BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Benny Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stone Matrix Asphalt atau disebut Split Mastic Asphalt (SMA) telah dikenal sejak pertengahan era tahun 1960-an di Jerman, merupakan jenis campuran beraspal panas yang dapat digunakan sebagai lapis permukaan jalan. SMA dirancang pertama kali oleh Dr. Zichner, seorang insinyur dan manajer Laboratorium Pusat Konstruksi Jalan pada Perusahaan Strabag Bau Austria-Germany. Pada awalnya SMA dirancang dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan kerusakan pada lapis aus perkerasan lentur jalan akibat studded tires atau roda karet kendaraan bermotor yang memiliki tonjolan-tonjolan logam di permukaannya, jenis roda ini sangat umum digunakan ketika musim dingin di Eropa untuk menghindari selip saat mengemudi. Trend yang berkembang di Jerman saat itu adalah penggunaan Gussasphalt (mastic asphalt) dan beton aspal dengan kandungan agregat kasar yang rendah untuk lapis permukaan jalan. Kedua tipe campuran aspal tersebut, sangat rentan mengalami keausan akibat studded tires kendaraan bermotor. Kedua komponen penyusun Gussasphalt, baik itu mastic ataupun agregat halus, tidak cukup baik dalam memberikan durabilitas yang diperlukan oleh pengguna jalan saat itu, hal ini menyebabkan biaya rehabilitasi jalan menjadi tinggi hingga akhirnya mendorong Dr. Zichner untuk merancang jenis campuran beraspal panas yang baru untuk lapis aus perkerasan lentur jalan. Dr. Zichner berpendapat, bahwa untuk mendapatkan campuran beraspal panas dengan tingkat ketahanan terhadap keausan yang tinggi, butiran agregat kasar dapat menjamin ketahanan yang baik terhadap pecahnya batuan akibat beban dinamis. Masa layanan jalan yang panjang juga menjadi pertimbangan utama dalam merancang campuran beraspal panas yang baru ini, maka kadar bahan pengikat (binder) dan mastic haruslah cukup besar untuk menjamin keawetannya (Blazejowski, 2011). 1
2 2 Stone Matrix Asphalt (SMA) tersusun atas Split (agregat kasar dengan kadar tinggi), Mastic Asphalt (campuran agregat halus, filler dan aspal dengan kadar relatif tinggi) ditambah dengan zat aditif untuk stabilisasi campuran. Formasi agregat kasar yang menerus, menjadi inti dari stone to stone skeleton campuran SMA, dibentuk dari interlocking antara batuan pecah agregat kasar, skeleton ini terdiri dari batuan pecah dengan gradasi agregat hampir seragam dengan ukuran sesuai tebal perkerasan. Hal ini menyebabkan rongga yang terjadi dalam campuran SMA cukup tinggi sehingga perlu diisi dengan binder rich mastic mortar yaitu Campuran agregat halus, filler dan bitumen dengan kadar relatif tinggi yang mengikat agregat menjadi satu kesatuan menghasilkan kekerasan dan durabilitas yang baik. Binder rich mastic mortar itu sendiri tidak berongga dan mempunyai sifat mengalir (flow characteristic) sehingga cenderung terjadi bleeding atau keluarnya aspal ke permukaan (draindown). Untuk mencegah terjadinya draindown saat pencampuran dan pengangkutan campuran SMA, ditambahkan zat aditif untuk menstabilisasi flow characteristic campuran dan meningkatkan viskositasnya. Stone Matrix Asphalt diformulasikan khusus untuk meningkatkan durabilitas, kekesatan, fleksibilitas, ketahanan alur dan ketahanan terhadap oksidasi. Campuran Stone Mastic Asphalt (SMA) berkembang pesat di Eropa setelah dipublikasikannya standar teknis Jerman untuk SMA (ZTV bit-stb 84), campuran Stone Matrix Asphalt (SMA) mulai digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1991 dengan diperkenalkannya metode standar Amerika (AASHTO) untuk merencanakan campuran SMA. Pada tahun 1994, National Center for Asphalt Technology (NCAT) melakukan evaluasi terhadap performa dari perkerasan SMA yang diaplikasikan pada 86 proyek di Amerika Serikat. Kesimpulan dari penelitian ini antara lain ; 1) sekitar 60% proyek menggunakan kadar aspal lapangan untuk produksi lebih besar dari 6.0 %, 2) lebih dari 90% perkerasan mempunyai deformasi pada jalur roda (rutting) kurang dari 4.0 mm, 3) campuran SMA menunjukkan ketahanan yang lebih baik terhadap keretakan (cracking) dibandingkan campuran aspal lain yang lebih padat sehingga cracking akibat suhu dan deformasi bukanlah menjadi masalah besar, 4) tidak terbukti terjadinya
3 3 pelepasan butir (ravelling), 5) kegemukan aspal (fat spots) menjadi masalah terbesar dalam performa SMA, hal ini disebabkan segregasi agregat, draindown, kadar aspal yang tinggi atau penambahan jumlah bahan tambah untuk stabilisasi campuran (stabilizer) yang tidak sesuai, 6) berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa campuran SMA dapat memberikan performa yang baik pada ruas jalan dengan volume lalulintas yang tinggi sehingga sesuai dengan biaya konstruksinya yang cukup besar (Brown, et al, 1997). Indonesia mulai mengenal material Asphaltic Concrete (AC) pada awal era tahun 1970-an dan Hot Rolled Sheet (HRS) pada pertengahan era tahun 1980-an. Campuran SMA diperkenalkan di Indonesia pertama kali pada tahun 1989 oleh Ali Khairudin dalam Majalah Teknik Jalan dan Transportasi No. 066 ; Split Mastik Asphalt Bisa Atasi Kelemahan Aspal Beton dan di presentasikan pada Seminar Civil Expo di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ; Latar Belakang Kehadiran Teknologi Split Mastik Asphalt dan Kontribusinya dalam Pembangunan Nasional. Pemakaian campuran SMA untuk lapis aus perkerasan lentur jalan itu sendiri mulai dilakukan di Indonesia sejak era tahun 1990-an. Menurut Khairudin dalam Sukirman (2007), terdapat 3 (tiga) jenis SMA, yaitu : 1. SMA 0/5 dengan tebal perkerasan 1,5 3,0 cm, digunakan untuk pemeliharaan dan perbaikan setempat seperti perbaikan rutting 2. SMA 0/8 dengan tebal perkerasan 2,0 4,0 cm, digunakan untuk pelapisan ulang (overlay) 3. SMA 0/11 dengan tebal perkerasan 3,0 5,0 cm, digunakan untuk lapis permukaan jalan baru Spesifikasi SMA di Indonesia mulai diatur dalam Spesifikasi Departemen Permukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah Tahun 1999, yang kemudian mengalami perubahan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jaringan Jalan Nasional, Direktorat Jenderal Pengembangan Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah nomor : PL Pm/4.42 tanggal 19 Desember 2000 perihal : Perubahan Spesifikasi Campuran Aspal Panas dan Lapis Pondasi. Namun aplikasi campuran SMA di Indonesia tidak begitu umum untuk
4 4 dilaksanakan sehingga peraturan terbaru yaitu Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 tidak lagi mengatur tentang persyaratan campuran SMA. Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 8129 tahun 2015 yang mengatur tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA), merupakan standar baru yang mengacu pada AASHTO M Standard Specification for Stone Matrix Asphalt (SMA) dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum (PUSJATAN). Pada tahun 2010, PUSJATAN telah melaksanakan uji coba skala penuh teknologi SMA dengan serat selulosa yang dikemas berbentuk pelet pada ruas jalan Jatibarang Palimanan, Jawa Barat (Iriansyah, 2010 dalam N. Suaryana, 2012). SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapis pemukaan pada perkerasan jalan yang berfungsi sebagai lapisan aus, serta sebagai acuan bagi perencana, pelaksana dan pengawas pada pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan dalam menggunakan campuran SMA dengan serat selulosa pelet. Standar Nasional terbaru untuk campuran SMA yang terbit tahun 2015 ini belum pernah diaplikasikan sebelumnya di Indonesia pada pekerjaan lapis perkerasan lentur permukaan jalan, karena itu perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui apakah SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) dapat diimplementasikan dalam skala laboratorium menggunakan aspal penetrasi 60/70 yang umum digunakan di Indonesia, sehingga menghasilkan campuran SMA yang memiliki karakteristik sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang tercantum dalam SNI ini, sebelum penerapannya di lapangan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk menimplementasikan ketentuan-ketentuan dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) yang mencakup persyaratan bahan campuran SMA yang terdiri
5 5 dari agregat, bahan pengikat (aspal), serta persyaratan gradasi campuran dan sifatsifat campuran menggunakan perancangan metode Marshall. 1. Apakah semua jenis campuran SMA yang diatur dalam SNI ini dengan berbagai variasi gradasi dalam rentang gradasi jenis campurannya, dapat dilaksanakan mengunakan perancangan metode Marshall pada skala laboratorium melalui pembuatan dan pengujian benda uji menggunakan aspal penetrasi 60/70 sebagai bahan pengikat, dengan Gradasi Optimum dan Kadar Aspal Optimum (KAO) sebagai parameter penilaian kelayakan 2. Apakah Gradasi Optimum masing-masing jenis campuran SMA tersebut dapat menghasilkan campuran SMA dengan KAO menggunakan perancangan metode Marshall yang memenuhi persyaratan campuran SMA dalam SNI ini. 3. Apakah KAO yang didapatkan, dapat diverifikasi kelayakannya melalui pengujian durabilitas benda uji terhadap potensi retakan akibat beban tarik dan stabilitas sisa setelah perendaman. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui karakteristik khusus bahan penyusun campuran SMA sesuai persyaratan yang diatur dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA). 2. Mengetahui karakteristik Marshall dan karakteristik-karakteristik khusus lainnya yang menjadi persyaratan jenis-jenis campuran SMA dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA), dengan menggunakan aspal penetrasi 60/70 sebagai bahan pengikat, yang terdiri dari: a. SMA Halus Gradasi Batas Atas, Gradasi Nilai Tengah, Gradasi Batas Bawah b. SMA Kasar Gradasi Batas Atas, Gradasi Nilai Tengah, Gradasi Batas Bawah
6 6 3. Penetapan gradasi optimum pada tiap-tiap jenis campuran SMA, guna mengetahui kelayakan tiap-tiap jenis campuran SMA tersebut untuk implementasi lebih lanjut. 4. Mengetahui potensi retakan akibat beban tarik dan stabilitas sisa setelah perendaman, yang menjadi persyaratan untuk memverifikasi campuran SMA dengan kadar aspal optimum pada gradasi optimum tiap jenis campuran. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini antara lain : 1. Campuran agregat dan aspal panas yang diteliti adalah : a. SMA Halus Gradasi Batas Atas, Gradasi Nilai Tengah, Gradasi Batas Bawah b. SMA Kasar Gradasi Batas Atas, Gradasi Nilai Tengah, Gradasi Batas Bawah Mengacu hanya kepada SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) 2. Aspal yang digunakan adalah AC 60/70 produksi PT. Pertamina (Persero), sifat-sifat kimia yang terdapat di dalam aspal penetrasi tidak dibahas secara mendalam pada pembahasan 3. Agregat digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan filler dari batu pecah (Stone Crusher), yang semuanya berasal dari Sungai Tinala, Kulon Progo, Yogyakarta 4. Bahan aditif yang digunakan adalah Selulosa Jenis Pelet ; Viatop 66 Das Pellet produksi J. Rettenmaier & Söhne, Jerman 5. Design Mix Formula Mengacu pada : a. SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) b. Asphalt Institute Manual Series No. 2 (MS-2), 6 th Edition, 1993 Mix Design Methods For Asphalt Concrete and Other Hot-Mix Types
7 7 6. Kajian yang dilakukan adalah untuk menganalisa volumetrik campuran aspal (VCA MIX, VCA DRC, VMA, VITM), dan pengujian Draindown, Marshall Test, Stabilitas Sisa setelah Perendaman 24 Jam (Marshall Immersion Test) dan Perbandingan Ketahanan Beban Tarik Campuran Beraspal Panas Terhadap Kerusakan Akibat Perendaman (Tensile Strength Ratio) 7. Pengujian Stabilitas Dinamis (Wheel Tracking Test) tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena penelitian yang dilakukan hanya dibatasi pada pengujian di dalam Laboratorium Teknik Transportasi Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan pemahaman mengenai sejauh mana implementasi terhadap seluruh jenis campuran SMA dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 di tingkat laboratorium dapat dilakukan 2. Memberikan pemahaman tentang karakteristik seluruh jenis campuran SMA dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 3. Sebagai masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terkait perancangan seluruh jenis campuran SMA dalam SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan metode Marshall. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang sudah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini antara lain :
8 8 1. Utari (2015) meneliti tentang perancangan laboratorium campuran Stone Mastic Asphalt (SMA) dengan zeolit sebagai pengganti filler dengan Aspal Modifikasi Elastomer, Tesis Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan, masih mengacu pada Spesifikasi Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Tahun 1999 untuk perancangan campuran SMA, penelitian ini menggunakan campuran SMA 0/11 dengan gradasi target terletak diantara batas atas dan batas bawah. 2. Halim (2013) meneliti tentang perancangan laboratorium dengan menggunakan BNA BLEND 75:25:10R pada campuran Split Mastic Asphalt, Tesis Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan, mengacu pada Spesifikasi Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Tahun 1999 untuk perancangan campuran SMA, penelitian ini menggunakan campuran SMA 0/11 dengan gradasi target terletak diantara batas atas dan batas bawah. 3. Suaryana (2012) meneliti tentang kajian material Stone Matrix Asphalt Asbuton berdasarkan kriteria deformasi permanen, Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Campuran SMA pada penelitian ini, mengacu pada spesifikasi AASHTO M (Amerika Serikat, 2008) dan EN (Eropa, 2005). 4. Affandi (2010) meneliti tentang pengaruh Asbuton semi ekstraksi pada campuran Stone Mastic Asphalt, Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Campuran SMA pada penelitian ini, mengacu pada spesifikasi Inggris untuk lapis permukaan, dengan gradasi agregat ideal terletak di tengah-tengah antara batas atas dan batas bawah. 5. Sitanggang (2007) meneliti tentang perancangan campuran Lapis Interlayer yang menggunakan campuran Split Mastic Asphalt (SMA 0/5) dengan penambahan Additive (Epoxy), Tesis Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan, mengacu pada Spesifikasi yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan (PUSLITBANG) Tahun 1999 untuk perancangan campuran SMA, penelitian ini menggunakan
9 9 campuran SMA 0/5 dan SMA 0/11 dengan gradasi target terletak diantara batas atas dan batas bawah. 6. Susanti (2004) meneliti tentang penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi pada campuran Split Mastic Asphalt (SMA) 0/11, Tesis Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan, mengacu pada Spesifikasi Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Tahun 2000 untuk perancangan campuran SMA, penelitian ini menggunakan campuran SMA 0/11 dengan gradasi target terletak diantara batas atas dan batas bawah. 7. Luqmanulhakim (2004) meneliti tentang pengaruh variasi campuran agregat kasar berabrasi tinggi (± 50%) dan agregat pecah bernilai abrasi < 40% pada campuran Split Mastic Aspal (SMA), Tesis Universitas Gadjah Mada, D.I. Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan, mengacu pada Spesifikasi Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Tahun 2000 untuk perancangan campuran SMA, penelitian ini menggunakan campuran SMA 0/11 dengan gradasi target terletak diantara batas atas dan batas bawah. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, adalah penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada spesifikasi SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA) dengan perancangan metode Marshall menggunakan Aspal Penetrasi AC 60/70 produksi PT. Pertamina (Persero) serta menggunakan bahan tambah Selulosa granulated product jenis pelet untuk stabilisasi campuran. Jenis campuran SMA yang diteliti juga tidak terbatas hanya pada satu jenis campuran SMA saja, namun mencakup semua jenis campuran SMA yang tercantum dalam spesifikasi SNI 8129:2015 tentang Spesifikasi Stone Matrix Asphalt (SMA). Gradasi yang digunakan juga tidak terbatas hanya satu jenis gradasi saja untuk tiap jenis campuran SMA tersebut, namun semua rentang gradasi (gradasi batas atas, gradasi nilai tengah dan gradasi batas bawah) pada tiap jenis campuran SMA tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspal merupakan bahan pengikat dalam campuran perkerasan lentur, aspal juga mengurangi instrusi air masuk ke dalam lapisan perkerasan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH
ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH Sri Sunarjono 1, Robby Samantha 2 1 Dosen Pengajar Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut, peningkatan mobilitas penduduk mengakibatkan banyak kendaraan-kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu daerah. Hal ini menuntut peningkatan sarana transportasi, baik dari segi kualitas maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasarana jalan dan jembatan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Kondisi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciKamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pada umur perkerasan jalan tidak terlepas dari sifat bahan terutama aspal sebagai bahan pengikat. Sehingga diperlukan suatu terobosan baru dengan memodifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat yang diiringi dengan peningkatan mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan suatu lapis perkerasan yang berada diantara permukaan tanah dengan roda kendaraan yang berfungsi memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah, maka peranan sebuah jalan sangat penting sebagai prasarana perhubungan darat terutama untuk kesinambungan distribusi
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS
KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai
Lebih terperinciAkhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan penelitian tentang perkerasan jalan, penggunaan bahan-bahan modifikasi yang bersumber dari bahan alami maupun buatan menjadi salah satu bentuk usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Perpindahan ini tentunya membutuhkan sarana dan prasarana agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan yang umum di Indonesia adalah lapisan aspal beton (Laston) atau Asphalt Concrete dan lapis tipis aspal beton (Lataston) atau Hot Rolled Sheet. Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi jalan raya sangat berkembang pesat, dimana semua aktifitas manusia banyak menggunakan transportasi darat, sehingga pembangunan maupun pemeliharaan
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA
PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan Oleh : Dian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI
38 PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI Aidil Putra 1), Rika Sylviana 2), Anita Setyowati Srie Gunarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya di lapangan, pada saat suatu kendaraan yang melintas di atas suatu perkerasan jalan, perkerasan jalan tersebut akan mendapatkan gaya tekan pada bagian atas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia terutama di kota besar sangat pesat, peningkatan pertumbuhan ini menyebabkan terjadinya pertumbuhan mobilitas arus lalu lintas terutama
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciEVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF Joice E. Waani Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah pada
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki pertumbuhan penduduk sangat pesat. Pertumbuhan tersebut akan menjadikan tingkat permintaan transporasi meningkat
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:
PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi jalan dikatakan baik apabila dapat memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis kepada pengguna jalan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi perkerasan yang digunakan.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC
KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC Rizky Mamangkey O.H. Kaseke, F. Jansen, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, transportasi merupakan sarana penunjang berbagai aspek
Lebih terperinciBATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji
BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1
PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era industri yang maju pada saat ini, jalan merupakan prasarana dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti perkantoran, kawasan perdagangan,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )
KAJIAN PENYEBAB PERBEDAAN NILAI BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL PANAS YANG DIHITUNG BERDASARKAN METODE MARSHALL DENGAN YANG DICARI LANGSUNG BERDASARKAN AASHTO T209 Maria Estela Laoli O.H. Kaseke,
Lebih terperinciPENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT
PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT Irwanto Sinaga NRP : 0221038 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S, M.Sc, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI HALAMAN JIJDUL, EEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR,-,-, DAFTAR ISI v DAFTAR LAMPIRAN vn) DAFTAR TABEL jx DAFTAR GAMBAR x DAFTAR 1STILAH XI NTISARI x, BAB I PENDAHULUAN 1 1 1 Latar Belakang I 1.2
Lebih terperinciANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi
ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT A. Arwin Amiruddin 1, Sakti A. A. Sasmita 2, Nur Ali 3 dan Iskandar Renta 4 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA
PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciDjoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK
Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK
VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan raya dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible Pavement) dan pada perkerasan lentur terdapat
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke,
Lebih terperinciANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir
ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL Tugas Akhir Guna melengkapi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asphalt concrete - wearing course merupakan lapisan yang terletak dibagian atas berdasarkan susunan perkerasan aspal dimana lapisan permukaan ini harus mampu menerima
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK
TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S 1) Disusun oleh : PRIYOGI
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN " iv. KATA PENGANTAR '" vi Daftar Isi *"* Daftar Tabel Daftar Gambar
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI i ii iii HALAMAN PERSEMBAHAN " iv KATA PENGANTAR '" vi Daftar Isi *"* Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran '"' xiv INTISARI x xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panjang jaringan jalan beraspal di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan kebutuhan material penyusun perkerasan
Lebih terperinciSpesifikasi stone matrix asphalt (SMA)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapis perkerasan jalan adalah bagian terpenting dari struktur konstruksi jalan dalam mendukung beban lalu lintas kendaraan. Banyak sekali jalan-jalan yang mengalami
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisis Sifat Agregat 4.1.1 Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Berikut adalah hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Tabel
Lebih terperinciKata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC
PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)
KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya
Lebih terperinciJURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1
KAJIAN VARIASI SUHU PEMADATAN PADA BETON ASPAL MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 Syarwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail: Syarwanst@yahoo.com Abstract The compaction
Lebih terperinciEFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 EFEK EMAKAIAN ASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS ADA CAMURAN ASAL ANAS (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Ahmad Refi Dosen Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
OPTIMALISASI PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BERASPAL PANAS (ASPHALTIC CONCRETE) TIPE AC-BASE COURSE (AC-BASE) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI ASBUTON (BNA) (Studi
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.
PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu 3.452.390 jiwa pada sensus tahun 2010, belum lagi saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta mulai
Lebih terperinciI Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)
PENGGUNAAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON I Made Agus Ariawan 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciperkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspal Aspal yang sering digunakan di Indonesia adalah aspal keras hasil destilasi minyak bumi dengan jenis AC 60-70 dan AC 80-100, karena penetrasi aspal relatif rendah, sehingga
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 ENGARUH VARIASI KADAR ASAL TERHADA NILAI KARAKTERISTIK CAMURAN ANAS ASAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Misbah Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini membawa konsekuensi meningkatnya pendapatan per kapita dan masuknya
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinci