PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA COCKCROFT-GAULT STANDARDISASI, MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE, DAN CHRONIC KIDNEY DISEASE EPIDEMIOLOGY PADA STAF WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Asrianti Massau NIM: FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014

2 PERBANDINGAN LAJU FILTRASI DENGAN FORMULA COCKCROFT- GAULT STANDARDISASI, MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE, DAN CHRONIC KIDNEY DISEASE EPIDEMIOLOGY PADA STAF WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Asrianti Massau NIM: FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 i

3 ii

4 iii

5 ~It can be hard, but hard is not impossible when God is on your side~ Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepada ku (Filipi 4:13) Karya yang tidak sempurna ini ku persembahkan kepada Yesus Kristus yang selalu mengasihi ku Bapa, Mama, Kakak, dan adikku yang selalu mendukung ku Sahabat - sahabatku yang selalu bersama ku Serta Alamamaterku iv

6 v

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih, bimbingan, dan perlindungan-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Perbandingan Laju Filtrasi Glomerulus Dengan Formula Cockcroft-Gault Standardisasi, Modification of Diet in Renal Disease, dan Chronic Kidney Disease Epidemiology Pada Staf Wanita Dewasa Sehat Di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih sedalam - dalamnya, kepada semua pihak yang turut membantu penulis lewat dukungan tenaga, pikiran, waktu, dan kasih sayang agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Ungkapan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dalam penyusunan naskah skripsi. 2. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi serta memberikan arahan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan naskah skripsi. 3. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia memberikan saran serta arahan yang sangat berguna kepada penulis. vi

8 4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang bersedia memberikan saran serta arahan yang sangat berharga kepada penulis. 5. Aris Widayati, M.Si, Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendukung terselenggaranya penelitian ini. 6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance. 7. Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah membantu dalam analisis darah untuk kepentingan penelitian. 8. Staf Wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerja sama dan terlibat dalam penelitian sebagai subyek penelitian. 9. Seluruh Dosen Fakultasi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan di Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 10. Kedua orang tua penulis Bapak Paewang Massau dan Ibu Vincensia Sabbara Lamban yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, dukungan, bimbingan, dan restu kepada penulis selama ini sehingga mampu menyelesaikan skripsi. 11. Kakak Fitrianti Massau dan Adik Sharon Lamban yang selalu mendukung, menghibur, dan menemani penulis selama ini. vii

9 viii

10 ix

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI... v PRAKATA... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv INTISARI... xvii ABSTRACT... xviii BAB I. PENGANTAR... 1 A. Latar Belakang Perumusan Masalah Keaslian Penelitian Manfaat Penelitian... 7 B. Tujuan Penelitian... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 8 A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal... 8 B. Chronic Kidney Disease (CKD)... 9 x

12 C. Kreatinin D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) E. Landasan Teori F. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Variabel Penelitian C. Definisi Operasional D. Subyek Penelitian E. Tempat dan Waktu Penelitian F. Ruang Lingkup Penelitian G. Teknik Sampling H. Instrumen Penelitian I. Tata Cara Penelitian Observasi Awal Permohonan Izin dan Kerjasama Pembuatan Informed Consent dan Leaflet Pencarian Subyek Penelitian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Pengukuran Parameter Laju Filtrasi Glomerulus dan Pengambilan Darah Pembagian Hasil Perhitungan LFG dan Pemeriksaan Darah Pengolahan Data xi

13 J. Analisis Data K. Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Usia Body Surface Area (BSA) Serum Kreatinin (scr) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula Cockcroft-Gault (CG) Standardisasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula Chronic Kidey Disease Epidemiology (CKD-EPI) B. Perbandingan Rerata Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula CG Standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS xii

14 DAFTAR TABEL Tabel I. Tingkat Penyakit Gangguan Ginjal Kronik Tabel II. Karakteristik Subyek Penelitian Tabel III. Klasifikasi stage CKD berdasarkan LFG Tebel IV. Hasil Perbandingan Rerata LFG Tabel V. Hasil perbandingan LFG antara formula CG Standarisasi banding MDRD, CG standarisasi banding CKD-EPI dan MDRD banding CKD- EPI xiii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Laju Filtrasi Glomerulus Gambar 2. Skema Pencarian Subyek Penelitian Gambar 3. Skema Kajian Penelitian Gambar 4. Perumusan Hipotesis Gambar 5. Grafik Distribusi Usia Subyek Penelitian Gambar 6. Grafik Distribusi BSA Subyek Penelitian Gambar 7. Grafik Distribusi Serum Kreatinin Subyek Penelitian Gambar 8. Grafik Distribusi LFG Subyek Penelitian Menggunakan Formula CG Standardisasi Gambar 9. Grafik Distribusi LFG Subyek Penelitian Menggunakan Formula MDRD Gambar 10. Grafik Distribusi LFG Subyek Penelitian Menggunakan Formula CKD EPI xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Ethical Clearance Lampiran 3. Surat Izin Peminjaman Tempat Penelitian Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Subyek Wanita Lampiran 5. Leaflet (Tampak Depan dan Belakang) Lampiran 6. Informed Consent Lampiran 7. Pedoman Wawancara Lampiran 8. Form Pengukuran Antropometri Lampiran 9. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian (Timbangan Merek Nagako dan Pengukuran Tinggi Badan Merek Height ) (Wanita Umur 42 Tahun) Lampiran 10. Dokumentasi Pengukuran Antropometri Lampiran 11. Dokumentasi Pengambilan Darah Subyek Penelitian Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Body Surface Area (BSA) Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Serum Kreatinin (scr) Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula CG Standardisasi Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula MDRD Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula CKD EPI xv

17 Lampiran 18. Uji Komparatif Ketiga Formula (CG Standardisasi, MDRD dan CKD EPI) xvi

18 INTISARI Laju filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan salah satu indeks untuk menentukan fungsi ginjal. Penurunan LFG dapat mengindikasikan terjadinya penurunan fungsi ginjal. Nilai normal LFG pada dewasa sehat adalah ml/min/1,73 m 2. Nilai LFG dapat dihitung berdasarkan serum kreatinin dengan menggunakan formula Cockcroft-Gault (CG) standardisasi, Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Chronic Kidney Disease Epidemiology (CKD- EPI). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan rerata LFG antara formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional, pengambilan sampel dilakukan secara non-random sampling menggunakan sampel darah subyek penelitian. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan analisis komparatif menggunakan uji Friedman. Subyek merupakan staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi, MDRD dan CKD-EPI (p = 0,000) pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa formula CG standardisasi dan CKD-EPI dapat digunakan dalam dunia klinik untuk menghitung nilai LFG pada subyek dewasa sehat. Kata kunci : Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), Formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI. xvii

19 ABSTRACT The glomerulus filtration rate (GFR) is one of an index to determine kidney function. The decline of GFR indicates the decrease of kidney function. The normal value of GFR in adult is ml/min/1.73m2. GFR value can be calculated based on creatinine serum use the formula Cockcroft-Gault (CG) standardization, Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) and Chronic Kidney Disease Epidemiology (CKD-EPI). This study aimed to compare mean value of GFR the formula CG standardization, MDRD, and CKD-EPI. This study is an observational analytic cross-sectional design. The sample is taken in a non-random sampling and use blood sample. The normality test use the Kolmogorov-Smirnov and comparative analysis use Friedman test. The subjects of this test are healthy adult female staff of Sanata Dharma Yogyakarta University. The results show significant difference between the average of GFR use CG standardization equation, MDRD and CKD-EPI (p = 0,000) in healthy adult female staff of Sanata Dharma Yogyakarta University. The conclusion of this study shows that the CG formula standardization and CKD-EPI can be use in clinical world to calculate the value of GFR in healthy adult. Keywords : Glomerular Filtration Rate (LFG), CG standardization, MDRD, and CKD-EPI. xviii

20 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia seseorang (dimulai dari usia 40 tahun), terjadi penurunan fungsi ginjal (Schlanger, 2009). Gangguan pada ginjal yang menjadi masalah kesehatan dunia adalah Chronic Kidney Disease (CKD). Angka kejadian CKD di seluruh dunia diperkirakan sekitar 8-16% dari total penduduk dunia dan penyebab utama dari penyakit ini adalah diabetes. Faktor lain yang juga berperan meningkatkan angka kejadian CKD adalah faktor ekonomi yang rendah (Jha, Garcia-Garcia, Iseki, Li, Naicker, Plattner, et al., 2013). Negara - negara di kawasan Asia Tenggara juga menunjukkan bahwa CKD merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Walaupun angka kejadian CKD belum dapat dipastikan, namun sebagian besar pasien yang datang ke rumah sakit berada dalam kondisi gagal ginjal atau bahkan dengan penyakit komplikasi yang memperburuk keadaan pasien. Keadaan ini disebabkan karena masyarakat kurang sadar terhadap deteksi dini dan pencegahan CKD (Jha, 2009). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) menyebutkan angka kejadian CKD meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada kelompok usia tahun sebanyak 0,3%, diikuti dengan kelompok usia tahun sebanyak 0,4%, usia tahun sebanyak 0,5%, dan yang 1

21 2 tertinggi terjadi pada usia 75 tahun sebanyak 0,6%. Prevalensi CKD pada laki - laki 0,3% dan pada wanita 0,2%. Penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan nilai LFG dapat menjadi salah satu pananda penyakit CKD. Deteksi dan pengobatan dini terhadap CKD dapat mencegah komplikasi yang memperparah kondisi seseorang dan dapat berujung pada gagal ginjal (National Kidney Foundation, 2015). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sebanyak 20% orang dewasa telah mengalami kerusakan ginjal atau nilai LFG <60 ml/menit/1,73m 2 (Miyatake, Shikata, Makino, and Numata, 2010). Parameter untuk mengetahui fungsi ginjal adalah dengan mengetahui nilai LFG (Yaswir dan Maiyesi, 2012). Pada praktek klinik fungsi ginjal sering diestimasi menggunakan serum kreatinin yang merupakan penanda filtrasi endogen. Nilai LFG dapat diketahui dengan mengukur klirens eksogen seperti inulin, iohexol, dan beberapa senyawa radioaktif lainnya, serta juga berasal dari senyawa endogen seperti kreatinin. Serum kreatinin merupakan senyawa yang paling sering digunakan dalam praktek klinik untuk melihat fungsi ginjal (Al-Osali, Al-Qassadi, and Al- Harthi, 2013; Sirwal, Banday, Reshi, Bhat, and Wani, 2004). Umumnya nilai LFG untuk pria dan wanita berbeda tergantung pada usia dan massa otot. Nilai normal LFG untuk dewasa sehat adalah ml/min/1,73 m 2 (National Kidney Foundation, 2013). Perhitungan nilai LFG dengan menggunakan serum kreatinin dianggap paling mudah dan nyaman untuk diterapkan pada pasien (Lin, Bansal, Vittinghoff, Go, and Hsu, 2013). Klirens kreatinin dapat diukur menggunakan urin tampung

22 3 24 jam atau dapat juga berdasarkan perhitungan formula. Formula yang paling sering digunakan adalah Cockcroft-Gault (CG) dan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) (Al-Osali, et al., 2013). Menurut Watson, Smith, Dold, and Ridgway (2008) menyatakan bahwa gold standard untuk mengetahui nilai LFG adalah berdasarkan klirens filtrasi tertentu yang diperoleh menggunakan urin tampung 24 jam. Evaluasi perhitungan LFG menggunakan formula MDRD dan CG pada orang dewasa sehat menunjukan bahwa kedua formula tersebut sama - sama akurat hanya saja membutuhkan faktor koreksi yang benar (Atapour, Elham, Sahidi, Najafabadi, and Hedayati, 2013). Formula lain yang digunakan untuk menghitung LFG adalah Chronic Kidney Disease Epidemiology (CKD-EPI) (Inker, Schmid, Tighiouart, Eckfeldt, Feldman, Greene, et al., 2012). Beberapa penelitian menyarankan pengukuran LFG berdasarkan serum kreatinin menggunakan formula CG sebaiknya distandardisasikan dengan Body Surface Area (BSA), karena LFG juga tergantung pada luas permukaan tubuh (Ibrahim, Mondress, Tello, Fan, Koopmeiners, and Thomas, 2005; Srinivas, Annigeri, Mani, Rao, Knowdle, and Seshadadri, 2008; Lin, Knight, Hogan, and Singh, 2003). Oleh sebab itu, pada penelitian ini formula CG distandardisasikan dengan BSA. Nilai LFG dalam dunia klinik juga digunakan untuk penyesuaian dosis terhadap pasien yang telah mengalami penurunan fungsi ginjal, karena sebagian besar obat - obatan yang dikonsumsi akan dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi di ginjal. Bila terjadi penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan

23 4 nilai LFG, maka obat tersebut akan tertumpuk dalam darah dan dapat mengakibatkan toksisitas (Jones, 2011; Lesley and Levey, 2009). Berdasarkan uraian di atas terkait pentingnya mengetahui nilai LFG sebagai penanda fungsi ginjal, penulis tertarik untuk melakukan pengukuran nilai LFG berdasarkan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI, serta membandingkan rerata nilai LFG ketiga formula tersebut untuk memperoleh formula yang paling baik. Penelitian ini melibatkan staf wanita dewasa sehat karena nilai LFG pada wanita umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pria, dan juga dalam penelitian ini rentang usia yang digunakan adalah tahun karena penurunan nilai LFG terjadi ketika usia 40 tahun dan penurunan yang semakin cepat ketika memasuki usia tahun (Glassock, MACP, and Winearls, 2009). 1. Perumusan masalah Apakah terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari perhitungan LFG berdasarkan serum kreatinin menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan pencarian terkait penelitian - penelitian sejenis mengenai LFG menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI yang pernah dilakukan sebelumnya, ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut antara lain:

24 5 a. An Alternative Formula to the Cockcroft-Gault and the Modification of Diet in Renal Diseases Formulas in Predicting GFR in Individuals with Type 1 Diabetes (Ibrahim, et al., 2005). Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan database pasien diabetes. Subyek penelitian berusia tahun dengan penyakit diabetes tipe 1. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa formula CG standardisasi lebih akurat untuk estimasi LFG pada pasien dengan diabetes, dibandingkan formula MDRD. Pada penelitian kali ini berbeda, karena menggunakan subyek penelitian sehat, dan rentang usia tahun, selain itu formula yang digunakan adalah CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI. b. Performance of the Cockcroft-Gault, MDRD, and New CKD-EPI Formulas in Relation to GFR, Age, and Body Size (Michels, Grootendorst, Verdujin, Elliott, Dekker, and Krediet, 2010). Penelitian ini menggunakan 271 subyek penelitian, 44% diantaranya laki - laki. Estimasi LFG berdasarkan usia dan massa tubuh, menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD- EPI. Hasil penelitian yang diperoleh adalah estimasi LFG menggunakan CKD-EPI memberikan estimasi yang baik. Penelitian kali ini menggunakan subyek wanita saja dengan rentang usia yang ditentukan yaitu tahun. c. Comparison of Measured Creatinine Clearence and Clearence Estimated by Cockcroft-Gault and MDRD Formulas in Patient with a Single Kidney (Filho, Cardoso, Castro, Oliveira, and Rodrigues, 2011). Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran menggunakan

25 6 urin tampung 24 jam, CG, dan MDRD. Pada penelitian kali ini diterapkan pada wanita dewasa sehat dan tidak menggunakan urin tampung 24 jam. d. Comparison Between Three Different Equations for the Estimation of Glomerular Filtration Rate in Omani Patients with Type 2 Diabetes Melitus (Al-Maqbali and Mula-Abed, 2014). Penelitian ini membandingkan nilai LFG yang dihitung menggunakan 3 formula yaitu original MDRD, revised MDRD, dan CKD-EPI pada pasien DM 2 di Oman. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nilai LFG dengan menggunkan formula original MDRD dan CKD-EPI sama. Penelitian kali ini dilakukan pada wanita dewasa sehat dan tidak menggunakan formula revised MDRD. e. Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lansia Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin dengan Formula Cokroft-Gault, Cokroft-Gault standardisasi, dan MDRD (Fenty, 2010). Hasil penelitian ini terdapat perbedaan bermakna rerata nilai klirens kreatinin pada lansia dengan perhitungan menggunakan formula CG, CG standardisasi dan MDRD. Penelitian kali ini menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI pada wanita dewasa sehat dengan rentang usia tahun. f. Analisis Pengobatan Antibiotik pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit Kabupaten Banten Periode 2009 (Nugroho, 2011). Penelitian ini dilakukan perhitungan nilai LFG menggunakan formula MDRD, serta mengevaluasi kesesuaian dosis antibiotika pada 284 pasien geriatri dengan rentang usia tahun. Hasil penelitian ini menyimpulkan bawa sebanyak

26 7 102 pasien masuk dalam kategori tahap 1 CKD dan terdapat 4 kasus ketidak sesuaian dosis dengan rekomendasi guideline, 1 kasus obat tidak direkomendasikan oleh guideline, dan 10 kasus dosis sesuai dengan rekomendasi guideline. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini adalah karena penelitian saat ini tidak mengevaluasi dosis, hanya melakukan perhitungan nilai LFG menggunakan formula. Perbedaan lain adalah pada formula yang digunakan serta subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian. Pada penelitian ini formula yang digunakan adalah CG standardisasi, MDRD dan CKD-EPI serta subyek penelitian adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia tahun. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi formula untuk mengukur nilai LFG. b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang fungsi ginjal staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan nilai LFG. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membandingkan hasil pengukuran LFG berdasarkan serum kreatinin dengan menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Ginjal manusia berjumlah 2 buah dimana masing - masing terdiri dari kurang lebih satu juta nefron. Setiap nefronnya memiliki glomerolus yang terletak di korteks ginjal. Pada ginjal juga terdapat tubulus ginjal yang terdiri dari tubulus proksimal, tubulus distal serta lengkung henle yang merupakan tempat reabsorpsi air, elektrolit dan zat - zat terlarut penting lainnya. Proses ini yang nantinya akan menghasilkan urin, dimana air pada urin tersebut akan direabsorpsi lebih lanjut sebelum dialirkan ke piramid ginjal (Davey, 2006). Nefron pada ginjal bekerja melalui dua tahap yaitu, cairan dan produk - produk sisa hasil metabolisme tubuh dibiarkan melewati glomerulus namun sel - sel darah dan molekul besar seperti protein tidak dapat melewati glomerulus. Cairan yang disaring kemudian dilewatkan melewati tubulus dan mineral dari cairan diambil dan dikembalikan ke aliran darah. Zat - zat sisa yang merupakan produk akhir dari proses penyaringan kemudian dikeluarkan berupa urin (NKUDIC, 2014). Pada ginjal terjadi pengaturan aliran darah ke glomerolus dan juga laju filtrasi. Ginjal tidak dapat memproduksi nefron baru, sehingga proses penuaan atau trauma pada ginjal dapat menurunkan jumlah nefron yang ada. Jumlah nefron menurun dimulai dari usia 40 tahun, dan kira - kira sebanyak 10% penurunan setiap 10 tahunnya (Davey, 2006). 8

28 9 Setiap hari ginjal akan menyaring kurang lebih sekitar 120 sampai 150 liter darah untuk menghasilkan sekitar 1 sampai 2 liter urin. Ginjal juga mempunyai peran yang sangat penting seperti menjaga kestabilan komposisi cairan atau darah di dalam tubuh, mencegah penumpukkan limbah dan cairan yang berlebihan dengan cara mengeluarkan zat - zat sisa hasil metabolisme tubuh termasuk obat-obatan, menjaga kestabilan elektrolit seperti natrium, potasium, dan fosfat, serta ginjal juga dapat memproduksi hormon yang dapat membantu mengontrol tekanan darah (NKUDIC, 2014; Setiadi, 2007). B. Chronic Kidney Disease (CKD) Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Chronic Kidney Disease (CKD) atau disebut juga gangguan ginjal kronik merupakan keadaan dimana ginjal mengalami penurunan fungsi untuk mengeluarkan zat - zat sisa metabolisme tubuh yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Keadaan ini akan mengganggu seseorang dalam beraktivitas, bahkan akan menyebabkan komplikasi penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, dan hiperglikemia. Gangguan ginjal kronik juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyumbatan pada pembuluh darah. Deteksian dini terhadap penyakit CKD dianggap sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit ginjal kronik berat yang berujung pada gagal ginjal. (NKF KDOQI, 2012). Evaluasi terkait fungsi ginjal dapat menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif dengan melihat karakteristik pasien. Evaluasi fungsi ginjal di

29 10 dunia klinik dilakukan dengan mengestimasi klirens kreatinin, tes lain yang juga dapat digunakan antara lain urinalisis, radiografi, dan biopsi. Klirens kreatinin dianggap memberikan gambaran yang sama seperti LFG untuk mengetahui fungsi ginjal (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wella, and Posey, 2008). Nilai normal LFG yaitu ml/min/1,73 m 2 tergantung pada jenis kelamin, berat badan, dan usia. Berdasarkan nilai LFG dapat diklasifikasikan untuk menggambarkan status penyakit ginjal kronik. Tabel I. Tingkat penyakit gangguan ginjal kronik (Renal Association, 2013) Tahap Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) (ml/min/1,73 m 2 ) Berdasarkan luas permukaan tubuh 1,73 m 2 Deskripsi Manajemen I >90 Fungsi renal normal (tapi stuktur abnormalitas atau faktor genetik yang menandakan penyakit ginjal) II Fungsi renal sedikit menurun (CKD tahap 2 tidak hanya di diagnosis dari nilai LFG saja tapi juga membutuhkan urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal IIIa Fungsi ginjal menurun dalam tahap moderat dengan atau tanpa kerusakan ginjal lainnya Observasi dan mengontrol tekanan darah Observasi, mengontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular Observasi, mengontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular IIIb Fungsi ginjal Observasi,

30 11 menurun dalam tahap moderat dengan atau tanpa kerusakan ginjal lainnya IV Penurunan fungsi ginjal berat V < 15 Gagal ginjal tahap akhir mengontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular Merencanakan untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau dialisis C. Kreatinin Kreatinin adalah substansi endogen yang dieliminasi oleh ginjal dan terdapat dalam urin. Kreatinin merupakan salah satu substansi yang dapat digunakan dalam pengukuran fungsi ginjal. Kreatinin diproduksi di hati, pankreas dan ginjal namun sebagian besar diproduksi di otot yang disimpan dalam bentuk kreatinin dan kreatinin fosfat, sebelum dimetabolisme dan diedarkan ke sirkulasi sebagai kreatinin yang akhirnya dikeluarkan bersama urin. Klirens adalah volume plasma yang dibersihkan oleh ginjal dari semua bahan - bahan per menit kuadrat (Sherwood, 2011). Kreatinin tidak hanya difiltrasi oleh ginjal namun juga dalam jumlah sedikit difiltasi dan disekresikan oleh renal tubulus. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju sekresi tubular kreatinin yang dapat dihitung sebagai rasio CrCl/LFG. Rasio CrCl/LFG meningkat menandakan nilai LFG menurun, sehingga terdapat hubungan antara klirens kreatinin dan nilai laju filtrasi glomerulus (Lin, et al, 2013). Walaupun sejumlah kecil kreatinin disekresikan oleh renal tubulus, namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi nilai LFG karena kreatinin yang disekresikan dalam jumlah yang sangat kecil (Sherwood 2011). Nilai normal

31 12 serum kreatinin untuk pria dan wanita yaitu 0,6-1,3 mg/dl dan 0,5-1,2 mg/dl (Kidney Cares Community, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Verma, Khadapkar, Sahu, and Das (2006) menyatakan bahwa nilai kreatinin pada wanita lebih rendah dibandingkan pria. Hal ini disebabkan karena massa otot pada wanita lebih kecil dibandingkan massa otot pria (Kidney Cares Community (2012). D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Gambar 1. Laju filtrasi glomerulus (NKUDIC, 2014) Ginjal terdiri dari satu juta nefron yang berfungsi sebagai penyaring. Setiap nefron tersebut menyaring sejumlah kecil darah. Salah satu bagian di nefron yang berfungsi untuk menyaring adalah glomerulus. Filtrasi glomerulus adalah suatu proses ketika darah pada renal akan mengalir melalui glomerulus dan plasma bebas protein yang terkandung di dalam darah akan tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowmen (Sherwood,2011). Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan variabel utama untuk menggambarkan fungsi ginjal dalam mengeluarkan zat - zat sisa metabolisme tubuh. Nilai normal LFG yaitu ml/min/1,73 m 2 tergantung pada jenis kelamin, berat badan, dan umur.

32 13 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai LFG yaitu konsumsi daging yang berprotein tinggi sehingga meningkatkan pelepasan asam amino ke dalam darah, kemudian akan direabsorbsi di tubulus proksimal. Kenaikan reabsorbsi asam amino juga akan merangsang reabsorbsi natrium di dalam tubulus proksimal sehingga mengakibatkan terjadi penurunan pengiriman natrium ke makula densa. Proses ini merangsang penurunan tekanan arteriol aferen yang akan meningkatkan aliran darah ke ginjal dan LFG (Guyton, 2006). Pengukuran LFG tidak hanya dilakukan dengan menggunakan klirens kreatinin semata, namun dapat juga menggunakan klirens eksogen seperti inulin, 125-iothalamate, 51 Crethylene diamine tetra acetic acid (EDTA), 99mTcdiethylene triamine penta acetic acid (DPTA), dan iohexol. Pengukuran dengan menggunakan substansi eksogen ini sangat mahal, memakan waktu, dan cukup berisiko untuk diterapkan dalam dunia klinik (Al-Osali, et al, 2013). Pengukuran klirens kreatinin dapat dilakukan dengan menggunakan urin tampung 24 jam atau dapat menggunakan hitungan formula. National Kidney Foundation (2013) menyatakan bahwa formula yang paling sering digunakan untuk menghitung LFG berdasarkan klirens kreatinin adalah formula CG yang distandardisasikan dengan BSA dan MDRD. Formula ini banyak diterapkan pada pasien dewasa dengan mencakup variabel usia, jenis kelamin, berat badan dan nilai scr (serum kreatinin). Berikut ini adalah persamaan formula CG standardisasi dan MDRD (Ibrahim, et al., 2005; National Kidney Foundation, 2013).

33 14 Tes klirens kreatinin berdasarkan formula CG standardisasi: Tes klirens kreatinin berdasarkan formula MDRD: Selain menghitung LFG menggunakan formula CG standardisasi dan MDRD, formula lain yang juga dapat digunakan adalah CKD-EPI (Levey and Stevens, 2010). Formula CKD-EPI tidak jauh berbeda dengan formula CG standardisasi dan MDRD. Formula tersebut digunakan untuk menghitung nilai LFG berdasarkan serum kreatinin pada orang dewasa di atas 18 tahun. Menurut Levey, Stevens, Schmid, Zhang, Castro, Feldman, et al., 2009 dan National Kidney Foundation, 2103 formula CKD-EPI adalah sebagai berikut: Tes klirens kreatinin berdasarkan formula CKD-EPI: Keterangan: a : ketepatan untuk wanita (-0,329) dan untuk pria (-0,411) k : ketetapan wanita (0,7) dan pria (0,9)

34 15 E. Landasan Teori Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan indeks untuk menentukan fungsi ginjal. Pengukuran fungsi ginjal sangat penting untuk mendeteksi penurunan fungsi ginjal sehingga mampu mencegah Chronic Kidney Disease (CKD) ataupun level yang lebih berat yaitu gagal ginjal. Gold standard untuk mengetahui nilai LFG adalah berdasarkan klirens filtrasi tertentu yang diperoleh menggunakan urin tampung 24 jam (Watson, Smith, Dold, and Ridgway, 2008). Pengukuran LFG dalam dunia klinik sering dilakukan menggunakan klirens filtrasi endogen yaitu kreatinin (Al-Osali, et al, 2013). Pengukuran nilai LFG berdasarkan klirens kreatinin dapat dilakukan menggunakan urin tampung 24 jam atau formula. Formula yang paling sering digunakan adalah CG, MDRD, dan CKD-EPI (National Kidney Foundation, 2013). Perhitungan LFG berdasarkan klirens kreatinin menggunakan formula CG sebaiknya distandardisasikan dengan BSA agar dapat meningkatkan keakuratan dari nilai LFG yang diperoleh. Oleh sebab itu, pada penelitian ini menggunakan formula CG yang distandardisasikan dengan BSA (Ibrahim, Mondress, Tello, Fan, Koopmeiners, and Thomas, 2005; Srinivas, Annigeri, Mani, Rao, Knowdle, and Seshadri, 2008; Lin, Knight, Hogan, and Singh, 2003). Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui formula yang memberikan rerata LFG yang tidak berbeda signifikan secara statistik antara ketiga formula tersebut dan juga mendapatkan formula yang mudah dan efisien. Formula yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui fungsi ginjal.

35 16 F. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara perhitungan nilai LFG berdasarkan serum kreatinin menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional (pontong lintang). Studi observasional merupakan suatu penelitian yang hanya melakukan pengamatan saja tanpa melakukan intervensi. Sebelum melakukan analisis data, penelitian analitik dapat diawali dengan deskriptif subyek penelitian. Rancangan cross-sectional yaitu pengukuran terhadap variabel - variabelnya dilakukan hanya pada satu waktu (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Jenis pengambilan sampel menggunakan non-random dan purposive sampling. Teknik non-random sampling merupakan metode pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada kemungkinan yang dapat diperhitungkan (Notoatmodjo, 2012), yang berarti bahwa setiap populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel dalam suatu penelitian. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan atas pertimbangan oleh peneliti berdasarkan informasi terkait identitas karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI 2. Variabel tergantung : laju filtrasi glomerulus (LFG) 3. Variabel pengacau : a. Terkendali : usia, jenis kelamin, kondisi puasa 17

37 18 b. Tidak terkendali : keadaan patologis, gaya hidup atau lifestyle subyek penelitian C. Definisi Operasional 1. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dianalisis adalah serum kreatinin. 2. Pengukuran LFG dilakukan dengan menggunakan serum kreatinin. Serum kreatinin diperoleh dengan mengambil sampel darah dengan kondisi subyek penelitian berpuasa selama jam, kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang hasilnya dinyatakan dalam mg/dl. 3. Hasil pemeriksaan laboratorium berupa serum kreatinin kemudian dihitung nilai LFG secara tidak langsung menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI. 4. Perhitungan LFG menggunakan formula CG yang distandardisasikan dengan BSA, MDRD 4 Variabel, dan CKD-EPI. 5. Persamaan BSA yang digunakan dalam formula CG adalah persamaan DuBois and DuBois (Kouno, Katsumata, Mukai, Ando, and Watanabe, 2003): BSA= 0, x (tinggi badan) 0,725 x (berat badan) 0, Standar yang digunakan meliputi:

38 19 a. Serum kreatinin: nilai normal serum kreatinin untuk wanita dewasa sehat berdasarkan Kidney Cares Community (2012) adalah 0,5-1,2 mg/dl. b. Nilai LFG subyek penelitian kemudian diklasifikasikan ke dalam stage CKD berdasarkan Renal Association (2013). D. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah staf administrasi dan edukatif wanita dewasa sehat di Kampus I, II dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif bekerja serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti. Pemilihan subyek penelitian di Kampus Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan pada beberapa pertimbangan seperti kemudahan dalam berinteraksi dengan subyek penelitian terkait lokasi yang dekat dan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah subyek penelitian staf administrasi dan edukatif wanita berusia antara tahun, dapat ditemui dan bersedia menandatangi informed consent. Kriteria eksklusi yang ditentukan yaitu subyek mengkonsumsi obat-obatan rutin, terdiagnosa penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes atau jantung), menopause, menggunakan alat kontrasepsi kecuali IUD, dan dalam kondisi hamil, serta tidak berpuasa jam. Jumlah calon subyek penelitian diperoleh dengan cara mengetahui jumlah data staf administrasi dan edukatif wanita secara keseluruhan dari Biro Personalia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yaitu sebanyak 247 orang. Data tersebut kemudian dipilih menurut usia dengan rentang tahun untuk mengetahui jumlah populasi yang akan digunakan dalam penelitian. Data subyek wanita yang

39 20 telah sesuai dengan kriteria inklusi (Usia) berjumlah 94 orang dan hasil wawancara diperoleh subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 63 orang. Total subyek yang tidak dapat ditemui dengan alasan studi keluar negeri sebanyak 6 orang, 10 subyek tidak dapat ditemui karena jadwal kegiatan yang padat, 3 subyek dalam kondisi hamil, 2 subyek dalam kondisi pernah operasi Rahim, 3 subyek tidak bersedia karena takut jarum suntik, 5 subyek menggunakan KB (selain IUD), 2 subyek dalam kondisi menopause. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali dan berpusat di Kampus I dan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan tanggal penelitian yang berbeda. Jumlah subyek penelitian yang hadir pada saat pengambilan data sebanyak 52 orang dan yang tidak hadir saat pengambilan data (kriteria eksklusi) sebanyak 11 orang, sehingga subyek dalam penelitian ini berjumlah 52 orang. Skema subyek penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

40 21 Jumlah staf wanita sehat di USD 247 Populasi Umum 94 Hasil wawancara 63 Tidak sesuai kriteria inklusi (Usia) 153 subyek 31 subyek tidak bersedia ikut penelitian Tidak hadir saat pengambilan data 11 Jumlah subyek penelitian 52 Gambar 2. Skema pencarian subyek penelitian E. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi dengan tanggal yang berbeda. Lokasi pertama bertempat di Kampus I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan lokasi ke dua bertempat di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 5 hari pada minggu keempat bulan September 2014 dan dilanjutkan pada minggu pertama dan minggu kedua bulan Oktober 2014.

41 22 F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan dua judul utama yaitu Perbandingan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Cockcroft- Gault standardisasi, Modification of Diet in Renal Disease, dan Chronic Kidney Disease Epidemiology Pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Rasio Lipid dan HbA1c pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan berdasarkan persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap rasio lipid dan HbA1C serta untuk mengkaji perbedaan antara tiga formula yaitu CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI untuk perhitungan LFG secara tidak langsung pada subyek sehat. Penelitian ini dilakukan oleh 14 mahasiswa farmasi dengan kajian yang berbeda - beda, antara lain:

42 23 Laju Filtrasi Glomerulus Pria Wanita Formula: CG, MDRD, dan CKD-EPI Body Mass Index Pria Wanita Antropometri Body fat percentage Pria Wanita Rasio Lipid/HbA1C LP/RLPP Pria Wanita Gambar 3. Skema kajian penelitian G. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling merupakan metode pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada kemungkinan yang diperhitungkan (Notoatmodjo, 2012), yang berarti bahwa setiap populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel dalam suatu penelitian. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan atas pertimbangan oleh peneliti berdasarkan informasi terkait identitas karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Penentuan sampel pada penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi dan

43 24 eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 52 orang. H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah timbangan merek Nagako untuk mengukur berat badan, meteran tinggi badan merek Height untuk mengukur tinggi badan, serta Cobas C 518 untuk mengukur serum kreatinin dalam darah yang dinyatakan dalam mg/dl. I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal Pada observasi awal dilakukan pencarian informasi mengenai jumlah staf wanita yang masih aktif bekerja di Kampus I, II dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pencarian lokasi untuk pengambilan data, serta pencarian laboratorium untuk menganalisis sampel darah subyek penelitian. Hasil observasi awal ditetapkan bahwa Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dipilih sebagai laboratorium untuk menganalisis sampel darah subyek penelitian. 2. Permohonan izin dan kerja sama Permohonan izin ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Hal ini bertujuan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan sampel darah dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. Ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

44 25 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan nomor Ref: KE/FK/897/EC. Permohonan izin juga ditujukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bertujuan untuk memperoleh ijin melakukan penelitian di lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Izin dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diberikan pada tanggal 04 Agustus 2014, selanjutnya diteruskan ke Bagian Personalia untuk menyediakan data staf wanita administrasi dan edukatif Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permohonan izin juga ditujukan kepada Kepala Bagian Rumah Tangga untuk peminjaman ruangan yang akan digunakan dalam penelitian. Izin dari Kepala Bagian Rumah Tangga diberikan pada tanggal 03 September Permohonan kerjasama diajukan kepada Laboratorium Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Permohonan kerjasama juga ditujukan kepada subyek penelitian dengan menggunakan informed consent. 3. Pembuatan informed consent dan leaflet Informed consent merupakan suatu bukti kesediaan calon subyek untuk dapat mengikuti penelitian. Informed consent yang dibuat wajib diisi oleh seluruh subyek penelitian yang bersedia terlibat dalam penelitian ini, beberapa informasi yang wajib diisi subyek penelitian meliputi nama, usia, tanggal lahir, alamat, dan nomor telepon/hp, kemudian menandatangani informed consent sebagai bukti kerjasama setelah subyek penelitian mendapatkan penjelasan singkat tentang penelitian.

45 26 Pembuatan leaflet juga dilakukan oleh peneliti yang bertujuan untuk membantu subyek penelitian dalam memahami gambaran umum tentang penelitian yang akan dilakukan. Leaflet dalam penelitian ini berjudul Korelasi Antropometri dan Perbandingan Laju Filtrasi Glomerulus. Isi dari leaflet yaitu manfaat penelitian bagi subyek; penjelasan singkat mengenai pengukuran antropometri yang meliputi pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul - panggul, body fat percentage, dan body mass index; penjelasan singkat mengenai pengukuran laju filtrasi glomerulus; serta pemeriksaan laboratorium yang meliputi kadar LDL, HDL, total kolesterol, HbA1c, dan serum kreatinin. 4. Pencarian subyek penelitian Pencarian subyek penelitian dilakukan setelah memperoleh ijin penelitian dari Wakil Rektor I dan juga setelah mendapatkan jumlah staf administrasi dan edukatif yang masih aktif bekerja di Kampus Sanata Dharma Yogyakarta. Umumnya data yang diperoleh dari Bagian personalia meliputi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, dan pekerjaan/bagian. Data yang ada kemudian dipilih berdasarkan jenis kelamin wanita dan rentang usia tahun untuk menentukan jumlah populasi/sampel yang akan digunakan sebagai subyek penelitian. Langkah selanjutnya adalah pencarian subyek penelitian dengan cara mendatangi tempat atau ruang kerja subyek penelitian secara langsung berdasarkan informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Peneliti mendatangi subyek penelitian dan menjelaskan maksud kedatangan serta gambaran singkat penelitian yang akan dilakukan, peneliti juga melakukan wawancara singkat terkait kondisi pasien untuk menentukan apakah subyek penelitian memenuhi

46 27 kriteria inklusi dan eksklusi, serta menanyakan kesediaan subyek untuk ikut serta dalam penelitian. Subyek yang bersedia ikut dalam penelitian kemudian akan mengisi informed consent dan mendapatkan leaflet serta surat undangan. Peneliti akan menghubungi subyek penelitian sehari sebelum hari penelitian yang ditetapkan untuk mengingatkan subyek penelitian untuk berpuasa. Subyek penelitian yang tidak hadir pada saat penelitian akan kembali dihubungi oleh tim peneliti. Tidak semua subyek terlibat dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena beberapa subyek penelitian sedang studi lanjut, menolak mengikuti penelitian tanpa alasan yang jelas, menolak mengikuti penelitian karena tidak berpuasa, menolak mengikuti penelitian karena dalam keadaan hamil, menopause, dan menggunakan KB selain IUD, dan beberapa subyek tidak hadir saat pengambilan data. 5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan merek Nagako untuk mengukur berat badan yang dinyatakan dalam kg, dan tinggi badan merek Height untuk mengukur tinggi badan yang dinyatakan dalam cm. Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam pengukuran, sedangkan reliabilitas menunjukkan konsistensi alat ukur dalam pengukuran (Notoatmodjo, 2012). Indeks reliabilitas ditunjukan dengan CV (Coefficient of Variation) (Doi and Williams, 2013). Menurut Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik (2011), alat/instrument dikatakan reliabel jika CV 5%.

47 28 Pada penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada timbangan merek Nagako dengan cara menimbang badan partisipan wanita dewasa sehat (usia 42 tahun) sebanyak 5 kali (5 kali replikasi). Hasil yang diperoleh adalah nilai CV sebesar 0,45%. Uji validitas dan reliabilitas juga dilakukan pada pengukuran tinggi badan merek Height dengan cara mengukur tinggi badan partisipan wanita dewasa sehat (usia 42 tahun) sebanyak 5 kali (5 kali replikasi). Hasil yang diperoleh adalah nilai CV sebesar 0,17%. Nilai CV yang dihasilkan pada 2 pengukuran tersebut masing - masing kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua instrument tersebut reliabel. Alat/instrumen merek Cobas C 581 yang digunakan untuk mengukur kadar serum kreatinin di dalam darah telah divalidasi oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 6. Pengukuran parameter laju filtrasi glomerulus dan pengambilan darah Parameter yang diukur oleh peneliti adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) yang diketahui lewat pengukuran serum kreatinin melalui pengambilan darah oleh tenaga ahli Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pengukuran antropometri meliputi tinggi badan dan berat badan juga digunakan untuk estimasi LFG menggunakan ketiga formula. 7. Pembagian hasil perhitungan LFG dan pemeriksaan darah Hasil perhitungan LFG dan pemeriksaan darah diberikan kepada subyek penelitian setelah mendapatkan hasil pemeriksaan darah oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Peneliti mendatangi subyek penelitian dan menjelaskan secara singkat mengenai hasil perhitungan LFG dan

48 29 pemeriksaan darah. Peneliti juga memberikan saran non farmakologi terkait hasil laboratorium dan LFG subyek penelitian yang tidak normal. 8. Pengolahan data Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menyusun data sejenis sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah analisis data. J. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk melihat karakteristik subyek penelitian dan statistik dengan taraf kepercayaan 95%, menggunakan sistem komputer. Langkah awal yang dilakukan adalah uji normalitas untuk melihat distribusi data. Pengujian dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena sampel > 50. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi (p) > 0,05 dan ditampilkan dengan histogram (Dahlan, 2009). Setelah uji normalitas, dilanjutkan dengan uji komparatif. Uji komparatif yang digunakan adalah uji Friedman. Uji Friedman adalah salah satu uji statistik non parametrik yang membandingkan tiga atau lebih kelompok data yang berpasangan. Uji Friedman dapat digunakan untuk mencari perbedaan antara tiga atau lebih kelompok data yang dibandingkan. Dalam uji Friedman distribusi normal dari suatu data tidak menjadi persyaratan utama karena dalam beberapa kasus tidak semua data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji parametrik. Uji statistik yang digunakan untuk mencari perbedaan dari masingmasing data adalah dengan menggunakan uji Wilcoxon. Selain mencari

49 30 perbedaan, uji Wilcoxon juga dapat menentukkan besarnya perbedaan dari kelompok data yang dibandingkan. Tidak terdapat perbedaan pada data dinyatakan bila nilai signifikansi > 0,05 (Daniel, 2003). Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: x 1 = x 2 = x 3 H1: Salah satu atau lebih x, p < 0,05 Formula CG standardisasi ( x 1 ) Formula MDRD ( x 2 ) Formula CKD-EPI ( x 3 ) Laju filtraasi glomerulus (LFG) Gambar 4. Gambar Perumusan Hipotesisi Perbandingan LFG K. Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah tidak memiliki suatu standar khusus rerata LFG yang diperoleh secara langsung yang dapat digunakan sebagai pembanding untuk ketiga formula yang digunakan dalam penelitian ini. Kesulitan dalam penelitian ini adalah mengajak staf wanita administrasi dan edukasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk terlibat dalam penelitian ini.

50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah staf administrasi dan edukatif wanita dewasa sehat yang masih aktif bekerja di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada rentang usia tahun. Jumlah subyek yang bersedia terlibat dalam penelitian sebanyak 52 orang dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Jumlah subyek dalam penelitian ini telah mencukupi kebutuhan sampel sesuai dengan pustaka yang diacu yaitu minimal sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 orang (Umar, 2007). Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Kampus I dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karena memudahkan subyek untuk hadir dalam penelitian. Karakteristik subyek penelitian ini meliputi usia, body surface area (BSA), serum kreatinin, nilai LFG menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik data subyek penelitian (Dahlan, 2009). Karakteristik subyek penelitian ditunjukkan dalam tabel II. Tabel II. Karakteristik subyek penelitian No Karakteristik Profil p (n=52) 1 Usia 44 (40-50) 0,005 2 Body Surface Area (BSA) 1,56 ± 0,11* 0,200 3 Serum kreatinin (scr) 0,69 (0,52-1,27) 0,000 4 LFG formula CG Standardisasi 108,01 ± 15,67* 0,200 5 LFG Formula MDRD 99,03 ± 15,48* 0,200 6 LFG Formula CKD-EPI 109, 39 ± 22,41* 0,200 *Data terdistribusi normal 31

51 32 Karakteristik subyek penelitian yang juga diamati dalam penelitian ini adalah klasifikasi stage CKD berdasarkan nilai LFG subyek penelitian. Klasifikasi tersebut ditunjukkan dalam tabel III berikut ini. Tabel III. Klasifikasi stage CKD berdasarkan LFG Stage CKD CG standardisasi (%) Formula MDRD (%) CKD-EPI (%) I (>90 ml/min/1,73 m 2 ) 88,46 80,76 82,69 II (60-89 ml/min/1,73 m 2 ) 9,61 17,30 15,38 IIIa (45-59 ml/min/1,73 m 2 ) 1,92 1,92 1,92 IIIb (30-44 ml/min/1,73 m 2 ) IV (15-29 ml/min/1,73 m 2 ) V (< 15 ml/min/1,73 m 2 ) Pada tabel III menunjukkan subyek penelitian ini sebagian besar masuk dalam stage 1 (80%) dengan fungsi ginjal normal namun urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetika yang mengindikasikan penyakit ginjal (Renal Association, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Varma, Raman, Ramakrishnan, Singh, and Varma (2010) pada 3398 subyek penelitian dewasa sehat di India dengan rentang usia tahun yang mengestimasi nilai LFG menggunakan formula MDRD dan CKD-EPI menunjukkan hasil bahwa sebesar 15,04% dan 13,12% subyek penelitian berada pada tahap awal CKD (tahap 1, 2 dan 3). 1. Usia Pada penelitian ini rentang usia yang digunakan adalah tahun. Pengujian normalitas terhadap usia subyek penelitian menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah

52 33 data tidak terdistribusi normal (p = 0,005) dengan nilai median yaitu 44 dan nilai minimum - maksimum yaitu 40,00-50,00. Hasil tersebut juga ditunjukkan dengan histogram (Gambar 5). Gambar 5. Grafik distribusi usia subyek penelitian Penelitian ini menggunakan rentang usia yang dikategorikan dalam dewasa pertengahan. Menurut Santrock (2004), rentang usia dewasa pertengahan adalah dari usia tahun. Hasil penelitian Schlanger (2009) pada dewasa dan lansia secara cross-sectional dan Baltimore longitudinal study menyimpulkan bahwa terjadi penurunan klirens kreatinin hingga 0,75 ml/min yang dimulai dari usia 40 tahun. Penurunan fungsi ginjal yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia salah satunya ditunjukkan dengan penurunan nilai LFG. Penurunan LFG disebabkan karena terjadi penurunan laju aliran kapiler glomerulus, perubahan struktur ginjal, dan fungsi ginjal yang meliputi pengurangan massa ginjal. Penurunan LFG juga terjadi pada pasien - pasien dengan hipertensi atau gangguan vaskular. Rata - rata sebanyak 20-25% penurunan massa ginjal akibat bertambahnya usia dimulai pada rentang 30-80

53 34 tahun. (Weinstein and Anderson, 2010; Garasto, Fusco, Corica, Rosignuolo, Marino, Montesanto, et al., 2014; NHS, 2010). 2. Body surface area (BSA) Nilai BSA diperoleh dari pengukuran berat dan tinggi badan kemudian dikalkulasikan ke dalam formula DuBois and DuBois. Pengujian normalitas BSA subyek penelitian menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah data terdisitribusi normal (p = 0,200) dengan nilai mean yaitu 1,56 dan nilai SD yaitu 0,11. Data terdistribusi normal ditunjukkan oleh grafik dibawah ini: Gambar 6. Grafik distribusi BSA subyek penelitian Body surface area (BSA) menggambarkan luas permukaan tubuh seseorang. Nilai rerata normal BSA pada dewasa muda adalah 1,73 m 2. Penyesuaian BSA dinilai cukup penting untuk mengestimasi LFG karena pada dasarnya fungsi ginjal sebanding dengan ukuran ginjal yang sebanding dengan luas permukaan tubuh (Phai, 2010; Ibrahim, et al., 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rostoker, Andrivet, Pham, Griuncelli, and Adnot (2009) yang menghitung nilai LFG menggunakan formula CG, CG modifikasi BSA,

54 35 MDRD dan Mayo Quadratic Equation pada 269 subyek penelitian dewasa dengan CKD, menunjukkan hasil bahwa formula CG yang dimodifikasi dengan BSA dapat meningkatkan akurasi dari formula CG. 3. Serum kreatinin (scr) Uji normalitas data serum kreatinin (scr) menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah data scr tidak terdistribusi normal (p = 0,000) dan ditunjukkan dari bentuk histogram (Gambar 6). Nilai median scr yaitu 0,69 mg/dl dan nilai maksimum - minumun yaitu 0,52-1,27 mg/dl. Kidney Cares Community (2012) menyatakan nilai normal serum kreatinin untuk wanita dewasa sehat adalah 0,5-1,2 mg/dl. Pada gambar 6 menunjukkan bahwa sebagian besar nilai scr subyek penelitian masuk dalam nilai rujukan, namun ada 1 data yang berada di luar nilai rujukan atau dengan kata lain memiliki nilai scr yang tinggi (tidak normal). Gambar 7. Grafik distribusi serum kreatinin subyek penelitian Kreatinin merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh otot dan diangkut ke ginjal untuk difiltrasi dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh (Sherwood, 2011). Serum kreatinin pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita

55 36 karena massa otot pada pria lebih besar (Kidney Cares Community, 2013). Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian ini karena hasil penelitian ini memberikan median scr sebesar 0,69 mg/dl yang lebih rendah dari rentang nilai serum kreatinin pria yaitu 0,9-1,3 mg/dl. Kadar kreatinin yang tinggi menunjukkan risiko terjadi kerusakan ginjal. Peningkatan serum kreatinin dapat disebabkan oleh zat - zat non kreatinin seperti konsumsi daging yang berlebihan, glukosa, asam urat, fruktosa, guanidine, dan asam askorbat (Kidney Cares Community, 2012; Verma, Khadapkar, Sahu, and Das, 2006). Penelitian yang dilakukan secara meta-analisis oleh Zhang, Cao, Cai, Wu, Wei, Yuan, et al. (2013) yang mengevaluasi korelasi antara cystatin C (cysc) dan scr untuk estimasi LFG pada pasien CKD menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara cystatin C dan scr terhadap nilai LFG. 4. Laju filtrasi glomerulus (LFG) menggunakan formula Cockcroft-Gault (CG) standardisasi Pengujian normalitas data LFG menggunakan formula CG standardisasi pada penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan sebesar 95%. Hasil yang diperoleh adalah data terdistribusi normal (p = 0,200) dan dapat ditunjukkan dengan histogram (Gambar 7). Nilai mean LFG menggunakan formula CG standardisasi yaitu 108,01 dan nilai SD yaitu 15,67. Salah satu penilaian terhadap fungsi ginjal adalah dengan melihat kemampuan ginjal mengeliminasi toksin atau zat - zat sisa metabolisme tubuh. Variabel utama yang dapat menggambarkan fungsi ginjal adalah LFG. Metode

56 37 yang paling sering digunakan untuk mengukur LFG adalah tes klirens kreatinin. Prinsip dasar metode ini adalah bahwa kreatinin merupakan suatu senyawa yang difiltrasi oleh ginjal dan diekskresikan di urin sehingga konsentrasi senyawa kreatinin diplasma akan berkurang. Gambar 8. Grafik distribusi LFG subyek penelitian menggunakan formula CG standardisasi Pengukuran LFG berdasarkan klirens kreatinin dapat dilakukan menggunakan urin tampung 24 jam atau secara tidak langsung dengan menggunakan perhitungan formula dengan salah satu variabelnya adalah serum kreatinin (Sherwood, 2011; Davey, 2005). Salah satu formula yang sering digunakan adalah formula CG. Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al. (2003) pada 100 subyek penelitian dewasa sehat (pria dan wanita) dengan rerata nilai serum kreatinin 0,9 ± 0,2 (0,5-1,3 mg/dl), dan rerata nilai BSA 1,9 ± 0,2 (1,4-2,4) menunjukkan rerata nilai LFG sebesar 129,6 ± 48,8. Hasil penelitian Lin, et al. (2003) berbeda dengan hasil penelitian ini yang memberikan rerata nilai LFG sebesar 108,017 ± 15,67. Hal ini disebabkan karena penelitian ini rentang usia dibatasi, subyek penelitian seluruhnya adalah wanita serta rerata BSA yang lebih

57 38 rendah, sehingga hasil penelitian kali ini juga diperoleh rerata nilai LFG yang lebih rendah. Walaupun formula GG merupakan formula tertua untuk mengestimasi LFG berdasarkan klirens kreatinin namun formula ini masih sering digunakan untuk penyesuaian dosis obat karena formula ini mencakup beberapa variabel penting dalam estimasi LFG yaitu usia, jenis kelamin, berat badan dan serum kreatinin (Lee, 2009). Formula CG dianggap cukup baik dibandingkan formula lain untuk mengestimasi LFG pada dewasa sehat khususnya di Asia Selatan (Srinivas, et al., 2008). 5. Laju filtrasi glomerulus (LFG) menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) Uji normalitas data LFG berdasarkan formula MDRD dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah data LFG terdistribusi normal (p = 0,200) dengan Mean yaitu 99,03 dan SD yaitu 15,48. Hal ini juga dapat dilihat dari histogram yang ditampilkan pada gambar 8. Gambar 9. Grafik distribusi LFG subyek penelitian menggunakan formula MDRD

58 39 Formula MDRD juga merupakan salah satu formula yang sering digunakan di dunia klinik untuk mengestimasi LFG dan penyesuaian dosis. Salah satu kelebihan dari formula MDRD adalah karena formula ini telah diterapkan pada jumlah populasi yang besar. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Levey (cit., NKDEP, 2010) menyebutkan bahwa formula MDRD merupakan formula yang diperoleh berdasarkan penelitian pada populasi besar dengan subyek sebanyak wanita dan laki - laki dengan CKD tanpa diabetes dan transplantasi ginjal, pada rentang usia tahun. Formula MDRD sering digunakan untuk mengetahui nilai LFG pada lansia, hal ini disebabkan karena formula ini memberikan performance yang baik pada pasien dengan nilai LFG <60 ml/min/1,73 m 2. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stevens, Coresh, Feldman, Greene, Lash, and Nelson (2007) pada 5504 subyek penelitian yaitu bahwa formula MDRD memberikan bias yang rendah serta presisi yang tinggi pada pasien dengan nilai LFG <60 ml/min/1,73 m 2 (Stevens, et al., 2007; Levey, Coresh, Greene, Stevens, Zhang, and Hendriksen, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tidman, Sjostrom, and Jones (2008) yang menyimpulkan bahwa estimasi LFG berdasarkan serum kreatinin atau cystatin C dapat memberikan akurasi yang baik, namun karena cystatin C dianggap sangat mahal untuk diterapkan dalam dunia klinik maka formula MDRD dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghitung nilai LFG. Sennang (cit., Fenty, 2010) menyebutkan beberapa kelebihan formula MDRD adalah formula MDRD telah dikembangkan dan diterapkan pada populasi yang

59 40 besar, telah dikembangkan pada populasi Eropa - Amerika dan Afrika - Amerika, tidak membutuhkan variabel berat badan, telah divalidasi terhadap klirens iothalamate, dan telah disesuaikan dengan luas permukaan tubuh. 6. Laju filtrasi glomerulus (LFG) menggunakan formula Chronic Kidney Disease Epidemiology (CKD-EPI) Uji normalitas data LFG subyek penelitian berdasarkan formula CKD- EPI menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah data LFG terdistribusi normal (p = 0,200) dengan mean yaitu 109,39 dan SD yaitu 22,41. Data tersebut juga dapat ditunjukkan oleh histogram pada gambar 9. Gambar 10. Grafik distribusi LFG subyek penelitian menggunakan formula CKD-EPI Persamaan formula CKD-EPI memiliki 4 variabel penting sama seperti formula MDRD, namun formula ini memberikan estimasi LFG yang lebih baik serta bias yang rendah dibandingkan dengan formula MDRD khususnya pada pasien dengan fungsi ginjal normal dengan nilai LFG diatas >60 ml/min/1,73 m 2. Fakta ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Levey (cit., National Kidney Foundation, 2013) yaitu formula CKD-EPI lebih akurat

60 41 dibandingkan formula MDRD khususnya bagi pasien dengan nilai LFG yang tinggi seperti populasi tanpa CKD. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Brand, Boekel, Willems, Kiemeney, Heijer, and Wetzels (2011) yang melakukan penelitian pada 6097 subyek Kaukasian (2823 laki-laki dan 3274 wanita). Penelitian tersebut membandingkan estimasi nilai LFG menggunakan formula CKD-EPI dengan MDRD 4 variabel. Hasil yang diperoleh adalah nilai LFG yang dihitung menggunakan formula CKD-EPI memberikan perkiraan nilai LFG yang lebih tinggi khususnya pada subyek dewasa dibandingkan dengan MDRD. B. Perbandingan Rerata Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menggunakan Formula CG Standardisasi, MDRD, dan CKD-EPI Uji komparatif atau perbandingan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara LFG yang dihitung menggunakan formula CG standardisasi, MDRD, maupun CKD-EPI. Hasil uji komparatif menggunakan Uji Friedman diperoleh nilai signifikansi (p = 0,000) yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan rerata LFG menggunakan ketiga formula. Hasil tersebut ditunjukkan dalam tabel IV. Tabel IV. Hasil Perbandingan Rerata LFG Formula Rerata LFG p CG standardisasi 108,01±15,67 MDRD 99,03±15,48 CKD-EPI 109,39±22,41 0,000

61 42 Bila dilihat dari rerata nilai LFG menggunakan ketiga formula tersebut, formula MDRD memberikan rerata LFG yang lebih rendah dibandingkan formula CG standardisasi dan CKD-EPI. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al. (2003) yang menyatakan bahwa estimasti LFG menggunakan formula MDRD memberikan perkiraan yang rendah (underestimate) terhadap LFG. Pada umumnya data yang diperoleh dari klinik menyimpulkan bahwa estimasi LFG menggunakan formula CG standardisasi pada dewasa memberikan rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula MDRD (Lee, et al., 2009). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi lebih tinggi (108,10 ± 15,67) dibandingkan formula MDRD (99,03 ± 15,48). Estimasi LFG menggunakan formula MDRD dan CKD-EPI digunakan untuk mengetahui tingkat fungsi ginjal, terlepas dari massa tubuh pasien. Berbeda dengan formula CG standarisasi yang sering digunakan untuk rekomendasi dosis (Jones, 2011). Penelitian Clark and Froissart (cit., Lee, Kang, Chou, Tseng, Huang, Shih, et al., 2009) menyimpulkan bahwa estimasi LFG menggunakan formula CG mendekati hasil klirens ginjal menggunakan 125I-iothalamate dibandingkan dengan formula MDRD pada individu dengan penyakit ginjal, namun belum diketahui keakuratan formula CG pada individu dengan fungsi ginjal normal, walaupun demikian formula CG merupakan formula yang paling sering digunakan. Uji statistik lain yang juga dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon untuk mencari formula mana yang berbeda. Hasil uji Wilcoxon di tunjuk kan pada tabel V.

62 43 Tabel V. Hasil perbandingan LFG antara formula CG Standardisasi banding MDRD, CG standardisasi banding CKD-EPI dan MDRD banding CKD-EPI Formula p Kesimpulan CG standardisasi banding 0,000 Berbeda signifikan MDRD MDRD banding CKD-EPI 0,000 Berbeda signifikan CG standardisasi banding CKD-EPI 0,920 Tidak berbeda signifikan Berdasarkan hasil uji Wilcoxon terdapat perbedaan signifikan rerata LFG antara formula CG standardisasi dan formula MDRD dengan nilai signifikansi (p = 0,000). Secara statistik kedua formula tersebut dikatakan memberikan rerata LFG yang berbeda signifikan karena rerata LFG memggunakan formula CG standardisasi yang lebih tinggi (108,10 ± 15,67) dibandingkan dengan formula MDRD (99,03 ± 15,48). Perbedaan angka tersebut secara statistik dikatakan berbeda signifikan. Rerata LFG menggunakan formula MDRD dan formula CKD- EPI dengan nilai signifikansi (p = 0,000) artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua formula tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan karena rerata LFG menggunakan formula MDRD lebih rendah (99,03 ± 15,48) dibandingkan formula CKD-EPI (109,39±22,41). Perbedaan angka tersebut bila di analisis secara statistik dikatakan berbeda signifikan. Rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi dan formula CKD-EPI dengan nilai signifikansi (p = 0,920) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Bila dilihat dari rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi (108,10 ± 15,67) berbeda dengan rerata LFG menggunakan CKD-EPI (109,39±22,41), namun perbedaan ini

63 44 tidak signifikan sehingga dapat dikatakan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Perbandingan estimasi LFG menggunakan formula CKD-EPI dan MDRD menunjukkan bahwa CKD-EPI memberikan hasil yang akurat dibandingkan dengan formula MDRD untuk mendiagnosis CKD (Levey and Stevens, 2010; Matsushita, Mohmoodi, Woodward, Emberson, Jafar, Jee, et al., 2012; Michels, et al., 2010). Formula CKD-EPI juga memberikan bias yang rendah khususnya pada pasien dengan nilai LFG > 60 ml/min/1,73 m 2 (Levey, Stevens, Schmid, Zhang, Castro, Feldman, et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Michels, et al. (2010) yang membandingkan performance dari formula CG, MDRD, dan CKD-EPI berkaitan dengan nilai LFG, usia, dan massa tubuh menunjukkan hasil formula CKD-EPI memberikan akurasi yang paling tinggi pada stage 1 CKD atau rerata LFG > 90 ml/min/1,73 m 2, namun bila dibandingkan dengan formula CG (p = 0,29) dan MDRD (p = 0,51) ketiganya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan pada kelompok LFG rendah < 60 ml/min/1,73 m 2 MDRD memberikan akurasi yang tinggi. Perbandingan formula pada penelitian tersebut menunjukkan formula MDRD dan CKD-EPI tidak berbeda signifikan (p = 0,63) dan formula MDRD dan CG berbeda signifikan (p = 0,04). Perbedaan hasil penelitian Michels, et al. (2010) dengan penelitian saat ini karena perbedaan rerata LFG yang diperoleh dari masingmasing formula sehingga menyebabkan hasil analisis statistik yang berbeda. Perbedaan rerata nilai klirens kreatinin yang menggambarkan LFG sebagai salah satu penanda fungsi ginjal dapat menimbulkan permasalahan di

64 45 dalam praktek klinik dalam hal pemilihan formula untuk menghitung secara cepat LFG berdasarkan serum kreatinin. Berdasarkan hasil penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi, MDRD dan CKD-EPI. Perbedaan secara statistik ditunjuk kan oleh formula CG standarisasi dan MDRD dengan nilai signifikansi (p = 0,000), formula MDRD dan CKD-EPI dengan nilai signifikansi (p = 0,000), namun berbeda dengan formula CG standardisasi dan CKD-EPI yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai signifikanasi (p = 0,920). Peneliti dapat menyarankan kepada praktisi klinik untuk menggunakan formula CG standardisasi dan CKD- EPI dalam menghitung nilai LFG pada subyek dewasa sehat.

65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil perbandingan LFG berdasarkan serum kreatinin menunjukkan terdapat perbedaan signifikan nilai LFG berdasarkan serum kreatinin menggunakan formula CG standardisasi, MDRD dan CKD-EPI secara statistik (p = 0,000). Hasil statistik lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata LFG menggunakan formula CG standardisasi dan CKD-EPI (p = 0,920). B. Saran Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan gold standard yaitu urin tampung 24 jam sebagai pembanding terhadap formula yang digunakan dalam penelitian. 46

66 DAFTAR PUSTAKA Al-Maqbali, S.R., and Mula-Abed, W.S., 2014, Comparison Between Three Different Equations for the Estimation of Glomerular Filtration Rate in Omani Patients with Type 2 Diabetes Mellitus, Clinical and Basic Research, 14, Al-Osali, M.E., Al-Qassadi, S.S., and Al-Harthi, S.M., 2013, Assessment of Glomerular Filtration Rates by Cokroft-Gault and Modification of Diet and Renal Disease Equations in a Cohort of Omani Patients, Clinical and Basic Research, 14, Atapour, A., Elham, K., Shahidi, S., Najafabadi, M.M., and Hedayati, P., 2013, Modification of diet in renal disease and Cockcroft-Gaultformula Accuracy in Glomerular Filtration Rate Estimation in Iranian Adults, Biomedical Research, 2 (32), 45. Brand, J.A., Boekel, G.A., Willems, H.L., Kiemeney, L.A., Heijer, and Wetzels, 2011, Introduction of the CKD-EPI Equation to Estimate Glomerulus Filtration Rate in a Caucasian Population, Nephrol Dial Transplant, 1-5. Dahlan, M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS, Salemba Medika, Jakarta, hal Daniel, W. W., 2003, Applied Nonparametric Statistics Second Edition, Duxbury Thomson Learning, USA, pp. 150, Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta, Hal Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A pathophysiologic Approach, Seventh edition, Mc Graw Hill, New York, pp. 738,734. Direktorat Bina Penunjang Medik, 2011, Uji Fungsi Alat Kimia Klinis dan Hematologi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 2. Doi, S.A.R., and Williams, G.M., 2013, Methods of Clinical Epidemiology, Springer, USA, pp Fenty, 2010, Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lansia Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin dengan Formula Cokroft-Gault, Cokroft-Gault standardisasi, dan Modification of Diet and Renal Disease, Jurnal Penelitian, 13 (2), Filho, S.R., Cardoso, C.C., Castro, L.I.A., Oliveira, R.M., and Rodrigues, R., 2011, Comparison of Measured Creatinine Clearence and Clearence 47

67 48 Estimated by Cockcroft-Gault and MDRD Formulas in Patient with a Single Kidney, International Journal of Nephrology, 1-4. Garasto, S., Fusco, S., Corica, F., Rosignuolo, M., Marino, A., Montesanto, A, et al., 2014, Review Article: Estimating Glomerular Filtration Rate in Older People, Biomed Research International, 1, Glassock, R.J., MACP., and Winearls, C., 2009, Ageing and The Glomerular Filtration Rate: Truths and Consequences, Transactions of The American Clinical and Climatological Association, 120, Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal. 331, 343, Ibrahim, H., Mondress, M., Tello, A., Fan, Y., Koopmeiners, J., and Thomas, W., 2005, An Alternative Formula to the Cockcroft-Gault and The Modification of Diet in Renal Disease Formulas in Predicting GFR in Individuals with Type 1 Diabetes, J Am Soc Nephrol, Inker, L.A., Schmid, C.H., Tighiouart, H., Eckfeldt, J.H., Feldman, H.I., Greene, T., et al., 2012, Estimating Glomerular Filtration Rate from Serum Creatinine and Cystatin C, The New England Journal of Medicine, 367, 21. Jha, V., 2009, Current status of Chronic Kidney Disease care in Southeast Asia, Semin Nephrol, diakses tanggal 10 Desember Jha, V., Garcia-Garcia, G., Iseki, K., Li, Z., Naicker, S., Plattner, B., et al., 2013, Chronic Kidney Disease: Global Dimension and Perspectives, Lancet, diakses tanggal 10 Desember Jones, G.R., 2011, Mini-Review: Estimating Renal Function for Drug Dosing Decisions, Clin Biochem Rev, 32, Kagoma, Y.K., Garg, A.X., Li, L., and Jain, A.K., 2012, Reporting of The Estimated Glomerular Filtration Rate Decreased Creatinine Clearence Testing, International Society of Nephrology., 81, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Bakti Husada, Jakarta, hal Kidney Cares Community, 2012, What is Normal Range for Serum Creatinine, diakses tanggal 6 November 2014.

68 49 Kouno, Katsumata, Mukai, Ando, and Watanabe., 2003, Standardization of the Body Surface Area (BSA) Formula to Calculate the Dose od Anticancer Agents in Japan, Jpn J Clin Oncol, 33 (6), 310. Lee, J., kang, I., Chou, C., Tseng, Yu., Huang, C., Shih, C., et al., 2009, Difference Between Estimated Glomerulofiltration Rate by Modification of Diet in Renal Disease and Cockcroft-Gault Formula in General Population, J Intern Med Taiwan, 20, Lee, M., 2009, Basic Skills in Interpreting Laboratory Data 4 th Edition, American Society of Health-System Pharmacist, U.S, p Lesley, S.A., and Levey, A.S., 2009, Measured GFR as a Confirmatory Test for Estimated GFR, J Am Soc Neohrol, 20, Levey, A., Coresh, J., Greene, T., Stevens, L, Zhang, Y., and Hendriksen, S., 2006, Using Standardized Serum Creatinine Values in The Modification of Diet in Renal Disease Study Equation for Estimating Glomerular Filtration Rate, Ann Intern Med, 145, Levey, A., Stevens, L. A., Schmid, C. H., Zhang, Y.,, Castro, A. F., Feldman, et al., 2009, A New Equation to Estimate Glomerular Filtration Rate, Am Intern Med, 15 (9), 611. Levey, A.S., and Stevens, L.A., 2010, Estimating GFR Using the CKD Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) Creatinine Equation: More Accurate GFR Estimates, Lower CKD Prevalence Estimates, and Better Risk Predictions, Am J Kidney, 55 (4), Lin, J., Knight, E., Hogan, M., and Singh, A., 2003, A Comparison of Prediction Equations for Estimating Glomerular Filtration Rate in Adults Without Kidney Disease, Journal of the American Society of Nephrology, 14, Lin, Y.C., Bansal, N., Vittinghoff, E., Go, A.S., and Hsu, C.Y., 2013, Determinants of The Creatinine Clearence to Glomerular Filtration Rate Ratio in Patients with Chronic Kidney Disease: a Cross-Sectional Study, BioMed Central, 14 (268), 2-5. Matsushita, K., Mahmoodi, B.K., Woodward, M., Emberson, J.R., Jafar, T.H, Jee, S.H, et al., 2012, Comparison of Risk Prediction Using The CKD-EPI Equation and the MDRD Study Equation for Estimated Glomerular Filtration Rate, Journal of American Medical Association, 307 (18),

69 50 Michels, W.M., Grootendorst, D.C., Verdujin, M., Elliott, E.G., Dekker, F.W., and Krediet, R.T., 2010, Performance of The Cockcroft-Gault, MDRD, and New CKD-EPI Formulas in Relation to GFR, Age, and Body Size, Clin J Am Soc Nephrol, 5, Miyatake, N., Shikata, K., Makino, H., and Numata, T., 2010, Decreasing Systolic Blood Pressure is Associated with Improving Estimated Glomerular Filtration Rate (egfr) with Lifestyle Modification in Japanese Healthy Women, Acta Medica Okayama, 64 (5), National Kidney Disease Education Program (NKDEP), 2009, Estimating GFR, NIH, diakses tanggal 25 Maret National Kidney Disease Education Program (NKDEP), 2010, Chronic Kidney Disease: Information for Providers, NIH, diakses tanggal 25 Maret National Kidney Foundation, 2013, Frequently Asked Question about GFR Estimates, NKF, _ABE.pdf, diakses tanggal 25 Maret National Kidney Foundation, 2015, About Chronic Kidney Disease, diakses tanggal 26 Januari National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI), 2012, Clinical Practice Guideline for Diabetes and CKD: 2012 Update, Am J Kidney Dis, 60 (5), 858. National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI) Clinical Practice Guideline, 2013, Glomerular Filtration Rate, NKF, diakses tanggal 6 November National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), 2014, The Kidneys and How They Work, NIH, diakses tanggal 6 November NHS, 2010, Chronic Kidney Disease Frequently Asked Question, NHS Employers, diakses tanggal 3 November 2014.

70 51 Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal , 124, Nugroho, 2011, Analisis Pengobatan Antibiotika Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit Kabupaten Bantul Periode 2009, Skripsi, 15, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Phai, M., 2010, Estimating the Glomerular Filtration Rate in Obese Adult Patients for Drug Dosing, Advances in Chronic Kidney Disease, 17 (5), Rostoker, G., Andrivet, P., Pham, I., Griuncelli, M., and Adnot, S., 2009, Accuracy and Limitations of Equations for Predicting the Glomerular Filtration Rate During Follow-up of Patients with Non-Diabetic Nephropathies, BMC Nephrology, 10 (16), Renal Association, 2013, CKD Stages, The Renal Association Founded 1959, diakses tanggal 19 Maret Santrock, J.W., 2004, Life-Span Development, Ninth Edition, McGraw-Hill, New York. Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011, Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta, hal. 100, , 131. Schlanger, L., 2009, Kidney Senescene, American Society of Nephrology, online.org/education/distancelearning/curricula/geriatrics/chapter4.pdf, diakses tanggal 8 November Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal Sherwood, L., 2011, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 553, 558, 567, Sirwal, I.A., Banday, K.A., Reshi, A.R., Bhat, M.A., and Wani M.M., 2004, Review Article: Estimation of Glomerular Filtration Rate (GFR), JK Science, 6 (3), Srinivas, S., Annigeri, R.A., Mani, M.T., Rao, B.S., Kowdle, P.C., and Seshadri, R., 2008, Estimation of Glomerular Filtration Rate in South Asian Healthy Adult Kidney Donors, Asian Pacific of Nephrology, 10.

71 52 Stevens, L., Coresh, J., Feldman, H.I., Greene, T., Lash, J.P., and Nelson, R.G., 2007, J Am Soc Nephrol, 18, Sumantri, H.A., 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Prenda Media Group, Jakarta, hal. 79. Tidman, M., Sjostrom, P., and Jones, I., 2008, A Comparison of GFR Estimating Formulae Based Upon s-cystatin C and s-creatinine and a combination of the two, Nephrol Dial Transplant, 23, Umar, H., 2007, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 79. Varma, P., Raman D. P., Ramakrishnan, T. S., Singh, P., and Varma, A., 2010, Prevalence of Early Stages of Chronic Kidney Disease in Apparently Healthy Central Government Employees in India, Nephrol Dial Transplant, 1. Verma, M., Khadapkar, R., Sahu, P.S., and Das, B.R., 2006, Comparing Age- Wise Reference Intervals for Serum Creatinine Concentration in a Reality Check of The Recommended Cut-Off, Indian Journal of Clinical Biochemistry, 21 (2), Watson, S.V., Smith, C.R., Dold, C., and Ridgway, S.H., 2008, Use of a Serum- Based Glomerular Filtration Rate Prediction Equation to Assess Renal Function by Age, Sex, Fasting, and Health Status in Bottlenose Dolphins (Tursiops Truncatus), Marine Mammal Science, 24 (1), 71. Weinstein, J., and Anderson, S., 2010, The Aging Kidney: Physiological Changes, NIH Public Access, 17 (4), Yaswir, R., dan Maiyesi, A., 2012, Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C untuk Uji Fungsi Ginjal, Jurnal Kesehatan Andalas, 1 (1), 10. Zhang, M., Cao, X., Cai, G., Wu, D., Wei, R., Yuan, X., et al., 2013, Clinical Evaluation of Serum Cystatin C and Creatinine in Patients with Chronic Kidney Disease: A Meta-Analysis, Journal of International Medical Research, 41 (4),

72 LAMPIRAN 53

73 54 Lampiran 1:Surat Izin Penelitian

74 55 Lampiran 2: Ethical Clearence

75 56 Lampiran 3: Surat Izin Peminjaman Tempat Penelitian

76 57 Lampiran 4: Hasil Pemeriksaan Laboratorium Subyek Wanita

77 58 Lampiran 5: Leaflet 1. Leaflet Tampak Depan 2. Leaflet Tampak Belakang

78 59 Lampiran 6: Informed Consent Surat Pesrsetujuan Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Usia : Alamat : Menyatakan bahwa: 1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: Laju Filtrasi GLomerulus berdasarkan formula Cockroft-Gault, Chronic Kidney Disease Epidemiology, dan Modification of Diet in Renal Disease pada Karyawan Pria/Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan kondisi: a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa jam, diambil darahnya dan melakukan pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus serta digunakan data mediknya untuk kepentingan penelitian. b. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasianya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah. 3. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun. Demikian pernyataan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi saya. untuk kesehatan pribadi saya. Yogyakarta,... Saksi, Yang membuat pernyataan, (...) (...)

79 60 Lampiran 7: Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus pada Staf dan Karyawan Pria dan Wanita Dewasa Sehat a. Identitas 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Tempat / Tanggal Lahir : 4. Umur : tahun 5. Pekerjaan : b. Kondisi Kesehatan *) 1. Riwayat penyakit a. Tidak ada b. Ada, sebutkan 2. Status menopause (Untuk perempuan) a. Sudah b. Belum 3. Konsumsi obat-obatan rutin a. Tidak b. Ya, sebutkan 4. Kondisi hamil (Untuk perempuan) a. Tidak b. Ya *) Lingkari salah satu

80 61 Lampiran 8: Form Pengukuran Antropometri Lampiran 9: Uji Validitas dan Realiabilitas Intrumen penelitian (timbangan merek Nagako dan tinggi badan merek Haight ) (Wanita usia 42 tahun) NO Berat Badan (Kg) ,5 4 48, X 2 SD CV(%) 48,14 0,22 0,45 NO Berat Badan (Kg) 1 149, , , ,8 X 2 SD CV(%) 149,72 0,26 0,173

81 62 Lampiran 10: Dokumentasi Pengukuran Antropometri 1. Dokumentasi Pengukuran Berat Badan 2. Dokumentasi Pengukuran Tinggi Badan

82 63 Lampiran 11: Dokumentasi Pengambilan Darah Subyek Penelitian

83 64 Lampiran 12: Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Descriptives Statistic Std. Error Usia Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range 6.00 Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Usia a. Lilliefors Significance Correction

84 65 Lampiran 13: Deskriptif dan Uji Normalitas Body Surface Area (BSA) Descriptives Statistic Std. Error BSA Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance.013 Std. Deviation Minimum 1.32 Maximum 1.79 Range.47 Interquartile Range.17 Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. BSA * *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

85 66 Lampiran 14: Deskriptif dan Uji Normalitas Serum Kreatinin (scr) Descriptives Statistic Std. Error scr Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound.6685 Upper Bound % Trimmed Mean.6904 Median.6900 Variance.014 Std. Deviation Minimum.52 Maximum 1.27 Range.75 Interquartile Range.10 Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. scr a. Lilliefors Significance Correction

86 67 Lampiran 15: Deskriptif dan Uji Normalitas Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menggunakan formula CG standardisasi Descriptives Statistic Std. Error CG.standardisasi Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. CG.standardisasi * *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

87 68 Lampiran 16: Deskriptif dan Uji Normalitas LFG menggunakan Formula MDRD Descriptives Statistic Std. Error MDRD Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. MDRD * *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

88 69 Lampiran 17: Deskriptif dan Uji Normalitas LFG menggunakan formula CKD-EPI Descriptives Statistic Std. Error CKDEPI Mean % Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. CKDEPI * *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

89 70 Lampiran 18: Uji Komparatif ketiga formula (CG standardisasi, MDRD dan CKD-EPI) Uji Friedman Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N CGstandardisasi MDRD CKDEPI Test Statistics a N 52 Chi-Square df 2 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Uji Wilcoxon Test Statistics a MDRD - CGstandardisas i CKDEPI - CGstandardisas i CKDEPI - MDRD Z b c c Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks. c. Based on negative ranks.

90 BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama lengkap Asrianti Massau, lahir di Kota Merauke, Papua pada tanggal 19 April Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Paewang Massau dan Vincensia Sabara Lamban. Penulis menempuh jenjang pendidikan dimulai dari TK Penulis bernama lengkap Asrianti Massau, lahir di Kota Merauke, Papua pada tanggal 19 April Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Paewang Massau dan Vincensia Sabbara Lamban. Penulis menempuh jenjang pendidikan di TK Salib Suci Agats ( ), kemudian bersekolah di SD Inpres Polder Merauke ( ), kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Merauke ( ), dan SMA Negeri 1 Merauke ( ). Selama SD dan SMP penulis pernah mengikuti lomba cerdas cermat dan pidato Bahasa Inggris tingkat sekolah, dan selama SMA penulis mengikuti lomba seni dan olahraga tingkat Provinsi. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kampus antara lain pernah menjadi Koordinator Divisi Dekorasi dan Dokumentasi TITRASI (Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2013, menjadi anggota Divisi Dana Dan Usaha Kampanye Informasi Obat, kepanitiaan Dies Natalis Fakultas, aktif mengikuti seminar, dan penulis juga mengikuti kegiatan APPS (Asia Pacific Pharmaceutical Symposium) di Malaysia tahun

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA STAF LAKI-LAKI DEWASA SEHAT DENGAN FORMULA COCKCROFT-GAULT, MODIFICATION OF DIET IN RENAL DISEASE DAN CHRONIC KIDNEY DISEASE EPIDEMIOLOGY COLLABORATION DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di masyarakat. Seseorang dapat dikatakan hipertensi ketika tekanan darah sistolik menunjukkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

1. PENDAHULUAN. Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010 LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA LANSIA BERDASARKAN TES KLIRENS KREATININ DENGAN FORMULA COCKROFT-GAULT, COCKROFT-GAULT STANDARDISASI, DAN MODIFICATION OF DIET IN RENAL DISEASE Fenty ABSTRACT Background:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama diberbagai negara karena angka kematian yang ditimbulkan masih sangat tinggi dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Rilla Saeliputri, 2012. Pembimbing: Meilinah Hidayat, dr., MKes., Dr., Felix Kasim, dr., MKes.,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH Theresia Indri, 2011. Pembimbing I Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% peningkatan prevalensi pertahun.

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eko Dewi Ratna Utami G.0010067 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Serum asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin (Liu et al, 2014). Kadar serum asam urat dapat menjadi tinggi tergantung pada purin makanan, pemecahan purin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) tahap akhir merupakan masalah yang besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia juga di Indonesia. (1) Penderita

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Penyakit Dalam 4.2. Tempat dan waktu penelitian Ruang lingkup tempat : Instalasi Rekam Medik untuk pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang. Pengambilan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan potong lintang, yaitu observasi dan pengukuran pada variabel bebas (faktor risiko)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON Daniel Hadiwinata, 2016 Pembimbing Utama : Hendra Subroto, dr.,sppk. Pembimbing Pendamping: Dani,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional), yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN SPEKTROFOTOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KLINIK NIRLABA BANDUNG Fenny Mariady, 2013. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD W.Z. YOHANNES KUPANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD W.Z. YOHANNES KUPANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD W.Z. YOHANNES KUPANG PERIODE 2010-2015 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Clinical Practice Guidelines on Chronic Kidney Disease(CKD)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Clinical Practice Guidelines on Chronic Kidney Disease(CKD) 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik pada Anak Berdasarkan Clinical Practice Guidelines on Chronic Kidney Disease(CKD) oleh National Kidney Foundation s Kidney Outcomes Quality Initiative

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). 3.2. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR.

HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR. HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Albert Yap, 2013, Pembimbing I: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat hubungan adekuasi hemodialisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GITA PUSPANINGRUM G0013103

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi Olahraga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD SKRIPSI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY Rd. Nessya N. K., 2011 Pembimbing I : Adrian S., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Hartini T.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPAA HIPERTENSI DI RSUD MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

PERBEDAAN ESTIMASI LFG SERTA KESESUAIAN DOSIS PPI DAN H2RA PASIEN RSUD BANTUL BERDASARKAN FORMULA MDRD DAN CKD-EPI SKRIPSI

PERBEDAAN ESTIMASI LFG SERTA KESESUAIAN DOSIS PPI DAN H2RA PASIEN RSUD BANTUL BERDASARKAN FORMULA MDRD DAN CKD-EPI SKRIPSI PERBEDAAN ESTIMASI LFG SERTA KESESUAIAN DOSIS PPI DAN H2RA PASIEN RSUD BANTUL BERDASARKAN FORMULA MDRD DAN CKD-EPI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang diambil merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post test control

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa 33 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik komparatif dengan desain penelitian Retrospektif, pengukuran faktor risiko dan efek dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN PENGGUNA ANTIBIOTIK TANPA RESEP DI APOTEK X WILAYAH SURABAYA TIMUR DESI SETYOWATI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN PENGGUNA ANTIBIOTIK TANPA RESEP DI APOTEK X WILAYAH SURABAYA TIMUR DESI SETYOWATI PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN PENGGUNA ANTIBIOTIK TANPA RESEP DI APOTEK X WILAYAH SURABAYA TIMUR DESI SETYOWATI 2443013288 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal

Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal April-Juni 2005, Vol.24 No.2 Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal ABSTRAK Pusparini Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Standar baku emas untuk glomerular

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO

HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO Disusun oleh : FITRI RETNONINGSIH 10.023 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) SKRIPSI Oleh Febrian Naufaldi NIM 102010101026 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN 21 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional) untuk menilai perbandingan antara cystatin C dan kreatinin sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : AYU ANGGRAENY K 100110010 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci