PECVD SISTEM PERMASALAHAN DAN PENYELESAINNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PECVD SISTEM PERMASALAHAN DAN PENYELESAINNYA"

Transkripsi

1 PECVD SISTEM PERMASALAHAN DAN PENYELESAINNYA Rizky Mayang Dessyntya (1), Eddy Yahya (2) Program Studi Sarjana Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia (1) Dosen Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia (2) Abstrak PECVD (Plasma Enhanced Chemical Vapor Deposition) merupakan teknik penumbuhan film lapisan tipis menggunakan reaksi kimiawi pada saat pendeposisian dan merupakan pengembangan dari teknik sebelumnya, yakni CVD. Rangka PECVD terdiri dari komponen-komponen yang saling bertautan. Permasalahan pada PECVD yang terjadi di laboratorium sel surya adalah tidak munculnya plasma karena ruang chamber yang kotor dan nilai daya RF reflected yang besar, tekanan pada chamber 3 yang terlalu tinggi dan putaran turbo pump chamber 4 yang kecil. Penyelesaian untuk masing-masing masalah adalah pembersihan chamber, pengecekan daya yang masuk pada daya RF reflected, pengencangan baut pada chambar 3 dan pemeriksaan kabel untuk masalah yang ada pada chamber 4 serta penggantian kabel daya agar daya yang hilang dapat dikembalikan. Kata kunci : rangka PECVD, permasalahan pada PECVD, penyelesaian masalah PECVD. 1. Pendahuluan Teknik deposisi merupakan salah satu cara populer untuk membuat a-si:h yang bertujuan untuk menghasilkan bahan dengan sifat optolistrik yang baik dan celah pita optik yang lebih tinggi. Teknik deposisi yang mengalami banyak perkembangan adalah Plasma Enhanced Chemical Vapor Deposition (PECVD). PECVD merupakan pengembangan dari teknik deposisi sebelumnya yakni Chemical Vapor Deposition (CVD). Klasifikasi PVD lebih dahulu dikenal oleh para peneliti seperti sputtering, electron beam dan evaporasi. Chemical vapor deposition (CVD) adalah proses kimia yang dapat digunakan untuk memproduksi kemurnian bahan yang tinggi. Proses ini biasa digunakan dalam industri semikonduktor untuk memproduksi film lapisan tipis. Pada proses CVD, substrat terkena bahan yang mudah menguap dan bereaksi di permukaan substrat untuk menghasilkan lapisan tipis yang diinginkan. Proses terjadinya film lapisan tipis dengan teknik CVD (Gambar 1.1) dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut : 1. Gas prekursor masuk melalui chamber. 2. Gas prekursor melewati lapisan batas. 3. Penyerapan gas prekursor di permukaan substrat. 4. Terjadi reaksi kimia di permukaan substrat. 5. Gas produk yang tidak dipakai tidak diserap di permukaan substrat. 6. Gas tersebut akan mengalir keluar chamber. Gambar 1.1 Proses deposisi film lapisan tipis (Hugo O Pierson, 1999). Plasma enhanced chemical vapor deposition (PECVD) merupakan pengembangan dari teknik CVD. Teknik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1960 untuk semikonduktor terutama silikon nitrida. Teknik ini menggunakan plasma 1

2 untuk proses deposisinya. Jika gas diatomik (hirogen) dipanaskan pada suhu tertentu maka semua molekul akan terurai menjadi atom-atom (H 2 2H) dan terionisasi membentuk plasma. PECVD digunakan untuk fabrikasi film lapisan tipis silikon amorf dan film lapisan karbon. Saat ini PECVD banyak digunakan dalam pembentukan sel surya silikon amorf, nitrida dan isolator oksida. Gambar 1.2 menunjukkan 5 komponen utama pada PECVD (Jef Poortmans dan Vladimir Arkhipov, 1988), yaitu : a) Chamber reaksi yang memiliki tingkat kevakuman tinggi dan terbuat dari stainless steel serta adanya elektroda paralel, daya rf feedthrough, tempat untuk substrat dan pemanas yang digabungkan. b) Sistem gas, terdapat pengatur aliran gas dan katup-katup gas untuk mengatur gas yang mengalir pada proses deposisi. c) Sistem pompa, terdapat pompa turbo dan pompa rotari yang berfungsi untuk kevakuman chamber. d) Sistem pembuangan gas. e) Kontrol elektronik yang terdiri dari kontrol daya RF, kontrol tekanan dan pengaturan suhu. Plasma didefinisikan sebagai gas-gas yang terionisasi yang kuasinetral yaitu adanya peristiwa hilangnya muatan pada plasma secara cepat dari partikel yang bermuatan dan pertikel yang netral. Adanya keadaan kuasinetral menyebabkan plasma tidak bermuatan. Plasma diketahui memiliki konduktivitas listrik yang tinggi yang membuat medan listrik pada plasma kecil. Silikon amorf merupakan bentuk non kristal silikon dimana memiliki keteraturan pendek. Berbeda dengan silikon kristal yang keteraturannya panjang. Pada silikon amorf terdapat dangling bond, munculnya dangling bond akibat dari tidak semua atom silikon amorf berikatan dengan tetangga terdekatnya. Adanya dangling bond mengakibatkan atom silikon dapat berikatan dengan atom lain, yakni hidrogen, yang dinamakan silikon amorf terhidrogenasi (a-si:h). Metode deposisi yang digunakan untuk menghasilkan film lapisan tipis a-si:h adalah PECVD. Gas SiH 4 dan gas H 2 untuk semikonduktor intrinsik dialirkan melalui chamber untuk mendeposisi silikon. Gas-gas tersebut akan terdisosiasi membentuk plasma yang berwarna ungu dan plasma berperan sebagai sumber energi pada proses deposisi. Proses deposisi dapat dijelaskan dengan empat langkah berikut (Gambar 1.3): 1. Reaksi primer yakni gas silan dan gas hidrogen terdisosiasi menghasilkan radikal netral, ion positif dan negatif serta elektron, terjadilah plasma. 2. Reaksi sekunder yakni terjadi reaksi radikal netral yang berdifusi dalam subtrat, ion positif menuju katoda dan ion negative menuju anoda. 3. Terjadi reaksi di permukaan substrat. 4. Penyusunan subpermukaan dan terjadi relaksasi struktur jaringan silikon. Gambar 1.2 PECVD (Jef Portman, Vladimir Arkhipov, 2006) Proses deposisi dengan PECVD (Mistuharu Komuna, 1991). Eddy yahya, 2009 mengatakan bahwa pertumbuhan lapisan tipis a-si:h dicapai oleh bergabungnya partikel-partikel radikal hasil disosiasi molekul-molekul silan pada permukaan lapisan tipis yang sedang ditumbuhkan, sebagian dari energi yang diberikan pada molekul-

3 molekul silan oleh tumbukan elektron dilepas sebagi energi tampak (glow discharge). Eddy Yahya, 2009 : Ion-ion SiH + 4 hasil tumbukan gas silan dengan elektron dalam plasma adalah tidak stabil dan ion silan terdisosiasi. Reaksi yang terjadi adalah : e + SiH 4 SiH e + e SiH 3 + H + e atau e + SiH 4 SiH 2 + H Pada hasil deposisi akan tampak lapisan berwarna coklat. Jika warna coklat merata di seluruh permukaan (Gambar 1.4), maka lapisan tersebut banyak mengandung SiH 3 yang berarti lapisan tersebut lapisan yang bermutu tinggi. SiH 3 membentur permukaan kemudian mengubahnya menjasi permukaan yang pasif dan menghaluskan permukaan dan menghasilkan lapisan yang halus dan memiliki mutu tinggi (Eddy Yahya, 2009). Gambar 1.4 Hasil deposisi bermutu tinggi. Jika hasil deposisi terdapat bintik-bintik atau retak (Gambar 1.5) menandakan bahwa lapisan tersebut banyak mengandung SiH 2. Lapisan tersebut merupakan lapisan yang memiliki mutu yang rendah. Hal ini disebabkan laju hidrogen yang terlalu pada saat proses deposisi yakni berkisar sccm dan karena substrat yang masih kotor (debu, fingerprints) sehingga pada saat proses deposisi plasma tidak dapat melapisi substrat. 2. Komponen-Komponen PECVD PECVD terdiri dari beberapa macam komponen yang tergabung dalam satu kerangka. Komponen-komponen tersebut adalah : 1. ITZ (Isolation and Transfer Zone) chamber termasuk lengan robotik dengan vakum kompatibel beserta wadah khusus untuk substrat yang berfungsi sebagai pembawa substrat menuju MPZ dan mengambil substrat dari MPZ. 2. MPZ#1, #2 merupakan pusat pemrosesan PECVD berupa chamber-chamber yang terpisah satu sama lain. Disini terjadi proses deposisi film lapisan tipis. Terdiri dari 2 ruang chamber MPZ (Modular Process Zone) termasuk rf electrode, substrat heater, transfer rail system (track) dan dua transfer gate valve. 3. Entry port, merupakan pintu masuk dan keluar substrat. 4. Pemisah sistem pemompaan vakum yang meliputi untuk MPZ#1, #2 dan ITZ. Setiap chamber pemrosesan MPZ memiliki throtting gate valve untuk downstream. pengatur tekanan 5. Manipol gas proses untuk MPZ #1, #2 termasuk total dari 7 pengendali aliran massaa gas. Gaugling, controller elektronic, controller valve dan satu rf-suplai daya, RF-saklar pemilih. Gambar 1.5 Hasil deposisi mutuu rendah karena adanya bintik-bintik di permukaan substrat. 3 Gambar 2.1 PECVD tampak samping (Manual book MV system, 2000). Selain tergabungg dalam satu rangka seperti yang tampak pada Gambar 2.1, komponen-komponen lain selain yang telah

4 disebutkan di atas ada pompa turbo molukelar pendingin air dan pompa rotary vane yang berada pada bagian ventilasi di dalam kerangka. Manifold gas berada pada bagian belakang rangka. Kontrol elektronik diletakkan pada bagian muka dari kerangka. Sistem ini membutuhkan pasokan gas-gas yang dibuthkan untuk proses deposisi serta sistem penanganan limbah yang benar untuk membuang gas sisa hasil deposisi. ITZ chamber terdiri dari penahan dengan 8 metal sealed CF dan port OD flens yang semuanya dihubungkan ke MPZ dan port entry. ITZ merupakan pusat komponen dari PECVD. Lengan robotik terletak di pusat papan bawah ITZ. Gerakan pada lengan robotik berupa gerakan linear dan rotasional yang kesemuanya dikendalikan oleh komputer. Lengan robotik berfungsi untuk membawa substrat dari pintu masuk ke dalam MPZ dan untuk mengambil substrat dari MPZ. Pada layar monitor komputer dapat terlihat posisi lengan robotik serta substrat. Bentuk lengan robotik sama seperti lengan manusia yang terdiri atas bahu, siku dan pergelangan tangan yang membuat lengan robotik dapat berputar 360. Pada saat substrat sudah berada dalam MPZ lengan akan kembali ke posisi semula yaitu berada di tengah ITZ. Pada ujung lengan robotik (pergelangan tangan) terdapat wadah berbentuk kotak berukuran 10cm x 10cm berbahan aluminium untuk meletakkan substrat dapat dilihat pada Gambar 2.2. Program komputer yang sudah diinstal membuat lengan robotik dapat dikontrol melalui komputer secara langsung tampak pada Gambar 2.3. Pada layar komputer dapat dilihat posisi lengan robotik serta posisi substrat dalam sistem Gambar 2.3 Tampilan kontrol lengan robotik dari layar komputer (Manual book MV system, 2000). Pada chamber MPZ terdapat tujuh ruangan chamber dan yang digunakan saat ini di laboratorium sel surya ada 2 ruang chamber (Gambar 2.4). Masing-masing chamber memiliki fungsi yang sama yakni tempat terjadinya proses deposisi film lapisan tipis dengan cara menumbuhkan plasma. MPZ #1 (PL 4) digunakan untuk proses deposisi film lapisan tipis tipe i (intrinsik) sedangkan MPZ #2 (PL 3) digunakan untuk proses deposisi film lapisan tipis tipe n dan tipe p (ekstrinsik). (a) Gambar 2.4 MPZ#1, MPZ#2. (b) Gambar 2.2 (a) Lengan robotik (Manual book MV system, 2000), (b) Lengan robotik dengan substrat (Manual book MV system, 2000). Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan media non-logam (dalam PECVD merupakan sebuah kaca) dari sebuah sirkuit, misalnya semikonduktor, elektrolit, vakum. Elektroda berada dalam MPZ yang terlihat pada Gambar 2.5, berfungsi sebagai tempat terbentuknya plasma. 4

5 Gambar 2.5 Bagian elektroda RF Pada setiap MPZ terdapat lintasan yang berfungsi sebagai jalur untuk substrat melewati elektroda rf. Lintasan harus dalam keadaan lurus pada saat pemasangan, karena hal ini akan membuat lengan robotik akan bergerak secara simetri pada saat peletakkan substrat saat melewati elektroda rf. Di depan ITZ terdapat pintu masuk untuk tempat substrat keluar masuk yang dapat dilihat pada Gambar 2.6. Untuk membuka pintu ini keadaan dalam ITZ harus dalam tekanan udara bebas sekitar 300 Torr dengan cara mengaktifkan gas N 2 untuk membuang gas. Pada manifold gas digunakan komponen standar pelapis VCR agar tidak terjadi kebocoran gas. Setelah pemasangan manifold gas, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah tes kebocoran terhadap manifold gas tersebut. Kontrol elektronik pada PECVD dapat dilihat dari Gambar 2.7 di bawah ini. Valve gate antara ITZ dengan MPZ dioperasikan secara pneumatik dengan perbedaan tekanan maksimum untuk membuka valve gate adalah 30 mbar. Jika tekanan dalam chamber MPZ terlalu tinggi maka gas proses tidak dapat mengalir dan tombol stop emergency akan diaktifkan mengakibatkan gas proses tidak diperbolehkan mengalir ke dalam MPZ. Saklar pembatas pada lengan robotik pengangkut substrat akan mengiterupsi gerakan jika perpanjangan lengan robotik atau putaran pada lengan robotik melebihi batasan yang diijinkan. Gambar 2.7 Instrumentasi elektronik(manual book MV system, 2000). Gambar 2.6 Entry port pada PECVD (Manual book MV system, 2000). MPZ Chambers: Setiap pemrosesan pada chamber MPZ #1 dan #2 mempunyai saluran pompa masing-masing yang terdiri dari pompa turbo molukelar tahan korosi (dengan kapasitas 250 liter/detik) dan pompa rotari vane (Leybold D-16B). ITZ : Terdapat pompa rotari vane (Leybold D- 16B) dan melewati saringan molekular. Throttle vane : 3 buah MKS throttle vane yang dipasang pada exhaust MPZ yang berguna untuk menghasilkan aliran kontrol tekanan gas. The exhaust connections : Dihubungkan dari pompa rotari vane di MPZ dengan an effluent handling system. Sedangkan pompa rotari vane di ITZ tidak dihubungkan dengan an effluent handling system karena akan mengandung gas oksidasi lain yang tidak diinginkan. 3. Analisa dan Pembahasan Waktu terjadinya deposisi dapat dimulai jika terbentuk plasma dalam chamber. Tanda munculnya plasma dapat dilihat dari adanya wana ungu yang timbul dalam chamber saat kita memulai deposisi seperti tampak pada Gambar 3.1. Perubahan warna tersebut dapat dilihat melalui lubang khusus yang terletak di samping tiap chamber seperti pada Gambar 3.2. Faktorfaktor yang mempengaruhi munculnya plasma adalah daya radio frekuensi (RF power), temperatur dalam chamber, tekanan gas, laju aliran gas, kevakuman chamber, dan kebersihan dalam chamber. 5

6 Gambar 4.1 Warna ungu tanda munculnya plasma. Gambar 3.2 Tempat melihat munculnya plasma. Masalah awal yang terjadi pada reaktor PECVD adalah tidak adanya plasma. Dari hipotesis awal diketahui bahwa reaktor dalam chamber yang kotor sehingga plasma tidak dapat muncul. Reaktor pada chamber yang kotor dikarenakan terdapat endapan hasil dari deposisi. Jadi, pada saat kita akan membuat lapisan tipis dinding-dinding pada reaktor dalam chamber akan tertempel endapan. Film tipis yang dibuat merupakan silikon amorf terhidrogenasi (a-si:h), sehingga pada saat akan pembentukan lapisan tipis substrat dipanaskan dengan cara mengatur suhu yang sesuai agar lebih panas dibanding dinding-dinding reaktor. Cara demikian juga berfungsi untuk membuat lapisan tipis dapat tumbuh di atas substrat. Panas pada substrat yang konstan membuat dindingdinding reaktor akan ikut menyesuaikan panas tersebut pada akhirnya membuat lapisan tipis yang berupa endapan ikut menempel di dindingdinding reaktor. Cara yang paling sering dilakukan adalah membongkar reaktor untuk membersihkan endapan yang terbentuk di dinding reaktor. Langkah-langkah pembongkaran reaktor dalam chamber adalah sebagai berikut : 1. Gate valve antara reaktor MPZ dengan ITZ dibuka dan dialiri gas nitrogen untuk mencapai tekanan atmosfer, agar chamber dapat dibongkar. 2. Membersihkan anoda, katoda, dinding reaktor dan filamen ion gauge-nya. 3. Proses pembersihan menggunakan alkohol, aseton dan kertas amplas. 4. Alkohol yang dipakai adalah alkohol dengan kadar 90%. Kertas amplas digunakan dari mesh 200 hingga 800, digunakan untuk menggosok endapan pada chamber dan komponennya. Dapat dilihat pada Gambar 4.4. Selain alkohol, aseton dan kertas amplas dibutuhkan sarung tangan dan masker yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari serpihan debu endapan dan menjaga kebersihan chamber dan komponennya dari sidik jadi. Penggunaan alkohol serta aseton karena cairan ini merupakan cairan pelarut organik sehingga lemak tangan (finger print) dapat terhapus. Lagipula alkohol dan aseton mudah menguap dan memercepat proses pembersihan. 5. Setelah bersih susun kembali komponen-komponen yang telah dibongkar. 6. Aliri gas nitrogen untuk membilas dan membersihkan komponen dari debu dan sidik jadi yang mungkin melekat. Setelah pembersihan dilakukan maka seharusnya muncul plasma, akan tetapi plasma masih juga tidak muncul. Penyebab lain plasma tidak terbentuk karena besarnya daya RF reflected pada tiap reaktor MPZ. Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa daya RF terbagi menjadi beberapa bagian, yakni RF incident, reflected, output set, load dan tune yang masing-masing memiliki fungsi. RF incident berfungsi untuk membaca daya yang diberikan di chamber, sedangkanrf reflected berfungsi untuk membaca daya yang terpantul karena besarnya daya yang diberikan tidak semuanya masuk ke dalam chamber tetapi ada yang terpantul, output set untuk mengatur daya keluaran, load merupakan perintah bagi daya RF untuk mengirim daya ke chamber dan tune untuk mengatur secara manual besarnya daya yang dibangkitkan oleh RF dengan besarnya daya sesuai keinginan. 6

7 Gambar 3.3 Kontrol daya RF Nilai daya RF reflected yang terlalu besar, menyebabkan daya yang terpantul besar sehingga daya yang benar-benar ada dalam chamber menjadi kecil. Sebaiknya besarnya daya yang terpantul hanya 10% dari daya yang diberikan, maka penyelesaiannya dari besarnya daya RF reflected adalah kabel daya RF dibersihkan sampai jalur masuk daya (feedthrough pada pipa bengkok di bawah chamber). Cara terakhir adalah memberikan daya tinggi di atas 50 watt dan tekanan gas yang tinggi yakni ~2 Torr. Putaran pompa turbo pada tiap MPZ adalah 56 KPRM akan tetapi pada chamber 3 putaran pompa turbo hanya 3 KRPM seperti yang terlihat pada Gambar 3.4. fase yang sama. Pada sistem distribusi untuk menghindari beban fase yang tidak seimbang adalah pengecekan kabel daya, jika kabel daya ada yang rusak sehingga menyebabkan daya berkurang maka penggantian kabel sebaiknya dilakukan. Selain itu mendatangkan ahli instrumentasi serta ahli power akan sangat dianjurkan untuk pengecekan lebih jauh mengenai sistem 3 fasa. Setelah proses pembersihan dan pemasangan chamber maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah membilas ruang chamber dengan mengalirkan gas nitrogen. Saat mengalirkan gas nitrogen keadaan chamber dalam keadaan vakum. Jika kevakuman sudah didapat maka pompa turbo dimatikan dan throttle valve otomatis akan menutup. Saat pompa turbo dimatikan seharusnya penunjukkan pada display akan menunjukkan tekanan chamber konstan. Akan tetapi, yang terjadi adalah penunjukkan pada display tidak menunjukkan angka yang konstan (Gambar 3.7). Hal ini dapat terjadi jika masih ada kebocoran di reaktor chamber. Gambar 3.7 Tekanan pada chamber 4. Gambar 3.4 Putaran pompa turbo pada chamber 3 yang hanya 3 KRPM. Besarnya daya yang dibutuhkan normalya adalah 28 watt sedangkan pada chamber 3 hanya sebesar 9 watt (Gambar 3.5). Cara yang dapat dilakukan adalah pengencangan kembali baut-baut pada chamber, penggantian gasket tembaga yang ada di penutup chamber (lihat Gambar 3.8). Gambar 3.5 Menunjukkan besaran daya yang normal dan daya pada chamber 3 yang bermasalah. Sistem fasa listrik untuk PECVD adalah tiga fasa. Penyebab rendahnya putaran pada pompa turbo adalah kurangnya daya (10 watt) untuk menggerakkan motor. Analisanya adalah ada satu fase yang hilang sehingga daya akan berkurang Penyebab hilangnya fase ini adalah salah satu fase ada yang terbuka untuk motor, pemasangan beban pada masing-masing fase tidak seimbang dan adanya arus pendek pada Gambar 3.9 Gasket tembaga. 4. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari analisa permasalahan pada PECVD adalah : 1. Plasma tidak terbentuk akibat reaktor chamber yang kotor dan besarnya daya RF reflected. 2. Besarnya daya RF reflected menyebabkan plasma tidak dapat 7

8 terbentuk, pengecekan sumber daya disarankan. 3. Hilangnya daya pada chamber 3 akibat adanya satu fase yang hilang maka pengecekan kabel daya serta penggantian kabel daya dianjurkan. 4. Tingginya tekanan pada chamber 4 karena pemasangan baut yang kurang kencang dan tidak adanya penggantian gasket tembaga pada saat pembongkaran, pengencangan kembali baut di chamber 4 serta penggantian gasket tembaga setiap pembongkaran sangat diperlukan. Daftar Pustaka Manual book MV System MV System, inc: USA. Manual book MV System Hazardous gas supply cabinets MV System, inc: USA. Pierson, Hugo O Handbook of chemical vapor deposition (CVD) principles, technology, and applications second edition. USA : William Andrew publishing, LLC. Portman, Jef., Arkhipov, Vladimir Thin Film Solar Cells, Fabrication, Characterization and Application. England : John Wiley % Sons Ltd. Yahya, Eddy Plasma pada PECVD untuk deposisi silikon amorf, a-si:h. Prosiding Seminar Fisika Dan Aplikasinya, Surabaya, 3 Nopember Fisika MIPA ITS. 8

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Penumbuhan film tipis semikonduktor di atas substrat dapat dilakukan secara epitaksi. Dalam bahasa yunani epi berarti di atas dan taksial berarti menyusun dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik DC secara langsung. Sel surya telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR JANUARI 202 Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary PENDAHULUAN Salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh lapisan tipis adalah Evaporasi. Proses penumbuhan lapisan pada metode ini dilakukan dalam ruang vakum. Lapisan tipis pada substrat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses BAB III METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses diawali dengan tahap persiapan, tahap penumbuhan, dan tahap karakterisasi. Pada bab ini dibahas tentang metode

Lebih terperinci

ANALISIS LEBAR CELAH PITA ENERGI DAN IKATAN MOLEKUL LAPISAN TIPIS a-si:h YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE PECVD

ANALISIS LEBAR CELAH PITA ENERGI DAN IKATAN MOLEKUL LAPISAN TIPIS a-si:h YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE PECVD TUGAS AKHIR - SF 141501 ANALISIS LEBAR CELAH PITA ENERGI DAN IKATAN MOLEKUL LAPISAN TIPIS a-si:h YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE PECVD Umi Maslakah NRP 1110 100 030 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Darminto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI 4.1. Hasil Pembuatan Mesin DC Magnetron Sputtering Mesin DC Magnetron Sputtering yang sudah selesai dibuat dan siap dilakukan pengujian untuk pelapisan pada bahan

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik,

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik, inorganik, logam maupun campuran metal organik dan memiliki sifat-sifat konduktor, semikonduktor

Lebih terperinci

Efek Staebler-Wronski dan Pengaruh Waktu Anil pada Lapisan Instrinsik Silikon Amorf Terhidrogenasi (a-si:h)

Efek Staebler-Wronski dan Pengaruh Waktu Anil pada Lapisan Instrinsik Silikon Amorf Terhidrogenasi (a-si:h) JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 2 JUNI 2017 Efek Staebler-Wronski dan Pengaruh Waktu Anil pada Lapisan Instrinsik Silikon Amorf Terhidrogenasi (a-si:h) Yoyok Cahyono, Fuad D. Muttaqin, Umi

Lebih terperinci

Pengaruh Optis Kontak Belakang terhadap Parameter Optis Lapisan a-si:h

Pengaruh Optis Kontak Belakang terhadap Parameter Optis Lapisan a-si:h JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR 2 JUNI 2012 Pengaruh Optis Kontak Belakang terhadap Parameter Optis Lapisan a-si:h Ismail dan Eddy Yahya Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SEL SURYA

PERKEMBANGAN SEL SURYA PERKEMBANGAN SEL SURYA Generasi Pertama Teknologi pertama yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti adalah teknologi yang menggunakan bahan silikon kristal tunggal. Teknologi ini dalam mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Desty Anggita Tunggadewi 1, Fitria Hidayanti 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional dtunggadewi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh sebab

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Marwoto.P., dkk (2007) melakukan penelitian proses penumbuhan film tipis Ga 2 O 3 :Mn dengan mengguakan DC magnetron sputtering dan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS SILIKON MIKROKRISTAL (µc Si:H) TIPE-P DENGAN METODE HOT WIRE PLASMA ENHANCED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (HW-PECVD)

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS SILIKON MIKROKRISTAL (µc Si:H) TIPE-P DENGAN METODE HOT WIRE PLASMA ENHANCED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (HW-PECVD) Bimafika, 2010, 2, 134-140 PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS SILIKON MIKROKRISTAL (µc Si:H) TIPE-P DENGAN METODE HOT WIRE PLASMA ENHANCED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (HW-PECVD) Marwah * FKIP Unversitas Darussalam

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Pada

Lebih terperinci

Penumbuhan Lapisan Tipis µc-si:h Tipe-P dengan Metode HW-PECVD untuk Aplikasi Sel Surya

Penumbuhan Lapisan Tipis µc-si:h Tipe-P dengan Metode HW-PECVD untuk Aplikasi Sel Surya Penumbuhan Lapisan Tipis µc-si:h Tipe-P dengan Metode HW-PECVD untuk Aplikasi Sel Surya Jasruddin, Abdul Haris, dan Helmi Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang 25 BAB III METODE PELAKSANAAN Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang dilakukan di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penumbuhan film tipis LiTaO 3 adalah metode spin-coating.

Lebih terperinci

Studi Optimasi Parameter Daya RF untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode Hot Wire Cell PECVD

Studi Optimasi Parameter Daya RF untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode Hot Wire Cell PECVD PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 37 A, No. 1, 2005, 13-22 13 Studi Optimasi Parameter Daya RF untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode Hot Wire Cell PECVD S. Amiruddin 1), I. Usman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL M O D U L PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega T. Berman, S.Pd., M.Eng. BIDANG KEAHLIAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Teknologi Plasma. dalam Industri Manufaktur Semikonduktor dan Divais Elektronik. (Bagian I) Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

Teknologi Plasma. dalam Industri Manufaktur Semikonduktor dan Divais Elektronik. (Bagian I) Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. Teknologi Plasma dalam Industri Manufaktur Semikonduktor dan Divais Elektronik (Bagian I) Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia Monday, 12 October

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita terima bahwa pemakaian energi berbahan dasar dari fosil telah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. kita terima bahwa pemakaian energi berbahan dasar dari fosil telah menjadi salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menipisnya cadangan energi fosil di Indonesia dan kenyataan yang harus kita terima bahwa pemakaian energi berbahan dasar dari fosil telah menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b)

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b) ISSN 1410-6951 PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b) Bambang Siswanto, Wirjoadi, Sudjatmoko Puslitbang Teknologi Maju Batan Yogyakarta Jl. Babarsari Kotak Pos 6101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor dimulai bulan Mei 2010 sampai Bulan Mei 2011 3.2.

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

No. Nama Komponen Fungsi

No. Nama Komponen Fungsi Jobsheet Baterai / Aki PROSEDUR MELEPAS BATERAI 1. Matikan mesin atau putar kunci kontak pada posisi OFF. 2. Buka tutup tempat baterai atau body pada sepeda motor. 3. Kendorkan terminal baterai negatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA ISSN 40-695 KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA Bambang Siswanto, Wirjoadi, Tri Mardji Atmono, Yunanto Puslitbang Teknologi Maju Batan Yogayakarta Jl. Babarsari Kotak

Lebih terperinci

Analisis Sifat-sifat Optoelektronik Lapisan Tipis Silikon Amorf terhidrogenasi yang ditumbuhkan dengan Teknik VHF-PECVD pada Variasi Daya RF

Analisis Sifat-sifat Optoelektronik Lapisan Tipis Silikon Amorf terhidrogenasi yang ditumbuhkan dengan Teknik VHF-PECVD pada Variasi Daya RF Jurnal Matematika dan Sains Vol. 1 No. 2, Juni 25, hal 63-68 Abstrak Analisis Sifat-sifat Optoelektronik Lapisan Tipis Silikon Amorf terhidrogenasi yang ditumbuhkan dengan Teknik VHF-PECVD pada Variasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB

Lebih terperinci

Penumbuhan Silikon Nanowire dengan Nanokatalis Perak menggunakan Metode HWC-In Plasma-VHF-PECVD melalui Optimasi Tekanan

Penumbuhan Silikon Nanowire dengan Nanokatalis Perak menggunakan Metode HWC-In Plasma-VHF-PECVD melalui Optimasi Tekanan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 10, NOMOR 2 JUNI 2014 Penumbuhan Silikon Nanowire dengan Nanokatalis Perak menggunakan Metode HWC-In Plasma-VHF-PECVD melalui Optimasi Tekanan Diky Anggoro 1, dan Toto

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram alir Penelitian Data Awal Bahan SKD61 (ASSAB 84072M) - Komposisi Kimia - Kekerasan awal sebelum hardening - Struktur Mikro sebelum hardening Persiapan spesimen uji

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, sehingga manusia

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS ISSN 1410-6957 DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS Sayono, Tjipto Sujitno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Toto Trikasjono Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA Sukidi, Suhartono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail : skd_5633@yahoo.co.id ABSTRAK UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA. Telah dilakukan uji vakum 2 bejana nitridasi

Lebih terperinci

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) 1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>> Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu

Lebih terperinci

Solar Energy Conversion Technologies

Solar Energy Conversion Technologies Solar Energy Conversion Technologies Solar Radiation Radiasi matahari adalah gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh permukaan Matahari yang berasal dari sebagian besar matahari di mana reaksi

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Optimasi Parameter Tekanan Deposisi untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode HWC PECVD

Optimasi Parameter Tekanan Deposisi untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode HWC PECVD Optimasi Parameter Tekanan Deposisi untuk Penumbuhan Lapisan Tipis Mikrokristal Silikon dengan Metode HWC PECVD Amiruddin Supu 1), I Wayan Sukarjita 1), Fakhruddin 1), Suryani Arsyad Fitri 2), Toto Winata

Lebih terperinci

logam-logam berat diantaranya adalah logam berat tembaga yang terdapat pada limbah

logam-logam berat diantaranya adalah logam berat tembaga yang terdapat pada limbah PENGENDAPAN LOGAM TEMBAGA DENGAN METODA ELEKTROLISIS INTERNAL Abdul Haris, Ani Dwi Riyanti, Gunawan Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia F MIPA Universitas Diponegoro, Semarang 5275 ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 AKTIVITAS PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan merupakan sebuah kajian eksperimental dengan rangkaian urutan aktivitas sebagai berikut: Kajian Pendahuluan Merupakan

Lebih terperinci

Struktur kristal dan Morfologi film tipis GaN yang ditumbuhkan dengan metoda Hot-Wire Pulsed Laser Deposition

Struktur kristal dan Morfologi film tipis GaN yang ditumbuhkan dengan metoda Hot-Wire Pulsed Laser Deposition Struktur kristal dan Morfologi film tipis GaN yang ditumbuhkan dengan metoda Hot-Wire Pulsed Laser Deposition Dadi Rusdiana Departemen Fisika, FPMIPA UPI, Jl. Dr.Setiabudi 229 Bandung, Indonesia 40154

Lebih terperinci

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA GANENDRA, Vol.VI, N0.1 ISSN 1410-6957 PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA Wirjoadi, Sudjatmoko, Yunanto, Bambang Siswanto, Sri Sulamdari Puslibang Teknologi

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PEMASANGAN. 1 Sambungan gas A B C. PERINGATAN! Silakan baca bab Keselamatan.

PEMASANGAN. 1 Sambungan gas A B C. PERINGATAN! Silakan baca bab Keselamatan. PEMSNGN Silakan baca bab Keselamatan. 1 Sambungan gas Sebelum menyambung gas, lepaskan steker utama dari soket utama atau matikan sekering dalam kotak sekering. Tutuplah katup utama dari suplai gas. Saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Proses pelapisan plastik ABS dengan menggunakan metode elektroplating dilaksanakan di PT. Rekayasa Plating Cimahi, sedangkan pengukuran kekasaran, ketebalan

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci