RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN IMPEDANSI LISTRIK PADA TEMPERATUR RENDAH BERBASIS FLUKE PM6306

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN IMPEDANSI LISTRIK PADA TEMPERATUR RENDAH BERBASIS FLUKE PM6306"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN IMPEDANSI LISTRIK PADA TEMPERATUR RENDAH BERBASIS FLUKE PM6306 Mirzan Ghulami, Djoko Triyono, Arief Sudarmaji Program Sarjana Ekstensi, Departemen Fisika, FMIPA Universitas Indonesia ABSTRAK Rancang bangun sistem pengukuran impedansi listrik pada temperatur rendah telah dibuat dari temperatur -110 C hingga temperatur kamar. Pengukuran impedansi listrik menggunakan RCL meter fluke PM6306 yang dapat dikontrol melalui program mikrokontroler. Sistem pendingin dirancang agar mampu mendinginkan bahan uji secara non-kontak dengan menggunakan nitrogen sebagai cairan pendingin. Sistem pendingin juga dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan secara Proporsional hingga temperatur 30 C. Pengukuran impedansi listrik dilakukan dengan dua metode yaitu pada temperatur konstan dan pada saat peningkatan temperatur. Dari kedua metode pengukuran ini diperoleh impedansi listrik sebagai fungsi frekuensi, Z(f), dan temperatur, Z(T). antar-muka menggunakan LABVIEW melalui program pengendalian temperatur. hasil pengukuran berupa temperatur, impedansi dan sudut phase otomatis tersimpan dalam komputer dan ditampilkan dalam grafik T(t), Z(f), Z(T) dan plot Nyquist. Kata Kunci : Impedansi, Temperatur Rendah, Frekuensi, Fluke PM6306. ABSTRACT Low temperature system for electrical impedance measurement from -110 C to room temperature has been made by using rcl meter fluke PM6306 controlled by microcontroller program. The cryostat was built to cool the sample without contact. Liquid nitrogen was used as liquid cooling. The cryostat also equipped by heater that can be controlled proportionally to heat up temperatur 30 C. Impedance measurement can be carried out by two methods which are at constant temperature and during increasing temperature. From these methods, impedance as a function of frequency, Z(f), and as a function of temperature,z(t), can be obtained. Interfacing was using labview through temperature controlling program. The results of measurement such as temperature, impedance, and its phase automatically recorded in computer and given in graphs T(t), Z(f), Z(T) and Nyquist plot. Keywords: Impedance, Low Temperature, Frequency, FlukePM PENDAHULUAN Departemen fisika universitas Indonesia memiliki rcl-meter yang hanya bisa digunakan pada temperatur ruang. Alat ini memiliki kemampuan untuk dikendalikan secara manual lewat tombol-tombol pada antar-mukanya atau dikendalikan dari jarak jauh dengan

2 komunikasi secara serial. Kerja alat ini akan lebih maksimal bila material yang diukur dapat divariasikan temperaturnya sehingga akan didapat fungsi baru yaitu fungsi temperatur. Selain itu guna memperpanjang umur pemakaian alat, maka alat lebih baik digunakan secara otomatis dengan antar-muka menggunakan komputer, karena pengguna tidak akan menggunakan rcl-meter secara langsung tetapi denganmengirimkan perintah-perintah lewat komputer. Penelitian ini dilakukan untuk membuat otomatisasi dari alat ukur rcl-meter dan rancang bangun pendingin untuk mendinginkan material pada saat pengukuran. Hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk menunjang penelitian-penelitian fisika khususnya fisika material. 2. TINJAUAN TEORITIS RCL merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sifat-sifat listrik suatu objek. RCL meter dapat mengukur nilai hambatan, nilai kapasitansi, dan nilai induktansi pada benda. Selain itu RCL meter yang digunakan adalah fluke PM6306 yang dapat mengukur impedansi benda pada frekuensi tertentu. Pengukuran impedansi komponen yang dilakukan oleh RCL-meter berdasarkan dari teknik pengukuran arus dan tegangan yang melewati komponen tersebut. Arus dan tegangan yang terukur dari komponen tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai-nilai berupa bilangan biner. Dari nilai-nilai tersebut maka Central Processing Unit (CPU) akan menghitung parameter kelistrikan dari komponen tersebut. Parameter-parameter kelistrikan tersebut kemudian dapat kita lihat pada layarliquid Crystal Display(LCD). Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan mode AUTO, atau manual dengan cara menentukan rangkaian equivalen secara seri atau secara paralel. Ketika mode AUTO dipilih maka sifat listrik dominan dan sifat listrik tidak dominan akan ditampilkan di layar LCD. Parameterparameter tambahan lainnya pun dapat ditampilkan dengan memilih pada keyboard secara manual, parameter ini adalah faktor kualitas (Q), faktor pelemahan (D), impedansi (Z), sudut (φ), tegangan (Vx), dan arus (Ix) [2]. Sifat listrik dominan yang dimaksut adalah ketika kita memiliki sebuah resistor maka resistor itu akan memiliki sifat kapasitansi atau resistansi pada frekunsi arus dengan frekuensi tertentu. Ketika mencapai nilai batas tersebut maka resistor yang memiliki nilai dominan sebagai hambatan dan nilai tidak dominan sebagai kapasitor atau induktor akan berubah sifat menjadi kebalikannya.

3 Masing- masing siklus perngukuran membutuhkan waktu 0.5 detik. Untuk pengukuran arus bolak-balik (alternating current) dalam satu siklus terdiri dari tujuh pengukuran terpisah yang berbeda-beda, kemudian hasilnya akan disimpan dan dievaluasi secara aritmatika. Hasil evaluasi tersebut kemudia di tampilkan pada layar LCD. Tujuh pengukuran terpisah tersebut adalah [2] : a. pengukuran tegangan pada 0 dan faktor penguat dalam b. pengukuran tegangan pada 90 c. pengukuran referensi pada 0 d. pengukuran referensi 90 pada faktor penguat >1 dan pengukuran arus 0 pada faktor penguat =1 e. pengukuran arus 0 pada faktor penguat >1 dan pengukuran arus 90 pada faktor penguat = 1 f. pengukuran arus 90 pada faktor penguat >1 dan pengukuran referensi 0 pada faktor penguat = 1 g. pengukuran referensi 0 pada faktor penguat >1 dan pengukuran referensi 90 pada faktor penguat = 1 Hasil dari ketujuh pengukuran disimpan pada setiap akhir siklus pengukuran. Mikroprosesor pada RCL-meter menggunakan nilai-nilai hasil pengukuran tersebut untuk menentukan rangkaian seri equivalen dari hambatan (Rs), rangkaian seri equivalen dari reaktansi (Xs), dan faktor qualitas Q = Xs/Rs dari komponen. Pada mode AUTO, mikroprosesor juga menentukan parameter dominan dan tidak dominan, menghitung nilainya, dan menampilkan bersamaan dengan simbol dari rangkaian equivalen. Jika salah satu parameter dipilih secara manual antara yang dominan dan yang tidak dominan, maka hanya parameter tersebut yang akan dihitung dan ditampilkan. Setelah itu pada siklus pengukuran selanjutnya akan dimulai dengan tujuh pengukuran terpisah kembali. Gambar 1. Display RCL Meter [2]

4 Jika pada RCL meter menunjukkan gambar pada Gambar 2.1, hasil dari tujuh pengukuran dapat dilihat pada diagram phasor pada gambar 2.2 Gambar 2. Diagram Phasor RCL Meter [2] V = tegangan I = arus V1 = 0 - tegangan V2 = 90 - tegangan Φ = sudut antara I dan V α = sudut antara I dan v1 Pada diagram, sudut antara hubungan I dan V menjadi kerugian induktansi. Pada setiap siklus pengukuran komponen-komponen berikut akan ditentuntukan, yaitu : Vp, Vq, Ip, dan Iq.Pada rangkaian seri hambatan dan reaktansi, nilainya didapat dari persamaan berikut. Rs =.. (2.1) Xs =.. (2.2) 3. METODE PENELITIAN Rancangan sistem yang dibuat terdiri dari rancangan pendingin (cryostat), rancangan rangkaian elektronika, rancangan program pengendalian temperatur pada mikrokontroler, dan

5 rancangan program pengendalian temperatur pada LabView. Pada rancangan cryostat terdiri dari pembuatan rancang bangun cryostat, konektor kabel, probe, dan pompa vakum. Gambar 3. Blok Diagram Sistem Pada rancangan elektronika terdiri dari pembuatan minimum sistem, pemanas, rangkaian sensor, rangkaian pemanas dan pemanas dengan daya dc. Rancangan program pengendalian temperatur pada mikrokontroler dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengkonversi nilai pembacaan sensor, mengatur daya pada pemanas, dan berkomunikasi secara serial dengan komputer. Pada rancangan program pengendalian temperatur pada labview juga dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengolah data yang dikirimkan oleh mikrokontroler, menampilkan kepada operator, dan menyimpan data yang telah diolah. Gambar 1 menunjukkan blog diagram dari sistem yang telah dibuat. Pembuatan sistem ini dimulai dengan pembuatan crysotat terlebih dahulu. Pada Gambar 1 terlihat bahwa nitrogen cair dimasukkan pada cryostat, hal ini dimaksudkan agar cryostat mengalami pendinginan yang disebabkan oleh cairan nitrogen. Cryostat yang telah dingin akan mendinginkan objek pengukuran dan sensor temperatur didalamnya. Sensor temperatur kemudian memberikan informasi temperatur didalam cryostat kepada program mikrokontroler. Mikrokontroler yang telah diprogram kemudian mengirimkan informasi tersebut secara serial kepada komputer. Dikomputer data tentang temperatur tersebut diolah dengan menggunakan program pengendalian temperatur. Dari hasil pengolahan data temperatur maka didapatkan nilai perbedaan temperatur didalam cryostat dengan temperatur yang diinginkan. Nilai perbedaan atau error ini kemudian dikirimkan kembali pada mikrokontroler untuk mengatur daya pada

6 pemanas. Pemanas ini nantinya akan memanaskan ruangan didalam cryostat agar temperatur dapat mencapai set point yang diinginkan. Bersamaan dengan itu cryostat juga mendinginkan objek pengukuran yang ada didalamnya. Objek ini dijepit menggunakan probe yang kemudian dihubungkan dengan konektor. Nilai dari impedansi probe kemudian diukur dengan menggunakan RCL meter merek Fluke tipe PM6306. Dalam pengukuran, probe standar milik fluke juga dihubungkan dengan konektor yang ada diluar cryostat. Nilai-nilai yang terbaca pada cryostat kemudian diinputkan secara manual kepada LabView untuk kemudian diolah dan disimpan dalam bentuk tabel. 4. HASIL PENELITIAN Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji pendinginan pada cryostat. Pengujian pertama dilakukan dengan menuangkan nitrogen cair secara sedikit demi sedikit. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan melihat efek pendinginan dengan pemakaian nitrogen cair sehemat mungkin. Pada pengujian pertama tempat penampung nitrogen cair ditutup menggunakan busa sterofoam. Grafik Pendinginan Percobaan 1 TEMPERATUR ( C) WAKTU (S) Gambar 4. Grafik Pendinginan Percobaan Pertama

7 Gambar 11 merupakan grafik yang didapatkan dari pengujian pendingingan menggunakan nitrogen cair sehemat mungkin. Pada percobaan ini jumlah nitrogen cair yang digunakan ± 5 liter atau setengah dari wadah penyimpanan nitrogen. Dari grafik ini terlihat bahwa proses pendinginan mencapai temperatur maksimum sebesar ± 89 C. Proses ini ditempuh selama ± 1600 detik atau 26 menit. Gambar 4.6 juga menunjukkan bahwa pada proses ini pendinginan terjadi cukup lambat. Selain itu pada saat nitrogen cair telah habis dari penampungan, terlihat pada ujung garis berwarna biru kecendrungan untuk terjadi pemanasan dengan cepat. Percobaan pendinginan kedua dilakukan dengan menghabiskan nitrogen cair lebih banyak dari percobaan pertama. Pada percobaan ini jumlah nitrogen yang dituang ± 8 liter secara sedikit demi sedikit. Pengujian ini dilakukan dengan perbaikan berupa isolasi cryostat dari temperatur ruangan dengan menggunakan selimut yang cukup tebal. Setelah menuangkan nitrogen cair sebanyak ± 8 liter, tempat nitrogen cair ditutup dengan menggunakan busa. Pada kondisi ini nitrogen cair menguap dengan sangat cepat. Agar uap dingin tersebut tidak terbuang dengan sia-sia, maka uap tersebut digunakan untuk mendinginkan bagian luar cryostat dengan cara menyelimuti dinding cryostat dengan selimut tebal. Selimut tersebut dipasang menutupi lubang tempat menuang nitrogen cair, kemudian selimut tersebut dililitkan ke sekeliling cryostat. Dengan cara ini maka uap nitrogen cair yang keluar akan melewati dinding-dinding luar cryostat dan lapisan selimut sehingga temperatur di sekitar cryostat ikut mengalami pendinginan. Grafik Pendinginan Percobaan 2 TEMPERATUR (C) WAKTU (S)

8 Grafik 5. Grafik Pendinginan Percobaan Kedua Gambar 5 merupakan grafik yang didapatkan dari pengujian pendinginan pada percobaan kedua. Pada grafik ini terlihat bahwa dengan perlakuan yang berbeda dari percobaan pertama nilai pendinginan yang didapat akan lebih rendah. Pada percobaan kedua nilai maksimum pendinginan yang dicapai adalah -100 C dengan waktu pendinginan mencapai temperatur maksimum ±2500 detik atau 41 menit. Pada percobaan kedua cryostat dapat mempertahankan nilai pada temperatur rendah lebih lama daripada percobaan pertama. Terlihat pada Gambar 4.8 setelah mencapai titik maksimumnya cryostat mengalami kestabilan temperatur selama ±800 detik atau 13 menit. Percobaan pendinginan ketiga dilakukan dengan sedikit perbedaan perlakuan dari percobaan kedua. Pada percobaan ini nitrogen cair tidak dituangkan secara sedikit demi sedit akan tetapi langsung diisi ke dalam cryostat hingga penuh. Setelah nitrogen cair penuh lubang cryostat ditutup dengan menggunakan busa, setelah itu cryostat ditutup menggunakan selimut tebal sama seperti percobaan kedua. Pada percobaan ketiga nitrogen yang digunakan ±9 liter, yaitu sebanyak 1 tabung nitrogen cair penuh. Grafik Pendinginan Percobaan TEMPERATUR (C) WAKTU (S) Gambar 6. Grafik Pendinginan Percobaan Ketiga

9 Gambar 6 memperlihatkan grafik pendinginan dari percobaan ketiga. Percobaan ini dinilai sebagai percobaan yang paling baik karena nilai pendinginan maksimum mencapai C. Percobaan ketiga ini juga memerlukan waktu yang paling singkat dalam mencapai nilai pendinginan maksimum yaitu sebesar ±1600 detik atau 26 menit. Sebelum melakukan pengujian dengan menggunakan sistem kontrol, dilakukan pemanasan alami tanpa menggunakan heater. Hal ini untuk melihat respon pemanasan yang dimiliki oleh cryostat. Grafik Pemanasan Percobaan TEMPERATUR (C) WAKTU (S) Gambar 7. Grafik Pemanasan Alami Pada Percobaan Pertama Gambar 7 merupakan hasil yang didapat dari percobaan pemanasan cryostat secara alami. Temperatur naik dengan cepat hingga sekitar -5 C. waktu yang dibutuhkan cryostat untuk pemanasan alami dari temperatur -75 C hingga -5 C adalah ±1800 detik atau 30 menit. Percobaan pemanasan ini juga dipengaruhi oleh perlakuan pada percobaan pendinginan pertama, yaitu menggunakan nitrogen sehemat mungkin dan tidak menggunakan isolasi termal berupa selimut disekeliling cryostat. Percobaan pemanasan kedua dilakukan dengan memberikan daya 50 persen pada pemanas untuk melihat respon dari cryostat. Percobaan pemanasan kedua merupakan percobaan yang dilakukan setelah percobaan pendinginan kedua sehingga perlakuan yang diberikan sama.

10 Grafik Pemanasan Percobaan TEMPERATUR (C) WAKTU (S) Gambar 8. Grafik Pemanasan Pada Percobaan Kedua dengan Daya Pemanas 50% Gambar 8 merupakan grafik dari pemanasan pada percobaan kedua dengan menggunakan pemanas yang diberi daya sebesar 50%. Dari hasil yang didapat terlihat bahwa dengan menggunakan pemanas, peningkatan temperatur dapat dicapai secara linier. Waktu yang digunakan dalam pemanasan pada percobaan ke-2 dari -95 C hingga 20 C adalah ±5000 detik atau 83 menit. Waktu pemanasan yang dibutuhkan lebih lama dari percobaan pertama namun lebih linier. Percobaan kedua dinilai lebih baik dari percobaan pertama karena waktu untuk pengukuran menggunakan rcl meter menjadi lebih lama. Percobaan pemanasan ketiga dilakukan dengan menggunakan kontrol proporsional. Daya yang diberikan pada pemanas bergantung dari nilai error yang didapat. Percobaan pemanasan ketiga dilakukan setelah percobaan pendinginan ketiga maka dari itu perlakuan yang diberikan pada percobaan ini sama.

11 Gambar 9. Grafik Pemanasan Percobaan Ketiga dengan Kontrol Proporsional Gambar 9 merupakan grafik yang didapat dari percobaan pemanasan pada percobaan ketiga. Titik-tik yang berwarna merah merupakan set point yang diberikan, sedangkan titiktik yang berwarna biru merupakan temperatur didalam cryostat yang terukur. Terlihat pada Gambar 4.13 bahwa waktu yang diperlukan untuk melakukan pemanasan lebih lama daripada percobaan pertama atau kedua. Pada percobaan ketiga waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan dari temperatur -110 C hingga 20 C adalah ± detik atau 2 jam 47 menit. Pada Gambar 16 juga memperlihatkan keadaan titik-titik dengan peningkatan yang landai yaitu pada 0 detik hingga 4000 detik, hal ini menggambarkan pada saat tersebut nitrogen cair belum habis sehingga pemanasan berjalan sangat lambat. Namun setelah nitrogen habis peningkatan temperatur terjadi secara cepat. Dalam hal ini seharusnya kontrol proporsional dapat mengatur agar temperatur berjalan secara konstan. Namun masalah yang dihadapi adalah pada saat terjadi pemanasan tidak ada lagi cairan pendingin yang bisa menahan pemanasan. Temperatur dingin yang tersisa berasal dari dinding-dinding cryostat dan udara sekitar yang bukan merupakan sumber dingin. Namun demikian percobaan ketiga dinilai lebih baik dari pada percobaan pertama dan kedua karena temperatur naik dengan lambat sehingga memudahkan pengambilan data rcl meter secara manual.

12 Pengujian sistem yang telah dilakukan bertujuan untuk mengukur sample barium titanat. Pada sub bab ini akan dibahas tentang hasil pengukuran sifat listrik barium titanat dengan sistem cryostat yang telah dibuat Impedansi BaTiO3 terhadap Frekuensi pada T Kamar 2000 Impedansi Frekuensi Gambar 10. Grafik Impedansi BaTiO 3 terhadap Frekuensi pada Temperatur Kamar Grafik Impedansi BaTiO3 terhadap Frekuensi pada Temperatur Rendah IMPEDANSI (OHM) FREKUENSI (Hz) Gambar 11. Grafik Impedansi BaTiO 3 terhadap Frekuensi pada Temperatur Rendah

13 Gambar 18 menunjukkan hasil pengukuran impedansi barium titanat pada temperatur rendah yang telah dilakukan. Pada pengukuran ini menggunakan cara pengukuran yang sama dengan saat temperatur kamar, yaitu menggunakan tegangan 1 volt dan variasi frekuensi dari 100Hz hingga 1MHz dengan perubahan yang logaritmik. Pengukuran ini membuktikan bahwa terjadi perbedaan impedansi antara temperatur ruang dengan temperatur rendah. Pada kondisi temperatur kamar dengan tegangan 100Hz impedansi barium titanat bernilai ±2400 Ohm, sedangkan pada temperatur rendah impedansi barium titanat naik hingga ±35000 Ohm. Nyquist Plot BaTiO3 pada T Kamar Z SIN PI Z COS PI Gambar 12. Plot Nyquist BaTiO 3 pada Temperatur Kamar

14 Nyquist Plot BaTiO3 pada T Rendah Z SIN PHI Z COS PHI Gambar 13. Plot Nyquist BaTiO 3 pada Temperatur Rendah Gambar 12 dan Gambar 13 menggambarkan nyquist plot dari barium titanat yang diukur pada keadaan yang berbeda. Pada gambar 19 barium titanat diukur pada saat temperatur kamar, dan pada gambar 13 barium titanat diukur pada temperatur rendah. Terdapat perbedaan nilai yang sangat besar antara kedua pengukuran ini baik nilai impedansi real maupun impedansi imajiner. Kedua pengukuran ini menghasilkan bentuk setengah lingkaran yang berada pada kuadaran kedua. Hal ini menandakan barium titanat memiliki sifat kapasitansi. Selain dengan frekuensi yang bervariasi, barium titanat juga diukur dengan perubahan temperatur tiap 1derajat celcius dari -110 C hingga 20 C. pengukuran ini dilakukan dengan tegangan 1 volt dan frekuensi 50KHz.

15 IMPEDANSI (Ohm) Impedansi BaTiO3 terhadap T dengan F 50KHz TEMPERATUR (C) Gambar 14. Pengukuran Impedansi BaTiO 3 dengan Variasi Temperatur Dari hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar 21 terlihat bahwa pada temperatur dibawah -90 C impedansi tidak dapat diukur dengaan baik karena nilai pada rcl meter selalu berubah-ubah. Namun diatas -90 C pengukuran impedansi berjalan dengan baik. Terlihat hasil impedansi yang semakin berkurang bersamaan dengan meningkatnya suhu cryostat. 5. PEMBAHASAN Cryostat yang dibuat dirancang agar dapat mendinginkan objek pada temperatur yang sangat rendah. Pada temperatur tersebut akan terbentuk bunga-bunga es bila pada udara sekitarnya terdapat uap air. Oleh karena itu cryostat dirancang untuk di vakum berkali-kali kemudian diinjeksi dengan gas nitrogen murni. Hal ini bertujuan untuk membuang udara yang mengandung air. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan kondisi ruang vakum sebesar 30 Torr. Hal ini menandakan bahwa terjadi kebocoran pada cryostat. Kebocoran ini mengakibatkan saat selang dari pompa vakum ditutup, kondisi ruangan cryostat secara perlahan-lahan akan kembali ke tekanan 1 atm atau 760 Torr. Setelah melakukan uji vakum dilanjutkan pengujian dengan memberikan udara bertekanan pada cryostat. Pengujian ini dilakukan sebagai simulasi sebelum menggunakan

16 gas nitrogen murni. Udara bertekanan dihasilkan dari pompa rotary yang digunakan untuk vakum. Dengan memindahkan selang ke lubang pembuangan maka akan didapatkan udara bertekanan. Hasil yang didapat dari pengujian ini adalah sambungan-sambungan pada dinding cryosat tidak dapat menahan udara tersebut. Seal-seal yang digunakan sebagai pelapis juga terdorong keluar dari cryostat. Kondisi ini dianggap akan merusak mekanisme cryostat sehingga pengujian dengan memasukkan udara bertekanan dihentikan. Selain itu uji vakum juga dilakukan sambil menuangkan nitrogen cair kedalam cryostat. Nitrogen cair membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendinginkan seluruh isi cryostat. Temperatur yang cukup dingin mengakibatkan karet seal yang digunakan menjadi lebih getas sehingga keadaan ruang cryostat yang sebelumnya berada dalam keadaan vakum 30 torr berubah menjadi 200 torr. karet seal yang getas mengakibatkan kebocoran pada cryostat semakin bertambah besar. Bila pompa vakum terus dihidupkan pada saat terjadi pendinginan, maka terjadi bunyi cracking pada dinding-dinding cryostat. Maka dari itu pengujian dengan pompa vakum dihentikan pada saat terjadi pendinginan karena dikhawatirkan mekanisme cryostat akan mengalami keretakan. Pengukuran impedansi barium titanat bertujuan untuk melihat respon impedansi bila diberikan tegangan pengukuran dengan variasi frekuensi. Tegangan pengukuran yang diberikan adalah 1 volt dengan frekuensi dari 100Hz hingga 1MHz dengan perubahan secara logaritmik.dari gambar 17 terlihat bahwa impedansi barium titanat menurun bersamaan dengan meningkatnya frekuensi tegangan. Untuk membandingkan hasil pengukuran tersebut maka pengukuran impedansi barium titanat dilakukan dengan perlakuan yang berbeda, yaitu pada kondisi temperatur yang sangat rendah. 6. KESIMPULAN Rancang bangun sistem pengukuran impedansi pada temperatur rendah telah selesai dibuat dengan pendinginan maksimum sebesar -110 C hingga temperatur kamar sebesar 28 C. Probe yang telah dibuat mampu bekerja dengan baik pada pengukuran impedansi dengan sinyal dc hingga sinyal ac dengan frekuensi maksimum 100KHz. Sensor dan rangkaian pengkondisi yang telah dibuat dikalibrasi pada temperatur -196 C

17 hingga temperatur kamar 30 C. Sensor tersebut telah digunakan pada sistem dan dapat mengukur temperatur dengan baik hingga -110 C. Sistem kontrol proporsional yang telah dibuat tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan daya pemanas yang terlalu kecil dan persediaan nitrogen cair yang terbatas. Pengukuran yang dilakukan terhadap sample menunjukkan bahwa impedansi listrik barium titanat dapat berubah tergantung dari kondisi temperatur sekitarnya. 7. SARAN Pembuatan cryostat dan probe sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih kecil. Hal tersebut dilakukan karena ukuran sample yang kecil dan juga untuk efisiensi biaya pembuatan dan biaya operasional saat pengukuran (karena jumlah nitrogen cair yang digunakan akan lebih sedikit). Pembuatan cryostat sebaiknya dibuat menggunakan stainless steel berbentuk pipa dengan ketebalan minimal 3mm. Hal tersebut dilakukan agar cryostat dapat di vakum atau di isi gas pada temperatur rendah. Pembuatan flange pada cryostat sebaiknya menggunakan bahan yang tebal dan rata agar tidak terjadi kebocoran pada cryostat. Pembuatan tutup cryostat sebaiknya dibuat dengan menggunakan mekanisme yang lebih baik supaya tidak mempersulit dalam membuka atau menutup cryostat. 8. KEPUSTAKAAN [1] Wijaya, Sastra Kusuma. Analisa Rangkaian Arus Bolak-Balik.Depok : Diktat Elektronika 1. [2] Ekin, Jack W.(2006).Experimental Techniques for Low Temperature Measurement.New York:Oxford University Press Inc. [3] Fluke.Users manual. Programmable Automatic RCL meter-pm6306.may 1996, Rev 2

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler [ ]

Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler [ ] Rancang Bangun Pemanas Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Muhammad Fat-han Rizqullah [ 44110694 ] Pendahuluan Di era serba praktis saat ini water heater sudah menjadi barang yang jamak ditemui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16 Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16 Yunidar 1 *, Alfisyahrin 2 dan Yuli Rahmad 3 1 Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI

PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI J. Sains Dasar 217 6 (1) 26-3 PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI MEASUREMENT OF THE DIELECTRIC CONSTANT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK

VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA G. Bambang Heru K., Ahmad Abtokhi, Ainur Rosidi Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada Bab empat ini berisi mengenai hasil pengukuran alat yang dirancang beserta perbandingan terhadap hasil dari pengukuran oleh alat pembanding dan analisa dari alat yang

Lebih terperinci

Latihan soal-soal PENGHANTAR

Latihan soal-soal PENGHANTAR Latihan soal-soal PENGHNTR 1 1. Isilah tabel berikut untuk kawat tembaga : Ø (mm) (mm) R untuk 100m (Ω) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 ρ tembaga = 0,0175 Ωmm 2 /m 2. Pada rangkaian gambar di bawah ini,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat menampikan dan menghitung hasil dari nilai nilai inputan sensor sensor dan gambaran Rancang Bangun Alat Pengukuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor Perangkat terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dimana koil datar. perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis F., dkk : Rancang Bangun Data.. RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis Fitriani, Didik Tristianto, Slamet Winardi Program Studi Sistem Komputer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi alat pengisi baterai menggunakan modul termoelektrik generator. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi perancangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Cahya Firman AP 1, Endro Wahjono 2, Era Purwanto 3. 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri 2. Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3.

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBANGKIT PWM UNTUK MENGENDALIKAN KIPAS PADA DESKTOP KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

APLIKASI PEMBANGKIT PWM UNTUK MENGENDALIKAN KIPAS PADA DESKTOP KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 APLIKASI PEMBANGKIT PWM UNTUK MENGENDALIKAN KIPAS PADA DESKTOP KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Esrawati Siregar 1 Bisman Perangin-angin 2, Mester Sitepu 2 1 Mahasiswa FISIKA FMIPA USU Email

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) Ery Safrianti 1, Rahyul Amri 2, Setiadi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jalan Subrantas

Lebih terperinci

SCOPE METER 700S PENGENALAN TOMBOL

SCOPE METER 700S PENGENALAN TOMBOL SCOPE METER 700S 700s adalah sebuah alat ukur yang boleh dikatakan sangat lengkap. Mengapa? Karena 700s selain memilki fungsi standar sebagai alat ukur / multimeter, juga dilengkapi dengan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Pemodelan Fisika untuk perancangan perangkat lunak (software) program analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain motor servo, LCD Keypad Shield, rangkaian pemantik, mikrokontroler arduino uno dan kompor

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM SIMULASI PENDINGIN MESIN SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATmega128L TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM SIMULASI PENDINGIN MESIN SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATmega128L TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SISTEM SIMULASI PENDINGIN MESIN SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATmega128L TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Pendidikan Diploma III Program Studi Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram Berikut merupakan diagram blok alat yang dirancang untuk mempermudah dalam memahami alur kerja alat. Sensor MPX5700 Tekanan Dari tabung Kode perintah Minimum

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535

PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535 PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535 Amanda Amelia & Kiki Prawiroredjo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa No.1, Jakarta Barat 11440 E-mail:

Lebih terperinci

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Materi 1 Sumber arus bolak-balik (alternating current, AC) 2 Resistor pada rangkaian AC 3 Induktor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa perangkat keras, perangkat lunak, kesatuan sistem secara keseluruhan serta eksperimen yang dilakukan untuk membuktikan

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan dan pembuatan alat merupakan bagian yang terpenting dari seluruh pembuatan tugas akhir. Pada prinsipnya perancangan dan sistematik yang baik akan memberikan kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter Dasar-Dasar Listrik Prefiks Metric, sp. pico, nano, micro, milli, centi, kilo, mega, giga Konsep, unit dan pengukuran arus, tegangan Konsep kumparan dan insulator Konsep rangkaian yang tersambung dan terputus

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar ELEKTRONIKA Bab 1. Pengantar DR. JUSAK Mengingat Kembali Segitiga Ohm ( ) V(Volt) = I R I(Ampere) = V R R(Ohm) = V I 2 Ilustrasi 3 Teori Aproksimasi (Pendekatan) Dalam kehidupan sehari-hari kita sering

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Arduino Uno R3 Pengujian sistem arduino uno r3 dilakukan dengan memprogram sistem arduino uno r3 untuk membuat Pin.4 menjadi nilai positif negative 0 dan 1 yang

Lebih terperinci

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016 JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016 Realiasasi Sensor Temperatur LM35DZ Sebagai Sensor Kecepatan Aliran Fluida Berbasis Mikrokontroler ATMega32 dengan Media Penyimpan Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGATUR LEVEL KECEPATAN MOTOR DC PADA ALAT PELAPISAN (DIP COATING) BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN PENGATUR LEVEL KECEPATAN MOTOR DC PADA ALAT PELAPISAN (DIP COATING) BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PENGATUR LEVEL KECEPATAN MOTOR DC PADA ALAT PELAPISAN (DIP COATING) BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR Disusun Oleh : Phutrie Dewi Pertiwi J0D007059 PROGRAM STUDI DIII INSTRUMENTASI

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser SENSOR DAN TRANDUSER PENGANTAR Pada sistem pengaturan loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant tidak sama dengan bentuk energi dari sinyal masukan sehingga tidak dapat dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Sistem Perancangan kendali kelistrikan rumah menggunakan web dimulai dari perancangan hardware yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian pemantau seperti rangkaian

Lebih terperinci

BAB V Pengambilan Data

BAB V Pengambilan Data BAB V Pengambilan Data Prinsip kerja metoda MaM ini adalah meginjeksikan arus pada sumur () dan memiliki jarak asumsi takterhingga dengan (Gambar V.1). Nilai beda potensial akan diukur antara dan. x Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 1. Hasil Preparasi Pada proses preparasi sampel yang didopan dengan zat tertentu terlebih dahulu melakukan penimbangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai. Perancangan, pembuatan serta pengujian alat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Modul Sumber Pada modul ini ada 2 output yang tersedia, yaitu output setelah LM7815 dan output setelah LM7805. Saat dilakukan pengujian menggunakan multimeter, output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan metode eksperimen murni. Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat ukur untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA 4.1 Tujuan Pengukuran yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan data dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan agar menghasilkan

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 3, Juli 2016 222 Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal Heru Sagito Palka *, Meqorry Yusfi Jurusan

Lebih terperinci