BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum).
|
|
- Yuliana Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Beberapa konsep penting dalam memahami struktural fungsional adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum). Fungsionalisme struktural memberikan pemahaman bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Apabila terjadi satu perubahan pada satu bagian sistem tersebut akan membawa dampak perubahan terhadap bagian yang lainnya. Dengan asumsi dasar bahwa setiap tatanan dalam sistem sosial adalah fungsional satu sama lain. Sehingga apabila sistem tersebut tidak fungsional maka bisa saja struktur tersebut akan hilang dengan sendirinya. Secara lebih jelasnya adalah seperti berikut, bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Sehingga dalam beberapa fenomena yang ada misalnya peperangan, kesenjangan sosial, perbedaan mendasar dalam ras bahkan kemiskinan diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang mungkin terjadi dalam masyarakat dapat terjadi secara perlahan-lahan, dan apabila terjadi konflik fungsionalisme struktural fokus pada solusi untuk menyelasaikan masalah sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan. 27
2 Robert K.Merton mengatakan bahwa perhatian fungsionalisme struktural harus fokus pada fungsi-fungsi dibandingkan terhadap motif-motif. Fungsi merupakan akibat-akibat yang dapat diamati dan menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem. Oleh karena itu fungsi bersifat netral secara ideologis. Merton mengajukan konsep yang disebut dengan disfungsi. Ia menegaskan bahwa apa yang fungsional bagi suatu kelompok bisa saja tidak fungsional bagi keseluruhan sistem yang ada. Sehingga batas-batas analisa terhadap kelompok yang diteliti harus jelas ditentukan. Konsep lain dari Merton yakni mengenai sifat dari fungsi tersebut, diantaranya adalah fungsi manifest dan laten. Fungsi manifest yakni fungsi yang diharapkan (intended) sedangkan fungsi laten merupakan fungsi yang tidak diharapkan Kohesi Sosial Untuk memahami setiap hubungan sosial yang menjelaskan tentang kohesi sosial perlu memperhatikan waktu dan budaya dimana terjadi pembentukannya. Menurut penjelasan dari Council of Europe s Strategy for Social Cohesion 12 bahwa kohesi sosial sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggotanya, menekan perbedaan dan menghindari polarisasi. Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas yang terdiri dari individuindividu bebas yang saling mendukung, mencapai tujuan bersama secara demokratis. Sebaliknya, Ritzer et al. (2000) lebih menekankan aspek modal 11 George Ritzer dalam Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda 12 Council of Europe Action Plan for Social Cohesionhttp:// 28
3 sosial dari kohesi sosial, dengan mendefinisikannya sebagai satu keadaan dimana sekelompok orang (dalam suatu wilayah geografis) menunjukkan kemampuan untuk berkolaborasi dan menghasilkan iklim untuk perubahan. 13 Merujuk pada waktu sekarang ini kohesi sosial diartikan sebagai adanya kesanggupan dalam diri masyarakat untuk memberikan kenyamanan lingkungan bagi anggotanya dalam setiap aktivitas dan interaksi keseharian kehidupan mereka. Secara pokok Durkheim memberikan pemahaman bahwa dalam masyarakat terdapat solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik menjelaskan bahwa dalam diri masyarakat ada kekuatan yang kuat dalam memberikan pengaruh, sedangkan dalam solidaritas organik memuat ketergantungan yang terjadi antara satu individu dengan lainnya yang secara perlahan akan membentuk ikatan yang disebut kohesi. Keterikatan dapat terbentuk dalam masyarakat secara alami, meski mereka tidak mengetahui bahwa mereka akan menuju kohesi sosial. Sebagai suatu kelompok yang menyatu, masyarakat akan mencari dahulu kesamaan-kesamaan yang mereka miliki dengan masyarakat lainnya. Beberapa kesamaan yang dapat menyatukan mereka menjadi lebih padu antara lain seperti kesamaan nilai dan munculnya rasa saling memiliki diantara mereka. Hal ini menjelaskan bahwa kohesi sosial terbentuk dengan adanya persamaan nilai yang dianut, adanya tantangan dan kesempatan yang sama, serta saling memiliki kepercayaan dan harapan. Penjelasan terakhir yang menggambarkan kohesi sosial ini adalah masyarakat dapat bekerjasama dalam suatu kesatuan yang sungguh ada. 13 Kajian Tematis Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial dan Rekonsiliasi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara Juli
4 Kohesi sosial bukanlah konsep yang tercipta secara teknis, melainkan suatu interpretasi yang didasarkan pada pengalaman empirik yang dialami oleh pelaku di lembaga yang termotivasi karena rasa tanggung jawab untuk mencari solusi dari konflik yang terjadi di masyarakat. Kohesi sosial juga memfokuskan kepada tujuan politik. Tujuan politik yang ingin dicapai pada masa kini menekankan mengenai upaya pemenuhan hak individual berupa hak sipil dan politik serta ekonomi dan sosial. Terciptanya konsep kohesi sosial bukan suatu tahapan yang bisa dengan mudah ada dengan sendirinya. Harus ada proses yang terjadi dalam diri individu dengan kelompok atau lembaga yang dalam kehidupan masyarakat telah memiliki norma yang jelas dan dipahami semua pihak. Maka dari itu aturan main yang berlaku berasal dari komunitas tertentu untuk lingkungan didalamnya. Untuk terciptanya keadaan lingkungan masyarakat yang nyaman dan bebas dari perbedaan kepentingan yang berujung pertentangan masyarakat membutuhkan empat elemen dasar pemenuhan Hak Asasi Manusia yang berupa (HAM) yang berupa kesetaraan tanpa adanya diskriminasi, harkat dan martabat dijunjung tinggi, komitmen untuk berpartisipasi serta kebebasan individu dengan adanya pengembangan diri. Agar kohesi sosial yang baik terwujud dalam masyarakat, keempat elemen tersebut harus dijalankan seperti seharusnya. Ketika proses penerapannya berjalan dengan baik, kehidupan masyarakat akan lebih terjamin dan saling berkecukupan. Untuk di jaman globalisasi yang perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat terciptanya kohesi sosial dapat terjadi dengan mewujudkan lingkungan yang berdasar pada solidaritas organik, karena masyarakat sekarang ini memiliki 30
5 ketergantungan kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu hal ini akan membuat keterikatan dan mereka mencari kesamaan antara satu dengan lainnya. Memahami kohesi sosial membutuhkan pendekatan yang berbeda caranya, karena setiap masyarakat memiliki ciri berbeda di tiap waktu yang mereka jalani. Misalnya saja masyarakat yang sekarang hidup dalam jaman modern yang penuh teknologi baru dan akses terhadap informasi yang lebih cepat. Cara masyarakat sekarang dalam berinteraksi tidak lagi hanya bertitik tolak kepada tradisi, namun dalam bertindak masyarakat kontemporer saling memahami dalam rasa hormat yang dimiliki terhadap sesama manusia. Dalam memahami kohesi sosial yang ada pada masyarakat terdapat beberapa pendekatan yang memberikan penilaian terhadap keadaan kohesi sosial di masyarakat. Pendekatan yang pertama ialah negative approach (pendekatan negatif). Pendekatan ini memandang kohesi sosial di masyarakat tidak terjadi karena adanya hal/faktor negatif yang menyebabkan tidak terciptanya hubungan masyarakat yang baik. Seperti kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor penyebabnya. Pendekatan yang kedua adalah positive approach (pendekatan positif). Pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kemampuan untuk mendapatkan kualitas hidup yang bagus bagi dirinya atau dalam arti kata lain untuk membentuk keadaan dimana kohesi sosial dapat tercipta berdasar kualitas hidup. Pendekatan positif ini dibagi menjadi empat pendekatan. Pertama, territorial cohesion approach yang berdasar kepada prinsip solidaritas 31
6 teritorial yang terjadi antara anggota Uni-Eropa dengan wilayahnya. Solidaritas teritorial ini dianggap akan menciptakan kohesi sosial karena keadaan ini akan mengurangi adanya perbedaan di wilayah tersebut. Kedua, social capital approach yang melihat adanya persamaan nilai, standar hidup dan kepercayaan bersama akan menciptakan masyarakat yang berupaya untuk menyelesaikan masalahnya secara bersamaan. Dalam hubungan ini terdapat badan untuk mengkoordinasi hubungan mereka sehingga hubungan ini menciptakan kohesi sosial yang efektif.ketiga, Quality of life approach, pendekatan ini dikenalkan oleh European Foundation for Improvement of Living and Working Conditions. Pendekatan ini melihat bahwa kualitas sosial dalam masyarakat dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas ekonomi dan hubungan sosial mereka. Kualitas sosial ini memiliki empat karakteristik, yaitu kestabilan ekonomi, keterbukaan hubungan sosial, perluasan kohesi sosial dan kebebasan individu. Keempat, Acces to right approach yang melihat bahwa dengan menganalisa kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak mereka maka dapat dilihat apakah kohesi sosial dapat tercipta. Contohnya dapat dilihat dari sistem informasi dan komunikasi serta penanganan keuangan dan sumber daya manusia. Keempat pendekatan ini merupakan cabang dari pendekatan positif yang menekankan kepada kualitas hidup sebagai faktor terciptanya kohesi sosial. 14 Kohesi sosial tersebut terbentuk melalui pertemuan sosial yang rutin selama berbulan-bulan hingga berpuluh-puluh tahun yang didasari oleh adanya saling butuh, kemudian membentuk suatu mekanisme sosial saling membantu. Adanya nilai-nilai bersama, saling percaya, interaksi sosial, serta kelembagaan 14 Bisma Putra Sampurna - Memahami Konsep Kohesi Sosial. 32
7 yang berjalan dengan baik membuktikan bahwa kohesi sosial memang terbangun berkat tradisi yang didukung oleh kesadaran kekerabatan hingga adanya partisipasi aktif masyarakat. Kohesi sosial tersebut terbentuk juga dipengaruhi oleh mata pencaharian masyarakat yang cenderung seragam. Suatu tradisi dapat bertahan di masyarakat karena adanya kesadaran dari masyarakat, rasa memiliki, serta adanya manfaat yang dirasakan seperti menambah pemasukan kas dan inventaris, mempererat tali silaturahmi, melatih kemandirian, dan keamanan lingkungan. Namun dalam upaya mempertahankan suatu tradisi pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari suatu hambatan. Adapun faktor penghambat kohesi sosial itu antara lain berasal dari intern dan ekstern Komponen yang Mempengaruhi Kohesi Dalam proses kehidupan masyarakat yang setiap komponennya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, beberapa faktor berikut menurut Professor Andrew Markus adalah komponen yang mempengaruhi kohesi dalam masyarakat. Kesamaan Visi: yaitu sebagian besar para peneliti beranggapan bahwa kohesi sosial yang membutuhkan nilai-nilai universal, saling menghormati aspirasi dan umum atau identitas bersama oleh anggotanya. Saling memiliki dari suatu kelompok: perasaan inti ini menggambarkan tentang sebuah kelompok atau masyarakat di mana ada berbagi tujuan dan tanggung jawab dan sebuah kesiapan untuk saling membantu dengan masyarakat lainnya. 15 Eka Nofianti dan V. Indah Sri Pinasti, M.Si/ Kohesi Sosial dalam Tradisi Jimpitan Beras pada Masyarakat Perdesaan 33
8 Proses: kohesi sosial umumnya dilihat bukan hanya sebagai hasil, namun sebagai proses bagi masyarakat secara terus menerus dan tampaknya tidak pernah berakhir untuk mencapai keharmonisan sosial. Perbedaan dalam definisi menjadi perhatian faktor yang meningkatkan ( dan mengikis ) proses harmoni komunal dan relatif berat melekat pada operasi faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor ekonomi; tingkat kemiskinan dan pengangguran, tingkat kesejahteraan dan upah layak, mobilitas penduduk, kesehatan, kepuasan hidup dan rasa aman, dan kepedulian pemerintah terhadap masalah kemiskinan. Politik: tingkat partisipasi politik dan keterlibatan sosial, termasuk tingkat kesetiakawanan, pengembangan modal sosial, saling mengenal dan memahami jangkauan jaringan kolega, serta kepercayaan sosial yang memfasilitasi koordinasi dan kerja sama yang saling menguntungkan. Sosial-budaya:Perbedaan tingkat konsensus ( homogenitas dan heterogenitas ) yang melingkupi isu dalam lingkup lokal dan nasional Perubahan Sosial Kehidupan sosial meliputi perubahan yang tiada henti: jika perubahan berhenti, maka berhenti pula kehidupan. Studi perubahan sosial dengan demikian akan melibatkan dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya. Dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi pada wilayah tersebut. Dimensi 16 Professor Andrew Markus.Mapping Social Cohesion The Scanlon Foundation Surveys
9 waktu dalam studi perubahan meliputi konteks masa lalu (past), sekarang (present), dan masa depan (future) Perubahan dan Perkembangan Masyarakat Desa Dalam konteks model dikotomik yang terdapat dalam kerangka perspektif evolusioner, perubahan masyarakat desa dapat dikelompokkan dalam dua era, secara skematis gambarannya sebagai berikut: Tabel 2 Perubahan Masyarakat Desa Era pertama era tradisional era praindustri era prakapitalistik era praglobalisasi Era ke dua era modern era industri era kapitalistik era globalisasi Sumber tabel: Rahardjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Secara garis besarnya perspektif evolusioner memandang bahwa masyarakat era pertama (masyarakat desa) akan berubah dan berkembang ke arah era ke dua. Namun sekarang ini banyak desa yang telah maju, sudah terpengaruh oleh globalisasi, telah dirasuki sistem kapitalisme modern secara intensif dan telah memiliki ciri-ciri masyarakat modern. Maka rumusan yang tepat mengenai hal ini adalah: masyarakat desa yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri era pertama berubah dan berkembang menjadi masyarakat yang banyak diwarnai oleh ciriciri era ke dua. Sekarang ini perbedaan antara desa dan kota semakin menipis. Ini dikarenakan penyebaran dan perkembangan transportasi dan alat komunikasi modern (baik media massa dan elektronik, juga internet) atau sains dan teknologi. 35
10 Desa semakin terbuka terhadap pengaruh-pengaruh luar baik dari lingkup regional, nasional bahkan internasional. Pengaruh ini mencakup aspek sosial kebudayaan dan ekonomis. Perkembangan media massa menjadi sarana yang sangat kuat dalam menyebarkan kebudayaan modern secara luas dan mendalam. Perlahan masyarakat desa menyesuaikan gaya hidup modern sesuai akses yang mereka miliki. Peranan sistem kapitaslisme modern ditunjang kuat oleh sains teknologi sebagai inti dari proses globalisasi. Aspek ekonomi sangat besar pengaruhnya dalam proses perubahan yang terjadi di desa-desa. Proses komersialisasi, khususnya dalam komersialisasi pertanian, semakin melembaga di masyarakat desa. Petani dengan lahan sempit menyikapi pertanian sebagai way of life mereka, sedangkan petani dengan lahan luas berubah menjadi agricultural entrepreneurs yang orientasi usahanya untuk mengejar keuntungan saja (profit oriented). Dari hal ini saja sudah membuat perbedaan yang berarti diantara masyarakat desa. Petani dengan lahan sempit akan mengalami kemerosotan hidup,sedangkan mereka dengan lahan yang luas memiliki cadangan modal yang kuat dan mampu untuk mengadopsi modernisasi. Karena komersialisasi dan modernisasi di bidang pertanian dapat menyebabkan keretakan tradisi lama dan hilangnya kerukunan (kolektivitas) yang telah terlekat dalam kebiasaan masyarakat. Hingga akhirnya dalam masyarakat petani ini terjadi kesenjangan dan polarisasi sosial ekonomis. 17 Kehadiran pertambangan, sebagai bagian dari perkembangan teknologi, perkembangan akses transportasi, komunikasi dengan desa lainnya dan merasuknya sistem ekonomi uang ini menciptakan diferensiasi dalam mata 17 Rahardjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. 36
11 pencaharian masyarakat desa. Mereka tidak lagi bergantung hanya pada pertanian. Sektor-sektor diluar pertanian seperti perdagangan dan industri kecil lainnya ini sangat tergantung dengan akses di luar desa. Sehingga desa sudah menjadi satu bagian dari kesatuan masyarakat yang lebih besar dan tidak lagi mandiri. Suatu ketika bisa saja desa tidak lagi merupakan kesatuan komunitas dengan basis sosio kultural yang jelas. Perkembangan dan perluasan lembaga pendidikan modern juga akan mengakibatkan perbedaan dalam tingkat pengetahuan dan aspirasi-aspirasi yang muncul karenanya.beberapa kaum muda yang sepertinya lebih berpendidikan seakan-akan lebih istimewa dalam memberikan pandangannya terhadap kehidupan di desa. Sehingga dengan adanya perubahan-perubahan ini terjadi juga perubahan kelembagaan. Akan ada tuntutan dari masyarakat desa yang mengharuskan kehadiran lembaga-lembaga baru sesuai dengan tuntutan perubahan baik dalam jumlah dan sifat pada lembaga yang baru. Masyarakat Dusun Sopokomil sudah berada pada era kedua perubahan masyarakat desa. Hal ini tampak dari ciri-ciri yang ada di masyarakatnya. Penduduk Dusun Sopokomil sudah menggunakan perangkat-perangkat teknologi dan mesin dalam keseharian mereka. Perangkat itu berupa televisi, telepon seluler (HP), mesin penggiling padi, mesin pembajak sawah, mobil, sepedamotor dan akses transportasi yang lancar. Sehingga masyarakat sudah berpikir global, artinya dengan akses yang mudah untuk keluar dari desa memberikan kemudahan dalam pemasaran hasil pertanian, sehingga termotivasi untuk bekerja agar mendapatkan pendapatan dari usaha pertanian yang mereka miliki. 37
12 2.4 Solidaritas Konsep solidaritas berhubungan dengan identifikasi manusia dengan dan dukungan anggota kelompok lain yang termasuk di dalamnya. Konsep ini berkaitan dengan Durkhim dalam The Division of Labour in Society yang mengimplikasikan pembagian dari apa yang disebut sebagai solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Masyarakat terbagi ke dalam bagaimana mereka mencapai keteraturan, dengan masyarakat yang sederhana disatukan oleh kesamaan di antara anggota, sedangkan masyarakat yang kompleks, disatukan oleh perbedaan sosial. Dari perspektif ini, solidaritas lebih mengacu pada fenomena budaya daripada ekonomi dan solidaritas ini tertanam dalam diri manusia melalui religi atau kehidupan duniawi yang seimbang, seperti kebiasaan tiap individu. Manusia bersifat solidaristik karena mereka memiliki nilai-nilai bersama yang diperkuat melalui berbagai tradisi. 18 Tujuan kajian Durkheim ini adalah untuk memahami fungsi dan faktor yang menyebabkan pembagian kerja tersebut. Dalam upaya memahami faktor penyebab hal tersebut, Durkheim menggunakan pendekatan kolektivis terhadap pemahaman tentang masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti perekat sosial, dalam konteks ini dapat berupa nilai, adat istiadat dan kepecayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan dan kesadaran kolektif (collective consciousness). 18 Sosiologi The Key Concepts Editor John Scoot (268) 38
13 Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas mekanis, individu diikat dalam suatu bentuk solidaritas yang memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat. Karena itu individualitas tidak berkembang karena dibatasi oleh tekanan besar untuk menerima aturan yang berlaku dalam komunitas dimana indivudu itu berada. Realitas masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis masih dapat ditemukan pada masyarakat sederhana, segmental (jauh dari hiruk pikuk keramaian), praindustri, dan masyarakat pedesaan. Tipe solidaritas yang didasarkan atas kepercayaan dan kesetiakawanan ini diikat oleh collective consciousness yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Pada masyarakat yang demikian itu belum tampak secara jelas pembagian kerja yang begitu berarti. Hal ini terjadi karena di samping kekuatan masyarakat diabatasi atas individu, juga disebabkan oleh sifat masyarakat yang relatif homogen. Sehingga apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat, lazimnya dapat dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok berbeda. Masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. Sementara itu, ketika masyarakat berkembang menjadi semakin kompleks melalui pembagian kerja, maka solidaritas mekanik memudar dan digantikan oleh solidaritas organik. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas organik masingmasing anggota masyarakat tampaknya tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri, mereka terspesialisasi berdasarkan jenis pekerjaan yang 39
14 pada gilirannya menyebabkan dependensi atau saling ketergantungan yang semakin begitu terlihat jelas di setiap interaksi dan aktivitas yang ada. Munculnya perbedaan-perbedaan di tingkat individu ini mengubah kesadaraan kolektif tersebut, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung. Jika solidaritas mekanik didasarkan pada hati nurani kolektif, maka lain halnya dengan solidaritas organik. Tipe solidaritas ini didasarkan pada hukum dan akal. Ikhwal inilah yang menggairahkan individu untuk meningkatkan kompetensinya secara individual, sehingga kesadaran kolektif tidak lagi tampak, bahkan pada kondisi yang lebih lanjut dapat kehilangan kekuatannya. Melihat fenomena ini, Durkheim mengusulkan perlunya suatu konsensus intelektual dan moral untuk menciptakan keteraturan sosial (social order) yang bersifat harmonis dan integratif Upe, Ambo Tradisi Aliran dalam Sosiologi. (95) 40
BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini
BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di
BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar
Lebih terperinciDefinisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.
Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di
Lebih terperinciBAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS
17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori
Lebih terperinciMatakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09
Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat merupakan sistem
Lebih terperinciSTRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK
STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi
Lebih terperinciTEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa Konsep kebudayaan tradisional mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of life) masyarakat desa yang belum dirasuki oleh penggunaan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia yang merupakan negara berkembang. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau
22 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Solidaritas Sosial 1. Pengertian Solidaritas Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciSTATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN
STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB 9: SOSIOLOGI MODERNISASI. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI. e. Kemakmuran masyarakat luas
1. Makna modernisasi di bidang ekonomi a. Penggunaan sistem ekonomi liberal seperti negara-negara Eropa b. Proses industrialisasi yang dapat menggantikan sistem ekonomi pertanian c. Pelaksanaan sistem
Lebih terperinciKondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM
Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan
27 BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM A. Teori Solidaritas Emile Durkheim. Solidaritas adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah masyarakat ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciApakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?
PANCASILA SEBAGAI PEMBANGUNAN BANGSA TEORI Pengertian Paradigma Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
Lebih terperinciBAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP
BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter
Lebih terperinciBAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak ada masyarakat yang tidak berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Tidak jarang dalam perubahan tersebut terdapat nilai yang ditransformasikan. Bahkan, seiring
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak
Lebih terperinciPembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPENGANTAR PERKOPERASIAN
PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciDenis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il
Denis M c Q u a il Teori Komunikasi Massa c Q a il Prakata Bagaimana Menggunakan Buku Ini ix xi BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1 1 Pengenalan terhadap Buku 3 Objek Studi 4 Struktur Buku Tema dan Isu dalam Komunikasi
Lebih terperinciFacebook :
1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan
Lebih terperinciSTUDI MASYARAKAT INDONESIA
STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN
BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN Disampaikan pada acara Workshop E-Learning. Oleh : Tatik Rohmawati,S.IP. Staf Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan 1 15 Desember 2007 GLOBALISASI Kata "globalisasi" diambil dari kata
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciSosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi
Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi
Lebih terperinci2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI
DASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI GLOBALISASI: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP/SEJARAH, TEORI, BENTUK, DAMPAK + DAN - KONDISI MASYARAKAT INDONESIA : KONDISI MASYARAKAT, SIKAP
Lebih terperinciKONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain
KONSEPSI KEWARGANEGARAAN By : Amaliatulwalidain Pengantar Tradisi kewarganegaraan telah ada sejak masa Yunani Kuno, konsepsi modern tentang kewarganegaraan baru muncul pada abad keduapuluh. Konsepsi kewarganegaraann
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan untuk masa selanjutnya (Desmita, 2012). Hurlock (2004)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa bayi dianggap sebagai periode vital karena kondisi fisik dan psikologis pada masa ini merupakan fondasi bagi perkembangan dan pertumbuhan untuk masa selanjutnya
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciINTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi
INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural penduduk yang antara lain menyangkut struktur produksi, mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk tentunya berdampak pada peningkatan pemanfaatan lahan baik untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan pangan maupun untuk menampung
Lebih terperinciSekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler
Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan
Lebih terperinciBEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN
BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN I. PENDAHULUAN Mengawali proses pelaksanaan pembangunan pendidikan pasca penetapan Undang-Undang Sistim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN
POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa. hidupnya di tengah masyarakat yang majemuk.
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, yang secara individu membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang lain, manusia
Lebih terperinciSebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial
Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Rangkuman Makalah Diskusi Mengenai Keberlanjutan Sosial Maret 2016 Kota Sydney Rangkuman Sebuah kota untuk semua: semua orang berkembang
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciMETODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia
Hutan untuk Masa Depan 2 METODOLOGI Struktur Buku ini adalah sebuah upaya untuk menampilkan perspektif masyarakat adat terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan. Buku ini bukanlah suatu studi ekstensif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem
Lebih terperinciMasyarakat Indonesia. Pengelana (Penjajah) Budaya, Agama. Sistem Ekonomi, Bahasa
Masyarakat Indonesia Geografis Pengelana (Penjajah) Sistem Pemerintahan Suku Bangsa Budaya, Agama Kota-Desa, RK, RW, RT Mata Pencaharian Sistem Ekonomi, Bahasa Aturan Hukum Pelapisan Sosial Golongan Buruh
Lebih terperinciTEORI MODAL SOSIAL (2)
Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. teguhfp.wordpress.com Empat Perspektif: 1. Aliran Informasi 2. Aliran Pengaruh 3. Aliran Kepercayaan Sosial 4. Penguatan Kembali Aliran Informasi - Individu yang tidak
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de
SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3
Lebih terperinciDIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG
DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai
Lebih terperinciBUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016
P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sila ketiga dari Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM :
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM : 125020306111001 MACAM-MACAM LINGKUNGAN ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUSAHAAN Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk
Lebih terperinciInisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender
XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinci