EPISTIMOLOGI FIQH : BAGAIMANA FIQH DIPRODUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EPISTIMOLOGI FIQH : BAGAIMANA FIQH DIPRODUK"

Transkripsi

1 EPISTIMOLOGI FIQH : BAGAIMANA FIQH DIPRODUK Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Oleh: Syaifuddin 1 ABSTRAK Fiqh sebagai kristalisasi reflektif dari penalaran mujtahid atas teks hukum (syari at) selalu sarat dengan muatan ruang dan waktu yang melingkupinya. Fiqh bukan lahir dari ruang yang hampa, melainkan terlahir di tengah dinamika pergulatan kehidupan masyarakat sebagai jawaban solusi atas problematika aktual yang muncul. Dan fiqh itu harus ada untuk menjawab problema yang terjadi, sebagai pedoman kehidupan praktis di tengah masyarakat. Agar mencapai produk fiqh yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, seorang faqih setidaknya memahami aspek kebahasaan dan subtansi syari at. Di samping itu, yang perlu dimiliki seorang faqih adalah pemahaman Syari at dan juga pemahaman realitas yang memadai agar diperoleh produk fiqh yang up to date dan relevan dengan situasi kekinian. Di sinilah, pentingnya kita memahami epistemologi fiqh. Key Word: fiqh, istinbath, epistemologi Pendahuluan Fiqh sebagai sesuatu yang digali (al-muktasab) menujukkan kepada sebuah pemahaman, bahwa fiqh lahir melalui serangkaian proses penalaran dan kerja intelektual yang panjang sebelum pada akhirnya dinyatakan sebagai hukum praktis. Produk fiqh tidak hanya hasil dari penalaran intelektual berdasarkan logika-logika keilmuan tertentu, tapi juga kerja ilmiah ijtihadiyah. Agar segala ketentuan hukum yang terkadung dalam syari at bisa diamalkan oleh manusia, maka manusia harus bisa memahami segala ketentuan yang dikehendaki oleh Allah yang terdapat dalam syari atnya. 2 Apa yang difahami oleh manusia dari syari at itu, bukan lagi dikatakan syari at, melainkan dinamakan fiqh. Secara etimologi fiqh berarti 1 Staf Pengajar Sekolah Tinggi Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember dan Dosen Tetap STAIN Jember. 2 Amir Syarifuddin, dalam Filsafat Hukum Islam, Muhammad Ismail syah (Jakarta: Bumi Aksara 1992), 16 37

2 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 pemahaman yang mendalam. Sedang fiqh dalam arti terminologi menurut para ulama adalah Ilmu tentang hukum-hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang digali atau diambil dari dalil-dalil tafsili. 3 Menggali hukum (fqh) dari dalil tafsili ini disebut dengan Istimbat. Istimbath adalah upaya seorang ahli fiqh dalam menggali hukum (fiqh) dari sumber-sumbernya. Dari segi etimologi istimbat berasal dari kata kerja, nabatha, yanbuthu yang berarti air yang mula-mula keluar dari sumur yang. Kata kerja tersebut kemudian dijadikan bentuk transitif, sehingga menjadi anbatha dan istimbath yang berarti mengeluarkan air dari sumur (sumber tempat bersembunyinya air). Jadi kata istinbath pada asalnya berarti usaha mengeluarkan air dari sumber tempat persembunyiaannya, Istilah tersebut identik dengan istilah ijtihad dalam Ushul fiqh. 4 Upaya yang demikian ini tidak membuahkan hasil yang memadai, melainkan dengan menempuh cara-cara pendekatan yang tepat, yang ditopang oleh pengetahuan yang memadai, terutama menyangkut sumber hukum. Ali Hasbullah melihat ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh ulama ushul fiqh dalam melakukan istinbath, a) pendekatan melalui kaidah-kaidah kebahasaan, b) pendekatan melalui pengenalan makna atau maksud syara. 5 Setiap objek kajian dalam keilmuan harus didekati dengan kajian keilmuan yang tepat sesuai dengan karakter objek keilmuan yang akan dikaji tersebut, karena setiap objek kajian itu mempunyai muatan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, jika yang akan menjadi objek kajian di sini adalah istinbath hukum, maka pendekatan yang akan diterapkan haruslah pendekatan melalui kaidahkaidah kebahasaan dan maqashid al-syari ah. Pendekatan melalui kaidahkaidah kebahasaan ialah karena kajian akan menyangkut nash (teks) syari ah, sedangkan pendekatan melalui maqashid al-syari ah adalah, karena kajian akan menyangkut kehendak syari, yang hanya mungkin dapat diketahui melalui kajian maqashid al-syari ah. 6 Teks Syari ah yang ada dalam al-qur an dan al-sunnah dituangkan dalam bahasa Arab. Maka untuk dapat memetik (mengistinbathkan) hukum-hukum yang dikandungnya, mujtahid yang akan menggali hukumhukumnya harus memahami secara komprehensip. Oleh karena it ia harus mengetahui seluk beluk bahasa Arab, sebagai bahasa al-qur an dan al- 3 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Beirut: Daru al-fikr, 1958), 6 4 Ibrahim Husen, dalam Ijtihad dalam Sorotan, Haidar Baqir (Bandung: Mizan, 1988), 25 5 Ali Hasballah, Ushul al-tasyri Al-Ismaiy (Mesir: Daru al-ma arif, 1971), 3 6 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad as-syaukani (Jakarta: Logos, 1999),38 38

3 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Hadis. Satu hal yang tidak masuk akal kalau ada seorang yang tidak memahami bahasa Arab akan dapat mengistinbathkan hukum secara memuaskan dari al-qur an dan al-hadis yang berbahasa Arab. Oleh karena itu Al-Ghazali menyebut kaidah kebahasaan sebagai pilar ushul fiqh, yang dengannya para mujtahid dapat menggali dan mengistinbathkan dari sumber-sumbernya. 7 Pendekatan melalui kajian kebahasaan, telah menyita sebagian besar dari kitab-kitab ushul fiqh klasik. Hal demikian memang wajar, karena untuk mengistinbathkan suatu hukum (fiqh) dari sumbernya yang berbahasa Arab, tentu diperlukan kajian kebahasaan yang mendalam. Dalam hal ini ulama ushul fiqh besar sekali perhatiannya terhadap uslub bahasa nash, gaya bahasanya dan susunan katanya, kemudian untuk dijadikan kaidah-kaidah pokok bahasa sebagai dasar dalam rangka istinbath hukum. Syara memang tidak mengatur kaidah-kaidah bahasa, tapi para ulama lah (ushul fiqh) yang meneliti dan menetapkan adanya lafadh yang terang maknanya dan yang tidak terang maknya dalam nash al- Qur an dan al-hadis, adanya dalalah lafadh. Lafadh am, khash, mutlak, muqayyad, amar, nahi dan sebagainya Dengan adanya penetapan kaidah-kaidah mengenai bahasa ini, akan tampak dengan jelas kemahiran ulama ushul dalam istinbath hukum yang terkandung dari berbagai keterangan nash dengan melalui ilmu bahasa yang sangat tinggi, sehingga hilanglah kesulitan-kesulitan yang muncul karena bahasa nash tersebut dalam rangka menjelaskan tentang tafsir dan takwil atas nash. 8 Kalau pendekatan kebahasaan terhadap sumber-sumber hukum Islam dititik beratkan pada pendalaman sisi kaidah-kaidah kebahasaan untuk menemukan suatu makna tertentu dari teks-teks suci, maka dalam pendekatan melalui maqashidu al-syari ah kajian lebih dititik beratkan pada melihat nilai-nilai yang berupa kemaslahatan manusia dalam setiap taklif yang diturunkan Allah. Pendekatan dalam bentuk ini penting dilakukan, terutama sekali karena ayat-ayat hukum dalam al-qur an terbatas jumlahnya, sementara permasalahan masyarakat senantiasa muncul. Dalam menghadapi berbagai permasalahan melalui pengetahuan tentang tujuan hukum, maka pengembangan hukum melalui istimbath akan dapat dilakukan. Kajian tentang maqashid al-syari ah, bertolak dari asumsi bahwa segenap syari at yang diturunkan Allah senantiasa mengandung kemaslahatan bagi hamba-nya untuk masa sekarang (di dunia) dan 7 Al-Ghazali, Al-Mustashfa min Ilmi al-ushul I (Beirut: Daru al-fikr al-ilmiyah, tt),315 8 HA. Djazulu, Ushul Fiqh :Metodologi Hukum Islam (Jakarta: Rajawali, 2000),232 39

4 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 sekaligus masa yang akan datang (di akhirat). 9 Maqashid al-syari ah yang secara subtansial mengandung kemaslahatan, menurut Syatibi dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang Syari (yaitu pembuat hukum, Allah), kedua maqashi Al-Mukallaf tujuan mukallaf). 10 Dilihat dari sudut tujuan pembuat hukum, maqashid al-syari ah mengandung empat aspek, yaitu : 1. Tujuan awal syari membuat syari at adalah kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat 2. Penetapan syari at sebagai suatu yang harus difahami 3. Penetapan syari at sebagai hukum taklif yang harus dilaksanakan 4. Penetapan syari at guna membawa manusia ke bawah lindungan hukum 11 Adapun tujuan syari at ditinjau dari sudut tujuan mukallaf ialah agar setiap mukallaf mematuhi keempat tujuan syari at yang ditentukan oleh syari di atas, sehingga tercapai tujuan mulia syari at, yakni tujuan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Mengingat ijtihad itu merupakan upaya untuk mengetahui dan mendapatkan hukum syara secara optimal, dan upaya itu untuk memahami maqashid al-syari ah 12. Oleh karena itu Al-Syatibi menempatkan pengetahuan atas maqashid al-syari ah merupakan syarat pertama bagi seorang yang akan melakukan ijtihad, setelah itu baru diikuti oleh syarat kedua, yaitu kemampuan menarik kandungan hukum secara deduktif atas dasar pengetahuan bahasa Arab, al- Qur an, al-sunnah, dan ilmu-ilmu bantu yang lain. 13 Sehubungan dengan maqashid al-syari ah ini al-syaukani mengatakan, Orang yang berhenti pada lahir nash atau hanya melakukan pendekatan melalui pendekatan lafdhiyah (tekstual) serta terikat nash yang juz i dan mengabaikan maksud- maksud terdalam dari pensyari atan hukum, ia akan terjerumus pada kesalahan-kesalahan dalam ijtihad. 14 Fiqh sebagai produk istimbath yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang dijadikan sumber pengambilannya melalui penafsiran resmi dari syari sendiri, mengkaji kaidah-kaidah bahasa dalam pemberian makna suatu lafadh, dan meneliti terhadap latarbelakang, hikmah dan rahasia penetapan suatu hukum. 9 Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi ushul al-syari ah II, (Beirut: Dar al-fikr al-ilmiyah, 1991), Ibid, 2 11 Ibid, 2 12 Ibid, Ibid, Al-Syaukani, Irsyadul Fuhul Ila Tahqiqi al-haq min Ilmi al-ushul (Beirut: Dar Al-Fikr, tt),

5 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Fiqh sebagai Produk Interaksi antara Konteks dengan Teks Penting sekali ditegaskan disini adalah, bahwa munculnya kesadaran umat, terutama dalam dunia fiqh, tidak terjadi dalam sekali waktu, tetapi berproses panjang mengikuti alur perjalanan waktu dan luasnya wilayah di mana umat Islam itu berada. Hal ini menandakan bahwa fiqh punya karakter merespon gerak perubahan waktu dan tempat. Dalam perkembangan terakhir ini, meskipun samar-samar, kita menyaksikan munculnya kegairahan baru dikalangan para Ulama dalam merespon perkembangan baru. Mereka menawarkan fiqh perkembangan dan juga menampakkan konsennya yang besar terhadap kepedulian sosial. Karenanya dalam banyak hal, mereka mengajukan pendekatan transformatif dalam memahami fiqh dan mencari relevansinya dengan masalah-masalah kekinian. Fuqaha dipandang gagal jika tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat, dalam perkembangan yang sedemikian rupa, sehingga muncul kesenjangan antara fiqh secara teoritis dengan kenyataan masyarakat secara praktis. Pendekatan ini mengajak pada suatu pemahaman yang lebih dinamis dan tidak kaku, yaitu dengan menggabungkan pemahaman tarikh tasyri dengan sosiologi hukum. 15 M.Atho Mudzhar dalam pidato pengukuhan Guru Besar Hukm Islam mengatakan, Penetapan pendekatan sosiologi dalam studi Hukum Islam berguna untuk memahami secara lebih mendalam gejala-gejala sosial di seputar hukum Islam, sehingga dapat membantu memperdalam pemahaman hukum Islam doktrinal, baik pada tatanan hukum azaz maupun normatif, dan juga pada gilirannya memahami dinamika Hukum Islam. 16 Dengan memahami tarikh tasyri dan dengan bantuan pendekatan sosiologi, kita akan tahu pengembangan wawasan fiqih yang memungkinkan mereka mereka menangkap makna kontekstual dari rumus-rumus tekstual yang sudah baku dalam ilmu fiqh, yang kemudian kita kembangkan sesuai dengan tuntutan yang relevan demi kesempurnaan fiqh itu sendiri. Dari sosiologi hukum kita sudah mengetahui bahwa sasaran dalam ilmu fiqh adalah manusia serta dinamika dan perkembangan merupakan masyarakatnya, yang kesemuanya itu merupakan gambaran nyata dari perbuatan mukallaf yang tidak bisa lepas dari dari hukum (wajib, sunnah, mubah, haram, dan makruh) menurut perspektif fiqh. Hal ini menunjkkan bahwa fiqh tidak bisa lepas dari keterkaitannya dengan konteks-konteks kehidupan nyata dan dinamis. Gambaran demikian ini dapat kita baca bilamana kita menelusuri cara-cara interpretasi yang menghubungkan satu 15 Mun im Assiri, Sejarah Fiqh Islam sebuah Pengantar (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), M. Atho Mudzhar,dalam, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (Paramadina, Jakarta, 1995), 57 41

6 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 hukum dengan latarbelakang kontekstual lingkungannya yaitu dengan memperhatikan dan mempertimbangkan apa yang disebut Asbab al-nuzul dan Asbabu al -wurud (sosio historisnya). Demikian juga kalau kita menelusuri cara-cara pemecahan masalah yang ditempuh para fuqaha dengan adanya tingkatan-tingkatan pemecahan melalui pertimbangan dlaruriyat, hajiyah dan tahsiniyah. Ini berarti kondisi-kondisi kontekstual mulai dari yang terburuk sampai yang terbaik turut dipertimbangkan dalam suatu tuntutan hukum syara, sehingga konteks fiqh dengan kehidupan riil selalu komunikatif, sehingga fiqh akan selalu baru dan kontekstual Fiqh sebagai sesuatu yang digali, menunjukkan pada sebuah pemahaman, bahwa fiqh lahir melalui serangkaian proses penalaran dan kerja intlektual yang panjang sebelum pada akhirnya dinyatakan sebagai hukum praktis. Produk fiqh tidak hanya dari hasil penalaran intlektual berdasarklan logika-logika keilmuan tertentu tetapi juga kerja ilmiah ijtihadiyah Dari kajian kajian sosiologi hukum (tarikh tasyri ), para pakar sosiologi hukum, Sudjono SH, menyimpulkan bahwa pengaruh timbal balik antara perubahan sosial dan hukum secara mendasar ditemukan dalam sifat dan watak hukum dan peranannya dalam kehidupan sosial dan tuntutan-tuntutan dalam masyarakat yang didorong oleh berbagai faktor yang bergerak dalam kehidupan masyarakat. 17 Jika boleh disimplifikasikan, sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting yang mesti diajukan untuk keperluan mediasi teks dan realitas (konteks) di atas. Pertama, penguasaan makna dan arah tujuan sebuah teks diproduksi. Pemahaman seperti ini penting agar reproduksi makna yang dilahirkan dari sebuah teks tidak bergeser dari kerangka dasar maksud syari (pembuat syari ah) yang muaranya tak lain untuk kemaslahatan hamba. Kedua, pengamatan realitas sosial dimana komunitas hukum (mukallaf) hidup baik secara individu maupun masyarakat. Penghayatan kondisi sosial mukallaf sangat perlu agar penerapan sebuah produk hukum tidak mereduksi kepentingan dan kemaslahatan mereka sendiri. Ketiga, penempatan makna teks terhadap realitas. Dengan unsur ketiga ini, seorang mujtahid tidak semata bertugas memproduksi hukumhukum oprasional sesuai mekanisme istidlal yang diperlukan, tetapi lebih dari itu bagaimana sebuah produk ijtihad dapat diterapkan secara konteks sosiologis yang tepat guna Sudjono D, Sosiologi Hukum : Studi Tentang Perubahan Hukum dan Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1983), Abu Yazid, dalam Aula, (No.10 tahun XXV Oktober, 2004), 59 42

7 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Pemahaman konteks sosial sebagai dasar pertimbangan produk fiqh telah dilakukan oleh Umar bin Khattab dengan mendialogkan dengan teksteks sumber hukum Islam yang melahirkan pilihan-pilihan fiqh kontekstual pada zamannya. Kebijakan Umar bin Khattab yang tidak menerapkan hukuman had kasus pencurian dimusim paceklik. Begitu juga Umar merubah kebijaksanaan Rasulullah dalam menghadapi persoalan persoalan tanah di daerah yang baru ditaklukkan. Di zaman Nabi, tanah-tanah yang disita sebagai akibat dari penaklukan dibagikan kepada prajurid muslim yang menaklukkan. Oleh karena itu Umar tidak membagi-bagikan tanah-tanah yang ditaklukkan kepada tentara muslim, tetapi membiarkan tanah itu dikuasai oleh penduduk aslinya (kasus Irak dan Mesir). Umar berpendapat bahwa bila serdadu muslim dibiarkan tinggal di tanah taklukannya, mereka akan berhenti jadi prajurit. Tapi alasan yang lebih kuat adalah kepercayaan Umar tak tergoyahkan pada prinsip keadilan, sosial ekonomi. Sebab jika tanah-tanah itu tetap dibagikan pada si penakluk, bagaimana nasib generasi mendatang dari daerah yang dikuasai itu?. Untuk tindakannya yang (kelihatan) menyimpang itu, Umar telah berijtihad yang mendialogkan data-data yang baru yang ada di lapangan (sosio-ekonomi), yang kemudian dicarikan pertimbangan-pertimbangan teks-teks ayat al-qur an yang lain yang dijadikan objek dialog pemikirannya, yaitu ayat 7 dan 10 surat al- Hasr. Lahirlah kesimplan Fiqh yang berbeda dengan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Kasus Umar ini untuk menunjukkan bahwa betapa suatu hukum (fiqh) dapat berubah secara formal menghadapi perubahan sosial. Tapi jiwa dan ideal yang mendasari hukum formal itu tetap bertahan tidak berubah. 19 Mendialogkan antara konteks dengan teks atau teks dengan konteks merupakan sebuah proses yang harus dilakukan oleh seorang faqih dalam produk fiqh. Hal merupakan satu keniscayaan. Upaya menjawab kasuskasus yang muncul di tengah masyarakat dengan memposisikan al-qur an dan al-sunnah, tidak harus selalu menempati premis mayor, bahkan bisa berada di luar premis-premis dalam logika formal. Meminjam istilah Noeng Muhajir, al-qur an dan al-sunnah tidak dijadikan sebagai postulat atau premis mayor, melainkan dipakai untuk bahan konsultasi, untuk pelita, untuk penjernih pada saat kita bingung, pada saat kita banyak berbeda teori, pada saat kita berbeda pemaknaan Amir Muallim, Ijtihad Suatu Kontroversi (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1997), Noeng Muhajir, Wahyu, dalam Paradigma Penelitian Ilmiah Pluralisme metodologik: Metodologi Kualitatif dalam Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, ed. Taufiq Abdullah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989),

8 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 Dengan demikian hasil ketentuan hukum (fiqh) dengan model pendekatan yang demikian bersifat relatif, dan diyakini bersifat luwes, fleksibel sekaligus dipandang mampu mengikuti denyut jantung dan perkembangan masyarakat dengan tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip yang ada. 21 Fiqh harus dipandang sebagai varian suatu keragaman yang bersifat partikularistik yang terkait dengan tempat dan waktu, oleh karena itu kita harus memahami faktor-faktor sosio kultural dan politik yang melatarbelakangi lahirnya suatu produk pemikiran fiqhiyah tertentu, agar dapat memahami partikularisme dari produk pemikiran hukum itu. Dengan demikian jika dintempat lain ata pada waktu lain ditemukan unsur-unsur partikularisme yang berbeda, maka produk pemikiran hukum Islam dapat terus dijaga dan dikembangkan. Dengan mendialogkan antara konteks dengan teks atau teks dengan konteks dalam produk (istimbath hukum) fiqh, akan melahirkan komitmen pengembangan fiqh, bukan pengorbanan, komitmen masa depan, bukan nostalgia, komitmen kesadaran intlektual, bukan kejumudan histori. Hal ini akan melahirkan kreatifitas dalam produk pemikiran fiqhiyah dalam rangka menjawab tantangan-tantangan baru yang selalu berubah, sehingga produk fiqh akan selalu konteks dengan perubahanperubahan yang terjadi dan sekaligus menerapkan nilai-nilai dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat muslim yang tengah mengalami perubahan ini. Dari pembahasan di atas, bahwa fiqh itu diproduk dan diproses melalui istimbath dan hasil dialog antara konteks dengan teks. Tuntutan SDM dalam Produk Fiqh Kontekstual Bagi seorang yang menekuni Islam, pasti mengerti, bahwa kita ini mempunyai kekayaan pendapat yang bermacam-macam dalam berbagai masalah fiqh. Persoalan persoalan fiqh yang disepakati hukumnya itu masih relatif sedikit bila dibandingkan dengan persoalan yang hukumnya masih diperselisihkan di kalangan para fuqaha. Bahkan banyak persoalan yang diduga telah disepakati oleh para ulama, ternyata masih menjadi perdebatan pendapat dikalangan mereka. 22 Kenyataan di atas selalu menjadi persoalan dalam proses sosialisasi fiqh, bukan saja menyangkut eksistensi hkum tersebut, tetapi juga sering menjadi ajang perdebatan dikalangan ulama adalah dalam hal relevansinya maupun aktualisasi hukum (fiqh ) 21 Akh. Minhaji, Masa depan studi Hukum Islam,problem Metodologi, Makalah, 9 22 Yusuf al-qardlawi, Ijtihad Kontemporer (Surabaya: Risalah Gusti, 1995),

9 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh itu sendiri, terutama dikaitkan dalam keadaan tempat maupun zaman. Di sini sebenarnya terjadi sklus dan interaksi antara faqih, fiqh dan situasi sosial. Baahwa untuk menjaga dan memeliharanya, fiqh memerlukan penjaga yang disebut faqih atau fuqaha. Maka untuk menjaga status mereka sendiri, para fuqaha harus senantiasa meningkatkan SDM nya melalui melalui peningkatan mutu kewilmuan demi menjaga aktualisasi fiqh menjadi tetap aktual. Hal ini sesuai dengan sifat ilmu dan fiqh itu sendiri yang selalu berubah dan berkembang dipengarui oleh perubahan dan perkembangan situasi dan kondisi. Pendekatan fiqh harus dilihat sebagai mata rantai perubahan yang tidak ada henti-hentinya tanpa harus dipersoalkan keabsahannya, karena pada akhirnya banyak menyangkut soal cabang dari agama. Tapi ntuk menghasilkan fiqh yang berkualitas serang faqih dituntut untuk meningkatkan SDM nya, dalam arti meningkatkan instrumen ijtihad yang dijadikan olah pikir dan istimbath hukum agar menghasilkan fiqh yang berkualitas itu diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf al- Qardlawi. 23 Adalah : 1. Pemahaman Syar i Pemahaman syar i yang didasarkan kepada pemahaman yang mendalam tentang nash-nash hukum syara serta maksud-maksudnya. Bagi mereka yang meneliti hukum-hukum dan nash-nash, serta menyelami rahasia-rahasia syari at, maka baginya dalil-dalil itu sudah cukup jelas. Syari at datang untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan itu secara beruntun dikenal sebagai: a. Sebagai kemaslahatan dlaruriyat (primer) b. Kemaslahatan hajiyah (skunder) c. Kemaslahatan tahsiniyat (tersier). 24 Maslahah dlaruriyah adalah kemaslahatan yang bila diabaikan akan berakibat kefatalan bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Bentuk kongkrit dari kemaslahatan ini adalah pemeliharaan total terhadap lima pokok hal, yaitu memelihara agama, jiwa, akal pikiran dan harta benda. Sedangkan kemaslahatan hajiyat ialah kemaslahatan yang dibutuhkan untuk kelapangan dan menghilangkan kepicikan. Bentuk kemaslahatan itu apabila diabaikan akan berujung pada kesukaran (masyaqqat), walaupun tidak sampai batas batas kerusakan. Sedangkan kemaslahatan tahsiniyat, yaitu mengambil perangai hukum-hukum kebiasaan yang dianggap layak serta menjauhi tingkah laku yang dianggap keji oleh akan sehat. Sifatnya hanya sebagai penghias atau pelengkap saja. 23 Ibid., Al-Syatibi, op-cit, 3 45

10 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 Jadi seandainya hal ini tidak terpenuhi, tidak akan berakibat munculnya kesulitan Pemahaman realitas Pemahaman realitas ini berdasarkan pengkajian yang akurat dan tepat tentang kenyataan masalah atau kasus yang sedang dialami dengan berbagai aspek permasalahaannya. Pengkajian yang ditopang dengan datadata yang akurat dan fakta-fakta yang nyata, dibarengi sikap kehati-hatian serta ketelitian terhadap kemungkinan terjadinya pemalsuan angka-angka fiktif yang didasarkan kepada data-data yang minim, statemen yang tidak mencukupi syarat, angket dan pertanyaan-pertanyaan motivasi sosial tertentu, dan bukan demi kepentingan kebenaran secara menyeluruh. 26 Kedua permasalahan tersebut harus dipadukan dan saling menyempurnakan, sehingga mampu mencapai pertimbangan ilmiah secara benar dan dapat diprtanggungjawabkan serta jauh dari sikap ekstrem dan ceroboh. Kedudukan aspek Syar i di sini sangat jelas, jika ditinjau dari aspek prinsip. Aspek ini telah diulas dalam buku ushul fiqh. Sedangkan untuk memahami aspek sosial, bisa dipelajari dalam metodologi penelitian sosial atau metodologi penelitian lain yang memang dibutuhkan sehubungan dengan objek/kasus yang sedang dikaji. Hal ini dimaksudkan untk memperoleh data yang akurat. Sebab dalam memahami kasus fiqh harus didukung oleh pemahaman faktor-faktor sosio kultural dan politik yang melatarbelakangi lahirnya kasus tersebut dalam produk pemikiran fiqhiyah tertentu, agar dapat memahami partikularisme dari produk pemikiran hukum tersebut. Dengan demikian jika di tempat lain atau pada waktu lain ditemukan unsur-unsur partikularisme yang berbeda, maka produk pemikiran fiqh itu dengan sendirinya harus berubah, sehingga dinamika fiqh Islam dapat terus terjaga dan dikembangkan sesuai dengan konteks yang menuntutnya. Hendaknya seorang faqih memfokuskan bahasannya pada pertimbangan antara maslahah dan mafsadah. Hendaklah ia melihat kepada maslahah dan mafsadah saat ia mengeluarkan fatwa mengenai masalah yang di hadapi oleh manusia. Jangan sampai ia hanya mengambil nash. Namun ia sebenarnya teralinasi dari kehidupan riil yang ada. Dan hendaknya faqih mampu membumikan dalil pada realitas yang ada. Jika dalil itu sesuai dengan realitas yang ada, maka fatwa yang dikeluarkan barulah dianggap sah. Sebab jika tidak, maka akan terjadi pemisahan dan ajaran antara fatwa, realitas dan dalil. 25 Majalah Aula, no. X th.xix, 1997, Yusuf al-qardlawi, Al-Aulawiyah Al-harakah al-islamiyah (Shahwah Islamiyah, tt ), 26 46

11 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Penutup Istinbath adalah upaya seorang ahli fiqh dalam menggali hukum (fiqh) dari sumber-sumbernya. Istinbath yang pada asalnya berarti usaha mengeluarkan air dari sumber tempat persembunyiaannya, itu identik dengan istilah ijtihad dalam Ushul fiqh. Ali Hasbullah melihat ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh ulama ushul fiqh dalam melakukan istinbath, yaitu pendekatan melalui kaidah-kaidah kebahasaan dan pendekatan melalui pengenalan makna atau maksud syara. Sementara itu, pendekatan fiqh agar lebih syamil dan bertanggungjawab harus dilihat sebagai mata rantai perubahan yang tidak ada henti-hentinya tanpa harus dipersoalkan keabsahannya, karena pada akhirnya banyak menyangkut soal cabang dari agama. Namun, untuk menghasilkan fiqh yang berkualitas serang faqih dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusianya (SDM). Di sini, untuk meningkatkan instrumen ijtihad yang dijadikan olah pikir dan istinbath hukum agar menghasilkan fiqh yang berkualitas, maka seorang faqih harus melalui dua pemahaman sekaligus: pemahaman Syar i dan pemahaman realitas. 47

12 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September 2011 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufiq, Paradigma Penelitian Ilmiah Pluralisme metodologik: Metodologi Kualitatif dalam Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, Assiri, Mun im, Sejarah Fiqh Islam sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah Gusti, Baqir, Haidar, Ijtihad dalam Sorotan, Bandung: Mizan, Djazuli, HA, Ushul Fiqh :Metodologi Hukum Islam. Jakarta: Rajawali, Hasballah, Ali, Ushul al-tasyri Al-Ismaiy, Mesir: Daru al-ma arif, Ghazali, Al, Al-Mustashfa min Ilmi al-ushul I, Beirut: Daru al-fikr al-ilmiyah. Muallim, Amir, Ijtihad Suatu Kontroversi, Yogyakarta: Titian Ilahi, Mudzhar, M. Atho, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Paramadina, Jakarta, Rusli, Nasrun, Konsep Ijtihad as-syaukani, Jakarta: Logos, Syah, Muhammad Ismail, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara Syatibi, Al, Al-Muwafaqat fi ushul al-syari ah II, Beirut: Dar al-fikr al-ilmiyah, Syaukani, Al-. Irsyadul Fuhul Ila Tahqiqi al-haq min Ilmi al-ushul, Beirut: Dar Al-Fikr. Sudjono D, Sosiologi Hukum : Studi Tentang Perubahan Hukum dan Sosial, Jakarta: Rajawali, Qardlawi, Yusuf al-, Ijtihad Kontemporer, Surabaya: Risalah Gusti, , Al-Aulawiyah Al-harakah al-islamiyah. Shahwah Islamiyah. Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Beirut: Daru al-fikr,

13 Syaifuddin, Epistimologi Fiqh Makalah dan Majalah Minhaji, Akh. Masa depan studi Hukum Islam, problem Metodologi, Makalah, Aula, (No.10 tahun XXV Oktober, 2004).59 49

14 JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 2 September

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI A. Pengertian Ushul Fiqh MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI Ushul fiqh merupakan sebuah pembidangan ilmu yang beorientasi pada dinamisasi hukum islam dan penanganan kasus-kasus yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang berpikir bahwa fiqh merupakan pelajaran agama Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya.

Lebih terperinci

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin Dalam Islam, diantara peninggalan-peninggalan ilmu yang paling besar yang dapat diwarisi oleh semua generasi dan telah dibukukan adalah ilmu Fiqih, karena ilmu ini selain

Lebih terperinci

MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK

MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK 1 MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK Hukum Islam memiliki tujuan mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Untuk mengetahui dan menyelami tentang

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 1 Beberapa Istilah Terkait dengan HUKUM ISLAM 1. Hukum 2. Hukum Islam 3. Syariah 4. Fikih 5. Ushul

Lebih terperinci

TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM

TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM Oleh : Ghofar Shidiq Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Abstrak Pembicaraan tentang maqashid al-syari'ah atau tujuan hukum Islam merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis BAB II MUKHTALIF AL-HADITS A. Pengertian Mukhtalif al-hadits Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis yang bertentangan. Sedangkan dalam dunia ulum al-hadits istilah ini diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya

Lebih terperinci

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 Soal 1 Sebutkan dan jelaskan dhawabith maqashid syariah! Dhawabith maqashid syariah adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi untuk menentukan substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : 1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang zakat, Sejak tahun

Lebih terperinci

Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad. Samsidar Dosen STAIN Watampone

Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad. Samsidar Dosen STAIN Watampone Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad Samsidar Dosen STAIN Watampone Abstract: Article try to study about ijtihad as a source of law and decision method and it s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah tersebut

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH A. Pengertian Maslah}ah} Maslah}ah} berasal dari kata s}alah}a yang secara arti kata berarti baik lawan dari kata buruk atau rusak. Maslah}ah} adalah kata masdar s}alah}

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL A. PRAKTIK PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISTORIS DAN GENERALISASI. Seteah diadakan penelusuran kitab-kitab yang membahas asba>b al-wurud

BAB IV ANALISIS HISTORIS DAN GENERALISASI. Seteah diadakan penelusuran kitab-kitab yang membahas asba>b al-wurud BAB IV ANALISIS HISTORIS DAN GENERALISASI A. Kajian Historis Langkah ini sangat penting karena mengingat koleksi hadis adalah bagian dari relitas tradisi keislaman yang dibangun oleh Nabi dan para sahabatnya

Lebih terperinci

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Revisi : 00 Halaman : 1 dari 5 Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Firmansyah, S.Pd., M.E.Sy. Juliana, S.Pd., M.E.Sy. Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si. (Dosen Pengampu) (Tim KBK Prodi) (Ketua Prodi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar

Lebih terperinci

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul skripsi ini, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi Sewa-Menyewa

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN SEJARAH DALAM MENGKAJI HUKUM ISLAM Oleh: Drs. H. Ajub Ishak, M.A. 1 ABSTRAK

CIRI-CIRI PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN SEJARAH DALAM MENGKAJI HUKUM ISLAM Oleh: Drs. H. Ajub Ishak, M.A. 1 ABSTRAK CIRI-CIRI PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN SEJARAH DALAM MENGKAJI HUKUM ISLAM Oleh: Drs. H. Ajub Ishak, M.A. 1 ABSTRAK Perubahan masyarakat didefinisikan sebagai perubahan sosial termasuk didalamnya perubahan

Lebih terperinci

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh Ushul Fiqh i Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh ii iii KATA PENGANTAR USHUL FIQH Homaidi Hamid, 2013 ISBN: masih menunggu terbit Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All rights reserved Cetakan I, Juli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Halaman : 1 dari 6 Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Firmansyah, S.Pd., M.E.Sy. Juliana, S.Pd., M.E.Sy. Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si. (Dosen Pengampu) (Tim KBK Prodi) (Ketua Prodi) 1. Identitas

Lebih terperinci

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metodologi adalah suatu pengkajian dalam

Lebih terperinci

MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum)

MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum) Aris Rauf, Maqasyid Syari ah dan Pengembangan Hukum... 24 MAQASID SYARI AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM (Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum) Aris Rauf Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare Email:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI 83 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI A. Analisa Pemikiran Imam Syatibi Tentang Pajak 1. Analisis Tujuan Pajak Menurut Imam Syatibi Imam Syatibi menekankan bahwa tujuan dari pungutan pajak adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah aturan hukum tidaklah mungkin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak jelas.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab 191 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab pembahasan melalui melalui analisis data, ada beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan oleh peneliti

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Pada bagian sub bab ini penulis akan menjelaskan maksud dari judul skripsi ini supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman bagi pembaca dalam memahami judul tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh BAB IV ANALISIS DATA A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh Fiqh didefenisikan oleh beberapa penulis modern sebagai kaidahkaidah hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai bagi ummat manusia didalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perlindungan Hukum terhadap Anak Luar Kawin dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

ABSTRAK. Perlindungan Hukum terhadap Anak Luar Kawin dalam Perspektif Hak Asasi Manusia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... i LEMBAR PENGESAHAN. ii KATA PENGANTAR....... iv ABSTRAK...... vi BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.... 1 B. Rumusan Masalah..... 7 C. Tujuan Penelitian... 8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam al-qur an ada petunjuk yang secara terbuka kami diingatkan bahwa: Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup serba kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ajaran Islam Menurut istilah, Al-Qur an adalah firman Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM Beni Firdaus * Abstract: Even though, Harun Nasution is not known as an expert of Islamic law, but he has some ideas about Islamic

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut sebagai akibat dari berbagai usaha pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dan menelaah sejumlah literatur atau bahan pustaka baik berupa

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dan menelaah sejumlah literatur atau bahan pustaka baik berupa 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan metode kepustakaan (Library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kuran Jawi merupakan produk terjemah tafsir Al-Qur'a>n yang merujuk kepada

Lebih terperinci

DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Nota Dinas Hal : Tesis Saudara Masjupri Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT. setelah manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda. Karena memang membayar

Lebih terperinci

PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG

PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG A. Pendahuluan Sebuah aturan hukum tidaklah mungkin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab 1 B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti : Menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksuil

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI ISLAMI DAN GLOBALISASI

SISTEM EKONOMI ISLAMI DAN GLOBALISASI Materi: 8 SISTEM EKONOMI ISLAMI DAN GLOBALISASI Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Pusat Studi Ekonomi Islam FE Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E_mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 17 BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN A. Shihhah (Sah) Kata shihhah berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 Adapun dalam istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

Prof. Madya Dr. Arieff Salleh bin Rosman

Prof. Madya Dr. Arieff Salleh bin Rosman Prof. Madya Dr. Arieff Salleh bin Rosman Felo Penyelidik Fatwa Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia (MKI) - JAKIM / Dekan Fakulti Tamadun Islam, Universiti Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Di era globalisasi saat ini, sistem pemasaran menjadi faktor penting dalam suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan banyaknya barang

Lebih terperinci

PANDANGAN AL-SHAWKÂNÎ TERHADAP MASLAHAH MURSALAH (Kajian Kitab Irshâd al-fuhûl Ilâ Tahqîq Al-Haqq Min Ilm Al-Usûl)

PANDANGAN AL-SHAWKÂNÎ TERHADAP MASLAHAH MURSALAH (Kajian Kitab Irshâd al-fuhûl Ilâ Tahqîq Al-Haqq Min Ilm Al-Usûl) PANDANGAN AL-SHAWKÂNÎ TERHADAP MASLAHAH MURSALAH (Kajian Kitab Irshâd al-fuhûl Ilâ Tahqîq Al-Haqq Min Ilm Al-Usûl) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS A. Persepsi Ada tiga hal yang perlu diurai dalam pembahasan persepsi, antara lain pengertian persepsi, faktor-faktor pembentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut: 284 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut: a. Standar penentuan upah menurut Hizbut Tahrir ditakar berdasarkan jasa atau manfaat tenaganya (manfa at

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

PRODUK PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

PRODUK PEMIKIRAN HUKUM ISLAM Abdain PRODUK PEMIKIRAN HUKUM ISLAM Abstrak Berbagai usaha yang dilakukan para ahli hukum Islam telah melahirkan produk-produk hukum yang benar-benar aktual dan aplikatif. Tradisi ijtihad yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam Modul ke: 03Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Kesempurnaan Dalam Beragama Apa itu Islam? Rukun Islam Apa itu Iman? Rukun Iman Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya

Lebih terperinci

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri MACAM-MACAM IKHTILAF (PERBEDAAN) 1. Ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang termasuk kategori

Lebih terperinci

ISTIKHA<RAH DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN

ISTIKHA<RAH DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN BAB IV ANALISI HUKUM ISLAM TENTANG PENOLAKAN WALI NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN KARENA ALASAN HASIL ISTIKHA

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum islam merupakan serangkaian kesatuan dan bagian integral dari ajaran agama islam yang memuat seluruh ketentuan yang mengatur perbuatan manusia. Baik yang manshuh

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) , 25 Al-Quran yang merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan di mana pun, memiliki pelbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain, susunan

Lebih terperinci

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan, 13 BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD A. Metode Maud}u i 1. Pengertian metode maudhu i Kamus bahasa menunjukkan bahwa kata tersebut diambil dari kata yang artinya adalah meletakkan sesuatu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan pustaka atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program pemerintah yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Perlu disadari bahwa bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu belaka, namun langgeng dan harmonisnya sebuah rumah tangga sangatlah di tentukan oleh sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pemalsuan Merek Sepatu di Kelurahan Blimbingsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah sistem demokrasi, rakyat adalah sumber hukum dan hukum pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS 64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER) ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER) TESIS Oleh: SYAHDIAN NOOR, LC. NIM: 11.0202.0767 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR A. Analisis terhadap Dasar Penetapan Wali Nikah bagi Mempelai Perempuan yang Lahir Kurang

Lebih terperinci

place, product, process, physical evidence

place, product, process, physical evidence BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN MARKETING MIX DALAM KONSEP BISNIS SYARIAH DI BANK JATIM SYARIAH CABANG SURABAYA A. Analisis Penerapan Marketing Mix di Bank Jatim Syariah Cabang Surabaya

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci