BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data-data dan sebagian besar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data-data dan sebagian besar"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis data-data dan sebagian besar merupakan teori dari Michael A. K. Halliday dan Gerot & Wignel. 2.1 Tata Bahasa Fungsional (Functional Grammar) Secara umum, tata bahasa fungsional menjelaskan susunan bahasa alamiah dari segi fungsionalitasnya. Karena hal itulah, maka pengembangan teori ini memusatkan perhatiannya pada tiga hal yang saling berkait, yaitu 1. fungsionalitas bahasa alamiah, 2. fungsionalitas relasi yang terjadi pada berbagai tingkatan susunan tata bahasa, dan 3. sasaran yang ingin dicapai, yaitu keterpakaian teori ini sebagai alat analisis atas berbagai aspek bahasa dan pemakaian bahasa. Tata Bahasa Fungsional (Functional Grammar) sebenarnya adalah nama sekumpulan teori linguistik yang secara umum dapat digolongkan ke dalam linguistik fungsional (linguistic functionalism), termasuk di dalamnya functional discourse grammar yang dikembangkan oleh linguis Belanda Simon Dik dan systemic functional grammar yang dikembangkan oleh linguis Inggris Michael A. K. Halliday. Tata bahasa fungsional merupakan linguistik modern. Tatabahasa fungsional juga merupakan instrumen simbolik yang digunakan untuk tujuan berkomunikasi. Seperti yang dijelaskan oleh Halliday, Systemic functional refers 6

2 7 to the view of language as a network of systems, or interrelated sets of options for making meaning refers to view that language is as it is because of what it has evolved to do (Halliday:1985). Tata bahasa ini tak hanya berkonsentrasi kepada struktur bahasa namun juga pada cara bagaimana struktur tersebut menyusun makna dan bagaimana makna tersebut direalisasikan. Functional grammars view language as a resource for making meaning. These grammar attempt to describe language in actual use and so focus on texts and their context (Gerot and Wignell 1994:6). Tata bahasa fungsional melihat suatu bahasa sebagai sumber yang memberikan makna dan mendeskripsikan bahasa dalam penggunaan yang nyata dan lebih berfokus pada teks dan konteks. Bloor (2004) juga menambahkan bahwa, semua bahasa yang kita gunakan adalah sistematik dan alasan kita mengungkapkan bahasa dengan cara tertentu adalah hasil dari sebuah pilihan sadar atau tidak sadar. Pilihan itulah yang mengandung sistem yang terdiri oleh struktur dan memungkinkan kita menciptakan makna tidak terbatas. Every linguistic choice we make is systematic, and the reason we say something in a certain way is the result of a choice, albeit unconcious. Such choices are made from a set of systems containing structures, allowing us unlimited ways of creating meaning (Bloor and Bloor,2004). Adapun menurut Halliday dan Matthiessen, Language is used to express meanings and perform various function in different context and situation of our daily lives. If grammar is the way in which a language is organised (Butt et al, 2000), Systemic Functional Grammar attempts to explain and describe the organisation of the meaning-making resources (Halliday and Matthiessen,2004). Bahasa itu digunakan untuk mengekspresikan makna dan menampilkan berbagai macam fungsi dalam konteks dan situasi yang berbeda. Apabila tata

3 8 bahasa adalah cara bagaimana bahasa terorganisir, tata bahasa fungsional adalah upaya untuk menjelaskan dan mendeskripsikan penyusunan meaning-making resources. Halliday (1985: xiii) berpendapat bahwa It is functional in three distinct although closely related senses: in its interpretation (1) of texts, (2) of the system, and (3) of the elements of linguistics structures (Halliday, 1985). Pendapat Halliday ini menjelaskan bahwa konsep dasar dari tata bahasa fungsional grammar adalah fungsi dari suatu bahasa.terdapat tiga pembagian fungsi di dalam suatu bahasa pada tatabahasa fungsional ini, yaitu: 1. Fungsi bagaimana bahasa itu digunakan dalam suatu teks baik itu yang tertulis atau yang diucapkan. 2. Sistem dari komponen-komponen dasar dari suatu makna adalah komponen-komponen fungsionalnya. 3. Setiap elemen di dalam suatu bahasa dijelaskan oleh maksud dari fungsi elemen itu sendiri dalam sistem linguistik- klausa klausanya, frasa-frasanya, dan seterusnya. Seperti yang dikemukakan oleh Halliday dalam bukunya yang berjudul An Introductional to functional grammar (1985), Functional grammar is one that construes all the units of the language its clause, phrases, and so on as organics configurations of functions (Halliday, 1985). Tata bahasa fungsional adalah sistem yang menguraikan semua unit bahasa yaitu mulai dari klausa, phrasa dan sebagainya sebagai suatu susunan fungsi yang organis.

4 9 2.2 Metafunction Thompson menjelaskan bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa itu berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan beberapa tujuan; yaitu untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain, untuk memberikan informasi yang orang lain tidak ketahui, untuk menjelaskan sikap dan perilaku kita sendiri atau membuat orang melakukan sesuatu dan sebagainya. Human beings are social creatures that interact with other using language rather in spoken or written form. When people interact with others they attempt to use language to convey some purposes; they may want to influence other s attitude or behavior, to provide information that the other do not know, to explain their own attitudes or behavior, to get person to take some actions, and so on (Geoff Thompson 1996). Halliday (2004) menganalisis klausa dari tiga jenis perspektif atau kelompok yang berbeda berdasarkan fungsionalitasnya. Pada perspektif atau kelompok terdapat komponen-komponen berbeda yang saling berkaitan satu sama lain yang dapat membentuk makna dalam suatu bahasa. Language has three different metafunction of meanings (Halliday and Matthiessen 2004) bahwa bahasa memiliki tiga metafungsi makna yang biasanya disebut dengan fungsi. Ketiga perspektif inilah yang dikenal sebagai metafunction. Halliday membagi konsep metafunction. Halliday (1975) membagi konsep metafunction menjadi tiga bagian utama, yaitu fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual. Ketiga jenis metafunction yang terdiri atas fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual tersebut tergambar pada struktur tataran klausa.

5 10 Halliday (1975) juga mengungkapkan bahwa, saat seseorang menggunakan bahasa, ada tiga kemungkinan arti yang akan disadari; pertama, bahasa digunakkan untuk berbicara tentang pengalaman, imajinasi dan mendeskripsikan kejadian atau situasi. Kedua, bahasa digunakan untuk berinteraksi, menjalin hubungan, mengekspresikan sikap dan untuk memberikan opini. Ketiga, bahasa digunakan untuk mengorganisir pesan yang sesuai dengan konteks. Hal ini diungkapkan oleh Halliday (1975), When a person uses language, there are three possible meaning that will be realized; first, language is to talk about the experience, the imagination and the description of an event or situation. Second, language is used to interact, to preserve relationships, to express attitudes, and to give an opinion. Third, the language used to organize message which appropriate to the context. (Halliday, 1975) Ketiga makna tersebut disebut metafunction yaitu Ideational Meaning (sumber daya untuk menafsirkan pengalaman kita tentang dunia), Interpersonal Meaning (sumber daya untuk menjaga hubungan social), dan Textual Meaning (sumber daya untuk mengelola informasi sebagai perantara untuk berinteraksi). Alice dan J.R Martin (2004) mengungkapkan, Those three kinds of meaning are called Metafunction which comprise three functions or strands of meaning; they are respectively Ideational Meaning (the resources for construing our experience of the world), Interpersonal Meaning (the resources for enacting our social relations), and Textual Meaning (the resources for managing the flow of information as we interact) Hal ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: (1). I caught the first ball Theme Rheme Subject Actor Tabel 2.1 Metafunction

6 11 Dari ilustrasi tabel di atas, Halliday berpendapat bahwa ketika elemen I berfungsi sebagai Theme dalam analisis textual meaning (klausa sebagai pesan) maka caught the first ball disini disebut sebagai Rheme. Sedangkan, pada Interpersonal meaning (klausa sebagai pertukaran) I berfungsi sebagai Subject dan sebagai Actor pada Ideational meaning (klausa sebagai representasi). Where the element I functions as Theme in the analysis of textual meaning (clause as a message) and caught the first ball is as Rheme. In the interpersonal meaning (Interpersonal meaning) it functions as Subject and as an Actor in the ideational meaning (clause as exchange and presentation / representation) (M.A.K Halliday 1999). Sebagai keseluruhan, ada tiga fungsi pembeda dalam klausa: tema, subjek, dan aktor. Setiap bagian membentuk bagian-bagian konfigurasi fungsional yang berbeda dan menyusun untaian yang terpisah pada keseluruhan makna klausa. Tema dalam struktur klausa berfungsi sebagai pesan, sebuah kuantum informasi. Tema merupakan titik awal untuk sebuah pesan; subjek berfungsi sebagai pertukaran, sebuah transaksi antara penutur dan pendengar. Subjek merupakan unsur penutur membuat tanggung jawab untuk validitas tentang apa yang sedang dikatakan; sedangkan aktor berfungsi sebagai representasi beberapa proses dalam pengalaman manusia secara terus menerus. Aktor merupakan unsur penutur yang berperan sebagai seseorang yang melakukan perbuatan. 2.3 Interpersonal Meaning Menurut Halliday, interpersonal meaning dapat diartikan sebagai ekspresi sikap, penilaian, personalitas pembicara saat berbicara. Interpersonal Meanings are meanings which express a speaker s attitudes and judgments and personality

7 12 which enable speaker participates in the speech situation (M.A.K Haliiday 1975). Interpersonal meaning itu bisa diartikan sebagai ekspresi sikap, penilaian, personalitas pembicara saat berbicara. Interpersonal meaning terdiri dari tiga area komponen yaitu: lawan bicara, jarak sosial dan sosial status. Fungsi Interpersonal meaning juga berhubungan dengan aktivitas yang dipimpin diantara pembicara, atau penulis dan pendengar atau penulis dan pendengar di dalam interaksi yang sebagian besar ditentukan oleh mood system. Interpersonal Meaning relates to the aspects of tenor which comprises three component areas: the interlocutor s persona, social distance, and relative social status. (Linda Gerot and Peter Wignell 1994). Interpersonal function refers to the activity that conducted between speaker, or writer and audience in interaction which is largely determined by the mood system. (M.A.K. Halliday 1994). Interpersonal meaning juga berfungsi untuk memberikan makna terhadap context yang dikandungnya atau context yang mengikutinya (Gerot & Wignell, 1994:102). Context tersebut berada dalam tataran klausa dan klausa kompleks. Menurut Halliday, Cutting across this basic distinction between giving and demanding is another distinction, equally fundamental, that relates to the nature of the commodity being exchanged. This may be either (a) goods and services, or (b) information. Halliday (1985: 68). Linguis menambahkan bahwa interpersonal meaning ini fokus pada analisis proses dialog yang pada dasarnya interaktif dan kolaboratif. The interpersonal focus on the dialogue analysis which is essentially interactive and collaborative process (J. R. Martin, Christian M. I. M Matthiessen and Clare Painter 1997). Sebagai contoh, jika pembicara meminta barang maka lawan bicara

8 13 diminta untuk memberikan barang tersebut, jika pembicara memberikan informasi maka lawan bicara diminta untuk menerima informasi tersebut, dalam bukunya, Halliday juga memberikan penjelasan secara rinci dalam berbentuk tabel yang berisi penjelasan mengenai Interpersonal meaning beserta contohnya, berikut contoh: Role in Exchange (a) goods and services Commodity Exchange (b) information (i) giving (ii) demanding offer: "Would you like this teapot?" command: "Give me that teapot!" statement: "He's giving her the teapot question: "What is he giving her?" Tabel 2.2 Interpersonal meaning Interpersonal meaning terdiri dari 2 bagian yang melibatkan speech role (peran), dan commodity (komoditas) dapat disimpulkan pada tabel kutipan dari Halliday (1985:68) yang ada di atas, role in exchange terdiri dari giving yang berisi offer yang merupakan bagian dari commodity exchange pada good and services dan information yang merupakan bagian dari information pada commodity exchange. Demanding yang merupakan bagian dari role in exchange berisi command yang merupakan bagian dari good and services pada commodity exchange dan question yang merupakan bagian dari information yang merupakan commodity exchange. Selain itu, Gerot dan Wignell juga berpendapat bahwa tindakan ini direalisasikan kedalam suatu susunan kata yang disebut Mood dan Modality. Makna ini termasuk kedalam tenor didalam discourse. These are meaning for acting upon and with others which are realized in

9 14 wording that is called Mood and Modality. Meanings of this kind are most centrally influenced by tenor of discourse (Linda Gerrot and Wignell 1994). Interpersonal meaning adalah klausa yang memunculkan makna-makna dari hubungan social participant yang berada di dalam klausa. Makna-makna tersebut dapat disebut dengan interpersonal meaning atau dalam lexicogrammar makna-makna tersebut disebut dengan mood (Gerot & Wignel, 1994:22). Maknamakna tersebut muncul ketika ada hubungan yang dilakukan oleh participant 1 dengan participant 2 (Gerot & Wignell, 1994:22). Pada buku Making Sense of Functional Grammar yang ditulis Linda Gerot dan Peter Wignell pada tahun 1994, Interpersonal meaning berhubungan dengan fungsi sosial bahasa yang mengungkapkan penilaian pembicara dan sikap pembicara. Interpersonal meaning is related to social function of language which expresses speaker s judgments and attitudes. (Linda Gerot and Peter Wignell 1994) Analisis pada Interpersonal Meaning dapat diilustrasikan sebagai berikut: (2) Yanti buys a book Yanti Buys a book Subject Finite/Predicator Complement Tabel 2.3 Contoh (2) (3) The special order may come tomorrow The special order May Come Tomorrow Subject Finite Predicator Complement Tabel 2.4 Contoh (3)

10 Modus (Mood) Mood merupakan sistem dari analisis Interpersonal meaning yang berfokus pada Subject, Finite, Predicator, Complement, dan Adjuncts. Subject direalisasikan oleh nominal group, sedangkan Finite direalisasikan oleh verbal group. Teori yang mengungkap tentang mood system salah satunya ialah It is defined that the mood as the interpersonal, since there is an exchange in the dialogue in the mood system (Halliday 2004). Modus adalah bagian dari klausa yang menopang argumen yang tidak dapat hilang saat tanggapan pembicara mengambil bagian di dalam percakapan menurut J. R. Martin, Christian M. I. M Matthiessen and Clare Painter. Mood is part of the clause carrying the argument that cannot disappear when the responding speaker takes up his/her position. (Matthiessen, 1997) (Halliday and Mathiessen, 2004) juga mengungkapkan, modus atau dalam bahasa Inggris disebut mood, terrmasuk ke dalam jenis metafunction interpersonal dan merupakan sumber gramatikal yang mewujudkan fungsi di dalam dialog. Eggins menjelaskan bahwa dalam interpersonal metafunction, satu hal yang kita lakukan dalam fungsi ini adalah dengan membangun hubungan diantara kita, yaitu diantara orang yang berbicara sekarang dan dengan orang yang mungkin akan berbicara nanti. Untuk membangun hubungan itu, kita saling bergantian dalam berbicara dan saling bertukar peran yang berbeda. In the Interpersonal Metafunction, one of the things we are doing with it is establishing a relationship between us: between the person speaking now and the person who will probably speak next (Suznne Eggins, 2004).

11 16 Mood termasuk kedalam interpersonal meaning yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan sikap dan penilaian terhadap isu atau pengalaman tertentu dan mempertahankan interaksi antara pengguna bahasa. In the Interpersonal Metafunction, one of the things we are doing with it is establishing a relationship between us: between the person speaking now and the person who will probably speak next (Suznne Eggins, 2004). Gerot and Wignell dalam bukunya menjelaskan bahwa ketika pembicara memberikan informasi, berarti dia mengundang kita untuk menerima informasi itu, begitu juga ketika pembicara menawarkan sesuatu kepada kita, berarti pembicara tersebut mengundang kita untuk menerima barang atau pelayanan tersebut. Atau pula apabila dia meminta informasi dari kita, maka kita harus memberi informasi tersebut dan jika dia meminta barang atau pelayanan dari kita, maka dengan demikian kita diundang untuk memberikan pelayanan atau menyediakan barang untuk mereka. If a speaker gives you information, as we are trying to do now, he or she is inherently inviting you to receive that information. If as speaker he or she offers you some goods or or some service, the speaker is inherently inviting you to receive those goods and service. Or if he or she demands information of you, inherently you are invited to give that information. And if she or he demands some goods or services of you (oh, scratch myback just there please), you are thereby invited to render that services or provide the goods. (Gerot and Wignell 1994) The basic speech roles we can take on are: giving and demanding. Giving means inviting to receive, and demanding means inviting to give (M.A.K Halliday, 1994). Menurut Halliday, hal dasar dalam peran berbicara yang bisa kita lakukan adalah memberi dan menuntut. Memberi berarti mengundang untuk menerima, dan menuntut berarti mengundang untuk memberikan.

12 17 Modus atau yang di dalam bahasa inggris disebut mood, mempunyai dua elemen yaitu, 1. Subject, yang merupakan nominal grup, dan 2. Finite, yang merupakan operator dan merupakan grup verbal. Modus termasuk kedalam interpersonal meaning yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan sikap dan penilaian terhadap isu atau pengalaman tertentu dan mempertahankan interaksi antara pengguna bahasa. Hal ini diungkapkan Halliday (1985) bahwa, Mood consists of two parts: 1. the Subject, which is a nominal group, and 2. the finite element, which is part of a verbal group. Mood memiliki dua jenis, yakni indikatif (indicative) dan imperatif (imperative) mood. Mood indikatif direalisasikan oleh Subject dan Finite, dan kedua elemen tersebut merefleksikan deklaratif (declarative) atau pernyataan dan interogatif (interogative) atau pertanyaan. (Gerot & Wignell : 38). Sedangkan dalam mood imperatif (imperative), elemen Mood bisa berisi Subject dan Finite, hanya Subjek, hanya Finite, atau bahkan tidak memiliki elemen Mood sama sekali. (Gerot & Wignell 1994:42). Realisasi dari mood imperatif ini ialah berupa perintah (command) dan tawaran (offer) Unsur-unsur Modus (Constituents of Mood) a. Subjek (Subject) Subject adalah elemen yang diklaim memiliki validitas yang menonjol, yang berfungsi untuk merealisasikan sesuatu dengan menegaskan bagian mana yang proposisinya bisa ditegaskan atau dibantah. Seperti yang dikatakan Halliday pada teorinya Subject is an element which the assertion is claimed to have validity, that it functions to realize the thing by reference to which the proposition can be affirmed or denied (M.A.K Halliday, 1994).

13 18 Gerot dan Wignell juga menjelaskan bahwa subject adalah pembicara yang bertukar informasi, seseorang atau sesuatu yang bertanggung jawab untuk menjamin aksi yang dilakukan dan tidak dilakukan saat bertukar jasa dan barang. The Subject is that upon which the speaker rests his case in exchanges information, and the one responsible for insuring that prescribed action is or is not carried out in exchanges of goods and services (Gerot and Wignell, 1994). Lalu Gerot dan Wignell memberikan contoh menggunakan mood tag dalam mengetahui subject sebagai berikut: (4) Pandas eat bamboo (don t they) (5) I ll make some toast (shall I) (6) Turn that radio down (will you) Pandas, I, and you are the ones on which the validity of the information is made to rest in each clause in turn. Note that validity doesn t equal truth value; in Turkeys eat bamboo turkey is subject, even though the statement is untrue. (Gerot and Wignell, 1994) Menurut penjelasan yang diberikan Gerot dan Wignel pada teorinya, kata Pandas I dan you adalah subject karena kata tersebut merupakan sesuatu yang validitas informasinya sudah menonjol. Tetapi validitas tersebut tidak menjamin kebenarannya. Contoh pada turkeys eat bamboo, subject nya di sini adalah turkey walaupun pernyataan tersebut tidak benar. The principle of responsibility can be seen easily in a proposal, where the subject specifies the one that is actually responsible for realizing the offer or command. It can be exemplified in I ll open the gate, shall I? (Offer), the opening depends on me. In Stop shouting, you over there! (Command), it is desist for you or otherwise. The Subject of an offer is the speaker itself while that of command is the person being addressed (M.A.K Halliday 1994). Subjek merupakan penanggung jawab untuk merealisiasikan suatu perintah

14 19 atau penawaran. Hal tersebut bisa dilihat dalam contoh I ll open the gate, shall I? (offer), pembukaan tersebut tergantung kepada saya. Pada klausa Stop shouting, you over there! (command), hal ini berlaku untuk kamu atau sebaliknya. Subjek dari tawaran itu adalah speaker itu sendiri, sedangkan pada perintah subject nya adalah seseorang yg ditujukan itu. It provides the person or thing who responsible for the success of the proposal and for functioning of the clause as an interactive event (Suznne Eggins, 2004). Subject terdiri atas orang atau sesuatu yang bertanggung jawab atas keberhasilan pengutaraan dan berfungsi untuk klausa sebagai interactive event. The other part of the classical definition of the Subject, that noun or pronoun which is in the nominative case, is even more restricted, since the only words in English which display case are I, we, he, she and they (and in formal language also who). (Halliday, 2004). Penjelasan lain mengenai subject menurut Halliday adalah bahwa subject merupakan noun atau pronoun yang merupakan hal yang bersifat nomina, lebih jelasnya lagi, satu-satunya kata-kata di dalam Bahasa Inggris yang memperlihatkan kasus adalah are I, we, he, she dan they (dan pada bahasa formal juga menjelaskan siapa). b. Finit (Finite) Finite adalah elemen modus lain yang membuat preposisi menjadi jelas dan menjadikan finite lebih sederhana untuk dibuktikan. Finite is another mood element which makes the proposition definite, to bring the proposition down to earth that we can argue about it. (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004). Finite, memperlihatkan waktu berbicara, baik secara gramatikal yang baik yang disebut primary dan modality. Primary tense berbicara baik kejadian lampau, kejadian

15 20 sekarang atau kejadian di masa depan, namun modality berbicara mengenai pendapat atau kewajiban pembicara. Finite, shows the time of speaking and the judgment of speakers which in grammatical term respectively called primary tense and modality. Primary tense tells whether past, present, or future, at the time of speaking, while modality tells the speaker s judgment of the probability or obligation. (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004) Finite dalam bahasa Indonesia disebut finit, dibagi menjadi dua yaitu finite verbal operator temporal dan modal operator untuk membatasi keleluasaan cara berbicara melalui mood tag. Seperti yang disebutkan oleh Halliday bahwa bahwa temporal finites itu menyanggah atau mengalokasikan proposisi dengan mengacu pada waktu, memberikan period finite yang lalu, sekarang atau yang akan datang. Thus finite can be expressed by means of temporal and modal operator. Temporal Finites anchor the proposition by reference to time, they give tense to the Finite-either past, present or future (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004). modals finites: Halliday lebih lanjut memberikan contoh mengenai temporary finites dan Temporal Finites Positives Negative Past Present Future Did, was, had, Does, is, Will, shall, used to Has would, should Didn t, wasn t, hadn t, didn t +used to Doesn t, isn t, hasn t Won t, shan t, wouldn t, shouldn t Tabel 2.5 Temporal Finites Sementara itu, Finite Modal Operators menyanggah proposisi bukan melalui acuan waktu, melainkan melalui modality.

16 21 Contoh (7): Henry James could write. Modal operators Positive Negative Low Medium High Can, may, Will, would, could, might should, is/was to (dare) Needn t, doesn t/didn t + need to, have to Won t, wouldn t, shouldn t, (isn t/wasn t to) Tabel 2.6 Modal Operators Must, ought to, need, has/had to Mustn t, oughtn t to, cant, couldn t, (mayn t, hasn t/hadn t to) The Mood is the element that realizes the selection of mood in the clause. It has sometimes been called the Modal element; but the difficulty with this is that the term modal is ambiguous, since it corresponds both to mood and to modality. (Halliday, 2004) Halliday menjelaskan bahwa mood adalah elemen yang menyadari pemilihan mood di dalam klausa. Elemen mood tersebut kadang disebut elemen Modal : akan tetapi, kesulitan pada elemen modal adalah ambigu, selama hal tersebut tersampaikan baik pada mood atau pada modality. Finite verbal operators juga memiliki kebalikan yang bersifat negatif, seperti yang disebutkan oleh Halliday, As well as expressing primary tense and modality, finite element also realize polarity feature which provide choices between positive and negative. Each of operators appears in both positive and negative form: did/didn t, can/can t and so on (M.A.K Halliday, 1994). Elemen finite juga mereleasasikan ciri polarity yang menyajikan pilihan antara positif dan negatif. Masing- masing operators bisa muncul dalam kedua bentuk negatif dan positif seperti did/didn t, can/can t, dan seterusnya. Dalam situasi tertentu elemen finite dan verba leksikal kadang-kadang melebur. Halliday memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai finite yang melebur.

17 22 Primary tense means past, present or future at the moment of speaking; it is time relative to now. A proposition may become arguable through being located in time by reference to the speech event. (There is no primary tense in proposals). Modality means likely or unlikely (if a proposition), desirable or undesirable (if a proposal). A proposition or proposal may become arguable through being assessed in terms of the degree of probability or obligation that is associated with it. (Halliday, 2004) Penjelasan lebih lanjut mengenai primary tense dan modality dijelaskan oleh Halliday melalui bukunya bahwa Primary tense berarti past, present atau future pada saat berbicara; Hal tersebut berarti berhubungan dengan waktu sekarang. Sebuah proposisi dapat menjadi diperdebatkan melalui lokasi yang berhubungan waktu dengan mengacu pada acara pidato. Modality merupakan kemungkinan atau ketidakmungkinan (jika merupakan sebuah preposisi), diinginkan atau tidak diinginkan (jika merupakan sebuah usul). Sebuah persoalan atau sebuah usul berkemungkinan bisa diperdebatkan melalui hal yang dinilai dari segi tingkat probabilitas atau kewajiban yang terkait dengan itu. In a certain situation finite elements and lexical verb are sometimes fused. First is in simple past or simple present for example: ate is the fusion of did eat, and eats is the fusion of does eat. Secondly is in active voice they do eat pizza Third is in positive polarity, for example: they go (they do go). And the last is in Neutral Contrast, for example: go away (do go away) (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004). Pada situasi tertentu, perpaduan antara lexical verb dan finite element terjadi. Pertama, saat verba dalam posisi simple past atau simple present, contohnya pada kata: ate adalah peleburan dari kata did eat, dan eats adalah peleburan dari kata does eat. Kedua, pada kalimat aktif they do eat pizza, yang ketiga adalah pada positive polarity, contohnya: they go (they do go). Dan yang terakhir adalah neutral contrast, contohnya: go away (do go away).

18 23 Halliday menjelaskan dalam teorinya bahwa penyatuan pada finite element dan lexical verb bisa menjadi lebih jelas apabila ditambah dengan mood tag, This fusion of the finite element and lexical verb becomes clear when we add the mood tag (M.A.K Halliday, 1994). Lebih lanjut, Halliday memberikan contoh sebagai berikut: (8) Rudi Speaks English doesn t he? Subject Predicator Complement Finite Subject Mood Residue Mood Tag Tabel 2.7 Contoh (8) Contoh di atas menjelaskan bahwa mood tag, elemen finite lebih bisa terlihat jelas dan hal ini juga berguna untuk membatasi penggunaan kalimat yang berlebihan. Seperti contoh pada kalimat berikut ini berdasarkan teori Gerot dan Wignell: (9) A panda eats bamboo, doesn t it? (10) The orchestra played well, didn t it? (11) Pandas have big feet, don t they? Kalimat negatif biasanya ditandai dengan kata not yang menempel pada finite kecuali kata may dalam bentuk negatif yaitu mayn t. Menurut Halliday, In a negative clause, the negative is usually separated such as, may not, used not to. In this case, not can be analyzed as part of the residue (M.A.K Halliday, 1994). Halliday menjelaskan bahwa dalam klausa negatif, biasanya bentuk negatif tersebut terpisah seperti halnya, may not, used not to Tipe Modus ( Types of Mood)

19 24 Mood dibagi menjadi dua bagian, imperative mood dan indicative mood, indicative dibagi menjadi dua bagian juga yaitu declarative dan interrogative seperti yang dikatakan J. R. Martin, Christian M. I. M Matthiessen and Clare Painter di dalam bukunya yang berjudul Working with functional grammar. Mood is divided into two parts, the imperative mood and the indicative mood, which the indicative mood is differentated into two types of moods, declarative and interrogative (J. R. Martin, Christian M. I. M Matthiessen and Clare Painter 1997). Berikut ilustrasi mengenai tipe mood: Declarative Polarity Indicative Interrogative WH Mood Imperative Gambar. 2.1 Tipe Modus a. Declarative Mood Halliday (1994) mengungkapkan bahwa memberikan informasi seringkali memakai bentuk statement atau declarative dengan bentuk Subject-Finite. The giving of information often takes the form of a statement / a declarative with the order Subject-Finite. (Halliday, 1994). Declarative mood merupakan tipe mood yang terdiri dari elemen Subject + Finite (F). Finit juga adalah bagian dari verbal grup yang diikuti oleh predicator seperti yang digambarkan pada tabel dibawah ini, berikut contoh: (12) You put it there.

20 25 You put it there Subject Finite Predicator Complement Adjunct Mood Residue Tabel 2.8 Contoh (12) Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa kata put mempunyai dua elemen yaitu finite dan predicator. Finite yang ada di kata put berfungsi sebagai operator yang menunjukkan verb atau predicator dan juga menunjukkan tense. Tense berfungsi menunjukan waktu dalam kalimat tersebut yaitu do. Do merupakan finite yang terimplikasi dari kata put karena subjek dalam kalimat tersebut you dan kalimat tersebut bersifat simple present. b. Interrogative Mood Linda Gerot (1994) dalam buku nya yang berjudul Making Sense of Functional Grammar mengungkapkan bahwa menuntut informasi diekspresikan dengan sebuah pertanyaan yang direalisasikan oleh sebuah interrogative. The demanding of information is expressed by a question realized by an interrogative. Ada dua tipe interrogative mood, yang pertama interrogative mood polar dan interrogative mood Wh- seperti yang diungkapkan Halliday (1994) bahwa Bahasa Inggris memperkenalkan dua struktur utama untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan Polar interrogatives (yes/no questions) atau Whinterrogatives (pertanyaan menggunakan who, what, which, where, when, why dan how). English offers two main structures for asking questions: Polar interrogatives (yes/no questions) or Wh-interrogatives (questions using who, what, which, where, when, why and how) (Halliday, 1994). Sebagai contoh:

21 26 (13) Would you like some biscuits? Would you like some biscuits? Finite Subject Predicator Complement Mood Residue Tabel 2.9 Contoh (13) Pada strukturnya pula dijelaskan oleh Linda Gerot & Peter Wignel (1994) pengaturan finite mendahului subject, mewujudkan polar atau yes/no interrogative. The order finite precedes subject, realizes polar or yes/no interrogative. (Gerot & Wignel, 1994). Seperti pada contoh di atas, kalimat diawali dengan finite lalu diikuti subject. (14) Who did Ricardo kill? Who did Ricardo kill? Wh-Complement Finite Subject Predicator Mood Residue Tabel 2.10 Contoh (14) Pada di atas, kalimat diawali dengan Wh-complement karena Whcomplement tersebut menggantikan kedudukan subject. Halliday menjelaskan lebih lanjut mengenai Wh-question bahwa di sisi lain fungsi wh-question untuk menentukan sesuatu yang pertanyaan harapkan sudah disediakan. Elemen whselalu digabungkan dengan satu atau tiga lain nya subject, complement atau adjunct. Jika wh-digabungkan dengan subject, wh- tersebut merupakan mood element, wh-

22 27 tersebut harus merupakan Subject^finite. In other hand wh-interrogatives function to determine something that the question wishes to have supplied. The Wh- element is always conflated with one or another three functions subject, complement or adjunct. If it is conflated with the subject, it is part of the mood element, it must be Subject^finite. (Halliday 2004) Who, is as the subject in part of the mood element. If in other hand the whelement is conflated with complement or adjunct it is part of the residue, the finite preceding the subject. Look at the example below. (Halliday, 2004) Melalui contoh di bawah, Halliday menjelaskan bahwa who sebagai subject yang merupakan bagian dari elemen mood. Jika di sisi lain elemen wh- digabungkan dengan complement atau adjunct, maka wh- merupakan bagian dari residue, finite mendahului subject. Perhatikan contoh di bawah. Contoh (15): who killed Cock Robin? Who Killed Cock Robin Wh-Subject Finite Predicator Complement Mood Residue Tabel 2.11 Contoh (15) c. Imperative Mood Imperative mood adalah modus untuk menukarkan barang dan jasa, subjeknya adalah you atau me atau you and me. The imperative is the mood for exchanging goods and services, its subject is you or me or you and me. (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004). Halliday (2004) dalam buku nya

23 28 memberikan penjelasan mengenai imperative mood, In the imperative, the mood element may consist of subject only (you), finite only (do, don t), or finite followed by subject (don t you), but there always be a predicator. They can be followed by mood tag (will you, won t you) to show that the clause is finite. (M.A.K Halliday and Matthiesen, 2004) Pada imperative, elemen mood berkemungkinan hanya terdiri dari subject saja (you), finit saja (do, don t), atau finite yang diikuti oleh subjek (don t you), akan tetapi akan selalu ada predicator. Imperative dapat diikuti dengan mood tag (will you, won t you) untuk memperlihatkan bahwa klausa tersebut merupakan finite. Berbeda dari declarative mood, elemen pada tipe imperative mood bisa apabila tidak ada mood (tanpa subject dan finite), hanya terdiri dari residue atau hanya dengan mood (hanya finite). Sebagai Contoh: (16)Let s go home Let s Go Home Shall We Subject Predicator Adjunct Finite Subject Mood Residue Mood Tag Tabel 2.12 Contoh (16) The meaning of let s always includes you because it is interpreted as form of the subject you and I. The anomalous form is in its responses, they are Yes, let s! No, let s not! which on this analysis has Subject and no- Finite, but in each case there is an alternative form with the Finite Element in it, Yes, do let!, No, don t let s! Which also suggest that let s is felt to be a Subject. (M.A.K Halliday, 1994). Halliday menjelaskan bahwa arti dari let s itu selalu berisi you karena let s itu diartikan sebagai bentuk subject you dan I. Bentuk anomali dari responnya adalah yes, let s! No, let s not! yang pada analisis ini memiliki Subject dan non-finite, tetapi dalam setiap kasus ada bentuk alternatif yang memiliki

24 29 bentuk elemen finite seperti Yes,do,let!, No,don t let s! yang memberi kesan bahwa let s merupakan subject. 2.5 Residu (Residue) Residu merupakan bagian dari klausa yang bagaimanapun kurang penting dibahas di dalam klausa dibandingkan komponen mood seperti yang diungkapkan Eggins (2004) the Residue as part of clause which is somehow less essential to the arguably of the clause than is the Mood component. Halliday pun memperkuat teori tersebut, The remainder of the clause we shall call the residue. It has sometimes been labeled proposition. Residu merupakan restan dalam suatu klausa, di dalam pembahasan mengenai Modus, pembahasan tersebut dilanjutkan ke pembahasan tentang Residu. Residu mempunyai tiga elemen yaitu Predicator, Complement(s) dan Adjunct(s) seperti yang dikatakan Halliday (2004) Residue contains a number of functional elements: a Predicator, one or more Complements, and any number of different types of Adjuncts. Residu terdiri dari beberapa elemen-elemen fungsional: sebuah Predicator, satu atau beberapa Complements, dan beberapa tipe Adjunct yang berbeda. Selain itu, Crystal (1997: 313) menjelaskan: The notion of proposition is fundamental to case grammar, where it is used as one of the two main underlying constituents of sentences (sentence modality + proposition): each proposition is analyzed in terms of a predicate word and its associated arguments. Crystal (1997: 313) Dari kedua kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa elemen proposisional berisi residu (residue). Residu dapat terdiri dari sisa group verba (predicator), pelengkap (complement), dan keterangan (adjunct).

25 Predicator Predicator adalah bagian dari klausa yang mengandung verbal group yang menceritakan proses dalam suatu tindakan yang diekspresikan oleh group verbal yang terpisah dari finite seperti yang dikatakan Thompson (1996), Predicator is part of the clause containing the verbal group which tells the process the action, happening and state which is expressed by the rest of the verbal group apart from the Finite (Geoff Thompson, 1996). Predicator adalah verba dari sebuah klausa yang menjelaskan apa yang dilakukan, yang sedang terjadi dan apa yang ada, berikut kutipan dari Gerot dan Wignell (1994: 31): The predicator is the verb part of the clause, the bit which tells what s doing, happening or being. Menurut Halliday predicator merupakan salah satu elemen residue yang memiliki empat kali lipat fungsi yaitu yang pertama adalah predicator merupakan penentu waktu berbicara misalnya adalah masa lalu, masa sekarang, atau masa depan. Fungsi kedua yaitu sebagai penentu beberapa aspek dan fase seperti seeming, trying dan hoping. Fungsi yang ketiga, predicator merupakan penentu bentuk kalimat; aktif atau pasif. Terakhir merupakan penentu proses (aksi, kejadian atau peristiwa dan mental process). Seperti yang disampaikan Halliday dalam teori ini: Predicator has fourfold function. First, it specifies the time of speech vents, i.e. past, present and future. Second, it specifies various other aspects and phases like seeming, trying, hoping. Third, it specifies the voice; active or passive. The last, it specifies the process (action, event, mental process) that is predicated by the Subject (M.A.K Halliday, 1994). Adapun teori pendukung yang dijelaskan oleh Gerot dan Wignell mengenai predicator. Gerot dan Wignell menjelaskan bahwa predicator merupakan verba

26 31 atau kata kerja di dalam suatu klausa yang berfungsi untuk menjelaskan apa yang dilakukan, yang sedang terjadi atau yang ada, sebagai contoh: build, proceed, move, reverse, have been, start to use. Berikut teori yang di kutip dari buku Making Sense of Functional Grammar karya Gerot dan Wignell The predicator is the verb part of the clause, the bit which tells what s doing, happening or being. Thus, the predicator in the above five clauses are: build, proceed, move, reverse, have been, start to use (Gerot and Wignell, 1994). (17) So as to give Henry more room to give Henry more room Predicator Complement Adjunct Residue Tabel 2.13 Predicator Pada buku nya, Gerott dan Wignell pun memberikan contoh yang menarik yang dapat ditemukan pada contoh predicator seperti yang dikutip di atas, bahwa di dalam sebuah klausa, terkadang semata-mata hanya terdapat residu di dalam nya yaitu berisikan predicator dan tidak terdapat elemen finit. In a clause, sometimes residue merely contains predicator and no finite element (Linda Gerott and Peter Wignell, 1994). Jika dijabarkan, ada juga klausa non-finite ( to + verb dan verb + ing ) yang memiliki predicator namun tidak memiliki elemen finite Complement Complement adalah salah satu elemen dari residu yang dianggap sebagai elemen yang tidak esensial di dalam klausa, berikut Thompson (1996) mengungkapkan, Complement is an element of the Residue considered as a nonessential part in the clause. Complement atau yang di dalam bahasa Indonesia

27 32 merupakan pelengkap dan juga berperan sebagai objek pada kalimat. Istilah complement ada karena dengan adanya complement maka pesan yang akan disampaikan oleh klausa menjadi lengkap. Complement adalah unsur klausa yang potensial menjadi subjek setelah subjek sesuatu klausa. Ini berarti bahwa complement, dalam hal tertentu, dapat menjadi subjek, khususnya dalam klausa pasif. Gerot dan Wignell (1994: 32): The complement answers the question is/had what, to whom, did to what. Teori tersebut diperkuat oleh Linda, Gerot & Wignell (1994), A Complement can get to be Subject through the process of making the clause Passive since the complement answer the question is/had what, to whom, did to what. Complement bisa menjadi Subjek melalui proses pembuatan klausa pasif karena komplemen menjawab pertanyaan 'adalah / memiliki apa', 'kepada siapa', 'melakukan apa '. (18) He loves his girlfriend. He Loves his girlfriend Subject Finite Predicator Complement Mood Residue Tabel 2.14 Contoh (18) Pada contoh tersebut, his girlfriend merupakan complement karena menjawab pertanyaan to whom di dalam klausa tersebut. (19) Henry ford built his first car in his backyard

28 33 Henry Built his first car in his backyard Subject Finite Predicator Complement Adjunct Mood Residue Tabel 2.15 Contoh (19) His first car yang berasal dari klausa di atas merupakan jawaban dari pertanyaan: did to (build) what? Adjunct Adjunct merupakan element dari suatu klausa yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi Subject. Adjunct adalah elemen klausa yang berkontribusi memberikan beberapa informasi tambahan, berikut tuturan Eggins (2004): Adjunct is clause elements which contribute some additional information to the clause. It can be identified as elements which do not have the potential to become Subject i.e. they are not nominal elements, but are adverbial, or prepositional phrase which answer the questions how, when, where, by whom. Eggins (2004) Adjunct juga merupakan unsur residu yang biasanya diisi oleh adverbial atau keterangan yang bisa diartikan secara sirkumstansial, dan meliputi keterangan tempat, keterangan waktu, atau keterangan cara. Sependapat dengan Halliday, Adjunct secara khas ditampilkan oleh group adverbia atau frasa preposisi (dibandingkan dengan group nomina). An Adjunct is typically realized by an adverbial group or a prepositional phrase (rather than by a nominal group) Halliday (2004). Adjunct merupakan salah satu elemen yang ada pada residu. Eggins berpendapat bahwa adjunct itu adalah elemen klausa yang menkontribusi tambahan informasi pada klausa. Adjunct juga bisa diidentifikasi sebagai elemen yang tidak memiliki potensi untuk menjadi subject bukan sebagai elemen nominal,

29 34 namun adverbial atau prepositional phrase yang menjawab pertanyaan dari bagaimana, kapan, dimana dan oleh siapa Seperti di dalam teori nya Menurut Gerott dan Wignell, secara umum ada dua tipe adjunct yang salah satunya itu bersangkut paut dengan mood analisis. Sedangkan yang satunya lagi itu diluar dari struktur mood yaitu Conjunctive Adjunct dan Comment Adjunct. There are two types of Adjunct which one of these is centrally relevant to the Mood analysis, while the other two fall outside of Mood Structure, they are Conjunctive Adjunct and Comment Adjunct (Linda Gerot and Peter Wignell 1994). Adjuncts dibagi menjadi 4 yaitu circumstantial adjunct, conjunctive adjunct,comment adjuncts dan mood adjuncts. Berikut jenis-jenis adjuncts yang ada di dalam bahasa inggris menurut Halliday (1994): a. Conjunctive Adjunct Menurut Halliday, Conjunctive adjunct secara khusus memiliki fungsi textual dan berfungsi sebagai bagian dari Theme, dan diluar dari analisis mood dan residue. Tipe adjunct ini hampir mirip dengan mood adjunct. Keduanya berfungsi sebagai pembangun konteks dari klausa. Dalam hal waktu, mereka memiliki makna yang berbeda. Misalnya, waktu dalam modal adjunct itu adalah just, yet, already yang berhubungan dengan primary tense. Sedangkan pada conjunctive adjunct, keterangan waktu seperti next, meanwhile, menempatkan klausa dalam waktu sehubungan dengan suasana tekstual sebelumnya. Conjunctive adjuncts typically have a textual function and operate as part of Theme. They exclude from the analysis of Mood and Residue. They are quite similar with Mood Adjunct especially those of Comment. Both of them function for constructing context of the clause. In the case of time they have a different significance. A modal Adjunct of time, like just, yet, already relates closely to primary tense. Meanwhile conjunctive Adjuncts of time

30 35 such as next, meanwhile, locates the clause in time with respect to the preceding textual environment (M.A.K Halliday 1994). Contoh dari conjunctive adjunct: (20) Unfortunately however they were too late Unfortunately However They were too late Comment Adj. Conjunctive Adj. Subject Finite Complement Mood Residue Tabel 2.16 Contoh (20) Kata however di atas merupakan conjuctive adjunct karena berhubungan dengan waktu dan keadaan yang mengintrepretasikan lingkungan klausa. Halliday lebih lanjut dalam buku nya menyebutkan bahwa sebuah conjuctive adjunct seperti next, meanwhile, menempatkan klausa waktu sehubungan dengan lingkungan tekstual sebelumnya; dan keduanya berbeda dari waktu sebagai keadaan, seperti in this afternoon. Dan hal yang sama berkemungkinan dapat mempunyai fungsi yang bersifat circumstantial dan kadang bersifat conjuctive; sebagai contoh then, at that moment, later on, again. A conjunctive Adjunct of time, such as next, meanwhile, locates the clause in time with respect to the preceding textual environment; and both are different from time as circumstance, such as in the afternoon. And the same item may function sometimes circumstantially and sometimes conjunctively; for example, then, at that moment, later on, again. (Halliday, 2004) b. Modal Adjunct Setelah conjunctive adjunct, tipe adjunct selanjutnya adalah Modal Adjunct. Tipe ini tergolong dari fungsi interpersonal. Adjunct ini dibagi menjadi

31 36 dua golongan pokok yaitu Mood adjunct dan Comment adjunct. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Halliday Modal Adjunct clearly belongs to Interpersonal function. It is divided into two main groups, Mood Adjunct and Comment Adjunct (M.A.K Halliday 1994). Halliday menjelaskan tentang kedua adjunct yang merupakan bagian dari modal adjunct, yang pertama adalah mood adjunct. Berikut illustrasi dari Modal Adjunct yang diberikan oleh Halliday (2004): Temporality Mood Modality Intensity Modal Adjunct Polarity Proporsional Comment Gambar. 2.2 Modal Adjunct Speech Functional 1. Mood Adjunct These are so-called because they are closely associated with the meanings construed by the mood system: modality and temporality, and also intensity. This means that their neutral position in the clause is next to the Finite verbal operator, either just before it or just after it. (M.A.K Halliday, 2004). Dapat disebut Mood Adjunct karena Mood Adjunct sangat berhubungan dekat dengan arti yang diterangkan oleh mood system: modality dan temporality, dan juga intensity. Hal tersebut berarti posisi murni mood adjunct di dalam sebuah klausa adalah disamping Finit yang merupakan verbal operator, baik sebelum atau sesudahnya. Menurut Halliday juga,

32 37 Mood Adjunct is closely associated with the meaning constructed in the mood system. They tend to occur in a clause near the Finite verbal operator. It has three basic positions; initial (thematic), medial (neutral), and final (afterthought) (M.A.K Halliday 1994). Halliday berpendapat bahwa tipe ini terkait dengan arti susunan pada mood system. Biasanya tipe ini terjadi pada klausa di dekat finit verbal operator. Tipe adjunct ini memiliki tiga posisi dasar; yaitu initial (thematic), medial (neutral) dan final (afterthought). Contoh (21): a. but usually they don t open before ten (thematic) b. but they usually don t open before ten (neutral) c. but they don t usually open before ten (neutral) d. but they don t open before ten usually (afterthought) Pada pengertian di dalam buku nya, Halliday menerangkan mengenai contoh di atas, perbedaan (b) dan (c) adalah fakta sistematik, menjadi jelas dengan beberapa macam adjunct saat polarity menjadi negative: bandingkan they always don t open they never open with they don t always open they open (only) sometimes. Saat hal itu terjadi, pengertian (a) dan (d) menerangkan (b), bukan (c) : kemungkinan he couldn t decide menerangkan he couldn t decide, bukan kepada he couldn t possibly decide. Teknisnya, pada (c) mood Adjuct berfungsi pada residu. Namun pada saat polarity tersebut menjadi positif, dan bahkan (dengan semua kategori) yang negatif, perbedaan antara (b) dan (c) menetralisir secara efektif. The difference between (b) and (c) is also in fact systematic, as becomes clear with some of these Adjuncts when the polarity is negative: contrast they always don t open they never open with they don t always open they open (only) sometimes. Where this happens the meaning of options (a) and (d) corresponds to that of (b), not (c): for example, possibly he couldn t

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak dapat terjadi tanpa adanya

Lebih terperinci

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. TAG QUESTION Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. Syarat utama dalam membuat question tag adalah: Apabila kalimat utamanya / pernyataannya

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional components yang lebih luas secara struktur di antara grup lainnya, sebagaimana yang

Lebih terperinci

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. Misal: Verb 1 (infinitive), Verb 2, dan Verb 3. Contoh penggunaan tenses : 1. Saya belajar di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Tata bahasa fungsional atau yang biasa disebut Functional Grammar

BAB II KAJIAN TEORI. Tata bahasa fungsional atau yang biasa disebut Functional Grammar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tata Bahasa Fungsional Tata bahasa fungsional atau yang biasa disebut Functional Grammar merupakan salah satu teori linguistik modern yang pertama kali diperkenalkan oleh Michael

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam Bab II ini penulis akan mendeskripsikan hal-hal yang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam Bab II ini penulis akan mendeskripsikan hal-hal yang menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan mendeskripsikan hal-hal yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian, yang sebagian besar didasari oleh teori Halliday. Tata bahasa (grammar) menurut

Lebih terperinci

BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT

BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BAHASA INGGRIS BAB IV NOTICE AND ANNOUNCEMENT Dr. Rahmad Husein, M.Ed. Dr. Anni Holila Pulungan, M.Hum. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media

BAB I PENDAHULUAN. Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan salah satu bentuk dari bahasa yang dituangkan satu media (wadah) berbentuk tulisan (Halliday, 2014:3). Teks tersebut bagi para ahli bahasa memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Halliday (1985: xiii) berpendapat bahwa It is functional in three distinct

BAB II KAJIAN TEORI. Halliday (1985: xiii) berpendapat bahwa It is functional in three distinct BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tata Bahasa Fungsional Halliday (1985: xiii) berpendapat bahwa It is functional in three distinct although closely related senses: in its interpretation (1) of texts, (2) of the

Lebih terperinci

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sistem Informasi Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris 1. Kita mengetahui bahwa perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat pesat dan banyak hal yang berubah dalam kehidupan kita.

Lebih terperinci

CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT

CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 BAHASA INGGRIS CHAPTER 4: NOTICE AND ANNOUNCEMENT Dr. Rahmad Husein, M.Ed. Dr. Anni Holila Pulungan, M.Hum. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Pemrograman Lanjut. Interface

Pemrograman Lanjut. Interface Pemrograman Lanjut Interface PTIIK - 2014 2 Objectives Interfaces Defining an Interface How a class implements an interface Public interfaces Implementing multiple interfaces Extending an interface 3 Introduction

Lebih terperinci

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004 THE REALIZATION OF THE JAVANESE REQUEST PATTERN: A CASE STUDY OF A JAVANESE FAMILY A THESIS By Swasti Nareswari Student Number: 00.80.0016 ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013 Tips Cara Menjawab Test Tertulis Bahasa Inggris A. Membaca (Reading). 1. Menentukan gambaran umum (General Description). Jenis pertanyaannya adalah sebagai berikut: - What is the text about? - What does

Lebih terperinci

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition)

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Hery Hery Click here if your download doesn"t start automatically Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah

Lebih terperinci

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan Lesson 63: Reported speech Pelajaran 63: Pidato Laporan Reading (Membaca) He told me that he would come. (Dia bilang kepadaku dia akan datang.) She said that she would be fine. (Dia berkata bahwa dia akan

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH. Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

KONTRAK KULIAH. Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG KONTRAK KULIAH Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG Drs. Liliek Soepriatmadji, M.Pd. Semester 6 / 2014 KONTRAK KULIAH Judul Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan oleh para ahli bahasa dunia, salah satunya adalah tata bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan oleh para ahli bahasa dunia, salah satunya adalah tata bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bahasa yang merupakan alat komunikasi utama di dunia tidak pernah berhenti hingga saat ini. Begitu pun yang terjadi di dalam bahasa Inggris. Sudah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan hasil proses wacana. Didalam proses tersebut, terdapat nilainilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami

Lebih terperinci

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU READ ONLINE AND DOWNLOAD EBOOK : ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI

Lebih terperinci

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A)

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A) APPENDICES Appendix A Data 1 (Student A) 48 No Sentence 1. *There so many place they can visiting. *There so many place they can visiting. Tidak mengerti struktur yang sebenarnya, mengira bahwa are atau

Lebih terperinci

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks :

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8LATIHAN SOAL CHAPTER 8 By the way, you are still going to look around, arent you? Who are talking in the dialog? Bruce Erick Ericks sister Bruce and Erick Kunci

Lebih terperinci

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST 198111022008122002 DESCRIBING HABITS Topic : Daily Habits Last night i went to bed around 11.00. you know, i usually go to bed at 9.30 p.m. I do

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 1. Rita :Dont leave me alone, Bondan! Bondan :What did she say, Wan? Iwan :. SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 She told you that you dont leave me alone. She told you

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN. Belajar. Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan forms of participles dalam tuturan dan tulisan dengan benar.

SATUAN ACARA PENGAJARAN. Belajar. Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan forms of participles dalam tuturan dan tulisan dengan benar. MATA KULIAH : STRUCTURE 4 SATUAN ACARA PENGAJARAN DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini berisi materi review of structure 1, 2, 3, serta language and meaning, linguistic forms and syntactic functions, syntactic

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Read Online and Download Ebook KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) DOWNLOAD EBOOK : KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN Click link

Lebih terperinci

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi KECAKAPAN INTERPERSONAL Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi Bahasan: - Why - WhatWho - Where - How Who needs to know what I know now? Sharing Information Who knows what I need to know? Communication should

Lebih terperinci

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008 Adi Cahyono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet 1. The correct active voice sentence of you are requested to keep quiet is SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10 Be quite Keep quiet Please keep quite Be quite please Please

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF * Pada komunikasi personal/kelompok Audience mampu memahami pesan yang dikirim oleh Komunikator.setuju/tidak dg pesan. * Pada komunikasi

Lebih terperinci

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Muhammad Noer Click here if your download doesn"t start automatically Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Lebih terperinci

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential The Top 10 Leadership Principles Maximize Your Leadership Potential Top Ten Leadership Principles 1. Leadership is servanthood. 2. Let your purpose prioritize your life. 3. Live the life before you lead

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TRY-OUT SMA/MA

UJIAN NASIONAL TRY-OUT SMA/MA UJIAN NASIONAL TRY-OUT SMA/MA Tahun Pelajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Jenjang Program Studi Hari/Tanggal Jam MATA PELAJARAN Bahasa Inggris SMA/MA IPA/IPS WAKTU PELAKSANAAN Senin, 24 Nopember 2014 10.00

Lebih terperinci

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population?

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population? 45 Lampiran 3. Siklus 1 1 Pendahuluan 1. Good morning/ Good afternoon 2. How are you? 3.- Do you remember about population? about population? 4.- Do you know the meaning of population? - What is the definition

Lebih terperinci

Keseimbangan Torsi Coulomb

Keseimbangan Torsi Coulomb Hukum Coulomb Keseimbangan Torsi Coulomb Perputaran ini untuk mencocokan dan mengukur torsi dalam serat dan sekaligus gaya yang menahan muatan Skala dipergunakan untuk membaca besarnya pemisahan muatan

Lebih terperinci

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

المفتوح العضوية المفتوح العضوية ABSTRAK Skripsi dengan judul Identifikasi Komunikasi Matematis Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-Ended Kelas VII SMPN 1 Ngantru Kab. Tulungagung Tahun 2016/2017

Lebih terperinci

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan.

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan. Kompetensi Dasar Materi Pokok Materi Pembelajaran Alternatif Pembelajaran Aspek Sikap Pengetahuan Keterampilan Indikator Penilaian Indikator Penilaian Menganalisis struktur teks, dan unsur kebahasaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata mempunyai

Lebih terperinci

Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition)

Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Yudhy Wicaksono Click here if your download doesn"t start automatically Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Yudhy Wicaksono Panduan

Lebih terperinci

1/5. while and do Loops The remaining types of loops are while and do. As with for loops, while and do loops Praktikum Alpro Modul 3.

1/5. while and do Loops The remaining types of loops are while and do. As with for loops, while and do loops Praktikum Alpro Modul 3. Judul TIU TIK Materi Modul Perulangan Ganjil 204/205 Mahasiswa memahami Konsep Perulangan. Mahasiswa mampu menggunakan perintah perulangan For, While do, do While 2. Mahasiswa mampu menggunakan perintah

Lebih terperinci

By SRI SISWANTI NIM

By SRI SISWANTI NIM READING COMPREHENSION IN NARRATIVE TEXT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS TAUGHT BY USING IMAGINATIVE READING MATERIALS IN THE ACADEMIC YEAR 2015/2016 By SRI SISWANTI NIM.

Lebih terperinci

UML USE CASE DIAGRAM

UML USE CASE DIAGRAM UML USE CASE DIAGRAM "Get your team up to speed on these requirements so that you can all start designing the system." Happy Monday READING DOCUMENT REQUIREMENT The requirements are still a little fuzzy,

Lebih terperinci

Lesson 72: Present Perfect Simple. Pelajaran 72: Present Perfect Simple

Lesson 72: Present Perfect Simple. Pelajaran 72: Present Perfect Simple Lesson 72: Present Perfect Simple Pelajaran 72: Present Perfect Simple Reading (Membaca) I have been to that cinema before. (Saya sudah ke bioskop itu sebelumnya.) He has studied English. (Dia sudah belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

Membangun Menara karakter (Indonesian Edition)

Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Stella Olivia Click here if your download doesn"t start automatically Membangun Menara karakter (Indonesian Edition) Stella Olivia Membangun Menara karakter

Lebih terperinci

7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases )

7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases ) 7. Analisis Kebutuhan - 1 (System Actors & System Use Cases ) SIF15001 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Agi Putra Kharisma, S.T., M.T. Genap 2014/2015 Desain slide ini dadaptasi dari University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

God s PERFECT TIMING EDITORIAL

God s PERFECT TIMING EDITORIAL God s PERFECT TIMING EDITORIAL TAKUT AKAN TUHAN. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik... KEHIDUPAN YANG DIPERSEMBAHKAN. Karena itu saudara-saudara,

Lebih terperinci

Callista Sulaiman

Callista Sulaiman Callista Sulaiman 2011-031-070 T : Ok, Good afternoon, guys. So, today I will teach you and today we will do a listening again. So, as usual, there will be a song, first. I ll give you the lyric. (distributing)

Lebih terperinci

Practical Communication Skill: dalam Bisnis, Organisasi, dan Kehidupan (Indonesian Edition)

Practical Communication Skill: dalam Bisnis, Organisasi, dan Kehidupan (Indonesian Edition) Practical Communication Skill: dalam Bisnis, Organisasi, dan Kehidupan (Indonesian Edition) Click here if your download doesn"t start automatically Practical Communication Skill: dalam Bisnis, Organisasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Tata bahasa fungsional atau yang lebih dikenal dengan functional grammar

BAB II KAJIAN TEORI. Tata bahasa fungsional atau yang lebih dikenal dengan functional grammar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tata Bahasa Fungsional Tata bahasa fungsional atau yang lebih dikenal dengan functional grammar adalah penggunaan bahasa yang menunjukkan ekspresi penutur atau penulis dalam penyampaian

Lebih terperinci

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc)

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) In Unit 1 we learned how make a passive sentence in this way: Uang itu diambil oleh Rina. But we can only do that if the Actor is a third person. (as with Rina

Lebih terperinci

The correlation between Speech Text Writing Habit and Students. writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2

The correlation between Speech Text Writing Habit and Students. writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2 76 Appendix 1. Questionnaire and Theory Appendices The correlation between Speech Text Writing Habit and Students writing skill at Daar El-Qolam Islamic Boarding School 2 Research Questions: 1. How is

Lebih terperinci

Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR)

Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR) Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR) Yudi Junadi Click here if your download doesn"t start automatically Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme

Lebih terperinci

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS By Agustina Tri Heni Pujiastuti Student Number : 01.80.0047 ENGLISH LETTERS STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC

Lebih terperinci

LESSON PLAN MEETING 1-3

LESSON PLAN MEETING 1-3 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85080 Website: 1 September 22 MEETING 1-3 Subject Code : B20040 Credit : 2 STANDARD OF COMPETENCE Acquiring basic grammatical structures of English

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : BAHASA INGGRIS 1 Kode Mata : DK - 11202 Jurusan / Jenjang : D3 MANAJEMEN INFORMAA Tujuan Instruksional Umum :

Lebih terperinci

Saturday, 27 April 2013

Saturday, 27 April 2013 Saturday, 27 April 2013 KELAS VII D Standard Competency 12. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Basic Competency 12.1

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Proses kelahiran bayi merupakan sesuatu yang sangat berkesan bagi para orang tua. Ini terjadi di beberapa Rumah Sakit atau Rumah Bersalin di seluruh dunia. Ada banyak cara yang dilakukan orang

Lebih terperinci

Manajemen Risiko 2 (Indonesian Edition)

Manajemen Risiko 2 (Indonesian Edition) Manajemen Risiko 2 (Indonesian Edition) Ikatan Bankir Indonesia Click here if your download doesn"t start automatically Manajemen Risiko 2 (Indonesian Edition) Ikatan Bankir Indonesia Manajemen Risiko

Lebih terperinci

This worksheet will focus on making arrangements and suggesting alternatives.

This worksheet will focus on making arrangements and suggesting alternatives. Worksheet Title: How about if This worksheet will focus on making arrangements and suggesting alternatives. How about if? Bagaimana kalau.? meaning How about if?, is the most common way of making suggestions

Lebih terperinci

A UNIFIED ANALYSIS OF KE-/-AN IN INDONESIAN. Benedict B. Dwijatmoko Sanata Dharma University Yogyakarta Indonesia b.b.dwijatmoko@gmail.

A UNIFIED ANALYSIS OF KE-/-AN IN INDONESIAN. Benedict B. Dwijatmoko Sanata Dharma University Yogyakarta Indonesia b.b.dwijatmoko@gmail. A UNIFIED ANALYSIS OF KE-/-AN IN INDONESIAN Benedict B. Dwijatmoko Sanata Dharma University Yogyakarta Indonesia b.b.dwijatmoko@gmail.com INDONESIAN PASSIVES With the Prefix di- Rumah itu akan dijual.

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

Lesson 67: Tag Questions. Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan

Lesson 67: Tag Questions. Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan Lesson 67: Tag Questions Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan Reading (Membaca) You will come with us, won t you? (Kamu akan datang dengan kami, The water is cold, isn t it? (Airnya dingin, bu You really

Lebih terperinci

CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION. answer the research problem is questionnaire. This section covered data of the students

CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION. answer the research problem is questionnaire. This section covered data of the students CHAPTER IV RESULT OF THE RESEARCH AND DISCUSSION This chapter is present the result of the study and discussion. The finding design to answer the research problem is questionnaire. This section covered

Lebih terperinci

SPEECH FUNCTIONS IN MALE AND FEMALE LANGUAGE IN COSMETIC ADVERTISEMENT A THESIS JOHAN CHRISTIAN TOBING REG. NO

SPEECH FUNCTIONS IN MALE AND FEMALE LANGUAGE IN COSMETIC ADVERTISEMENT A THESIS JOHAN CHRISTIAN TOBING REG. NO SPEECH FUNCTIONS IN MALE AND FEMALE LANGUAGE IN COSMETIC ADVERTISEMENT A THESIS BY JOHAN CHRISTIAN TOBING REG. NO. 080705020 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued)

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) Pelajaran 22: Menangani situasi yang serius (lanjutan) L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-22.

Lebih terperinci

Bahasa tak sekadar sistem tanda: Berkenalan dengan. Ludwig Wittgenstein. Mata kuliah Bahasa Indonesia Riko, S.S.

Bahasa tak sekadar sistem tanda: Berkenalan dengan. Ludwig Wittgenstein. Mata kuliah Bahasa Indonesia Riko, S.S. Bahasa tak sekadar sistem tanda: Berkenalan dengan Ludwig Wittgenstein Mata kuliah Bahasa Indonesia Riko, S.S. Bahasa adalah. Wittgenstein memang tidak seperti Saussure yang dengan sengaja menelusuri hakikat

Lebih terperinci

LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL

LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL LAMPIRAN A.3 LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL Name : Class : Student Worksheet a. Read your textbook about circulatory system carefully. You can discuss it with your partner. Ask for things

Lebih terperinci

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN:

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: Linguistik Indonesia, Agustus 2011, 201-205 Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 Resensi Buku Judul: Introducing Functional Grammar (Second Edition) Penulis:

Lebih terperinci

SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO

SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO Read Online and Download Ebook SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI (INDONESIAN EDITION) BY SOKARTO SOKARTO DOWNLOAD EBOOK : SUKSES BERBISNIS DI INTERNET DALAM 29 HARI Click link bellow and free

Lebih terperinci

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP Conditional Sentence Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP.19780710 200801 1 012 Pengertian CONDITIONAL SENTENCES adalah: Kalimat pengandaian Atau Kalimat bersyarat Rumus: If (clause 1 ), (clause 2) Type 1 [

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris 1 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Robi Kuswara (0903653) Pembimbing: Dian Indihadi dan Seni Apriliya ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis ilokusi beserta

Lebih terperinci

RAHASIA CERMAT & MAHIR MENGUASAI AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY

RAHASIA CERMAT & MAHIR MENGUASAI AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY Read Online and Download Ebook RAHASIA CERMAT & MAHIR MENGUASAI AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY DOWNLOAD EBOOK : RAHASIA CERMAT & MAHIR MENGUASAI AKUNTANSI Click link bellow

Lebih terperinci

Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan)

Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan) Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan) 1.Buat silabus (peta bahan ajar) untuk keteramplan mendengarkan dengan format berikut: Kompetensi

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VIII

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VIII SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VIII KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 A. KELAS VIII Alokasi Waktu:

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10LATIHAN SOAL CHAPTER 10 1. Announcement This is a new school year and there are many new students around. Please be friendly and help them understand the rules of

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1 1. Shinta : "Will John pass the exam?" Dewi :.... He is a smart and diligent student. I am quite sure I am uncertain I am not positive I think he

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

PEMBELAJARAN KEMAMPUAN GERAK DASAR PEMBELAJARAN KEMAMPUAN GERAK DASAR State of Victoria, Department of Education (1996). Fundamental motor skills: A manual for classroom teacher. Melbourne: Community Information Service. (4-8) Back Next

Lebih terperinci

EFISIENSI JUMLAH ARMADA BUS PATAS AC ANTAR BEBERAPA PERUSAHAAN BERDASARKAN METODE PERTUKARAN TRAYEK DI DKI JAKARTA TESIS

EFISIENSI JUMLAH ARMADA BUS PATAS AC ANTAR BEBERAPA PERUSAHAAN BERDASARKAN METODE PERTUKARAN TRAYEK DI DKI JAKARTA TESIS EFISIENSI JUMLAH ARMADA BUS PATAS AC ANTAR BEBERAPA PERUSAHAAN BERDASARKAN METODE PERTUKARAN TRAYEK DI DKI JAKARTA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Madrasah Kelas Mata Pelajaran Semester Standar : MI IMAMI : V (Lima) : BAHASA INGGRIS : 1 (Satu) : Mendengarkan 1. Memahami instruksi dengan tindakan dalam konteks sekolah Materi

Lebih terperinci

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM 0911110021 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika APPENDICES

Perpustakaan Unika APPENDICES APPENDICES APPENDIX 1 DAFTAR ANGKET UNTUK PARA MURID ANGKET A Petunjuk : 1. Bacalah terlebih dahulu setiap pertanyaan dengan teliti sebelum menjawabnya. 2. Setiap pertanyaan hanya boleh diisi dengan satu

Lebih terperinci

Inggang Perwangsa Nuralam, SE., MBA

Inggang Perwangsa Nuralam, SE., MBA Inggang Perwangsa Nuralam, SE., MBA Business analysts examine the entire business area and take a thoughtful or even creative approach to developing ideas for solutions. Seorang Bisnis Analis menguji semua

Lebih terperinci

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC - LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 STANDARD AMERICAN ENGLISH AND AFRICAN AMERICAN VERNACULAR ENGLISH (AAVE) IN THE HELP (2011) BY

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

Video A. Introduction

Video A. Introduction A. Introduction T (teacher): Good morning 1B! Ss (students): Good morning Ms. T: How are you today? Ss: I m fine thank you. T: 1B masih ingat tidak? One two eyes on me! Ss: One two eyes one you! T: Do

Lebih terperinci

MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO (INDONESIAN EDITION) BY S. MARA GD.

MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO (INDONESIAN EDITION) BY S. MARA GD. Read Online and Download Ebook MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO (INDONESIAN EDITION) BY S. MARA GD. DOWNLOAD EBOOK : MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO (INDONESIAN Click link bellow and free register to

Lebih terperinci

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana

Lebih terperinci

KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY DESMON GINTING DOWNLOAD EBOOK : KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY DESMON GINTING PDF

KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY DESMON GINTING DOWNLOAD EBOOK : KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY DESMON GINTING PDF Read Online and Download Ebook KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY DESMON GINTING DOWNLOAD EBOOK : KOMUNIKASI CERDAS (INDONESIAN EDITION) BY Click link bellow and free register to download ebook:

Lebih terperinci

CHAPTER III RESULT OF THE STUDY. 1. The problems faced by the tenth grade students of SMK YP SEI. PALANGKA RAYA in using letter s/es as plural nouns

CHAPTER III RESULT OF THE STUDY. 1. The problems faced by the tenth grade students of SMK YP SEI. PALANGKA RAYA in using letter s/es as plural nouns 54 CHAPTER III RESULT OF THE STUDY A. The Result of Test 1. The problems faced by the tenth grade students of SMK YP SEI PALANGKA RAYA in using letter s/es as plural nouns Analyzing was used as the basic

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 1. Text for questions 1 and 2 To : Fahmi (The chair student of 8 B) 06/01/2017 Please forward to your classmates. During the long holiday, all

Lebih terperinci