ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab."

Transkripsi

1 ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor) SKRIPSI PRISCA NURMALA SARI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN PRISCA NURMALA SARI. Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Sebagian Penduduk Indonesia sudah sadar mengenai kesehatan pribadi dan lingkungan sehingga gaya hidup berubah menjadi back to nature dan mulai mengkonsumsi produk organik. Banyak pelaku agribisnis yang mengusahakan beras organik karena harga jual lebih tinggi dibandingkan beras biasa sehingga timbul persaingan untuk memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya. Saat ini, untuk memenangi persaingan, pelaku usaha tidak lagi bersaing sendiri, tetapi bersaing antar rantai pasok. Tani Sejahtera Farm (TSF) merupakan anggota rantai pasok beras organik. Badan usaha ini memiliki masalah pada aliran produk, finansial, dan infornasi sepanjang rantai pasoknya sehingga menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Penelitian ini bertujuan : (1) Mengkaji kondisi dan kinerja rantai pasok beras organik ; (2) Menganalisis nilai tambah setiap anggota rantai pasok beras organik ; (3) Menganalisis dan menghasilkan ukuran pengendalian persediaan beras organik. Penelitian berlokasi di Tani Sejahtera Farm, Kabupaten Bogor dan berlangsung dari Bulan Februari hingga April Jenis data yang diambil adalah data primer dan sekunder melalui observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan kuisioner. TSF merupakan sampel pertama yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kemudian sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling, yaitu petani mitra dan ritel produk organik. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel yang merupakan anggota rantai pasok beras organik. Terdapat dua jenis metode yang digunakan untuk mengolah data, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah kerangka FSCN (Food Supply Chain Networking) untuk menganalisis kinerja rantai pasok dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Selain itu, pengukuran nilai tambah dilakukan dengan Metode Balk serta analisis pengendalian persediaan dengan metode yang diterapkan Chopra dan Meindl. Rantai pasok beras organik berbentuk jaringan. Pasar tujuan rantai pasok ini adalah pasar domestik. Struktur rantai pasok beras organik terdiri dari sebelas petani mitra, TSF, dua ritel produk organik, dan konsumen akhir. Kedua ritel adalah MM Organic and Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods. Kriteria pemilihan mitra hanya ditetapkan oleh TSF dan ritel produk organik. Kesepakatan yang sudah terjalin tidak secara formal. Anggota rantai pasok memiliki sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan. Siklus yang dijalankan dalam proses bisnis adalah customer order, replenishment, dan procurement cycle. Aliran produk lancar, sedangkan aliran finansial dan informasi kurang lancar. Kinerja rantai pasok dapat dilihat dari efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis margin pemasaran dan farmer s share dibagi menjadi tiga saluran karena harga akhir produk berbeda. Dari hasil analisis efisiensi pemasaran pada

3 rantai pasok beras organik, hanya saluran 2 yang belum efisien dengan nilai margin Rp dan farmer s share 22,41 persen sehingga rantai pasok beras organik belum efisien secara keseluruhan. Analisis efisiensi pengelolaan asset persediaan beras organik TSF sudah efisien dengan nilai inventory turnover 12 kali dan inventory days of supply 30 hari. Pengelolaan asset uang tunai belum efisien dengan nilai cash to cash cycle time yang besar selama 35 hari. Bila dilihat dari keenam elemen kerangka FSCN, kondisi rantai pasok beras organik belum baik karena penerapan manajemen rantai pasok belum baik, proses bisnis kurang lancar, dan kinerja belum efisien seluruhnya. Analisis nilai tambah dilakukan pada setiap anggota rantai pasok beras organik dan secara keseluruhan. Nilai tambah yang diperoleh seluruh petani mitra sebanyak Rp dengan besar kontribusi dalam penciptaan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik sebesar 41 persen. TSF merupakan anggota rantai pasok yang memberikan kontribusi terbanyak dengan persentase 42 persen dan sejumlah Rp , sedangkan ritel produk organik memperoleh nilai tambah sebesar Rp dengan besar kontribusi 17 persen. Jumlah nilai tambah rantai pasok beras organik keseluruhan sebesar Rp dalam setahun pada tahun Nilai tambah rantai pasok beras organik cukup tinggi. Analisis pengendalian persediaan dilakukan pada TSF. TSF menerapkan kebijakan periodic review karena permintaan berfluktuasi. TSF belum pernah mempersiapkan safety stock sehingga dikhawatirkan akan merugikan jika suatu saat pasokan tidak ada dan permintaan melonjak. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah safety stock sebanyak 279 kg dan penentuan jumlah pemesanan beras organik menggunakan model (Q = kg jumlah persediaan di gudang). Kebijakan lain dibutuhkan agar hasil analisis dapat diterapkan. TSF dapat membeli seluruh beras organik petani mitra dan sebagian panen petani non mitra jika jumlah panen petani mitra lebih sedikit dari hasil pengukuran model dan jika hasil panen lebih besar, maka dijual seluruhnya kepada konsumen akhir.

4 ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor) PRISCA NURMALA SARI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul Proposal : Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor) Nama : Prisca Nurmala Sari NIM : H Menyetujui, Pembimbing Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Prisca Nurmala Sari H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 21 September Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Supriyadi dan Ibunda Kenyo Kartika Rini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di tiga sekolah dasar, yaitu SDN Tambun VIII selama 2 tahun, SDN 47 Kota Jambi selama tiga tahun serta SDN Taman Pagelaran selama 1 tahun dan lulus pada tahun Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 4 Bogor pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan menengah ke atas di SMAN 1 Bogor dan lulus pada tahun Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008 serta mengambil Minor Agronomi dan Hortikultura. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Pengalaman kegiatan organisasi dimulai pada periode , penulis tercatat sebagai staf Divisi Produksi Century dan anggota Klub Kewirausahaan HIPMA. Pada periode , penulis diamanahkan sebagai Badan Pengawas HIPMA. Sedangkan pengalaman kegiatan kepanitiaan dimulai pada tahun 2008, penulis menjadi staf Divisi Acara IPB SHARE (IPB Social Helath and Care). Pada tahun 2009, penulis menjadi staf divisi acara BUGS (Bakti Pendidikan untuk Generasi Bangsa). Kemudian pada tahun 2010, penulis tercatat sebagai staf divisi acara The 5 th Banking Goes to Campus, ORANGE FEM, AGRIPRENEUR 46 serta ketua divisi acara AGRINATION Pada periode , penulis diamanahkan sebagai steering committee AGRINATION 2012.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan berkah-nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus: Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola, kondisi, dan kinerja serta nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik. Kinerja rantai pasok beras organik yang berbentuk jaringan (network) diperoleh melalui analisis efisiensi pemasaran dan efisiensi pengelolaan asset. Tujuan terakhir yaitu mengetahui model pengendalian persediaan rantai pasok beras organik yang dapat digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan manfaat kepada banyak pihak, baik mahasiswa, peneliti maupun pihak lainnya. Bogor, Juli 2012 Prisca Nurmala Sari

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik atas bimbingan, motivasi, doa, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani kegiatan akademik di Departemen Agribisnis dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji pada ujian skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. 3. Yanti Nuraeni M, SP, M Agribuus selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran kepada penulis. 4. Ir. Supriyadi, M.Si dan RA. K. Kartika Rini, orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan moral yang selalu diberikan kepada penulis. 5. Seluruh Dosen, Komdik, dan Staf Departemen Agribisnis yang telah banyak memberikan ilmu, pesan, doa, dan dukungan serta membantu penulis selama menyelesaikan studi S1. 6. Dian Vitaloka, Diaz Andika Saputra, dan Nafisah Naila Husna, adik tercinta atas kasih sayang, doa, dan semangat yang membuat penulis terhibur dan tetap semangat menyelesaikan skripsi ini. 7. Almarhumah nenek, mbah, eyang, om, tante, dan sepupu-sepupu yang telah memberikan dukungan, doa, candaan, dan semangat dari awal penulis melakukan penelitian hingga selesai. 8. Bapak Zul Irham dan Ny. Zul Irham atas waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan. 9. Bapak Gregg selaku Penanggung Jawab Tani Sejahtera Farm atas waktu, kesempatan, kesabaran, informasi, dan dukungan yang diberikan. 10. Petani mitra dan ibu-ibu pekerja di Tani Sejahtera Farm serta pihak ritel atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

10 11. Teman-teman satu bimbingan Asmayanti, Julia Rahmamita, Rizky Ilham, dan Tubagus Fazlurrahman yang telah memberi semangat dan doa. 12. Teman-teman seperjuangan, teman-teman Agribisnis 45 yang bersedia menjadi pendengar atas curahan hati penulis dan memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan membantu penulis selama ini. 13. Kakak dan adik kelas di Departemen Agribisnis serta teman-teman IPB yang telah membantu dan mendukung penulis selama menyelesaikan studi di Kampus IPB. 14. Semua pihak yang belum disebutkan atas bantuannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Prisca Nurmala Sari

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Beras Organik Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Pertanian Moderen Pertanian Organik Kinerja Tinjauan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok Konsep Manajemen Rantai Pasok Prinsip dan Fungsi Manajemen Rantai Pasok Pemain Utama Manajemen Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran Margin Pemasaran Farmer s Share Konsep Nilai Tambah Konsep Persediaan Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Rantai Pasok Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran Efisiensi Pengelolaan Asset Analisis Nilai Tambah Analisis Pengendalian Persediaan xiv xv xvi

12 V GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK TANI SEJAHTERA FARM Gambaran Umum Petani Mitra Gambaran Umum Tani Sejahtera Farm Sejarah dan Perkembangan Struktur Organisasi Deskripsi Kegiatan Tani Sejahtera Farm Budidaya Padi Organik Kegiatan Pemasaran Gambaran Umum Ritel Produk Organik Ritel MM Organic and Vegetable Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods Gambaran Umum Konsumen Akhir VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Sasaran Rantai Pasok Sasaran Pasar Sasaran Pengembangan Struktur Rantai Pasok Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Ritel Produk Organik Konsumen Akhir Manajemen Rantai Pasok Pemilihan Mitra Kesepakatan Kontraktual Sistem Transaksi Dukungan Pemerintah Kolaborasi Rantai Pasok Sumber Daya Rantai Pasok Sumber Daya Fisik Sumber Daya Teknologi Sumber Daya Manusia Sumber Daya Modal Proses Bisnis Rantai Pasok Hubungan Proses Bisnis Rantai Pasok Pola Distribusi Aliran Produk Aliran Finansial Aliran Informasi Anggota Rantai Pendukung Perencanaan Kolaboratif Penelitian Kolaboratif Jaminan Identitas Merek Aspek Risiko Trust Building Kinerja Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran Margin Pemasaran

13 Farmer s Share Efisiensi Pengelolaan Asset Inventory Turnover Inventory Days of Supply Cash to Cash Cycle Time VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Nilai Tambah Petani Mitra Nilai Tambah Tani Sejahtera Farm Nilai Tambah Ritel Produk Organik Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Kondisi Permintaan Beras Organik Kebijakan Pengisian Kembali Persediaan pada Tani Sejahtera Farm Pengendalian Persediaan Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm IX KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Varietas Beras Organik Berdasarkan Tekstur Nasi Perbedaan Pertanian Ramah Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan Tipologi Peluang Inisiatif Nilai Tambah Sebaran Responden Berdasarkan Usia Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Jenis Usaha Petani Responden Selain Padi Organik Pembagian Kelompok Petani dalam Siklus Produksi Pemasok Bahan Baku Budidaya Padi Organik pada Petani Mitra dan Tani Sejahtera Farm Margin dan Fungsi Pemasaran Rantai Pasok Beras Organik Rincian Perhitungan COGS Tahun 2011 pada Tani Sejahtera Farm Rincian Nilai Output, Nilai Input, dan Nilai Tambah Petani Mitra dalam Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun Rincian Nilai Output, Nilai Input, dan Nilai Tambah Tani Sejahtera Farm dalam Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun Komponen Perhitungan Nilai Tambah pada MM Organic Vegetable Komponen Perhitungan Nilai Tambah pada Ming Organic and Vegetarian Foods Nilai Tambah di Tingkat Ritel Produk Organik Setahun Nilai Tambah dan Persentase Kontribusi Setiap Anggota Rantai Pasok Beras Organik Dalam Setahun Data Permintaan Beras Organik Tani Sejahtera Farm Tahun Simpangan antara Jumlah Permintaan Setiap Bulan dan Rata-Rata Permintaan Beras Organik pada Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perkiraan Emisi Gas CH 4 (ton) dari Lahan Sawah Indonesia pada Tahun Perkembangan Luas Lahan Pertanian dan Pertanian Organik di Indonesia dari Tahun Struktur Rantai Pasok Siklus Proses dalam Cycle View Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok sebagai Integrasi dan Pengaturan Proses Bisnis di Sepanjang Rantai Pasok Ruang Lingkup Manajemen Rantai Pasok Sederhana Kurva Margin Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasokan Struktur Organisasi Tani Sejahtera Farm Struktur Rantai Pasok Beras Organik Berjaring pada Tani Sejahtera Farm Struktur Rantai Pasok Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm Proses Pull or Push dalam Rantai Pasok Beras Organik Posisi Kekuatan Tawar antar Anggota Rantai Pasok Beras Organik Aliran Produk Rantai Pasok Beras Organik Aliran Finansial Rantai Pasok Beras Organik Aliran Informasi Rantai Pasok Beras Organik Persentase Kontribusi Setiap Petani Mitra dalam Penciptaan Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun Persentase Kontribusi Setiap Ritel dalam Penciptaan Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun Siklus Pengisian Kembali Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm Saat Ini Siklus Pengisian Kembali Persediaan Beras Organik untuk Bulan Berikutnya

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani Mitra Tahun Biaya Produksi Tani Sejahtera Farm pada Tahun Biaya Produksi Bulan Maret pada Tani Sejahtera Farm Rincian Penyusutan Tani Sejahtera Farm Kuisioner Penelitian untuk Petani Mitra Kuisioner Penelitian untuk Tani Sejahtera Farm Kuisioner Penelitian untuk Ritel Produk Organik Dokumentasi Lahan dan Aktivitas Petani Mitra Dokumentasi Gudang, Kantor, dan Kemasan Tani Sejahtera Farm Dokumentasi Ritel Produk Organik dan Kemasan

17 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai km 2 terdiri atas luas daratan sekitar ,32 km 2 dan luas lautan sebesar ,9 km 2 (BPS 2011). Indonesia menduduki peringkat ke-15 daratan terluas sedunia. Terlihat bahwa Indonesia mempunyai potensi daratan atau lahan yang sebaiknya dikembangkan secara optimal. Menurut CIA (2005), pemanfaatan lahan di Indonesia terdiri dari 11,03 persen arable land, permanent crops 7,04 persen, dan lainnya sebesar 81,93 persen. Arable land merupakan lahan yang digunakan untuk budidaya komoditas pertanian yang setelah panen dapat ditanam kembali jika ingin membudidayakannya kembali, sedangkan permanent crops merupakan lahan yang digunakan untuk budidaya komoditas pertanian yang dapat selalu dipanen. Jadi, sekitar 18,07 persen daratan di Indonesia digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan pertanian (agricultural land) merupakan lingkungan alami dan buatan manusia sebagai tempat berlangsungnya produksi, pascapanen, dan pengolahan hasil serta pemasaran komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Lahan pertanian dibagi menjadi lahan basah dan lahan kering. Luas lahan basah di Indonesia seluas hektar yang terdiri dari lahan beririgasi teknis, semi teknis, irigasi desa, tadah hujan, pasang surut dan lainnya (Ditjen PLA 2007). Menurut A.T. Mosher (1966), pertanian adalah suatu bentuk proses produksi yang sudah khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan daripada hewan dan tumbuhan. Pertanian menjadi sektor penting dalam pembangunan Negara Indonesia dengan memberikan kontribusi yang luar biasa. Kontrib usi dari sektor pertanian dapat dilihat dari empat kontribusi, antara lain : (a) kontribusi produk karena sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan baku produksi sektor industri dan jasa, (b) kontribusi faktor produksi karena sektor pertanian dapat mentransfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri yang merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi serta mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor lain, (c) kontribusi pasar karena

18 sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (d) kontribusi devisa karena sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor. Tercatat dalam data BPS (2011) bahwa sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja paling banyak dengan umur 15 tahun ke atas yaitu sebanyak 39,33 juta penduduk dan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dengan angka sangat sementara sebesar 14,7 persen dari total PDB Indonesia sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian berkontribusi bagi pembangunan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan Masyarakat Indonesia. Pertanian mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Walaupun demikian, semakin lama kondisi pertanian di Indonesia semakin memprihatinkan. Kondisi pertanian di Indonesia diperburuk dengan : 1. Adanya konversi lahan pertanian untuk kepentingan non pertanian. 2. Berkurangnya minat masyarakat menjadi petani karena kurangnya insentif yang diterima petani. 3. Kesuburan tanah menurun akibat sistem budidaya yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. 4. Adanya fenomena cuaca ekstrim. Pada saat ini, efek cuaca ekstrim sudah dirasakan para pembudidaya komoditas pertanian. Cuaca ekstrim terjadi karena adanya efek rumah kaca yang merupakan fenomena menghangatnya bumi karena radiasi matahari dari permukaan bumi, lalu dipantulkan kembali ke angkasa dan terperangkap oleh selimut gas rumah kaca (WWF 2012). Gas yang dapat disebut gas rumah kaca, yaitu CO 2, CH 4 (metana), dan N 2 O (Nitrogen Dioksida). Emisi gas rumah kaca dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, perubahan tata guna lahan dan hutan, kegiatan industri, peternakan, dan pertanian. Penggunaan pupuk kimia (anorganik), khususnya pada tanaman padi sangat berpotensi sebagai salah satu penyebab fenomena efek rumah kaca. Pupuk urea adalah pupuk kimia yang lebih dominan diberikan pada tanaman padi. Menurut Poniman (2002), penggunaan pupuk urea pada tanaman padi sebagian besar daerah sudah berlebihan hingga mencapai 2-3 kali lipat. Pemberian pupuk

19 urea pada tanaman padi hanya sekitar persen yang dimanfaatkan oleh tanaman, sedangkan nitrogen yang tidak termanfaatkan akan terlepas ke atmosfer dalam bentuk gas rumah kaca (CH 4 dan N 2 O). Dengan demikian, semakin besar penggunaan pupuk urea atau pupuk kimia lainnya, akan memperbesar kemungkinan terjadinya efek rumah kaca. Pergerakan perkiraan emisi gas CH 4 (ton) dari lahan sawah di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. ton tahun Gambar 1. Perkiraan Emisi Gas CH 4 (ton) dari Lahan Sawah Indonesia pada Tahun Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup RI 2009 Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa emisi gas CH 4 yang disebabkan oleh budidaya padi dengan input kimia di Indonesia meningkat dimulai dari tahun Hal tersebut dapat membahayakan kelangsungan tanaman padi di Indonesia karena cuaca ditakutkan akan semakin tidak dapat diprediksi sehingga perubahan musim tanam atau kekeringan terjadi sehingga produktivitas padi semakin menurun. Selain itu, lingkungan menjadi tidak sehat karena penggunaan input kimia juga dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah dan ketidakseimbangan ekologis sehingga persediaan beras tidak selalu dapat mengimbangi kebutuhan pangan di setiap bulan karena hasil panen berbeda-beda antar musim. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Isu lingkungan menjadi hangat diperbincangkan masyarakat. Masyarakat internasional sudah mulai menyadari bahwa keseimbangan lingkungan harus

20 dijaga agar keberlangsungan hidup di bumi ini tidak terancam sampai jangka sangat panjang. Oleh karena itu, berkembanglah konsep pertanian ramah lingkungan. Sistem ini memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dan kesehatan individu konsumen. Terdapat dua sistem dalam pertanian ramah lingkungan, yaitu sistem yang sama sekali tidak memperbolehkan menggunakan bahan kimia sintetis, disebut sistem LEIA (Low external Input Agriculture) atau pertanian organik dan sistem yang masih memperbolehkan menggunakan bahan kimia sintetis selain bahan organik, tetapi berada dalam batas wajar dan sesuai yang diatur dalam peraturan pemerintah disebut sistem LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Semua negara di dunia bersama-sama menggalakkan sistem pertanian organik dalam kegiatan pertanian yang diusahakan termasuk Negara Indonesia. Perkembangan luas pertanian organik di Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 2. ha Luas Lahan Pertanian Luas Lahan Pertanian Organik tahun Gambar 2. Perkembangan Luas Lahan Pertanian dan Pertanian Organik di Indonesia dari Tahun Sumber : Research Institute of Organic Agriculture FiBL 2011 Luas lahan pertanian keseluruhan baik pertanian konvensional maupun organik di Indonesia meningkat sejak tahun 2008, diikuti juga dengan peningkatan luas lahan pertanian organik sejak tahun Persentase luas lahan pertanian organik pada tahun 2010 sebesar 13 persen dari luas lahan pertanian,

21 yaitu seluas 9.257,04 hektar. Perkembangan luas lahan pertanian searah dengan perkembangan luas lahan pertanian organik di Indonesia. Pada tahun 2010, perkembangan luas lahan pertanian organik sangat pesat hingga dua kali lipat lebih dari luas lahan pertanian organik pada tahun Hal tersebut mendeskripsikan bahwa pertanian organik di Indonesia, termasuk padi organik semakin berkembang dan diminati oleh banyak pelaku usaha yang mengusahakannya dan konsumen akhir atas produk organik. Padi merupakan tanaman pangan paling utama dan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial, maupun politik. Budidaya padi dengan sistem organik akan digiling dan menghasilkan beras organik. Usaha beras organik memiliki prospek yang menjanjikan ke depannya karena perubahan tren Masyarakat Indonesia yang kembali ke alam (back to nature) serta semakin peduli lingkungan dan kesehatan individu. Minat masyarakat untuk terlibat dalam usaha beras organik secara bertahap meningkat walaupun produksi belum seproduktif sistem konvensional. Harga jual beras organik lebih tinggi karena image sehat tertanam dalam produk ini sehingga pendapatan yang diperoleh pelaku usaha lebih besar dibandingkan beras dengan sistem konvensional. Harga mahal produk ini juga tercipta karena besarnya usaha yang harus dilakukan petani dalam membudidayakan padi organik. Produk beras organik sangat eksklusif karena pengawasan produk selalu dilakukan agar tidak menyalahi prinsip organik sehingga produk tetap dapat dikatakan sebagai produk beras organik. Keeksklusifan produk ini membuat rantai pasok yang mengalirkan produk ini haruslah eksklusif untuk membedakan antara rantai pasok beras organik dan rantai pasok beras konvensional. Rantai pasok beras organik yang eksklusif dapat dilihat dari struktur rantai pasok yang sederhana, sedangkan rantai pasok beras konvensional lebih panjang dan rumit dibandingkan beras organik. Namun, walaupun rantai pasok eksklusif dan berbentuk sederhana, belum tentu proses aliran di dalamnya berjalan lancar. Konsumen saat ini menjadi sangat kritis karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Konsumen menginginkan beras organik yang lebih berkualitas, murah, dan cepat (better, cheaper, faster). Keinginan tersebut dapat diatasi dengan diterapkannya manajemen yang baik di dalam rantai pasok beras

22 organik. Konsep ini menuntut seluruh anggota yang berada di sepanjang rantai pasok beras organik saling terintegrasi karena persaingan tidak lagi terjadi antara pelaku usaha secara individu, tetapi antar rantai pasok. Rantai pasok yang dapat bersaing adalah rantai pasok yang dapat memenuhi permintaan konsumen serta nilai yang diperoleh rantai pasok keseluruhan tinggi. Sementara struktur usaha pertanian di Indonesia masih terfragmentasi dan tidak terkoordinasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Hal penting dalam rantai pasok adalah kelancaran aliran produk, finansial, dan informasi agar dapat memenuhi keinginan konsumen akhir. Ketersediaan beras organik harus terjaga di dalam rantai pasok agar aliran produk selalu lancar sehingga kedua aliran lainnya pun lancar. Oleh karena itu, upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pada rantai pasok beras organik diperlukan melalui manajemen rantai pasok dan usaha pengendalian persediaan beras organik di dalam rantai pasok sehingga tujuan akhir rantai pasok tercapai, yaitu memenuhi permintaan dan kepuasan konsumen akhir serta memaksimalkan nilai yang diperoleh rantai pasok Perumusan Masalah Beras organik merupakan beras yang dihasilkan dari budidaya padi dengan sistem organik. Beras organik memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan beras biasa (konvensional), yaitu lebih menyehatkan pribadi dan lingkungan. Usaha yang dibutuhkan dalam memproduksi beras organik lebih sulit dan intensif. Dalam proses budidaya padi organik, jumlah input yang digunakan sangat banyak dan perawatannya pun intensif karena tidak menggunakan pestisida kimia yang lebih cepat mengendalikan hama dan penyakit dibandingkan pestisida organik. Produktvitas padi organik cukup rendah dan menurut BPS (2011), rendemen giling gabah pun rendah sekitar 20,51 persen sehingga jumlah output yang dihasilkan tidak banyak. Beras organik harus terjaga dari kontaminasi produk kimia agar tetap dapat disebut produk organik. Oleh karena produk ini memiliki nilai yang lebih tinggi, maka harganya pun lebih mahal dibandingkan beras biasa. Beras organik yang dikonsumsi oleh konsumen akhir berasal dari petani, distributor, pedagang, ritel, dan pihak-pihak lainnya yang bergabung menjadi sebuah rantai pasok beras organik. Beras organik merupakan produk yang

23 eksklusif sehingga rantai pasok yang mengalirkan produk ini haruslah eksklusif. Keekslusifan beras organik harus dijaga dalam rantai pasok karena identitas organik produk ini harus terjaga agar tidak merugikan konsumen akhir dan produk tiba di konsumen akhir tepat waktu dan tempat. Rantai pasok beras organik lebih sederhana dibandingkan rantai pasok beras biasa. Jika produk beras organik mengalir dalam rantai pasok yang sama dengan beras biasa, maka lebih banyak pelaku usaha yang akan terlibat dalam rantai pasok. Banyaknya pelaku usaha yang terlibat dikhawatirkan membuat produk beras organik semakin mahal dan kualitas tidak terjamin. Selain itu, mahalnya beras organik belum tentu membuat pelaku usaha yang terlibat termasuk petani memperoleh pembagian share yang sesuai dan merata dari harga produk akhir. Hal tersebut dapat merugikan petani dan pelaku usaha yang terlibat serta konsumen akhir yang membeli produk dengan harga yang lebih mahal dibandingkan harga produk akhir oleh rantai pasok beras organik yang eksklusif. Rantai pasok beras organik pada Tani Sejahtera Farm merupakan jaringan yang terdiri dari beberapa pelaku usaha dan terdapat aliran produk, finansial serta informasi di sepanjang rantai. Rantai pasok ini sangat eksklusif dan sederhana walaupun berbentuk jaringan karena hanya terdiri dari petani mitra, Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik, dan konsumen akhir. Sebuah rantai pasok merupakan sebuah kesatuan yang memiliki tujuan sangat penting bagi seluruh anggota rantai pasok, yaitu memenuhi permintaan dan kepuasan konsumen akhir. Sebagai sebuah kesatuan, seharusnya antar anggota rantai pasok saling berkoordinasi dan terintegrasi. Rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm dirasakan belum terkoordinasi dengan baik dan juga belum terintegrasi. Kesulitan berkoordinasi dan mengintegrasikan seluruh anggota rantai pasok dikarenakan bentuk rantai pasok berjaring sehingga lebih sulit melakukannya dibandingkan rantai pasok yang berbentuk linier. Koordinasi yang belum baik dan belum terintegrasi dapat terlihat dalam pelaksanaan usaha beras organik, rantai pasok ini belum dapat memenuhi permintaan konsumen setiap bulan khususnya pada tingkat ritel. Permintaan dari konsumen akhir selain dihadapi oleh ritel, juga dihadapi oleh Tani Sejahtera Farm. Permintaan dari konsumen akhir yang dihadapi Tani Sejahtera Farm sudah

24 terpenuhi pada tahun 2011, tetapi pada tahun-tahun sebelumnya permintaan lebih besar dari penawaran. Hal tersebut sangat disayangkan karena tujuan akhir rantai pasok belum tercapai sehingga mengurangi keuntungan yang diperoleh rantai pasok dan loyalitas konsumen akhir dapat menurun. Anggota rantai pasok beras organik belum memperhatikan tujuan akhir penyediaan beras organik melalui rantai pasok. Untuk membuat rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm dapat memenuhi tujuan akhirnya, diperlukan penelitian lebih dalam mengenai rantai pasok ini secara keseluruhan. Awalnya, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi rantai pasok beras organik yang berjaring, bagian mana yang belum berjalan baik dan seharusnya diperbaiki. Selain memenuhi permintaan dan kepuasan konsumen, rantai pasok juga bertujuan memaksimalkan nilai tambah perolehan rantai pasok. Untuk mengetahui apakah rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm dapat mencapai tujuan tersebut, dilakukanlah pengukuran dan analisis nilai tambah perolehan rantai pasok beras organik keseluruhan. Kemudian, oleh karena rantai pasok ini bermasalah pada aliran produk yang belum dapat memenuhi permintaan konsumen akhir, dianalisis pula model pengendalian persediaan beras organik yang efektif dan efisien sehingga tujuan pemenuhan permintaan dan kepuasan konsumen akhir terpenuhi. Hasil penelitian rantai pasok berjaring (network supply chain) dan pengendalian persediaan beras organik ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm untuk dapat mengatasi permasalahan sehingga dapat bersaing dengan rantai pasok beras organik lainnya. Pengelolaan rantai pasok yang benar dan menguntungkan bagi seluruh anggota perlu dilakukan agar dapat meningkatkan nilai tambah perolehan rantai pasok beras organik. Perumusan masalah dalam penelitian ini secara ringkas adalah : 1) Bagaimana kondisi dan kinerja rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm? 2) Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota dan rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm? 3) Bagaimana pengendalian persediaan beras organik yang efisien dan efektif di Tani Sejahtera Farm?

25 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini dilakukan memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu : 1) Menganalisis kondisi dan kinerja rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm. 2) Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan setiap anggota dan rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm. 3) Menganalisis dan menghasilkan ukuran pengendalian persediaan beras organik yang efektif dan efisien di Tani Sejahtera Farm Manfaat Penelitian 1) Bagi seluruh anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm, dapat dijadikan sebagai masukan untuk evaluasi dan menentukan langkah bersama selanjutnya dalam meningkatkan daya saing rantai pasoknya. 2) Bagi Tani Sejahtera Farm, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengendalian persediaan rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. 3) Bagi akademisi, sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dan dapat digunakan sebagai referensi penelitian.

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Beras Organik Saat ini, beras sudah tidak lagi menjadi produk yang berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan pangan manusia. Sudah berkembang beras organik yang memiliki nilai tambah, yaitu lebih menyehatkan manusia dan lingkungan dibandingkan beras konvensional selain sebagai pangan. Beras organik merupakan beras yang dihasilkan dari budidaya dengan prinsip pertanian organik atau tanpa pengaplikasian bahan kimia berdasarkan standar tertentu dan telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga mandiri (International Rice Research Institute 2004). Beras organik pada dasarnya serupa dengan beras konvensional. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada proses budidaya, pengolahan hingga pemasaran ke konsumen akhir. Proses yang dilakukan terhadap beras organik menggunakan prinsip organik yang harus dijaga dari ketika masih benih hingga dikonsumsi konsumen akhir. Beras organik merupakan hasil proses pascapanen dari tanaman padi yang dibudidayakan secara organik, yaitu setelah tangkai dan kulit malainya dilepaskan dan digiling. Dalam proses penggilingan gabah organik dikenal beberapa istilah, diantaranya gabah yang merupakan biji padi organik setelah dilepaskan dari tangkai malainya, kariopsis atau beras pecah kulit organik (organic brown rice) dan sekam yang merupakan hasil proses penggilingan dengan mesin atau alat pemecah kulit. Dalam penyosohan beras pecah kulit organik akan diperoleh beras giling organik dan dedak yang berasal dari lapisan perikarp, aleuron, dan sebagian endosperm bagian luar. Lapisan aleuron adalah lapisan dalam dari lapisan nucellus yang membungkus baik endosperm maupun lembaga. Lapisan ini tersusun dari satu sampai tujuh lapis yang pada sisi dorsal lebih tebal dari sisi ventral. Lapisan aleuron ini berbeda-beda ketebalannya berdasarkan varietas, dimana beras organik yang berbentuk bulat pendek cenderung mempunyai lap isan aleuron yang lebih tebal dibanding beras jenis lonjong panjang (Juliano 1972, diacu dalam Kusumaningrum 2009). Tekstur nasi berbeda satu sama lain tergantung pada varietas yang dibudidayakan. Sebuah varietas padi organik dan konvensional selain menentukan ketahanan terhadap hama dan penyakit, produktivitas, dan bentuk nasi, juga dapat

27 menentukan tekstur nasi yang dihasilkan. Penduduk daerah tropis seperti Indonesia, Pakistan, dan sebagian Filipina menyukai varietas padi atau beras organik bertekstur sedang (Kusumaningrum 2009). Tabel 1. Varietas Beras Organik Berdasarkan Tekstur Nasi Tekstur Nasi Varietas Pulen Bengawan Solo, Tukad Petanu, Sentani, Sintanur, Memberamo, Cilosari dan Cisadane Sedang Bondoyudo, Pandanwangi, Rojolele, IR 64, Cibodas, Maros, Way Apo Buru Pera IR 68, Batang Anai, Digul, Dewi Ratih dan IR 36 Sumber : Deliani 2004, diacu dalam Kusumaningrum 2009 Dilihat dari hasil proses penggilingan, sama seperti beras konvensional, beras organik dibagi menjadi beras organik kupas kulit dan beras organik pecah kulit. Menurut Anonim (2009), beras organik kupas kulit adalah beras organik berwarna putih dan biasa dimakan sehari-hari. Pada beras organik kupas kulit, penggilingan dilakukan berkali-kali sampai kulit ari beras organik terkupas semua, sedangkan pada beras organik pecah kulit hanya digiling beberapa kali sehingga kulit ari beras organik masih tetap menempel. Beras organik pecah kulit masih mengandung kulit ari sehingga biasa disebut juga beras organik coklat yang mengandung vitamin B15 1. Terdapat tiga jenis beras organik konsumsi, yaitu beras organik putih, beras organik merah, dan beras organik hitam. Ketiga beras organik ini berbeda warna akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron (lapisan terluar). Beras organik putih merupakan beras organik berwarna putih serta biasa dimakan dan dijual di pasar. Beras organik merah merupakan beras organik yang berwarna merah dan mempunyai kandungan serat yang lebih banyak dibandingkan beras organik putih, sedangkan beras organik hitam merupakan beras organik yang berwarna hitam. Konsep organik berawal dari kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat. Hal tersebut menimbulkan adanya 1 Anonim Khasiat Beras. 20Hitam%20Merah%20Coklat.html [18 Maret 2012]

28 perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin menggemari beras organik dan juga didasari oleh keunggulan-keunggulan yang dimiliki beras organik. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimiliki beras organik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kesehatan dan sisi lingkungan. Beras organik melindungi kesehatan dengan kandungan gizi atau vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan lapisan kulit ari secara menyeluruh sehingga beras ini tidak mengkilap seperti beras konvensional, lebih enak rasanya dan pulen, lebih tahan lama serta memiliki kandungan serat dan nutrisi lebih baik. Dilihat dari sisi lingkungan, beras organik dapat menjaga kualitas lingkungan hidup dan tidak mencemari lingkungan karena sistem produksi beras organik sangat ramah lingkungan serta meningkatkan produktivitas budidaya padi organik. Terdapat perbedaan antara beras organik dan beras konvensional. Perbedaannya antara lain (Anonim 2011) : (1) Beras organik memiliki rasa lebih baik dan enak ; (2) Beras organik memiliki kualitas yang lebih baik ; (3) Beras organik tidak mengandung racun kimia pestisida ; (4) Beras organik memiliki lebih banyak kandungan vitamin dan mineral 2. Selain itu, beras organik putih bersih, tidak berbau, dan lebih tahan lama atau tidak cepat basi ketika sudah dimasak. Jika mencoba mengambil beras organik dari tumpukannya di karung, akan terasa lembut di tangan, dan jika melepaskannya kembali, akan terdengar suara yang lembut atau tidak nyaring seperti bunyi beras konvensional yang dijatuhkan kepada tumpukan beras konvensional Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep pertanian dimana produksinya menggunakan teknologi ramah lingkungan. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2010), teknologi ramah lingkungan didefinisikan sebagai teknologi yang memproteksi lingkungan, mengurangi daya polutan, menggunakan semua sumber daya, mendaur ulang lebih banyak produk dan limbah, dan menangani sisa limbah dengan cara yang benar. 2 Anonim Beras Organik 100% Bebas Zat Kimia. com/en/beras-organik-100-bebas-zat-kimia [5 Januari 2012]

29 Pertanian ramah lingkungan erat kaitannya dengan tujuan pelestarian keragaman hayati, keseimbangan ekobiologis, dan tidak terjadinya pencemaran pada produk panen, pelaku usaha pertanian, hewan ternak, lahan pertanian, dan air permukaan, air tanah maupun air mengalir. Usahatani ramah lingkungan merupakan usahatani yang dapat memperoleh produksi optimal yang tidak merusak lingkungan, baik dari segi fisik, biologis, maupun ekologis (Sumarno & Suyamto 2009). Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pertanian ramah lingkungan harus produktif, tetapi tidak membahayakan lingkungan. Produk pertanian yang dihasilkan dari sistem ini harus bersifat aman dan sehat atau bebas residu pestisida karena hal ini menjadi salah satu penciri pertanian ramah lingkungan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pertanian ramah lingkungan sama dengan istilah pertanian berkelanjutan. Menurut Sumarno dan Suyamto (2009), pengertian pertanian berkelanjutan adalah sumber daya lahan pertanian secara lestari dan dapat digunakan untuk usaha produksi, dan dapat menghasilkan produk panen optimal dengan menggunakan sejumlah masukan sarana produksi yang normal dan wajar. Konsep ini mengimplikasikan bahwa pertanian yang berkelanjutan dapat berlanjut optimal dan produktif sampai masa yang akan datang (jangka panjang). Pertanian berkelanjutan mencakup tujuh dimensi, yaitu : (1) dimensi waktu jangka panjang dalam hal pelestarian lahan, tanah, dan air ; (2) dimensi sosial, yaitu pelestarian fungsi usahatani dalam memberikan lapangan penghidupan dan ekonomi untuk masyarakat ; (3) dimensi ekonomi, yaitu kelayakan ekonomi usaha pertanian secara layak dan kompetitif dibandingkan usaha lain yang sejenis ; (4) dimensi kelestarian keanekaragaman hayati dan keragaman genetik varietas yang ditanam ; (5) dimensi kesehatan lingkungan, yaitu bebas dari pencemaran residu ; (6) dimensi kelestarian mutu dan kesuburan serta produktivitas tanah dalam jangka panjang ; (7) dimensi kelestarian sumber daya pertanian dan lingkungan (Harwood 1987, diacu dalam Sumarno & Suyamto 2009). Menurut Gips (1986), diacu dalam Jarnanto (2010), suatu sistem pertanian itu bisa disebut berkelanjutan jika memiliki sifat-sifat : (1) Mempertahankan

30 fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri ; (2) Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana pertanian dan tidak ada pihak yang diekploitasi serta masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya ; (3) Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain ; (4) Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan ; (5) Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi 3. Namun, ada pendapat lainnya yang berpendapat bahwa pertanian ramah lingkungan dan pertanian berkelanjutan berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarno dan Suyamto (2009) mengenai perbedaan dalam pertanian ramah lingkungan dan pertanian berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Pertanian Ramah Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan. Kriteria Pertanian Ramah Lingkungan Pertanian Berkelanjutan Fokus perhatian Ekologi lingkungan Produksi berkelanjutan Tujuan utama Mutu lingkungan Produksi optimal Penggunaan sarana Berasal dari bahan Tergantung kebutuhan setempat dapat dari luar usahatani Sifat teknik budidaya Masukan rendah Masukan optimal berkelanjutan berkelanjutan Contoh aplikasi Pertanian input organik, SRI, LEISA Teknologi Revolusi Hijau Ekologis, PTT Sumber : Sumarno & Suyamto 2009 Pertanian ramah lingkungan dan pertanian berkelanjutan merupakan dua konsep yang berbeda tujuannya, namun keduanya sangat terkait dalam praktiknya. Pertanian berkelanjutan memiliki konsep ramah lingkungan, sedangkan pertanian ramah lingkungan belum tentu berkelanjutan. 3 Jarnanto, Alif Pertanian Berkelanjutan. 06/13/pertanian-berkelanjutan/ [12 Februari 2012]

31 2.3. Pertanian Moderen Di Indonesia terdapat tiga konsep pertanian, yaitu konsep pertanian moderen adalah HEIA (High External Input Agriculture) dan konsep yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah LEIA (Low External Input Agriculture) dan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Konsep LEIA dan LEISA pada dasarnya adalah konsep pertanian tradisional yang digunakan pada zaman dulu, tetapi sudah diadopsi dengan penggunaan teknologi yang canggih tanpa penggunaan bahan kimia sehingga lebih modern seperti proses pembuatan input organik yang menggunakan mesin. HEIA merupakan sistem pertanian yang menggunakan masukan (input) dari luar secara berlebihan. Umumnya berupa bahan-bahan kimia konvensional yang memang sengaja dibuat untuk input produksi. Menurut Madura (2010), sistem ini merupakan konsep yang moderen karena menggantungkan produksinya dari senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh). Hal ini dapat memberi pengaruh buruk terhadap keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia 4. LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumber daya lokal yang sangat intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar sehingga tidak terjadi kerusakan sumber daya alam. Kegiatan ini berguna untuk menambahkan hara kepada tanah dari usahatani itu sendiri sehingga dapat memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak. Bahan-bahan yang digunakan seperti sampah, kompos, limbah, dan lain-lain. LEIA dapat dikatakan sama dengan pertanian organik (Madura 2010) 5. LEISA adalah sistem pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial, dan sesuai dengan budaya lokal. Prinsip-prinsip dasar ekologi pada LEISA berdasarkan Reintjes et al. (1992) adalah : (1) Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan dalam tanah ; (2) Mengoptimalkan ketersediaan dan 4 Madura, Uftori Kesuburan Tanah. Uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/kesuburan - tanah.html [12 Februari 2012] 5 Loc. cit

32 menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap ; (3) Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengeloaan air dan pengendalian erosi ; (4) Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman ; (5) Saling melengkapi dan sinergis dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi. HEIA dapat merusak lingkungan sehingga dikhawatirkan akan merusak keseimbangan ekosistem di kemudian hari, sedangkan LEIA tidak produktif sehingga dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional. LEISA hadir di antara HEIA dan LEISA, memberikan solusi atas kelemahan kedua sistem tersebut. LEISA lebih realistis dibandingkan LEIA atau pertanian organik karena selain menggunakan input organik, masih diperbolehkan menggunakan input anorganik atau kimia sintetis dalam batasan wajar sehingga tidak menimbulkan residu pada produk jadi dan lingkungan Pertanian Organik Pertanian organik awalnya memang sudah lama berkembang sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia dengan cara tradisional. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditemukanlah metode baru yaitu penggunaan pupuk kimia sintetis, varietas unggul, pestisida, dan lainnya. Metode baru tersebut memang mendatangkan hasil yang meningkat dibandingkan cara tradisional. Metode ini dikenal dengan nama Revolusi Hijau di Indonesia. Revolusi hijau semakin banyak dipraktekkan oleh petani-petani Indonesia sehingga dampak negatifnya baru dirasakan saat-saat ini, salah satunya yaitu kondisi tanah yang semakin kritis dan tidak subur akibat pencemaran bahan kimia sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena masyarakat semakin menyadari akan dampak negatif dari pemakaian bahan kimia saat budidaya tanaman pangan, cara tradisional yaitu pemakaian

33 bahan alami kembali mendapat perhatian dari petani-petani maupun pelaku usaha pertanian di Indonesia. Pertanian organik adalah manajemen produksi pertanian dimana teknik budidaya yang digunakan yaitu mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi (IFOAM 2005 ; FAO 2007). Menurut IFOAM (2005), terdapat empat prinsip pertanian organik. Keempat prinsip tersebut antara lain : (1) Prinsip Kesehatan dimana pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan ; (2) Prinsip Ekologi dimana pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan ; (3) Prinsip Keadilan dimana pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama ; (4) Prinsip Perlindungan dimana pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Namun, terdapat dua pengertian pertanian organik yang berkembang di Masyarakat Indonesia saat ini, yaitu pertanian organik dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti luas adalah sistem pertanian yang masih boleh menggunakan bahan kimia sintetis sesuai peraturan yang berlaku dan tidak mengandung residu pestisida pada produknya, sedangkan dalam arti sempit adalah sistem pertanian yang sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan bahan kimia sintetis, hanya bahan organik yang diperbolehkan Kinerja Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau profesi baik kualitas maupun kuntitas yang dicapai dalam waktu tertentu (Mangkunegara 2005; Wirawan 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan motivasi. Kemampuan terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality (pengetahuan dan keahlian), sedangkan motivasi diartikan sebagai sikap terhadap situasi kerja (Mangkunegara 2005). Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu

34 serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Kinerja seseorang merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor, yaitu faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan eksternal, dan faktor internal individu (Wirawan 2009). Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini, kinerja yang baik tidak akan tercapai. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan individu terhadap pekerjaan yang dimiliki. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya 6. Seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja akan menghasilkan kinerja seseorang dan kemudian menentukan baik tidaknya kinerja organisasi keseluruhan karena organisasi merupakan kumpulan dari individu yang memiliki kesamaan visi atau tujuan. Kinerja organisasi dapat terlihat dari pencapaian tujuan atau visi bersama, apakah tercapai atau tidak. Kinerja salah satu organisasi dapat mempengaruhi kinerja organisasi lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dalam kinerja rantai pasok. Sebuah rantai pasok terdiri dari kumpulan organisasi atau perusahaan yang saling bermitra. Rantai pasok berfungsi mengalirkan produk dari produsen awal hingga konsumen akhir. Tujuan akhir rantai pasok adalah memaksimalkan nilai yang diperoleh serta memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen akhir. Jika salah satu organisasi (perusahaan) sebagai pemasok tidak baik dalam hal kinerja misalkan kualitas produk yang dipasok tidak sesuai kesepakatan dengan mitra, maka akan mempengaruhi kinerja mitra sebagai organisasi (perusahaan) dalam menjual kembali produk. Selanjutnya, akan berakibat pada kinerja rantai pasok keseluruhan yang tidak dapat memenuhi kepuasan konsumen yang menginginkan produk berkualitas sehingga nilai yang diperoleh rantai pasok berkurang. Oleh karena persaingan dihadapi oleh rantai pasok saat ini, maka harus diintegrasikan 6 Mangkuprawira, T.S Kinerja : Apa itu?. ronawajah.wordpress.com/ 2007/05/29/kinerja-apa-itu/. [5 Januari 2012]

35 seluruh anggota rantai pasok sehingga menghasilkan kinerja yang baik dilihat dari pencapaian tujuan rantai pasok Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang akan menjadi tinjauan dalam penelitian ini yaitu penelitian yang bertemakan analisis deskriptif rantai pasok, nilai tambah, dan pengendalian persediaan. Analisis deskriptif rantai pasok dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran rantai pasok secara keseluruhan, apakah sudah baik atau belum dan bagian mana yang harus diperbaiki. Tujuan dari analisis ini pada umumnya adalah mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasok (Wicaksono 2010 ; Aryanthi 2011 ; Riwanti 2011), menganalisis aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh setiap anggota rantai pasok (Aryanthi 2011) serta menganalisis kinerja rantai pasok dan alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasok (Riwanti 2011). Terdapat penelitian yang mengkombinasikan analisis rantai pasok dan strategi pengembangan di dalam rantai pasok, seperti dilakukan oleh Wicaksono (2010). Peneliti melakukan perumusan alternatif strategi rantai pasok dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasok jangka panjang dan menetapkan strategi terbaik berdasarkan strategi terpilih bagi rantai pasok udang vaname. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian analisis rantai pasok adalah metode deskriptif dengan menggunakan kerangka analisis manajemen rantai pasok yang disebut Kerangka FSCN (Food Supply Chain Networking) seperti yang dilakukan oleh Wicaksono (2010) dan Riwanti (2011). Aryanthi (2011) tidak menggunakan Kerangka FSCN, tetapi menggunakan metode analisis deskriptif rantai pasok yang mengidentifikasi anggota rantai, aliran rantai, dan proses bisnis rantai. Riwanti (2011) melakukan penelitian mengenai manajemen rantai pasok brokoli organik. Metode yang digunakan Riwanti (2011) tidak hanya Kerangka FSCN, tetapi juga menggunakan metode analisis efisiensi pemasaran dengan alat margin pemasaran dan farmer s share serta analisis kesesuaian atribut. Efisiensi pemasaran dan analisis kesesuaian atribut dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja rantai pasok brokoli organik. Hasil penelitian ini yaitu nilai farmer s share yang kecil, yakni 18,75 persen dari harga jual akhir.

36 Kebijakan yang direkomendasikan Riwanti (2011) adalah dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual. Kerangka FSCN digunakan untuk menganalisis kondisi manajemen rantai pasok secara deskriptif. Metode ini menganalisis enam elemen yang menyusun rantai pasok. Kerangka FSCN akan digunakan dalam penelitian ini dengan aspekaspek yang ditinjau kembali dari penelitian Wicaksono (2010) dan Riwanti (2011). Aspek-aspek yang menjelaskan setiap elemen dalam Kerangka FSCN juga ditinjau dari buku dan literatur lainnya. Analisis nilai tambah pada umumnya dilakukan oleh peneliti-peneliti untuk mengetahui besar nilai tambah yang dimiliki produk atas pengolahan atau pemberian nilai yang lebih pada sebuah produk. Namun, pada penelitian ini tidak dilakukan analisis nilai tambah pengolahan, tetapi nilai tambah perolehan anggota-anggota yang berkumpul dalam sebuah rantai pasok. Cohan dan Costa (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak ekonomi dan hubungan yang komplek antara anggota rantai nilai gandum. Hal tersebut akan dianalisis melalui analisis nilai tambah di setiap tiga belas anggota rantai nilai gandum. Analisis nilai tambah dapat digunakan untuk mengukur output dari setiap sektor yang berkontribusi terhadap ekonomi negara melalui PDB seperti yang dilakukan oleh Blokland et al (1997) serta Brunton dan Trickett (2007). Blokland et al (1997) mengukur kontribusi ekonomi industri turfgrass atau tanah datar yang berumput di Florida, Amerika Serikat, sedangkan Brunton dan Trickett (2007) melakukan pengukuran output sektor pertanian di Australia. Analisis nilai tambah dapat dikategorikan sebagai analisis mikro (Katwal et al 2007). Nilai tambah digunakan untuk menghindari terjadinya double counting ketika dijumlahkan nilai tambah seluruh pelaku usaha atau perusahaan. Nilai tambah merupakan output dikurangi biaya input intermediate (Blokland et al 1997 ; Brunton & Trickett 2007 ; Katwal et al 2007 ; Cohan & Costa 2009). Untuk mengetahui nilai tambah dalam rantai pasok keseluruhan, nilai tambah setiap anggota rantai pasok atau perusahaan dijumlahkan seperti yang dinyatakan oleh Katwal et al (2007) serta Cohan dan Costa (2009). Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan pada umumnya dilatarbelakangi adanya ketidakmampuan pelaku usaha memenuhi permintaan

37 konsumen akhir bersama anggota rantai pasoknya lainnya. Tujuan penelitian analisis pengendalian persediaan pada umumnya yaitu menganalisis kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan memberikan model alternatif pengendalian bahan baku sehingga dapat meminimumkan biaya atau ukuran pemesanan ekonomis (Helena 2005 ; Panggabean 2009), mengetahui perbandingan jumlah ukuran pemesanan ekonomis antara sebelum dan sesudah koordinasi antar rantai pasok serta mengetahui berapa besar jumlah safety stock yang disediakan dan perbandingan total biaya antara sebelum dan sesudah koordinasi antar rantai pasok (Panggabean 2009), dan mengkaji penerapan pengelolaan rantai pasok dengan melihat manfaat dan kendala (Aryanthi 2011). Penentuan jumlah persediaan dianalisis oleh Helena (2005) dengan menggunakan Material Requirement Planning (MRP) dengan penentuan ukuran lot teknik Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part Period Balancing (PPB). Penelitian ini juga menerapkan Pareto Analysis yang membagi bahan baku menjadi tiga kelas, yaitu A, B, dan C. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode MRP dapat memberikan penghematan terbesar pada biaya persediaan. Saran yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah perusahaan sebaiknya menggunakan metode MRP dengan teknik PPB karena memberikan penghematan biaya persediaan terbesar, sedangkan biaya yang dapat dihemat dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk serta tetap menjaga hubungan dan kerja sama kepada pemasok. Metode yang digunakan oleh Panggabean (2009) dengan judul penelitian analisis logistik dengan menggunakan konsep supply chain management (SCM) di PTPN III Gunung Para adalah metode peramalan linier, EOQ, dan safety stock. Penelitian ini memberikan hasil besarnya jumlah safety stock yang optimal serta perusahaan terbukti dapat menghemat biaya melalui koordinasi sistem secara total. Sedangkan metode yang digunakan oleh Aryanthi (2011) adalah analisis pengendalian harga pengadaan bahan baku dan pengelolaan permintaan melalui peramalan permintaan, penentuan EOQ, jumlah pemesanan kembali atau reorder point (ROP), dan jumlah safety stock. Penerapan pengelolaan rantai pasok menimbulkan manfaat dan kendala bagi pihak yang terkait. Dengan penerapan rantai pasok, perusahaan dapat menghemat biaya pembelian bahan baku serta

38 anggota rantai pasok dapat melakukan penghematan biaya pemesanan. Selain itu, EOQ yang dapat dipesan meningkat dibandingkan tanpa adanya koordinasi. Tiga penelitian mengkaji pengendalian persediaan dalam rantai pasok atau pengadaan bahan baku, yaitu penelitian Helena (2005), Panggabean (2009), dan Aryanthi (2011). Ketiganya sama-sama menentukan jumlah pemesanan optimum (EOQ). Metode-metode yang digunakan oleh ketiganya dalam mengkaji pengelolaan rantai pasok menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian kali ini. Ketiga penelitian tersebut sama-sama mengasumsikan bahwa permintaan yang dihadapi perusahaan atau rantai pasok selalu tetap. Namun, terdapat ketidakkonsistenan dalam pembahasan penelitian tersebut, yaitu pada awalnya, permintaan diasumsikan tetap dengan melakukan pengukuran EOQ, tetapi kemudian ROP dan safety stock juga diukur dimana menurut Chopra dan Meindl (2004), ROP dan safety stock timbul karena adanya permintaan yang berfluktuasi. Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ditinjau sebagai bahan referensi. Penelitian yang mengangkat tema analisis rantai pasok berjaring, nilai tambah, dan pengendalian persediaan rantai pasok beras organik menggabungkan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan tahapan analisis. Komoditas yang menjadi objek penelitian kali ini yaitu beras yang dihasilkan dari sistem pertanian organik atau beras organik. Penelitian ini menganalisis rantai pasok secara deskriptif, kinerja rantai pasok melalui efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset, nilai tambah serta pengendalian persediaan beras organik dalam rantai pasok. Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu kerangka FSCN, margin pemasaran, farmer s share, inventory turnover, inventory days of supply, cash to cash cycle time, perhitungan nilai tambah serta model-model pengendalian persediaan yang sesuai dengan kondisi permintaan yang dihadapi serta kebijakan persediaan yang diterapkan.

39 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasok adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk sampai ke tangan pelanggan. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya terdiri dari rangkaian supplier (pemasok), pabrik, distributor, toko atau ritel serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu rantai pasok, ada tiga macam aliran yang harus dikelola mulai dari hulu (sisi dimana barang masih berbentuk mentah) hingga ke hilir (sisi dimana barang sudah berbentuk produk akhir yang siap dikonsumsi oleh konsumen akhir). Tiga macam aliran tersebut yaitu aliran material, informasi, dan uang. Struktur rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 3. Supplier Manufaktur Pusat Distribusi Wholesaler Retailer End Customer Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi Gambar 3. Struktur Rantai Pasok Sumber : Anatan & Ellitan 2008 Namun, struktur rantai pasok menurut Pujawan (2005) berbeda dengan gambar di atas. Aliran informasi tidak hanya bergerak dari supplier ke end customer, tetapi juga bergerak dari end customer ke supplier sehingga aliran informasi bergerak dua arah timbal balik sepanjang rantai. Menurut Wibisono (2009), rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini merupakan jaring yang menghubungkan berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu mengadakan

40 pengadaan barang (procurement) atau menyalurkan (distribution) barang tersebut secara efisien dan efektif sehingga akan tercipta nilai tambah bagi produk tersebut. Rantai pasok merupakan logistic network yang menghubungkan suatu mata rantai antara lain suppliers, manufacturer, distribution, retail outlets, dan customers. Rantai pasok memandang konsep manajemen logistik yang dipandang lebih luas dimulai dari barang dasar sampai barang jadi kemudian dipakai oleh konsumen akhir yang merupakan sasaran dari mata rantai penyediaan barang 7. Rantai pasok dikelola oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu rantai nilai yang dilatarbelakangi oleh dua alasan penting. Pertama, perusahaan berusaha untuk mendekatkan diri dengan konsumen, memberikan kepastian adanya tautan dengan pasar. Kedua, semua perusahaan yang terkoordinir dalam suatu rantai pasok merumuskan tujuan bersama sebagai pedoman dalam aktivitas mereka. Dalam rantai pasok, semua pemangku kepentingan memiliki peran bukan hanya perusahaan seperti pemasok saja. Tiga level pelaku utama dalam rantai pasok meliputi level aktor atau pelaku tunggal, level rantai pasok, dan level politik atau komunitas yang memiliki peran dalam kegiatan operasional suatu rantai pasok. Sebuah rantai pasok sederhana memiliki komponen-komponen yang disebut saluran yang terdiri dari pemasok, manufaktur, pusat distribusi, gudang, dan retail yang bekerja memenuhi kebutuhan konsumen akhir (Anatan & Ellitan 2008). Rantai pasok tercipta karena setiap pelaku usaha pada umumnya sulit menciptakan produk dari bahan mentah hingga barang jadi yang dikonsumsi konsumen. Hal tersebut akan membutuhkan biaya investasi dan produksi yang sangat banyak serta pengelolaannya menjadi tidak efisien dan efektif mengingat kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Proses produksi barang membutuhkan tahapan yang tidak sedikit dalam menciptakan nilai tambah sementara konsep just in time sangat dituntut konsumen dalam pendistribusian produk pada saat ini. Oleh karena itu, setiap pelaku usaha bergabung membentuk rantai pasok dalam mengalirkan produk dari produsen awal hingga konsumen akhir. Setiap anggota dalam rantai pasok memiliki peran yang berbeda-beda 7 Wibisono, Agus Konsep Supply Chain Management /konsep-manajemen-supply-chain/ [6 Januari 2012]

41 dalam penciptaan nilai tambah sehingga saling membutuhkan untuk memproduksi barang yang lebih berkualitas. Pada saat ini, persaingan yang biasa dihadapi perusahaan secara individual atau dapat dikenal dengan istilah single alone competition sudah berubah menjadi network competition, yaitu persaingan antar jaringan-jaringan perusahaan. Perubahan ini terjadi dilatarbelakangi adanya perubahan lingkungan bisnis yang cepat, yaitu tuntutan konsumen yang semakin kritis, timbulnya kesadaran tentang aspek sosial dan lingkungan serta infrastruktur dan teknologi semakin canggih (Indrajit & Djokopranoto 2006 ; Anatan & Ellitan 2008). Network competition dihadapi oleh kumpulan perusahaan yang berada di dalam sebuah rantai pasok. Selain konsep persaingan berubah, bentuk rantai pasok juga mengalami perubahan. Sebelumnya, rantai pasok berbentuk lurus (linier supply chain). Perusahaan hanya bermitra dengan satu pemasok dan satu distributor. Kini, kepastian pasokan input dan pasar tidak dapat dijamin lagi melalui bermitra dengan hanya satu perusahaan karena adanya tuntutan konsumen yang menginginkan produk lebih berkualitas, murah, dan cepat. Untuk meminimalkan risiko ketidakpastian pasokan dan pasar, bentuk rantai pasok berubah menjadi jaringan (network supply chain) dimana sebuah perusahaan bermitra dengan lebih dari satu pemasok dan lebih dari satu distributor sehingga proses bisnis yang terjadi lebih fleksibel dan tidak kaku. Rantai pasok yang berjaring akan dapat memperluas pasar karena jangkauan pemasaran atau aliran produk mengalir ke konsumen di berbagai tempat. Sedangkan rantai pasok yang berbentuk lurus hanya dapat mengalirkan produk ke satu ritel setempat sehingga kurang menguntungkan perusahaan yang terlibat. Namun, terdapat tantangan bagi network supply chain yaitu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh aliran yang mengalir sepanjang rantai pasok di setiap anggota rantai pasok Manajemen Rantai Pasok Konsep Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai pasok (supply chain management) pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun Manajemen rantai pasok adalah koordinasi strategik dan sistematis antar perusahaan-perusahaan dalam

42 memasok bahan baku, memproduksi barang-barang, dan mengirimkannya kepada konsumen akhir (Anatan & Ellitan 2008). Chopra & Meindl (2004) berpendapat bahwa manajemen rantai pasok mencakup manajemen atas aliran-aliran di antara tingkatan dalam suatu rantai pasok untuk memaksimumkan keuntungan total. Manajemen rantai pasok merupakan konsep yang semakin penting pada era perdagangan bebas dan globalisasi. Dalam manajemen rantai pasok, terdapat empat penggerak (driver) yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, penggerak informasi menjadi penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya. Setiap konsep manajemen dibuat dalam rangka membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan. Begitu juga dengan manajemen dalam mengelola rantai pasok, penerapan manajemen rantai pasok memiliki beberapa tujuan. Panggabean (2009) mengemukakan tujuan penerapan manajemen rantai pasok, yaitu mempermudah penentuan lokasi atas dasar pertimbangan aktivitas dan biaya dalam rangka memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari supplier atau pabrik hingga disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentra penjualan serta mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem dari transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, dan barang jadi. Menurut Chopra dan Meindl (2004), proses bisnis di dalam rantai dapat dilihat dari dua pandangan. Kedua pandangan tersebut adalah cycle view dan push or pull view. Cycle view menjelaskan bahwa terdapat beberapa siklus dimana setiap siklusnya terjadi di antara dua anggota rantai pasok berhadapan. Push or pull view menjelaskan bahwa terdapat dua kategori pandangan tergantung pada tindakan anggota rantai pasok dalam merespon pesanan (permintaan) konsumen atau sebagai tindakan antisipasi dari permintaan konsumen. Proses pull (tarik) merupakan proses merespon permintaan konsumen, sedangkan proses push (dorong) merupakan proses yang dilakukan anggota rantai pasok sebagai antisipasi terhadap permintaan konsumen. Terdapat empat siklus proses di dalam cycle view dapat dilihat pada Gambar 4. Siklus procurement merupakan siklus pemesanan bahan baku dari anggota rantai pasok paling awal. Siklus manufacturing merupakan siklus pengolahan bahan baku menjadi produk jadi (finished good). Siklus replenishment

43 merupakan siklus pengisian produk kembali yang dibeli dari anggota rantai pasok sebelumnya. Siklus ini dilakukan karena adanya tambahan produk yang diminta lebih dari pesanan seharusnya oleh konsumen atau dapat dikatakan sebagai tindakan antisipasi produsen atas permintaan yang tidak terduga. Siklus customer order merupakan siklus pemesanan oleh konsumen. Gambar 4. Siklus Proses dalam Cycle View Rantai Pasok Sumber : Chopra dan Meindl 2004 Menurut Lambert et. al (2001), proses bisnis dalam manajemen rantai pasok terdiri atas delapan bagian yang meliputi: manajemen hubungan pelanggan, manajemen pelayanan pelanggan, manajemen permintaan, pemenuhan pesanan, manajemen aliran manufaktur, manajemen hubungan pemasok, pengembangan dan komersialisasi produk, dan manajemen pengembalian (return management). Proses-proses bisnis tersebut dan pentingnya aliran informasi dalam manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 5.

44 Gambar 5. Manajemen Rantai Pasok sebagai Integrasi dan Pengaturan Proses Bisnis di Sepanjang Rantai Pasok Sumber : Lambert et. al 2001 Terdapat beberapa dimensi dalam area cakupan manajemen rantai pasok yang harus dijaga, dikelola, dan diintegrasikan serta contoh praktik integratifnya. Dimensi tersebut diantaranya yaitu (Anatan & Ellitan 2008) : 1) Dimensi pergerakan barang, meliputi packaging customization, common containers, dan vendor management inventory. 2) Dimensi perencanaan dan kontrol, meliputi joint activity atau planning dan multilevel supply control. 3) Dimensi organisasi, meliputi partnership, quasi firm, virtual firm, dan just in time. 4) Dimensi pergerakan informasi, meliputi sharing production plan, Electronic Data Interchange, dan internet. Manajemen rantai pasok berbeda dengan rantai pasok. Rantai pasok merupakan jaringan fisik atau wadah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke konsumen akhir sedangkan manajemen rantai pasok adalah konsep, pemikiran, metode, alat atau pendekatan pengelolaan rantai pasok. Perlu ditekankan bahwa

45 manajemen rantai pasok merupakan pendekatan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir karena memiliki prinsip 3C, yakni Coordination, Collaborative, dan Cooperation antar seluruh anggota dalam sebuah rantai pasok. Adapun ilustrasi sederhana mengenai ruang lingkup manajemen rantai pasok dapat terlihat pada Gambar 6. Supply Chain Strategy Logistics Supply Chain Planning Product Life Cycle Management Supply Chain Management Supply Chain Enterprise Applications Procurement Asset Management Gambar 6. Ruang Lingkup Manajemen Rantai Pasok Sederhana Sumber : Arvietrida Prinsip dan Fungsi Manajemen Rantai Pasok Dalam manajemen rantai pasok terdapat enam prinsip dasar kunci dalam pengusahaan rantai pasok yang optimal. Enam prinsip tersebut, yaitu (Collins & Dunne 2002, diacu dalam Lestari 2009): 1) Fokus terhadap konsumen dan pelanggan Seiring banyaknya pelaku usaha yang bersaing, manajemen rantai pasok berubah menjadi pull system, yaitu konsumen sebagai penentu keputusan yang dibuat perusahaan (Indrajit & Djokopranoto 2006 ; Anatan & Ellitan 2008). Mengerti kebutuhan konsumen dan bagaimana pemasok bekerja adalah sesuatu hal yang sangat mendasar dan penting dalam rantai pasok 8 Arvietrida, Niniet Indah Mengenal Supply Chain Management. [6 Januari 2012].

46 karena tujuan akhir pengelolaan rantai pasok adalah memenuhi kepuasan konsumen akhir yang menuntut produk yang better, cheaper, dan faster. 2) Menciptakan dan menyebarkan nilai Penciptaan nilai merupakan hal yang sangat mendasar untuk kepuasan konsumen. Di dalam mengatur sebuah rantai pasok, pembagian nilai setiap anggota yang terlibat di dalamnya harus sesuai dengan ukuran setiap nilai yang diciptakan atau ditambah oleh setiap anggota. Nilai tersebut akan dapat tercipta jika setiap anggota dapat berinovasi dan menggunakan teknologi yang dapat membuat produksi bertambah efisien dan efektif. 3) Mengimplementasikan quality system management yang efektif Menurut Indrajit & Djokopranoto (2006), mutu tidak lagi hanya sesuai spesifikasi, tetapi segala sesuatu di luar harga yang dikehendaki oleh pelanggan, seperti waktu penyerahan, kendala memenuhi janji, bentuk atau estetika dan ketahanan produk, keamanan produk, layanan purnajual, dan sebagainya. 4) Membangun sistem komunikasi yang terbuka Informasi yang akurat dan dapat dipercaya merupakan pondasi utama dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang terbuka merupakan awal mula terjadinya hubungan yang baik di antara anggotaanggota yang ada. Komunikasi juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menciptakan nilai tambah. 5) Menjamin atau memastikan sistem logistik yang efektif dan efisien Manajemen logistik meliputi proses penanganan, penyimpanan, dan transportasi produk. Manajemen rantai pasok merupakan konsep pengembangan dari manajemen logistik dimana penerapannya berbeda antara keduanya. Manajemen rantai pasok memperhatikan logistik dari pemasok hingga konsumen akhir di dalam rantai pasok, sedangkan manajemen logistik hanya memperhatikan kondisi logistik di perusahaan masing-masing setiap anggota rantai pasok (internal). 6) Membangun hubungan yang baik dengan anggota rantai pasok Hubungan (relationship marketing) yang baik sangat dibutuhkan dalam mensukseskan kerja sama di dalam rantai pasok. Setiap anggota di dalam

47 rantai pasok hendaknya saling terbuka dan jujur atas informasi yang terdapat di dalamnya. Hal ini dilakukan agar informasi yang mereka dapatkan tidak mengandung salah paham atau terjadi miscommunication sehingga hubungan di antaranya akan tetap terjaga baik. Menurut Ma arif dan Tanjung (2003), fungsi yang dilakukan dalam manajemen rantai pasok adalah : 1) Perkiraan permintaan Pada dasarnya manajemen rantai pasok adalah rantai pasok dari produsen ke konsumen, maka permintaan konsumen menjadi acuan untuk proses ke produsen (belakang). Artinya, permintaan konsumen harus diketahui. Salah satu ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok adalah kesalahan perkiraan atau peramalan. 2) Menyeleksi pemasok Pemasok yang digunakan haruslah pemasok yang dipercaya. Oleh karena itu, kegiatan memilih pemasok merupakan kegiatan awal yang krusial. 3) Memesan bahan baku Begitu diketahui berapa perkiraan permintaan, dilakukan pemesanan bahan baku. Salah satu ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok adalah penundaan pesanan. 4) Pengendalian persediaan Persediaan harus dikendalikan agar tidak memboroskan anggaran keuangan atau biaya produksi. Intinya adalah bagaimana melakukan pengadaan sehingga biaya persediaan menjadi minimal. 5) Penjadwalan produksi Setelah bahan baku dipesan, penjadwalan produksi mulai dilakukan. Salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi adalah kerusakan mesin yang menyebabkan produksi telah dijadwalkan tertunda. 6) Pengapalan dan pengiriman Pengapalan dan pengiriman menjadi penting ketika barang-barang yang diangkut bersifat cepar rusak. Salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi adalah keterlambatan pengiriman. 7) Manajemen informasi

48 Informasi harus dikelola dengan baik sehingga informasi yang dikumpulkan merupakan informasi yang benar. Salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi adalah penyampaian informasi yang salah. 8) Manajemen mutu Mutu bahan baku yang diperoleh dari pemasok hendaknya dengan mutu yang terbaik. Seringkali mutu yang dikirim pemasok tidak sama dengan yang sesuai dengan kesepakatan. Salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi adalah kualitas produk yang tidak sesuai standar. 9) Pelayanan konsumen Fungsi manajemen rantai pasok yaitu untuk melayani konsumen yang terlihat dari berapa banyak barang yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen. Produsen akan memproduksi sesuai dengan keinginan konsumen Pemain Utama Manajemen Rantai Pasok Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006), hubungan antara pemain utama dalam manajemen rantai pasok yang mempunyai kepentingan sama, yaitu: 1) Rantai 1 : Pemasok Jaringan bermula dari rantai ini, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah pemasok bisa banyak atau sedikit. 2) Rantai 1-2 : Pemasok - Manufaktur Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua yaitu manufaktur atau pabrik. Manufaktur melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan atau menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak pemasok, manufaktur, dan tempat transit merupakan target penghematan. Penghematan sebesar persen dapat diperoleh dengan menggunakan konsep kemitraan dengan pemasok. 3) Rantai : Pemasok - Manufaktur - Distributor

49 Dalam rantai ini terjadi kegiatan penyaluran barang jadi yang dihasilkan oleh perusahaan. Berbagai cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, misalkan melalui distributor. Barang dari pabrik melalui gudang disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pedagang besar akan menyalurkan barang dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer atau ritel. 4) Rantai : Pemasok - Manufaktur - Distributor - Ritel Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini dapat dilakukan penghematan dalam bentuk persediaan dan biaya gudang, yaitu dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer. 5) Rantai : Pemasok - Manufaktur - Distributor Ritel Konsumen Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang. Contoh pengecer adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, supermarket. Mata rantai pasok baru benarbenar berhenti setelah barang berada pada pembeli akhir yang merupakan pemakai terakhir karena pembeli belum tentu pengguna terakhir Efisiensi Pemasaran Pemasaran menurut Kotler (1997) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran yang efisien adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan dengan mengoptimalkan input tanpa megurangi kepuasan konsumen. Menurut Kohls dan Uhl (2002), pendekatan yang digunakan dalam menilai efisiensi pemasaran ada dua pendekatan, yaitu : (1) efisiensi operasional dan (2) efisiensi harga. Efisiensi operasional sering disebut sebagai efisiensi produksi, diukur dengan membandingkan output pemasaran terhadap input pemasaran yang

50 diasumsikan output tidak mengalami perubahan. Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio dari output-input pemasaran. Efisiensi operasional biasanya dapat diukur dari margin pemasaran, analisis farmer s share, analisis rasio keuntungan terhadap biaya serta analisis fungsi pemasaran, kelembagaan, dan analisis SCP (Structure, Conduct, Performance). Efisiensi harga digunakan untuk mendekati efisiensi distribusi dengan asumsi output-input dalam bentuk fisik adalah konstan. Menurut Kohls dan Uhl (2002), efisiensi harga mengukur seberapa kuat harga pasar menggambarkan sistem produksi dan biaya pemasaran. Efisiensi harga biasanya diukur dari korelasi harga komoditi yang sama pada tingkat pasar yang berbeda. Efisiensi pemasaran dapat terjadi apabila : (1) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, (2) persentase perbedaan harga yang dibayar konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, (3) tersedianya fasilitas fisik tataniaga, (4) adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi 1989). Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator margin pemasaran dan farmer s share Margin Pemasaran Margin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen atau petani. Adanya perbedaan harga disebabkan adanya perbedaan nilai dari jasa-jasa yang telah dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Jasa-jasa yang dilakukan setiap lembaga pemasaran merupakan pengeluaran yang disebut sebagai biaya pemasaran. Namun, dalam margin pemasaran tidak hanya terdapat biaya pemasaran saja, terdapat pula keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga pemasaran satu dengan lembaga pemasaran lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar pula perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau semakin besar pula margin pemasaran.

51 Margin Pemasaran Pr Pf P Sr Sf Keterangan : Df : Demand di tingkat petani Dr : Demand di tingkat pengecer Sf : Supply di tingkat petani Sr : Supply di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat pengecer Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer Margin pemasaran : Pr Pf : Margin pemasaran Qrf Df Dr Q Gambar 7. Kurva Margin Pemasaran Sumber : Dahl dan Hammond 1977 Besarnya margin pemasaran pada sebuah saluran dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Rendahnya biaya pemasaran belum tentu dapat mencerminkan bahwa pemasaran sudah efisien, tergantung dengan indikator lainnya. Dari kurva margin pemasaran, dapat dilihat nilai margin pemasaran. Nilai margin pemasaran (value of marketing margin) merupakan perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Tinggi rendahnya margin pemasaran sering digunakan sebagai salah satu kriteria penilaian apakah kegiatan pemasaran sudah efisien atau belum Farmer s Share Farmer s share menurut Kohls dan Uhl (2002) adalah persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar oleh konsumen sebagai imbalan atas jasa usahatani yang dilakukan dalam menghasilkan produk. Besarnya farmer s share dipengaruhi oleh banyaknya fungsi pemasaran yang dilakukan petani. Farmer s share dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efisiensi

52 pemasaran suatu komoditi. Farmer s share yang tinggi menunjukkan bahwa bagian yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar konsumen tinggi, tetapi belum tentu menunjukkan bahwa sebuah pemasaran komoditi efisien, tergantung juga pada indikator lainnya. Farmer s share dapat dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan produsen atau petani dalam memberi nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Bagian yang diterima oleh petani atau besarnya farmer s share ditunjukkan dalam bentuk persentase Konsep Nilai Tambah Menurut Coltrain, Barton, dan Boland (2000), nilai tambah adalah menambah nilai produk dengan mengubah tempat, waktu, dan bentuk menjadi lebih menarik perhatian konsumen dalam pasar. Terdapat dua upaya dalam menciptakan nilai tambah, yaitu inovasi dan koordinasi. Kegiatan inovasi merupakan aktivitas yang memperbaiki proses yang ada, prosedur, produk, dan pelayanan atau menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan atau memodifikasi konfigurasi organisasi yang telah ada. Sedangkan pengertian dari koordinasi merupakan harmonisasi fungsi dalam keseluruhan bagian sistem. Hal tersebut merupakan peluang dalam meningkatkan koordinasi produk, pelayanan informasi dalam produksi pertanian untuk menciptakan imbalan yang nyata dan meningkatkan nilai produk dalam setiap tahap proses produksi pertanian. Konsep nilai tambah bukan hanya terbatas pada fisik produk, tetapi juga pelayanan (service) yang diciptakan (Boadu 2003). Menurut Darius (2011), secara ekonomis, peningkatan nilai tambah suatu barang dapat dilakukan melalui perubahan bentuk (form utility), perubahan tempat (place utility), perubahan waktu (time utility), dan perubahan kepemilikan (position utility). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut 9 : 1. Melalui perubahan bentuk (form utility), suatu produk akan mempunyai nilai tambah ketika barang tersebut mengalami perubahan bentuk. 2. Melalui perubahan tempat (place utility), suatu barang akan memperoleh nilai tambah apabila barang tersebut mengalami perpindahan tempat. 9 Darius Nilai Tambah. [13 Januari 2012]

53 3. Melalui perubahan waktu (time utility), suatu barang akan memperoleh nilai tambah ketika dipergunakan pada waktu yang berbeda. 4. Melalui perubahan kepemilikan (position utility), barang akan memperoleh nilai tambah ketika kepemilikan akan barang tersebut berpindah dari satu pihak ke pihak yang lain. Nilai tambah digunakan bukan hanya sebagai kata benda atau kata sifat, melainkan merupakan proses mengkombinasikan dan memodifikasi aktivitas, proses, dan produk. Memberikan nilai tambah pada produk bertujuan untuk menjadi penciri yang membedakan produk sendiri dengan produk kompetitor lainnya sehingga terdapat nilai lebih yang diperoleh konsumen dan terciptalah keunggulan kompetitif. Boadu (2003) membuat konsep tipologi peluang inisiatif nilai tambah berdasarkan dimensi yang dikemukakan Coltrain, Barton, dan Boland (2000) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tipologi Peluang Inisiatif Nilai Tambah DIMENSI INOVASI KOORDINASI Waktu Kecepatan Just in time Lokasi Kenyamanan Efisiensi Produk/Jasa Bentuk Logistik Proses.Metode Teknologi Aliansi strategis Informasi Keamanan, etika Sistem informasi Insentif Motivator Transparan Sumber : Boadu 2003 Konsep nilai tambah juga berarti perolehan sebuah pelaku usaha (perusahaan) atau balas jasa atas usahanya mengatur pemakaian input seoptimal mungkin dalam produksi yang dilakukan. Menurut Boadu (2003), Nilai tambah merupakan selisih nilai output dan nilai input. Nilai input yang dimaksud adalah input intermediate (Blokland et al 1997 ; Balk 2002 ; Brunton & Trickett 2007 ; Katwal et al 2007 ; Cohan & Costa 2009). Disadari bahwa terdapat sistem inputoutput dalam setiap perusahaan. Perusahaan mengkonsumsi input untuk melancarkan kegiatan produksi dan kemudian menghasilkan output. Menurut Balk (2002), hal-hal yang dikategorikan sebagai input adalah : (1) input modal seperti bangunan, mesin, dan peralatan ; (2) input tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang dipekerjakan dalam kegiatan produksi perusahaan ; (3) input

54 energy seperti gas, listrik, dan air ; (4) input material yang diproses dalam kegiatan produksi serta (5) service input yang digunakan untuk mengantisipasi proses produksi seperti service peralatan dan lainnya. Setiap input dan output memiliki nilai dan harga. Dari pendekatan input-output, dapat diketahui seberapa optimal sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi melalui nilai tambah yang diperoleh perusahaan. Konsep nilai tambah biasa digunakan untuk mengukur pendapatan nasional setelah perusahaan-perusahaan dikumpulkan atau diagregatkan Konsep Persediaan Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007), sediaan merupakan sumber daya ekonomi yang perlu diadakan dan disimpan untuk menunjang penyelesaian pengerjaan suatu produk. Sumber daya ekonomi tersebut dapat berupa kapasitas produksi, tenaga kerja, tenaga ahli, modal kerja, waktu yang tersedia, dan bahan baku serta bahan penolong. Namun pada saat ini, sediaan dibatasi pada material, produk sedang dalam proses pengerjaan, dan barang jadi. Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw material), produk jadi (finish product), komponen rakitan (component), bahan pembantu (substance material), dan barang sedang dalam proses (working in process inventory). Persediaan sangat penting untuk diperhatikan bagi pengelolaan produk pertanian karena selain karakteristiknya yang mudah rusak, tidak tahan lama, dan membutuhkan ruang yang banyak, biaya persediaan diketahui mendapat pangsa yang paling besar di dalam total biaya produksi. Jika persediaan tidak dikelola dengan benar, maka kerugian yang ditanggung perusahaan menjadi sangat besar dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi. Persediaan tidak disarankan dalam jumlah banyak maupun sedikit karena dapat mempengaruhi biaya dan penjadwalan produksi. Oleh karena itu, pengendalian persediaan yang tepat harus mampu dilakukan perusahaan. Sistem pengendalian persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, jadwal pemesanan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan harus

55 diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu (Panggabean 2009). Tujuan pengendalian persediaan menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007), antara lain : 1) Memelihara independensi operasi. Apabila sediaan material yang diperlukan ditahan pada pusat kegiatan pengerjaan, dan jika pengerjaan yang dilaksanakan pusat kegiatan produksi tersebut tidak membutuhkan material yang bersangkutan segera maka akan terjadi fleksibilitas pada pusat kegiatan produksi. Fleksibilitas terjadi karena sistem mempunyai sediaan yang cukup untuk menjamin keberlangsungan proses produksi. 2) Memenuhi tingkat permintaan yang bervariasi. Volume permintaan tidak dapat diketahui dengan jelas dan pasti. Volume permintaan dapat saja melebihi perkiraan karena keberhasilan aktivitas promosi atau dapat saja kurang dari perkiraan karena adanya persaingan yang ketat. Oleh karena volume permintaan berfluktuasi, perusahaan perlu mengendalikan persediaan, apakah membutuhkan persediaan pengaman atau tidak. 3) Menerima manfaat ekonomi atas pemesanan bahan dalam jumlah tertentu. Apabila dilakukan pemesanan dalam jumlah tertentu, biasanya perusahaan pemasok akan memberikan potongan harga. Frekuensi pemesanan juga berkurang sehingga biaya pun berkurang. 4) Menyediakan suatu perlindungan terhadap variasi dalam waktu penyerahan bahan baku. Penyerahan bahan baku oleh pemasok dapat tertunda karena suatu hal. Agar tidak mengganggu jadwal produksi, maka perlu mempersiapkan sediaan pengaman (safety stock) yang cukup sehingga produksi pun lancar. 5) Menunjang fleksibilitas penjadwalan produksi. Sehubungan dengan adanya fluktuasi atas permintaan maka perusahaan perlu mengatur penjadwalan produksi yang bervariasi atau volume keluaran produksi yang bervariasi. Untuk menunjang terwujudnya fleksibilitas dalam penjadwalan produksi, manajemen perlu mengatur jumlah persediaan yang perlu dikendalikan.

56 Pengendalian persediaan dibagi menjadi dua, yaitu pengendalian persediaan independen dan pengendalian persediaan dependen. Pengendalian persediaan independen berkaitan dengan pengendalian persediaan dalam bentuk produk akhir (finish product). Permintaan terhadap persediaan bersifat independen atau tidak terikat pada produk lainnya dan dapat diestimasi. Permintaan independen mencerminkan respon pasar atas keluaran akhir atau output sebuah perusahaan. Pengendalian persediaan dependen adalah persediaan yang terikat kepada target keluaran akhir yang akan diproduksi. Kebutuhan terhadap setiap jenis bahan atau komponen ditentukan melalui penentuan jumlah keluaran akhir yang dibutuhkan oleh pasar. Apabila target keluaran produk akhir sudah terdefinisikan maka jumlah item komponen atau bahan baku yang dibutuhkan dapat diketahui dengan pasti Kerangka Pemikiran Operasional Isu lingkungan menjadi perhatian hangat pada saat ini, yaitu peningkatan gas rumah kaca yang membuat produksi produk pertanian terutama padi berfluktuasi melalui berubahnya cuaca yang tidak menentu. Kesuburan tanah berkurang akibat pemakaian bahan kimia sintetis yang terlalu berlebihan sehingga produksi tidak optimal. Pemakaian bahan kimia sintetis yang berlebihan membuat ketidakseimbangan ekologis, dimulai dari kondisi tanah menjadi kurang sehat sampai punahnya beberapa spesies. Untuk mengantisipasi kejadian yang lebih berbahaya lagi, berkembanglah konsep pertanian organik. Pertanian padi organik menghasilkan beras organik yang lebih aman dan sehat dibandingkan beras dari hasil pertanian konvensional. Perkembangannya juga didukung dengan adanya perubahan gaya hidup konsumen menjadi back to nature sehingga kesehatan pribadi dan lingkungan terjaga. Hal tersebut membuat pelaku-pelaku usaha mulai memproduksi beras organik sehingga timbullah persaingan. Konsep manajemen rantai pasok di dalam jaringan rantai pasok perlu diterapkan karena untuk memenangi persaingan pada era ini, persaingan tidak lagi dihadapi pelaku usaha (perusahaan) secara individu saja tetapi persaingan harus dihadapi bersama oleh pelaku usaha di dalam rantai pasoknya.

57 Rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm berbentuk jaringan (network supply chain). Tani Sejahtera Farm berperan sebagai produsen, distributor dan bermitra dengan petani serta menjual beras organik di dalam rantai pasoknya. Badan usaha ini bermitra dengan petani sebagai produsen dan bermitra dengan ritel yang menyampaikan produknya hingga ke tangan konsumen akhir. Rantai pasok ini kurang terkoordinasi dan kurang terintegrasi dalam mengalirkan produk, finansial, dan informasi sehingga dirasakan kurang efisien dan efektif dalam memproduksi beras organik. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan rantai pasok dalam memenuhi permintaan dari konsumen akhir. Berawal dari permasalahan tersebut, dibutuhkan penelitian mengenai analisis rantai pasok dan pengendalian persediaan beras organik Tani Sejahtera Farm. Penelitian ini dimulai dari analisis rantai pasok beras organik secara deskriptif dengan menggunakan kerangka FSCN (Food Supply Chain Networking). Elemen kinerja rantai pasok dalam kerangka FSCN dianalisis dengan pendekatan efisiensi pemasaran menggunakan alat margin pemasaran dan farmer s share serta pendekatan efisiensi pengelolaan asset menggunakan alat inventory turnover, inventory days of supply, dan cash to cash cycle time. Setelah kondisi rantai pasok beras organik terdeskripsi dengan jelas, dilakukanlah analisis nilai tambah untuk mengetahui apakah rantai pasok ini dapat mencapai tujuan memaksimalkan nilai tambah atau belum dan seberapa besar nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik keseluruhan. Garis putus-putus dalam Gambar 8 menggambarkan bahwa analisis rantai pasok dan nilai tambah berada dalam satu lingkup yang sama, yaitu seluruh anggota rantai pasok beras organik. Setelah itu, dilakukan analisis pengendalian persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm. Analisis ini dimulai dari analisis kondisi permintaan yang dihadapi dan kebijakan pengisian kembali persediaan mana yang diterapkan badan usaha ini. Setelah diketahui keduanya, barulah dapat ditentukan model pengendalian persediaan yang sesuai sebagai alat analisis pengendalian persediaan sehingga dapat dianalisis dan dihasilkan ukuran pengendalian persediaan yang tepat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya memproduksi beras organik secara efektif dan efisien sehingga tujuan akhir rantai pasok tercapai, yaitu memenuhi kepuasan konsumen

58 dan pendapatan anggota rantai pasok meningkat. Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. Peningkatan gas rumah kaca dari sawah serta tren masyarakat menjadi back to nature Pertanian Padi Organik Persaingan antar rantai pasok beras organik Rantai Pasok Beras Organik Tani Sejahtera Farm Analisis Rantai Pasok: 1) Sasaran Rantai 2) Struktur Rantai Pasok 3) Manajemen Rantai Pasok 4) Sumber Daya Rantai 5) Proses Rantai Bisnis 6) Kinerja Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran - Margin Pemasaran - Farmer s Share Efisiensi Pengelolaan Asset - Inventory Turnover - Inventory Days of Supply - Cash to Cash Cycle Time Analisis nilai tambah anggota rantai pasok Analisis Pengendalian Persediaan Tani Sejahtera Farm : Kondisi demand dan kebijakan persediaan Model pengendalian persediaan tepat Efisiensi dan Efektivitas Rantai Pasok Beras Organik Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

59 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa badan usaha ini merupakan anggota rantai pasok beras organik yang memproduksi beras organik dan terletak di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui metode pengumpulan data tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian oleh peneliti sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan berdasarkan hasil studi pustaka dalam rangka tidak menjawab pertanyaan penelitian. Data primer yang dihimpun adalah data karakteristik responden, kondisi rantai pasok, harga di setiap anggota rantai pasok beras organik, biaya produksi Tani Sejahtera Farm, nilai output dan input pada setiap anggota rantai pasok beras organik serta jumlah permintaan yang dihadapi Tani Sejatera Farm dalam setahun. Data-data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara yang dipandu oleh kuisioner dengan maksud agar dapat memperoleh informasi yang mendukung penelitian. Pengamatan langsung dilakukan untuk menganalisis kondisi rantai pasok beras organik secara deskriptif. Kuisioner yang digunakan berisikan pertanyaan-pertanyaan relevan dengan tujuan penelitian. Kuisioner tidak diberikan kepada responden secara langsung, tetapi peneliti akan menggunakan kuisioner pada saat mewawancarai responden agar tidak terjadi salah paham dalam pemahaman pertanyaan. Seluruh data primer diperoleh dari anggota rantai pasok beras organik, yaitu petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan ritel produk organik. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data diperoleh melalui penelusuran literatur dan data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau

60 instansi terkait guna membantu mendukung ketersediaan data. Seluruh data sekunder digunakan untuk melihat bagaimana kondisi pertanian di Indonesia dan perkembangan pertanian organik. Data yang dibutuhkan adalah data time series, yaitu luas lahan untuk pertanian organik dan perkiraan emisi gas CH 4 dari lahan sawah di Indonesia. Data tersebut menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya dalam penentuan kesimpulan penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling, yaitu metode yang tidak memberikan peluang yang sama terhadap seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel. Penentuan sampel pertama kali dalam analisis rantai pasok beras organik dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu Tani Sejahtera Farm. Kemudian, sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling dimana sampel diperoleh berdasarkan informasi dari responden sebelumnya yaitu Tani Sejahtera Farm dengan mengikuti alur pasok beras organik mulai dari pemasok hingga konsumen akhir. Sampel terdiri dari anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm, seluruh petani mitra dan ritel yang memasarkan produk beras organik kepada konsumen akhir. Seluruh sampel dalam penelitian ini berjumlah empat belas sampel, yaitu sebelas petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan dua ritel produk organik Matode Pengolahan Data Penelitian ini membutuhkan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan data sekunder. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN). Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan kalkulator dan software komputer, Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif rantai pasok. Kinerja rantai pasok diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis nilai tambah juga dilakukan untuk mengetahui kontribusi perolehan setiap

61 anggota dalam penciptaan pemerolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pengendalian persediaan untuk mengetahui berapa besar ukuran-ukuran persediaan yang harus ditetapkan Tani Sejahtera Farm Analisis Deskriptif Rantai Pasok Model rantai pasok beras organik dianalisis dengan menggunakan metode pengembangan rantai pasok yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper kemudian dimodifikasi oleh Van der Vorst (Vorst 2006). Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 9. Setiap bagian dalam kerangka tersebut dianalisis secara deskriptif tetapi tidak pada kinerja rantai. Kinerja rantai pasok akan dianalisis dan diukur secara kuantitatif melalui indikator efisiensi pemasaran dan efisiensi pengelolaan asset. Struktur Rantai Pasok Sasaran Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok Proses Bisnis Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok Sumber Daya Rantai Pasok Gambar 9. Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok Sumber : Van der Vorst 2006 Pada Kerangka FSCN, terdapat garis hubung yang menghubungi setiap elemen. Terdapat garis hubung yang satu arah dan dua arah. Garis hubung satu arah menandakan bahwa satu elemen mempengaruhi elemen lainnya. Garis hubung dua arah menandakan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Misalnya antara elemen sasaran rantai pasok dan manajemen rantai pasok, sasaran yang ditetapkan sebuah rantai pasok akan mempengaruhi bagaimana proses manajemen yang diterapkan di dalam rantai pasok. Manajemen

62 rantai pasok tidak mempengaruhi sasaran karena sasaran lebih dulu ditetapkan sebuah rantai pasok. Penerapan manajemen dalam rantai pasok akan mempengaruhi proses bisnis yang terjadi antar anggota rantai pasok dan sebaliknya, proses bisnis yang terjadi juga akan mempengaruhi manajemen yang bagaimana yang akan diterapkan sebuah rantai pasok. Keenam elemen dalam Kerangka FSCN yaitu : 1) Sasaran Rantai Pasok Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model rantai pasok berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan seperti siapa pelanggan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam : (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, dan (3) optimalisasi rantai atau kombinasi di antara tiga hal tersebut. Sasaran Pengembangan Target atau objek di dalam rantai pasok yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasok beras organik dirancang secara bersama oleh pelaku rantai pasok. Bentuk sasaran dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok. 2) Struktur Rantai Pasok Struktur rantai pasok akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu (1) anggota rantai dan aliran komoditas atau menjabarkan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasok dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasok dan (2) entitas rantai pasok atau elemen-elemen di dalam rantai pasok yang mampu menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder, dan situasi persaingan. 3) Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan rantai pasok yang memfasilitasi proses

63 pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasok dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam rantai pasok guna meningkatkan kinerja rantai pasok. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasok dan memiliki kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu dikaji adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual dan sistem transaksi, dukungan pemerintah serta kolaborasi rantai pasok. 4) Sumber Daya Rantai Pasok Setiap anggota rantai pasok memiliki potensi sumber daya untuk mendukung upaya pengembangan rantai pasok. Sumber daya rantai yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, manusia, dan permodalan. 5) Proses Bisnis Rantai Pasok Proses bisnis rantai pasok menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasok dalam rangka mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak serta menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai pasok dapat ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasok, pola distribusi, anggota rantai pendukung, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan. 6) Kinerja Rantai Pasok Setelah kelima elemen sebelumnya dianalisis secara deskriptif, kinerja rantai pasok kemudian dinilai untuk mencapai tujuan akhir rantai pasok, yaitu memenuhi kepuasan konsumen dan memuaskan seluruh anggota rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset.

64 Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran Analisis efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi dalam rantai pasok karena di dalam rantai pasok terdapat kegiatan pemasaran yang dapat mencerminkan tingkat efisiensi sebuah rantai pasok. Analisis efisiensi pemasaran diawali dengan identifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran beras organik. Pada penelitian kali ini, analisis efisiensi pemasaran dilakukan hanya dengan pendekatan indikator efisiensi operasional. Efisiensi pemasaran beras organik berdasarkan indikator efisiensi operasional dapat dilihat dari pengukuran margin pemasaran dan farmer s share. Margin Pemasaran Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran yang membuat harga produk semakin naik dan berbeda antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran lainnya. Margin pemasaran mencerminkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran juga berbeda, tergantung dari fungsi pemasaran yang dilakukan. Terdapat tiga fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan fungsi yang mencakup perpindahan hak milik barang atau jasa. Fungsi ini terdiri atas fungsi pembelian, penjualan, dan pengumpulan. Fungsi fisik merupakan fungsi yang mencakup aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari komoditas pertanian. Fungsi ini mencakup fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang mencakup aktivitas yang memperlancar atau sebagai perantara antara fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas mencakup fungsi standardisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, dan fungsi intelijen pasar seperti mengumpulkan, mengintepretasikan, dan menyebarkan informasi pasar. Margin pemasaran beras organik dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dan harga beli pada setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras organik atau penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan

65 keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Margin pemasaran secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Mi = Psi Pbi Mi = Ci + πi Psi Pbi = Ci + πi Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i adalah : Πi = Psi Pbi Ci Maka besarnya margin pemasaran total adalah : MT = Σ Mi Keterangan : Mi Psi Pbi Ci Πi MT i = Margin pemasaran pada pasar tingkat ke-i = Harga jual pada pasar tingkat ke-i = Harga beli pada pasar tingkat ke-i = Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i = Margin total = 1, 2, 3,.., n Farmer s Share Farmer s share merupakan indikator efisiensi pemasaran yang diukur untuk mengetahui apakah bagian yang diterima oleh petani sesuai atau tidak dengan harga yang dibayar konsumen akhir. Farmer s share berkebalikan dengan margin pemasaran. Jika margin pemasaran rendah, maka bagian yang diterima oleh petani atau farmer s share tinggi dan sebaliknya. Secara matematis, farmer s share dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Fs = x 100% Keterangan : Fs Pf Pr = Farmer s share = Harga di tingkat petani = Harga yang dibayar konsumen akhir Setelah nilai farmer s share diketahui, efisiensi pemasaran rantai pasok beras organik dapat diketahui. Kemudian, kinerja lainnya diukur melalui metrik lainnya seperti inventory turnover, inventory days of supply, dan cash to cash cycle time. Ketiga metrik tersebut hanya diukur pada Tani Sejahtera Farm saja

66 karena anggota rantai pasok yang menjadi sentra dalam penelitian ini adalah Tani Sejahtera Farm Efisiensi Pengelolaan Asset Efisiensi pengelolaan asset rantai pasok merupakan salah satu atribut pengukuran kinerja dalam metrik SCOR (Supply Chain Operations Reference). Terdapat dua kategori dalam metrik SCOR, yaitu sisi pelanggan dan sisi internal. Dalam penelitian ini, hanya sisi internal saja yang dianalisis karena jika dianalisis dari sisi pelanggan, produk akhir beras organik yang diterima pelanggan bukan berasal dari satu pemasok saja, tetapi berasal dari banyak pemasok sementara fokus atau sentra rantai pasok beras organik dalam penelitian ini adalah sebuah badan usaha yang berperan sebagai pemasok beras organik sehingga hasil analisis menjadi kurang sesuai. Atribut efisiensi pengelolaan asset berada dalam sisi internal. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menganalisis efisiensi pengelolaan asset pada anggota rantai pasok yang menjadi fokus atau sentra rantai pasok beras organik. Inventory Turnover Metrik ini mengukur frekuensi perputaran persediaan yang telah digantikan selama periode waktu tertentu dan menjelaskan berapa kali suatu aset bisa digunakan untuk meperoleh profit atau revenue. Menurut Russell dan Taylor (2000), inventory turnover diperoleh dengan membagi biaya penjualan produk (cost of good sold) dengan rata-rata nilai keseluruhan persediaan (average aggregate value of inventory). Besar biaya penjualan produk tidak termasuk diskon atau mark up, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan persediaan merupakan jumlah nilai semua barang yang terdapat dalam persediaan. Kinerja rantai pasok dikatakan lebih baik apabila nilai inventory turnover semakin kecil. Berikut adalah perhitungan inventory turnover secara matematis (Russell & Taylor 2000) Inventory Turnover =

67 Inventory Days of Supply Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu hari. Inventory days of supply adalah lamanya rata-rata (dalam hari) suatu perusahaan bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Kinerja rantai pasok dikatakan bagus apabila mampu memutar asset dengan cepat. Dengan demikian, semakin pendek inventory days of supply, semakin bagus pula kinerja rantai pasok. Perhitungan inventory days of supply dapat dilihat di bawah ini (Russell & Taylor 2000). Inventory days of supply = vera e re ate alue of nventory S hari Cash to Cash Cycle Time Metrik ini mengukur kecepatan rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan, semakin bagus bagi rantai pasok. Perusahaan yang bagus memiliki cash to cash cycle time yang pendek. Ada tiga komponen dalam perhitungan ini, yaitu : 1) Average days of account receivable (dalam hari) merupakan ukuran seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima. 2) Average days of account payable (dalam hari) merupakan ukuran kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk material/bahan baku yang sudah diterima. 3) Inventory days of supply (dalam hari). Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time menurut Pujawan (2005). Cash to cash cycle time = inventory days of supply + average days of account receivable average days of account payable Analisis Nilai Tambah Nilai tambah diukur berdasarkan pada pernyataan Chopra dan Meindl (2004) yang menyatakan bahwa tujuan sebuah rantai pasok adalah memaksimalkan nilai yang diperoleh rantai pasok. Nilai merupakan selisih dari pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan seluruh anggota dalam rantai pasok. Namun, mengukur nilai rantai pasok beras organik secara

68 keseluruhan akan menimbulkan double counting karena nilai dari setiap anggota rantai pasok dijumlahkan. Oleh karena itu, nilai tidak diukur dalam penelitian ini dan nilai tambahlah yang diukur. Nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik akan diukur dan dianalisis dalam penelitian ini. Hasil nilai tambah mencerminkan nilai ekonomis yang diperoleh anggota rantai pasok beras organik keseluruhan. Metode yang digunakan dalam mengukur nilai tambah rantai pasok beras organik adalah metode hasil pemikiran Balk yang disebut the firm s value added. Metode ini digunakan karena tidak akan menimbulkan double counting dalam pengukuran nilai tambah rantai pasok beras organik secara keseluruhan karena komponen yang menjadi nilai input merupakan biaya untuk input intermediate. Input intermediate merupakan output hasil produksi oleh produsen lain. Input yang termasuk dalam jenis ini adalah material, energi, dan service. Ketiga input tersebut tidak menjadi input yang digunakan produsen lainnya karena input tersebut hanya dapat dikonsumsi oleh produsen yang membelinya. Berbeda dengan input modal dan tenaga kerja. Kedua input tersebut merupakan input primer karena dapat digunakan oleh dua atau lebih produsen sehingga dapat menimbulkan double counting ketika mengukur nilai tambah seluruh anggota rantai pasok. Selain itu, Metode Balk juga digunakan karena terdapat penjelasan mengenai komponen apa saja yang menyusun nilai-nilai dalam rumus perhitungan, khususnya nilai input. Adapun rumus perhitungan nilai tambah yang diciptakan oleh setiap anggota rantai pasok beras organik (Balk 2002) : VA it = Keterangan : VA = Value Added (Rp) w = Harga input (Rp) p = Harga output (Rp) x = Jumlah input (kg) y = Jumlah output (kg) E = Energy cost (Rp) i = Pelaku usaha ke-i M = Material cost (Rp) t = Periode ke-t S = Service cost (Rp) Pengukuran nilai tambah dilakukan dalam satu tahun. Perkalian harga output (p) dan jumlah output (y) merupakan nilai output. Output yang dimaksud

69 merupakan produk sedang dalam proses dan produk jadi (Brunton & Trickett 2007). Jumlah keseluruhan dari hasil perkalian jumlah input (x) dan biaya energi (E), perkalian jumlah input (x) dan biaya material (M) serta perkalian jumlah input (x) dan biaya service (S) merupakan nilai input. Selisih dari nilai output dan nilai input disebut nilai tambah. Biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input energi dalam produksi seperti bensin, air, listrik, dan lainnya. Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan atas konsumsi bahan baku pada proses produksi, sedangkan biaya service adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan selama produksi berlangsung atau juga dapat dikatakan biaya pemeliharaan Analisis Pengendalian Persediaan Menurut Chopra dan Meindl (2004), ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan, yaitu berdasarkan kondisi permintaan yang stabil dan kondisi permintaan yang fluktuatif. Pada kondisi permintaan yang stabil, permintaan dari konsumen diketahui dan selalu konstan, sedangkan pada kondisi permintaan yang fluktuatif, permintaan berubah-ubah dan tidak diketahui. Berdasarkan kondisi permintaan yang fluktuatif, terdapat dua kebijakan pengisian kembali persediaan, yaitu continuous review dan periodic review. Perbedaan mendasar antara kedua kebijakan tersebut terletak pada acuan yang dipakai dalam melakukan pemesanan. Kebijakan pertama yaitu continuous review yang menetapkan jumlah pesanan selalu konstan dan jangka waktu antara pesanan berubah-ubah karena permintaan yang berfluktuasi. Pada kebijakan yang kedua yaitu periodic review, pemesanan dilakukan setiap waktu dengan jangka waktu pengecekan persediaan yang sama kemudian langsung dilakukan pemesanan dan jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan pada titik waktu tersebut atau berubah-ubah karena kondisi permintaan yang fluktuasi. Pengendalian persediaan di Tani Sejahtera Farm dan ritel-ritel produk organik akan dianalisis terlebih dahulu, kondisi permintaan mana yang dihadapi dan kebijakan mana yang digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Kedua kondisi permintaan dan kebijakan tersebut akan membahas model-model yang berbeda.

70 Berikut adalah model-model berdasarkan kondisi permintaan dan kebijakan yang digunakan (Chopra & Meindl, 2004) : 1) Kondisi permintaan stabil : a) Economic Order Quantity (EOQ) EOQ = b) Total Biaya Tahunan (Total Annual Cost) TC = Annual Material Cost + Annual Order Cost + Annual Holding Cost TC = CD + Keterangan : EOQ atau Q = Jumlah pemesanan optimum (unit) 2) Kondisi permintaan fluktuatif a) Continuous Review D S h C = Jumlah permintaan per tahun (unit/tahun) = Biaya pemesanan (Rp/pemesanan) = Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per unit = Biaya produksi per unit (Rp/unit) Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai product fill rate yang telah ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan. Nilai SS ditentukan dengan menentukan nilai ESC (Expected Shortage per Replenishment Cycle) terlebih dahulu, kemudian menggunakan alat GOAL SEEK pada software Ms.Excel dengan metode trial and error hingga nilai SS ditemukan sesuai dengan nilai product fill rate yang ditentukan. ESC = ESC = (1-fr)Q SS [1-NORMDIST (SS / L, 0,1,1)] + L NORMDIST (SS / L, 0,1,0) Keterangan : fr Q L D L = = Product fill rate = Jumlah pesanan D = Standar deviasi permintaan selama lead time = Standar deviasi permintaan

71 L = Lead time Reorder Point (ROP) ROP = SS + DL Keterangan : SS = Safety Stock D = Rata-rata permintaan per periode L = Lead time b) Perodic Review Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai cycle service level yang ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan pihak perusahaan. Perhitungan SS menggunakan software Ms.Excel. Hampir serupa dengan model continuous review, namun berbeda pada standar deviasi. Nilai standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan permintaan selama jangka waktu antara pengecekan yang langsung dilakukan pemesanan dan lead time. SS = T+L = D T+L Keterangan : CSL = Cycle Service Level T+L= Standar deviasi permintaan jangka waktu pengecekan dan pemesanan serta lead time T = Review Interval L = Lead time D = Standar deviasi permintaan Order Up to Level (OUL) OUL = D T+L + SS D T+L = (T+L)D Keterangan : D T+L = Rata-rata permintaan selama periode T+L SS = Safety Stock T = Jangka waktu pengecekan dan pemesanan L = Lead time D = Rata-rata permintaan per periode

72 V GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK TANI SEJAHTERA FARM Rantai pasok beras organik pada Tani Sejahtera Farm mengalirkan beras organik dari petani mitra menuju Tani Sejahtera Farm. Dari Tani Sejahtera Farm, ada beras organik yang mengalir ke ritel produk organik dan ada juga yang langsung mengalir ke konsumen akhir. Rantai pasok beras organik terdiri dari beberapa petani mitra, Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik, dan konsumen akhir. Seluruh anggota rantai pasok beras organik menjadi responden dalam penelitian ini dengan berbagai karakter yang berbeda satu sama lain Gambaran Umum Petani Mitra Terdapat sebelas petani responden sebagai mitra Tani Sejahtera Farm. Kesebelas petani ini membudidayakan padi dengan sistem organik yang kemudian dijual kepada Tani Sejahtera Farm. Tahun 2006 menjadi langkah awal pengalaman usahatani petani responden dengan Tani Sejahtera Farm dan sudah membudidayakan padi dengan sistem organik sejak tahun tersebut secara bersama-sama karena lebih meminimalkan biaya produksi dibandingkan sistem konvensional. Awalnya, hanya tiga petani yang bermitra dengan Tani Sejahtera Farm, kemudian jumlah petani yang bermitra semakin bertambah hingga sebelas petani. Petani responden ini selanjutnya dikaji dalam beberapa karakteristik, yaitu usia, status kepemilikan lahan, luas lahan, pendidikan formal, pengalaman bertani, dan usaha sampingan yang diusahakan para petani. Setiap petani responden memiliki tenaga kerja berjumlah antara satu hingga tiga pekerja upahan yang berjenis kelamin wanita. Tidak ada pekerja berjenis kelamin pria yang dipekerjakan karena pekerjaan untuk pria dilakukan sendiri oleh setiap petani dan biasanya setiap petani mitra saling membantu satu sama lain. Selama budidaya padi organik, tenaga kerja wanita bertugas menyemai, menanam bibit padi, mencabut gulma, dan merontokkan gabah secara manual (menggebot), sedangkan para petani mengolah lahan dengan traktor, memberi pupuk organik cair dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) organik, mengatur pengairan, dan panen. Usahatani padi organik petani responden sudah bersifat komersial karena tujuan utama membudidayakan padi oganik adalah untuk memperoleh profit dan

73 juga sebagai pekerjaan utamanya. Dari sisi usia, rentang usia petani responden cukup panjang yaitu dari usia 32 hingga 53 tahun dengan usia 42 tahun yang paling banyak. Rentang usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) , , , ,27 Jumlah Luas lahan yang dimiliki setiap petani responden berbeda, rentang luas lahan sebesar 0,1 hingga 1 hektar. Sebaran luas lahan para petani dapat dilihat pada Tabel 5. Hampir seluruh lahan petani berstatus garapan, hanya satu petani saja yang memiliki lahan sendiri. Menurut Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003, tanah garapan adalah sebidang tanah yang sudah atau belum dilekati dengan suatu hak yang dikerjakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain baik dengan persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau tanpa jangka waktu tertentu. Pemilik lahan pada umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Status garapan petani sudah diketahui pemiliknya namun, para pemilik tidak mempermasalahkannya sehingga pendapatan yang dihasilkan dari usahatani padi organik menjadi milik para petani. Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan (ha) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 0,1 0,3 6 54,5 0,31 0,5 2 18,2 0,51 0, , ,3 Jumlah Tingkat pendidikan formal seluruh petani responden tergolong rendah yaitu hanya sampai pada tingkat SD. Pendidikan yang diterima oleh petani secara formal masih kurang. Para petani mengandalkan pengalaman bertani yang diperoleh selama hidupnya dalam mengusahakan padi organik. Lamanya pengalaman bertani dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi petani karena dari

74 setiap musim tanam awal budidaya, setiap kejadian yang berbeda pernah dialami petani, mulai dari gagal panen hingga berhasil. Sebaran waktu pengalaman bertani yang diperoleh oleh para petani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) , , , ,2 Jumlah Selain mengusahakan padi organik, beberapa petani responden juga mngusahakan usaha lainnya baik di bidang pertanian maupun non pertanian. Pada umumnya, para petani mengusahakan tanaman buah, yaitu jambu biji dan jambu jamaika. Selain itu, petani responden lainnya mengusahakan di bidang peternakan dan berdagang. Terdapat pula petani responden yang hanya mengusahakan padi organik saja. Petani yang hanya mengusahakan padi organik adalah petani yang memiliki luas lahan sawah sebesar 1 hektar. Adapun jumlah petani responden yang mempunyai usaha selain padi organik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Usaha Petani Responden Selain Padi Organik Petani Jenis Usaha Jumlah Tanaman Peternakan Perdagangan Usaha buah Petani A Petani B Petani C Petani D Petani E - 2 Petani F - 2 Petani G Petani H Petani I Petani J Petani K Jumlah Petani 3 orang 5 orang 3 orang Terlihat pada Tabel 7, jenis usaha yang diusahakan oleh petani responden dengan jumlah yang paling banyak adalah usaha tanaman buah jambu biji dan

75 jambu jamaika. Lahan tanaman kedua jenis jambu ini bersebelahan tepat disamping lahan sawah milik petani responden. Jambu-jambu ini juga diusahakan dengan sistem organik Gambaran Umum Tani Sejahtera Farm Sejarah dan Perkembangan Tani Sejahtera Farm merupakan badan usaha yang bergerak di bidang pertanian. Badan usaha ini didirikan oleh Bapak Sugeng Teguh Santoso yang merupakan seorang advokat. Usaha pertanian ini berawal dari sebuah hobi yang kemudian dilanjutkan menjadi sebuah unit usaha yang menghasilkan keuntungan. Usaha pertama yang pada awalnya direncanakan, yaitu peternakan ayam pedaging. Peternakan ayam pedaging dibangun di Jl. Parakan Salak No.1 Desa Kemang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor dengan luas m 2. Namun, rencana ini tidak jadi dilakukan karena lokasi tersebut berada di pemukiman warga sekitar, ditakutkan akan mengganggu warga yang tinggal di sekitar lokasi. Akhirnya, lokasi tersebut dibangun kantor, perpustakaan, dan tempat peristirahatan. Kantor dan usaha yang akan dibangun selanjutnya diberi nama Tani Sejahtera Farm. Pada tahun 2005, mulanya Tani Sejahtera Farm sempat mengusahakan budidaya lele, tetapi tidak lama karena kurang mengetahui pakan yang cocok sehingga usahanya merugi cukup besar. Oleh karena itu, badan usaha ini mengganti usaha lele menjadi usaha pembesaran ikan bawal yang dapat menghasilkan keuntungan banyak untuk dijadikan sebagai dana pengembangan usaha. Lokasi usaha pembesaran bawal, yaitu Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Pada tahun yang sama, Tani Sejahtera Farm mengusahakan budidaya buah jambu biji hingga sekarang. Lahan yang digunakan untuk budidaya jambu biji, yaitu lahan sewa di Desa Candali, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor seluas 5000 m 2 dan lahan yang dibeli seluas kurang lebih 8 hektar pada tahun 2006 di Kampung Bangkong Reang, Desa Candali, perbatasan antara Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang. Pada tahun 2006, badan usaha ini

76 mengembangkan usahanya dengan membudidayakan buah-buahan, sayuran, dan tanaman pangan. Tani Sejahtera Farm terdiri dari dua lokasi, yaitu lokasi perkantoran dan lokasi perkebunan. Lokasi perkantoran berada di Desa Kemang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Lokasi perkebunan berada di Desa Candali, Kecamatan Rancabungur dan Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011, badan usaha ini mulai membudidayakan tanaman tahunan kayu-kayuan seperti mahoni dan jati, tetapi hingga kini hasilnya belum dipanen. Sistem budidaya yang diterapkan untuk semua komoditas yaitu sistem organik. Sistem ini sudah dikembangkan dari awal berdirinya Tani Sejahtera Farm. Alasan menggunakan sistem organik yaitu budidaya dengan sistem organik lebih alami, sehat, dan murah sehingga mudah dilakukan. Komoditas buah organik yang diusahakan, yaitu jambu biji dan jambu jamaika, sedangkan untuk komoditas sayuran organik seperti kangkung, terung, cabai rawit, dan bayam. Padi organik merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan dan diusahakan. Pada saat ini, untuk komoditas padi organik, Tani Sejahtera Farm merupakan badan usaha yang bergerak dari subsistem on farm hingga subsistem hilir. Badan usaha ini membudidayakan padi organik, mensortasi, mengemas, melabel hingga memasarkan beras organik ke ritel-ritel produk organik dan juga menjualnya langsung ke konsumen akhir. Badan usaha ini mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai badan usaha ini sejak awal adalah : 1. Menjadi badan usaha yang bergerak dari subsistem on farm hingga hilir secara profesional. 2. Memperkenalkan produk yang lebih sehat dibandingkan produk konvensional. 3. Membuat petani mitra menjadi lebih baik dan sejahtera. 4. Membuat masyarakat sekitar lebih sejahtera.

77 Struktur Organisasi Tani Sejahtera Farm memiliki struktur organisasi yang tersusun jelas. Struktur ini terdiri dari jabatan-jabatan fungsional yang berfungsi sebagai pembatas tanggung jawab dari masing-masing pekerja di dalam badan usaha ini. Struktur ini juga memberi informasi cakupan kerja atau tugas masing-masing pekerja dan menggambarkan arah koordinasi diantaranya. Struktur organisasi pada Tani Sejahtera Farm dapat dilihat pada Gambar 10. Pimpinan Umum Sugeng Teguh Santoso, SH Pimpinan Penanggung Jawab Gregorius B. Djako, SH Bagian Operasional Naman Edo Bagian Keuangan & Administrasi Utami Bagian Proyek Pembangunan Hartono Suhartono Tenaga Kerja Buah Organik Tenaga Kerja Sayuran Organik Tenaga Kerja Tanaman Pangan Gambar 10. Struktur Organisasi Tani Sejahtera Farm Adapun deskripsi dari setiap fungsi-fungsi dari struktur organisasi tersebut adalah (job description) : 1. Pimpinan Umum Memberikan modal kerja. Mengambil kebijakan utama dalam menjalankan usaha. 2. Pimpinan Penanggung Jawab Memimpin dan mengendalikan penuh usaha. Mengawasi jalannya masing-masing unit bisnis. Mengambil keputusan, mengawasi pendapatan, dan pengeluaran keuangan usaha. Bertanggung jawab pada pimpinan umum dan menjamin kesejahteraan karyawan.

78 Mencari informasi serta melihat peluang pasar dalam pemasaran produk. 3. Bagian Operasional Mengangkut input-input yang digunakan untuk budidaya. Mengangkut dan mendistribusikan produk kepada konsumen. 4. Bagian Keuangan dan Administrasi Menyiapkan keperluan tata tertib administrasi. Membuat laporan keuangan setiap minggu. Membuat laporan penjualan dan pemasukan. Menghitung, merekapitulasi, dan menyiapkan bukti piutang pada pelanggan. Bertanggung jawab dalam pemberian gaji karyawan. 5. Bagian Proyek Pembangunan Membangun sarana pendukung bagi perusahaan. Mengawasi jalannya pembangunan perusahaan. 6. Tenaga Kerja Memproduksi atau membudidayakan tanaman sesuai perintah dan bagiannya. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi Deskripsi Kegiatan Tani Sejahtera Farm Budidaya Padi Organik Budidaya padi organik selain dilakukan oleh petani mitra, juga dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm. Prinsip budidaya yang dilakukan keduanya sama, termasuk input yang digunakan. Lahan petani dan Tani Sejahtera Farm bersebelahan kecuali satu petani. Dalam satu tahun, terdapat tiga musim tanam padi organik sehingga setiap petani mitra mempunyai tiga kali siklus produksi. Proses budidaya padi organik yang dilakukan oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm dapat diuraikan dalam tahapan-tahapan berikut : 1. Persemaian benih Petani mitra dan Tani Sejahtera Farm menggunakan benih padi yang dibeli dari Cigombong atau Subang dan benih hasil produksi sendiri. Benih padi

79 yang dibeli merupakan benih hasil sistem organik yang sudah disertifikasi oleh badan tertentu. Benih yang ada dijemur terlebih dahulu selama 1-2 hari. Kemudian benih direndam dengan air hangat selama dua hari dua malam. Pada saat setengah jam sebelum benih diangkat, diberikan garam dan abu sekam padi. Lalu benih diangkat dan disimpan dalam karung kurang lebih dua puluh hari sampai benih mengakar menjadi bibit. 2. Pengolahan lahan Pengolahan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi lahan hasil panen dan menggemburkan tanah karena batang padi yang bawah masih tertinggal di lahan sehingga pertumbuhan akar maksimal. Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan sampai lahan berteksktur lumpur. Kemudian tanah dibalik sampai kedalaman 25 cm. Setelah itu, lahan diberi pupuk kandang sekitar karung/ha dan didiamkan. Pupuk kandang yang diberikan yaitu pupuk yang berasal dari kotoran Ayam Rambo. Pengolahan dilakukan selama 15 hari dari awal hingga akhir. 3. Penanaman Setelah pengolahan lahan dan bibit siap ditanam, penanaman dilakukan. Penanaman padi dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Setiap lubang tanam ditanamkan 2-3 bibit padi. Bibit ini tidak ditanam terlalu dalam dengan keadaan tegak berdiri. Penanaman dilakukan dalam keadaan lahan berair. Setelah itu, disemprotkan pupuk organik cair. 4. Perawatan Perawatan yang dilakukan pada tanaman padi mencakup pencabutan gulma, pemupukan, pengaturan pengairan. Saat satu minggu setelah tanam, tanah tetap dipertahankan dalam keadaan lembab tidak tergenang atau tetap diusahakan dalam keadaan retak basah. Bila tanah sudah meretak dengan kondisi yang kering, maka pintu irigasi pun dibuka agar air dapat masuk ke lahan pada sore hari. Ketinggian air saat dimasukkan ke lahan maksimal setinggi 2 cm. Pada pagi berikutnya, air di lahan dikeluarkan. Penggenangan air berfungsi untuk mempermudah dalam penyiangan gulma dan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan rutin.

80 Pemberian pupuk organik cair dilakukan setiap minggu, sedangkan pupuk kandang kotoran Ayam Rambo diberikan kembali ketika padi berumur 1 minggu 20 hari. Pupuk organik cair bermerek cindoya yang terbuat dari minyak sereh. Selain pemberian pupuk, tanaman padi organik juga diberi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) organik dengan merek hormax setiap sebulan sekali. Pada bulan ketiga, pemberian ZPT organik dilakukan sebelum tanaman padi berbuah. 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan sistem organik lebih sehat dan tidak merusak lingkungan. Tani Sejahtera Farm dan petani mitra tidak menggunakan pestisida hayati atau organik secara khusus untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Pupuk Cindoya selain digunakan sebagai penyubur tanaman dan tanah, juga berfungsi sebagai pengusir hama dan pengendali penyakit tanaman. Cara kerja pupuk ini sebagai pestisida organik, yaitu tidak merusak keseimbangan ekologis karena dapat membuat hama yang menghampiri tanaman terusir dan tidak menghampiri lagi. Berbeda dengan pestisida kimia, pestisida kimia dapat membuat hama sakit bahkan mati sehingga dapat menyebabkan kepunahan dan ketidakseimbangan ekologis di sawah. Selain itu, pengendalian air juga dilakukan untuk pengendalian hama. 6. Panen Panen dilakukan saat padi berumur 3 bulan 10 hari. Pada umur tersebut, bulir padi sudah dalam keadaan matang fisiologis. Cirinya adalah bulir padi berwarna kuning cerah dan bila ditekan sudah terasa keras. Panen dilakukan dengan cara memotong batang padi tepat pada bagian pangkal batang tanaman padi. Kemudian bulir padi atau gabah dirontokkan dari malainya secara manual dan dijemur selama tiga hari. Gabah tersebut dikeringkan yang selanjutnya dibawa ke penggilingan untuk digiling menjadi beras.

81 Kegiatan Pemasaran Pemasaraan beras organik yang dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm dapat dilihat dari komponen strategi pemasaran STP (segmentation, targeting, positioning) dan bauran pemasaran 4P (product, place, price, promotion). Segmentasi produk organik yang dihasilkan badan usaha ini adalah kalangan menengah ke atas yang sudah sadar akan kesehatan pribadi dan lingkungan karena tidak seluruh masyarakat dari kalangan menengah ke atas sudah sadar akan kesehatan pribadi dan lingkungan. Pola target segmen pasar yang ditetapkan adalah spesialisasi pasar karena banyak jenis produk yang ditawarkan seperti buah, sayuran, beras, dan kayu-kayuan serta produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar kalangan menengah ke atas, tidak disegmenkan kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk kalangan menengah ke bawah. Penempatan ciri khusus dari produk badan usaha ini yang ingin ditanamkan dalam benak konsumen sebagai positioning adalah makanan yang menyehatkan, alami, dan memiliki rasa yang enak. Dilihat dari bauran pemasaran 4P, produk yang dijual oleh badan usaha ini yaitu beras, jambu biji, jambu jamaika, kangkung, bayam, cabai, dan terung. Semua produk yang dijual merupakan hasil budidaya dengan sistem organik. Produk organik yang dijual sudah bersertifikasi bebas residu pestisida dari LIPI dengan No.93/IPH.1.04/KS.08/2008. Untuk komponen place, Tani Sejahtera Farm memasarkan beras organik ke ritel produk organik seperti Ming Organic and Vegetarian Foods serta MM Organic and Vegetable. Produk sayuran hanya dijual di Kemang Tropical Organic Bogor, sedangkan produk buah dijual ke industri pengolahan jus di Tangerang dan Karawang. Harga yang ditawarkan Tani Sejahtera Farm beragam karena beragamnya pula produk yang dijual. Beras organik dijual dengan harga Rp /kg, jambu biji dengan harga Rp /kg, produk sayuran dijual dengan harga Rp /kg, dan cabai dijual dengan harga Rp /kg. Berbeda dengan produk jambu jamaika. Jambu jamaika memiliki harga yang berbeda tergantung pada grade produk. Harga grade A sebesar Rp /kg, harga grade B sebesar Rp /kg, dan harga grade C sebesar Rp Tidak banyak teknik promosi yang dilakukan karena badan usaha ini menjual produknya ke distributor yang sudah bermitra. Promosi dilakukan melalui

82 dari mulut ke mulut, internet melalui media jejaring sosial, dan mengikuti pameran-pameran produk pertanian Gambaran Umum Ritel Produk Organik Ritel MM Organic and Vegetable MM Organic and Vegetable merupakan ritel yang menjual produk-produk organik. Produk-produk yang dijual beraneka ragam, seperti tiga jenis beras organik (beras putih, merah, dan hitam), sayur-sayuran organik, buah-buahan organik, tepung talas organik, mi instan yang terbuat dari buah dan sayuran organik serta bumbu yang diracik dengan bumbu organik, kecap organik, telur organik, dan beraneka ragam ikan organik. Produk buah dan sayuran ditampilkan dalam lemari pendingin transparan, produk ikan organik disimpan dalam freezer, sedangkan produk lainnya ditampilkan dalam lemari rak bersusun. Pemilik ritel hanya membuka dua gerai ritel, yaitu di Depok dan Jakarta. Tidak ada yang berperan sebagai pusat maupun cabang. Kedua gerai ritel ini saling mengirim pasokan jika salah satu gerai ritel kekurangan pasokan. Pemasok produk organik berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan daerah Puncak, Bogor, termasuk Tani Sejahtera Farm. Lokasi kebun atau sawah yang menjadi tempat budidaya komoditas organik oleh pemasok harus berjarak sangat jauh dari jalan raya. Sebelum pihak ritel ini sepakat bekerja sama dengan pemasok, pihaknya melakukan survey lokasi budidaya komoditas organik yang dilakukan pemasok terlebih dahulu. Ritel MM Organic and Vegetable memiliki beberapa tenaga kerja yang seluruhnya merupakan anggota keluarga. Pihak ritel belum pernah mempekerjakan dari luar anggota keluarga karena ditakutkan citra produk organik yang dijual menurun dan kurang dapat melayani konsumen. Sumber daya manusia yang dipekerjakan di ritel ini sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang bertemakan pertanian organik seperti pameran, talkshow atau seminar. Tidak banyak teknik promosi yang digunakan dalam memasarkan produk organik. Pada awalnya, pemasaran produk yang dijual hanya melalui teknik mouth to mouth, kemudian menjadi berkembang karena kualitas dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen akhir. Khasiat produk organik yang dijual ritel ini benar-benar terasa

83 seperti yang dirasakan konsumen akhir. Hal tersebut karena pihak ritel selalu memberi tahu khasiat dan cara mengkonsumsi setiap produk organik yang benar. Oleh karena citra produk organik ritel ini yang selalu dijaga, perkembangan brand produk ini semakin diketahui masyarakat luas melalui media cetak dan media elektronik sehingga semakin banyak konsumen yang membeli produk organik ke ritel ini Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods Ming Organic and Vegetarian Foods merupakan ritel produk organik yang terletak di daerah BSD, Tangerang. Ritel ini tidak membuka cabang. Ming Organic and Vegetarian Foods menjual berbagai macam produk organik, yaitu beras organik, sayuran organik, buah-buahan organik, telur organik, mie organik, kacang organik, dan bahan baku makanan lainnya yang khusus diproduksi untuk konsumen vegetarian seperti minyak vegetarian. Ritel ini tidak memiliki gudang khusus menyimpan produk organik dan vegetarian yang dijual. Produk yang dijual disimpan dalam ritelnya. Produk sayuran dan buah-buahan disimpan dalam lemari pendingin. Terdapat empat tenaga kerja wanita yang dipekerjakan dan berasal dari luar keluarga. Loyalitas tenaga kerja di ritel inilah yang membuat ritel ini semakin berkembang dari awal. Selain loyal kepada pemilik ritel, pekerja ritel ini selalu ramah dalam setiap melayani konsumen akhir dan tidak pelit memberikan informasi. Pembagian tugas untuk para pekerja ritel ini, yaitu satu orang bertugas sebagai kasir, satu orang bertugas dalam pengemasan produk organik serta dua orang bertugas mengatur tata letak produk organik dan melayani konsumen akhir, termasuk mengantar langsung produk organik ke rumah konsumen akhir yang menggunakan jasa layanan delivery order. Tidak ada teknik promosi khusus dalam menjual produk organik. Walaupun demikian, konsumen akhir yang membeli produk organik di ritel ini sangat banyak karena lokasi penjualan ritel ini berada di lokasi strategis, yaitu pusat perbelanjaan produk pertanian. Tidak hanya ritel ini yang berjualan produk organik di lokasi tersebut. Cukup banyak ritel lain yang sama-sama menjual produk organik termasuk beras organik. Timbullah persaingan di antara ritel ini

84 dan ritel lainnya di lokasi pusat perbelanjaan tersebut. Untuk bersaing dengan pesaingnya, pihak Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods tentu saja berusaha memberikan produk organik yang terbaik dan pelayanan yang optimal kepada para konsumen. Pihak ritel ini selektif dalam memilih pemasok sebagai mitranya untuk dapat menghasilkan produk organik yang sesuai permintaan konsumen Gambaran Umum Konsumen Akhir Konsumen akhir pada rantai pasok beras organik tidak menjual produk beras organik lagi kepada pihak lain, tetapi mengkonsumsinya langsung. Konsumen yang dibidik dalam rantai pasok ini adalah konsumen kalangan menengah ke atas serta sudah sadar akan kesehatan pribadi dan lingkungan. Rantai pasok ini membidik kalangan menengah ke atas karena harga jual produk akhir lebih tinggi dibandingkan beras biasa (sistem konvensional) sehingga tidak banyak masyarakat yang mampu membelinya. Dikatakan pula kalangan yang sudah sadar akan kesehatan pribadi dan lingkungan karena tidak seluruh kalangan menengah ke atas sudah sadar akan kesehatan pribadi dan lingkungan. Rantai pasok beras organik menjual produk akhir beras organik melalui tiga anggota rantai pasok yang berbeda. Terdapat tiga merek dan harga produk akhir beras organik yang berbeda sesuai dari anggota rantai pasok yang mana konsumen akhir membeli produk tersebut. Oleh karena itu, konsumen akhir yang menjadi tujuan penjualan ketiga anggota rantai pasok tersebut pun berbeda. Konsumen akhir yang menjadi tujuan penjualan oleh Tani Sejahtera Farm adalah keluarga besar, relasi kantor, relasi seprofesi di bidang agribisnis, tetangga, dan relasi lainnya yang merupakan kerabat dari pimpinan umum serta tenaga kerja Tani Sejahtera Farm. Konsumen akhir yang menjadi pelanggan atau pembeli produk organik khususnya beras organik di kedua ritel produk organik merupakan warga setempat dan yang berasal dari luar daerah lokasi penjualan. Namun, perbedaan konsumen akhir yang menjadi tujuan penjualan kedua ritel adalah Rite l MM Organic and Vegetable juga membidik konsumen akhir dari relasi seprofesi dengan pemilik ritel sehingga konsumen yang dibidik lebih banyak dibandingkan Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods.

85 VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK 6.1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan rantai yang ingin dicapai dalam rantai pasok. Elemen ini menjelaskan apa yang menjadi tujuan rantai pasok beras organik. Sasaran rantai dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Hasil dari pengkajian sasaran rantai merupakan salah satu elemen penentu apakah rantai pasok beras organik berjalan baik atau tidak Sasaran Pasar Sasaran pasar produk beras organik pada umumnya ditujukan untuk pasar domestik. Hal ini dikarenakan produktivitas dari budidaya padi organik rendah dan rendemen gabah menjadi beras tinggi. Oleh karena itu, rantai pasok ini masih memasarkan produk ke beberapa daerah di dalam negeri, yaitu Jakarta, Depok, dan Tangerang. Belum terpikir untuk memasarkannya ke luar negeri (ekspor). Tidak ada grade dalam beras organik yang dipasarkan sehingga proses sortasi tidak rumit. Proses sortasi yang dilakukan hanya memisahkan sekam (kulit gabah) dan kotoran-kotoran serta menir dari butiran beras yang utuh. Kegiatan ini dilakukan oleh semua anggota rantai pasok kecuali petani mitra. Sasaran pasar juga dapat dilihat dari upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, dan optimalisasi rantai. Beras organik disegmenkan pada pasar kalangan menengah ke atas oleh rantai pasok ini. Beras organik merupakan produk eksklusif dengan harga yang lebih mahal dibandingkan beras biasa. Harga yang mahal tercipta akibat dari kuantitas beras organik masih sedikit, sedangkan permintaan banyak dan image sehat sudah tertanam di benak konsumen dalam produk beras organik. Image sehat dijadikan aspek yang dijual dalam produk ini. Kualitas dari beras organik yang dihasilkan terjamin. Bebas residu pestisida, putih, bersih, pulen, dan enak merupakan kualitas yang ditonjolkan rantai pasok ini. Produk beras organik ini sudah disertifikasi oleh badan berwenang, yaitu LIPI bahwa produk tidak mengandung residu pestisida. Produk ini belum mendapatkan SNI organik karena proses memperolehnya rumit sehingga belum dilakukan. Semua anggota rantai pasok selalu menjaga kualitas produk dengan baik. Apabila kualitas produk berubah, maka anggota rantai yang

86 mengetahuinya, langsung mengkomunikasikannya dengan anggota rantai sebelumnya. Optimalisasi rantai dilakukan oleh rantai pasok beras organik dalam menciptakan nilai pada beras organik yang dihasilkan. Beras organik mendapatkan perhatian khusus oleh semua anggota rantai pasok karena produk ini harus benar-benar terjaga dari kontaminasi bahan kimia agar sesuai dengan prinsip organik dan kualitasnya. Beras organik tidak boleh tercampur atau tersentuh dengan bahan kimia atau barang yang dihasilkan dari proses kimiawi Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan merupakan tujuan yang ingin dicapai dengan mengembangkan suatu hal bersama di dalam rantai pasok. Bentuk pengembangan ini bisa berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok. Proses pengembangan ini harus direncanakan, dilakukan, dan dievaluasi bersama oleh semua anggota rantai pasok beras organik. Hal tersebut dikarenakan pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk kepentingan seluruh anggota rantai pasok beras organik. Proses pengembangan tidak diperbolehkan hanya menguntungkan salah satu pihak saja demi menciptakan nilai tambah produk beras organik dan menciptakan keunggulan kompetitif rantai pasok. Kini, persaingan tidak lagi dihadapi oleh masing-masing pelaku usaha, tetapi dihadapi bersama oleh rantai pasok. Sasaran pengembangan yang ingin dicapai rantai pasok beras organik adalah peningkatan kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya padi organik agar lebih produktif. Hal ini dikarenakan permintaan pasar terhadap beras organik melebihi penawaran yang dapat dilakukan rantai pasok. Diketahui bahwa produktivitas budidaya padi organik masih cukup rendah yang menyebabkan kuantitas beras sedikit. Seiring berkembangnya teknologi, semakin banyak produsen input yang menawarkan berbagai macam input organik seperti pupuk organik baik dalam bentuk padat atau cairan dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) organik atau hayati. Untuk menyikapi hal tersebut, petani dan Tani Sejahtera Farm mempunyai petakan uji coba untuk pengaplikasian input organik yang berbeda-beda setiap

87 siklusnya. Produk mana yang dapat memberi hasil lebih produktif, produk itulah yang digunakan untuk seluruh petakan. Uji coba ini terus dilakukan sampai saat ini. Selain itu, penelitian bersama juga dilakukan dalam rantai pasok. Penelitian ini melibatkan beberapa stakeholders seperti konsultan dan praktisi pertanian untuk membuat produk input organik atau penganekaragaman perlakuan pemberian input organik ke petakan sawah. Koordinasi dan kolaborasi rantai pasok dalam mencapai sasarannya dapat dilihat dari komunikasi yang dijalankan. Pihak ritel produk organik dapat mengetahui kualitas beras organik melalui informasi dari konsumen. Jika terdapat keluhan dari konsumen, maka akan disampaikan kepada Tani Sejahtera Farm yang kemudian disampaikan pula kepada petani mitra. Dalam merespon keluhan konsumen, petani mitra dan Tani Sejahtera Farm mengkombinasikan dua macam beras dari tiga macam varietas padi yang dibudidayakan, yaitu IR-64, Ciherang, dan Sintanur di dalam kemasannya sehingga menghasilkan nasi yang pulen, tidak lembek, dan enak. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk serta mencapai tujuan akhir rantai pasok beras organik, yaitu kepuasan dan loyalitas konsumen Struktur Rantai Pasok Struktur rantai pasok beras organik dapat dianalisis melalui anggotaanggota yang membentuk rantai pasok dan peran masing-masing anggota serta entitas atau elemen-elemen yang terdapat di rantai pasok seperti produk, pasar, stakeholder, dan situasi persaingan. Anggota rantai pasok yang dimaksud adalah para pelaku yang tergabung atau terlibat dalam aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi. Konsumen akhir menjadi satu bagian di dalam struktur rantai pasok karena konsumen akhir juga terlibat dalam pengaliran produk, finansial, dan informasi. Struktur rantai pasok beras organik pada Tani Sejahtera Farm berbentuk jaringan atau dapat disebut network supply chain. Struktur rantai pasok beras organik yang berbentuk jaringan dapat dilihat pada Gambar 11.

88 Petani A Petani B Petani C Petani D Petani E Petani H Petani I Tani Sejahtera Farm Ritel Melly Mahutu Organic and Vegetable Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods Konsumen Akhir Konsumen Akhir Petani F Petani G Petani J Petani K Konsumen Akhir Gambar 11. Struktur Rantai Pasok Beras Organik Berjaring pada Tani Sejahtera Farm Struktur rantai seperti pada Gambar 11 merupakan struktur rantai pasok jaringan yang belum terdapat aliran. Garis-garis hanya menggambarkan hubungan antar anggota rantai pasok beras organik. Struktur rantai pasok pada Gambar 12 sudah dilengkapi ketiga aliran yang mengalir sepanjang rantai pasok beras organik dan masing-masing anggota rantai pasok sudah dikelompokkan berdasarkan peran yang sama untuk memudahkan pembahasan. Petani-petani yang bermitra dikelompokkan sebagai petani mitra dan ritel-ritel yang mendistribusikan beras organik dikelompokkan sebagai ritel produk organik. Ritel Produk Organik Konsumen Akhir Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Keterangan : : Aliran Produk : Aliran Finansial : Aliran Informasi Konsumen Akhir Gambar 12. Struktur Rantai Pasok Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm

89 Petani Mitra Petani mitra merupakan anggota rantai yang mengawali rantai pasok beras organik. Petani ini berperan penting pada rantai pasok beras organik karena kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan beras sangat ditentukan olehnya. Terdapat sebelas petani yang bermitra dengan Tani Sejahtera Farm. Kesepuluh petani ini memanfaatkan lahan garapan yang sangat potensial untuk membudidayakan padi organik. Status lahan garap petani diketahui oleh pemilik lahannya yang pada umumnya bermukim di Jakarta, tetapi pemiliknya tidak mempermasalahkannya sehingga lahannya dibiarkan saja. Pemilik lahan ini sangat jarang mendatangi petani. Hasil penjualan beras pun tidak diberikan kepada pemilik lahan. Hanya satu petani yang memiliki lahan sendiri. Lahan petani mitra berada di Desa Candali, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Lahan yang digunakan sangat jauh dari jalan raya sekitar kurang lebih 10 km dari jalan raya dan dekat dengan Gunung Mas. Beberapa lahan petani saling bersebelahan dan bersebelahan juga dengan lahan Tani Sejahtera Farm. Sedangkan lahan satu petani lainnya terletak di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang bersebelahan dengan Desa Candali. Lahan yang berada di sekeliling lahan petani merupakan perkebunan sayuran yang juga dibudidayakan secara organik. Irigasi sawah berasal dari danau yang sengaja dibuat oleh petani. Air di danau ini merupakan air tanah dan air tampungan hujan. Saluran irigasi sawah dibuat tidak sejalur dengan perkebunan milik orang lain sehingga saluran irigasi berfungsi hanya untuk mengalirkan air ke lahan petani dan Tani Sejahtera Farm saja, tidak dijalurkan ke lahan perkebunan lainnya. Petani melakukan kegiatan budidaya padi organik, dimulai dari pembenihan, pengolahan lahan, penanaman, perawatan, dan panen. Kegiatankegiatan ini dilakukan sesuai prinsip organik, yaitu tidak menggunakan sama sekali bahan kimia. Varietas padi yang digunakan adalah IR-64, Ciherang, dan Sintanur. Setelah panen, petani merontokkan gabah dan mengeringkannya di halaman luas dengan memanfaatkan sinar matahari. Merontokkan gabah dilakukan secara manual. Kemudian, gabah yang sudah kering diangkut oleh Tani Sejahtera Farm untuk digiling.

90 Tani Sejahtera Farm menyediakan jasa pengangkutan secara sukarela karena para petani tidak ada yang mempunyai mobil, tetapi biaya giling gabah menjadi tanggung jawab petani mitra. Penggilingan gabah dilakukan di tempat penggilingan yang terdapat di Cibening, Ciampea. Penggilingan ini menggiling gabah khusus hasil budidaya dengan sistem organik sehingga tidak diragukan lagi prinsip organiknya karena salah satu prinsip produk dapat dikatakan organik sesuai SNI organik adalah produk tidak boleh tercampur dengan hasil produk dengan sistem konvensional. Tani Sejahtera Farm membayar hasil panen petani dalam bentuk sudah menjadi beras. Jadi, bentuk produk akhir yang petani mitra hasilkan adalah berupa beras organik. Teknologi yang digunakan dalam produksi masih tradisional kecuali teknologi yang dilakukan ketika pengolahan lahan. Petani sudah menggunakan traktor tangan untuk membajak lahannya. Traktor tangan yang digunakan merupakan pinjaman dari Tani Sejahtera Farm, namun tidak disewa. Petani hanya membeli bahan bakar traktor tangan saja untuk membajak sawahnya sendiri dan juga mengeluarkan biaya pemeliharaan traktor tangan. Total lahan yang dimiliki petani mitra adalah 4,9 hektar. Setiap petani mitra melakukan tiga siklus produksi atau tiga musim tanam dalam satu tahun. Begitu juga dengan Tani Sejahtera Farm. Kesebelas petani mitra dibagi menjadi empat kelompok sehingga setiap kelompok terdapat tiga petani mitra kecuali satu kelompok hanya terdapat dua petani mitra. Kelompok yang terdiri dari dua petani mitra bergabung dengan Tani Sejahtera Farm. Pembagian kelompok ini dilakukan untuk membagi jadwal siklus produksi yang dilakukan antar kelompok setiap tahunnya. Hal tersebut membuat Tani Sejahtera Farm menerima pasokan beras organik setiap bulan walaupun dengan kuantitas yang berbeda karena luas lahan masing-masing kelompok tidak sama. Harga yang diterima petani atas beras organik hasil panennya sebesar Rp /kg Tani Sejahtera Farm Tani Sejahtera Farm merupakan anggota rantai setelah petani mitra. Badan usaha ini juga berperan penting di dalam rantai pasok beras organik, yaitu sebagai perantara antara petani mitra dan pihak ritel produk organik serta perantara antara

91 petani mitra dan konsumen akhir. Jika badan usaha ini tidak maksimal dalam melakukan perannya, maka keunggulan kompetitif rantai pasok melalui nilai tambah akan sulit diciptakan bersama. Tani Sejahtera Farm melakukan kegiatan budidaya padi organik, pengangkutan, sortasi, pengemasan, pelabelan, pemasaran ke ritel-ritel produk organik dan konsumen akhir serta mengadakan pelatihan dengan praktisi pertanian. Budidaya padi organik yang dilakukan badan usaha ini berada dalam satu kelompok dengan budidaya yang dilakukan oleh petani mitra. Gabah organik hasil panen sendiri dan petani mitra diangkut dari tempat penjemuran gabah, yaitu area sekitar lahan sawah dan dibawa ke penggilingan gabah organik di Ciampea. Pengangkutan gabah organik dilakukan dengan mobil pick up milik Tani Sejahtera Farm. Pengangkutan dan pencarian tempat penggilingan sengaja dilakukan pihak Tani Sejahtera Farm karena untuk menjamin prinsip organik dan kualitas beras organik yang dihasilkan. Gabah kering dikemas dengan karung yang disediakan oleh Tani Sejahtera Farm kemudian dibawa ke penggilingan. Sortasi dilakukan setelah penggilingan, yaitu memisahkan beras yang utuh dan menir (beras yang patah) kemudian beras yang utuh dikemas dengan plastik kemasan ukuran 5 kg dengan label di kemasannya, sedangkan menir dikemas dengan karung ukuran 50 kg tanpa label. Label terbuat dari kertas stiker yang telah dicetak kemudian ditempel pada plastik kemasan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik kemasan sejak beras organik tiba di gudang setelah diangkut dari penggilingan. Pengangkutan beras organik yang sudah dikemas ke ritel-ritel produk organik juga dilakukan sendiri dengan menggunakan mobil pick up. Sesampainya di ritel, kemasan dan label tersebut akan diganti dengan kemasan serta label yang baru. Tani Sejahtera Farm juga menjual beras organik langsung ke konsumen akhir. Penjualannya dilakukan di rumah pimpinan umum badan usaha ini di Cibubur sehingga pengangkutan juga dilakukan ke Cibubur. Pangsa pasar penjualan beras organik oleh Tani Sejahtera Farm di Cibubur yaitu para tetangga dan warga yang tinggal di sekitar perumahan Daerah Cibubur, keluarga serta relasi seprofesi dengan pemilik. Jumlah penjualan adalah semua sisa persediaan beras organik dari penjualan ke kedua ritel, yaitu Ritel MM

92 Organic and Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods. Pihak yang bertanggung jawab terhadap penjualan beras organik adalah istri pimpinan umum. Pemasaran dilakukan sendiri oleh Tani Sejahtera Farm. Pemasaran dilakukan melalui kegiatan pameran dan secara online. Pemasaran secara online dilakukan sebatas promosi atau memperkenalkan produk kepada masyarakat, tidak menjualnya. Tani Sejahtera Farm sering mengadakan pelatihan bersama petani mitra dengan mendatangkan praktisi-praktisi pertanian seperti petani atau pelaku usaha yang sudah sukses di bidangnya untuk memberikan pembinaan mengenai budidaya padi organik. Tani Sejahtera Farm juga memiliki konsultan sebagai salah satu stakeholder yang sering memberikan konsultasi mengenai sistem budidaya padi organik yang lebih produktif. Beras organik yang dijual Tani Sejahtera Farm merupakan beras putih serta campuran dari dua jenis varietas dalam setiap kemasan beras organik. Karakteristik beras varietas sintanur adalah panjang dan gemuk, beras varietas ciherang berbentuk panjang tetapi lebih pendek dibandingkan sintanur, sedangkan beras varietas IR-64 pendek dan kecil. Biasanya, beras varietas sintanur dicampur dengan beras varietas ciherang karena bentuknya hampir sama. Beras varietas ciherang dicampur dengan beras varietas IR-64. Pencampuran beras dari hasil varietas padi yang berbeda tidak menyalahi prinsip organik selama masih samasama dibudidayakan secara organik. Pencampuran dilakukan untuk mendapatkan rasa dan tektur nasi yang enak dan lembut. Beras varietas sintanur lebih disukai oleh ritel-ritel, namun jika hanya beras varietas sintanur saja dalam satu kemasan, ketika setelah dimasak akan menghasilkan nasi yang lembek sehingga lebih baik dicampur dengan beras varietas ciherang. Tani Sejahtera Farm pernah mendapatkan keluhan dari ritel dan konsumen akhir mengenai kualitas beras yang diproduksi. Keluhan yang biasa diberikan adalah banyak beras yang patah dan warna beras agak hitam. Warna beras yang agak hitam terjadi di luar kendali badan usaha ini karena cuaca tidak menentu sehingga penjemuran yang dilakukan petani mitra tidak maksimal. Keluhan ini pun disampaikan kepada petani mitra. Walaupun terdapat keluhan, produk beras organik tidak pernah dikembalikan oleh ritel. Tani Sejahtera Farm dan petani mitra berusaha terus memperbaiki kualitasnya. Harga beras yang ditawarkan Tani

93 Sejahtera Farm kepada ritel sebesar Rp /kg. Harga ini berada di bawah harga pasar di tingkat pengolah dan distributor sehingga menguntungkan ritel-ritel produk organik Ritel Produk Organik Ritel produk organik merupakan anggota rantai pasok beras organik yang menghubungkan Tani Sejahtera Farm dan konsumen akhir. Peran ritel produk organik sangat penting karena berhadapan langsung dengan konsumen akhir dalam melayani dan memenuhi kebutuhannya. Tujuan utama rantai pasok adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen akhir. Terdapat dua ritel produk organik dalam rantai pasok beras organik ini, yaitu MM Organic and Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods. Keduanya sama-sama menjual beras organik kepada konsumen akhir. Ritel MM Organic and Vegetable membuka dua gerai toko produk organik. Pihak Tani Sejahtera Farm mengirim beras organik langsung ke ritel yang terletak di Depok karena lokasi lebih dekat dari Bogor. Pihak ritel selanjutnya akan menampih beras organik, mengemas dengan kemasan 1 kg, menempelkan label yang baru, dan mengirim beberapa produk beras organik ke ritel yang di Jakarta. Selanjutnya, kedua gerai ritel ini sama-sama menjual beras organik ke konsumen akhir. Karakteristik beras organik utama yang dipesan MM Organic and Vegetable adalah beras yang berasal dari campuran varietas padi sintanur dan ciherang serta berwarna putih alami. Hal tersebut dilakukan sesuai permintaan konsumen akhir yang lebih menyukai beras seperti ini. Produk beras organik yang dijual tidak hanya bermerek nama ritel saja, tetapi ritel ini juga menjual produk beras organik dari satu produsen yang sudah besar dengan merek yang sudah terkenal di pasaran. Dalam melayani konsumen, ritel ini memberikan brosur yang berisi manfaat-manfaat produk, customer service, dan delivery order dengan ketentuan pesanan minimal. Kritik dan saran pun selalu diterima jika ada dan disampaikannya kepada pihak Tani Sejahtera Farm. Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods mensortasi beras organik pasokan Tani Sejahtera Farm dengan memisahkan kulit gabah yang masih tersisa dan beras, mengemas dan melabel dengan kemasan dan label yang baru. Ming

94 Organic and Vegetarian Foods menerima pasokan beras organik dari Yogyakarta dan Tani Sejahtera Farm dengan persentase pasokan dari Yogyakarta lebih banyak dibandingkan Tani Sejahtera Farm. Ritel ini juga menjual beras organik dengan merek lain dari beberapa produsen lainnya. Beras organik yang dijual dengan merek sendiri lebih murah dibandingkan beras organik merek lainnya sehingga produk beras organik merek sendiri lebih cepat terbeli oleh konsumen akhir. Dalam satu hari, ritel ini dapat menjual sekitar 30 kg lebih beras organik. Kemasan beras organik yang diproduksi terdiri dari ukuran 1 kg, 2,5 kg, dan 5 kg. Namun, beras organik pasokan dari Tani Sejahtera Farm dikemas dengan kemasan ukuran 1 kg. Beras organik yang dipesan oleh ritel ini adalah beras varietas sintanur dengan warna putih bersih sehingga pihak Tani Sejahtera Farm mengirim beras organik campuran varietas sintanur dan ciherang. Ritel ini menyediakan layanan delivery order dengan jumlah pesanan minimal seharga Rp Konsumen Akhir Konsumen akhir merupakan anggota rantai pasok beras organik yang terakhir dan menjadi tujuan akhir rantai pasok. Konsumen akhir merupakan seseorang yang membeli beras organik dari ritel produk organik dan ada juga membelinya dari Tani Sejahtera Farm langsung. Konsumen akhir yang dibidik rantai pasok beras organik berbeda tergantung pada anggota rantai pasok yang menjual langsung beras organik kepada konsumen akhir, yaitu Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik. Dalam rantai pasok beras organik, konsumen akhir menerima atau membeli beras organik dari anggota rantai pasok sebelumnya, membayar atas beras organik yang dibeli serta berhak menerima dan memberikan informasi terkait produk beras organik yang dibeli dan pelayanan yang diberikan anggota rantai pasok sebelumnya. Beras organik merupakan beras yang lebih sehat dibandingkan beras biasa, mampu menyehatkan pribadi maupun lingkungan. Citra atau image ini sudah tertanam di dalam sebagian benak konsumen. Kualitas beras organik menjadi atribut utama dalam pembelian beras oleh konsumen. Oleh karena itu, konsumen akhir berperan dalam menentukan kualitas produk yang

95 diinginkan dalam rantai pasok beras organik. Kualitas yang diinginkan akan disampaikan konsumen akhir kepada ritel produk organik yang kemudian disampaikan hingga petani mitra. Selain kualitas produk, konsumen akhir menginginkan kecepatan atau ketersediaan produk dan harga produk yang terjangkau sehingga anggota rantai pasok harus bekerja sama dalam memenuhi keinginan konsumen akhir agar dapat bersaing dengan rantai pasok beras organik lainnya Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan bersama yang dilakukan bersama di dalam rantai pasok beras organik. Hal yang perlu dikaji dalam manajemen rantai pasok beras organik adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual, sistem transaksi, dukungan pemerintah, dan kolaborasi rantai pasokan Pemilihan Mitra Pemilihan mitra merupakan proses memilih rekan kerja yang dapat diajak kerja sama dalam sebuah usaha. Pemilihan mitra penting untuk diperhatikan karena berhasilnya sebuah usaha juga ditentukan oleh kinerja mitra. Mitra yang bertanggung jawab dan berkinerja baik dibutuhkan dalam mendukung rantai pasok mencapai tujuannya yaitu memenuhi kepuasan konsumen. Jalinan kerja sama jangka panjang sangat diharapkan oleh setiap anggota rantai pasok sehingga kriteria pemilihan mitra menjadi salah satu hal yang diperhatikan anggota rantai pasok beras organik. Tidak ada kriteria pemilihan mitra yang ditetapkan oleh petani mitra. Petani mitra mengandalkan rasa kepercayaan terhadap Tani Sejahtera Farm. Rasa kepercayaan itu tumbuh karena adanya rasa saling membutuhkan dan menguntungkan di antara petani dan Tani Sejahtera Farm sehingga para petani mau bekerja sama dengan Tani Sejahtera Farm dengan menjual beras organik hasil panennya.

96 Berbeda dengan Tani Sejahtera Farm. Pihak Tani Sejahtera Farm memiliki tiga kriteria dalam memilih petani sebagai mitranya. Kriteria pemilihan mitra yang ditetapkan untuk petani sebagai mitranya adalah : 1. Petani yang budidaya padi sawah dengan sistem organik. 2. Petani yang siap berinovasi dan berubah. 3. Petani yang siap dan mampu terus belajar dalam mengadopsi teknologi budidaya padi sawah dengan sistem organik. Kriteria tersebut tidak ditawarkan pihak Tani Sejahtera Farm kepada petani untuk menjadi mitranya sejak awal mulainya kerja sama, tetapi diawali dari adanya rasa kepercayaan di antara keduanya. Dari rasa kepercayaan itu, akhirnya para petani mitra mau berinovasi, berubah, dan belajar terus seiring berkembangnya teknologi budidaya. Tidak terdapat kriteria yang ditentukan Tani Sejahtera Farm dalam memilih ritel produk organik sebagai mitranya. Tani Sejahtera Farm menjual beras organik kepada ritel-ritel karena pihak ritel merupakan relasi dari pimpinan Tani Sejahtera Farm. MM Organic and Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods menetapkan beberapa kriteria yang serupa dalam memilih pemasok sebagai mitranya. Kriteria-kriteria yang ditetapkan kedua ritel tersebut antara lain : 1. Pemasok harus melampirkan sertifikat organik atau sertfikat bebas residu pestisida. 2. Kualitas produk beras organik sesuai kesepakatan. 3. Tidak melakukan kecurangan (dapat dipercaya). 4. Bersedia menerima kritik dan keluhan serta memperbaikinya Kesepakatan Kontraktual Kesepakatan kontraktual merupakan kontrak berisi segala hal yang telah disepakati antar pihak-pihak yang bermitra atau bekerja sama baik secara formal maupun informal. Kesepakatan kontraktual berfungsi dalam jangka panjang untuk memberi batasan-batasan dan tanggung jawab yang harus dilakukan masingmasing pihak yang bermitra. Kesepakatan yang dibuat antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm tidak dilakukan melalui kontrak secara formal dalam tulisan,

97 tetapi hanya kesepakatan melalui lisan. Kesepakatan yang dibuat keduanya hanya mengenai sistem budidaya yang digunakan, pembagian siklus produksi, harga jual, dan jumlah penjualan beras organik kepada Tani Sejahtera Farm. Jumlah penjualan beras organik yang disepakati sebanyak beras organik yang dipanen petani mitra. Jadi, seluruh beras organik hasil panen petani mitra dijual kepada Tani Sejahtera Farm. Adapun pembagian siklus produksi dibagi berdasarkan luas lahan. Petani mitra dikelompokkan agar jadwal kegiatan budidaya bersamaan sehingga dapat panen bersamaan antar petani dalam satu kelompok. Kesebelas petani mitra ini dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari tiga petani setiap kelompok. Tani Sejahtera Farm juga masuk ke dalam salah satu kelompok untuk melakukan siklus produksi yang sama. Pembagian kelompok petani mitra ini dapat dilihat pada Tabel 8. Kesepakatan antara Tani Sejahtera Farm dengan kedua ritel produk organik juga dilakukan secara informal, tidak dalam bentuk kontrak formal. Kedua ritel produk organik tidak menawarkan kerja sama dalam bentuk kontrak secara formal. Oleh karena itu, kesepakatan yang terjadi antara ritel dan Tani Sejahtera Farm dilakukan secara informal. Kesepakatan yang ditetapkan bersama adalah mengenai harga jual beras organik, kualitas produk, dan kuantitas yang dipesan. Tabel 8. Pembagian Kelompok Petani dalam Siklus Produksi Bulan Produsen Januari Petani B Petani E Petani G Februari Petani C Petani H Petani J Maret Petani F Petani I Tani Sejahtera Farm April Petani A Petani D Petani K Mei Petani B Petani E Petani G Juni Petani C Petani H Petani J Juli Petani F Petani I Tani Sejahtera Farm Agustus Petani A Petani D Petani K September Petani B Petani E Petani G Oktober Petani C Petani H Petani J November Petani F Petani I Tani Sejahtera Farm Desember Petani A Petani D Petani K

98 Sistem Transaksi Beras organik merupakan produk eksklusif sehingga sistem transaksi yang digunakan tidak seperti sistem transaksi produk lainnya. Beras organik bukan merupakan produk konsinyasi yang dapat dibayar beberapa bulan kemudian dalam jangka waktu sangat lama, tidak dibayar atas produk yang cacat, dan masih menjadi hak milik penjual ketika produk tiba di tempat pembeli. Sistem konsinyasi adalah sistem penitipan barang dimana penjual masih memiliki hak atas barang yang sudah dikirimkan dan diterima pihak pembeli. Sistem transaksi yang terjadi antara petani mitra dan Tani Sejahera Farm adalah cash and carry. Tani Sejahtera Farm membayar langsung beras organik hasil panen kepada petani mitra dengan uang tunai setelah beras organik diangkut dari penggilingan. Pengangkutan beras organik dari penggilingan dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm yang kemudian dibawa ke tempat petani dan transaksi pun terjadi dengan harga sesuai kesepakatan yang telah disepakati keduanya. Tani Sejahtera Farm tidak mensortir beras organik terlebih dahulu dan tidak mempermasalahkan beras organik yang cacat atau rusak sehingga pembayaran berlaku untuk seluruh beras organik yang dipanen petani. Transaksi oleh ritel produk organik dilakukan non cash via transfer bank swasta. Berbeda dengan sistem transaksi antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik membayar beras organik pada saat 2-5 hari setelah surat tagihan (invoice) tiba di ritel. Surat tagihan diberikan pada minggu keempat setiap bulan. Hal ini dilakukan atas permintaan ritel agar memudahkan ritel membayar sekalian untuk semua produk beras organik selama sebulan. Beras organik dikirim dua kali dalam sebulan dan biasanya dikirim pada minggu pertama dan ketiga. Pembayaran yang dilakukan ritel produk organik berlaku untuk seluruh produk beras organik walaupun ada yang cacat. Tidak ada tolakan beras organik hasil produksi Tani Sejahtera Farm oleh ritel. Transaksi yang dilakukan konsumen akhir atas pembelian produk beras organik dari Tani Sejahtera Farm dan ritel dilakukan secara cash and carry.

99 Dukungan Pemerintah Dukungan pemerintah terhadap pengembangan usaha produk organik diawali dari adanya regulasi-regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Dukungan pemerintah dapat terlihat dari program pemerintah yang sedang digalakkan sejak tahun 2010, dikenal dengan jargon Go Organic Pemerintah mendorong para pelaku usaha pertanian, khususnya petani untuk dapat membudidayakan produk pertanian dengan sistem organik. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia. Pemerintah sudah mengeluarkan peraturan-peraturan seperti SOP (Standard Operational Procedure) padi organik dan SNI (Standar Nasional Indonesia) sistem pangan organik dengan kode SNI SOP padi organik membahas prosedur operasional membudidayakan padi dengan sistem organik dan mengacu pada SNI sistem pangan organik. Sedangkan SNI sistem pangan organik membahas prinsip produk organik, pemasaran, pelabelan, dan sertifikasi. Beras organik hasil produksi Tani Sejahtera Farm dan petani mitra belum memperoleh label SNI karena prosedur terlalu rumit menurut Tani Sejahtera Farm. Produk beras organik ini hanya berlabelkan sertifikat bebas residu pestisida dari badan yang ditunjuk pemerintah yaitu LIPI. Namun demikian, produk ini diproduksi sesuai prinsip organik. Hingga saat ini, pemerintah belum memberikan perhatian atau dukungan secara langsung kepada Tani Sejahtera Farm dan anggota rantai pasok lainnya, hanya melalui jargon Organic 2010 yang dapat membantu memperkenalkan dan memasarkan beras organik kepada masyarakat Indonesia. Pihak Tani Sejahtera Farm dan petani mitra membudidayakan padi organik secara otodidak berdasarkan pengalaman dengan didampingi konsultan pertanian, bukan penyuluh Kolaborasi Rantai Pasok Kolaborasi rantai pasok terlihat dari adanya information sharing secara sukarela dan timbal balik antar setiap anggota rantai pasok. Informasi berasal dari

100 konsumen akhir yang disampaikan kepada ritel dan diteruskan kepada Tani Sejahtera Farm yang selanjutnya disampaikan juga kepada petani mitra dan sebaliknya. Informasi ini meliputi karakteristik produk yang diinginkan konsumen akhir. Begitu juga sebaliknya informasi mengenai kendala dalam budidaya padi organik disampaikan kepada Tani Sejahtera Farm dan disampaikan pula kepada pihak ritel. Namun, informasi kendala budidaya padi organik hanya mendapat tanggapan dari Tani Sejahtera Farm saja. Tani Sejahtera Farm tidak segan membantu dalam mengatasi kendala yang dihadapi para petani mitra. Tani Sejahtera Farm ikut berdiskusi dan membagi hasil pemikirannya untuk mengatasi kendala tersebut. Komunikasi sangat intensif terjadi antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm karena letak lahannya yang tidak jauh dari lahan petani mitra sehingga komunikasi tatap muka dilakukan hampir setiap hari. Dasar atau prinsip kerja sama yang berada di antara Tani Sejahtera Farm adalah saling membantu dan berbagi sehingga dapat meningkatkan kolaborasi antar mereka dan rasa kepercayaan pun tumbuh di antaranya. Kolaborasi yang terjadi antara ritel produk organik dan Tani Sejahtera Farm sebatas mitra kerja biasa melalui komunikasi dan informasi yang diberikan atas keluhan dari konsumen dengan tanggapan yang diberikan oleh Tani Sejahtera Farm Sumber Daya Rantai Pasok Sumber daya dalam rantai sangat dibutuhkan dalam mendukung pengembangan dan mengefisienkan kegiatan rantai pasok beras organik. Sumber daya yang dimiliki setiap anggota rantai pasok berperan dalam pengembangan seluruh anggota rantai pasok. Sumber daya yang dapat dikaji, yaitu sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan. Sumber daya ini berfungsi untuk meningkatkan kinerja rantai pasok keseluruhan Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik yang dimiliki petani mitra adalah lahan garapan berupa sawah dengan luas yang beragam, antara 0,1-1 hektar. Selain itu, petani mitra juga memiliki peralatan yang digunakan dalam budidaya padi organik. Peralatan yang

101 dimiliki seperti cangkul, arit, cagak, garpu, pacul, linggis, dan tabung penyemprotan. Sumber daya fisik lainnya seperti infrasruktur berupa jalan raya menuju lahan cukup baik, namun sangat jauh dari jalan raya besar. Lahan petani terletak di Desa Candali, Kecamatan Rancabungur dan Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Jalan kecil dari jalan raya menuju sebuah gang sudah diaspal, tetapi jalan di gang menuju lahan kecil dan masih berbatuan. Namun, jalan gang tersebut masih dapat dijangkau kendaraan. Sumber daya fisik yang dimiliki Tani Sejahtera Farm meliputi lahan, prasarana pendukung, dan bangunan. Tani Sejahtera Farm tidak hanya mengusahakan beras organik saja, tetapi juga sayuran, buah, dan tanaman tahunan. Khusus untuk usaha beras organik, lahan sawah yang dimiliki badan usaha ini berdekatan dengan milik petani mitra di Desa Candali, Kecamatan Rancabungur. Luas lahan seluas 1 hektar. Sumber daya fisik peralatan budidaya sebagai prasarana pendukung milik Tani Sejahtera Farm sama seperti peralatan yang dimiliki petani mitra. Tani Sejahtera Farm memiliki satu traktor tangan yang dapat digunakan sendiri dan juga digunakan semua petani mitra tanpa ada biaya yang dikeluarkan oleh petani. Petani hanya mengeluarkan biaya bahan bakar dan biaya pemeliharaan untuk mengolah sawahnya. Adapun sumber daya fisik peralatan yang dimiliki Tani Sejahtera Farm di kantor meliputi komputer, printer, meja dan kursi, telepon, lemari buku serta mading informasi. Sarana pendukung lain yaitu timbangan, mesin sealer sebagai alat bantu pengemasan beras organik, dan mobil pick up yang berfungsi untuk mengambil gabah dari petani mitra, mengangkutnya ke penggilingan, mengangkut beras organik dari penggilingan, dan mendistribusikannya ke ritel. Terdapat dua jenis bangunan yang dimiliki Tani Sejahtera Farm, yaitu bangunan kantor dan bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan budidaya, peristirahatan pekerja, pengemasan gabah serta gudang penyimpanan gabah dan beras organik. Terdapat dua gudang, yaitu gudang penyimpan gabah organik di Desa Candali dan gudang penyimpan b eras organik terletak di belakang kantor, di Desa Kemang. Gudang yang terletak di Desa Candali dikelola oleh para petani mitra walaupun gudang ini milik Tani Sejahtera Farm. Bangunan-bangunan selain bangunan kantor berada pada satu

102 area dengan lahan petani mitra dan lahan Tani Sejahtera Farm sehingga memudahkan dalam budidaya maupun pengemasan. Terdapat danau buatan di tengah-tengah bangunan yang berfungsi sebagai sumber air irigasi. Selain itu, terdapat hamparan rumput yang luas di sekeliling bangunan. Hamparan rumput ini digunakan untuk menjemur gabah hasil panen Tani Sejahtera Farm dan petani mitra. Sumber daya fisik yang dimiliki para ritel produk organik berupa bangunan, lemari rak, meja, kursi, timbangan, freezer, lemari pendingin, dan motor yang berfungsi untuk mengantar pesanan melalui layanan delivery order. Selain itu, ritel produk organik memiliki mesin sealer untuk memudahkan ritel mengemas beras organik. Keadaan infrastruktur jalan raya merupakan jalan raya yang sudah diaspal sehingga akses konsumen akhir membeli produk di ritel-ritel tidak sulit. Lokasi ritel berada di daerah strategis, terutama Ming Organic and Vegetarian Foods berada di daerah pusat perbelanjaan Sumber Daya Teknologi Teknologi yang diterapkan oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm masih tergolong sederhana. Petani mitra dan Tani Sejahtera Farm selalu mencoba memperbarui berbagai macam teknik budidaya yang masih berada dalam koridor prinsip organik seiring berkembangnya teknologi pertanian. Hampir semua pekerjaan dilakukan secara sederhana seperti merontokkan gabah salah satunya. Merontokkan gabah dilakukan secara manual di hamparan rumput sekeliling bangunan oleh pekerja wanita. Pengeringan gabah dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari. Ketika cuaca mendung atau hujan, gabah hasil panen diletakkan pada salah satu bangunan milik Tani Sejahtera Farm dan dikeringkan dengan kipas angin, tetapi hal tersebut sangat jarang dilakukan. Ketika cuaca mendung atau hujan, seringnya gabah disimpan saja dalam bangunan, tidak dilakukan penjemuran dengan kipas angin yang kemudian dijemur besok harinya. Teknologi mesin yang digunakan oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm yaitu traktor tangan. Traktor tangan berfungsi sebagai alat pengganti fungsi kerbau bajak yang biasa digunakan petani padi untuk mengolah lahan sawah.

103 Penggunaan traktor tangan lebih efisien dibandingkan kerbau bajak karena dapat menghemat tenaga dan waktu. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Pengemasan dilakukan menggunakan plastik kemasan dengan bantuan mesin sealer. Penerapan teknologi pada produksi yang dijalankan kedua ritel yaitu teknologi yang diterapkan dalam proses pengemasan beras organik. Mesin sealer digunakan untuk membantu pengemasan beras organik agar kemasan rapi dan terlihat bagus dilengkapi dengan label yang menarik. Pengemasan yang dilakukan ritel memegang peranan penting dalam penentuan ketahanan produk. Kemasan yang baik akan membuat produk beras organik menjadi lebih tahan lama Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang digunakan petani mitra adalah antara satu hingga tiga pekerja wanita upahan. Pekerjaannya mencakup persemaian, penanaman bibit, membersihkan gulma, dan merontokkan gabah. Sedangkan pekerjaan lainnya dilakukan bersama-sama atau gotong royong antara sesama petani mitra. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan petani mitra melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan Tani Sejahtera Farm. Sumber daya manusia yang digunakan Tani Sejahtera Farm khusus memproduksi beras organik terdiri dari dua pekerja tetap dan enam pekerja upahan. Satu orang pekerja tetap ditugaskan untuk bertanggung jawab sebagai mandor pada lahan padi organik. Pekerja tetap lainnya bertanggung jawab mengemas beras organik. Sedangkan pekerja upahan bertanggung jawab mensortasi beras organik. Pengangkutan dan pemasaran dilakukan sendiri oleh pimpinan penanggung jawab badan usaha ini. Tempat tinggal pekerja-pekerja yang dipekerjakan Tani Sejahtera Farm dan petani mitra tidak jauh dari lahan sehingga usaha padi atau beras organik dapat menyerap tenaga kerja dari masayarakat sekitar. Pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan melalui pelatihan budidaya padi organik yang diadakan bersama dengan petani mitra. Sumber daya manusia yang dipekerjakan oleh pihak ritel tidak banyak karena ritel hanya menjual produk langsung kepada konsumen akhir. MM Organic and Vegetable tidak mempekerjakan karyawan dari luar keluarga karena

104 kurang percayanya pemilik dengan tenaga kerja luar keluarga dan rumitnya memberikan pelatihan kepada tenaga kerja luar keluarga sehingga pemilik mempekerjakan anggota keluarganya. Pihak ritel ini melakukan pengembangan sumber daya manusia melalui seminar-seminar yang pernah diikuti pemilik. Para pekerja juga diikutsertakan dalam seminar tersebut. Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods mempekerjakan empat tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Ritel ini tidak melakukan proses pengembangan terhadap para pekerjanya. Pemiliknya hanya menjelaskan informasi sekitar produk organik, tetapi tidak mendalam Sumber Daya Modal Sumber daya modal petani mitra dan Tani Sejahtera Farm diperoleh dari modal pribadi dan pinjaman dari relasi. Pinjaman yang dilakukan pun tidak terlalu besar karena perputaran modal masih berjalan lancar dan didukung oleh penghasilan dari usaha lainnya sehingga masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk produksi beras organik. Tidak diberlakukan sistem bunga pada pinjaman dari relasi. Petani tidak melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan formal karena rumitnya prosedur pengajuan dan ketakutan akan persyaratan jaminan dan ketidakmampuan melunasi pinjaman. Sedangkan modal yang digunakan ritel produk organik berasal dari modal sendiri. Tidak memerlukan pinjaman dari pihak luar karena perputaran modal penjualan produk organik cukup cepat dan lancar sehingga tidak menjadi kendala dalam mengusahakan produk organik. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk mengusahakan penjualan produk organik langsung ke konsumen akhir tidak terlalu banyak Proses Bisnis Rantai Pasok Proses bisnis rantai mencerminkan proses-proses yang terjadi di sepanjang rantai pasok beras organik. Proses bisnis rantai yang baik adalah proses bisnis yang saling terintegrasi satu sama lain. Hal-hal yang dapat dikaji dalam proses bisnis rantai adalah hubungan proses bisnis rantai, pola distribusi, anggota rantai

105 pendukung, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan (trust building) Hubungan Proses Bisnis Rantai Pasok Terdapat dua pandangan dalam menganalisis proses bisnis pada sebuah rantai pasok, yaitu cycle view dan push or pull view (Chopra & Meindl 2004). Pada rantai pasok beras organik ini, tidak semua siklus terjadi. Rantai pasok beras organik ini hanya terdiri dari empat anggota rantai pasok tanpa manufacturer. Siklus procurement dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm sebagai distributor dengan membeli bahan baku berupa beras organik dari petani mitra sebagai supplier. Siklus manufacturing tidak terjadi pada rantai pasok beras organik ini karena tidak adanya anggota rantai pasok yang berperan sebagai pengolah langsung. Petani mitra hanya menggunakan jasa penggilingan gabah untuk mengolah gabah organik menjadi beras organik, tidak langsung menggiling sendiri. Siklus replenishment dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik dengan menambah jumlah pesanan dari jumlah pesanan sebenarnya. Tani Sejahtera Farm melakukan siklus ini karena badan usaha ini juga berperan sebagai ritel dengan menjual beras organik langsung ke konsumen akhir selain ke ritel produk organik. Siklus customer order dilakukan konsumen akhir dengan memesan beras organik secara langsung ke lokasi penjualan Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik. Jadi, rantai pasok beras organik melakukan ketiga siklus proses bisnis kecuali siklus manufacturing dan Tani Sejahtera Farm melakukan dua siklus, yaitu siklus procurement dan siklus replenishment. Perbedaan antara keempat siklus tersebut adalah terletak pada jumlah pesanan. Jumlah pesanan akan semakin banyak jika semakin mendekati siklus procurement dari siklus customer order. Konsumen akhir memesan beras organik dengan jumlah yang sedikit sesuai kebutuhannya. Ritel produk organik memesan beras organik pada Tani Sejahtera Farm dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan konsumen akhir karena para ritel tidak hanya menerima pesanan dari seorang konsumen saja, tetapi dari beberapa orang yang cukup banyak ditambah dengan beberapa kemasan beras organik sebagai safety stock. Jadi,

106 jumlah pesanan ritel kepada Tani Sejahtera Farm melebihi permintaan konsumen akhir biasanya sebagai upaya antisipasi permintaan yang melonjak karena permintaan yang dihadapi oleh ritel bersifat tidak pasti. Pemesanan yang dilakukan Tani Sejahtera Farm adalah seluruh beras organik hasil panen petani mitra dan paling banyak dibandingkan pemesanan yang dilakukan anggota rantai pasok lainnya. Jumlah pesanan ini kemudian disesuaikan dengan permintaan ritelritel produk organik yang pasti dan permintaan konsumen akhir yang tidak pasti. Menurut Chopra & Meindl (2004), dalam menentukan proses yang dilakukan rantai pasok dilihat dari push or pull view, harus diperhatikan kapan proses pemesanan dilakukan oleh konsumen akhir (customer order arrives). Proses-proses yang dilakukan saat pemesanan konsumen akhir terjadi, masuk ke dalam proses pull karena proses-proses tersebut dilakukan dalam rangka merespon pesanan konsumen. Sedangkan proses-proses yang dilakukan sebelum pemesanan konsumen akhir terjadi dapat dikategorikan sebagai proses push karena proses tersebut dilakukan untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang cukup kritis. PULL PROCESS Customer order arrives Konsumen akhir Tani Sejahtera Farm & Ritel Produk Organik PUSH PROCESS Tani Sejahtera Farm Petani mitra Gambar 13. Proses Pull or Push dalam Rantai Pasok Beras Organik Konsumen akhir dalam rantai pasok beras organik ini melakukan pemesanan produk kepada Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik. Pemesanan terjadi saat siklus customer order. Oleh karena itu, Tani Sejahtera Farm dan ritel produk organik melakukan proses pull. Siklus procurement dan

107 siklus replenishment terjadi sebelum pemesanan konsumen akhir terjadi sehingga petani mitra dan Tani Sejahtera Farm melakukan proses push. Tani Sejahtera Farm melakukan kedua kedua proses karena perannya sebagai distributor dan ritel. Proses bisnis yang dilakukan rantai pasok beras organik baik dilihat dari cycle view maupun push or pull view dapat digambarkan pada Gambar 13. Hubungan proses bisnis rantai pasokan juga ditentukan oleh kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara anggota rantai pasok melalui proses penentuan harga jual produk (Riwanti 2011). Kekuatan tawar-menawar yang dimiliki petani mitra sebanding dengan Tani Sejahtera Farm. Hal tersebut terlihat dari penentuan harga jual produk yang ditentukan dan disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Tidak ada satu pihak yang memaksakan harga yang diinginkan. Sedangkan kekuatan tawar-menawar Tani Sejahtera Farm lebih kuat dibandingkan ritel produk organik dan konsumen akhir karena harga jual yang ditetapkan Tani Sejahtera Farm merupakan harga yang rendah dan di bawah harga pasar sehingga pihak ritel dan konsumen akhir tidak dapat menawar atau menurunkan harga lagi. Konsumen akhir yang membeli produk dari ritel produk organik tidak diperbolehkan menawar harga produk sehingga kekuatan tawarmenawar ritel lebih kuat dibandingkan konsumen akhir. Adapun posisi tawarmenawar antara seluruh anggota rantai pasok beras organik dapat dilihat pada Gambar 14. Petani Mitra = Tani Sejahtera Farm > Ritel Produk > Organik Keterangan : = berarti kekuatan tawar menawar sama kuat > berarti kekuatan tawar menawar pemasok lebih kuat < berarti kekuatan tawar menawar pembeli lebih kuat Gambar 14. Posisi Kekuatan Tawar antar Anggota Rantai Pasok Beras Organik > Konsumen Akhir Konsumen Akhir Pola Distribusi Pola distribusi dalam rantai pasok beras organik menjelaskan bagaimana aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi yang terjadi di antara setiap

108 anggota rantai pasok. Ketiga aliran ini akan dikaji apakah berjalan lancar atau tidak dan bagaimana pelaksanaan serta kendala yang dihadapi setiap ketiga aliran ini Aliran Produk Produk yang dialirkan dalam rantai pasok ini adalah beras organik. Beras organik merupakan produk akhir yang diterima konsumen akhir dengan kualitas yang baik dan telah tersertifikasi bebas residu pestisida oleh LIPI. Aliran produk ini diawali dari petani mitra. Petani mitra panen gabah organik dari lahannya yang selanjutnya dijemur untuk dikeringkan. Setelah gabah kering, petani mengemasnya dengan karung yang telah disediakan Tani Sejahtera Farm, kemudian menghubungi Tani Sejahtera Farm, memberitahukan bahwa gabah kering sudah dikemas dan siap diangkut ke penggilingan. Pengangkutan gabah kering dilakukan oleh pihak Tani Sejahtera Farm dan dibawa ke penggilingan khusus penggilingan gabah organik dengan mobil pick up. Sesampainya di penggilingan, gabah kering tersebut digiling sampai delapan kali giling sehingga menghasilkan beras organik yang putih bersih dan dikemas menggunakan karung yang sebelumnya digunakan untuk mengemas gabah kering. Setelah dua hari di penggilingan, pihak Tani Sejahtera Farm kembali mengangkut beras organik dari tempat penggilingan dan dibawa kembali ke petani mitra untuk diadakan transaksi. Kemudian, sortasi dilakukan Tani Sejahtera Farm dengan memisahkan beras utuh dengan menir (beras patah). Beras yang utuh dikemas dengan plastik kemasan 5 kg untuk dijual kepada ritel, sedangkan menir dijual kepada warga sekitar Desa Kemang dalam kemasan karung ukuran 50 kg. Pemesanan oleh ritel dilakukan sebelum gabah digiling. Pemesanan dilakukan oleh ritel setelah dihubungi pihak Tani Sejahtera Farm. Sekitar empat hari beras organik disimpan di dalam gudang Tani Sejahtera Farm, yaitu dua hari untuk proses sortasi, satu hari untuk proses pengemasan, dan satu hari disimpan dalam gudang yang besok paginya didistribusikan ke ritel produk organik dan tempat penjualan Tani Sejahtera Farm di Cibubur. Di rumah pimpinan umum di Cibubur, beras organik langsung dijual kepada konsumen akhir.

109 Sesampainya di gudang ritel produk organik, beras organik tersebut dikeluarkan dari kemasannya dan ditampih (sortasi) lagi oleh kedua ritel untuk memisahkan beras dan kulit gabah yang masih tersisa. Beras hasil sortasi kemudian dikemas dengan kemasan sendiri dan disertakan label yang berisi merek ritel. Kemasan yang digunakan ritel merupakan kemasan 1 kg. Kemasan beras organik 1 kg lebih diinginkan konsumen akhir karena beras organik tidak tahan lama sehingga konsumen lebih suka menyimpan beras organik dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, beras organik dalam kemasan yang besar lebih cepat berkutu dibandingkan beras organik dalam kemasan yang kecil. Kemasan dan label yang sebelumnya tidak digunakan lagi. Terdapat satu bentuk produk dalam aliran produk rantai pasok ini, yaitu beras organik yang dialirkan dari petani mitra ke Tani Sejahtera Farm, kemudian dialirkan kembali ke konsumen akhir dan ritel produk organik yang mengalirkan juga ke konsumen akhir. Aliran produk ini berjalan lancar mulai dari petani hingga konsumen akhir walaupun produktivitas padi organik rendah. Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Ritel Produk Organik Konsumen Akhir Konsumen Akhir Keterangan : = Aliran produk lancar Gambar 15. Aliran Produk Rantai Pasok Beras Organik Aliran Finansial Aliran finansial dalam rantai pasok ini berupa uang pembayaran atas produk yang dijual kepada mitranya. Uang pembayaran ini digunakan sebagai modal untuk kembali melakukan produksi sehingga membentuk siklus tersendiri. Aliran finansial dimulai dari konsumen akhir hingga petani mitra. Konsumen membayar beras organik langsung setelah produk dibeli dengan uang tunai kepada Tani Sejahtera Farm dan ritel produk organik bagi konsumen yang membelinya ke ritel. Ritel produk organik membayar beras organik hasil produksi kepada Tani Sejahtera Farm non cash via transfer bank swasta 2-5 hari setelah surat tagihan

110 diterima pihak ritel. Surat tagihan dikirim pada minggu keempat setiap bulan. Beras organik tiba di gudang ritel pada minggu pertama dan ketiga setiap bulan. Jadi, lama waktu pembayaran setelah beras organik tiba di gudang ritel sekitar 2-4 minggu. Sistem ini dilakukan atas permintaan ritel untuk memudahkan ritel membayar sekaligus produk beras organik yang dikirim Tani Sejahtera Farm. Hal tersebut membuat Tani Sejahtera Farm agak sulit dalam memutar pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan beras organik. Ritel produk organik menggunakan modal sendiri dalam proses produksinya. Modalnya tidak hanya diperoleh dari hasil penjualan beras organik saja, tetapi juga produk-produk pertanian organik lainnya sehingga perputaran modal lancar. Hal yang serupa dilakukan Tani Sejahtera Farm, badan usaha ini tidak hanya mengusahakan beras organik saja, tetapi mengusahakan produk organik lainnya juga, yaitu sayuran, buah-buahan organik dan tanaman tahunan sehingga perputaran modal lancar. Modal yang digunakan badan usaha ini berasal dari modal sendiri dan pinjaman dari relasi. Pembayaran yang dilakukan Tani Sejahtera Farm kepada petani mitra atas beras organik dilakukan langsung dengan uang tunai saat beras organik diangkut olehnya. Petani mitra menggunakan modal sendiri dan pinjaman dari relasi. Perputaran modal di petani mitra agak sulit karena penerimaan hasil panen beras organik diterima hanya tiga bulan sekali sesuai dengan siklus hidup tanaman padi walaupun pembayaran beras organik oleh Tani Sejahtera Farm secara cash and carry. Beberapa petani juga mengusahakan komoditas lainnya sebagai pekerjaan tambahannya sehingga perputaran modal usaha beras organik juga didukung penghasilan dari usaha lainnya. Aliran finansial yang terjadi dalam rantai pasok ini dapat dilihat pada Gambar 16. Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Ritel Produk Organik Konsumen Akhir Konsumen Akhir Keterangan : = Aliran finansial lancar = Aliran finansial kurang lancar Gambar 16. Aliran Finansial Rantai Pasok Beras Organik

111 Aliran Informasi Aliran informasi menjadi komponen yang penting dalam melancarkan aliran produk dan finansial dalam rantai pasok beras organik. Informasi yang disampaikan melalui proses komunikasi dilakukan untuk menjaga rasa kepercayaan antara setiap anggota rantai pasok beras organik. Transparansi informasi yang selalu dijaga dapat menghindari terjadinya konflik dan mempermudah jalannya usaha sampai jangka panjang. Informasi yang diberikan kepada mitra dapat berupa informasi produksi, pasar, dan lainnya. Aliran informasi mengalir secara timbal balik dari petani mitra hingga konsumen akhir serta kebalikannya. Informasi yang diberikan petani kepada Tani Sejahtera Farm adalah informasi mengenai kondisi yang terjadi di lahan menyangkut produktivitas padi, teknik budidaya, kondisi hama dan penyakit tanaman. Petani mitra juga menerima informasi dari Tani Sejahtera Farm berupa informasi teknologi budidaya yang berkembang agar dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi petani di lahan dan keluhan atas kualitas produk yang disampaikan ritel. Tidak banyak informasi yang diberikan Tani Sejahtera Farm kepada ritel produk organik. Informasi yang diberikan hanya mencakup informasi kondisi di lahan dan kualitas produk. Informasi mengenai kondisi di lahannya dan lahan petani serta kendala-kendala yang dihadapi dijelaskan tetapi tidak mendalam kepada ritel produk organik karena tidak ditanggapi oleh ritel, sedangkan informasi yang diperoleh Tani Sejahtera Farm dari ritel produk organik adalah informasi mengenai permintaan kualitas produk dari konsumen akhir. Informasi transparansi harga dan jumlah permintaan yang ada tidak diinformasikan kepada Tani Sejahtera Farm. Ketika harga beras organik sedang naik, harga beras organik di tingkat Tani Sejahtera Farm dan petani mitra tetap. Tani Sejahtera Farm dan ritel produk organik memperoleh informasi dari konsumen akhir berupa keluhan atas kualitas produk beras organik dan pelayanan yang diberikan. Keluhan tersebut disampaikan konsumen akhir melalui layanan customer service yang disediakan pihak Tani Sejahtera Farm dan ritel malalui telepon. Setelah keluhan diterima, Tani Sejahtera Farm dan ritel langsung menanggapi keluhan tersebut dengan menginformasikan keluhan tersebut kepada

112 pemasoknya. Tani Sejahtera Farm dan ritel produk organik memberikan informasi harga dan kualitas produk kepada konsumen akhir. Proses aliran informasi dalam rantai pasok beras organik dapat dilihat pada Gambar 17. Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Ritel Produk Organik Konsumen Akhir Konsumen Akhir Keterangan : = Aliran informasi lancar = Aliran informasi kurang lancar Gambar 17. Aliran Informasi Rantai Pasok Beras Organik Anggota Rantai Pendukung Anggota rantai pendukung merupakan pihak-pihak yang mendukung atau memperlancar kegiatan dan aliran yang terjadi sepanjang rantai pasok, baik aliran produk, finansial, dan informasi. Setiap anggota rantai pasok beras organik memerlukan bahan baku dalam proses produksi yang dijalankan masing-masing. Petani mitra dan Tani Sejahtera Farm membutuhkan bahan baku dalam budidaya padi organik seperti benih, pupuk, pestisida, dan alat-alat pertanian. Oleh karena rantai pasok menghasilkan beras organik, maka seluruh input yang digunakan dalam budidaya merupakan input yang dihasilkan dari proses organik. Petani mitra dan Tani Sejahtera Farm memasok input yang sama dan sudah menjadi pelanggan pemasok. Pihak Tani Sejahtera Farm membeli seluruh input yang dibutuhkan petani mitra, lalu memberikannya kepada petani mitra untuk dibayar dengan harga yang sama diberikan oleh pemasok. Jadi, Tani Sejahtera Farm menyediakan input secara sukarela. Pembelian dilakukan sendiri untuk menjamin hasil panen yang berkualitas dan sesuai dengan prinsip organik. Adapun pemasok bahan baku budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel 9. Alat-alat pertanian yang dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan dalam budidaya padi organik dibeli pada toko pertanian dan toko bangunan yang terletak di Daerah Parung.

113 Tabel 9. Pemasok Bahan Baku Budidaya Padi Organik pada Petani Mitra dan Tani Sejahtera Farm No. Bahan Baku Pemasok 1. Benih Petani padi organik di Cigombong dan Subang 2. Pupuk kandang Ayam Rambo Peternakan Ayam Rambo organik 3. Pupuk organik merek Cindoya Toko Berkat Tani 4. ZPT organik merek Hormax Toko Berkat Tani Selain itu, pihak penggilingan juga mendukung kegiatan produksi petani mitra. Penggilingan ini terletak di Daerah Cibening, Ciampea yang merupakan tempat penggilingan khusus gabah organik. Selain bahan baku budidaya padi organik, Tani Sejahtera Farm juga membutuhkan input lain untuk mengemas produk beras organik. Bahan baku pengemasan yang dibutuhkan adalah karung, plastik kemasan, tinta, dan kertas label. Karung dan plastik kemasan diperoleh dengan membelinya di sebuah toko pertanian dalam Pasar Parung. Kedua input lainnya dibeli pada toko alat-alat tulis. Proses pembelian bahan baku budidaya padi organik, peralatan, dan bahan baku pengemasan tidak dilakukan secara khusus dengan mengadakan kerja sama, tetapi membelinya dengan rutin setiap kali produksi atau sebulan sekali seperti pembeli lainnya dan dilakukan secara tunai setiap transaksi. Sama halnya dengan para ritel produk organik. Kedua ritel membutuhkan bahan baku dalam pengemasan beras organik. Bahan baku pengemasan yang dibutuhkan ritel yaitu plastik kemasan, kertas label, dan tinta. Ketiga input ini dapat diperoleh dan dibeli pada toko yang dekat dengan lokasi ritel setempat. Proses pembelian bahan baku pun juga tidak melalui kerja sama, membeli sebagai pelanggan biasa sehingga tidak ada diskon yang diberikan pemasok. Pihak-pihak yang menjadi anggota pendukung rantai pasok beras organik adalah pemasok bahan baku budidaya padi organik, pemasok alat-alat pertanian, pemasok bahan baku pengemasan, dan penggilingan gabah organik Perencanaan Kolaboratif Perencanaan kolaboratif dalam rantai pasok sebaiknya dilakukan bersama antara seluruh anggota rantai pasok. Hal tersebut dilakukan oleh anggota rantai

114 pasok beras organik untuk membuat perencanaan bersama. Permintaan beras organik kepada ritel produk organik sangat banyak. Produktivitas padi organik cukup rendah sehingga ritel-ritel ini sering kebingungan dalam memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, perencanaan peningkatan produktivitas terus dilakukan bersama oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm seiring dengan adanya informasi mengenai permintaan beras organik di ritel produk organik. Perencanaan ini dilakukan melalui upaya penelitian kolaboratif yang terus dilakukan bersama oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm serta ritel Penelitian Kolaboratif Penelitian kolaboratif dilakukan oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm berdasarkan informasi yang disampaikan ritel dari konsumen kepada Tani Sejahtera Farm. Permintaan konsumen mengenai karakteristik beras organik akan disampaikan kepada Tani Sejahtera Farm oleh ritel yang disampaikan pula kepada petani mitra. Tindakan yang dapat diupayakan petani mitra dan Tani Sejahtera Farm adalah melakukan penelitian dalam rangka memenuhi keinginan konsumen dan dapat meningkatkan produktivitas padi organik. Penelitian yang dilakukan meliputi uji coba formula pupuk organik dari produsen yang berbeda, uji coba ZPT organik, dan uji coba varietas padi. Beras organik hasil uji coba akan dijual kepada konsumen akhir melalui ritel. Hasil dari penelitian ini yaitu feedback atau tanggapan dari konsumen akhir, apakah konsumen puas atau tidak yang disampaikan oleh ritel produk organik. Proses penelitian dan hasil penelitian akan berjalan terus secara timbal balik antara setiap anggota rantai pasok beras organik Jaminan Identitas Merek Merek merupakan atribut produk sebagai penciri produk dari produk lainnya. Merek dapat dikatakan sebagai identitas yang berisi informasi dari mana asal produk tersebut mencakup produsen dan distributor yang mengalirkannya serta informasi mengenai proses produksinya dan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Merek dapat dijadikan sebagai daya tarik konsumen untuk membeli karena merek mencerminkan image sebuah produk. Merek yang sudah dipercayai banyak konsumen akan kualitasnya yang baik akan lebih mudah untuk

115 mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Semakin banyak konsumen yang percaya pada produk, semakin banyak pula konsumen lainnya tertarik untuk membeli produk karena konsumen sebelumnya menjadi perantara promosi yang efisien yaitu dengan sistem mouth to mouth. Tentu tidak ada merek pada beras organik hasil panen petani mitra. Beras organik dijual kepada Tani Sejahtera Farm secara curah karena pengemasan beras organik dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm. Tani Sejahtera Farm juga mencantumkan merek pada label kemasan produk beras organik. Tani Sejahtera Farm mencantumkan merek pada kemasannya dengan merek Candali Rice dan didistribusikan ke ritel-ritel produk organik dan tempat penjualannya di Cibubur. Namun, sesampainya di ritel, kemasan dan label dari Tani Sejahtera Farm tidak digunakan lagi. Merek pada produk akhir beras organik merupakan merek tersendiri yang dibuat pihak ritel. Merek yang digunakan pihak ritel produk organik berlainan. Ritel MM Organic and Vegetable menggunakan merek Organik MM dengan ukuran yang besar untuk produk beras organik pasokan Tani Sejahtera Farm. Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods menggunakan merek Golden Healthy Organic dengan ukuran yang kecil Aspek Risiko Risiko yang diterima setiap anggota rantai pasok beras organik berbeda satu sama lain, tetapi risiko yang dihadapi petani mitra dan Tani Sejahtera Farm hampir sama karena mereka sama-sama membudidayakan padi organik. Risiko yang dihadapi petani mitra adalah risiko produksi atau gagal panen yang dapat disebabkan dari beberapa faktor seperti cuaca yang tidak menentu atau banyak hama dan penyakit tanaman menyerang tanaman padi. Risiko harga tidak dihadapi petani mitra karena harga yang ditetapkan Tani Sejahtera Farm selalu tetap. Risiko yang dihadapi Tani Sejahtera Farm selain risiko gagal panen adalah risiko kualitas dan permintaan beras organik dari konsumen akhir menurun. Jika kualitas beras organik menurun, konsumen akhir dan ritel produk organik pun menjadi tidak puas sehingga ditakutkan akan menurunkan profesionalisme dan rasa kepercayaan. Kualitas beras organik yang menurun tidak berdampak pada

116 penurunan harga produk. Risiko harga yang turun juga tidak dihadapi Tani Sejahtera Farm karena Tani Sejahtera Farm sudah sepakat atas harga yang tetap dengan pihak ritel produk organik walaupun masih secara informal dan konsumen akhir tetap menerima harga yang sudah ditetapkan badan usaha ini. Harga beras organik di Tani Sejahtera Farm selalu tetap. Penurunan permintaan beras organik dapat menurun karena ketidakpercayaan konsumen akhir serta semakin kuat dan banyaknya persaingan dengan pelaku usaha beras organik lainnya. Risiko yang dihadapi ritel produk organik sama dengan risiko yang dihadapi Tani Sejahtera Farm, yaitu risiko kualitas dan permintaan produk yang menurun. Kualitas menurun tentu berisiko karena ritel berhadapan langsung dengan konsumen akhir yang membeli beras organik sehingga jika kualitas beras organik tidak sesuai, ditakutkan minat atau loyalitas konsumen menurun. Minat atau loyalitas konsumen yang menurun membuat permintaan beras organik pada ritel menurun sehingga pendapatan juga menurun. Selain itu, risiko harga beras organik turun juga dihadapi ritel karena menurut pihak ritel, harga beras organik dapat turun jika harga beras konvensional sedang turun Trust Building Trust building adalah proses membangun kepercayaan di antara seluruh anggota rantai pasok. Rantai pasok beras organik berkembang berdasarkan rasa kepercayaan yang tumbuh di antara anggota rantai pasok karena kerja sama yang dijalankan selama ini tidak ada keterikatan di dalam kontrak. Seperti yang diketahui bahwa kontrak diperlukan agar terhindar dari moral hazard yang dapat dilakukan oleh mitra sehingga kerja sama dapat berjalan dalam jangka panjang. Namun, sesuai kenyataan yang terjadi pada Tani Sejahtera Farm dan anggota rantai pasok beras organik lainnya, usaha beras organik sudah dilakukan selama kurang lebih enam tahun bersama dan belum ada konflik terjadi. Rasa kepercayaan ini dapat tumbuh karena rasa kekeluargaan dan solidaritas sudah terjalin dan terus dibangun antar anggota rantai pasok beras organik, terutama antara petani mitra dan tani Sejahtera Farm. Pengalaman usahatani padi organik dilakukan bersama-sama dari awal mulanya usahatani sehingga suka dukanya dirasakan bersama-sama. Selain itu, komunikasi yang

117 rutin selalu dilakukan antar seluruh anggota rantai pasok beras organik agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan renggangnya rasa kepercayaan dan hubungan kerja sama. Sama halnya dengan para ritel produk organik. Kepercayaan sudah terbangun dan terus dibentuk hingga sekarang antara Tani Sejahtera Farm dan ritel produk organik. Membangun kepercayaan yang dilakukan Tani Sejahtera Farm kepada ritel produk organik adalah tetap menjalankan kesepakatan dengan usaha semaksimal mungkin, sedangkan pihak ritel membuat Tani Sejahtera Farm percaya dengan menerima pasokannya sesuai kesepakatan dan memberikan masukan seperti keluhan-keluhan yang disampaikan konsumen akhir. Pada intinya, proses membangun kepercayaan dalam rantai pasok beras organik ini adalah dengan komunikasi yang rutin dan apa adanya sehingga kepercayaan yang terjalin akan dapat melancarkan usaha yang dijalankan bersama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu memenuhi kepuasan konsumen akhir Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan hasil dari upaya-upaya yang dilakukan setiap anggota rantai pasok untuk memenuhi tujuan akhir rantai pasok, yaitu kepuasan konsumen akhir. Setiap anggota rantai pasok berkontribusi untuk memberikan kinerja terbaik agar dapat bersaing dengan rantai pasok beras organik lainnya. Kinerja rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm akan diukur melalui efisiensi pemasaran dengan alat margin pemasaran dan farmer s share serta efisiensi pengelolaan asset dengan alat inventory turnover,inventory days of supply, dan cash to cash cycle time Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi rantai pasok karena di dalam rantai pasok, terdapat kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh setiap anggota rantai pasok untuk memasarkan produknya ke anggota rantai pasok berikutnya. Efisiensi pemasaran beras organik diukur untuk mengetahui seberapa efisiennya kegiatan pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok beras organik dan apakah penggunaan sumber daya rantai pasok sudah optimal atau belum.

118 Efisiensi pemasaran beras organik mencerminkan penyebaran keuntungan dan manfaat yang diperoleh masing-masing anggota rantai pasok beras organik. Rantai pasok beras organik berbentuk jaringan (network supply chain). Rantai pasok ini terdiri dari empat belas lembaga pemasaran (marketing channel), yaitu sebelas petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan dua ritel produk organik. Sebelas petani mitra saling bekerja sama dalam membudidayakan padi organik dan memasok Tani Sejahtera Farm dengan harga jual beras organik yang sama, yaitu Rp per kg. Oleh karena harga jual beras organik sama, maka pengukuran efisiensi pemasaran dikelompokkan menjadi satu, yaitu petani mitra. Terdapat tiga harga akhir produk beras organik yang berbeda, yaitu harga di Tani Sejahtera Farm dan setiap ritel produk organik. Oleh karena harga jual yang ditetapkan berbeda dengan rentang perbedaan yang cukup jauh, maka pengukuran efisiensi pemasaran rantai pasok beras organik terbagi menjadi tiga saluran. Ketiga saluran dalam rantai pasok beras organik dianalisis efisiensi kegiatan pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran. Jadi, terdapat tiga hasil pengukuran efisiensi pemasaran. Ketiga hasil tersebut tidak dibandingkan satu sama lain karena ketiga saluran ini berada dalam rantai pasok beras organik keseluruhan dan jika ketiga hasil ini dibandingkan, maka dapat dikatakan sama dengan analisis tataniaga sementara kasus yang sedang dianalisis adalah analisis rantai pasok beras organik. Pada rantai pasok beras organik ini akan dilihat efisiensi pemasaran melalui indikator margin pemasaran dan farmer s share Margin Pemasaran Indikator margin pemasaran dianalisis untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam mengalirkan produk hingga konsumen akhir serta mengetahui perbedaan harga produk yang diterima konsumen akhir dan harga yang diterima produsen. Besarnya total margin pemasaran diperoleh dari jumlah margin pemasaran pada setiap anggota rantai pasok. Margin pemasaran setiap anggota rantai pasok merupakan selisih dari harga jual produk dan harga beli produk. Margin pemasaran mencerminkan biaya-biaya yang dikeluarkan setiap anggota rantai

119 pasok dan keuntungan yang diperoleh setiap anggota rantai pasok sebagai balas jasa terhadap kontribusi yang diberikan. Besarnya margin pemasaran berbeda antara setiap lembaga pemasaran karena setiap lembaga pemasaran melakukan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda pula. Lembaga pemasaran yang terdapat pada rantai pasok beras organik adalah petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan ritel produk organik. Konsumen akhir tidak termasuk sebagai lembaga pemasaran karena konsumen akhir tidak melakukan kegiatan pemasaran. Kegiatan atau fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran merupakan kontribusi yang telah mereka lakukan untuk menciptakan produk beras organik. Rantai pasok beras organik dapat dikatakan efisien jika besarnya margin pemasaran kecil dan rasional. Setiap lembaga pemasaran hendaknya menetapkan keuntungan yang rasional agar harga jual produk masih kompetitif antara pesaing-pesaingnya. Harga jual yang kompetitif dapat diartikan harga yang rasional dan terjangkau sesuai dengan kontribusi yang dilakukan setiap lembaga pemasaran. Produk beras organik merupakan produk fungsional karena dapat memenuhi kebutuhan primer seorang konsumen, terutama bagi konsumen yang sudah peduli terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan, yaitu kebutuhan pangan. Oleh karena termasuk produk fungsional, maka strategi yang sebaiknya diterapkan untuk memenangi persaingan adalah strategi biaya rendah melalui efisiensi seluruh kegiatan yang dilakukan sehingga harga yang dihasilkan menjadi lebih kompetitif. Harga jual kompetitif dibutuhkan konsumen akhir karena salah satu tujuan rantai pasok adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang menginginkan produk lebih berkualitas, murah, dan cepat. Perhitungan margin pemasaran beras organik dapat diperoleh dari komponen harga beli dan harga jual setiap lembaga pemasaran beras organik. Petani mitra menjual produk sudah dalam bentuk beras organik dengan harga Rp per kg. Harga ini sudah termasuk biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra ditambah dengan keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi mencakup biaya yang dikeluarkan petani mitra dalam membudidayakan padi organik hingga panen dan menggiling gabah dengan menggunakan jasa penggilingan. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani mitra adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan

120 fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani mitra hanya fungsi penjualan, yaitu penjualan beras organik kepada Tani Sejahtera Farm. Fungsi fisik yang dilakukan petani hanya fungsi penyimpanan gabah organik. Fungsi pengolahan tidak dilakukan karena petani mitra menggunakan jasa penggilingan gabah untuk menggiling gabah hasil panen petani mitra. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan petani mitra adalah mengusahakan keuangan yang dibutuhkan untuk produksi (fungsi keuangan) serta menanggung risiko gagal panen (fungsi penanggungan risiko). Harga beli beras organik per kg dari petani mitra sebesar Rp , sedangkan harga jual produk dalam bentuk beras organik yang ditetapkan Tani Sejahtera Farm sebesar Rp per kg. Selisih dari kedua harga produk tersebut merupakan nilai margin pemasaran antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm, yaitu sebesar Rp per kg. Nilai margin ini sudah termasuk biayabiaya yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan. Nilai margin ini merupakan nilai margin pada saluran 1 dimana hanya terdapat petani mitra dan Tani Sejahtera Farm saja dan cukup besar karena banyak fungsi yang dilakukan pihak Tani Sejahtera Farm. Fungsi yang dilakukan diantaranya yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan Tani Sejahtera Farm adalah fungsi pembelian, penjualan, dan fungsi pengumpulan. Fungsi fisik yang dilakukannya adalah fungsi penyimpanan beras organik dan pengangkutan. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan pihak badan usaha ini adalah fungsi standardisasi dengan kegiatan sortasi memisahkan antara menir dan beras yang utuh, pengemasan, pelabelan, dan pengadaan sertifikat bebas residu pestisida ; fungsi keuangan dengan mengupayakan modal untuk produksi ; fungsi penanggungan risiko dengan adanya risiko produksi seperti gagal panen serta kualitas dan permintaan produk menurun ; serta fungsi intelijen pasar dengan mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyebarkan informasi pasar kepada petani mitra. Margin pemasaran antara Tani Sejahtera Farm dan masing-masing kedua ritel produk organik berbeda. Selanjutnya dilakukan pengukuran margin pemasaran pada Ritel MM Organic and Vegetable (saluran 2). Harga beli beras organik dari Tani Sejahtera Farm sebesar Rp per kg, sedangkan harga jual

121 yang ditetapkan ritel ini sebesar Rp per kg. Selisih dari kedua harga tersebut menghasilkan nilai margin pemasaran sebesar Rp per kg. Nilai margin ini lebih besar dibandingkan nilai margin pemasaran di tingkat Tani Sejahtera Farm walaupun fungsi pemasaran yang dilakukan ritel ini tidak banyak seperti yang dilakukan Tani Sejahtera Farm. Pada Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods (saluran 3), harga jual beras organik yang ditetapkan sebesar Rp per kg. Margin pemasaran antara Tani Sejahtera Farm dan ritel ini sebesar Rp per kg. Besar margin ini tidak berbeda jauh dengan margin yang diterima Tani Sejahtera Farm. Fungsi pemasaran yang dilakukan Tani Sejahtera Farm dan ritel ini hampir sama. Semua fungsi pertukaran dilakukan pihak ritel, yaitu fungsi pembelian, penjualan, dan pengumpulan. Hanya fungsi penyimpanan saja yang dilakukan dalam fungsi fisik. Fungsi fasilitas yang dilakukan adalah fungsi standardisasi mencakup sortasi, pengemasan ulang, dan pelabelan ; fungsi keuangan dengan mengatur dan mengupayakan keuangan ritel ; fungsi penanggungan risiko dengan risiko kualitas dan permintaan produk menurun serta risiko harga jual turun yang dihadapi ; serta fungsi intelijen pasar, tetapi informasi pasar tidak disampaikan kepada Tani Sejahtera Farm dan petani mitra. Harga jual yang diterima petani mitra cukup tinggi karena bentuk produk yang dijual sudah dalam bentuk beras organik. Tani Sejahtera Farm sebagai distributor menetapkan harga jual beras organik yang masih berada dalam batas wajar. Sedangkan harga jual akhir beras organik ada yang rasional dan belum rasional. Ritel MM Organic and Vegetable menetapkan harga jual beras organik yang belum rasional. Hal tersebut dapat dilihat pada margin pemasaran antara Tani Sejahtera Farm dan Ritel MM Organic and Vegetable yaitu sebesar Rp yang lebih besar tiga kali lipat lebih dibandingkan margin pemasaran antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm. Fungsi pemasaran yang dilakukan ritel ini juga tidak sebanyak fungsi pemasaran yang dilakukan Tani Sejahtera Farm. Harga jual beras organik yang sangat tinggi ini ditetapkan para ritel karena brand image yang kuat dengan citra beras yang sehat dan berkualitas serta pelayanan yang memuaskan sudah tertanam di benak konsumen. Sebaiknya ritel produk organik dapat menekan harga jual yang lebih rendah lagi untuk

122 menghasilkan harga jual akhir beras organik yang kompetitif tanpa menurunkan brand image. Tabel 10. Margin dan Fungsi Pemasaran Rantai Pasok Beras Organik Lembaga Pemasaran Petani Mitra Saluran 1 (Rp/kg) Saluran 2 (Rp/kg) Saluran 3 (Rp/kg) Harga jual Tani Sejahtera Farm Harga beli Harga jual Margin MM Organic & Vegetable Harga beli Harga jual Margin Ming Organic & Vegetarian Foods Harga beli Harga jual Margin Total Margin Fungsi Pertukaran Fungsi penjualan Fungsi pembelian Fungsi penjualan Fungsi pengumpulan Fungsi pembelian Fungsi penjualan Fungsi pengumpulan Fungsi pembelian Fungsi penjualan Fungsi pengumpulan Fungsi Pemasaran Fungsi Fungsi Fasilitas Fisik Fungsi penyimpanan Fungsi penyimpanan Fungsi pengangkutan Fungsi penyimpanan Fungsi penyimpanan Fungsi keuangan Fungsi penanggungan risiko Fungsi standardisasi Fungsi keuangan Fungsi penanggungan risiko Fungsi intelijen pasar Fungsi standardisasi Fungsi keuangan Fungsi penanggungan risiko Fungsi intelijen pasar Fungsi standardisasi Fungsi keuangan Fungsi penanggungan risiko Fungsi intelijen pasar Dari analisis margin pemasaran seperti pada Tabel 10, terdapat tiga margin pemasaran dalam rantai pasok beras organik. Margin pemasaran saluran 1 dimana

123 hanya terdapat petani mitra dan Tani Sejahtera Farm saja yaitu sebesar Rp Nilai margin ini wajar dan rasional karena hanya terdapat dua lembaga pemasaran saja. Margin pemasaran saluran 2 dimana terdapat Ritel MM Organic and Vegetable di dalamnya sebesar Rp Nilai margin pemasaran ini cukup tinggi dengan saluran yang sederhana. Margin pemasaran saluran 3 dimana Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods berada di dalamnya sebesar Rp Nilai margin pemasaran ini rasional melihat fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran cukup banyak. Rantai pasok beras organik terdiri dari tiga saluran berdasarkan perbedaan harga jual akhir beras organik. Saluran 1 dan 3 sudah efisien sesuai fungsi pemasaran yang dijalankan masing-masing. Namun, saluran 2 belum efisien karena margin yang besar melihat saluran yang sederhana. Oleh karena terdapat nilai margin pemasaran yang tinggi di antara ketiga saluran rantai pasok beras organik, dapat dikatakan bahwa pemasaran yang dilakukan rantai pasok b eras organik ini belum efisien secara keseluruhan. Dapat dikatakan belum efisien karena terjadi pengulangan sortasi, pengemasan, dan pelabelan yang menimbulkan biaya lebih di Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel. Banyak hal atau sumber daya yang perlu lebih dioptimalkan kembali pengalokasiannya sehingga dapat menciptakan margin yang rasional dan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan rantai pasok beras organik lainnya Farmer s Share Farmer s share merupakan indikator efisiensi pemasaran kedua selain margin pemasaran. Indikator ini mengukur seberapa besar bagian yang diterima petani mitra sebagai balas jasa atas kontribusi yang dilakukan terhadap harga produk di tingkat konsumen akhir. Nilai farmer s share yang semakin besar mencerminkan rantai pasok yang semakin efisien. Nilai farmer s share berkebalikan dengan nilai margin pemasaran. Semakin besar nilai farmer s share, nilai margin pemasaran semakin kecil. Dalam penelitian ini, terdapat tiga nilai farmer s share berdasarkan harga jual akhir beras organik dan pembagiannya seperti pembagian saluran dalam analisis margin pemasaran. Farmer s share merupakan persentase dari harga jual

124 beras organik yang diterima petani terhadap harga jual beras organik yang dibayar oleh konsumen akhir. Harga jual beras organik di tingkat petani sebesar Rp per kg sedangkan harga jual beras organik yang dibayar oleh konsumen akhir berbeda-beda di setiap saluran. Berikut adalah perhitungan nilai farmer s share. Farmer s share rantai pasok saluran 1 = Farmer s share rantai pasok saluran 2 = Rp.. 00 Rp..000 Rp.. 00 Rp = 54,2% 100 = 22,41% Farmer s share rantai pasok saluran 3 = Rp.. 00 Rp = 36,1% Nilai farmer s share dalam rantai pasok beras organik saluran 1 sebesar 54,2 persen. Nilai farmer s share ini sangat besar karena hanya dua lembaga pemasaran dalam saluran ini. Dari nilai tersebut, terbukti bahwa Tani Sejahtera Farm memang ingin mensejahterakan petani mitra sesuai tujuan usahanya. Farmer s share dalam rantai pasok beras organik saluran 2 sebesar 22,41 persen. Dari harga beras organik yang dibayar konsumen akhir, petani mitra memperoleh balas jasa sebesar 22,41 persen. Nilai ini cukup kecil untuk rantai pasok yang sederhana dan hanya terdiri dari tiga lembaga pemasaran. Balas jasa sebesar 36,1 persen dari harga jual akhir Rp diterima oleh petani mitra dalam rantai pasok beras organik saluran 2. Dilihat dari nilai farmer s share keseluruhan, terdapat nilai farmer s share yang kecil dan besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa rantai pasok beras organik belum efisien walaupun hanya saluran 2 yang memiliki nilai farmer s share yang kecil. Hal ini juga didukung dari hasil analisis margin pemasaran. Nilai margin pemasaran yang besar menyebabkan nilai farmer s share yang kecil dan membuat kegiatan pemasaran yang dilakukan rantai pasok beras organik belum efisien sehingga dapat membuat harga yang ditawarkan rantai pasok beras organik belum kompetitif. Pembagian share dalam rantai pasok beras organik belum merata dan belum wajar pada rantai pasok saluran 2, terutama share yang diterima Tani Sejahtera Farm karena margin yang dihasilkan dari penjualan antara pihaknya dan pihak ritel sangat besar. Masih terdapat kegiatan pemasaran dan penggunaan

125 sumber daya milik rantai pasok beras organik yang belum optimal secara keseluruhan seperti pengulangan kegiatan sortasi, pelabelan, dan pengemasan. Untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan pemasaran oleh rantai pasok, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut satu kali saja agar tidak terjadi pemborosan waktu dan biaya. Hasil analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa pemasaran pada rantai pasok ini belum berjalan efisien terutama Ritel MM Organic and Vegetable. Penjualan beras organik tidak selalu memberikan share yang merata di antara setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pasok beras organik Efisiensi Pengelolaan Asset Efisiensi pengelolaan asset hanya diukur pada Tani Sejahtera Farm karena badan usaha ini berperan sebagai fokus atau sentra rantai pasok beras organik. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui apakah Tani Sejahtera Farm sudah efisien atau belum dalam mengelola assetnya untuk mendukung kelancaran dalam rantai pasok beras organik. Asset yang akan dianalisis adalah asset persediaan dan uang tunai yang termasuk ke dalam asset lancar. Asset persediaan yang dimiliki badan usaha ini berupa beras organik yang sudah siap dijual (finished good). Asset persediaan menjadi penting untuk dikelola dengan baik untuk dapat melancarkan aliran produk beras organik dalam rantai pasok beras organik sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen akhir. Begitu juga dengan asset uang tunai. Asset uang tunai penting dikelola dengan baik untuk menjaga kelancaran aliran finansial dalam rantai pasok beras organik sehingga tidak merugikan anggota rantai pasok lainnya Inventory Turnover Inventory turnover merupakan salah satu metrik penilaian kinerja rantai pasok. Metrik ini mengukur seberapa cepat perputaran persediaan yang dimiliki salah satu anggota rantai pasok. Pengukuran inventory turnover akan dilakukan pada Tani Sejahtera Farm saja karena jika inventory turnover diukur pada ritel akan menghasilkan penilaian yang tidak sesuai dengan studi kasus penelitian kali ini. Ritel produk organik tidak hanya menerima pasokan beras organik dari Tani

126 Sejahtera Farm saja, sedangkan penilaian kinerja rantai pasok yang ingin diukur adalah rantai pasok beras organik pada kasus Tani Sejahtera Farm sehingga menjadi tidak sesuai dengan tujuan penelitian karena jika diukur pada ritel, perputaran persediaan yang akan dianalisis adalah persediaan dari berbagai pemasok. Inventory turnover dapat dijadikan sebagai alat evaluasi Tani Sejahtera Farm dalam mengefisienkan persediaan beras organik dalam gudangnya. Perhitungan inventory turnover didahului dengan menghitung COGS (Cost of Good Sold) beras organik tahunan dan average aggregate value of inventory (nilai rata-rata seluruh persediaan) pada Tani Sejahtera Farm. COGS merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam penjualan produk tertentu. Perhitungan COGS hanya untuk penjualan produk akhir saja, bukan harga jual akhir produk yang sudah didiskon atau di-mark up. COGS dihitung per tahun dalam pengukuran inventory turnover. COGS pada Tani Sejahtera Farm merupakan COGS saat badan usaha ini sebagai distributor dan produsen beras organik. Jadi, biaya-biaya yang diperhitungkan dalam COGS dimulai dari budidaya padi organik dengan tiga musim tanam hingga mendistribusikan beras organik hasil panen petani mitra ke ritel setiap bulan dalam setahun. COGS Tani Sejahtera Farm berbeda antar tahun karena biaya bahan baku berbeda setiap bulan. Biaya bahan baku yang berbeda dikarenakan beras organik hasil panen petani mitra berubah-ubah sehingga biaya yang dikeluarkan juga berubah setiap siklusnya. Namun, perbedaan biaya yang dikeluarkan setiap tahun tidak jauh berbeda. Rincian perhitungan COGS pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11. COGS atau jumlah biaya yang dikeluarkan Tani Sejahtera Farm untuk menghasilkan beras organik pada tahun 2011 sebesar Rp tanpa keuntungan karena COGS dihitung tanpa mark up berupa keuntungan yang diinginkan.

127 Tabel 11. Rincian Perhitungan COGS Tahun 2011 pada Tani Sejahtera Farm Komponen Nilai (Rp) Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Penyusutan Biaya lainnya JUMLAH Persediaan awal dalam proses 0 JUMLAH Persediaan akhir dalam proses 0 Biaya Produksi Persediaan awal produk jadi 0 JUMLAH Persediaan produk jadi 0 COGS Selanjutnya, dilakukan perhitungan average aggregate value of inventory. Nilai ini juga diukur untuk tahun 2011 karena jumlah persediaan berbeda setiap tahun mengingat beras organik yang dipasok petani mitra berubah-ubah. Perhitungan ini merupakan total nilai seluruh barang yang dijadikan sebagai persediaan termasuk bahan baku mentah, bahan baku dalam proses, dan produk jadi. Barang yang dijadikan persediaan oleh Tani Sejahtera Farm adalah produk jadi, yaitu beras organik dalam kemasan. Berikut adalah rincian perhitungan average aggregate value of inventory yang dimiliki Tani Sejahtera Farm. Rata-rata persediaan = umlah persediaan setahun 12 bulan = 10. kg 12 bulan = 878,875 kg Biaya per unit = COGS Hasil produksi setahun = = Rp Average aggregate value of inventory = rata-rata persediaan x biaya per unit = 878,875 kg x Rp = Rp ,5 Setelah diketahui nilai COGS dan average aggregate value of inventory pada Tani Sejahtera Farm, dapat dilakukan perhitungan inventory turnover. Nilai COGS dan average aggregate value of inventory merupakan nilai pada tahun 2011 sehingga inventory turnover yang diukur merupakan nilai pada tahun Berikut adalah perhitungannya.

128 Inventory Turnover = COGS vera e a re ate value of inventory = = 12 kali Nilai inventory turnover atau perputaran persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm tahun 2011 sebanyak 12 kali yang berarti Tani Sejahtera Farm menahan persediaan beras organik selama satu bulan dalam setahun. Selama ini, nilai ini tidak berbeda jauh pada tahun sebelumnya karena jumlah pasokan beras organik dari petani belum berbeda sangat jauh. Semakin tinggi nilai inventory turnover, semakin baik bagi kinerja Tani Sejahtera Farm. Nilai inventory turnover pada Tani Sejahtera Farm cukup tinggi sehingga dapat cepat menutupi investasi yang dilakukan untuk mengadakan persediaannya karena perputarannya yang cepat Inventory Days of Supply Inventory days of supply merupakan metrik penilaian kinerja kedua dengan pendekatan efisiensi pengelolaan asset dalam rantai pasok beras organik. Pengukuran metrik ini terdiri dari COGS dan average aggregate value of inventory, hampir sama seperti inventory turnover. Namun, COGS yang digunakan adalah COGS per hari. Berikut adalah perhitungan inventory days of supply. Inventory days of supply = = Average Aggregate Value of Inventory COGS 3 hari Rp.10.., Rp hari = 30,4 hari 30 hari Nilai inventory days of supply pada Tani Sejahtera Farm sebesar 30 hari pada tahun Nilai ini juga tidak jauh berbeda dengan pengukuran tahuntahun sebelumnya. Nilai ini memberi arti bahwa persediaan beras organik yang sudah ada cukup untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan selama 30 hari jika tidak ada pasokan lebih lanjut dari petani mitra. Nilai ini cukup rendah sehingga baik untuk Tani Sejahtera Farm agar tidak banyak mengeluarkan biaya

129 penyimpanan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen akhir dan kedua ritel, pihak badan usaha ini harus dapat mengefisienkan pengaturan persediaan beras organik dalam gudangnya Cash to Cash Cycle Time Cash to cash cycle time adalah metrik kinerja rantai pasok beras organik yang terakhir diukur pada Tani Sejahtera Farm. Metrik ini diukur untuk mengetahui seberapa cepat rantai pasok mengubah persediaan beras organik menjadi uang. Cash to cash cycle time juga dapat digunakan untuk melihat kesehatan keuangan atau perputaran keuangan dalam perusahaan yang berkaitan dengan rantai pasok beras organik. Perputaran keuangan pada Tani Sejahtera Farm melibatkan anggota rantai pasok beras organik lainnya karena Tani Sejahtera Farm melakukan pembayaran kepada petani mitra sebagai pemasoknya dan menerima bayaran dari ritel dan konsumen akhir atas penjualan beras organik. Terdapat tiga komponen yang diperhitungkan dalam mengukur cash to cash cycle time, yaitu inventory days of supply, average days of account receivable, dan average days of account payable. Inventory days of supply merupakan metrik kinerja rantai pasok beras organik yang telah diukur sebelumnya, yaitu sebesar 30 hari. Nilai tersebut merupakan nilai inventory days of supply pada tahun 2011 sehingga cash to cash cycle time yang dapat diukur adalah pada tahun Tani Sejahtera Farm menjual beras organik kepada ritel produk organik. Penjualannya menghasilkan pendapatan yang dibayar ritel dalam jangka waktu tertentu karena ritel tidak membayar tunai. Rata-rata jumlah hari Tani Sejahtera Farm memperoleh pendapatan penjualan beras organik dari kedua ritel setelah diberikan surat tagihan (invoice) dinamakan average days of account receivable. Pembayaran hutang kedua ritel produk organik kepada Tani Sejahtera Farm ratarata selama 5 hari. Sedangkan average days of account payable adalah rata-rata jumlah hari perusahaan membayar input setelah perusahaan menerima surat tagihan dari pemasok. Namun, Tani Sejahtera Farm melakukan pembayaran tunai kepada seluruh pemasoknya, tidak memiliki hutang sehingga nilai average days of

130 account payable sama dengan nol. Kedua nilai ini selalu tetap setiap bulan. Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time. Cash to Cash Cycle Time = Inventory days of supply + average days of account receivable average days of account payable = 30 hari + 5 hari 0 hari = 35 hari Lamanya waktu antara Tani Sejahtera Farm membayar seluruh input dan menerima pembayaran dari kedua ritel produk organik atas penjualan beras organik adalah selama 35 hari. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa Tani Sejahtera Farm belum dapat mengelola uang tunai dengan baik bersama anggota rantai pasok beras organik lainnya. Kesehatan keuangan, khususnya uang tunai menjadi penting dalam perputaran modal agar lancar dalam menjalankan usaha. Jika pengelolaan uang tunai dalam rantai pasok beras organik seperti ini seterusnya, maka ditakutkan dapat mengganggu kelancaran aliran finansial bahkan hubungan antar anggota rantai pasok beras organik.

131 VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku usaha. Nilai tambah merupakan salah satu komponen dalam membentuk nilai produk. Nilai produk merupakan nilai yang dimiliki sebuah produk dan terdiri dari nilai tambah pengolahan, nilai bahan baku, dan nilai input lainnya. Nilai tambah perolehan pelaku usaha merupakan nilai tambah yang diperoleh dan diciptakan pelaku usaha atas usahanya dalam mengatur pemakaian input dan menghasilkan output. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep nilai tambah sebagai perolehan atau balas jasa yang diterima pelaku usaha yaitu anggota rantai pasok beras organik. Konsep ini dapat disebut dengan nilai tambah perusahaan (the firm s value added). Konsep ini digunakan karena rantai pasok beras organik tidak melakukan pengolahan langsung sehingga tidak sesuai jika menggunakan konsep nilai tambah atas pengolahan. Nilai tambah tercipta atas usaha yang dilakukan anggota rantai pasok untuk membuat sebuah produk yang berkualitas. Menurut Balk (2002), nilai tambah diperoleh dari perbedaan antara penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya service, biaya energi, dan biaya material. Dalam konsep the firm s value added, perusahaan yang dimaksud adalah seluruh anggota rantai pasok beras organik kecuali konsumen akhir. Pengukuran nilai tambah anggota rantai pasok beras organik dilakukan dalam satuan waktu yang sama agar seimbang dan lebih akurat. Oleh karena itu, nilai tambah seluruh anggota rantai pasok diukur setiap siklus produksi dalam satuan waktu yang sama. Siklus produksi yang dilakukan setiap anggota rantai pasok beras organik berbeda. Petani mitra memiliki tiga siklus produksi dalam setahun, sedangkan Tani Sejahtera Farm dan ritel memiliki dua belas siklus produksi setiap bulan dalam setahun sehingga pengukuran nilai tambah rantai pasok beras organik diukur dalam setahun. Nilai tambah yang diperoleh setiap anggota rantai pasok akan diukur dan dianalisis sehingga pada akhirnya akan dihasilkan nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik secara keseluruhan dan persentase kontribusi setiap anggota rantai pasok beras organik dalam penciptaan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik.

132 7.1 Nilai Tambah Petani Mitra Petani mitra dalam rantai pasok beras organik berperan dalam membudidayakan padi organik, menggiling gabah dengan bantuan pihak penggilingan, dan menjual beras organik kepada Tani Sejahtera Farm. Semua kegiatan yang dilakukan petani mitra membutuhkan biaya. Dalam mengukur nilai tambah yang diperoleh petani mitra, diperlukan nilai tambah setiap petani mitra dan kemudian dijumlahkan seluruhnya. Pengukuran ini dilakukan pada petani mitra dimana terdapat sebelas petani yang bermitra dengan Tani Sejahtera Farm. Tidak diukur rata-rata nilai tambah petani mitra karena rata-rata nilai tambah hanya mewakili nilai tambah satu petani dari sebelas petani mitra, sedangkan menurut Chopra dan Meindl (2004), nilai sebuah rantai pasok diukur dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh seluruh anggota rantai pasok, sama halnya dengan pengukuran nilai tambah. Oleh karena setiap petani mitra produksi tiga kali dalam setahun, pengukuran nilai tambah dilakukan untuk ketiga siklus produksi dalam setahun sehingga dihasilkanlah nilai tambah yang diperoleh setiap petani mitra dalam setahun dan selanjutnya dijumlahkan menjadi nilai tambah seluruh petani mitra. Nilai tambah setiap petani mitra merupakan selisih nilai output dan nilai input dalam produksi beras organik. Nilai output merupakan perkalian dari harga yang disepakati dan jumlah beras organik yang dipanen. Harga beras organik yang diterima semua petani mitra sama, tetapi jumlah beras organik yang dipanen berbeda antar setiap petani mitra. Nilai input terdiri dari biaya service, biaya energi, dan biaya material yang dikeluarkan saat budidaya hingga penjualan beras organik. Pada Tabel 12, terdapat rincian nilai output dan nilai input setiap petani mitra serta nilai tambah dalam setiap musim tanam (siklus produksi) dan nilai tambah dalam satu tahun. Setiap petani mitra memiliki nilai output dan nilai input yang berbeda karena hasil panen yang diterima berbeda mengingat luas lahan berbeda, sedangkan nilai input berbeda dikarenakan jumlah penggunaan input antar petani mitra berbeda walaupun petani dengan luas lahan yang sama kecuali tiga petani yang luas lahannya 0,1 hektar, yaitu petani G, H, dan K. Ketiga petani dengan luas lahan 0,1 hektar menggunakan jumlah input yang sama sehingga nilai input

133 sama. Masing-masing petani mitra memiliki nilai input yang sama setiap siklus produksinya, tetapi hasil panen beras organik yang dihasilkan tidak sama dikarenakan faktor yang tidak bisa dikendalikan petani seperti cuaca atau lainnya. Tabel 12. Rincian Nilai Output, Nilai Input, dan Nilai Tambah Petani Mitra dalam Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun 2011 Petani Musim Tanam (MT) Nilai Output (Rp) Nilai Input (Rp) Nilai Tambah Setiap Musim Tanam (Rp) Jumlah Nilai Tambah dalam Satu Tahun (Rp) MT Petani MT A MT MT Petani MT B MT MT Petani MT C MT MT Petani MT D MT MT Petani MT E MT MT Petani MT F MT MT Petani MT G MT MT Petani MT H MT MT Petani MT I MT MT Petani MT J MT MT Petani MT K MT Jumlah

134 Jumlah nilai tambah seluruh petani mitra dalam setahun sebesar Rp Hal tersebut memberi arti bahwa seluruh petani mitra memperoleh nilai tambah sebesar Rp dalam setahun atas penjualan produk beras organik dengan harga Rp per kg. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah yang diperoleh seluruh petani mitra pada tahun Pengukuran nilai tambah tidak menunjukkan nilai tambah yang diterima petani mitra setiap tahun karena hasil panen beras organik yang merupakan komponen nilai output tidak selalu sama untuk setiap siklus produksi. Namun, dari awal petani bermitra dengan Tani Sejahtera Farm yaitu pada tahun 2006, hasil panen petani belum berbeda jauh dari hasil panen tahun Setiap petani mitra berkontribusi dalam menciptakan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Besar kontribusi penciptaan nilai tambah setiap petani dapat dilihat pada Gambar 18. 1,0% 0,4% 0,9% 1,3% 21,3% 3,3% 12,5% 2,3% 5,9% 24,5% 26,6% Petani A Petani B Petani C Petani D Petani E Petani F Petani G Petani H Petani I Petani J Petani K Gambar 18. Persentase Kontribusi Setiap Petani Mitra dalam Penciptaan Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun 2011 Petani mitra yang berkontribusi menciptakan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik yang paling tinggi adalah Petani B yaitu sebesar 26.6 persen atau Rp dalam satu tahun. Petani B memiliki luas lahan 1 hektar dengan hasil panen paling tinggi sejumlah 2,58 ton beras organik sehingga produktivitas budidaya padi organik yang dilakukan juga paling tinggi dibandingkan petani mitra lainnya yaitu sebesar 2,58 ton beras organik/ha dalam

135 satu tahun. Nilai output Petani B paling besar, tetapi nilai input yang dikeluarkan paling besar kedua setelah Petani J. Petani J tidak memperoleh hasil panen beras organik yang lebih banyak atau sama dengan Petani B. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kesuburan lahan yang kurang di lahan Petani J atau faktor perawatan yang kurang intensif. Petani yang paling rendah berkontribusi dalam penciptaan nilai tambah adalah Petani I dengan besar kontribusi 0,4 persen dan besar nilai tambah Rp Hal tersebut dikarenakan lahan milik Petani I hanya 0,1 hektar dan hasil panennya paling rendah dibandingkan petani lainnya yang memiliki luas lahan sama. Faktor kesuburan lahan atau ketidaktepatan penggunaan input dapat menyebabkan hal tersebut. 7.2 Nilai Tambah Tani Sejahtera Farm Tani Sejahtera Farm bertanggung jawab dalam budidaya padi organik, mendistribusikan beras organik dari petani mitra sampai ritel produk organik, penjualan langsung ke konsumen akhir, pengangkutan, sortasi, pengemasan, dan pelabelan. Kegiatan-kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap kali produksi dan membutuhkan biaya atas kegiatan tersebut. Tani Sejahtera Farm merupakan sebuah badan usaha yang memproduksi beras organik setiap bulan. Dalam setahun, Tani Sejahtera Farm melakukan 12 kali produksi (siklus produksi). Tani Sejahtera Farm sudah membagi kelompok yang terdiri dari tiga petani mitra dalam setiap bulan berdasarkan luas lahan yang berbeda termasuk Tani Sejahtera Farm karena badan usaha ini juga memiliki lahan sendiri. Hal ini dilakukan agar Tani Sejahtera Farm dapat terus berproduksi dan memasok ritel setiap bulan dengan perbedaan jumlah pasokan yang tidak terlalu jauh antar bulan dari petani mitra. Oleh karena setiap kelompok memiliki perbedaan luas lahan dan hasil panen beras organik, maka jumlah beras organik sebagai input dan output Tani Sejahtera Farm juga berbeda pada setiap siklus produksi yang dilakukan. Nilai tambah yang diperoleh Tani Sejahtera Farm diukur dengan mengukur nilai tambah setiap bulan siklus produksi dalam setahun, kemudian dijumlahkan. Nilai output Tani Sejahtera Farm merupakan perkalian hasil produksi dan harga yang diterima. Jumlah hasil produksi Tani Sejahtera Farm

136 lebih sedikit dibandingkan produksi petani mitra karena beras organik pasokan dari petani mitra disortasi dahulu untuk memisahkan beras yang utuh dan menir. Beras yang utuh dijual kepada ritel dan konsumen akhir, kemudian dihitung sebagai nilai output. Harga yang diterima sebesar Rp per kg. Nilai input Tani Sejahtera Farm merupakan nilai dari input-input yang digunakan olehnya dalam proses produksi. Input-input yang dibutuhkan badan usaha ini bukan hanya input untuk produksi saat sebagai distributor saja, tetapi juga input yang digunakan saat membudidayakan padi organik seperti yang digunakan petani mitra. Namun, biaya input dalam budidaya padi organik hanya dikeluarkan tiga kali saja dalam setahun sesuai siklus produksi yang dilakukan bersama petani mitra lainnya. Rincian pengukuran nilai tambah Tani Sejahtera Farm dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rincian Nilai Output, Nilai Input, dan Nilai Tambah Tani Sejahtera Farm dalam Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun 2011 Bulan Nilai Output (Rp) Nilai Input (Rp) Nilai Tambah (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Nilai tambah yang paling besar diperoleh Tani Sejahtera Farm adalah nilai tambah saat bulan pertama di setiap empat siklus produksi, yaitu Bulan Januari, Mei, dan September. Nilai tambah yang paling besar diperoleh oleh kelompok petani pertama yang panen di bulan pertama di setiap empat siklus produksi. Kelompok pertama ini yaitu Petani B, E, dan G. Pada saat bulan pertama di setiap empat siklus produksi, nilai tambah besar karena jumlah output beras organik paling banyak dibandingkan bulan lainnya sehingga nilai output paling besar. Begitu juga dengan nilai input pada bulan pertama, nilainya paling besar karena

137 beras organik yang diproduksi paling banyak dan membutuhkan input yang lebih banyak lagi. Setelah nilai tambah dijumlahkan dalam setahun, dihasilkanlah nilai tambah sebesar Rp Dalam setahun, Tani Sejahtera Farm melakukan 12 siklus produksi dan memperoleh nilai tambah sebesar Rp. Rp atas jasanya membudidayakan padi organik hingga mendistribusikan beras organik hasil panen sendiri dan petani mitra kepeda ritel produk organik dengan harga produk akhir Rp per kg. 7.3 Nilai Tambah Ritel Produk Organik Ritel produk organik berperan dalam menjual beras organik langsung ke konsumen akhir. Ritel melakukan sortasi ulang, pengemasan ulang, pelabelan ulang, dan penyimpanan beras organik. Sortasi dilakukan ulang untuk memastikan beras yang dijual tidak terdapat kulit gabah dan butir beras yang masih terkuliti. Hasil sortasi tidak terlalu jauh dengan jumlah beras organik yang dipasok Tani Sejahtera Farm karena sebelumnya Tani Sejahtera Farm sudah mensortasinya. Terdapat dua ritel produk organik dalam rantai pasok beras organik. Oleh karena agar sesuai dengan konsep pengukuran nilai tambah di awal yang menyatakan bahwa pengukuran nilai tambah dilakukan untuk seluruh anggota rantai pasok, maka pengukuran nilai tambah di kedua ritel produk organik dijumlahkan. Ritel produk organik tidak hanya memasok dari Tani Sejahtera Farm, tetapi juga memasok beras organik dari pemasok lain sehingga pengukuran nilai tambah dilakukan khusus untuk beras organik yang dipasok Tani Sejahtera Farm sesuai arah aliran produk, finansial, dan informasi yang dianalisis dalam penelitian ini. Ritel sama seperti Tani Sejahtera Farm yang memiliki 12 siklus produksi setiap bulan dalam setahun. Nilai output beras organik di tingkat ritel produk organik terdiri dari jumlah produksi atau pasokan dari Tani Sejahtera Farm dan harga jual produk beras organik per kg yang berbeda di setiap ritel. Sedangkan nilai input merupakan nilai bahan baku atau input yang digunakan untuk kegiatan produksi, yaitu biaya service, energi, dan material. Rincian nilai output, nilai input, dan nilai tambah setiap ritel produk organik dalam setahun

138 dirincikan dalam tabel berbeda karena perbedaan nilai output dan penggunaan input oleh setiap ritel. Pengukuran nilai tambah yang pertama dianalisis adalah pada Ritel MM Organic and Vegetable. Ritel MM Organic and Vegetable sangat ketat dalam menjaga kualitas dan nama baik produk beras organik produksinya. Oleh karena itu, harga jual yang ditawarkan sangat tinggi dibandingkan kedua ritel lainnya. Jumlah pasokan yang dipesan selalu sama setiap bulan, yaitu sebanyak 70 kg sehingga nilai input yang dikeluarkan sebagai biaya juga selalu sama setiap bulan atau siklus produksi. Awalnya, dilakukan pengukuran nilai tambah setiap bulan dan kemudian dikalikan langsung 12 bulan atau siklus produksi karena pengukuran nilai tambah pada rantai pasok beras organik dilakukan dalam setahun. Berikut adalah tabel rincian pengukuran nilai tambah pada MM Organic and Vegetable. Tabel 14. Komponen Perhitungan Nilai Tambah pada MM Organic and Vegetable No. Komponen Jumlah Harga Satuan (Rp/satuan) Total (Rp) 1. Nilai Output Rp x 70 kg Nilai Input Biaya Service Biaya Energi - Listrik - Bensin motor (liter) Biaya Material - Beras organik (kg) - Plastik kemasan (buah) - Label (lembar) Total Nilai Input Nilai Tambah Setiap Bulan Nilai Tambah Setahun Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa nilai tambah yang diperoleh MM Organic and Vegetable dalam satu siklus produksi sebesar Rp Biaya service tidak dikeluarkan dalam produksi beras organik. MM Organic and Vegetable menyediakan layanan delivery order sehingga jika ada yang menggunakan layanan tersebut, pihak ritel ini mengantar pesanan beras organik dengan motor. Oleh karena itu, ritel ini mengeluarkan biaya bensin. Tidak banyak konsumen akhir yang menggunakan layanan ini. Biaya material yang dikeluarkan

139 tergantung dari jumlah pasokan beras organik dari Tani Sejahtera Farm. Bahan material tidak dipersiapkan lebih karena jumlah pesanan (pasokan) beras organik selalu tetap setiap bulan. Jumlah plastik kemasan dalam perhitungan biaya material merupakan plastik kemasan ukuran 1 kg karena ritel ini mengemas beras organik dari Tani Sejatera Farm dengan ukuran kemasan 1 kg. Nilai tambah yang diperoleh MM Organic and Vegetable dalam setahun sebesar Rp setelah dikalikan dengan 12 siklus produksi (12 bulan). Nilai ini cukup tinggi dengan ukuran output yang dijual sebanyak 70 kg. Ming Organic and Vegetarian Foods mempunyai peran yang sama dengan MM Organic and Vegetable. Ritel ini melakukan pemesanan beras organik sebanyak 70 kg setiap bulan kepada Tani Sejahtera Farm. Beras organik yang sudah disortasi, kemas, dan label ulang dijual kepada konsumen akhir di ritel dengan harga Rp per kg. Bahan-bahan yang dijadikan input juga sama seperti MM Organic and Vegetable, namun berbeda pada biaya dan harga satuan input. Adapun rincian komponen perhitungan nilai tambah Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Komponen Perhitungan Nilai Tambah pada Ming Organic and Vegetarian Foods No. Komponen Jumlah Harga Satuan (Rp/satuan) Total (Rp) 1. Nilai Output Rp x 70 kg Nilai Input Biaya Service Biaya Energi - Listrik - Bensin motor (liter) Biaya Material - Beras organik (kg) - Plastik kemasan (buah) - Label (lembar) Total Nilai Input Nilai Tambah Setiap Bulan Nilai Tambah Setahun Nilai tambah yang diperoleh Ming Organic and Vegetarian Foods dalam satu siklus produksi (1 bulan) sebesar Rp Nilai output yang diterima

140 lebih rendah dibandingkan MM Organic and Vegetable karena harga jual lebih rendah. Ritel ini juga menyediakan layanan delivery order. Konsumen akhir yang menggunakan layanan ini cukup banyak untuk minta dikirimkan beras organik karena konsumen akhir membeli dalam jumlah sangat banyak pada setiap pembelian. Oleh karena itu, ritel ini membutuhkan biaya bensin sebagai biaya energi yang lebih banyak dibandingkan MM Organic and Vegetable. Biaya label cukup sedikit dikeluarkan karena ukuran label yang digunakan ritel ini kecil sehingga tidak membutuhkan kertas label yang banyak dan biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit. Dalam setahun, Ming Organic and Vegetarian Foods memperoleh nilai tambah sebesar Rp Nilai tambah kedua ritel produk organik dalam setahun kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan nilai tambah di tingkat ritel. Besar nilai tambah setiap ritel produk organik dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Tambah di Tingkat Ritel Produk Organik Setahun Ritel Nilai Output (Rp) Nilai Input (Rp) Nilai Tambah (Rp) MM Organic and Vegetable Ming Organic and Vegetarian Foods Jumlah Jumlah nilai tambah yang diperoleh seluruh ritel produk organik melalui penjualan beras organik khusus pasokan dari Tani Sejahtera Farm sebesar Rp dengan harga jual produk akhir berbeda-beda. Nilai ini mencerminkan nilai tambah setiap tahun karena jumlah output beras organik yang dibeli ritel dari Tani Sejahtera Farm dan dijual kembali kepada konsumen akhir selalu tetap. Nilai tambah di tingkat ritel produk organik merupakan nilai yang diperoleh kedua ritel atas kontribusinya dalam menciptakan produk akhir beras organik. Besar nilai tambah antar ritel tidak sama karena bedanya harga output serta penggunaan dan harga input. Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap ritel berkontribusi dalam menciptakan nilai tambah rantai pasok beras organik yang berbeda-beda. Besar kontribusi setiap ritel dapat dilihat pada Gambar 19.

141 19% 81% Ritel Melly MM Organic Manuhutu and Vegetable Organic and Vegetable Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods Gambar 19. Persentase Kontribusi Setiap Ritel dalam Penciptaan Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik pada Tahun 2011 Ritel produk organik yang paling banyak berkontribusi dalam menciptakan nilai tambah rantai pasok beras organik di tingkat ritel adalah Ritel MM Organic and Vegetable. Lebih dari tiga per empat dari total kontribusi ritel diberikan oleh ritel ini. Harga jual beras organik yang tinggi membuat ritel ini menciptakan dan memperoleh nilai tambah yang lebih besar dibandingkan Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods walaupun jumlah produk beras organik yang dijual sama. Harga jual yang tinggi ditetapkan ritel ini karena kualitas dan citra merek selalu dijaga ketat sehingga memperoleh citra yang baik di mata konsumen akhir. Penjagaan merek dan citra produk ini dapat dikatakan sebagai kontribusi yang diberikan untuk membuat produk beras organik semakin bernilai. 7.4 Nilai Tambah Rantai Pasok Beras Organik Menurut Chopra dan Meindl (2004), tujuan sebuah rantai pasok adalah memaksimalkan nilai yang diperoleh seluruh anggota rantai pasok. Nilai tersebut juga termasuk nilai tambah. Nilai tambah bukan merupakan keuntungan. Nilai tambah merupakan nilai yang diperoleh anggota rantai pasok dari nilai produk yang ditetapkan. Nilai ini tidak sembarang diperoleh karena para anggota rantai pasok harus berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan berkontribusi sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Nilai tambah rantai pasok beras organik diukur secara keseluruhan, yaitu jumlah dari nilai tambah yang diperoleh seluruh anggota rantai pasok beras

142 organik. Nilai tambah ini dapat dijadikan sebagai indikator kinerja rantai pasok. Rantai pasok yang memperoleh nilai tambah tinggi menandakan bahwa kinerja yang dihasilkan rantai pasok baik. Nilai tambah yang tinggi diperoleh karena setiap anggota rantai pasok berkontribusi dengan menggunakan sumber dayanya secara optimal dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen akhir. Nilai tambah yang tinggi dibutuhkan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif sehingga dapat memperoleh loyalitas konsumen yang banyak. Nilai tambah ini dirasakan pula oleh konsumen akhir melalui manfaat yang dimiliki produk beras organik atas penciptaan kualitas produk yang lebih baik dan terjamin sehingga tidak merugikan konsumen akhir. Setiap anggota rantai pasok beras organik berkontribusi dalam menciptakan perolehan nilai tambah rantai pasok yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan rantai pasok beras organik lainnya. Kontribusi yang diberikan masing-masing anggota rantai pasok beras organik berbeda. Dalam penelitian ini, akan dianalisis bagaimana kontribusi setiap anggota rantai pasok beras organik secara keseluruhan dalam menciptakan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Nilai tambah setiap anggota rantai pasok beras organik telah diukur sebelumnya dalam satu tahun. Nilai tambah seluruh anggota rantai pasok beras organik dijumlahkan dan dihasilkanlah total nilai tambah rantai pasok beras organik keseluruhan. Tabel 17 adalah tabel yang menjelaskan nilai tambah setiap anggota rantai pasok, nilai tambah rantai pasok beras organik keseluruhan, dan persentase kontribusi setiap anggota dalam menciptakan nilai tambah produk beras organik. Nilai tambah yang diperoleh petani mitra cukup besar karena terdapat sebelas nilai tambah dari sebelas petani yang tergabung dalam petani mitra. Selain itu, harga output beras organik yang ditetapkan bersama antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm sangat tinggi. Hal inilah yang membedakan antara petani padi konvensional dan petani padi organik. Besar nilai tambah petani mitra dan Tani Sejahtera Farm hampir sama. Namun, besar nilai tambah berbeda arti untuk keduanya. Nilai tambah yang diperoleh petani mitra sebesar Rp adalah nilai tambah atas tiga siklus produksi yang dilakukan dalam setahun oleh sebelas petani mitra, sedangkan nilai tambah bagi Tani Sejahtera Farm adalah

143 nilai tambah yang hanya diperoleh badan usaha ini dalam 12 siklus produksi selama setahun. Nilai tambah ritel produk organik merupakan nilai tambah yang diperoleh kedua ritel dalam setahun. Nilai tambah ritel relatif lebih kecil dibandingkan anggota rantai pasok lainnya karena hanya terdapat dua ritel di dalam rantai pasok beras organik ini dan jumlah output yang sedikit sehingga nilai tambah yang diperoleh pun sedikit dengan besar kontribusi sebesar 17 persen. Tabel 17. Nilai Tambah dan Persentase Kontribusi Setiap Anggota Rantai Pasok Beras Organik Dalam Setahun Anggota Rantai Pasok Nilai Tambah (Rp) Persentase (%) Petani Mitra Tani Sejahtera Farm Ritel Produk Organik Jumlah Dari seluruh anggota rantai pasok beras organik, Tani Sejahtera Farm yang memberikan kontribusi paling besar dalam menciptakan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik dengan besar kontribusi 42 persen walaupun hanya satu pihak saja, tidak seperti petani mitra yang berjumlah sebelas dan ritel yang berjumlah dua. Jumlah nilai tambah rantai pasok beras organik secara keseluruhan sebesar Rp pada tahun 2011 dan tidak berbeda jauh dengan tahuntahun sebelumnya. Nilai ini cukup besar karena didukung dengan nilai produk akhir atau harga jual produk beras organik yang tinggi. Nilai tambah rantai pasok yang tinggi menandakan bahwa rantai pasok beras organik sudah berjalan cukup baik.

144 VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada Tani Sejahtera Farm karena Tani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik. Jika melakukan analisis pengendalian persediaan di tingkat ritel produk organik, maka menjadi tidak sesuai. Hal itu dikarenakan para ritel produk organik juga memasok beras organik dari pemasok lainnya dan permintaan beras organik dari konsumen akhir tidak dikhususkan pada permintaan beras organik dari Tani Sejahtera Farm saja. Ketika seluruh beras organik tiba di gudang ritel dari berbagai pemasok, beras organik ini dikemas ulang dengan kemasan yang sama untuk semua beras organik sehingga tidak diketahui mana beras organik yang dipasok oleh Tani Sejahtera Farm dan mana beras organik dari pemasok lain. Untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm, analisis pengendalian persediaan dianalisis hanya pada tingkat Tani Sejahtera Farm Kondisi Permintaan Beras Organik Tani Sejahtera Farm sebagai produsen dan distributor yang mendistribusikan beras organik dari petani mitra kepada ritel produk organik. Permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm adalah permintaan dari para ritel produk organik dan konsumen akhir karena badan usaha ini juga berperan sebagai ritel yang menjual langsung ke konsumen akhir. Penjualan beras organik dilakukan di rumah pimpinan umum badan usaha ini, yaitu di Cibubur, sedangkan ritel produk organik menetapkan jumlah pesanan kepada Tani Sejahtera Farm berdasarkan permintaan dari konsumen akhir yang membeli di tempatnya. Jumlah permintaan beras organik Tani Sejahtera Farm kepada petani mitra adalah seluruh hasil panen petani mitra karena sesuai kesepakatan yang sudah dijalani. Jumlah penawaran Tani Sejahtera Farm kepada ritel produk organik dan konsumen akhir adalah beras organik pasokan dari petani mitra yang sudah disortasi sebelumnya. Jumlah permintaan belum tentu sama dengan jumlah penawaran pada Tani Sejahtera Farm karena jumlah keduanya berubah-ubah setiap tahun. Permintaan beras organik dari konsumen akhirlah yang berfluktuasi

145 disamping permintaan dari ritel yang selalu tetap sehingga jumlah permintaan yang dihadapi Tani Sejahtera Farm tidak tetap secara keseluruhan pada setiap bulan dan setiap tahun. Jumlah penawaran beras organik dari petani mitra juga tidak tetap untuk setiap siklus produksi dan setiap tahun karena budidaya padi organik memiliki risiko produksi yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca. Hal tersebut didukung dengan produktivitas padi dengan sistem organik masih rendah dan persentase kehilangan hasil atau rendemen beras cukup tinggi. Petani mitra terbagi menjadi empat kelompok dimana luas lahan antar kelompok berbeda sehingga jumlah beras organik hasil panen menjadi berbeda setiap kelompok di setiap bulan dan setiap tahun. Permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm berasal dari Ritel MM Organic and Vegetable, Ming Organic and Vegetarian Foods serta konsumen akhir. Data permintaan beras organik Tani Sejahtera Farm pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Data Permintaan Beras Organik Tani Sejahtera Farm Tahun 2011 Bulan MM Organic and Vegetable (kg) Ming Organic and Vegetarian Foods (kg) Konsumen Akhir (kg) Jumlah (kg) Januari , ,8 Februari ,8 903,8 Maret ,7 667,7 April ,8 845,8 Mei , ,4 Juni ,4 893,4 Juli ,5 660,5 Agustus ,6 841,6 September , ,2 Oktober ,3 904,3 November ,8 677,8 Desember ,2 848,2 Jumlah , ,5 Dari Tabel 18, dapat dilihat bahwa jumlah permintaan dari kedua ritel dan konsumen akhir secara keseluruhan tidak jauh berbeda antar bulan. Jumlah permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm sama dengan penawaran atau hasil panen petani mitra pada tahun Jadi, persediaan beras

146 organik yang berada di gudang badan usaha ini selalu habis setiap bulan pada tahun Jumlah permintaan antar tahun sebelumnya berbeda walaupun tidak terlalu jauh dan permintaan akan berbeda setiap tahun ke depannya. Pada tahun 2011, jumlah permintaan keseluruhan sebesar ,5 kg beras organik. Bila dilihat jumlah permintaan setiap bulan, terdapat fluktuasi atau keragaman permintaan setiap bulan. Rata-rata permintaan beras organik setiap bulan pada tahun 2011 (D) adalah 878,875 kg. Nilai ini merupakan jumlah permintaan beras organik yang biasa dihadapi Tani Sejahtera Farm setiap bulan pada tahun Terdapat perbedaan antara permintaan beras organik yang terjadi (aktual) setiap bulan dan rata-rata permintaan yang terjadi setiap bulan atau dapat disebut sebagai simpangan. Simpangan ini mencerminkan bahwa seluruh permintaan beras organik dari ritel dan konsumen akhir yang dihadapi Tani Sejahtera Farm dapat lebih kecil atau lebih besar dari rata-rata permintaan yang biasa dihadapinya setiap bulan. Untuk mengetahui penyebaran permintaan beras organik selama setahun, nilai varians dan standar deviasi harus diketahui terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi beras organik oleh Tani Sejahtera Farm agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Simpangan antara jumlah permintaan dan rata-rata permintaan beras organik pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Simpangan antara Jumlah Permintaan Setiap Bulan dan Rata-Rata Permintaan Beras Organik pada Tahun 2011 Bulan Jumlah Permintaan D i (kg) (D i D) (D i D) 2 Januari 1.112,8 233, ,9 Februari 903,8 24, ,3 Maret 667,7-211, ,9 April 845,8-33, Mei 1.094,4 215, Juni 893,4 14, Juli 660,5-218, ,6 Agustus 841,6-37, ,4 September 1.096,2 217, ,2 Oktober 904,3 25, ,4 November 677,8-201, ,2 Desember 848,2-30, Jumlah , ,9

147 Dalam menganalisis persediaan, digunakan data permintaan beras organik tahun 2011 yang merupakan permintaan dari kedua ritel dan konsumen akhir langsung. Permintaan tidak dipisahkan antara permintaan dari kedua ritel dan permintaan dari konsumen akhir. Jika dipisahkan antara keduanya, akan terdapat dua hasil analisis (model persediaan) yang dapat merumitkan pihak Tani Sejahtera Farm dalam mengaplikasikan secara langsung. (D i D) merupakan simpangan antara jumlah permintaan beras organik setiap bulan dan rata-rata permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm setiap bulan, sedangkan (D i D) 2 merupakan simpangan yang dikuadratkan. Varians dan standar deviasi merupakan alat ukur untuk melihat penyebaran data permintaan antar bulan. Berikut adalah perhitungan varians dan standar deviasi permintaan beras organik yang dihadapi oleh Tani Sejahtera Farm pada tahun Varians Permintaan ( D 2 ) = n i=1 (D i D)2 = 2., n 12 = ,91 Standar Deviasi Permintaan ( D ) = D 2 = 23., = 154,39 Besar varians permintaan beras organik sebesar ,91 dan besar standar deviasi permintaan beras organik sebesar 154,39 kg. Nilai standar deviasi tidak terlalu besar. Variasi atau keragaman dari permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm dalam setahun pada tahun 2011 cukup rendah atau tidak terlalu fluktuatif. Besarnya simpangan permintaan yang terjadi antar bulan dalam setahun tidak terlalu besar dan tidak terlalu tersebar luas. Hal tersebut menguntungkan Tani Sejahtera Farm karena risiko permintaan yang dihadapi badan usaha ini tidak terlalu besar sehingga jika terjadi penurunan permintaan, besarnya penurunan tidak terlalu besar dan kerugian yang diterima pun sedikit Kebijakan Pengisian Kembali Persediaan pada Tani Sejahtera Farm Kebijakan pengisian kembali (replenishment) persediaan menurut Chopra dan Meindl (2004) terdiri dari dua, yaitu kebijakan continuous review dan periodic review. Kedua kebijakan ini diterapkan perusahaan jika kondisi permintaan bervariasi atau fluktuasi. Kebijakan continuous review diterapkan dengan ketentuan setiap pemesanan produk dilakukan dalam jumlah yang tetap,

148 tetapi waktu pemesanan berbeda. Perbedaan waktu antar setiap pemesanan terjadi karena adanya ketidakpastian permintaan yang berfluktuasi. Sedangkan kebijakan periodic review diterapkan dengan ketentuan setiap waktu pemesanan produk dilakukan berkala dengan periode yang tetap dan jumlah pemesanan berubahubah. Jumlah pemesanan yang berubah disebabkan oleh adanya ketidakpastian permintaan. Konsep pemesanan yang dilakukan Tani Sejahtera Farm adalah pemesanan beras organik oleh Tani Sejahtera Farm kepada petani mitra. Pemesanan membutuhkan biaya seperti biaya komunikasi dan transportasi. Biayabiaya ini perlu dikeluarkan Tani Sejahtera Farm. Biaya komunikasi dikeluarkan Tani Sejahtera Farm karena dalam pemesanan, pihak Tani Sejahtera Farm menghubungi seluruh petani mitra dalam setiap kelompok yang sedang panen. Petani mitra juga pernah menghubungi pihak badan usaha ini untuk memberitahukan bahwa gabah siap diangkut untuk digiling. Tani Sejahtera Farm mengeluarkan biaya transportasi. Biaya transportasi yang dikeluarkan adalah biaya pembelian bahan bakar mobil pick up. Biaya transportasi cukup tinggi karena proses pengangkutan banyak dilakukan oleh Tani Sejahtera Farm seperti pengangkutan gabah organik ke penggilingan, pengangkutan beras organik yang sudah digiling dari penggilingan dan dibawa ke tempat petani mitra untuk dilakukannya transaksi. Kemudian, beras organik tersebut dibawa ke gudang Tani Sejahtera Farm. Persediaan di Tani Sejahtera Farm berwujud beras organik (produk jadi), baik yang sudah dikemas dengan kemasan 5 kg atau beras organik dalam karung dari petani mitra. Beras organik petani mitra dibeli Tani Sejahtera Farm dan kemudian langsung disortasi, dikemas, dan disimpan dalam gudang dalam waktu beberapa hari. Beras organik ini disimpan dalam gudang Tani Sejahtera Farm yang terletak di belakang kantor. Penyimpanan persediaan beras organik membutuhkan biaya, yaitu biaya listrik yang harus dibayar setiap bulannya. Jumlah permintaan beras organik yang dihadapi Tani Sejahtera Farm tidak tetap pada setiap bulan dan setiap tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Tani Sejahtera Farm tidak mengaplikasikan model pengendalian persediaan EOQ (Economic Order Quantity) yang menuntut jumlah permintaan harus selalu tetap

149 atau konstan. Tani Sejahtera Farm mengaplikasikan kebijakan pengisian kembali persediaan di antara continuous review atau periodic review. Dilihat dari jumlah permintaan beras organik Tani Sejahtera Farm, jumlah permintaan beras organik tidak selalu tetap. Pemesanan selalu dilakukan Tani Sejahtera Farm setiap bulan. Oleh karena pemesanan beras organik dilakukan Tani Sejahtera Farm setiap bulan, maka kebijakan pengisian kembali persediaan yang diterapkan Tani Sejahtera Farm adalah periodic review. Periode pemesanan beras organik antar pemesanan selalu tetap, yaitu setiap 30 hari dengan jumlah pemesanan yang berbeda. Siklus pengisian kembali persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm setiap bulan saat ini dapat dilihat pada Gambar 20. Jumlah Pesanan Beras Organik Q (kg) T L L L Pesanan tiba T Pesanan tiba T Pesanan tiba T L Pesanan tiba Time Gambar 20. Siklus Pengisian Kembali Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm Saat Ini 8.3. Pengendalian Persediaan Beras Organik pada Tani Sejahtera Farm Tani Sejahtera Farm menerapkan kebijakan periodic review dalam mengisi kembali persediaan beras organik di gudangnya. Penerapan periodic review dilakukan karena terdapat fluktuasi atau variasi permintaan beras organik dari konsumen akhir dan ritel produk organik serta jumlah pemesanan beras organik kepada petani mitra berubah-ubah mengikuti jumlah panen petani mitra yang tidak tetap. Continuous review tidak diterapkan Tani Sejahtera Farm karena ritel produk organik menginginkan pasokan beras organik dipasok setiap bulan. Beras organik merupakan produk yang lebih tidak tahan lama daripada beras biasa (konvensional). Jika menerapkan continuous review yang biasanya produk harus

150 disimpan lebih lama hingga persediaan beras organik mencapai reorder point (titik pemesanan kembali), maka akan dapat merusak produk beras organik lebih cepat dan merugikan Tani Sejahtera Farm. Untuk menganalisis pengendalian persediaan dengan kebijakan periodic review, maka rata-rata permintaan, standar deviasi permintaan, lead time, review interval, dan CSL (Cycle Service Level) dianalisis terlebih dahulu. Standar deviasi permintaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm sudah dianalisis pada subpokok bahasan sebelumnya, yaitu sebesar 154,39 kg. Lead time adalah jangka waktu dari pemesanan beras organik oleh Tani Sejahtera Farm hingga beras organik tiba di gudang Tani Sejahtera Farm. Waktu yang dibutuhkan Tani Sejahtera Farm dalam mempersiapkan persediaan beras organik di gudangnya sekitar 6 hari (0,2 bulan). Tani Sejahtera Farm memesan beras organik kepada petani mitra ketika gabah masih dijemur pada hari kelima. Penjemuran gabah memerlukan waktu satu minggu. Kemudian, penjemuran tetap dilakukan hingga hari ketujuh. Petani mitra menghubungi Tani Sejahtera Farm untuk memberi tahu bahwa gabah siap diangkut ke penggilingan. Tani Sejahtera Farm mengangkut gabah yang sudah dikarungi petani ke penggilingan pada hari kedelapan. Penggilingan gabah menjadi beras organik membutuhkan waktu dua hari. Besok harinya, Tani Sejahtera Farm mengangkut kembali beras organik dari penggilingan dan dibawa ke petani mitra. Setelah itu, transaksi antara petani mitra dan Tani Sejahtera Farm dilakukan. Review interval merupakan periode atau jangka waktu setiap pemesanan beras organik yang dilakukan Tani Sejahtera Farm kepada petani mitra. Oleh karena Tani Sejahtera Farm menerapkan periodic review, maka review interval selalu tetap. Jangka waktu antar pemesanan yang dilakukan Tani Sejahtera Farm yaitu setiap sebulan sekali (1 bulan). Tani Sejahtera Farm melakukan pemesanan setiap sebulan sekali, tetapi pendistribusian beras organik kepada ritel produk organik dilakukan setiap dua kali dalam sebulan. Jadi, setelah dua minggu di setiap bulan, persediaan beras organik tetap tersedia untuk didistribusikan kembali kepada ritel. Pendistibusian beras organik kepada ritel dilakukan pada minggu pertama dan ketiga. Pengangkutan beras organik ke tempat penjualan milik Tani Sejahtera Farm yang terletak di Cibubur dilakukan pada minggu pertama.

151 Menurut Chopra dan Meindl (2004), CSL (Cycle Service Level) adalah peluang atau kemungkinan persediaan tidak habis di gudang sebuah perusahaan pada setiap siklus pengisian kembali (replenishment cycle) sehingga dapat memenuhi seluruh permintaan ritel. Siklus pengisian kembali adalah jangka waktu antara setiap pengiriman pesanan berturut-turut. Satuan CSL berupa persentase. Persentase CSL menunjukkan besar persentase sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan ritel dari persediaan yang sudah ada di gudang, sedangkan sisa persentase CSL menunjukkan besar persentase dimana permintaan tidak dapat dipenuhi karena kurangnya persediaan di gudang (stockout). Nilai CSL biasanya ditentukan oleh perusahaan tergantung pada kesanggupan perusahaan. Tani Sejahtera Farm sebelumnya belum pernah menetapkan CSL. Untuk menganalisis pengendalian persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm agar menghasilkan model persediaan yang dapat memenuhi dan memuaskan permintaan para konsumen akhir dan kedua ritel, Tani Sejahtera Farm perlu menetapkan CSL yang disanggupi. Nilai CSL yang ditetapkan Tani Sejahtera Farm sebesar 95 persen. Setelah diketahui seluruh data yang dibutuhkan, analisis pengendalian persediaan dapat dilakukan. Awalnya, harus dianalisis persebaran permintaan selama lead time dan review interval. Analisis persebaran tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata permintaan selama review interval (T) dan lead time (L) dengan simbol D T+L serta nilai standar deviasi permintaan selama review interval (T) dan lead time (L) dengan simbol T+L. Oleh karena rata-rata permintaan dan standar deviasi permintaan sudah dihitung dalam satuan waktu bulan, maka komponen lainnya juga mengikuti dalam satuan waktu bulan. Berikut adalah perhitungan kedua nilai tersebut. Besar T adalah 1 bulan dan besar L adalah 6 hari atau 0,2 bulan. D T+L = (T + L) D = (1 + 0,2) (878,875) = 1.054,7 T+L = ( D ) = 1 + 0, (154,39) = 169,8 Nilai D T+L sebesar 1.054,7 kg mengindikasikan bahwa jumlah persediaan beras organik rata-rata yang dibutuhkan selama jangka waktu review interval dan

152 lead time hingga pesanan beras organik tiba di gudang Tani Sejahtera Farm sebanyak 1.054,7 kg. Selanjutnya, nilai safety stock dapat ditentukan. Safety stock merupakan persediaan pengaman yang disediakan untuk mengantisipasi adanya jumlah permintaan yang melebihi penawaran. Safety stock menjadi penting karena selain jumlah permintaan yang berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi, jumlah penawaran (pasokan) juga tidak dapat diprediksi dan ditakutkan tidak dapat memenuhi seluruh permintaan terutama ritel karena terdapat kesepakatan yang harus dipenuhi. Walaupun MM Organic and Vegetable dan Ming Organic and Vegetarian Foods membeli dalam jumlah sedikit, jika jumlah persediaan pada Tani Sejahtera Farm tidak mencukupi, ditakutkan akan mengurangi keprofesionalan sehingga kepercayaan berkurang. Konsumen akhir membeli sisa persediaan beras organik Tani Sejahtera Farm yang telah didistribusikan ke ritel. Jika jumlah sisa persediaan beras organik sedikit, maka jumlah konsumen akhir yang dapat dipenuhi kebutuhannya menjadi sedikit. Besarnya safety stock beras organik yang harus disiapkan Tani Sejahtera Farm dapat dilihat pada perhitungan berikut. Safety Stock = NORMSINV (CSL) x T+L = NORMSINV (0,95) x 169,8 = 1,645 x 169,8 = 279 kg Sebanyak 279 kg beras organik harus dipersiapkan sebagai safety stock yang disimpan dalam gudang Tani Sejahtera Farm. Jumlah safety stock ini sesuai dengan nilai cycle service level (CSL) yang ditetapkan Tani Sejahtera Farm sebesar 0,95 yang berarti bahwa Tani Sejahtera Farm dapat memenuhi permintaan konsumen akhir dan memasok beras organik kepada ritel produk organik dari persediaan yang sudah ada dengan peluang sebesar 95 persen. Sebesar 5 persen peluang persediaan beras organik habis dan beberapa permintaan tidak dapat dipenuhi dari persediaan di gudang. Sebelumnya, Tani Sejahtera Farm tidak mempersiapkan safety stock di gudangnya karena persediaan beras organik selalu habis. Namun, setelah dianalisis, kondisi penawaran dan permintaan yang dihadapi Tani Sejahtera Farm tidak tetap atau berfluktuasi. Hal tersebut dapat

153 mengakibatkan dampak buruk jika suatu saat penawaran beras organik dari petani mitra turun bahkan gagal panen atau jumlah permintaan beras organik melonjak. Apabila Tani Sejahtera Farm mengalaminya dan sudah mempersiapkan safety stock, aliran produk pada rantai pasok beras organik tetap lancar karena persediaan di gudang masih tersedia. Jadi, sebaiknya Tani Sejahtera Farm mempersiapkan safety stock beras organik di gudangnya. Setelah safety stock diketahui, nilai order up to level dapat ditentukan. Order Up to Level (OUL) merupakan jumlah persediaan yang ada untuk memenuhi seluruh permintaan yang terjadi pada waktu antara 0 hingga T+L bulan. Nilai ini ditentukan dengan melihat jumlah safety stock dan jumlah persediaan yang masih terdapat di gudang. Berikut adalah perhitungan OUL pada Tani Sejahtera Farm. OUL = D T+L + Safety Stock = 1.054,7 kg kg = 1.333,7 kg kg Nilai OUL sebesar kg. Pihak Tani Sejahtera Farm memesan beras organik kepada petani mitra sebanyak selisih antara kg dan banyaknya persediaan beras organik yang masih terdapat di gudang pada setiap bulan atau 30 hari. Tani Sejahtera Farm dapat menggunakan model pemesanan beras organik seperti di bawah ini untuk dilakukan pada setiap bulan berikutnya. Jumlah Pesanan Beras Organik (Q) = kg Jumlah Persediaan di Gudang Siklus pengisian kembali beras organik yang dapat dilakukan Tani Sejahtera Farm dengan kebijakan periodic review dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar siklus ini tidak dapat digambarkan sesuai yang diterapkan Tani Sejahtera Farm karena hasil panen petani mitra belum diketahui pada bulan berikutnya. Gambar 20 menggambarkan bahwa pemesanan beras organik oleh Tani Sejahtera Farm dilakukan setiap bulan dengan review interval (T) dan lead time (L) yang tetap. Jumlah beras organik yang sebaiknya dipesan sejumlah Q dengan memperhatikan adanya safety stock sejumlah 279 kg dan target persediaan beras organik sebanyak kg. Setelah pemesanan dilakukan pada waktu T, jumlah

154 persediaan beras organik dapat turun kurang dari safety stock atau melebihi safety stock hingga pesanan diterima selama L tergantung dari banyaknya permintaan. Jumlah Beras Organik kg Q Q Q 279 kg Safety Stock T L L L Pesanan tiba T Pesanan tiba T Pesanan tiba Time Gambar 21. Siklus Pengisian Kembali Persediaan Beras Organik untuk Bulan Berikutnya Model pemesanan beras organik tersebut tidak dapat digunakan selamanya karena seluruh faktor kondisi yang mempengaruhi produksi oleh petani mitra, Tani Sejahtera Farm atau ritel dapat berubah seiring perubahan alam dan teknologi. Misalkan saja faktor cuaca. Sepuluh tahun mendatang, mungkin cuaca di Indonesia berubah menjadi semakin tidak menentu sehingga hasil panen pun berfluktuasi. Hal ini menyebabkan variasi dari penawaran dan permintaan berbeda dengan saat ini. Oleh karena itu, model pemesanan beras organik ini sebaiknya diukur dan dianalisis kembali ketika hasil panen beras organik petani mitra dirasakan mulai jauh berbeda. Namun, model pemesanan beras organik tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui oleh Tani Sejahtera Farm dan para petani mitra. Kedua pihak ini telah menyepakati bahwa jumlah pemesanan atau pembelian beras organik sejumlah seluruh beras organik hasil panen petani mitra. Jika jumlah pesanan beras organik mengikuti model pemesanan tersebut, maka belum tentu seluruh hasil panen petani mitra dapat dibeli Tani Sejahtera Farm karena terlalu banyak dan belum tentu hasil panen petani mitra mencapai jumlah yang seharusnya dipesan berdasarkan hasil perhitungan model tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan lain agar jumlah pemesanan beras organik sesuai dengan

155 hasil dari perhitungan model dan tetap sesuai dengan kesepakatan yang sudah dijalankan dengan petani mitra. Kebijakan ini harus yang menguntungkan kedua belah pihak. Kebijakan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu tidak mengubah kesepakatan yang telah dijalankan bersama sejak lama. Tani Sejahtera Farm tetap membeli seluruh beras organik hasil panen petani mitra dan tetap mengaplikasikan model pemesanan beras organik hasil analisis. Terdapat dua konsekuensi dalam kebijakan ini, yaitu : 1. Jika beras organik hasil panen petani mitra lebih sedikit dibandingkan jumlah pesanan hasil pengukuran model, maka Tani Sejahtera Farm dapat membeli seluruh beras organik petani mitra dan mencari petani non mitra yang menjual beras organik secara curah dengan standar kualitas yang sama dengan petani mitra untuk memenuhi persediaannya. 2. Jika beras organik hasil panen petani mitra melebihi jumlah pesanan hasil pengukuran model, maka Tani Sejahtera Farm dapat membeli seluruhnya dan menjualnya kepada konsumen akhir yang lebih banyak. Konsekuensi tersebut harus dapat dijalankan oleh Tani Sejahtera Farm agar siklus pengisian kembali persediaan beras organik berjalan lancar serta lebih efisien dan efektif. Model penentuan jumlah pesanan beras organik sangat berguna jika pasokan beras organik dari petani mitra tidak cukup bahkan tidak ada karena gagal panen serta jika permintaan melonjak. Oleh karena selalu ada safety stock setiap bulan, persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm selalu tersedia walaupun pasokan sedikit sehingga aliran poduk dalam rantai pasok beras organik lancar.

156 IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan penelitian, yaitu : 1. Rantai pasok beras organik di Kabupaten Bogor berbentuk jaringan (network supply chain). Rantai pasok ini memiliki sasaran rantai pasok yang jelas. Struktur rantai pasok terdiri dari petani mitra, Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik, dan konsumen akhir. Penerapan manajemen rantai pasok belum berjalan dengan baik karena sistem transaksi yang ditetapkan ritel merugikan Tani Sejahtera Farm. Sumber daya yang dimiliki rantai pasok beras organik sudah sesuai dengan kebutuhan rantai pasok. Proses bisnis di rantai pasok beras organik kurang berjalan dengan baik karena aliran finansial dan informasi kurang lancar antara ritel produk organik ke Tani Sejahtera Farm. Dari hasil analisis efisiensi pemasaran, kinerja rantai pasok beras organik belum efisien secara keseluruhan karena banyak kegiatan yang dilakukan berulang. Pengukuran kinerja melalui efisiensi pengelolaan asset dalam bentuk persediaan beras organik di Tani Sejahtera Farm sudah cukup baik, tetapi pengelolaan asset uang tunai belum baik. Kinerja rantai pasok beras organik dapat dikatakan belum baik pada pemasaran dan pengelolaan asset uang tunai. Dari keenam elemen kerangka FSCN, terdapat tiga elemen yang belum baik di dalam rantai pasok beras organik. Ketiga elemen ini adalah manajemen, proses bisnis, dan kinerja rantai pasok sehingga kondisi rantai pasok beras organik dapat dikatakan belum cukup baik untuk memenangi persaingan. 2. Nilai tambah rantai pasok beras organik merupakan jumlah nilai tambah yang diciptakan dan diperoleh seluruh anggota rantai pasok beras organik. Nilai tambah yang diukur merupakan nilai tambah pada tahun 2011 karena jumlah output petani dan Tani Sejahtera Farm berfluktuasi sehingga data yang digunakan adalah data tahun Nilai tambah rantai pasok ini sebesar Rp Tani Sejahtera Farm menjadi anggota rantai pasok beras organik yang memberikan kontribusi tertinggi dalam penciptaan nilai tambah rantai pasok beras organik sebesar 42 persen.

157 3. Hasil analisis pengendalian persediaan beras organik menunjukkan bahwa kebijakan yang diterapkan Tani Sejahtera Farm adalah periodic review karena permintaan yang dihadapinya dari ritel produk organik dan konsumen akhir berfluktuasi. Tani Sejahtera Farm dapat menggunakan model penentuan jumlah pesanan beras organik (Q) setiap bulan, yaitu (1.334 kg Jumlah persediaan beras organik di gudang). Tani Sejahtera Farm sebaiknya mempersiapkan safety stock sebanyak 279 kg beras organik setiap bulan mengingat permintaan berfluktuasi dan petani mitra belum tentu selamanya dapat memasok hingga permintaan dapat terpenuhi. Oleh karena kesepakatan dengan petani mitra tidak sesuai, maka diperlukan kebijakan lain. Kebijakan lainnya yaitu Tani Sejahtera Farm dapat membeli seluruh panen petani mitra dan sebagian panen petani non mitra jika jumlah panen petani mitra lebih sedikit dari hasil pengukuran model dan jika hasil panen petani mitra lebih besar, maka penjualan beras organik selebihnya dijual kepada konsumen akhir Saran Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam perbaikan rantai pasok beras organik, diantaranya yaitu : 1. Seluruh anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm sebaiknya meningkatkan koordinasi dengan cara tidak mengulangi kegiatan yang sudah dilakukan oleh anggota lainnya di dalam rantai pasok agar diperoleh harga jual yang lebih kompetitif. 2. Sistem transaksi antara Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik sebaiknya diubah menjadi sistem cash and carry atau memperpendek jangka waktu pengiriman surat tagihan dan pembayaran melalui kesepakatan yang dilakukan kembali di antara ketiganya. 3. Tani Sejahtera Farm dapat mengubah kebijakan dalam mempersiapkan persediaan beras organik sesuai hasil penelitian karena ditakutkan suatu saat tidak ada pasokan beras organik dari petani mitra dan permintaan melonjak.

158 DAFTAR PUSTAKA Anatan L, Ellitan L Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Bandung : CV. Alfabeta. Aryanthi D Analisis Pengelolaan Rantai Pasok Agroindustri Hortikultura (Studi Kasus Sari Buah Jambu Biji Lipisari di B2PTTG LIPI Subang) [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Balk, BM The Residual : On Monitoring and Benchmarking Firms, Industries, and Economies with Respect to Productivity. Netherlands : Erasmus University Rotterdam Press. Blokland PJV, Hodges AW, Haydu JJ Measuring The Economic Contribution of Florida s Turfgrass Industry Using The Value Added Methodelogy. International Turfgrass Society Research Journal 8 : Boadu, VA A Conversation About Value Added Agriculture. Department of Agriculture Economics, Kansas State University. [BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Teknologi Ramah Lingkungan:Kriteria, Verifikasi, dan Arah Pengembangan. Jakarta : BPPT. [BPS] Badan Pusat Statistik Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Brunton R, Trickett C Measurement of Agricultural Output in The Australian System of National Accounts : Methods and Issues. Di dalam Advancing Statistical Integration and Analysis. Proceeding of The 4 th International Conference; Beijing, Oktober Beijing : International Conference on Agriculture Statistics. Chopra S, Meindl P Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. USA : Pearson Prentice Hall. [CIA] Central Intelligence Agency The World Factbook. USA : CIA. Cohan L, Costa R Years of Value Added in The Argentine Wheat Value Chain. Di dalam Economic Crisis : Food, Fiber, and Bioenergy Chains. Proceeding of the 7 th Conference; Sao Paulo, Brazil, November Brazil : International PENSA. Coltrain D, Barton D, Boland M Value Added : Opportunities and Strategies. Arthur Capper Cooperative Center, Department of Agriculture Economics, Cooperative Extension Service, Kansas State University.

159 Dahl C. D, J. W. Hammond Market and Price Analysis The Agricultural Industries. New York : MC Graw-Hill Book Company. [Ditjen PLA] Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Tahun (Review). Jakarta : Ditjen PLA. [FAO] Food and Agriculture Organization What is Organic Agriculture. Italia : FAO. [FiBL] Forschungsinstitut for Biologischen Landbau Organic Agriculture Worldwide : Current Statistics. Swiss : FiBL. Haming M, Nurnajamuddin M Manajemen Produksi Moderen Operasi Manufaktur dan Jasa : Buku 2. Jakarta : Bumi Aksara. Helena Analisis Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Jamu Tradisional pada PT. X Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [IFOAM] International Federation of Organic Agriculture Movements Priciples of Organic Agriculture. Adelaide : IFOAM. Indrajit RE dan Djokopranoto R Konsep Manajemen Supply Chain Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta : Grasindo. [IRRI] International Rice Research Institute Organic Rice. Filipina : IRRI. Katwal MTB, Dem P, B. Ganesh, Bockel L, Punjab Maize Commodity Chain Analysis. Bhutan : Ministry of Agriculture and Forests. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Angka Jakarta : KLH Indonesia. Kohls RL dan Uhl JN Marketing of Agricultural Products. Purdue University. New York : Mc Millan Publishing Company. Kotler P dan Amstrong G Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo. Kusumaningrum, H Karakterisasi Profil Flavor Beberapa Varietas Beras (Oryza myristica L.) Aromatik Asli Indonesia [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lambert DM, Croxton KL, Garcia-Dastugue SJ, Rogers DS The Supply Chain Management Processes. International Journal of Logistics Management. Vol. 12, No.2 ; p.13. Lestari PI Kajian Supply Chain Management : Analisis Relationship Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm dengan Pemasok dan

160 Pelanggannya [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ma arif, M S dan Tanjung H Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo. Mangkunegara, AP Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama. Panggabean, David Analisis Logistik dengan Menggunakan Konsep Supply Chain Management (SCM) di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para [skripsi]. Medan : Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Poniman Pertanian Ramah Lingkungan : Kenyataan dan Harapan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian, Kudus, 4 November Puslitanak, Deptan. Bogor. Pujawan IN Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya. Reintjes C, Haverkort B, Bayer AW Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y, penerjemah ; Yogyakarta : Kanisius. Terjemahan dari : Farming for The Future, An Introduction to Low External Input Sustainable Agriculture. Riwanti W Manajemen Rantai Pasok Brokoli Organik (Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Russell dan Taylor Operation Management : Quality and Competitiveness in a Global Environment.Ed ke-5. USA : Prentice Hall International Inc. Soekartawi Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Press. Sumarno dan Suyamto Budidaya Padi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. di Dalam Suyamto, Widiarta IN, Satoto, editor. Buku 1 : Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Bogor : LIPI Press. Van der Vorst, JGAJ Performance Measurement in Agri-Food Supply Chain Networks. Netherland : Logistics and Operations Research Group, Wageningen University. Wicaksono, DA Analisis Strategi Rantai Pasok Udang Vaname (Studi Kasus Petani Plasma Tambak Pandu Karawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Wirawan Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat [WWF] World Wildlife Fund Seputar Perubahan Iklim. Jakarta : WWF.

161 LAMPIRAN

162 Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

163 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani Mitra Tahun 2011 Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani Mitra Petani Luas Lahan Biaya Service Biaya Energi Biaya Material (ha) (Rp) (Rp) (Rp) Petani A Petani B Petani C 0, Petani D 0, Petani E 0, Petani F 0, Petani G 0, Petani H 0, Petani I 0, Petani J Petani K 0,

164 Lampiran 3. Biaya Produksi Tani Sejahtera Farm pada Tahun 2011 Bulan Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Produksi (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember JUMLAH

165 Lampiran 4. Biaya Produksi Bulan Maret pada Tani Sejahtera Farm Jenis Biaya Produksi Biaya Pendistribusian Beras Organik Biaya Budidaya Padi Organik Komponen Biaya tetap : - Komunikasi - Transportasi - Service mobil - Listrik - Tenaga kerja (TK) Penanggung jawab TK sortasi TK kemasan - Penyusutan Biaya Variabel : - Beras - Karung - Plastik kemasan - Label Jumlah Penggunaan orang 6 orang 1 orang - Harga per satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) kg 21 buah 133 buah 34 buah JUMLAH Biaya tetap : - Bensin traktor - Service traktor - Tenaga kerja (TK) TK upahan Biaya variabel : - Benih - Pupuk kandang Ayam Rambo - Pupuk organik cair - ZPT organik - Biaya penggilingan 6 L - 6 orang 15 kg karung 5 botol 5 botol 521,6 kg beras Jumlah Jumlah Biaya Produksi

166 Lampiran 5. Rincian Penyusutan Tani Sejahtera Farm Alat Jumlah (buah) Harga Satuan (Rp) Total Nilai Beli (Rp) Umur (tahun) Nilai Sisa (Rp) Penyusutan (Rp) Cangkul Arit Penyemprot Drum plastik Timbangan Mesin Sealer Sekop Terpal Mobil Traktor Jumlah

167 Lampiran 6. Kuisioner Penelitian untuk Petani Mitra Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik Studi Kasus Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor oleh Prisca Nurmala Sari (H ), Mahasiswa departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tanggal : No. Kuesioner : ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN BERAS ORGANIK Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Umur :. tahun 4. Alamat Rumah : Sifat Usaha : Utama Sampingan 6. Pekerjaan Lainnya :.. 7. Kepemilikan Lahan : Luas Lahan :..m 2 9. Pengalaman Usahatani :.tahun 10. Jumlah Tenaga Kerja :..orang Sasaran Rantai Pasok 1. Sasaran pasar beras organik yang Bapak/Ibu jual : Pasar domestik Pasar ekspor 2. Tujuan penjualan : Karakteristik grade produk yang dijual : rade., karakteristik... rade., karakteristik... rade., karakteristik Siapakah yang berperan dalam penciptaan grade produk : Sasaran pengembangan yang sudah dilakukan bersama dengan mitra di dalam rantai pasok : Sasaran pengembangan yang diharapkan untuk dilakukan bersama dengan mitra : Sasaran pengembangan yang menjadi target atau rencana oleh semua anggota rantai pasok :... Struktur Rantai Pasok 1. Bentuk produk akhir : Bagaimana karakteristik produk : Produk akhir dijual kemana saja : Bagaimana tahapan-tahapan proses budidaya padi organik : Setelah panen, kegiatan apa saja yang dilakukan : Siapa saja stakeholders yang berperan selama produksi :...

168 Lampiran 6. Lanjutan 7. Kendala dalam rantai pasok :... Manajemen Rantai Pasok 1. Apakah ada kriteria pemilihan mitra yang mendistribusikan produknya dan bagaimana : Apakah terdapat kesepakatan dalam bentuk kontrak dengan pembeli : Ya Tidak 3. Sistem kontrak : Formal Informal 4. Apa saja yang menjadi poin kesepakatan di dalam kontrak baik formal maupun informal dan bagaimana penjelasannya : Bagaimana sistem transaksi yang berlangsung dengan pembeli : Bagaimana mekanisme pembayaran : Apakah program pemerintah dapat dirasakan langsung dan bagaimana dampaknya : Bagaimana kolaborasi atau koordinasi antara anggota rantai pasok :... Sumber Daya Rantai Pasok 1. Sumber daya fisik apa saja yang dimiliki dalam mendukung usaha : Bagaimana dukungan infrastruktur yang terdapat di lokasi usaha : Bagaimana penerapan teknologi produksi di dalam menjalankan usaha : Bagaimana penerapan teknologi informasi dalam mendukung kebutuhan informasi usaha : Bagaimana keadaan sumber daya manusia yang digunakan dalam usaha : Apakah terdapat pengembangan sumber daya manusia dan bagaimana caranya : Sumber modal usaha : Jika sumber modal selain dari sendiri, bagaimana mekanisme dan persyaratan yang ditetapkan pihak pemberi pinjaman : Jika sumber modal dari lembaga keuangan formal, bagaimana pembiayaan dari yang dilakukan oleh lembaga tersebut : Memudahkan Menyulitkan 10. Bagaimana kendala dalam pembiayaan usaha :... Proses Bisnis Rantai Pasok 1. Bagaimana proses pemesanan yang dilakukan oleh pengolah atau mitra : Bagaimana pengaturan siklus produksi padi organik : Faktor yang menentukan siklus produksi : Ukuran pesanan oleh mitra Ditentukan sendiri, tidak hanya berdasarkan kebutuhan mitra

169 Lampiran 6. Lanjutan 4. Bagaimana mekanisme penentuan harga jual produk : Hal apa yang mendasari penentuan harga jual produk : Bagaimana proses pendistribusian produk kepada mitra : Bagaimana aliran informasi dengan mitra serta sebaliknya : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 8. Informasi apa saja yang didistribusikan kepada mitra : Bagaimana aliran finansial dari mitra : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 10. Bagaimana mekanisme pembayaran oleh mitra : Bahan pendukung apa saja dalam produksi beras organik : Dari mana saja pasok bahan pendukung : Apakah terdapat perencanaan kolaboratif dengan mitra ke depannya, apa saja: Apakah terdapat penelitian kolaboratif yang pernah dilakukan, penelitian apa : Bagaimana risiko yang ditanggung, risiko apa saja : Bagaimana cara membangun kepercayaan dalam rantai pasok : Kinerja Rantai Pasok Efisisensi Pemasaran 1. Volume Penjualan : kg satu kali panen 2. Harga Beli (Rp/kg) : 3. Harga Jual (Rp/kg) : 4. Kegiatan apa saja yang dilakukan sejak pembelian bahan baku sampai penjualan : Produksi Penyimpanan Pengangkutan/Transportasi Pengemasan Sortasi dan Grading Promosi Lainnya. Analisis Nilai Tambah 1. Berapa hasil produksi (output) dalam satu kali produksi :...kg 2. Berapa volume bahan baku dalam satu kali produksi :...kg 3. Berapa kali produksi dalam setahun :...kali 4. Apa saja sumber daya energi yang digunakan : Berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap sumber daya energi dalam satu kali produksi : Apa saja bahan baku (material) yang digunakan dalam satukali produksi : Berapa banyak dan biaya setiap bahan baku dalam satu kali produksi : Apa saja dan berapa biaya service dalam satu kali produksi : Rp...

170 Lampiran 7. Kuisioner Penelitian untuk Tani Sejahtera Farm Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik Studi Kasus Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor oleh Prisca Nurmala Sari (H ), Mahasiswa departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tanggal : No. Kuesioner : ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN BERAS ORGANIK Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Umur :. tahun 4. Sifat Usaha : Utama Sampingan 5. Pekerjaan Lainnya :.. 6. Jumlah Tenaga Kerja :..orang Sasaran Rantai Pasok 1. Sasaran pasar beras organik yang Bapak/Ibu jual : Pasar domestik Pasar ekspor 2. Karakteristik grade produk yang dijual : rade., karakteristik... rade., karakteristik... rade., karakteristik Siapakah yang berperan dalam penciptaan grade produk : Keinginan ritel sebagai konsumen seperti apa terhadap produk yang dijual : Bagaimana tren penjualan beras organik : Sasaran pengembangan yang sudah dilakukan bersama dengan mitra di dalam rantai pasok : Sasaran pengembangan yang diharapkan untuk dilakukan bersama dengan mitra : Sasaran pengembangan yang menjadi target atau rencana oleh semua anggota rantai pasok :... Struktur Rantai Pasok 1. Bentuk produk akhir : Bagaimana karakteristik produk : Produk akhir dijual kemana saja : Siapa saja stakeholders yang berperan pada kinerja perusahaan : Bagaimana upaya Anda ketika terdapat keluhan mengenai kualitas produk : Pernahkah produk dikembalikan oleh ritel : Kendala dalam rantai pasok :...

171 Lampiran 7. Lanjutan Manajemen Rantai Pasok 1. Apakah ada kriteria pemilihan petani mitra yang menjual produknya dan bagaimana : Apakah ada kriteria pemilihan ritel sebagai distributor yang menjual produknya dan bagaimana : Apakah terdapat kesepakatan dalam bentuk kontrak dengan pembeli : Ya Tidak 4. Sistem kontrak : Formal Informal 5. Apa saja yang menjadi poin kesepakatan di dalam kontrak baik formal maupun informal dan bagaimana penjelasannya : Bagaimana sistem transaksi yang berlangsung dengan ritel : Bagaimana mekanisme pembayaran : Apakah program pemerintah dapat dirasakan langsung dan bagaimana dampaknya : Bagaimana kolaborasi atau koordinasi antara anggota rantai pasok :... Sumber Daya Rantai Pasok 1. Sumber daya fisik apa saja yang dimiliki dalam mendukung usaha : Bagaimana dukungan infrastruktur yang terdapat di lokasi usaha : Bagaimana penerapan teknologi produksi di dalam menjalankan usaha : Bagaimana penerapan teknologi informasi dalam mendukung kebutuhan informasi usaha : Bagaimana keadaan sumber daya manusia yang digunakan dalam usaha : Apakah terdapat pengembangan sumber daya manusia dan bagaimana caranya : Sumber modal usaha Bapak/Ibu : Sendiri Lembaga Keuangan Informal Lembaga Keuangan Formal Lainnya Proses Bisnis Rantai Pasok 1. Bagaimana siklus pemesanan beras organik : Hal apa yang mendasari dalam menentukan jumlah pemesanan :... Permintaan ritel-ritel Lainnya Apakah terdapat penambahan pesanan kepada petani mitra untuk mengantisipasi peningkatan kuantitas pemesanan oleh ritel secara tiba-tiba : Ya Tidak

172 Lampiran 7. Lanjutan 4. Bagaimana pengaturan siklus produksi beras organik : Faktor yang menentukan siklus produksi : Ukuran pesanan oleh ritel Ditentukan sendiri, tidak hanya berdasarkan kebutuhan ritel 6. Bagaimana proses pemesanan atau pembelian yang dilakukan oleh ritel-ritel : Bagaimana mekanisme penentuan harga jual produk : Hal apa yang mendasari penentuan harga jual produk : Bagaimana aliran produk dari petani mitra : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 10. Bagaimana proses pendistribusian produk kepada ritel : Bagaimana aliran informasi dengan petani mitra serta sebaliknya : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 12. Bagaimana aliran informasi dengan ritel serta sebaliknya : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 13. Informasi apa saja yang didistribusikan kepada petani mitra : Informasi apa saja yang didistribusikan kepada ritel : Bagaimana aliran finansial dari ritel : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 16. Bagaimana mekanisme pembayaran oleh ritel : Bahan pendukung apa saja dalam produksi beras organik : Dari mana saja pasok bahan pendukung : Apakah terdapat perencanaan kolaboratif dengan mitra ke depannya, apa saja: Apakah terdapat penelitian kolaboratif yang pernah dilakukan, penelitian apa : Bagaimana risiko yang ditanggung, risiko apa saja : Bagaimana cara membangun kepercayaan dalam rantai pasok : Apakah produk yang dijual memiliki merek : Ya Tidak 24. Jika ada, apa merek tersebut : Apakah terdapat label sertifikasi organik. Dari mana mendapatkannya : Kinerja Rantai Pasok Efisisensi Pemasaran 1. Volume Penjualan : kg bulan 2. Harga Beli (Rp/kg) : 3. Harga Jual (Rp/kg) : 4. Kegiatan apa saja yang dilakukan sejak pembelian beras organik sampai penjualan : Penggilingan Penyimpanan Pengangkutan/Transportasi Pengemasan Sortasi dan Grading Promosi

173 Lampiran 7. Lanjutan Lainnya. Inventory Turnover 1. Biaya penjualan tahunan tanpa mark up dan diskon : Rp Berapa jumlah beras organik yang berada di dalam gudang per bulan : Berapa nilai total barang yang terdapat di gudang per tahun : Rp... Analisis Nilai Tambah 1. Berapa hasil produksi (output) dalam satu kali produksi :...kg 2. Berapa volume bahan baku dalam satu kali produksi :...kg 3. Berapa kali produksi dalam setahun :...kali 4. Apa saja sumber daya energi yang digunakan : Berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap sumber daya energi dalam satu kali produksi : Apa saja bahan baku (material) yang digunakan dalam satu kali produksi : Berapa banyak dan biaya setiap bahan baku dalam satu kali produksi : Apa saja dan berapa biaya service dalam satu kali produksi : Rp... ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Pengadaan Beras Organik 1. Sebutkan pemasok beras organik dan rata-rata jumlah pasokannya setiap tahun. Harga Beli Pemasok Jumlah Pasokan (Rp/kg) Total 2. Apakah pemasok memasok beras organik selalu tepat sesuai dengan kuantitas yang dipesan perusahaan : Apakah perusahaan memesan beras organik dengan kuantitas yang selalu sama : Ya. Bagaimana jika permintaan kurang atau lebih dari biasanya :... Tidak. Bagaimana mengkomunikasikannya dengan pemasok :

174 Lampiran 7. Lanjutan 4. Berapa lama jangka waktu (lead time) yang dibutuhkan sejak pemesanan hingga beras organik dari pemasok sampai ke gudang perusahaan : Apakah terdapat ketidakpastian jangka waktu pemesanan hingga bahan baku sampai ke gudang perusahaan :... Persediaan Beras Organik 1. Proyeksi permintaan beras organik bulanan pada tahun Bulan Jumlah Kebutuhan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 2. Sebutkan pembeli atau konsumen beras organik serta rata-rata kebutuhannya setiap tahun. Harga Jual Pembeli Jumlah Pesanan (Rp/kg) Total 3. Kondisi permintaan yang dihadapi : Konstan Fluktuatif 4. JIKA KONSTAN : a) Berapa biaya pemesanan setiap pemesanan : Biaya komunikasi : Rp.. Biaya pengiriman : Rp..... Biaya transportasi : Rp. Biaya lainnya : Rp a) Berapa biaya produksi per kg beras : Rp... /kg b) Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per kg beras: JIKA FLUKTUATIF, kebijakan persediaan apa yang diterapkan : Continuous review Periodic review 6. JIKA CONTINUOUS REVIEW, berapa jumlah pemesanan setiap pemesanan : JIKA PERIODIC REVIEW : a) Berapa lama jangka waktu pengecekan persediaan dan pemesanan antara pemesanan yang satu dengan pemesanan selanjutnya :... b) Berapa CSL (Cycle Service Level) yang ditetapkan : Sebutkan rincian biaya produksi dalam satu kali produksi...

175 Lampiran 8. Kuisioner Penelitian untuk Ritel Produk Organik Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik Studi Kasus Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor oleh Prisca Nurmala Sari (H ), Mahasiswa departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tanggal : No. Kuesioner : ANALISIS NETWORK SUPPLY CHAIN BERAS ORGANIK Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Jumlah Tenaga Kerja :..orang 4. Produk yang dijual : Range harga produk :... Sasaran Rantai Pasok 1. Sasaran pasar beras organik yang Bapak/Ibu jual : Pasar domestik Pasar ekspor 2. Daerah dan banyaknya ritel : Karakteristik grade produk yang dijual : Siapakah yang berperan dalam penciptaan grade produk : Karakteristik pelanggan seperti apa (segmentasi pasar) : Keinginan konsumen akhir seperti apa terhadap produk yang dijual : Bagaimana tren penjualan beras organik : Sasaran pengembangan yang sudah dilakukan bersama dengan mitra di dalam rantai pasok : Sasaran pengembangan yang diharapkan untuk dilakukan bersama dengan mitra : Sasaran pengembangan yang menjadi target atau rencana oleh semua anggota rantai pasok :... Struktur Rantai Pasok 1. Bentuk produk akhir : Bagaimana karakteristik produk : Produk akhir dijual kemana saja : Siapa saja stakeholders yang berperan pada kinerja ritel : Apakah terdapat layanan konsumen : Pernahkah kritik dan saran diberikan pelanggan dan apa saja : Bagaimana upaya Anda ketika terdapat keluhan mengenai kualitas produk : Kendala dalam rantai pasok :...

176 Lampiran 8. Lanjutan Manajemen Rantai Pasok 1. Apakah ada kriteria pemilihan mitra yang mendistribusikan produknya dan bagaimana : Apakah terdapat kesepakatan dalam bentuk kontrak dengan pembeli : Ya Tidak 3. Sistem kontrak : Formal Informal 4. Apa saja yang menjadi poin kesepakatan di dalam kontrak baik formal maupun informal dan bagaimana penjelasannya : Bagaimana sistem transaksi yang berlangsung dengan pembeli : Bagaimana mekanisme pembayaran : Apakah program pemerintah dapat dirasakan langsung dan bagaimana dampaknya : Bagaimana kolaborasi atau koordinasi antara anggota rantai pasok :... Sumber Daya Rantai Pasok 1. Sumber daya fisik apa saja yang dimiliki dalam mendukung usaha : Bagaimana dukungan infrastruktur yang terdapat di lokasi usaha : Bagaimana penerapan teknologi produksi di dalam menjalankan usaha : Bagaimana penerapan teknologi informasi dalam mendukung kebutuhan informasi usaha : Bagaimana keadaan sumber daya manusia yang digunakan dalam usaha : Apakah terdapat pengembangan sumber daya manusia dan bagaimana caranya : Sumber modal usaha : Sendiri Lembaga Keuangan Informal Lembaga Keuangan Formal Lainnya Proses Bisnis Rantai Pasok 1. Bagaimana siklus pemesanan beras organik : Hal apa yang mendasari dalam menentukan jumlah pemesanan :... Permintaan konsumen akhir Lainnya Apakah terdapat penambahan pesanan kepada Tani Sejahtera Farm untuk mengantisipasi peningkatan kuantitas pemesanan oleh ritel secara tiba-tiba : Ya Tidak 4. Bagaimana proses konsumen membeli atau memesan produk : Bagaimana mekanisme penentuan harga jual produk : Hal apa yang mendasari penentuan harga jual produk : Bagaimana aliran produk kepada konsumen :... Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 8. Bagaimana proses pendistribusian produk kepada outlet lainnya :...

177 Lampiran 8. Lanjutan 9. Bagaimana aliran informasi dengan mitra serta sebaliknya : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 10. Informasi apa saja yang didistribusikan kepada Tani Sejahtera Farm : Informasi apa saja yang didistribusikan kepada konsumen : Bagaimana aliran finansial dari konsumen : Lancar Kurang Lancar Tidak Lancar 13. Bagaimana mekanisme pembayaran oleh konsumen : Bahan pendukung apa saja dalam produksi beras organik : Dari mana saja pasok bahan pendukung : Apakah terdapat perencanaan kolaboratif dengan mitra ke depannya, apa saja: Apakah terdapat penelitian kolaboratif yang pernah dilakukan, penelitian apa : Bagaimana risiko yang ditanggung, risiko apa saja : Bagaimana cara membangun kepercayaan dalam rantai pasok : Apakah produk yang dijual memiliki merek : Ya Tidak 21. Jika ada, apa dan ada berapa merek produk : Apakah terdapat label sertifikasi organik. Dari mana mendapatkannya :... Kinerja Rantai Pasok Efisisensi Pemasaran 1. Volume Penjualan : kg bulan 2. Harga Beli (Rp/kg) : 3. Harga Jual (Rp/kg) : 4. Kegiatan apa saja yang dilakukan sejak pembelian beras organik sampai penjualan : Pengolahan Penyimpanan Pengangkutan/Transportasi Pengemasan Sortasi dan Grading Promosi Lainnya. Analisis Nilai Tambah 1. Berapa hasil produksi (output) dalam satu kali produksi :...kg 2. Berapa volume bahan baku dalam satu kali produksi :...kg 3. Berapa kali produksi dalam setahun :...kali 4. Apa saja sumber daya energi yang digunakan : Berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap sumber daya energi dalam satu kali produksi : Apa saja bahan baku (material) yang digunakan dalam satukali produksi : Berapa banyak dan biaya setiap bahan baku dalam satu kali produksi : Apa saja dan berapa biaya service dalam satu kali produksi : Rp...

178 Lampiran 9. Dokumentasi Lahan dan Aktivitas Petani Mitra

179 Lampiran 10. Dokumentasi Gudang, Kantor, dan Kemasan Tani Sejahtera Farm

180 Lampiran 11. Dokumentasi Ritel Produk Organik dan Kemasan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Beras Organik

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Beras Organik II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Beras Organik Saat ini, beras sudah tidak lagi menjadi produk yang berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan pangan manusia. Sudah berkembang beras organik yang memiliki

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Manajemen Rantai Pasok MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Prisca Nurmala Sari 1) dan Rita Nurmalina 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara luas Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), negara agraris adalah negara dengan sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis pertanian padi organik dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Analisis lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup, dan hubungan di antara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi

Lebih terperinci

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Skripsi S1, Oleh: Afridha Rahman, Pembimbing: Dr.Ir. Nofialdi, M.Si dan Rina Sari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR Oleh: SANTI ROSITA A14304026 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas beras memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian dan menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK 6.1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan rantai yang ingin dicapai dalam rantai pasok. Elemen ini menjelaskan apa yang menjadi tujuan rantai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 1) PEMASYARAKATAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 2) Suhartini Abstrak Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pertanian Organik Revolusi hijau di Indonesia yang dikenal dengan swasembada pangan ternyata memberikan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci