BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from
|
|
- Herman Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Sejak saat itu banyak sekali campur tangan Amerika dalam pemerintahan Jepang, salah satunya adalah pembuatan dan pengesahan Undang-Undang Dasar Negara bernama Democratic Constitution yang merubah segala sistem pemerintahan Jepang dan juga US-Japan Security Alliance atau ( 日本国とアメリカ合衆国との間の安全保障条約 ) pada tahun 1951 yang sangat berpengaruh terutama dalam bidang keamanan dan militer. Hal ini disebutkan dalam pasal 9 konstitusi demokrasi bahwa Jepang dilarang memiliki militer karena akan dikhawatirkan agresi militer Jepang dapat kembali terjadi di masa mendatang. Semenjak konstitusi demokrasi ditetapkan Jepang menjadi negara tanpa kekuatan militer dan hanya memiliki (Japan Self Defense Force) JSDF yang disebut dengan Jietai 自衛隊 yang memiliki fungsi ke dalam untuk membantu warga dan menjaga dari segala ancaman tanpa aksi agresif. 1 Masyarakat Jepang pun ditanami rasa cinta damai dan menjadi negara pasifis yang benci perang. Hal ini juga dikarenakan bayangan perang yang masih ada dalam bayangan sejarah Jepang yang ditakuti oleh masyarakatnya, sehingga mereka sangat mendukung gerakan yang menanamkan pasifisme untuk menciptakan dunia yang stabil, aman dan damai. Jepang pun tidak dikhawatirkan secara mendalam dalam hal militer dan keamanannya karena sudah dijamin dalam US-Japan Security Alliance. Aliansi yang pada awalnya dianggap Jepang hanya menguntungkan pihak Amerika saja, seiring berjalannya waktu Jepang menyadari keuntungan yang bisa diperoleh dari aliansi yang sangat kuat ini. 1 Dewi Agustina. (2004, 2 Juli). Persenjataan Militer Jepang Hanya untuk Membela Diri. Tribun News. Retrieved from
2 Sesuai dengan penelitian yang saya lakukan pada saat pertukaran pelajar di Jepang selama satu tahun, saya temukan bahwa seiring berjalannya waktu dalam dunia kontemporer ini militer Jepang yang awalnya tidak diizinkan berpartisipasi dalam collective security act semakin terlibat dalam dalam menunjukkan rasa cinta damai mereka, terutama pada era Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe. Sebelum itu pun Jepang bahkan sempat mengirimkan pasukan (Self Defense Force) SDF-nya ke Afghanistan pada tahun dan ke Irak pada tahun sebagai misi perdamaiannya. Dalam pengiriman tersebut Jepang banyak menuai kontroversi dari masyarakat dan bahkan dunia internasional karena hal itu bertentangan dengan konstitusi Jepang pasal 9 negaranya, namun Perdana Menteri yang menjabat membenarkan hal itu sebagai kebijakan atas partisipasi Jepang dalam United Nations Peace Keeping Operation (UNPKO) dalam menjaga negara dan nama bangsa Jepang serta perdamaian dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi militer Jepang pada era kontemporer ini semakin bergeser menjadi lebih fleksibel dalam beroperasi. Tentunya peran Amerika juga menjadi faktor determinan dalam kebijakan ini. Dalam pemerintahan era ini oleh Perdana Menteri Shinzo Abe sejak tanggal 26 September 2012 Parlemen Jepang yang dikenal dengan nama Diet banyak dikuasai oleh Liberal Democratic Party (LDP) yang lebih cenderung right-winged dalam menjalankan politik negaranya. Dalam militer Jepang juga dapat ditunjukkan dengan semakin eratnya US-Japan Security Alliance sekarang ini. Bahkan sebelum masa pemerintahan Shinzo Abe pun banyak sekali perubahan kebijakan keamanan yang dilakukan demi kemajuan Jepang, seperti dirubahnya Department of Defense menjadi Ministry of Defense pada bulan Januari 2007 dengan menteri pertama Fumio Kyuma. 4 Namun kebijakan-kebijakan ini banyak sekali menuai kontroversi, seperti halnya banyak yang beranggapan bahwa Shinzo 2 Gatra News (2001, 21 November). Jepang akan Kirim 1000 Pasukan Bantu Amerika. Gatranews. Retrieved from 3 Radio Australia (2012, 11 April). Jepang akan Teruskan Rencana Kirim Pasukan ke Irak: PM. Radioaustralia. Retrieved from 4 Ministry of Defense Japan. (2007, 9 Januari). About Ministry; The Defense Agency has Become the Minister of Defense on January Retrieved from
3 Abe sangat radikal dalam menentukan undang-undang baru, dan juga sikap Abe yang terlalu pro kepada Amerika dapat menjadi potensi memperburuk hubungan Jepang dengan Cina dan Rusia. Hal ini dikarenakan adanya banyaknya treaty antara Jepang dan Amerika, seperti pembaharuan US-Japan Security Alliance, dan beberapa perjanjian lainnya yang membuat hubungan interdependensi erat antara Jepang dan Amerika. Terutama dalam bidang keamanan, dimana sejak Shinzo Abe terpilih menjadi perdana menteri Jepang ia mencetuskan translasi yang berbeda pada pasal 9 konstitusi Jepang mengenai militer, bahwa Jepang sebetulnya berhak mengembangkan militernya dan beranggapan bahwa budget militer Jepang harus ditingkatkan, sesuai dengan prinsip PBB Act of Belligerence. Hal lain adalah mengenai pentingnya turut campur Jepang dalam collective security act lebih dalam lagi untuk melindungi stabilitas keamanan dunia dan tidak hanya membantu melalui check book diplomacy saja namun juga turut campur dalam mengirimkan pasukan untuk peacekeeping operation. Hal ini juga di didukung oleh Amerika karena ia membutuhkan Jepang dalam menjaga stabilitas keamanan Asia Pasifik, terutama mengenai aktifitas nuklir Korea Utara dan juga uprising dari Cina. Dalam era Shinzo Abe ini terdapat banyak respon yang terjadi dikarenakan ia memilih untuk menjadi right-winged dengan meningkatkan US-Japan Security Alliance. Salah satunya adalah aksi masyarakat Jepang yang pada awalnya tidak terlalu menyuarakan suara pendapatnya mengenai kebijakan pemerintah, sekarang ini sangat aktif dalam melakukan demonstrasi untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka dalam rapat peningkatan anggaran militer Jepang yang menjadi tanda reaktifasi dari militer Jepang. Hal ini dikarenakan sudah dalamnya penerapan dari pasifisme yang diterapkan dan telah mengkar di masyarakat Jepang. Banyak sekali demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat Jepang di jalan-jalan di berbagai kota di Jepang pada era Abe. Namun terdapat pula pro yang lebih banyak terdengar dari para remaja masyarakat Jepang, mereka beranggapan bahwa militer sebagai komponen utama yang penting dalam menjaga keamanan negara, selama tidak digunakan untuk agresifitas maka hal itu wajar.
4 Sedangkan di mata dunia internasional Jepang masih dianggap berbahaya jika mempunyai kekuatan militer yang besar ditambah pula jika US-Japan security alliance semaki ditingkatkan. Banyak sekali negara, terutama negaranegara bekas jajahan Jepang, yang menolak demiliterisasi Jepang. Hal ini dikarenakan sisa-sisa konflik dari perang dunia masih membekas dalam kehidupan negara-negara bekas jajahan Jepang, seperti Cina dan Korea. Contoh konfliknya adalah konflik territorial Jepang dengan Cina dalam sengketa pulau Senkaku dan konflik teritorial dengan Korea mengenai sengketa pulau Takeshima. Hubungan mereka semakin diperburuk dengan fakta sejarah agresifitas Jepang terhadap Cina dan Korea yang membuat mereka bersikap lebih keras terhadap Jepang. Latar belakang sejarah ini menjadi salah satu faktor kuat mengapa hubungan Jepang dengan Cina disebut sebagai frienemy karena mereka dekat dalam hubungan ekonomi namun jauh dalam hubungan lain, terutama diplomasi politik. Dengan semakin dekatnya Jepang dengan Amerika maka akan membuat Cina dan negara-negara lainnya menjadi semakin curiga akan Jepang. Dibalik itu Jepang berada dalam keadaan terdesak dimana ia harus mempertahankan national securitynya dalam segala macam ancaman. Ancaman kontemporer yang dimaksud adalah teroris. ISIS sebagai organisasi terorisme internasional telah menembus dinding defensif Jepang yang membuat Jepang semakin ingin aktif untuk terjun dalam usaha collective security act yang juga sangat didukung oleh pihak Amerika. Selain itu ancaman nuklir dari Korea dan juga The Uprising of China membuat posisi Jepang sangat terpojok dan meningkatkan kebijakan keamanannya dengan meningkatkan aktifitas militernya, salah satunya dengan meningkatkan anggaran militer. Parlemen Jepang pada akhirnya telah membuat perubahan besar dalam militer selama 7 dekade, yaitu yang awalnya anggaran militer Jepang hanya sebesar 0,1% dari GDP negara menjadi 4,98 Trilliun Yen pada bulan Januari lalu. 5 Dengan desakan ini Abe semakin yakin untuk mempererat aliansinya dengan Amerika. 5 BBC News (2015, 14 Januari). Japan Approves Record 4.98 Trilliun Yen Defence Budget. BBCnews.com. Retrieved from
5 Perdana Menteri Shinzo Abe yang berada di dalam dua pilihan antara leftwinged supaya dinamika hubungannya dengan Cina, Korea dan Rusia, ditambah pula mempertahankan status quonya atau memilih right-winged dengan bekerja sama dengan Amerika supaya keamanannya lebih terjamin, lebih memilih cenderung untuk lebih dekat dengan Amerika dikarenakan dianggap lebih menjanjikan dan dinamis dibandingkan harus berusaha untuk mendekatkan diri dengan Cina. Seiring juga dengan semakin flexibelnya militer Jepang dan juga banyaknya amandemen dalam US-Japan Security Alliance, pihak Jepang sendiripun juga merasa takut jika aliansi ini terlepas. Pihak Jepang berusaha sekeras mungkin untuk menjadi lebih longgar dalam perjanjian keamanan dengan Amerika namun dibalik itu Jepang juga tidak ingin perjanjian aliansi ini dibatalkan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan national security Jepang yang masih tergantung dengan Amerika. B. Pertanyaan Penelitian Dari uraian di atas maka dapat ditarik dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap Perdana Menteri Shinzo Abe terhadap US Japan Security Alliance? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebijakan Shinzo Abe? C. Landasan Konseptual Untuk menjawab pertanyaan permasalahan diatas, dalam skripsi ini akan menggunakan dua teori untuk menjawab: The Trends Of Time, merupakan politik luar negeri Jepang yang dicetuskan oleh Roberto Bendini yang menjelaskan bahwa politik luar negeri Jepang yang mengejar kepentingan nasionalnya menggunakan pendekatan bukan berdasarkan agenda internasional, menyebarkan ideologi tertentu, atau bahkan mempromosikan sistem dunia berdasarkan visinya, namun dengan menggunakan
6 pendekatan lingkungan eksternal dan membuat kebijakan pragmatis supaya bisa terus maju ke depan. 6 Politik luar negeri ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, pertama yaitu permasalahan lingkungan geografis yang diperpanjang dengan konteks internasional dimana posisi Jepang sangat rapuh terhadap dinamika eksternal dan memiliki kelemahan jika terdapat suatu kebijakan diterapkan. Hal ini terutama Jepang terletak didalam posisi bipolar structure, yaitu berada diantara Amerika dan Cina, dimana Amerika merupakan aliansi Jepang yang sangat dan juga Cina yang dianggap sebagai ancaman namun juga kesempatan bagi Jepang. Faktor yang mempengaruhi yang lainnya adalah kebijakan domestik. Memori kejayaan dan juga kekalahan Jepang berkontribusi terhadap fragmentasi dan polarisasi debat dalam negeri akan kebijakan luar negeri Jepang. Hal ini juga dikarenakan Jepang sangat mempehatikan prinsip ketat pasifisme yang ditetapkan Jepang pasca Perang Pasifik yang juga dituliskan ke dalam konstitusi negara. 7 Berdasarkan teori di atas sikap Shinzo Abe sebagai Perdana Menteri Jepang tidak menekankan arah negara yang berdasarkan ideologi namun berdasarkan kondisi dinamika domestik dan internasional dalam decision-making process dan juga menentukan suatu kebijakan. Melihat kinerja Shinzo Abe dalam era kontemporer ini dapat dilihat dari sifat Abe yang flexible dan tidak terpaku dari suatu ideologi dan visi semata. Selain teori diatas dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan landasan konseptual: 6 Bendini, Roberto (2015, Agustus). In Depth Analysis of Japan Foreign and Security Policy at the Crossroads. European Union. DG EXPO/B/PolDep/Note/2015_251 7 Bendini, Roberto (2015, Agustus). In Depth Analysis of Japan Foreign and Security Policy at the Crossroads. European Union. DG EXPO/B/PolDep/Note/2015_251
7 Game Theory Game Theory is the subset of rational choice theory that deals with strategic interaction, that is, situation which what each player wants to do depends in part on what it thinks others will do. 8 Sebagai cabang dari rational choice theory, Game Theory mengasumsikan bahwa aktor bersikap rasional dan memilih strategi yang ia anggap terbaik. Teori ini sangat cocok digunakan dalam hubungan para pemimpin negara, baik bilateral maupun multilateral dalam memutuskan suatu kebijakan dengan mencapai suatu understanding yang juga memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini dikarenakan aktor secara rasional selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya dan meminimumkan kerugiannya dengan langkah-langkah seperti membuat daftar prioritas, mengestimasi probabilitas, dan beruaha untuk menentukan dan memprediksi apa yang akan dilakukan oleh aktor lainnya. Dalam Game Theory bukanlah two-person zero-sum-game, dimana satu aktor mendapatkan keuntungan maksimal sedangkan aktor lainnya merugi, melainkan lebih cenderung mengarah pada positive-sum-game dimana kedua belah pihak mendapatkan keuntungan, walaupun dalam porsi yang berbeda. 9 Oleh karena itu dalam teori ini menerpakan win-win solution terhadap pihak-pihak yang terkait. Teori ini terbentuk dikarenakan dunia politik internasional yang dinamis dalam berbagai bidang, contohnya dalam bidang ekonomi, politik, keamanan, sosial dan budaya. Teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana karakter dan sikap Abe dalam hubungan bilateral dengan Amerika, khususnya dalam menjalani US Japan Security Alliance. Sikap-sikap Abe dalam memutuskan apakah ia akan meningkatkan aliansi atau justru berusaha untuk lebih mandiri akan dilandasi dengan teori ini, yaitu bagaimana Abe dapat membuat suatu kebijakan agar dapat 8 Kydd, Andrew H. (2015, Januari) International Relations Theory. Cambridge, UK. Cambridge University Press 9 Tema, Malvina (2014, Januari). Basic Assumptions in Game Theory and International Relations, International Relations Quaterly, Vol. 5. No.1. diambil dari
8 terjalinnya win-win solution antara pihak Jepang dan Amerika melalui US Japan Security Alliance. D. Argumen Utama Berdasarkan uraian dan dua konsep diatas dapat diambil argumen utama bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe memilih untuk mempererat kerjasama US- Japan Security Alliance dengan menerapkan kebijakan-kebijakan pro Amerikanya. Dimana Jepang berusaha untuk menjadi lebih flexible namun di saat yang sama berusaha untuk tidak lepas dari lindungan Amerika dalam perjanjian aliansi. Dari perjanjian ini Jepang lambat laun berhasil meningkatkan JSDFnya menjadi kekuatan militer negara yang lebih kuat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi Abe untuk memilih mempererat aliansi dengan Amerika, yaitu konflik territorial, the uprising of China dan dinamika internasional. Demi menjaga keamanan nasional, US-Japan Security Aliiance merupakan media pendorong utama Jepang untuk mengembangkan SDF nya untuk melindungi keamanan negaranya dan juga aktif dalam collective security act untuk menjaga perdamaian dunia. Rasional bagi Shino Abe untuk mengembangkan kerjasama aliansi dikarenakan memberikan keuntungan besar bagi Jepang, terutama dalam bidang keamanan nasional. E. Jangkauan Penelitian Dalam skripsi ini akan fokus pada periode kontemporer Jepang, yaitu pada saat pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, yaitu sejak periode I pemerintahannya pada tahun 2006 hingga 2007 dan periode II pemerintahan Shinzo Abe pada tahun 2012 hingga sekarang. F. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif yang diperoleh melalui data sekunder dan juga data primer. Data sekunder akan diperoleh melalui buku, jurnal dan juga website yang berkaitan, terutama pdf laporan tahunan Ministry of Defense Jepang. Sedangkan untuk data
9 primer diperoleh dari wawancara langsung kepada masyarakat Jepang serta kepada dosen dan politisi Jepang. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu pada Bab I penulis akan menjelaskan kerangka utama dari isi skripsi, seperti Pertanyaan Penelitian, Landasan Konseptual, Argumen Utama, Jangkauan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Pada Bab II penulis akan mulai masuk kedalam bahasan utama skripsi, yaitu mengenai keadaan domestik Jepang dalam menghadapi security alliance dan karakter kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe. Dalam bab ini akan dibagi menjadi dua sub bab yaitu keadaan domestik Jepang yang akan dibagi lagi dengan sub bab kekalahan Jepang dan ditetapkannya pasa 9 konstitusi 1947 dan US-Japan Security Alliance. Sedangkan sub bab dua akan membahas mengenai karakter kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe. Pada Bab III penulis akan membahas mengenai kebijakan Shinzo Abe terhadap US-Japan Security Alliance. Dalam bab ini akan diuraikan secara sistematis dan akan dituliskan analisis dari bab sebelumnya dimulai dari periode pertama masa pemerintahan Shinzo Abe pada tahun 2006 hingga 2007, periode kedua masa pemerintahan Shinzo Abe pada tahun 2012 hingga sekarang dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi dilemma US-Japan Security Alliance, yang diuraikan menjadi empat sub bab. Yaitu konflik teritorial, The Uprising of China, Dinamika Keamanan Internasional dan Semakin eratnya US-Japan Security Alliance dan ditingkatkannya SDF Jepang. Pada bab keempat atau bab terakhir penulis akan membahas mengenai kesimpulan dari semua bahasan skripsi.
BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG
BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika militer mewarnai sejarah militer Jepang dimasa sebelum dan pasca Perang Dunia II. Sebelum kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang dikenal akan kekuatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Konstitusi yang dibuat tahun 1947, Jepang menjadi sebuah negara yang memiliki keterbatasan besar akan kekuatan militer. Pasal 9 Konstitusi ini kurang lebih
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciKepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act
Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciUPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract
UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER Oleh Ananda F Ayu 1, Christy Damayanti 2, Herning Suryo 3 Abstract This study describes how Japan's efforts to improve
Lebih terperinci4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia
iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperincicambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan
BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri
Lebih terperinciLingkungan Strategis XXI
Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdamaian dunia merupakan isu penting dalam upaya pencapaian keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciSerikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.
BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciPengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni
Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam
Lebih terperinciMUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG
MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Affairs, D. o. (2007). World Population Prospect The 2006 Revision. New York: United Nations.
Daftar Pustaka Abe, S. (2015, April 29). Embassy of Japan in the United States. Retrieved November 17, 2016, from Embassy of Japan in the United States: http://www.us.embjapan.go.jp/english/html/towards_alliance_of_hope.pdf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB IV PENGARUH KUAT LIBERAL DEMOCRATIC PARTY (LDP) DALAM PEMERINTAHAN JEPANG
BAB IV PENGARUH KUAT LIBERAL DEMOCRATIC PARTY (LDP) DALAM PEMERINTAHAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan memaparkan faktor yang mempengaruhi perumusan Undang-undang Kemanan tahun 2015. Menurut penulis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciPengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia
Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciDIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH
DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH (RUSSIAN DIPLOMACY TO THWART THE PLAN OF SENDING PEACEKEEPING TROOP TO SYRIA) Oleh: ALI AL HASIMI M 070910101104
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama internasional memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian nasional,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciUAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI
UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. Kemajuan teknologi yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. memiliki isu-isu high politics dan low politics yang menarik untuk dibicarakan.
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Tiongkok dan Jepang adalah dua negara di kawasan Asia Timur yang memiliki isu-isu high politics dan low politics yang menarik untuk dibicarakan. Selain memiliki kedekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinciPERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.
Lebih terperinciBAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki
BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN Jepang dan Korea Selatan merupakan negara tetangga yang saling membutuhkan satu sama lain, namun memiliki hubungan pasang surut. Dengan sebutan negara dekat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keterlibatan Australia dalam Perang Irak 2003 dianggap sebagai sebuah momentum bagi kembalinya prinsip forward defence policy sebagai basis kebijakan pertahanan Australia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciyang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi
BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan
138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciSTATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI
STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,
Lebih terperinci