BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. dalam interpretasi dan respon stres. Secara fisiologis, stres mengaktifkan aksis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. dalam interpretasi dan respon stres. Secara fisiologis, stres mengaktifkan aksis"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stres merupakan reaksi nonspesifik tubuh terhadap berbagai situasi yang mengancam (McEwen, 2000b). Otak merupakan organ tubuh utama yang terlibat dalam interpretasi dan respon stres. Secara fisiologis, stres mengaktifkan aksis hipothalamic-pituitary-adrenocortical (HPA) dan sistem simpatoadrenomedullaris. Pengaktifan aksis HPA menyebabkan pelepasan serangkaian hormon stres yang pada akhirnya akan memicu pelepasan glukokortikoid. Pengaktifan sistem simpatoadrenomedullaris menyebabkan pelepasan katekolamin meliputi noradrenalin pada sinaps dan adrenalin dari medula adrenal (dekloet et al., 2005; Joëls et al., 2007; Chrousos, 2009). Kedua hal tersebut akan menyiapkan tubuh menghadapi situasi yang mengancam. Berbagai macam stres, baik akut maupun kronis, dapat mengakibatkan gangguan memori (McEwen, 2000a; Sapolsky, 1999; dekloet, 2005). Beberapa penelitian tentang macam stres pada model hewan coba telah dilakukan, yaitu antara lain berupa stres immobilisasi ( restraint stress) kronik (Beck & Luine, 1999; Madrigal et al., 2006; Sousa et al., 2000), stres temperatur dingin (Stillman et al., 1998), stres psikologis yaitu dipapar predator berupa kucing atau musang (Mes ches et al., 1999; Plata-Salaman et al., 2000) dan stres listrik (Persoons et al., 1995). Akibat yang timbul karena stres tersebut dapat berupa gangguan fungsi memori, gangguan struktur maupun molekular yang berkaitan dengan memori.

2 2 Gangguan fungsi memori akibat stres antara lain dapat berupa penurunan kemampuan pengenalan objek (Beck & Luine, 1999), gangguan menyimpan informasi, dan gangguan pengingatan kembali informasi yang disimpan (McEwen, 1999). Hippocampus, yang merupakan salah satu regio otak yang berperan penting dalam belajar dan memori, terutama fungsi konsolidasi memori, merupakan struktur yang rentan terhadap stres (McEwen, 1999). Gangguan struktur yang terlibat dalam memori akibat stres dapat berupa perubahan plastisitas struktural yaitu remodelling dendrit sel pyramidal Cornu Ammonis (CA)3 hippocampus, penekanan neurogenesis neuron granula gyrus dentatus (McEwen, 1999), atrofi sel granula dan sel pyramidal CA1 hippocampus, kehilangan sinaps, perubahan morfologi mossy fiber bagian terminal, kerusakan neuron CA1 hippocampus (Sousa et al., 2000), kematian sel pyramidal CA1 dan CA3 (Sapolsky et al., 1999; Andersen et al., 2007), degenerasi neuron CA1 hippocampus (Simonian & Coyle, 1996), kerusakan neuron kholinergik (Keller, 1998), dan atrofi dendrit di CA3 hippocampus (Sousa et al., 2000; McEwen, 1999). Pada tingkat molekuler, respon stres kronik diperantarai oleh aktivitas hormon glukokortikoid. Glukokortikoid dapat mempengaruhi eksitabilitas, neurokimiawi dan plastisitas sel saraf melalui perantara dua reseptor kortikosteroid, yaitu tipe I (mineralokorti koid) dan tipe II (glukokortikoid). Karakteristik reseptor kortikosteroid tersebut adalah reseptor glukokortikoid (GR) mempunyai afinitas sepuluh kali lebih kuat dibanding reseptor mineralokortikoid (MR) dan memiliki distribusi luas di otak (dekloet et al., 2005). Peningkatan kadar glukokortikoid terbukti menghambat kaskade mitogen-activated protein kinase/extracellular signalregulated protein kinase (MAPK/ERK) yang berperan dalam transkripsi berbagai

3 3 jenis gen (Kumamaru et al., 2011). Glukokortikoid telah terbukti dapat menurunkan fosforilasi adenosine 3,5 -monophosphate (camp) -response element-binding protein (CREB) sebagai faktor transkripsi BDNF, sehingga dapat terjadi penurunan ekspresi Brain-derived Neurotrophic Factor (BDNF) (Gronli et al., 2006; Shi et al., 2010). Protein BDNF diyakini berperan penting dalam pembentukan memori (Cunha et al., 2010). Gangguan molekular yang terjadi akibat stres antara lain dapat berupa peningkatan kadar nitric oxide (NO) (Madrigal et al., 2006), peningkatan kadar kortikosteron darah (Mesches et al., 1999; Plata Salaman et al., 2000), peningkatan interaksi hormon steroid dengan reseptor glukokortikoid di hippocampus (McEwen, 1999), peningkatan kadar dopamin pada cortex prefrontal (Beck & Luine, 1999; Arncten, 1998), penurunan kadar asetilkolin di hippocampus (Stillman et al., 1998), dan peningkatan kadar norepinefrin di amygdala dan hippocampus (Beck & Luine, 1999). Besarnya pemakaian oksigen dan glukosa di otak akan meningkatkan kerentanan otak terhadap stres oksidatif (Huisman et al., 2012). Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan struktur deoxyribonucleic acid (DNA), meliputi terlepasnya ikatan DNA, delesi, dan modifikasi nukleosida (Prab hulkar & Li, 2010). Salah satu produk dari oksidasi nucleosida 2 -deoxyguanosine pada struktur DNA yang sering dijadikan sebagai penanda pada stres oksidatif adalah 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine (8-OHdG), yang mampu menggambarkan derajat terendah kerusakan oksidatif pada sel (Subash et al., 2010). Pada saat sekarang ini, banyak dikembangkan bahan alam untuk meningkatkan kecerdasan, antara lain Panax ginseng dan Ginko biloba, tetapi

4 4 harganya mahal dan sulit didapat. Di Indonesia, terdapat bahan alam yang murah dan mudah didapat, yaitu C. asiatica (Dalimartha, 2004), yang dikembangkan untuk mencegah gangguan memori. Centella asiatica mengandung beberapa zat kimia, antara lain terpenoid, fenol, dan alkaloid (Chong & Aziz, 2011). Kandungan terpenoid terbanyak adalah triterpenoid pentasiklik (Zheng & Qin, 2007). Derivat utamanya adalah asiatic acid, asiaticoside dan madecassoside (Orhan, 2012), yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat menembus sawar darah otak (Sudarsono et al., 2002) dengan cara menurunkan permeabilitas membran (Krishnamurthy et al., 2009). Kandungan fenol terbanyak adalah flavonoid (Chong & Aziz, 2011), yang merupakan antioksidan utama dan paling banyak dijumpai pada daun daripada bagian tumbuhan yang lain (Zainol et al., 2003). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa C. asiatica dapat meningkatkan daya ingat dan kecerdasan (Zh eng & Qin, 2007). Hal tersebut diduga karena C. asiatica mengandung faktor neurotrofik dan neuroprotektif. Faktor neurotrofik adalah faktor yang dapat menginduksi ketahanan sel (Hempstead, 2006), menstimulasi pertumbuhan sel saraf dan meningkatkan kompleksitas antar saraf (Jones et al., 2005), meningkatkan fungsi neuron (Reichardt, 2006), serta meningkatkan perbaikan akson (Soumyanath, 2005). Faktor neuroprotektif adalah faktor yang memberikan perlindungan kepada neuron terhadap degenerasi dan apoptosis, mencegah kematian sel-sel saraf (Mook -Jung et al., 1999) dan proteksi terhadap stres oksidatif (Hussin et al., 2007). Centella asiatica memiliki efek neuroprotektif terhadap stres oksidatif dengan cara menurunkan kadar kortikosteron

5 5 plasma dan radikal bebas intraseluler (Subathra et al., 2005) serta meningkatkan ekspresi protein BNDF dan neurotransmiter monoamin di otak (Xu et al., 2013). Centella asiatica dapat dipergunakan untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi pada anak yang mengalami retardasi mental, meningkatkan short term memory, dan meningkatkan kemampuan belajar melalui aksi nootropik yang melibatkan modulasi kolinergik dan gamma-aminobutyric acidergic (GABA-ergik). Diperkirakan peningkatan memori disebabkan oleh penurunan pengubahan monoamin sentral, melibatkan norepinephrine dan sistem 5-hydroxytryptamine (5-HT) pada proses belajar dan memori (Ramasamy, 2005). Kandungan asiatic acid mampu mencegah apoptosis sekaligus menghambat produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan Nitric Oxide (NO) (Zhang et al., 2012), mempercepat regenerasi akson serta meningkatkan pertumbuhan neurit (Soumyanath et al., 2005). Sedangkan kandungan madecassoside dapat meningkatkan ekspresi protein BDNF (Xu et al., 2013). Flavonoid terbukti dapat menghambat peroksidasi lipid pada stres oksidatif (Haleagrahara & Ponnusamy, 2010). Kandungan terpenoid dan fenol diyakini memiliki efek antioksidan (Subathra et al., 2005) dan antiapoptosis (Omar et al., 2011). Ekstrak C. asiatica dapat meningkatkan kadar enzim antioksidan (Kumar et al., 2009) serta menghambat NO (Hussin et al., 2007). Ekstrak air C. asiatica menghambat oksidasi lipid dan protein, sekaligus meningkatkan aktivitas antioksidan enzimatis, seperti glutathione S-transferase (GST), superoksid dismutase (SOD) dan katalase (CAT) (Subathra et al., 2005; Hussin et al., 2007). Aktivitas enzim antioksidan ekstrak etanol C. asiatica lebih tinggi daripada ekstrak air (Hamid et al., 2002).

6 6 Asiatic acid dan asiaticoside mampu mengurangi jumlah apoptosis dan mengurangi kadar radikal bebas intraselular (Mook -Jung et al., 1999). Asiaticoside melakukan peran neuroprotektif dengan cara menstabilkan kalsium intraseluler, menurunkan ROS dan mencegah penurunan mitochondrial membrane potential (MMP) sehingga dapat menurunkan jumlah apoptosis neuron. Penelitian yang dilakukan oleh Berman (2003) menunjukkan bahwa pemberian fraksi triterpenoid total secara kronik dapat meningkatkan konsentrasi puncak dalam plasma dan memperpanjang waktu paruh senyawa tersebut pada manusia. Pada uji toksisitas, ekstrak alkohol C. asiatica tidak menunjukkan adanya toksisitas hingga dosis 350 mg/kgbb saat diberikan secara intraperitoneal pada tikus (Bhavan, 1992). Ekstrak etanol C. asiatica mampu meningkatkan sintesis neurotransmiter yang terlibat dalam proses belajar dan memori seperti asetilkolin, noradrenalin, serotonin dan dopamin. Pemberian jus C. asiatica dengan dosis 4 ml/kgbb/hari dan 6 ml/kgbb/hari selama 4 dan 6 minggu menunjukkan peningkatan arborisasi dendritik neuron CA3 hippocampus pada tikus neonatus (Rao et al., 2006). Pembentukan memori melibatkan perubahan jangka pendek pada struktur elektrik otak serta perubahan jangka panjang yang melibatkan struktur pada sinaps. Perubahan jangka pendek meliputi terbentuknya long term potentiation (LTP) sedangkan perubahan jangka panjang yang melibatkan morfologi otak meliputi pertumbuhan neuropil dan sinaptogenesis (Yamada et al., 2002). Salah satu faktor yang berperan dalam proses LTP adalah BDNF, yang merupakan anggota dari famili neurotrophin, yang juga meliputi neural growth factor (NGF), neurotrophin-3 (NT- 3), serta neurotrophin-4/5 (NT-4/5) (Yamada et al., 2003). Pada penelitian yang dilakukan Patterson et al. (1996) yang menggunakan tikus mutan yang tidak

7 7 menghasilkan BDNF, maka proses LTP-nya akan mengalami gangguan, namun kerusakan ini dapat ditolong dengan pemberian BDNF rekombinan. BDNF merupakan famili neurotrophin yang berperan penting dalam proliferasi, diferensiasi dan kelangsungan hidup sel saraf (Bekinschtein et al., 2008). BDNF terlibat dalam pertumbuhan neurit, transmisi sinaps serta sintesis neurotransmiter dengan berikatan pada tropomyosin-receptor kinase B (TrkB) (Binder & Scharfman, 2004). Ekspresi BDNF pada otak paling banyak ditemukan di hippocampus (Bekinschtein et al., 2008). Beberapa bukti mendukung peran BDNF dalam proses belajar dan pembentukan memori. Terdapat korelasi yang baik antara ekspresi messenger ribonuclei acid (mrna) BDNF dengan performa perilaku menggunakan berbagai macam uji memori dan belajar. Sehingga, proses belajar yang terutama melibatkan hippocampus, seperti uji Morris water maze, berhubungan dengan perubahan pada ekspresi mrna BDNF pada hippocampus (Yamada et al., 2002). Suatu penelitian yang menggunakan infus oligonukleotida antisens BDNF intraserebrovaskular secara kontinu untuk menghambat sintesis BDNF pada tikus ternyata menimbulkan penurunan fungsi pada uji maze radial. Hal ini menunjukkan pentingnya sintesis BDNF dalam proses pembentukan memori spasial, begitu juga dengan retensi memori serta recall (Mizuno et al., 2000). Beberapa penelitian yang menghubungkan antara pengaruh stres terhadap kadar dan ekspresi BDNF pada tikus memunculkan hasil yang berbeda-beda. Stres, baik akut maupun kronik, mempengaruhi sintesis BDNF di otak. Stres akut dapat meningkatkan ekspresi protein BDNF (Bland et al., 2007; Molteni et al., 2001), sedangkan pada stres kronik menurunkan ekspresi protein BDNF (Gronli et al.,

8 8 2006; Shi et al., 2010). Pada penelitian lain didapatkan peningkatan signifikan protein dan mrna BDNF pada hippocampus tikus usia muda dan tua dengan induksi stres akut, sedangkan stres ringan berulang yang kronik dapat menimbulkan penurunan ekspresi protein dan mrna BDNF pada hippocampus kedua kelompok umur tikus (Shi et al., 2010). Sedangkan penelitian lain menyebutkan jika tikus dipaparkan pada stres ringan kronis maka ekspresi BDNF pada gyrus dentatus mengalami penurunan sedangkan pada bagian hippocampus lain tidak mengalami penurunan (Gronli et al., 2006). BDNF berperan penting dalam proses belajar dan pembentukan memori, namun kemampuan BDNF untuk melewati sawar darah-otak adalah rendah. Hal ini menyebabkan sulitnya pemanfaatan protein BDNF sebagai neuroprotektor (Allen & Dawbarn, 2006). Akhir-akhir ini tengah dikembangkan antioksidan alami pada pengobatan tradisional dan modern, yang mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi (Zainol et al., 2003), mengandung faktor neurotrofik dan neuroprotektif, dan mempunyai kemampuan melewati sawar darah-otak ( Krishnamurthy et al., 2009) yaitu C. asiatica (Mitra et al., 2007). Penelitian mengenai pengaruh C. asiatica dalam mengatasi gangguan memori telah banyak dilakukan, namun apakah C. asiática bekerja melalui jalur peningkatan kadar BDNF, belum diketahui. Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang mengkaji beberapa aspek (fungsional, struktural, imunohistokimiawi dan immunoassay) secara komprehensif mengenai bagaimanakah sebenarnya mata rantai proses pengaruh C. asiatica terhadap memori pascastres. Selain itu, oleh karena BDNF tidak hanya diekspresikan di otak tetapi juga di organ lain, maka perlu dilakukan pengukuran kadar BDNF serum dan kadar BDNF hippocampus.

9 9 I.2. Perumusan Masalah Sejauh ini sudah dilakukan penelitian-penelitian mengenai Centella asiatica dan memori. Namun demikian masih ada yang belum diungkapkan, yaitu kajian komprehensif perubahan struktural, fungsional dan molekular pemberian Centella asiatica terhadap memori pascastres kronis. Stres, baik akut maupun kronik, dapat mengakibatkan gangguan memori. Gangguan memori yang terjadi dapat berupa gangguan fungsional (misalnya penurunan fungsi memori spasial), gangguan struktural (misalnya kerusakan neuron), maupun molekular (perubahan ekspresi BDNF dan NO). Centella asiatica merupakan salah satu bahan alam yang dikembangkan untuk mencegah gangguan memori pascastres. Berdasarkan tinjauan pustaka, latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka dapat diajukan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak etanol daun C. asiatica meningkatkan memori spasial pascastres? 2. Apakah ekstrak etanol daun C. asiatica meningkatkan BDNF serum pascastres? 3. Apakah ekstrak etanol daun C. asiatica meningkatkan BDNF hippocampus pascastres? 4. Apakah ada hubungan antara kadar BDNF dengan memori spasial pascastres? 5. Apakah ada hubungan antara kadar NO serum dengan memori spasial pascastres?

10 10 I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji efek neurotrofik dan neuroprotektif ekstrak etanol daun C. asiatica terhadap memori spasial, kadar BDNF dan Nitric Oxide pada tikus pascastres listrik kronik. I.3.2. Tujuan khusus Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mengungkapkan efek neuroprotektif ekstrak etanol daun C. asiatica terhadap memori spasial pascastres 2. Mengungkapkan efek neuroprotektif ekstrak etanol daun C. asiatica terhadap kadar BDNF serum pascastres 3. Mengungkapkan efek neuroprotektif ekstrak etanol daun C. asiatica terhadap kadar BDNF hippocampus pascastres 4. Mengungkapkan hubungan antara kadar BDNF dengan memori spasial pascastres 5. Mengungkapkan hubungan antara kadar NO serum dengan memori spasial pascastres

11 11 I.4. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek terapetik C. asiatica telah banyak dilakukan, antara lain kajian: pengaruh pemberian C. asiatica terhadap kognisi dan neurogenesis pada tikus neonatus (Rao et al., 2005; Soumyanath et al., 2005), efek protektif C. asiatica terhadap neurotoksisitas (Mook -Jung et al., 1999) dan stres oksidatif ( Kumar & Gupta, 2003), efek C. asiatica terhadap neurogenesis yaitu peningkatan yang signifikan pada panjang dendritik dan titik percabangan dendritik dari dendrit apikal dan basal pada CA3 hippocampus tikus dewasa (Gadahad et al., 2008). Penelitian pengaruh stres berulang selama 21 hari terhadap hippocampus menunjukkan stres menyebabkan perubahan morfologis CA3 hippocampus berupa atrofi dendritik neuron pyramidal (Magarinos et al., 1996) dan paparan stres yang bersifat kronik dalam jangka panjang akan menyebabkan kematian neuron CA1 dan CA3 di tikus dan hewan menyusui sehingga akan berakibat penurunan kemampuan memori (Andersen et al., 2007). Pengaruh paparan stres listrik kronik selama 40 hari terhadap kadar BDNF dan ekspresi protein TrkB, serta ekspresi protein extracellular signal-regulated protein kinase (ERK)1/2 dan Akt sebagai downstream signaling BDNF di hippocampus pada tikus putih, hasilnya menunjukkan adanya penurunan kadar BDNF dan ekspresi protein TrkB, serta ERK1,2 dan Akt di hippocampus (Banerjee et al., 2012). Penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh 1). Rao et al.(2007) yang mengkaji tentang pemberian C. asiatica terhadap memori. Perbedaannya, pada penelitian tersebut dosisnya 2,4, dan 6 ml/kg dari daun segar, durasi pemberiannya 2, 4 dan 6 minggu dan uji memorinya menggunakan uji

12 12 T- Maze, 2). Penelitian Luo et al. (2014) tentang neuroprotektif C. asiatica terhadap stres dan level NO. Perbedaannya, pada penelitian tersebut dosisnya 6, 12 dan 24 mg/kg, pemberiannya intra vena, dan stres berupa focal cerebral ischemia reperfusion injury, pemeriksaan nitric oxidenya memakai metode (Reverse transcription-polymerase chain reaction) RT-PCR, 3). Penelitian Aleisa et al. (2006) tentang stres, BDNF hippocampus dan memori spasial. Perbedaannya, pada penelitian tersebut stres yang digunakan adalah stres psikososial, metode pengukuran BDNF dengan Western Blot dan memori diukur menggunakan uji elektrofisiologis, dan 4). Penelitian Xu et al.( 2013) tentang C. asiatica dan BDNF. Perbedaannya, pada penelitian tersebut yang diberikan adalah madecassoside, salah satu komponen C. asiatica, dosisnya 1 ml/kg, dan BDNF yang dianalisis adalah BDNF dari striatum saja. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian secara komprehensif tentang efek neurotrofik dan neuroprotektif ekstrak etanol daun C. asiatica terhadap tampilan memori spasial, kadar BDNF serum, kadar BDNF hippocampus dan kadar NO serum pada tikus pascastres listrik kronik. Tampilan memori yang diukur pada penelitian ini adalah akuisisi memori dan retensi memori. Tampilan akuisisi memori spasial dinilai dengan metode hidden platform test dengan menggunakan alat uji Morris Water Maze dengan parameter escape latency test berdasarkan waktu, jarak dan kecepatan tikus dalam mencapai platform, sedangkan tampilan retensi memori dinilai dengan menggunakan metode probe test, berdasarkan parameter persentase waktu dan persentase panjang lintasan berada pada kuadran target. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kadar BDNF serum secara serial, kadar BDNF retroorbital, kadar BDNF hippocampus, dan kadar NO serum tikus dengan metode

13 13 semikuantitatif enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Pengukuran kadar BDNF serum serial pada tikus dilakukan sebelum dan setelah uji water maze serta sebelum dan setelah pemberian Centella asiatica pascastres listrik, sedangkan pengukuran kadar BDNF retroorbital, kadar BDNF hippocampus dan kadar NO serum tikus dilakukan pada akhir penelitian setelah tikus diterminasi. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan immunohistokimiawi 8-OHdG di hippocampus tikus, untuk mengetahui lokasi sel yang immunoreaktivitas positif terhadap substansi tersebut di hippocampus. I.5. Manfaat Penelitian Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi dunia ilmu pengetahuan kedokteran, khususnya dalam bidang neuroanatomi, neuropsikobiologi, dan neurofarmakologi mengenai efek neurotrofik dan neuroprotektif C. asiatica terhadap memori. I.5.2. Manfaat praktis Penerapan penggunaan C. asiatica sebagai neuroprotektor dalam pencegahan maupun pengobatan kemunduran memori karena stres kronis. Centella asiatica, yang memiliki efek antioksidan tinggi, diharapkan dapat dikembangkan sebagai obat herbal terstandar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan. kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan. kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan mengingat kembali berbagai informasi dalam menjalani kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beban dalam bekerja akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi oksidasi nitrat oksida (NO) atau reaksi reduksi senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum pernah mendapat perlakuan, usia 4-5 bulan, sehat, siap kawin dan bunting. Tikus dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat menyebabkan masalah kesehatan yang disebut fluorosis. Fluorosis merupakan gangguan degeneratif yang diakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak perubahan. Hal ini terlihat dengan meningkatnya penggunaan handphone (Hp). Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari. Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan nomor 19/Ka.Kom.Et/70/KE/III/2016.

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN. 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak

BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN. 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak 62 BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia memiliki pasar yang besar dan cepat berkembang dalam teknologi handphone. Pada tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap gambaran histopatologis testis tikus yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. faktor keturunan. Faktor-faktor tersebut dapat beraksi sendiri ataupun saling

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. faktor keturunan. Faktor-faktor tersebut dapat beraksi sendiri ataupun saling 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Proses patologis sering terjadi sebagai bentuk adaptasi tubuh akibat pengaruh lingkungan yang abnormal. Terdapat beberapa agen yang berbahaya bagi tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah mengajukan izin kelayakan penelitian ke Komite Etik FK UII dengan nomor protokol 12/Ka.Kom.Et/70/KE/XII/2015. Hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam segala aktivitas manusia memori selalu terlibat. Berdasarkan jangka waktunya, memori dibagi menjadi memori jangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang mekanisme kerja otak mengalami lompatan yang luar biasa. Hasil penelitian yang telah diperoleh saat ini sangat bermanfaat untuk kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/) 92 PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan bukti empiris menunjukkan bahwa pegagan yang kaya mineral, bahan gizi dan bahan aktif telah lama digunakan untuk tujuan meningkatkan fungsi memori. Hasil analisa kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak, serta dapat disebabkan oleh faktor keturunan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al.,

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan suatu gangguan ansietas pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., 2013). Para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Daya ingat atau memori adalah proses penyimpanan dan pengeluaran kembali informasi yang didapat dari proses belajar. 1 Berdasarkan durasi, memori dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam aktivitas sehari-hari, setiap orang memerlukan memori yang baik. Pada dasarnya, memori pada manusia terbagi atas 3 jenis, yakni memori jangka pendek, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran yang menonjol ke luar sel Melalui permukaan sel ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah membuktikan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya (SDM) dan SDM sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan sejak dini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, perubahan fungsi kognitif seseorang menjadi salah satu masalah sosial yang dihadapi oleh semua orang. Hal ini dikarenakan, perubahan fungsi kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun dalam bentuk ramuan. Tanaman ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori jangka pendek adalah memori yang bertahan selama beberapa detik hingga menit, tanpa disadari memori tersebut sering diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flufenazin dekanoat Fluphenazine adalah derivat fenotiazin dan termasuk ke dalam sub famili piperazine. Golongan piperazine adalah derivat fenotiazin yang paling kuat (efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demi terpenuhinya kebutuhan hidup primer manusia seperti, pangan, sandang, dan papan, manusia membutuhkan suatu pekerjaan yang erat kaitannya dengan aktivitas

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2). 53 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik, progresif dengan hiperglikemia sebagai tanda utama karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah digunakan per tahun dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Monosodium Glutamat (MSG) sudah lama digunakan diseluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino (Geha et al., 2000), dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium sakarin dengan rumus kimia (C 7 H 5 NO 3 S) dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang harus menyesuaikan dengan kebutuhan itik yang tergolong unggas air, kebutuhan air bagi itik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah mengenal kehidupan di tempat tinggi sejak ribuan tahun lalu. Secara alami telah terjadi proses adaptasi fisiologis sebagai mekanisme kompensasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh infusa daun murbei (Morus alba L.) terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh infusa daun murbei (Morus alba L.) terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh infusa daun murbei (Morus alba L.) terhadap kadar antioksidan dan kemampuan daya ingat tikus (Rattus norvergicus) model diabetes kronik dapat diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat bergantung pada daya ingat untuk melakukan berbagai aktivitas seperti sekolah dan bekerja. Daya ingat ini sangat berkaitan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA PEREMPUAN DEWASA

PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA PEREMPUAN DEWASA ABSTRAK EFEK AIR PERASAN BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia [Christm & Panz] Swingle) TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA PEREMPUAN DEWASA Febe Novia Rahardja, 2014; Pembimbing I : Dr. Sugiarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kerusakan pada saraf tepi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Dua etiologi utama penyebab kerusakan saraf tepi adalah trauma dan tindakan operasi. Trauma memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak digunakan di dunia. Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) digunakan untuk mengontrol gulma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kognitif merupakan kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan (Gagne, 2004). Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut dan reagensia (Syabatini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat

(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat Reseptor terhubung protein G (G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat merupakan keluarga terbesar reseptor permukaan sel menjadi mediator dari respon seluler berbagai molekul, seperti: hormon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker penyebab kematian di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara di Amerika pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah menuntut manusia beraktifitas dengan serba cepat di segala bidang kehidupan, termasuk dalam hal inovasi dan kreasi. Hasil inovasi dan kreasi telah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah Ekstrak daun salam memiliki kandungan alkaloid, saponin, quinon, fenolik, triterpenoid, steroid dan flavonoid. Stres oksidatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya ingat atau memori sangat dibutuhkan manusia dalam melaksanakan kegiatannya sehari hari, dan dengan semakin meningkatnya kegiatan manusia jaman sekarang, terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

ÄÄÄ Äd dd. þþþ ;;; $ Β

ÄÄÄ Äd dd. þþþ ;;; $ Β ššš tt uu!! xx ;;; uu ßß ÄÄÄ Äd dd rr þþþ ÎÎ ss yy yy ss ss ss nnyy $$ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an telah menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Doksorubisin adalah senyawa golongan antrasiklin bersifat sitotoksik hasil isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, perilaku merokok terus meningkat dan telah menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN Pengukuran aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus percobaan pada keadaan hipoksia hipobarik akut berulang ini dilakukan berdasarkan metode Mates et al. (1999) yang dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah di dunia. Salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah di dunia. Salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah di dunia. Salah satu komoditas rempah penting yang dihasilkan di Indonesia yaitu lada hitam. Lada hitam dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci