BAB II SEJARAH, TOKOH DAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SEJARAH, TOKOH DAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB II SEJARAH, TOKOH DAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

2 BAB II SEJARAH, TOKOH DAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI A. Kompetensi Inti Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu B. Kompetensi Dasar : Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu C. Uraian Materi Pembelajaran : 1. Sejarah Kelahiran Sosiologi Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersumber dari filsafat, yang dianggap sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Filsafat berkembang dan mempunyai berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan zaman, masing-masing cabang ilmu pengetahuan kemudian memisahkan diri dan berkembang untuk mencapai tujuannya masing-masing. Pada awalnya, astronomi dan fisika yang memisahkan diri dari filsafat kemudian disusul oleh ilmu pengetahuan lain. Sosiologi sendiri secara resmi memisahkan diri dari filsafat pada abad 19 yang ditandai dengan terbitnya tulisan Auguste Comte. Tulisan yang berjudul Positive Philosophy merupakan awal lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Tulisan yang terbit pada tahun 1842 ini mengukuhkan Comte sebagai bapak sosiologi. Lahirnya tulisan Comte pada dasarnya adalah bentuk keprihatinan terhadap kondisi masyarakat Eropa pada saat itu (Soekanto, 1982: 10-12). Pokok perhatian sosiologi di Eropa adalah pada kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dipengaruhi oleh kekuatan sosial. Adapun kekuatan sosial yang berperan dalam perkembangan ilmu sosiologi, antara lain: 1

3 a. Revolusi politik Peristiwa politik yang terjadi di Eropa diawali dengan Revolusi Perancis pada tahun 1789 yang memberikan semangat bagi para pemikir untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada masyarakat. Revolusi selain merubah tatanan politik juga membawa dampak yang begitu luar biasa bagi masyarakat. Serangkaian konflik dan peperangan menimbulkan kerugian yang luar biasa bagi masyarakat, terutama di Perancis. Pada saat itulah, para pemikir mencoba merubah tatanan masyarakat yang tercerai berai menjadi lebih kondusif. Para pemikir bahkan secara ekstrim ingin mengembalikan kondisi seperti pada abad pertengahan (Calhoun, 2002: 25). Namun, beberapa pemikir lainnya mencoba mencari celah untuk mencari tatanan masyarakat masa depan yang lebih ideal. Perhatian utama para pemikir adalah pada isu ketertiban sosial yang kemudian dikenal dengan sebutan sosiologi klasik, dengan pemikir utama Comte dan Durkheim. b. Revolusi industri dan kemunculan kapitalisme Selain revolusi politik yang melanda Eropa, revolusi industri juga ikut ambil bagian memberikan warna pada lahirnya sosiologi. Revolusi industri ditandai dengan berubahnya corak produksi negara-negara Eropa yang semula bertumpu pada sektor pertanian berubah pada sektor industri. Revolusi industri muncul sebagai akibat dari lahirnya penemuan baru di bidang teknologi. Salah satu penemuan yang spektakuler adalah kemunculan mesin uap yang ditemukan oleh James Watt. Kapitalisme lahir ditandai dengan penguasaan aset produksi oleh sebagian kecil masyarakat, sedangkan sebagian besar masyarakat hanya dijadikan alat produksi sebagai buruh dengan tingkat keuntungan yang kecil (Ritzer dan Goodman, 2007: 7-10). Kondisi ini memunculkan gerakan buruh yang menuntut kesejahteraan bahkan secara radikal seringkali berubah menjadi pemberontakan buruh. Pergolakan ini menjadi bahan kajian bagi para pemikir, antara lain Marx, Weber, Durkheim dan Simmel. 2

4 c. Kemunculan sosialisme Sosialisme dianggap sebagai musuh bebuyutan kapitalisme sehingga dapat dikatakan bahwa upaya penghancuran kapitalisme adalah melalui sosialisme. Marx adalah salah satu pendukung gagasan sosialisme, walaupun Marx tidak secara tegas akan mengambangkan sosialisme, namun dalam banyak tulisannya Marx mengkritik habis-habisan kapitalisme. Walaupun menyadari masalah yang timbul seiring dengan kapitalisme, mereka lebih mengkhawatirkan isu sosialisme yang dibawa oleh Marx. Marx mencita-citakan tatanan masyarakat baru melalui revolusi sosial (gerakan buruh). d. Feminisme Feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut adanya persamaan hak dan keluar dari subordinasi yang dihasilkan oleh sistem sosial masyarakat Eropa. Gerakan buruh, persamaan hak perempuan, penghapusan perbudakan, dan kedudukan perempuan dalam hukum menjadi perhatian utama para aktivis feminisme pada waktu itu. e. Urbanisasi Revolusi industri membawa permasalahan sosial baru berupa urbanisasi. Laju perpindahan penduduk dari desa ke kota menjadi sangat mengkhawatirkan demikian pula perubahan desa menjadi kota seiring perubahan sistem produksi. Migrasi desa kota membawa dampak pada penyesuaian pola perilaku masyarakat urban. Serangkaian permasalahan juga timbul ketika desa terkena dampak industrialisasi. Topik ini kemudian semakin berkembang ketika Amerika mulai terkena dampak revolusi industri. f. Perubahan keagamaan Kapitalisme tidak dapat lepas dari perubahan-perubahan dalam bidang keagamaan. Weber mencoba menelaahnya melalui tulisan yang berjudul The Protestan Ethic and The Spirit Capitalism. Gerakan protestan yang berkembang pesat menjadi salah satu kajian yang menarik bagi sosiolog. 3

5 g. Perkembangan ilmu pengetahuan Lahirnya sosiologi diiringi dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Tidak mengherankan apabila pemikir mencoba menggunakan pendekatanpendekatan ilmu pengetahuan alam. Namun demikian, perdebatan terjadi ketika para ahli berargumentasi bahwa fenomena sosial tidak sama dengan fenomena alam. 2. Tokoh-tokoh Sosiologi a. Auguste Comte ( ) Comte merupakan orang yang pertama kali mengenalkan istilah sosiologi. Pada awalnya, Comte tidak menggunakan istilah sosiologi, namun fisika sosial. Penggunaan istilah ini menunjukkan bahwa Comte sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan alam yang sudah mapan pada masa itu. Comte mulai tertarik pada masalah sosial ketika menghadapi masyarakat Eropa yang mengalami berbagai kerusakan sebagai akibat peperangan. Perhatian utama Comte pada sosiologi menghasilkan dua bidang kajian yaitu social static dan social dynamic. Social static mencurahkan perhatian pada gejala sosial yang bersifat tetap seperti struktur sosial. Sedangkan social dynamic lebih diarahkan pada proses-proses perubahan sosial yang terjadi (Calhoun, 2002: 24-26). Bagi Comte, dinamika sosial jauh lebih penting karena perubahan yang terjadi mampu merubah pola sosial yang semula statik. Comte tidak menyetujui revolusi. Perubahan tatanan memang diperlukan oleh masyarakat Eropa pada masa itu. Namun, langkah yang dirasa bijaksana adalah melalui reformasi. Comte mempercayai akan adanya evolusi pada masyarakat sehingga dia melahirkan hukum tiga tingkatan. Teori ini menerangkan bahwa terdapat tahapan intelektual yang harus dilalui oleh dunia sepanjang sejarah. Pertama, teologis merupakan tahapan yang menjadi karakteristik dunia pada tahun 1300-an. Pada tahap ini manusia berkeyakinan bahwa kekuatan adi kodrati sebagai pengendali segala sesuatu di dunia. Tokoh agama menjadi salah satu panutan utama bagi masyarakat. Kedua, metafisik terjadi pada tahun Pada tahap ini kekuatan abstrak dianggap sebagai penentu segala sesuatu, bukan lagi hanya bertumpu pada kekuatan adi kodrati. Ketiga, positivistik ditandai dengan munculnya keyakinan pada 4

6 ilmu pengetahuan. Kekuatan Tuhan dan alam mampu digali lebih lanjut melalui ilmu pengetahuan. b. Emile Durkheim ( ) Seperti halnya Comte, karya Durkheim diinspirasi oleh kekacauan pada masyarakat sebagai akibat dari revolusi Perancis pada masa itu. Sebagian besar karyanya berupaya mengupas masalah ketertiban sosial, sebuah keadaan yang dicitacitakan oleh masyarakat Eropa. Menurut Durkheim, kekacauan merupakan hal yang wajar seiring perkembangan masyarakat yang semakin modern. Untuk mengatasi hal itu, Durkheim menyarankan adanya reformasi sosial sehingga bisa membentuk tatanan masyarakat yang lebih stabil. Jelas Durkheim berseberangan dengan Marx yang lebih mengedepankan revolusi dengan kekuatan buruhnya. c. Karl Marx ( ) Kapitalisme telah menyebabkan eksploitasi tenaga kerja besar-besaran. Upah yang diberikan oleh pemilik modal hanyalah upah semu saja, karena nilai lebih yang dihasilkan oleh barang industri tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan oleh buruh. Kapitalisme juga telah membelenggu krativitas buruh. Terlebih dengan adanya introduksi mesin-mesin industri menjadikan buruh semakin termarginalisasi, selain juga dihadapkan oleh persaingan diantara buruh menjadi ketat. Akibatnya, buruh menjadi tidak berdaya dalam menolak upah rendah, yang ada adalah keterpaksaan bekerja dengan upah rendah daripada harus tidak menerima upah sama sekali. Marx melihat pada moda produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis modal dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum proletar yang kesemuanya telah menjadi korban eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan terjadi kondisi dimana terjadi kesadaran kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa dampak berupa kemauan melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari praktik eksploitasi. Perjuangan ini hanya bisa dilakukan melalui revolusi. Marx menyatakan bahwa negara terbelakang akan memerlukan dua tahap revolusi, yaitu 5

7 revolusi borjuis dan revolusi sosialis. Revolusi borjuis dilakukan oleh kelas borjuis nasional untuk melawan penindasan oleh negara maju dan kemudian baru berlanjut pada revolusi sosialis oleh kelas proletar (Calhoun, 2002: 30-31). Asumsi ini runtuh karena kelas borjuis nasional ternyata tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai pembebas kelas proletar dari eksploitasi kapitalisme, karena kelas borjuis nasional sendiri merupakan bentukan dan alat kapitalisme negara maju. Teori Marx terhadap perubahan memusatkan perhatiannya pada unsure teknologi yang merubah segalanya. Teknologi yang berkembang pesat menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat industrialis kapitalis. 3. Perspektif struktural fungsional Pada kegiatan belajar sebelumnya, kita sudah belajar untuk memahami secara benar tentang struktur dan pola pikir keilmuan sosiologi. Selanjutnya, marilah kita melanjutkan dengan belajar tentang berbagai perspektif keilmuan sosiologi. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa perspektif, antara lain perspektif struktural fungsional, konflik, dan humanis. Perspektif struktural fungsionalisme dikenal sebagai teori konsensus, karena teori memfokuskan pada aspek fungsi, keteraturan, dan keseimbangan (Kanto, 2006: 54). Teoritisi yang menjelaskan perubahan sosial dalam perspektif teori ini adalah Talcott Pansons, Robert K. Merton, dan Jeffry Alexander. Menurut Vago, (2004: 66), secara umum pendekatan fungsionalisme struktural mengembangkan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut: 1. Masyarakat harus dianalisis secara holistik sebagai sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan; 2. Hubungan sebab dan akibat bersifat multiple dan resiprokal; 3. Sistem sosial adalah dalam kondisi keseimbangan dinamis, seperti penyesuaian diri terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi sistem dibuat dengan perubahan minimum dalam sistem; 4. Integrasi sempurna tidak pernah dicapai, sehingga setiap sistem sosial mempunyai ketegangan dan penyimpangan, tetapi kemudian cenderung menjadi stabil melalui institusionalisasi; 6

8 5. Perubahan secara fundamental berjalan lambat, proses adaptif, daripada pergeseran revolusioner; 6. Perubahan adalah konsekuensi dari penyesuaian diri terhadap perubahan dari luar sistem, tumbuh melalui diferensiasi dan inovasi internal; dan 7. Adanya sistem terintegrasi melalui pembentukan nilai. a. Tokoh perspektif struktural fungsional (1) Talcott Parsons Penggagas teori struktural fungsional adalah Talcott Parsons. Parsons memfokuskan pada masalah-masalah sistem tindakan dan sistem sosial (Kanto, 2006: 60). Parsons mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam upayanya untuk membangun keseimbangan, tertib, dan keteraturan sosial. Parsons mempertanyakan bagaimana mungkin tertib dan keteraturan sosial yang menjamin tumbuhnya harmoni dalam masyarakat dapat diwujudkan? Faktor-faktor apa saja yang dapat dipakai mewujudkan kesatuan dan kohesi sosial? Pemikiran dan gagasannya untuk menjawab pertanyaan itu banyak dipengaruhi oleh pemikiran Emile Durkheim terutama analogi masyarakat dengan organisme hidup. Pengaruh juga nampak ketika Parsons menyusun dalil-dalil menjawab persoalan yang berkaitan dengan tertib sosial. Parsons berargumentasi bahwa tertib sosial dan kohesi sosial disebabkan oleh tiga hal penting. Pertama, adanya nilai-nilai budaya yang dibagi bersama. Kedua, nilai-nilai yang dilembagakan menjadi norma-norma sosial. Ketiga, nilainilai yang dibatinkan oleh individu-individu menjadi motivasi-motivasi. Meskipun banyak dipengaruhi oleh Durkheim, namun Parsons juga mengkritik Durkheim yang melihat masyarakat hanya sebagai suatu sistem yang analog dengan organisme hidup, tetapi tidak menjelaskan jaringan-jaringan yang ada dalam sistem dan kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Durkheim tidak menunjukan bagian-bagian mana dari masyarakat yang mempunyai fungsi integrasi dan fungsi adaptasi untuk mencapai kondisi equilibrium. Menurut Parsons, terdapat fungsi-fungsi atau kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup demi kelestariannya. Ada dua kebutuhan penting yang harus dipenuhi, pertama, yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya; dan 7

9 kedua, berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan itu (Ritzer, 1996: 63-65). Gambar 2.1 Biografi Talcott Parson Sumber: Berdasarkan premis tersebut, Parsons kemudian menciptakan empat kebutuhan fungsional atau prasyarat fungsional yang disebut fungsi imperatif, yang dikenal dengan istilah AGIL (Ritzer, 1996: dan Kanto, 2006: 68-70). Pertama, kebutuhan adaptasi (adaptation). Kebutuhan sistem untuk menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kepada sistem. Kebutuhan ini dipenuhi oleh sistem ekonomi. Setiap anggota masyarakat untuk memiliki sarana material untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung aktifitasnya. Tanpa sarana material, maka ide, gagasan, dan bayangan betapapun bagusnya tidak akan dapat diwujudkan. Kedua, kebutuhan goal attainment, yaitu prasyarat yang memberikan jaminan bagi upaya pemenuhan tujuan sistem serta penerapan prioritas di antara tujuan-tujuan itu. Oleh karena itu, dipersyaratkan agar sistem itu berlangsung suatu rumusan tujuan dan orang-orang mencapai tujuan itu. Prasyarat ini dipenuhi oleh sistem politik. Ketiga, integration, yaitu sebuah sistem harus mampu menjamin berlangsungnya hubungan antarbagian, sehingga diperlukan prsyarat berupa kesesuaian bagian-bagian dari sistem sehingga seluruhnya fungsional. Prasyarat fungsional ini dipenuhi melalui sistem sosial. Keempat, kebutuhan latent pattern maintenance, yaitu prasyarat yang menunjuk pada cara bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai dengan 8

10 beberapa aturan atau norma-norma. Prasyarat fungsional ini dipenuhi melalui sistem budaya. Prasyarat ini tidak bisa diabaikan dan bahkan harus dipenuhi mengingat bahwa sebuah sistem harus dipelihara dan dilestarikan serta diperbaharui baik melalui motivasi individu maupun pola-pola budaya yang memberi iklim bagi tumbuhnya motivasimotivasi itu. Konsep AGIL diilustrasikan dalam diagram berikut. L I Cultural System Social System Behavioral Organisme Personality System A Gambar 2.2 Diagram Sistem Sosial AGIL G Perubahan sosial dalam sistem sosial atau masyarakat merupakan sebuah keniscayaan. Perubahan itu bisa bersifat besar atau kecil, cepat atau lambat, dikehendaki atau tidak dikehendaki. Menurut teori struktural fungsionali, perubahan sosial harus dikendalikan sehingga sistem sosial tetap dalam keadaan keseimbangan. Perubahanperubahan itu dapat terjadi pada komponen-komponen sistem sosial. Komponen sistem akan berkembang dan harus mampu menyesuaikan diri sehingga tidak menggganggu keseimbangan struktural secara keseluruhan. Artinya, komponen sistem berubah dalam suasana adaptive upgrading. Hal ini memungkinkan terjadinya keseimbangan dinamis. Konflik memang harus dicegah. Bilamana tidak mungkin, masalahnya adalah bagaimana mengendalikan konflik itu sehingga tidak terjadi disintegrasi sistem (Kanto, 2006: 57) (2). Robert K. Marton Robert K. Merton, salah seorang murid Parsons, mengembangkan teori struktural fungsionali pada taraf menengah. Teori struktural fungsinal Merton berangkat dari kritik terhadap tiga postulat yang dikembangkan oleh Parsons. Pertama, postulat tentang kesatuan fungsional masyarakat; kedua, postulat tentang fungsionalisme universal; dan ketiga, postulat tentang yang sangat diperlukan atau penting. Seperti halnya Parsons, 9

11 Merton menekankan tindakan yang berulang yang berhubungan dengan bertahannya sistem sosial, namun Merton tidak menaruh perhatian pada orientasi subjektif individu yang terlibat dalam tindakan seperti itu, melainkan pada konsekuensi-konsekuensi sosial objektifnya (Johson, 1990: 147). Pembedaan motif dan fungsi atau konsekuensi sosial dapat dilihat pada gambar berikut ini (Johson, 1990: 147): Motif (orientasi subjektif) Tindakan Konsekuensikonsekuensi untuk sistem sosial Gambar 2.3 Diagram Alir Sistem Sosial Merton Merton menyatakan pembedaan itu melalui pembedaan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah konsekuensi-konsekuensi objektif yang menyumbang pada penyesuaian terhadap sistem itu yang dimaksukan (intended) dan diketahui (recognized) oleh partisipan dalam sistem itu. Sementara itu, fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak diketahui (Johnson, 1990: 147 dan Poloma, 1992: 39). Namun, Merton (Johnson 1990: 147 dan Kanto 2006: 63), mengungkapkan bahwa tidak semua pola tindakan baku harus mempunyai konsekuensi yang menguntungkan sistem itu atau memenuhi persyaratan fungsionalnya. Banyak tindakan dapat mempunyai konsekuensi yang bersifat disfungsional atau memperkecil penyesuaian terhadap sistem itu. Perpindahan penduduk dari desa pertanian ke daerah perkotaan, di satu sisi mempunyai konsekuensi sosial bagi pelakunya yaitu mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi dan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota, di lain sisi, kawasan pedesaan yang ditinggalkan mengalami kekurangan tenaga kerja. Bagi sektor petanian di pedesaan, perpindahan penduduk menjadi disfungsional. Merton juga mengemukakan konsep nonfunctions yang diidentifikasikannya sebagai akibat-akibat yang sama sekali tidak relevan dengan sistem sosial. Dalam hal ini termasuk bentuk-bentuk sosial yang bertahan hidup sejak jaman sejarah kuno (Kanto, 2006: 63). Menurut Merton, struktur mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara 10

12 keseluruhan, namun demikian struktur itu terus ada. Merton berpendapat bahwa tak semua struktur diperlukan untuk berfungsinya sistem sosial. Beberapa bagian dari sistem sosial Barat dapat dilenyapkan. Ini dapat membantu teori fungsional mengatasi kecenderungan konservatifnya. Dengan mengakui bahwa struktur tertentu dapat dilenyapkan maka fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan sosial yang penuh makna (Kanto, 2006: 66). (3). Jeffry Alexander Jeffry Alexander bersama dengan Paul Colomy pada tahun 1980-an menganggas neofungsionalisme. Neofungsionalisme untuk menandai kelangsungan hidup fungsionalisme struktural dan sekaligus menunjukan bahwa sedang dilakukan upaya memperluas fungsionalisme struktural dan mengatasi kesulitannya. Menurut Alexander dan Colomy, teori fungsionalisme terlampau sempit. Keduanya sepakat untuk menciptakan teori sintesis yang dinamakan neofungsionalisme. Masalah fungsionalisme struktural yang perlu diatasi adalah anti-individualisme, antagonistik terhadap perubahan, konservatisme, idialisme, dan bias antiempiris (Ritzer dan Goodman, 2004: 148). Ritzer dan Goodman (2004: , juga dikutip Kanto, 2006: 67-69), mengajukan beberapa orientasi dasar teori neofungsionalisme sebagai berikut: 1). Neofungsionalisme bekerja dengan model masyarakat deskriptif. Model ini melihat masyarakat tersusun dari unsur-unsur yang saling berinteraksi menurut pola tertentu yang memungkinkan sistem dibedakan dari lingkungannya. Unsur-unsur itu berhubungan secara simbiosis. Oleh karena itu, neofungsionalisme bersifat terbuka dan plural; 2) Neofungsionalisme memusatkan perhatian yang sama besarnya terhadap tindakan dan keteraturan. Ini berbeda dengan fungsionalisme struktural yang memusatkan perhatian hampir sepenuhnya pada sumber dan keteraturan tingkat makro dalam struktur sosial dan kultur. Neofungsionalisme memberikan perhatian yang cukup terhadap pola tindakan di tingkat yang lebih mikro, tak hanya yang bersifat rasional tetapi juga tindakan yang ekspresif; 3) Neofungsionalisme tetap memperhatikan masalahh integrasi, tetapi bukan dilihat sebagai fakta mutlak, melainkan lebih dilihat sebagai kemungkinan sosial. 11

13 Neofungsionalisme mengakui bahwa penyimpangan dan kontrol sosial merupakan realitas sosial. Neofungsionalisme melihat keseimbangan dalam konteks yang lebih luas. Keseimbangan sosial bukanlah sesuatu yang statis, keseimbangan dilihat sebagai rujukan untuk analisis fungsional bukan sebagai deskripsi kehidupan sosial yang nyata; 4) Neofungsinalisme tetap menerima penekanan Parsonian tradisional atas kerpibadian, kultur dan sistem sosial. Selain sebagai aspek vital untuk struktur sosial, interpenetrasi atas sistem sosial itu juga menghasilkan ketegangan sebagai sumber perubahan sosial dan kontrol; 5) Neofungsionalisme memusatkan perhatian pada perubahan sosial dalam proses diferensiasi dalam sistem sosial, kultural, dan kepribadian. Perubahan tidak hanya menghasilkan keselarasan dan konsensus, tetapi juga dapat menimbulkan ketegangan, baik individu maupun kelembagaan; dan 6) Neofungsionalisme secara tak langsung menyatakan komitmennya terhadap kebebasan dalam mengkonseptualisasikan dan menyusun teori berdasarkan analisis sosiologis pada tingkat lain. 4. Perspektif konflik Perspektif konflik berasumsi bahwa perilaku sosial dapat dipahami dalam istilah tekanan dan konflik antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Teori ini beranggapan bahwa masyarakat adalah sebuah arena bagi perjuangan memperebutkan komoditas-komoditas. Teoritisi konflik menganggap bahwa perubahan sebagai elemen penting kehidupan sosial daripada keteraturan. Perubahan dipandang sebagai proses intrinsik dalam masyarakat, bukan hanya dampak beberpa fungsi yang tidak tepat atau ketidakseimbangan bagian dari sistem sosial. Perbedaan struktural dirasa menjadi sumber konflik. Berikut ini secara berturut akan dipaparkan penjelasan Karl Marx, Lewis A. Coser, dan Ralf Dahrendorf tentang perubahan sosial. (1) Karl Marx Tulisan Karl Marx secara umum menganggap bahwa diantara yang penting dan dasar dalam kajian teori konflik adalah dengan mempertimbangkan perubahan sosial. 12

14 Menurutnya, tanpa konflik, tidak ada kemajuan (Vago, 2004: 20). Marx mengajukan postulat bahwa setiap masyarakat, tahapan perkembangan sejarahnya, berdasarkan sebuah pondasi ekonomi. Marx menyebutnya sebagai the mode of production of commodities. The mode of production mempunyai dua elemen. Pertama, sarana-sarana produksi atau susunan fisik dan teknologi dari aktivitas ekonomi. Kedua, hubunganhubungan sosial produksi atau manusia merupakan alat pelengkap tambahan yang sangat diperlukan. Individu harus berhubungan dengan individu lain dalam mengadakan aktivitas-aktivitas ekonomi. Marx (dalam Vago, 2004: 23) mengungkapkan: Jumlah total dari hubungan-hubungan produksi ini membentuk struktur ekonomi masyarakat sebuah pondasi nyata, dimana muncul superstruktur legal dan politik dan berkaitan dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial. The mode of production dalam kehidupan material menentukan karakter umum proses-proses kehidupan sosial, politik dan spiritual. Bukan kesadaran orang yang menentukan eksistensi mereka, melainkan eksistensi mereka yang menentukan kesadaran. Pada tahapan tertentu, perkembangan mereka sarana-sarana produksi material dalam masyarakat mewarisi konflik dengan adanya hubungan-hubungan produksi, atau dengan adanya hubungan pemilikan. Dari bentuk perkembangan sarana-sarana produksi, hubungan ini berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian datang periode revolusi sosial. Dengan perubahan pondasi ekonomi superstruktur memasuki tranformasi yang besar sekali. Bagi Marx (dalam Vago, 2004: 24-25; Ashley dan Orenstein, 2005: ), mode of production menjadi determinan atau variabel independen. Perubahan-perubahan terjadi dalam hubungan-hubungan produksi, dimana kelompok-kelompok didekatkan pada teknologi produksi. Sebagai ilustrasi, Marx membagi sejarah ke dalam lima tahapan, masing-masing dicirikan oleh sebuah tipe produksi ekonomi. Lima tahap tersebut adalah: (1) kepemilikan suku, sebuah tipe komunisme primitif, (2) kepemilikan negara dan komunal kuno ditandai adanya perbudakan, (3) feudalisme, (4) kapitalisme, dan (5) komunisme, yang dibagi ke dalam sebuah diktator proletariat dan komunisme asli. Kecuali komunisme murni, setiap tahap dicirikan adanya konflik antara dua atau lebih kelompokkelompok ekonomi yang saling bertentangan dengan kepentingan-kepentingan ekonomi yang terpisah dan bertentangan. Konflik ekonomi diantara kelompok-kelompok ini 13

15 menciptakan konflik sosial dan politik, seperti setiap kelompok mencari kepentingan mereka sendiri di atas kerugian kelompok lain. Gambar 2.4 Karl Marx Sumber: Bagi Marx (dalam Vago, 2004: 27), konflik adalah sebuah kondisi normal dari kehidupan sosial di mana ciri-ciri dan variasi adalah beberapa hal penting yang dianalisis dan digambarkan oleh ilmu sosial. Bagi Marx, konflik dan perubahan tidak dapat dipisahkan. Lembaga-lembaga sosial, seperti pemerintah, keluarga, pendidikan, dan agama, tergantung pada the mode of economic production dalam masyarakat. Perubahan dan variasi dalam produksi ekonomi menyebabkan perubahan dan variasi dalam lembaga-lembaga sosial lain meliputi nilai-nilai, sikap-sikap, dan norma-norma. Dalam sebuah masyarakat kapitalis, semua individu akan bergerak dari kelompokkelompok menengah menjadi kelas proletar atau kelas borjuis. Perjuangan diantara dua kelas ini tak terelakan dan akan berakibat jatuhnya sistem. Hal tersebut akan mencapai puncak dalam pembentukan bentuk produksi ekonomi baru produksi komunistik dan tahap sejarah baru yaitu komunisme. Proletariat akan memenangkan revolusi dan akan menjadi kelompok dominan dalam tahap akhir sejarah. Secara ringkas, serangkaian peristiwa mengarah ke sebuah revolusi proletariat terakhir adalah sebagai berikut: (1) kebutuhan produksi; (2) perluasan pembagian tenaga kerja; (3) perkembangan pemilikan pribadi; (4) ketidakadilan sosial meningkat; (5) perjuangan kelas; (6) penciptaan struktur politik sebagai representasi masing-masing kepentingan kelas; dan akhirnya (7) revolusi. 14

16 Gambar 2.5 Diagram Alir The Mode of Economic Production Karl Marx Sumber: (2) Lewis A. Coser Dalam bukunya The Functions of Social Conflict, Lewis A. Coser (dalam Vago, 2004: 35), mengungkapkan bahwa konflik mempunyai efek positif dan negatif. Coser menjelaskan bahwa konflik adalah bagian dari proses sosialisasi dan tidak ada satu kelompokpun yang secara sempurna harmonis. Konflik adalah bagian dari kondisi manusia, tetapi konflik dapat menjadi konstruktif ataupun destruktif. Coser percaya bahwa konflik menciptakan sebuah peningkatan dalam adaptasi dan penyesuaian diri. Konflik akan menciptakan kohesi in group sebab anggota kelompok memiliki musuh dan alasan bersama. Coser (dalam Vago, 2004: 40-42), memandang konflik sebagai alat untuk meningkatkan perubahan sosial. Orang yang merasa bahwa masyarakat mereka memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka tidak ingin mengubahnya. Orang yang kebutuhan-kebutuhan tidak dipenuhi akan mencoba mengubah situasi dengan melawan kelompok dominan yang menghambat tujuan-tujuan mereka. Namun, Coser berpendapat bahwa konflik dapat membawa ke perubahan dalam berbagai cara, 15

17 termasuk pembentukan batas-batas kelompok baru, meredakan tekanan dan permusuhan, pengembangan struktur kelompok yang lebih kompleks dikaitkan dengan konflik dan akibat yang mengiringinya, dan penciptaan aliansi dengan partai-partai lain. Konflik dilihat sebagai kekuatan kreatif yang mengubah masyarakat secara terus menerus. (3) Ralf Dahrendorf Dahrendorf menolak pandangan Marx tentang kelas sosial yang ditentukan oleh hubungan-hubungan terhadap sarana-sarana produksi. Menurut Dahrendorf, konflik disebabkan oleh distribusi otoritas yang tidak merata. Masyarakat terbagi dalam kelompok yang memiliki otoritas dan kelompok yang tidak memiliki otoritas. Konflik sosial mempunyai asal-usul struktural dan dipahami konflik tentang legitimasi hubunganhubungan otoirtas. Dalam banyak organisasi, peranan-peranan dan posisi-posisi dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok semu, yang anggota-anggota mempunyai kepentingan laten yang bertentangan. Kelompok yang memiliki kekuasaan atau otoritas memiiliki kepentingan status quo, sementara yang tidak memiliki kekuasaan atau otoritas memiliki kepentingan mengubahnya. Dua kelompok semu ini memiliki potensi antagonistik, di mana anggotanya berbagi pengalaman-pengalaman, peranan-peranan, dan kepentingan-kepentingan (Vago, 2004: 45). Dibutuhkan tiga kondisi untuk mengubah kelompok semu menjadi kelompok kepentingan. Pertama, di bawah kondisi-kondisi organisasi yang tepat, kelompokkelompok kepentingan muncul tanpa kelompok-kelompok semu, seperti anggota-anggota mengembangkan kepemimpinan, komunikasi antarkelompok secara efektif, ideologi yang konsisten, dan kesadaran kepentingan bersama. Kelompok-kelompok kepentingan yang tersubordinasi menjadi lebih terorganisasi, yang akan konflik dengan kelompok dominan. Kedua, di bawah kondisi-kondisi konflik, seperti peluang mobilitas sosial dan respon agen terhadap kontrol sosial yang akan menentukan intensitas dan kekerasan konflik. Dengan intensitas tersebut, partisipan menjadi terlibat secara emosional dan rasa permusuhan. Kelompok kepentingan yang diorganisasi dan konflik di antara mereka diatur, konflik tersebut menjadi kurang keras, sebaliknya, akan mengarahkan perubahan struktural sebagai akibat dari sebuah perubahan dalam hubungan-hubungan dominasi. Tipe, kecepatan, dan besaran perubahan sosial bergantung pada kondisi-kondisi 16

18 perubahan struktural. Kondisi-kondisi ini meliputi kapasitas dalam kekuasaan dan potensi tekanan dari kelompok kepentingan yang mendominasi. Dahrendorf menggunakan ilustrasi pemebntukan serikat pekerja dalam konflik di antara pekerja dan manajemen (Vago, 2004: 48-50). Dahrendorf (dalam Vago, 2004: 53) menyimpulkan bahwa kekuatan kreatif besar yang mendorong ke arah perubahan di masyarakat adalah konflik sosial. Pandangan yang menyatakan bahwa dimana ada kehidupan sosial ada konflik mungkin menjadi mengganggu dan tidak menyenangkan. Namun, masyarakat dan organisasi sosial dipertahankan bukan melalui konsensus tetapi melalui tekanan, bukan melalui persetujuan umum melainkan pemaksaan, dan seperti konflik menghasilkan perubahan, tekanan sebagai hasil konflik. Dahrendorf (dalam Vago, 2004: 55), mengubah teori Marx dalam beberapa cara. Dahrendorf melihat konflik sebagai masalah distribusi otoritas yang tidak merata di semua sektor masyarakat, sebaliknya Marx menekankan pada kelas. Kemudian, Dahrendorf menganggap penting mengkaitkan dengan konflik eksternal, sementara dalam konsep Marx, konflik diidentifikasi konflik bersumber dalam internal masyarakat itu. Selain itu, konflik bukan berasal dari kontradiksi internal dalam perkembangan sejarah, tetapi dari tekanan-tekanan yang dilakukan oleh kelompok lain. Akhirnya, Dahrendorf berpendapat bahwa banyak konflik tidak dapat dipecahkan, seperti anggapan Marx, tetapi sering dapat dikontrol melalui kompromi. mendasar antara perspektif struktural fungsional dan perspektif konflik. Berikut perbedaan Tabel 2.1 Perbedaan Asumsi Dasar Teori Struktural Fungsional dan Teori Konflik Teori Fungsionalisme Struktural - Masyarakat cenderung statis, perubahan menuju pada keseimbangan - Menekankan pada keteraturan masuarakat - Setiap elemen masyarakat berperan dalam menjaga kestabilan - Masyarakat diikta oleh nilai, norma, dan moral - Memusatkan perhatian pada kohesi sosial yang diciptakan oleh nilai kebersamaan dalam masyarakat Sumber: Kanto (2006: 71) Teori Konflik - Masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan - Menekankan pada pertikaian dan konflik dalam masyarakat - Setiap elemen masyarakat berpotensi menyumbang terjadinya disintegrasi dan perubahan - Keteraturan dalam masyarakat karena adanya pemaksaan dari golongan yang lebih berkuasa - Menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat 17

19 D. Referensi Calhoun, C. et al. (2002). Classical Sociological Theory. Blackwell Publishing. Victoria. Kanto, S. (2006). Modernisasi dan Perubahan Sosial: Suatu Kajian dari Perspektif Teori dan Empirik. Malang: Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Ritzer, G. dan Goodman, D. (2003). Teori Sosiologi Modern. Edisi Keenam. Terjemahan. Jakarta: Prenada Media. Kencana. Jakarta.. (2007). Teori Sosiologi Modern. Edisi Ketujuh. Riyanto, G. (2009). Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta: LP3ES. Scott, J. (Ed.). (2011). Sociology: The Key Concepts. Terjemahan. Jakarta: Rajawali Press. Soekanto, S. (1982). Sosiologi: Suatu Pengantar. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Vago, S. (2004). Social Change. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Slamet Widodo

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Slamet Widodo SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Slamet Widodo Kita terlalu sering menggunakan istilah ilmu pengetahuan, bahkan sejak kecil kita mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1 HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK Sunarto 1 Abstrak: Keberadaan masyarakat dijelaskan antara lain oleh dua teori besar yaitu teori integrasi dan teori konflik. Dua teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER Silabus Semester Genap 2013-2014 Dosen : Amika Wardana, Ph.D. Email : a.wardana@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta S I

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 Agama adalah salah satu bentuk kontruksi sosial. Tuhan, ritual, nilai, hierarki keyakinankeyakinan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: 1. Dalam bentuk material,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI)

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI) TEORI SOSIOLOGI KLASIK MASRUKIN HENDRI RESTUADHI TYAS RETNO WULAN HANEMAN SAMUEL (UI) TUJUAN MATA KULIAH Mata kuliah TEORI SOSIOLOGI KLASIK (TSK) mempelajari ide-ide yang menjadikan sosiologi sebagai disiplin

Lebih terperinci

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL 1. Hubungan Interaksi Sosial dan Dinamika Kehidupan Sosial Interaksi sosial akan menyebabkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa 45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH Pokok Bahasan : Perkembangan teori sosiologi dan antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan mengenai perkembangan teori sosiologi dan antropologi. 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) 1. Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern 2. Kode Mata Kuliah ISS 301 3. Semester Ganjil 2010/2011 4. Status Wajib 5. Mata Kuliah Persyarat Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4

Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 STRUKTURAL FUNGSIONAL Asumsi Dasar: MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) 1. Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern 2. Kode Mata Kuliah ISS 301 3. Semester Ganjil 2012/2013 4. Status Wajib 5. Mata Kuliah Persyarat Teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL

TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL Perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang berlangsung tidak terbendung dalam kehidupan. Baik perubahan yang cepat maupun lambat. Berbagai factor yang mendasarinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sejarah konvensional, paparan yang analitis harus digunakan untuk. memberikan nilai lebih bagi penulisan sejarah modern.

BAB II LANDASAN TEORI. sejarah konvensional, paparan yang analitis harus digunakan untuk. memberikan nilai lebih bagi penulisan sejarah modern. BAB II LANDASAN TEORI Penelitian dan penulisan sejarah yang baik menurut sejarawan melengkapi dirinya dengan teori dan metodologi sejarah selain historiografi yang menyajikan cerita sejarah sebagai uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

RALF DAHRENDORF ( )

RALF DAHRENDORF ( ) RALF DAHRENDORF (1929 - ) 1 TEORI KONFLIK: RALF DAHRENDORF Oleh: ANIEK RAHMANIAH 1. Konteks sosial yang melatari pemikiran Dahrendorf Revolusi politik dan revolusi industri yang melanda masyarakat Eropa

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL 23 BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons) Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif

Lebih terperinci

1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya

1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya PENDEKATAN TEORETIK Menurut Slamet Margono : Masyarakat sebagai sistem sosial dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut, 1. Ekologi, lokasi, dan geografi di mana masyarakat tsb berada 2. Demografi,

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1. Nama Mata Kuliah : Sosiologi Terapan 2. Kode Mata Kuliah : ISS 701 3. Status Matakuliah : Wajib Prodi 4. Semester : VII 5. Matakuliah Prasyarat

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS

MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS Walaupun teori adalah suatu abstraksi dari realitas, penting disadari akan hubungan antara keduanya. Teori bukanlah murni abstrak, tanpa berdasarkan pengalaman yang nyata.

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKUTRAL FUNGSIONAL TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. AUGUSTE COMTE (1798 185) 4. CHARLES DARWIN (1809 1882) 2. HERBERT SPENCER (1820 1903) 5. TALCOT PARSON

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: PARADIGMA SOSIOLOGI DAN TEORI PENDEKATANNYA 1.1 Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya... 1.3 Latihan... 1.11 Rangkuman... 1.12 Tes Formatif 1.....

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Teori Sosiologi Modern ISS 301( 3 sks) Semester III Pengampu matakuliah : Prof. Dr. Afrizal, MA Dr. Elfitra, M.Si Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

XII KTSP & K-13. Kelas PERUBAHAN SOSIAL. A. Hakikat dan Karakteristik Perubahan Sosial. Tujuan Pembelajaran

XII KTSP & K-13. Kelas PERUBAHAN SOSIAL. A. Hakikat dan Karakteristik Perubahan Sosial. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas XII Sosiologi PERUBAHAN SOSIAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian perubahan sosial. 2. Memahami

Lebih terperinci

Kapita Selekta Sosial

Kapita Selekta Sosial Modul ke: Kapita Selekta Sosial Sistem Sosial Fakultas FIKOM Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dari

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi).

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi). 37 BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF A. Teori Konflik Karl Marx Konflik merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 3 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang: Teori system, teori struktural fungsional, teori konflik,

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Industri / Inggris Revolusi Perancis Revolusi Bolshevik / Rusia 2 INDUSTRI TERJADI PADA ABAD 18 DAN 19 TEPATNYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Tinjauan Teori Fungsionalisme struktural Robert King Merton

BAB II KAJIAN TEORI. Tinjauan Teori Fungsionalisme struktural Robert King Merton BAB II KAJIAN TEORI Tinjauan Teori Fungsionalisme struktural Robert King Merton Dalam penelitian mengenai peran pesantren dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Pesantren Mahasiswa An-Nur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Interaksi Sosial Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Seperti di Indonesia dapat

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Hakekat Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Perubahan sosial merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat, baik perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER. A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer

BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER. A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer Dalam sebuah penelitian tentunya para sejarawan membutuhkan sumber-sumber yang digunakan dalam

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI SOSIALISME fakta Sosialisme Muncul Akibat Kezhaliman Kapitalisme thd Masyarakat Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme (1) Mewujudkan Kesamaan (Equity) Secara Riil (2)

Lebih terperinci

Latar Belakang lahirnya Teori sebagai upaya:

Latar Belakang lahirnya Teori sebagai upaya: TEORI MODERNISASI Latar Belakang lahirnya Teori sebagai upaya: AS untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme. Untuk membangun negara2 eropa pasca PD II. Istilah modernisasi merupakan gerakan

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK Teori-teori Perubahan Sosial Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto Pertemuan-2 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS UPN V YK 1 Kecenderungan terjadinya perubahanperubahan

Lebih terperinci

Konflik Politik Karl Marx

Konflik Politik Karl Marx Konflik Politik Karl Marx SOSIALISME MARX (MARXISME) Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx (1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X TAHUN AJARAN 2016/2017

ULANGAN HARIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X TAHUN AJARAN 2016/2017 ULANGAN HARIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X TAHUN AJARAN 2016/2017 1. Istilah sosiologi berasal dari kata. a. socius dan logos b. society dan logous c. social dan logo d. sosio dan

Lebih terperinci