing Penjualan Aset Lainnya yang Berlebih / Rusak / Dihapuskan ,83% Pendapatan Sewa ,73% Sewa Rumah Dinas, Rumah Negeri ,30% Sewa Gedung, Bangunan, Gudang ,63% Sewa Benda-Benda Bergerak ,78% Sewa Benda-Benda Tak Bergerak Lainnya ,25% Pendapatan Jasa I ,77% Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya ,87% Pendapatan Tempat Hiburan/ Taman/ Museum dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA) ,85% ( ) Pendapatan Surat Keterangan, Visa/Paspor dan SIM, STNK, dan BPKB ,71% Pendapatan Hak dan Perijinan ,27% ( ) Pendapatan Sensor/Karantina, Pengawasan/Pemeriksaan ,16% ( ) Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan, Teknologi, Pendapatan BPN, Pendapatan DJBC ,46% Pendapatan Jasa Kantor Urusan Agama ,88% ( ) Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan Kenavigasian ,20% Pendapatan Jasa I Lainnya ,24% ( ) Pendapatan Jasa II ,75% Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) ,06% Pendapatan Jasa Penyelenggaraan Telekomunikasi ,14% Pendapatan Iuran Lelang Untuk Fakir Miskin ,48% ( ) Pendapatan Jasa Catatan Sipil ( ) Pendapatan Biaya Penagihan Pajak-Pajak Negara Dengan Surat Paksa ,57% ( ) Pendapatan Uang Pewarganegaraan ( ) Pendapatan Bea Lelang ,77% Pendapatan Biaya Pengurusan Piutang Negara dan Lelang Negara ,49% ( ) Daftar LRA

130 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Pendapatan Jasa II Lainnya ,08% ( ) Pendapatan Bukan Pajak Dari Luar Negeri ,48% ( ) Pendapatan Dari Pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia ,63% ( ) Pendapatan Dari Jasa Pengurusan Dokumen Konsuler ,34% ( ) Pendapatan Rutin Lainnya Dari Luar Negeri ( ) Pendapatan Bunga Pendapatan Bunga atas Investasi Dalam Obligasi Pendapatan BPPN atas Bunga Obligasi Pendapatan Bunga Dari Piutang dan Penerusan Pinjaman Pendapatan Bunga Lainnya Pendapatan Gain On Bond Redemption ( ) Pendapatan Gain On Bond Redemption atas Pembelian Kembali Obligasi Dalam Negeri Jangka Panjang ( ) Pendapatan Premium atas Obligasi Negara ( ) Pendapatan Premium Obligasi Negara Dalam Negeri/Rupiah Pendapatan Premium Obligasi Negara Dalam Valuta Asing ( ) Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan ,62% ( ) Pendapatan Legalisasi Tanda Tangan ,61% Pendapatan Pengesahan Surat di Bawah Tangan ,75% Pendapatan Uang Meja (Leges) dan Upah Pada Panitera Badan Pengadilan (Peradilan) ,56% ( ) Pendapatan Hasil Denda/Denda Tilang dan Sebagainya ,56% Pendapatan Ongkos Perkara ,95% ( ) Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan Lainnya ,46% ( ) Pendapatan Pendidikan ,55% Pendapatan Uang Pendidikan ,95% Pendapatan Uang Ujian Masuk, Kenaikan Tingkat, dan Akhir Pendidikan ,45% Pendapatan Uang Ujian Untuk Menjalankan Praktek ,25% Pendapatan Pendidikan Lainnya ,06% Pendapatan Lain-Lain ,62% Pendapatan Dari Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Berjalan Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Rupiah Murni Pendapatan Dari Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran yang Lalu ,75% Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL ,82% ( ) Penerimaan Kembali Belanja Pensiun ,87% ( ) Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Rupiah Murni TAYL ,68% Penerimaan Kembali Belanja Lain Pinjaman Luar Negeri TAYL ,35% ( ) Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah Penerimaan Kembali Belanja Swadana TAYL Daftar LRA

131 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Pendapatan Laba Bersih Hasil Penjualan BBM Pendapatan Laba Bersih Hasil Penjualan BBM Pendapatan Minyak Mentah (DMO) Pendapatan Lainnya dari Kegiatan Hulu Migas Pendapatan Pelunasan Piutang ,15% Pendapatan Pelunasan Piutang Non-Bendahara ,03% Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara(Masuk TP/TGR) Bendahara ,24% ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Tahun Anggaran Berjalan ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Rupiah Murni TAB ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Dari Pinjaman Luar Negeri TAB ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Dari Hibah TAB ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Swadana TAB Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Pajak TAB Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Bea Masuk TAB Pembetulan Pembukuan Belanja Tahun Anggaran yang Lalu ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Rupiah Murni TAYL ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Dari Pinjaman Luar Negeri TAYL ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Dari Hibah TAYL Pembetulan Pembukuan Belanja Swadana TAYL ( ) Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Pajak TAYL (33.750) Pembetulan Pembukuan Belanja Subsidi Bea Masuk TAYL Pendapatan Lain-Lain ,63% ( ) Penerimaan Kembali Persekot/ Uang Muka Gaji ,21% Penerimaan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah ,57% ( ) Pendapatan atas Denda Administrasi BPHTB ,71% Penerimaan Premi Penjaminan Perbankan Nasional Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Pasar Modal ,47% Pendapatan dari Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) ,00% Pendapatan Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Pendapatan dari Biaya Pengawasan HET Minyak Tanah Pendapatan Anggaran Lain-Lain ,98% ( ) Pendapatan Iuran Badan Usaha dari kegiatan usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Pendapatan Iuran Badan Usaha dari kegiatan usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Pendapatan Iuran Badan Usaha dari kegiatan usaha pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa Pendapatan PNBP Lainnya I Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi Pendapatan Uang Sitaan Hasil Korupsi yang Telah Ditetapkan Pengadilan Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK Menjadi Milik Negara Daftar LRA

132 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) KODE MAP URAIAN MAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2007 % TERHADAP ANGGARAN REALISASI SEMESTER I 2006 KENAIKAN (PENURUNAN) = Penerimaan Hibah ,10% ( ) 4311 Pendapatan Hibah Dalam Negeri ( ) Pendapatan Hibah Dalam Negeri ( ) Pendapatan Hibah Dalam Negeri-Perorangan Pendapatan Hibah Dalam Negeri - Lembaga/Badan Usaha ( ) Pendapatan Hibah Dalam Negeri Lainnya ( ) 4312 Pendapatan Hibah Luar Negeri ( ) Pendapatan Hibah Luar Negeri ( ) Pendapatan Hibah Luar Negeri-Perorangan Pendapatan Hibah Luar Negeri - Bilateral Pendapatan Hibah Multilateral ( ) Pendapatan Hibah Luar Negeri Lainnya ( ) Jumlah Penerimaan ,82% Daftar LRA

133 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 2 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS BELANJA SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) Kode BA Uraian BA Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bunga Utang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bansos Lain-lain Total Belanja MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI ( ) - ( ) ( ) DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN ( ) DEPARTEMEN PERTANIAN ( ) DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN (3.330) DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL ( ) DEPARTEMEN KESEHATAN ( ) ( ) DEPARTEMEN AGAMA (8.424) ( ) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN ( ) ( ) DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN (13.980) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM ( ) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN / BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL ( ) PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ( ) ( ) CICILAN BUNGA HUTANG SUBSIDI DAN TRANSFER ( ) ( ) ( ) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN ( ) KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM ( ) Daftar LRA

134 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 2 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS BELANJA SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam rupiah) Kode BA Uraian BA Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bunga Utang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bansos Lain-lain Total Belanja MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN ( ) KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD - NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA ( ) ( ) ( ) ( ) - - ( ) ( ) ( ) JUMLAH Daftar LRA

135 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 No. NO KODE KPPN 30 JUNI JUNI 2006 KANWIL ACEH BANDA ACEH LANGSA MEULABOH TAPAKTUAN LHOKSEUMAWE KUTACANE TAKENGON ACEH KHUSUS KANWIL MEDAN MEDAN I PEMATANG SIANTAR PADANG SIDEMPUAN GUNUNG SITOLI RANTAU PRAPAT TANJUNG BALAI ASAHAN SIBOLGA SIDIKALANG TEBING TINGGI BALIGE MEDAN II KANWIL PADANG PADANG BUKIT TINGGI SIJUNJUNG SOLOK LUBUK SIKAPING PAINAN KANWIL PEKANBARU PEKANBARU TANJUNG PINANG RENGAT DUMAI BATAM KANWIL JAMBI JAMBI SUNGAI PENUH MUARA BUNGO KUALA TUNGKAL BANGKO Daftar Neraca

136 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 NO No. KPPN 30 JUNI 2007 KODE 30 JUNI 2006 KANWIL PALEMBANG PALEMBANG LUBUK LINGGAU BATURAJA LAHAT SEKAYU KNWL BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG KOTA BUMI METRO LAMPUNG LIWA KANWIL BENGKULU BENGKULU MANNA CURUP MUKOMUKO KANWIL PANGKAL PINANG PANGKAL PINANG TANJUNG PANDAN KANWIL SERANG SERANG TANGERANG RANGKAS BITUNG KANWIL JAKARTA JAKARTA I JAKARTA II JAKARTA III JAKARTA IV JAKARTA V JAKARTA VI (KHUSUS) KANWIL BANDUNG PURWAKARTA BANDUNG I BOGOR CIREBON TASIKMALAYA KARAWANG Daftar Neraca

137 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 No. NO KODE KPPN 30 JUNI JUNI SUMEDANG GARUT SUKABUMI KUNINGAN BEKASI BANDUNG II KANWIL SEMARANG SEMARANG I PURWOREJO SURAKARTA PURWOKERTO PEKALONGAN PATI MAGELANG TEGAL KUDUS ( ) CILACAP SEMARANG II KLATEN SRAGEN PURWODADI BANJARNEGARA KANWIL YOGYAKARTA YOGYAKARTA WONOSARI WATES KANWIL SURABAYA SURABAYA I MALANG MADIUN KEDIRI BONDOWOSO PAMEKASAN BOJONEGORO MOJOKERTO PACITAN BANYUWANGI JEMBER SURABAYA II BLITAR SIDOARJO Daftar Neraca

138 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 NO No. KPPN 30 JUNI JUNI 2006 KODE TUBAN KANWIL PONTIANAK PONTIANAK SINTANG SINGKAWANG KETAPANG PUTUSSIBAU SANGGAU KANWIL PALANGKARAYA PALANGKARAYA SAMPIT BUNTOK PANGKALAN BUN KANWIL BANJARMASIN BANJARMASIN KOTABARU BARABAI TANJUNG PELAIHARI KANWIL SAMARINDA SAMARINDA BALIKPAPAN TARAKAN NUNUKAN TANJUNG REDEP KANWIL DENPASAR DENPASAR SINGARAJA AMLAPURA KANWIL MATARAM MATARAM BIMA SUMBAWA BESAR SELONG KANWIL KUPANG KUPANG ENDE Daftar Neraca

139 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 No. NO KODE KPPN 30 JUNI JUNI WAINGAPU RUTENG ATAMBUA LARANTUKA KANWIL MAKASAR MAKASAR I WATAMPONE BANTAENG PARE-PARE PALOPO MAJENE MAKASAR II BENTENG MAKALE SINJAI MAMUJU KANWIL PALU PALU POSO LUWUK TOLI-TOLI KANWIL KENDARI KENDARI BAU-BAU KOLAKA RAHA KANWIL GORONTALO GORONTALO MARISSA KANWIL MANADO MANADO TAHUNA KOTAMOBAGU BITUNG KANWIL TERNATE TERNATE TOBELO Daftar Neraca

140 Laporan keuangan Semester I Tahun 2007 DAFTAR 3 SALDO KAS KPPN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 No. NO KODE KPPN KANWIL AMBON 30 JUNI JUNI AMBON TUAL SAUMLAKI MASOHI KANWIL JAYAPURA JAYAPURA BIAK MANOKWARI SORONG FAK-FAK MERAUKE NABIRE WAMENA SERUI TIMIKA TOTAL SALDO Daftar Neraca

141 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 4 SALDO REKENING PEMERINTAH LAINNYA DI BANK INDONESIA PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO. NO REKENING NAMA REKENING 30 JUNI JUNI SUB BUN Dana DAK-DR tahun 2002 yang belum disalurkan Rekening Dana Investasi , Rekening Pembangunan Daerah , Penerimaan Pertambangan dan perikanan , Penerimaan Panas Bumi , Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Dana Hasil Divestasi Sahan-saham BUMN Dalam Rupiah , Depkeu K / Hasil Minyak Perjanjian Karya Production Sharing , RDI JPY , RDI AUD , RDI USD , RDI GBP , RDI SDR , RDI EUR , RDI EUR (ex nlg) , RDI EUR (ex frf) , RDI EUR (ex dem) , RDI EUR (ex ats) , RDI EUR (ex bef) , Menkeu u/penampungan Dana Hasil Divestasi Saham BUMN dlm Valas 0, Menteri Keuangan Cq.Direktur Jenderal Anggaran utk menampung dana talangan reksus kosong dan reimbursement dari lender , Menteri Keuangan Cq. Direktur Anggaran , untuk menampung dana Sisa Anggaran Menteri Keuangan Cq. Direktur Anggaran 0,00 - untuk pengelolaan Surat Utang Negara Menteri Keuangan Cq. Direktur Anggaran untuk menampung pengembalian dana , talangan dan pencairan aset BPR Bendahara Umum Negara untuk Obligasi , Bendahara Umum Negara untuk Obligasi , Subsidi Bunga SEDP Rekening Khusus Menteri Keuangan karena , Reksus Depkeu untuk pembiayaan proyek , Reksus Depkeu untuk proyek sector health , Reksus Depkeu untuk proyek sector , Reksus Depkeu untuk sector Social , Reksus Depkeu untuk sector health SPL X , Pembiayaan Proyek RDA SUB BUN (Rp) dlm rangka monetisasi non , Rekening Khusus Depkeu (Rp) untuk , Rekening Khusus Depkeu (Rp) untuk , Daftar Neraca -121

142 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 4 SALDO REKENING PEMERINTAH LAINNYA DI BANK INDONESIA PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO. NO REKENING NAMA REKENING 30 JUNI JUNI Rekening Khusus Depkeu (Rp) untuk , Rekening khusus Depkeu (Rp) untuk , Rek. Pinjamanan Luar Negeri untuk , Rek. Depkeu untuk penampungan hibah luar negeri dalam rangka bencana alam , nasional di NAD dan Sumut Increase of food production (SKR) , Non project grant aid , Non project grant aid , BUN Setoran BULOG hasil penjualan beras pinjaman luar negeri dalam rupiah Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan PSDH Pungutan Pengusahaan dan Hasil Perikanan 48 Rekening penerimaan Tim Pemberesan ,00 5 BPPN Penerimaan hasil penjualan cadangan beras , Penerimaan Fee Penjaminan BPR Departemen Keuangan karena pembayaran , Departeman Keuangan Rekening , Rekening Cadangan CAR Bank-bank , Rekening Cadangan Anggaran Lain-lain , Dana Untuk Pembayaran Kewajiban Rekening Giro Kas Negara Dalam Valuta Asing (USD) Rekening Sub BUN dalam Valuta USD Rek. Depkeu untuk penampungan hibah dari LN dlm rangka Bencana Alam Nasional dlm USD Rek. Depkeu untuk penampungan hibah dari LN dlm rangka Bencana Alam Nasional 0,00 60 Rek. Depkeu untuk penampungan hibah dari LN dlm rangka Bencana Alam Nasional 0,00 dlm EUR 61 Menkeu Cq. DJA untuk menampung Pengelolaan SUN dlm USD Rekening Giro Kas Negara Dalam Valuta 0,00 0, Rekening Sub BUN dalam Valuta USD 64 Menkeu Cq. DJA untuk menampung Pengelolaan SUN dlm USD 0,00 JUMLAH , ,70 Daftar Neraca -122

143 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 5 KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni Majelis Permusyawaratan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Badan Pemeriksa Keuangan Mahkamah Agung Kejaksaan Agung Kepresidenan Wakil Presiden Departemen Dalam Negeri Departemen Luar Negeri Departemen Pertahanan Departemen Hukum dan HAM Departemen Keuangan Departemen Pertanian Departemen Perindustrian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Departemen Perhubungan Departemen Pendidikan Nasional Departemen Kesehatan Departemen Agama Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Departemen Sosial Departemen Kehutanan Departemen Kelautan dan Perikanan Departemen Pekerjaan Umum Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kementerian Negara Lingkungan Hidup Kementerian Negara Koperasi dan UKM Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Badan Intelejen Negara Lembaga Sandi Negara Dewan Ketahanan Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Badan Pertanahan Nasional Perpustakaan Nasional Departemen Komunikasi dan Informatika Kepolisian Negara Republik Indonesia Subsidi dan Transfer Badan Pengawasan Obat dan Makanan Lembaga Ketahanan Nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal Badan Narkotika Nasional Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Belanja Lain-lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Badan Meteorologi dan Geofisika Komisi Pemilihan Umum 1) Mahkamah Konstitusi RI Daftar Neraca

144 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 5 KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Badan Tenaga Nuklir Nasional Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Badan Standardisasi Nasional Badan Pengawas Tenaga Nuklir Lembaga Administrasi Negara Arsip Nasional Republik Indonesia Badan Kepegawaian Negara Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Departemen Perdagangan Kementerian Negara Perumahan Rakyat Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Komisi Pemberantasan Korupsi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias Dewan Perwakilan Daerah Komisi Yudisial BAKORNAS JUMLAH Daftar Neraca

145 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester ITahun 2007 DAFTAR 6 KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN KEHUTANAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BADAN INTELIJEN NEGARA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Belanja Lain-lain BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DEPARTEMEN PERDAGANGAN KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI JUMLAH Daftar Neraca

146 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 7 DAFTAR PIUTANG PENERIMAAN PUNGUTAN EKSPOR PERHITUNGAN SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2007 No. Nama Perusahaan Surat Tagihan SELISIH DENDA ADM ATAS (Rp) TOTAL Nomor Tanggal KURANG (Rp) TERLAMBAT KURANG TAGIHAN (Rp) 1 CV. Antara S-2031/AP/ Aug CV. Antara S-2399/AP/ Sep CV. Makmur Bersama S-2034/AP/ Aug CV. United Profit International S-1486/AP/ Jun CV. United Profit International S-1916/AP/ Aug PT. Agrabudi Jaya Bersama S-1914/AP/ Aug PT. Alpha Archipelago Energi S-1310/AP/ Jun PT. Asia Pacific Coalindo S-1283/AP/ Jun PT. Bahari Cakrawala Sebuku S-1219/AP/ Jun PT. Bara Jaya Utama S-1210/AP/ Jun PT. Bara Multi Sugih Sentosa S-2080/AP/ Aug PT. Batu Kali Welang Ampuh S-1881/AP/ Jul PT. Berkat Banua Indah S-1306/AP/ Jun PT. Borneo Indobara S-1221/AP/ Jun PT. Borneo Indobara S-2400/AP/ Sep PT. Borneo Omega Group S-1307/AP/ Jun PT. Bukit Bara Interprice S-1913/AP/ Aug PT. Bumi Dharma Kencana S-1282/AP/ Jun PT. Bumi Dharma Kencana S-2030/AP/ Aug PT. Bumi Dharma Kencana S-2397/AP/ Sep PT. Cahaya Timur Permai S-1209/AP/ Jun PT. Cipta Mandiri Sejati S-1974/AP/ Aug PT. Corsindo Global Trading S-1615/AP/ Jul PT. Dasa Eka Jasatama S-2079/AP/ Aug PT. Dewata Utama S-1312/AP/ Jun CV. Elang Alam Perkasa S-1977/AP/ Aug PT. Emirates Trading Agency S-1483/AP/ Jun PT. Global Inti Trade S-1484/AP/ Jun PT. Global Inti Trading QQ S-1482/AP/ Jun PT. Harjomas Makmur S-2396/AP/ Sep PT. Indodharma Multi Perkasa S-2398/AP/ Sep PT. Indodharma Multi Perkasa S-1218/AP/ Jun PT. Indominco Mandiri S-1979/AP/ Aug PT. Indomineratama Prayasa S-1215/AP/ Jun PT. Indotai International S-1220/AP/ Jun PT. Jorong Barutama Greston S-2081/AP/ Aug PT. Kalimantan Energi Lestari S-1485/AP/ Jun PT. Kalimantan Energi Utama S-1315/AP/ Jun PT. Mandiri Intiperkasa S-1616/AP/ Jul PT. Marunda Graha Mineral S-1216/AP/ Jun PT. Marunda Graha Mineral S-2033/AP/ Aug PT. Mega Citra Prima Coal S-1912/AP/ Aug PT. Mega Putra Citra Primacoal S-2032/AP/ Aug PT. Padang Bara Sukses Makmur S-2375/AP/ Sep PT. Prima Multitrada S-1973/AP/ Aug PT. Surya Sakti Darma Kencana S-1311/AP/ Jun PT. Trinity Artha Nugraha S-1313/AP/ Jun PT. Trubaindo Coal Mining S-1975/AP/ Aug PT. TTI Trans Global S-1316/AP/ Jun PT. Tunas Karya Wijaya Agung S-1978/AP/ Aug PT. Wahana Eka Pratama S-1317/AP/ Jun PT. Kitadin S-802/WBC.10/KP.03/ Juli J u m l a h Keterangan : 1. Piutang Pungutan Ekspor tersebut, berdasarkan pelimpahan tagihan dari KPBC yang diterima dan telah ditindaklanjuti oleh Ditjen Anggaran. 2. Jumlah piutang tersebut telah dikurangkan dengan pembayaran/pelunasan berdasarkan bukti setor yang diterima oleh Ditjen Anggaran. Daftar Neraca

147 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 8 PIUTANG BUKAN PAJAK PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA JUMLAH MAHKAMAH AGUNG DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN KEHUTANAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BELANJA LAIN-LAIN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN JUMLAH Daftar Neraca

148 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 9 BAGIAN LANCAR TUNTUTAN GANTI RUGI DAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA JUMLAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BADAN INTELIJEN NEGARA KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN JUMLAH Daftar Neraca

149 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 10 PENERIMAAN BUNGA DAN DENDA PINJAMAN PENDANAAN KUMK-DANA EKS SU-005 PERIODE 1 JANUARI S.D. 30 JUNI 2007 (DALAM RUPIAH) HAK TAGIH 1 JANUARI S.D. 30 JUNI 2007 TELAH DIBAYAR 1 JANUARI S.D. 30 JUNI 2007 PIUTANG BUNGA DAN DENDA NO. BUMN PENGELOLA / LKP TAGIHAN BUNGA & DENDA TAHUN SEBELUMNYA PER 31 DES 2006 BUNGA (ACRUAL) (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)+(5) (7) (8) (9) (10)=(8)+(9) (11)=(3)-(7) (12)=(6)-(10) (13) 1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT PNM (Persero) PT BRI (Persero) Tbk ( ) ( ) 4 Bank Bukopin PT BTN (Persero) PT BNI (Persero) Tbk Perum Pegadaian BPD Aceh BPD Bengkulu BPD Sumatera Utara BPD Sumatera Selatan BPD Sumatera Barat BPD Riau BPD Lampung BPD Jambi BPD DKI Jakarta BPD Jawa Barat BPD DI Yogyakarta BPD Jawa Tengah BPD Jawa Timur BPD Bali BPD Nusa Tenggara Barat BPD Nusa Tenggara Timur BPD Sulawesi Selatan BPD Sulawesi Tengah BPD Sulawesi Tenggara BPD Kalimantan Selatan BPD Kalimantan Tengah BPD Kalimantan Barat BPD Kalimantan Timur BPD Maluku BPD Papua JUMLAH Catatan : - Penerimaan Bunga dan Denda Pinjaman Pendanaan KUMK telah ditransfer ke Rekening Penampungan Dana SUP No. : di BRI Cabang Veteran, Jakarta. BUNGA DAN DENDA TAHUN 2007 TAGIHAN BUNGA & PEMBAYARAN BUNGA DAN DENDA TAHUN 2006 DENDA TAHUN DENDA SEBELUMNYA PER 31 JUMLAH (ACRUAL) DES 2006 BUNGA DENDA JUMLAH PIUTANG TAHUN- TAHUN SEBELUMNYA PIUTANG PER 30 JUNI 2007 PIUTANG PER 30 JUNI 2006 Daftar Neraca

150 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 11 DAFTAR NILAI ASET DAN KEWAJIBAN 18 BANK DALAM LIKUIDASI (Dalam Rupiah) No Nama Bank Sisa Kewajiban BLBI Nilai Aset s.d TW IV 2006 Nilai Buku Nilai Realisasi 1. PT Anrico Bank (DL) PT Astria Raya Bank (DL) Bank Citrahasta Danamanunggal (DL) PT Bank Dwipa Semesta (DL) PT Bank Guna Internasional PT Bank Harapan Sentosa (DL) PT Bank Industri (DL) PT Bank Jakarta (DL) PT Bank Kosaghara Semesta (DL) PT. Bank Mataram Dhanarta (DL) PT Bank Pacific (DL) PT Bank Pinaesaan PT Sejahtera Bank Umum (DL) PT South East Asia Bank (DL) PT Bank Umum Majapahit Jaya (DL) Bank Asiatic (DL) Bank Dagang Bali (DL) Bank Global (DL) TOTAL Daftar Neraca

151 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 12 PERSEDIAAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Daftar Neraca

152 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 12 PERSEDIAAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI BAKORNAS JUMLAH Daftar Neraca

153 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 13 POSISI PINJAMAN SLA, RDI DAN RPD MENURUT SEKTOR PEMINJAM Per 30 JUNI 2007 dalam Juta Rupiah Pengembalian Rupiah dan Subtotal Valas Ekivalen Rupiah No URAIAN Outstanding Pinjaman BMT Equity Total Pokok BMT-P Pokok BMT-P Bunga BMT-B C.Charge Denda Total Sektor = = =10 s.d 15 17=9+(12s.d15) 18 19= KOPERASI , ,46 0, , ,50 125, , , , ,93 0,00 23, , ,70 66, , ,00 2 BPIS ,51 0, , , ,50 0, , ,86 0, ,32 0,00 0, , ,50 2,277, ,67 3 PERTANIAN , ,36 0, , , , , , , ,82 0, , , ,47 3,107, , ,99 4 KEUANGAN , , , , , , , , , ,34 0, , , ,84 8,573, , ,49 5 PARIWISATA POS , ,91 0, , ,55 0, ,25 2,65 0,00 25,95 1,42 0,00 7,33 37,37 5,696, , ,79 TELEKOMUNIKASI 6 KEHUTANAN ,57 0,00 0, , ,86 0, , ,28 0, ,34 0,00 0,00 152, ,45 19, , ,81 7 PEKERJAAN UMUM , ,85 679, , , , , , , ,79 0,00 0, , ,13 503, , ,15 8 PERHUBUNGAN , ,33 0, , , , , , , ,23 0, , , ,61 938, , ,18 9 INDUSTRI , , , , , , , , , ,72 0,00 787, , ,94 6,970, , ,30 10 PERTAMBANGAN & , ,95 0, , , , ,42 1,81 0, ,73 0,00 53,51 42, ,64 22,887, , ,68 ENERGI 11 PDAM , ,63 0, , , , , , , , , , , ,38 5,690, , ,57 12 PEMERINTAH , ,50 0, , , , , , , ,94 0,00 970, , ,23 1,147, , ,33 DAERAH 13 PERUSDA , ,37 0, , , , , , , ,10 0,00 137, , ,90 54, ,69 KEBERSIHAN Jumlah Penarikan Pembayaran Tunggakan , , , , , , , , , , , , , ,20 57,935, ,512, ,71 Piutang Akrual Bunga- Piutang C.Charge- Denda Piutang Termasuk Akrual Daftar Neraca

154 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 14 DAFTAR REKENING YANG DIKELOLA DIREKTORAT PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN Atas Nama/Yang Berwenang Nama Rekening Rekening Dibuka Tahun/Atas Dasar Saldo No. Sumber Dana No. Rekening Nama Bank Fungsi (Tujuan) Pembentukan Rekening Mencairkan Rekening dan (Keterangan) Otorisasi (Dasar Hukum) Per 30 Juni 2007 Pengelola Dana Terkait dengan RDI 1 Dirjen Perbendaharaan untuk Dari penerimaan angsuran pinjaman petani PT BRI (Persero) Untuk menampung pengembalian pinjaman petani Keputusan Menteri Keuangan No. Dirjen Perbendaharaan ,76 penampungan pengembalian pinjaman yang dibiayai dari sumber IBRD, ADB dan RDI proyek PIR/ UPP Perkebunan sebesar 92 % dari Kep./059/KM.17/1994 tanggal PT Bank Mandiri (eks.bbd) petani proyek PIR/UPP perkebunan angsuran pinjaman petani. Sesuai surat Dirjen Maret ,98 (92%) 3 122, PT Bank Mandiri (eks. BEII) Lembaga Keuangan S-4082/LK/1994 tanggal ,45 September 1994 mengenai pelimpahan ke RDI dilakukan setelah terlebih dahulu memperoleh Sub Jumlah ,19 surat perintah dari Dirjen Lembaga Keuangan 2 Cadangan Pembayaran Fee Konversi Dari penerimaan angsuran pinjaman petani PT BRI (Persero) Untuk pembayaran Fee Konversi dan Collecting Keputusan Menteri Keuangan No. Dirjen Perbendaharaan ,10 dan Collecting Fee Proyek PIR/ UPP yang dibiayai dari sumber IBRD, ADB dan RDI Fee Proyek PIR/ UPP Perkebunan sebesar 5 % Kep./059/KM.17/1994 tanggal PT Bank Mandiri (eks.bbd) ,04 (5%) dari angsuran pinjaman petani. Maret , PT Bank Mandiri (eks. BEII) ,84 Sub Jumlah ,98 3 Pembiayaan percepatan pengembalian Dari penerimaan angsuran pinjaman petani PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Untuk pembiayaan percepatan pengembalian Keputusan Menteri Keuangan No. Dirjen Perbendaharaan ,67 pinjaman petani proyek PIR/UPP yang dibiayai dari sumber IBRD, ADB dan RDI Cabang Khusus (KCK) pinjaman petani proyek PIR/ UPP Perkebunan Kep./059/KM.17/1994 tanggal 12 perkebunan (3%) sebesar 3 % dari angsuran pinjaman petani Maret Proyek P3 Bali (Proyek Pemuliaan dan Dari penerimaan angsuran pinjaman peternak PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Untuk membiayai Proyek Pengembangan Surat Menteri Keuangan No. S- Dirjen Perbendaharaan ,28 Pengembangbiakan Sapi Bali) eks. RDI Cabang Khusus (KCK) Pembibitan Sapi Bali (P3 Bali) di Bali dan Dompu, 498/MK.013/1990 tanggal 23 April NTB Proyek Redistribusi Ternak Dari pengembalian pinjaman dari peternak PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Untuk menampung 20 % pengembalian pinjaman Surat Menteri Keuangan No. S- Dirjen Perbendaharaan ,00 Eks. IFAD, ADB, IBRD Cabang Khusus (KCK) petani peternak yang digunakan untuk 1291/MK.013/1989 tanggal 23 membiayai pembinaan para petani peternak (80% Desember 1989 disetor ke RDI). Daftar Neraca

155 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 14 DAFTAR REKENING YANG DIKELOLA DIREKTORAT PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN Atas Nama/Yang Berwenang Nama Rekening Rekening Dibuka Tahun/Atas Dasar Saldo No. Sumber Dana No. Rekening Nama Bank Fungsi (Tujuan) Pembentukan Rekening Mencairkan Rekening dan (Keterangan) Otorisasi (Dasar Hukum) Per 30 Juni 2007 Pengelola Proyek P4K (Proyek Peningkatan Dari penerimaan pengembalian pinjaman PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Dirjen Perbendaharaan ,00 Pendapatan Petani Kecil) petani eks. IFAD Cabang Khusus Untuk menampung akumulasi spread bunga bagian Pemerintah 1,21% untuk pembiayaan pembinaan peningkatan pendapatan kelompok petani kecil Surat Menteri Keuangan No. S- 542/MK.013/1990 tanggal 12 Mei Rekening Induk Dana Lingkungan Pengembalian dari bank pelaksana eks. Hibah PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Digulirkan untuk pembiayaan efisiensi produksi Dibuka tahun 2001 Dirjen Perbendaharaan ,29 Bergulir KFW Cabang Khusus yang berkaitan dengan pencegahan dan Surat Menkeu No. S-32/MK.017/ 2001 pengendalian dampak lingkungan 8 Rekening Direktur Jenderal Penerimaan pengembalian pokok, bunga, dan RP PT Bank Bukopin Untuk menampung penerimaan pengembalian Dibuka Tahun SK Menkeu No. Dirjen Perbendaharaan ,33 Perbendaharaan denda Pinjaman Dana Bergulir eks RDI pokok pinjaman, bunga, dan denda pinjaman 401/KMK.017/ 1995 tanggal PT Bank Sumut dana bergulir Agustus , PT Bank Nagari , PT BPD Kaltim , PT BPD Kalbar , PT Bank DKI , PT Bank Jabar , PT BPD Jateng , PT BPD DIY , PT Bank Jatim , PT BPD Bali , PT BPD NTB , PT BPD Sulut ,00 Sub Jumlah ,14 9 Penampungan Nisbah Bagi Hasil Dalam Bagi Hasil bagian pemerintah dari pinjaman PT Bank Muamalat Indonesia, Menampung penerimaan nisbah bagi hasil atas Dibuka Tahun Surat Menkeu No. Dirjen Perbendaharaan ,22 Rangka KKPA-Bagi Hasil Bank KKPA-Bagi Hasil Tbk. pinjaman pendanaan KKPA Bagi Hasil S-392/MK.01/ 1997 tanggal 30 Juni Muamalat 1997 JUMLAH I ,77 Daftar Neraca

156 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 14 DAFTAR REKENING YANG DIKELOLA DIREKTORAT PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN No. Atas Nama/Yang Berwenang Nama Rekening Rekening Dibuka Tahun/Atas Dasar Saldo Sumber Dana No. Rekening Nama Bank Fungsi (Tujuan) Pembentukan Rekening Mencairkan Rekening dan (Keterangan) Otorisasi (Dasar Hukum) Per 30 Juni 2007 Pengelola Dana Tidak Terkait dengan RDI 10 Penampungan Pencairan Dana Surat PT BRI (Persero), Tbk. Menteri Keuangan dikuasakan ,41 Utang Pemerintah Cabang Veteran, Jakarta kepada Dirjen Perbendaharaan. Penerimaan pengembalian pokok, bunga, dan denda dari Bank Penyalur eks Surat Utang No. SU-005/KMK/ 1999 Untuk penampungan pencairan dana SUP, dan penerimaan pengembalian pokok, bunga, dan denda dari Bank Pelaksana Dibuka Tahun 2000 Surat Menkeu No. S-80/KMK.017/ 2000 tanggal 22 Maret Penampungan Recovery Risiko KUT TP Penerimaan recovery tunggakan KUT PT BRI (Persero), Tbk. Cabang Untuk penampungan recovery tunggakan KUT TP Dibuka Tahun 2001 SK Menkeu No. Menteri Keuangan , / /2000 Veteran, Jakarta 1999/ /KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 dan No. 101/MK.017/2001 tanggal 29 Januari Penampungan Dana Cadangan Risiko Penerimaan bunga KUT TP 1999/2000 Bagian PT BRI (Persero), Tbk. Cabang Untuk penampungan dana cadangan risiko KUT Dibuka Tahun 2000 Dirjen Perbendaharaan ,98 KUT TP 1999/2000 Pemerintah sebesar 2,5% Jakarta Tanah Abang TP 1999/2000 SK Menkeu No. 486/KMK.017/ 1999 tanggal 13 Oktober 1999 dan No. 101/MK.017/2001 tanggal 29 Januari Dana Pembinaan dan APBN Anggaran XVI PT BRI (Persero), Tbk. Untuk menampung angsuran : Dibuka Tahun 1997 Dirjen Perbendaharaan ,49 Pengembangan Koperasi Kantor Cabang Khusus a. Kredit Moester tester Surat Dirjen Lembaga Keuangan No. S- b. Kredit Hand sprayer 963/LK.5/ 1997 tanggal 15 Agustus c. Pembiayaan Proyek Pengem bangan dan Pembinaan Koperasi 1997 d. Pembiayaan Yodisasi Garam Rakyat e. Pembiayaan GLK-KUD 14 Penampungan Pengembalian Pinjaman Pengembalian Bantuan Uang Muka IPEDA dan PT BRI (Persero), Tbk. Pengembalian Bantuan Uang Muka IPEDA dan Dibuka Tahun 1990 Dirjen Perbendaharaan ,91 Proyek Pengembangan Akuntansi pengembalian pokok, bunga, dan denda eks Kantor Cabang Khusus pengembalian pokok, bunga, dan denda eks Surat Menkeu No. S-615/MK.03/1990 (P2A) kredit Bank Dunia, LA Nomor 2940-IND kredit Bank Dunia, LA Nomor 2940-IND tanggal 28 Mei 1990 Daftar Neraca

157 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 14 DAFTAR REKENING YANG DIKELOLA DIREKTORAT PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN No. Atas Nama/Yang Berwenang Nama Rekening Rekening Dibuka Tahun/Atas Dasar Saldo Sumber Dana No. Rekening Nama Bank Fungsi (Tujuan) Pembentukan Rekening Mencairkan Rekening dan (Keterangan) Otorisasi (Dasar Hukum) Per 30 Juni 2007 Pengelola Penampungan Pengembalian Kredit Pengembalian pokok, bunga, dan denda PT Bank Bukopin Dirjen Perbendaharaan ,96 Gudang, Lantai Jemur, dan Kios KUD (GLK-KUD) kredit GLK-KUD eks APBN Anggaran XVI. Untuk menampung angsuran pokok dan bunga kredit GLK Dibuka Tahun 1995 Surat Menkeu No. S-285/MK.017/1995 tanggal 10 Maret Rekening Tim Pembenahan Sisa saldo dana Tim Khusus Inpres 9 tahun PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Menampung dana pembiayaan Tim Pembenahan Dibuka Tahun 2000 Bendaharawan Tim Pembenahan ,00 Administrasi Kredit Program 1989 yg bersumber dari Dana Pemerintah, Cabang Khusus (KCK) Administrasi Kredit Program (TPAKP) SK Menkeu No. 351/KMK.017/ 2000 Administrasi Kredit Program Bank Indonesia, BRI, BBD, Bank Exim tanggal 23 Mei 2000 (TPAKP) 17 Rekening Kredit Listrik Pedesaan (KLP) Eks. APBN TA 1981/1982 -BA XVI PT BRI (Persero), Tbk. Kantor Menampung pengembalian utang pokok dan Dibuka tahun 1982 Dirjen Perbendaharaan ,19 Cabang Khusus bunga dari nasabah KLP untuk selanjutnya SKB Menkeu dan Menteri digulirkan Pertambangan dan Energi No. 707/KMK.011/1981 dan No. 1395/KPTS/Pertambem/1981 Tanggal 1 Desember JUMLAH II JUMLAH I + II , ,01 Daftar Neraca

158 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 15 OUTSTANDING PENARIKAN PINJAMAN PENDANAAN KUMK-EKS DANA SU-005 PERIODE 1 JANUARI S.D. 30 JUNI 2007 DAN 30 JUNI 2006 NO BUMN PENGELOLA / LKP PLAFON PINJAMAN OUTSTANDING 1 JANUARI 2007 MUTASI PINJAMAN 1 JANUARI S.D. 30 JUNI 2007 PENARIKAN ANGSURAN OUTSTANDING 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) OUTSTANDING 30 JUNI 2006 PINJAMAN POKOK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (4) + (5) - (6) 8 1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT PNM (Persero) PT BNI (Persero) Tbk PT BRI (Persero) Tbk Bank Bukopin PT BTN (Persero) Perum Pegadaian BPD Aceh BPD Bengkulu BPD Sumatera Utara BPD Sumatera Selatan BPD Sumatera Barat BPD Riau BPD Lampung BPD Jambi BPD DKI Jakarta BPD Jawa Barat BPD DI Yogyakarta BPD Jawa Tengah BPD Jawa Timur BPD Bali BPD Nusa Tenggara Barat BPD Nusa Tenggara Timur BPD Sulawesi Selatan BPD Sulawesi Tengah BPD Sulawesi Tenggara BPD Kalimantan Selatan BPD Kalimantan Tengah BPD Kalimantan Barat BPD Kalimantan Timur BPD Maluku BPD Papua JUMLAH Daftar Neraca

159 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 16 PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA BUMN PER 30 JUNI 2007 (dalam jutaan rupiah) NO PERUSAHAAN NEGARA TAHUN PELAPORAN STATUS % SAHAM NEGARA TOTAL EKUITAS KEPEMILIKAN NEGARA = 5X6 1 ASURANSI 1 PT Asuransi ABRI (ASABRI) 2006 Audited 100,00% PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 2006 Audited 100,00% PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) 2006 Audited 100,00% PT Asuransi Jasa Raharja 2006 Audited 100,00% PT Asuransi Jiwasraya 2006 Audited 100,00% PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) 2006 Audited 100,00% PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) 2006 Audited 100,00% PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI) 2006 Audited 100,00% (60.181) (60.181) 9 PT Taspen 2006 Unaudited 100,00% Total JASA PEMBIAYAAN 1 Perum Pegadaian 2006 Audited 100,00% Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) 2006 Audited 100,00% PT Danareksa 2006 Audited 100,00% PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) 2006 Audited 100,00% PT PANN Multi Finance 2006 Audited 93,04% ( ) ( ) 6 PT Permodalan Nasional Madani (PNM) 2006 Audited 100,00% PT Sarana Multigriya Finansial* 2006 Audited 100,00% Total PERBANKAN 1 PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 2006 Audited 100,00% PT Bank Mandiri, Tbk 2006 Audited 69,11% PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 2006 Audited 99,12% PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 2006 Audited 56,97% PT Bank Tabungan Negara (BTN) 2006 Audited 100,00% Total ANEKA INDUSTRI 1 PT Garam 2006 Prognosa 100,00% PT Industri Gelas (IGLAS) 2006 Audited 63,82% PT Industri Soda Indonesian (ISI) 2006 RKAP 100,00% (83.493) (83.493) Total INDUSTRI FARMASI 1 PT Biofarma 2006 Audited 100,00% PT Indo Farma, Tbk 2006 Audited 80,66% PT Kimia Farma, Tbk 2006 Audited 90,03% Total INDUSTRI SANDANG 1 PT Industri Sandang Nusantara (INSAN) 2006 Unaudited 100,00% ( ) ( ) 2 PT Primissima 2006 Prognosa 52,79% Total (85.988) (97.949) 7 JASA KONSTRUKSI 1 Perum Pembangunan Perumahan Nasional 2006 Audited 100,00% PT Adhi Karya 2006 Audited 51,00% PT Brantas Abipraya 2006 Unaudited 100,00% (53.033) (53.033) 4 PT Hutama Karya (HK) 2006 Audited 100,00% PT Istaka Karya 2006 Unaudited 100,00% ( ) ( ) 6 PT Nindya Karya 2006 Audited 100,00% PT Pembangunan Perumahan (PP) 2006 Audited 51,00% PT Waskita Karya 2006 Audited 100,00% PT Wijaya Karya (WIKA) 2006 Audited 100,00% Total KAWASAN INDUSTRI 1 PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) 2006 Audited 88,74% PT Kawasan Industri Makasar (KIMA) 2006 Audited 60,00% PT Kawasan Industri Medan (KIM) 2006 Audited 60,00% PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) 2006 Audited 60,00% PT Pengembangan Daerah Industri - Pulau Batam 2006 Audited 100,00% Total KONSULTAN KONSTRUKSI 1 PT Bina Karya 2006 Prognosa 100,00% PT Indah Karya 2006 Unaudited 100,00% PT Indra Karya 2006 Audited 100,00% Daftar Neraca

160 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 16 NO PERUSAHAAN NEGARA TAHUN PELAPORAN STATUS % SAHAM NEGARA TOTAL EKUITAS KEPEMILIKAN NEGARA = 5X6 4 PT Virama Karya 2006 Prognosa 100,00% PT Yodya Karya 2006 Audited 100,00% Total ANGKUTAN DARAT 1 Perum DAMRI 2006 Unaudited 100,00% PT Perusahaan Pengangkutan Djakarta 2006 Unaudited 100,00% (93.953) (93.953) 3 PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2006 Unaudited 100,00% Total JASA PENILAI 1 PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 2006 Audited 100,00% PT Sucofindo 2006 Audited 95,00% PT Surveyor Indonesia (SI) 2006 Unaudited 85,12% Total KEBANDARUDARAAN 1 PT Angkasa Pura I (AP I) 2006 Audited 100,00% PT Angkasa Pura II (AP II) 2006 Audited 100,00% Total PARIWISATA 1 PT Bali Tourism & Development Corporation 2006 Audited 100,00% PT Hotel Indonesia Natour (HIN) 2006 Unaudited 100,00% PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 2006 Audited 100,00% Total PELABUHAN 1 PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I) 2006 Audited 100,00% PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II) 2006 Audited 100,00% PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III) 2006 Unaudited 100,00% PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV) 2006 Audited 100,00% Total PELAYARAN 1 PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 2006 Prognosa 100,00% PT Djakarta Lloyd 2006 Prognosa 100,00% PT Pelayaran Bahtera Adhiguna 2006 Unaudited 100,00% PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) 2006 Prognosa 100,00% Total PENGERUKAN 1 PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) 2006 Unaudited 100,00% Total PENUNJANG KONSTRUKSI 1 PT Amarta Karya 2006 Unaudited 100,00% PT Jasa Marga 2006 Audited 100,00% Total PERDAGANGAN 1 PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) 2006 Unaudited 100,00% ( ) ( ) 2 PT PP Berdikari 2006 Unaudited 100,00% PT Sarinah 2006 Unaudited 100,00% Total ( ) ( ) 19 USAHA PENERBANGAN 1 PT Garuda Indonesia (GIA) 2006 Unaudited 100,00% PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) 2006 Unaudited 93,20% ( ) ( ) Total ( ) ( ) 20 JASA LAINNYA 1 Perum Jasa Tirta I 2006 Audited 100,00% Perum Jasa Tirta II 2006 Audited 100,00% PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 2006 Unaudited 100,00% Total KEHUTANAN 1 Perum Perhutani 2006 Unaudited 100,00% PT Inhutani I 2006 Prognosa 100,00% PT Inhutani II 2006 Prognosa 100,00% PT Inhutani III 2006 Prognosa 100,00% PT Inhutani IV 2006 Prognosa 100,00% PT Inhutani V 2006 Prognosa 100,00% Total KERTAS 1 PT Kertas Leces 2006 Unaudited 100,00% ( ) ( ) Total ( ) ( ) 23 LOGISTIK 1 Perum Bulog 2006 Prognosa 100,00% Daftar Neraca

161 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 16 NO PERUSAHAAN NEGARA TAHUN PELAPORAN STATUS % SAHAM NEGARA TOTAL EKUITAS KEPEMILIKAN NEGARA = 5X6 2 PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) 2006 Audited 100,00% PT Pos Indonesia (POSINDO) 2006 Audited 100,00% PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) 2006 Unaudited 100,00% (8.200) (8.200) Total PERCETAKAN & PENERBITAN 1 Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI) 2006 Prognosa 100,00% Perum Percetakan Uang RI (PERURI) 2006 Unaudited 100,00% PT Balai Pustaka (BP) 2006 Unaudited 100,00% (32.816) (32.816) 4 PT Pradnya Paramita 2006 Unaudited 100,00% Total PERIKANAN 1 Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) 2006 Unaudited 100,00% PT Perikanan Nusantara 2006 Prognosa 100,00% (6.201) (6.201) Total PERKEBUNAN 1 PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 2006 Unaudited 100,00% PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) 2006 Unaudited 100,00% PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) 2006 Unaudited 100,00% PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) 2006 Unaudited 100,00% PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) 2006 Audited 100,00% PT Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) 2006 Prognosa 100,00% (18.419) (18.419) 15 PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 2006 Unaudited 100,00% Total PERTANIAN 1 PT Pertani 2006 Unaudited 100,00% PT Sang Hyang Seri (SHS) 2006 Unaudited 100,00% Total PUPUK 1 PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 2006 Audited 100,00% Total BAJA & KONSTRUKSI BAJA 1 PT Barata Indonesia 2006 Audited 100,00% PT Boma Bisma Indra (BBI) 2006 Lap. Semester 100,00% (83.618) (83.618) 3 PT Krakatau Steel (KS) 2006 Unaudited 100,00% Total DOK DAN PERKAPALAN 1 PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 2006 Unaudited 99,40% ( ) ( ) 2 PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) 2006 Unaudited 100,00% PT Industri Kapal Indonesia (IKI) 2006 Prognosa 100,00% PT PAL Indonesia 2006 Unaudited 100,00% Total ( ) ( ) 31 ENERGI 1 PT Konversi Energi Abadi (KONEBA) 2006 Audited 100,00% PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 2006 Audited 55,26% PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2006 Audited 100,00% PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) 2006 Audited 65,02% Total INDUSTRI BERBASIS TEKNOLOGI 1 PT Batan Teknologi 2006 Audited 100,00% PT Industri Kereta Api (INKA) 2006 Audited 100,00% PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 2006 Audited 100,00% PT LEN Industri 2006 Audited 100,00% PT Dirgantara Indonesia 2006 Unaudited 92,90% ( ) (98.307) Total INDUSTRI PERTAHANAN 1 PT Dahana 2006 Audited 100,00% PT PINDAD Audited 100,00% Total PERTAMBANGAN 1 PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM) 2006 Audited 65,00% Daftar Neraca

162 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 16 NO PERUSAHAAN NEGARA TAHUN PELAPORAN STATUS % SAHAM NEGARA TOTAL EKUITAS KEPEMILIKAN NEGARA = 5X6 2 PT Pertamina 2006 Prognosa 100,00% PT Sarana Karya 2006 Unaudited 100,00% (1.701) (1.701) 4 PT Timah, Tbk 2006 Audited 65,00% Total SEMEN 1 PT Semen Baturaja 2006 Audited 100,00% PT Semen Gresik, Tbk 2006 Audited 51,01% Total TELEKOMUNIKASI 1 Perum Produksi Film Negara (PFN) 2006 Prognosa 100,00% PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) 2006 Audited 51,19% Total Grand Total Daftar Neraca

163 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 17 PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA NON BUMN ( MINORITAS ) PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN STATUS % SAHAM KEPEMILIKAN RI NILAI EKUITAS KEPEMILIKAN PEMERINTAH 1 PT Atmindo 2006 Audited 36,60% PT Semen Kupang 2005 Audited 38,50% PT Indonesia Asahan Alimunium (INALUM) 2006 Lap. Triwulan 41,12% PT Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) 2006 Audited 45,00% PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) 2006 Unaudited 50,00% PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) 2006 Audited 50,00% PT Kertas Padalarang 2006 J U M L A H I Audited 40,77% NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN STATUS % SAHAM KEPEMILIKAN JUMLAH SAHAM KEPEMILIKAN RI PEMERINTAH 1 PT Bank Bukopin 2006 Unaudited A 0,09% B 18,38% PT Rekayasa Industri (REKIND) 2006 Audited 4,97% PT Freeport Indonesia 2006 Audited Biasa 9,36% PT Bahana PUI (BPUI) 2006 Audited Prioritas 7,11% Audited Biasa 10,67% PT Dirgantara Indonesia (PTDI) *) PT Indosat, Tbk 2005 Audited Seri B 14,50% PT Kertas Basuki Rahmat 2006 Audited 10,00% PT Kertas Blabak 2006 Audited 0,84% PT Asean Bintulu Fertilizer (ABF) PT Asean Copper Product PT JIHD Tbk Audited 1,33% PT Intirub 2005 Audited 9,90% PT Socfindo 2006 Audited 10,00% PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) 2005 J U M L A H I I Audited 5,00% J U M L A H I + II Keterangan : *). Berdasarkan Surat dari Menteri Keuangan Nomor:S-411/MK.06/2006 tanggal 25 September 2006 dan Surat Menteri Negara BUMN Nomor :S- 559/MBU/2006 tanggal 29 Nopember 2006 dinyatakan bahwa Pengelolaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) kembali berada dibawah Menteri Negara BUMN. Daftar Neraca

164 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 18 PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA ORGANISASI/LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL/REGIONAL PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 NO LEMBAGA KEUANGAN MULTILATERAL TELAH DIBAYAR S.D 30 JUNI TOTAL PENYERTAAN TELAH DIBAYAR S.D 30 JUNI USD IDR USD IDR*) IDR**) 1. ADB IMF World Bank : 3. IBRD IDA IFC MIGA IDB IDB Group : 8. Export Financing Scheme Islamic Corporation for Insurance of Investment and Export Credit Bank for International Settlements IFAD Common Fund for Commodities TOTAL Keterangan: *) : Konversi ke dalam IDR menggunakan kurs tengah BI tanggal 31 Desember 2006 USD 1= Rp **) : Konversi ke dalam IDR menggunakan kurs tengah BI per 31 Desember USD=Rp Daftar Neraca

165 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.a ASET TETAP - TANAH PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) No BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI RI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI OTORITA SABANG LPP TELEVISI RI LPP RRI JUMLAH Daftar Neraca

166 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.b ASET TETAP - PERALATAN DAN MESIN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA CICILAN BUNGA HUTANG Daftar Neraca -146

167 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.b NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni SUBSIDI DAN TRANSFER BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS KOMISI YUDISIAL RI BAKORNAS OTORITA SABANG LPP TELEVISI RI LPP RRI JUMLAH Daftar Neraca -147

168 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.c ASET TETAP - GEDUNG DAN BANGUNAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN 1) LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS OTORITA SABANG LPP TELEVISI RI LPP RRI JUMLAH Daftar Neraca

169 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.d ASET TETAP - JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS OTORITA SABANG LPP RRI JUMLAH Daftar Neraca -149

170 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.e ASET TETAP - ASET TETAP LAINNYA PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni MPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL Daftar Neraca

171 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.e NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI LPP RRI JUMLAH Daftar Neraca

172 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 19.f ASET TETAP - KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA 30 Juni Juni DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS KOMISI YUDISIAL JUMLAH Daftar Neraca

173 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 20 ASET LAINNYA - TUNTUTAN PERBENDAHARAAN / TUNTUTAN GANTI RUGI PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA JUMLAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BADAN INTELIJEN NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JUMLAH Daftar Neraca

174 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu k/ Penerimaan Pinjaman dari Exim Bank of Japan (Second Exim Uniter Loan) Reksus Depkeu karena Penerimaan Pinjaman dari Belanda dalam Val. EUR Reksus Depkeu u/ Proyek Integrated Infrastructur Dev Dutch dalam Valuta EUR Reksus Depkeu u/trade Support Program (TSP) No dalam valuta EUR Reksus Depkeu k/ Pinjaman dari Exim Bank of Japan (Third Exim United Loan) Reksus Depkeu u/ Proyek Inc.Gen.F/Marginal Farmer & Landless 215-ID IFAD Reksus Depkeu u/ Proyek Nusa Tenggara Agriculture Development 952/953-INO ADB , , , , , ,63 369, , , , , , , ,38 16, , Reksus Depkeu u/ Proyek East Java Rainfed Agriculture 255-ID IFAD , , Reksus Depkeu u/ Proyek Upland Plantation and Development Citarik S/Watersheip IP-455 OECF Reksus Depkeu u/ Proyek Profesional Human Resources Development IP- 458A OECF Reksus Depkeu u/ Proyek Profesional Human Resources Development IP- 458B OECF Reksus Depkeu u/ Proyek Profesional Human Resources Development IP- 458-C OECF Reksus Depkeu u/ Proyek Second Tree Corp Smallholder Sec for INO ADB , ,92 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 92, , Reksus Depkeu u/ Proy. Central Java Ground Water 1126-INO ADB 15, , Reksus Depkeu u/ Proy. Third Non Formal Education 3431-IND IBRD 0,04 362, Reksus Depkeu u/ Proyek Gajah Mada University Development IP-494 OECF Reksus Depkeu u/ Proyek Tree Corp Smallholder Development 3464-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek South Sumatera Smallholder Tree Crops 301- ID IFAD Reksus Depkeu u/ Proyek Pengemb. Pras. Pedes (P2D) Rural Areas Infras.Dev.Proj (III) IP-506 JBIC dlm JPY , ,78 102, ,90 0,00 0, , , Reksus Depkeu u/ Develop. Policy Loan (Loan Agreement No.INP-27) 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Develop. Policy Loan (Loan Agreement No.INP-28) 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Proyek Smallholder Tree Crop Processing 1186-INO ADB Reksus Depkeu u/ Profesional Human Resources Development Project-III (Overseas Program), Project Loan JBIC-535A Reksus Depkeu u/ Proyek Upland Farmer Development 1184-INO SF ADB Reksus Depkeu u/ Profesional Human Resources Development Project-III (Domestic Program), Project Loan JBIC-535B Reksus Depkeu untuk Proyek Pengembangan FKIK UIN Syarif Hidayatullah IP-530 JBIC Reksus Depkeu u/ Development Policy Loan III (DPL III) Loan INP 29 JBIC Reksus Depkeu u/ Infrastructure Reform Sector Development Program Loan INP 30 JBIC 9, , , ,18 13, , , , , , , , , ,86 Daftar Neraca

175 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu u/ Proyek Water Supply & Sanitation for Low Income Communities 3629-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Sustainable Agriculture Dev. In Irja 1258-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek National Watershed Management & Conservation 3658-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Eastern Island Urban Develop (Sect) 1292-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Eastern Island Smallholder Cashew Dev 350- ID IFAD Reksus Depkeu u/ Proyek Rural Health and Population Project 1299-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Second Accountancy Development Projec 3801-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Ozone Project Trust Fund TF IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Second Profesional Human Resources Development 3825-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Cap'ty B'ding Pry in the Water Rçes Sec 1339-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Second Agric.Research Manag Project IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Rural Water Supply and Sanit.Sect. Project 1352-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Second Tech.Ass.Proj.F/Publ.&Priv.p/o INF IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Sulawesi Rainfed Agric.Develop.Project INO SF ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Private Junior Second Education Project INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Senior Secondary Education Project 1360-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Eastern Island Smallholder Farm Sys & LI396- ID IFAD Reksus Depkeu u/ Proyek Engineering Education Development Project 1432-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Nusa Tenggara Agriculture Area Development 3984-IND IBRD , ,00 268, ,60 22, , , ,22 0,00 0, , ,12 0,03 271,62 0,00 0, , , , ,38 11, , , ,62 0,00 0,00 0,00 0,00 14, ,66 1, ,06 1, , , ,84 131, , , , Reksus Depkeu u/ Proyek Basic Education Project 1442-INO ADB 0, , Reksus Depkeu u/ Proyek Sulawesi Agricultural Area Development IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Sumatera Urban Development Sector INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek East Java and EastNusaTeng Jun Sec.Ed Proj 4042-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Central Ind.Junior Second Education Project 4062-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Sumatera Junior Second Education Project 4095-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Indonesia-Gas Transmission & Dist Loan European Invest.Bank (EIB) Reksus Depkeu u/ Proyek ADB Gas Transmission & Dist Loan the Exp- Imp Bank of Japan (EBJ) Reksus Depkeu u/ Proyek West Java Urban Dev (Sector) Project INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Integr.Pest.Manag.for Smallh.Est.Crops INO ADB 3.939, ,42 162, ,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , ,60 3, ,50 Daftar Neraca

176 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L , , Reksus Depkeu u/ Proyek Family Health and Nutrition 1471-INO ADB 7, , Reksus Depkeu u/ Proyek North Java Flood Control Sector 1425/1426- INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Segara Anakan Cons.& Development 1475/1476-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek South Java Flood Control Sector 1479-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Farmer Managed Irrigation System 1378-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Intensified Iodine Def. Control Project IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Metropolitan Botabek Urban Development Proj INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek North Java Roads Improvement 1428-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Participatory Dev Of Agric Tech 1526-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Safe Motherhood Partner & Family Approach 4207-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Intensf Communicable Deseases Contr Proj 1523-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Pembiayaan Dev. Madrasah Aliyah 1519-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Quality of Undergraduate Education 4193 IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Information Infrastructure Dev.Project IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Northern Sumatera Irrigated Agric Sect INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Metropol Medan Urban Dev Project 1587-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Capacity Bldg in Urban Infrastructure MG 1572-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Coastal Comm Dev & Fisheries Res Mgt 1570/1571-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Central Sulawesi I'ted Area Dev & Action 1605-INO ADB Reksus Depkeu u/ Proyek Coral Reef Rehab and Manag Proj 1613-INO ADB 0,00 0, , , , ,46 1, ,14 555, ,68 409, ,76 0,00 0,00 0, , , ,10 1, ,22 8, , , ,98 733, ,92 18, ,62 0,00 0,00 7, ,94 758, ,86 20, ,10 105, , Reksus Depkeu u/ Proyek Maluku Regional Dev Loan 4306-IND IBRD 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Proyek Railway Efficiency Project Loan 4106-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Early Child Development Loan No IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Second Junior Secondary Educ Proj 1574-INO ADB 0,00 0,00 1, , , , Reksus Depkeu u/ Proyek Health Nutrition Dev 1676-INO ADB 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Proyek Sumatera Region Roads Proj Loan 4307-IND IBRD Reksus Depkeu u/ Proyek Cap'ty B'ding for F'cial G'ment Loan INO ADB , ,76 483, , Reksus Depkeu u/ Proyek Second Junior Secondary Educ 1573-INO ADB 17, , Reksus Depkeu u/ Proyek Rural Income Generation 1583-INO ADB , , Reksus Depkeu u/ Proyek Rural Income Generation 458-ID IFAD 551, ,78 Daftar Neraca

177 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu u/ Proyek Capacity Building for Establishment of a Competitive Elect Market 1674-INO ADB Reksus Depkeu u/ Pembiayaan Profincial Healt Project Ina Loan IDA 3381 IND Reksus Depkeu u/ pembiayaan Second Water & Sanitation for Low Income communitiesw Project IDA-3382-IND Reksus Depkeu u/ Proyek Community Empowerment for Rural Development Project ADB 1765-INO (SF) Reksus Depkeu u/ Proyek Community Empowerment for Rural Development Project No.1766 INO ADB Reksus Depkeu Participatory Intregrated Dev. In Ranfed Areas Proj PIDRA 539-ID IFAD , ,00 50, , , , , ,28 17, ,28 5, , , , Reksus Depkeu u/ Proyek Decentralized Health Services 1810-IND ADB , , Reksus Depkeu U/P : Technological and Professional Skills Dev.Sector Proj INO ADB Reksus ADB No.1770-INO dalam USD (Marine & Coastal Resources Managmnt Proj) , , , , Reksus ADB No.1798-INO Road Rehab. Sector Project dlm Valas USD 0,00 0, Reksus Depkeu U/State Owned Enterprise Gov. Privattn. Prog. Loan ADB No.1866-INO dlm USD Reksus Depkeu Western Java Environmental Management Project Loan IBRD 4612-IND/Credit 3519-IND d/ Valuta USD Reksus Depkeu Second Kecamatan Dev. Proj. Loan IBRD No IND/IDA No.3535-IND/GRANT TF ,00 0, , , , , Reksus ADB No.1863-INO (SF) Decentralizes Basic Education Proj , , Reksus Depkeu Provincial Health Proj II Loan IDA Credit No.3537-IND & IBRD Loan No.4629-IND dlm Valas USD Reksus ADB No.1965-INO Financial Governance & Social Security Reform (FGSSR) dalam Valuta USD Reksus Depkeu u/ Second Urban Poverty Proj Loan IBRD No IND/Credit IDA 3658-IND dalam Valas USD Reksus Depkeu Gas Transmission & Distribution Phase 2 Project (EIB Loan No.F Indon) dalam Valas USD Reksus Depkeu Global Dev. Network Proj (Loan IBRD 4669-IND) dalam Valas USD Reksus Depkeu u/ Pembyn Private Provision of Infrastructure Technical Assistance Project Loan IBRD 4696-IND Reksus Depkeu o/ Poor Farmer Income Improvement Through Innvt Proj (PF13P) Loan ADB 1909-IND d/ Val USD Reksus Depkeu u/ Coral Reef Rehab & Management Proj Phase II (COREMAP II) - ADB No.1962-INO (SF) dlm USD Reksus Depkeu Government Finance Management Revenue Adm. Project Loan No.4762 IND/IDA Credit 4026 Reksus Depkeu Health Workforce & Service Project Loan IBRD IND/IDA Credit 3784-IND dlm valuta USD Reksus ADB No.601-ID East Kalimantan Local Communities Empowerment Programme (EKLCEP) Reksus Advance for Preparation of Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) Letter Agreement No.P4080 Reksus Depkeu Land Management & Policy Dev. Project Loan/ Credit No.4731/3884-IND dalam valas USD Reksus Depkeu Second Eastern Indonesia Transport Project (EIRTP-2) LA No.4744-IND , ,10 0,00 0, , , , , , , , ,40 61, , , , , , , ,94 0,00 0, , , , , , ,42 Daftar Neraca

178 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu u/ State Audit Reform Sector Development Prog Loan No.2126-IND dalam Valas USD Reksus Depkeu u/ Third Kecamatan Development Project-Loan IBRD No.4710-INO/IDA Credit 3806-IND d/ Valas USD Reksus Depkeu U/ The Improvement O/ Land & Irrigation System at Farm Level Project IDB No.IND-0080 Reksus Depkeu u/ Coral Reef Rehab & Management Proj Phase II (Coremep II) IBRD No.4740-IND/IDA No.3910-IND dlm USD Reksus Depkeu u/ Second Decentralized Health Services Project Loan ADB No.2074-INO dalam Valas USD Reksus Depkeu u/ Second Decentralized Health Services Project Loan ADB No.2075-INO dalam Valas USD Reksus Depkeu u/ State Audit Reform Sector Development Prog Loan No.2127-IND d/ Valas USD Reksus Depkeu u/ Support for Poor & Disadvantaged Area Project Loan IBRD No.4788-IND/IDA No.4076-IND d/ USD Reksus Depkeu u/ Indonesia Managing High Educ f/ Relevance & Efficiency Proj IBRD No.4789-IND/IDA No.4077-IND Reksus Depkeu u/ Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project (NUSSP) Loan ADB 2072-INO Reksus Depkeu u/ Third Kecamatan Development Project Phase II Loan IBRD No.4771-IND/IDA CR No.4045-IND Reksus Depkeu u/ Third Urban Poverty Project Loan IBRD No IND/IDA CR 4063-IND Reksus Depkeu u/ Local Government Finance and Governance Reform Sec Dev Program (LGFGRSDP) Loan ADB No.2192-INO Reksus Depkeu u/ Local Government Finance and Governance Reform Sec Dev Program (LGFGRSDP) Loan ADB No.2193-INO Reksus Depkeu u/ Initatives for Local Governance Reform Project (ILGRP) Loan IBRD No.4790-IND/IDA CR no.4078-ind Reksus Depkeu u/ Water Resources and Irrigation Sector Mngmnt PRJ- WISMP Loan IBRD No.4711-IND/IDA GR No.3807-IND Reksus Depkeu u/ Community Water Services & Health Project Loan ADB No.2163-IND Reksus Depkeu u/ Community Water Services & Health Project Loan ADB No.2164-IND (SF) , ,00 0,00 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,54 0,00 0,00 0,00 0,00 62, , , , , , , , Reksus Depkeu u/ Urban Sector Development Loan IBRD 4786-IND , , Reksus Depkeu u/ Participatory Irrigation Sector (PISP), Loan ADB No.2064 (SF)-INO Reksus Depkeu u/ Participatory Irrigation Sector (PISP), Loan ADB No.2065 (SF)-INO Reksus Depkeu u/ Rural Infrastructur Support Proj (RISP) Loan ADB No.2221-INO (SF) Reksus Depkeu u/ Early Childhood Educ & Dev Proj (ECED), Loan IDA Credit No.4205-IND Reksus Depkeu u/ Proyek Infrastruktur Reform Sector Development Program (IRSDP) 2263-INO ADB Reksus Depkeu u/ Second Development Policy Support Program (DPSP 2), Loan ADB 2305-INO ADB , , , , , ,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Proyek : Cirebon-Jakarta Water Supply Swiss Grant , , Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-G001 0,00 0,00 Daftar Neraca

179 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu Jap.Soc.F/Grant for the Sec.Supp.for FEM Head House in Conf A/PRJT/F Agree No. TF D/Val.USD Reksus Depkeu Jap.Soc.Dev F/Grant for the Improve. O.T. Qual of Educ. Serv. T.E. Part Central Java & Yogyakarta Grant TF , ,00 0,00 0, , , Reksus Netherlands Grant for Cofinancing the Second Kecamatan Development Project (Grant No.TF ) dlm Val.Euro Reksus Depkeu u/ Proyek Kerinci Seblat Integrated Conser & Dev TF GEF Grant Reksus Depkeu u/ Netherlands Grant for the Second Schools Improvement Grants Prog (Grant No.TF IND) dlm Val.EUR Reksus Depkeu u/ Proyek Strenghthening Management of External Dev. Financing for Public Inv TF IBRD Reksus Depkeu u/ Pemb. Australian Gov.Grant for Second Water & Sanitation for Low Income Comm Proj (GRANT TF ) Reksus Depkeu u/ Proyek Grant for the Water Resources & Irrigation Reform Implementation Prog (TF Grant) Reksus Depkeu u/ Proyek Japan Social Develop Fund Grant for the Widows & Poverty Project, Grant No.TF Valuta USD Reksus Depkeu u/ Proyek Japan Social Dev. Grant for Squatter Sett. Pillots Assistant Proj.Grant No.TF dalam valuta USD Reksus Depkeu u/ Proyek Japanese Grant for Prep of the Land Mgt & Policy Dev.Prog (Grant No.TF ) dalam valuta USD Reksus Depkeu Western Java Environmental Management Project (Grant No.TF ) dalam valuta USD Reksus Depkeu Grant for Increasing Accs to Statit Data for Lcl.Pol Dec.Making (TF ) dalam valuta USD Reksus Depkeu Jap.Soc.Dev Fund Grant for Educ & Employ Opport for undereducated youth Grant TF IND , ,18 270, ,00 0,00 0, , , , ,46 508, ,12 7, ,46 0,00 0,00 0,00 0,00 1, ,04 435, ,46 22, , Reksus Depkeu u/ Grant for Prog. Enhancing Grant TF ,00 0, Reksus Depkeu DFID Grant for Initiatives for Local Governance Reform Project (Grant No.TF ) dalam USD Reksus Depkeu Japan Social Dev. Fund Grant for the Marginal Fishing Community Dev. Pilot Proj.No.TF dalam USD Reksus Depkeu Grant TF (Japan Grant for the Prepare of a Proposed Recov.Support Conflict Ridden Areas Proj. USD Reksus Depkeu Grant TF (Poverty Reduction Strategy Trust Fund Grant for Capacity Building) dalam USD Reksus Depkeu ASEM Grant for Housing Finance Policy Reform-Grant TF dalam valuta USD Reksus Depkeu IDF Grant for Dev.Procure.Training Providers t/ Facilities, Certicator/Procure.Prof Grant TF USD Reksus Depkeu PHRD Grant for the Prep.of Prop.Gov.Fin.Mng.& Rev Adm.Proj.Grant Agreement No. TF dalam valuta USD Reksus Depkeu Japan Grant for the Prep. Of Farmer Empow. Through Agric.Tech. & Information Proj Grant TF dalam valuta USD Reksus Depkeu Grant TF (Jap Grant for the Implementation of the Second Provicial Health Project) dalam valuta USD 95, ,16 0,00 0,00 0,00 0,00 23, ,76 0,00 0, , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , ,00 Daftar Neraca

180 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu Grant TF (Asem Grant for Designing Effective Community Empowerment Programs) dalam valuta USD Reksus Depkeu u/ IDF Grant for Strengthening of Indonesian Institute of Acc No Grant TF dalam valuta USD Reksus Depkeu u/ Asem Grant for Dev. Capacity in the Cptl Market and non Bank Financial Inst No Grant TF dalam valuta USD Reksus Depkeu u/ Asem Grant For Strenght Fiscal Policy Analisys Capacity in Ministry of Finance Grant TF dalam USD Reksus Depkeu u/ PHRD Grant for the Preparation of Higher Education for Competitivenes (Grant TF ) dalam USD Reksus Depkeu u/ Penampungan Hibah dari Luar Negeri dalam Rangka Bencana Alam Nasional dalam valuta USD Reksus Depkeu u/ Penampungan Hibah dari Luar Negeri dalam Rangka Bencana Alam Nasional dalam valuta JPY Reksus Depkeu u/ Netherlands Grant Support to Basic Education Reform Project Grant TF d/ Val USD Reksus Depkeu ASEM Grant for Rural Investment Climate Survey Grant IBRD No. TF Reksus Depkeu u/ Menampung Hibah dari Luar Negeri dlm Rangka Bencana Alam Nasional dalam Val.EUR Reksus Depkeu JDF for Upper Semarang Land Conservation & Poverty Allevation Proj. Grant IBRD No.TF Reksus Depkeu ASEM Grant For Institusional Strengtening for Dept of Community & Village Dev. Grant IBRD No.TF dlm USD Coral reef rehabilition and management proj. phase II (Coremap II) IBRD no.tf Grant Government financial management & revenue administration project grant IBRD No. TF dalam USD Reksus Depkeu u/ IDF Grant f/ Strengthening National Capacity f/ Public Monitor Local Gov.Reform Grant IBRD No.TF Reksus Depkeu u/earthquake and Tsunami Emergency Support Project Grant Dlm Valuta USD, Grant 0002-INO Reksus Depkeu u/idf Grant F/Devlp.The Cap.O/the Minst.Of Forgn Aff to Supp.Wom.Migrn.Works Grant IBRD TF dlm USD Reksus Depkeu u/community water services and health Aceh/Nias North Sumatera Project, Grant 0003-INO (SF) Reksus Depkeu u/state Audit Reform Sector Development Project Loan ADB No.2127-INO Reksus Depkeu u/initiatives for local governance reform project (ILGRP) IBRD Grant No.TF Reksus Depkeu u/water Resources and Irrigation Sector Mngmnt Project WISMP IBRD Grant No.TF Reksus Depkeu u/support for poor and disadvantaged areas project (SPADA) Grant IBRD No.TF Reksus Depkeu u/ Search and Tsunami Emergency Supp.Prj d/ Hbh.Pem.Belanda Sec.FDCRY.OVSGHT. Supp.Grant Agreement ADB No.0002-INO Reksus Depkeu u/ Strengthening Forensic AU Dit Capacity of State Audt Board (BPK) (IDF Grant) No.TF ) Reksus Depkeu u/ Urban Sector Development Project IBRD No.TF IND Reksus Depkeu u/ European Union Grant F/N USA Tengg.Brt. Wtr. RSRC.Mng.Program Letter Agreement no.tf , , , , , ,00 3, , , ,97 0,00 0, , ,30 0,00 0, , ,32 301,80 301,80 0,00 0, , ,78 0,00 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,24 Daftar Neraca

181 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L001 Reksus Depkeu u/ Preparation of National Roads Improvement Project IBRD Grant No.TF Reksus Depkeu u/ Western Java Enviromental Management Project/Addaptive Program Loan (Apl2) IBRD Grant TF IND Reksus Depkeu u/ Participatory Irrigation Sector Project, Grant GON No.4299-INO Reksus Depkeu u/ Early Childhood Educ & Dev Proj (ECED), IBRD Grant No.TF Reksus Depkeu u/ Seismically Upgraded Housing in Nanggroe Aceh Darussalam and North Sumatera, Grant JFPR 9074-INO , , , ,00 0,00 0, , , , , , , Deutch Grant (Grant 0047-INO) , , Reksus Depkeu u/ Proyek From Best Practice Policy Formulation Project IDF Grant TF IND dalam USD 0,00 0, Reksus Depkeu u/ Strengthening Accountability for And Audit of Disaster Related Aid ,00, IDF Grant No. No.TF , Reksus Depkeu u/ Proy Java Reconstruction Fund (JRF) Grant IBRD TF IND Reksus Depkeu karena penerimaan Pinjaman dari Exim Bank Of Japan untuk Ninth Port Project Reksus Depkeu karena Pinjaman dari Exim Bank Of Japan untuk Power Project XIX Reksus Depkeu karena Penerimaan Pinjaman dari Exim Bank Of Japan Tenth Roads Reksus Depkeu karena Penerimaan Pinjaman dari Exim Bank Of Japan untuk Power XX Reksus Depkeu K/ Pisa dengan Mitsui Leasing & Dev.Ltd. Tgl dalam rangka Proyek Suralaya steam power plant unit 5,6, , , , , , , , , , , , , Reksus Depkeu K/ Pisa d/ Nebula Lease./Tokyo Leasing co.ltd. Tgl d/ rangka Proyek Jakarta & west Java Subst. & Trans 59, , Reksus Depkeu K/ Pisa d/ Nebula Lease.Ltd.Tgl d/ rangka Proyek Trans. Lintas muara Tawar Cibatu (PA) & Pasuruan (PC) PLN , , Reksus Depkeu k/ Pisa Nebula Leasing Co.Ltd. Tgl Proyek Minahasa dan Palu diesel PP/PLN dalam Valuta USD , , Reksus Depkeu k/ Pisa Ryoshin international (HK) Tgl proyek grati CCPP/PLN , , Reksus Depkeu k/ Pisa : Leasing and development tgl Proyek Ombilin SPP/PLN , , Reksus Depkeu k/ Pinjaman Obligasi RI tgl u/ Proyek Pemerintah dlm Val.USD (DLN) , , Reksus Depkeu k/ Penerimaan Pinjaman dari Exim Bank Of Japan , , Reksus Depkeu k/ Pembayaran Hutang Kepada PT. Indosat , , Reksus Depkeu k/ Pembayaran Hutang Kepada PT. Indosat , , Reksus Depkeu d/ Rangka Proyek PLC Minahasa Loan NIB tgl , , Rekenig Giro Pemerintah Lainnya , , Reksus Menteri Keuangan QQ PT Telkom , , Reksus Depkeu d/ Rangka Pinjaman dari Exim Japan Untied AJDF , , Reksus Depkeu u/ proyek Implementation Unit Universitas Sumatera Utara Medan 883, ,82 Daftar Neraca

182 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 21 SALDO REKENING KHUSUS PEMERINTAH PER 30 JUNI 2007 NO. NOMOR REKENING NAMA REKENING NOMINAL VALAS NOMINAL RUPIAH Reksus Depkeu u/ Construction of Junior Secondary School Facilities under The Basic Education Program, Loan AIRPD-L , , Reksus Depkeu d/ Rangka Pinjaman dari Exim Japan Two Step Loan , , Reksus Depkeu u/ Proyek Implementation Unit Universitas Hasanuddin Ujung Pandang Reksus Depkeu u/ Imprest Account Direktorat Jenderal Geologi 641 INO ADB Reksus Depkeu u/ Rkg Giro Pemerintah Sehubungan dengan Reklasifikasi Pembayaran Fas. Rediskonto web PT. Bank Indovest (DL) dlm USD Reksus Depkeu u/ Rekening Giro Pemerintah Sehubungan dengan Pembayaran Fasilitas Rediskonto Web PT.Bunas dalam Valuta USD Reksus Depkeu d/ Penerimaan Pinjaman / Hibah luar Negeri dalam Rangka Reksus Dalam Valuta USD 322, ,14 10, , , , , ,00 0,00 0,00 JUMLAH TOTAL ,65 Daftar Neraca

183 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 22.a RINCIAN REKENING ESCROW DANA MORATORIUM ACEH DAN NIAS PER 30 JUNI 2007 (Dalam Rupiah) No Bank Nama Rekening Nomor Seri Rekening Nilai Deposito 1 Bank Bukopin Cabang Banda Aceh Dana Moratorium QQ Dirjen Perbendaharaan Bank Bukopin Cabang Banda Aceh Deposito Nomor Seri Bank Bukopin KPO MT Haryono Deposito Nomor Seri Bank BRI Cabang Banda Aceh Dana Moratorium QQ Dirjen Perbendaharaan Bank BRI Cabang Banda Aceh Deposito Nomor Seri DB Bank BRI Cabang Jakarta Veteran Deposito Nomor Seri DB Bank BNI Cabang Banda Aceh Dana Moratorium QQ Dirjen Perbendaharaan Bank BNI Cabang Banda Aceh Deposito Nomor Seri AB Bank BNI KCU Menteng Deposito Nomor Seri AB Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh Dana Moratorium QQ Dirjen Perbendaharaan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh Deposito Nomor Seri D Bank Syariah Mandiri Cabang Jakarta Thamrin Deposito Nomor Seri D Bank BPD Aceh Dana Moratorium QQ Dirjen Perbendaharaan Bank BPD Aceh Deposito Nomor Seri Bank Mandiri Cabang Jakarta Juanda Deposito Nomor Seri AA Bank Indonesia Dana MoratoriumUntuk NAD dan NIAS ,00 Jumlah Daftar Neraca

184 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 22.b SALDO REKENING ESCROW SUBSIDI/PSO DAN DANA BAGI HASIL PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (Dalam Rupiah) REKENING ESCROW SALDO AKHIR SALDO AKHIR No. JENIS/BANK NAMA REKENING NO. REKENING REKENING 30-Jun Jun-06 SUBSIDI/PSO 1 BRI KCK Sudirman Cadangan Subsidi Pangan Tahun Anggaran Perum Bulog BRI KCK Sudirman Rekening Cadangan Dana Subsidi Pangan TA Perum Bulog Bank Bukopin KPO MT Haryono Rekening Titipan Subsidi Pangan Perum Bulog Bank Bukopin KPO MT Haryono Rekening Titipan Subsidi Pangan Perum Bulog Bank BNI KCU Kramat Jakarta Cadangan Subsidi Bulog QQ Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Kramat Jakarta Sub Account Cadangan Dana PSO Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Kramat Jakarta Cadangan Subsidi Pupuk QQ Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Jumlah DANA BAGI HASIL 1 Bank BNI KCU Kramat Jakarta Sub Account DBH SDA Kehutanan Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Kramat Jakarta Sub Account DBH SDA Perikanan Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Kramat Jakarta Sub Account DBH SDA Pertambangan Umum Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Kramat Jakarta Sub Account DAK DR Dirjen Perbendaharaan Bank Indonesia Sub BUN Dana DAK DR Tahun 2002 Yang Belum Disalurkan Dirjen Perbendaharaan Jumlah Daftar Neraca

185 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 22.c No. SALDO REKENING - REKENING ESCROW DANA REBOISASI PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) BANK NAMA REKENING NO. REKENING REKENING SALDO AKHIR 31-Des-06 1 PT. BANK MANDIRI KCK JAKARTA PLAZA Menkeu-DJA Cadangan Reboisasi Dirjen Perbendaharaan PT. BNI Cab. Taman Niaga Suwarna Menkeu-DJA Cadangan Sisa Dana Reboisasi Dirjen Perbendaharaan PT. BNI Cab. Jakarta Kramat Menkeu-DJA Cadangan Sisa Dana Jasa Giro Reboisasi Dirjen Perbendaharaan PT. BNI KCU TANGERANG Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan PT. BNI KCU TANGERANG Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Jakarta Kota Cadangan Dana Reboisasi Dirjen Perbendaharaan Bank DKI Cabang Utama Juanda Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank DKI Cabang Utama Juanda Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank BNI KCU Jakarta Kota Cadangan Dana Reboisasi QQ Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank BRI Cabang Jakarta Veteran Cadangan Dana Reboisasi QQ Dirjen Perbendaharaan Dirjen Perbendaharaan Bank Jabar Cabang Utama Jakarta Cadangan Jasa Giro Dana Reboisasi ONX-001 Dirjen Perbendaharaan Jumlah ,10 Daftar Neraca

186 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 23 ASET LAINNYA - ASET TAK BERWUJUD PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA JUMLAH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPRESIDENAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BELANJA LAIN-LAIN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KOMISI YUDISIAL RI JUMLAH Daftar Neraca

187 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 24 ASET LAINNYA - ASET LAIN-LAIN PER 30 JUNI 2007 (dalam rupiah) NO BA URAIAN BA JUMLAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MAHKAMAH AGUNG DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BELANJA LAIN-LAIN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BADAN STANDARISASI NASIONAL LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS JUMLAH Daftar Neraca

188 laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 25 PT. PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) RINGKASAN ASET NEGARA YANG DIKELOLA PPA UNTUK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2006 NO JENIS ASET SATUAN ASET SALDO AKHIR SALDO AKHIR PERIODE SEBELUMNYA PERIODE BERJALAN 31-Des DESEMBER 2006 ITEM NILAI ASET ITEM NILAI ASET ASET (Rp) ASET (Rp) 1 Aset Saham Bank Bank Aset Saham Non Bank Perusahaan Aset Hak Tagih Debitur Aset Properti Unit Surat Berharga Perusahaan Saham dan Kredit Perusahaan JUMLAH KETERANGAN : 1) Pencatatan kembali lembar saham 3 (tiga) bank yang terkait dengan SBH 2) Termasuk penyesuaian nilai aset hak tagih sesuai KMK No. 645/KMK.01/2006 3) Termasuk penyesuaian nilai aset properti sesuai KMK No. 669/KMK.06/2006 4) Penyesuaian nilai aset surat berharga sesuai KMK No. 394/.01/2004 Daftar Neraca

189 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 26 ASET EKS BPPN YANG DIKELOLA TIM KOORDINASI PER 30 JUNI 2007 (Dalam Rupiah) NO JENIS ASET JUMLAH ASET NILAI PENGALIHAN 1. Surat Berharga - Surat Berharga Treasury Surat Berharga Non Treasury Surat Berharga terkait PKPS Penyertaan di Bank Lainnya 8-3. Penyertaan Non Bank Pinjaman yang diberikan - Dikelola BPPN Dikelola BDI Aktiva Non Inti - NCA Properti NCA Non Properti Inventaris Tagihan PKPS Piutang Bank Piutang Non Bank Penempatan Antar Bank dan Nostro Aktiva Lainnya T O T A L Daftar Neraca

190 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 27 PIUTANG NEGARA NON PERBANKAN INSTANSI PEMERINTAH DAN LEMBAGA NEGARA YANG PENAGIHANNYA DIALIHKAN KEPADA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA POSISI PER 30 JUNI 2007 DAN 2006 (dalam rupiah) No. Kementerian Negara/Lembaga 30 JUNI JUNI DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PEMDA DEPARTEMEN ENERGI DAN SDM DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM BAKOSUTARNAL BATAN BPN BPPT* BPS IJJDI DEPKIMPRASWIL BPK LEMIGAS Jumlah *Data berdasarkan LKPP Tahun 2006 Audited Daftar Neraca

191 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 28 BAGIAN LANCAR UTANG LUAR NEGERI (PROYEKSI PEMBAYARAN PINJAMAN LUAR NEGERI BULAN JULI 2007 SAMPAI DENGAN JUNI 2008) (Dalam Juta Rupiah) JENIS PINJAMAN JUL AUG SEP OCT NOV DEC JAN FEB MAR APR MAY JUN TOTAL BILATERAL COMMERCIAL CREDIT EXPORT CREDIT LEASING MULTILATERAL GRAND TOTAL Daftar Neraca

192 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 29 No. Seri Bagian Lancar Utang Jangka Panjang - Surat Berharga Negara Per 30 Juni 2007 Maturity Principle Rate Unamortized Date Outstanding (%) Prem(+)/Disc(-) BookValue (Dalam Rupiah) FIXED RATE BONDS FR /07/ ,25000% VARIABLE RATE BONDS VR /09/ ,83333% VR /01/ ,10000% SURAT UTANG SU005 10/12/ ,10000% SU005 10/06/ ,10000% SU007 01/08/ ,10000% SPN ( ) SPN /05/ ( ) TOTAL ( ) Daftar Neraca

193 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 30 Accrued Interest on Government Bonds Per 30 Juni 2007 (Dalam Rupiah) No. Seri Maturity Date Principle Rate (%) Accrued Interest * FIXED RATE BOND FR /06/ ,00000% FR /07/ ,25000% FR /03/ ,15000% FR /05/ ,55000% FR /05/ ,62500% FR /09/ ,42500% FR /11/ ,57500% FR /02/ ,40000% FR /08/ ,45000% FR /01/ ,15000% FR /07/ ,17500% FR /06/ ,25000% FR /12/ ,27500% FR /12/ ,50000% FR /09/ ,00000% FR /12/ ,00000% FR /10/ ,00000% FR /10/ ,00000% FR /10/ ,00000% FR /06/ ,50000% FR /07/ ,00000% FR /05/ ,75000% FR /11/ ,00000% FR /07/ ,00000% FR /03/ ,50000% FR /06/ ,80000% FR /06/ ,90000% FR /09/ ,50000% FR /09/ ,00000% FR /08/ ,60000% FR /08/ ,75000% FR /09/ ,00000% FR /11/ ,25000% FR /07/ ,25000% FR /07/ ,25000% FR /09/ ,00000% FR /05/ ,75000% ORI001 09/08/ ,05000% ORI002 28/03/ ,28000% Daftar Neraca

194 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 30 Maturity No. Seri Principle Rate (%) Accrued Interest * Date VARIABLE RATE BOND VR /09/ ,83333% VR /01/ ,10000% VR /08/ ,83333% VR /12/ ,83333% VR /07/ ,10000% VR /06/ ,83333% VR /10/ ,10000% VR /12/ ,83333% VR /04/ ,10000% VR /11/ ,83333% VR /03/ ,83333% VR /10/ ,10000% VR /02/ ,83333% VR /09/ ,83333% VR /01/ ,10000% VR /07/ ,10000% VR /08/ ,83333% VR /08/ ,83333% VR /12/ ,83333% VR /07/ ,10000% SU DAN SRBI SU005 10/12/ ,10000% SU005 10/06/ ,10000% SU007 01/08/ ,10000% SU002 01/04/ ,00000% SU004 01/12/ ,00000% SU005 10/12/ ,10000% SU007 01/08/ ,10000% SRBI01 01/08/ ,10000% INTERNATIONAL BOND ** RI /03/ ,75000% RI /04/ ,25000% RI /01/ ,50000% RI /03/ ,87500% RI /10/ ,50000% RI /02/ ,62500% TOTAL * Pembulatan dalam ribuan rupiah ** Kurs Tengah BI pada tanggal pelaporan (30 Juni 2007) adalah Rp. 9019,- Daftar Neraca

195 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 31 No. Seri Utang Jangka Panjang Dalam Negeri - Surat Berharga Negara Per 30 Juni 2007 Maturity Principle Rate Unamortized Date Outstanding (%) Prem(+)/Disc(-) BookValue (Dalam Rupiah) FIXED RATE BONDS ( ) FR /06/ ,00000% FR /03/ ,15000% FR /05/ ,55000% FR /05/ ,62500% FR /09/ ,42500% FR /11/ ,57500% FR /02/ ,40000% FR /08/ ,45000% FR /01/ ,15000% FR /07/ ,17500% FR /06/ ,25000% FR /12/ ,27500% FR /12/ ,50000% ( ) FR /09/ ,00000% ( ) FR /12/ ,00000% ( ) FR /10/ ,00000% ( ) FR /10/ ,00000% ( ) FR /10/ ,00000% ( ) FR /06/ ,50000% ( ) FR /07/ ,00000% ( ) FR /05/ ,75000% ( ) FR /11/ ,00000% ( ) FR /07/ ,00000% ( ) FR /03/ ,50000% ( ) FR /06/ ,80000% FR /06/ ,90000% ( ) FR /09/ ,50000% ( ) FR /09/ ,00000% ( ) FR /08/ ,60000% ( ) FR /08/ ,75000% ( ) FR /09/ ,00000% FR /11/ ,25000% ( ) FR /07/ ,25000% ( ) FR /07/ ,25000% ( ) FR /09/ ,00000% ( ) FR /05/ ,75000% ( ) ORI001 09/08/ ,05000% ORI002 28/03/ ,28000% VARIABLE RATE BONDS VR /08/ ,83333% VR /12/ ,83333% VR /07/ ,10000% VR /06/ ,83333% Daftar Neraca

196 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 31 No. Seri Maturity Principle Rate Unamortized Date Outstanding (%) Prem(+)/Disc(-) BookValue 5 VR /10/ ,10000% VR /12/ ,83333% VR /04/ ,10000% VR /11/ ,83333% VR /03/ ,83333% VR /10/ ,10000% VR /02/ ,83333% VR /09/ ,83333% VR /01/ ,10000% VR /07/ ,10000% VR /08/ ,83333% VR /08/ ,83333% VR /12/ ,83333% VR /07/ ,10000% SURAT UTANG KPD BI SU002 01/04/ ,00000% SU004 01/12/ ,00000% SU005 10/12/ ,10000% SU007 01/08/ ,10000% SRBI01 01/08/ ,10000% TOTAL ( ) Daftar Neraca

197 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 32.a NO SEKTOR PERUSAHAAN NEGARA SUMBER a) STATUS b) AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP JUIMLAH PENYERTAAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN NEGARA (BUMN) AKTIVA, KEWAJIBAN DAN EKUITAS (Dalam Jutaan Rupiah) AKTIVA TIDAK LANCAR AKTIVA LAIN TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PANJANG TOTAL KEWAJIBAN HAK MINORITAS MODAL SAHAM TAMBAHAN LABA MODAL DISETOR BPYDS c) EKUITAS LAIN DITAHAN = = =14 s/d =19*20 PT Garam 5 KS ,00% TOTAL EKUITAS % SAHAM NEGARA KEPEMILIKAN NEGARA 1 ANEKA INDUSTRI PT Industri Gelas (IGLAS) 1 TS ( ) ,82% PT Industri Soda Indonesian (ISI) 6 TS ( ) (83.493) 100,00% (83.493) 2 ANGKUTAN DARAT Perum DAMRI 2 S (52.091) ,00% PT Perusahaan Pengangkutan Djakarta 2 TS ( ) (93.953) 100,00% (93.953) PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2 S ,00% ASURANSI PT Asuransi ABRI (ASABRI) 1 S (78) ,00% PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 1 KS ,00% PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) 1 S ,00% PT Asuransi Jasa Raharja 1 S ,00% PT Asuransi Jiwasraya 1 S ,00% PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) 1 S ,00% PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) 1 SS ,00% PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI) 1 KS ( ) (60.181) 100,00% (60.181) PT Taspen 2 S (3.188) ,00% BAJA & KONSTRUKSI BAJA PT Barata Indonesia 1 KS ( ) ,00% PT Boma Bisma Indra (BBI) 3 TS ( ) (83.618) 100,00% (83.618) PT Krakatau Steel (KS) 2 KS ,00% DOK DAN PERKAPALAN PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 2 KS ( ) ( ) 99,40% ( ) PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) 2 S ,00% PT Industri Kapal Indonesia (IKI) 5 KS (52.069) ,00% PT PAL Indonesia 2 KS (6.947) ,00% ENERGI PT Konversi Energi Abadi (KONEBA) 1 S (589) ,00% PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 1 S ( ) ,26% PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 1 KS ( ) ,00% PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) 1 S ,02% INDUSTRI BERBASIS TEKNOLOGI PT Batan Teknologi 1 S ,00% PT Industri Kereta Api (INKA) 1 KS (69.339) ,00% PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 1 S ,00% PT LEN Industri 1 S ,00% INDUSTRI FARMASI INDUSTRI PERTAHANAN INDUSTRI SANDANG JASA KONSTRUKSI PT Biofarma 1 S ,00% PT Indo Farma, Tbk 1 KS ( ) ,66% PT Kimia Farma, Tbk 1 S ,03% PT Dahana 1 S ,00% PT PINDAD 1 S ( ) ,00% PT Industri Sandang Nusantara (INSAN) 2 KS ( ) ( ) 100,00% ( ) PT Primissima 5 KS ,79% Perum Pembangunan Perumahan Nasional 1 KS ,00% PT Adhi Karya 1 S ,00% PT Brantas Abipraya 2 KS (97.841) (53.033) 100,00% (53.033) PT Hutama Karya (HK) 1 S ,00% PT Istaka Karya 2 KS ( ) ( ) 100,00% ( ) PT Nindya Karya 1 S ,00% PT Pembangunan Perumahan (PP) 1 S ,00% PT Waskita Karya 1 S ,00% PT Wijaya Karya (WIKA) 1 S ,00% JASA LAINNYA Perum Jasa Tirta I 1 S ,00% Perum Jasa Tirta II 1 S ,00% PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 2 S ,00% JASA PEMBIAYAAN Perum Pegadaian 1 S ,00% Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) 1 S ,00% PT Danareksa 1 S ( ) ,00% PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) 1 TS (969) ,00% PT PANN Multi Finance 1 SS ( ) ( ) 93,04% ( ) IkhtisarLaporanKeuanganPerusahaanNegara

198 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 32.a NO SEKTOR PERUSAHAAN NEGARA SUMBER a) STATUS b) AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP JUIMLAH PENYERTAAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN AKTIVA TIDAK LANCAR AKTIVA LAIN TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PANJANG TOTAL KEWAJIBAN HAK MINORITAS MODAL SAHAM TAMBAHAN LABA MODAL DISETOR BPYDS c) EKUITAS LAIN DITAHAN = = =14 s/d =19*20 PT Permodalan Nasional Madani (PNM) 1 S ,00% PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 1 S ,00% TOTAL EKUITAS % SAHAM NEGARA KEPEMILIKAN NEGARA 14 JASA PENILAI PT Sucofindo 1 S ,00% PT Surveyor Indonesia (SI) 2 S (2.857) ,12% KAWASAN INDUSTRI KEBANDARUDARAAN KEHUTANAN PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) 1 S ,74% PT Kawasan Industri Makasar (KIMA) 1 S ,00% PT Kawasan Industri Medan (KIM) 1 S ,00% PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) 1 KS ,00% PT Pengembangan Daerah Industri - Pulau Batam 1 KS ,00% PT Angkasa Pura I (AP I) 1 S ,00% PT Angkasa Pura II (AP II) 1 S ,00% Perum Perhutani 2 S ,00% PT Inhutani I 5 KS ,00% PT Inhutani II 5 KS (7.604) ,00% PT Inhutani III 5 KS ,00% PT Inhutani IV 5 KS (32.624) ,00% PT Inhutani V 5 TS ( ) ,00% KERTAS PT Kertas Leces 2 TS ( ) ( ) 100,00% ( ) PT Bina Karya 5 S ,00% PT Indah Karya 2 S (4.225) ,00% KONSULTAN KONSTRUKSI PT Indra Karya 1 KS (1.258) ,00% PT Virama Karya 5 S ,00% PT Yodya Karya 1 S ,00% LOGISTIK Perum Bulog 5 (blank) ( ) ,00% PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) 1 S ,00% PT Pos Indonesia (POSINDO) 1 KS (31.833) ,00% PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) 2 KS (22.349) (8.200) 100,00% (8.200) 21 PARIWISATA PT Bali Tourism & Development Corporation 1 S ,00% PT Hotel Indonesia Natour (HIN) 2 KS (60.453) ,00% PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 1 S (1.230) ,00% PELABUHAN PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I) 1 S ,00% PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II) 1 S ,00% PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III) 2 S ,00% PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV) 1 S ,00% PELAYARAN PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5 S ,00% PT Djakarta Lloyd 5 S ( ) ,00% PT Pelayaran Bahtera Adhiguna 2 S ,00% PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) 5 KS ( ) ,00% PENGERUKAN PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) 2 KS ( ) ,00% PENUNJANG KONSTRUKSI PT Amarta Karya 2 KS (8.094) ,00% PT Jasa Marga 1 S (386) ,00% PERBANKAN PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 1 S ,00% PT Bank Mandiri, Tbk 1 S ,11% PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 1 S ,12% PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 1 S ,97% PT Bank Tabungan Negara (BTN) 1 S ( ) ,00% PERCETAKAN & PENERBITAN Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI) 5 S ,00% Perum Percetakan Uang RI (PERURI) 2 S ,00% PT Balai Pustaka (BP) 2 TS (42.816) (32.816) 100,00% (32.816) PT Pradnya Paramita 2 KS (768) ,00% PERDAGANGAN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) 2 TS ( ) ( ) 100,00% ( ) PT PP Berdikari 2 KS ,00% PT Sarinah 2 S ,00% PERIKANAN Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) 2 S ,00% PT Perikanan Nusantara 5 (blank) ( ) (6.201) 100,00% (6.201) PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 2 KS ( ) ,00% IkhtisarLaporanKeuanganPerusahaanNegara

199 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 32.a NO SEKTOR PERUSAHAAN NEGARA SUMBER a) STATUS b) AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP JUIMLAH PENYERTAAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN AKTIVA TIDAK LANCAR AKTIVA LAIN TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PANJANG TOTAL KEWAJIBAN HAK MINORITAS MODAL SAHAM TAMBAHAN LABA MODAL DISETOR BPYDS c) EKUITAS LAIN DITAHAN = = =14 s/d =19*20 PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) 1 KS ( ) ,00% TOTAL EKUITAS % SAHAM NEGARA KEPEMILIKAN NEGARA PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) 2 S ,00% PERKEBUNAN PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) 2 S ,00% PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) 2 S ,00% PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) 1 S ,00% PT Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) 5 KS (18.419) (18.419) 100,00% (18.419) PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 2 S ,00% PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM) 1 S ,00% PERTAMBANGAN PT Pertamina 5 S ( ) ,00% PT Sarana Karya 2 TS (14.133) (1.701) 100,00% (1.701) PT Timah, Tbk 1 S ,00% PERTANIAN PT Pertani 2 KS (23.841) ,00% PT Sang Hyang Seri (SHS) 2 S ,00% PUPUK PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 1 S ,00% SEMEN PT Semen Baturaja 1 S ,00% PT Semen Gresik, Tbk 1 S ,01% TELEKOMUNIKASI Perum Produksi Film Negara (PFN) 5 KS (26.612) ,00% PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) 1 S ( ) ,19% USAHA PENERBANGAN PT Garuda Indonesia (GIA) 2 KS ( ) ,00% PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) 2 KS ( ) ( ) 93,20% ( ) 37 PT Dirgantara Indonesia* ( ) - ( ) 92,90% (98.307) PT Sarana Multigriya Finansial* ,00% PT Survey Udara Penas** PT Kertas Kraft Aceh** Grand Total Keterangan: a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan b) SS = Sangat Sehat; S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat c) BPYBDS = Bagian Pemerintah yang Belum Ditentukan Statusnya * Masih dibawah pembinaan Departemen Keuangan ** Tidak Mengirimkan Laporan Keuangan IkhtisarLaporanKeuanganPerusahaanNegara

200 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat semester I Tahuun 2007 DAFTAR 32.b NO SEKTOR PERUSAHAAN NEGARA SUMBER a) STATUS b) PENDAPATAN USAHA IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN NEGARA BUMN PENDAPATAN, BEBAN, DAN LABA (RUGI) BERSIH (Dalam Jutaan Rupiah) HPP BEBAN HPP+ BEBAN USAHA = (6-7) = (8+9-10) 12 13=(11-12) 14 15=(13-14) 16 17=(15+16) 18 19=(17-18) PT Garam 5 KS ANEKA INDUSTRI PT Industri Gelas (IGLAS) 1 TS (50.022) (53.805) (62.251) (3.795) (44.666) (35.527) 0 (49.317) PT Industri Soda Indonesian (ISI) 6 TS (5.823) 0 5 (5.828) (20.675) 0 (20.675) 0 (20.675) 0 (20.675) Perum DAMRI 2 S (13.831) (8.298) 0 (8.298) 0 (8.298) 0 (8.298) 0 (8.298) 2 ANGKUTAN DARAT PT Perusahaan Pengangkutan Djakarta 2 TS (23.493) (56.211) (70.141) (74.899) (12.177) 0 (12.177) PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2 S ( ) PT Asuransi ABRI (ASABRI) 1 S PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 1 KS (1.120) PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) 1 S PT Asuransi Jasa Raharja 1 S ASURANSI PT Asuransi Jiwasraya 1 S PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) 1 S PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) 1 SS PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI) 1 KS PT Taspen 2 S PT Barata Indonesia 1 KS BAJA & KONSTRUKSI BAJA PT Boma Bisma Indra (BBI) 3 TS (7.378) (6.526) (8.854) 0 (8.854) 0 (8.854) 0 (8.854) PT Krakatau Steel (KS) 2 KS ( ) (43.011) 0 (43.011) (93.084) 0 (93.084) (97.746) PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 2 KS (10.275) (39.345) 0 (39.345) 0 (39.345) 0 (39.345) 0 (39.345) 5 DOK DAN PERKAPALAN PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) 2 S PT Industri Kapal Indonesia (IKI) 5 KS (708) (5.335) 0 (5.335) 0 (5.335) 0 (5.335) PT PAL Indonesia 2 KS (57.032) PT Konversi Energi Abadi (KONEBA) 1 S ENERGI PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 1 S PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 1 KS ( ) ( ) ( ) PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) 1 S INDUSTRI BERBASIS TEKNOLOGI PT Batan Teknologi 1 S PT Industri Kereta Api (INKA) 1 KS (943) PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 1 S INDUSTRI FARMASI PT LEN Industri 1 S PT Biofarma 1 S PT Indo Farma, Tbk 1 KS PT Kimia Farma, Tbk 1 S INDUSTRI PERTAHANAN INDUSTRI SANDANG PT Dahana PT Industri Sandang Nusantara (INSAN) 1 2 S KS (28.999) (39.805) (39.805) (5.577) (34.228) (34.228) (34.228) PT PINDAD PT Primissima 1 5 S KS (1.109) (516) (1.713) (1.713) (1.713) (1.713) Perum Pembangunan Perumahan Nasional 2 KS (25.062) PT Adhi Karya 1 S PT Brantas Abipraya 2 KS PT Hutama Karya (HK) 1 S JASA KONSTRUKSI PT Istaka Karya 2 KS ( ) ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) PT Nindya Karya 1 S PT Pembangunan Perumahan (PP) 1 S PT Waskita Karya 1 S PT Wijaya Karya (WIKA) 1 S Perum Jasa Tirta I 1 S JASA LAINNYA Perum Jasa Tirta II 1 S PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 2 S Perum Pegadaian 1 S (429) Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) 1 S JASA PEMBIAYAAN PT Danareksa 1 S PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) 1 TS PT PANN Multi Finance 1 SS (710) PT Permodalan Nasional Madani (PNM) 1 S PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 1 S JASA PENILAI PT Sucofindo 1 S PT Surveyor Indonesia (SI) 2 S PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) 1 S PT Kawasan Industri Makasar (KIMA) 1 S KAWASAN INDUSTRI PT Kawasan Industri Medan (KIM) 1 S PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) 1 KS PT Pengembangan Daerah Industri - Pulau Batam 1 KS KEBANDARUDARAAN PT Angkasa Pura I (AP I) 1 S PT Angkasa Pura II (AP II) 1 S (1.409) Perum Perhutani 2 S PT Inhutani I 5 KS (17.234) (5.761) 0 (5.761) 0 (5.761) (3.930) (9.690) 0 (9.690) 17 KEHUTANAN PT Inhutani II 5 KS (2.751) (434) 0 (434) 0 (434) 0 (434) 0 (434) PT Inhutani III 5 KS (2.825) (126) PT Inhutani IV 5 KS (3.841) (2.955) 0 (2.955) (205) (2.750) 0 (2.750) 0 (2.750) PT Inhutani V 5 TS (6.909) (3.304) 0 (3.304) (11.432) 0 (11.432) 0 (11.432) 18 KERTAS PT Kertas Leces 2 TS (98.210) (96.676) ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) LABA USAHA PENDAPATAN LAIN - LAIN BEBAN LAIN - LAIN EBIT BEBAN BUNGA LABA SEBELUM PAJAK PAJAK LABA (RUGI) SEBELUM POS LUAR BIASA PKLB c) LABA (RUGI) SEBELUM HAK MINORITAS HAK MINORITAS LABA (RUGI) BERSIH Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara

201 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat semester I Tahuun 2007 DAFTAR 32.b NO SEKTOR PERUSAHAAN NEGARA SUMBER a) STATUS b) PENDAPATAN USAHA HPP BEBAN HPP+ BEBAN USAHA = (6-7) = (8+9-10) 12 13=(11-12) 14 15=(13-14) 16 17=(15+16) 18 19=(17-18) PT Bina Karya 5 S PT Indah Karya 2 S (1.127) (1.124) 0 (1.124) 0 (1.124) (799) (1.923) 0 (1.923) 19 KONSULTAN KONSTRUKSI PT Indra Karya 1 KS (281) (2.301) 0 (2.301) (104) (2.301) (0) (2.302) 0 (2.197) PT Virama Karya 5 S PT Yodya Karya 1 S Perum Bulog 5 (blank) LOGISTIK PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) 1 S PT Pos Indonesia (POSINDO) 1 KS (1.051) PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) 2 KS (29) 0 (29) (306) PT Bali Tourism & Development Corporation 1 S (778) PARIWISATA PT Hotel Indonesia Natour (HIN) 2 KS (9.574) (30.598) 0 (30.598) 0 (30.598) 0 (30.598) 0 (30.598) PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 1 S (4.408) (4.438) 0 (4.438) 0 (4.438) 0 (4.438) 0 (4.438) PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I) 1 S PELABUHAN PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II) 1 S PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III) 2 S (9.597) PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV) 1 S PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5 S PELAYARAN PT Djakarta Lloyd 5 S PT Pelayaran Bahtera Adhiguna 2 S (1.441) PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) 5 KS ( ) ( ) 0 ( ) ( ) 0 ( ) 0 ( ) 24 PENGERUKAN PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) 2 KS (29.968) (48.741) 0 (48.741) (53.790) 0 (53.790) 0 (53.790) 25 PENUNJANG KONSTRUKSI PT Amarta Karya 2 KS (8.823) (11.335) 0 (11.335) (3.399) (7.936) 0 (7.936) 0 (7.936) PT Jasa Marga 1 S PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 1 S PT Bank Mandiri, Tbk 1 S PERBANKAN PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 1 S PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 1 S PT Bank Tabungan Negara (BTN) 1 S Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI) 5 S (5.863) PERCETAKAN & PENERBITAN Perum Percetakan Uang RI (PERURI) 2 S PT Balai Pustaka (BP) 2 TS (16.033) (35.060) 0 (35.060) 360 (35.421) 0 (35.421) 0 (35.421) PT Pradnya Paramita 2 KS (298) PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) 2 TS PERDAGANGAN PT PP Berdikari 2 KS (1.209) (4.229) (6.212) 0 (6.212) 0 (6.212) PT Sarinah 2 S PERIKANAN Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) 2 S PT Perikanan Nusantara 5 (blank) (15.947) (14.611) (17.036) 0 (17.036) 0 (17.036) 0 (17.036) PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 2 KS (51.289) (54.597) 0 (54.597) 0 (54.597) 0 (54.597) 0 (54.597) PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) 1 KS (4.162) (58.337) (63.784) 0 (63.784) 0 (63.784) PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) 1 S PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) 1 S PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) 1 S PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) 1 S PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) 2 S PERKEBUNAN PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) 1 S PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) 1 S PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) 1 S (110) PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) 2 S PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) 2 S PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) 1 S (21.132) PT Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) 5 KS (4.188) (7.158) (11.565) 0 (11.565) 0 (11.565) 0 (11.565) PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 2 S PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM) 1 S PERTAMBANGAN PT Pertamina 5 S PT Sarana Karya 2 TS PT Timah, Tbk 1 S PERTANIAN PT Pertani 2 KS PT Sang Hyang Seri (SHS) 2 S PUPUK PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 1 S SEMEN TELEKOMUNIKASI USAHA PENERBANGAN PT Survey Udara Penas** PT Kertas Kraft Aceh** PT Semen Baturaja Perum Produksi Film Negara (PFN) PT Garuda Indonesia (GIA) PT Dirgantara Indonesia* S KS KS (6.906) ( ) (2.840) ( ) (2.840) ( ) (2.840) ( ) (2.840) ( ) (2.840) ( ) PT Semen Gresik, Tbk PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) PT Sarana Multigriya Finansial* S S KS ( ) ( ) ( ) (1.386) ( ) ( ) ( ) JUMLAH TOTAL LABA USAHA PENDAPATAN LAIN - LAIN BEBAN LAIN - LAIN EBIT BEBAN BUNGA LABA SEBELUM PAJAK PAJAK LABA (RUGI) SEBELUM POS LUAR BIASA PKLB c) LABA (RUGI) SEBELUM HAK MINORITAS HAK MINORITAS LABA (RUGI) BERSIH Keterangan: a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan b) SS = Sangat Sehat; S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat c) Pos Kejadian Luar Biasa * Masih dibawah pembinaan Departemen Keuangan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2005 Berdasarkan Surat dari Menteri Keuangan Nomor:S-411/MK.06/2006 tanggal 25 September 2006 dan Surat Menteri Negara BUMN Nomor :S-559/MBU/2006 tanggal 29 Nopember 2007 dinyatakan bahwa Pengelolaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) kembali berada dibawah Menteri Negara BUMN sebagai pemegang 92.9% Saham PT Dirgantara Indonesia (Persero) Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara

202 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 32.c IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN NEGARA (NON BUMN-MINORITAS) A. AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS (Dalam Jutaan Rupiah ) No. Perusahaan Sumber (a) Status b) Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Aktiva Lainnya* Total Aktiva Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Total Kewajiban Modal Saham Tambahan Modal Disetor BPYBDS* Ekuitas Lainnya Laba Ditahan Total Ekuitas (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) =(5)+(6)+(7) (9) (10) (11) =(9)+(10) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) 1 PT Atmindo 1 S ,60% PT Semen Kupang (30.955) ,50% PT Indonesia Asahan Alimunium (INALUM) 4 S ( ) ,12% PT Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) 1 S ,00% PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) ,00% PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) 1 S ,00% PT Kertas Padalarang 1 KS (43.489) ,77% PT Bank Bukopin 2 S ,47% PT Rekayasa Industri (REKIND) 1 S ,97% PT Freeport Indonesia 2 S ,36% PT Bahana PUI (BPUI) 1 S ( ) ( ) 17,78% PT Dirgantara Indonesia (PTDI) *) PT Indosat, Tbk ,50% PT Kertas Basuki Rahmat ( ) ,00% PT Kertas Blabak ( ) ,84% PT Asean Bintulu Fertilizer (ABF) PT Asean Copper Product PT JIHD ,33% PT Intirub (47.801) - (6.090) 9,90% PT Socfindo 1 S ,00% PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) (23.787) ,00% % Saham Negara Kepemilikan Negara TOTAL (23.787) ( ) Keterangan: ( a ) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ; 7) Audited Th 2005 ( b ) SS = Sangat Sehat; S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat ( c ) BPYBDS = Bagian Pemerintah yang Belum Ditentukan Statusnya *). Berdasarkan Surat dari Menteri Keuangan Nomor:S-411/MK.06/2006 tanggal 25 September 2006 dan Surat Menteri Negara BUMN Nomor :S-559/MBU/2006 tanggal 29 Nopember 2007 dinyatakan bahwa Pengelolaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) kembali berada dibawah Menteri Negara BUMN Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara

203 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 32.d IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN NEGARA (NON BUMN-MINORITAS) B. PENDAPATAN, BEBAN, DAN LABA (RUGI) BERSIH (Dalam Jutaan Rupiah ) Status Pendapatan Pendapatan Laba Rugi PKLB Laba (Rugi) Pajak Laba (Rugi) No. Perusahaan Sumber (a) Pendapatan Usaha Beban Usaha Beban Lain-lain b) Kotor Lain-lain Sebelum PKLB c) Sebelum Pajak Penghasilan bersih (1) (3) (4) (5) (6) (7)=(5)-(6) (8) (9) (10)=(7)+(8)-(9) (11) (12)=(10)-(11) (13) (14)=(12)-(13) 1 PT Atmindo 1 S (2.574) (1.043) (295) 2 PT Semen Kupang (4.973) (4.037) - (4.037) (4.037) 3 PT Indonesia Asahan Alimunium (INALUM) 4 S PT Bank Bukopin 2 S PT Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) 1 S PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) 1 S PT Kertas Padalarang 1 KS (5.172) (5.252) - (5.252) 863 (6.115) 9 PT Rekayasa Industri (REKIND) 1 S PT Freeport Indonesia 2 S PT Bahana PUI (BPUI) 1 S PT Dirgantara Indonesia (PTDI) *) PT Indosat, Tbk PT Kertas Basuki Rahmat (26.976) (29.105) ( ) - ( ) 15 PT Kertas Blabak 7 - (10.188) (16.142) (15.866) - (15.866) (15.866) 16 PT Asean Bintulu Fertilizer (ABF) PT Asean Copper Product PT JIHD (68.906) ( ) ( ) ( ) 19 PT Intirub (7.789) 600 (4.650) (13.039) - (13.039) (846) (12.194) 20 PT Socfindo 1 S PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) TOTAL SELURUH BIDANG INDUSTRI Keterangan: ( a ) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ; 7) Audited Th 2005 ( b ) SS = Sangat Sehat; S = Sehat; KS = Kurang Sehat; TS = Tidak Sehat ( c ) PKLB = Pos Kejadian Luar Biasa *). Berdasarkan Surat dari Menteri Keuangan Nomor:S-411/MK.06/2006 tanggal 25 September 2006 dan Surat Menteri Negara BUMN Nomor :S- 559/MBU/2006 tanggal 29 Nopember 2007 dinyatakan bahwa Pengelolaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) kembali berada dibawah Menteri Negara BUMN sebagai pemegang 92.9% Saham PT Dirgantara Indonesia (Persero) Ikhisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara

204 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 33.a. IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN HUKUM MILIK NEGARA AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) No. BADAN HUKUM MILIK NEGARA Sumber a) Aktiva Lancar Aktiva Lancar Lainnya Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Total Aktiva Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang PMP* Lain-lain Total = = Universitas Indonesia Universitas Gadjah Mada Institut Teknologi Bandung Institut Pertanian Bogor Universitas Sumatra Utara Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Airlangga Badan Pengelola Minyak dan Gas Total Kewajiban Ekuitas Dana Lancar Tidak Terikat Ekuitas Dana Lancar Terikat Temporer Ekuitas Dana Lancar Terikat Permanen Total Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Tidak Lancar Total Ekuitas TOTAL Keterangan: 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggaran BHMN ; 7). Laporan Keuangan tahun 2005 (Audited) * Penyertaan Modal Pemerintah Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya

205 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 33.b IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN HUKUM MILIK NEGARA PENDAPATAN, BEBAN, DAN SURPLUS/DEFISIT BERSIH PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) No. BADAN HUKUM MILIK NEGARA Sumber a) Pendapatan Operasional Beban Operasional Surplus(Defisit) dari Operasional Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional Surplus(Defisit) Sebelum PKLB Selisih Kurs PKLB b) Surplus(Defisit) Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Surplus(Defisit) bersih (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)-(5) (7) (8) (9)=(6)+(7)-(8) (10) (11) (12)=(9)-(10)-(11) (12) (13)=(11)-(12) 1 Universitas Indonesia Universitas Gadjah Mada Institut Teknologi Bandung Institut Pertanian Bogor Universitas Sumatra Utara Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Airlangga Badan Pengelola Kegiatan Hulu Migas TOTAL Keterangan: 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggan BHMN ; 7). Laporan Keuangan tahun 2005 (Audited) PKLB = Pos Kejadian Luar Biasa Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya

206 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 33.c IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) No. Badan Lainnya Sumber a) Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Total Aktiva Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Total Kewajiban Modal Surplus/ (Defisit) Tahun Lalu Surplus/ (Defisit) Tahun Berjalan Total Ekuitas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) =(4)+(5)+(6) (8) (9) (10) =(8)+(9) (11) (12) (13) (14) 1 Lembaga Penjamin Simpanan Bapertarum Badan Pengelola Gelora Bung Karno (30.606) Badan Pengelola Komplek Kemayoran (21.100) Badan Pengelola Otorita Batam Badan Pengelola Otorita Asahan Badan Pengelola Dana Abadi Umat* Badan Amil Zakat Nasional BP3 Taman Mini Indonesia Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabhakti Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Badan Pengusahaan Kawasan Sabang Lembaga Penyiaran Publik RRI Lembaga Penyiaran Publik TVRI ( ) (56.012) (37.487) TOTAL (7.433) Keterangan: a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa. * Per 31 Maret 2006 Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya

207 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 33.d IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA PENDAPATAN, BEBAN, DAN SURPLUS/DEFISIT BERSIH PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) No. Badan Lainnya Sumber a) Pendapatan Aktivitas Operasional Beban Aktivitas Operasional Surplus (Defisit) Aktivitas Operasional Pendapatan Aktivitas Non Operasional Beban Aktivitas Non Operasional Surplus (Defisit) Sebelum PKLB PKLB b) Surplus (Defisit) Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Surplus (Defisit) Bersih (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)-(5) (7) (8) (9)=(6)+(7)-(8) (10) (11)=(9)-(10) (12) (13)=(11)-(12) 1 Lembaga Penjamin Simpanan Bapertarum Badan Pengelola Gelora Bung Karno Badan Pengelola Komplek Kemayoran (33.564) (21.100) (21.100) - (21.100) 5 Badan Pengelola Otorita Batam Badan Pengelola Otorita Asahan Badan Pengelola Dana Abadi Umat* Badan Amil Zakat Nasional (52) - - (52) (52) - (52) 9 BP3 Taman Mini Indonesia Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabhakti Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Badan Pengusahaan Kawasan Sabang Lembaga Penyiaran Publik RRI Lembaga Penyiaran Publik TVRI TOTAL a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: b) PKLB = Pos Kejadian Luar Biasa * Per 31 Maret 2006 Ikhtisar Laporan Keuangan BHMN dan Badan Lainnya

208 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 34.a No. BADAN LAYANAN UMUM Sumber a) Status b) Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Tidak Berwujud Aktiva Lain-lain Total Aktiva Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Total Kewajiban Aktiva Bersih Tdk Terikat Aktiva Bersih Terikat Temporer Aktiva Bersih Terikat Permanen (1) (2) (3) (4) (5) (6) 6 (7) (8) (9) =(5)+(6)+(7)+(8) (9) (10) (11) =(9)+(10) (12) (13) (14) (15)=(12)+(13)+(14) 1 BIDANG RUMAH SAKIT IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM AKTIVA DAN KEWAJIBAN PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) 1 Rumah Sakit Persahabatan Jakarta RSUP Fatmawati Jakarta RS Dr. Cipto Mangunkusumo RSUP Sanglah Denpasar RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang RS DR. M. Djamil Padang RSU DR. sardjito Yogyakarta RS Kanker Dharmais Jakarta RS Dokter Kariadi Semarang RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita RS Anak dan Bunda Harapan Kita RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung Ekuitas SUB TOTAL (1) BIDANG PEMBIAYAAN 1 Lembaga Pengelola Dana Bergulir Badan Investasi Pemerintah LLP-KUKM SUB TOTAL (2) BIDANG TELEKOMUNIKASI 1 Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan SUB TOTAL (3) 4 BIDANG PENUNJANG KONSTRUKSI 1 Badan Pengatur Jalan Tol SUB TOTAL (4) LAIN-LAIN 1 PP IPTEK Keterangan: TOTAL SELURUH BIDANG INDUSTRI SUB TOTAL (5) a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggan BHMN ; 7). Laporan Keuangan tahun 2005 (Audited) b) S=Sehat; KS=Kurang Sehat; TS=Tidak Sehat Instansi yang telah berstatus PK BLU dan telah beroperasi pada tahun 2006 terdiri dari 13 Rumah Sakit Pemerintah (eks Perjan) yang ditetapkan secara langsung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun satker PK BLU yang ditetapkan pada tahun 2006 dengan KMK belum beroperasi. Ikhtisar Laporan Keuangan BLU

209 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 34.b No. Operasional Non Operasional APBN Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) =(5)+(6)+(7)+(8) (10) (11) (12) (13) (14)=(11)+(12)-(13) (15) (16)=(14)-(15) BIDANG RUMAH SAKIT 1 Rumah Sakit Persahabatan Jakarta RSUP Fatmawati Jakarta RS Dr. Cipto Mangunkusumo RSUP Sanglah Denpasar RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar (837) - (837) 6 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang RS DR. M. Djamil Padang RSU DR. Sardjito Yogyakarta RS Kanker Dharmais Jakarta RS Dokter Kariadi Semarang RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita RS Anak dan Bunda Harapan Kita RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung BIDANG PEMBIAYAAN Lembaga Pengelola Dana Bergulir Badan Investasi Pemerintah LLP-KUKM BIDANG TELEKOMUNIKASI IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM PENDAPATAN, BEBAN, DAN SURPLUS/DEFISIT BERSIH PER 30 JUNI 2007 (Dalam Jutaan Rupiah ) Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan BIDANG PENUNJANG KONSTRUKSI SUB TOTAL (3) 1 Badan Pengatur Jalan Tol (4.520) LAIN-LAIN BADAN LAYANAN UMUM SUB TOTAL (1) SUB TOTAL (2) SUB TOTAL (4) Sumber a) Status b) Pendapatan dan Sumbangan Tidak Terikat (4.520) PP IPTEK SUB TOTAL (5) TOTAL SELURUH BIDANG INDUSTRI Pendapatan Usaha Beban Usaha Pendapatan Kotor Keterangan: a) 1) Telah diaudit (audited ); 2) Lap. Tahunan belum diaudit (unaudited ); 3) Lap. Semester; 4) Lap. Triwulan ; 5) Prognosa: 6) RKAP = Rencana Kerja dan Anggan BHMN ; 7). LK tahun 2005 (Audited) b) S=Sehat; KS=Kurang Sehat; TS=Tidak Sehat * Instansi yang telah berstatus PK BLU dan telah beroperasi pada tahun 2006 terdiri dari 13 Rumah Sakit Pemerintah (eks Perjan) yang ditetapkan secara langsung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun satker PK BLU yang ditetapkan pada tahun 2006 dengan KMK belum beroperasi. Pendapatan lainlain Beban lain-lain Surplus (Defisit) Pajak Penghasilan Surplus (Defisit) Bersih Ikhtisar Laporan Keuangan BLU

210 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 DAFTAR 35 DATA ASET EKS ASING/CINA PER 30 JUNI 2007 No. Provinsi Jumlah Jenis Penyelesaian Sertifikat Kompensasi Ditukar Hibah Dikembalikan Jumlah yang Jumlah yang belum selesai telah selesai = Jmlh 4 s.d =3-9 1 Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bandar Lampung Bengkulu Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Jayapura JUMLAH Daftar Neraca

211 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 LAPORAN PENERTIBAN REKENING PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA I. Latar Belakang 1. Pertanggungjawaban APBN sebelum Paket UU Keuangan Negara Sebelum Paket Undang-Undang Keuangan Negara diundangkan, Pemerintah Republik Indonesia dalam Pertanggungjawaban APBN hanya meliputi Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang menyajikan penerimaan negara dan belanja negara. Posisi keuangan pemerintah yang terdiri dari Aset, Utang dan Ekuitas tidak pernah dipertanggungjawabkan sehingga tidak menyediakan wadah bagi pelaporan posisi kas termasuk daftar rekening. Akibatnya, BPK selalu mempermasalahkan tidak transparannya rekening-rekening yang dimiliki oleh pemerintah. 2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 Sesuai dengan pasal 30 UU Nomor 17 Tahun 2003, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya pasal 31 menyebutkan bahwa laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan. II. Kondisi 1. Instruksi Presiden tentang Penertiban Rekening Departemen/LPND. Sejak awal reformasi, Pemerintah melakukan inisiatif dalam upaya penertiban rekening-rekening nonbudgeter dengan menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 tahun 1999 yang mengharuskan semua departemen/lembaga pemerintah non departemen untuk melaporkan seluruh rekeningnya dan memindahkannya ke rekening Menteri Keuangan selambat-lambatnya 31 Agustus Pada tahun 2000 diterbitkan Inpres No.4 Tahun 2000 tentang Penertiban Rekening Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang merupakan penegasan dari Inpres No 9 Tahun Namun pelaksanaan kedua Inpres tersebut tidak jelas sejauh mana efektifitasnya. 2. Penyajian Rekening Pemerintah pada LKPP Pemerintah telah berhasil menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sejak tahun Dalam LKPP tersebut telah diungkapkan saldo kas pemerintah, termasuk kas di Bendahara Umum Negara (BUN) tahun 2004 sebesar Rp , tahun 2005 sebesar Rp dan tahun 2006 sebesar Rp Rekening Pemerintah Berdasarkan Temuan BPK Berdasarkan pemeriksaan BPK tahun 2004 s.d. 2006, ditemukan sebanyak rekening pemerintah di seluruh Kementerian Negara/Lembaga dengan jumlah Rp32.35 triliun yang tidak dilaporkan pada LKPP maupun Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Rincian rekening temuan pemeriksaan BPK menurut tahun anggaran dapat dilihat pada Tabel 13. A. K/L Tabel 13 Rekapitulasi Rekening Temuan BPK pada Kementerian Negara/Lembaga dan BUN Tahun Giro Rupiah Dep. Rupiah Total Rek Total Rupiah TOTAL K/L B. BUN TOTAL A+B Keterangan: Temuan tahun 2004 belum memisahkan antara giro dan deposito. Rekapitulasi rekening temuan BPK per Kementerian Negara/Lembaga dapat dilihat pada Lampiran A. Daftar Neraca

212 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 III. Kriteria 1. Sesuai Pasal 22 Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah. 2. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah. 3. Selain poin 2 di atas, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara /Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. PMK ini mengatur kewajiban Kementerian Negara/Lembaga/kantor/satuan kerja untuk : Meminta persetujuan Menkeu dalam membuka rekening baru melaporkan kepada Menkeu rekening-rekening yang sudah ada sebelum berlakunya PMK ini untuk diteliti dan diberikan ijin. 4. Bersamaan dengan poin 3 di atas, Pemerintah juga telah menerbitkan PMK No. 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga PMK yang mengatur tentang penertiban rekening di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja yang telah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, terdiri dari : Rekening temuan BPK Rekening temuan Departemen Keuangan Rekening non-temuan BPK dan Departemen Keuangan 5. Sebagai petunjuk pelaksanaan atas kedua PMK tersebut, telah diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 35/PB/2007 tentang Tindak Lanjut Atas Penertiban Rekening Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. 6. Setelah dilakukan penelitian terhadap seluruh rekening temuan BPK pada Tabel 13 di atas, ditemukan adanya duplikasi temuan dan penambahan/pengurangan. Rekapitulasi Rekening Pemerintah setelah penelitian disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Rekapitulasi Rekening Temuan BPK Setelah Penyesuaian Temuan Duplikasi dan Penambahan/Pengurangan Tahun Giro Rupiah Dep. Rupiah Total Rek Total Rupiah A. K/L TOTAL KL B. BUN TOTAL Keterangan: - Temuan rekening duplikatif (116 rekening) - Dilaporkan temuan 1 rekening Kas Besi di Deplu yang ternyata terdiri dari 119 rekening dengan total saldo rupiah yang sama 118 rekening Selisih 2 rekening Rekapitulasi rekening temuan BPK per Kementerian Negara/Lembaga setelah penyesuaian temuan duplikasi dan penambahan/pengurangan dapat dilihat pada Lampiran B. IV. Langkah dan Hasil Penertiban Rekening Pemerintah 1. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58 Tahun 2007 dan Perdirjen 35/PB/2007, telah dilakukan upaya-upaya penertiban rekening pemerintah dengan melakukan inventarisasi terhadap Pemerintah. 2. Pendataan/inventarisasi yang dilakukan oleh Tim Penertiban dirancang sehingga mencakup seluruh rekening yang ada pada Kementerian Negara/Lembaga baik yang sudah dilaporkan maupun yang Daftar Neraca

213 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 belum dilaporkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang disajikan pada Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran serta Rekening Lainnya yang dikuasai oleh setiap Kementerian Negara/Lembaga. Dengan demikian, inventarisasi yang dilakukan dalam rangka penertiban ini mencakup rekening yang sudah atau yang belum dilaporkan dalam LKPP dan LKKL selama ini, dan yang dilaporkan sebagai temuan audit BPK maupun yang non-temuan BPK. 3. Hasil inventarisasi rekening pada Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 disajikan pada Tabel 15. Hasil pendataan rekening sebagaimana dilaporkan pada Tabel menunjukkan adanya rekening. Jumlah ini masih akan bertambah terus mengingat adanya lebih dari dua puluh ribu satker APBN dan proses pendataan masih terus berlanjut. Tabel 15 Rekapitulasi Seluruh Rekening yang Terdata s.d. 31 Agustus 2007 NO BA KEMENTERIAN Temuan BPK Non Temuan BPK TOTAL NEGARA/LEMBAGA Rek Rp Rek Rp Rek Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. K/L MPR DPR BPK MA KEJAGUNG KEPRESIDENAN SET WA PRES DEPDA GRI DEPLU DEPHAN DEPHUK HAM DEPKEU DEPTAN DEPERIN DEP ESDM DEPHUB DEPDIKNAS DEPKES DEPAG DEP NAKERTRANS DEP SOSIAL DEP HUT DKP DEP PU MENKO POLHUKAM MENKO PEREKONOMIAN MENKO KESRA DEP BUD PAR MENNEG BUMN MENNEG RISTEK MENNEG LH MENNEG KOP & UKM MENNEG PP MENNEG PAN BIN LSN WANTANAS BPS BAPPENAS BPN PERPUS NAS DEP KOMINFO Daftar Neraca

214 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 NO BA KEMENTERIAN Temuan BPK Non Temuan BPK TOTAL NEGARA/LEMBAGA Rek Rp Rek Rp Rek Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) KEPOLISIAN RI BPOM LEMHANAS BKPM BNN MENEG PDT BKKBN KOMNAS HAM BMG KPU MK RI PPATK LIPI BATAN BPPT LAPAN BAKORSUTARNAL BSN BAPETEN LAN ARSIP NASIONAL BKN BPKP DEP DAG MENPERA MENPORA KPK BRR NAD-NIAS DPD KOMISI YUDISIAL RI BAKORNAS BP MIGAS OTORITA BATAM TOTAL A USD B. BUN (Rp) TOTAL A +B USD Terhadap hasil inventarisasi, kemudian dilakukan pembahasan yang meliputi: Identifikasi keberadaan dan kepemilikan; Verifikasi: dasar hukum dan tujuan pembukaan, jenis, sumber dana, nomor rekening, mutasi terakhir, nama bank dan nama pejabat yang melakukan pembukaan; Pengelompokan rekening: a. Rek. Bendahara Penerimaan b. Bendahara Pengeluaran c. Rek. penampungan sementara d. Rek. penampungan dana jaminan e. Rek. penampungan dana titipan f. Rek. sumbangan dan penerimaan lain-lain g. Rek. penampungan dana dukungan pelayanan khusus yang bersifat permanen h. Rekening yang tidak jelas Pembahasan yang telah dilakukan oleh Tim Penertiban Rekening Pemerintah dengan Kementerian Negara/Lembaga, termasuk rekening Departemen Keuangan, dapat diidentifikasi dan diselesaikan berdasarkan pengelompokkannya sesuai dengan PMK 58/2007, disajikan pada Tabel 16. Daftar Neraca

215 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 Tabel 16 Kelompok Rekening Yang Telah Selesai Dibahas Berdasarkan PMK 58/2007 Per 31 Agustus 2007 No A. K/L I. Dipertahankan (K/L) Pengelompokan Rekening Temuan BPK Non Temuan BPK Total Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah 1. Rek. Bend. Penerimaan Rek. Bend. Pengeluaran Rek. Penampungan Sementara Rek. Penampungan Dana Jaminan Rek. Penampungan Dana Titipan II. Ditutup Rek. Sumbangan dan Penerimaan Lain-lain Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen Sub Total USD Ditutup dan setor ke Kas Negara Ditutup dan digabung ke rek. pemerintah lainnya Ditutup dan setor ke Non KasNegara Ditutup dan setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara Proses penutupan B. BUN Sub Total Total I+II USD ) USD Ditutup dan setor ke Kas Negara ) Total A+B USD Keterangan: 1) Termasuk jumlah yang disetor ke kas negara sebesar USD 976, ) Telah disetor ke rekening BUN No pada tahun 2006 Rincian rekening yang telah selesai dibahas per Kementerian Negara/Lembaga sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 dapat dilihat pada Lampiran C. 5. Sampai dengan 31 Agustus 2007, sebagian dari rekening yang sudah terdata belum diselesaikan pembahasannya secara tuntas oleh Tim Pembahas bersama Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. Rekapitulasi rekening yang masih dalam proses pembahasan tersebut disajikan pada Tabel 17. Daftar Neraca

216 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 Tabel 17 Kelompok Rekening Yang Masih Dalam Proses Pembahasan Per 31 Agustus 2007 Pengelompokan Temuan BPK Non Temuan BPK Total No. Rekening Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah A. K/L 1 Telah teridentifikasi namun belum dapat dikelompokkan Rekening dinyatakan bukan milik K/L bersangkutan Nomor dan identitas rekening belum diperoleh Belum diresponi oleh K/L bersangkutan Masih dalam proses identifikasi di lingkungan K/L bersangkutan Bahan sudah tersedia namun belum dibahas Masih dalam proses klarifikasi dengan pihak bank Tidak ada kesepakatan terhadap kepemilikan rekening Rekening telah ditutup namun penyetoran tidak ke Kas Negara Rekening telah ditutup diragukan mutasimutasinya Total A B. BUN TOTAL A+B Rincian rekening yang telah selesai dibahas per Kementerian Negara/Lembaga sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 dapat dilihat pada Lampiran D. 6. Berdasarkan Tabel 16 dan Tabel 17, proses penyelesaian rekening dapat diringkas sebagai berikut: a. Rekening temuan BPK Selesai dibahas: - dipertahankan rekening - ditutup rekening sub total rekening Masih dalam proses rekening Total rekening (Jumlah tersebut sesuai dengan yang tercatat pada Tabel 14 dan Tabel 15 lajur 4) b. Rekening di luar temuan BPK Selesai dibahas: - dipertahankan rekening - ditutup 486 rekening sub total rekening Masih dalam proses rekening Total rekening (Jumlah tersebut sesuai dengan yang tercatat pada Tabel 15 lajur 6) Daftar Neraca

217 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR Selanjutnya, dapat dilaporkan bahwa Kementerian Negara/Lembaga yang telah menyelesaikan pembahasan sesuai PMK No. 58/2007 sampai dengan 31 Agustus 2007 adalah sebanyak 41 K/L (2.780 rekening dan Rp ). Kementerian Negara/Lembaga yang belum menyelesaikan pembahasan sesuai PMK No. 58/2007 adalah sebanyak 34 K/L ( rekening dan Rp ). Daftar Kementerian Negara/Lembaga yang telah dan belum menyelesaikan pembahasan sampai dengan 31 Agustus 2007 dapat dilihat pada Lampiran E. V. Pembahasan Rekening Khusus di Lingkungan Departemen Keuangan 1. Rekening di lingkungan Departemen Keuangan yang telah selesai dibahas berdasarkan PMK 58/2007 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007, disajikan dalam Tabel 18 berikut: Tabel 18 Rekening Departemen Keuangan Yang Telah Selesai Dibahas Berdasarkan PMK 58/2007 Per 31 Agustus 2007 No. Unit Eselon I Rek Rupiah 1 Sekretariat Jenderal ,10 2 Inspektorat Jenderal ,00 3 Direktorat Jenderal Anggaran ,00 4 Direktorat Jenderal Pajak ,94 5 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ,44 6 Direktorat Jenderal Perbendaharaan ,38 7 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan ,00 8 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara ,93 9 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang ,52 10 Badan Kebijakan Fiskal ,97 11 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan ,51 12 Bapepam dan Lembaga Keuangan ,95 Jumlah ,74 2. Rekening di lingkungan Departemen Keuangan yang masih dalam proses penyelesaian sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 disajikan dalam Tabel 19 berikut: Tabel 19 Rekening Departemen Keuangan Yang Masih Dalam Proses Pembahasan Per 31 Agustus 2007 No. Unit Eselon I Rek Rupiah 1 Sekretariat Jenderal Inspektorat Jenderal Direktorat Jenderal Anggaran Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Badan Kebijakan Fiskal Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Bapepam dan Lembaga Keuangan - - Jumlah Daftar Neraca

218 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR Rekening di lingkungan Departemen Keuangan yang masih dalam proses identifikasi sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 disajikan dalam Tabel 20 berikut: Tabel 20 Rekening Departemen Keuangan Yang Masih Dalam Proses Identifikasi Per 31 Agustus 2007 No. Unit Eselon I Rek Rupiah 1 Sekretariat Jenderal Inspektorat Jenderal Direktorat Jenderal Anggaran Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Badan Kebijakan Fiskal Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Bapepam dan Lembaga Keuangan Luar Depkeu Jumlah Keterangan: - Bank Mualamat 4 rekening Rp Bank BPD Jabar 1 rekening Rp Bank BRI 1 rekening Rp Bank BII 1 rekening (Rp ) VI. Permasalahan dan Rekomendasi 1. Terdapat beberapa rekening yang masih menggunakan nama instansi namun penggunaanya di luar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Direkomendasikan agar rekening-rekening yang selama ini telah digunakan yang tidak sesuai dengan tupoksi agar diganti nama yang tidak berhubungan dengan nama jabatan dan instansi. Terhadap rekening pemerintah yang sudah tidak digunakan agar segera ditutup dan saldonya disetor ke kas negara. 2. Beberapa satker mempunyai lebih dari satu rekening pengeluaran, contoh: rekening gaji dan rekening Uang Persediaan. Direkomendasikan agar satu satuan kerja hanya memiliki satu bendahara pengeluaran dan satu jumlah rekening. VII. Catatan Penting Hasil Penertiban Hal-hal khusus yang ditemukan selama pembahasan dapat diikhtisarkan sebagai berikut: NO BA K/L KETERANGAN MPR Terdapat satu rekening bukan milik institusi MPR yaitu rekening nomor di Bank Mandiri atas nama Hartati Murdaya dan Marzuki Usman. Rekening tersebut telah ditutup dan saldo sebesar Rp telah disetor ke kas negara pada tanggal 24 Juli DPR Terdapat satu rekening temuan BPK tahun 2006 dengan nomor sebesar Rp ,72 atas nama nasabah Sekjen DPR Bantuan Luar Negeri di Bank Mandiri yang sampai saat ini belum diklarifikasi karena pengelola rekening sudah pensiun MA Terdapat praktik pungutan atas Biaya Perkara yang digunakan langsung dan tidak disetorkan ke kas negara. Hal tersebut menurut MA dibenarkan oleh HIR, walaupun menurut UU bidang keuangan negara setiap penerimaan instansi pemerintah wajib disetor Daftar Neraca

219 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 NO BA K/L KETERANGAN dan dilaporkan sebagai pendapatan APBN KEJAKSAAN AGUNG Sampai saat ini proses pembahasan baru dilakukan untuk tujuh rekening titipan pihak ketiga yang merupakan bukti perkara dari 87 rekening temuan BPK sehingga informasi lengkap mengenai seluruh rekening pada Kejagung belum diperoleh Tim. Hal ini disebabkan penyediaan data yang kurang maksimal dari pihak Kejagung SETWAPRES Terdapat satu rekening dana operasional/taktis Wakil Presiden yang identitas, mutasi, dan saldo terakhirnya tidak diungkapkan oleh pihak Setwapres DEPDAGRI Terdapat beberapa rekening untuk penampungan hibah/bantuan luar negeri yang tidak masuk dalam APBN/DIPA. Selain itu, terdapat praktek penggunaan PNBP secara off budget berupa pungutan pendidikan dan pelatihan yang digunakan langsung oleh Depdagri DEPHAN Terdapat jasa giro belanja barang dengan nomor rekening a.n. Babek TNI di Bank Mandiri sebesar Rp ,98 yang telah dicairkan pada 31 Desember 2005 dan belum dibayarkan kepada rekanan. Rekening ini sudah ditutup dan saldo dana ini digunakan untuk membangun lapangan tenis di Babek. Seharusnya hal ini tidak terjadi dan terulang kembali karena tidak sesuai dengan Undang-undang Keuangan Negara. Terdapat 3 rekening deposito di Bank Mandiri yaitu nomor a.n. Progar Sops TNI sebesar Rp ,00, nomor a.n. Progar Sops TNI sebesar Rp ,00, dan nomor a.n. Sops TNI sebesar Rp ,00 yang sudah ditutup (sekarang dalam bentuk tunai), dana rekening ini adalah bagian dari dana siaga dimana sekarang secara keseluruhan berjumlah Rp ,00, yang digunakan untuk mendukung kegiatan TNI yang bersifat mendadak. Dana tersebut harus dimasukkan dalam rekening serta dilaporkan dalam neraca Mabes TNI DEPHUKHAM Terdapat rekening dengan nomor (BNI) yang telah ditutup namun saldonya tidak disetorkan ke Kas Negara. Rekening tersebut diakui pernah digunakan dan menyalurkan dana Paribas. Pihak Dephukham tidak tahu siapa yang menutup rekening ini. Terdapat sejumlah praktek penggunaan PNBP secara off budget, antara lain penggunaan jasa giro sebesar 50% atas penerimaan pada Balai Harta Peninggalan. Terdapat rekening No atas nama Prasarana Fisik Diklat Peg Dep Kehakiman yang merupakan rekening atas data aset Hendra Raharja di Australia. Dana kegiatan ini berasal dari Tim Likuidasi Bank Harapan Sentosa (BHS). Rekening ini juga digunakan untuk menampung penyelesaian aset Hendra Raharja di Australia sebesar Rp 3,9 milyar, akan tetapi tim tsb menggunakan dana itu untuk membayar honor tim dan sisa sebesar Rp disetor ke tim likuidasi BHS. Dalam temuan sisa saldo sebesar Rp telah disetor ke kas negara sebesar Rp Rekening ini sudah ditutup DEPTAN Terdapat beberapa kegiatan dana bergulir di Deptan yang belum melaporkan rekening kegiatan dana bergulir tersebut baik yang berasal dari APBN maupun non-apbn antara lain bantuan langsung kepada masyarakat, skema pembayaran pembangunan pertanian, bantuan langsung kredit investati pertanian, dana pungutan modal lembaga usaha ekonomi masyarakat dan lembaga mandiri mengakar pada masyarakat DEP ESDM Terdapat satu rekening temuan BPK yang digunakan untuk menampung pendapatan yang digunakan Dep ESDM tanpa Ijin Prinsip Penggunaan dari Departemen Keuangan. Terdapat satu rekening temuan BPK yang digunakan untuk menampung dana titipan pihak ketiga yang berasal dari salah satu universitas di Belgia dalam rangka kerjasama dalam hal penelitian gunung berapi. Pada saat pembahasan, rekening telah ditutup dan saldo disimpan di brankas bendahara dan saldo yang tersisa direkomendasikan untuk dimasukkan dalam rekening bendahara pengeluaran DEPDIKNAS Masih banyak rekening yang akan ditelusuri kembali dan akan dikonfirmasi ulang terkait dengan kuisioner yang mereka isi tidak sesuai dengan yang sebenarnya seperti halnya rekening sumbangan dan penerimaan lain-lain yang berasal dari hibah yang katanya akan Daftar Neraca

220 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 NO BA K/L KETERANGAN ditutup tetapi nyatanya bantuan tersebut masih berlanjut DEPKES Terdapat beberapa rekening penerimaan di Politeknik Kesehatan Palembang untuk menampung dana masyarakat yang kuliah di Politeknik tersebut. Terhadap penerimaan tersebut seharusnya menjadi PNBP yang harus disetor ke kas negara. Bila penerimaan tersebut belum masuk menjadi PNBP, bisa diusulkan untuk masuk dalam revisi PP yang mengatur PNBP Depkes. Masalahnya, pendidikan politeknik bukan tupoksi Depkes. Direkomendasikan agar rekening tersebut dan segera disetor ke kas negara DEPAG Terdapat beberapa rekening yang terkait dengan Badan Pengelolaan Haji masih menggunakan kelompok rekening penampungan dana dukungan pelayanan khusus yang bersifat permanen. Tim Penertiban telah menyarankan untuk menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Terdapat banyak satker yang membuka rekening untuk menampung dana bantuan sosial kepada madrasah dan pesantren. Sampai dengan akhir tahun anggaran berakhir, dana pada rekening tersebut belum seluruhnya tersalurkan. Terdapat rekening dengan nomor (Bank Mandiri) atas nama Dept. Agama Jakarta yang tidak jelas status kepemilikannya namun saldo terakhirnya menunjukkan penambahan yang sangat signifikan DEP NAKERTRANS Terdapat 21 rekening Tim Pelaksana Pengelolaan Asset Ex YDTP Migas yang masih dalam proses pembahasan upaya penyelesaiannya dengan tim dari Ditjen Perbendaharaan DEPSOS Terdapat satu rekening Setditjen Banjamsos Pusat Nomor pada BNI 46 untuk menerima dana hibah dari UNDP, dimana pengelolaan dana hibah ini masih belum menggunakan mekanisme APBN (belum tercantum dalam DIPA). Dari hasil pembahasan rekening temuan BPK tahun 2004 dan tahun 2005 terdapat rekening Unit Kesejahteraan Sosial (UKS) di BNI 46 Nomor a.n. Menteri Sosial RI yang masih dipertahankan untuk menampung dana sumbangan, bantuan sosial, hadiah dan undian. Rekening ini juga merupakan penggabungan dari tiga rekening lain yang telah ditutup DEPHUT Terdapat beberapa kegiatan dana bergulir di Dephut yang belum melaporkan rekening kegiatan dana bergulir tersebut baik yang berasal dari APBN maupun Non-APBN antara lain pinjaman hutan tanaman industri, kredit usaha tani hutan rakyat dan kredit usaha tani persuteraan alam DKP Terdapat beberapa kegiatan dana bergulir di DKP yang belum melaporkan rekening kegiatan dana bergulir tersebut baik yang berasal dari APBN maupun non-apbn antara lain program pengembangan perikanan usaha tangkap skala kecil, program penguatan modal kepada nelayan dalam hal pembudidayaan perikanan MENKO KESRA Terdapat rekening di Bank BNI Harmoni Nomor a.n. Posko Bencana Alam Aceh sebesar Rp ,- yang merupakan rekening penampungan dana titipan. Rekening ini dibuat untuk menampung dana sumbangan/bantuan dari masyarakat untuk korban bencana alam tsunami di Propinsi Aceh. Landasan hukum pembentukan adalah Surat Sekretaris Kabinet RI No.B-24/Seskab/01/2005 tanggal 24 Januari Rekening ini masih aktif dengan jumlah saldo tersebut di atas sampai sekarang (hampir 3 tahun), sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa jumlahnya masih sangat besar yang seharusnya dana ini segera disalurkan untuk masyarakat korban bencana. Atas dasar hal tersebut, rekening ini direkomendasikan untuk segera disalurkan dan ditutup serta dilaporkan dalam CALK DEP. BUDPAR Untuk rekening yang merupakan Temuan BPK, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata hanya menyampaikan data berupa Surat Permintaan Penutupan Rekening pada Bank Mandiri dan BNI yang dilampiri dengan daftar rekening yang akan ditutup. Data masingmasing rekening secara lengkap belum disampaikan MENNEG BUMN Terdapat dua rekening di Bank Mandiri milik Kementerian BUMN atas nama perorangan. Rekening-rekening tersebut digunakan untuk menampung sumbangan bencana banjir dan bencana tsunami. Dua rekening tersebut rencananya akan segera ditutup. Daftar Neraca

221 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 NO BA K/L KETERANGAN KLH Terdapat rekening di Bank BNI Jatinegara Nomor a.n. KLH (Program Bank Pohon yang juga merupakan temuan BPK tahun 2004) sebesar Rp ,- yang merupakan rekening penampungan dana titipan. Rekening ini dibuat untuk menampung dana sumbangan/bantuan dari para pengusaha atau masyarakat sebagai bentuk kepedulian dunia usaha untuk kegiatan penghijauan lahan kritis di seluru Indonesia. Landasan hukum atas kegiatan ini tidak ditemukan dan mekanismenya di luar APBN sehingga rekening ini direkomendasikan untuk ditutup dan saldonya disetor ke kas negara. Terdapat rekening di Bank BNI Jatinegara Nomor a.n. Udun Suryatna sebesar Rp ,- yang merupakan rekening Bendahara Penerimaan. Rekening tersebut menyalahi aturan karena menggunakan nama pribadi dan dibuka atas dasar Surat izin Menteri Keuangan No. S-495/MK.06/2003 tanggal 31 Desember 2003 (izin s.d. tahun 2004 dan dapat diperpanjang sampai dengan selesainya pelaksanaan kegiatan) yang tidak diperpanjang. Direkomendasikan agar ditutup dan saldonya disetor ke Kas Negara MENNEG KOP DAN UKM LEMBAGA SANDI NEGARA Terdapat beberapa kegiatan dana bergulir di Menneg Koperasi dan UKM yang belum melaporkan rekening kegiatan dana bergulir tersebut baik yang berasal dari APBN maupun non-apbn antara lain rekening penampungan dana dari APBN, rekening pengembalian penampungan cicilan pokok dan bunga pinjaman dan rekening perguliran penampungan dana yang akan digunakan untuk digulirkan kembali. Terdapat rekening di Bank BNI Ciputat Nomor a.n. Pusdiklat Lembaga Sandi Negara sebesar Rp ,- yang merupakan rekening penampungan sementara. Rekening ini dibuat untuk menampung dana dari instansi induknya (Lembaga Sandi Negara) dan instansi lain untuk membiayai program diklat berdasarkan kontrak kerja. Sebagai informasi, Pusdiklat ini tidak memiliki DIPA, sedang dana operasionalnya tergabung dengan DIPA Lembaga Sandi Negara. Akan tetapi, berdasarkan kontrak kerja menerima dana melalui SPM-LS dari instansi induk dan instansi lainnya. Atas penerimaan ini pihak Lembaga Sandi Negara tidak dapat menunjukkan dasar hukum penerimaan dana ini. Atas dasar hal tersebut, rekening ini direkomendasikan untuk ditutup dan saldo disetor ke kas negara BPS Setiap ada kegiatan atau proyek tertentu, satker-satker BPS pada umumnya membuat rekening baru untuk kegiatan tersebut sehingga jumlah rekening yang dimiliki akan semakin banyak. Direkomendasikan agar hanya membuat satu rekening untuk beberap kegiatan atau proyek sekaligus POLRI Dalam temuan BPK tahun 2005 terdapat rekening di Bank Mandiri Nomor a.n. DIR RESKRIM POLDA KALTENG sebesar Rp ,00. Setelah ditelusuri lebih lanjut, rekening tersebut merupakan tempat menampung dana sitaan pembalakan liar. Namun untuk daerah-daerah lain seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, Papua, dan Kalimantan Barat ihwal keberadaan rekening tersebut belum dapat diungkap BPOM Terdapat satu rekening untuk penampungan hibah/bantuan luar negeri yang tidak masuk dalam APBN/DIPA yang berasal dari WHO di bawah koordinasi Depkes. Direkomendasikan untuk diungkap dalam CaLK KOMNAS HAM Ditemukan empat rekening yang dananya berasal dari negara donor yang mekanisme penerimaannya tidak melalui APBN dan pertanggungjawaban rekening tersebut tidak masuk ke dalam Laporan Keuangan KOMNAS HAM BPPT Terdapat satu rekening hibah atas nama BPPT Nomor pada Bank Mandiri yang disalurkan langsung tanpa melalui mekanisme APBN (tidak tercantum dalam DIPA) dari lender kepada peneliti yang pada saat ini statusnya telah berpindah menjadi peneliti di Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan Riset EU INCO RESTOREPEAT PROJECT. Kegiatan tersebut direncanakan akan berakhir pada bulan Oktober 2007 dan setelah kegiatan selesai, rekening dimaksud akan ditutup. Tim Penertiban Rekening Pemerintah merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut oleh pihak-pihak berwenang terkait terhadap sejumlah rekening temuan BPK yang telah ditutup akan tetapi saldonya tidak disetor ke Kas Negara. Daftar Neraca

222 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2007 (Unaudited) DAFTAR 36 NO BA K/L KETERANGAN MENEGPORA Rekening no di Bank Mandiri atas nama UPT PP-PON (Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional) dan rekening no di Bank BNI 46 atas nama PPITKON ( Pusat Pengembangan IPTEK dan Kesehatan Olahraga Nasional) sumber dana berasal dari penyewaan gedung milik mereka, tetapi dana tersebut kemudian dipergunakan untuk operasional mereka (hal ini tidak diperbolehkan, Tim merekomendasikan untuk sisa saldo disetor ke kas negara). MENPORA sedang mengodok Peraturan PNBP dengan Ditjen Anggaran Depkeu BRR NAD-Nias Belum melaporkan seluruh rekening yang terkait dengan rekening lain-lain antara lain trust fund, ReKOMPAK dan Komite Beasiswa. 30. BP MIGAS Adanya potensi penerimaan negara, namun perlu dibahas level pimpinan yaitu tentang penyetoran saldo Bonus and Assistance berupa dana bantuan peralatan dari KKKS berupa uang. Dana ini diperuntukkan bagi pengembangan perusahaan pertambangan, di mana dana tersebut belum pernah digunakan. Selain itu juga terdapat jasa giro atas rekening pihak ketiga yang tidak diperhitungkan pada pokok saldo rekening dan berpotensi menjadi pendapatan negara. Daftar Neraca

223 Lampiran A REKAPITULASI REKENING TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2004, 2005, DAN 2006 No BA Kementerian Negara/Lembaga Total Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah MPR DPR BPK MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG DEP. DALAM NEGERI DEP. LUAR NEGERI DEP. PERTAHANAN DEP. HUKUM DAN HAM DEP. KEUANGAN 438 *) DEP. PERTANIAN /090 DEP. PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DEP ESDM DEP PERHUBUNGAN DEP PENDIDIKAN NASIONAL DEP KESEHATAN DEP. AGAMA DEPNAKERTRANS DEPARTEMEN SOSIAL DEP. KEHUTANAN DEP KELAUTAN DAN PERIKANAN DEP PEKERJAAN UMUM MENKO PEREKONOMIAN DEP KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA MENEG RISET DAN TEKNOLOGI MENEG LINGKUNGAN HIDUP MENEG KOPERASI DAN UKM MENEG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BPS BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEP. KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BPOM BKPM BKKBN LIPI BATAN BPPT BPKP DEPARTEMEN PERDAGANGAN MENEG PERUMAHAN RAKYAT MENEG PORA BRR NAD-NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH OTORITA BATAM BP MIGAS TIDAK TERIDENTIFIKASI (Lain-lain) TIDAK TERIDENTIFIKASI (REK. PROYEK/BAGPR JUMLAH TEMUAN PADA K/L REKENING BENDAHARA UMUM NEGARA TOTAL TEMUAN K/L dan BUN *) Jumlah rekening tersebut termasuk 362 rekening yang belum ada rincian nomor rekeningnya yang berada pada Bank Mandiri Daftar Neraca

224 Lampiran A.1 DAFTAR REKENING TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2006 (PERIODE 31 DESEMBER 2006) No BA Kementerian Negara/Lembaga Giro Deposito TOTAL Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah Majelis Permusyawarahan Rakyat , , Dewan Perwakilan Rakyat , , Badan Pemeriksa Keuangan , , Mahkamah Agung , , , Kejaksaan Agung , , Departemen Dalam Negeri , , Departemen Luar Negeri , , Departemen Pertahanan , , Dep Hukum dan HAM , , , Departemen Keuangan , , , Departemen Pertanian , , /090 Departemen Perindustrian dan Perdagangan , , , Dep ESDM , , , Dep Perhubungan , , Dep Pendidikan Nasional , , Dep Kesehatan , , , Departemen Agama , , , Depnakertrans , , , Departemen Sosial , , Departemen Kehutanan , , , Dep Kelautan dan Perikanan , , Dep Pekerjaan Umum , , Menko Perekonomian , , Dep Kebudayaan dan Pariwisata , , Meneg Lingkungan Hidup , , Meneg Koperasi dan UKM , , Meneg Pemberdayaan Perempuan , , Bappenas , , Badan Pertanahan Nasional , , Departeman Komunikasi dan Informatika , , , Kepolisian Republik Indonesia , , BKPM , , , BKKBN , , BPPT , , , BPKP , , Kementerian Negara Perumahan Rakyat , , Dewan Perwakilan Daerah , , Lain-lain , ,35 JUMLAH , ,11 Daftar Neraca

225 Lampiran A.2 DAFTAR REKENING TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2005 (PERIODE 31 DESEMBER 2005) No. BA KEMENTERIAN/LEMBAGA GIRO DEPOSITO TOTAL REK. RUPIAH REK. RUPIAH REK. RUPIAH 1 05 MAHKAMAH AGUNG , , , KEJAKSAAN AGUNG , , , DEPARTEMEN DALAM NEGERI , , , DEPARTEMEN LUAR NEGERI , , , DEPARTEMEN PERTAHANAN , , , DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM , , , DEPARTEMEN KEUANGAN , , , DEPARTEMEN PERTANIAN , , DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN , , DEPARTEMEN ENERGI DAN SDM , , , DEPARTEMEN PERHUBUNGAN , , DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL , , DEPARTEMEN KESEHATAN , , , DEPARTEMEN AGAMA , , , DEPARTEMEN TENAGA KERJA , , , DEPARTEMEN SOSIAL , , DEPARTEMEN KEHUTANAN , , , DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN , , DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM , , DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA , , , KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI , , KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP , , MENEG KOPERASI DAN UKM , , BPS , , BAPPENAS , , DEPARTEMEN INFORMASI DAN INFORMATIKA , , KEPOLISIAN RI , , , LEMBAGA ILMU PENGATAHUAN INDONESIA , , BATAN , , BPPT , , DEPARTEMEN PERDAGANGAN , , MENEG PEMUDA DAN OLAH RAGA , , BRR NAD-NIAS , , OTORITA BATAM , , BP MIGAS , ,80 JUMLAH , , ,25 Daftar Neraca

226 Lampiran A.3 DAFTAR REKENING TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2004 (PERIODE 31 DESEMBER 2004) No. BA KEMENTERIAN/LEMBAGA 1 05 MAHKAMAH AGUNG , DEPARTEMEN DALAM NEGERI , DEPARTEMEN LUAR NEGERI , DEPARTEMEN PERTAHANAN , DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM , DEPARTEMEN KEUANGAN 438 *) , DEPARTEMEN PERTANIAN , DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL , DEPARTEMEN PERHUBUNGAN , DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL , DEPARTEMEN KESEHATAN , DEPARTEMEN AGAMA , DEPARTEMEN TENAGA KERJA , DEPARTEMEN SOSIAL , DEPARTEMEN KEHUTANAN , DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA , KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP , BAPPENAS , KEPOLISIAN RI , BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN , BATAN , MENEG PEMUDA DAN OLAH RAGA , OTORITA BATAM , TIDAK TERIDENTIFIKASI , TIDAK TERIDENTIFIKASI (REK. PROYEK/BAGPRO) ,00 JUMLAH , Rekening Bendahara Umum Negara ,00 TOTAL KESELURUHAN JMLH REK. GIRO DAN DEPOSITO RUPIAH ,80 *) Jumlah rekening tersebut termasuk 362 rekening yang belum ada rincian nomor rekeningnya yang berada pada Bank Mandiri Daftar Neraca

227 Lampiran B REKAPITULASI REKENING TEMUAN BPK SETELAH PENYESUAIAN DUPLIKASI PER 31 AGUSTUS 2007 No. BA KEMENTERIAN/LEMBAGA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL MAHKAMAH KONSTITUSI RI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) BP MIGAS OTORITA BATAM JUMLAH TEMUAN PADA K/L BENDAHARA UMUM NEGARA JUMLAH TEMUAN PADA K/L dan BUN Rekening Rupiah Daftar Neraca

228 Lampiran C.1 REKAPITULASI REKENING YANG DIPERTAHANKAN PER 31 AGUSTUS Rekening Bendahara Penerimaan NO BA KEMENTERIAN/LEMBAGA Temuan BPK NonTemuan BPK Total REK RUPIAH REK RUPIAH REK RUPIAH DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BAKOSURTANAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI OTORITA BATAM SUBTOTAL Rupiah DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPNAKERTRANS SUBTOTAL US Dolar Rekening Bendahara Pengeluaran MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPRESIDENAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Daftar Neraca

229 1. Rekening Bendahara Penerimaan NO BA KEMENTERIAN/LEMBAGA Temuan BPK NonTemuan BPK Total REK RUPIAH REK RUPIAH REK RUPIAH DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM MENKO BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN MENKO BIDANG PEREKONOMIAN MENKO BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MENEG PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL MENEG PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI RI PPATK LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BAKOSURTANAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN 089 PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA Daftar Neraca

230 1. Rekening Bendahara Penerimaan NO BA KEMENTERIAN/LEMBAGA Temuan BPK NonTemuan BPK Total REK RUPIAH REK RUPIAH REK RUPIAH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI BAKORNAS BP MIGAS OTORITA BATAM SUBTOTAL Rupiah BP MIGAS SUBTOTAL US Dolar Rekening Penampungan Sementara DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN KEHUTANAN MENKO BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BADAN PUSAT STATISTIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI SUBTOTAL Rekening Penampungan Dana Jaminan DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN OTORITA BATAM , SUBTOTAL Rekening Penampungan Dana Titipan KEJAKSAAN AGUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI BP MIGAS SUBTOTAL Rupiah BP MIGAS KPK ESDM SUBTOTAL US Dolar Rekening Sumbangan dan Penerimaan Lain-Lain DEWAN PERWAKILAN RAKYAT SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN Daftar Neraca

231 1. Rekening Bendahara Penerimaan NO BA KEMENTERIAN/LEMBAGA Temuan BPK NonTemuan BPK Total REK RUPIAH REK RUPIAH REK RUPIAH 9 KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK 041 NEGARA KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN 047 PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA OTORITA BATAM SUBTOTAL Rupiah BP MIGAS SUBTOTAL US Dolar Rekening Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus Yang Bersifat Permanen DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA OTORITA BATAM SUBTOTAL Rupiah DEPNAKERTRANS OTORITA BATAM SUBTOTAL US Dolar Rupiah TOTAL US Dolar Daftar Neraca

232 Lampiran C.2 REKAPITULASI REKENING YANG DITUTUP PER 31 AGUSTUS Ditutup dan saldo disetor ke kas negara NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Non Temuan BPK JUMLAH Rek. Rupiah Rek Rp Rek. Rupiah MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BADAN PUSAT STATISTIK KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SUBTOTAL Rupiah DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUBTOTAL US Dolar BENDAHARA UMUM NEGARA Ditutup dan digabung ke rekening pemerintah lainnya BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN SOSIAL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BP MIGAS SUBTOTAL Rupiah BP MIGAS SUBTOTAL US Dolar Ditutup dan saldo disetor ke non kas negara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DEPARTEMEN DALAM NEGERI Daftar Neraca

233 1. Ditutup dan saldo disetor ke kas negara NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Non Temuan BPK JUMLAH Rek. Rupiah Rek Rp Rek. Rupiah DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN SOSIAL KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI RI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KOMISI YUDISIAL RI BP MIGAS OTORITA BATAM SUBTOTAL Rupiah Ditutup dan saldo disetor ke (a) kas negara dan (b) non kas negara DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI a. 15 a a b. b b DEPARTEMEN SOSIAL 1 a a. 1 a b b. b KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI 1 a a. 1 a b b. b KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 1 a a. 1 a b b. b SUBTOTAL 3 a a a b b b Dalam proses penutupan KEPRESIDENAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM LEMBAGA SANDI NEGARA KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Daftar Neraca

234 1. Ditutup dan saldo disetor ke kas negara NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Non Temuan BPK JUMLAH Rek. Rupiah Rek Rp Rek. Rupiah BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA KOMISI PEMILIHAN UMUM BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA BP MIGAS SUBTOTAL Rupiah BP MIGAS SUBTOTAL US Dolar TOTAL Rupiah US Dolar Daftar Neraca

235 Lampiran D REKAPITULASI REKENING DALAM PROSES PENYELESAIAN PER 31 AGUSTUS Telah teridentifikasi namun belum dapat dikelompokkan Temuan BPK Non Temuan BPK Total NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SUBTOTAL Rekening dinyatakan bukan milik K/L bersangkutan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH SUBTOTAL Rekapitulasi Nomor dan Identitas Rekening Belum Diperoleh DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN SUBTOTAL Belum diresponi oleh K/L bersangkutan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MAHKAMAH AGUNG KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM BADAN PERTANAHAN NASIONAL DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD- NIAS SUBTOTAL Masih dalam proses identifikasi di lingkungan K/L bersangkutan KEJAKSAAN AGUNG DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI Daftar Neraca

236 NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Non Temuan BPK Total Rek. Rupiah Rek. Rupiah Rek. Rupiah DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN SUBTOTAL Bahan sudah tersedia namun belum dibahas MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN SUBTOTAL Rekapitulasi Masih dalam Proses Klarifikasi dengan Pihak B DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN DEPARTEMEN PERDAGANGAN SUBTOTAL Rekening telah ditutup namun penyetoran tidak ke Kas Negara DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUBTOTAL Rekening telah ditutup, diragukan mutasi-mutasinya DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN AGAMA , SUBTOTAL TOTAL Daftar Neraca

237 Lampiran E.1 DAFTAR KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA YANG TELAH MENYELESAIKAN PEMBAHASAN REKENING PER 31 AGUSTUS 2007 NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Luar Temuan TOTAL Rek Rupiah Rek Rupiah Rek Rupiah MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPRESIDENAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA BADAN INTELIJEN NEGARA LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN KETAHANAN NASIONAL KEMENTERIAN NEGARA PPN/BAPPENAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA MAHKAMAH KONSTITUSI RI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL BADAN STANDARISASI NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) KOMISI YUDISIAL RI BAKORNAS OTORITA BATAM JUMLAH Daftar Neraca

238 Lampiran E.2 DAFTAR KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA YANG BELUM MENYELESAIKAN PEMBAHASAN REKENING PER 31 AGUSTUS 2007 NO BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Temuan BPK Luar Temuan TOTAL Rek Rupiah Rek Rupiah Rek Rupiah DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN AGUNG DEPARTEMEN DALAM NEGERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERTAHANAN DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN KESEHATAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DEPARTEMEN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KOMISI PEMILIHAN UMUM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD- NIAS BP MIGAS TOTAL Daftar Neraca

239

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2006 (Audited) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2006 (Audited) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED LKPP TAHUN 2017 AUDITED MEI 2018 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 (Audited) KATA PENGANTAR

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 (Audited) KATA PENGANTAR Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 (Audited) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia menyajikan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2011 (Unaudited)

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2011 (Unaudited) REPUBLIK INDONESIA Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2011 (Unaudited) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT 2007 ( A

REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT 2007 ( A REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun 2007 ( A u d i t e d ) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2007 (Audited) KKATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016 (Audited) KATA PENGANTAR

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016 (Audited) KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I TAHUN 2008 (Unaudited) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2008 (Unaudited) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur

Lebih terperinci

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan. BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2010 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2011 (Audited)

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2011 (Audited) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2011 (Audited) INDEKS I ISII I INDEKS ISI.... iii INDEKS TABEL.. iv INDEKS GRAFIK... v INDEKS DAFTAR..... vii INDEKS SINGKATAN.. viii INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI. i DAFTAR TABEL.. ii DAFTAR GRAFIK.. iii DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR SINGKATAN v INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN.

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA MEI MEI

REPUBLIK INDONESIA MEI MEI REPUBLIK INDONESIA MEI 2013 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 (audited) INDEKS I ISII I INDEKS ISI...... iii INDEKS TABEL... iv INDEKS GRAFIK..... v INDEKS DAFTAR..... vii INDEKS SINGKATAN..

Lebih terperinci

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 (Audited) 11 JUNI 2009 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS <KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA> (Diisi dengan rencana strategis Kementerian Negara/Lembaga)

RENCANA STRATEGIS <KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA> (Diisi dengan rencana strategis Kementerian Negara/Lembaga) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (UNAUDITED/AUDITED)* A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA MEI 2013 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 (audited) INDEKS I ISII I INDEKS ISI...... iii INDEKS TABEL... iv INDEKS GRAFIK..... v INDEKS DAFTAR..... vii INDEKS SINGKATAN..

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 5 LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SUKABUMI BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG RI PERIODE SEMESTER I (3 JUNI 211) TAHUN ANGGARAN 211 Jl. Bhayangkara No. 15, Telp. (266) 22174 S

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 4/DPD RI/I/2013-2014 PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BENDAHARA UMUM NEGARA TAHUN ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BENDAHARA UMUM NEGARA TAHUN ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEUANGANN KONSOLIDASIAN BENDAHARA UMUMM NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami sebagai Bendahara Umum Negara

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........

Lebih terperinci

INDEKS I ISII INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN x... RINGKASAN 1... I. LAPORAN REALISASI 4 APBN... II.

INDEKS I ISII INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN x... RINGKASAN 1... I. LAPORAN REALISASI 4 APBN... II. INDEKS I ISII I INDEKS ISI i....... INDEKS TABEL ii...... INDEKS GRAFIK iii...... INDEKS DAFTAR v....... INDEKS SINGKATAN Vii.... INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN x..... RINGKASAN 1....... I. LAPORAN

Lebih terperinci

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik viii Daftar Lampiran ix Daftar Singkatan x Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II.

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA. 2011; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P 2007 DAN -P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 :, 2007 dan 2008......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995 2008...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan,

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 5 LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SUKABUMI BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG RI PERIODE SEMESTER I (3 JUNI 211) TAHUN ANGGARAN 211 Jl. Bhayangkara No. 15, Telp. (266) 22174 S U K A

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a 2004 dan -P 2004 Keterangan -P ( (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,8 20,3 1. Penerimaan Perpajakan 272.175,1

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 005 LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 5 LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SUKABUMI KLAS IB DITJEN BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG RI PERIODE SEMESTER II (31 DESEMBER 211) TAHUN ANGGARAN 211 Jl. Bhayangkara No. 15, Telp.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a APBN 2004 dan 2004 Keterangan APBN (1) (2) (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,9 20,3 1. Penerimaan Perpajakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun anggaran 2014. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5547) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited) Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 215 (Audited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN ix RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN SEMESTER I TAHUN 2012 (UNAUDITED) BAGIAN ANGGARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI

LAPORAN KEUANGAN SEMESTER I TAHUN 2012 (UNAUDITED) BAGIAN ANGGARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI BAGIAN ANGGARAN 005.01 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Jl. Soekarno Hatta No. 714 Bandung - Jawa Barat SEMESTER I TAHUN 2012

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NERACA DAERAH PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 (dalam rupiah) No Uraian 2008 2007 I ASET A. ASET LANCAR 1. Kas 26,237,044,323.93

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited)

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012

ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012 ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012 I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun

Lebih terperinci

BAGAN AKUN STANDAR - TINGKAT 5

BAGAN AKUN STANDAR - TINGKAT 5 0 1 0 ASET 11 ASET LANCAR 111 KAS DAN SETARA KAS 112 113 1111 1112 1113 1114 1115 1116 1117 1118 1119 Rekening Pemerintah di Bank Indonesia dalam Rupiah 11111 Kas di Bank Indonesia Rekening Pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. UMUM. Saldo...

I. UMUM. Saldo... PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1 LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA KEPUTUSAN KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA NOMOR : KEP- 07/AK/2003 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN SEMESTER II TAHUN 2011 (UNAUDITED) BAGIAN ANGGARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI

LAPORAN KEUANGAN SEMESTER II TAHUN 2011 (UNAUDITED) BAGIAN ANGGARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI BAGIAN ANGGARAN 005.01 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA BADAN URUSAN ADMINISTRASI LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Jl. Soekarno Hatta No. 714 Bandung - Jawa Barat SEMESTER II TAHUN 2011

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : -.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1989/1990...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1989/1990...... 3 Tabel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) Jl. Ampera Raya No.7 Cilandak Jakarta Selatan Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) No URAIAN 2012 2011 1 ASET 978,440,450.00 907,148,461.00 2 ASET LANCAR 399,500.00 9,190,011.00

Lebih terperinci

Ekonomi Bisnis dan Financial

Ekonomi Bisnis dan Financial Tugas Kuliah Matrikulasi Ekonomi Bisnis dan Financial Dosen : Dr. Prihantoro, Msc Rangkuman Jurnal/Makalah Judul Makalah : Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara Penulis Makalah : Suminto,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI i. DAFTAR GRAFIK ii DAFTAR LAMPIRAN iii

DAFTAR ISI i. DAFTAR GRAFIK ii DAFTAR LAMPIRAN iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR GRAFIK ii DAFTAR LAMPIRAN iii PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT I LAPORAN ARUS KAS... 4 II NERACA KUN 6 III LAPORAN REALISASI

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA Mei 2 Mei

REPUBLIK INDONESIA Mei 2 Mei REPUBLIK INDONESIA Mei 201 013 REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 (Audited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU)

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152)

BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152) LAMPIRAN IVa PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 65/PB/2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152) LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 2010 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005 2010.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005 2010..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005

Lebih terperinci

REALISASI SEMENTARA APBNP

REALISASI SEMENTARA APBNP I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL. 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No Uraian Reff (dalam rupiah) 1 ASET 2 ASET LANCAR 4.5.1.1 3 Kas di Kas Daerah 4.5.1.1.1) 90.167.145.260,56

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat dan ridhonya semata Pemerintah Kabupaten Sampang dapat menyelesaikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci