BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,
|
|
- Liani Ida Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan dan orang-orang yang hanya menyaksikan kegiatan ini sambil duduk di atas tambatan tali ataupun berdiri. Untuk kegiatan pendaratan ikan pada malam hari, yang banyak menyaksikan kegiatan ini adalah istri para nelayan. 1 Kutipan diatas tidak hanya menggambarkan tentang kegiatan pendaratan ikan yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, tetapi juga menggambarkan mengenai kelompok masyarakat yang terlibat, peran masing-masing kelompok, serta pentingnya kegiatan pendaratan ikan bagi kelom pok masyarakat yang terlibat karena kegiatan tersebut berlangsung selama 24 jam per hari. Kegiatan pendaratan ikan ini merupakan proses awal dari rangkaian aktivitas sosial dan ekonomi yang terjadi di Muara Angke. Secara geografis, wilayah Muara Angke terletak di delta Muara Angke dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah 1 Monique Ida Batuna, Pusat Kegiatan Masyarakat (Community Center) Pemukiman Nelayan Muara Angke, Tugas Akhir S1, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996, hlm. 16.
2 2 utara, Kali Asin di sebelah timur, Kali Adem di sebelah barat, dan Muara Karang di sebelah selatan. 2 Sebelum Muara Angke diresm ikan sebagai pusat pelabuhan ikan tradisional di Jakarta, sudah terdapat dua pelabuhan penting di Jakarta yakni Tanjung Priok dan Sunda Kelapa (Pasar Ikan). Kedua pelabuhan ini sudah berdiri sejak masa VOC dan mendapatkan perhatian khusus dalam rencana induk DKI Jakarta tahun di bidang transportasi dan kelautan. 3 Tidak hanya berfungsi sebagai pelabuhan nelayan, Tanjung Priok dan Sunda Kelapa juga berfungsi sebagai pelabuhan perdagangan antar pulau dan pelabuhan regional. Berbeda dengan fungsi Tanjung Priok dan Sunda Kelapa, Muara Angke merupakan tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Sejak 1977 dilakukan pembangunan, penataan dan pemusatan kegiatan perikanan sehingga Muara Angke akhirnya dijadikan sebagai pusat pelabuhan ikan tradisional di Jakarta. 4 Di bawah Dinas Perikanan PEMDA DKI Jakarta, pembangunan infrastruktur Muara Angke pada 1978 telah siap menampung seluruh kegiatan perikanan yang terletak di beberapa lokasi di kawasan tersebut, antara lain 2 Heuken SJ, Adolf, Atlas Sejarah Jakarta Historical Atlas of Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2014), hlm DPR Gotong Royong DKI Jakarta, Rencana Induk (Master-Plan) Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Jakarta: DPR Gotong Royong Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1967), hlm Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta Culture & Heritage (Jakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2005), hlm
3 3 sebagai perumahan nelayan, pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT), pemasaran hasil perikanan, serta pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. 5 Kegiatan perikanan dan kegiatan TPI sudah terbentuk sebelum dilakukan pemusatan di Muara Angke. Meskipun demikian, belum tampak perubahan maupun perkembangan yang signifikan karena tempat ini masih berbentuk pangkalan pendaratan ikan sederhana. Dengan adanya pemusatan, kawasan pelabuhan Muara Angke mulai dibangun, sehingga pangkalan pendaratan ikan yang awalnya hanya menjadi tempat berlabuh kapal-kapal kecil nelayan, dapat pula menampung kapalkapal besar. 6 Pasca pemusatan kegiatan perikanan, data produksi perikanan laut di Jawa selama tiga tahun berturut-turut ( ) menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan laut di Muara Angke menempati posisi tertinggi dari lima tempat pendaratan dan pelelangan ikan di DKI Jakarta. Tempat pendaratan dan pelelangan ikan lain diantaranya adalah Sunda Kelapa, Kamal, Kali Baru, dan Donggala. Muara Angke menghasilkan jumlah produksi terbanyak yakni ton pada 1980, disusul Sunda 5 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Profil UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (Jakarta: UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2011), hlm Wawancara dengan Pak Harun Sairi selaku mantan nelayan di Muara Angke yang kini bekerja sebagai penjaga Kantor HNSI di Muara Angke. 20 Januari Pukul WIB di Kantor HNSI, Muara Angke.
4 4 Kelapa pada urutan kedua dengan jumlah produksi ton. 7 Pemusatan kegiatan perikanan yang dilakukan oleh PEMDA DKI Jakarta sejak tahun 1977 menjadikan Muara Angke sebagai pusat pelabuhan ikan tradisional di Jakarta dengan tingkat produktivitas tertinggi serta menggeser peran Sunda Kelapa yang sebelumnya merupakan pusat pasar dan pelabuhan ikan di Jakarta Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Skripsi ini fokus pada dinamika sosial-ekonomi di Muara Angke sejak dilakukannya pemusatan kegiatan perikanan tahun Dari permasalahan utama tersebut, muncul beberapa pertanyaan penelitian. Pertama, seperti apa kondisi lingkungan fisik dan demografi Muara Angke setelah dilakukan pemusatan kegiatan perikanan? Kedua, seperti apa proses pemusatan kegiatan perikanan di Muara Angke dan tingkat produktivitas di Muara Angke? Ketiga, apa saja dan seperti apa pola aktivitas sosial-ekonomi yang terjalin dalam kegiatan perikanan di Muara Angke? Sebuah penelitian sejarah harus mempunyai batasan secara spasial dan temporal. Ruang lingkup spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah Muara Angke. Dalam pada itu, Ruang lingkup temporal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tahun Tahun 1977 digunakan sebagai batasan awal penelitian karena pada periode tersebut Muara Angke mulai dijadikan pusat 7 Biro Pusat Statistik, Produksi Perikanan Laut di Jawa (Jakarta: BPS, 1983), hlm. 1-3.
5 5 pelabuhan ikan tradisional di Jakarta, sedangkan tahun 1995 digunakan sebagai batasan akhir penelitian karena pada periode tersebut terjadi banjir pasang tertinggi sejak dibangunnya pusat perikanan di pelabuhan Muara Angke, yakni setinggi 1,5 meter. Banjir pasang sering terjadi di Muara Angke, tetapi banjir pasang tahun 1995 mempengaruhi kinerja pelabuhan Muara Angke sehingga berakibat pada penurunan penghasilan dan pemasaran ikan di tempat pelelangan ikan pelabuhan Muara Angke Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan pertama adalah untuk medeskripsikan kehidupan sosial dan ekonomi berbagai kelompok masyarakat di Muara Angke, antara lain nelayan, buruh angkut, dan pedagang ikan. Tujuan berikutnya adalah untuk melihat perkembangan kegiatan perikanan di Muara Angke serta kaitannya dengan perikanan laut Jakarta tahun Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan keberagaman mata pencaharian masyarakat berdasarkan pada beberapa faktor seperti letak wilayah dan sum ber daya alam. 9 8 Endang Rudiatin, Kepercayaan dan Kesetiaan Bentuk dan Fungsi Jaringan Sosial Nelayan Muara Angke Pantai Utara Jakarta, Tesis S2, Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 1997, hlm Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wcana, 2003).
6 Tinjauan Pustaka Penelitian lain mengenai masyarakat nelayan serta masyarakat di wilayah pelabuhan nelayan perlu ditinjau agar tidak terjadi kesamaan topik bahasan dengan skripsi ini. Buku yang berjudul Kehidupan Masyarakat Nelayan di Muncar 10 yang ditulis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perlu ditinjau karena buku ini memiliki kesamaan tema besar, yakni kehidupan masyarakat nelayan. Meskipun demikian, buku ini memiliki ruang lingkup spasial dan temporal yang berbeda. Buku ini juga tidak menggunakan sistematika penelitian sejarah karena tulisannya hanya fokus pada kehidupan masyarakat nelayan di Muncar tahun 1989 sehingga tidak dapat diketahui dinamika sosial dan ekonomi masyarakatnya secara komprehensif. Pujo Semedi dengan bukunya yang berjudul Close to The Stone, Far From The Throne The Story of A Javanese Fishing Community s menyajikan sebuah studi yang kronologis dan komprehensif mengenai nelayan di pantai utara Jawa. 11 Desa Wonokerto Kulon di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi objek penelitian dalam buku ini. Buku ini mendeskripsikan mengenai nelayan di Wonokerto dengan mengangkat tema kemiskinan yang melanda hampir seluruh nelayan. Selain itu, buku ini juga mendeskripsikan mengenai usaha penangkapan ikan 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kehidupan Masyarakat Nelayan di Muncar Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). 11 Pujo Semedi, Close to The Stone, Far From The Throne The Story of A Javanese Fishing Community, s (Yogyakarta: Benang Merah, 2003).
7 7 oleh nelayan serta hubungan antara nelayan dengan pemilik kapal dan pengusaha perikanan. Selain aspek sosial dan ekonom i, buku ini juga mengulas mengenai intervensi pemerintah dan partai politik terhadap masyarakat nelayan di Wonokerto. Secara spasial dan kontekstual, buku ini berbeda dengan skripsi ini ka rena buku ini fokus pada desa pantai Wonokerto dan kom unitas nelayannya sementara skripsi ini fokus pada perkembangan wilayah Muara Angke sejak dilakukan pemusatan kegiatan perikanan. Masyhuri dengan bukunya yang berjudul Menyisir Pantai Utara: Usaha dan Perekonomian Nelayan di Jawa dan Madura, juga perlu dibahas karena buku ini juga membahas mengenai perekonomian nelayan di wilayah pantai. Fokus penelitian dari buku ini adalah mengenai pertumbuhan usaha penangkapan ikan laut di Jawa dan Madura dalam kurun waktu satu abad dengan penulisan yang bersifat deskriptif-analitis. Buku ini menggambarkan secara lengkap mengenai aspek sosial, ekonomi, politik serta budaya dari masyarakat nelayan pada pertengahan abad 19 hingga pertengahan abad 20. Buku ini fokus mengenai nelayan tradisional beserta asosiasinya. 12 Buku berjudul Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai perlu ditinjau karena buku ini juga menuliskan mengenai kehidupan ekonomi masyarakat nelayan. Buku ini merupakan sebuah studi yang ditujukan untuk 12 Masyhuri, Menyisir Pantai Utara: Usaha dan Perekonomian Nelayan di Jawa dan Madura, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 1996).
8 8 pembangunan ekonomi pedesaan; dalam hal ini desa yang diangkat tidak berlokasi di hinterland, melainkan di pesisir pantai. Di dalam buku ini juga terdapat statistik mengenai kependudukan dan mata pencaharian masyarakat. Aspek ekonomi nelayan dalam buku ini dilihat dari sudut pandang kemiskinan di dua desa menggunakan studi komparasi dengan pendekatan ilmu antropologi. 13 Beberapa skripsi, tesis, maupun tugas akhir juga ada yang menggunakan Muara Angke sebagai ruang lingkup spasialnya, salah satunya adalah skripsi yang berjudul Pusat Kegiatan Masyarakat (Community Center) Pemukiman Nelayan Muara Angke. 14 Skripsi ini sekilas mendeskripsikan mengenai keadaan pemukiman dan pelabuhan Muara Angke, kemudian deskripsi tersebut digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan tata ruang pusat kegiatan pemukiman nelayan di Muara Angke. Skripsi ini juga secara sekilas membahas mengenai pola kehidupan masyarakat Muara Angke di pemukiman dan di pelabuhan. Berbeda dengan fokus skripsi diatas, tesis yang berjudul Kepercayaan dan Kesetiaan Bentuk dan Fungsi Jaringan Sosial Nelayan Muara Angke Pantai Utara Jakarta 15 menggambarkan mengenai hubungan yang terjalin antara nelayan dan pedagang di TPI Muara Angke serta kaitannya dengan keberhasilan pranata 13 Mubyarto, dkk, Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai (Jakarta: Rajawali, 1984). 14 Monique Ida Batuna, op.cit. 15 Endang Rudiatin, op. cit.
9 9 sosial/formal yang berfungsi sebagai pengatur segala kegiatan ekonomi nelayan sehingga terjadi keselarasan antara nelayan dan pedagang. Dalam hal ini, pranata sosial yang dimaksud adalah institusi pemerintah Metode dan Sumber Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terbagi dalam lima tahap, yakni pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi, interpretasi, dan penulisan sejarah. 16 Setelah dilakukan pemilihan topik, tahap selanjutnya adalah pengum pulan sumber. Sumber-sum ber yang digunakan berupa sumber tertulis maupun lisan. Pengumpulan sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber dari buku bacaan, data statistik, berita di koran atau majalah, serta wawancara yang berhubungan dengan aktivitas di Pelabuhan Muara Angke tahun Sumber tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari surat kabar dan data statistik tahun an serta buku-buku penunjang yang yang diperoleh di Perpustakaan Nasional, Perpustakaan KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan), Biro Pusat Statistik, Perpustakaan St. Kolese Ignatius, dan Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada. Berbagai sumber tertulis berupa data mengenai kegiatan operasional serta data mengenai pemukiman diperoleh dari UPT Pelabuhan Muara 16 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm. 90.
10 10 Angke. Sementara sumber lisan didapatkan dari wawancara yang bersifat informal dengan narasumber yang berasal dari kalangan nelayan dan masyarakat perikanan di Muara Angke. Setelah sumber-sumber tersebut terkumpul, selanjutnya dilakukan verifikasi sumber. Verifikasi sumber tertulis dilakukan dengan cara verifikasi internal dan eksternal. Verifikasi internal dilakukan untuk menguji keaslian isi tulisan dengan cara membandingkannya dengan sumber-sumber yang sezaman. Verifikasi eksternal dilakukan untuk menguji keaslian media yang digunakan sumber, seperti bentuk tulisan, bahasa, dan lain sebagainya. Sementara verifikasi sumber lisan dilakukan dengan cara melakukan perbandingan hasil wawancara dengan berbagai kelom pok masyarakat, seperti nelayan, pengolah, dan petugas UPT Pelabuhan Muara Angke agar didapatkan data yang bersifat objektif. Setelah dilakukan verifikasi, langkah selanjutnya adalah menginterpretasi sumber. Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. 17 Pada tahap ini dilakukan penafsirkan fakta-fakta dalam sum ber sejarah agar kemudian dapat disusun secara kronologis dengan menjunjung tinggi objektivitas penulisan. Sementara itu, penulisan sejarah dalam penelitian ini bersifat deskriptif-naratif. 17 ibid., hlm. 101.
11 Sistematika Penulisan Tulisan diawali dengan pengantar atau BAB I yang terdiri dari latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber penelitian, serta sistematika penulisan. Pada bagian selanjutnya, yaitu BAB II membahas mengenai kondisi kelingkungan dan kependudukan di Muara Angke pada Bab ini perlu ditulis agar pembaca mengetahui gambaran umum mengenai lingkungan Muara Angke serta kondisi um um masyarakat setempat. Bagian selanjutnya yakni BAB III membahas mengenai proses pemusatan kegiatan perikanan yang terjadi di Muara Angke. Selain itu, bab ini juga membahas mengenai tingkat produktivitas di tempat pelelangan ikan Muara Angke. Kemudian, bab ini juga membahas mengenai kemiskinan dan tidak adanya perubahan ekonomi di Muara Angke meskipun telah dilakukan pemusatan kegiatan perikanan serta adanya tingkat produktivitas yang tinggi di tempat pelelangan ikan Muara Angke. Bab IV membahas mengenai kelompok masyarakat yang terlibat dalam aktivitas perikanan serta peran masing-masing kelompok masyarakat di Muara Angke. Kelompok-kelompok tersebut antara lain nelayan (pemilik, pandega, dan pengolah), buruh angkut, dan pedagang. Agar tim bul pemahaman yang mendalam mengenai kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Muara Angke, pengetahuan akan kegiatan operasional di pelabuhan hingga pemasaran saja tidak cukup. Perlu adanya peninjauan menggunakan pendekatan sosial untuk menilai kualitas kehidupan sosial-
12 12 ekonomi masyarakat di pelabuhan ini. Kemudian, tulisan diakhiri dengan bab terakhir atau BAB V yang berisi kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA. Akhmad Fauzi, Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengolahan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
87 DAFTAR PUSTAKA Buku, Artikel dalam Buku, Skripsi, Thesis, dan Jurnal Akhmad Fauzi, Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengolahan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. Biro Pusat Statistik,
Lebih terperinciBuruh Angkut dan Keluarga Nelayan di Pelabuhan Muara Angke
Lembaran Sejarah Vol. 12 No.1 April 2016 Buruh Angkut dan Keluarga Nelayan di Pelabuhan Muara Angke R.A. NIDHA NADIA Mahasiswa Program Master Birmingham University, Birmingham Abstract This research examines
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI AREA
32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan lebih besar dari pada luas daratan. Hal ini berakibat pada luasnya bentang pantai yang membujur di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN PPI DAN TEMPAT WISATA PANTAI SENDANG SIKUCING DI KAB KENDAL
TUGAS AKHIR 36 Periode Januari Juni 2011 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN PPI DAN TEMPAT WISATA PANTAI SENDANG SIKUCING DI KAB KENDAL Diajukan untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara Keadaan umum Kota Jakarta Utara dikemukakan dalam subbab 4.1.1 sampai dengan 4.1.3 di bawah ini ; meliputi keadaan geografis, keadaan
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinci5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE
50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para
Lebih terperinci4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan
23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,
Lebih terperinci2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumber daya ikan cukup besar (6.520.100 ton/tahun), seperti tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang wilayahnya memiliki potensi kekayaan alam yang luas (Herman Haeruman, 1986: 2). Potensi kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciJURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO JUWANA PATI Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
103 V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata tujuh meter di atas permukaan laut. Terletak pada posisi 6 12 LS dan 106 48 BT. Luas wilayah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI
V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara. 1 lebih ini, tidak pernah beroperasi sebagai pelabuhan pelelengan ikan, sehingga. 1 Dirjen Perikanan 2000
I.1. BAB I PENDAHULUAN Lalar Belakang Indonesia adalah Negara Kepulauan yang besar wilayahnya merupakan lautan yang diperkirakan mengandung sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat potensial. Sampai
Lebih terperincipenelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat mensejahterakan rakyat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim
Lebih terperinciPangkalan Pedaratan Ikan Tambak Mulyo, Semarang TA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PNDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semarang merupakan salah satu kota yang berbatasan dengan Laut Jawa, salah satu wilayah berpotensi adalah wilayah Tambak Mulyo. Tambak Mulyo merupakan salah satu daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi
Lebih terperinciNOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, : a. bahwa
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.08/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan dan perikanan adalah salah satu sumber daya alam yang merupakan aset negara dan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi kesejahteraan suatu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan dihiasi oleh laut, selat, danau, dan kekayaan alam lainnya. Dua pertiga dari wilayah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi tentang Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan sebagian besar berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi tersebut menunjukkan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Selat Sunda secara geografis menghubungkan Laut Jawa serta Selat Karimata di bagian utara dengan Samudera Hindia di bagian selatan. Topografi perairan ini secara
Lebih terperinci5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peranan perikanan tangkap sebagai salah satu ujung tombak dari semua kegiatan perikanan disamping perikanan budidaya, menjadikan perikanan tangkap menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah
Lebih terperinciBAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN
BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.
Lebih terperinci6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE
76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.12/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI SUNGAILIAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulon Progo merupakan daerah yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua belum dikenal masyarakat luas. Salah
Lebih terperinciBAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN
BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.11/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU
V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/- 3.501,48 km 2, terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.10/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinci4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas
26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir
BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciSentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dengan ± 17.508 buah pulau, sekitar 5.8 juta km2 laut, dan 81.000 km pantai, memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat besar dan beragam. Peningkatan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hindia merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pantai selatan Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk mengembangkan kegiatan perikanan tangkap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Pusat Kota merupakan denyut nadi perkembangan suatu wilayah karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat Kota mengalami kecenderungan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN
1 PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN Ratna Wahyu Utami 1, Satti Wagistina 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 3 1 Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang 2 dan 3 Dosen Geografi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil dari pemekaran Provinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan melalui Undang-undang No. 23 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data
3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara
Lebih terperinci