MITOS DALAM BUDAYA BATAK TOBA DISOROTI DI JEMAAT AGAPE RESSORT PEMATANG SIANTAR I. Oleh: Marojahan Hutabarat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MITOS DALAM BUDAYA BATAK TOBA DISOROTI DI JEMAAT AGAPE RESSORT PEMATANG SIANTAR I. Oleh: Marojahan Hutabarat"

Transkripsi

1 MITOS DALAM BUDAYA BATAK TOBA DISOROTI DI JEMAAT AGAPE RESSORT PEMATANG SIANTAR I Oleh: Marojahan Hutabarat Abstraksi Sebuah cerita dapat disampaikan melalui komunikasi verbal maupun non-verbal, maksudnya cerita yang langsung diceritakan dan cerita yang didengar dari orang lain kepada orang tertentu dan ini didapat kita atau ditemukan cerita yang sudah beredar luas di masyarakat. Mitos adalah sebuah cerita yang beredar luas ditengah-tengah masyarakat, apalagi konteksnya dalam masyarakat Batak Tobasudah beredar cerita-cerita yang beraroma mistis dan magic, seperti kasus begu ganjang, tempat-tempat angker yang banyak terdapat di wilayah Tapanuli Utara (sekarang terbagi menjadi kabupaten Toba Samosir, Humbahas, dan Tapanuli Utara). Cerita mitos ini sebenarnya memiliki pesan-pesan yang terselubung bagi generasi kita pada masa kini, tinggal bagaimana kita sebagai generasi Batak Toba dapat menyumbangkan mitos yang beraroma mistik dan magis menjadi mitos yang bersifat realitas dan urgensitas dapat dipergunakan. Segala sesuatu dapat dipakai untuk keperluan hidup kita disini dan kini, tinggal bagaimana mitos dalam sebuah bentuk turi-turian (cerita) dapat ditarik benang merah kepada konteks kehidupan pada masa kini dalam ruang dan waktu tanpa batas. Maka cerita ini akan dapat lestari seiring dengan kebutuhan jaman. Biarlah cerita mitos ini bercerita apa adanya dan bukan mengada-ada. I. Pendahuluan. Pada masa lalu dalam konteks kemasyarakatan Batak toba yang tinggal di daerah tapanuli menurut pembagian 118

2 wilayah pada masa kolonialisme Belanda; orang-orang batak toba masih hidup dalam sistim kepercayaan Paganisme. Paganisme adalah sebuah bentuk sistim kepercayaan yang dianut oleh masyarakat yang tinggal di sunia ketiga atau yang masih terbelakang sistim kebudayaan yang diukur dalam sistim dunia barat. Tidak heran sistim pembagian ini masih menimbulkan pro dan kontra pada teknorat yang berada di dunia timur secara khusus para pemikir/teolog yang berada di Indonesia secara khusus di kalangan teolog orang-orang Batak Toba, seperti Pdt. Dr. A. A. Sitompul yang mempopulerkan istilah Teologi In Loco. Maka dari sinilah penulis menyoroti pandangan dan pemahaman mitos-mitos yang terdapat dalam sistim masyarakat batak toba secara khusus di jemaat agape HKIP ressort Pematang Siantar Mitos dalam sistim kemasyarakatan batak toba adalah sebuah cara alat berkomunikasi antara konteks dunia yang diatas [banua ginjang], dengan dunia tengah [banua tonga], dimana manusia tinggal dan menjalani hidup yang real dan mencoba menghadirkan peristiwa-peristiwa dari konteks para makhluk supra naturan yang bersifat baik yang tinggal diatas dan yang jahat yang tinggal dinia bawah [banua toru]. Dan sistim ini kadang kala bersifat ambigu dan dualisme bagi orang-orang yang masih mau menjalani kehidupan pada masa lalu. II. Sistim Kepercayaan Mitos Dalam Masyarakat Batak Toba. Mitos adalah sebuah bentuk pengungkapan [ekspresi] simbolis dari nilai-nilai sosial yang menghubungkan praktekpraktek sekarang dengan kepercayaan dan peristiwa masa lalu; mitos juga adalah sebuah piaham masa lalu 1. Itu berarti nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat Batak Toba tidak ada yang berasal langsung dari atas, melainkan sebuah peristiwa yang terjadi secara kontiniutas yang 1 Basyral Namidy Harahap dan Hotman M. Siahaan, Orientasi Nilai- Nilai Budaya Batak, Jakarta, Sanggar Willem Iskandar, 1987, hl

3 didalamnya mengalamai sebuah proses evolusi secara berkala. Nilai-nilai itu dapat bersifat sektoral, lokal maupun universal. Misalnya dalam praktek acara kematian dalam budaya batak toba antara praktek di daerah Samosir dan Toba melakukan ritual Sijagaron, tetapi pada konteks masyarakat Humbang dan Silindung praktek ini tidak ada; tetapi dalam merencanakan sebuah kegiatan tersebut di semua wilayah batak toba melakukan ritual Maria raja [bila dilain tempat namanya pangrapotan]. Nilai-nilai inilah dikemudian hari berkembang dalam proses yang panjang dalam masyarakat batak toba dari dahulu sampai pada masa sekarang. Dan secara lambat-laun nilai-nilai ini dipandang memiliki hal-hal yang sakral dan yang profan; karena dilakukan dalam konteks interaksi antara sesama mereka. Inilah yang dikemudian hari dalam masyarakat batak toba dipandang sebagai hal yang mutlak dan dalam bentuk umpasa berbunyi Tungkot sialagundi, aha na pinungka ompungta na parjolo ido na pinaihutihut ta saonari. Artinya leluhur kita yang memegang tongkat yang bertuah dan apa yang mereka lakukan pada masa lalu menjadi hal yang mutlak harus diperbuat oleh generasi-generasi kita. Inilah hal yang wajar harus diuti oleh setiap orang. Karena dalam sistim masyarakat batak toba orang yang dipandang memiliki kharisma dianggap berasal dari ALLAH. Faktor inilah yang menjadi perekat bagi orang-orang batak toba, karena bila sesuatu yang berasal dari makhluk surgawi tidak boleh dibantah kebenarannya. Makhluk surgawi inilah yang diklaim oleh orang batak toba dalam sistim kepercayaaannya sangat begitu komleks; karena makhluk-makhluk tersebut memiliki sebuah tindakan yang real dan kata-kata yang mumpuni Praktek Sijagaron ini hanya dilakukan oleh orang-orang Batak yang berasal dari Samosir dan Toba; pada zaman dahulu kala Sijagaron ini bertujuan untuk membujuk Sahala dari orang sudah meninggal ini agar mau tinggal ditengah-tengah keluarga dalam ruang lingkup kesejahteraan. Hal ini terbukti dengan memasukan butir-butir padi untuk diberkati oleh sahala para leluhurnya.dan jemaat Agape dalam pengalamn penulis menyertai istri dalam 120

4 Dan konsep ini tidak langsung lahir begitu saja karena menurut hemat penulis hal ini dilatar belakangi dalam konteks Hinduisme yang sudah masuk ke wilayah tapanuli sekitar abab 2 Masehi. Dan ini terlihat dalam sistim kepercayaan pada orangorang batak toba yang memandang sejarah adalah sebuah peristiwa yang pernah terjadi dalam konteks pengulanganpengulangan atau dalam bentuk siklus yang kemungkinan terambil dalam doktrin Hindu dan Budha yang mempercayai tali reinkarnasi, maksudnya bahwa sebuah peristiwa kehidupan yang dialami oleh semua makhluk hidup selalu tersinkronkan dari masa lalu menuju pada masa kini dan akan terjadi terus-menerus pada masa depan. Rantai kehidupan inilah yang kita kenal dalam bentuk sebuah ungkapan bahwa hidup ini seperti roda yang berbutar terus-menerus yang kadang kali membawa kita ke atas dan juga menurunkan kita ke bawah; tidak ada yang konstan dan yang kekal. Jadi sebuah mitos itu dalam sistim kemasyarakatan batak toba sangat erat berhubungan dengan makhluk-makhluk surgawi, sehingga dipandang sebagai hal yang sakral; sekaligus sebuah ungkapan bahwa tidak ada satu kekuatan yang paling dominan, karena setiap tempat memiliki kuasa-kuasa yang tidak dapat melakukan intervensi sekaligus. Inilah yang kemungkinan sekali dalam pemikiran orang barat yang biasa berpikir secara garis lurus dan selalu mengedepankan nalar dan pengalaman dianggap sebagai hal yang membingungkan bahkan bersifat dualisme dan sinkritisme. Sebuah cerita tentang makluk-makluk supra natural ini penuh dengan muatan-muatansimbolis yang asali dalam konteks masyarakat batak toba. Cerita ini dapat kita lihat dalam pandangan seorang tokoh antropolog indonesia yaitu Shohibul pelayanan masih ditemykan praktek tersebut; Tetapi motifnya penulis belum dalami. 3 Maria Susai Dhevomony, Fenomenologi Agama, Yogyakarta, Kanisius, 1995, hl

5 Ansor Serigar yang melihat tokoh-tokoh tersebut seperti yang penulis ungkapkan diatas yaitu 45. Pertama adalah konsep Debata Mula Jadi Na Bolon yang menduduki posisis yang paling senteral. Debata Mula Jadi Na Bolon sendiri bermakna adalah ALLAH yang Esa yang menjadi asal muasal segala sesuatu kejadian; Debata Mula Jadi Na Bolon yang menjadikan langit dan segala sesuatu beserta isinya. Debata Mula Jadi Na Bolon begitu besar kasihnya kepada orang batak toba yang memberikan roh-nya menjelma menjadi anak- Nya. Sebagai aparat yang kelak menegakan ajaran-nya di bumi ini. Kelihatan konsep ini diambil menurut ajaran Kristen, dan konsep ini juga yang masih diterapkan di agama Parmalim. Kedua tentang Debata Na Tolu [Tuhan Yang Tiga], kelihatan figur ini terambil dalam konteks Trimurti; ALLAH yang tiga itu terdiri sebagai berikut: a. Batara guru yaitu asal muasal segala hukum kerajaan dan hal-hal yang berhubungan dengan adat dan hukum. b. Sori Sohaliapan yaitu asal muasal kesucian dan kekudusan. c. Bala Bulan yaitu asal muasal kekuatan yang menganugerahkan kemuliaan, kewibawaan dan kharisma. Dalam bahasa tonggo [doa] agama malim fungsi dari DEBATA bulan ini juga selalu disebutkan sebagai: silehon pargogoihoin asa lam margogo di ngolu dohot haporseaon; Si tiop timbangan harajaon, pinasahat 4 Eka Darmaputera dalam bukunya Pancasila Identitas dan Modrenitas, BPK Gunung Mulia, Jakarta1992, hl ;menggambarkan bahwa nilainilai yang masuk ke wilayah indonesia ada yang berasal dari India;India adalah negara yang memiliki kekayaan budaya tinggi, hal ini terbukti agama hindu dan budha berasal dari India ini; Bahkan eka Darmaputera berkeyakinan lapisan kedua budaya yang terdapat dalam konteks Jawa berasal dari India. Dan penulispun setuju dengan pandanga tersebut bila dilacak dari nilai-nilai budaya batak Toba yang terdapat pada masa lalu dan diteruskan dalam prakteknya pada masa kini, secara khusus di jemaat Agape.Tetapi tidak semua nilai-nilai tersebut diterima dan diterapkan secara utuh. 5 Shohibul Ansor Serigar, Perubahan agama malim, Yogyakarta, Terawang Press, hl

6 na tu patuan malim; Pargogo na so hatudoson, na patuat sahala marsangap sahala martua, artinya pemberi kekuatan spiritual dan intelektual sebagai modal dalam menjalani kehidupan dan meneruskan kepercayaan; yang memegang timbangan kerajaan yang didelegasikan kepada raja SISINGAMANGARAJA; YANG MEMEGANG KEIMAMAM YANG DIAMANATKAN KEPADA PADUKA RAJA IMAM; SUMBER KEKUATAN YANG TIADA TARA, YANG MENURUNKAN KESUCIAN, KEMULIAAN DAN KHARISMA. Ketiga Boru Saniang Naga adalah puteri dari Batara Guru yang berkuasa atas segala air. Kuasa ini juga mencakup tentang bagaimana tata cara penggunaan air untuk kepentingan hidup. Hingga dalam keperluan mandi juga Boru Saniang Naga ini harus disebutkan. Bila dibuat diagramnya sebagai berikut: Debata Mula Jadi Na Bolon Para Malaikat dan Pesuruh Dunia /Alam Atas Debata Na Tolu (Batara Guru Sori Sohaliapan Bala Bulan) Para Malaikat dan Pesuruh Si Boru Deak Parujar Boru Saniang Naga Para Malaikat dan Pesuruh Patuan Raja Uli Si Maribulu Bosi Raja Na Opat Pulu Opat Sisingamangar aja Raja Na Siak Bagi Dunia /Alam Tengah Para Malaikat dan Pesuruh Dunia /Alam Bawah Naga Padoha Ni Aji Para Malaikat dan Pesuruh 123

7 III. Analisa Mitos Terhadap Jemaat Agape Di bawah ini penulis menyebarkan angket terhadap 200 responden jemaat agape, dan angket ini berjumlah 12 daftar pertanyaan yang terdiri sebagai berikut: 1. Apakah menurut saudara/i penyebutan Debata dalam bahasa Batak toba sama saja dengan penyebutan Allah, Tuhan dalam bahasa Indonesia? 2. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Batara Guru dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di dalam Alkitab? 3. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Sori Sohaliapan sama saja dalam agama Batak Toba dengan Allah di Alkitab? 4. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Bala bulan dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 5. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Si Boru Deak Parujar dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 6. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Boru Saniang Naga dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 7. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Patuan Raja Uli dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 124

8 8. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Simaribulu Bosi dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 9. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Raja Na Opat Pulu Opat dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 10. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Sisingamangaraja dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 11. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Raja Na Siak dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? 12. Apakah menurut saudara/i berpendapat bahwa Naga Padoha Ni Aji dalam agama Batak Toba sama saja dengan Allah di Alkitab? P J Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % A ,5 1 0,5 1 0,5 B 49 24, ,5 3 1,5 C 1 0, , , , D , ,5 125

9 P J Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % A 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 B ,5 C 23 11, ,5 15 7, D , , , ,5 Jumlah rata-rata dari presentasi keseluruhan untuk jawaban A 2,8% dan dari jumlah responden yang menjawab 69 orang sama dengan 5,7% Jumlah rata-rata dari presentasi keseluruhan untuk jawaban B 3,8% dan responden yang menjawab 108 = 9% Jumlah rata-rata dari presentasi keseluruhan untuk jawaban C 11,4% dan dari responden yang menjawab 201= 16,6% Jumlah rata-rata dari presentasi keseluruhan untuk jawaban D 32,5% dan dari responden yang menjawab 892= 74,5% KOMENTAR Bila dilihat dalam konteks jemaat Agape yang berada atau yang berdomisili di P. Siantar memiliki pemahaman yang dualistis; hal ini dibuktikan dari jawaban para responder yang menjawab point c yang memilih Kurang percaya 11% dari ratarata jumlah yang menjawab angket tersebut sekitar 16,6%. Dan hal ini dikaitkan lagi dari jawaban para responder untuk point rata-rata nilai A 2,8% dari yang menjawab angketnya sekitar 5,7%; dan bila ditilik lagi untuk jaaban para responder untuk nilai rata-rata B 3,8% dari jumlah angketnya 10,8%. Itu berarti bila dijumlahkan orang-orang tidak percaya tentang mitos bila dijumlahkan dari nilai A, B, C sekitar 18% berbanding yang menolak sama sekali konsep dari mitos yang terdapat di jemaat agape ini sekitar 32%; itupun 32% itu masih jauh belum menuju level 60% keatas. Jangan-jangan jemaat masih bingung untuk membedakan antara nilai-nilai yang sudah ada pada konteks budaya Batak Toba dengan realitas nilai-nilai iman berdasarkan Standart Gerejawi 126

10 Kemungkinan yang kedua jemaat Agape ini sudah mendalami dan memahami nilai-nilai Kekristenan itu secara benar dan sehat; Tetapi penulis berasumsi bahwa kemungkinan kedua ini masih jauh dari yang sebenarnya. Hal ini terbukti masih banyak jemaat mempraktekkan nilai-nilai Habatakon secara langsung. IV. Kesimpulan. Orang Batak Toba tidak dapat dicabut dari akar budayanya karena ia masih hidup ditengah-tengah realitas yang kongkret, bukan di dunia Utopia. Maka dari sinilah peran gereja untuk menstabilkan dan memurnikan nilai-nilai Kekristenan itu jangan bercampur baur (Marsaok), melainkan harus dapat menyeimbangkan dan bahkan mensterilkan nilainilai yang berasal dari Paganisme itu secara utuh. Inilah tugas dan tanggung jawab gereja terhap nilai-nilai yang masih dipandang agak begitu negatif. V. Kepustakaan Darmaputera, Eka, Pancasila Identitas dan Modrenitas, BPK Gunung Mulia, Jakarta, Dhavomony, Maria Susai, Fenomenologi Agama, kanisius, Yagyakarta, Namidy, Basyral dan Hotman M. Siahaan, Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak, Sanggar Willem Iskandar, Jakarta, Siregar, Shohibul Ansor, Perubahan Agama Malim, Terawang Press, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BATAK

KEBUDAYAAN SUKU BATAK KEBUDAYAAN SUKU BATAK ranang@isi-ska.ac.id Suku Batak 1. Tapanuli Selatan: Batak Toba, Angkola, dan Mandailing 2. Tapanuli Utara: Batak Dairi, Pak-Pak, dan Karo 3. Timur danau Toba: Batak Simalungun >>

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap agama percaya terhadap Ketuhan Yang Maha Esa dan menolak terhadap kepercayaan-kepercayaan roh-roh halus yang berbau mistis. Semua ini tercetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Maka tak heran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan. GLOSARIUM (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul tesis ini) Ban : Hukum atau siasat gereja dalam memberi sanksi kepada jemaat yang melanggar aturan. Bona pasogit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tinggalan manusia masa lampau merupakan gambaran gagasan yang tercipta karena adanya jaringan ingatan, pengalaman, dan pengetahuan yang diaktualisasikan ke

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan)

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan) MERAH Menyala Bulan adalah cerminan kekuatan Allah. Kitab ini berisi kekuatan manusia dalam menjalani hidup termasuk bumi dan seni bela diri batak dalam menjalani hidup sehari-hari. 3. Laklak Debata Bulan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teater berasal dari kata Theatron, yang artinya Tempat di ketinggian sebagai tempat meletakkan sesajian persembahan bagi para dewa pada zaman Yunani Kuno. Namun

Lebih terperinci

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan) PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis melantunkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR PEMBUKA

Lebih terperinci

LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017

LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017 LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017 1. PERSIAPAN - Organis/pianis mengalunkan lagu-lagu gerejawi - Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI Minggu, 15 Mei 2016 PERSIAPAN *Doa Pribadi Umat *Doa Konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2: Selamat malam dan selamat beribadah di hari Minggu, Hari Pentakosta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat Batak Toba sebagai masyarakat yang di dalamnyalah gereja ini lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA

GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA Torang Naiborhu Alan P. Merriam mengatakan bahwa fungsi musik merupakan masalah yang sangat penting dalam etnomusikologi, karena

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dunia merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB III DALIHAN NA TOLU DALAM MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI KOTA TEGAL

BAB III DALIHAN NA TOLU DALAM MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI KOTA TEGAL BAB III DALIHAN NA TOLU DALAM MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI KOTA TEGAL Berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian terhadap masyarakat suku Batak Toba di kota Tegal, hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Didalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang membuat kita bingung karena kita kita harus memilih salah satu dari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di Sumatera Utara memegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

Efesus 1: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Efesus 1: Pdt. Andi Halim, S.Th. Efesus 1:15-23 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 15-16 menuliskan bahwa Paulus tidak berhenti bersyukur dan berdoa. Inilah ciri orang yang sudah percaya dalam Kristus. Namun karena distorsi dosa maka mengucap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG Pada bab II ini penulis akan membahas latar belakang masyarakat Batak Toba di desa turpuk limbong, termasuk gografi, topografi, ekonomi, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja maupun badan misi pada masa lampau, yang berkaitan dengan kolonialisasi, tidak hanya menjadi halangan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga dimana suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri menjalankan fungsi pengasuhan

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 6 akan dibahas beberapa kesimpulan, diskusi, keterbatasan penelitian, saran metodologis dan saran praktis yang diperoleh dari hasil penelitian. 6. 1. Kesimpulan

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci