PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS"

Transkripsi

1 PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS JUDUL MAKALAH: PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASIS LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA PEMAKALAH: NURYANTO RISKHA MARDIANA ERNA KRISNANTO Disampaikan pada Acara Architecture Event (Archevent) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2 LOCAL GENIUS URANG SUNDA PUN SAMPUN, KA LUHUR KA SANG RUMUHUN KA HANDAP KA SANG BATARA KA PARA DEWA DEWI KA SILUMAN KA SILEMAN KA DEWA KALAKAY SALAMBAR ANU NYICINGAN IEU BUMI (ADIMIHARDJA, 1992:38)

3 A. LATAR BELAKANG PENELITIAN A. PERISTIWA BENCANA ALAM (GEMPA BUMI, DLL) DI JAWA BARAT YANG BANYAK MENIMBULKAN KERUGIAN BERUPA KERUSAKAN RUMAH TINGGAL; B. PROGRAM PEMERINTAH TENTANG PEMBUATAN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA DI DAERAH-DAERAH RAWAN BENCANA (KHUSUSNYA DI JAWA BARAT); C. POTENSI KEKAYAAN LOKAL JAWA BARAT BERUPA ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA (RUMAH PANGGUNG) YANG DAPAT DIKEMBANGKAN SEBAGAI MODEL RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA; D. DAERAH-DAERAH DI JAWA BARAT YANG SEBAGIAN BESAR RAWAN TERJADINYA BENCANA, KARENA BERADA PADA LEMPENGAN TANAH YANG LABIL DAN POTENSI TERJADINYA BENCANA, SEPERTI: GEMPA BUMI, DAN LAIN-LAIN.

4 B. DEFINISI RUMAH RAMAH GEMPA RUMAH RAMAH GEMPA YAITU: Sistem bangunan yang didisain secara khusus baik arsitektural maupun struktural yang mampu mengimbangi gaya horisontal dan vertikal terhadap gerakan bumi (elastisitas) dengan sistem struktur-konstruksi yang kompak serta pemakaian material lokal yang ramah lingkungan.

5 C. PEMBATASAN MASALAH A. MODEL DESAIN RUMAH YANG DIMAKSUD ADALAH PANGGUNG (RUMAH BERKOLONG), SEDANGKAN SISTEM STRUKTUR-KONSTRUKSI YANG DITELITI MELIPUTI: PONDASI UMPAK, DINDING, ATAP SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKAL, SEPERTI: BATU KALI, BAMBU, KAYU, DAUN RUMBIA, IJUK, DAN MATERIAL LOKAL LAINNYA; B. LOKASI YANG DITELITI ADALAH DESA JAYAPURA, KEC. CIGALONTANG, KAB. TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT. DESA JAYAPURA MERUPAKAN SALAH SATU DESA YANG PALING RAWAN BAHAYA GEMPA DI KAB. TASIKMALAYA; C. ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DITELITI YAITU KAMPUNG NAGA DI KAB. TASIKMALAYA, MELIPUTI: BENTUK RUMAH PANGGUNG, PONDASI UMPAK, JENIS- JENIS BENTUK ATAP RUMAH, SISTEM KUDA-KUDA, DINDING, SERTA KEARIFAN LOKAL LAINNYA.; D. MODEL YANG DIMAKSUD ADALAH MODEL RUMAH PANGGUNG SEBAGAI BANGUNAN KHAS MASYARAKAT SUNDA.

6 D. PERUMUSAN MASALAH A. BAGAIMANAKAH POTENSI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA?; B. BAGAIMANAKAH MODEL DESAIN RUMAH YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BERBASIS LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA?; C. BAGAIMANAKAH MODEL DESAIN SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH YANG RAMAH TERHADAP GEMPA SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKALNYA?.

7 E. ASUMSI PENELITIAN INI DIASUMSIKAN AKAN MEMBERIKAN MANFAAT BESAR DAN PENGARUH POSITIF BAGI PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA TINDAKAN PREVENTIF (PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN) BAGI MASYARAKAT DALAM HAL KESELAMATAN, KEAMANAN, DAN KENYAMANAN PENGHUNI RUMAH YANG TINGGAL DI DAERAH-DAERAH RAWAN BENCANA, SEPERTI GEMPA BUMI, KHUSUSNYA DI KAB. TASIKMALAYA. SEDANGKAN UNTUK LINGKUP INDONESIA, MAKA PERLU DILAKUKAN PENELITIAN SEJENIS LANJUTAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL (LOCAL GENIUS) DAERAHNYA MASING-MASING.

8 F. TUJUAN PENELITIAN A. MENGUNGKAP DAN MENDESKRIPSIKAN POTENSI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI; B. MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI YANG BERBASISKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA; C. MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN MODEL DESAIN SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKALNYA.

9 G. URGENSI PENELITIAN PENELITIAN INI SANGAT PENTING DILAKUKAN, KARENA UNTUK MENGUNGKAP POTENSI LOKAL ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN SEBAGAI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI, KHUSUSNYA DI DAERAH RAWAN BENCANA (GEMPA BUMI). DI SAMPING ITU, PENELITIAN INI JUGA MENJADI JEMBATAN PENGHUBUNG ANTARA PROGRAM PEMERINTAH PUSAT MELALUI BNPB DENGAN BNPBD DI DAERAH DENGAN RINTISAN MODEL-MODEL RUMAH YANG RAMAH TERHADAP BENCANA (GEMPA BUMI), SERTA PENYEDIAAN BANTUAN TENAGA AHLI DESAIN BANGUNAN BAGI MASYARAKAT AWAM.

10 H. METODE PENELITIAN PENELITIAN INI MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF, MELALUI DESKRIPSI ATAU MENGGAMBARKAN KEMBALI HASIL SURVEY LAPANGAN TENTANG KONDISI SUATU DAERAH YANG MEMILIKI POTENSI BENCANA ALAM BERUPA GEMPA BUMI DAN KEARIFAN LOKALNYA BERUPA ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA. DATA DIKUMPULKAN MELALUI WAWANCARA, DOKUMENTASI, DAN REKONSTRUKSI DESAIN (FOTO DAN SKETSA LAPANGAN).

11 DATA UMUM KAB. TASIKMALAYA a. Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas 28 Kecamatan b. Penduduk jiwa. c. Akibat gempa bumi: korban jiwa dan kerusakan bangunan di hampir seluruh kecamatan. d. Menurut catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya hingga tanggal 5 September 2009: - 28 kecamatan yang mengalami korban, salah satunya Cigalontang (terparah) - hanya 7 kecamatan yang sama sekali tidak mengalami korban akibat bencana gempa bumi itu (Ciawi, Indihiang, Salawu, Salopa, Sukaraja, Cipedes, Panca Tengah).

12 TASIKMALAYA

13

14 Nama Kecamatan 1. Pagerageung 2. Ciawi 3. Rajapolah 4. Cisayong 5. Cigalontang 6. Leuwisari 7. Indihiang 8. Cipedes 9. Salawu 10. Singaparna 11. Cihideung 12. Tawang 13. Kawalu 14. Cibeureum Nama Kecamatan 15. Manonjaya 16. Cineam 17. Taraju 18. Sodonghilir 19. Sukaraja 20. Salopa 21. Bojonggambir 22. Bantarkalong 23. Cibalong 24. Cipatujah 25. Karangnunggal 26. Cikatomas 27. Pancatengah 28. Cikalong

15 DATA KORBAN GEMPA DI KEC. CIGALONTANG Meninggal : 4 jiwa Luka berat : 31 orang Luka ringan : 89 orang Pasien dirawat di Rumah Sakit : 12 orang Pasien dirawat di puskesmas : 10 orang Jumlah balita : Jumlah bumil : 188 Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, 2009

16 DATA KERUSAKAN BANGUNAN Jenis Bangunan Rusak Berat Rusak Ringan Jumlah Rumah Penduduk Rumah Dinas Kesehatan Sekolah Masjid Kantor Pemerintah

17 FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL

18 FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL

19 FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL

20 FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL

21 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: DENAH DAPUR KM/WC RUANG KELUARGA KAMAR TIDUR KAMAR TIDUR RUANG TAMU KAMAR TIDUR

22 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI

23 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI

24 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI-LANTAI

25 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA

26 J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA DINDING

27 J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA

28 J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA

29 J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA RUMAH

30 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK

31 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK

32 MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK

33 MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH

34 MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH

35 MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH

36 MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH

37 ALTERNATIF MODEL DESAIN

38 ALTERNATIF MODEL DESAIN

39 MODEL JENIS-JENIS PONDASI UMPAK

40 MODEL SISTEM STRUKTUR DINDING

41 MODEL SISTEM STRUKTUR DINDING

42 MODEL SISTEM STRUKTUR KUDA-KUDA

43 MATERIAL LOKAL (PENUTUP ATAP)

44 J. PEMBAHASAN HASIL 1. Potensi arsitektur tradisional Masyarakat Sunda sangat besar peluangnya untuk dikembangkan menjadi model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi, khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap gempa seperti di Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat. Potensi tersebut didasarkan pada beberapa criteria, yaitu: (1) Bentuk panggung pada bangunan arsitektur tradisional Sunda yang simpel dengan pondasi tatapakan yang mampu mengimbangi gerakan horisontal vertikal gempa bumi, karena letaknya diatas permukaan tanah; (2) Bentuk panggung juga menjadi inspirasi bagi model rumah yang ramah terhadap gempa bumi, karena strukturnya yang cenderung ringan dengan dominasi bahan yang ringan, seperti papan, bilik bambu, kuda-kuda dari bambu, dan lantai talupuh; (3) Bentuk kolong pada struktur rumah panggung berfungsi sebagai penjaga keseimbangan antara bangunan dengan gerakan lempeng tanah, sehingga tetap ramah (mampu mengimbangi) terhadap gaya yang ditimbulkan oleh gempa;

45 J. PEMBAHASAN HASIL 2. Model desain arsitektur rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi, didasarkan pada beberapa konsep, yaitu: (1)Melakukan penggalian potensi kekayaan alam dan kearifan lokal masyarakat Kecamatan Cigalontang, seperti: bentuk asli rumah tinggal masyarakatnya, kondisi geografis tempat tinggalnya (kondisi tanah), budaya dan tradisinya, serta teknik membangun rumah tinggalnya; (2) Mengetahui ketersediaan bahan-bahan bangunan yang ada di sekitar lingkungan yang dapat digunakan dalam proses membangun, seperti: kayu, bambu, batu untuk pondasi tatapakan, serta bahan alam lainnya; (3) Menggali kekayaan arsitektur tradisional Sunda yang ada di Kampung Naga-Tasikmalaya sebagai prototipe kampung Masyarakat Sunda yang memiliki bangunan-bangunan khas seperti panggung sebagai inspirasi model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi;

46 J. PEMBAHASAN HASIL 3. Model desain bentuk struktur dan konstruksi rumah tinggal yang ramah terhadap getaran gempa bumi di Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat didasarkan pada pertimbangan berikut: (1) Konstruksi menggunakan sistem lantai rumah yang melayang dengan bentuk panggung dengan menggunakan pondasi tatapakan (umpak) dari batu atau balok kayu. Sistem ini didasarkan pada pemahaman kosmologi Masyarakat Sunda tentang pembagian tiga dunia; bawah, tengah, atas, sehingga lantai rumahnya tidak menempel pada tanah dan pondasinya tidak ditanam di dalam tanah, karena dianggap mengubur diri hidup-hidup; (2) Struktur pada desain rumah tinggal ramah gempa menggunakan struktur rangka yang ringan dari bahan-bahan lokal, seperti bambu dan kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda, dinding, dan lantai rumah.

47 K. KESIMPULAN A. Rumah panggung pada arsitektur Tradisional Sunda memiliki keunggulan, antara lain mampu mengimbangi gerakan horisontal-vertikal terhadap gerakan gempa bumi (elastisitas). Hal ini dapat dilihat pada penggunaan pondasi umpak dan kolong pada rumah panggung yang cenderung lebih lentur. Secara arsitektural, rumah panggung dapat dijadikan alternatif dalam desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Sistem struktur-konstruksi yang sederhana tetapi tetap kompak, serta pemakaian material lokal yang ramah lingkungan justru menjadi pilihan terbaik dalam antisipasi gempa bumi untuk melindungi penghuninya. Disamping itu, bentuk atap yang unik seperti julang ngapak, badak heuay, jolopong, capit gunting, dan tagog anjing menambah bentuk rumah ramah gempa tersebut semakin indah

48 K. KESIMPULAN B. Pengembangan model arsitektur pada rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi dapat dilakukan dengan cara menggali arsitektur lokal Masyarakat Sunda yang ada di Kampung Naga, seperti: bentuk rumah panggung, bentuk atapnya (julang ngapak dan jolopong), pola perletakkan bangunan dengan sistem sengkedan (terasering), tradisi ngadegkeun imah berupa upacara selamatan sebagai upaya untuk mengharmoniskan antara manusia dengan kekuatan yang tidak teraga. Sedangkan pengembangan bentuk struktur dan konstruksi rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi di Desa Jayapura, Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara struktur dan konstruksi lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat sekitar dengan struktur dan konstruksi lokal yang ada di Kampung Naga.

49 L. REKOMENDASI 1. Perlu dukungan dari pemerintah daerah setempat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bahaya (BNPB) khususnya bahaya gempa bumi untuk merumuskan formula khusus tentang model-model desain rumah tinggal yang ramah teradap bahaya gempa bumi, khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap gempa bumi; 2. Pemerintah pusat dan daerah harus bekerjasama dalam melakukan penelusuran daerah-daerah potensi gempa bumi khususnya di Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu daerah yang rawan terhadap gempa bumi untuk mencari masukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan model desain raumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi yang disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakatnya, karena setiap daerah memiliki karakter yang berbeda-beda;

50 L. REKOMENDASI 3. Penelitian lebih luas perlu dilakukan untuk mengetahui potensi arsitektur tradisional Sunda yang dapat dikembangkan menjadi bangunan-bangunan yang ramah terhadap bahaya gempa bumi untuk bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas publik lainnya, seperti perkantoran, Pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan dengan fokus pada struktur rumah Panggung berdasarkan pendekatan ilmu sipil; 4. Membuat buku panduan untuk memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan (berpotensi) terhadap bahaya gempa bumi di Provinsi Jawa Barat sebagai pegangan untuk mengantisipasinya melalui desain rumah tinggal yang ramah gempa bumi;

51 L. DAFTAR PUSTAKA 1. Angus J. Mc. Donald (1998): Structure and Construction in Architecture, John Willey Publishing, America. 2. Kementrian Pekerjaan Umum RI (2008); Pedoman Bangunan Tahan Gempa di Daerah Rawan Bencana, Jakarta. 3. Frick, Heinz & Hesti M, Tri, 2006 : Pedoman Bangunan Tahan Gempa. Kanisius. Yogyakarta 4. Frick, Heinz & Purwanto, LMF, 2002 : Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Kanisius. Yogyakarta 5. Frick, Heinz, 2002 : Sistem Struktur dan Utilitas Bangunan. Kanisius. Yogyakarta 6. Suryamanto, 2002 : Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah. ITB. 7. Soegihardjo R., B.A.E. (1987): Gambar-Gambar Dasar Ilmu Bangunan; untuk Teknik, Sekolah Tehnik Menengah, Fakultas Tehnik dan Praktek. Yogyakarta. 8. Soemadi R (1987): Ilmu Konstruksi Bangunan Gedung; Untuk Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur dan Sipil. Djambatan, Jakarta. 9. Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan. Cetakan Pertama. Forish Publishing, Bandung. 10. Fajria Rif ati, Heni (2002): Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata-Jawa Barat. Disbudpar, Jawa Barat. 11. Garna, Yudistira (1984): Pola Kampung dan Desa, Bentuk serta Organisasi Rumah Masyarakat Sunda. Pusat Ilmiah dan Pengembangan Regional (PIPR) Jawa Barat, Bandung.; 12. Nuryanto (2012): Desain Desa Wisata di Kab. Bandung Berbasisiakn Arsitektur Tradisional Sunda. Laporan Penelitian Teknik Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia.

52 TERIMAKASIH (HATUR NUHUN)

PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASISKAN LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA Oleh: Nuryanto; Riskha Mardiana; Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BATAS TERTINGGI UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH Lampiran 1. Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH (Studi Kasus Bagian produksi PT. Sinar Inesco, Tasikmalaya) Oleh: Yeni Rohaeni

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00 ' 00 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Kondisi Geografis Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" - 07 48' 00" Lintang Selatan dan 107 54' 00" - 108

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN MODEL DB - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 0 TINGKAT KABUPATEN NO URAIAN KECAMATAN CIPATUJAH KARANGNUNGGAL

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana

Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana Konstruksi Bangunan Tradisional Sunda Ramah Bencana Nuryanto, Johar Maknun, Tjahyani Busono Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI nuryanto_adhi@upi.edu; http://nuryanto.staf.upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN LAMPIRAN MODEL DB1 - KWK.KPU REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN A. SUARA SAH NOMOR DAN NAMA PASANGAN CALON BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S.

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S. LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HAERUDIN, S.Ag, MH No. Anggota A-477 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR DI BANTARAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SUNDA Nuryanto; Dadang Ahdiat; R. Irawan Surasetja Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 9 BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 2.1 Pengertian Arsitektur Tradisional Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama,

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak 8,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Pusat Pendididkan Lingkungan Hidup (PPLH) merupakan suatu sistem pembelajaran yang melingkupi berbagai tatanan kehidupan makhluk hidup beserta lingkungannya. Pusat

Lebih terperinci

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta

Lebih terperinci

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR KABUPATEN TASIKMALAYA (THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MERGER DAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA

KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA Sugeng Triyadi 1 dan Andi Harapan 2 ABSTRACT Indigeneous knowledge is a knowledge in comunities which has been developed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA 1. ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA

ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA 1. ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA Rumah dalam Bahasa Sunda disebut imah dan nu di imah berarti istri, yang menunjukkan wewenang dan tugasnya sebagai pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga Menunjukkan suatu kesatuan keluarga inti, terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur

Lebih terperinci

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Dalam rangka optimalisasi koordinasi lintas sektor demi keberhasilan Program Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya berbagai teknik membangun, konstruksi dan bahan yang baru dan beraneka ragam, dengan spesifikasi

Lebih terperinci

TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015

TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015 TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTURAL TEKNIK MEMBACA GAMBAR BANGUNAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2015 A. PENGANTAR UMUM PENJELASAN ISTILAH-ISTILAH PENTING TENTANG CARA MEMBACA GAMBAR BANGUNAN: 1. CARA ARTINYA

Lebih terperinci

e-issn p-issn

e-issn p-issn JPIS Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Volume 26, Nomor 2, Desember 2017 e-issn 2540-7694 p-issn 0854-5251 http://ejournal.upi.edu/index.php/jpis jurnaljpis@upi.edu Hubungan Pemanfaatan Bambu sebagai Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Daerah Surakarta yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo menyebabkan daerah

Lebih terperinci

PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK

PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGUMUMAN RENCANA UMUM TAHUN ANGGARAN PERUBAHAN 2013 Nomor : 602/7715 /DBMP/ 2013 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA Alamat : Jln. Raya Mangunreja - Km. 1,200 Kab. Tasikmalaya / 1 1.03.1.03.01

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM PROJEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXVII, Semester Genap, Tahun 2014/2015 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM WEDDING COTTAGE DI PANGALENGAN TemaDesain : Neo Vernakular Rumah Tradisional Jawa Barat FokusKajian : Tata

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA Oleh: Drs. Rijal Abdullah, MT.*) A. Pendahuluan Berdasarkan berbagai catatan tentang peristiwa gempa bumi ini, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada wilayah di

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam,

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Konsep rumah tahan gempa, dari analisa data Kementrian Ristek Indonesia: Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara

Lebih terperinci

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Strata-1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat)

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat) RUMH T LMPUN Rumah-rumah tradisional Lampung arat adalah rumah panggung yaitu rumah yang terbuat dari kayu yang dibawah nya sengaja dikosongkan sebagai tempat menyimpan ternak dan hasil panen. pada umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jawa telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum penduduk Pulau Jawa mengenal agama seperti Hindu, Budha maupun Islam dan semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009

ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Etri Suhelmidawati 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan 4.1 Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu dalam Perspektif Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat yang religius, berada di wilayah

Lebih terperinci

PERENCANAN DAN PERANCANGAN DESA WISATA KAMPUNG TAJUR KAHURIPAN DI KAB. PURWAKARTA-JAWA BARAT BERBASISKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

PERENCANAN DAN PERANCANGAN DESA WISATA KAMPUNG TAJUR KAHURIPAN DI KAB. PURWAKARTA-JAWA BARAT BERBASISKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA PERENCANAN DAN PERANCANGAN DESA WISATA KAMPUNG TAJUR KAHURIPAN DI KAB. PURWAKARTA-JAWA BARAT BERBASISKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA Nuryanto ¹), Dadang Ahdiat ²), Johar Maknun ³) ¹ ² ³) Staf Pengajar

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KANKER EMPAT LANTAI (+ 1 BASEMENT) DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KANKER EMPAT LANTAI (+ 1 BASEMENT) DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA PERENCANAAN GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KANKER EMPAT LANTAI (+ 1 BASEMENT) DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH mor : 521.1/965/Disperta.PR/2013 Tanggal : 25 Maret 2013 Alamat : Jln Mayor Utarya mor 1 Telp/Fax 0265 330163 Tasikmalaya mengumumkan

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa tengan berdasarkan peta kerawanan bencana gempa yang di. keluarkan oleh kementrian ESDM memiliki potensi goncangan saat gempa

BAB I PENDAHULUAN. Jawa tengan berdasarkan peta kerawanan bencana gempa yang di. keluarkan oleh kementrian ESDM memiliki potensi goncangan saat gempa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa tengan berdasarkan peta kerawanan bencana gempa yang di keluarkan oleh kementrian ESDM memiliki potensi goncangan saat gempa bumi sebesar I-VII scala ricter(gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Korban meninggal 80 orang, luka-luka orang, hilang 45 orang, yang mengungsi (data BNPB per 14 September 2009).

I. PENDAHULUAN. Korban meninggal 80 orang, luka-luka orang, hilang 45 orang, yang mengungsi (data BNPB per 14 September 2009). 1 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. AKTIVITAS PROGRAM 2.1 Distribusi Selimut 2.2 Pembangunan Rumah Darurat 2.2.1 Detail Aktivitas 2.2.2 Distribusi Program 2.2.3 Spesifikasi Rumah 2.2.4 Penerima Manfaat III.

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil. Diajukan oleh :

Tugas Akhir. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil. Diajukan oleh : PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK HOTEL TUJUH LANTAI (+1 BASEMENT) DENGAN PRINSIP DAKTALITAS PARSIAL DI DAERAH SUKOHARJO (TINJAUAN 2 DIMENSI & 3 DIMENSI) Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM PROJEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXIV, Semester Gasal, Tahun 2013/2014 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Tema Desain ARSITEKTUR VERNAKULAR Fokus Kajian

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 04 No. 3 Oktober 2016 Hlm: 356-363 Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya The Priority Region

Lebih terperinci

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT Oleh Ayu Krisna Gayatri Sari Dewi Prodi Desain Mode FSRD ISI Denpasar Abstrak Rumah tradisional mbaru niang yang terletak di Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) sangat potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku. Selain berpotensi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan:

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat studi, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, serta kerangka latar belakang yang berisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang dengan kondisi kependudukan yang tidak stabil tercermin pada angka pertumbuhan penduduk yang tak terkendali. Hal tersebut tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran disebabkan

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bangunan masjid ini memiliki makna kultural yang tinggi karena terdapat nilai usia dan kelangkaan, nilai arsitektural, nilai artistik, nilai asosiatif, nilai

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RGS Mitra 1 of 8 Lampiran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE Elia Ayu Meyta 1, Yosafat Aji Pranata 2 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2 Dosen

Lebih terperinci

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA SULAWESI SELATAN DI YOGYAKARTA 5.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.1. Penentuan Zoning Pembagian zone ruang pada

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TRADISIONAL KENALI SALAH SATU KEARIFAN LOKAL DAERAH LAMPUNG. William Ibrahim 1 Nandang 1

ARSITEKTUR TRADISIONAL KENALI SALAH SATU KEARIFAN LOKAL DAERAH LAMPUNG. William Ibrahim 1 Nandang 1 ARSITEKTUR TRADISIONAL KENALI SALAH SATU KEARIFAN LOKAL DAERAH LAMPUNG William Ibrahim 1 Nandang 1 Abstrak Arsitektur tradisonal Kenali merupakan indigeneous knowledge yang menjadi salah satu kekayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan perkembangan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku wisatawan merupakan serangkaian tindakan yang diambil oleh individu, kelompok atau organisasi. Serangkaian tindakan tersebut terdiri dari input, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, berawal dari tsunami yang melanda Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 yang telah menelan korban ratusan ribu jiwa. Dan tsunami yang melanda

Lebih terperinci

KAMPUNG NAGA, BENTUK KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR PERMUKIMAN BERKELANJUTAN

KAMPUNG NAGA, BENTUK KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR PERMUKIMAN BERKELANJUTAN KAMPUNG NAGA, BENTUK KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR PERMUKIMAN BERKELANJUTAN Sri Handayani ABSTRAK Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam. Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Rakyat mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian masyarakat. Dengan berkembangnya Toko Modern dikhawatirkan keberadaan Pasar Rakyat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan. VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 EVALUASI KELAYAKAN BANGUNAN BERTINGKAT PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 SUMATERA BARAT ( Studi Kasus : Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangunan bangunan tinggi sangat berkembang di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan ruang yang meningkat pesat sedangkan lahan yang tersedia semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk membuat permintaan akan bangunan rumah dan gedung sebagai tempat tinggal, beraktifitas dan bersosialisasi bagi masyarakat ikut meningkat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Hubungan, makna, kosmologi, rumah tinggal, arsitektur tradisional Sunda-Bali.

ABSTRAK. Kata kunci: Hubungan, makna, kosmologi, rumah tinggal, arsitektur tradisional Sunda-Bali. KAJIAN HUBUNGAN MAKNA KOSMOLOGI RUMAH TINGGAL ANTARA ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA DENGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT BALI (Penggalian kearifan lokal menuju pembangunan berbasis konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

Lebih terperinci

perencanaan yang umum dilakukan pada proyek pembangunan meliputi berbagai

perencanaan yang umum dilakukan pada proyek pembangunan meliputi berbagai BAB II PERENCANAAN PROYEK 2.1 Tinjauan Umum Perencanaan merupakan penuangan pemikiran dan pandangan dari sebuah konsep untuk dapat diwujudkan dalam bentuk nyata dan sesuai dengan konsep yang diinginkan

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian utara, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa akibat yang sering terlihat di daerah yang tengah berkembang seperti kota Padang adalah peningkatan bisnis dan perdagangan. Dan ini adalah dua dari banyak

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi

Lebih terperinci

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Konsep Design Mikro (Bangsal) Panggung tempat acara adat Konsep Design Mikro (Bangsal) Pintu masuk utama Ruang Tunggu / lobby dibuat mengelilingi bangunan, hal ini sesuai dengan kebuadayaan masyarakat yang menggunakan ruang ruang teras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban jiwa akibat bencana gempa perlu suatu konstruksi bangunan yang tahan terhadap gempa. Perencanaan

Lebih terperinci

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA No Nama Kegiatan/Paket Pekerjaan RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA Sumber Dana 1 Pembangunan Jembatan (Banprov 2012) BANPROV 8,097,000,000

Lebih terperinci