FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 126 HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DAN SIFAT-SIFAT INOVASI DENGAN TINGKAT PENERAPAN BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA PERENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Disusun Oleh : Stephani Juliana Dwi Indarti H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DAN SIFAT-SIFAT INOVASI DENGAN TINGKAT PENERAPAN BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA PERENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR yang dipersiapkan dan disusun oleh Stephani Juliana Dwi Indarti H telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 26 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Ketua Tanda tangan Susunan Tim Penguji Anggota I Tanda tangan Anggota II Tanda tangan Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D NIP Arip Wijianto, SP, MSi NIP Dr. Ir. Kusnandar, MSi NIP Surakarta, Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Tanda tangan Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP ii

3 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi dengan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D selaku pembimbing utama penulisan skripsi dan Arip Wijianto, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing pendamping penulisan skripsi. 4. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi. 5. Kepala Bappeda dan Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perijinan pengumpulan data dan segenap Penyuluh Pertanian Lapang di Kecamatan Mojogedang, serta anggota Kelompok Tani Rukun Makaryo, Tani Makaryo, Rukun Santoso, Tani Makaryo II, Sedyo Makmur, dan Tani Makmur di Desa Pereng. 6. Kedua orang tua penulis, Bapak Stephanus Johanes Sudarto dan Ibu Elisabet Sukamti atas segala doa, semangat, dan dukungan yang tidak pernah putus diberikan untuk penulis, dan saudara-saudara tercinta: Veronica, Maria, Winda, serta Rico, Agus, Budi, Tri, simbah Tarjo, simbah putri, Bulik Ary, Bulik Endang, Om Agus, Om Joko, Om Chris, Bulik Warti, Pakde Ranto dan iii

4 digilib.uns.ac.id Bude, atas bantuannya selama penulis menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sebelas Maret, serta Mathias Argo, terima kasih atas segala solusi yang diberikan kepada penulis untuk memecahkan segala masalah yang dihadapi dan atas semangat dan doa yang tidak pernah putus. 7. Teman-teman : Iin, Dwi, Ephine, Sri, Uus, Isna, Dayu, dan Lia atas dukungan dan semangat kekeluargaan selama ini. Sahabat-sahabat tercinta : Bela, Dayu, Kuning, dan Fitri atas pengalaman-pengalaman baru yang pernah kita ukir bersama, kisah sedih dan bahagia yang pernah kita lalui, dan kebersamaan kita selama ini semoga tidak lekang oleh waktu. Teman-teman KMK : Kukuh, Yoseph, Boni, Adith, Lukas, Yosafat, Eli, Hany, Hera, Vina, dan Laksita, atas semangat keimanan dan kekeluargaan yang diberikan selama ini serta temanteman jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2006: Herning, Dian, Ule, Febri, Tyas, Mitha, Lulu, Ana, Andi, Pipit, Bayu, Lukman, Syafiq, Ivan, Kuncoro, Darwis, Hizbullah, Rio, Farid, dan semuanya atas kebersamaan dan kerjasama kita selama ini dan kakak-kakak Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian: Arlina, Tyas, Nawawi, Farida, Zaki, Ana, atas berbagai masukan yang disampaikan. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihakpihak yang memerlukan. Surakarta, Juli 2010 Penulis iv

5 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTAK... x ABSTRACT... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Kegunaan Penelitian... 5 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis D. Pembatasan Masalah E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian C. Metode Penetuan Populasi dan Sampel D. Jenis dan Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Metode Analisis Data v

6 digilib.uns.ac.id IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis B. Keadaan Penduduk C. Keadaan Pertanian D. Keadaan Sarana Perekonomian V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden B. Status Sosial Ekonomi Petani, Sifat-Sifat Inovasi, dan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik di Desa Pereng C. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi dengan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik D. Tipe Pertanian Organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengukuran Variabel Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi Budidaya Padi Organik Tabel 2. Pengukuran Variabel Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik dengan Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Metode System of Rice Intensification (SRI) Tabel 3 Populasi Penelitian di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tabel 4. Jumlah Petani Sampel Tiap Kelompok Tani Tabel 5. Penduduk Desa Pereng menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 6. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Pereng Tahun Tabel 7. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Pereng Tahun Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Pereng Tahun Tabel 9. Komoditas Pertanian di Desa Pereng Tahun Tabel 10. Jumlah Hewan Ternak di Desa Pereng Tahun Tabel 11. Sarana Perekonomian di Desa Pereng Tahun Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Responden...58 Tabel 13. Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi Tabel 14. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi dengan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik.. 79 Tabel 15. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi dengan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Tabel 16. Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Berdasarakan Tipe Pertanian Organik Tabel 17. Penerapan Petani terhadap Budidaya Padi Organik di Desa Pereng Tabel 18. Kecenderungan Tipe Pertanian Organik di Desa Pereng vii

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Petani dan Sifat-Sifat Inovasi dengan Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Identitas Responden Lampiran 3 : Tabulasi Status Sosial Ekonomi Lampiran 4 : Tabulasi Sifat-Sifat Inovasi Lampiran 5 : Tabulasi Penerapan Budidaya Padi Organik Lampiran 6 : Biaya Tenaga Kerja Lampiran 7 : Biaya Sarana Produksi Lampiran 8 : Means Lampiran 9 : Frequencies Lampiran 10 : Nonparametric Correlations Lampiran 11 : Tipe Pertanian Organik Lampiran 12 : T Hitung Lampiran 13 : Foto-Foto Penelitian Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Lampiran 14 : Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Berdasarkan Keadaan Kelompok Lampiran 15 : Tingkat Penerapan Budidaya Padi Organik Berdasarkan Status Keanggotaan Lampiran 16. Tabulasi Variabel X dan Y ix

10 digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Hal tersebut diperkuat semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat perekonomian nasional. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia yaitu potensi sumber daya yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, besarnya penduduk yang bergantung pada sektor ini dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Pertanian berkelanjutan merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan pada sektor pertanian. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan. Pertanian organik merupakan alternatif yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan (Abadi, 2009). Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis, dengan tujuan untuk menyediakan bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan tidak merusak lingkungan. Berbagai upaya untuk mendukung pertanian organik telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun lembagalembaga non pemerintah. Begitupula dengan berbagai inovasi, telah banyak berkembang dan dihasikan untuk mendukung perubahan ke arah yang lebih baik. Beberapa upaya konkret melalui program-program pertanian telah berhasil diimplementasikan dan diterima oleh sebagian petani di beberapa wilayah. Namun, tidak jarang introduksi inovasi tidak dapat langsung diterapkan oleh petani. Petani masih perlu waktu yang cukup lama agar inovasi tersebut dapat diadopsi dan menjadi bagian dari kebutuhan petani sebagai pengguna. 1

11 digilib.uns.ac.id 2 Salah satu inovasi dalam bidang pertanian adalah budidaya padi organik. Budidaya padi organik dapat diterapkan dengan dua strategi yaitu Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan System Of Rice Intensification (SRI). Budidaya tanaman padi dengan strategi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan cara budidaya pada masa transisi menuju pertanian organik. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Budidaya padi organik lainnya yaitu dengan strategi System Of Rice Intensification (SRI). Strategi System Of Rice Intensification (SRI) lebih dipusatkan pada penggunaan bahan organik. Penggunaan bahan organik yang diintegrasikan dengan teknik pengairan berkala akan mampu menyediakan hara untuk kebutuhan tanaman padi. Pendekatan System Of Rice Intensification (SRI) berbentuk paket teknologi yang diyakini dapat diterapkan pada semua kondisi. Penyebaran informasi mengenai budidaya padi organik dapat dilakukan baik melalui sekolah pertanian yang diselenggarakan oleh kelompok tani secara mandiri maupun melalui kegiatan penyuluhan. Guna mengadopsi suatu inovasi, seseorang memerlukan jangka waktu tertentu mulai dari seseorang mangetahui pesan tersebut sampai terjadi adopsi. Proses adopsi inovasi itu sendiri merupakan permasalahan yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor serta terkait satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perilaku petani dalam mengadopsi inovasi tersebut. Status sosial ekonomi petani dan sifat-sifat inovasi merupakan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat penerapan budidaya padi organik. Semakin tinggi status sosial ekonomi petani dan semakin baik sifat-sifat inovasi tersebut maka diduga tingkat penerapannya juga akan semakin tinggi. Selain mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan budidaya padi organik, hal penting lainnya yang perlu dikaji lebih dalam adalah tipe pertanian organik yang diterapkan oleh petani. Terkait dengan hal tersebut, Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar merupakan commit to desa user yang direkomendasikan menjadi

12 digilib.uns.ac.id 3 Desa Organik karena telah menjadi sentra pengembangan padi organik di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran kelompok tani yang ada di Desa Pereng dalam mengembangkan pertanian organik. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Pereng adalah memproduksi beras organik untuk memenuhi permintaan pasar. Terkait dengan Desa Pereng yang direkomendasikan sebagai Desa Organik, dapat menimbulkan pertanyaan apakah Desa yang disebut organik tersebut petaninya juga menerapkan budidaya padi secara organik. Oleh sebab itu, sangat penting untuk diteliti mengenai tingkat penerapan budidaya padi organik di Desa Pereng agar tidak menimbulkan kekhawatiran dari pihak konsumen akan beras organik yang dikonsumsi. Berdasarkan berbagai uraian tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui tingkat penerapan budidaya padi organik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan mengkaji lebih dalam mengenai tipe pertanian organik yang diterapkan oleh petani di Desa Pereng sebagai sentra pengembangan padi organik di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. B. Perumusan Masalah Paket pertanian modern yang memberikan hasil tinggi ternyata memberikan dampak terhadap lingkungan. Paket teknologi pertanian modern yang dimaksud termasuk penggunaan varietas unggul berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia/ sintetis, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Pemakaian pupuk kimia yang terus meningkat mengakibatkan tanah terus tercemar dan menurun kualitasnya. Pola tanam dengan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen secara berlebihan akan merusak unsur hara tanah sehingga pada titik tertentu menyebabkan tanah kehilangan kesuburannya. Kebutuhan pangan manusia akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Bila paket pertanian modern terus diterapkan maka kebutuhan akan pupuk dan pestisida juga akan meningkat. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara terus menerus akan menyebabkan penurunan

13 digilib.uns.ac.id 4 produktivitas pada hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Hal ini mendorong para pakar untuk mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Pertanian organik merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah sehingga produktivitas tanaman pangan akan kembali meningkat dan tidak merusak lingkungan. Penerapan pertanian organik khususnya untuk budidaya tanaman padi merupakan suatu teknologi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya produksi namun tetap ramah lingkungan. Budidaya padi organik ini memerlukan waktu yang relatif panjang untuk dapat diterapkan oleh petani, namun dapat juga cepat diterima oleh petani. Hal ini tentunya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan budidaya padi organik. Desa Pereng merupakan desa yang direkomendasikan sebagai desa organik karena telah menjadi sentra pengembangan padi organik di Kecamatan Mojogedang. Produk yang dihasilkan oleh beberapa kelompok tani di desa tersebut antara lain pupuk organik, pestisida nabati, dan beras organik. Hal yang menarik untuk dikaji yaitu mengenai penerapan petani dalam budidaya padi organik di Desa Pereng. Tingkat penerapan budidaya padi organik tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sifat-sifat inovasi dari budidaya padi organik itu sendiri dan status sosial ekonomi petani merupakan faktor-faktor yang menentukan petani untuk mengadopsi budidaya padi organik. Adapun permasalahan yang timbul dari uraian tersebut dapat dijelaskan dalam perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana status sosial ekonomi petani dan sifat-sifat inovasi budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimana tingkat penerapan budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar?

14 digilib.uns.ac.id 5 3. Bagaimana hubungan antara status sosial ekonomi petani dan sifat-sifat inovasi dengan tingkat penerapan budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar? 4. Apa tipe pertanian organik yang diterapkan oleh petani di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Menganalisis status sosial ekonomi petani dan sifat-sifat inovasi budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. 2. Menganalisis tingkat penerapan budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. 3. Menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi petani dan sifat-sifat inovasi dengan tingkat penerapan budidaya padi organik di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. 4. Mengkaji tipe pertanian organik yang diterapkan oleh petani di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan sejauhmana tingkat penerapan budidaya padi organik dan tipe pertanian organik yang diterapkan di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar.

15 digilib.uns.ac.id 6 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian Paradigma pembangunan pertanian yang baru adalah sebuah paradigma yang melihat bahwa pembangunan suatu negara mencerminkan kesejahteraan dari mayoritas penduduk. Pertanian baru harus bertujuan untuk lebih secara mandiri dan berkelanjutan menjamin keamanan pangan baik secara nasional, maupun masing-masing keluarga dari penduduk suatu negara yang bersangkutan (Soetrisno, 1998). Tujuan penting lainnya yang menjadi sasaran kegiatan pembangunan pertanian adalah meningkatkan taraf hidup petani, khususnya petani kecil melalui peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha pertaniannya. Ke dua adalah meningkatkan kemampuan petani serta daya saing produk dan jasa pertanian nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas. Ke tiga adalah mencegah degradasi lingkungan akibat kegiatan pertanian dan kegiatan sektor lain sehingga dapat menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekologis. Ke empat adalah menjamin ketahanan pangan nasional yang dinamis secara proporsional, bermutu, dan aman. Tujuan pembangunan pertanian yang ke lima yaitu memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional guna menjamin kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan (Mangunwidjaja dan Illah, 2005). Pembangunan sektor pertanian di masa datang dihadapkan pada dua tantangan pokok yaitu tantangan internal yang berasal dari domestik, dimana pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada, namun dihadapkan pula pada tuntutan demokratisasi yang terjadi di Indonesia. Sedangkan tantangan kedua adalah tantangan eksternal, dimana pembangunan sektor pertanian diharapkan mampu untuk mengatasi era globalisasi dunia. Kedua tantangan tersebut sulit dihindari karena merupakan kesepakatan nasional 6

16 digilib.uns.ac.id 7 yang telah dirumuskan sebagai arah kebijakan pembangunan nasional di Indonesia (Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, 2005). Pembangunan di bidang pertanian diterapkan dengan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dalam penerapannya sudah termasuk aspek pertanian organik. Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan lingkungan, dan masalah ini hanya akan didapat bila terbangun kemitraan yang baik dengan mengikutsertakan pemerintah, masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat. Disamping itu, perlu keseimbangan dalam menangani atau melaksanakan pembangunan dengan memperhatikan kepentingan lingkungan. Hal inilah yang terdapat dalam salah satu prinsip pertanian organik (Bahar, 2007). Menurut Apriyantono (2006), pembangunan pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha pertanian melalui penerapan teknologi pertanian dan kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan. Kesinambungan usaha dapat diartikan bahwa usahatani tersebut dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi petani dan keluarganya, sehingga pemilihan jenis komoditas dan usaha harus yang bernilai ekonomis, pasar tersedia dan produksi kontinyu. Lebih lanjut dikatakan oleh Apriyantono (2006) bahwa pembangunan pertanian juga harus mengindahkan aspek kelestarian lingkungan sehingga pemilihan teknologi dan pengelolaannya tidak hanya didasarkan pada keuntungan sesaat. Teknologi ramah lingkungan yang sudah banyak dikembangkan dan telah digunakan antara lain Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pembangunan pertanian berkelanjutan memerlukan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang pada dasarnya menekankan pada penggunaan low external input.

17 digilib.uns.ac.id 8 2. Pertanian Organik a. Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik merupakan sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis dalam dunia pertanian sekarang ini. Dapat disaksikan, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (Heriawan, 2009). Pertanian organik menurut Bahar (2007) dapat diartikan sebagai praktek pertanian secara alami menggunakan pupuk organik dan sedikit mungkin melakukan pengolahan tanah. Bila sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani kita untuk menerapkannya. Oleh karena itu, pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan prinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik. Seymour (1997) dalam Salikin (2003) menjelaskan kriteria sistem pertanian organik yang diberikan oleh IFOAM (International Federation Of Agriculture Movement) setidaknya harus memenuhi enam kriteria standar. Kriteria tersebut antara lain: 1) lokalita, pertanian organik berupaya mendayagunakan potensi lokalita yang ada sebagai suatu agroekosistem yang tertutup dengan memanfaatkan bahan baku dari sekitanya. 2) perbaikan tanah, pertanian organik berupaya menjaga, merawat, dan memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui pemupukan organik, pergiliran tanaman, konservasi lahan, dan sebagainya. 3) meredam polusi, pertanian organik dapat meredam polusi air dan udara dengan menhindari pembuangan limbah dan pembakaran sisa-sisa tanaman secara sembarangan serta menghindari penggunaan bahan sintetik yang dapat menjadi sumber polusi.

18 digilib.uns.ac.id 9 4) kualitas produk, pertanian organik menghasilkan produk-produk pertanian berkualitas yang memenuhi standar mutu gizi dan aman bagi lingkungan serta kesehatan. 5) pemanfaatan energi, pengelolaan pertanian organik menghindari sejauh mungkin penggunaan energy dari luar yang berasal dari bahan bakar fosil (pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar minyak). 6) kesempatan kerja, para petani organik memperoleh kepuasan dan mampu menghargai pekerja lainnya dengan upah yang layak. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mentri Pertanian Indonesia, trend permintaan konsumen maupun pasar dunia yang berkembang saat ini mulai sangat peduli terhadap produk-produk yang bebas residu kimia, ramah lingkungan, dan menyehatkan seperti produk pertanian organik. Tentu saja hal ini juga penting dalam rangka pengembangan pertanian organik di Indonesia. Penerapan pertanian organik oleh para petani sejalan dengan Visi Pembangunan Pertanian Tahun , yaitu terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani (Apriyantono, 2007). Ketahanan atau keberlanjutan dalam bidang pertanian berkaitan dengan tingkat produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian tentunya dapat dipertahankan selama beberapa tahun di lokasi yang sama. Pertanian berkelanjutan terkadang digunakan sebagai sinonim untuk pertanian organik (Loomis dan Connor, 1992). b. Tujuan Pertanian Organik Tujuan jangka panjang yang akan dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut: 1) Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam bidang pertanian. 2) Memasyarakatkan kembali budidaya organik yang sangat bermanfaat dalam commit mempertahankan to user dan meningkatkan

19 digilib.uns.ac.id 10 produktivitas lahan sehingga menunjang kegiatan budidaya pertanian berkelanjutan. 3) Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida dan pupuk, serta bahan kimia pertanian lainnya. 4) Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan. 5) Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air, serta mengurangi masalah erosi akibat pengolahan tanah yang intensif. 6) Mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimil iki petani secara turun temurun, dan merangsang kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas. 7) Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk, dan bahan kimia pertanian lainnya. 8) Meningkatkan peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global dengan jalan menjalin kemitraan antara petani dan pengusaha yang bergerak dalam bidang pertanian. Adapun jangka pendek yang akan dicapai melalui pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut: 1) Ikut serta menyukseskan program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pemanfaatan peluang pasar dan ketersediaan lahan petani yang sempit. 2) Mengembangkan agribisnis dengan jalan menjalin kemitraan antara petani sebagai produsen dan para pengusaha. 3) Membantu menyediakan produk pertanian bebas residu bahan kimia pertanian lainnya dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. 4) Mengembangkan dan meningkatkan minat petani pada kegiatan budidaya organik sebagai mata pencaharian utama maupun

20 digilib.uns.ac.id 11 sampingan yang mampu meningkatkan pendapatan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. 5) Mempertahankan dan melestarikan produktivitas lahan, sehingga lahan mampu berproduksi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. (Sutanto, 2002). c. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik Pertanian organik menurut International Federation of Organic Agriculture Movement (2002), didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1) Prinsip kesehatan Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan. 2) Prinsip ekologi Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus. Sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya

21 digilib.uns.ac.id 12 pertanian, peternakan, dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Kemudian dijelaskan oleh Buchori (2003), berdasarkan pada prinsip ekologi tersebut, pertanian organik dapat diandalkan untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Hal tersebut akan semakin nampak jika dilihat dari kepentingan jangka panjang, karena pertanian organik aman dan ramah lingkungan. 3) Prinsip keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. 4) Prinsip perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetap tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak commit utuh. to user

22 digilib.uns.ac.id Adopsi Inovasi a. Pengertian adopsi dan inovasi Adopsi adalah suatu keputusan untuk menerapkan atau menggunakan inovasi (Ray, 1998). Lebih lanjut adopsi didefinisikan dalam proses penyuluhan (pertanian) sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan inovasi disini mengandung arti tidak sekedar "tahu", tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya (Mardikanto, 2007). Adopsi erat hubungannya dengan suatu inovasi. Inovasi (dari bahasa Latin, innovare yang berarti memperbaharui atau memperbaiki) adalah proses pengambangan konsep asli atau invensi melalui penyebaran secara ekonomis atas produk atau proses yang dihasilkan. Secara khusus Organisasi bagi Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi (OECD) mendefinisikan inovasi sebagai pemaduan langkah-langkah teknik, industri, komersial, dan lainnya untuk mendapatkan pasaran yang berhasil atas sejumlah produk olahan dan atau untuk penggunaan secara komersial peralatan atau proses baru (Mangunwidjaja dan Illah, 2005). Inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1981) diartikan sebagai gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan suatu inovasi dapat diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Baru dalam ide-ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu lalu tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

23 digilib.uns.ac.id 14 Pengertian yang sama mengenai inovasi juga dijelaskan oleh Sugarda, Sudarmanto, dan Samedi (2001). Inovasi didefinisikan sebagai suatu gagasan, praktek, atau obyek yang dianggap baru oleh seseorang atau oleh satuan adopsi yang lain. Jadi, kriteria baru merupakan kriteria utama suatu inovasi. Dalam kaitannya dengan teknologi, selama teknologi itu masih baru dalam pandangan pengguna, maka teknologi dalam hal ini dapat dianggap suatu inovasi. Mardikanto (2007) memperluas pengertian inovasi menjadi sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilainilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan - perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan - perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. b. Proses adopsi inovasi Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/ menerapkan dengan keyakinannya sendiri. Untuk mengadopsi suatu inovasi memerlukan jangka waktu tertentu dari mulai seseorang mengetahui pesan tersebut sampai terjadi adopsi. Menurut Mardikanto (2007), tahapan-tahapan adopsi adalah sebagai berikut : 1) awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. 2) interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

24 digilib.uns.ac.id 15 3) evaluation atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional. 4) trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi. 5) adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri Berbeda dengan Singh (1965) dalam Ray (1998), proses adopsi terdiri atas tujuh tahap sebagai berikut : 1) need, dalam tahap ini individu berharap situasi dapat berubah, menyatakan ketidakpuasan dan mengembangkan kompromi. 2) awareness, individu mengetahui sesuatu yang terkait dengan kebutuhannya 3) interest, dalam tahap ini individu mencoba untuk mengetahui lebih banyak mengenai inovasi tersebut, bertanya kepada agen penyuluhan atau teman, dan mencari informasi dan melihat inovasi. 4) deliberation, individu menguji kemungkinan dari penerapan inovasi tersebut di bawah kondisinya 5) trial, individu mempraktekan dalam skala kecil untuk mengamati pencapaian di bawah kondisinya 6) evaluation, individu mengamati pencapaian inovasi dari berbagai dimensi. Mengumpulkan data dari pencapaian inovasi dengan situasi yang lain. Membandingkan pencapaian yang baru dengan yang lama dan perubahan yang dibutuhkan jika inovasi itu diadopsi.

25 digilib.uns.ac.id 16 7) adoption, pada tahap ini individu menggunakan inovasi. Kemudian Ban (2004) menjelaskan lima tahap dalam proses adopsi adalah sebagai berikut : 1) awareness, kesadaran terhadap keberadaan inovasi baru 2) interest, mengumpulkan informasi lebih jauh mengenai informasi tersebut. 3) evaluation, menilai inovasi tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan 4) trial, mencoba inovasi atau merubah perilaku pada skala kecil 5) adoption/ acceptance, menerapkan inovasi/ merubah perilaku. Teori mengenai adopsi inovasi telah menjadi studi pokok untuk menentukan bagaimana dan mengapa suatu sistem sosial dapat menerima teknologi atau gagasan yang berbeda (dianggap sebagai suatu hal yang baru). Teori yang paling berpengaruh dan telah diterapkan secara luas adalah teori milik E.M. Rogers "Difusi Inovasi". Teori ini memfokuskan pada aspek komunikasi dalam adopsi inovasi dan memandang proses adopsi sebagai hal yang terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1) Invention (penemuan) adalah proses bagaimana gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. 2) Diffusion (penyebaran) adalah proses bagaimana gagasan dikomunikasikan kepada anggota dari suatu sistem sosial tertentu. 3) Consequences (konsekuensi) adalah perubahan yang terjadi di dalam sistem sosial, sebagai hasilnya adalah adopsi atau penolakan (Baig, et all, 2005) c. Faktor-faktor yang menentukan adopsi inovasi Menurut Lamble (1984) dalam Rollins (1993), adopsi praktek dan gagasan baru berhubungan dengan sedikitnya lima faktor, yaitu jenis keputusan untuk mengadopsi, atribut yang dirasa inovasi, saluran komunikasi yang digunakan, keadaan penerima inovasi/ klien, dan tingkat usaha praktisi. commit Suatu fungsi to user praktisi yang utama adalah untuk

26 digilib.uns.ac.id 17 memudahkan adopsi gagasan baru dan praktek atau untuk mempengaruhi tingkat difusi dan adopsi inovasi oleh klien mereka. Untuk meningkatkan efektivitas mereka sebagai agen perubahan, perluasan praktisi harus memahami karakteristik yang unik dari klien mereka. Kecepatan adopsi menurut Rogers (1999) adalah kecepatan relatif pengadopsian inovasi oleh suatu sistem sosial yang diukur dari jumlah individu yang mengadopsi pada periode waktu tertentu. Salah satu variabel penjelas kecepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat-sifat inovasi itu sendiri. Tetapi selain sifat-sifat inovasi itu, hal-hal yang dapat menjadi variabel penjelas kecepatan adopsi adalah tipe keputusan inovasi, sifat saluran komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, ciri-ciri sistem sosial, dan gencarnya usaha agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi. Kelima faktor tersebut dapat dijelaskan oleh Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1981) sebagai berikut. 1) Sifat sifat inovasi Terdapat lima sifat inovasi yaitu keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. a) Keuntungan relatif adalah sejauhmana suatu inovasi dianggap lebih baik daripada gagasan sebelumnya. Bisa diukur dengan tolok ekonomi. Semakin besar keuntungan relatif suatu inovasi diketahui, semakin cepat kemungkinan pengadopsiannya. b) Kompatibilitas adalah sejauhmana suatu inovasi dipandang sejalan dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan para calom pemakai. c) Kompleksitas adalah sejauhmana suatu inovasi dipandang sulit dipahami atau dipakainya. d) Triabilitas adalah sejauhmana suatu inovasi dapat dicoba dalam skala kecil.

27 digilib.uns.ac.id 18 e) Observabilitas adalah sejauhmana hasil suatu inovasi dapat diamati oleh seseorang. 2) Tipe keputusan inovasi Tipe keputusan inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi. Ada empat tipe keputusan inovasi, yaitu keputusan opsional, keputusan kolektif, keputusan otoritas, dan keputusan kontingen. Inovasi yang diputuskan secara otoritas akan diadopsi lebih cepat karena orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit. Keputusan opsional biasanya lebih cepat daripada keputusan kolektif, tetapi lebih lambat daripada keputusan otoritas. Sedangkan yang paling lambat adalah keputusan kontingen karena harus melibatkan dua urutan atau lebih keputusan inovasi. 3) Saluran komunikasi yang digunakan Saluran komunikasi yaitu alat yang dipergunakan untuk menyebarkan suatu inovasi dan kemungkinan memilikipengaruh terhadap kecepatan adopsi inovasi. Misalnya saluran komunikasi interpersonal yang digunakan di pedesaan yang belum terdapat saluran komunikasi media massa, kecepatan adopsi akan lambat karena penyebaran pengetahuan tidak berjalan cepat. 4) Ciri-ciri sistem sosial Dalam suatu sistem sosial yang modern, tempo adopsi mungkin lebih cepat karena kurang ada rintangan sikap diantara penerima. Sedangkan dalam sistem sosial tradisional, mungkin tempo adopsi akan lebih lambat. 5) Gencarnya usaha agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi Kecepatan adopsi juga dipengaruhi oleh gencarnya usaha agen pembaharu. Hubungan antara kecepatan adopsi dengan usaha agen pembaharu tidak langsung dan linear. Pada tahap-tahap tertentu, usaha keras agen pembaharu mendatangkan hasil yang lebih besar.

28 digilib.uns.ac.id 19 Ray (1998) menyebutkan terdapat lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara-cara baru, yaitu: 1) Keuntungan-keuntungan relatif (relatif advantages); yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan suatu keuntungan relatif daripada inovasi sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan tersebut tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam arti ekonomi, tetapi mencakup: a) Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi, ketahanan terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang menyebabkan ketidakberhasilannya. b) Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan atau keuntungan yang lebih tinggi. c) Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan, fisiologis (pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan/ penghargaan dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri), maupun kebutuhan-kebutuhan sosiologis (pakaian, papan, status sosial dan lain-lain). 2) Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi mempunyai sifat lebih sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang diperlukan penerima. 3) Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikannya. 4) Dapat dicobakan (triability); yaitu suatu inovasi akan mudah diterima apabila dapat dicobakan dalam ukuran kecil. 5) Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata.

29 digilib.uns.ac.id 20 Selanjutnya Ninik dan Herawati (1999) mengemukakan bahwa ada lima sifat inovasi yang dapat mempengaruhi adopsi yang dilakukan oleh petani yaitu : 1) Keuntungan relatif, yaitu tingkat dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. 2) Kompatabilitas, adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sosial tidak akan diadopsi. 3) Kompleksitas, adalah sejauh mana inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Semakin rumit suatu inovasi mka akan semakin lambat pengadoposiannya. 4) Triabilitas, adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. 5) Observabilitas, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain Selanjutnya, menurut Mardikanto (2007), kajian terhadap faktorfaktor penentu adopsi inovasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan komunikasi, psiko-sosial dan sistem agribisnis. Dalam pendekatan komunikasi, faktor-faktor yang menentukan adopsi inovasi meliputi : 1) Sifat-sifat inovasi, dapat dibedakan dalam sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya sendiri) maupun ekstrinsik yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Sifat-sifat intrinsik inovasi itu mencakup: a) informasi ilmiah yang melekat atau dilekatkan pada inovasinya, b) nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya, dan politis) yang melekat pada inovasinya, c) tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi, d) mudah atau tidaknya dikomunikasikan (kekomunikatifan) inovasi,

30 digilib.uns.ac.id 21 e) mudah atau tidaknya inovasi tersebut dicobakan (trialability), f) mudah atau tidaknya inovasi tersebut diamati (observability). Sedangkan sifat-sifat ekstrinsik inovasi meliputi: a) kesesuaian (compatibility) inovasi dengan lingkungan setempat (baik lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan kemampuan ekonomis masyarakatnya). b) tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan, atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi dibanding dengan teknologi yang sudah ada yang akan diperbaharui/ digantikannya; baik keunggulan teknis (kecocokan dengan keadaan alam setempat dan tingkat produktivitasnya), ekonomis (besarnya biaya atau keuntungannya), manfaat non ekonomi, maupun dampak sosial budaya dan politis yang ditimbulkannya. 2) Kualitas penyuluh, terdapat empat tolak ukur yang perlu mendapat perhatian yaitu kemampuan dan ketrampilan penyuluh untuk berkomunikasi, pengetahuan penyuluh tentang inovasi yang akan disuluhkan, sikap penyuluh (baik terhadap inovasi, sasaran dan profesinya), kesesuaian latar belakang sosial budaya penyuluh dan sasaran. 3) Sumber-sumber informasi yang digunakan dapat berupa lembaga pendidikan atau perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas terkait, media massa, tokoh masyarakat petani setempat maupun dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial. 4) Saluran komunikasi yang digunakan dapat melalui media antar pribadi maupun media massa. 5) Status sosial ekonomi penerima atau pengguna inovasi meliputi luas usahatani, tingkat pendapatan, keberanian mengambil resiko, umur, tingkat partisipasinya, dan aktivitas mencari informasi. Soekartawi (2005) menyebutkan terdapat beberapa hal penting yang juga mempengaruhi commit adopsi to user inovasi. Cepatnya proses adopsi

31 digilib.uns.ac.id 22 inovasi juga sangat tergantung dari faktor intern dari adopter/ petani itu sendiri, antara lain: 1) Umur. Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut. 2) Pendidikan. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan petani baik formal maupun informal akan mempengaruhi cara berpikir dan pandangan seseorang dalam menjalankan usaha taninya, yaitu dalam rasionalitas usaha, dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada. 3) Keberanian mengambil resiko. Biasanya petani kecil mempunyai sifat menolak resiko (risk averter). 4) Pola hubungan. Lingkup hubungan apakah petani ada dalam pola hubungan kekosmopolitan atau lokalitas. 5) Sikap terhadap perubahan. Kebanyakan petani kecil lamban dalam mengubah sikapnya terhadap perubahan. 6) Motivasi berkarya. 7) Aspirasi. Apabila calon adopter tidak mempunyai aspirasi atau aspirasinya ditinggalkan, maka adopsi inovasi sulit dilakukan. 8) Fatalisme. Apabila calon adopter dihadapkan pada resiko dan ketidakpastian yang tinggi maka adopsi inovasi sulit dilakukan. 9) Sistem kepercayaan tertentu. Makin tertutup suatu sistem sosial dalam masyarakat terhadap sentuhan luar, misalnya sentuhan teknologi, maka makin sulit pula anggota masyarakat untuk mengadopsi inovasi. 10) Karakteristik psikologi. Apabila karakter mendukung adanya adopsi inovasi, maka proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat.

32 digilib.uns.ac.id 23 Sehubungan dengan ragam golongan masyarakat ditinjau dari kecepatannya mengadopsi inovasi, Lionberger (1960) dalam Mardikanto (2007), mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi yang meliputi: 1) Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. 2) Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi. 3) Keberanian mengambil resiko, pada tahap awal biasanya tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. Karena itu, individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif. 4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatankegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. 5) Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri. 6) Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat. 7) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. 8) Golongan masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibanding orang-orang yang pasif apalagi yang selalu keptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru. Terkait dengan faktor-faktor yang menentukan adopsi inovasi, maka faktor-faktor yang menentukan tingkat adosi inovasi budidaya padi organik dalam penelitian commit to ini user dibatasi pada dua faktor, yaitu :

33 digilib.uns.ac.id 24 1) Status sosial ekonomi petani yang terdiri dari variabel umur, luas lahan usahatani, pendapatan, tingkat partisipasi, dan aktivitas mencari informasi. 2) Sifat-sifat inovasi yang terdiri dari variabel keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. 4. Penyuluhan Pertanian Pengembangan usahatani diikuti dengan pengenalan peningkatan praktek pertanian, seperti adopsi varietas benih, penggunaan pupuk, dan pengendalian hama tanaman. Para petani membutuhkan bimbingan dan bantuan dalam mengelola air, jadwal irigasi, dan adopsi praktek peningkatan produktivitas usahatani. Pengembangan usahatani harus diikuti dengan kegiatan penyuluhan yang layak. Kegiatan penyuluhan harus berkelanjutan di suatu wilayah (Murty dan Takeuchi, 1996). Penyuluhan adalah suatu metode komunikasi untuk meningkatkan ketrampilan seseorang atau sejumlah orang dengan cara memberikan penjelasan disertai peragaan tentang dengan menggunakan benda nyata. Penyuluhan dianggap penting karena penjelasan yang disertai demonstrasi menyajikan benda-benda nyata yang terwujud amatlah efektif (Effendy, 1986). Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraatmadja, 1993). Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya commit dalam to mengakses user informasi pasar, teknologi,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional Pada pengertian sebenarnya organik tidak hanya tertuju pada produk atau kandungan bahan-bahan di dalamnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Konvensional Pertanian Konvensional adalah sistem pertanian tradisional yang mengalami perkembangan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bisa dikatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KEMANFAATAN EKONOMI DAN EKOLOGI DARI PROGRAM PEMBERDAYAAN HUTAN BAKAU (MANGROVE) DI KAWASAN PESISIR PANTAI DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun,

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN 1 Istiantoro, 2 Azis Nur Bambang dan 3 Tri Retnaningsih Soeprobowati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

TEMANGGUNG (25/11/2015)

TEMANGGUNG (25/11/2015) 2015/11/25 13:42 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENYEBARLUASAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI METODE DEMONSTRASI CARA/HASIL TEMANGGUNG (25/11/2015) www.pusluh.kkp.go.id Salah satu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertanian tidak lagi menjadi aktivitas yang sederhana, tidak sekedar bercocok tanam, tetapi menjadi suatu kegiatan bisnis yang kompleks. Pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Proses Penelitian Kerangka berpikir dan proses penelitian ini, dimulai dengan tinjauan terhadap kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan termasuk pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan sebagai penyumbang

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN

Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Terminologi Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Oleh : Fitri Kisworo Wardani H0808102

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu

POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu Oleh : Amaliah Najamuddin, SP A. Pendahuluan Paradigma pembangunan manusia kini menjadi salah satu tema sentral dalam wacana perdebatan pemikiran mengenai isu-isu pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas, yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan atau hewan. Dalam kaitan ini, para petani mengatur dan menggiatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia. Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, sampai saat ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memegang peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk memperbaiki taraf dan mutu hidup serta kesejahteraan

Lebih terperinci