BAB I PENDAHULUAN. penerbit buku. Dari keseluruhan jumlah itu, ada 800 yang dinyatakan sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penerbit buku. Dari keseluruhan jumlah itu, ada 800 yang dinyatakan sebagai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada 2006 IKAPI mencatat ada 793 jumlah penerbit buku yang tersebar di Indonesia (KPPU, 2006:6). Jumlah ini terus bertambah hingga akhirnya pada Maret 2014 IKAPI merilis di situs resmi mereka bahwa tercatat ada penerbit buku. Dari keseluruhan jumlah itu, ada 800 yang dinyatakan sebagai penerbit aktif 1. Sisanya, yang disebut sebagai penerbit pasif, adalah penerbit yang menerbitkan tidak sampai 10 buku per tahunnya dan biasanya menunggu proyekproyek tertentu saja untuk kemudian dibukukan. Jumlah penerbit yang tinggi ternyata tidak dengan serta merta berarti jumlah buku sastra yang beredar juga tinggi. Hal ini terbukti dari data yang ditampilkan dalam situs IKAPI yang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2013 penjualan buku fiksi dan sastra hanya 13%. 2 Meskipun dalam sepuluh tahun terakhir peredaran buku sastra telah meningkat seiring dengan munculnya chicklit, teenlit, novel Islami, dan novel populer lainnya, sampai sekarang masih sangat jarang ada penerbit yang mengkhususkan diri untuk memproduksi buku sastra saja. Hal ini menyebabkan munculnya pendapat bahwa menerbitkan karya sastra merupakan hal yang sulit sebagaimana yang dinyatakan berikut ini. Sebagian dari penerbit karya sastra menjadikan buku-buku sastra yang diterbitkannya sebagai selingan untuk 1 ( 2 Ibid. 1

2 2 menambah variasi buku yang dicetak (Aksara, 2013). Pendapat tersebut pun seolah mendapatkan pengakuan dengan adanya penerbit-penerbit yang memproduksi buku-buku sastra yang mengalami stagnasi bahkan terancam gulung tikar dan tutup karena berbagai alasan, mulai dari harga kertas yang sempat melonjak hingga persoalan manajemen. Beberapa contoh yang bisa dipaparkan adalah penerbit Djambatan dan penerbit Bentang Budaya. Penerbit Djambatan yang selama ini dikenal dengan buku-buku sastra berkelas seperti Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya ataupun Ziarah karya Iwan Simatupang resmi tutup dan membubarkan diri pada 1 Januari Sebelum tutup, penerbit ini juga sempat menjual aset-aset perusahaan berupa tanah dan bangunan. Contoh lainnya adalah penerbit Bentang Budaya yang berdiri pada tahun Penerbit ini menempatkan diri sebagai penerbit yang ideologis dengan menerbitkan bukubuku tulisan Frans Kafka, Umberto Eco, Kahlil Gibran, juga Afrizal Malna. Permasalahan ekonomi dan manajemen membuat penerbit tersebut harus diambil alih oleh Grup Mizan. Selanjutnya penerbit ini berganti nama menjadi Bentang Pustaka 4. Contoh-contoh tersebut menunjukkan kerasnya persaingan dalam penerbitan buku sastra yang dialami oleh penerbit-penerbit buku sastra. Satu hal yang menarik perhatian adalah sebuah penerbit bernama Media Pressindo yang ketika penerbit-penerbit lain mengalami kesulitan seperti yang telah diungkapkan, 3 ( januari-2013) 4 (

3 3 penerbit tersebut mampu bertahan selama lebih dari lima belas tahun. Jangka waktu lima belas tahun relatif panjang karena selama masa itu pangsa pasar, selera masyarakat akan bacaan, serta rezim pemerintahan telah mengalami perubahan. Adanya fakta bahwa penerbit Media Pressindo bisa bertahan dalam jangka waktu tersebut merupakan alasan dipilihnya penerbit ini untuk menjadi objek penelitian. Terlebih lagi, penerbit Media Pressindo termasuk dalam kategori penerbit kecil jika dibandingkan dengan penerbit Gramedia, misalnya, yang sudah memiliki jaringan dan sistem yang mapan. Meski pada dasarnya terdapat penerbit-penerbit lain yang sekelas 5 dengan Media Pressindo, tetapi mereka belum dapat menyamai atau melampaui kebertahanan penerbit tersebut. Misalnya Galangpress yang juga menerbitkan tulisan-tulisan karya sastrawan ternama seperti Seno Gumira Ajidarma dan G.M. Sudarta, usia penerbit ini belum mencapai lima belas tahun karena baru berdiri pada tahun Ada juga penerbit bernama Divapress yang berdiri pada tahun 2001 dan juga menerbitkan karya-karya sastra belum mencapai lima belas tahun umurnya. Sementara untuk Gagas Media, Citra Media, serta Gerrmedia, masing-masing berdiri pada tahun 2003, 2006, dan 2008 yang berarti juga belum mencapai lima belas tahun. Karena alasan-alasan tersebut, maka penulis memutuskan untuk menggunakan penerbit Media Pressindo sebagai objek penelitian. Dengan menganggap bahwa penerbit Media Pressindo adalah sebuah sistem dan perkembangan yang terjadi berada di dalam sebuah sistem yang lebih 5 Belum ada referensi yang khusus mengungkapkan soal strata atau kelas-kelas penerbit. Namun, perbedaan antara penerbit kecil dan penerbit yang lebih besar tetap ada. Dalam penelitian ini, penulis memasukkan penerbit yang memiliki lima belas lini penerbitan atau kurang sebagai penerbit yang sekelas dengan Media Pressindo.

4 4 besar, maka fenomena kebertahanan penerbit tersebut dapat dilihat dari perspektif Talcott Parsons. Lewat perspektif Parsons tersebut pula menjadi menarik bagi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penerbit untuk mempertahankan keberadaannya di dalam sistem penerbitan buku sastra yang semakin kompleks. Hal tersebut terutama dalam kaitannya dengan semakin bertambahnya jumlah penerbit yang ada di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Sejumlah penerbit buku yang menerbitkan karya sastra mengalami kesulitan untuk bertahan dan tutup, sementara Media Pressindo adalah penerbit yang menerbitkan karya-karya sastra dan mampu bertahan selama lima belas tahun lebih. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana Penerbit Media Pressindo sebagai sebuah sistem melakukan adaptasi dan mencapai tujuan (goal attainment) sehingga bisa bertahan? Bagaimana proses integrasi serta pemeliharaan pola (latensi) memengaruhi kebertahanan tersebut? Serta bagaimana peran buku-buku sastra terhadap kebertahanan Media Pressindo? 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan praktis dan tujuan teoretis. Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan adaptasi dan penentujuan tujuan yang dilakukan oleh Media Pressindo sebagai sebuah sistem sehingga bisa bertahan. Selain itu, memaparkan

5 5 proses integrasi serta pemeliharaan pola (latensi) yang memengaruhi kebertahanan tersebut. Tujuan berikutnya adalah menjelaskan bagaimana peran buku-buku sastra terhadap kebertahanan Media Pressindo. Sementara itu, tujuan teoretisnya adalah penelitian ini diharapkan mampu menerapkan teori sosiologi Talcott Parsons untuk menjelaskan kebertahanan sebuah sistem di dunia sastra. 1.4 Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, sejauh ini belum ada penelitian yang memfokuskan diri pada Penerbit Media Pressindo apalagi dengan menggunakan pendekatan teori sosiologi Talcott Parsons. Penelitian dengan teori sosiologi Talcott Parsons memang pernah dilakukan oleh Hayu Afang Darmawan, namun dengan objek material yang berbeda. Pada penelitiannya, Darmawan menggunakan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta sebagai objek material. Hasil penelitiannya adalah Operasi Tertib Remaja tahun 1966 dan penghapusan pelajaran bahasa daerah oleh menteri pendidikan era 1970-an melumpuhkan sendi-sendi sastra Jawa. Selanjutnya, timbul kesadaran sekelompok orang untuk mempertahankan identitas dengan mendirikan SSJY. Sanggar tersebut mampu memelihara sistem adaptasi dengan menyatukan diri dengan lembaga pemerintahan, memiliki tujuan jangka pendek dan panjang, harmonisasi integritas terjaga, dan pola regenerasi dengan internalisasi nilai dan norma (Darmawan, 2014:v). Selain penelitian tersebut, belum ada penelitian-penelitian lain tentang dunia sastra yang menggunakan teori Sosiologi Talcott Parsons.

6 6 1.5 Landasan Teori Pokok-pokok pikiran Talcott Parsons dikenal dengan teori fungsionalisme struktural. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang terintegrasi secara fungsional ke dalam suatu bentuk ekuilibrium 6. Pendekatan fungsionalisme struktural ini timbul lewat cara pandang yang menyamakan masyarakat dengan organisme biologis. Pandangan ini merupakan pengaruh dari pandangan Herbert Spencer dan Auguste Comte yang menjelaskan bahwa adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara satu organ tubuh dengan organ tubuh kita yang lain, dan ini dianggap sama dengan kondisi masyarakat(craib, 1994:58). Berikut ini penjelasan mengenai penyamaan antara dua hal tersebut (organisme biologis dan masyarakat) menurut sudut pandang ini. Pertama, masyarakat tumbuh dan berkembang dari masyarakat yang sederhana menuju masyarakat yang kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara perlahan atau evolusioner. Pertumbuhan tersebut tidak terjadi secara revolusioner. Selanjutnya, walaupun institusi sosial bertambah banyak, hubungan antara satu dengan yang lainnya tetap dipertahankan karena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama. Terakhir, sama seperti organisme biologi, bagian-bagian dalam organisme sosial itu memiliki sistemnya sendiri (subsistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdiri sendiri (Ritzer, 2014:423). Keempat poin inilah yang diasumsikan sebagai latar belakang munculnya fungsionalisme struktural yang sangat berpengaruh dalam sosiologi 6 Secara umum ekuilibrium diartikan sebagai sebuah keseimbangan sistem, kondisi yang dianggap sebagai titik ideal sebuah sistem, meskipun sebenarnya konsep ekuilibrium ini sendiri masih dipertanyakan, misalnya tentang perbedaannya dengan sistem yang statis. Lihat Ritzer dan Smart, 2014:307.

7 7 Amerika, dan tentunya juga sangat memengaruhi pemikiran-pemikiran Talcott Parsons. Selanjutnya asumsi-asumsi tersebut dikembangkan lagi oleh Parsons menjadi sebagai berikut: 1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain. 2. Dengan demikian hubungan pengaruh-mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut bersifat timbal balik. 3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah ekuilibrium yang bersifat dinamis. 4. Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi, dan penyimpangan. 5. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak terjadi secara revolusioner. 6. Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial terjadi melalui tiga macam kemungkinan: penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan sistem sosial, pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional, serta penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat. 7. Faktor paling penting yang memiliki integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu (Nasikun, 2014:14). Parsons menilai bahwa sebenarnya masyarakat membentuk sebuah sistem dan demi sebuah keberlanjutan sistem itu sendiri, sistem tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana yang diungkapkan oleh Ritzer (2014:414) berikut ini. (a) Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus mampu harmonis dengan sistem lain.

8 8 (b) Sistem harus mendapat dukungan dari sistem lain. (c) Sistem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional. (d) Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya. (e) Sistem harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu. (f) Bila terjadi konflik yang menimbulkan kekacauan harus segera dapat dikendalikan. (g) Sistem harus memiliki bahasa aktor dan sistem sosial. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem tindakan itu terbagi-bagi lagi jenisnya menjadi sebagai berikut. Pertama adalah sistem biologis, yaitu kesatuan yang paling dasar dalam artian biologis, yakni aspek fisik dari manusia. Hal lain yang termasuk dalam aspek fisik ini adalah lingkungan fisik di manapun manusia hidup. Bagian kedua adalah sistem kepribadian, kesatuan paling dasar dari unit ini adalah individu yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatian dalam analisis ini adalah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk mendapatkan kepuasan. Sistem kepribadian dikontrol oleh sistem sosial dan sistem kultural/budaya, namun bukan berarti sistem kepribadian ini tidak mempunyai kebebasan sama sekali karena kepribadian tersebut juga adalah independen melalui hubungannya dengan organisme dirinya sendiri atau melalui pengalaman-pengalaman hidupnya yang unik (Ritzer, 2014:419). Seperti yang telah diungkapkan bahwa komponen dasar dari kepribadian adalah disposisi kebutuhan. Disposisi kebutuhan memaksa aktor menerima atau menolak objek yang tersedia dalam lingkungan atau mencari objek baru bila objek yang ada tidak bisa memenuhi kepuasan disposisi kebutuhannya. Dalam hal ini Parsons membedakan beberapa tipe dasar disposisi kebutuhan sebagai berikut.

9 9 Pertama, memaksa aktor mencari cinta, persetujuan, dan sebagainya dari hubungan sosial mereka. Kedua, meliputi internalisasi nilai yang menyebabkan aktor mengamati berbagai standar kultural. Ketiga, adanya peran yang diharapkan yang menyebabkan aktor memberikan dan menerima respons yang tepat (Ritzer, 2014:420). Citra pasif seperti yang tertera pada tipe-tipe yang telah diterangkan tersebut membuat Parsons menyadari bahwa perlunya memberikan tambahan karena dalam sebuah teori terpadu sistem kepribadian yang pasif merupakan sebuah mata rantai teori yang lemah. Oleh karena itu Parsons menambahkan kreativitas tertentu dalam kepribadian bahwa kepribadian tidak semata-mata hasil internalisasi kultur, tetapi saat melakukan internalisasi struktur tersebut ia juga melakukan modifikasi kreatif. Sistem ketiga adalah sistem sosial. Sederhananya, Parsons menjelaskan bahwa sistem sosial terbentuk karena adanya tindakan individual (Parsons, 1962:190). Dijelaskan lebih lanjut bahwa sistem sosial merupakan interaksi antara dua individu atau lebih dalam satu lingkungan tertentu, tapi interaksi itu tidak terbatas antara individu-individu saja melainkan juga mencakup interaksi antara kelompok dengan kelompok, instansi dengan instansi, dan organisasi-organisasi. Sistem sosial selalu terarah pada ekuilibrium atau keseimbangan dan terbentuknya ekuilibrium itu bukanlah secara kebetulan melainkan atas konsensus, penilaian umum masyarakat. Hal yang paling penting dalam penilaian itu adalah normanorma sosial yang kemudian membentuk struktur sosial. Penjelasan tersebut mengungkapkan bahwa di dalam sistem sosial ini, terdapat beberapa batasan. Batasan-batasan tersebut yaitu: (1) Sistem sosial

10 10 merupakan jaringan hubungan-hubungan antaraktor atau jaringan hubungan interaktif. (2) Sistem sosial menyediakan kerangka konseptual untuk menghubungkan tindakan individu dalam situasi yang bervariasi. (3) Pandangan aktor tentang alat dan tujuan didapat pada situasi dan dibentuk oleh kepercayaan dan norma. (4) Aktor tidak menghadapi situasi sebagai individu, tetapi sebagai posisi dalam peran sosial yang menyediakan perilaku yang sesuai dan juga berhubungan dengan peran-peran sosial yang lainnya (Ritzer, 2014: ). Dalam sistem sosial ini Parsons menekankan pentingnya peran aktor. Akan tetapi ia melihatnya sebagai kenyataan fungsional dan bukan sebagai kenyataan struktural karena aktor merupakan pengemban dari fungsi peran yang adalah bagian dari sistem. Oleh karena itu, harus ada integrasi pola nilai dalam sistem antara aktor dengan struktur sosialnya. Ini dapat terjadi hanya melalui cara internalisasi dan sosialisasi. Dijelaskan oleh Parsons sebagaimana dikutip Ritzer (2014:415) bahwa di sini terdapat pengalihan norma dan nilai sistem sosial pada aktor dalam sistem sosial. Dalam proses sosialisasi yang berhasil, norma dan nilai diinternalisasikan atau menjadi bagian dari kesadaran aktor. Sebagai hasilnya, dalam mengejar kepentingannya, aktor harus mengabdikan diri pada kepentingan sistem sebagai suatu kesatuan. Proses sosialisasi tidak hanya mengajarkan seseorang untuk bertindak, tapi juga mempelajari norma dan nilai dalam masyarakat. Parsons menjelaskan (sebagaimana dikutip Ritzer, 2014:416) bahwa sosialisasi merupakan sebuah proses yang konservatif, disposisi kebutuhan sebagian besar dibentuk masyarakat mengikatkan anak-anak pada sistem sosial, dan sosialisasi itu menyediakan alat

11 11 untuk memenuhi keterpuasan disposisi kebutuhan tersebut. Singkatnya hampir tak ada kreativitas dalam proses sosialisasi ini. Sosialisasi merupakan proses seumur hidup dan norma serta nilai yang ditanamkan cenderung bersifat umum sehingga tidak bisa digunakan anak-anak ketika menghadapi berbagai situasi yang khusus saat mereka dewasa nanti. Karena itulah proses sosialisasi perlu dilengkapi serangkaian pengalaman sosialisasi yang bersifat spesifik. Meski terdapat sosialisasi, namun tetap ada sejumlah besar perbedaan individual di dalam sistem. Akan tetapi, perbedaan individual tersebut tidak menjadi masalah bagi sistem sosial walaupun sebenarnya sistem sosial memerlukan sebuah keteraturan. Beberapa hal yang bisa menjelaskan fenomena ini seperti diungkapkan Ritzer (2014:416) adalah sebagai berikut. Pertama, sejumlah mekanisme pengendalian sosial dapat digunakan untuk mendorong ke arah penyesuaian. Tapi menurut Parsons pengendalian sosial adalah pertahanan lapis kedua. Sebuah sistem berjalan dengan baik jika pengendalian sosial hanya digunakan dengan hemat. Kedua, sistem sosial harus mampu menghormati perbedaan atau bahkan penyimpangan tertentu. Sistem sosial yang lentur lebih kuat dibandingkan dengan sistem sosial yang kaku, yang tidak dapat menerima penyimpangan. Ketiga, sistem sosial harus menyediakan berbagai jenis peluang untuk berperan yang memungkinkan berbagai macam kepribadian yang berbeda untuk mengungkapkan diri mereka sendiri tanpa mengancam integritas sistem. Dengan demikian jelaslah bahwa sosialisasi dan kontrol sosial merupakan mekanisme utama yang memungkinkan sistem sosial mempertahankan keseimbangannya. Individualitas dan penyimpangan diakomodasi, tapi bentuk-

12 12 bentuk yang ekstrem harus ditangani dengan mekanisme penyeimbangan ulang (Ritzer, 2014:416). Semakin jelas juga bahwa Parsons melihat sistem sebagai sebuah kesatuan dari pada aktor di dalam sistem, maksudnya sistemlah yang mengatur aktor dan bukan sebaliknya. Sistem terakhir adalah sistem budaya/kultural. Perihal yang ada di dalam sistem ini adalah unit analisis kepercayaan agama, bahasa, dan lain-lain. Sistem kultural merupakan kekuatan utama yang mengikat berbagai unsur dunia sosial. Kultur adalah kekuatan yang mengikat sistem tindakan, menengahi interaksi antaraktor, mengintegrasikan kepribadian, dan menyatukan sistem sosial. Kultur mempunyai kapasistas khusus untuk menjadi komponen sistem yang lain. Kultur juga merupakan sistem simbol yang terpola yang menjadi sasaran orientasi para aktor dalam rangka penginternalisasian aspek-aspek kepribadian dan pola-pola yang sudah terlembagakan dalam sistem sosial. Kultur bersifat subjektif dan simbolik. Oleh karena itu kultur mudah ditukarkan dan dipindahkan dari satu sistem sosial ke sistem sosial yang lain melalui penyebaran (difusi), atau dari satu kepribadian ke kepribadian yang lain melalui proses belajar dan sosialisasi. Sifat simbolisme kultur menempatkan kultur pada posisi mengendalikan sistem tindakan yang lain. Dalam kaitannya dengan Adaptasi, Goal, Integrasi, dan Latensi, selanjutnya disebut skema AGIL yang akan dijelaskan di bagian berikutnya, keempat sistem ini mempunyai fungsi masing-masing sebagaimana yang dijelaskan berikut ini. (a) Sistem biologis berhubungan dengan fungsi adaptasi yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai

13 13 dengan kebutuhan. (b) Sistem kepribadian berhubungan dengan fungsi pencapaian tujuan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu. (c) Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. (d) Sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka berbuat sesuatu (Ritzer, 2014:410). Semua tindakan-tindakan tersebut membentuk sebuah skema yang disebut sebagai skema tindakan. Tindakan sendiri didefinisikan oleh Parsons sebagai sebuah proses di dalam sistem antara aktor dan situasi yang memiliki signifikansi motivasi pada seorang aktor, atau jika objeknya adalah sebuah objek kolektif, yang dimaksud adalah motivasi pada komponen individualnya (Parsons, 1951:2). Adapun komponen-komponen pembentuk skema tindakan adalah sebagai berikut. Pertama, tindakan mengisyaratkan adanya seorang pelaku, seorang aktor. Kedua, tindakan harus ada tujuan nya, suatu kondisi masa depan yang akan dikejar oleh tindakan tersebut. Ketiga, tindakan harus dimulai dalam sebuah situasi, baik situasi yang bisa diubahnya maupun situasi yang tidak bisa diubah, yang memungkinkan si aktor mencapai tujuannya. Keempat, tindakan juga melibatkan sarana-sarana yang dengannya si aktor bisa dengan mudah melakukan tindakan-tindakan. 7 Parsons juga mengembangkan konsep-konsep imperatif fungsional yang bertujuan agar sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut biasa dikenal 7 Talcott Parsons, The Structure of Social Action, (New York: Macmillan Publishing dan Free Press, 1949), hlm

14 14 sebagai AGIL yang merupakan singkatan dari Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency. Berikut ini penjelasan mengenai keempat imperatif tersebut. 1. Adaptation (Adaptasi) Ini merupakan kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang ada dan alam sekitarnya. Hal ini mencakup segala hal seperti mengumpulkan sumber-sumber kehidupan dan komoditas dan redistribusi sosial (Ritzer, 2014:409). Hal senada diungkapkan oleh Rifkin (2005:12) yang menyatakan bahwa adaptasi berfungsi menerima dan menyaring energi dari dunia eksternal, dari lingkungan. 2. Goal attainment (Pencapaian Tujuan) Imperatif kedua ini merupakan kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Pemecahan permasalahan politik dan sasaran sosial adalah bagian dari kebutuhan ini (Ritzer, 2014:409). Tujuan yang ada tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan karena adanya interaksi antara sistem dengan situasi di luar sistem itu sendiri. Hal tersebut dinyatakan oleh Parsons (1964:17) yang mengungkapkan bahwa pencapaian tujuan didefinisikan oleh hubungan antara sistem dan bagian-bagian tertentu dari situasi eksternal.

15 15 3. Integration (Integrasi) Adalah harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general agreement mengenai nilai-nilai atau norma-norma pada masyarakat telah ditetapkan. Di sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial. Jadi, integrasi tidak bisa dilepaskan dari nilai atau norma. Hal ini dipertegas oleh Parsons (dikutip Gerhard, 1938:256) bahwa The integrative process is one involving motivation when it involved values. 4. Latensi (Pemeliharaan Pola) Merupakan pemeliharaan pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, bahasa, norma, aturan, dan sebagainya. Hamilton (1990:191) menjelaskan lebih lanjut bahwa pemeliharaan pola mengacu pada keharusan mempertahankan stabilitas pola-pola tertentu dari sebuah sistem. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa Parsons menekankan pada hirarki yang jelas mulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Mengenai hirarki ini Stan Rifkin menjelaskan bahwa latensi merupakan imperatif yang paling mampu memberikan kontrol, sementara adaptasi adalah yang paling kecil kemampuannya untuk mengontrol. The organization is controlled, first and foremost, by its internal norms. The norms even control which energy is imported and the sense is made of it; which particular energy is imported and what particular sens is made of it depends upon the value ascribed to the norm. Therefore, L is the most controlling and A the least (Rifkin, 2005:13). Lalu pada tingkat integrasi menurut Parsons terjadi dengan dua cara. Cara pertama adalah masing-masing tingkat yang lebih rendah menyediakan kondisi

16 16 atau kekuatan yang diperlukan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Cara kedua adalah tingkatan yang lebih tinggi mengendalikan segala sesuatu yang ada di tingkah yang lebih rendah (Ritzer, 2014:410). 1.6 Hipotesis Dari pemaparan yang telah dijelaskan, bisa diambil sebuah hipotesis. Hipotesis penelitian ini adalah Penerbit Media Pressindo melakukan adaptasi dengan mengumpulkan sumber-sumber daya. Dengan sumber-sumber daya tersebut, Media Pressindo mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan atau mengubah lingkungan menjadi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, Media Pressindo mengatur dan menyusun tujuan dengan jelas, membaginya menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Integrasi dilakukan Media Pressindo dengan cara memperkokoh organisasi dan harmonisasi keseluruhan anggota sistem. Pemeliharaan pola (latensi) dilakukan Media Pressindo dengan cara menaati nilai-nilai yang ada dalam dunia penerbitan buku. Buku-buku sastra memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kebertahanan Media Pressindo sebagai sebuah sistem. 1.7 Variabel Berdasarkan hipotesis yang telah dibuat, maka bisa disimpulkan adanya dua variabel di dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas, sedangkan

17 17 variabel akibat disebut variabel terikat (Arikunto, 2010:161). Adapun variabel terikat riset ini adalah kebertahanan Penerbit Media Pressindo sebagai sebuah sistem. Sedangkan variabel bebasnya adalah adaptasi, penentuan tujuan, proses integrasi, latensi atau pemeliharaan pola, serta peran buku-buku sastra yang diterbitkan. 1.8 Metode Penelitian Objek Penelitian Penelitian ini membagi dua objeknya menjadi objek material dan objek formal. Faruk (2012:23) menyatakan bahwa objek material adalah objek yang menjadi lapangan penelitian, sedang objek formal adalah objek yang dilihat dari sudut pandang tertentu. Objek formal dalam penelitian ini adalah teori sosiologi Talcott Parsons. Sedang objek materialnya adalah Penerbit Media Pressindo sebagai sebuah sistem Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Adi (2004:57) mengungkapkan bahwa data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti, sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah dalam bentuk jadi, seperti dalam bentuk dokumen atau publikasi. Data primer adalah data utama yang didapatkan melalui wawancara dengan pemilik, penulis, editor, dan pihak-pihak lain yang terlibat langsung dalam proses produksi sastra di penerbit Media Pressindo. Wawancara

18 18 dilakukan secara formal dan informal. Wawancara formal yaitu mewawancarai orang dengan sadar secara mendalam tentang tujuan penelitian, sedangkan wawancara nonformal ialah orang tidak mengetahui jika sedang diwawancarai melalui perbincangan sehari-hari (Moleong, 1989: ). Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui tulisan-tulisan dan buku-buku lain yang berhubungan dan mendukung penelitian ini Teknik Analisis Data Data-data, baik yang primer maupun yang sekunder, diolah dengan cara dicari keterkaitannya antara satu dengan yang lain dalam proses analisis data. Bentuk data adalah kata, frasa, dan kalimat.analisis dilakukan setelah semua data terkumpul. Langkah pertama adalah dengan membandingkan data yang satu dengan data lainnya. Berikutnya dilakukan klasifikasi atas data-data yang telah terkumpul. Klasifikasi dilakukan berdasarkan teori sosiologi Talcott Parsons, jadi data dimasukkan dalam kategori fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi. Setelah klasifikasi dilakukan, dicari keterkaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya. Kemudian dicari tindakan-tindakan yang khas terjadi dalam penerbitan buku sastra serta kontribusi buku-buku sastra terhadap kebertahanan Media Pressindo. Hasil dari analisis data tersebut disajikan secara deskriptif Sistematika Penyajian Setelah proses pengumpulan dan analisis data selesai, penelitian ini dilanjutkan dengan penyajian hasil. Bentuk penyajian adalah deskripsi detail,

19 19 dengan berbagai informasi pendukung sehingga pertanyaan pada rumusan masalah terjawab. Ada lima bab yang akan disajikan dalam penelitian ini, yaitu: Bab 1 berisi pendahuluan. Bab 2 berisi Adaptasi dan Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) dari Penerbit Media Pressindo. Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan pertama yang diajukan. Bab 3 berisi Proses Integrasi dan Pemeliharaan Pola (Latensi) yang dilakukan oleh Penerbit media Pressindo. Bab ketiga memberikan jawaban terhadap permasalahan kedua. Bab 4 memaparkan tindakan-tindakan yang khas dalam penerbitan buku sastra serta kontribusi buku sastra dalam kebertahanan Media Pressindo. Ini merupakan jawaban atas permasalahan ketiga yang diajukan. Bab 5 adalah penutup dan kesimpulan. Bagian akhir berisi lampiran pertanyaan wawancara dan foto.

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretik 1. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons Salah satu teori yang bisa digunakan untuk melihat kerukunan adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON A. Fungsionalisme Struktural Dalam penelitian ini menggunakan Teori fungsional struktural yang pencetusnya adalah Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL 23 BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons) Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif

Lebih terperinci

1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya

1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya PENDEKATAN TEORETIK Menurut Slamet Margono : Masyarakat sebagai sistem sosial dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut, 1. Ekologi, lokasi, dan geografi di mana masyarakat tsb berada 2. Demografi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam

BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam 21 BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON A. Teori Fungsionalisme Struktural Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa 45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.

BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain. BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA A. Teori AGIL Talcott Parsons Menurut teori fungsionalis ini masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

2 keberadaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi d

2 keberadaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi d BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public Relations sebagai salah satu divisi dalam sebuah organisasi atau perusahaan sangat penting keberadaanya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta dan Kazan merupakan dua kota multikultur yang menarik untuk dibahas dalam hal toleransi dan kerukunan antar umat beragama karena masyarakat pada kedua kota

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah BAB II KAJIAN TEORI A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Sebagaimana dikutip dalal cerita dalam koran

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Persepsi Manusia sebagai makhluk yang memiliki pemikiran yang beragam, maka pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam melihat suatu masalah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang

Lebih terperinci

Kapita Selekta Sosial

Kapita Selekta Sosial Modul ke: Kapita Selekta Sosial Sistem Sosial Fakultas FIKOM Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat merupakan sistem

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting keberadaaannya, secara umum Public Relations adalah semua

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting keberadaaannya, secara umum Public Relations adalah semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humas sebagai salah satu divisi dalam sebuah organisasi atau perusahaan sangat penting keberadaaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

Lebih terperinci

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial Lolytasari, M.Hum Perilaku Menyimpang Adalah suatu perilaku yang buruk dan dapat menimbulkan masalah, penyakit masyarakat, anti sosial, para ahli menyebutnya dengan disfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut

Lebih terperinci

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL. pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan (Sosial) tertentu. 1 Dengan ungkapan

BAB II TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL. pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan (Sosial) tertentu. 1 Dengan ungkapan 38 BAB II TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL Paradigma Fakta Sosial Emile Durkheim Paradigma adalah pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan (Sosial) tertentu. 1

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

PANDANGAN HIDUP SISTEM

PANDANGAN HIDUP SISTEM PANDANGAN HIDUP SISTEM SEPERTI APA REALITAS YANG EKOLOGIS? Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi FE UPN Veteran Jatim) Pemahaman Hidup Sistem Visi atau pandangan hidup akan realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Perempuan a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1

untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 SOSIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Penulis: Farida Rahmawati Fitria Wijayanti Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Kehidupan Masyarakat adalah Sistem Sosial

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Kehidupan Masyarakat adalah Sistem Sosial 37 BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Kehidupan Masyarakat adalah Sistem Sosial Manusia adalah makhluk sosial atau individu yang membutuhkan individu lain untuk hidup. Individu-individu tersebut akan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi berbasis komunitas atau Community Based Organization adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari komunitas dan dapat mewadahi beberapa komunitas yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASIPENGEMBANGAN MULOK DISMP NEGERI SALATIGA

BAB V IMPLEMENTASIPENGEMBANGAN MULOK DISMP NEGERI SALATIGA BAB V IMPLEMENTASIPENGEMBANGAN MULOK DISMP NEGERI SALATIGA 2.1 Penentuan MULOK Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa dikembangkan dengan mempertimbangkan tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKUTRAL FUNGSIONAL TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. AUGUSTE COMTE (1798 185) 4. CHARLES DARWIN (1809 1882) 2. HERBERT SPENCER (1820 1903) 5. TALCOT PARSON

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sejarah konvensional, paparan yang analitis harus digunakan untuk. memberikan nilai lebih bagi penulisan sejarah modern.

BAB II LANDASAN TEORI. sejarah konvensional, paparan yang analitis harus digunakan untuk. memberikan nilai lebih bagi penulisan sejarah modern. BAB II LANDASAN TEORI Penelitian dan penulisan sejarah yang baik menurut sejarawan melengkapi dirinya dengan teori dan metodologi sejarah selain historiografi yang menyajikan cerita sejarah sebagai uraian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Interaksi Sosial Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Seperti di Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 Republik Indonesia, salah satunya adalah dengan sistem

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI = SOCIOLOGY= Socius

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan panggilan Cina sering kali menjadi suatu keambiguan bagi masyarakat Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang salah mengartikan kata tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif berdasarkan judul penelitian yang digunakan yaitu Implementasi Etika Public Relations PT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi 128 BAB V KESIMPULAN Seksualitas merupakan bagian penting yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan biologis seorang napi. Berada dalam situasi dan kondisi penjara yang serba terbatas, dengan konsep pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini memang telah berlangsung sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut telah

Lebih terperinci

SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT

SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT AGAMA DALAM KAJIAN ILMIAH (1) Agama sudah menjadi fenomena universal. Agama menjadi bahan pemikiran para penganutnya

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

Parentingdan perpustakaan.keenam, TA ABAH melakukan advokasi atau upaya untuk mendapatkan pengakuan ataupun dukungan dari pemerintah dan elit

Parentingdan perpustakaan.keenam, TA ABAH melakukan advokasi atau upaya untuk mendapatkan pengakuan ataupun dukungan dari pemerintah dan elit BAB V PENUTUP A. Kesimpulan TA ABAH adalah lembaga sosial untuk memperjuangkan hak hidup anak jalanan seperti identitas diri, kehidupan yang layak, kesehatan dan pendidikan. TA ABAH didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan dalam teknologinya, jika pendidikan

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti ikut serta, sehngga partisipasi mengandung pengertian aktif yaitu adanya kegiatan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti ikut serta, sehngga partisipasi mengandung pengertian aktif yaitu adanya kegiatan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi anak dalam kegiatan ekonomi keluarga Dalam bahasa Latin disebut Participatio yang berasal dari kata kerja Partipare yang berarti ikut serta, sehngga partisipasi

Lebih terperinci

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 STRUKTURAL FUNGSIONAL Asumsi Dasar: MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci