HUBUNGAN STATUS YODIUM (TSH, FT4) DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN STATUS YODIUM (TSH, FT4) DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN STATUS YODIUM (TSH, FT4) DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Riska Nugraeni J PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2 HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Judul Penelitian: Nama Mahasiswa : Nomor Induk Mahasiswa : Hubungan Status Yodium (kadar TSH dan kadar FT4) dengan Profil Lipid (kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar LDL dan kadar HDL) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Riska Nugraeni J Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal Oktober 2013 dan layak untuk dipublikasikan Pembimbing I Pembimbing I Mutalazimah, SKM., M.Kes NIP. 786 Mutalazimah, SKM., M.Kes) NIP. 786 Menyetujui Surakarta, Oktober 2013 Pembimbing II (Siti Zulaekah, A.M.SiP) NIP. 751 Mengetahui, Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Dwi Sarbini, M.Kes NIK

3 RELATIONSHIP OF STATUS IODIZED (TSH AND FT4 ) LIPID PROFILE IN WOMEN WITH FERTILE AGE (WUS) IN CANGKRINGAN, SLEMAN YOGYAKARTA Riska Nugraeni Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Hormone production cycle is generally controlled by three nodes, namely the hypothalamus gland, pituitary gland and the thyroid gland. Hypothalamus gland located in the brain, just above the pituitary gland. This gland produces TRH. The TRH hormone stimulates the pituitary gland to produce TSH. After that TSH stimulates the thyroid gland to secrete T3 and T4. TSH and FT4 will have an effect on cholesterol. This study aimed to measure and analyze the relationship between iodine status (TSH and FT4) with lipid profile includes total cholesterol, HDL, LDL, triglyceride levels in WUS. The study used cross sectional design. Subject were Cangkringan WUS in Sleman Yogyakarta in July 2011, amounting to 26 samples. The sampling technique in this study using multistage random sampling method. Data iodine status (TSH and FT4) and lipid profiles were measured directly and the identity of respondents from health center registers Cangkringan book. Analysis of the relationship using Pearson Product monent test. Characteristics of the sample 38.5 % upper secondary education; 34.6 % as housewives. Subject with normal TSH levels of 76.9 %. Normal FT4 levels by 61.5 %. Samples with normal total cholesterol levels by 84.6%; normal HDL levels by 98,2%; normal LDL levels by 42,3% and triglycerides of 100 % normal. There was no relationship between iodine status (TSH and FT4) with lipid profile includes total cholesterol, HDL, LDL and triglycerides. Further studies with more subject size, taking into account other factors such as disease, and healthy lifestyle habits. Keywords : iodine, TSH, FT4, lipid profile, Eligible Women ( WUS ) Bibliography : 46 ( ) PENDAHULUAN Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) (Supariasa, dkk., 2002). Masalah gizi kurang mempunyai dampak yang cukup serius. Gangguan akibat kekurangan yodium adalah suatu keadaaan yang sebetulnya juga mudah sekali dicegah, tetapi masih menjadi masalah kesehatan paling tidak di 118 negara. Kurang lebih 1,6 miliar orang tinggal di daerah yang tanahnya tidak menyimpan yodium, akibatnya sekitar 650 juta orang menderita gondok. Hampir separuh dari penderita gangguan kelenjar tiroid ini menumpuk di daerah Asia, dan sekitar 20 juta penderita tersebar di sebagian wilayah Indonesia termasuk diantaranya penderita kretin (WHO, 2001; Arisman, 2004). 2

4 Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang dinamakan hormon tiroid. Ketika tiroid sehat maka tubuh akan merasa nyaman, tetapi jika kelenjar tiroid tidak lagi berfungsi dengan baik timbullah kekurangan atau kelebihan hormon tiroid. Tubuh bisa mengalami kenaikan atau penurunan berat badan dalam sekejap, merasa kedinginan atau kepanasan, letih lesu atau terus tegang dan berdebar-debar, banyak mengantuk atau mata terbelalak terus serta sukar tidur (Hans, 2011). Hormon tiroid memicu pembentukan banyak protein atau enzim. Enzim akan merangsang metabolisme tubuh dan protein akan menghasilkan energi, semakin tinggi kadar hormon dalam darah maka semakin banyak pula reaksi kimia dan pembakaran yang timbul (Hans, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yaitu kerjasama antara Puslitbang Gizi dan Direktorat Gizi pada tahun 2004 menyatakan daerah Kabupaten Magelang dan sebagian Kabupaten Sleman merupakan daerah endemis GAKY, salah satunya adalah di Kecamatan Cangkringan. (Depkes RI, 2004). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa akibat yang ditimbulkan dari kekurangan yodium sangat serius, terutama dampaknya untuk wanita. Hormon tiroid juga mempunyai peran yang sangat penting dalam proses sintesis kolesterol di dalam darah, sehingga penulis ingin mengetahui lebih jauh hubungan status yodium (kadar TSH dan kadar FT4) dengan profil lipid (kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar LDL dan kadar HDL) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status yodium (kadar TSH dan kadar FT4) dengan profil lipid (kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar LDL dan kadar HDL) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada bulan Juli Populasi dari penelitian ini adalah seluruh WUS di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.Subjek penelitian ini adalah WUS di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dengan memenuhi kriteria inklusi yaitu WUS yang sedang hamil, WUS yang sedang menyusui, WUS yang mengalami menopouse, WUS yang menderita penyakit tertentu sehingga dapat mempengaruhi kadar kolesterol total, seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Stratrified Random Sampling. Hasil uji kenormalan data menggunakan uji statistik pearson product moment, sedang untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan menggunakan uji rank spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah WUS dari 5 desa di Kecamatan Cangkringan yaitu Desa Argomulyo, Desa Glagahrejo, Desa Kepuharjo, Desa Umbulharjo dan Desa Wukirsari menggunakan metode multi stage random sampling, yaitu skema pengambilan sampel dilakukan bertingkat sasaran yaitu 26 sampel. 3

5 Tabel 1 Karakteristik Subjek Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Usia Tahun 17 65,4 > 35 Tahun 9 34,6 Pendidikan SD 3 11,5 SMP 7 26,9 SMA 12 46,2 Perguruan Tinggi 4 15,4 Pekerjaan PNS 2 7,7 Swasta 5 19,2 Wiraswasta 4 15,4 Ibu Rumah Tangga 11 42,3 Petani 4 15,4 B. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Univariat a. Status Yodium 1) TSH (Thyroid Stimulating Hormone) Kadar TSH subyek penelitian menunjukkan nilai rata-rata kadar TSH WUS sebesar 0,688 mlu/l, dengan nilai minimum kadar TSH 0,04 miu/l dan nilai maksimum kadar TSH 3,69 miu/l. Distribusi kadar TSH dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Kadar TSH Subjek Penelitian Kategori Kadar TSH Jumlah (n) Persentase (%) Normal 20 76,9 Hipertiroid 6 23,1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar TSH subjek penelitian sebagian besar tergolong dalam kategori normal. Kadar TSH rendah yang memicu terjadinya hipertiroid dapat disebabkan oleh pembakaran atau metabolisme tubuh yang melebihi semestinya. 2) Kadar FT4 Kadar FT4 subjek berdasarkan menunjukkan nilai rata-rata kadar FT4 Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 0,851 mlu/l, dengan nilai minimum 0,117 mlu/l dan nilai maksimum kadar WUS sebesar 1,390 mlu/l. Distribusi kadar FT4 subjek dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Kadar FT4 Subjek Penelitian Kategori Kadar FT4 Jumlah (n) Persentase (%) Normal 16 61,5 Hipertiroid 10 38,5 4

6 Berdasarkan hasil pemeriksaan serum darah, kadar FT4 pada subjek sebagian besar normal, namun untuk kategori rendah juga cukup banyak yaitu 38,5 %. Rendahnya kadar FT4 merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan akibat dari hipotiroid, jika tubuh kekurangan T3 dan T4, timbul umpan balik yang memicu hipotalamus untuk mengeluarkan TRH, sehingga hipofisis melepaskan lebih banyak TSH dengan akibat T3 dan T4 dikeluarkan. Sebaliknya, jika T3 dan T4 di dalam tubuh sudah berlebih, TRH dan TSH akan ditekan, dan pembentukan T3 dan T4 menjadi berkurang (Hans, 2011). b. Profil Lipid 1) Trigliserida Kadar trigliserida subjek penelitian menunjukkan rata-rata kadar trigliserida WUS sebanyak 32,42 mg/dl, dengan nilai minimum 12 mg/dl dan nilai maksimum kadar trigliserida WUS sebanyak 53 mg/dl. Distribusi kadar trigliserida, yaitu antara lain : Tabel 4 Kadar Trigliserida Subjek Penelitian Kategori Trigliserida Jumlah (n) Persentase (%) Normal Tidak normal 0 0 Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti asupan makanan yang mengandung lemak dan kolestrol, gangguan hormon tiroid (Hans, 2011). 2) Kolesterol Total Kadar kolesterol total subjek penelitian menunjukkan ratarata kadar kolesterol total WUS sebanyak 143,15 mg/dl, dengan nilai minimum 44 mg/dl dan nilai maksimum kadar kolesterol total WUS sebanyak 241 mg/dl. Distribusi kadar kolesterol total, yaitu antara lain: Tabel 5 Kadar Kolesterol Total Subjek Penelitian Kategori Kolesterol Jumlah (n) Persentase (%) Total Normal 22 84,6 Tidak normal 4 15,4 Kadar kolesterol total dipengaruhi oleh kadar trigliserida. Melakukan puasa terlebih dahulu sebelum pemeriksaan kadar kolesterol tidak begitu berpengaruh, karena kadarnya tidak begitu berpengaruh setelah makan (Anwar, 2004). 5

7 3) HDL Kadar HDL subjek penelitian menunjukkan rata-rata kadar HDL WUS sebanyak 126,65 mg/dl, dengan nilai minimum 40 mg/dl dan nilai maksimum kadar HDL WUS sebanyak 199 mg/dl. Distribusi kadar HDL, yaitu antara lain : Tabel 6 Kadar HDL Subjek Penelitian Kategori HDL Jumlah (n) Persentase (%) Normal 25 98,2 Tidak normal 1 3,8 HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah). Sehingga dapat disimpulkan tingginya kadar HDL dalam darah dapat berpengaruh baik bagi tubuh, tetapi jika kadar HDL dalam darah rendah maka dapat memicu terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Almatsier, 2003; Soeharto, 2004). 4) LDL Kadar LDL subjek penelitian menunjukkan rata-rata kadar LDL WUS sebanyak 23,38 mg/dl, dengan nilai minimum 8 mg/dl dan nilai maksimum kadar LDL WUS sebanyak 46 mg/dl. Distribusi kadar LDL, yaitu antara lain : Tabel 7 Kadar LDL Subjek Penelitian Kategori LDL Jumlah (n) Persentase (%) Normal 11 42,3 Tidak normal 15 57,7 Manfaat pemeriksaan kadar LDL adalah mengevaluasi lebih lanjut apakah kadar kolesterol total pada ambang batas tinggi disebabkan karena kadar LDL yang tinggi atau karena HDL yang tinggi. Sebagian kasus disebabkan oleh LDL yang tinggi, tetapi sebaliknya bila hal tersebut disebabkan oleh kadar HDL yang tinggi dan LDL yang rendah/normal maka kondisinya dinyatakan baik (Soeharto, 2004). 2. Hasil Analisis Bivariat a. Hubungan Kadar TSH dengan Profil Lipid Hubungan kadar TSH dengan profil lipid (kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida) pada WUS, yaitu antara lain : 1) Hubungan Kadar TSH dengan Kadar Kolesterol Total Thyroid-Stimulating Hormone (TSH) adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis atau pituitari. Ketika hormon tiroid yang beredar didalam darah menurun maka TSH akan 6

8 banyak dikeluarkan. Sebaliknya, jika kebanyakan hormon tiroid maka pembentukan TSH akan dikurangi (Hans, 2011). Tabel 8 Nilai Parameter Statistik Kadar TSH dan Kadar Kolesterol Kadar TSH 0,68 0,004 3,69 0,512 Kadar Kolesterol 143, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,512, hal ini antara kadar TSH dengan kadar kolesterol. Pada penelitian ini 23,1% subyek masuk kategori hipertiroid padahal wilayah tempat tinggal mereka adalah daerah endemik GAKY. 2) Hubungan Kadar TSH dengan Kadar HDL Kadar TSH yang rendah memicu kadar HDL menjadi tinggi, hal ini dikarenakan saat kadar TSH menurun maka kadar FT4 cenderung naik, sehingga metabolisme meningkat dan pembakaran akan ikut meningkat, kadar kolesterol total dalam darah akan ikut menurun, sedangkan HDL yang merupakan kolesterol baik akan cenderung naik (Luboshitzky, 2002). Tabel 9 Nilai Parameter Statistik Kadar TSH dan Kadar HDL Kadar TSH 0,68 0,004 3,69 0,430 Kadar HDL 126, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,430, hal ini antara kadar TSH dengan kadar HDL. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar TSH dengan Kadar HDL. Beberapa keadaan klinis dapat terjadi akibat gangguan pada kelenjar tiroid, salah satunya adalah tirotoksikosis. Tirotoksikosis merupakan manifestasi klinis yang terjadi akibat peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah. Tirotoksikosis digunakan untuk menandai temuan klinis, fisiologi dan biokimia yang dihasilkan saat jaringan terpanjang dan memberikan respon terhadap hormon berlebihan. Hipertiroid dapat terjadi pada berbagai usia, namun lebih banyak terjadi pada usia tahun. Berdasarkan data tahun 2000, dua persen wanita dan 0,2 persen laki-laki menderita penyakit ini di dunia (Djokomoeljanto, 2009; Sutjanto 2010). 3) Hubungan Kadar TSH dengan kadar LDL LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol merupakan sala satu jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (kolesterol jahat). Hipertiroidisme meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati demikian pula absorpsi glukosa usus. 7

9 Dengan demikian, hipertiroidisme akan mengeksaserbasi diabetes melitus primer. Sintesis dan degradasi kolesterol keduanya meningkat oleh hormon tiroid. Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu peningkatan dari reseptor low-density lipoprotein (LDL) hati, sehingga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas tiroid yang berlebihan. Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan gliserol, sebaliknya kadar kolesterol meningkat pada hipotiroidisme. Tabel 10 Nilai Parameter Statistik Kadar TSH dan Kadar LDL Kadar TSH 0,68 0,004 3,69 0,230 Kadar LDL 23, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,230, hal ini antara kadar TSH dengan kadar LDL. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kadar TSH dan kadar LDL dalam keadaan normal, sehingga dapat disimpulkan kadar LDL dalam keadaan normal karena kadar TSH juga dalam keadaan normal. 4) Hubungan Kadar TSH dengan Kadar Trigliserida TSH adalah hormon terpenting dalam pengaturan fungsi tiroid, hormon ini disekresi hipofisis anterior. Sekresi TSH meninggi bila kadar tiroksin bebas dalam darah menurun, suhu rendah, dan bila ada perangsangan dari hipotalamus misalnya perangsang psikis atau akibat faktor pelepas tirotropin (TRP). Sekresi TSH menurun bila kadar tiroksin bebas dalam darah meninggi, kepanasan dan stres. Dalam keadaan stres sekresi epinefrin dan glukokortikoid meninggi (Hans, 2011). Tabel 11 Nilai Parameter Statistik Kadar TSH dan Kadar Trigliserida Kadar TSH 0,68 0,004 3,69 0,689 Kadar Trigliserida 32, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,230, hal ini antara kadar TSH dengan kadar trigliserida. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kadar TSH dan kadar trigliserida dalam keadaan normal, sehingga dapat disimpulkan kadar trigliserida dalam keadaan normal karena kadar TSH juga dalam keadaan normal. b. Hubungan Kadar FT4 dengan Profil Lipid Hubungan kadar TSH dengan profil lipid (kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida) pada Wanita Usia Subur (WUS), yaitu antara lain : 1) Hubungan Kadar FT4 dengan Kadar Kolesterol 8

10 Siklus produksi hormon dikendalikan oleh kelenjar hipotalamus, kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Kelenjar hipotalamus terletak di dalam otak, tepat diatas kelenjar hipofisis. Kelenjar ini menghasilkan thyro-trophin-hormone (TRH). Hormon TRH merangsang kelenjar hipofisis untuk memproduksi thyroid stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH merangsang kelenjar tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4 (Hans, 2011). Tabel 12 Nilai Parameter Statistik Kadar FT4 dan Kadar Kolesterol Total Kadar FT4 0,85 0,117 1,39 0,951 Kadar Kolesterol 143, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,951, hal ini antara kadar FT4 dengan kadar kolesterol. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kadar FT4 dan kadar kolesterol dalam keadaan normal, sehingga dapat disimpulkan kadar kolesterol dalam keadaan normal karena kadar FT4 juga dalam keadaan normal (Hans, 2011). 2) Hubungan Kadar FT4 dengan Kadar HDL Kadar FT4 yang tinggi menunjukkan hipertiroid, sedangkan jika kadar FT4 rendah menunjukkan terkena hipotiroid. Pada keadaan tertentu, hipertiroid bisa disebabkan oleh T3 yang tinggi, sehingga kadar FT4 masih normal bahkan rendah. Meskipun demikian pemeriksaan FT4 tidak seratus persen sempurna, karena masih ada beberapa keadaan yang bisa membuat hasil FT4 berubah. Misalnya saja penderita penyakit yang manahun cenderung memiliki FT4 yang lebih rendah. Seseorang dengan penyakit akut akan membuat FT4 naik sesaat. Pemakai obat heparin untuk mencegah pembekuan darah bisa sedikit meningkatkan FT4 (Hans, 2011). Tabel 13 Nilai Parameter Statistik Kadar FT4 dan Kadar HDL Kadar FT4 0,85 0,117 1,39 0,404 Kadar HDL 126, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,404, hal ini antara kadar FT4 dengan kadar HDL. Penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar kadar FT4 dalam keadaan normal dan kadar HDL sebagian besar dalam keadaan tinggi, sehingga dapat disimpulkan kadar HDL yang tinggi berhubungan dengan kadar FT4 yang hasilnya sebagian besar dalam keadaan normal, hingga membuat kadar kolesterol normal, hal ini sesuai dengan 9

11 hasil analisis status yodium berdasarkan TSH-FT4 bahwa semua responden WUS pada penelitian ini masuk kategori hipertiroid subklinis (Aru, 2006). Umumnya perempuan mempunyai kadar HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hormon estrogen perempuan bisa menaikkan HDL, sehingga perempuan sebelum manopause jarang terkena serangan jantung. Perempuan juga lebih banyak yang kadar trigliseridanya tinggi. Semakin tua dan makin gemuk maka semakin tinggi pula kolesterol dan trigliserida (Aru, 2006). 3) Hubungan Kadar FT4 dengan Kadar LDL Hormon tiroid mempunyai banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan, terutama di jantung yang paling sensitif terhadap perubahannya. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatik terhadap sistem kardiovaskular, sering kali menyerupai penyakit jantung primer. Pengaruh hormon tiroid pada jantung digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu efek terhadap jantung langsung, efek hormon tiroid pada sistem saraf simpatis dan efek sekunder terhadap perubahan hemodinamik (Aru, 2006). Tabel 14 Nilai Parameter Statistik Kadar FT4 dan Kadar LDL Kadar FT4 0,85 0,117 1,39 0,480 Kadar LDL 23, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,480, hal ini antara kadar FT4 dengan kadar LDL. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kadar FT4dan kadar LDL dalam keadaan normal. LDL merupakan jenis kolesterol jahat yang memicu meningkatnya kadar kolesterol dan menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit jantung koroner. Dalam penelitian ini status yodium semua responden masuk kategori hipertiroid dimana kadar TSH rendah sedangkan kadar FT4 nya tinggi atau normal. Hipertiroid membuat metabolisme meningkat, gerakan usus menjadi lebih cepat, sering buang air besar bahkan diare, sebagian mengeluh mual atau muntah. Nafsu makan memang meningkat tetapi berat badan terus turun karena pembakaran energi dan protein yang ikut meningkat, sehingga kadar kolesterol total dalam darah cenderung menurun (Hans, 2011) 4) Hubungan Kadar FT4 dengan Kadar Trigliserida Trigliserida merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK (Aru, 2006). 10

12 Tabel 15 Nilai Parameter Statistik Kadar FT4 dan Kadar Trigliserida Kadar FT4 0,85 0,117 1,39 0,722 Kadar Trigliserida 32, korelasi pearson product moment diperoleh nilai p = 0,722, hal ini antara kadar FT4 dengan kadar trigiserida. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kadar FT4 dan kadar trigliserida dalam keadaan normal. Kadar TSH dan FT4 sangat mempengaruhi kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida. Ketika kadar FT4 normal atau rendah maka kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida cenderung turun (Luboshitzky 2002). Menurut Hans (2011), menjelaskan bahwa pada WUS akan menjadi tidak subur karena mengalami gangguan ovulasi. Meskipun masih bisa hamil, tetapi sering terjadi keguguran. Haid menjadi jarang bahkan tidak datang menstruasi sama sekali. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Luboshitzky (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar FT4 dengan kadar trigliserida. Hasil analisis status yodium berdasarkan TSH-FT4 pada subyek penelitian WUS semuanya masuk dalam kategori hipertiroid. Pemberian kapsul yodium dosis tinggi didaerah endemik GAKY, kelebihan asupan yodium merupakan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertiroid pada WUS (Depkes RI, 2004). C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian kasus hipotiroid tidak dapat ditemukan sehingga efek hipotiroid terhadap profil lipid pada daerah endemik gondok tidak dapat dianalisis. KESIMPULAN 1. Pendidikan subyek paling banyak adalah 38,5% berpendidikan menengah atas, selebihnya 11,5% berpendidikan dasar, menengah pertama sebesar 26,9% dan perguruan tinggi 15,45 %. 2. Sebagian besar sebagai ibu rumah tangga yaitu 34,6% selebihnya tersebar pada 19,5% swasta, 15,4% wiraswasta, 15,4% petanidan 7,7% PNS. 3. Kadar TSH normal subyek sebesar 76,9% dan hipertiroid 23,1%. 4. Kadar FT4 normal subyek sebesar 61,5% dan hipertiroid 38,5%. 5. Subyek yang memiliki kadar kolesterol total normal sebesar 84,6% ; kadar HDL normal sebesar 100% ; kadar LDL normal sebesar 100% dan kadar trigliserida normal sebesar 100%. 6. Tidak ada hubungan antara kadar TSH dengan kadar kolesterol total, kadarhdl, kadar LDL dan kadar trigliserida. 7. Tidak ada hubungan antara kadar FT4 dengan kadar kolesterol total, kadar HDL, kadar LDL, kadar trigliserida. 11

13 SARAN 1. Bagi Puskesmas Cangkringan Hasil penelitian ini bisa sebagai bahan untuk membuat kebijakan, terutama masalah gizi. 2. Bagi Peneliti a. Perlu adanya penelitian lanjut mengenai hubungan antara kadar TSH dan kadar FT4 dengan profil lipid dengan mempertimbangkan faktor lain seperti genetik, pola makan atau asupan makan, aktifitas fisik, penyakit dan konsumsi obat. b. Perlu adanya penambahan sampel untuk mencegah kemungkinan jika ada sampel yang tidak bisa diambil darahnya maupun serum darah yang tidak bisa terbaca hasilnya saat diuji di laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Almatsier Ilmu Gizi Dasar. PT Gramedia Pustaka. Jakarta. Anwar F Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Asdi Mahasatya. Jakarta. Arisman Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Aru WS, dkk Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Azwar Saifuddin Reliabilitas dan Validitas. Sigma Alpha. Yogyakarta. Balai Informasi Teknologi LIPI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Barrett, E.J The thyroid gland.in Boron WF, Boulpaep EL. Medical physiology. A cellular and molecular approach. Ist Edition. Saunders. Philadelphia : Berger, M. Stuart. What Your Doctor Didn t Learn in Medical School. Avon Books. New York. Bernadette Biondi, MD; Emiliano A. Palmieri, MD; Gaetano Lombardi, MD; and Serafino Fazio, MD Effects of Subclinical Thyroid Dysfunction on the Heart. N Eng lj Med ;344: Ceresna Heriawan S Wanita Rentan Mengidap Penyakit Tiroid. Gramedia. Jakarta. Demers LM, Spencer CA Laboratory Medicine Practice Guidelnes : Laboratory Support for The Diagnosis and Monitoring of Thyroid Disease. The National Academy of Clinical Biochemistri. Washington, DC The Thyroid : Pathophysiology and Thyroid Function Testing. Elsirier Saunders. St Louis. Depkes RI Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Direktorat Bina Gizi Surve Pemetaan Gangguan Akibat Yodium (GAKY) di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Direktorat Bina Gizi. Djokomoeljanto, R Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Dalam : Sudoyo A.W. et al, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat. 12

14 E. Bender, Arnold. Pocket Encyclopedia of Calories and Nutrition Clinical Endocrinologist. Simon and Chuster. New York. Evelyn C. Pearce Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fadil Oezil Surve Pemetaan Gangguan Akibat Yodium (GAKY) di Provinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan RI. Friedman, Marlin M Sehat dengan Mengkonsumsi Garam Yodium. EGC. Jakarta. Friedman TC, Yu W The Everything Health Guide to Thyroid Disease. Massachussetts. Adams Media, Avon Books. New York. Gomez, Mejia L.R, Ballin D.B Managing Human Resources. Internasional Edition. Prentice Hall Internasional. Ginsberg, Jody Diagnosis and management of Graves' disease. Canadian Medical Association Journal.16: Hans Tandra Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ismadi Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Joewono, Boedi S Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press. Surabaya. Ladenson,dkk American Thyroid Association Guindelines for Detection of Thyroid Dysfunction. Arch Inter Met. Laurence M Laboratory Support for The Diagnosis and Monitoring of Thyroid Discase. Washington, DC. Lemeshow, Stanley Besar Sampel Minimal dalam Penelitian Kesehatan. UGM Press. Yogyakarta. Luboshitzky R, Aviv A, Herer P Risk Factors for Eardiovascular Disease in Women with Subclinical Hypothyroidism. Endocrine Institute, Haemek Medical Center. Israel. Misnadiarly Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Pusaka Obor Populer. Jakarta. Murray, et al Biokimia Herper Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. EGC. Jakarta. Mutalazimah Status Yodium dan Fungsi Kognitif Anak Sekolah Dasar di SDN Kiyaran 1 Kecamatan Cangkringan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Unversitas Muhammadiyah Surakarta. Montgomery, Anghelescu N Changes in Plasma Low-Density Lipoprotein (LDL) and High-Density Lipoprotein Cholesterol in Hypo- and hyperthyroid Patients are Related to Changes in Free Thyroxine, not to polymorphisms in LDL Reseptor or Cholesterol Ester Transfer Protein Genes. J Clin Endocrinol Metab. Swiss. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Notoadmojo Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Parawansa, Khofifah Indar Hambatan Terhadap Partisipasi Kesehatan Perempuan di Indonesia. IDEA. Jakarta. 13

15 Safro, AS Epidemiologi dan Patofisiologi Obesitas : Obesitas, Permasalahan dan Penanggulangan. Laboratorium Farmakologi Klinik FK UGM. Yogyakarta. Supariasa Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Supit EJ, Peirris AN Interprelation of Laboratory Thyroid Function Tests for the Primary Care Physician.South Med. Southern Medical Association. Sutedjo Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Amata Books.Yogyakarta. Soeharto Serangan Jantung dan Sroke. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sutjanto, Ari Seri-1 Endokrin-Metabolik Kapita Selekta Tiroidologi. Airlangga University Press. Surabaya. Toft AD Subclinical Hypothyoidism. N Engl J Med Understanding Thyroid Disorders. Pole, Dorset. Family Doctor Publications Word Health Organization Measuring Change in Nutritional Status. WHO. Geneva. 14

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) secara etiologi berasal dari serangkaian kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN

HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN 23-24 Dwi Mulyani E-mail : dwimu8@yahoo.com ABSTRACT Iodine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA ) DENGAN KADAR GULA DARAH DAN KOLESTEROL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 Ercho, NC, Berawi K, Susantiningsih T Medical Faculty of Lampung University Abstract Obesity

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc. ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PREVALENSI GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMAHAI, KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU, TAHUN

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA USIA TAHUN. E_mail:

KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA USIA TAHUN. E_mail: 36 KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA USIA 25-60 TAHUN 1 Lina Listiana, 2 Tri Yeni Purbosari 1 Bagian Kimia analitik, 2 Laboratorium RS Bhayangkara Porong Kabupaten Sidoarjo E_mail: Lina@gmail.com Abstrak Kolesterol

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang berkualitas merupakan tulang punggung keberhasilan suatu negara. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

NUNUNG TRAPSILOWATI J

NUNUNG TRAPSILOWATI J HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG Sunarsih Yudawati, Emy Setyowati Program Studi Diploma 3 Akademi Kebidanan Wira Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah gizi diantaranya yaitu kekurangan yodium dan kekurangan yodium dapat diderita orang pada setiap kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimulai saat berkurang sampai berhenti fase menstruasi, ditandai dengan berhenti diproduksinya sel telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yodium merupakan zat yang esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

Kata kunci : Pola konsumsi ikan, oily fish, non oily fish, kadar kolesterol

Kata kunci : Pola konsumsi ikan, oily fish, non oily fish, kadar kolesterol HUBUNGAN POLA KONSUMSI IKAN TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA LANSIA DI POSYANDU AISYIYAH CABANG SOLO UTARA RANTING BANYUANYAR Aurulia Banuar Anggarianti 1, Setyaningrum Rahmawaty 2, Elida Soviana 3 1 RSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DAN SERAT DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DAERAH ENDEMIK GAKY KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DAN SERAT DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DAERAH ENDEMIK GAKY KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DAN SERAT DENGAN PROFIL LIPID PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DAERAH ENDEMIK GAKY KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2 HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN HIPERTENSI SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT UMUM SANGLAH PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM. Website:

PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM. Website: PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM 1 Latar Belakang Data biomedis menjadi salah satu output Riskesdas 2013; Merupakan data dukung kuantitatif yang diperlukan untuk memperkuat analisis beberapa parameter

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014

Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 99-105 Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014 Rauly Rahmadhani 1 1 Bagian Kebidanan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016 HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Indah Permata Sari 201510104382

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A. RSUD Dr. Moewardi ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan peningkatan kadar kolesterol plasma, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein, atau ketiganya, atau kadar High Density Lipoprotein yang rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut WHO tahun 2005 terdapat 1,6 milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suplai darah ke seluruh tubuh sangat penting bagi kehidupan karena di dalam darah terkandung oksigen yang sangat dibutuhkan sebagai pengangkut bahan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

AYU CANDRA RAHMAWATI J

AYU CANDRA RAHMAWATI J HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN RASIO ANTARA TOTAL KOLESTEROL DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana adalah perawatan kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa usia subur (Azis, 1997). Hampir seluruh negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci