BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kosep Solidaritas Sosial a. Pengertian Solidaritas. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tidak bisa hidup secara sendirian di alam dunia ini. Berbagai kekuatan dalam peningkatan keberdayaan masyarakat tidak dapat diselenggarakan bila tidak terbangun solidaritas. Ketika pribadi yang satu mempunyai kesamaan dengan yang lain, maka timbullah rasa solidarias diantara mereka. Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua kata pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial merupakn perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama Secara etimologi solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa solidaritas diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu. Secara pengertian solidaritas memang menekankan pada hubungan persaudaraan antara individu dengan individu hubungan solidaritas ditekankan pada kelompok sosial. Wacana solidaritas bersifat kemanusiaan dan mengandung nilai muli dan tinggi, tidaklah aneh kalau solidaritas ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kehidupan dalam masyarakat sangat sangat ditekankan karena Solidaritas salah satu bagian dari nilai yang terkandung dalam masyarakat yang mengandung nilai kemanusiaan (humanistic). Kelompok SH Terate dan SH Winongo merupakan kelompok yang memiliki jiwa solidaritas yang kuat, lahirnya solidaritas memang didukung dengan adanya ketertarikan antar individu dalam melakukan hubungan saudara, ketertarikan individu ini menyebabkan adanya rasa kepemilikan yang kuat bahkan kelompok kedua SH memiliki ciri-ciri khas yang menyangkut tentang mitos, sejarah dan legenda. Kelompok menjadikan kesetiakawanan dalam anggotanya hal ini menjadikan tumbuhnya jiwa 7

2 8 solidaritas dalam kelompok sosial. Telah diuraikan bahwa penghargaanpenghargaan timbal balik yang menyertai pembentukan struktur kelompok itu mempunyai hubungan yang erat dengan dapatnya solidaritas tersebut. Solidaritas kelompok yang tinggi berdasarkan pengalaman-pengalaman anggotanya bahwa tindakan-tindakan yang diharapkan timbal balik dari anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing dalam kelompok, memang dilakukan secara memuaskan sesuai dengan perannannya dalam hirarki strutur kelompok. artinya mengalami bahwa tugas kewajiban yang diserahkan kepada masing-masing, dalam bermacam-macam keadaan, memang dikerjakan oleh kawan-kawannya dan oleh diri sediri dengan baikbaik. Dengan kata lain, terdapatnya solidaritas yang tinggi didalam kemampuan kawan-kawannya utuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Kepercayaannya tersebut berdasarkan pula pada pengalaman-pengalaman anggota kelompok dalam situasi-situasi yang sukar. Makin sesuai dengan tugas dalam kelompok dengan kecakapan yang nyata dalam bermacammacam keadaan, atau makin jitu penempatan the right man on the fight place dalam kelompok itu, makin tinggi pula solidaritas kelompok. Proses dengan sendirinya pula makin efektif pekerjaan kelompok serta makin kokoh interaksi sosial dalam kelompok tersebut, keadaan kelompok sosial juga mempertebal sense of belongingness anggota kelompok. selain itu solidaritas kelompok mempunyai hubungan-hubungan yang erat dengan sikap-sikap para anggotanya terhadap norma-norma pedoman kegiatan kelompok. b. Syarat Terbentuknya Solidaritas 1. Penegasan Kelompok Solidaritas sosial terbentuk karena adanya kelompok sosial Penegasan struktur kelompok menyinggung masalah mengenai antara hubunganhubungan kelompok berdasarkan peranan-peranan dan status mereka sebagai anggota kelompok bagian ini merupakan untuk memujudkan tujuan kelompok itu sendiri. Dengan kata lain struktur mengarah pada susunan hierarki antara tugas kewajiban yang diserahkan kepada anggotanya itu akan terselesaikan dengan sewajarnya. Tiap-tiap anggota kelompok sosial itu

3 9 berdasarkan ciri-ciri kepribadian anggota, kelompok memiliki bentuk ciri-ciri berbeda hal ini juga mempengaruhi penegasan wilayah kerja masing-masing. Penegasan ini akan menimbulkan hubungan timbal balik antara anggota kelompok sehingga terdapat hubungan yang khas dalam kelompok sosial. Oleh karena itu kuatnya hubungan kelompok ini menjadikan interaksi yang sama dalam kelompok internal bahkan hubungan kelompok ini menjadikan pola yang berbeda dengan kelompok luar. 2. In Group dan Out Group Sejajar dalam struktur kelompok, timbul juga sikap dan perasaan, yang disebut sikap perasaan in group yang dibatasi dengan sikap out group. sikap perasaan in group itu berkenaan dengan seluk balik usaha dan orang-orang yang dipahami dialami oleh anggota pada interaksi didalam kelompoknya, sedangkan out group ialah usaha dan orang-orang yang tidak termasuk dalam in group. sikap perasaan terhadap in group adalah sikap terhadap orang dalam sedangkan sikap perasaan out group adalah sikap perasaan terhadap orang luar group. Sikap perasaan in group adalah sikap yang seakan-akan sikap yang ditungankan kepada anggota in group jadi kegiatan apa yang dilakukan in group yang dilakukan akan menjadi bersama. Perasaan in group merupakan perasaan yang dipikul bersama, anggota kelompok seakan-akan dibuat untuk merasakan pahit getirnya bersama dalam melaksanakan tujuan yang dimiliki. c. Macam-Macam Solidaritas 1. Gotong Royong Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di masyarakat misalnya adalah gotong-royong. Menurut Hasan Shadily (1993: 205), gotongroyong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak dilakukan di desa daripada di kota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri. 2. Kerjasama Kerjasama merupakan penggabungan antara individu dengan individu lain, atau kelompok dengan kelompok lain sehingga bisa mewujudkan suatu hasil yang dapat dinikmati bersama. Setelah tercapainya

4 10 penggabungan itu barulah kelompok itu dapat bergerak sebagai suatu badan sosial. Sehingga kerjasama itu diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang mengikutinya dan tujuan utama dari bekerjasama bisa dirasakan oleh anggota kelompok yang mengikutinya. Kerjasama timbul karena adanya orientasi orang-perseorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif kebudayaan (Soerjono Soekanto, 2006: 101). Peneliti juga akan menggunakan konsep teori tentang kerjasama ini untuk mengetahui tentang bentuk solidaritas sosial yang ada di Desa Melikan, dikarenakan kerjasama merupakan bentuk paling umum dari solidaritas sosial. d. Faktor - Faktor Solidaritas 1. Faktor Keluarga Keluarga memang merupakan proses sosialisasi pertama dalam pembentukan individu. Individu dibentuk secara kolektif dalam kehidupan keluarga. Keluarga merupakan bentuk pengaruh kehidupan seorang idividu dalam memenuhi proses sosial dalam masyarakat. Keluarga yang bahagia dilihat dari kekuatan solidaritas yang terwujud dalam internal sebuah keluarga dan bagaimana seorang individu melakukan kehidupan berkelompok dilingkungan masyrakat serta dorongan individu dalam memenuhi tugas pokok fungsi dalam kehidupan masyarakat 2. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian seorang individu mengenal sebuah praktek kehidupan masyarakat. Lingkungan juga dianggap sebagai proses sosial individu dalam menjalankan tugas, pokok dan fungsi dalam tata kehidupan masyarakat. Lingkungan berperan juga dalam pembentukan

5 11 kehidupan pribadi seorang individu, pembentukan didasarkan pada keadaan lingkungan. Lingkungan juga berperan bagaimana seorang individu terlibat dalam soidaritas yang ada didalam masyarkat, masyarakat yang membentuk solidaritas individu baik solidaritas yang berbentu positif maupun solidaritas yang berbentuk negatif. e. Bentuk Bentuk Solidaritas Emile Durkheim ( ), Profesor Sosiologi Pertama dari Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitis terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial", dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Ada bentuk yang disebut solidaritas mekanis, dimana individu yang diikat dalam suatu bentuk solidaritas memiliki "kesadaran kolektif" yang sama dan kuat. Karena itu individualitas tidak berkembang karena dilumpuhkan dengan tekanan besar untuk menerima konformitas. Contoh masyarakat yang memiliki solidaritas ini adalah masyarakat pra-industri dan masyarakat pedesaan.sementara itu ketika masyarakat semakin kompleks melalui pembagian kerja, solidaritas mekanik runtuh digantikan dengan solidaritas organik. Ketika terjadi pembagian kerja maka akan timbul spesialisasi yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan antar individu. Hal ini juga menggairahkan individu untuk meningkatkan kemampuannya secara individual sehingga "kesadaran koletif" semakin redup kekuatannya. Solidaritas ini ada pada masyarakat Industri. Maka itu Durkheim mengusulkan perlunya suatu konsensus intelektual dan moral untuk keteraturan sosial yang bersifat harmonis dan integratif. Pembagian kerja memiliki implikasi yang sangat besar terhadap struktur masyarakat. Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara di mana solidaritas sosial terbentuk, dengan kata lain perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh.

6 12 Untuk menyimpulkan perbedaan ini, Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat ini terjadi karena mereka terlibat aktivitas dan juga tipe pekerjaan yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru karena adanya perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memilki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 90-91). Durkheim berpendapat bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat yaitu pemahaman norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif lebih terlihat dalam masyarakat yang ditopang oleh solidaritas mekanik dari pada masyarakat yang ditopang oleh solidaritas organik. Masyarakat modern lebih mungkin bertahan dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang yang dimiliki orang lain dari pada bertahan pada kesadaran kolektif. Oleh karena itu meskipun masyarakat organik memiliki kesadaran kolektif, namun dia adalah bentuk lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan individual (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 92). Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanik, kesadaran kolektif melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat mendarah daging, dan isinya sangat bersifat religious. Sementara dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, kesadaran kolektif dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang mendarah daging, dan isinya hanya kepentingan individu yang lebih tinggi dari pedoman moral (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 91-92). Besar kecilnya konflik pada anggota SH Terate dan SH Winongo merupakan bentuk kuatnya solidaritas antar individu dalam organisasi SH Terate dan SH Winongo, kesetian kepada organisasi merupakan bagian dari pembelaan terhadap nama baik organisasi. Kuatnya soldaritas antar individu yang mengarah pada kelompok merupakan dampak dari lahirnya konflik yang membesar dan sangat

7 13 kuat. Pandangan Durkheim tentang kajian solidaritas terdapat dua pokok pemikiran yaitu dua solidaritas yang pertama menekankan pada solidaritas mekanis, yang lahirnya dari masyarakat kesukuan elementer yang diorganisasikan diseputar kesamaan homogenitas dan yang kedua merupakan solidaritas organik dengan pembagian kerja yang luas dan memliki pola saling ketergantungan. Pertumbuhan populasi dalam masyarakat primitif meningkatkan perbedaan sosial, mengurangi kemungkinan bagi solidaritas mekanis dengan melemahkan adat istiadat dan budaya tradisional yang menyatukan mereka. Pola yang dikembangan pada teori Durkheim tentang solidritas merupakan contoh masyarakat dalam industri (pembagian kerja). Pandangan konflik mengenai solidaritas tidak berkembang hanya pada sistem pembagian kerja tetapi penulis mencoba menganalisis megunakan teori solidaritas karya Durkheim dengan konflik yang terjadi dalam anggota kelompok SH. B. Dampak Solidaritas Terhadap Konflik Perpecahan diantara kelompok atau golongan semakin bertambah banyak jika tidak ada solidaritas yang dimulai dari dalam internal dan lingkungan kelompok. Perasaan solidaritas, senasib seperjuangan, setia, sifat satu rasa yang solider diberbagai macam kalangan, sangat mengutamakan golongan dan banyak dilupakan demi kepuasan diri sendiri atas kepentingan diri sendiri bahkan kepentingan kelomponya. Solidaritas itu penting karena sangat mempengaruhi perubahan sosial budaya. Perubahan sosial yang mencakup sikap setiap orang dan kondisi suatu lingkungan yang didominasi oleh perbedaan, dan perbedaan budaya yang menyebabkan solidaritas itu sendiri hilang seiring berjalannya waktu, dari generasi ke generasi karena tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi perbedaan. Menciptakan keadaan sosial yang teratur dan satu, merupakan tujuan dari solidaritas. Perbedaan yang ada disekitar kita bukan untuk ditertawakan dan diasingkan, namun disitulah peran penting solidaritas, yaitu menyamakan dan mempersatukan perasaan toleransi. Peran penting solidaritas dapat diukur keberhasilannya jika solidaritas dapat menciptakan kesatuan dan kesamaan perjuangan dalam masyarakat. Hal-hal yang terjadi jika tidak ada

8 14 solidaritas disekitar kita adalah timbulnya stereotype, prasangka, dan primordialisme. Mempertahankan apa yang menurutnya paling baik, tidak mau membuka diri dan selalu mencaci maki golongan lain, adalah contoh hal-hal yang berpotensi akan terjadi jika tidak dilandasi oleh solidaritas. Solidaritas antar manusia sudah harus diterapkan dari semenjak dini. Mengingat pentingnya solidaritas yang mengatasnamakan perbedaan dapat memperkaya relasi, budaya dan persatuan, maka solidaritas harus diusahakan dan dipertahankan. Cara untuk membangun solidaritas dari yang paling sederhana adalah menghormati orang yang sedang beribadah, mengucapkan selamat kepada orang yang merayakan hari raya, dan tidak memilih-milih teman. Saling menghargai terhadap orang yang tidak sesuku, berbeda kepercayaan dan status, juga sangat ditekankan dalam hal solidaritas. Kesadaran dari dalam diri setiap manusia juga merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menciptakan solidaritas. Berbicara tentang solidaritas mungkin merupakan hal yang sangat mudah dilakukan oleh banyak orang, tetapi setelah kita mengerti betapa pentingnya solidaritas itu dikehidupan kita, sudah selayaknya kita mengusahakan agar solidaritas itu tetap ada dan tidak hilang. Faktor-faktor yang mendukung adanya solidaritas dari dalam diri hendaknya ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang positif. Solidaritas tidak hanya sebatas teori saja yang memiliki tujuan dan peranan penting dalam kehidupan setiap orang, melainkan juga suatu praktik yang bersifat rendah hati, tulus dari dalam diri dan terusmenerus. Dampak mengutamakan solidaritas pada satu golongan maupun terhadap kelompoknya yaitu konflik. Perbedaan pendapat menyebabkan adanya satu kegagalan dalam membanggun kerukunan didalam masyarakat. solidaritas memang sangai baik digunakan didalam masyarkat jika solidaritas ini dalam bentuk tinakan positif yang tidak mengatasnamakan golongan, bahkan solidaritas yang positif dapat menciptakan keharmonisan didalam masyarakat. sebaliknya jika kita memandang solidaritas hanya dalam satu golongan atau kelompoknya akan memicu kecemburuaan sosial, kecemburuan sosial inilah penyebab dari perbedaan-perbedaan yang menjadikan timbulnya gesekan-gesekan kelompok

9 15 didalam masyarakat. Contoh dari kasus konflik antar anggota SH Terate dan SH Winongo merupakan konflik yang didasari pada kuatnya solidaritas internal mereka. Proses pembangunan konflik dimulai dari internal kelompok, dimana kekuatan internal individu dimulai dari proses pelatihan individu untuk menjadi anggota SH. Organisasi SH memang merupakan organisasi massa yang memiliki jumlah massa yang begitu besar hubungan anggota antar anggota begitu kuat. Jiwa solidaritas yang dimiliki internal kelompok begitu kuat, tetapi seharusnya bentuk solidaritas ini digunakan sebagai kegiatan positif bukannya digunakan sebagai tindakan konflik. Damapak dari kuatnya solidaritas menimbulkan adanya konflik antar anggota dalam kelompok organisasi SH. Konflik antar organisasi SH apabila terjadi secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Konflik memang hal yang tak bisa dihindarkan didalam kehidupan masyarakat. Konflik selalu lahir dalam setiap fungsi dan struktur dalam proses tata kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan setiap bagian terkadang tidak berfungsi selalu berbenturan dengan norma adat dan kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat. Kegagalan fungsi menjadikan masyarakat rentan untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan tata nilai yang terdapat dalam masyarakat dan timbul konflik sosial. Dalam konflik yang terjadi dalam tubuh anggota organisasi SH Terate dan SH Winongo merupakan konflik yang lahir dari perpecahan kedua organisasi, berdasarkan sejarah sebelum adanya konflik, kedua perguruan ini dipersatukan dengan nama perguruan silat SETIA HATI yang didirikan oleh Ki Ngabehi Soero diwiryo, atau biasa disebut Eyang Soero, dimana Eyang Soero memiliki dua murid kesayangan. Konflik antara kedua murid Eyang Soero terjadi pada saat Eyang Soero meninggal. Sehingga perguruan silat SETIA HATI terpecah menjadi dua, yakni perguruan silat Setia Hati Terate dengan perguruan silat Setia Hati Tunas Muda Winongo, dimana kedua murid ini saling mengklaim bahwa perguruan yang mereka anut adalah ajaran SETIA HATI yang asli dari Eyang Soero, konflik ini merambah sampai ke pengikut masing masing pergurun yaitu SH Terate dan SH Winongo.

10 16 Sejarah menjadikan konflik kedua organisasi semakin kuat dan besar, konflik kedua organisasi memang identik dengan sebuah kekerasan dan kekuatan masa. Lahirnya konflik merupakan penyebab lahirnya masalah kecil dari individu mengakar ke masalah kelompok, rasa gengsi dan pengeklaiman ajaran menyebabkan konflik sering terjadi bahkan dengan gaya-gaya yang berbeda. Konflik sangat mengganggu kenyamanan masyarakat, konflik sangat memberikan kerugian materi bahkan non materi bagi masyarakat. Konflik memang lahir dari individu yang mengarah pada kelompok besar, konflik yang berjalan bertahun-tahun tidak ada titik temu tentang perdamaiaan. Kultural konflik yang dibentuk sejak perpecahan organisasi menjadikan konflik semakin tahun semakin besar dan kuat. Terciptanya konflik dalam organisasi SH Terate dan SH Winongo merupakan konflik bersekala besar, konflik kedua organisasi menyebabkan massa sangat besar, kekuatan massa kedua organisasi merupakan bentuk kekuatan kelompok. Intensitas konflik menjadikan hubungan individu dalam kelompok menjadi sangat erat, pembangunan solidaritas kelompok terjadi ketika anggota memiliki rangkaian kegiatan yang melibatkan nama organisasi. Konflik kedua organisasi juga menyangkut rasa gengsi yang tinggi, solidaritas yang kuat menyebabakan kekuatan masa yang sangat besar bahkan menentukan keunggulan kelompok. Dari uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa konflik lahir dari sebuah perpecahan yang lahir dari keinginan kedua murid perguruan SH yang ingin mendirikan perguruan sendiri. Berjalannya waktu konflik menjalar pada anggota kedua perguruan, pengakuan ajaran kebenaran dan rasa gengsi antar anggota penyebab utama konflik pecah. Konflik kedua organisasi juga lahir dari sebuah masalah individu yang menjalar ke kelompok besar. Rasa solidaritas kelompok merupakan perwujudan bentuk individu dalam kepemilikan organisasi sehingga ketika menemui masaslah yang menyangkut tentang nama organisasi atau masalah individu yang tergabung dalam kelompok SH akan melibatkan massa yang sangat besar, bahkan apabila terjadi konflik, konflik akan mejadi besar dan kuat. Penelitan yang melibatkan konflik kedua organisasi SH Winongo dan SH Terate merupakan penelitian yang menggunakan teori konflik dengan

11 17 pandangan Lewis A Coser, Selama dua puluh tahun Lewis A Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tekanan pada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dari ahli tokoh sosiologi yang menegaskan eksistensi dua prespektif teori fungsional struktural versus teori konflik Coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan tersebut. Coser mengakui beberapa susunan struktural merupakan hasil persetujuan dan kosnsensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsional struktural tetapi juga menunjuk pada proses konflik sosial. Coser (1956 : ) dalam membahas ahli teori (bangsa Amerika) yang lebih awal, menyatakan pemahaman mereka tentang konflik sebagai kesadaran yang tercermin dalam semangat pembaharuan masyarakat. Coser juga menyatakan sosiologi dilahirkan dalam semangat modern untuk memeperbaikai masyarakat (dikutip dalam coser, 1956 : 17) Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisa konflik sosial, secara implisit, melihatnya sebagai sebagai destruktif atau patologis bagi kelompok sosial. Coser memilih menunjukan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif untuk membentuk serta mempertahankan struktur, selain itu Coser dalam memahami konflik secara positif juga melakukan tindakan dengan membangun diatas karya sosiologi klasik, pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan konflik sosial, dan terutama melalui pada ahli sosiologi jerman yang terkenal yaitu Geroge Simmel. Coser juga tidak mencoba untuk menghasilkan teori menyeluruh dan mencakup seluruh fenomena sosial karena yakin bahwa setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori sosial yang holistis adalah prematur. Simmel juga mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk menyempurnakan dan menggambarkan bentuk bentuk atau konsep konsep sosiologis dimana isi dunia empiris dapat ditempatkan. Konflik adalah salah satu bentuk sosiologis yang dibahas oleh Simmel. Konflik merupakan bentuk interaksi dimana tempat, waktu, bahan sebagaimana dengan isi segitiga yang dapat berubah. Coser mengambil pembahasan konflik dari Simmel dan mengembangkan proporsi dan

12 18 memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi-kondisi dimana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Konflik dalam masyarakat secara alami memang terjadi dalam masyrakat tetapi menurut Coser konflik secara potensial positif untuk membentuk serta mempertahankan struktur. Lewis Coser sebagai seorang tokoh yang mendalami teori konflik memiliki cara pandang yang sangat bertolak belakang dengan Parsons dalam hal melihat konflik di dalam masyarakat atau kelompok tertentu. Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen untama parsons melihat diferensiasi, Parsons juga mengungkapkan bahwa stiap masyarakat tersusun dari sekumpulan sub-sistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun bedasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang luas. Ketika masyarkat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi masalah hidupnya. Dapat dikatakan parsons termasuk golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan. 1. Menjadikan Bentuk Positif Konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Konflik dalam masyarakat secara alami memang terjadi dalam masyrakat tetapi menurut Coser konflik secara potensial positif untuk membentuk serta mempertahankan struktur. Maksud Coser dalam hal ini ialah bahwa ketika terjadi konflik dalam suatu masyarakat, maka hal tersebut akan membangun identitas dan otonomi. Akibatnya adalah terlihat dengan jelas batas-batas kelompok yang mungkin tadinya samar-samar, tetapi ketika itu menjadi jelas mereka akhirnya memiliki identitas dan bersifat otonom dalam suasana kesatuan. Konflik yang dilakukan oleh anggota SH Terate dan SH Winongo juga dapat mengakibatkan terjadinya penyatuan. Peneliti mencoba melihat bahwa konflik yang tejadi dalam perguruan pencak silat wilyah Kresidenan Madiun kususnya Kabupaten Ponorogo merupakan bentuk konflik secara besar dan memberikan dampak, baik dampak segi positif maupun bentuk dari sisi negatif. Coser memandang konflik sangat berbeda dengan ahli sosiologi

13 19 kontemporer lainnya. Para ahli sosiologi kontemporer memandang konflik secara implisit melihatnya secara desdruktif atau patologis. Memandang konflik yang terjadi dalam pencak silat bahwa sebenarnya konflik malah memperkuat struktur yang terjadi didalam ikatan kelompok sosial yang terlibat di dalamnya. Seperti kasus yang di atas menjelaskan, beberapa hal yang berpotensi menimbulkan konflik merupkan bentuk solidaritas dari setiap anggota pencak silat. Pada kasus ini konflik bisa menjadi fungsional, karena menurut Coser konflik memiliki fungsi sosial. Konflik ini juga dapat mencegah pembekuan sistem social dengan adanya inovasi dan kreativitas dan menghadapi musuh bersama dapat mengintegrasikan orang menghasilkan solidaritas dan keterlibatan dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri. Konflik yang dilakukan anggota organisasi SH Terate dan SH Winongo merupakan bentuk konflik yang begitu besar, konflik melibatkan beberapa pihak baik dari anggota masayarakat, kepolisian bahkan anggota SH Terate dan SH Winongo. Kekuatan jumlah massa menjadikan konflik menjadi besar dan kuat. Kekuatan konflik antara anggota SH disebabkan oleh kekuatan jumlah anggota, solidaritas yang diberikan kepada individu terhadap kelompok merupakan perwujudan dari sebuah kecintaan anggota dalam bentuk ikatan kelompok internal bahkan dalam internal organisasi SH adanya hubungan persaudaraan yang begitu kuat. Setiap individu memperoleh sebuah pendidikan yang menyangkut tentang arti sebuah persaudaraan sehingga menyebabkan para anggota SH mengenal arti solidaritas dalam internal kelompok SH. Lewis A Coser memandang bahwa konflik memberikatan ikatan ikatan yang kuat dalam internal kelompok konflik dengan kelompok lain juga menegaskan struktur kelompok dan memberi reaksi kepada hubungan internal sehingga Lewis A Coser memandang bahwa konflik dapat memeberikan dampak ikatan kelompok dan menjaga fungsi kelompok itu sendiri. 2. Ikatan Kelompok dan Pemeliharaan Fungsi Fungsi Kelompok Sosial Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan

14 20 menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali ke identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur kedalam dunia sosial sekelilingnya. Seluruh fungsi positif konflik itu ( keuntungan dari situasi konflik yang memperkuat struktur ) dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan out-group. Konflik yang berlangsung dengan out-group dapat memperkuat identitas para anggota kelompok. Konflik yang terjadi dalam kelompok pencak silat telah memperkuat identifikasi in group dalam anggotanya. Konflik yang terjadi didalam kalangan anggota pencak silat berhasil mengatasi hambatan fungsi negatif dalam kelompok in group. Secara fungsi konflik malah memeperkuat indentitas in group. Coser mengakui beberapa susunan struktural merupakan hasil persetujuan dan consensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsionalis structural, tetapi ia juga menunjukkan pada proses lain yaitu konflik social. Menurut Coser, konflik itu bersifat fungsional (baik) dan bersifat disfungsional (buruk), bagi hubungan-hubungan dan struktur yang tidak terangkum dalam sistem social sebagai suatu keseluruhan. Perhatian Coser cendrung melihat dari sisi fungsi bukan dari sisi disfungsinya. Karena Cosar mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisasikan atau dilangsungkan, atau dieliminasi saingan-saingannya. Coser dengan konflik fungsionalnya menyatakan, bahwa konflik dapat merubah bentuk interaksi, sedangkan ungkapan perasaan permusuhan tidaklah demikian. Coser merumuskan fungsionalisme ketika membincangkan tentang konflik disfungsional bagi struktur sosial ketika terdapat toleransi atau tidak terdapat konflik. Intensitas konflik itu lantas mengancam adanya suatu perpecahan yang akan menyerang basis konsensus sistem sosial berhubungan dengan kekuatan suatu struktur. Apa yang mengancam kondisi pecah belah bukanlah konflik melainkan kekacauan konflik itu sendiri, yang mendorong adanya permusuhan yang terakumulasi dan tertuju pada suatu garis pokok perpecahan yang dapat meledakkan konflik.

15 21 Pandangan Coser dalam memahami konflik tidak semata-mata hanya konflik menjadikan suatu hubungan kelompok internal menjadi positif tetapi memandang dalam arti sebuah hubungan sebab akibat yang menjadikan sebuah konflik lahir dari tuntutan maupun kepentingan. Menurut Lewis A Coser membagi konflik menjadi dua yaitu konflik realitas dan nonrealitas. Yang dimaksud dengan konflik realitas adalah konflik yang muncul dari tekanan sebuah tuntutan khusus dalam hubungan kelompok dan perkiraan (pencapaian keuntungan) oleh anggota yang merupakan objek penderita. Sedangkan konflik non realistis disebabkan oleh kepentingan kesadaran adanya tekanan dalam hubungan satu orang atau lebih. Tekanan serangan utama tidak secara langsung terikat kepada objek yang menjadi sasaran dengan kejadian berdasarkan situasi. Penyebab lahirnya konflik antara anggota kedua SH merupakan lahir dari akar sebuah sejarah yang masih belum ada titik temunya, konflik antar anggota SH selalui didasari adanya sebuah masalah-masalah kecil yang menjadi tuntutan untuk melakukan konflik yang menjadi sebuah besar dan konflik antar anggota SH juga lahir dari sebuah kepentingan yang tidak bertanggung jawab. 3. Bentuk Realistis Dan Non Realistis Dalam membahas berbagai situasi konflik Coser membedakan konflik yang realistis dan non realistis. Konflik realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipasi dan ditunjukan pada objek yang dianggap mengecewakan. Konflik non realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonistis tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak (coser 1959 : 59 Poloma M Margaret, Sosiologi Kontemporer ). Contoh dari konflik realistis dalam konflik yang terjadi dikalangan anggota pencak silat adalah kegagalan seorang anggota pencak silat mengaplikasikan bentuk nilai ajaran SH didalam masyarakat. Konflik yang dilakukan anggota merupakan konflik yang karena sebuah gengsi dan doktrinasi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga memicu rasa persaudaraan dalam hubungan kelompok serta timbul bola panas yang memicu terjadinya konflik.

16 22 Melihat teori Coser dari sudut pandang konflik realistis konflik lahir dari sebuah tuntutan-tuntutan khusus dalam hubungan dan dari perkiraan keuntungan anggota dan yang diarahkan pada objek frustasi. Di samping itu, konflik merupakan keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Konflik kedua organisasi lahir bukan karena kesalahan sebuah organisasi tetapi bentuk dari kesalahan pengaplikasian nilai ajaran SH dalam masyarakat yang tujuannya ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih sebagai kekuatan kelompok. Konflik dalam pencak silat juga merupakan bentuk frustasi terhadap hasil nilai ajaran SH dalam bentuk pengaplikasian yang akhirnya diluapkan dalam bentuk konflik. Tindakan konflik yang dilakukan oleh beberapa anggota SH merupakan bagian dari sebuah dendam atau permusuhan yang muncul dari rasa gengsi masalah individu bahkan pengeklaiman ajaran. Berbagai cara sudah dijalankan dari pihak pengurus, kepolisian bahkan dari masyarakat umum untuk menyelesaikan konflik antar anggota organisasi SH. Hasil yang didapatkan dilapangan konflik bukannya mereda malah menjadikan konflik semakin menyebar bahkan semakin membesar. Kekuatan yang dihasilkan konflik memang sangat kuat dikarenakan dalam konflik antar anggota SH sangat didukang dengan jumlah msasa yang begitu banyak, jumlah massa yang begitu besar mempengaruhi bentuk konflik itu sendiri. Dalam teori Lewis A Coser konflik sebagai sebuah indeks stabilitas hubungan. Dalam hal ini konflik dianggap sebagai sesuatu yang dapat dilihatsebagai ukuran stabilitas hubungan dalam suatu kelompok. Ketidak hadiran konflik dalam sebuah hubungan tidak dapat menunjukkan stabilitas. Konflik tidak menekankan bahwa kehadiran konflik menunjukkan dasar stabilitas, tetapi kehadiran perasaan yang bertentangan dalam sebuah hubungan akan dinyatakan dalam konflik bila keadaan kelompok stabil. 4. Permusuhan Dalam Hubungan-Hubungan Sosial Yang Intim Menurut Coser terdapat kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa permusuhan dan agresif. Akan tetapi bila konflik berkembang dalam hubungan sosial yang intim, maka pemisahan (antara konflik realistis dan non realitis)

17 23 Semakin dekat hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecendrungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubunganhubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis permusuhan semakin bebas diungkapkan. Hal ini tdak selalu bisa terjadi dalam hubungan-hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipasipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut Semakin dekat hubungan semakin sulit rasa permusuhan itu diungkapkan tetapi semakin lama perasaan ditekan, maka semakin penting pengungkapannya demi mempertahankan hubungan itu sendiri karena dalam satu hubungan yang intim keseluruhan kepribadian sangat boleh jadi terlibat, maka konflik itu, ketika benar-benar meledak, mungkin sekali akan sangat keras. Pandangan Coser, bila segala sesuatu dianggap sama, konflik antara dua orang yang tidak saling kenal akan kurang tajam. Dalam bagian ini penulis menekankan bahwa konflik dalam pencak silat merupakan konflik yang berwatakkan dendam. Konflik antara organisasi pencak silat merupakan bentuk konflik yang dimotori dari doktrin maupun dogma yang belum terbukti kebenarannya. Dalam konflik pencak silat munculnya rasa dendam sudah tertanam dari beberapa tahun sehingga menyebabkan isu-isu yang tidak jelas bermunculan sehingga timbul konflik yang sangat besar sehingga kelompok membiarkan konflik terus berkembang dengan membiarkan isu-isu lahir tanpa hal yang mendasar. 5. Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi dengan Kelompok Luar dan Struktur Kelompok Coser menjelaskan bahwa konflik dengan kelompok luar akan membantu pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok dalam juga dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93). berpendapat bahwa tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi merupakan hubungan timbal balik paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok. Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam kelompok mirip sekte itu tergantung pada penerimaan secara total seluruh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok mirip-sekte dengan ikatan tangguh itu bisa tergantung pada musuh-musuh luar.

18 24 Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis. Pola yang dibentuk dalam hubungan internal kelompok SH Terate maupun Winongo memang sangat kuat, pembentukan rasa persaudaraan memang sangat kental hal ini mempengaruhi tingkat integrasi dalam kelompok internal SH, sehingga terbentuklah suatu kesepakatan ketika salah satu anggota kelompok dilukai ataupun terkena masalah semua akan ikut serta dalam perpecahan masalahnya. Konflik merupakan langkah penyatuan kelompok dalam tubuh SH hal in karena dalam konflik menyangkut nama arti sebuah persaudaraan dan nama baik organisasi. Dengan hal inilah konflik dalam tubuh anggota SH akan membantu hubungan struktural dalam internal kelompok sehingga pola hubungan yang dibangun akan sangat kuat. Ada beberapa pandangan Coser terhadap konflik dalam hubungan dengan terjalinnya suatu fungsi dalam masyarakat, atara lain Coser mencoba mengemukakan kondisi-kondisi dimana secara positif konflik mampu mempertahankan struktur sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasanya terbentuk dan dipertahankan. Selanjutnya konflik dapat menyatukan para anggota kelompok lewat pengukuhan kembali identitas kelompok. Apakah konflik merupakan sumber kohesi atau perpecahan kelompok tergantung atas asal mula ketegangan, isu tentang konflik, cara bagaimana ketegangan ditangani, dan yang terpenting tipe struktur dimana konflik itu berkembang. Coser juga membedakan konflik realistis dengan non realistis, keseluruhan butir-butir tersebut merupakan faktor-faktor yang menetukan fungsi konflik sebagi suatu proses sosial. Dengan demikian konflik dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental walau dalam porsi dan campuran yang berbeda dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti C. Kerangka Berpikir Solidaritas memang berperan kuatnya hubungan individu antar individu dalam sebuah organisasi kelompok SH Terate dan SH Winongo. Solidaritas sangat berperan dalam hubungan kekerabatan dan kesetiakawanan dalam kelompok yang

19 25 menjadi dasar tujuananya untuk menjadi sukses sebuah kelompok. tetapi kita seharusnya melihat bahwa solidaritas ini sangat berperan baik bagi masyarakat atau malah menjadikan bentuk negatif didalam masyarakat. Tidak sampai disitu solidaritas juga mengutamakan hal-hal yang berfanmaat untuk satu golongan dan golongan lainya. Apabila solidaritas ini lahir hanya untuk mengutamakan kekuatan kelompok makan yang terjadi akan menciptkan kecemburuaan sosial dimasyarakat dan meledak menjadi konflik antar kelompok maupun golongan. Konflik memang tindakan yang tak bisa dihindarkan dari kehidupan masyarakat tetapi didalam masyarakat terdapat nilai dan norma yang harus dipatuhi. Muncul berbagai pertanyaan dalam masyarakat jika terdapat nilai dan norma mengapa masih tetap ada konflik. Pada tahapan ini penulis coba memberikan gambaran bagaimana bentuk konflik pada kasus pertikaian dalam dunia pencak silat. Konflik selalu ada hubungan sebab dan akibat Peneliti mencoba mencari karakteristik dan hubungan solidaritas kelompok ketika konflik. Organisasi SH dulunya merupakan satu organisasi yang tujuannya sebagai alat mengolah raga dan bela negara seiring berjalannya waktu pimpinan SH meninggal organisasi SH pun pecah menjadi dua yaitu SH Terate dan SH Winongo, perpecahan kedua organisasi mengakibatkan kedua organisasi saling melebarkan sayap untuk mendapatkan anggota. Kedua organisasi berlomba-lomba untuk mendapatkan anggota sehingga terjadi kecemburuan sosial diantar kedua organisasi. Kecemburan sosial ini mengakibatkan timbulnya fitnah, gengsi dan pengeklaiman tentang ajaran yang asli, hal ini memicu timbulnya konflik dalam anggota kedua organisasi akibatnya konflik terjadi terus menerus hingga saat ini. Konflik yang dilakukan oleh kedua organisasi sangat bervariasi karena konflik sering dilakukan sehingga masyarakat sangat hafal setiap detik-detik menjelang konflik. Organisasi SH Terate dan SH Winongo merupakan organisasi yang baik kedua organisasi menanamkan jiwa persaudaraan, kuatnya jiwa persaudaraan ini sangat memepengaruhi ketika konflik dikarenakan konflik bukan terjadi individu tetapi dengan jumlah masa yang sangat besar.

20 26 Gamabar 1.2 Solidaritas Kelompok Solidaritas Internal Organisasi SH Terate dan SH Winongo Solidaritas Organik dan Mekanik Dampak Solidaritas Fungsi Positif Konflik Fungsi Negatif Konflik Konflik positif dapat memeperkuat Dampak Negatif Memperlemah kerangka struktur

21 27

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solidaritas merupakan bagian dari kekuatan hubungan individu antar individu yang diciptakan dalam kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan proses, pembentukan

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM A. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan 27 BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM A. Teori Solidaritas Emile Durkheim. Solidaritas adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah masyarakat ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan Menurut Leonard Binder, keragaman etnik terhadap keagamaan didalam bahasa aslinya berarti pluralism

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER. memang pada konflik penggunaan kekerasaan. dalam konflik tersebut, Teori

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER. memang pada konflik penggunaan kekerasaan. dalam konflik tersebut, Teori 40 BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER A. Konflik Sosial Lewis Coser Teori yang menjadi acuan penelitian adalah teori konflik karya dari Lewis A. Coser yang mana, dalam hal ini sudah terlihat bahwa

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat Bab 1. PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang Masalah. Sebelum melangkah jauh dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling 49 BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM Kerangka teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau

BAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau 22 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Solidaritas Sosial 1. Pengertian Solidaritas Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan sesamanya. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke: Pertemuan ke: Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Salah satu upaya negara membangun nasionalisme rakyatnya yakni melalui sarana pendidikan, dalam hal ini dengan memprogramkan Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok (Soekanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT 1. PERTUMBUHAN INDIVIDU A. PENGERTIAN INDIVIDU Individu berasal dari kata latin, individuum artinya yang tidak terbagi. Jadi Individu merupakan suatu sebutan yang dipakai

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut

Lebih terperinci

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini BAB V KESIMPULAN Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini yang dimaksud adalah Nufit Haroa yaitu Tuun En Fit yang terdiri dari tujuh ohoi) yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian merupakan salah satu bentuk dari solidaritas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. demikian merupakan salah satu bentuk dari solidaritas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gotong royong merupakan salah satu aktivitas sosial yang menjadi karakteristik masyarakat Indonesia. Kegiatan gotong royong secara sederhana mempunyai arti

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI PENDAHULUAN Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: 1. Dalam bentuk material,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri, mereka selalu bersosialisasi atau senang berkelompok, manusia diciptakan di dunia ini

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK A. Pendahuluan Pekerjaan konselor kelompok sudah dimulai jauh sebelum pertemuan kelompok yang pertama kali.

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Beberapa konsep penting dalam memahami struktural fungsional adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kelompok sosial pengrajin gerabah di Desa Melikan bisa dikategorikan sebagai Paguyuban. Pengrajin di Desa Melikan sendiri berdasarkan ciri-ciri dan kriterianya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya pola asuh dilakukan oleh orang tua kepada anak di lingkungan keluarga. Pola asuh merupakan suatu kegiatan mendidik, membimbing, dan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian BAB V PENUTUP Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian khusus dari semua aspek yang ada, baik itu masyarakat maupun pemerintahan, walaupun pada saat ini telah tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Modal sosial adalah kombinasi norma-norma yang berada dalam sistem sosial yang mengarah kepada peningkatan kerja sama antar anggota masyarakat dan membawa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci