PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR Jl. Ahmad Yani 118 Surabaya Surabaya, 2017

2 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ala, bahwa buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 ini dapat diterbitkan setelah beberapa lama berproses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa kendala dalam pengelolaan data dan informasi di tingkat kabupaten/kota dan juga di tingkat Provinsi serta dikarenakan proses penyusunan atau pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik/teknologi informasi. Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016, kami memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajarannya, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan jajarannya, Tim Penyusun Profil Kesehatan di lingkunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang telah berupaya memberikan kontribusinya, serta kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan buku Profil Kesehatan ini. Di tahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan memuat data dan informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingga buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses manajemen pembangunan kesehatan khususnya di Jawa Timur. Semoga Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2016 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di lingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa datang. 24 Juli i

3 DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR i DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL xi BAB 1 DEMOGRAFI A. Kondisi Geografis dan Administrasi 1 B. Kependudukan 2 BAB 2 SARANA KESEHATAN A. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) 4 B. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 5 C. Rumah Sakit 10 D. Balai Pengobatan/ Klinik 12 E. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan Ketersediaan Obat Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan 16 BAB 3 TENAGA KESEHATAN A. Jumlah Tenaga Kesehatan 18 B. Rasio Tenaga Kesehatan 20 C. Registrasi Tenaga Kesehatan 20 BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN A. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran B. Jaminan Kesehatan Nasional 23 BAB 5 KESEHATAN KELUARGA A. Kesehatan Ibu Angka Kematian Ibu Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pelayanan Komplikasi Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi 33 B. Kesehatan Anak Angka Kematian Bayi Pelayanan Kesehatan Neonatal Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan Kesehatan Anak Balita 39 C. Imunisasi Cakupan Imunisasi Dpt-Hb3/ Dpt-Hb-Hib, Polio, Campak Dan 39 Imunisasi Pada Bayi 2. Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari Dan Bcg Pada Bayi Cakupan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil Cakupan Desa/kelurahan UCI 40 D. GIZI Status Gizi Balita Kasus Gizi Buruk Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 59 Bulan 44 ii

4 4. Pemberian ASI Eksklusif 45 BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT A. Penyakit Menular Langsung Tuberkolosis (TB) Kusta Human Immunodeficiency Virus (HIV) Dan Acquired 50 Immunodeficiency Syndrome (AIDS) 4. Pneumonia Diare 54 B. Penyakit Menular Bersumber Binatang Demam Berdarah Dengue (DBD) Malaria Filariasis 57 C. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Polio dan AFP Difteri Tetanus Neonatorum Campak Hepatitis B 65 D. Penyakit Tidak Menular Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Obesitas Kanker Leher Rahim Kanker Payudara 66 E. Kejadian Luar Biasa 67 BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN A. Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 69 B. Rumah Sehat 69 C. Penyelenggaraan Air Minum 70 D. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 70 E. Keamanan Pangan 72 F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 72 LAMPIRAN iii

5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Luas Wilayah, Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Lampiran 3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 5 Jumlah Kematian Neonatal,Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten /Kota Lampiran 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur dan Kabupaten/Kota Lampiran 7 Jumlah Kasus Baru TB BTA+ seluruh Kasus TB,TB pada anak dan CNR dan Kabupaten/Kota Lampiran 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 9 Jumlah Angka Kesembuhan dan Pengobatan lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten / Kota Lampiran 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 11 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 16 Jumlah Kasus dan Angka Pre5alensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat RFT Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 18 Jumlah Kasus AFP ( Non Polio ) Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) iv

6 Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 21 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten / Kota Lampiran 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 26 Cakupan Deteksi dini Kanker leher Rahim dengan Metode 4A dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinik ( CBE ) dan Kabupaten/Kota Lampiran 27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut jenis Kejadian Luar Biasa ( KLB) dan Kabupaten/Kota Lampiran 28 Kejadian Luar Biasa ( KLB ) di Desa Kelurahan yg ditangani 24 jam Lampiran 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil,Persalinan di Tolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 32 Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet FE 1 dan FE 3 Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 39 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin dan v

7 Kabupaten/Kota Lampiran 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 41 Cakupan Desa / Kelurahan Un4ersal Child Immunization ( UCI ) Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 43 Cakupan Imunisasi DPT- HB / DPT HB-Hib, Polio,Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 44 Cakupan Pemberian 5itamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan ditimbang Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 47 Jumlah Balita Di Timbang Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 48 Cakupan Kasus Balita gizi Buruk yang Mendapatkan Perawatan Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan ( Penjaringan ) Siswa SD & Setingkat Menurut Kabupaten / Kota Lampiran 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Lampiran 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Lampiran 55 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Lampiran 56 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Lampiran 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat ( Ber PHBS ) Menurut Kabupaten/Kota Lampiran 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota vi

8 Lampiran 59 Lampiran 60 Lampiran 61 Lampiran 62 Lampiran 63 Lampiran 64 Lampiran 65 Lampiran 66 Lampiran 67 Lampiran 68 Lampiran 69 Lampiran 70 Lampiran 71 Lampiran 72 Lampiran 72 Lampiran 73 Lampiran 74 Lampiran 75 Lampiran 76 Lampiran 77 Lampiran 78 Lampiran 79 Lampiran 80 Lampiran 81 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas ( Layak ) Menurut Kabupaten / Kota Persentase Kualitas Air Minum di Pelayanan Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas yang Layak ( Jamban Sehat ) Menurut Kabupaten/Kota Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Persentase Tempat Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ) Menurut Status Higiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan Di Bina dan Uji Petik Persentase Ketersedian Obat dan 5aksin Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Persentase Sarana Kesehatan ( Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat ( GADAR ) Le5el 1 Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Posyandu Menurut Strata per Kabupaten/Kota Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Desa Siaga Menurut Kabupaten / Kota Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Posyandu Menurut Strata per Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Penunjang / Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Anggaran Kesehatan Kabupaten / Kota vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur 1 Gambar 1.2 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok 2 Umur Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 2.1 Perkembangan Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 2.2 Peta Penyebaran Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur 5 Tahun 2016 Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap 6 di Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 2.4 Rasio Puskesmas per Penduduk per Kabupaten/Kota di 7 Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 2.5 Puskesmas Pembantu per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa 8 Timur Tahun 2016 Gambar 2.6 Polindes per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 2.7 Poskesdes per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 2.8 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Timur 11 Tahun 2016 Gambar 2.9 Balai Pengobatan/ Klinik per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa 13 Timur Tahun 2016 Gambar 2.11 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas pada 14 Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 3.1 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur 19 Tahun 2016 Gambar 3.2 Jumlah Tenaga Medis di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 4.1 Cakupan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk di Provinsi 24 Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup Provinsi 26 Jawa Timur Tahun Gambar 5.2 Angka Kematian Ibu (AKI) per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa 27 Timur Tahun Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun viii

10 Gambar 5.4 Perkembangan Capaian Cakupan K1 Provinsi Jawa Timur 28 Tahun Gambar 5.5 Cakupan K1 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.6 Perkembangan Capaian Cakupan K4 Provinsi Jawa Timur 29 Tahun Gambar 5.7 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.8 Perkembangan Cakupan Pertolongan Linakes Provinsi Jawa 31 Timur Tahun Gambar 5.9 Cakupan Pertolongan Linakes per Kabupaten/Kota Provinsi 31 Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.10 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Desa Tinggal per 32 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.11 Perkembangan Capaian Penanganan Komplikasi Kebidanan 32 Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.12 Cakupan Komplikasi Kebidanan per Kabupaten/Kota Provinsi 33 Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.13 Cakupan KB Aktif per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 34 Tahun 2016 Gambar 5.14 Cakupan KB Baru per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 34 Tahun 2016 Gambar 5.15 Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.16 Perkembangan Capaian KN Lengkap Provinsi Jawa Timur 36 Tahun Gambar 5.17 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi Ditangani per Kabupaten/Kota 37 Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.18 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi Ditangani Provinsi Jawa Timur 37 Tahun Gambar 5.19 Cakupan Kunjungan Bayi Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa 38 Timur Tahun 2016 Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur 38 Tahun Gambar 5.21 Cakupan Pelayanan Anak Balita per Kabupaten/Kota Provinsi 39 Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.22 Pemetaan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Jawa Timur Tahun 40 ix

11 2016 Gambar 5.23 Pemetaan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.24 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita BB/TB (Wasting) 42 Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.25 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita TB/U Provinsi 43 Jawa Timur Tahun Gambar 5.26 Perkembangan Kasus Gizi Buruk Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 5.27 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita Provinsi 45 Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 5.28 Pemberian ASI Eksklusif per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa 46 Timur Tahun 2016 Gambar 6.1 Tren Kenaikan Jumlah Kasus HIV yang Ditemukan dan Jumlah 51 Layanan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.2 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita di 51 Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 6.3 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Jenis Kelamin di 52 Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Gambar 6.4 Persentase Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi 53 Jawa Timur Tahun Gambar 6.5 Cakupan Pneumonia Ditemukan dan Ditangani Provinsi Jawa 53 Timur Tahun 2016 Gambar 6.6 Cakupan Program Diare Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.7 Jumlah Kasus DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 dan Gambar 6.8 Jumlah Malaria Import Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.9 Sebaran Kasus Filariasis Kronis Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.10 Sebaran Kasus AFP Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.11 Sebaran Kasus Difteri Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.12 Jumlah Kasus Campak Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 6.13 Pemetaan KLB Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 7.1 Cakupan Penduduk Dengan Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Provinsi Jawa Timur Tahun x

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa 10 Timur Tahun 2016 Tabel 2.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi 12 Jawa Timur Tahun Tabel 2.3 Rata Rata Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas 15 di Kabupaten/Kota Tiap Bulan Tahun 2016 Tabel 2.4 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi 17 Jawa Timur Tahun Tabel 3.1 Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel 3.2 Data Penerbitan STR dari MTKI Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel 3.3 Data Penerbitan STR dari P2T Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel 6.1 Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Succes RATE) Provinsi Jawa 48 Timur Tahun Tabel 6.2 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakti Kusta Provinsi 49 Jawa Timur Tahun Tabel 6.3 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Timur 55 Tahun 2016 Tabel 6.4 Pencapaian Program Malaria Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel 6.5 Capaian Hasil Kegiatan Penemuan Kasus Filariasis Provinsi Jawa 58 Timur Tahun Tabel 6.6 Hasil Survey Endemitas Provinsi Jawa Timur dengan Hasil Positif 59 Antigen (Mf > 1 %) Tabel 6.7 Hasil Kegiatan Survey (TAS) pada Anak Sekolah di Provinsi Jawa 60 Timur Tahun 2015 Tabel 6.8 Hasil Kegiatan Survey Konfirmasi Endemitas Filariasis Provinsi 60 Jawa Timur Tahun 2016 Tabel 6.9 KLN Menurut Jumlah Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun xi

13 BAB 1 DEMOGRAFI

14 A. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Provinsi Jawa Timur terletak di bagian timur Pulau Jawa yang memiliki luas wilayah daratan km 2 (sumber Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur). Jawa Timur berada pada 111º0 hingga 114º4 Bujur Timur (BT) dan 7º12 hingga 8º48 Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Samudera Hindia sebelah barat : Selat Bali sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Timur memiliki 229 pulau, yang terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tidak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. Pulau Madura merupakan pulau terbesar yang saat ini sudah terhubung dengan wilayah daratan Jawa Timur melalui jembatan Suramadu. Di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, terdapat 2 (dua) pulau kecil, yakni Nusa Barung dan Pulau Sempu. Sedangkan di bagian utara terdapat Pulau Bawean yang berada 150 km sebelah utara Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah paling luas di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten, 9 kota, 664 kecamatan dan desa/kelurahan (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 1). 1

15 B. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sebesar jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya ( jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Mojokerto ( jiwa). Kepadatan penduduk di kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten. Kota Surabaya memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan 8.770,43 km 2 /jiwa yang artinya 1km 2 dihuni oleh jiwa. Gambar 1.2 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Dari grafik piramida di atas, komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur tahun, yakni 8,18 % laki-laki dan 7,65 % perempuan. Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit adalah kelompok umur tahun, yakni 1,93 % laki-laki dan 2.36 % perempuan. Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum produktif/umur di bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur produktif (umur tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah 2

16 menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Angka Beban Tanggungan penduduk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 sebesar 43,97. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Provinsi Jawa Timur yang produktif, di samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung orang yang tidak produktif. 3

17 BAB 2 SARANA KESEHATAN

18 A. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita usia subur. Jawa Timur mempunyai jumlah Posyandu sampai dengan akhir tahun 2016 total Posyandu berjumlah Secara kuantitas, dalam kurun waktu lima tahun terakhir posyandu tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, karena keberadaan posyandu sudah mencukupi ratio pelayanan 1 posyandu dapat melayani 67 balita. Namun secara kualitas, berdasarkan tingkat perkembangan posyandu strata purnama dan mandiri (PURI) menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2016 posyandu PURI mencapai 73,49%. 35,000 Gambar 2.1 Perkembangan Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun ,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Pratama Madya Purnama Mandiri Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Di Jawa Timur peningkatan kualitas posyandu ini diikuti oleh peningkatan layanan holistik integratif dengan inovasi yang disebut sebagai Taman Posyandu yaitu posyandu berstrata purnama dan mandiri dengan tambahan layanan stimulasi pendidikan oleh 4

19 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan parenting edukasi oleh Bina Keluarga Balita (BKB). Sampai dengan tahun 2016, terdapat Taman Posyandu yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Suatu Desa dan Kelurahan Siaga bisa menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif jika memenuhi 8 (delapan) kriteria berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1519/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Tahapan Desa Siaga Aktif di Jawa Timur tahun 2016 yaitu Strata Pratama sejumlah (43,72%), Madya (38,28%), Purnama (14,86%) dan Mandiri 180 (2,14%). Dibandingkan dengan data tahun 2014, Strata Pratama mengalami penurunan, sedangkan Strata Madya, Purnama dan Mandiri mengalami kenaikan persentase. B. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa, sedangkan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Gambar 2.2 Peta Penyebaran Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Sampai dengan tahun 2016, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebanyak 964 puskesmas yang terdiri dari 609 puskesmas rawat inap dan 355 puskesmas non rawat inap. Puskesmas yang sudah teregistrasi di Kementerian 5

20 Kesehatan sebanyak 960 unit (608 puskesmas rawat inap dan 352 puskesmas non rawat inap). Adapun Puskesmas yang belum teregistrasi di Kementerian Kesehatan yaitu Puskesmas SawahPulo Kota Surabaya (Puskesmas Non Rawat Inap), Puskesmas Banjarsengon Kabupaten Jember (Puskesmas Non Rawat Inap), Puskesmas Polowijen Kota Malang (Puskesmas Rawat Inap), Puskesmas Jeli Kabupaten Tulungagung (Puskesmas Non Rawat Inap). Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam beberapa bentuk diantaranya rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2016 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak orang untuk rawat jalan dan orang untuk rawat inap. Trend pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dalam mencari pertolongan kesehatan pada tahun 2012 sampai dengan 2016 terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun ,000,000 25,000,000 20,000,000 22,140,143 24,605,285 20,579,633 20,261,932 23,953,813 15,000,000 10,000,000 Rawat Jalan Rawat Inap 5,000, , , , , , Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2016 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa trend jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2016, kunjungan rawat jalan di Puskesmas sebesar 24,531,067 kunjungan dan sebagian besar (55,62%) adalah pengunjung perempuan, sedangkan pasien Rawat Inap sebanyak pasien dan sebagian besar (51,64%) berjenis kelamin perempuan. Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, kunjungan rawat jalan tertinggi terdapat di Kabupaten Sidoarjo yaitu sebesar dengan jumlah Puskesmas sebanyak 26 puskesmas.hal tersebut berbeda dengan kunjungan rawat Jalan di Kota Surabaya yang memiliki 63 Puskesmas yaitu sebesar kunjungan. Hal tersebut 6

21 KAB. SIDOARJO KAB. MALANG KOTA MALANG KAB. NGANJUK KAB. JEMBER KAB. PASURUAN KAB. BLITAR KOTA BLITAR KOTA SURABAYA KAB. SAMPANG KAB. BANGKALAN KAB. PAMEKASAN KAB. KEDIRI KAB. LUMAJANG JAWA TIMUR KOTA BATU KAB. MOJOKERTO KAB. GRESIK KAB. SITUBONDO KOTA PROBOLINGGO KAB. JOMBANG KAB. LAMONGAN KAB. SUMENEP KAB. BANYUWANGI KAB. TUBAN KAB. PROBOLINGGO KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO KAB. TULUNGAGUNG KAB. TRENGGALEK KOTA KEDIRI KAB. BONDOWOSO KOTA MADIUN KAB. MAGETAN KAB. PONOROGO KAB. MADIUN KOTA MOJOKERTO KOTA PASURUAN KAB. PACITAN menunjukkan bahwa masyarakat di Kota Besar seperti Surabaya cenderung masih belum memilih Puskesmas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Puskesmas juga semakin memberikan pelayanan yang berkualitas dan untuk menjamin perbaikan mutu tersebut dilakukan melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas yaitu Administrasi Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.Jika standar-standar tersebut terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas. Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Pada bab ini, situasi sumber daya kesehatan akan menyajikan gambaran sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan anggaran kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, bahwa prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu memiliki pertanggungjawaban wilayah, dimana Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata penduduk. Rasio puskesmas per penduduk pada tahun 2016 sebesar 0, Gambar 2.4 Rasio Puskesmas per penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim 7

22 KOTA BATU KOTA MOJOKERTO KOTA BLITAR KOTA MADIUN KOTA PROBOLINGGO KOTA KEDIRI KOTA PASURUAN KOTA MALANG KAB. PAMEKASAN KAB. LUMAJANG KAB. PACITAN KAB. TUBAN KAB. MOJOKERTO KAB. PONOROGO KAB. SIDOARJO KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KAB. SAMPANG KOTA SURABAYA KAB. SITUBONDO KAB. NGAWI KAB. BONDOWOSO KAB. TRENGGALEK KAB. TULUNGAGUNG KAB. BLITAR KAB. BOJONEGORO KAB. BANGKALAN KAB. SUMENEP KAB. PASURUAN KAB. JOMBANG KAB. GRESIK KAB. KEDIRI KAB. NGANJUK KAB. PROBOLINGGO KAB. MALANG KAB. BANYUWANGI KAB. LAMONGAN KAB. JEMBER Gambar 2.4 menjelaskan bahwa Kabupaten Sidoarjo memiliki rasio puskesmas paling rendah, dimana terdapat 26 Puskesmas dengan jumlah penduduk sebanyak 2,150,482 orang. Kabupaten Pacitan memiliki rasio puskesmas paling tinggi, dimana terdapat terdapat 24 Puskesmas dengan jumlah penduduk sebanyak 552,307 orang. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara kesehatan dasar, Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Dalam mendukung penjangkauan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas menyediakan puskesmas pembantu. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Jumlah Puskesmas pembantu di Jawa Timur sebanyak 2270 pustu. Berikut jumlah puskesmas pembantu di kabupaten/kota pada tahun Gambar 2.5 Puskesmas Pembantu per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim Gambar 2.5 menjelaskan bahwa Kabupaten Jember memiliki jumlah puskesmas pembantu paling banyak yaitu 129 puskesmas pembantu. Kota Batu memiliki jumlah puskesmas pembantu paling sedikit yaitu sebanyak 6 puskesmas pembantu. Puskesmas Keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Jumlah puskesmas keliling di Jawa Timur pada tahun 2016 sebanyak Untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi Jawa Timur melakukan terobosan (program ICON) yaitu melalui Pengembangan Fungsi Polindes 8

23 KOTA MOJOKERTO KOTA BLITAR KOTA BATU KOTA MADIUN KOTA KEDIRI KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MALANG KAB. SITUBONDO KOTA SURABAYA KAB. TRENGGALEK KAB. PACITAN KAB. SAMPANG KAB. PAMEKASAN KAB. JOMBANG KAB. LUMAJANG KAB. MADIUN KAB. BANYUWANGI KAB. NGAWI KAB. BONDOWOSO KAB. MAGETAN KAB. BLITAR KAB. JEMBER KAB. TULUNGAGUNG KAB. BANGKALAN KAB. NGANJUK KAB. MOJOKERTO KAB. PONOROGO KAB. TUBAN KAB. PROBOLINGGO KAB. SUMENEP KAB. KEDIRI KAB. SIDOARJO KAB. GRESIK KAB. PASURUAN KAB. MALANG KAB. BOJONEGORO KAB. LAMONGAN KAB. BONDOWOSO KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KOTA BATU KAB. MOJOKERTO KAB. MAGETAN KAB. GRESIK KAB. BANYUWANGI KAB. PROBOLINGGO KAB. JEMBER KAB. MADIUN KAB. SITUBONDO KAB. TRENGGALEK KAB. LUMAJANG KAB. BLITAR KAB. PACITAN KAB. SIDOARJO KAB. PAMEKASAN KAB. TULUNGAGUNG KAB. NGAWI KAB. PONOROGO KAB. PASURUAN KAB. NGANJUK KAB. JOMBANG KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KAB. LAMONGAN KAB. TUBAN KAB. SUMENEP KAB. KEDIRI KAB. BOJONEGORO KAB. MALANG menjadi Ponkesdes yang merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga perawat. Tenaga kesehatan yang berada di Ponkesdes terdiri dari 1 (satu) orang Bidan yang sudah ada sebelumnya dan 1 (satu) orang perawat. Keberadaan Ponkesdes ini, diharapkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di desa menjadi optimal dengan adanya pembagian tugas dan fungsi antara Bidan dan Perawat. Ponkesdes di Jawa Timur sebanyak Ponkesdes Gambar 2.6 Polindes per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim Gambar 2.7 Poskesdes per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim 9

24 C. RUMAH SAKIT Jumlah rumah sakit di Jawa Timur mengalami peningkatan setiap tahun, dengan harapan, dengan bertambahnya jumlah rumah sakit maka juga diiringi dengan peningkatan jumlah Tempat Tidur (TT) dan bisa menampung serta memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Timur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, dimana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Tahun 2016 menjadi 369 Rumah sakit. Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 No. Jenis Kepemilikan Rumah Sakit Khusus Kementerian Kesehatan Rumah Sakit Umum Kementerian Pendidikan Rumah Sakit Umum Pem Prov 6 4. Rumah Sakit Khusus Pem Prov 8 5. Rumah Sakit Umum PemKab/Kota Rumah Sakit Umum TNI/Polri Rumah Sakit Khusus TNI/Polri 3 8. Rumah Sakit Umum BUMN Rumah Sakit Khusus BUMN Rumah Sakit Umum Swasta Rumah Sakit Khusus Swasta 78 Total 369 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Jumlah Kunjungan Rumah Sakit Pasien Rawat Jalan 2016 di Jawa Timur , Jumlah kunjungan Rumah sakit Pasien Rawat Inap 2016 di Jawa Timur adalah Jumlah kunjungan Gangguan Jiwa di Rumah sakit tahun 2016 adalah

25 Pasien keluar hidup dan mati tahun 2016 adalah Jumlah pasien keluar mati tahun 2016 adalah Pasien keluar mati 48 jam tahun 2016 dirawat Jumlah hari perawatan jawa timur tahun 2016 adalah dan jumlah lama dirawat tahun 2016 adalah Jumlah pelayanan gawat darurat rumah sakit Umum di Jawa Timur sebanyak 242 rumah sakit dari 274 rumah sakit Umum di Jawa Timur (88,32 %), dan pelayanan gawat darurat di Rumah sakit khusus 78 dari 103 rumah sakit khusus di Jawa Timur. Selain berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit juga dikelompokkan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada tahun 2016, terdapat 5 RS Kelas A, 53 RS Kelas B, 170 RS Kelas C, 131 RS Kelas D dan 10 RS masih belum penetapan kelas. Gambar 2.8 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 D 36% Belum Penetapan 3% A 1% B 14% C 46% Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Selama periode tahun jumlah tempat tidur (TT) semakin meningkat, sehingga diharapkan bisa menampung kebutuhan TT rawat inap seluruh daerah di Jawa Timur. Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan. Jumlah tempat tidur (TT) yang tersebar di seluruh rumah sakit di Jawa Timur tahun 2013 sebanyak TT dan kemudian di 2016 menjadi Dalam kurun tahun , rumah sakit di Jawa Timur mengalami peningkatan dalam hal rata-rata pemanfaatan tempat tidur. Pada tahun 2010 rata-rata nilai Bed Occupancy Rate (BOR)58,19%, tahun 2011 rata-rata nilai Bed Occupancy Rate (BOR) Jawa Timur adalah sebesar 64%, tahun 2012 rata-rata BOR Jawa Timur 11

26 sebesar 70,27%, dan 2013 mengalami sedikit penurunan menjadi 64,65%. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 54.6%, angka tersebut tidak memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI antara 60-85%. Namun di 2016 mengalami kenaikan yaitu menjadi 59,4%. Selain itu, untuk rata-rata lama hari perawatan/average Length of Stay (ALOS) Jawa Timur pada tahun 2011 adalah 3,9 hari, tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi adalah 4 hari, tahun 2013 menjadi 5,20 hari, dan tahun 2014 menjadi 4,08 hari, namun penurunan kembali di 2016 yaitu 3,78 hari. Berikut ini adalah nilai indikator pemakaian tempat tidur dari rumah sakit di Provinsi Jawa Timur. Tabel 2.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun Indikator Standar KEMENKES RI BOR 70,27% 64,65% 54.6% 59.4% 60-85% BTO 48 kali 58,01 kali 47.9 kali kali kali TOI 3,6 hari 3,45 hari 3,5 hari 2,6 hari 1-3 hari ALOS 4 hari 5,20 hari 4,08 hari 3,78 hari 6-9 hari NDR 21 23,25 24,6 20 kurang dari 25/1000 penderita keluar GDR 39,7 38,99 50,2 39,6 tidak lebih dari 45/1000 penderita keluar Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Angka pemanfaatan tempat tidur seperti di atas adalah salah satu indikator yang mudah untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit. Secara umum mutu pelayanan rumah sakit di Jawa Timur mengalami penurunan pada tahun 2014 jika dibandingkan tahun Dan mengalami tren kenaikan pada D. BALAI PENGOBATAN/KLINIK Provinsi Jawa Timur memiliki Balai Pengobatan/ Klinik. Kota Surabaya memiliki jumlah Balai Pengobatan/ Klinik yang paling banyak, yaitu sebanyak 296 Balai Pengobatan/ Klinik. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki Balai Pengobatan/ Klinik 12

27 KAB. BANGKALAN KAB. SUMENEP KAB. BONDOWOSO KAB. SAMPANG KAB. NGAWI KOTA BATU KAB. PACITAN KAB. MADIUN KAB. TRENGGALEK KAB. SITUBONDO KOTA PROBOLINGGO KOTA MOJOKERTO KAB. MAGETAN KAB. PAMEKASAN KOTA PASURUAN KOTA BLITAR KAB. BLITAR KAB. PROBOLINGGO KAB. BOJONEGORO KAB. LUMAJANG KAB. TUBAN KAB. TULUNGAGUNG KOTA MADIUN KAB. NGANJUK KAB. BANYUWANGI KAB. PONOROGO KAB. KEDIRI KOTA KEDIRI KAB. MALANG KAB. JOMBANG KAB. MOJOKERTO KAB. PASURUAN KAB. JEMBER KAB. LAMONGAN KOTA MALANG KAB. GRESIK KAB. SIDOARJO KOTA SURABAYA paling sedikit, yaitu sebanyak 1 Balai Pengobatan/ Klinik. Balai Pengobatan/ Klinik di masing-masing Kabupaten/Kota digambarkan seperti Gambar 2.9. Gambar 2.9 Balai Pengobatan/ Klinik per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur E. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat Obat merupakan salah satu komoditi kesehatan yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Obat harus tersedia secara cukup, baik item dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan obat, sehingga pelayanan kesehatan tidak terhambat. Sesuai dengan salah satu tujuan yang tercantum dalam Kebijakan Obat Nasional (KONAS) yang tertuang dalam Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006, yaitu ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat utamanya obat esensial dijamin oleh pemerintah, maka sudah menjadi komitmen bahwa pemerintah turut serta dalam upaya penyediaan obat untuk masyarakat, utamanya melalui sarana kesehatan milik pemerintah. Hal ini juga sejalan dengan Nawacita Presiden RI pada butir kelima dengan programnya berupa Program Indonesia Sehat, utamanya terkait pada pilar penguatan pelayanan kesehatan, dalam hal ini melalui terjaminnya ketersediaan obat dan vaksin sesuai kebutuhan. Indikator ketersediaan obat merupakan salah satu indikator yang ditetapkan untuk mengukur kinerja Kementerian Kesehatan RI melalui Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Penilaian Indikator Ketersediaan Obat dihitung berdasarkan persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas. Definisi operasional dari persentase ketersediaan obat dan vaksin adalah tersedianya obat dan vaksin indikator di 13

28 puskesmas untuk pelayanan kesehatan dasar, dimana pemantauan dilakukan terhadap data ketersediaan 20 item obat dan vaksin di puskesmas dengan rincian terdiri dari 17 item obat dan 3 item vaksin yang bersifat esensial. Obat-obatan yang masuk dalam daftar penilaian indikator ketersediaan obat tersebut merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan penyakit serta obat dan vaksin pelayanan kesehatan dasar yang banyak digunakan dan tercantum dalam Formularium Nasional (FORNAS). Adapun pengumpulan data ketersediaan obat ini dihitung melalui upaya penyediaan obat yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kab/Kota untuk memenuhi kebutuhan obat dan vaksin di Puskesmas. Perhitungan ketersediaan obat ini berdasarkan data yang telah terkumpul, dengan dengan cara perhitungan sebagai berikut: Jumla kumulatif item obat indikator yang tersedia di n Puskesmas Jumla Puskesmas yang melapor Jumla total item obat indikator 100% Berdasarkan data yang terkumpul, prosentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas pada tiap Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2016 dapat dikelompokkan sebagai berikut: Gambar 2.6 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas pada Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun % 32% 18% 47% < 80% 80-90% 90-99,99% 100% Prosentase ketersediaan obat di puskesmas di Kabupaten/Kota di Jawa Timur rata-rata 85,67 % yang berarti bahwa dari 20 item obat terpenuhi dari sasaran Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2016 adalah 80%, dengan penyebaran sebagai berikut: 14

29 7 Kabupaten/Kota mempunyai prosentase ketersediaan obat di Puskesmas < 80% (yaitu : Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Banyuwangi, Kota Surabaya dan Kota Pasuruan). 18 Kabupaten/Kota mempunyai prosentase ketersediaan obat di Puskesmas antara 80% sampai 89,9% (meliputi: Kabupaten Mojokerto, Tuban, Jombang, Ngawi, Trenggalek, Kediri, Bangkalan, Magetan, Pacitan, Situbondo, Bojonegoro, Kota Blitar, Kab Lamongan, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Mojokerto, Kota Kediri dan Kota Batu). 12 Kabupaten/Kota mempunyai prosentase ketersediaan obat di Puskesmas antara 90% - 99,9% (meliputi: Kota Probolinggo, Kab Jember, Kab Pasuruan, Kota Blitar, Kab Nganjuk, Kab Malang, Kab Lumajang, Kab Probilinggo, Tulungagung, Kab. Bondowoso, Kab. Madiun dan Kab. Sampang). 1 Kabupaten/Kota mempunyai prosentase ketersediaan obat di Puskesmas sebesar 100% (meliputi: Kabupaten Sumenep). Dari tabel terlihat bahwa prosentase ketersediaan obat di Puskesmas di Jawa Timur yang lebih dari sasaran Indikator Kinerja tahun 2016 (ketersediaan obat di Puskesmas 80%) adalah 81,58% dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Berdasarkan data yang terkumpul, juga didapat data rata-rata persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di kabupaten/kota tiap bulan tahun 2016 sebagai berikut: Tabel 2.3 Rata-Rata Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas di Kabupaten/Kota Tiap Bulan Tahun 2016 BULAN RATA-RATA PESENTASE Januari 85.49% Februari 85.98% Maret 85.64% April 85.68% Mei 86.27% Juni 86.66% Juli 86.59% 15

30 BULAN RATA-RATA PESENTASE Agustus 86.85% September 86.79% Oktober 87.09% November 87.93% Desember 83.28% Sumber : Seksi Kefarmasian, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata-rata presentase ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di Kabupaten/Kota Tahun 2016 menunjukkan dinamika peningkatan persentase mulai Bulan Mei sampai titik tertinggi Bulan November dan kembali menurun di Bulan Desember. Hal ini bisa dikaitkan dengan proses kegiatan pengadaan Obat dan Vaksin di Kabupaten/Kota yang mulai realisasi pada Bulan Mei (karena Daftar harga e-katalog Obat baru diterbitkan pada bulan April 2016) sehingga mempengaruhi persentase ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas. Peningkatan persentase tertinggi tampak pada Bulan November, hal ini dapat terjadi karena saat itu terjadi akumulasi ketersediaan obat dan vaksin dari proses pengadaan di masingmasing Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kab/Kota dengan penerimaan dari pusat yang mulai distribusi pertengahan tahun sampai menjelang akhir tahun Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Sarana farmasi dan perbekalan kesehatan tergolong menjadi 3 (tiga) kategori antara lain: a. Sarana produksi, meliputi: Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ektrak Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Industri Kosmetika, Industri Alat Kesehatan, Industri Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). b. Sarana distribusi, meliputi: Pedagang Besar Farmasi (PBF) pusat maupun cabang dan penyalur alat Kesehatan (PAK) pusat maupun cabang. c. Sarana pelayanan kefarmasian, meliputi: apotek dan toko obat. Sarana farmasi dan perbekalan di Provinsi Jawa Timur tahun 2013 s/d 2016 seperti terlihat pada tabel dibawah ini: 16

31 Tabel 2.4 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun NO SARANA THN 2013 THN 2014 THN 2015 THN INDUSTRI FARMASI INDUSTRI OBAT TRADISIONAL USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL PRODUKSI ALAT KESEHATAN PEDAGANG BESAR FARMASI APOTEK TOKO OBAT PENYALUR ALAT KESEHATAN Sumber : Seksi Kefarmasian dan Alkes PKRT, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Peran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memberikan Rekomendasi Administrasi sebagai dasar dalam penerbitan perizinan sarana, Pembagian kewenangan untuk penerbitan izin atau pengakuan untuk sarana kefarmasian dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Farmalkes Kemkes RI menerbitkan izin untuk Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Ektrak Bahan Alam, Pedagang Besar Farmasi (PBF) Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat (PBFBO), Produksi Kosmetik dan sarana yang mengeksport Narkotika dan psikotropika. 2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melalui P2T meliputi UKOT, PBF Cabang, PAK Cabang. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota meliputi Apotek, Toko Obat, Toko Alat kesehatan, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). 17

32 BAB 3 TENAGA KESEHATAN

33 A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia kesehatan merupakan bagian penting dari Upaya peningkatan Pembangunan Kesehatan. dalam Undang undang nomer 23 tahun 2014 tentang pembagian peran pusat dan daerah dibidang Sumber daya manusia kesehatan pemerintah daerah memegang peranan penting dalam mengatur perencanaan dan pengembangan SDM Kes untuk UKM dan UKP Daerah Provinsi.dalam hal menjamin ketersediaan tenaga kesehatan disebutkan pada Perda Nomor 7 tahun 2014 pasal 7 ayat 2, bahwa ketresediaan dan kebutuhan tenaga kesehatan dilakukan melalui pemetaan dengan cara pendataan, pengkajian, atau dengan sisten informasi manajemen tenaga kesehatan. Sistem informasi SDM Kesehatan disusun secara berjenjang, dimulai dari tingkat kabupaten / Kota, Provinsi hingga Kementrian Republik Indonesia. Menurut undang undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan merupakan bagian dari SDM kesehatan, terdiri dari : 1. Tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter Spesialis, dokter gigi Spesialis) 2. Tenaga Psikologis Klinis 3. Tenaga keperawatan 4. Tenaga kebidanan 5. Tenaga kefarmasian (Apoteker, teknis kefarmasian) 6. Tenaga kesehatan masyarakat (Epidemiolog kesehatan, Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, administrasi dan kebijakan kesehatan, biostatistik dan kependudukan, tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga) 7. Tenaga kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan, entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan) 8. Tenaga gizi (nutrisionis dan dietiesien) 9. Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara dan akupunktur) 10. Tenaga keteknisian medis (perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien / optometris, teknisi gigi, piñata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologist) 11. Tenaga teknik biomedika (radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis dan ortotik prostetik) 18

34 12. Tenaga kesehtan tradisional (tradisional ramuan dan tradisional ketrampilan) 13. Jenis tenaga kesehatan lainnya. Gambar 3.1 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi SDMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 3.2 Jumlah Tenaga Medis di Provinsi Jawa Timur Tahun % 14% 38% Dokter Spesialis Dokter Umum 45% Dokter Gigi Sp Dokter Gigi Sumber : Seksi SDMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 3.2 menggambarkan tentang Tenaga Medis yang meliputi Dokter umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis. Dokter umum sebanyak 5900 orang, Dokter spesialis sebanyak 5054 orang, Dokter gigi sebanyak 1809 orang dan Dokter gigi spesialis sebanyak 343 orang. 19

35 B. RASIO TENAGA KESEHATAN Kebutuhan tenaga dokter spesialis jika dianalisa dari standar rasio dimana 6 dokter spesialis melayani penduduk sebenarnya sudah sesuai kebutuhan. Tetapi karena penyebarannya yang masih belum merata yang mana dokter spesialis mengumpul di beberapa kota besar. Standar rasio untuk dokter umum adalah 40 per penduduk artinya jika ada 40 dokter umum melayani penduduk. Kalau dilihat saat ini, jumlah dokter umum 5900 sedang kebutuhan sesuai standar rasio ialah sehingga masih dibutuhkan lebih kurang 9730 dokter umum. Demikian pula untuk tenaga dari jenis lainnya pada umumnya masih kurang dari standar. Tabel 3.1 Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Rasio per Jenis Tenaga Kesehatan penduduk Keadaan Kebutuhan Selisih Dokter spesialis Dokter umum Dokter gigi Bidan Perawatan Terapis gigi dan mulut (perawat gigi) Tenaga teknis kefarmasian Apoteker Kesehatan masyarakat Kesehatan lingkungan Ahli gizi Keterapian fisik Keterapian medik Sumber : Seksi SDMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur C. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN Kegiatan pengawasan mutu SDM Kesehatan dilaksanakan melalui monitoring dan evaluasi Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin Kerja (SIK) yang diterbitkan oleh 20

36 Kabupaten/ Kota. Pemberian izin dilakukan jika tenaga kesehatan dianggap sudah memiliki kompetensi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan yang bersangkutan sudah deregister oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Dan akan diterbitkan Surat Tanda Registrasi (STR) yang mana peran dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ialah memberikan rekomendasi untuk penerbitan STR. No Profesi Tabel 3.2 Data Penerbitan STR dari MTKI Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Tahun TOTAL 1 Perawat - 6,749 2,664 1,294 6,129 16,836 2 Bidan 1,348 11,823 8,790 3,835 3,125 28,921 3 Fisioterapi Perawat Gigi Refraksi Optisien Terapis Wicara Radiografer Okupasi Terapis Gizi Rekam Medis , Teknik Gigi Kesling Elektromedik Analis Kesehatan - 1, , Perawat Anestesi Akupuntur Terapis Fisikawan Medis Ortotis Prostetik Transfusi Darah Teknik Kardiovaskular Kesmas , , Promotor Kesehatan Tradisional Komplementer Psikologi Klinis Sumber : Badan Perencanaan dan Pengembangan SDM Kesehatan Kemenkes RI Tahun

37 Selain STR Terbitan MTKI, Provinsi Jawa Timur juga menerbitkan STR yang dikeluarkan oleh Pusat Pelayanan Terpadu (P2T). Adapun jumlah dan jenis STR yang diterbitkan ada ada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Data Penerbitan STR dari P2T Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 NO Tahun JENIS IZIN % 1 Surat Tanda Registrasi Bidan Surat Tanda Registrasi Perawat Surat Tanda Registrasi Perawat Gigi Surat Tanda Registrasi Fisioterapis Surat Tanda Registrasi Refraksionis Optisien Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian Surat Tanda Registrasi Terapis Wicara Surat Tanda Registrasi Radiografer Surat Tanda Registrasi Okupasi Terapis Surat Tanda Registrasi Tenaga Gizi/ Nutrisionis Surat Tanda Registrasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan 12 Surat Tanda Registrasi Sanitarian / Ahli Kesehatan Lingkungan 13 Surat Tanda Registrasi Elektromedik Surat Tanda Registrasi Analis Kesehatan/ Teknik Laboratorium Kesehatan 15 Surat Tanda Registrasi Akupunktur Terapis Surat Tanda Registrasi Fisikawan Medis STR Anestesi STR Transfusi Darah TOTAL Sumber: P2T Provinsi Jawa Timur

38 BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN

39 A. Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran 2016 Anggaran kesehatan di Provinsi Jawa Timur merupakan anggaran yang pembiayaannya bersumber dari anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur (APBD Provinsi), APBN Dekonsentrasi dan bantuan luar negeri (BLN). Alokasi APBD Provinsi untuk bidang kesehatan yang terdistribusi pada 18 SKPD pada tahun 2016 adalah sebesar Rp ,-dengan alokasi belanja langsung sebesar Rp ,- dan alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp Adapun proporsi alokasi belanja kesehatan bersumber APBD tersebut terdistribus sebsear 3,4 % untuk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; 80,45% untuk 5 rumah sakit provinsi dan 16,14 % untuk 12 UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ( 1 UPT yaitu Materia Medica Batu alokasi anggaran tercantum di dalam DPA Dinas Kesehatan Provinsi). Secara keseluruhan, persentase APBD Provinsi Jawa Timur untuk belanja kesehatan di luar gaji adalah 12,71%. Sebagaimana amanat UU No. 36/2009 pasal 171 (2) yang menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji, maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memenuhi amanat ini meskipun sebagian besar alokasi anggaran tersebut dipergunakan untuk pelayanan rujukan. Disamping APBD Provinsi, pembiayaan kesehatan di Provinsi Jawa Timur juga berasal dari APBN dan Bantuan Luar Negeri (BLN). Anggaran yang bersumber APBN berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diperuntukkan bagi pelayanan rujukan dengan alokasi sebesar Rp ,- dan dekonsentrasi yang diperuntukkan bagi dinas kesehatan provinsi sebesar Rp ,-. Sedangkan BLN yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berasal dari Global Fund untuk program HIV/AIDS dan TB serta NLR (Netherlands Leprosy Relief) untuk penanganan kusta di Jawa Timur melalui East Java Leprosy Control Project. Alokasi BLN yang dikelola Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah sebesar Rp ,- Dari gambaran alokasi anggaran kesehatan di Provinsi Jawa Timur tersebut, sumber anggaran terbesar adalah dari APBD Provinsi Jawa Timur, yaitu 95,27%, sedangkan anggaran kesehatan bersumber APBN memberikan kontribusi sebesar 4,29% dan 0,44% dari BLN. B. Jaminan Kesehatan Nasional Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu wujud dari Jaminan Sosial Nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 40 Tahun

40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Di dalam Undang-Undang SJSN mengamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan. Peserta merupakan setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta Program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu : Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan. Peserta PBI Jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu, sedangkan Peserta Bukan PBI adalah pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya. Adapun cakupan kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk di Provinsi Jawa Timur sebagai berikut: Gambar 4.1 Cakupan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 PBI; (38,06%) Belum Jamkes; (39,24%) PPU; (11,77%) Jamkesda Prov; (1,71%) PBPU; PBID; (5,48%) BP; (2%) (2,17%) Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 4.1 tentang Cakupan kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 di atas memberikan gambaran bahwa sampai dengan akhir tahun 2016 penduduk Jawa Timur yang telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional mencapai 59 % masih kurang 1 % dari target yang harus dicapai sesuai dengan peta jalan menuju kepesertaan universal health coverage pada tahun Dari grafik di atas diperoleh pula gambaran masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu yang belum terjamin dalam JKN dengan pembiayaan dari APBN yaitu peserta PBI-D sebanyak jiwa (1,56%) yang dibiayai dari APBD Kabupaten/Kota dan sebanyak jiwa (1,71%) dalam program Jamkesda dengan pembiayaan sharing dana 50% : 50% antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota bagi 24

41 pemegang kartu Jamkesda dan 100% oleh Provinsi bagi peserta terlantar dan menderita penyakit yang termasuk dalam program prioritas kesehatan Jawa Timur tahun 2016 seperti penderita kusta, jiwa yang dipasung, TB MDR, AIDs, KIPI, Gizi buruk dan lain lain sebagai mana terdapat pada Pedoman Pelaksanaan Jamkesda Tahun Pelaksanaan integrasi masyarakat miskin dan tidak mampu dalam program JKN sering kali terkendala oleh pelaksanaan verifikasi dan validasi data peserta dan masih banyak dijumpai masyarakat dengan identitas kependudukan yang tidak jelas / tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) sehingga tidak dapat didaftarkan ke BPJS Kesehatan sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). 25

42 BAB 5 KESEHATAN KELUARGA

43 A. KESEHATAN IBU 1. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun tiga tahun terakhir, tetapi tahun 2016 meningkat lagi. Hal ini bukan berarti menunjukkan hasil kinerja yang menurun tetapi adanya faktor dukungan baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan yang semakin membaik. Peningkatan keterampilan klinis petugas di lapangan tetap dilakukan dengan melibatkan multi pihak dari Forum Penakib Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/ Kota. Menurut Supas tahun 2016, target untuk AKI sebesar 305 per kelahiran hidup. Pada tahun 2016, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,00 per kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 89,6 per kelahiran hidup. Sedangkan gambaran AKI per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2016 adalah sebagai berikut. Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu (AKI) Per Kelahiran Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun SUPAS CAPAIAN RENSTRA , Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2016 tertinggi terdapat di Kota Blitar yaitu sebesar 236 per kelahiran hidup atau kematian ibu pada tahun 2016 di Kota Blitar sebanyak 5 orang. Sedangkan AKI terendah ada di Kota Madiun yaitu sebesar 38,4 per kelahiran hidup atau kematian ibu pada tahun 2016 di Kota Madiun sebanyak 1 orang. Walaupun capaian AKI di Jawa Timur sudah memenuhi target Renstra dan Supas, AKI harus tetap diupayakan menurun. Angka Kematian Ibu (AKI) per Kabupaten Kota pada Tahun 2016 di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut. 26

44 KOTA MADIUN KOTA MOJOKERTO KAB. MALANG KAB. NGAWI KOTA BATU KAB. LAMONGAN KAB. TRENGGALEK KAB. KEDIRI KAB. TUBAN KAB. SIDOARJO KAB. BLITAR KAB. SUMENEP KOTA MALANG KOTA SURABAYA KAB. NGANJUK KAB. GRESIK KAB. SAMPANG KAB. BANYUWANGI KAB. JOMBANG KAB. JEMBER KAB. PASURUAN KOTA KEDIRI KAB. PAMEKASAN KAB. MAGETAN KAB. MADIUN KAB. PROBOLINGGO KAB. PONOROGO KAB. LUMAJANG KAB. BANGKALAN KOTA PASURUAN KAB. PACITAN KAB. BOJONEGORO KAB. TULUNGAGUNG KAB. MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO KAB. SITUBONDO KAB. BONDOWOSO KOTA BLITAR Gambar 5.2 Angka Kematian Ibu (AKI) Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berikut proporsi penyebab terjadinya kematian ibu Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun PDRH PE/E INF JTG LAIN2 Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.2 menunjukkan bahwa penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2016 adalah Pre Eklamsi / Eklamsi yaitu sebesar 30,90% atau sebanyak 165 orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 4,87% atau sebanyak 26 orang. Dari grafik tren penyebab kematian ibu menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu oleh karena Pre Eklamsi / Eklamsi cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir, demikian juga dengan penyebab lain-lain. Upaya menurunkan kematian Ibu karena 27

45 perdarahan dan Pre Eklamsi / Eklamsi terus dilakukan dan waspada pada penyebab lain-lain 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 adalah 97%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 98,75%. Tahun 2016 terdapat 6 (enam) Kabupaten/Kota memiliki capaian >100 % yaitu Kabupaten Sumenep, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Madiun. Secara kualitas Terdapat peningkatan dari tahun Capaian cakupan K1 terbesar dimiliki oleh Kabupaten Lumajang yakni sebesar 103,96 %. Kabupaten Pacitan memiliki cakupan terendah pada tahun 2015 (94,45%) lebih menurun pada tahun 2016 (87,83%). Cakupan K1 per kabupaten/kota dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 29. Gambar 5.4 Perkembangan Capaian Cakupan K1 Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 28

46 LUMAJANG SUMENEP LAMONGAN PASURUAN SIDOARJO KO MADIUN SAMPANG JEMBER MALANG PAMEKASAN BONDOWOSO TRENGGALEK KO PROBOLINGGO KO MOJOKERTO TUBAN MAGETAN KEDIRI SITUBONDO MADIUN PROVINSI TULUNGAGUNG KO SURABAYA KO BATU PROBOLINGGO BANYUWANGI KO BLITAR KO KEDIRI KO MALANG BLITAR JOMBANG MOJOKERTO PONOROGO BOJONEGORO GRESIK KO PASURUAN NGAWI NGANJUK BANGKALAN PACITAN Gambar 5.5 Cakupan K1 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.5 menjelaskan bahwa terdapat 13 Kabupaten / Kota yang di atas target Propinsi, Kab./Kota dengan pencapaian terendah Kabupaten Pacitan 87,83 % tertinggi Kab. Lumajang 103,96 %. Disarankan untuk Kab./Kota dibawah rata-rata Propinsi adalah agar melakukan sweeping pada bumil di wilayah kerjanya dengan melakukan ANC terpadu agar penyakit penyerta pada bumil dapat terdeteksi lebih awal dan dapat kontak dengan petugas / Bidan pada trimester I agar Bumil mendapatkan pelayanan yang berkualitas (10 T) dan minimal 1 kali diperiksa oleh dokter. Gambar 5.6 Perkembangan Capaian Cakupan K4 Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.6 menunjukkan bahwa capaian cakupan ibu hamil K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 adalah 89,53 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 91,24 %. Capaian cakupan ibu hamil K4 tertinggi dimiliki 29

47 Surabaya (M) Madiun (M) Lamongan Malang Mojokerto (M) Sidoarjo Batu (M) Tuban Sumenep Probolinggo (M) Kediri Pasuruan Tulungangung Madiun Kediri (M) Magetan Blitar Pamekasan Provinsi Banyuwangi Jombang Malang (M) Lumajang Trenggalek Ngawi Situbondo Gresik Bojonegoro Mojokerto Ponorogo Pasuruan(M) Blitar (M) Sampang Probolinggo Bondowoso Jember Nganjuk Pacitan Bangkalan oleh Kota Surabaya yakni sebesar 98,48 % dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Bangkalan yakni sebesar 78,93 %. Gambar 5.7 menjelaskan bahwa 16 Kab./Kota yang belum mencapai target, dimana target cakupan K4 untuk tahun 2016 adalah sebesar 88%. Hal ini bisa dikarenakan bumil yang kontak pada petugas kesehatan banyak yang tidak pada Trisemester pertama (K1 Murni) sehingga masih perlu kunjungan rumah yang lebih intensif oleh bidan serta kemitraan bidan dan dukun perlu untuk lebih ditingkatkan. Gambar 5.7 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Target 88% Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 95,10 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 95,81 %. Seperti yang ditunjukkan gambar 4.3 di bawah ini, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun Namun tahun 2016 mengalami penurunan capaian, demikian juga dari sisi angka absolut (jumlah) capaian Jawa Timur mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, seperti yang disajikan pada gambar

48 Lamongan Sampang Madiun (M) Bojonegoro Lumajang Sidoarjo Pasuruan Sumenep Magetan Tuban Mojokerto (M) Pamekasan Malang Surabaya (M) Trenggalek Provinsi Probolinggo Batu (M) Banyuwangi Probolinggo (M) Blitar Kediri Tulungangung Malang (M) Situbondo Jombang Madiun Jember Kediri (M) Pasuruan(M) Nganjuk Ngawi Blitar (M) Mojokerto Ponorogo Gresik Bondowoso Bangkalan Pacitan Gambar 5.8 Perkembangan Cakupan Pertolongan Linakes Provinsi Jawa Timur Tahun , , , , , , , , , , , , , Capaian Linakes (Abs) Cak. Linakes (%) Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.9 Cakupan Pertolongan Linakes Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan gambar 5.9, masih 22 Kabupaten/Kota yang belum mencapai target cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) pada tahun 2016, disarankan untuk Kabupaten/Kota yang belum mencapai target perlu melakukan pemetaan dan pemantauan dimulai dari ibu hamil dengan melibatkan multi pihak, disamping itu bidan di desa yang menempati desa masih perlu ditingkatkan mengingat bidan di desa hanya 81,78 % yang menempati desa. 31

49 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungangung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kediri (M) Blitar (M) Malang (M) Probolinggo (M) Pasuruan (M) Mojokerto (M) Madiun (M) Surabaya Batu Gambar 5.10 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Desa Tinggal Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Jml. Bidan di desa Jml. Bdd tinggal di desa Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 4. Pelayanan Komplikasi Kebidanan Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan pelayanan/ penanganan komplikasi kebidanan. pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Gambar 5.11 Perkembangan Capaian Penanganan Komplikasi Kebidanan Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 32

50 Probolinggo Mojokerto Bondowoso Situbondo Ngawi Ponorogo Pacitan Lumajang Jember Kediri (M) Jombang Bojonegoro Madiun (M) Trenggalek Magetan Sampang Kediri PROVINSI Malang Pasuruan Mojokerto (M) Pamekasan Sumenep Madiun Batu Surabaya Blitar Banyuwangi Malang (M) Tuban Nganjuk Gresik Tulungangung Probolinggo (M) Blitar (M) Lamongan Pasuruan (M) Sidoarjo Bangkalan Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat bahwa cakupan komplikasi kebidanan ditangani selalu mengalami kenaikkan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2016 cakupan komplikasi kebidanan ditangani sebesar 95,5%. Gambar 5.12 Cakupan Komplikasi Kebidanan Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.12 menjelaskan bahwa masih 3 Kabupaten yang belum mencapai target, untuk itu perlu penguatan Puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan dapat ditangani dapat mencapai target selanjutnya. Daerah-daerah yang masih di bawah target pada umumnya kelengkapan Tim PONED perlu dilengkapi, sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk melengkapi Tim PONED yang sdh tidak lengkap, sedangkan simulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan penanganan komplikasi kebidanan. 5. Pelayanan Kontrasepsi Cakupan peserta KB Aktif pada tahun 2016 Provinsi Jawa Timur mencapai 68,79 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 82,22 %. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KB atau sistem pelaporan yang kurang tepat. 33

51 Malang Jember Sampang Nganjuk Pamekasan Lumajang Sumenep Situbondo Banyuwangi PROVINSI Bangkalan Kediri Lamongan Tuban Pasuruan Jombang Blitar Surabaya Bondowoso Bojonegoro Madiun (M) Magetan Probolinggo (M) Probolinggo Sidoarjo Ngawi Kediri (M) Mojokerto (M) Madiun Ponorogo Pasuruan (M) Tulungangung Pacitan Gresik Trenggalek Mojokerto Batu Malang (M) Blitar (M) Nganjuk Situbondo Lumajang Ngawi Madiun (M) Surabaya Bojonegoro Madiun Blitar (M) Jombang Probolinggo Malang (M) Pasuruan (M) Bondowoso Probolinggo (M) Pasuruan Gresik Mojokerto (M) Tuban Sampang Malang Lamongan Blitar Magetan Kediri (M) Tulungangung Banyuwangi PROVINSI Mojokerto Pamekasan Sidoarjo Bangkalan Kediri Sumenep Batu Trenggalek Jember Ponorogo Pacitan Gambar 5.13 Cakupan KB Aktif Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sedangkan untuk KB Baru mengalami penurunan dari 10,6 % pada tahun 2015 menjadi 10,4 % pada tahun Gambar 5.14 Cakupan KB Baru Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur B. KESEHATAN ANAK 1. Angka Kematian Bayi Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, Namun bila dihitung angka kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak Bayi meninggal pertahun dan sebanyak 34

52 5.196 balita meninggal pertahun. Dalam satu hari berarti sebanyak 13 bayi meninggal dan 14 balita meninggal. sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Provinsi Jawa Timur) diharapkan mendekati kondisi di lapangan. Untuk mencapai target Nasional, dukungan lintas program dan lintas sektor serta organisasi profesi yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sangat diharapkan. Gambar 5.15 Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun TARGET SDKI CAPAIAN Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Masalah yang terkait dengan KIA, bahwa proporsi kematian bayi masih banyak (2/3) terjadi pada periode neonatal (0 28 hari) dan ini terjadi pada setiap tahunnya, bahwa mulai tahun 2005 sd tahun 2016 ada kecenderungan AKB (sumber BPS Jatim) stagnan di angka 30 per KH, kalau pada tahun 2005 pada posisi 36,65 per KH tahun 2012 AKB pada posisi 28,31 per KH dan tahun 2013 AKB pada posisi 27,23 per KH tahun 2014 AKB 25,68 per KH, sedangkan pada tahun 2015 AKB pada posisi 24 per KH dan tahun 2016 AKB pada posisi 23,6 per KH (angka dari BPS Provinsi) AKB Jatim sampai dengan tahun 2016 masih diatas target Nasional (Supas). 2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap sebagai salah satu program Kesehatan Anak juga memiliki kasus yang sama dengan indikator-indikator program Kesehatan Ibu terkait perubahan sasaran. Tahun 2016 masih terdapat 21 kabupaten/kota yang belum mencapai target 97% dan capaian cakupan terendah Kabupaten Pacitan (91,23 %) dan capaian cakupan terbesar dimiliki oleh Kabupaten Lamongan(103,59 %). Namun, pada tahun 2016, cakupan KN Lengkap mengalami penurunan menjadi 97,75 %. Angka ini mencapai target (97 %) tetapi mengalami penurunan dibandingkan tahun

53 Gambar 5.16 Perkembangan Capaian KN Lengkap Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka cakupan indikator ini adalah dengan fasilitasi, baik dari segi manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program dimaksud. Kabupaten/Kota yang belum mencapai target diharapkan melakukan pelayanan neonatal yang berkualitas dengan memulai pemetaan serta pemantauan mulai ibu hamil serta melakukan pelayanan AnteNatal Care (ANC) yang berkualitas. Pada tahun 2016, Angka cakupan Neonatal Komplikasi yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Jember dengan angka 104,10 sedangakan yang terendah adalah Kota Probolinggo dengan angka 52,23. Terdapat 16 (Enam belas) kabupaten/kota yang belum mencapai target (80 %) pada tahun 2016 yaitu Kabupaten Ngawi, Tuban, Sampang, Jombang, Mojokerto, Ponorogo, Kediri, Nganjuk, Pamekasan, Lumajang, Probolinggo, Bangkalan, Sumenep, Sidoarjo, Kota Pasuruan dan Kota Probolinggo. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk menvalidasi kembali fungsi Puskesmas PONED bagi 9 (Sembilan) kabupaten/kota dimaksud. Hal ini, mengingat banyaknya Tim PONED yang sudah tidak lengkap karena mutasi atau promosi ke Puskesmas bukan PONED. 36

54 Jember Madiun (M) Kediri (M) Gresik Malang Pasuruan Situbondo Surabaya Mojokerto Batu Banyuwangi Madiun Magetan Tulungang Bondowoso Blitar (M) Malang (M) Trenggalek Lamongan PROVINSI Blitar Bojonegoro Pacitan Ngawi Tuban Sampang Jombang Mojokerto Ponorogo Kediri Nganjuk Pamekasan Lumajang Probolinggo Bangkalan Sumenep Sidoarjo Pasuruan (M) Probolingg Gambar 5.17 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi Ditangani Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 5.18 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Angka Provinsi Jawa Timur untuk cakupan neonatal komplikasi ditangani adalah 82,01%. Jika dilihat dari perkembangan cakupan indikator ini, terdapat peningkatan setiap tahun. Seperti yang tersaji pada gambar Pelayanan Kesehatan Bayi Target pelayanan bayi paripurna selama 5 (lima) tahun telah tercapai. Pelayanan bayi ini berkaitan erat dengan cakupan KN Lengkap. Cakupan (kunjungan) bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 96,07 %, dan hanya 15 kabupaten/kota mencapai target yang ditentukan (96 %). Kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo, Probolinggo, Gresik, Sumenep, Banyuwangi, Bondowosos, Tuban, Sampang, Malang, Lumajang, Jember, Situbondo, Kediri dan Lamongan. Angka cakupan kunjugan bayi tertinggi pada tahun 2016 terdapat pada Kabupaten Bojonegoro 37

55 Bojonegoro Sidoarjo Probolinggo Gresik Sumenep Banyuwangi Bondowoso Tuban Sampang Malang Lumajang Jember Situbondo Kediri PROVINSI Lamongan Mojokerto (M) Jombang Madiun Pacitan Madiun (M) Batu Pasuruan Surabaya Nganjuk Mojokerto Magetan Ngawi Pamekasan Trenggalek Probolinggo (M) Tulungangung Kediri (M) Pasuruan (M) Ponorogo Blitar Malang (M) Bangkalan Blitar (M) dengan angka 105,96 dan yang terendah terdapat pada Kota Blitar dengan angka 82, 39%. Bagi kabupaten/kota yang belum mencapai target perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas pada bayi paripurna yang sudah mendapatkan ASI Eksklusif, vitamin A serta pelayanan lainnya sehingga diharapkan pada tahun 2017 semua kabupaten/kota dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi secara berkualitas Gambar 5.19 Cakupan Kunjungan Bayi Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Angka cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 yaitu 96,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat trend peningkatan pada tahun 2016 seperti yang tersaji pada gambar 5.20 di bawah ini Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 38

56 Madiun (M) Situbondo Bojonegoro Lamongan Sumenep Bondowoso Tuban Mojokerto (M) Probolinggo Batu Magetan Lumajang Jember Madiun Malang Trenggalek Mojokerto Jombang Kediri (M) Sampang Pamekasan Pacitan PROPINSI Surabaya Kediri Sidoarjo Probolinggo (M) Tulungangung Gresik Ngawi Ponorogo Banyuwangi Pasuruan (M) Pasuruan Blitar Bangkalan Blitar (M) Malang (M) Nganjuk 4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Cakupan Pelayanan Anak Balita Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 82,60 %, dan ada 16 kabupaten/kota belum mencapai target yang ditentukan (83 %). Kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Kediri, Sidoarjo, Tulungagung, Gresik, Ngawi, Ponorogo, Banyuwangi, Pasuruan, Blitar. Bangkalan, Nganjuk serta Kota Surabaya, Probolinggo, Pasuruan, Blitar dn Kota Malang. Angka cakupan kunjugan bayi tertinggi pada tahun 2016 terdapat pada Kota Madiun dengan angka 97,87 % dan yang terendah terdapat pada Kabupaten Nganjuk dengan angka 64,60 %. Bagi kabupaten/kota yang belum mencapai target perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas pada Anak Balita paripurna, sehingga diharapkan pada tahun 2017 semua kabupaten/kota dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada Anak Balita secara berkualitas Gambar 5.21 Cakupan Pelayanan Anak Balita Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur C. IMUNISASI 1. Cakupan Imunisasi Dpt-Hb3/ Dpt-Hb-Hib, Polio, Campak Dan Imunisasi Pada Bayi Cakupan Bayi Laki-Laki dan Perempuan yang di imunisasi DPT-HB3/ DPT-HB- Hib3 sebanyak bayi (97 %) belum memenuhi target, bayi yang diimunisasi polio 4 sebanyak bayi (95,34%), diimunisasi campak sebanyak bayi (97,40 %) sedangkan bayi yang telah diimunisasi dasar lengkap (IDL) berjumlah bayi (98,36 %). Target Imunisasi Dasal Lengkap (IDL) Provinsi Jawa Timur 2016 adalah 91,5 %, dari 38 Kabupaten/Kota yang IDLnya telah melampaui 91,5 % berjumlah 34 Kabupaten dan tinggal 4 kabupaten yang masih dibawah 91,5 % (Kabupaten : Bangkalan, Pamekasan, Pacitan dan Ponorogo). 39

57 Gambar 5.22 Pemetaan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2. Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari Dan Bcg Pada Bayi Jumlah bayi yang telah diimunisasi Hepatitis B kurang dari 7 hari sejumlah bayi (94,50%) dan BCG sebanyak (96,60%). Program pencegahan penyakit dengan imunisasi sasaran menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada seluruh masyarakat dengan prioritas pada bayi, anak sekolah tingkat dasar, wanita usia subur termasuk ibu hamil serta kelompok resiko tinggi lainnya sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 3. Cakupan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil Dari ibu hamil yang ada di Jawa Timur pada tahun 2016, yang telah dimunisasi TT-1 sebanyak bumil (3,9, %), TT-2 sebanyak (4,2 %), TT-3 sebanyak (7,0 %), TT-4 sebanyak bumil (14,6 %), TT-5 : (39,2 %), TT2+ : (65 %). 4. Cakupan Desa/Kelurahan UCI Indikator Universal Child Immunization (UCI) menunjukkan desa/kelurahan yang telah mendapatkan imunisasi anak secara lengkap. Pada tahun 2016, dari desa/ kelurahan yang ada, terdapat desa/kelurahan atau 82,80 % yang telah UCI. Jika dibandingkan dengan realisasi 2015 sebesar 76,59 % ada peningkatan sebesar 6,21 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam RPJMD tahun 2016 yaitu sebesar 96 %, maka cakupan UCI desa saat ini masih belum memenuhi target. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan UCI adalah melalui : 1. Program Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) dengan upaya gerakan imunisasi lengkap bagi ibu dan anak yang melibatkan lintas sektor dan lintas program. 40

58 2. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya imunisasi anak secara lengkap. 3. Kegiatan Sub PIN Imunisasi. Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan secara terpadu dan dapat memberikan respon dini terhadap KLB yang terjadi terus menerus dilakukan untuk menekan angka kejadian KLB. Universal Child Imunization ( UCI) tahun 2016 target yang harus dicapai 95 %. UCI Kabupaten belum memenuhi targe karena rata2 capaiannya baru mencapai 82,93 % dan jumlah desa sampai dengan desember 2016 yang belum mencapai UCI sebanyak desa ( 17,07 %). Gambar 5.23 Pemetaan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Program imunisasi akan efektif atau bisa memberi dampak penurunan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, apabila cakupan imunisasi tercapai 95 % merata di semua desa. Suatu desa telah mencapai target UCI > 95 % atau lebih apabila bayi yang ada di desa tersebut mendapat imunisasi lengkap 1 dosis BCG, 3 dosis DPT HB, 4 dosis Polio dan 1 dosis Campak. D. GIZI Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator penting, antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu hamil dan wanita usia subur, serta Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Status gizi balita merupakan salah satu indikator SDGs yang perlu 41

59 mendapatkan perhatian dan akan banyak dibahas (di samping BBLR) pada sub bagian berikut ini. 1. Status Gizi Balita Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam SDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB). Ketiga variabel ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Gambar 5.24 Perkembangan Persentase Status Gizi BalitaBB/TB (Wasting) Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memiliki kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) untuk mengukur ketiga indikator tersebut. Adapun hasil PSGuntukindikator BB/TB tahun disajikan pada gambar 5.24 di atas. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan program gizi adalah berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) yang menunjukkan adanya masalah gizi akutdi suatu wilayah kerja. Grafik di atas menunjukkan bahwa di Jawa Timur masalah gizi wasting (kurus dan sangat kurusbb/tb< -2 SD ) kecenderungan mengalami penurunan (perbaikan). Dibandingkan dengan rata-rata angka nasional tahun 2016 ( 11,1 % ), maka angka wasting di Jawa Timur termasuk jauh lebih baik ( 9,7% ). Hasil ini tidak lepas dari upaya-upaya penanggulangan masalah gizi pada balita yang telah dijalankan dari tahun ke tahun, baik dalam bentuk intervensi langsung seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT), perawatan gizi buruk, maupun intervensi tidak langsung seperti 42

60 pendidikan gizi kepada masyarakat, peningkatan kapasitas petugas gizi, pembentukan kelompok-kelompok pendukung ASI dan sebagainya. Indikator yang kedua adalah prevalensi stunting yang menunjukkan masalah gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Gambar 5.25 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita TB/U Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Indikator stunting, merupakan indikator yang digunakan untuk melihat masalah gizi pada kurun waktu lama (kronis). Grafik di atas menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensinya dari tahun ke tahun, mulai tahun 2013 mengalami penurunan (perbaikan). Pada tahun 2016, prealensi di Jawa Timur (26,1%), berada dibawah angka nasional (27,5%). Upaya-upaya yang telah dilakukan di Jawa Timur berkaitan dengan penurunan angka stunting adalah berkaitan dengan perbaikan gizi di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI-Eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, IMD, Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian mikro nutrien (taburia) dan perbaikan program penyehatan lingkungan. 2. Kasus Gizi Buruk Kasus gizi buruk dapat diperoleh dari indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data tersebut diperoleh dari laporan masyarakat, kader Posyandu atau kasuskasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas dan rumah sakit. Adapun hasil pemantauan perkembangan kasus gizi buruk di Jawa Timur disajikan pada gambar

61 Gambar 5.26 Perkembangan Kasus Gizi Buruk Provinsi Jawa Timur Tahun Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 Th.2016 Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk di Jawa Timur, yaitu dari tahun 2012 sebesar kasus meningkat menjadi kasus, sedangkan dari tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami penurunan yakni sebesar kasus. Ada beberapa kemungkinan terjadinya penurunan jumlah kasus tersebut, antara lain semakin gencarnya petugas gizi di masyarakat untuk menemukan secara dini kasus gizi buruk di lapangan. Kegiatan pelatihan pemantauan gizi Puskesmas, peningkatan surveilans dan kegiatan bulan timbang serentak merupakan upaya penemuan kasus gizi buruk secara dini yang cukup efektif 3. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 59 Bulan Suplementasi Vitamin A pada anak umur 6-59 bulan dan ibu nifas bertujuan tidak hanya untuk pencegahan kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA). Selain hal tersebut, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada balita merupakan salah satu intervensi kesehatan yang berdampak ungkit tinggi bagi penurunan kejadian kesakitan dan kematian pada balita. Suplementasi Vitamin A sangat efektif karena berperan dalam meningkatkan daya tahan terhadap penyakit infeksi yang banyak dijumpai pada anak balita seperti campak dengan komplikasi pneumonia. Capaian Pemberian kapsul vitamin A pada balita di Jawa Timur tahun 2016, dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 44

62 KAB. PAMEKASAN KAB. BANGKALAN KAB. SIDOARJO KAB. PACITAN KAB. NGAWI KAB. KEDIRI KOTA MOJOKERTO KAB. TULUNGAGUNG KOTA SURABAYA KAB. SAMPANG KAB. JEMBER KAB. MADIUN KOTA MADIUN KOTA PROBOLINGGO KAB. MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA BATU KAB. NGANJUK KAB. BANYUWANGI KAB. PONOROGO KAB. TUBAN KAB. LUMAJANG KAB. SUMENEP KAB. BONDOWOSO KAB. BLITAR KOTA MALANG KAB. MALANG KOTA PASURUAN KOTA BLITAR KAB. PROBOLINGGO KAB. BOJONEGORO KAB. JOMBANG KAB. SITUBONDO KAB. TRENGGALEK KAB. PASURUAN KAB. MAGETAN KAB. GRESIK KAB. LAMONGAN KOTA KEDIRI Gambar 5.27 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dari gambar 5.26, terlihat bahwa pencapaian pemberian kapsul vitamin A pada balita (6-59) bulan di Jawa Timur sudah cukup tinggi ( 95 % ). Hanya ada 5 kabupaten saja yang pencapaiannya di bawah 90%, yaitu Kabupaten Pacitan (88%), KabupateN Ngawi (88%), Kabupaten Sidoarjo (86%), Kabupaten Bangkalan (86%) dan Kabupaten Pamekasan (81%). Ada juga kabupaten/kota yang capaiannya melebihi 100%, yaitu Kabupaten Pasuruan (101%), Kabupaten Magetan (102%), Kabupaten Lamongan (102%), Kabpaten Gresik (102%) dan Kota Kediri (112%). Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor, yaitu sasaran proyeksi lebih kecil dari sasaran riil dan ada kemungkinan juga karena sasaran dari luar wilayah, seperti yang terjadi di Kota Kediri. Batas antara Kota Kediri dan Kabupaten Kediri sangatlah dekat, bahkan banyak yang tidak bisa membedakan batas antar kedua wilayah kerjanya. 4. Pemberian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan-minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Gambar di bawah menunjukkan capaian ASI-Eksklusif di JawaTimur Tahun

63 KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KOTA PASURUAN KAB. PAMEKASAN KOTA KEDIRI KAB. SIDOARJO KOTA SURABAYA KOTA PROBOLINGGO KOTA MOJOKERTO KAB. TULUNGAGUNG KAB. PASURUAN KAB. MALANG KAB. TRENGGALEK KAB. BONDOWOSO KOTA MADIUN KAB. GRESIK KAB. PACITAN KAB. LAMONGAN KAB. PROBOLINGGO JAWA TIMUR KAB. MOJOKERTO KOTA MALANG KAB. MADIUN KAB. KEDIRI KOTA BATU KAB. NGAWI KAB. SUMENEP KAB. TUBAN KAB. BANYUWANGI KOTA BLITAR KAB. SITUBONDO KAB. MAGETAN KAB. JOMBANG KAB. LUMAJANG KAB. PONOROGO KAB. NGANJUK KAB. JEMBER KAB. BLITAR KAB. BOJONEGORO Gambar 5.28 Pemberian ASI Eksklusif per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi KGM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 74 % (Tabel 39). Cakupan tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2011 (61,5%). Secara keseluruhan pencapaian di JawaTimur (74%) belum memenuhi target yang telah ditetapkan (77%). Ada 15 kabupaten/kota yang sudah memenuhi target, sedangkan 23 kabupaten/kota lainnya belum mencapai target. Rendahnya capaian ASI-Eksklusif di masyarakat ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a. Faktor psikologis Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul stress akibat perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat memberikan ASI yang justru malah menghambat produksi ASI b. Faktor pemberi pelayanan persalinan Beberapa institusi pelayanan kesehatan masih ada yang belum menjalankan inisiasi menyusu dini dan cenderung mengedepankan pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir c. Faktor Ibu bekerja Tuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus bekerja di luar rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari ibu kepada pengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering diberikan asupan susu formula. 46

64 d. Faktor budaya Walaupun saat ini tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup tinggi, budaya masyarakat yang terbiasa memberikan makanan/ minuman selain ASI sejak bayi lahir seperti air putih, madu, pisang, nasi pisang dan lain sebagainya masih sulit dihilangkan e. Faktor promosi Promosi susu formula lebih gencar ditayangkan di media massa dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemberian ASI eksklusif. Karena faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan perilaku, maka untuk perbaikan di masa yang akan datang diperlukan upaya-upaya promosi kesehatan yang lebih intensif baik kepada perorangan (konseling) maupun institusi pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif. 47

65 BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT

66 A. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG 1. Tuberkolosis (TB) Berdasarkan Survei Prevalensi Tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah India. Diperkirakan kasus TB baru (insidensi) di Indonesia adalah 399 per penduduk (total kasus TB ). Program Penanggulangan Tuberkulosis dilakukan selain dengan melakukan kegiatan promosi dan pencegahan, juga melakukan kegiatan deteksi dini dimana dilakukan penemuan penderita tuberculosis secara aktif yang juga melibatkan masyarakat, serta pemberian pengobatan sampai sembuh. Program penanggulangan tuberculosis juga harus mendapat dukungan komitmen dari para stakeholder. Capaian indikator program dalam penemuan penderita, Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 menempati ururan kedua di Indonesia dalam jumlah penemuan penderita penemuan TB BTA + kasus baru. Angka penemuan kasus baru BTA + sebanyak penderita atau case destection rate (CDR) sebesar 56%. Target CDR yang ditetapkan adalah minimal 70%. Pada Tahun 2016, jumlah semua kasus TB diobati sebanyak kasus dari perkiraan jumlah kasus sebesar kasus atau Case detection rate (CDR) TB sebesar 39%. Kasus atau CDR TB sebesar 39% tersebut sudah mencapai target minimal 38% yang ditetapkan oleh Kemenkes RI. Indikator program yang lain yaitu angka keberhasilan (success rate) penderita TB BTA +. Angka keberhasilan (success rate) penderita TB BTA + kasus baru di Jawa Timur pada taun 2015 sudah sebesar 91%. Sedangkan target yang ditetapkan adalah >90%. Sedangkan tahun 2016 dengan angka keberhasilan pengobatan semua kasus TB sebesar (success rate ) sebesar 89% dari target 85%. dengan Succes rate lebih dari 90% menggambarkan semakin banyak masyarakat yang menderita TB yang menyelesaikan pengobatan sampai tuntas. No Tabel 6.1 Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Succes Rate) Provinsi Jawa Timur Tahun Indikator Program Target Nas Target Jatim Success Rate > 85 % > 90 % 91% 91% 91% 89,91% Sumber : Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 48

67 Mayoritas penderita TB adalah usia produktif, sehingga dengan sembuh dan tuntasnya pengobatan masyarakat dari penyakit TB berarti produktifitas mereka bisa meningkat dan mereka bisa hidup secara normal di masyarakat. Maka impact-nya adalah masyarakat Jawa Timur terbebas dari TB dan masalah-masalah sosial ekonomi yang diakibatkan karena penyakit TB. 2. Kusta Secara umum prevalensi rate di Jawa Timur tidak terjadi perubahan yang significant (dari 1,02 pada tahun 2015 menjadi 1,04 pada tahun 2016) karena pada tahun 2016 kegiatan intensified case finding (ICF) dikembangkan ke 12 kabupaten endemis kusta yang melibatkan peran serta keluarga untuk deteksi gejala dini kusta pada anggota keluarganya. Selain kegiatan ICF diatas juga dilakukan kegiatan validasi data ke semua puskesmas untuk melihat jumlah kasus kusta tercatat sesuai dengan kenyataan dilapangan. Dan hasilnya ada 2 kabupaten yang bisa bergeser dari daerah endemis menjadi non endemis kusta, yaitu Kabupaten Gresik dan Lamongan. Hal ini menunjukkan bahwa jika upaya penemuan penderita dilakukan secara intensif dilokasi yang tepat kemungkinan masih akan menemukan penderita baru mengingat prosentase cacat 2 dan anak masih cukup tinggi. Keberhasilan pengobatan (RFT rate) tahun 2016 telah melebihi target (> 90%). Secara komulatif mulai awal program sampai dengan akhir Desember 2016 penderita Kusta yang dapat menyelesaikan pengobatan dengan MDT sebanyak penderita. Untuk pencapaian RFT rate di tingkat provinsi mencapai 90,3%, sedangkan pencapaian RFT rate sebesar > 90% ada di 31 kabupaten/kota atau 81,6%. Untuk pencapaian program baik berdasarkan target Rencana Strategis, indikator kinerja dari rencana kerja dan target program secara lengkap tergambar pada tabel berikut: Tabel 6.2 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa timur N o Indikator Target Penderita Terdaftar Prev. Rate per < 1 / Penderita Baru CDR per < 5 / Proporsi MB Proporsi Cacat II (%) < 5% 11% 13% 11% 14% 12% 11% 12% 11% Proporsi Anak (%) < 5% 12% 11% 12% 9% 9% 9% 8% 9% 4 RFT Rate > 90% 91% 87% 91% 89% 87% 90% 91% 90% Sumber : Laporan Program Kusta Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 49

68 3. Human Immunodeficiency Virus (HIV) Dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Sampai dengan Desember 2016, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah orang, dan kasus HIV. Dari jumlah tersebut (21,1%) diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang sebenarnya terjadi, dan dari hasil estimasi sampai dengan tahun 2012 diperkirakan jumlah ODHA di Jawa Timur mencapai orang. Dan sejak September 2003, Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai wilayah dengan prevalensi HIV yang terkonsentrasi bersama 5 (lima) provinsi lainnya, yaitu DKI Jakarta, Papua, Bali, Riau dan Jawa Barat. Secara teoritis WHO membagi tingkat epidemi HIV menjadi 3 tingkat, yaitu : 1. Tingkat epidemi HIV rendah (low level epidemic), dimana prevalensi HIV pada kelompok risiko tinggi masih di bawah 5%. 2. Tingkat epidemic HIV terkonsentrasi (concentrated level epidemic), dimana pada sub populasi tertentu (kelompok risiko tinggi) seperti kelompok Pekerja Seks Komersial (PSK), kelompok Injecting Drug Users/Use (IDU), kelompok Waria, Narapidana di Lembaga Permasyarakatan dan sebagainya, prevalensi HIV sudah lebih dari 5% secara konsisten (dalam beberapa tahun pengamatan) dan atau prevalensi HIV pada ibu hamil masih di bawah 1%. 3. Tingkat epidemic HIV meluas (generalized level epidemic), dimana pada wilayah dengan tingkat epidemic HIV terkonsentrasi ditambah prevalensi HIV pada ibu hamil sudah lebih dari 1%. Berdasarkan waktu, maka nampak sekali pesatnya peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS dari waktu ke waktu. Kalau tahun 1989 hanya 1 orang penderita yang dilaporkan maka mulai tahun 1999 meningkat tajam sekali dari tahun ke tahun dan jumlahnya terus bertambah hingga Desember Penambahan kasus AIDS dari tahun ke tahun sebagian besar berasal dari faktor seksual. Sampai Desember 2016 berdasarkan faktor risiko penularan secara seksual berdasarkan kasus AIDS sebesar 80,22%. Dari 38 kabupaten/kota semua sudah melaporkan adanya kasus AIDS berdasarkan tempat asal penderita di seluruh kabupaten/kota; Berdasarkan tempat tinggal sebagian besar ditemukan di Kota Surabaya,Kab Malang Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jember, Namun sangat disadari bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh kasus AIDS yang ada atau baru sebagian kecil yang dilaporkan (under reported). 50

69 Ditinjau dari cara penularan pada kasus AIDS dari data laporan Surveilans nampak bahwa, faktor risiko yang tertinggi adalah heteroseksual 926 (83,4%) kasus, kemudian penggunaan narkoba suntik (Penasun) 91 (8,2%) kasus dan Perinatal sebanyak 53 (4,8%). Gambar 6.1 Tren Kenaikan Jumlah Kasus HIV yang Ditemukan dan Jumlah Layanan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Program HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 6.2 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita Di Provinsi Jawa Timur Tahun % 4% 1% 0% 11% Hetero IDU Homo 80% Perinatal Bisek Lain-lain Sumber : Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan jenis kelamin, kasus AIDS pada tahun 2016 didominasi kelompok laki-laki sebesar 723 (65,1%) dan wanita sebesar 387 kasus (34,9%). Namun proporsi perempuan cenderung mengalami peningkatan secara tajam dari tahun ke tahun. Dan 51

70 dari segi kelompok umur, maka kasus AIDS didominasi oleh kelompok umur seksual aktif, yang tertinggi adalah kelompok usia tahun sebanyak 775 (69,9%) kasus. Disamping itu kasus HIV sudah ada yang manifestasi menjadi AIDS di kalangan anakanak (0-14 tahun) sebanyak 57 anak. Gambar 6.3 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 PEREMPUAN 38% LAKI-LAKI 62% 4. Pneumonia Sumber : Laporan Program HIV/AIDS Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dengan adanya perubahan target sasaran menjadi 4,45% balita diharapkan cakupan penemuan pneumonia meningkat. Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2016 terjadi peningkatan cakupan pneumonia di atas 50% walaupun belum mencapai target nasional yang telah ditentukan. Dengan mengevaluasi cakupan pnemuan kasus pneumonia selama beberapa tahun sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI (Subdit ISPA/Pneumonia) mengadakan revisi target cakupan penemuan kasus pneumonia dari target 100% diturunkan menjadi 70% pada tahun Target ini akan dinaikkan secara berkala untuk tahun berikutnya. Target penemuan kasus pneumonia tahun 2016 ditetapkan sebesar 70%, dengan angka cakupan penemuan pneumonia tahun 2016 sebesar 79,61%. Sehingga cakupan penemuan kasus pneumonia Provinsi Jawa Timur sudah di atas target yang ditetapkan. Namun demikian capaian penemuan pneumonia ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pelaksana program di semua tingkatan, di fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta maupun pengambil kebijakan serta masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan pneumonia ini karena belum semua penemuan di sarana fasilitas kesehaan masyarakat belum dicatat dan dilaporkan, terutama dari rumah sakit swasta, klinik swasta, maupun dokter praktek mandiri. 52

71 KOTA MADIUN KOTA PASURUAN KAB. GRESIK KAB. MOJOKERTO KAB. LAMONGAN KAB. BOJONEGORO KAB. SITUBONDO KAB. BONDOWOSO KOTA MOJOKERTO KAB. BANGKALAN KOTA KEDIRI KAB. SIDOARJO KOTA BLITAR KAB. JEMBER KAB. PAMEKASAN KAB. PACITAN KOTA MALANG KAB. BLITAR KAB. PASURUAN KAB. LUMAJANG KAB. KEDIRI KAB. TRENGGALEK KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KAB. BANYUWANGI KAB. NGAWI KAB. NGANJUK KAB. TUBAN KAB. JOMBANG KAB. TULUNGAGUNG KOTA SURABAYA KAB. MALANG KAB. PONOROGO KAB. PROBOLINGGO KOTA BATU KOTA PROBOLINGGO KAB. SUMENEP KAB. SAMPANG Gambar 6.4 Persentase Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi Jawa Timur Tahun TARGET CAPAIAN Sumber : Laporan Program Pneumonia Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2016, dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, semua Kabupaten/Kota sudah mencapai target penemuan yang ditetapkan Nasional sebesar 4,45%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik cakupan penemuan penderita Pneumonia di Jawa Timur tahun 2016 sebagai berikut : Gambar 6.5 Cakupan Pneumonia Ditemukan dan Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Program Pneumonia Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 53

72 5. Diare Pengendalian penyakit diare bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program yaitu cakupan pelayanan diare balita. Cakupan pelayanan diare dalam 6 tahun terakhir meningkat pada tahun 2013 yaitu mencapai 118%. Hal ini terjadi karena ada penurunan angka morbiditas dari tahun 2012 yang 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun Gambar 6.6 Cakupan Program Diare Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Program Diare Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sedangkan capaian cakupan pelayanan diare terendah berada di tahun 2016 yaitu sebesar 82 % atau. Hal ini disebabkan oleh rendahnya ketepatan dan kelengkapan laporan bulanan dari Kabupaten/ Kota. Persentase penggunaan oralit dalam 6 tahun terakhir mengalami peningkatan namun demikian angka penggunaan infus juga tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat serta tenaga medis mengenai penggunaan infus pada pasien diare dimana penggunaan infus seharusnya hanya untuk pasien dengan dehidrasi berat, sedangkan untuk pasien diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan maupun sedang cukup dilakukan rehidrasi secara oral. 54

73 B. PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG 1. Demam Berdarah Dengue (DBD) Insiden rate (Incidence Rate) atau Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur pada tahun 2016 sebesar 64,8 per penduduk, mengalami peningkatan dibandingkan tahun tahun 2015 yakni 54,18 per penduduk. Angka ini masih di atas target nasional 49 per penduduk. Dilihat dari angka kesakitan DBD tahun 2016, di beberapa kabupaten/kota terjadi peningkatan jumlah penderita DBD dibandingkan sebelumnya. Tabel 6.3 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 No Indikator Satuan Target Realisasi 1 Angka Kesakitan (Incidence Rate) per penduduk 49 64,8 2 Angka Kematian (Case Fatality Rate) Persen 1 1,4 Sumber : Laporan Program DBD Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dari tabel 6.3 di atas, angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2016 sebesar 1,4%, hal tersebut menunjukkan DBD di Jawa Timur masih diatas target < 1%. DBD di Jawa Timur cenderung meningkat terkait dengan kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat, perubahan iklim, kondisi sanitasi lingkungan dan ketersediaan air bersih. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian DBD menunjukkan bahwa masih perlu peningkatan diagosa dini dan tata laksana kasus DBD yang adekuat di fasilitas kesehatan dan PHBS perlu ditingkatkan lagi. Wilayah dengan Case Fatality Rate melebihi 1 % tahun 2016 mencapai 24 kabupaten/kota, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang hanya 18 Kab/Kota. Dari Grafik 6.7, jumlah kasus DBD tahun 2016 sebanyak , hal tersebut menunjukkan peningkatan jumlah kaus DBD dibanding tahun 2015 sebanyak Di Jawa Timur, gerakan Satu Rumah Satu Jumantik untuk mendukung kemandirian masyarakat dalam pencegahan penularan DBD dicanangkan oleh Gubernur Jawa Timur pada bulan November 2016, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Dengan demikian diharapkan keterlibatan semua pihak dan komitmen lintas sektor dalam penanggulangan DBD di Jawa Timur dapat terintegrasi. 55

74 Gambar 6.7 Jumlah Kasus DBD Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Program DBD Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2. Malaria Tujuan program pengendalian malaria di Indonesia adalah mencapai Eliminasi Malaria pada tahun 2030, sedangkan di Jawa Timur pada tahun Sampai tahun 2016 di Jawa Timur terdapat 37 kabupaten/ kota yang sudah mencapai Eliminasi Malaria.. Pada tahun 2015 Kabupaten Banyuwangi menerima sertifikat bebas malaria. Untuk tahun 2016 yang menerima sertifikat bebas malaria adalah Kabupaten Madiun dan Pacitan sedangkan kabupaten yang belum eliminasi adalah Trenggalek. Hasil surveilans rutin malaria tahun 2016 menginformasikan terdapat penderita malaria sebanyak 298 penderita malaria import dan tidak ditemukan malaria indegeneous selama tahun Tabel 6.4 Pencapaian Hasil Kinerja Program Malaria Provinsi Jawa Timur Tahun No Indikator Satuan Jumlah Sediaan Darah Diperiksa ribuan 56,1 23,6 35,4 31,9 28, ABER persen ,46 1,8 0,1 0,1 0,0 0,0 3 SPR persen ,4 2,1 1,8-4 Penderita Malaria orang API permil 0,18 0,24 0,2 0,028 0,015 0,007 0,007 6 Proporsi Plasmodium Falsiparum persen 46,5 50, ,1 39,8 26,2-7 Proporsi Kasus Indigenous persen ,7 0,8 0,1 13,7 0,0% 0,0 56

75 No Indikator Satuan Proporsi Malaria Import persen ,4 92,4 99,9 86,3 100% 100,0 9 Desa HCI desa Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Gambar 6.8 Jumlah Malaria Import Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sebaran kasus malaria import terbanyak diwilayah selatan Provinsi Jawa Timur. Kasus terbanyak di Kabupaten Malang, masih banyak kabupaten/kota yang tidak menemukan kasus malaria import. 3. Filariasis Program pemberantas penyakit Filariasis diupayakan sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi.. Pada tahun 2000 WHO telah menetapkan kesepakatan global untuk melakukan Eliminasi Filariasis pada tahun Indonesia sepakat untuk melaksanakan Eliminasi Filariasis secara bertahap dimulai pada tahun Di Jawa Timur total kasus kaki gajah/filariasis Klinis Kronis tercatat sampai dengan tahun 2016 sejumlah 351 kasus tercatat di 38 Kabuaten / Kota, Dari data tersebut jumlah kasus terbanyak berada di Kabupaten Lamongan, Malang, dan Ponorogo. 57

76 KAB. LAMONGAN KAB. MALANG KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. KEDIRI KAB. SIDOARJO KAB. BLITAR KAB. BANYUWANGI KAB. BOJONEGORO KAB. SUMENEP KAB. JEMBER KAB. BONDOWOSO KAB. PACITAN KAB. PROBOLINGGO KAB. JOMBANG KAB. SITUBONDO KAB. MOJOKERTO KAB. NGAWI KAB. TUBAN KOTA KEDIRI KOTA MALANG KOTA SURABAYA KAB. TULUNGAGUNG KAB. LUMAJANG KAB. NGANJUK KAB. BANGKALAN KAB. PAMEKASAN KAB. PASURUAN KAB. MAGETAN KAB. SAMPANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KAB. MADIUN KAB. GRESIK KOTA BLITAR KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA BATU 60 Gambar 6.9 Sebaran Kasus Filariasis Kronis Provinsi Jawa Timur sampai dengan Tahun Sumber : Laporan Program Filariasis Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tabel 6.5 Capaian Hasil Kegiatan Penemuan Kasus Filariasis Provinsi Jawa Timur Tahun No Capaian hasil kegiatan Kab/Kota melaksanakan program P2 Filariasis (dg kasus) 2 Prosentase Kabupaten/ Kota melaksanakan program P2 Filariasis % 84% 84% 86% 86% 89% 100% 3 Rekapitulasi kasus Klinis Limfadema kronis Kasus Klinis Filariasis kronis yang baru ditemukan atau terlaporkan Mikro filaria Rate (MR) dari hasil pemeriksaan darah jari keluarga dan tetangga sekitar) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kegiatan Survei Endemisitas (Survei Darah Jari) dengan menggunakan pemeriksaan mikrokopis dan Rapid Diagnostic Tes (RDT) tipe ICT (Antigen Broncofty tes) yang telah dilaksanakan di Jawa Timur mulai tahun 1990 sampai dengan 2014 di 37 Kabupaten/Kota meliputi 102 kecamatan dan 136 Desa/Kelurahan. 58

77 Berdasarkan hasil kegiatan survey darah jari di atas pada tahun 2009 dan 2010 di beberapa lokasi survey menunjukkan positif Antigen < 1 % dengan perincian sebagai berikut. Tabel 6.6 Hasil Survey Endemisitas Provinsi Jawa Timur dengan Hasil Positif Antigen (Mf > 1 %) Tahun Kabupaten/kota Lokasi Positif Antigen (ICT) 2009 Kab. Trenggalek Desa Ngadisuko dan Desa 11 % Malasan Kec Durenan 2009 Kab. Kediri Desa Kampung Baru Kec. Kepuh 1 % 2010 Kab. Madiun Desa Doho, Kec. Dolopo; Desa Betek, Kec. Madiun Desa Kalipelus Kec. Kebonagung 2010 Kab. Pacitan Desa Ngromo Kec Kebonagung Desa Belah kec. Donorojo Kec. Donorojo Desa Bangsal, Kec. Pesantren 2010 Kota Kediri Desa Pakunden, Kec. Pesantren Desa Semampir, Kec. Kota Desa Ringinanom, Kec. Kota Desa Sempol dan Prajekan Lor, 2010 Kab Bondowoso Kec. Prajekan Desa Leprak, Kec. Klabang Desa Lumutan, Kec. Botolinggo Desa Tanjung, Kec. Saronggi Desa Talang, Kec. Saronggi 2010 Kab Sumenep Desa Pasongsongan, Kec. Pasongsongan Desa Panaongan, Kec.Pasongsongan Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 18% 0% 8% 8% 15% 10% 1% 2% 11% 9% 0% 3% 7% 3% 1% 0% 0% Data hasil kegiatan diatas pada tahun 2015 melaksanakan kegiatan mini Transmission Assesment Survey (mini TAS) atau surveypengukuran tingkat penularan di 5 kabupaten/kota yang dari tasil survey endemisitas tahun 2010 pada bulan September Kabupaten/Kota diatas antara lain Kabupaten Bondowoso, Pacitan, Madiun, Sumenep dan Kota Kediri telah dilaksanakan survey ulang untuk mengklasifikasi hasil survey tahun 2010 dengan metoda lain untuk memastikan tingkat penularan (TAS) Survey ulang di 5 lokasi tersebut diatas ditambah 1 kabupaten dengan kasus tertinggi di Jawa Timur (Kabupaten Lamongan) adalah survei cluster untuk remapping 59

78 yang digunakan oleh WHO STAG-NTD M&E working group yang telah digunakan di Ethiopia. Di 6 Kabupaten/Kota diatas dilakukan survey dengan masing-masing 30 cluster (berbasis sekolah) dengan sasaran survei anak usia 9-12 tahun yang pada umumnya ada di kelas 5 dan 6 SD/MI (negeri dan swasta) menggunakan pemeriksaan antigen (ICT) dan antibody filarial (Brugia Rapid) untuk khusus di Jawa Timur. Tabel 6.7 Hasil Kegiatan Survey (TAS) Pada Anak Sekolah Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 HASIL TEST Kabupaten Pacitan Kabupaten Madiun Kabupaten Lamongan Kota Kediri Kabupaten Bondowoso Kabupaten Sumenep A. ICT Jumlah ICT negative Jumlah ICT positif Invalid Total Sampel B. BRUGIA Jumlah BR negative Jumlah BR positif Invalid Total Sampel Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Hasil Kegiatan Survei Konfirmasi Endemisitas Filaria ada tahun 2016 yang dilaksanakan di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Trenggalek ada bulan Desember maka kegiatan POPM kecacingan perlu di laksanakan setahun sekali selama 5 tahun berturut turut. dengan hasil sebagai berikut. No Kabupaten 1 Kediri 2 Trenggalek Tabel 6.8 Hasil Kegiatan Survey Konfirmasi Endemisitas Filariasis Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Hasil pemeriksaan FTS Nama Nama Jml yg Antigenaemia kecamatan desa/kel diperiksa positif Negatif invalid rate ( % ) Wates Gadungan Kepung Kampung Baru Durenan Ngadisuko Durenan Kendalreo Sumber : Laporan Program Malaria Seksi P2PM, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 60

79 C. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di Provinsi Jawa Timur masih ditemukan beberapa penyakit yang masih berpotensi KLB atau wabah, seperti penyakit AFP, diphteri, dan campak. Begitu juga dengan kasus kejadian KLB, di hampir semua kabupaten/ kota melaporkan adanya kasus kejadian luar biasa, yang tidak hanya kasus kejadian PD3I tetapi juga kasus keracunan makanan (dapat diperiksa pada tabel 27), hal ini patut menjadi perhatian dan concern semua pihak agar kejadian luar biasa dapat dicegah seminimal mungkin. Tidak semua kasus yang terdapat pada 9 tabel yang ada pada profil kesehatan 2016 akan dibahas, tetapi hanya penyakit PD3I yang berpotensi wabah / KLB, dimana hingga maret 2017 menunjukkan gejala peningkatan yang jumlahnya cukup signifikan, seperti AFP non polio, campak dan difteri. Yang menjadi pemikiran dan perlu perhatian semua pihak (khususnya stakeholders), bahwa ketersediaan obat, vaksin maupun serum penangkal penyakit tersebut khsususnya ADS untuk penyakit Difteri sudah tidak diproduksi lagi di Indonesia. Padahal penyakit difteri merupakan penyakit yang dikenal sangat mudah menular dan sangat mematikan (virulent) dan termasuk penyakit yang dikenal sebagai silent killer. 1. Polio dan AFP Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/ populasi anak usia < 15 tahun. Sejak tahun 2013 dapat digambarkan bahwa kasus AFP Non Polio bersifat fluktuatif. Pada tahun 2013 AFP Rate Non Polio ditemukan masih sebesar 2,46 (222 kasus), dan pada 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,37 (32 kasus) menjadi 2,83 (254 kasus). Selanjutnya Pada tahun 2015, mengalami penurunan menjadi sebesar 1,88 (169 kasus) kemudian pada tahun 2016 AFP Rate on Polio kembali mengalami 61

80 kenaikan menjadi sebesar 2,05 (184 kasus). Disini terjadi kenaikan kasus yang cukup signifikan yaitu sebesar 82 kasus (0,92) dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 dari 169 kasus yang ditemukan, kasus tertinggi terdapat di wilayah kabupaten Mojokerto : 20 kasus dari penduduk, kemudian Kab. Sampang, 15 kasus (diantara penduduk), kemudian kab. Jember (14 kasus), dan kabupaten jombang 10 kasus, sisanya kurang dari 10 kasus tersebar di seluruh kabupaten kota di Jawa Timur kecuali kabupaten Gresik dan Kota Malang yang tidak ada kasus AFP. Sedangkan pada tahun 2016, terdapat 184 kasus AFP yang ada, dengan AFP Rate (non Polio) per penduduk usia < 15 tahun sebesar : 2,05. Kasus AFP pada 2016 tertinggi terdapat di kabupaten Jember yaitu sebesar 18 kasus, tertinggi kedua kabupaten tulungagung dan sidoarjo masing-masing berjumlah 12 kasus. Kemudian kasus terbesar ketiga yaitu 10 kasus di kabupaten sumenep, 9 kasus kabupaten magetan, sampang 8 kasus. Dari semua kasus tersebut setelah diperiksa secara laboratorium semuanya tidak ditemukan virus Polio. Gambar 6.10 Sebaran Kasus AFP Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2. Difteri Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diphteriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam, sakit tekak. Difteri sering ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Penyakit Difteri merupakan kasus re-emerging disease di Jawa Timur karena kasus Difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di 62

81 tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bangkalan. Sejak saat itulah, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian karena Difteri dan sudah tersebar di 38 kabupaten/kota (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 19). Pada tahun 2015, kasus Difteri mengalami penurunan menjadi 265 kasus dengan 11 kematian karena Difteri. Kota Surabaya memiliki kasus terbanyak, yakni 27 kasus, diikuti Kabupaten Sidoarjo (24 kasus) dan Kabupaten Bangkalan (19 kasus). Dari tahun ke tahun di Jawa Timur jumlah penderita Difteri dilaporkan terus meningkat yaitu 265 kasus pada tahun 2015 menjadi 345 kasus (laki-laki 187 orang dan perempuan 161 orang) pada tahun 2016 dan 6 kejadian meninggal. Gambar 6.11 Sebaran Kasus Difteri Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT 1, DPT 2 dan DPT 3. Upaya menurunkan kasus Difteri dan penyakit PD3I lainnya adalah dengan melakukan imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin Difteri-Pertusis-Tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB). Vaksin tersebut diberikan 3 (tiga) kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Selain itu, karena terjadi lonjakan kasus pada umur anak sekolah maka imunisasi tambahan Tetanus Difteri (TD) juga diberikan pada anak Sekolah Dasar (SD) dan sederajat kelas 4-6 serta Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain pemberian imunisasi, perlu juga diberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua tentang bahaya dari difteri dan perlunya imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak. Selain itu sangatlah perlu untuk menjaga kebersihan diri, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar, juga yang tidak 63

82 kalah penting adalah memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.badan, pakaian dan lingkungan. 3. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan Clostridium Tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan kematian.. Penyakit Tetanus Neonatorum adalah suatu bentuk tetanus infeksius yang berat dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir, yang disebabkan oleh faktor faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusar yang tidak higienis, circumsisi bayi laki laki dan perempuan yang tidak steril dan kekurangan imunisasi maternal.. Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Pada tahun 2015 ditemukan 26 kasus, 13 kasus meninggal dan pada 2016 ditemukan 19 kasus Tetanus Neonatorum, meninggal 4 orang, CFR (Case Fatality Rate) sebesar 21,05 %. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum merupakan suatu Kejadian Luar Biasa yang harus segera ditindaklanjuti. Penanganan kasus Tetanus Neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil. 4. Campak Penyakit campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh Morbilivirus, ditandai dengan gejala munculnya demam, bercak kemerahan, batukpilek, mata merah (conjunctivitis) yang kemudian menimbulkan ruam di seluruh tubuh dimana sering terjadi pertama kali pada saat anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasii oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus Campak mengalami peningkatan mulai tahun 2009 sampai dengan tahun Pada tahun 2011 telah dilakukan Kampanye Campak untuk mengurangi kasus ini, sehingga di tahun 2012 kasus Campak mengalami penurunan menjadi kasus. Pada tahun 2013, kasus Campak meningkat mencapai dan pada tahun 2014 kembali turun sejumlah 762 kasus, sedangkan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 2268 kasus dan pada 2016 semakin meningkat menjadi kasus dengan CFR (%) sebesar 0,1 % (ada kenaikan sebesar 1497 kasus (60,24 %) dari tahun sebelumnya. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan anak yang sudah diimunisasi campak masih terjangkit Campak, salah satunya karena mutu rantai dingin (Cold 64

83 Chain) penyimpanan vaksin kurang baik. Sehingga sangatlah perlu adanya monitoring terhadap rantai dingin di Puskesmas Grafik perkembangan kasus campak tampak bersifat fluktuatif dan membentuk siklus dua tahunan dan dua terakhir menunjukkan trend yang sangat tinggi, sehingga hal perlu perhatian semua agar kejadianya tidak semakin meluas. Untuk mencegah kenaikan kasus di tahun tahun yang akan datang, diperlukan peningkatan pembinaan secara terpadu, koordinasi dan kemitraan dengan organisasi massa yang ada. Tren Kasus Campak di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir ( ) dapat digambarkan di bawah ini. Sedangkan data jumlah kasus Campak pada tahun 2016 bisa dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 20. Gambar 6.12 Jumlah Kasus Campak Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 5. Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dengan gejala demam, nyeri ulu hati dan icterus. Selama 2 tahun terakhir ditemukan 33 kasus pada tahun 2015 dan meningktakan tajam menjadi 432 kasus (122 laki-laki dan 310 perempuan) pada tahun kasus hepatitis B ini ditemukan di 6 Kabupaten/Kota, terbanyak di kota malang (181 kasus), Kota surabaya (219 kasus), Kota Madiun (17 kasus), sampang 2 kasus, nganjuk 6 kasus dan 1 kasus di Jombang. D. PENYAKIT TIDAK MENULAR Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang diharapkan dapat ditekan angkanya dengan pelaksanaan program GERMAS melalui posbindu. Beberapa penyakti tidak menular adalah tekanan darah tinggi (Hipertensi), Obesitas, Kanker Leher Rahim, dan Kanker Payudara. 1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 65

84 Tekanan Darah Tinggi/ Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yaitu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmhg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmhg. Tekanan darah tinggi merupakan hasil pengukuran tekanan darah terakhir atau hasil pengukuran minimal 1 kali setahun. Pengukuran dilakukan pada penduduk yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. Pengukuran dapat dilakukan di dalam unit pelayanan kesehatan primer, pemerintahan swasta, di dalam maupun di luar gedung. Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar 13,47% atau sekitar penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 13,78% ( penduduk) dan perempuan sebesar 13.25% ( penduduk). 2. Obesitas Obesitas adalah terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Dikatakan obesitas apabila hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) 25. Pemeriksaan obesitas dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan yang diperiksa adalah pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia 15 tahun. Pemeriksaan Obesitas di Jawa Timur sebesar 15,48% atau sebanyak penduduk dan yang terkena obesitas sebesar 11,16% atau sebanyak penduduk dengan proporsi laki-laki sebesar 8,07% ( penduduk) dan perempuan sebanyak 13,23% ( penduduk). 3. Kanker Leher Rahim Kanker Leher Rahim bisa dideteksi dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epithelium. Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Pemerikasaan IVA dilakukan pada perempuan usia tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim. Di Jawa Timur perempuan yang diperiksa IVA sebanyak perempuan (1,40%) dan IVA positif sebanyak perempuan (7,96%). 4. Kanker Payudara Kanker payudara bisa dideteksi dengan cara Clinical Breast Examination (CBE). CBE adalah pemeriksaan payudara secara manual oleh tenaga kesehatan terlatih. Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Jika ditemukan tumor/ benjolan tidak normal pada payudara, 66

85 maka diindikasikan kanker payudara. Di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016, jumlah perempuan yang diperiksa dan ditemukan benjolan sebanyak 911 perempuan (1,03%). E. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan masalah kesehatan nasional yang harus ditangani dengan serius. Kejadian luar biasa keracunan pangan (KLB Keracunan Pangan) adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber keracunan. Kegiatan pengamatan terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan tujuan untuk mengamati perkembangan penyakit potensial KLB agar dapat mewaspadai secara dini. Jenis Kejadian Luar Biasa : a. Pada kasus Difteri, penderita yang terserang sebanyak 8 Kecamatan dan 11 Puskesmas, jumlah penduduk terancam Laki-laki sebanyak 12 jiwa, perempuan sebanyak 5 jiwa dan dengan jumlah kematian nihil. b. Pada kasus AFP, penderita yang terserang dengan jumlah Puskesmas sebanyak 4 dan jumlah penduduk terancam sebanyak 7 jiwa dengan jumlah kematian nihil. Kejadian KLB penyakit dan keracunan di Jawa Timur masih tinggi dari tahun ke tahun. Beberapa kasus penyakit mengalami penurunan dan sebagian mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat diperiksa pada tabel berikut : Tabel 6.9 KLB Menurut Jumlah Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun No Jenis KLB TN Difteri AFP Keracunan makanan Campak Leptospirosis Chikunguya Pertusis Jumlah Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 67

86 Pada Tabel 6.8 dapat diketahui pada tahun 2016 terjadi KLB Difteri dengan jumlah kasus tertinggi sebesar 354, kemudian kasus AFP sebanyak 184 kasus. KLB keracunan makanan terbanyak pada tahun 2015 dengan dengan jumlah kasus sebesar 957 kasus dan menurun menjadi 43 kasus pada 2016 yang terjadi di hampir semua wilayah kabupaten/kota (lihat table 27 dan 28).Hampir semua kabupaten/kota di Jawa Timur mengalami KLB dengan jumlah 709 kejadian dan yang ditangani < 24 Jam, 100 % tertangani. Berikut peta distribusi kasus KLB selama tahun 2016 di Provinsi Jawa Timur. Tabel 6.13 Pemetaan KLB Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Survim, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 68

87 BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN

88 A. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM, air bersih dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah, tempat sampah dan kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Jawa Timur telah dilaksanakan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM adalah kegiatan yang menitikberatkan pada upaya preventif dan promotif terpadu melalui upaya memicu dan mempertahankan keberlanjutan perubahan perillaku masyrakat hidup bersih dan sehat, sehingga peran aktif masyarakat dalam penyediaan sanitasi dasar melalui 3 ( tiga ) komponen STBM yang terdiri dari : upaya menciptakan kebutuhan (demand), penyediaan layanan ( supply) dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environtment). Ketiga komponen STBM tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk pencapaian 5 (lima) pilat STBM sebagai berikut : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 3. Pengolahan air minum dan makanan rumah tangga (PAMM-RT) 4. Pengolahan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) 5. Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). 6. Terkait dengan pilar 1 (Stop Buang Air Besar Sembarangan) hingga bulan Nopember tahun 2016, akses sanitasi di Povinsi Jawa Timur sudah mencapai 82,88 % sedangkan desa yang sudah mencapai status ODF (Open defecation free) mencapai 2005 desa (25,96 %) dari 7724 desa (profil kesehatan 2016) di Jawa Timur. B. RUMAH SEHAT Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku antara lain yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, saranapembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah. Pada tahun 2015 jumlah rumah sehat di Jawa Timur adalah (54,60%, dari pada tahun 2016 pembinaan dilakukan pembinaan dan yang memenuhi 69

89 syarat (57,62%) rumah. Sehingga tahun 2016 terdapat (63,34 %) dari seluruh rumah yang ada di Jawa Timur. Cakupan tertinggi rumah sehat adalah Kabupaten Trenggalek dengan cakupan 93,97%. Sedangkan cakupan terendah ditempati oleh Kabupaten Sumenep dengan cakupan 6,69 %. Namun secara keseluruhan masing-masing Kabupaten/Kota mengalami peningkatan, dengan peningkatan tertinggi di Kota Batu sebesar 37,74% dan yang terendah Kota Kediri yg peningkatan 0,1%. Karena fungsi Dinas Kesehatan adalah fungsi pembinaan dan pengawasan, maka peningkatan rumah sehat tersebut adalah dari sudut pandang pengawasan bukan pembangunan. Untuk meningkatakan cakupan rumah sehat di Jawa Timur, masing-masing Kabupaten Kota memeliki beberapa kegiatan antara lain telah dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode partisipatory dan TMND ( TNI Manunggal Masuk Desa ). Metode tersebut dengan pemberian stimulan yang tahun kemarin masih diberikan kepada warga kurang mampu dan resiko tinggi penyakit berbasis lingkungan. C. PENYELENGGARAAN AIR MIMUM Pengambilan sampel air minum dilaksanakan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi yaitu terhadap air minum dengan system perpipaan, depot air minum dan air minum bukan jaringan perpipaan dengan resiko pencemaran sedang dan rendah. Frekwensi inspeksi sanitasi dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Penyelenggara air minum adalah badan usaha milik Negara/ badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyara kat dan atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Hasil penyelenggaraan air minum, di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 terdapat penyelenggara air minum. Dan telah dilakukan pemeriksaan sampel air sejumlah sampel. Pemeriksaan yang dilakukan adalah meliputi pemeriksaan fisik, bakteriologis dankimia. Dari sampel yang diperiksa, yang sudah memenuhi syarat berjumlah sampel atau 77,04%, ada perbaikan kualitas 2,67% dibandingkan tahun 2015 yang hanya 74,37 %. D. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT ( STBM ) Pembangunan sanitasi di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hal ini terlihat dengan capaian akses jamban sehat di tahun 2016 sebesar 67%. Namun capaian ini adalah total masyarakat yang mengakses baik ke leher angsa, cemplung maupun plengsengan, Jika dipilah menurut sanitasi layak saja, yaitu jamban yang berleher angsa dan berseptictank sebesar 66,96%. Pencapaian ini salah satunya didorong dengan ditetapkannya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai 70

90 KOTA MADIUN KAB. GRESIK KOTA SURABAYA KOTA PASURUAN KOTA BLITAR KOTA MOJOKERTO KAB. MADIUN KAB. SIDOARJO KOTA MALANG KAB. JOMBANG KAB. BANYUWANGI KOTA BATU KAB. MAGETAN KAB. KEDIRI KOTA PROBOLINGGO KAB. MOJOKERTO KAB. LAMONGAN KAB. MALANG KAB. TULUNGAGUNG KAB. PASURUAN KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. BOJONEGORO KAB. JEMBER KAB. PAMEKASAN KAB. TUBAN KAB. LUMAJANG KAB. NGAWI KAB. PROBOLINGGO KAB. SAMPANG KAB. PACITAN KAB. SUMENEP KAB. BLITAR KAB. BANGKALAN KAB. BONDOWOSO KOTA KEDIRI KAB. NGANJUK KAB. SITUBONDO strategi nasional pembangunan sanitasi pada tahun 2008, yang kemudian diperbaharui dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 tentang STBM. Perlu diketahui ada 2 pengertian antar sanitasi layak dan jamban sehat. Yang dimaksud sanitasi layak disini adalah masyarakat yang mengakses e jamban komunal dan jamban berleher angsa dan berseptictank plus resapan. Sedangkan yang jamban sehat selain dua diatas juga jamban cemplung dan plengsengan. Kenapa 2 variabel ini dimasukkan dalam jamban sehat?, karena ada daerah-daerah tertentu yang memang sulit untuk mendapatkan air bersih, sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun jamban yang berleher angsa. Di Jawa Timur ada 4 Kabupaten/Kota yang masyarakatnya sudah tidak BAB di sembarang tempat/ditempat terbuka yaitu Kabupaten Pacitan, Magetan, Ngawi dan Kota Madiun. Dari keempatnya Kota Madiun yang memiliki akses sanitasi layaknya paling baik yaitu sebesar 100% dan terendah adalah Kabupaten Situbondo. Gambar 7.1 Cakupan Penduduk dengan Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : Seksi Kesling Kesjaor, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Untuk sanitasi layak masih ada yang dibawah 50% yaitu kabupaten Sumenep, Bangkalan, Situbondo, Bondowoso dan Probolinggo. Dan terlihat bahwasanya kabupaten yang sudah ODF yaitu Pacitan, Ngawi, Magetan dan Kota Madiun sanitasi layaknya tinggi, kecuali Magetan dana Kota Madiun. Kab./ota ODF mendekati Jawa Tengah. Sedangkan sanitasi layak mendekati pusat perkotaan yaitu daerah Surabaya dan sekitarnya. Tentu saja hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan budaya masyarakat yang semakin maju. 71

91 E. KEAMANAN PANGAN Keamanan makanan merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman, akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh makanan yang tidak layak. Dalam rangka untuk mewujudkan keamanan makanan, dilakukan pengawasan terhadap semua Tempat Pengolahan Makanan/Minuman /TPM. TPM yang dimaksud adalah produsen makanan/minuman siap saji, seperti : Jasaboga/catering, Rumah Makan/Restoran, Makanan Jajanan, Kantin dan Depot Air Minum (DAM).Untuk itu perlu dilakukan pembinaan terhadap semua sasaran TPM. Kegiatan pembinaan dengan : 1. Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sasaran yang ada, indikator yang diawasi adalah tempat, penjamah (orang), bahan makanan dan makanan siap dihidangkan. 2. Memberikan Penyuluhan memberikan sertifikat penyuluhan. 3. Menerbitkan sertifikat Laik sehat, setelah TPM tersebut memenuhi syarat dari tempat, Bahan makanan, orang atau penjamahnya. Setiap TPM wajib memiliki sertifikat Laik Sehat, kecuali makanan Jajanan cukup memperoleh penyuluhan/pembinaan. 4. Melakukan Uji Petik pengawasan TPM yaitu penjamahnya, peralatan makanan yang dipakai. Di Jawa Timur tercatat sebanyak TPM, yang sudah dibina sebanyak 112,56 %. TPM memenuhi syarat sebesar baru 59,23 %. Untuk kegiatan Uji Petik dibutuhkan dana yang cukup besar untuk parameter mikrobiologi dan Kimia sesuai Permenkes, sedangkan tidak semua Kabupaten/Kota mengalokasikan dana untuk uji petik, sehingga pengawasan kualitas prosentase uji petik masih kecil yaitu baru 33,52 %. Untuk itu perlu digalakkanuji petik melaluipengawasan internal yang dibiayai oleh pemilik TPM, selain pengawasan Ekternal ( oleh Pemerintah). Uji petik pengawasan kualitas yang sudah rutin dilakukan adalah Depot Air Minum, walaupun di Permenkes nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum sebulan sekali, tetapi karena keterbatasan dana Pemilik DAM baru dilaksanakan 3 bulan sekali. F. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT Persentase rumah tangga yang ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) didapatkan dari jumlah rumah tangga yang melaksanakan 10 indikator PHBS dibagi dengan rumah tangga yang dipantau. Sepuluh indikator tersebut adalah : 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 72

92 2. Bayi diberi ASI Eksklusif, 3. Balita ditimbang setiap bulan, 4. Menggunakan air bersih, 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6. Menggunakan jamban sehat, 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8. Makan sayur dan buah setiap hari, 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, 10. Tidak merokok di dalam rumah. Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2016 menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 53,82%. Hal tersebut bila dibanding tahun 2015 sebesar 51,85% mengalami kenaikan sebesar 1,97 %.Dari hasil kegiatan survei PHBS prioritas masalahnya adalah merokok dalam rumah dan ASI eksklusif. *** 73

93 LAMPIRAN

94 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 664 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 8501 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 19,288,006 19,787,146 39,075,152 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.4 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km Jiwa/Km 2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 44.0 per 100 penduduk produktif Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 97.5 Tabel 2 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 3 9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs % Tabel 3 b. SMA/ SMK/ MA % Tabel 3 c. Sekolah menengah kejuruan % Tabel 3 d. Diploma I/Diploma II % Tabel 3 e. Akademi/Diploma III % Tabel 3 f. Universitas/Diploma IV % Tabel 3 g. S2/S3 (Master/Doktor) % Tabel 3 B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup 300, , ,819 Tabel 4 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 4 12 Jumlah Kematian Neonatal 2,290 1,476 3,766 neonatal Tabel 5 13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 14 Jumlah Bayi Mati 2,834 1,888 4,722 bayi Tabel 5 15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 16 Jumlah Balita Mati 3,097 2,099 5,196 Balita Tabel 5 17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 18 Kematian Ibu Jumlah Kematian Ibu 534 Ibu Tabel 6 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 91 per Kelahiran Hidup Tabel 6

95 ANGKA/NILAI NO INDIKATOR No. Lampiran L P L + P Satuan B.2 Angka Kesakitan 19 Tuberkulosis Jumlah kasus baru TB BTA+ 13,520 9,663 23,183 Kasus Tabel 7 Proporsi kasus baru TB BTA % Tabel 7 CNR kasus baru BTA per penduduk Tabel 7 Jumlah seluruh kasus TB 26,698 20,780 47,478 Kasus Tabel 7 CNR seluruh kasus TB per penduduk Tabel 7 Kasus TB anak 0-14 tahun 7.12 % Tabel 7 Persentase BTA+ terhadap suspek % Tabel 8 Angka kesembuhan BTA % Tabel 9 Angka pengobatan lengkap BTA % Tabel 9 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA % Tabel 9 Angka kematian selama pengobatan per penduduk Tabel 9 20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani % Tabel Jumlah Kasus HIV 3,704 2,925 6,629 Kasus Tabel Jumlah Kasus AIDS ,110 Kasus Tabel Jumlah Kematian karena AIDS Jiwa Tabel Jumlah Kasus Syphilis Kasus Tabel Donor darah diskrining positif HIV % Tabel Persentase Diare ditemukan dan ditangani % Tabel Kusta Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Kasus Tabel 14 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) per penduduk Tabel 14 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 8.84 % Tabel 15 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta % Tabel 15 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 1.05 per penduduk Tabel 15 Angka Prevalensi Kusta per Penduduk Tabel 16 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) % Tabel Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) % Tabel 17 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi AFP Rate (non polio) < 15 th 2.05 per penduduk <15 tahun Tabel 18

96 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran Jumlah Kasus Difteri Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Difteri 2 % Tabel 19 Jumlah Kasus Pertusis Kasus Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 2 % Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 21 % Tabel 19 Jumlah Kasus Campak Kasus Tabel 20 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20 Jumlah Kasus Polio Kasus Tabel 20 Jumlah Kasus Hepatitis B Kasus Tabel Incidence Rate DBD per penduduk Tabel Case Fatality Rate DBD % Tabel Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) per penduduk berisiko Tabel Case Fatality Rate Malaria % Tabel Angka Kesakitan Filariasis per penduduk Tabel Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi % Tabel Persentase obesitas % Tabel Persentase IVA positif pada perempuan usia tahun 7.96 % Tabel % tumor/benjolan payudara pada perempuan tahun 1.03 % Tabel Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam % Tabel 28 C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan 39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 97 % Tabel Kunjungan Ibu Hamil (K4) % Tabel Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan % Tabel Pelayanan Ibu Nifas % Tabel Ibu Nifas Mendapat Vitamin A % Tabel Ibu hamil dengan imunisasi TT % Tabel Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe % Tabel Penanganan komplikasi kebidanan % Tabel Penanganan komplikasi Neonatal % Tabel 33

97 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 48 Peserta KB Baru % Tabel Peserta KB Aktif % Tabel Bayi baru lahir ditimbang % Tabel Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) % Tabel Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) % Tabel Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) % Tabel Bayi yang diberi ASI Eksklusif % Tabel Pelayanan kesehatan bayi % Tabel Desa/Kelurahan UCI % Tabel Cakupan Imunisasi Campak Bayi % Tabel Imunisasi dasar lengkap pada bayi % Tabel Bayi Mendapat Vitamin A % Tabel Anak Balita Mendapat Vitamin A % Tabel Baduta ditimbang % Tabel Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel Pelayanan kesehatan anak balita % Tabel Balita ditimbang (D/S) % Tabel Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan % Tabel Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan % Tabel Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.90 Tabel SD/MI yang melakukan sikat gigi massal sekolah Tabel SD/MI yang mendapat pelayanan gigi sekolah Tabel Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) % Tabel Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) % Tabel Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut % Tabel Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) % Tabel 52 C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase 75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan % Tabel Cakupan Kunjungan Rawat Jalan % Tabel Cakupan Kunjungan Rawat Inap % Tabel 54

98 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 78 Angka kematian kasar/gross Death Rate (GDR) di RS per pasien keluar Tabel Angka kematian murni/nett Death Rate (NDR) di RS per pasien keluar Tabel Bed Occupation Rate (BOR) di RS % Tabel Bed Turn Over (BTO) di RS Kali Tabel Turn of Interval (TOI) di RS 2.77 Hari Tabel Average Length of Stay (ALOS) di RS 3.97 Hari Tabel 56 C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 87 Rumah Tangga ber-phbs % Tabel 57 C.4 Keadaan Lingkungan 88 Persentase rumah sehat % Tabel Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak % Tabel Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan % Tabel Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) % Tabel Desa STBM % Tabel Tempat-tempat umum memenuhi syarat % Tabel 63 TPM memenuhi syarat higiene sanitasi % Tabel 64 TPM tidak memenuhi syarat dibina % Tabel 65 TPM memenuhi syarat diuji petik % Tabel 65 D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan 94 Jumlah Rumah Sakit Umum 277 RS Tabel Jumlah Rumah Sakit Khusus 92 RS Tabel Jumlah Puskesmas Rawat Inap 608 Tabel Jumlah Puskesmas non-rawat Inap 352 Tabel 67 Jumlah Puskesmas Keliling 1,262 Tabel 67

99 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran Jumlah Puskesmas pembantu 2,270 Tabel Jumlah Apotek 4,263 Tabel RS dengan kemampuan pelayanan gadar level % Tabel Jumlah Posyandu 46,598 Posyandu Tabel Posyandu Aktif % Tabel Rasio posyandu per 100 balita 1.61 per 100 balita Tabel UKBM Poskesdes 8,366 Poskesdes Tabel 70 Polindes 4,711 Polindes Tabel 70 Posbindu 4,529 Posbindu Tabel Jumlah Desa Siaga 8,411 Desa Tabel Persentase Desa Siaga % Tabel 71 D.2 Tenaga Kesehatan 106 Jumlah Dokter Spesialis 4,383 2,043 6,426 Orang Tabel Jumlah Dokter Umum 2,531 2,962 5,493 Orang Tabel Rasio Dokter (spesialis+umum) per penduduk Tabel Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 628 1,678 2,306 Orang Tabel Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 6 per penduduk 111 Jumlah Bidan 17,032 Orang Tabel Rasio Bidan per penduduk 87 per penduduk Tabel Jumlah Perawat 10,295 18,011 28,306 Orang Tabel Rasio Perawat per penduduk 73 per penduduk Tabel Jumlah Perawat Gigi Orang Tabel Jumlah Tenaga Kefarmasian 653 3,563 4,216 Orang Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan ,697 Orang Tabel Jumlah Tenaga Gizi 298 1,306 1,604 Orang Tabel Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Orang Tabel 77 D.3 Pembiayaan Kesehatan 120 Total Anggaran Kesehatan 3,888,646,394,304 Rp Tabel APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota % Tabel Anggaran Kesehatan Perkapita 99, Rp Tabel 81

100 TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NO KABUPATEN/ KOTA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN JUMLAH WILAYAH KECAMATAN DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK (km 2 DESA KELURAHAN PENDUDUK ) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km KAB. PACITAN 1, , , KAB. PONOROGO 1, , , KAB. TRENGGALEK 1, , , KAB. TULUNGAGUNG 1, ,026, , KAB. BLITAR 1, ,149, , KAB. KEDIRI 1, ,554, , KAB. MALANG 3, ,560, , KAB. LUMAJANG 1, ,033, , KAB. JEMBER 3, ,419, , KAB. BANYUWANGI 5, ,599, , KAB. BONDOWOSO 1, , , KAB. SITUBONDO 1, , , KAB. PROBOLINGGO 1, ,148, , KAB. PASURUAN 1, ,593, , KAB. SIDOARJO ,150, , KAB. MOJOKERTO ,090, , KAB. JOMBANG 1, ,247, , KAB. NGANJUK 1, ,045, , KAB. MADIUN 1, , , KAB. MAGETAN , , KAB. NGAWI 1, , , KAB. BOJONEGORO 2, ,240, , KAB. TUBAN 1, ,158, , KAB. LAMONGAN 1, ,188, , KAB. GRESIK 1, ,270, , KAB. BANGKALAN 1, , , KAB. SAMPANG 1, , , KAB. PAMEKASAN , , KAB. SUMENEP 2, ,076, , KOTA KEDIRI ,978 51, KOTA BLITAR ,117 46, KOTA MALANG , , KOTA PROBOLINGGO ,112 62, KOTA PASURUAN ,202 50, KOTA MOJOKERTO ,404 40, KOTA MADIUN ,607 55, KOTA SURABAYA ,862, , KOTA BATU ,319 52, JUMLAH (KAB/KOTA) 48, ,075,152 11,580, Sumber: - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

101 TABEL 2 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN ,478,383 1,421,037 2,899, ,542,173 1,472,545 3,014, ,552,742 1,485,666 3,038, ,577,655 1,512,941 3,090, ,507,900 1,489,989 2,997, ,419,658 1,446,199 2,865, ,423,798 1,489,035 2,912, ,453,349 1,524,097 2,977, ,457,907 1,514,079 2,971, ,402,279 1,475,082 2,877, ,258,245 1,340,641 2,598, ,076,594 1,112,718 2,189, , ,266 1,658, , ,670 1,171, , , , , , , JUMLAH 19,288,006 19,787,146 39,075, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) Sumber: - Sasaran Umur Tunggal dari Pusat Data dan Informasi Kemenkes

102 TABEL 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NO VARIABEL LAKI-LAKI JUMLAH PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 0 PERSENTASE 2 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN: 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! b. SD/MI 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! c. SMP/ MTs 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! d. SMA/ MA 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! g. AKADEMI/DIPLOMA III 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Sumber: (sebutkan) * Data Belum tersedia

103 TABEL 4 NO KABUPATEN/ KOTA KECAMATAN JUMLAH PUSKESMAS JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 HIDUP LAKI-LAKI MATI HIDUP + MATI JUMLAH KELAHIRAN PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI KAB. PACITAN , ,335 3, ,101 6, ,436 2 KAB. PONOROGO , ,553 5, ,270 10, ,823 3 KAB. TRENGGALEK , ,753 4, ,416 9, ,169 4 KAB. TULUNGAGUNG , ,854 7, ,418 15, ,272 5 KAB. BLITAR , ,755 8, ,310 16, ,065 6 KAB. KEDIRI , ,418 11, ,008 24, ,426 7 KAB. MALANG , ,041 19, ,868 39, ,909 8 KAB. LUMAJANG , ,974 7, ,360 15, ,334 9 KAB. JEMBER , ,972 17, ,507 36, , KAB. BANYUWANGI , ,099 10, ,031 22, , KAB. BONDOWOSO , ,302 5, ,102 10, , KAB. SITUBONDO , ,775 4, ,252 8, , KAB. PROBOLINGGO , ,321 8, ,712 17, , KAB. PASURUAN , ,870 12, ,323 25, , KAB. SIDOARJO , ,227 18, ,081 36, , KAB. MOJOKERTO , ,098 7, ,600 15, , KAB. JOMBANG , ,132 9, ,469 19, , KAB. NGANJUK , ,037 7, ,294 15, , KAB. MADIUN , ,821 4, ,525 9, , KAB. MAGETAN , ,373 4, ,128 8, , KAB. NGAWI , ,541 5, ,216 10, , KAB. BOJONEGORO , ,383 8, ,564 17, , KAB. TUBAN , ,669 8, ,122 16, , KAB. LAMONGAN , ,969 8, ,354 17, , KAB. GRESIK , ,636 10, ,026 20, , KAB. BANGKALAN , ,381 7, ,763 15, , KAB. SAMPANG , ,587 8, ,142 16, , KAB. PAMEKASAN , ,969 6, ,313 13, , KAB. SUMENEP , ,789 7, ,423 15, , KOTA KEDIRI 3 9 2, ,175 2, ,057 4, , KOTA BLITAR 3 3 1, ,106 1, ,020 2, , KOTA MALANG , ,187 5, ,853 11, , KOTA PROBOLINGGO 5 6 1, ,861 1, ,862 3, , KOTA PASURUAN 4 8 1, ,636 1, ,636 3, , KOTA MOJOKERTO 2 5 1, ,047 1, ,078 2, , KOTA MADIUN 3 6 1, ,335 1, ,281 2, , KOTA SURABAYA , ,795 23, ,392 47, , KOTA BATU 3 5 1, ,643 1, ,579 3, ,222 JUMLAH (KAB/KOTA) ############# ########### ############# ############## 1, , ,819 ########### ############# ANGKA LAHIR MATI PER KELAHIRAN (DILAPORKAN) Sumber: Laporan LB3 KIA dan Laporan Kematian Ibu 38 Kabupaten/ Kota(sebutkan) Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi

104 TABEL 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NO KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN NEONATAL BAYI a ANAK BAYI a ANAK BALITA NEONATAL BALITA NEONATAL BAYI a ANAK BALITA BALITA BALITA BALITA KAB. PACITAN KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. TULUNGAGUNG KAB. BLITAR KAB. KEDIRI KAB. MALANG KAB. LUMAJANG KAB. JEMBER KAB. BANYUWANGI KAB. BONDOWOSO KAB. SITUBONDO KAB. PROBOLINGGO KAB. PASURUAN KAB. SIDOARJO KAB. MOJOKERTO KAB. JOMBANG KAB. NGANJUK KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO KAB. TUBAN KAB. LAMONGAN KAB. GRESIK KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KAB. PAMEKASAN KAB. SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KOTA BATU JUMLAH (KAB/KOTA) 960 2,290 2, ,097 1,476 1, ,099 3,766 4, ,196 ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) Sumber: Laporan LB3 KIA dan Laporan Kematian Post Neonatal dan Anak Balita 38 Kabupaten/ Kota JUMLAH KEMATIAN Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi

105 TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEMATIAN IBU JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU NO KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS HIDUP < < < < tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH AKI tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun KAB. PACITAN 24 6, KAB. PONOROGO 31 10, KAB. TRENGGALEK 22 9, KAB. TULUNGAGUNG 31 15, KAB. BLITAR 24 16, KAB. KEDIRI 37 24, KAB. MALANG 39 39, KAB. LUMAJANG 25 15, KAB. JEMBER 49 36, KAB. BANYUWANGI 45 22, KAB. BONDOWOSO 25 10, KAB. SITUBONDO 17 8, KAB. PROBOLINGGO 33 17, KAB. PASURUAN 33 25, KAB. SIDOARJO 26 36, KAB. MOJOKERTO 27 15, KAB. JOMBANG 34 19, KAB. NGANJUK 20 15, KAB. MADIUN 26 9, KAB. MAGETAN 22 8, KAB. NGAWI 24 10, KAB. BOJONEGORO 36 17, KAB. TUBAN 33 16, KAB. LAMONGAN 33 17, KAB. GRESIK 32 20, KAB. BANGKALAN 22 15, KAB. SAMPANG 21 16, KAB. PAMEKASAN 20 13, KAB. SUMENEP 30 15, KOTA KEDIRI 9 4, KOTA BLITAR 3 2, KOTA MALANG 15 11, KOTA PROBOLINGGO 6 3, KOTA PASURUAN 8 3, KOTA MOJOKERTO 5 2, KOTA MADIUN 6 2, KOTA SURABAYA 62 47, KOTA BATU 5 3, JUMLAH (KAB/KOTA) ############## ######## ######## 18 ######## 76 ######## 37 ######## ######## ######## ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 91 Sumber: Laporan Kematian Ibu 38 Kabupaten/ Kota Keterangan: - Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas - Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

106 TABEL 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ JUMLAH SELURUH KASUS TB ANAK JUMLAH PENDUDUK KASUS TB NO KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS 0-14 TAHUN L P L P L+P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. PACITAN , , , KAB. PONOROGO , , , KAB. TRENGGALEK , , , KAB. TULUNGAGUNG , ,910 1,026, KAB. BLITAR , ,833 1,149, KAB. KEDIRI , ,288 1,554, , , KAB. MALANG 39 1,286,867 1,273,808 2,560, , , KAB. LUMAJANG , ,016 1,033, , KAB. JEMBER 49 1,188,866 1,230,134 2,419,000 1, ,153 1, , , KAB. BANYUWANGI , ,835 1,599, , , KAB. BONDOWOSO , , , KAB. SITUBONDO , , , , KAB. PROBOLINGGO , ,013 1,148, , KAB. PASURUAN , ,203 1,593, , , , KAB. SIDOARJO 26 1,080,401 1,070,081 2,150, ,215 1, , , KAB. MOJOKERTO , ,600 1,090, , KAB. JOMBANG , ,898 1,247, , KAB. NGANJUK , ,658 1,045, KAB. MADIUN , , , KAB. MAGETAN , , , KAB. NGAWI , , , KAB. BOJONEGORO , ,176 1,240, KAB. TUBAN , ,279 1,158, , KAB. LAMONGAN , ,082 1,188, , , KAB. GRESIK , ,685 1,270, , , KAB. BANGKALAN , , , , KAB. SAMPANG , , , , KAB. PAMEKASAN , , , KAB. SUMENEP , ,594 1,076, , KOTA KEDIRI 9 140, , , KOTA BLITAR 3 69,001 70, , KOTA MALANG , , , , KOTA PROBOLINGGO 6 113, , , KOTA PASURUAN 8 97,183 99, , KOTA MOJOKERTO 5 62,196 64, , KOTA MADIUN 6 84,897 90, , KOTA SURABAYA 62 1,414,025 1,448,381 2,862,406 1, ,382 3, , , KOTA BATU 5 101, , , JUMLAH (KAB/KOTA) 19,288,006 19,787,146 39,075,152 13, , ,183 26, , ,478 3,382 7 CNR KASUS BARU TB BTA+ PER PENDUDUK CNR SELURUH KASUS TB PER PENDUDUK Sumber: Laporan SITT Keterangan: Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: #######

107 TABEL 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TB PARU NO KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS SUSPEK % BTA (+) BTA (+) TERHADAP SUSPEK L P L + P L P L + P L P L + P KAB. PACITAN , KAB. PONOROGO 31 1,709 1,366 3, KAB. TRENGGALEK , KAB. TULUNGAGUNG 31 2,002 2,120 4, KAB. BLITAR 24 1,007 1,023 2, KAB. KEDIRI 37 3,657 3,996 7, KAB. MALANG 39 6,283 4,593 10, KAB. LUMAJANG 25 3,857 3,585 7, KAB. JEMBER 49 13,270 11,737 25,007 1,083 1,062 2, KAB. BANYUWANGI 45 2,604 2,521 5, KAB. BONDOWOSO , KAB. SITUBONDO 17 2,794 2,580 5, KAB. PROBOLINGGO 33 1,312 1,177 2, KAB. PASURUAN 33 2,063 3,964 6, KAB. SIDOARJO 26 3,875 4,144 8, , KAB. MOJOKERTO 27 5,580 2,610 8, KAB. JOMBANG 34 6,327 4,191 10, KAB. NGANJUK KAB. MADIUN 26 2,067 1,781 3, KAB. MAGETAN 22 1,657 1,457 3, KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO 36 5,210 4,010 9, KAB. TUBAN 33 1,796 1,653 3, KAB. LAMONGAN 33 4,251 4,086 8, , KAB. GRESIK 32 3,566 2,341 5, KAB. BANGKALAN 22 2,986 2,882 5, KAB. SAMPANG 21 1,765 1,324 3, KAB. PAMEKASAN , KAB. SUMENEP , KOTA KEDIRI 9 1,964 1,482 1, KOTA BLITAR , KOTA MALANG 15 4,458 3,846 8, KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN 8 1, , KOTA MOJOKERTO 5 62,196 64, , KOTA MADIUN 6 1, , KOTA SURABAYA 62 10,369 7,830 18,191 1, , KOTA BATU , JUMLAH (KAB/KOTA) 167, , ,919 13,320 9,505 22, Sumber:Laporan SITT Kabupaten/Kota Tahun 2016 Keterangan: Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll

108 TABEL 9 NO KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BTA (+) DIOBATI* ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) L P L + P JUMLAH % JUMLA % JUMLAH % JUMLA JUMLA JUMLA % % H H H H % L P L+P L P L+P KAB. PACITAN KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. TULUNGAGUNG KAB. BLITAR KAB. KEDIRI KAB. MALANG KAB. LUMAJANG KAB. JEMBER 49 1, ,121 1, , KAB. BANYUWANGI KAB. BONDOWOSO KAB. SITUBONDO KAB. PROBOLINGGO KAB. PASURUAN KAB. SIDOARJO KAB. MOJOKERTO KAB. JOMBANG KAB. NGANJUK KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO KAB. TUBAN KAB. LAMONGAN KAB. GRESIK KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KAB. PAMEKASAN KAB. SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA 62 1, ,330 1, , KOTA BATU JUMLAH (KAB/KOTA) 13,934 9,930 23,864 11, , , , , ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER PENDUDUK Sumber:Laporan SITT Kabupaten/Kota Tahun 2016 Keterangan: * kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll L P L + P L ANGKA PENGOBATAN LENGKAP (COMPLETE RATE) P L + P ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE/SR) JUMLAH KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN

109 TABEL 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PNEUMONIA PADA BALITA NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH BALITA PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA L P L + P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KAB. PACITAN 24 17,837 16,997 34, , , KAB. PONOROGO 31 28,738 27,150 55,888 1,279 1,208 2, KAB. TRENGGALEK 22 23,222 22,518 45,740 1,033 1,002 2, , KAB. TULUNGAGUNG 31 39,445 37,815 77,260 1,755 1,683 3, , KAB. BLITAR 24 44,067 41,782 85,849 1,961 1,859 3,820 1, , , KAB. KEDIRI 37 62,719 60, ,515 2,791 2,705 5,496 2, , , KAB. MALANG 39 99,111 95, ,081 4,410 4,271 8,681 1, , , KAB. LUMAJANG 25 37,294 35,867 73,161 1,660 1,596 3,256 1, , , KAB. JEMBER 49 92,760 89, ,752 4,128 4,005 8,132 4, , , KAB. BANYUWANGI 45 59,030 56, ,637 2,627 2,519 5,146 1, , , KAB. BONDOWOSO 25 26,197 25,462 51,659 1,166 1,133 2,299 1, , , KAB. SITUBONDO 17 23,148 22,268 45,416 1, ,021 1, , , KAB. PROBOLINGGO 33 44,960 43,620 88,580 2,001 1,941 3, KAB. PASURUAN 33 61,534 59, ,856 2,738 2,640 5,378 2, , , KAB. SIDOARJO 26 89,490 85, ,578 3,982 3,786 7,769 4, , , KAB. MOJOKERTO 27 43,263 41,437 84,700 1,925 1,844 3,769 2, , , KAB. JOMBANG 34 50,460 48,000 98,460 2,245 2,136 4,381 1, , , KAB. NGANJUK 20 39,808 38,329 78,137 1,771 1,706 3,477 1, , KAB. MADIUN 26 24,029 22,781 46,810 1,069 1,014 2, , KAB. MAGETAN 22 21,083 20,105 41, , , KAB. NGAWI 24 28,460 26,772 55,232 1,266 1,191 2, , KAB. BOJONEGORO 36 43,532 41,636 85,168 1,937 1,853 3,790 2, , , KAB. TUBAN 33 41,776 39,593 81,369 1,859 1,762 3,621 1, , KAB. LAMONGAN 33 41,635 39,567 81,202 1,853 1,761 3,613 2, , , KAB. GRESIK 32 53,152 50, ,610 2,365 2,245 4,611 3, , , KAB. BANGKALAN 22 39,447 38,702 78,149 1,755 1,722 3,478 2, , , KAB. SAMPANG 21 38,510 38,093 76,603 1,714 1,695 3, KAB. PAMEKASAN 20 32,356 31,432 63,788 1,440 1,399 2,839 1, , , KAB. SUMENEP 30 35,939 35,105 71,044 1,599 1,562 3, KOTA KEDIRI 9 10,972 10,639 21, , KOTA BLITAR 3 5,684 5,264 10, KOTA MALANG 15 31,160 29,751 60,911 1,387 1,324 2,711 1, , KOTA PROBOLINGGO 6 9,439 9,250 18, KOTA PASURUAN 8 8,488 8,231 16, , KOTA MOJOKERTO 5 5,237 5,079 10, , , KOTA MADIUN 6 6,288 6,155 12, KOTA SURABAYA , , ,713 4,901 4,698 9,599 2, , , KOTA BATU 5 7,978 7,826 15, JUMLAH (KAB/KOTA) 1,478,383 1,421,037 2,899,420 65,788 63, ,024 53, , , PERSENTASE PERKIRAAN KASUS 4.45% Sumber:Laporan SITT Kabupaten/Kota Tahun 2016 Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 2014 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] 20 13 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 i PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN PROVINSI

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 S/D 2014 MASYARAKAT JAWA TIMUR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 S/D 2014 MASYARAKAT JAWA TIMUR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT MISI 1 : Tujuan : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 S/D 2014 MASYARAKAT JAWA TIMUR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Terwujudnya Mutu Lingkungan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR i PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR JL. A. YANI 118 SURABAYA Telp. (031) 8280715 / 8280910 / 8299056 Fax. (031) 8290423 / 8299056

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA INTERPRETASI T U J U A N UMUM DIPEROLEHNYA GAMBARAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2014, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci