BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang sudah ada. Kajian pustaka juga merupakan bahasan tentang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang sudah ada. Kajian pustaka juga merupakan bahasan tentang"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan agar penelitian ini terfokus dan tidak mengulang penelitian yang sudah ada. Kajian pustaka juga merupakan bahasan tentang penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dibuat, sehingga tujuan dari kajian pustaka ini adalah untuk menampilkan perbedaan dengan penelitian terdahulu dan memberikan kebaruan terhadap penelitian yang akan dibuat. Terdapat beberapa penelitian yang mengangkat mengenai media tradisional dan alat komunikasi. Penelitian pertama merupakan penelitian dari S. Bekti Istiyanto (2013) dengan judul Penggunaan Media Komunikasi Tradisional Sebagai Upaya Pengurangan Jatuhnya Korban Akibat Bencana Alam dengan lokasi penelitian di Kabupaten Banyumasan. Dalam penelitian Istiyanto (2013) dijelaskan bahwa masyarakat tidak meninggalkan media komunikasi tradisional yang ada dan digunakan oleh masyarakat Banyumas, walaupun pemerintah daerah Kabupaten Banyumas sudah memberikan beberapa hal sebagai sebuah upaya pencegahan jatuhnya korban akibat bencana alam. Upaya dari pemerintah tersebut seperti pemasangan teknologi sistem peringatan dini yang tergolong modern di daerah yang dianggap rawan bencana, sosialisasi tentang kebencanaan, hingga penjagaan secara reguler situasi yang sedang terjadi. Media komunikasi tradisional seperti seni pertunjukan rakyat berupa Wayang Kulit Gagrak Banyumasan dan Gending

2 9 Banyumasan sudah menjadi kekuatan budaya masyarakat Banyumas sendiri. Keduanya dapat digunakan sebagai sarana berinteraksi antar anggota masyarakat dan mendapatkan informasi terkini tentang apa yang sedang terjadi di wilayahnya, termasuk masalah kebencanaan dan pencegahan jatuhnya korban yang bisa dilakukan. Kedua media seni pertunjukan rakyat tersebut digunakan sebagai media sosialisasi pelengkap yang mempermudah masyarakat memahami dan mencerna pesan yang disampaikan karena kedua pertunjukan tersebut menggunakan bahasa lokal Banyumas dan berisi realitas pembahasan situasi yang akan disampaikan. Selain itu, bunyi-bunyian dari alat komunikasi tradisional masyarakat berupa kenthongan dan bedug dapat melambangkan situasi keamanan wilayah yang sedang terjadi. Kedua alat komunikasi tradisional tersebut masih sangat dibutuhkan untuk masyarakat di daerah Banyumas. Kelebihan dari media kenthongan dan bedug ini adalah lebih murah biayanya, ada dalam kehidupan masyarakat sendiri, mudah penggunaannya, dan bersifat massif. Kedua alat tradisional ini juga dapat berfungsi dengan baik bila teknologi baru justru mengalami gangguan dan tidak setiap anggota masyarakat mampu mengoperasikan dengan betul. Metode penelitian yang digunakan oleh Istiyanto adalah deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, Istiyanto memperoleh data melalui wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan (observasi), dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data penelitian, Istiyanto menggunakan teknik triangulasi data. Istiyanto menggunakan uji validitas data dengan teknik triangulasi data, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan

3 10 hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling. Perbedaan penelitian Istiyanto dengan penelitian ini terletak pada obyek penelitiannya yaitu antara Wayang Kulit Gagrak Banyumasan, Gending Banyumasan, kenthongan, bedug dan kulkul. Walaupun sama-sama merupakan media komunikasi tradisional, kulkul bukan sebuah pagelaran seni, berbeda dengan Wayang Kulit Gagrak Banyumasan dan Gending Banyumasan yang dapat dijadikan sebagai hiburan dengan menyelipkan informasi tentang apa yang sedang terjadi di wilayahnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus analisis situasional, berbeda dengan penelitian Isyanto yaitu penelitain deskriptif kualitatif. Penelitian berikutnya adalah penelitian dari I Dewa Gede Ari Pemayun dan Anak Agung Putu Swabawa (2014) dengan judul Eksistensi Kulkul di Era Kemajuan Teknologi Informasi. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk melihat peranan kulkul sebagai alat komunikasi tradisional di Bali dan melihat eksistensi kulkul di era teknologi informasi. Ari Pemayun dan Swambawa menyimpulkan bahwa eksistensi kulkul masih tetap terjaga pada era teknologi informasi karena di masing-masing desa di Bali masih menggunakan kulkul sebagai alat komunikasi sampai sekarang, di samping adanya pengerajin kulkul yang masih beroperasi sampai saat ini. Hal ini berarti bahwa kemajuan teknologi tidak berpengaruh terhadap eksistensi kulkul di Bali. Dijelaskan juga bahwa fungsi kulkul sebagai alat komunikasi tradisional sangat penting bagi masyarakat Hindu di Bali terutama berperan untuk beberapa penanda tentang kegiatan

4 11 upacara adat dan beberapa peristiwa. Dalam penelitian I Dewa Gede Ari Pemayun dan Anak Agung Putu Swabawa (2014), metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode obervasi, wawancara dan library research. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif yaitu teknik untuk menguraikan dan menganalisis data yang telah terkumpul dan membantu untuk mengambil kesimpulan. Perbedaan penelitian mereka dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah setting sosial di mana penelitian dilakukan. Penelitian Ari Pemayun dan Swambawa hanya mengambil satu lokasi penelitian yaitu di desa Singapadu Gianyar. Lokasi tersebut dianggap masih melestarikan kulkul, terlihat dengan adanya pengrajin kulkul di desa tersebut dan kulkul masih digunakan untuk berbagai fungsi. Berbeda halnya dengan penelitian ini, penulis memilih dua konteks lokasi yang berbeda, di mana desa adat Kuta merupakan suatu daerah yang tergolong sangat modern, merupakan pusat destinasi pariwisata, suatu wilayah yang orientasinya pada uang dalam artian investor masuk begitu banyak, sedangkan desa pakraman Sukahet yang sebagian besar wilayahnya merupakan tanah persawahan, perkebunan, dan sebagian di antaranya juga merupakan tanah perbukitan. Kehidupan masyarakat di desa pakraman Sukahet tidak terlalu urban (suasana perkotaan) seperti di desa adat Kuta, yang terkait dengan kehidupan industrialisasi, konsumsi gaya hidup modern, dan sosialita (kehidupan gemerlap). Kehidupan masyarakat desa pakraman Sukahet masih lekat oleh kehidupan pedesaan dengan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya sebagai petani dan berkebun. Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah analisis

5 12 interactive model Milles dan Huberman, berbeda dengan penelitian Isyanto yang menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu teknik untuk menguraikan dan menganalisis data yang telah terkumpul dan membantu untuk mengambil kesimpulan. Penelitian selanjutnya adalah penelitian dari A.Saleh dan N.Rizkawati (2009) yang berjudul Efektifitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukan Wayang Purwa di Era Globalisasi dengan kasus di Desa Bedoyo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa wayang purwa tidak secara teoritis dalam mengajarkan ajaran dan nilai-nilai, melainkan pengajaran secara kongkret dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokohnya yang kongkret sebagai teladan. Wayang juga tidak mengajarkan ajaran dan nilainilai itu secara kaku atau akademis. Di samping mengajak penonton untuk berpikir dan mencari sendiri, wayang juga mendidik penonton melalui hati dan perasaannya dengan jalan cerita yang berisi adegan-adegan lucu, adegan mengharukan atau menyentuh hati, atau membuat hati geram. Melihat hal tersebut, metode yang digunakan untuk menambah pengetahuan penontonnya adalah melalui contoh-contoh watak yang dimainkan dalam pertunjukan wayang purwa. Dalam pembahasan mengenai karakteristik pertunjukan wayang purwa, dijelaskan bahwa masyarakat beranggapan bahwa pertunjukan wayang purwa yang selama ini diselenggarakan sesuai dengan prosesi bersih desa. Hal yang menarik dari fenomena tradisi bersih desa, dapat terkait dengan berbagai hal, antara lain tempat, waktu dan pelaku dalam rangkaian sebuah prosesi seni budaya. Atas dasar tersebut, dikatakan bahwa dalam seni ada

6 13 spiritualitas dan dalam tradisi ada seni. Berdasarkan hasil pembahasan tingkat efektivitas komunikasi masyarakat tentang bersih desa dalam pertunjukan wayang purwa, terdapat penjelasan bahwa pertunjukan wayang purwa sangat berdampak positif bagi perubahan sikap dalam masyarakat. Dalam hal ini wayang merupakan bahasa simbol kehidupan yang lebih bersifat rohaniah daripada jasmaniah. Setiap penonton yang melihat pagelaran wayang yang dilihat bukan wayangnya melainkan masalah yang tersirat dalam tokoh pelaku dalam pewayangan itu. Dalam penelitian ini, A.Saleh dan N.Rizkawati menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15 for windows, yaitu statistik deskriptif dengan menggunakan khi kuadrat dan uji korelasi Tau Kendall. Berdasarkan hal di atas, penulis menemukan perbedaan dengan penelitian A.Saleh dan N.Rizkawati. Perbedaan pertama terlihat dari obyek penelitiannya, yaitu antara wayang dan kulkul. Kemudian perbedaan yang kedua berdasarkan jenis penelitiannya, di mana penelitian A.Saleh dan N.Rizkawati merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data, sedangkan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dalam proses pengumpulan data. Penelitian selanjutnya yang dijadikan kajian pustaka adalah penelitian I Wayan Suwija (2008) yang berjudul Wacana Kritik Sosial Wayang Cenk Blonk,

7 14 Joblar, dan Sidia yang memiliki tujuan untuk membahas enam permasalahan yang berkenaan dengan ketiga wayang tersebut yaitu: (1) Eksistensi dan peminggiran kedudukan wayang kulit Bali, (2) Kemasan wacana kritik sosial, (3) Bentuk wacana kritik sosial, (4) Fungsi wacana kritik sosial, (5) sasaran dan amanat wacana kritik sosial, dan (6) Tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial wayang Cěnk Blonk, Joblar, dan Sidia. Pementasan wayang kulit tidak hanya sebagai media hiburan dan berfungsi sebagai ritual dalam kaitannya dengan upacara keagamaan, para dalang masih sanggup mengedepankan unsur-unsur pendidikan dan wacana kritik sosial yang cukup menarik untuk dicermati dalam pementasan wayang kulit. Ketiga objek penelitian tersebut merupakan konsep wayang kulit kreasi baru atau inovatif dari pertunjukan wayang kulit Bali yang telah sanggup tampil beda, penuh dengan kreativitas dan inovasi oleh para dalangnya untuk dapat memikat kembali perhatian masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara Suwija dengan para informan, mereka menyetujui kreativitas dalang Cěnk Blonk, Joblar, dan Sidia, karena telah berhasil menampilkan pertunjukan yang berbeda dengan wayang tradisional lainnya serta masih sanggup mengkomunikasikan dialog-dialog yang mengandung nuansa hiburan dan pendidikan sehingga wayang kulit Bali tetap eksis dengan sebutan tontonan yang sekaligus menjadi tuntunan. Dalam penelitian Suwija (2008), upaya membedah wacana kritik sosial tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga landasan teori, yaitu: teori wacana naratif, teori resepasi sastra, dan teori dekonstruksi. Metode pengumpulan data dari penelitian Suwija ini menggunakan metode observasi, wawancara, studi

8 15 dokumen, dan kepustakaan. Metode dan teknik pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang meliputi kegiatan transkripsi, penerjemahan, dan analisis data. Penyajian hasil penelitian Suwija menggunakan teknik formal dan informal. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan I Wayan Suwija adalah perbedaan objek penelitiannya. Selain itu teori yang digunakan penulis juga berbeda dengan landasan teori yang digunakan oleh I Wayan Suwija Kerangka Konseptual Media Komunikasi Tradisional Media komunikasi tradisional sering disebut sebagai bentuk foklor. Bentuk-bentuk dari foklor tersebut yaitu: 1) cerita prosa rakyat (legenda, dongeng, mite); 2) puisi rakyat; 3) teater rakyat; 4) nyanyian rakyat; 5) ungkapan rakyat (peribahasa, pepatah, pameo); 6) gerak isyarat; 7) alat pengingat (sirih berarti meminang); dan 8) alat bunyi-bunyian (kentongan, kulkul, gong, bedug dan lainlain) (Nurudin, 2012:114). Wiliam R. Bascom (dalam Nurudin, 2012:114), menyebutkan fungsi-fungsi pokok foklor sebagai media tradisional sebagai berikut: 1. Foklor sebagai sistem proyeksi 2. Sebagai pengesahan/penguat adat 3. Sebagai alat pendidikan 4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya.

9 16 Kulkul merupakan salah satu bentuk foklor yang berkembang dalam masyarakat tradisional di Bali. Kulkul merupakan media komunikasi tradisional dalam desa adat di Bali. Kulkul memiliki aspek komunikasi sebagai media penyampaian pesan secara nonverbal, yaitu melalui suara-suara kulkul yang memiliki makna yang berbeda-beda. Suara kuklkul tersebut dapat sebagai pengingat suatu pekerjaan ataupun sebagai informasi langsung terjadinya suatu musibah serta menginformasikan bahwa ada masyarakat yang meninggal dunia. Teori fungsional komunikatif merupakan salah satu dari sekian banyak teori komunikasi nonverbal. Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada kegunaan, motif, ataupun hasil dari komunikasi (Sasa Djuarsa, 2007:6.34). Dalam teori fungsional komunikatif, komunikasi nonverbal memiliki peran terhadap hasil komunikasi seperti persuasi dan desepsi (pengelabuan). Teori ini memandang suatu inisiatif untuk berinteraksi sebagai sifat multifungsional dan sebagai suatu bagian yang penting dari proses komunikasi. Fokus dari hal tersebut tidak sekedar kepada apa yang ditampilkan oleh perilaku nonverbal melainkan juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada dibaliknya (Sasa Djuarsa, 2007:6.34). Kulkul merupakan peninggalan leluhur yang dilestarikan sampai saat ini. Kulkul adalah salah satu alat komunikasi bagi organisasi tradisional Bali (seperti desa adat, banjar, subak dan berbagai sekaa). Kulkul diyakini dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan masyarakat Bali. Pada dasarnya kulkul mempunyai fungsi yang berkaitan erat dengan kegiatan banjar mulai dari penanda pertemuan rutin, tanda suatu pekerjaan akan dimulai, tanda adanya bencana alam

10 17 atau penanda bahwa telah terjadi sesuatu. Kulkul juga bersifat sakral dimana keberadaannya tidak akan lepas dari kegiatan persembahyangan di pura, karena difungsikan sebagai media upacara. Structuration Theory yang dikemukakan oleh Anthony Giddens beserta para pengikutnya digunakan untuk menjelaskan tentang kulkul sebagai struktur sosial dalam masyarakat Bali. Structuration Theory adalah teori umum tentang social action. Teori ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah proses memproduksi dan reproduksi berbagai sistem sosial. Para individu bertindak secara strategis menurut aturan-aturan untuk mencapai tujuan mereka dengan menciptakan struktur-struktur yang kembali mempengaruhi tindakan di masa depan (Littlejohn, 2012: ). Aksi-aksi sosial diyakini dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur-struktur tersebut (seperti harapan rasional, peranperan dan norma-norma kelompok, jaringan-jaringan komunikasi, dan institusiistitusi masyarakat). Giddens percaya bahwa strukturasi selalu melibatkan tiga dimensi utama, yaitu: adanya suatu interpretasi atau pemahaman, moralitas atau perilaku yang benar, dan rasa berkuasa dalam bertindak. Aturan yang kita gunakan untuk menuntun tindakan kita, memberitahu kita bagaimana sesuatu harus dipahami (interpretasi), apa yang harus kita lakukan (moralitas), dan bagaimana untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai (kekuatan atau kekuasaan) (Littlejohn, 2012: ). Berdasarkan pengertian tersebut, dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa pakraman menetapkan aturan-aturan yang dibuat sendiri yang disebut dengan awig-awig (Sirtha, 2008:1). Awig-awig desa pakraman dibuat atau

11 18 diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakatnya, norma-norma dalam berperilaku, dan termasuk dalam penggunaan kulkul. Kulkul merupakan bagian dari sistem sosial kemasyarakatan dalam organisasi tradisional di Bali (desa pakraman). Desa pakraman merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki satu kesatuan tradisi dan tata karma dalam pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Awig-awig dalam desa pakraman yang mengatur tentang kulkul, merupakan salah satu faktor yang memperkuat eksistensi kulkul hingga saat ini. Keberadaan kulkul sebagai media komunikasi tradisional yang masih digunakan dalam lembaga organisasi tradisional Bali, serta dalam kegiatan persembahyangan di pura-pura, membuat kulkul selalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kulkul memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di Bali. Adanya awig-awig yang mengatur tentang kulkul menjadikan kulkul sebagai media komunikasi tradisional yang harus diperhatikan dalam masyarakat. Keberadaan kulkul dalam desa pakraman yang memiliki legitimasi yang kuat di masyarakat, membuat kulkul secara tidak langsung memiliki kaitan dengan norma bermasyarakat, dalam hal ini mempertahankan kesadaran moral terhadap tradisi penggunaan kulkul. Dalam fungsinya kulkul disimbolkan sebagai media pencipta kebersamaan dan persatuan, karena setiap masyarakat akan selalu memperhatikan serta mematuhi simbolsimbol bunyi yang disuarakan dari kulkul tersebut.

12 Pergeseran dan Ancaman Terhadap Kulkul Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi yang semakin pesat akan mempengaruhi pola komunikasi yang terjadi di masyarakat. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, sistem komunikasi yang berkembang masih menggunakan peralatan sederhana atau media tradisional dan melalui komunikasi tatap muka. Perkembangan teknologi menjadi suatu inovasi yang bertujuan mempermudah aktifitas manusia. Saat teknologi semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat, saat itu pula masyarakat akan mengikuti alur yang berkembang menjadi semakin modern dan mengikuti inovasi teknologi yang kian canggih. Perubahan sosial akan terjadi karena manusia melakukan adaptasi terhadap teknologi-teknologi baru yang muncul dalam kehidupan manusia. Handphone (HP) merupakan salah satu perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. Dengan HP komunikasi menjadi semakin mudah, efisien, dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyampaikan pesan. Komunikasi jarak jauh pun tidak jadi masalah jika menggunakan HP. Kehadiran HP yang mendunia telah membentuk cara berinteraksi, bersosialisasi, dan berkomunikasi, di mana dalam berkomunikasi tidak perlu lagi komunikasi secara tatap muka saat ingin menyampaikan pesan atau membicarakan sesuatu, dari jarak jauh sekalipun pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan. Fenomena perkembangan teknologi tersebut dapat dijelaskan dengan Technological Determinism Theory. Terdapat beberapa proposisi utama dari Media Technological Determinism (McQuail, 2010:103), yaitu: 1. Teknologi komunikasi sangat penting untuk masyarakat

13 20 2. Setiap teknologi memiliki bias ke bentuk komunikasi tertentu, konten, dan penggunaan. 3. Rangkaian penemuan dan penerapan teknologi komunikasi, mempengaruhi arah dan kecepatan perubahan sosial. 4. Revolusi komunikasi menyebabkan revolusi sosial. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk bagaimana cara berpikir individu, berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia (Nurudin, 2011:185). Dalam Nurudin (2011:185), McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak diperhatikan. Pertama, perubahan budaya disebabkan oleh adanya penemuan dalam teknologi komunikasi. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri. Berdasarkan teori tersebut, terlihat bahwa budaya komunikasi yang mengedepankan kecepatan, efisiensi waktu dan jarak komunikasi, menjadi budaya komunikasi saat ini. Kulkul sebagai media komunikasi tradisional tetap menjadi budaya turun temurun, tetapi HP menjadi ancaman dari kulkul karena fungsi HP lebih praktis, cepat, dan efisien. Proses penyampaian informasi atau pesan dapat dilakukan dari jarak jauh tanpa harus

14 21 bertemu atau bertatap muka. Saat ini, banyak orang menggunakan HP untuk kebutuhan berkomunikasi. Tidak hanya HP, penyebaran surat dan penggunaan pengeras suara untuk menyampaikan informasi dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap kulkul. Benda-benda tersebut bersifat langsung dalam memberikan suatu informasi kepada khalayak Motivasi Penggunaan Media Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di banjar adat, pengurus banjar memerlukan media penyebaran informasi yang menjangkau seluruh warga banjarnya. Selain menggunakan kulkul, kehadiran handphone menjadi sebuah sarana akses informasi dan komunikasi serta menjadi pilihan media untuk berkomunikasi. Pilihan menggunakan handphone memiliki tujuan agar dapat mengurangi tidak sampainya suatu informasi dari suara kulkul, khususnya warga banjar tinggal jauh dari pemukiman banjar adat. I Wayan Swarsa (43 tahun) selaku Bendesa Adat Kuta (wawancara, Kuta, 12 Februari 2015) mengatakan, banyak warga banjar adat di Kuta yang tidak tinggal di pemukiman banjar adatnya, ada yang tinggal di kawasan pemukiman banjar adat lain dan ada juga yang tinggal di Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, solusi agar seluruh warga di masing-masing banjar adat mendapatkan suatu informasi yaitu memberitahukan informasi melalui handphone. Sama halnya dengan Swarsa, Yasa Putra selaku ketua pemuda di Banjar Wangsian Desa Pakraman Sukahet (wawancara, Sukahet, 26 Maret 2015) memilih menggunakan handphone untuk memberitahukan informasi akan diadakan rapat, ada warga yang meninggal,

15 22 menikah, dan lain-lain kepada anggota sekaa teruna-teruninya (organisasi pemuda dan pemudi) yang merantau dan tinggal di Denpasar. Melihat fenomena di atas, teori Uses and Gratification dapat dijadikan sebagai landasan dalam kaitannya dengan fenomena tersebut. Dalam model teori ini, khalayak dianggap secara aktif menggunaakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan Uses and Gratification berfokus pada penggunaan Khalayak dipandang aktif dan berorientasi pada tujuan penggunaan. Khalayak memiliki tanggung jawab penuh akan pilihan media yang memenuhi kebutuhannya dan mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan serta bagaimana mendapatkannya. Dengan kata lain, terlepas dari pilihan yang disediakan oleh media, individu memilih sendiri caranya untuk memuaskan kebutuhannya (Littlejohn, 2012:323). Pendekatan ini juga diterapkan untuk mempelajari daya tarik media elektronik yang baru dan bahkan untuk penggunaan telepon (McQuail,terj.,iva izzati, 2011:174). Kedekatan relatif dengan media yang berbeda dihubungkan dengan pengharapan yang berbeda pula dan juga kepuasan yang dicari. Pendekatan Uses and Gratification tersebut asal mulanya berawal dari pencarian tentang penjelasan mengenai daya tarik yang besar dari konten media pokok tertentu. Pertanyaan inti yang diajukan adalah mengapa orang-orang menggunakan media, dan untuk apa mereka menggunakan media? Menurut Wright (dalam McQuail, terj.,iva izzati, 2011:174), sosiologi fungsionalis memandang media sebagai pelayan atas kebutuhan masyarakat yang beragam, misalnya untuk kohesi, keberlangsungan budaya, kontrol sosial, dan peredaran yang luas dari segala jenis informasi publik. Hal tersebut berkaitan

16 23 dengan penggunaan handphone dalam penyebaran informasi tambahan di Banjar Adat Pande Mas, disamping penyebaran informasi dengan menggunakan kulkul. Semakin padatnya kawasan desa adat Kuta dengan bangunan-bangunan besar dan tinggi, menyebabkan jangkauan dari suara kulkul kadang tidak terdengar jelas oleh beberapa masyarakat. Penyebaran informasi melalui short message service (SMS) menjadi solusi disamping menggunakan kulkul, guna memberitahukan masyarakat untuk berkumpul di banjar berkenaan dengan kegiatan banjar yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan sebelum kulkul dibunyikan, khususnya kepada warga banjar yang bertempat tinggal jauh dari banjar aslinya (Swarsa, wawancara, Kuta, 12 Februari 2015) Sama halnya dengan yang dilakukan oleh kelompok pemuda Banjar Wangsian Desa Pakraman Sukahet, mereka kerap kali menginformasikan tentang kegiatan rapat di banjar, informasi ada warga yang menikah ataupun meninggal melalui group chatting yang ada di Blackberry messanger (BBM). Biasanya mereka saling bertukar informasi dan berdiskusi di BBM tiga hari atau seminggu sebelum rapat berlangsung di banjar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk saling mengingatkan dan memberitahu jika salah satu di antara mereka berhalangan untuk hadir. Pada saat hari berlangsungnya rapat atau kegiatan lain, kulkul akan dibunyikan dan merupakan suatu penanda yang bersifat resmi dan mengingatkan bahwa adanya suatu kegiatan. Philip Palmgreen dari Kentucky University menggunakan dasar bahwa orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, tetapi konsep yang diteliti oleh model Palmgreen tersebut tidak berhenti di situ. Konsep tersebut

17 24 berlanjut dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu sudah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media (Kriyantono, 2006:210). Pemilihan handphone sebagai media tambahan penyebaran informasi disamping menggunakan kulkul, merupakan bentuk kebutuhan, kepuasan, dan pengharapan agar pesan benar-benar sampai kepada yang dituju. Pilihan media tersebut juga merupakan langkah peredaran yang luas dari segala jenis informasi publik. Walaupun saat ini penyebaran informasi dalam kegiatan sosial banyak menggunakan SMS, kulkul akan selalu tetap dibunyikan sebagai bentuk dari keberlangsungan budaya dan kontrol sosial dalam masyarakat, serta disanalah masyarakat merasa puas bahwa mereka sudah melakukan pelestarian budaya. Mereka puas saat melakukan kewajiban menggunakan kulkul dalam proses pemberitahuan informasi terjadinya suatu kegiatan sosial dan kemanusiaan, serta kulkul menjadi pilihan media pemberitahuaan saat musibah (kebakaran, bencana alam) tiba-tiba terjadi.

18 25 Kulkul sebagai media komunikasi tradisional dalam desa pakraman di Bali. Desa pakraman di Bali memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat dalam masyarakat. Keberadaan kulkul dalam desa pakraman menjadikan kulkul juga memiliki legitimasi dan dipatuhi oleh warganya. Kulkul mendapatkan terpaan globalisasi Globalisasi : Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi Globalisasi : Perkembangan wilayah sebagai kota wisata, dominasi ruang komersial yang semakin berkembang, perkembangan arus modal dan investasi yang sangat kuat. Desa Pakraman Sukahet Desa Adat Kuta Keberadaan kulkul dalam desa Pakraman yang memiliki legitimasi menyebabkan kulkul tetap eksis dipergunakan, meskipun teknologi informasi dan komunikasi menggeser penggunaan kulkul. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Desa Pakraman Di Bali (Studi Kasus di Banjar Sari, Desa Pakraman Sukahet dan Banjar Pande Mas, Desa Adat Kuta) I Dewa Gede Aditya Dharma Putra 1), Dewi

Lebih terperinci

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran BAB I PENDAHULULAN A. Latar Belakang Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan yang ditujukan pada sasaran, tetapi komunikasi juga berarti makna dan proses. Ketika seseorang mengirimkan

Lebih terperinci

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui eksistensi

Lebih terperinci

BAB IV. Kesimpulan. positif terhadap pulau Bali seperti yang telah di paparkan di atas, telah dikaji

BAB IV. Kesimpulan. positif terhadap pulau Bali seperti yang telah di paparkan di atas, telah dikaji 82 BAB IV Kesimpulan Komersialisasi seni pertunjukan yang menurut para tokoh sosiologis maupun antropologis yang lebih menekankan bahwa komersialisasi seni pertunjukan di Bali telah memberikan banyak dampak

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat 143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Sunda yang sangat digemari bukan saja di daerah Jawa Barat, melainkan juga di daerah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan yang telah direncanakan dan dikehendaki. Sesuai dengan amanat konstitusi UUD 1945 bahwa tujuan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB SKRIPSI

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB  SKRIPSI PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU DI SITUS WEB http://ketawa.com/ SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak terjadinya Revolusi Industri di Eropa khususnya di Inggris, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Teknologi yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang luas, beragam suku tersebar di berbagai wilayah, dan memiliki sumber daya manusia yang unik pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Laras - Bagaimana perkembangan kesenian wayang kulit saat ini ditengahtengah perkembangan teknologi yang sangat maju, sebenarnya semakin

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang terdapat di Indonesia, Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) tahun 2010 kota ini memiliki luas 26. 510 hektar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile

Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile I Komang Try Adi Stanaya 1), I Made

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Desa Progowati, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu cara untuk melepaskan diri dari rutinitas. Padatnya penduduk yang ada di perkotaan serta tingkat polusi baik udara maupun suara, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting, karena pendidikan itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia. Dengan semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari

BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari BAB V KESIMPULAN Whirling dervish merupakan sebuah kesenian yang diciptakan sebagai ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari terus berputar pada satu kaki dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH Hetty Purnamasari FKIP Universitas Dr. Soetomo Surabaya hettypurnamasari@unitomo.ac.id Abstrak: Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 96 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesenian wayang kulit purwa bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya warisan leluhur yang sangat tinggi nilainya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU Juwita Palupi Muhamad Fajar Hidayat Devi Subiyantini Putri Rizky Psikologi, FPPsi, Universitas Negeri Malang juwi.pupi@gmail.com fajarjunior93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring dengan perubahan budaya proses modernisasi tidak saja menuntut dunia kebudayaan untuk selalu menempatkan dirinya secara arif di tengah berbagai perubahan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci