TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Potensi Tanah Sulfat Masam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Potensi Tanah Sulfat Masam"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Potensi Tanah Sulfat Masam Tanah sulfat masam umumnya bertekstur liat, berada di lahan rawa pantai serta memiliki lapisan gambut tipis <20 cm dan memiliki lapisan pirit yang belum teroksidasi (bahan sulfidik) atau sudah teroksidasi (horizon sulfidik) pada kedalaman 0-50 cm. Lapisan pirit atau sulfidik, adalah lapisan tanah yang mengandung pirit >2%, sedangkan horizon sulfidik adalah horizon tanah yang terbentuk oleh adanya proses oksidasi pirit yang pada umumnya dicirikan oleh terdapatnya jarosite dan ph tanah <3.5 (Widjaja-Adhi, 1992). Tipologi lahan rawa di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan identifikasi dan karakteristik tanah, maka tanah sulfat masam terdapat dua macam (Soil Survey Staff, 1996), yaitu (1) Sulfat masam potensial, dimana pirit masih berupa bahan sulfidik dalam status reduksi pada kedalaman 0-50 cm dan ph >4.0, termasuk dalam klasifikasi tanah Entisols: Histic Sulfaquents, Haplic Sulfaquents, Typic Sulfaquents, dan (2) Sulfat masam aktual, dimana memiliki horizon sulfurik atau pirit yang telah teroksidasi pada kedalaman 0-50 cm dan ph <3.5, termasuk dalam klasifikasi tanah Inceptisols: Typic Sulfaquepts, Sulfic Tropaquepts. Soil Survey Staff (1996) mendefinisikan lapisan sulfidik secara lebih rinci, yaitu lapisan tanah yang memiliki ph >3.5 dimana jika diinkubasi pada kondisi kapasitas lapang dengan ketebalan lapisan tanah 1 cm selama 8 minggu, maka ph tanah akan turun 0.5 satuan atau lebih sampai nilai 4.0 atau kurang.

2 Tabel 1. Tipologi Lahan Rawa di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua I Simbol I Karakter / Kriteria Berdasarkan kedalaman gambut: G1 [ Gambut danqkal, cm G2 Gambut sedang, cm G3 Gambut dalam, cm G4 Gambut sanqat dalam, >300 cm Berdasarkan kedalaman letak lapisan pirit dan oksidasi pirit: SMPl SMP2 SMP3 Lahan sulfat masam potensial danqkal, kedalaman lapisan pirit <50cm Lahan sulfat masam potensial dalam, kedalaman lapisan pirit cm Lahan sulfat masam potensial sangat dalam, kedalaman lapisan pirit cm SMAl Lahan sulfat masam aktual, oksidasi pirit telah terjadi tetapi belum menunjukkan adanya horizon sulfidik (adanya jarosite, ph ~5.5) SMA2 Lahan sulfat masam aktual, telah terlihat ciri horizon sulfidik dan kedalaman bercak berpirit cm SMA3 Lahan sulfat masam aktual, horizon sulfidik telah terlihat (adanya iarosite. DH ~3.5) dan kedalaman bercak ber~irit >I00 cm 1 Berdasarkan kedalaman dan lama qenanqan: R1 R2 R3 Rawa dangkal, kedalaman <50 cm, lama genanqan <3 bulan Rawa tenqahan, kedalaman cm, lama qenanqan 3-6 bulan Rawa dalam, kedalaman >I00 cm, lama genangan >6 bulan Sumber: Widjaja-Adhi, 1987; Ritzema et al., 1992 Luas lahan bertanah sulfat masam di seluruh dunia kurang lebih 12 juta hektat- (Dent, 1986). Beek et al. (1980) dalam Konsten et al (1990) memperkirakan luas tanah sulfat masam di dunia lebih besar lagi, juta hektar. Dari luasan tersebut, menurut Nugroho et al, (1992) yang terdapat di Indonesia kurang lebih 6.7 juta hektar. Lahan bertanah sulfat masam memiliki topografi datar sehingga sesuai untuk berbagai jenis penggunaan. Tanah sulfat masam potensial dapat berubah menjadi tanah sulfat masam aktual apabila mengalami drainase yang berlebihan akibat reklamasi. Pirit yang semula stabil dan tidak berbahaya pada kondisi anaerob akan teroksidasi apabila kondisi berubah menjadi aerob. Turunnya permukaan air tanah akibat pembuatan saluran drainase secara perlahan-lahan akan

3 memungkinkan oksigen masuk ke dalam tanah dan selanjutnya akan mengoksidasi pirit membentuk asam sulfat, ion hidrogen dan besi feri. Apabila oksidasi pirit berlangsung cepat, maka akan terbentuk mineral jarosite berupa bercak-bercak karatan berwarna kuning jerami (Dent, 1986; Langenhoff, 1986). Ketersediaan air di lahan pasang surut sulfat masam dari segi kuantitas umumnya tidak menjadi masalah. Disamping itu, kenyataan menunjukkan bahwa daerah tanah sulfat masam umumnya memiliki iklim yang sesuai untuk berbagai jenis tanaman terutama tanaman pangan. Ditinjau dari sifat tanah, tanah sulfat masam memiliki potensi yang rendah untuk budidaya tanaman. Drainase tanah sulfat masam umumnya buruk, sehingga bila tanpa perbaikan drainase, tidak banyak tanaman yang dapat dikembangkan. Namun perbaikan drainase yang terlalu dalam melampaui kedalaman lapisan pirit dapat mengakibatkan sifat tanah memburuk. Konsten et al. (1990) menyatakan bahwa pengelolaan tanah sulfat masam sering memerlukan masukan teknologi cukup mahal sehingga sampai saat sekarang banyak yang belum termanfaatkan atau kalaupun sudah termanfaatkan ditinggalkan oleh petani setelah budidaya tanamannya gagal. Lebih lanjut ditegaskan bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan pada tanah sulfat masam adalah pengelolaan air, khususnya untuk mengendalikan kemasaman tanah (Widjaja-Adhi, 1998).

4 Beberapa Karakter Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Menurut Direktorat Rawa (1992) dan Noorsyamsi et al. (1984), rawa pasang surut dibedakan rnenjadi 4 tipe berdasarkan kernarnpuan air pasang rneluapi lahan, yaitu : 1. Tipe A adalah lahan rawa di bagian paling rendah dipengaruhi oleh pasang surut harian. Selalu terluapi air pasang harian, pasang besar dan pasang kecil, sepanjang tahun selama musim penghujan dan rnusim kemarau. Pasang surut harian rnendominasi neraca air, dan profil tanah selalu jenuh air. Wilayahnya terletak diantara surut terendah rata-rata dan pasang kecil rata-rata. 2. Tipe B adalah lahan rawa di bagian agak lebih tinggi (antara lain ke arah tanggul sungai atau ke arah kubah), dipengaruhi langsung oleh pasang surut harian tetapi hanya terluapi oleh pasang besar saja dan tidak terluapi oleh pasang kecil atau pasang harian tertinggi. Air menggenang selama pasang besar, dan air tanah berada di bawah permukaan tanah selama pasang kecil. Wilayahnya terletak diantara pasang kecil rata-rata dan pasang besar rata-rata. 3. Tipe C adalah lahan pasang surut yang relatif kering, tidak dipengaruhi oleh pasang surut harian. Tidak pernah terluapi air pasang walaupun pasang besar. Air pasang berpengaruh melalui air tanah, dan oleh karena itu air tanahnya dangkal < 50 crn dari permukaan tanah. Pada rnusim penghujan dapat terluapi oleh air hujan atau air yang berasal dari wilayah hutan. 4. Tipe D adalah lahan pasang surut yang tergolong kering. Lahan tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Kedalaman air tanah umumnya

5 > 50 cm dari permukaan tanah. Air pengairan semata-mata datang dari air hujan atau air yang berasal dari wilayah hutan. Ritzema et al: (1992) mengklasifikasi lahan pasang surut berdasarkan tipe luapan pasang surut dan jenis tanah sulfat masam, yaitu lahan tipe luapan A didominasi oleh tanah sulfat masam potensial, lahan tipe luapan B didominasi oleh tanah sulfat masam aktual, lahan tipe luapan C didominasi oleh tanah sulfat masam aktual, dan lahan tipe luapan D didominasi oleh tanah sulfat masam potensial atau aktual. Lokasi-lokasi dimana kondisi hidrologi sangat dipengaruhi oleh iklim, maka konsep tersebut harus didasarkan pada musim (musim penghujan atau musim kemarau). Menurut Subagyo dan Widjaja-Adhi (1996) bahwa tata air mikro dibangun pada lahan budidaya memperhatikan sifat tanah dan tipe luapan pasang surut. Untuk lahan pasang surut yang didominasi oleh tanah sulfat masam potensial, maka penggenangan atau mempertahankan air tanah diatas lapisan pirit merupakan strategi yang sangat penting. Apabila saluran-saluran air diperlukan, maka penggalian saluran tersebut hendaknya tetap diatas lapisan pirit. Pembuangan tanah galian yang mengandung pirit harus diperhatikan sebab pirit yang terangkat tersebut akan teroksidasi dan tanah galian menjadi masam. Kemasaman tersebut akan berbahaya bagi daerah di sekelilingnya apabila terbawa air hujan. Sebagai contoh di daerah Barambai Kalimantan Selatan, tanah galian yang mengandung pirit telah teroksidasi dan menjadi masam, merusak tanaman disamping tanggul-tanggul galian tersebut.

6 Oleh karena itu pembuatan saluran-saluran disamping tanggul-tanggul harus dilakukan hati-hati. Peranan Amelioran pada Tanah Sulfat Masam Pemberian amelioran kapur pada tanah sulfat masam dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Salah satlr pengaruh terpenting dari pengapuran adalah menurunkan aktivitas Al yang berlebihan dan menurunkan kemasaman tanah, serta untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Kalsium dari bahan kapur dapat memperbaiki struktur tanah (Baver, 1960 dan Soepardi, 1983). Sumbangan ion ca2+ dapat rneningkatkan terjadinya flokulasi di dalam tanah sehingga memperbaiki struktur tanah yang lebih stabil. Arsyad (1980) menyatakan bahwa Ca berperan dalam pengikatan butir-butir liat secara kimia melalui ikatan antara bagian negatif liat dengan gugus negatif senyawa organik berantai panjang dengan pertautan basa dan ikatan hidrogen. Pengaruh lain adalah peningkatan serapan P melalui pertumbu han dan perkembangan akar tanaman dengan teratasinya keracunan Al, Fe dan Mn, serta memperbaiki serapan Ca, Mg dan Mo oleh tanaman (Soepardi, 1983). Menurut Smilde (1990) bahwa pemberian kapur lebih ditujukan untuk mengontrol alumunium dan pertumbuhan tanaman padi pada ph Tanah pada umumnya mengandung sejumlah kecil fosfor tersedia secara alamiah, dan kegiatan pertanian mengangkut fosfor tersebut sebanding dengan hasil yang dipanen. Pertanian intensif khususnya di tanah-tanah tropik yang

7 sangat tercuci memberikan hasil semakin menurun dan akhirnya tidak menghasilkan apabila fosfor tidak ditambahkan (Cathcart, 1987). Penggunaan fosfat alam berkualitas tinggi untuk budidaya tanaman mempunyai beberapa manfaat. Fosfat alam mempunyai sifat tidak larut dalam air, kadar P dan Ca cukup tinggi, unsur P tersedia lambat, mempunyai efek residu jangka panjang. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, maka fosfat alam sangat sesuai apabila digunakan sebagai sumber P untuk tanah sulfat masam yang mempunyai reaksi tanah masam dengan kemampuan menyerap P dan kadar sulfat yang tinggi (Khasawneh dan Doll, 1978; Hammond, 1978; Hammond dan Diamond, 1987). Sebagai bagian yang penting di dalam tanah, fosfor terdapat dalam bentuk P-organik dan P-anorganik. Dalam kondisi tanah yang tergenang, P- anorganik lebih berperan dalam penyediaan P untuk tanaman (Patrick dan Mahapatra, 1968). Hasil penelitian Mahapatra dan Patrick (1969) menunjukkan bahwa penggenangan kontinyu mempengaruhi distribusi P-anorganik. Bentuk AI-P dan Fe-P menurun akibat penggenangan, sedangkan bentuk Ca-P relatif stabil. Pada penggenangan tanah yang sedikit masam kadar Ca-P dan Fe-P meningkat, sedangkan AI-P menurun. Pemberian amelioran fosfat alam pada tanah sulfat masam di Karang Agung Sumatera Selatan memberikan hasil gabah lebih baik dibanding pupuk TSP, dan mempunyai efek residu hingga musim tanam ketiga (Subiksa etal., 1991).

8 Kombinasi pemberian fosfat alam 50 kg P205/ha dengan kapur 6.25 ton/ha pada tanah sulfat masam di Thailand menghasilkan gabah tertinggi 3.04 ton/ha (Attanandana dan Vacharotayan, 1984). Pengelolaan Air pada Tanah Sulfat Masam Pengelolaan air makro dan mikro pada tanah sulfat masam selain sebagai air irigasi adalah bertujuan untuk mencuci sumber kemasaman yang larut air dan yang dapat dipertukarkan. Prinsipnya, air bersih efisien untuk mencuci asam sulfat bebas, besi terlarut serta garam alumunium tanah. Pencucian dengan air payau atau air laut dapat mencuci Al-dd melalui pertukaran Na, Ca atau Mg dari air yang ditambahkan. Pencucian dengan air payau secara efisien mengusir Al-dd apabila dilakukan dalam kondisi oksidatif. Apabila dalam kondisi reduktif, Al akan mengendap sebagai AI(OH)3 atau AIOHS04 (van Mensvoort et al., 1991). Penggenangan petakan sawah melalui pemberian air irigasi secara berangsur-angsur akan mengubah sifat-sifat tanah sawah melalui proses reduksi. Ponnamperuma et al. (1977) menyatakan bahwa reduksi tanah akibat penggenangan akan mempengaruhi ph, ketersediaan hara, atau munculnya bahan-bahan yang meracuni tanaman. Menurut Tan (1982) bahwa setelah tanah sulfat masam yang aerobik digenangi air, maka nitrat pada tanah tersebut akan segera direduksi diikuti kemudian dengan direduksinya Mn dan Fe. Akibat reduksi ini konsentrasi ~ n dan ~ ~ + e akan ~ + meningkat. Tetapi kemudian setelah reduksi berlangsung beberapa lama, maka konsentrasi ~ n ~ + dan -Fez' menurun kembali. Menurut Couto et al. (1988) walaupun tanah

9 digenangi air sampai 90 hari secara terus menerus tetapi apabila bahan organik tanah tersebut sangat rendah atau hampir tidak ada, maka proses reduksi dapat terhambat sehingga peracunan logam berat sulit untuk dihindari. Dent (1986) mengemukakan bahwa proses oksidasi pirit pada tanah sulfat masam terjadi dalam beberapa tahap dan melibatkan proses kimia serta mikrobiologis. Mula-mula oksigen terlarut dalam air tanah bereaksi lambat dengan pirit, menghasilkan besi fero (Fez+) dan belerang dengan reaksi sebagai - beri kut : FeS2 + 1/ H+ Fe S + HzO...(1) Oksidasi belerang secara kimia terjadi sangat lambat, tetapi dapat juga berlangsung cepat apabila ada bakteri autotrop yang berperan sebagai katalisator. Proses oksidasi be rjalan dengan reaksi sebagai berikut : S HZ 0 - sod H+... (2) Pada ph kurang dari 3.5 perubahan tersebut melalui proses kimia berlangsung lambat. Bakteri 7hiobacill.s ferrooxidan yang hidup pada ph rendah dan banyak terdapat pada tanah sulfat masam, mengoksidasi Fe2+ menjadi ~ e dengan ~ + cepat dan selanjutnya Fe3+ yang dihasilkan terlibat kembali dalam proses oksidasi pirit. Reaksi adalah sebagai berikut : Fe2+ + o2 + H+ T;hiobacillus fermxidan.... ~ e + ~ l/2 + H20 (3) Sebagian besar kemasaman (H') yang dihasilkan dalam proses oksidasi pirit oleh Fe3+, digunakan dalam proses oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dengan ba ntua n Thiobacillus ferrooxidan seperti persamaan reaksi di atas. Reaksi oksidasi pirit yang terjadi dalam beberapa tahap dengan hasil akhir feri hidroksida secara ringkas seperti persamaan reaksi sebagai berikut :

10 Oksidasi pirit pada tanah sulfat masam akibat drainase telah banyak diperlajari. Drainase tanah meningkatkan potensi reduksi-oksidasi. Pengaruh oksidasi pirit akibat drainase terhadap ph tanah bervariasi, tergantung sifat tanah yang bersangkutan. Tanah sulfat masam di Pulau Petak Kalimantan Tengah, ph-nya menurun dengan cepat segera setelah penerapan perlakuan drainase. Adanya karbonat menahan terjadinya penurunan ph, dan tanah di Pulau Petak mengandung karbonat sedikit (Ritzema et al., 1992). Akibat oksidasi pirit mengakibatkan perubahan kandungan ion-ion di dalam larutan tanah dan di kompleks jerapan. Selama proses oksidasi, SO$' dalam larutan tanah meningkat cepat dan sebaliknya ~ e dan ~ + ~ e menurun. ~ + Penurunan kandungan besi tersebut karena te rjadinya presipitasi besi dalam bentuk jarosite. Setelah periode oksidasi, kompleks jerapan didominasi oleh AI~+ yang menggantikan ca2+ dan ~ g (Ritzema ~ + et al., 1992). Hasil penelitian Yuliana (1998) menunjukkan bahwa drainase tanah sulfat masam selama 8 minggu dengan kedalaman air bawah tanah sedalam 20 cm dari permukaan lapisan pirit meningkatkan Al-dd dari 7.61 menjadi mef100g tanah, menurunkan besi fero dari menjadi ppm, meningkatkan besi feri dari menjadi ppm. Sedangkan pada kedalaman air bawah tanah 40 cm dari permukaan lapisan pirit, Al-dd meningkat dari 7.61 menjadi me/loog tanah, besi fero menurun dari menjadi ppm, dan besi feri meningkat dari menjadi ppm.

11 Penggenangan tanah sulfat rnasam yang telah mangalami oksidasi akan rnengubah kondisi oksidatif menjadi reduktif. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut : Reaksi reduksi tersebut berlangsung dengan bantuan bakteri anaerob. Oleh sebab itu dibandingkan dengan yang te qadi pada tanah biasa, kecepatan reduksi tanah sulfat masam yang digenangi lebih lambat karena kemasarnan yang tinggi, rendahnya ketersediaan hara dan bahan organik yang mudah terdekornposisi, atau kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut yang mengakibatkan bakteri anaerob kurang rnampu berkembang. Reaksi reduksi tersebut AP+. rnengakibatkan peningkatan ph dan menurunkan tingkat aktivitas Penurunan aktivitas A13+ akan menurunkan tingkat toksisitasnya, tetapi di lain pihak kondisi reduktif tersebut dapat mengakibatkan tirnbulnya unsur atau senyawa lain yang juga bersifat racun bagi tanaman, yaitu ~e~+, H2S dan C02 yang terlarut dalam jumlah tinggi dalam larutan tanah (Dent, 1986). Timbulnya H2S tersebut menurut Dent (1986) dan Konsten (1990) karena proses reduksi ~ 0 dengan ~ reaksi ~ - sebagai berikut : Perlakuan penggenangan 3 bulan setelah tanah sulfat masarn didrainase 8 minggu dengan kedalaman air bawah tanah 40 cm dari lapisan pirit, rneningkatkan ph tanah dari 4.26 rnenjadi 4.32 dan kandungan Fe2+ dari rnenjadi pprn (Yuliana, 1998). Ritzema et al,(1992) menyatakan

12 bahwa penggenangan 300 hari pada tanah sulfat masam di Pulau Petak setelah didrainase 450 hari mengakibatkan kandungan Fe2+ pada tanah tersebut meningkat dengan cepat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya proses reduksi Fe3+ yang berbentuk amorf menjadi ~ e~+. Penelitian pencucian pada tanah sulfat masam di lapang juga telah banyak dilakukan. Pencucian tana h sulfat masam yang disawahkan dengan jarak saluran cacing berukuran lebar 20 cm, dalam 30 cm, dan jarak antar saluran cacing 6 m meningkatkan ph tanah sebesar 0.55 pada musim tanam tahun pertama dan 0.99 pada musim tanam kedua (Subiksa et al., 1991). Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa pencucian dengan air pasang lebih efektif dibanding air hujan (Didi Ardi etal., 1995). Pada kondisi tergenang, kemasaman tanah dapat dikurangi namun disisi lain muncul masalah keracunan besi ferro (Fez+), hidrogen sulfida, C& dan asam-asam organik. Masalah fisik tanah yang sering dijumpai adalah terhambatnya perkembangan akar tanaman pada horizon sulfurik karena tanaman kekurangan air, pematangan tanah terhambat serta saluran drainase tertutup oleh deposit oksida besi. Pada kondisi seperti ini, pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah terhambat sehingga penyediaan hara dan bahan organik lambat. Jenis tanaman yang dapat tumbuh baik akan sangat terbatas dengan hasil rendah. Tanaman padi dapat beradaptasi dengan baik pada tanah sulfat masam karena ia tumbuh pada kondisi tanah yang tergenang.

13 Dalam rancangan infrastruktur hidrologi, pengelolaan air dibedakan ke dalam pengelolaan air makro, yaitu penguasaan air pada tingkat kawasan reklamasi, dan pengelolaan air mikro yaitu pengelolaan air di tingkat lahan sawah. Pengelolaan air makro bertujuan agar berfungsinya kawasan retarder, kawasan sempadan dan saluran intersepsi serta jaringan drainase irigasi. Pengelolaan air di tingkat tersier terkait dengan pengelolaan air makro dan pengelolaan air mikro (Widjaja-Adhi, 1995). Dalam penelitian ini dibuat saluran cacing (saluran dangkal intensif = Intensive Shallow Drainage System) dengan konstruksi: lebar cm, kedalaman cm, dan jarak antar saluran cacing adalah 3 m, 6 m, 9 m, 12 m, dan panjang 25 m. Penentuan jarak saluran cacing 3 m adalah karena tingkat kandungan Fe pada lokasi percobaan cukup tinggi. Adanya saluran cacing akan mempercepat pencucian unsur-unsur yang bersifat racun yang mungkin terbentuk khususnya di lapisan tanah atas, dan memberikan pengaruh yang positif terhadap perbaikan kualitas air dalam peningkatan hasil padi (Subagyono et a/, 1998). Dalam musim kemarau kemungkinan muka air tanah turun di bawah lapisan pirit, maka ha1 ini harus dicegah dengan mempertahankan selalu adanya air dalam saluran cacing. Saluran cacing ini berfungsi juga untuk mempertahankan keadaan anaerob. Walaupun saluran cacing telah diusahakan terisi air, proses pemasaman masih tetap berlangsung hanya tidak sekuat apabila air di saluran cacing tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu pada permulaan musim hujan sebelum tanam, air dibiarkan menggenang beberapa cm diatas permukaan tanah, kemudian dibuang. Proses pencucian ini perlu

14 dilakukan 2-3 kali sebelum menanam padi. Perlakuan jarak saluran cacing 3 m, 6 m, 9 m dan 12 m adalah berdasarkan petunjuk bahwa semakin rapatnya jarak saluran cacing, maka proses pencucian air lahan semakin intensif. Untuk tingkat kandungan Fe tanah yang tinggi diperlukan jarak saluran cacing yang lebih rapat. Petani di delta sungai Mekong Vietnam mempraktekkan penggunaan saluran dangkal intensif dengan lebar 40 cm, kedalaman cm, dan jarak antara saluran 9 m (Nguyen van Luat, 1984). Subagyono et al. (1998) menyatakan bahwa jarak saluran cacing 12 m memberikan kualitas air dan kontribusi terhadap hasil padi yang terbaik di Unit Tatas Kalimantan Tengah. Pada MT.1992 memberikan hasil padi (IR-64) tertinggi yaitu 3.64 ton GKP/ha berbeda nyata dengan hasil padi pada jarak 24 m. Sedangkan menurut Ismail et al. (1993), untuk budidaya sawah sulfat masam potensial dengan lokasi luapan pasang tipe B dan tipe C pada Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa - Swamps 11 dianjurkan jarak saluran cacing 6 m dan 9 m. Didi Ardi et al. (1995) menyatakan pada tanah sulfat masam potensial di Karang Agung Ulu bahwa jarak saluran cacing 6 m dengan sistem penggenangan dan pencucian oleh air pasang yang ada memberikan hasil tanaman padi 3 ton GKG/ha. Saluran keliling (saluran dangkal = Shallow Drainage System) dibuat dengan konstruksi; lebar 40 cm, kedalaman cm. Adanya saluran keliling akan membantu mengeluarkan pencucian unsur-unsur yang bersifat racun yang mengalir dari saluran cacing dan seterusnya ke saluran kuarter.

15 Tanggul petakan dan tanggul batas kepemilikan sawah dibuat dengan konstruksi lebar cm dan tinggi 50 cm. Pembuatan tanggul ini ditujukan untuk menanggulangi masuknya air dari luapan arus pasang ke lahan yang dibudidayakan agar tidak te rjadi banjir sehingga hilangnya amelioran dan pupuk yang diberikan ke dalam tanah sawah dapat dikendalikan. Respon Tanaman Padi Terhadap Keracunan Besi Besi merupakan komponen dari berbagai enzim tanaman dan berperan sebagai; (1) katalisator dalam berbagai proses metabolisme, (2) pembentukan klorofil, dan (3) merupakan komponen enzim reduksi-oksidasi apabila bergabung dengan senyawa organik. Kekurangan atau kelebihan unsur besi dapat menyebabkan timbulnya gangguan pada pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil padi (Satari et al., 1990). Keracunan besi sangat ditentukan oleh Fe terlarut, bukan oleh Fe total. Fe larut dan tersedia bagi tanaman pada ph 3 sampai 5 (Ponnamperuma, 1977). Jones (1998) menyatakan bahwa keperluan hara untuk tanaman padi yang cukup adalah dalam kisaran: N ( %), P ( %), K ( %), Ca ( %), Mg ( %), S ( %) dan Fe ( ppm), tanpa menunjukkan adanya toksisitas (non toksik). Apabila te rjadi toksik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, maka gejala itu disebabkan hara yang diserap berlebihan dan tejadi ketidak-seimbangan hara (Bennett, 1994; Jones, 1998). Menurut Marschner (1995), mekanisme toleransi tanaman padi sawah terhadap keracunan Fe ada 2 tipe, yaitu: (1) Tipe excluder, dimana tanaman

16 mengakumulasi unsur Fe yang berlebihan di akar, ion ~ e yang ~ + berlimpah dalam tanah dihambat untuk masuk ke dalam zone perakaran, dan (2) Tipe includer, dimana akar tanaman menyerap unsur racun dan menahannya di daun. Mekanisme toleransi tipe includer untuk tanaman padi pada lahan basah, dimana ion Fe2+ yang berlebihan diserap oleh akar kemudian dinetralisir oleh enzim SOD (Superoksida Dismutase) menghasilkan H202. Selanjutnya Hz02 yang terbentuk tersebut dengan bantuan enzim peroksidase dan/atau katalase menghasilkan H20 dan triplet oksigen yang tidak beracun bagi tanaman. Pada keadaan Fe yang tinggi tersebut sangat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fe diserap oleh tanaman dalam bentuk Fe2' (Fe-larut), yang kemudian dapat bereaksi dengan oksigen membentuk oksigen radikal bebas dan Fe3+. Ion radikal bebas yang dihasilkan ini akan menyerang lemak tak jenuh pada tanaman, dimana lemak ini adalah salah satu penyusun membran sel (Halliwell dan Gutteridge, 1986; Hall dan Cuppett, 1997). ~ e yang ~ + terbentuk dari hasil reaksi oksidasi tersebut, kemungkinan menyebabkan "bronzing" pada akar maupun pada daun (Yamauchi, 1989). Adanya pengendapan besi pada akar ini kemungkinan menyebabkan terganggunya transportasi hara kation terutama kation valensi rendah termasuk K'. Kation K+ mempunyai sifat sebagai ion-exchange. Unsur kalium diperlukan dalam memperbaiki kualitas tanaman. sebagai alat angkut ("Cation exchange"). Dalam tanaman unsur K berfungsi Unsur K dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda, sehingga gejala kekahatan pertama kali pada daun tua. Gejala pada tanaman padi, sel di ujung dan tepi daun mula- mula mati dan nekrosis meluas ke bawah sepanjang tepi menuju bagian muda

17 di dasar daun. K merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi (Bhandal dan Malik, 1988). Keadaan K yang rendah menyebabkan mobilitas transpor unsur danfatau senyawa dalam tanaman menjadi rendah sehingga pertumbuhan tanaman menjadi sangat kerdil (Thomson et al., 1989). Adanya perbedaan kemampuan varietas padi sawah melepas oksigen dari akar dan mengoksidasi ~ e dalam ~ + rizosfir adalah berhubungan dengan toleransi tanaman terhadap keracunan besi (penyakit bronzing atau penyakit Akagare). Perbedaan dalam "Oxidation Power" dari akar ini adalah jelas kelihatan dengan mudah dari perbedaan dalam jumlah endapan Fe(OOH), pada akar (Armstrong, 1969). Transpor oksigen dari tajuk ke akar dan rizosfir dengan mudah diperlihatkan dalam species tanaman lahan basah (Greenwood, 1967), dan transpor oksigen mengambil tempat melalui rongga aerenkim dalam kortek akar (Jensen et al., 1967). Besi yang menumpuk di daun tua tidak mudah bergerak dalam floem karena besi diendapkan dalam sel daun sebagai oksida tak larut atau dalam bentuk senyawa feri fosfat anorganik atau organik. Salah satu bentuk besi yang mantap dan banyak terdapat di daun disimpan dalam kloroplas sebagi kampleks besi protein disebut fitoferitin (Seckbach, 1982; Price dan Hendry, 1991). Senyawa kompleks besi protein dalam kloroplas memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat pada daun (bronzing). Aktivitas polifenol oksidase meningkat dengan adanya keracunan besi dan oksidasi polifenol menyebabkan bronzing (Price dan Hendry, 1991; Peng dan Yamauchi, 1993). Bronzing pada daun ini kemungkinan akan mengurangi proses fotosintesis sehingga fotosintat

18 yang dihasilkan juga akan berkurang. Masuknya senyawa besi ke aliran pengangkutan floem akan menghambat translokasi fotosintat. Keracunan besi (bronzing) adalah masalah serius dalam produksi tanamn padi sawah. Kandungan kritis keracunan kira-kira 500 mg Fefkg berat kering daun, tetapi lebih banyak tergantung pada faktor lain seperti kandungan hara mineral lainnya (Yamauchi, 1989). Menurut Satari et al. (1990) keracunan besi tanah sawah mempunyai dampak negatif terhadap produktivitas sawah dalam wujud hasil gabah kering giling per hektar yang rendah. Hasil penelitian di daerah Pleret, Purwakarta dan desa Gadasoli pada jenis tanah latosol tercatat bahwa apabila tejadi keracunan besi maka berat hasil hanya 0.8 tonfha. Bila gejala tidak berat hasil dapat mencapai 3.5 tonfha, sedangkan apabila tidak te jadi keracunan besi hasil mencapai 4-6 tonfha. Gejala keracunan besi sudah dapat terlihat pada umur tanaman satu bulan, sedangkan gejala berat terlihat pada masa primordia. Varietas lokal umumnya lebih tenggang terhadap keracunan besi. Di Jawa Barat varietas Cisadane menunjukkan gejala ringan dibandingkan IR-26, sedangkan varietas Batang Ombilin dan Cimandiri di daerah Lampung lebih tahan terhadap keracunan besi. Penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat (1988) menunjukkan bahwa untuk padi IR-26, gejala keracunan besi timbul setelah fase pembungaan. Dampak yang ditimbulkan adalah daun bendera berwarna coklat kemerahan mulai dari ujung daun dan kemudian menyebar ke bagian pangkal daun. Gejala keracunan dapat pula tejadi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman padi, baik pada fase pertunasan, bunting maupun setelah masa pembungaan. Pada

19 keadaan sangat parah, perkembangan akar terhambat, jumlah bulir per malai rendah sehingga hasil menurun. Batas kritis ketenggangan tanaman padi terhadap keracunan besi, dilaporkan 300 ppm Fe dalam daun (Yoshida, 1981), sedangkan peneliti lain memperoleh batas kritis bervariasi dari 30 hingga 500 ppm Fe (Jayawardhana, 1989). Bronzing pada daun adalah tipe penyakit yang berhubungan dengan hara dalam padi disebabkan oleh keracunan besi, maka daun dapat mengandung 700 mg Fe/kg berat kering atau lebih tinggi lagi (Yamauchi, 1989). Pada kondisi keracunan Fe3' tejadi defisiensi atau kahat unsur hara P karena tejadi fiksasi sangat kuat terhadap P-tersedia oleh ion-ion Fe yang melimpah. Kemungkinan juga terjadi kahat hara makro, khususnya N, K dan Ca karena ketersediaan hara tersebut pada ph <4.0 menjadi sangat berkurang. Reaksi pertukaran basa-basa tanah pada kompleks liat ddn humus dengan ion AP+ dan Fe2' yang melimpah dapat mencuci ion basa yang hanyut terbawa air mengalir, dan tanah menjadi miskin basa. Pada kondisi penggenangan, sewaktu air tanah mulai naik ke permukaan dan selama musim hujan tejadi peningkatan ph karena proses reduksi, maka keracunan Al menjadi berkurang. Sebaliknya akan te qadi keracunan Fe2+ karena keberadaan ion Fe2+ melimpah >500 ppm, yang terbentuk dari reduksi ~ e~+. Konsentrasi ~ e sebesar ~ ppm sudah sangat meracuni tanaman padi sawah. Terdapat dua keadaan yang dapat memungkinkan tejadinya keracunan besi, yaitu: (1) Keracunan besi karena kadar Fe2+ yang tinggi, (2) Keracunan besi

20 karena kadar ~ e yang ~ ' rendah yang dirancang oleh faktor-faktor lain seperti status hara yang rendah, H2S dan sebagainya.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan

Lebih terperinci

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Areal Pasang Surut

Lebih terperinci

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air Budidaya jenuh air merupakan sistem penanaman dengan membuat kondisi tanah di bawah perakaran tanaman selalu jenuh air dan pengairan untuk membuat kondisi tanah jenuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi 102 PEMBAHASAN UMUM Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi dengan pembuatan saluran irigasi dan drainase agar air dapat diatur. Bila lahan tersebut dimanfaatkan untuk bertanam

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP. Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang Suhendar Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi yang Menyebabkan Berdasarkan hasil-hasil penelitian penyebab keracunan besi beragam, bukan hanya disebabkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter dalam Hadisaputra, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter dalam Hadisaputra, 2011). 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terak Baja 2.1.1. Pengertian Terak Baja Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai 30-45 juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas lahan gambut di dunia (Rieley et al., 2008). Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lahan kering beriklim kering, yang banyak dijumpai di kawasan timur Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si PERMASALAHAN AIR TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR Dalam pengelolaan tata air makro pada lahan rawa lebak menggunakan SISTEM POLDER. Pada sistem polder diperlukan bangunan air,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.

TINJAUAN PUSTAKA. baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34%

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LatarBelakang Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% (BPS, 2013), sementara itu sebagian besar penduduk Indonesia (± 90%) masih menjadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik atau

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sulfat Masam Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik atau sulfurik pada kedalaman 120 cm dari permukaan tanah mineral. Pada umumnya lahan sulfat masam terbentuk

Lebih terperinci

UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH ABSTRAK

UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH ABSTRAK UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH DEWI YULIANA E. Universitas Hindu Indonesia Denpasar ABSTRAK This research consisted of green house experiment prepared

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat bahaya, pada waktu derajat keasaman 3.0. Tanah menjadi racun,

TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat bahaya, pada waktu derajat keasaman 3.0. Tanah menjadi racun, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sulfat Masam Bahan sulfat masam terdiri atas tanah salin atau sedimen yang terdapat besi sulfida (FeS 2 ) di atas layer tanah dalam keadaan tergenang atau kondisi anaerob. Akan tetapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN Besi dan mangan merupakan unsur mikro esensial untuk tumbuhan tetapi toksik pada konsentrasi tinggi. Besi dan mangan merupakan logam-logam transisi pertama dan ketiga terbanyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Sawah Menurut Supraptohardjo dan Suhardjo (1978), jenis tanah yang banyak digunakan untuk persawahan adalah Aluvial dan Gleisol. Kedua jenis tanah ini berdasarkan Soil Taxonomy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Tanaman Padi Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman padi hingga masulcnya awal fase generatif meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami KEMASAMAN TANAH Sri Rahayu Utami PENGELOLAAN TANAH H 2 O 2 H + + O -2 ph = - log [ H + ] H + OH - H + OH - H +OH - Acid ph = 6.0 Neutral ph = 7.0 Alkaline ph = 8.0 Acidity Neutrality Alkalinity Gambut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agronomis Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

KEMASAMAN TANAH. Wilayah tropika basah. Sebagian besar tanah bereaksi masam. Kemasaman tanah menjadi masalah utama

KEMASAMAN TANAH. Wilayah tropika basah. Sebagian besar tanah bereaksi masam. Kemasaman tanah menjadi masalah utama KEMASAMAN TANAH Wilayah tropika basah Sebagian besar tanah bereaksi masam Kemasaman tanah menjadi masalah utama Luas dan sangat potensial untuk pertanian Tanah yang banyak BO juga bereaksi masam TANAH

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fosfor dalam Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fosfor dalam Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fosfor dalam Tanah Secara umum fosfor di dalam tanah digolongkan dalam dua bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik (Black 1976). Sebagian besar senyawa fosfor inorganik adalah

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci