PERJANJIAN ANTARA SUNDA DAN PORTUGIS TAHUN 1522

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERJANJIAN ANTARA SUNDA DAN PORTUGIS TAHUN 1522"

Transkripsi

1 PERJANJIAN ANTARA SUNDA DAN PORTUGIS TAHUN 1522 Makalah Non Seminar diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh ALFAHRI SANDI HILALLIATI NPM Program Studi Prancis FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2014

2

3

4 Abstrak Perjanjian Sunda dan Portugis pada tahun 1522 adalah perjanjian mengenai pembangunan benteng oleh Portugis di daerah Sunda Kelapa yang ditandai dengan pembangunan padrão. Penelitian ini membahas pendapat Claude Guillot dan Heuken tentang perjanjian antara Sunda dan Portugis pada tahun 1522 Perbedaan pendapat kedua ahli sejarah ini terletak pada siapa yang melakukan perjanjian, tempat perjanjian, dan tempat pendirian padrão. Guillot pada tahun 1991 menyatakan bahwa yang melakukan perjanjian dengan Portugis adalah Banten, tempat perjanjian tersebut juga di Banten, dan padrão didirikan di muara sungai Cisadane. Sedangkan Heuken pada tahun 2002 menyatakan bahwa yang melakukan perjanjian dengan Portugis adalah Kerajaan Padjajaran, tempat perjanjian adalah Sunda Kelapa, dan padrão didirikan di muara sungai Ciliwung. Perbedaan pendapat ini akan dibahas dengan melihat beberapa sumber lain yang juga membahas mengenai perjanjian tersebut. The Agreement Between Sunda and Portuguese in 1522 Abstract The agreement between Sunda and Portuguese is about the construction planning of a portuguese fort near Sunda Kelapa which symbolized by a padrão. This research explain the opinion of Claude Guillot and Heuken about the agreement between Sunda and Portuguese in 1522,The different of their opinion are about who was doing the agreement, the place of agreement, and where the padrão was built. Guillot in 1991 said that the one who did the agreement with Portuguese is Banten, where the agreement is also in Banten, and the padrão was built at the mouth of Cisadane river. While Heuken in 2002 said that the one who did the agreement with Portuguese is Padjajaran, the agreement took place in Sunda Kelapa, and the padrão was built at the mouth of Ciliwung river. Differences of these opinions will be discussed by looking at some other sources that also discuss about the agreement. Key words : Banten; Padjajaran Kingdom; padrão; Portuguese; Sunda Kelapa Sunda Kelapa pada abad ke-16 Pada abad ke 16, Portugis merupakan bangsa yang besar. Negara Portugal terkenal dengan tradisi maritimnya. Hal ini didukung oleh letak Portugal yang berada diantara dua lautan, yaitu laut Mediterania dan laut Atlantik. Karena hal inilah orang-orang Portugis mulai melakukan penjelajahan untuk mencari belahan dunia baru. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan juga menjadi salah satu faktor diadakannya penjelajahan tersebut. Pada awal abad ke-16, penjelajahan Portugis mencapai wilayah Asia Tenggara, diawali dengan penaklukan Malaka oleh Alfonso d Alberquerque pada tahun Sejak penaklukan tersebut, Portugis terus berusaha menambah wilayah kekuasaannya di Asia Tenggara, salah satunya adalah wilayah Sunda Kelapa.

5 Jejak Portugis di Sunda Kelapa dapat dilihat dari arsip-arsip dan peninggalan Portugis. Arsip-arsip dan peninggalan ini kemudian diintrepretasikan oleh beberapa ahli sejarah dan kemudian menimbulkan beberapa perbedaan pendapat mengenai keberadaan Portugis di Sunda Kelapa pada abad ke 16. Ongkodharma dalam makalahnya yang berjudul Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kesultanan Banten (1995: 71) mengatakan bahwa Sunda kelapa merupakan sebuah pelabuhan utama milik Kerajaan Padjajaran. Sebenarnya Sunda Kelapa bukanlah satu-satunya pelabuhan utama yang dimiliki oleh Padjajaran, masih ada pelabuhan Banten yang juga pelabuhan utama Kerajaan Padjajaran. Namun karena letak pelabuhan Sunda Kelapa yang lebih dekat dengan Pakuan, ibu kota Padjajaran, maka Sunda Kelapa dijadikan sebagai pelabuhan inti. Kerajaan Padjajaran sendiri sebenarnya lebih mengandalkan kehidupannya pada hasil pertanian, namun untuk meningkatkan devisa dari sektor perdagangan, kerajaan ini membangun beberapa pelabuhan untuk menyalurkan hasil produksinya ke berbagai daerah. Pelabuhan Sunda Kelapa dan Banten sangat berpotensi secara geografis karena berada di pesisir utara pulau Jawa. Selain Sunda Kelapa dan Banten, Kerajaan Padjajaran juga memiliki empat pelabuhan lain yaitu, Pontang, Cigede, Tamgara, dan Cimanuk. Melalui pelabuhanpelabuhan tersebut, berbagai hasil sumber daya dari Kerajaan Padjajaran disalurkan ke penjuru dunia (Ongkodharma, 1995 : 71). Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki peranan yang sangat penting pada masa Kerajaan Padjajaran. Selain menyalurkan hasil produksi Kerajaan Padjajaran, Sunda Kelapa juga dijadikan sebagai tempat persinggahan, tempat memuat perbekalan untuk pelayaran, tempat dikumpulkannya komoditi dari daerah-daerah lain di Nusantara, dan sebagai tempat untuk membeli komoditi-komoditi yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari wilayah Asia seperti pedagang dari Gujarat, Malabar, Koromandel, dan Bengal. Para pedagang ini sejak awal sudah tertarik kepada wilayah Nusantara. Mereka menggunakan kapal dan modal sendiri. Meskipun komoditi di Sunda Kelapa tidak terlalu beragam, para pedagang ini tetap datang ke pelabuhan Sunda Kelapa untuk menunggu berputarnya angin demi meneruskan perlayaran. Hal inilah yang membuat Sunda Kelapa berkembang menjadi pelabuhan transito (Rahardjo, dkk, 1996 : 40).

6 Sebenarnya data-data mengenai kegiatan perdagangan di Sunda Kelapa baru banyak diketahui dari abad 16. Namun berdasarkan berita-berita Cina dapat dikatakan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa sudah ada sejak berabad-abad sebelumnya. Pelabuhan-pelabuhan di Jawa Barat sudah berkembang lebih dulu sebelum Malaka. Hal ini disebabkan banyaknya pelayaran dari Asia Barat melalui Selat Sunda. Wilayah di sekitar Selat Sunda banyak menghasilkan lada yang merupakan komoditi yang sangat diminati (Rahardjo, dkk, 1996 : 41). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Meil ink-roeloftsz dalam bukunya yag berjudul Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago Between 1500 and About 1630 (1976: 82) yang mengatakan bahwa kemakmuran pelabuhan-pelabuhan di Jawa Barat mungkin disebabkan oleh pedagang Asia Barat dan Cina yang berkunjung ke sana untuk mengambil lada. Menurut Tome Pires Sunda Kelapa menanam lada di sekitarnya karena permintaan lada yang meningkat. Setiap tahun Sunda Kelapa mampu menghasilkan sekitar 1000 bahar lada. Selain itu Sunda Kelapa juga medapatkan lada dari Sumatra Selatan. Pelabuhan Sunda Kelapa juga merupakan sebuah pelabuhan yang diatur dengan sangat baik (Meilink, 1976 : 113). Selain lada, Sunda Kelapa juga mendatangkan budak-budak yang berasal dari Maladewa. Budak-budak ini kemudian diperdagangkan kembali. Selanjutnya Sunda Kelapa juga menghasilkan kain tenun kasar yang banyak diekspor ke Malaka. Kain tenun ini berasal dari Keling dan Gujarat. Selain itu di Sunda Kelapa juga terdapat komoditi lain seperti Areka, air mawar, akar wangi, dan biji-bijian dari Cambay dan Kashmir (Meilink, 1976 : 83). Sunda Kelapa sejak dulu sudah mengenal negeri-negeri jauh dan barang-barang mewah. Selain dengan negeri-negeri jauh, Sunda Kelapa juga melakukan perdagangan dengan wilayahwilayah di Nusantara seperti Tanjung Pura dan Lawe, Jawa, dan Malaka (Rahardjo, dkk, 1996: 43). Berdasarkan bukti-bukti ini dapat dikatakan bahwa pada masa itu Sunda Kelapa merupakan sebuah pelabuhan yang memiliki potensi yang sangat tinggi. Melihat potensi tersebut, tidak mengherankan jika bangsa asing seperti Portugis saat itu sangat menaruh minat kepada Sunda Kelapa. Kedatangan Portugis di Sunda Kelapa

7 Kedatangan bangsa Portugis ke Sunda Kelapa diawali dengan melemahnya Kerajaan Padjajaran pada awal abad ke-16. Keadaan ini dilihat sebagai sebuah peluang bagi Kerajaan Demak untuk mengislamkan serta menaklukkan kerajaan ini. Menyadari kerajaannya yang semakin melemah dan adanya ancaman dari Kerajaan Demak, Kerajaan Padjajaran meminta bantuan pada Portugis yang berada di Malaka pada tahun Portugis menanggapi permintaan ini dengan baik. Pada tahun 1522, pihak Portugis mengirim utusannya, Henrique Lemé 1, ke Sunda Kelapa. Kedatangan Henrique Lemé bertujuan untuk mengadakan perjanjian dengan Kerajaan Padjajaran. Dalam perjanjian tersebut Portugis diberikan hak untuk membangun benteng di Sunda Kelapa dan mendapatkan 1000 karung lada setiap tahun terhitung sejak dimulainya pembangunan benteng tersebut. Sebelum meninggalkan Sunda Kelapa, Henrique Lemé mendirikan sebuah padrão di tempat yang dijanjikan untuk membangun benteng. Setelah perjanjian tersebut, Henrique Lemé kembali ke Malaka untuk melaporkan perjanjian ini kepada Jorge de Albuquerque 2 yang saat itu meminpin Malaka. Jorge de Albuquerque kemudian meneruskan laporan tersebut pada Dom João III yang saat itu memerintah Portugis. Dom João III kemudian mengutus Francisco de Sá 3 untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Francisco de Sá berangkat ke Sunda Kelapa bersama armada Vasco da Gama. Saat itu Vasco da Gama adalah wakil raja yang baru di India. Karena Vasco da Gama wafat, Francisco de Sá diberikan tugas lain dan menetap sementara di India. Setelah menyelesaikan tugasnya, Francisco de Sá kembali melanjutkan perjalanannya ke Sunda Kelapa. Saat armada Francisco de Sá tiba di Malaka, Portugis sedang menyiapkan serangan ke pulau Bintan. Armada Francisco de Sá ikut bergabung dalam serangan ini. Setelah selesai, Francisco de Sá melanjutkan kembali perjalanannya ke Sunda Kelapa. Namun ditengah perjalanan armada Francisco de Sá terserang badai sehingga armadanya terpecah. Salah satu anggota armada Francisco de Sá, Duarte Coelho 4, berhasil mencapai Sunda Kelapa lebih dulu. 1 Henrique Lemé adalah seorang kapten kapal Portugis yang memimpin pelayaran ke Sunda Kelapa pada tahun 1522 (Heuken 2002: 72). 2 Jorge de Albuquerque adalah seorang kapten atau komandan benteng Portugis di Malaka ( dan ). Dia adalah sepupu dari Afonso de Albuquerque yang berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511 (Heuken, 2002: 79) 3 Francisco de Sá adalah bangsawan yang diutus oleh Dom João III untuk melaksanakan pembangunan benteng di Sunda Kelapa. Namun karena reputasinya yang buruk saat berada di Bintan, tentara Islam yang saat itu sudah menguasai Sunda Kelapa melarang Francisco de Sá untuk mendarat di Sunda Kelapa (Heuken, 2002: 148). 4 Duarte Coelho adalah seorang petualang Portugis terkenal di Asia ( ) dan Brazil (1503; ) (Heuken, 2002: 111)

8 Namun saat mereka sampai, ternyata Sunda Kelapa sudah jatuh ke tangan Kerajaan Demak. Kapal Doarto Coelho diserang oleh tentara Islam yang menduduki Sunda Kelapa. Saat Francisco de Sá tiba di Sunda Kelapa, kedudukan Kerajaan Demak sudah sangat kuat sehingga mampu untuk menggagalkan rencana Portugis membangun benteng di Sunda Kelapa. Karena gagal melaksanakan perjanjian, Francisco de Sá kembali ke Malaka. Sebelum kembali ke Malaka Francisco de Sá mendirikan sebuah padrão di sebelah barat Pelabuhan Sunda Kelapa (Djajadiningrat, 1983 : 79 81). Pendapat Guiilot dan Heuken Keberadaan Portugis di Sunda Kelapa menuai beberapa perbedaan pendapat sejarawan. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh perbedaan interpretasi sumber-sumber sejarah. Dua ahli sejarah yang memiliki perbedaan pendapat tersebut adalah Jean Claude Guillot dan Adolf Heuken. Jean Claude Guillot adalah seorang ahli sejarah Banten sedangkan Adolf Heuken adalah seorang ahli Jakarta. Pendapat mereka bersinggungan pada bahasan mengenai perjanjian antara Sunda dan Portugis tahun Pendapat Guiilot Jean Claude Guillot adalah seorang peneliti asal Prancis. Beliau pernah menjadi dosen bahasa Prancis di berbagai Universitas di Mesir, Tanzania, dan Indonesia. Pada tahun 1981, Guillot membuat disertasi yang membahas perjuangan Kiai Sadrach dan masyarakat Kristen pertama di Desa Karangjoso (Saefullah, 2009). Claude Guillot banyak menulis buku mengenai Banten seperti The Sultanate of Banten, Banten Sebelum Zaman Islam: Kajian Arkeologi di Banten Girang , dan Banten : Sejarah dan Peradaban Abad X XVII. Dalam bukunya yang berjudul Banten : Sejarah dan Peradaban Abad X XVII (2008 : 31) Guillot mengatakan bahwa pengetahuan mengenai perjanjian antara Portugis dan Sunda Kelapa sebagian besar berasal dari catatan dua penulis kronik asal Portugis, João de Barros 5 dan Diogo do Coutu 6. Peristiwa penting dalam tulisan kedua orang ini diakui oleh umum karena membantu dalam memahami dan menanggali dengan tepat perebutan kekuasaan daerah Sunda Kelapa oleh 5 João de Barros adalah salah satu sejarawan besar Portugis. Dia banyak membuat laporan mengenai Portugis di Asia (Heuken, 2002: 106). 6 Diogo do Coutu adalah seorang sejarawan Portugis yang melanjutkan pekerjaan Barros, membuat laporan mengenai Portugis di Asia (Heuken, 2002: 107)

9 orang-orang Muslim. Namun Guillot mencoba untuk memperlihatkan bahwa perjanjian tersebut perlu dibahas kembali dan dokumen-dokumen yang baru ditemukan atau yang sudah lama diketahui, yang semasa dengan peristiwa tersebut, jelas menunjukkan kekeliruan penafsiran tersebut. Dalam penafsiran catatan João de Barros dan Diogo do Coutu, para ahli sejarah sepakat untuk menganggap bahwa Kerajaan Sunda yang disebut dalam kedua catatan tersebut adalah Padjajaran dan pelabuhan Sunda yang disebutkan dua kali oleh Barros adalah Kelapa-Jakarta. Intinya semua kejadian yang disebutkan dalam kedua catatan itu terjadi dalam wilayah Pakuan dan Kelapa. Henrique Lemé dianggap melakukan perundingan dengan para penguasa Pakuan kemudian mendirikan padrão di Kelapa. Dan di Kelapa pula para pelaut kapal Doarto Coelho dibunuh. Disana pula Francisco de Sá mencoba membangun benteng yang telah dijanjikan, tetapi hal tersebut gagal dilaksanakan (Guillot, 2008: 34). Menurut Guillot, kedua catatan tersebut satu dengan yang lainnya tidak sesuai. Barros dan Couto tidak mengenal pulau Jawa, sehingga mereka kesulitan menafsirkan nama-nama tempat yang memang sangat tidak jelas bagi orang yang tidak mengenal situasi di bagian barat pulau Jawa (Guillot, 2008 : 35). Untuk memahami dengan jelas kekaburan nama-nama tempat tersebut, Guillot menggunakan teks yang sezaman dengan peristiwa tersebut, seperti teks surat Bras Bayão tahun 1540, pedoman pelayaran tahun 1528, surat Francisco de Sá tanggal 10 September 1527, dan lain sebagainya. Dari teks-teks tersebut Guillot menarik beberapa kesimpulan diantaranya : Padrão yang didirikan oleh Henrique Lemé bukan berada di Jakarta. Menurut Guillot Pelabuhan Sunda yang disebutkan dalam perjanjian tahun 1522 bukanlah daerah Kelapa, tetapi disamakan dengan pelabuhan Jakarta. Guillot mengambil tiga buah sumber untuk membuktikan pendapatnya ini yaitu peta sekitar tahun 1540, pedoman pelayaran (roteiro) sekitar tahun 1528 dan akta notaris tahun Pertama peta yang dibuat sekitar tahun 1540 ini adalah peta pertama yang dilengkapi dengan sejumlah nama tempat di pantai utara bagian barat Jawa. Peta ini memuat tiga nama tempat di barat ke timur, yaitu Çumda, aguada do padrã, dan Calupu (Guillot, 2008: 37). Cortesão dalam Suma Oriental mengatakan bahwa Calupu adalah Kelapa, nama kuno Jakarta, dan juga mengatakan bahwa aguada do padrã

10 merujuk pada padrão yang didirikan oleh Lemé tahum Padahal pada peta tersebut daerah Sunda tempat Lemé mengadakan perundingan adalah daerah Banten. Peta ini dengan jelas menunjukkan bahwa tempat ini berada di sebelah barat Pelabuhan Kelapa. Jadi dapat dikatakan bahwa Lemé bukan mendirikan padrão di Kelapa-Jakarta. Kemudian keterangan selajutnya didapatkan dari buku pedoman pelayaran tahun Buku ini menyebut dua kali nama pelabuhan Sunda-Banten (Sumdabãta dan Sumdabamta) dan satu kali menyebut Banten (Bamta), lalu menuju kearah timur terdapat sebuah tanjung, di tanjung tersebut terdapat sebuah sungai dan disanalah Francisco de Sá meletakkan sebuah padrão lain pada tanggal 30 Juni Sungai tersebut disebut sebagai sungai Cigidy, yang sekarang disebut sungai Cisadane. Kemudian disebut lagi bahwa di arah timur dari tempat tersebut terdapat pelabuhan Sumdacalapa. Keterangan berikutnya didapatkan dari akta notaris tahun Akta tersebut dibuat oleh notaris yang menyertai Francisco de Sá. Dalam akta tersebut dijelaskan bahwa Francisco de Sá mendirikan sebuah padrão di pantai Sunda. Dikatakan bahwa Francisco de Sá turun ke darat diikuti oleh sejumlah besar orang Portugis yang membawa bendera kerajaan, lalu mendirikan sebuah padrão sebagai tanda penguasaan daerah tersebut atas nama raja Portugal, sesuai dengan perjanjian yang dibuat Henrique Lemé dan raja Sunda tahun 1522 (Guillot,2008: 41). Berdasarkan keterangan ini Guillot berkesimpulan bahwa Francisco de Sá mendirikan sebuah padrão di tempat yang sama dengan padrão yang didirikan oleh Lemé, dan tempat itu bukan di Sunda Kelapa. Hal yang diungkapkan oleh Guillot bertentangan dengan fakta bahwa sebuah padrão ditemukan di Jakarta, tepatnya di Sungai Ciliwung. Menanggapi hal ini Guillot mengatakan bahwa kemungkinan padrão ini dipindahkan ke sana. Menurutnya perpindahan ini bukanlah sesuatu yang aneh apalagi dengan melihat rentang waktu antara pendirian dan penemuan yang sangat jauh, yaitu 400 tahun (Guillot, 2008: 50). Arti ganda kata Sunda. Nama Sunda sejak dulu digunakan untuk menyebut daerah di bagian barat pulau Jawa. Namun orang-orang Portugis menggunakan kata Sunda (Çumda) untuk menunjukkan daerah dan wilayah tersebut, karena dengan pelabuhan itulah mereka

11 mempunyai hubungan yang erat, yaitu Banten. Guillot menduga bahwa kata Banten tidak digunakan karena khawatir akan tertukar dengan kata yang hampir sama bunyinya bagi mereka seperti Bintan dan Banda. Pelabuhan Sunda yang disebutkan bukanlah pelabuhan Sunda Kelapa melainkan pelabuhan Banten. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam peta tahun 1540 daerah Sunda lebih merujuk pada daerah Banten. Yang dimaksud dengan raja Sunda. Menurut Guillot, raja Sunda yang sering disebutkan dalam berbagai teks bukanlah raja Padjajaran, melainkan penguasa Banten (Guillot, 2008: 54). Hal ini dapat dikatakan karena semua kejadian tersebut terjadi di Banten. Saat itu raja Sunda memang menghendaki kedatangan bangsa Portugis untuk menghalau serangan dari Demak. Pembangunan sebuah benteng di muara sungai Cisadane tidak begitu berarti bagi raja di Pakuan, tetapi benteng ini akan sangat berarti bagi penguasa Banten. Benteng tersebut dapat memperkuat penjagaan batas timur Banten dari serangan Demak. Padjajaran bukanlah kerajaan dengan sistem terpusat. Terdapat kesalah pahaman orang Eropa dalam memahami sistem pemerintahan di Jawa. Mereka menganggap bahwa sistem pemerintahan kerajaan di Jawa sama seperti kerajaan di Eropa yaitu sistem kerajaan yang terpusat, padahal kerajaan kerajaan di Jawa terdiri atas negeri-negeri kecil yang memiliki sistem otonomi sendiri namun tetap mengakui kedaulatan kerajaan utama (Guillot, 2008 : 55). Banten merupakan salah satu negeri kecil di bagian wilayah Kerajaan Padjajaran. Melihat kerajaan Padjajaran yang mulai melemah, Banten ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menguatkan internal banten itu sendiri,namun Banten juga khawatir akan kekuatan Demak yang semakin menguat. Oleh karena itu Banten meminta bantuan kepada Portugis di Malaka. Inti dari pendapat Guillot adalah bahwa perjanjian tahun 1522 bukan terjadi di Sunda Kelapa melainkan di Banten. Yang meminta bantuan kepada Portugis di Malaka bukanlah Kerajaan Padjajaran melainkan Banten. Banten yang melihat Padjajaran mulai melemah ingin memperkuat kekuasaannya sekaligus mempertahankan diri dari serangan Demak yang terletak di timur Banten.

12 Pendapat Heuken Adolf Heuken yang lahir pada 17 Juli 1929 di Coestfield, Jerman, adalah seorang pendeta Katholik yang sudah mengabdikan dirinya di Jakarta selama 50 tahun. Heuken menyelesaikan sekolah menengah di Gymnasium Johann-Conrad-Schule, Münster, NRW, pada Selanjutnya memasuki seminari untuk persiapan menjadi imam Katolik, kemudian mengabdikan diri di Keuskupan Agung Münster, dan tahun 1963 mulai bekerja di Indonesia. Nama Heuken mulai dikenal masyarakat melalui karyanya yaitu, Kamus Dwibahasa Indonesia-Jerman, Kamus Jerman-Indonesia, Deutsch-Indonesisch Wörterbuch, dan Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Bisa dikatakan bahwa beliau adalah ahli sejarah Jakarta (Ucan, 2013). Heuken memiliki pendapat yang berbeda dengan Guillot mengenai perjanjian antara Sunda dan Portugis tahun Dalam bukunya yang berjudul The Earliest Portuguese Sources for the History of Jakarta (2002: 84-90, 122 ) Heuken mengungkapkan sanggahannya atas pendapat Guillot. Pertama mengenai tempat perjanjian tahun Menurut Heuken tempat perjanjian dan pendirian padrão tersebut bukanlah di Banten Girang dan muara sungai Cisadane. Tidak mungkin Portugis dan penguasa Sunda setelah melakukan perjanjian di Banten Girang pergi ke muara sungai Cisadane yang berjarak 60 km ke timur untuk mendirikan padrão. Lebih masuk akal jika perjanjian tersebut terjadi di Sunda Kelapa kemudian mereka pergi tidak jauh dari sana ke muara sungai Ciliwung untuk mendirikan padrão. Peta tahun 1540 yang digunakan Guillot untuk mendukung argumennya menurut Heuken tidak tepat. Tempat yang seharusnya berdekatan satu sama lain diletakkan di tempat yang salah. Selain itu peta ini hanya menunjukkan tempat Francisco de Sá menempatkan padrão bukan berarti Lemé juga meletakkan padrão di tempat yang sama. Heuken juga mengatakan bahwa lebih tepat jika benteng yang dijanjikan tersebut berada di Sunda Kelapa. Benteng tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung untuk kota tersebut karena kota tersebut merupakan kota pelabuhan yang sangat penting. Sedangkan jika benteng tersebut dibangun di daerah Kelapa di Banten, maka benteng tersebut kurang berguna karena daerah Kelapa di Banten hanyalah sebuah perkampungan biasa dan tidak penting. Selain itu pendapat Guillot yang menyatakan bahwa Sunda yang disebutkan dalam teks-teks Portugis selalu mengacu pada Banten sangat lemah. Daerah Sunda berarti wilayah di bagian barat Jawa.

13 Menurut Heuken, Francisco de Sá memang mendirikan sebuah padrão hanya saja padrão tersebut tidak didirikan di tempat yang sama dengan tempat Lemé mendirikan padrão. Francisco de Sá berniat untuk membangun benteng ditempat yang telah dijanjikan sebelumnya. Namun de Sá dilarang untuk menginjakkan kakinya di Sunda Kelapa. Pasukan Islam saat itu sangat kuat sehingga de Sá tidak mampu menghadapi serangan tersebut. Akhirnya de Sá memilih untuk pergi dan mendirikan padrão di tempat lain. Akta notaris tahun 1527 yang digunakan oleh Guillot untuk memperkuat argumennya menurut Heuken tidak mengatakan bahwa de Sá mendirikan padrão di tempat yang sama dengan Lemé. Namun akta tersebut memang menyatakan bahwa pihak Sunda meminta de Sá memenuhi isi perjanjian dengan membangun sebuah benteng. Untuk itu de Sá mendirikan padrão dan kembali ke Malaka untuk meminta bantuan. Heuken juga mempertanyakan pendapat Guillot yang mengatakan bahwa ada yang memindahkan padrão yang didirikan Lemé dari sungai Cisadane ke muara sungai Ciliwung, tempat padrão tersebut ditemukan pada awal abad 20. Menurutnya bagaimana mungkin ada yang secara sengaja memindahkan benda seberat itu dan jika memang padrão tersebut dipindahkan apa alasannya. Tidak mungkin benda seperti itu dipindahkan tanpa alasan yang jelas. Pembahasan Pendapat Guillot dan Heuken Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa Guillot dan Heuken memiliki pendapat yang sangat berbeda satu sama lain. Guillot menyatakan bahwa yang mengadakan perjanjian dengan Portugis adalah Banten dan seluruh kejadian tersebut terjadi di Banten. Sedangkan Heuken menyanggah pendapat Guillot tersebut. Berdasarkan sumber-sumber yang diambil dari buku-buku mengenai sejarah Sunda Kelapa, kemungkinan besar perjanjian antara Sunda dan Portugis terjadi di daerah Sunda Kelapa. Ongkodharma dalam makalahnya yang berjudul Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kesultanan Banten (1995: 71) mengatakan bahwa hubungan dagang yang terjadi di Sunda Kelapa pada masa kerajaan Sunda agaknya lebih luas daripada bandar-bandar dagang lainnya. Perdagangan di Sunda Kelapa mencapai Palembang, Lawe, Tanjung Pura, Malaka, Makassar, Jawa, dan Madura, sedangkan para saudagar berdatangan dari Malaka, India, Cina, Arab, dan Portugis. Dari pernyataan ini kita dapat melihat bahwa pada masa Kerajaan Sunda, terlepas dari fakta apakah

14 Sunda yang dimaksud disini adalah Banten atau Padjajaran, Sunda Kelapa merupakan tempat yang sangat penting sebagai Bandar perdagangan dibandingkan Bandar dagang lainnya di Sunda. Berdasarkan pernyataan tersebut kita dapat menganggap bahwa perjanjian tahun 1522 lebih mungkin terjadi di Sunda Kelapa. Dari pernyataan itu pula kita dapat melihat bahwa ada saudagar dari Malaka dan Portugis yang datang ke Sunda Kelapa. Hal ini menandakan bahwa Portugis sudah mengetahui betapa pentingnya Sunda Kelapa sehingga rasanya lebih mungkin jika Portugis ingin membangun sebuah benteng disana. Ongkodharma juga menyatakan Banten hanyalah Bandar kedua terbesar setelah Sunda Kelapa (1995 : 72). Pernyataan ini memperkuat dugaan bahwa benteng yang akan dibangun oleh Portugis memang berada di Sunda Kelapa. Kemudian Rahardjo dalam bukunya Sunda Kelapa sebagai Bandar di jalur Sutra ( 1996, 47-48) mengatakan bahwa dalam usaha menghadapi kekuatan kerajaan Islam dari Demak dan Cirebon yang terus menerus berupaya mengembangkan wilayahnya ke arah Kerajaan Sunda, menyebabkan secara politis berusaha untuk membina hubungan baik dengan Portugis yang telah menguasai Malaka sejak Untuk itu Raja Jayadewata mengirim utusan yang dipimpin oleh Sang Hyang, salah seorang puteranya yang menguasai daerah Sangiang (sekitar Jatinegara sekarang). Sang Hyang berhubungan pertama kali dengan d Alboquerque untuk meminta bantuan Portugis dalam menghadapi perluasan wilayah Islam. Bahkan sebagai tindak lanjut d Alboquerque mengirim sebuah kapal dibawah pimpinan Henrique Lemé ke Bandar Sunda Kelapa dengan membawa hadiah untuk Raja Sunda dan surat pernyataan persahabatan. Henrique Lemé diterima dengan gembira dalam suasana persahabatan. Kemudian pada tanggal 21 Agustus 1522 perjanjian tersebut ditandatangani. Dari pernyataan tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa Rahardjo juga berpendapat bahwa perjanjian antara Sunda dengan Portugis pada tahun 1522 dilaksanakan di Sunda Kelapa. Kerajaan Sunda yang disebutkan oleh Rahardjo kemungkinan besar adalah Kerajaan Padjajaran. Dikatakan bahwa Raja Jayadewata mengutus puteranya Sang Hyang untuk menemui pihak Portugis. Pernyataan ini mempertegas bahwa Kerajaan Padjajaranlah yang mengadakan perjanjian dengan Portugis bukan Banten. Pernyataan yang mengatakan bahwa Sang Hyang adalah seorang penguasa yang berkuasa di daerah Sangiang yang sekarang berada di sekitar Jatinegara juga mempertegas bahwa perjanjian tersebut diadakan di Sunda Kelapa. Letak

15 daerah Sangiang yang dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa membuat perjanjian antara Kerajaan Pajajaran dan Portugis lebih tepat dilaksanakan di Sunda Kelapa. Guillot sendiri juga meyetujui bahwa gelar Sangyang atau Sang Hyang adalah sebuah gelar untuk bangsawan. Guillot juga mengatakan bahwa Sang Hyang yang dimaksud adalah seorang penguasa di daerah Banten (Guillot, 2008 : 54). Dapat dilihat bahwa terdapat sedikit hal yang berbeda antara Guillor dan Rahardjo. Hal itu adalah letak kekuasaan Sang Hyang yang merupakan utusan dari Kerajaan Pajajaran. Rahardjo mengatakan bahwa tempat Sang Hyang berkuasa adalah Sangiang yang sekarang adalah daerah sekitar Jatinegara yang berarti dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa. Sedangkan Guillot mengatakan bahwa Sang Hyang adalah penguasa di daerah Banten. Hal ini membuat Guillot mengatakan bahwa kemungkinan besar perjanjian dengan Portugis diadakan di daerah Banten. Banyak sumber yang mengatakan jika perjanjian tersebut dilaksanakan di sebuah tempat bernama Calapa. Jika Sang Hyang yang disebutkan berasal dari daerah sekitar Jatinegara maka kemungkinan besar daerah Calapa tersebut adalah pelabuhan Sunda Kelapa. Hal ini sangat mungkin mengingat pelabuhan Sunda Kelapa merupakan sebuah pelabuhan besar dan letaknya juga cukup dekat dengan pusat Kerajaan Padjajaran. Pembangunan benteng yang akan dilakukan oleh pihak Portugis juga akan lebih menguntungkan jika dilakukan di sebuah pelabuhan besar. Namun jika Sang Hyang yang dimaksud merupakan penguasa di daerah Banten, maka kemungkinan daerah Calapa yang dimaksud bukanlah pelabuhan Sunda Kelapa. Nama Calapa atau Kelapa memang banyak digunakan di daerah Jawa bagian Barat. Daerah yang bernama Kelapa juga ada di daerah Banten. Daerah inilah yang dicurigai oleh Guillot sebagai tempat perjanjian Sunda dengan Portugis berlangsung. Jatuhnya Bandar Sunda Kelapa sebagai pintu keluar bagi Kerajaan Sunda akan lebih memudahkan pula untuk menghancurkan Kerajaan Hindu demi kemajuan dan kebebasan penyebaran agama Islam di Indonesia (Rahardjo, dkk, 1996 : 49). Berdasarkan pernyataan ini terlihat bahwa Bandar Sunda Kelapa sangat penting bagi Kerajaan Padjajaran. Jadi sangatlah wajar jika mereka mengizinkan Portugis untuk membangun sebuah benteng disana. Namun sayang pembangunan benteng tersebut tidak sempat terlaksana karena Bandar Sunda Kelapa diserang oleh tentara muslim yang dipimpin oleh Fatahillah sebelum perjanjian antara Kerajaan Padjajaran dan Portugis terlaksana. Hal ini justru disebabkan oleh perjanjian itu sendiri. Kerajaan

16 Sunda dan Portugis tidak menyadari bahwa dengan adanya perjanjian itu mengundang gerakan Islam untuk lebih cepat dan giat berjuang, mendorong orang-orang muslim lebih cepat menduduki wilayah-wilayah strategis Kerajaan Padjajaran sebelum Portugis melaksanakan niatnya (Rahardjo, dkk, 1996 : 48). Kemudian perbedaan pendapat antara Heuken dan Guillot juga terletak pada penempatan padrão yang dibangun oleh Portugis untuk menandai tempat yang akan dibangun benteng. Guillot mengatakan bahwa padrão tersebut diletakkan di muara sungai Cidigy atau sungai Cisadane (Guillot : 43). Sedangkan Heuken berpendapat bahwa padrão tersebut diletakkan di muara sungai Ciliwung dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa (Heuken, 2002 : 84). Padrão ini sendiri ditemukan 400 tahun kemudian pada tahun 1918 di dekat muara sungai Ciliwung. Guillot menggunakan tiga buah sumber untuk membuktikan pendapatnya. Sumbersumber tersebut adalah peta sekitar tahun 1540, pedoman pelayaran (roteiro) sekitar tahun 1528, dan akta notaris tahun Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan mengenai Guillot, menurutnya ketiga sumber ini menyebutkan bahwa tempat perjanjian antara Sunda dan Portugis pada tahun 1522 adalah Banten. Kemudian berdasarkan sumber yang ditulis oleh Barros dan Coeto bahwa sebuah padrão didirikan di tempat yang tidak jauh dari tempat perjanjian untuk memberi tanda tempat akan dibangun sebuah benteng. Jika kita telusuri maka akar masalah dari perbedaan pendapat mengenai letak padrão yang diletakkan oleh Henrique Lemé pada tahun 1522 adalah kembali pada masalah tempat perjanjian. Tempat perjanjian menurut Guillot adalah Banten dekat muara sungai Cigidy atau yang sekarang bernama sungai Cisadane sehingga padrão tersebut diletakkan di muara sungai Cisadane. Sedangkan menurut Heuken tempat perjanjian tersebut adalah Sunda Kelapa dan padrão tersebut diletakkan di muara sungai Ciliwung. Hosein Djajadiningrat dalam bukunya Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten (1983: 79) mengatakan bahwa Henrique Lemé tiba di pelabuhan Sunda Kelapa dan diterima dengan baik oleh raja yang mempunyai kepentingan untuk bersahabat dengan orang-orang Portugis. Dari pernyataan tersebut kita dapat melihat bahwa Portugis datang ke pelabuhan Sunda Kelapa dan kemungkinan besar perjanjian antara Kerajaan Padjajaran atau yang sering juga disebut Kerajaan Sunda dengan Portugis bertempat tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa. Hosein

17 Djajadiningrat (1983: 80) juga mengatakan bahwa sebuah tugu batu dibangun pada muara sungai sebelah kanan di sebuah tempat yang disebut Calapa. Pernyataan ini menyatakan dengan jelas bahwa tugu batu atau padrão tersebut diletakkan di sebuah muara sungai. Masalahnya adalah sungai apakah yang dimaksudkan, sungai Cisadane atau sungai Ciliwung. Namun berdasarkan fakta bahwa padrão tersebut ditemukan pada tahun 1918 di muara sungai Ciliwung maka kemungkinan besar padrão tersebut memang diletakkan di muara sungai Ciliwung dan daerah Calapa atau Kelapa yang dimaksud berada tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa bukan di daerah Banten. Guillot mengatakan bahwa kemungkinan padrão yang didirikan oleh Lemé yang seharusnya berada di sungai Cisadane dipindahkan ke muara sungai Ciliwung sehingga padrão tersebut ditemukan disana. Heuken kemudian mempertanyakan pernyataan tersebut. Tidak mungkin padrão tersebut dipindahkan tanpa alasan. Seandainya benar padrão tersebut dipindahkan, atas dasar apa padrão tersebut dipindahkan. Memang jarak pendirian dan penemuan padrão sangat jauh, 400 tahun, tapi untuk berpindah tempat sejauh itu sangat kecil. Batu padrão tersebut juga tidak mungkin terbawa arus air sampai ke muara Ciliwung karena berat padrão tersebut kurang lebih 100 kg (Heuken, 2002: 90). Guillot juga menyebutkan bahwa lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1527 saat Francisco de Sá datang ke Sunda untuk melaksanakan perjanjian, karena gagal menjalankann perjanjian tersebut Francisco de Sá meletakkan lagi sebuah padrão di tempat yang sama dengan padrão yang diletakkan oleh Henrique Lemé sebelumnya (2008: 41-42). Kegagalan tersebut disebabkan oleh Sunda yang sudah dikuasai oleh tentara Islam yang dipimpin oleh Falatehan atau Fatahillah. Tentara Islam yang sudah menguasai Sunda Kelapa tidak mengizinkan Portugis untuk mendarat di pelabuhan Sunda Kelapa dan menyerang mereka (Heuken, 2002 : 91). Berdasarkan pernyataan Heuken tersebut tidak mungkin Francisco de Sá dapar meletakkan sebuah padrão di tempat yang sama dengan padrão yang diletakkan oleh Henrique Lemé. Jika memang Francisco de Sá meletakkan sebuah padrão maka padrão tersebut pasti diletakkan di tempat yang berbeda. Kerajaan Padjajaran merupakan sebuah kerajaan besar. Walaupun kerajaan ini sudah mulai melemah sejak awal abad ke-16, Kerajaan Padjajaran masih tetap bertahan hingga lewat pertengahan abad ke-16. Sejak awal sudah banyak diketahui bahwa kerajaan Padjajaran memiliki hubungan yang kurang baik dengan kerajaan di Jawa. Melemahnya kerajaan Padjajaran tentu

18 menjadi kesempatan yang sangat bagus bagi kerajaan di Jawa, Demak, untuk menyerang Padjajaran. Tentu sangat mungkin jika Padjajaran meminta bantuan dari luar, dalam hal ini Portugis, untuk membantu mempertahankan wilayahnya. Karena kemungkinan besar perjanjian tahun 1522 dan rencana pembangunan benteng diadakan di Sunda Kelapa, tentu ini sangat menguntungkan bagi Padjajaran. Hal ini dikarenakan letak Sunda Kelapa yang tidak jauh dari Pakuan, ibu kota Padjajaran. Jika yang meminta bantuan pada Portugis adalah Banten, maka hal itu tentu kurang menguntungkan bagi Banten karena letak Sunda Kelapa yang jauh dari pusat kota Banten. Kesimpulan Berdasarkan penjabaran sebelumnya, dapat dikatakan bahwa perbedaan interpretasi dapat terjadi saat menafsirkan sebuah arsip. Perbedaan interpretasi tersebut bukan berarti sesuatu yang buruk. Perbedaan tersebut justru menambah pengetahuan dan menimbulkan berbagai macam dugaan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dugaan-dugaan tersebut juga sangat menarik untuk didalami lebih lanjut. Dengan mendalami lebih lanjut, kejadian yang terjadi di masa lampau, khususnya kejadian yang terjadi antara Portugis dan Sunda Kelapa, kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi akan terungkap. Selain itu masih banyak arsip-arsip mengenai hal ini yang belum dibaca. Merupakan sebuah kewajiban untuk membaca dan menafsirkan arsip-arsip tersebut agar kebenaran akan keberadaan bangsa Portugis di Sunda Kelapa menjadi lebih jelas. Berdasarkan sumber-sumber yang ditulis oleh penulis lain, dapat dilihat bahwa kemungkinan besar perjanjian antara Sunda dan Portugis pada tahun 1522 memang dilaksanakan di daerah Sunda Kelapa. Kemudian sumber-sumber tersebut juga lebih condong mengatakan bahwa yang mengadakan perjanjian dengan Portugis adalah Kerajaan Padjajaran yang sedang menghadapi ancaman dari Kerajaan Demak. Walaupun demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkian bahwa perjanjian tersebut benar dilaksanakan di daerah Banten dan Banten pula yang mengadakan perjanjian tersebut. Oleh karena itu penelitian yang lebih mendalam mengenai perjanjian antara Sunda dan Portugis perlu dilakukan kembali dengan menelusuri arsip-arsip lain yang berhubungan dengan periode ini.

19 Daftar Referensi Djajadiningrat, Hosein. (1983). Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten. Jakarta: Penerbit Djambatan. Guillot, Claude. (2008). Banten : Sejarah dan Peradaban Abad X XVII. Jakarta : KPG, EFEO, Forum Jakarta-Paris, Pusat Penelitian dan Perkembangan Arkeologi Nasional Jakarta. Heuken SJ, A. (2002). The Eaerliest Portuguese Sources for the History of Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka. Ongkodharma, Heryanti. (1995). Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kesultanan Banten Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra Kumpulan Makalah Diskusi. Ed. R.Z. Leirissa. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan dokumentasi sejarah nasional. Rahardjo, supratikno dkk. (1996). Sunda Kelapa sebagai Bandar di jalur Sutra. Depdikbud: Jakarta. Roelofsz, Meilink. (1976). Asian Trade and European Influence in the Indonesia Archipelago Between 1300 and about The Haque : Martinus Nijhoff. Sumber Online Saefullah, Asep. (2009). Membaca Sejarah Banten dari Sumber Asing. Diakses pada 26 September 2014 dari lektur.kemenag.go.id. Ucan, Indonesia. (2013). Romo Heuken SJ, Ahli Sejarah Kota Jakarta. Diakses pada 18 September 2014 dari

20

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan

Lebih terperinci

Masa Hindu-Buddha. Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

Masa Hindu-Buddha. Masa Islam dan awal kolonialisme Barat Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Alburquerque. Peristiwa jatuhnya Malaka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 27 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1.Konsep Visual DARI EROPA HINGGA INDONESIA Gambar 5.1 Buku ini menceritakan tentang bagaimana pentingnya perjalanan bangsa Eropa mencari rempah yang kemudian mengubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH :

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH : YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 MODUL 2 BAHASA INDONESIA TEKS CERITA SEJARAH DAN CERPEN SEJARAH XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH : Dra. M.M. Lies Supriyantini 1 TEKS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

kediaman tuhan Hindu iaitu Brahma, Siva dan Vishnu. Latihan: Pelanduk Mitos Hindu Pokok Melaka 1. Senarai di atas berkaitan dengan A asal usul Parames

kediaman tuhan Hindu iaitu Brahma, Siva dan Vishnu. Latihan: Pelanduk Mitos Hindu Pokok Melaka 1. Senarai di atas berkaitan dengan A asal usul Parames samsudin abd kadir Page 1 14/06/2008 BAB EMPAT PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA 1.3 Zaman Kesultanan Melayu Melaka a. Pengasasan Kesultanan Melayu Melaka i. Kedatangan Parameswara ii. Asal usul Melaka

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting

Lebih terperinci

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa

Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa PETA PENJELAJAHAN SAMUDRA 1. Penjelajahan samudra bangsa Spanyol Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol mengadakan penjelajahan samudra.

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH 5W + 1H Apa Asal-usul Kerajaan AcehDarussalam? Siapakah Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam? Kapan Kerajaan Aceh didirikan? Dimana Terletak Kerajaan Aceh? Mengapa Kerajaan Aceh Darussalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa ini pernah menemukan atau memiliki sebuah masa kejayaan yang

Lebih terperinci

SEJARAH JAKARTA. Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia

SEJARAH JAKARTA. Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia SEJARAH JAKARTA Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia NASKAH KUNO Naskah Chu Fan Chi karya Chan Yu-kua (1225 M), menginformasikan peta topografi Nusa Kelapa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB 6 : KEMEROSOTAN MELAKA

BAB 6 : KEMEROSOTAN MELAKA BAB 6 : KEMEROSOTAN MELAKA FAKTOR KEMEROSOTAN MELAKA 1.Kelemahan kepemimpinan 2.Masalah perpaduan 3.Kelemahan askar Melaka 4.Kedatangan Portugis 1. Kelemahan kepemimpinan Sultan 1.Sultan Mahmud Shah bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3 1. Hipotesis yang menyebutkan bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa ke Indonesia oleh para pedagang adalah hipotesis...

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih. Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang

Lebih terperinci

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe. 1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh

Lebih terperinci

DEUREUHAM DAN AKTIVITAS PERDAGANGAN MARITIM DI SAMUDERA PASAI

DEUREUHAM DAN AKTIVITAS PERDAGANGAN MARITIM DI SAMUDERA PASAI DEUREUHAM DAN AKTIVITAS PERDAGANGAN MARITIM DI SAMUDERA PASAI Stanov Purnawibowo Balai Arkeologi Medan Abstract Deureuham of Samudera Pasai Kingdom is one of the fact of the past in line with commercial

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci

BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk menjelaskan kedatangan bangsa Eropa dan perkembangan agama Nasrani pada masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI

HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun Oleh: ARIFAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M 62 Kerjasama Kerajaan Sriwijaya dengan Dinasti Tang. Alan Saputra, Yunani Hasan. KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN 683-740 M Alan Saputra, Yunani Hasan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA (m/s 47 48)

PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA (m/s 47 48) KOTA A FAMOSA PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA (m/s 47 48) PALEMBANG Pengasas Kesultanan Melayu Melaka = PARAMESWARA pada tahun 1400. Parameswara = putera Palembang (Kerajaan Srivijaya). Kerajaan Majapahit

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Perkembangan Islam di Indonesia Fakultas PSIKOLOGI Maukuf, M.Pd Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id PErdagangan Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat

Lebih terperinci

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pantai utara atau dikenal dengan akronim Pantura Jawa Barat merupakan bentangan wilayah yang memiliki banyak keunikan, baik dari segi geografis, kesenian,

Lebih terperinci

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1 1. Perhatikan percakapan di bawah ini. SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1 Udin senang sekali berada di kompleks Masjid Agung Demak. Banyak hal yang

Lebih terperinci

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci