BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penyesuaian Diri Pengertian Penyesuaian Diri Untuk memperjelas tentang pemahaman yang akan menjadi dasar pembahasan dalam pembuatan skripsi ini, maka berikut diutarakan beberapa pengertian mengenai penyesuaian diri menurut beberapa ahli. Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin. Ia mengatakan: Genetik changes can improve the ability of organism to survive, reproduce, and in animal, raise offspring, this process is called adaptation, (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka perilaku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Penyesuaian adalah suatu proses yang adaptif. Penyesuaian dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan dari lingkungan tempat manusia hidup.dari segi ilmu jiwa, istilah ini digunakan dalam lapangan sosial kejiwaan dengan istilah penyesuaian atau penyelarasan (adjusment). Penyesuaian adalah proses dinamik yang terus menerus. Proses tersebut berlangsung sejak 8

2 manusia lahir sampai kepada masa dewasa.macquaire Dictionary (1991) dalam Zhang, (2002) mendefinisikan bahwa penyesuaian diri menunjuk pada perubahan sikap, perilaku seseorang berdasarkan norma-norma sosial agar dapat sesuai dengan lingkungan yang baru. Kartini Kartono (2000) mengemukakan pengertian penyesuaian diri sebagai berikut. Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain emosi sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien dikikis habis. Sedangkan Sunarto dan Hartono (2002) menyatakan penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.schneiders (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Usaha individu bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan bahwa orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannya dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi maupun kesulitankesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan perilaku. Penyesuaian diri dibagi ke dalam beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian 9

3 berdasarkan konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang terdiri dari penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan dan penyesuaian vokasional. Penyesuaian diri tidak terlepas dari kaitannya dengan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan (Schneiders dalam Agustiani, 2006). Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Wijaya, 2007) penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup. Sementara penyesuaian diri menurut Vembriarto (dalam Wijaya, 2007) adalah reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan kepada individu tersebut. Tuntutan psikologis yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan eksternal dan tuntutan internal. Tuntutan internal merupakan tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam yang bersifat fisik dan sosial. Tuntutan eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu baik bersifat fisik maupun sosial. Serta Sawrey dan Telford (dalam Wijaya, 2007) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antar individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan. Gerungan (2002) merumuskan pengertian penyesuaian diri berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan 10

4 sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.menurut Gerungan (dalam Febriasari, 2007) juga melengkapi bahwa penyesuaian diri yang baik memiliki 2 ciri utama, yaitu autoplastis dan alloplastis, yang memiliki definisi sebagai berikut: 1) Autoplastis yaitu seseorang yang mampu merubah dirisesuai dengan keadaan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikis dan rohaniah. Pada autoplastis individu pasif, di mana kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan. 2) Alloplastis yaituseseorang yang mampu merubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan dirinya. Di sini individu aktif, di mana individulah yang mempengaruhi lingkungan. Pengertian penyesuaian diri menurut Fahmi (1982) adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kekuatan agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri dan lingkungannya, sehingga mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungannya.dari segi bahasa, penyesuaian adalah kata yang menunjukan keakraban, pendekatan dan kesatuan kata. Penyesuaian adalah lawan kata perbedaan, kerenggangan dan benturan. Penyesuaian diri dalam psikologi adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai tiga sesi, yaitu: 1) Lingkungan alami, yaitu semua yang terdapat di sekitar individu yang bersifat kebendaan dan alami, serta semua benda dan alat-alat yang diperlukan guna membantu manusia untuk hidup dan berjuang, demi mempertahankan kelangsungannya. 11

5 2) Lingkungan sosial, yaitu masyarakat tempat individu hidup dengan anggotaanggotanya dan adat kebiasaannya serta peraturan yang mengatur hubungan mereka satu sama lain. 3) Lingkungan pribadi, yaitu bagaimana seseorang dapat mengatur dan menguasai serta mengendalikan tuntutan-tuntutannya. Pandangan orang terhadap dirinya merupakan inti pokok dari kepribadiannya, dan pandangan orang tersebut merupakan faktor asasi dalam penyesuaian diri dan sosialnya. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha dari individu untuk dapat merespon serta menerima keadaan dirinya dan keadaan lingkungan tempat tinggalnya secara baik, serta bagaimana individu bisa melibatkan seluruh sistem behavioral, kognisi dan emosional guna membantunya dalam melakukan penyesuaian diri,serta usaha manusia untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan (Autoplastis) atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri (Alloplastis) guna memperoleh kenyamanan hidup Aspek-aspek Penyesuaian Diri Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Darlega (Mastuti,2007) adalah: 1) Kemampuan individu untuk dapat menerima kenyataan yang ada.kemampuan ini meliputi kemampuan dalam hal menerima keadaan lingkungan sekitar maka dapat memudahkan untuk melakukan penyesuaian diri. 2) Kemampuan individu untuk bekerja sama dengan individu yang lain dalam suasana yang menyenangkan. Kemampuan ini adalah ketika individu dapat 12

6 melakukan kegiatan atau pekerjaan bersama dengan orang lain dalam suasana atau keadaan yang baik. 3) Kemampuan individu untuk memilih kegiatan yang dapat memberikan kepuasan dalam minatnya. Kemampuan ini meliputi kemampuan individu untuk dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan dapat mendatangkan kepuasan. 4) Kemampuan individu untuk menerima diri apa adanya. Individu memahami akan dirinya sendiri meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. 5) Kemampuan individu untuk mengadakan interaksi sosial dengan orang lain. Kemampuan ini meliputi dalam membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya dengan baik sehingga individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh lingkungannya. Davidoff (1991) selama pertumbuhan terjadi sesuai dengan faktor-faktor penyesuaian yang sehat dan kebutuhan-kebutuhan terpenuhi secara bijaksana, maka hal tersebut merupakan faktor penentu bagi penyesuaian individu dimasa depan kehidupannya. Dari sini tampak adanya hubungan yang erat antara perkembangan pertumbuhan individu serta penyesuaian pribadi dan sosial. Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian diri. Untuk mendapat data dari variabel penyesuaian diri, disusun skala sikap yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek penyesuaian diri menurut Darlega (dalam Mastuti,2007)yang meliputi aspek kemampuan 13

7 individu untuk dapat menerima kenyataan yang ada, bekerja sama dengan individu yang lain dalam suasana yang menyenangkan, memilih kegiatan yang dapat memberikan kepuasan dalam minatnya, menerima diri apa adanya dan mengadakan interaksi sosial dengan orang lain. Dari pendapat mengenai penyesuaian diri penulis menyimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dimana seseorang harus dapat memahami lingkungan sekitar tempat individu hidup dan berinteraksi lingkungan sekitar, baik dengan teman sebaya, keluarga, kampus dan masyarakat pada umumnya. Dalam penyesuaian diri di lingkungan kampus, mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus baik dengan teman, dosen, cleaning servis, staf tata usaha dan peraturan yang ada di kampus. Gunarso (2003) menyatakan penyesuaian adjustif merupakan suatu bentuk penyesuaian yang menyangkut kehidupan psikis kita, biasanya disebut penyesuaian yang adjustif. Karena tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustif ini, maka dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan perilaku. Penyesuaian ini adalah penyesuaian dari perilaku terhadap lingkungan dimana didalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma-norma. Singkatnya penyesuaian ini disebut penyesuaian terhadap normanorma. 14

8 2.1.3 Penyesuaian Diri Dipengaruhi oleh Hal-hal yang Diperoleh dari Kelahiran Suatu kenyataan bahwa dimana terdapat kesukaran-kesukaran dalam penyesuaian, karena sikap yang pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat dan lain-lain, maka sebabnya ialah karena memang sifat dasarnya adalah demikian. Sebaliknya, oleh latihan terus menerus dan bimbingan yang teratur, sifat-sifat dasar ini dapat dipengaruhi juga cara-cara penyesuaian dirinya, sekalipun hal ini kadang-kadang sulit terjadi Penyesuaian Diri dan Kebutuhan-kebutuhan Pribadi Cara memperlihatkan perilaku atas dasar kebutuhan yang sama, mungkin akan berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme sebagaimana persepsi orang terhadap kebutuhannya itu mempengaruhi cara orang berperilaku dan mempengaruhi caranya menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya. Misalnya tentang rasa lapar. Intensitas rasa lapar ini dapat berbeda-beda dan jelas dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Kebutuhan-kebutuhan pribadi ini tidak saja menyangkut hal-hal yang bersifat psikis. Kebutuhan rasa aman, rasa terlindung merupakan hal yang sangat pribadi yang dapat mempengaruhi caracara penyesuaian terhadap lingkungannya Penyesuaian Diri dan Pembentukan Kebiasaan Cara-cara penyesuaian diri seseorang terhadap dirinya dan lingkungan tempatnya hidup, memerlukan penguasaan sejumlah kebiasaan, kecakapan, sikap dan nilai yang merupakan pusat tempat berdirinya proses penyesuaian dan 15

9 merupakan metode yang menentukan penyesuaian tersebut. Semakin positif dan lincah kebiasaan, keterampilan dan sikap akan semakin konstruktif metode dalam pelaksanaan penyesuaian diri yang sehat pada individu. Ada sejumlah sikap yang harus ada pada individu sebagai hasil hubungan dan interaksinya dengan orang lain dalam tahap-tahap perkembangan yang bermacam-macam. Tidak diragukan lagi bahwa sikap-sikap tersebut memainkan peranan penting dalam penyesuaian orang dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungan tempat dia hidup. Sebagai contoh dari sikap tersebut adalah penerimaan orang lain terhadapnya, serta sikapnya terhadap tanggung jawab dan kerja sama dengan orang lain. Penyesuaian diri yang baik, yang dikejar oleh setiap orang tidak tecapai, kecuali apabila kehidupan orang tersebut sunyi dari kegoncangan jiwa dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan mampu menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh untuk hidup, serta menikmati kehidupan yang stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja dan berprestasi. Tidak diragukan lagi bahwa semuanya itu adalah ciri-ciri yang menunjukkan adanya penyesuaian diri yang benar untuk mencapai hidup yang sehat dan ketenangan jiwa Prinsip Penyesuaian Diri Berikut ini adalah prinsip-prinsip penting yang dikemukakan oleh Fahmy, (1980) tentang penyesiauan individu: 1) Penyesuaian dan tuntutan (kejiwaan) pertumbuhan. 2) Penyesuaian dan pemuasan kebutuhan. 16

10 3) Memperoleh kebiasaan, keterampilan, sikap dan nilai selama proses pertumbuhan punya saham dalam proses penyesuaian pribadi dan sosoial. 4) Penyesuaian yang sehat dalam tahap-tahap bertumbuhan yang bermacammacam, membawa kepada kematangan pribadu dan sosial bagi individu. Penyesuaian diri tidak dapat berlangsung sewenang-wenang karena adanya norma-norma dan aturan yang ada dalam bermasarakat. Dengan demikian penyesuaian diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Perlu diketahui bahwa hidup manusia sejak lahir sampai kematiannya adalah suatu perjuangan untuk penyesuaian Mekanisme Penyesuaian Diri Setiap tindakan manusia dalam menyalurkan dorongannya tentu akan mengharapkan sesuatu pemuasan yang berhasil. Bila ini terjadi maka akan timbul suatu keadaan yang seimbang. Tetapi kepuasannya tidak hanya terhenti pada pemuasan dorongan itu ada tujuan yang lebih jauh lagi. Tujuan itu adalah kelangsungan dirinya sebagai jenis manusia. Bagi manusia, pemuasan dorongan itu adalah sekunder. Oleh sebab itulah manusia sebagai manusia yang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya berusaha pula untuk memenuhi tuntunan sosialnya. Hal inilah yang dinamakan penyesuaian diri Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja Menurut Schneiders setidaknya ada lima faktor yang dapat mepengaruhi proses penyesuaian diri remaja adalah sebagai berikut : 17

11 a) Kondisi fisik. Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja. b) Kepribadian. Unsur-unsur kepribadian yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah: Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability), Pengaturan diri sama pentingnya dengan penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri. Kemapuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat,mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri. c) Relisasi diri (self relization) Telah dikatakan bahwa pengaturan kemampuan diri mengimplikasiakan potensi dan kemampuan kearah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitannya dengan perkembangan kepribadian. Jika perkembangan kepribadain berjalan normal sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat portensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai- nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukankepribadian dewasa. d) Intelegensi. Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya 18

12 dalam pemyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensi. Tidak sedikit, baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektualnya atau intelegensinnya. Intelegensi sangat penting bagi perolehan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuain diri. e) Proses belajar (Education) Macam-macam Mekanisme Penyesuaian Diri Dalam segala perbuatan biasa terjadi suatu usaha penyesuaian diri yang lazim dinamakan mekanisme penyesuaian diri ialah cara penyesuaian yang tidak melalui aturan wajar bagi kedua tuntutannya baik dari dalam maupun dari luar. Mekanisme penyesuaian diri atau mekanisme keseimbangan ini juga dikenal sebagai mekanisme pembelaan diri serta mekanisme peralihan.slameto (1986) mekanisme pembelaan diri sendiri adalah suatu cara perbuatan yang ditunjukan untuk membela diri sendiri yang menganggap bahwa perbuatan itu seharusnya tidak sesuai baginya. Sedangkan mekanisme peralihan adalah suatu cara perbuatan yang dimaksud untuk menghindari sesuatu. Lembaga pendidikan harus memberikan jaminan keamanan bagi para siswa, terhadap barang-barang miliknya dan tempat menumbuhkan kegiatankegiatan ditunjang dengan perlindungan terhadap siswa. Posisi peserta didik terhadap proses belajar hendaknya positif yang berarti bahwa Lembaga pendidikan melaksanakan prinsip belajar dan bekerja (learning by doing). Lembaga pendidikan harus berusaha dengan berbagai cara untuk mengarahkan 19

13 peserta didiknya kearah penyesuaian diri yang benar. Disini nyata pentingnya pembentukan hubungan dengan teman-teman sebaya dan juga dengan orangorang dewasa dalam lingkungan Lembaga pendidikan untuk membantu anak didiknya agar terlepas dari pemusatan pada diri sendiri. Lembaga pendidikan wajib menciptakan kesempatan untuk keberhasilan para siswa, hal ini akan memberikan rasa mantap padanya bahwa siswa mampu belajar. Ilmu kesehatan jiwa memandang bahwa ini adalah salah satu syarat dari penyesuaian diri yang sehat. Jika ingin menciptakan penyesuaian diri bagi remaja antara umur 16 sampai 18 tahun, hendaknya para pendidik benar-benar sadar akan kaidah-kaidah umum untuk digunakan dalam menciptakan proses penyesuaian diri bagi anakanak di usia Lembaga pendidikan menengah atas. Remaja diberi kesempatan untuk berbicara dan mendengar juga mendapatkan teman dalam kelompoknya. Keinginan remaja untuk terlepas dari kebiasaan kanak-kanak biasanya penuh dengan rasa perlawanan dan berontak. Penelitian Ross dan Hammer (2002) menemukan bahwa kebanyakan mahasiswa tidak betah pada perkuliahan pertama dan tahun kedua, bahkan ada yang tidak melanjutkan perkuliahannya karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi serta gaya belajar di kampus. 2.2 Internal Locus of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality), yang didefinisikan 20

14 sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Rotter,1966). Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki kayakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki eksternal locus of control. Kreitner & Kinichi (2001) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang di capai dikontrol dari keadaan sekitarnya. Zimbargo (1985), menyatakan bahwa dimensi internal-exsternal locus of control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan tersebut. Bagi seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. 21

15 Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Konsep tentang locus of control yang digunakan Rotter (1966) memiliki empat konsep dasar, yaitu: 1) Potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam hidup seseorang. 2) Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang. 3) Nilai unsur penguat adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi serupa. 4) Suasana psikologis, adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan. Locus of control dapat dibagi menjadi dua yaitu: internal locus of control dengan external locus of control. Menurut Crider (2003) ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1) Internal Locus of Control (1) Suka bekerja keras. (2) Memiliki inisiatif yang tinggi. (3) Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah. 22

16 (4) Selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin. (5) Selalu mempunyai persepsi usaha harus dilakukan jika ingin berhasil. 2) External Locus of Control (1) Kurang memiliki inisiatif. (2) Mempunyai sedikit harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan. (3) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol. (4) Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah. Pada orang-orang yang memiliki internal locus of control faktor kamampuan dan usaha terlihat dominan, individu dengan internal locus of control faktor kemampuan dan usaha terlihat lebih dominan, oleh karena itu apabila individu dengan internal locus of control mengalami kegagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya.hal ini akan membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya dimasa akan datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya. Sebaliknya pada orang yang memiliki external locus of control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan 23

17 dimasa datang, karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka mereka tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut. Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinium dari internal menuju exsternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benarbenar eksternal. Kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu, hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak bersifat stastis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi exsternal locus of control dan begitu sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi yang menyertainya yaitu dimana tinggal dan sering melakukan aktifitasnya. 2.3 Hubungan antara Internal Locus of Control dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Macquaire Dictionary (1991) dalam Zhag, (2002) mendefinisikan bahwa penyesuaian diri menunjuk pada perubahan sikap, perilaku seseorang berdasarkan norma-norma sosial agar dapat sesuai dengan lingkungan yang baru. Kartini Kartono (2000) mengemukakan pengertian penyesuaian diri sebagai berikut. Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain emosi sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien dikikis habis. Penyesuaian diri dibagi ke dalam beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian berdasarkan 24

18 konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang terdiri dari penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan dan penyesuaian vokasional. Penyesuaian diri tidak terlepas dari kaitannya dengan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan (Schneiders dalam Agustiani, 2006). Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki kayakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki eksternal locus of control. Kreitner & Kinichi (2001) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap keberhasilan yang di capai dikontrol dari keadaan sekitarnya. Zimbargo (1985) menyatakan dimensi internal-exsternal locus of control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan tersebut. Bagi seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu 25

19 tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. 2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian Ross dan Hammer (2002) menemukan bahwa kebanyakan mahasiswa tidak betah pada perkuliahan pertama dan tahun kedua, bahkan ada yang tidak melanjutkan perkuliahannya karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi serta gaya belajar di kampus.mcgaha dan Fitzpatrick (2005) melakukan penelitian terhadap 127 mahasiswa yang masih berkuliah aktif dan menemukan bahwa mahasiswa yang masih berkuliah aktif dan menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik akan memperoleh prestasi akademik yang tinggi, sedangkan mahasiswa yang memiliki kemampuan menyesuaiakan diri kurang baik akan memperoleh prestasi akademik yang rendah. DeBerard dkk. (2004) melakukan penelitian terhadap 204 mahasiswa untuk mengetahui hubungan antaradukungan sosial diantaranya penyesuaian diri pada lingkungan akademik dengan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik yang optimal. Temuan yang diperoleh adalah adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial mahasiswa dengan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik yang optimal. 26

20 Bakare (dalam Adebayo & Ogunleye, 2008) mengemukakan bahwa ciriciri orang yang mampu menyesuaikan diri secara baik, antara lain mampu bersahabat, memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis, memiliki keinginan untuk berhasil dan mencapai prestasi yang baik, memiliki kemampuan untuk mengejar tujuan yang diinginkan dalam kelompok/komunitasnya, memiliki keterampilan untuk berhubungan baik denan orang lain, emosi yang seimbang dan terkontrol. Penyesuaian diri pada lingkungan akademik memiliki keterkaitan dengan pencapaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa, karena penyesuaian diri mahasiswa memungkinkan mahasiswa untuk menemukan pola-pola studi baru yang sesuai dengan suasana akademik di perguruan tinggi, membangun kepercayaan diri serta mampu menjalin relasiyang baik di kampus. Penelitian Idris Muhammad (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Locus of Control Internal dengan Penyesuaian Diri karyawan (r= 0,642 p = 0,000 )Locus of Control internal memberikan sumbangan efektif sebesar 41,2 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain Hipotesis Dalam penelitian ini dikemukakan dua pasangan hipotesa yang akan dibuktikan sebagai berikut: H 1 : = 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri dengan Internal locus of control mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga. 27

21 H 2 : Terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri dengan Internal locus of control mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga. 28

BAB II LANDASAN TEORI. called adaptation. (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat

BAB II LANDASAN TEORI. called adaptation. (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin. Ia mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada togas (task oriented).

Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada togas (task oriented). Posted on 25 October 2010. ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI) Pengertian Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain: a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan adaptasi (Lazarus, 1969). Penyesuaian diri merupakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan adaptasi (Lazarus, 1969). Penyesuaian diri merupakan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYESUAIAN DIRI 1. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri merupakan istilah yang digunakan para psikolog, dimana sebelumnya konsep ini merupakan konsep biologis yang disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penyesuaian Diri 1. Penyesuaian Diri Seorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikandiri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis,

BAB II LANDASAN TEORI. kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis, BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului bahwa kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis, karena kepuasan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AFEKTIF

PERKEMBANGAN AFEKTIF PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB II PENYESUAIAN DIRI. dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu di kemukan

BAB II PENYESUAIAN DIRI. dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu di kemukan BAB II PENYESUAIAN DIRI A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu di kemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sebagai makhluk hidup senantiasa berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang diperlukan bagi setiap manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan adalah suatu kunci untuk semua kemajuan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN ISLAM. pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensai,

BAB III KAJIAN ISLAM. pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensai, BAB III KAJIAN ISLAM A. Telaah Teks Psikologi Variabel Citra Tubuh 1. Sampel Teks Variabel Citra Tubuh Menurut Rice (1995), citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki individu secara mental mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and BAB II LANDASAN TEORI A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai a consumers

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Wirausaha 1. Pengertian minat Minat adalah suatu kecenderungan yang menetap dalam diri individu untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. tempat tinggal maupun lingkungan keluarga dengan baik. Namun hal tersebut

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. tempat tinggal maupun lingkungan keluarga dengan baik. Namun hal tersebut 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Penyesuaian diri Penyesuaian diri merupakan suatu tindakan, di mana individu bisa menerima keadaan lingkungan sekitarnya, baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat (Hurlock, 2005). Penyesuaian adalah usaha menusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Salah satu bentuk interaksi ditandai ketika seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Lingkungan baru yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA 95 PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA Nur Asri Fitriani 1 Dra. Dharma Setiawaty 2 Drs. Djunaedi, M. Pd 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana seseorang dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara luas dapat diinterpretasikan sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian menjadikannya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, yang berarti manusia tidak dapat hidup sendiri. Didalam situasi dan keadaan seperti apapun manusia selalu membutuhkan keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Individu akan dihadapkan pada perubahan dan tuntutan tertentu

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan bagian dari lembaga pendidikan dalam hal ini Universitas Kristen Satya Wacana, yang berperan membentuk dan mendidik mahasiswa untuk mencapai target pendidikan yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO Murhima A. Kau 1) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com Misnawati Idris 2) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: BAB II LANDASAN TEORI A. Adaptive Selling 1. Pengertian Adaptive Selling Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: The altering of sales behaviour during a customer interaction

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori belajar sosial (Effi, 1993). Di dalam teori belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan di kodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual memiliki unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci