BAB II MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL. perkembangan intelektual seorang anak, Piaget menyatakan tahap-tahap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL. perkembangan intelektual seorang anak, Piaget menyatakan tahap-tahap"

Transkripsi

1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL A. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Perkembangan berpikir sangat erat hubungannya dengan tingkat perkembangan intelektual seorang anak, Piaget menyatakan tahap-tahap perkembangan intelektual sebagai berikut (Amin Budiamin 2006:51, F.J Monks 1982:202) : 1. Tahap sensori motor (0-2 tahun) Pada tahap ini, anak memahami lingkungannya melalui penginderaan (sensori) dan melalui gerakan-gerakan/tindakan (motorik), diakhir tugas ini anak telah sampai pada pembentukan struktur kognitif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungan terhadap benda, waktu, ruang, dan kausalitas, dan anak mulai mempunyai dan mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan 2. Tahap praoperasional (2-6/7 tahun) Penggunaan istilah operasi dimaksudkan sebagai gambaran bahwa anak telah menggunakan aktivitas mental dalam berfikir. Misalnya anak telah dapat mengkombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi, Anak telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam mengatakan ide-idenya. Suatu ciri khas perkembangan anak pada periode ini adalah cara berfikir yang bersifat 9

2 10 subyektif dan egosentris, yaitu anak menganggap benar apa yang dipikirkannya dan mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. 3. Tahap operasional kongkrit (6/7-11/12 tahun) Periode ini terjadi pada saat anak pada usia sekolah dasar. Dikatakan periode berfikir kongkrit, karena pada periode ini anak hanya mampu berfikir dengan logika jika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya kongkrit atau nyata saja. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, pada tahap ini ditandai dengan berkurangnya sifat egosentris dan lebih sosiosentris baik dalam berkomunikasi maupun dalam berfikir. 4. Tahap operasional formal (11 tahun keatas dan seterusnya) Pada tahap keempat ini, anak sudak memiliki kemampuan untuk berfikir hipotesis dan abstrak, yaitu kemampuan menghubungkan berbagai konsep tanpa disertai peristiwa atau benda-benda kongkrit, kemampuan berfikir logis dengan objek-objek yang abstrak, kemampuan untuk mengintrospeksi diri sendiri, sehingga kesadaran diri akan tercapai, kemampuan untuk membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa, kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari suatu peryataan. Jadi pada masa ini anak sudah menggunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi yang terbentuk dari tahap sebelumnya dan anak sudah bisa berfikir sistematis dan logis dalam memecahkan masalah yang sangat kompleks.

3 11 B. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar 1. Hakikat IPA IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science atau Science). Dalam bahasa Indonesia istilah Science sering digunakan namun penulisannya telah disesuaikan dengan bahasa Indonesia yaitu Sains. Sebelum membuat batasan tentang hakikat IPA terlebih dahulu dikemukakan beberapa pendapat tentang IPA yang telah diekspresikan oleh para ilmuwan. Nash (Rusmiati, Esih 2009:16) menyatakan bahwa sains itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam (science is away of looking at the world). Selanjutnya Kemeny (Rusmiati, Esih 2009:17) mendefinisikan sains sebagai semua pengetahuan yang dikumpulkan melalui metode ilmiah. 2. Tujuan Pendidikan IPA Tujuan pendidikan IPA di SD berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP) adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Memproses keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya. b. Mengembangkan pegetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat.

4 12 d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh proses bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke SMP atau Mts. Tujuan diatas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD hendaknya tidak menitikberatkan pada upaya penuangan materi atau konsep secara informatif. Untuk itu pembelajaran IPA sebaiknya melibatkan siswa dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu : a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya. Meliputi : benda cair, padat, gas. c. Energi dan perubahannya. Meliputi : magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta. Meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.

5 13 C. Pandangan Kontruktivisme dalam Pembelajaran IPA Secara filosofis, belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Dalam proses belajar di kelas, menurut Nurhadi dan kawan-kawan (Rusmiati, Esih 2009:11) menyebutkan bahwa, Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mapu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Pada saat manusia belajar, menurut Jean Piaget (Rusmiati, Esih 2009:11) menyebutkan bahwa: Sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi. Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanaya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan, yaitu menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia atau yang disebut dengan asimilasi, dan yang kedua adalah mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan. Proses adaptasi manusia dalam menghadapi pengetahuan baru juga ditentukan oleh fase perkembangan kognitifnya. D. Model Pembelajaran Interaktif Model Pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan belajar yang merujuk pada pendekatan kontstuktivisme. Menjadikan siswa aktif dan dapat membangun pengetahuan di dalam diri mereka sendiri adalah hal yang paling ditekankan dalam pendekatan kontruktivisme.

6 14 Pembelajaran konstruktivisme merupakan pandangan baru dalam pendidikan modern, yang menempatkan anak didik sebagai subjek pendidikan bukan sebagai objek pendidikan. Lie dalam (Rusmiati, Esih 2009:18) menyatakan bahwa ada empat pokok pikiran dalam paradigma pendidikan modern yaitu: 1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. 2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. 3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. 4. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam model pembelajaran interaktif pengetahuan siswa dibangun berdasarkan pertanyan dari siswa itu sendiri. Faire dan Casgrove (Karli, 2002) mengatakan bahwa dalam pendekatan iteraktif guru menantang rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru menggali pertanyaan siswa melalui beberapa kegiatan misalnya demontrasi, percobaan kelompok, bahkan dari cerita menarik dari guru yang berkaitan degan topik yang sedang dipelajar, kemudian siswa melakukan penyelidikan atas pertanyan mereka sendiri. Dalam model ini, guru berusaha agar siswa dapat aktif membangun pengetahuan dalam diri mereka sendir melalui pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka selidiki sendiri jawabannya. Pertanyaaan diajukan siswa dalam aktifitas terbuka, siswa mungkin akan menanyakan yang tidak sesuai dengan topik, atau pertanyaaan yang tidak membutuhkan penyelidikan, dan juga akan menanyakan

7 15 yang berkaitan dengan topik. Untuk itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaanpertanyan yanng muncul selama proses pembelajaran. Pertanyaan yang dikumpulkan kemudian dipilih oleh guru bersama dengan siswa, mana pertanyaan yang harus di buang dan mana pertanyan yang harus diubah redaksi kalimatnya untuk kemudian diselidiki jawabannya. Penyelidikan jawaban dari pertanyaanpertanyaan ini dituangkan dalam aktivitas yang dilakukan bersama. Ciri utama dari model pembelajaran interaktif adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan pertanyaan siswa. Dalam model pembelajaran interaktif terdapat langkah-langkah atau fasefase yang sistematis dan unsur-unsur tertentu yang harus ada. Langkah-langkah pembelajaran interaktif tersaji pada Tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Interaktif Tahap No Pembelajaran Interaktif 1 Tahap pengetahuan awal Karakteristik Siswa menjawab pertanyan guru berdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki Tujuan Mengetahui pengetahuan awal siswa berkaitan dengan topik yang diajarkan 2 Tahap Ekslorasi Guru menjelaskan tentang topik yang akan dieksplorasi Siswa dimotivasi untuk bertanya melalui kegiatan percoban, demontrasi, atau melalui cerita yang berkaitan dengan topic. Pertanyaan siswa ditulis dan diurutkan berdasarkan konsep yang ingin diketahui. Pada tahap ini juga tulis asumsi jawaban sementara siswa. Menimbulkan rasa keingin tahuan siswa, sehingga siswa aktif bertanya

8 Tahap No Pembelajaran Interaktif 3 Tahap Penyelidikan Karakteristik Siswa melakukan penyelidikan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri, Tujuan 16 Siswa dapat mengkontruksi pengetauan mereka sendiri melalui pengujian terhadap suatu konsep 4 Tahap Pengetahuan Akhir Siswa membandingkan pengetahuan akhir yang mereka dapatkan melalui percobaan dengan asumsi jawaban mereka pada tahap eksplorasi 5 Tahap Refleksi Siswa melakukan peninjauan kembali (review) mengenai pembelajaran yang telah dilakukan Mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa Memantapkan hal-hal baru yang sudah didapatkan siswa (Dikutip dari Yuvita Oktarisa, 2008:11) Secara skematis tahapan-tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut: Pengetahuan Awal Eksplorasi Perbandingan dengan gagasan awal Penyelidikan Pengetahuan Akhir Refleksi Gambar 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif

9 17 E. Keterampilan Berpikir Rasional Berpikir adalah kemampuan dasar seluruh manusia, karena kemampuan ini hanya dimiliki oleh manusia yang merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Berpikir terjadi di dalam jiwa seseorang dan merupakan proses batin, sehingga disebutkan bahwa berpikir adalah proses mental yang dapat menghasilkan suatu bentuk baru dalam hal ini pengetahuan yang baru yang sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Dalam proses berpikir ini, terdapat dua jenis cara berpikir yaitu berpikir secara mendasar atau disebut sebagai berpikir rasional, dan berpikir kompleks dalam rangka memecahkan masalah. Karena berpikir merupakan suatu proses memecahkan masalah maka, berpikir merupakan suatu keterampilan. Salah satu keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir rasional yang dapat dilatihkan untuk memecahkan suatu masalah artinya adalah bukan kita yang mengajarkan cara berpikir kepada siswa hal ini karena berpikir sudah merupakan sifat dasar manusia namun, yang dilatihkan adalah siswa diajak untuk berpikir dan guru hanya memeberikan kesempatan yang lebih kepada siswa untuk berpikir melalui kegiatan yang direncanakan (Karli, Hilda 2000: 8). Keterampilan seseorang dalam berpikir rasional berbeda dengan dengan orang lainnya, hal ini bergantung kepada bagaimana seseorang tersebut memahami masalah dan latar belakang pribadinya. Terdapat sepuluh indikator yang dapat menunjukan seseorang tersebut memiliki keterampilan berpikir rasional, menurut Novak dalam Hilda Karlli (2000:8) meliputi:

10 18 1. Mengingat (Recalling) yaitu kemampuan yang telah didapat sebelumnya berupa pengalaman atau pengetahuan untuk dipergunakan dalam membangun pengetahuan yang lebih luas. 2. Meramalkan (Imagining) yaitu kemampuan untuk menciptakan bentuk baru dari suatu pengetahuan atau membuat karya sebagai suatu ekspresi. 3. Mengelompokan (Classifying) yaitu kemempuan memisahkan atau menggabungkan berdasarkan satu atau seperangkat atribut yang menjadi kriteria. 4. Menggeneralisasikan (Generalizing) yaitu kemampuan mengelola ciri individu atau kejadian yang dapat digunakan untuk mengenali kelompok yang lebih besar aatu lebih umum. 5. Membandingkan (Comparing) yaitu kemampuan mengenali ciri individu atau kelompok yang memiliki pola keteraturan atau pola tersendiri dan mengenali bahwa individu atau kelompok lain memilki pola yang berbeda. 6. Mengevaluasi (Evaluating) yaitu kemampuan untuk mengenali keputusan dan memilih berdasarkan hasil membandingkan atau menggeneralisasikan data atau kejadian. 7. Menganalisis (Analizing) yaitu melakukan pengelompokkan, membandingkan serta menggeneralisasikan data atau kejadian. 8. Mensintesis (Synthesizing) yaitu melibatkan kemampuan mengelompokkan, menggeneralisasikan, membandingkan, dan mengevaluasi sehingga menghasilkan suatu kriteria pengelompokkan baru.

11 19 9. Mendedukasi (Deducing) yaitu yang melibatkan kemampuan mengelompokkan dan menggeneralisasikan fakta atau data yang sangat terbatas untuk membentuk suatu ide yang baik. 10. Menyimpulkan (Inferring) yang melibatkan seluruh kemampuan berpikir sebelumnya. F. Hubungan antara Model Pembelajaran Interaktif dengan Keterampilan Berpikir Rasional Model pembelajaran interaktif merupakan model pembelajaran yang merujuk pada paham konstruktivisme. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa membentuk pengetahuannya sendiri, melalui model ini siswa dituntut melalui serangkaian kegiatan dan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam pembelajaran secara aktif, siswa membangun pengetahuan melalui tahapan Keterampilan berpikir rasional pada dasarnya merupakan aspek kognitif yang bertahap dari tahapan yang terendah sampai tahapan yang tertinggi. Tahapan tersebut bersifat hirarki yang artinya tahapan terendah yang mendasari tahapantahapan selanjutnya. Dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran, aspek-aspek kognitif pada keterampilan berpikir rasional dapat ikut berkembang karena tahap-tahap dalam model pembelajaran ini mencakup aspek-aspek keterampilan berpikir rasional siswa dan juga dalam model pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan dalam eksperimen, diskusi,

12 20 tanya jawab, penyajian masalah, menginterpretasi, dan menyimpulkan dengan menggunakan LKS. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran interaktif berarti turut meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa. Secara lebih jelas hubungan antara model pembelajaran interaktif dengan keterampilan berpikir rasional dapat dilihat melalui tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Hubungan Antara Model Pembelajaran Interaktif dengan No. Tahapan Model Interaktif Keterampilan Berpikir Rasional 1. Tahap Pengetahuan Awal Mengingat 2. Tahap Ekslorasi Mengingat 3. Tahap Penyelidikan Indikator Keterampilan Berpikir Rasional Mengingat, membandingkan, mengklasifikasi 4. Tahap Pengetahuan Akhir Membandingkan 5. Tahap Refleksi Membandingkan, mengklasifikasi G. Konsep Energi Panas Panas merupakan salah satu bentuk energi. Energi yang dihasilkan oleh panas disebut energi panas. Dalam kehidupan sehari-hari sumber energi panas adalah matahari. Selain itu terdapat pula sumber energi panas dari gesekan benda. 1. Matahari Matahari merupakan sumber panas utama di bumi yang digunakan oleh makhluk hidup. Energi panas yang Gambar 2.2 Matahari Terbit Sumber : Buku BSE Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV

13 21 dihasilkan oleh matahari sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena energi matahari digunakan oleh tumbuhan hijau untuk membuat makanan pada proses fotosintesis. Makanan yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau inilah yang digunakan oleh makhluk hidup lainnya sebagai sumber makanan termasuk oleh manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, energi matahari juga digunakan untuk alat pemanas yang biasanya diletakkan di atap rumah atau hotel. Selain itu, pakaian yang kita pakai dapat kering sehabis dicuci karena adanya energi panas yang dihasilkan oleh matahari. Energi panas juga digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya. Kemajuan bidang teknologi juga menghasilkan temuan baru yang memanfaatkan energi matahari. Salah satunya melalui pengembangan kendaraan bertenaga surya. Dalam teknologi ini, cahaya matahari diubah menjadi energi listrik dan disimpan di dalam aki, energi listrik yang disimpan di dalam aki inilah yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan. (Sulistyanto, Heri 2008:115) 2. Energi panas yang dihasilkan karena gesekan benda Selain matahari, energi panas juga dapat dihasilkan dari gesekan antara dua buah benda. Pada saat udara dingin di pegunungan, orang yang mendaki gunung biasanya menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya untuk memperoleh energi panas sehingga tubuhnya menjadi hangat. Pada Gambar 2.3 Menggesekan Batu Sumber : Buku Senang Belajar Ilmu pengetahuan Alam Kelas I V

14 22 zaman dahulu, nenek moyang kita biasa menggunakan kayu atau batu untuk memperoleh sumber panas berupa api. Caranya adalah dengan menggosokgosokkan batu atau kayu tersebut. Gesekan yang terjadi dapat menimbulkan panas dan dihasilkan api sebagai sumber panas. Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini api dapat dengan mudah diperoleh. Dengan menggesekkan batang korek api pada bidang gesek, maka kamu akan mendapatkan api. Selain itu api dapat pula diperoleh dari gas, misalnya korek gas atau kompor gas. (Sulistyanto, Heri 2008:116) Panas dapat berpindah atau merambat melalui tiga cara, yaitu radiasi, konveksi, konduksi. 1. Radiasi Radiasi adalah panas yang merambat langsung tanpa melalui zat perantara dikenal. Setiap hari kita dapat merasakan panasnya cahaya matahari yang terpancar pada tubuh kita. Panas yang terpancar tersebut sampai ke bumi tanpa melalui zat perantara. (Sulistyanto, Heri 2008:117) Gambar 2.4 Menghangatkan Tubuh Sumber : Buku Senang Belajar Ilmu pengetahuan Alam Kelas IV 2. Konveksi Konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan zat perantaranya. Hal ini dapat ditunjukkan pada sebuah percobaan serbuk gerjadi pada air mendidih.

15 23 Serbuk gergaji sebelum air mendidih terlihat mengambang di atas permukaan air. Setelah air mendidih, serbuk gergaji tersebut melayang-layang secara bergantian. Gerakan serbuk gergaji ini menunjukkan terjadinya perpindahan panas di dalam air. Air yang berada di dasar gelas lebih panas kemudian memuai sehingga menjadi lebih ringan dan naik ke atas. Bagian bawah yang kosong ini kemudian diisi oleh partikel air yang lebih dingin, demikian seterusnya. (Sulistyanto, Heri 2008:118) 3. Konduksi Konduksi merupakan perambatan panas tanpa disertai perpindahan zat perantaranya. Kita tentu pernah meyentuh sendok yang berada di dalam air teh panas yang kita buat. Ujung sendok menjadi hangat. Hal ini disebabkan karena terjadinya perpindahan panas dari air teh panas melalui Gambar 2.5 Sendok dalam air panas Sumber : Buku Senang Belajar Ilmu pengetahuan Alam Kelas IV sendok. Perambatan panas yang terjadi pada sendok ini disebut dengan konduksi. (Sulistyanto, Heri 2008:119)

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar IPA 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Gagne menyatakan hasil

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN ALAM SD dan MI Kelas IV ATIKAH RAHMAH

ILMU PENGETAHUAN ALAM SD dan MI Kelas IV ATIKAH RAHMAH ILMU PENGETAHUAN ALAM SD dan MI Kelas IV ATIKAH RAHMAH DAFTAR ISI Daftar isi...1 Standar Kompetensi...2 Kompetensi Dasar...2 Indikator...2 Tujuan Pembelajaran...3 Peta Konsep...4 Energi Panas...5 1. Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD 1. Pengertian IPA Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan 106 Lampiran 1. Daftar Terjemah LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat pada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghapal

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I. : SD Negeri 4 Pelem. Kelas/ Semester : IV/ 2. : 6 x 35 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I. : SD Negeri 4 Pelem. Kelas/ Semester : IV/ 2. : 6 x 35 menit 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I (RPP) 2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II (RPP) 3. SOAL TES SIKLUS I 4. SOAL TES SIKLUS II 5. LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 56 LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 58 LAMPIRAN 2 SURAT BALASAN PENELITIAN 59 LAMPIRAN 3 RPP SIKLUS 1 60 1. Setelah melakukan percobaan tentang konduksi siswa dapat menyimpulkan perpindahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu Kendaraan memerlukan bensin atau solar agar dapat dijalankan. Tanaman disiram dan diberi pupuk agar dapat tumbuh subur, hewan mencari makan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan bangsa disemua bidang kehidupan, dan salah satu usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya Matahari merupakan sumber energi panas ciptaan Tuhan YME yang sangat bermanfaat bagi manusia. Berbagai proses pengeringan memanfaatkan panas matahari yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal. Adapun tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN L A M P I R A N RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI : Memahami wujud zat dan perubahannya KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 NILAI IPA KELAS IV SEMESTER I

LAMPIRAN 1 NILAI IPA KELAS IV SEMESTER I LAMPIRAN 61 62 LAMPIRAN 1 NILAI IPA KELAS IV SEMESTER I Kelas Semester : IVA : I (satu) No. Nama NA 1 G 77 2 S 77 3 F 83 4 N 87 5 A 83 6 F 79 7 A 86 8 R 94 9 H 87 10 C 71 11 E 87 12 F 80 13 F 80 14 C 72

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

pembelajaran 2. Aktif dalam kerja kelompok

pembelajaran 2. Aktif dalam kerja kelompok LAMPIRAN 1 KISI-KISI ISTRUMEN PENELITIAN JUDUL: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran talking stick Pada Siswa Kelas IV SDN Tlogowungu, Kec Kaloran, Kab Temanggung Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I 4.1.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Perhatikan pernyataan berikut! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Angin laut terjadi pada siang hari, karena udara di darat lebih panas daripada di laut. 2. Sinar

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN Oleh: Afif Rifai 1, Suhartono 2, Ngatman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret e-mail: rifai_kbm@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. A. Latar Belakang

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. A. Latar Belakang 10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam A. Latar Belakang Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang dan malam? bagaimana matahari terbit dan tenggelam? bagaimana proses terbentuknya pelangi? Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. Inkuiri Pendekatan Pembelajaran IPA (Fisika) SD/MI.. Edi Istiyono 1 INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian IPA Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ADI SUNGKAWA A54B090021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN 69

LAMPIRAN - LAMPIRAN 69 LAMPIRAN - LAMPIRAN 69 70 LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 71 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : SD Negeri 2 Kapung Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Kelas/ Semester : IV / II

Lebih terperinci

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang 45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Menyelidiki peristiwa konveksi di dalam zat cair. II. ALAT DAN BAHAN Pembakar Spritus Statif 4 buah Korek api Tabung konveksi Serbuk teh Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pintu utama bagi siswa dalam memasuki gerbang pengetahuan, oleh karena itu kedudukan suatu pengetahuan itu sangatlah penting untuk diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) memilki peran yang

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) memilki peran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) memilki peran yang sangat penting dalam melandasi pendidikan lebih lanjut. Hal ini erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK WUJUD ZAT Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.com Kalau aku apa?, samakah dengan gambar Kelompok :. 1...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

SIKLUS 1. Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/ Alat. Kompetensi Dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian

SIKLUS 1. Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/ Alat. Kompetensi Dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian 48 SIKLUS 1 Nama Sekolah : SD Negeri 3 Tunggak Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/Semester : I / 2 Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR KELAS KONTROL LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR PERCOBAAN 1 PERPINDAHAN KALOR SECARA KONVEKSI FAKTA Proses terjadinya angin laut! Angin laut terjadi pada siang hari, proses terjadi angin laut yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang di kembangkan pada tingkat sekolah dasar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Eksperimen Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat

Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat Ida Kaniawati Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat positif. Mengembangkan keterampilan proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII A ini berjumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Uji Instrumen Soal di SDN Cebongan 03 Salatiga

Lampiran 1. Surat Izin Uji Instrumen Soal di SDN Cebongan 03 Salatiga LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1 Surat Izin Uji Instrumen Soal di SDN Cebongan 03 Salatiga 63 Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Uji Instrumen Soal di SDN Cebongan 03 Salatiga 64 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, ekonomi maupun teknologi, sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

FISIKA Konsep KTSP 2006 Usulan Surya Institute Kurikulum baru

FISIKA Konsep KTSP 2006 Usulan Surya Institute Kurikulum baru Perbandingan Kurikulum IPA antara KTSP 2006, Usulan SI, dan Kurikulum baru FISIKA Konsep KTSP 2006 Usulan Surya Institute Kurikulum baru Gerak Benda mudah bergerak dan sulit bergerak Gerak adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Erlinda Guru SDN 018 Rantau Sialang erlinda916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang telah dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus II. Setelah penyajian hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci