BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI"

Transkripsi

1 15 BAB 2 GAMBARAN UMUM MUSEUM TAMAN PRASASTI 2.1. Sejarah Museum Taman Prasasti Pada awalnya, tahun 1795, Museum Taman Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing di Batavia, terutama yang beragama Kristen (Heuken, 1997:244). Pemakaman yang disebut Kerkhof Laan atau Kebon Jahe Kober (kober = kuburan), pertama kali digunakan pada tanggal 28 September 1795 (Joga dkk., 2005:6). Berdasarkan publicatie dari kastil Batavia pada tanggal 14 Desember 1798, kawasan pemakaman itu secara resmi ditetapkan menjadi tempat pemakaman umat kristiani (Suratminto, 2006:124). Publicatie tersebut dikeluarkan menyusul keputusan Republik Bataaf di Belanda tahun 1795 yang melarang memakamkan orang yang meninggal di dalam gereja. Peraturan itu merupakan salah satu pengaruh pencerahan (reformasi gereja) di Eropa pada akhir abad ke-18 (Suratminto, 2006:124). Mereka menyatakan bahwa memakamkan orang meninggal di dalam gereja tidak baik bagi kesehatan jemaat gereja (Suratminto, 2006:124). Pemakaman Kebon Jahe secara resmi mulai berfungsi setelah dibongkarnya kawasan pemakaman yang berada di Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk) yang saat ini telah menjadi Museum Wayang yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara nomor 27 (DMS DKI Jakarta, 1994:8) 7. Pembongkaran tersebut disebabkan karena tuntutan rencana pengembangan Kota Batavia (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Selain itu, pemerintah berupaya mencari lahan yang lebih luas untuk menampung orang meninggal yang jumlahnya semakin meningkat (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Kondisi Kota Batavia yang semakin padat menyebabkan atmosfer yang tidak sehat, sehingga banyak warga kota yang terserang wabah penyakit malaria, diare, dan penyakit lainnya, yang menyebabkan kematian (Joga dkk., 2005:6). Ketika itu proses mortalitas (kematian) berjalan wajar dan mungkin lebih cepat 7 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 15

2 16 (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Akibatnya, halaman gereja tidak mampu lagi menampung banyaknya makam (Joga dkk., 2006:6). Melihat hal tersebut, pemerintah Kota Batavia memutuskan mencari lahan pemakaman baru di luar kota (Joga dkk., 2006:6). Sebagai lahan pengganti, dicari lokasi baru di luar kota ke arah selatan, yakni di Kebon Jahe yang termasuk daerah Tanah Abang (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Pemakaman Kebon Jahe terletak di dekat Rijswik (sekarang Harmoni) dan Tanah Abang Straat (sekarang Jalan Abdul Muis) (Suratminto, 2006:124). Pemakaman tersebut memiliki area seluas 5,9 hektar dan dibatasi oleh tembok keliling (Heuken, 1997:243). Salah satu sumber mengatakan bahwa lahan itu dihibahkan dari keluarga van Rimsdijk yang merupakan tuan tanah yang kaya raya di Batavia (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Jeremias van Rimsdijk pernah menjabat sebagai Gubernur Jenderal ke-29, yaitu periode (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Pemakaman Kebon Jahe terletak jauh dari tembok Kota Batavia, namun memiliki lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat Sungai Krukut. Bila ada warga Batavia yang meninggal dunia, maka puluhan perahu dan sampan dimanfaatkan untuk membawa jenazah dari pusat kota menuju Pemakaman Kebon Jahe, menyusuri Sungai Krukut. Setelah melewati sungai, jenazah dibawa dengan kereta jenazah menuju lokasi pemakaman yang jaraknya sekitar 500 meter (Joga dkk., 2005:6). Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, keadaan gedung Koepelkerk sudah parah 8. Bagian-bagian yang rusak akan diperbaiki dengan dana yang terbatas, namun Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan menjual gereja tersebut supaya dapat dibongkar (1808). Nisan-nisan besar dari keluarga terkemuka sebagian dijual dan sebagian dipindahkan ke Pemakaman Kebon Jahe. Batu-batu nisan yang diambil dari ruang tengah gereja berjumlah 48 nisan, sedangkan 24 nisan lagi berasal dari lorong gereja (Joga dkk., 2005:7). Sejak saat itu, Pemakaman Kebon Jahe menjadi lokasi pemakaman bagi pegawai kompeni Belanda dan orang-orang yang disetarakan dengan orang Belanda. Hal itu terus berlanjut hingga masa pemerintahan VOC berakhir, 8 Oude Koepelkerk (1626) merupakan gereja tertua di Batavia, yang terletak di dalam Kasteel Batavia (Joga dkk., 2005:3).

3 17 kemudian masa pemerintahan Perancis ( ), pemerintahan Inggris ( ), bahkan saat Indonesia kembali ke tangan Belanda dan Jepang sampai tahun 1945 (DMS DKI Jakarta, 1994:8-10). Pemakaman tersebut berkembang menjadi suatu pemakaman yang prestisius karena banyaknya orang terkenal yang dimakamkan di sana, baik pejabat penting, pelaku sejarah, hingga selebritis pada masanya. Beberapa di antaranya adalah Olivia Mariamne Raffles (istri Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles), Dr. H.F. Roll (pencetus gagasan dan pendiri Stovia), dan Dr. J.L.A. Brandes (ahli sejarah purbakala Indonesia) (Joga dkk., 2005:7). Dalam pembangunannya, Pemakaman Kebon Jahe dibatasi oleh tembok keliling. Bangunan yang berada di depan merupakan plaza (bangunan induk) yang dibangun dengan gaya Doria yang memiliki pilar-pilar kokoh (1844). Dindingdinding pada bangunan itu ditempeli nisan-nisan pindahan dari pemakaman sebelumnya, Nieuwe Hollandsche Kerk. Ruang utama bangunan induk merupakan tempat berlangsungnya upacara ritual keagamaan sebelum pemakaman berlangsung. Pada bagian belakang terdapat dua ruangan persemayaman jenazah. Ruangan untuk persemayaman jenazah laki-laki berada di sebelah kiri, sedangkan perempuan di sebelah kanan (Joga dkk., 2005:7-8). Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan Pemakaman Kebon Jahe ditangani oleh Yayasan Verberg di bawah Pemerintah Gemente Batavia ( ). Namun karena situasi pemerintahan masih labil pada awal kemerdekaan, maka para pengurus Yayasan Verberg kembali ke Belanda. Pengelolaan Pemakaman Kebon Jahe diserahkan kepada Yayasan Palang Hitam milik keluarga J. M. Panggabean. Yayasan tersebut mengelola Pemakaman Kebon Jahe dari tahun 1947 sampai 1967 (DMS DKI Jakarta, 1994:10). Ketika Pemakaman Kebon Jahe akan direlokasi, Pemerintah DKI Jakarta melakukan negosiasi dengan Yayasan Palang Hitam yang menghasilkan keputusan bahwa yayasan tersebut mendapat bagian dari bekas lahan pemakaman sekitar 4000 m 2 yang kemudian digunakan sebagai kantor yayasan. Yayasan Palang Hitam hingga saat ini masih bergerak dalam usaha sosial pengurusan kematian, seperti penyediaan mobil jenazah dan peti jenazah (DMS DKI Jakarta, 1994:10).

4 Pengelolaan Museum Taman Prasasti Pada tahun 1967, pengelolaan kompleks Pemakaman Kebon Jahe dialihkan dari Yayasan Palang Hitam ke Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta yang dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman, salah satu Dinas Teknis Daerah yang baru dibentuk saat itu (DMS DKI Jakarta, 1994:10). Untuk menjaga dan memelihara kesinambungan sejarah Kota Jakarta, maka pada tahun 1975 lokasi tersebut dinyatakan ditutup sebagai kawasan pemakaman (Joga dkk., 2005:8). Namun nisan dan bangunan makam yang ada tidak boleh dipindahkan (Joga dkk., 2005:8). Selanjutnya Pemda DKI Jakarta mengadakan inventarisasi dan penyuluhan bagi para ahli waris, baik secara langsung maupun melalui perwakilan warga negara asing. Pada tahun 1976 dimulailah pembongkaran kawasan pemakaman dan seluruh kerangka yang ada digali dan kemudian dimakamkan kembali. Terdapat pula kerangka yang kemudian dimakamkan oleh ahli waris di tempat lain atau bagi yang tidak memiliki ahli waris, maka Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pemakaman menguburkan kembali kerangka tersebut di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Sebagian kerangka ada yang dibawa oleh pihak keluarga ke tanah leluhurnya di luar negeri dan ada yang dimakamkan di Aceh, seperti Jenderal Kohler. Selain itu terdapat beberapa nisan atau bangunan makam yang tidak boleh dipindahkan (DMS DKI Jakarta, 1994:10). Nisan yang terpilih saat itu berjumlah sekitar 1200, sedangkan jumlah makam yang tercatat sebelum pembongkaran sekitar Selain banyak yang rusak ketika pembongkaran, banyak juga makam atau nisan yang tidak layak untuk dijadikan koleksi museum. Nisan-nisan yang berbentuk datar umumnya ditempelkan pada dinding sisi selatan, utara, dan sebagian sisi timur. Sedangkan nisan-nisan yang berbentuk tugu atau patung ditempatkan pada area taman yang terbagi atas sebelas kavling dan diselingi oleh jenis-jenis pohon pelindung yang hijau dan rindang, serta rerumputan hijau agar suasana taman nampak asri (DMS DKI Jakarta, 1994:10-11). Sejak penutupan Kebon Jahe sebagai kawasan pemakaman pada tahun 1975, lahan tersebut dibiarkan terlantar hingga tahun Pemerintah Daerah

5 19 ketika itu melihat adanya potensi yang bisa dikembangkan pada lahan pemakaman tersebut, sehingga pemerintah berkesimpulan untuk memugar, menata ulang, dan mengembangkannya menjadi suatu museum. Penataan dan pemilihan koleksi dilakukan dengan meninjau nisan makam-makam yang memiliki nilai sejarah penting. Namun demikian, luas lahan mengalami penyempitan menjadi 1,3 hektar (Joga dkk., 2005:9). Dalam proses pembongkaran hingga penataan kembali menjadi museum, instansi yang terkait di dalamnya adalah Dinas Pemakaman DKI Jakarta, Dinas Tata Bangunan dan Pemugaran DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Dinas Tata Kota. Langkah yang diambil Pemda DKI Jakarta untuk menciptakan Museum Taman Prasasti merupakan salah satu program penyelamatan dan pelestarian nilainilai sejarah dan budaya. Oleh karena tujuan itu, maka pada tanggal 9 Juli 1977 kawasan Pemakaman Kebon Jahe diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti di bawah naungan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta (kini Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemprov DKI Jakarta). Peresmian dilakukan oleh Ali Sadikin, yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta (DMS DKI Jakarta, 1994:11). Tujuan pendirian Museum Taman Prasasti adalah untuk menyelamatkan dan melestarikan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya yang bernilai tinggi, serta pengadaan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota. Berkenaan dengan hal tersebut, Pemda DKI Jakarta menetapkan Museum Taman Prasasti sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 tanggal 29 Maret 1993 dengan nomor urut 16 pada lampiran surat keputusan tersebut (DMS DKI Jakarta, 1994:12). Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, Pemda DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 475 tahun 1993 menetapkan Museum Taman Prasasti sebagai bangunan bersejarah. Bahkan Museum di ruang

6 20 terbuka itu layak dikategorikan sebagai kawasan lansekap cagar budaya yang harus dilestarikan (Joga dkk., 2005:12). Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Museum Taman Prasasti, dapat diketahui bahwa pada awal pendiriannya museum tersebut diberi nama Museum Taman Prasasti. Hal itu dikarenakan koleksinya yang sebagian besar merupakan prasasti nisan Belanda pada masa kolonial. Pada perkembangannya, penamaan museum sempat berganti menjadi Museum Prasasti. Kata taman dihilangkan dengan alasan menghindari kerancuan di antara instansi-instansi pemerintah yang terlibat untuk menanganinya, dalam hal ini adalah Dinas Pertamanan dan Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI Jakarta. Namun saat ini penamaan museum sudah kembali menjadi Museum Taman Prasasti. Mengenai instansi, organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis yang menanganinya telah diatur secara jelas di dalam Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta, No. 134, Tahun 2002 (lihat lampiran 3, halaman 121). Museum Taman Prasasti merupakan museum milik Pemerintah Daerah (Pemprov DKI Jakarta). Dalam perkembangannya, museum telah mengalami perubahan struktur organisasi. Pada tahun 1977, ketika Museum Taman Prasasti pertama kali diresmikan oleh Ali Sadikin, struktur organisasi museum sama dengan semua museum yang berada di bawah Pemda DKI Jakarta. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 653 Tahun 1990 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta membawahi tujuh museum, yaitu: 1. Museum Sejarah Jakarta 2. Museum Bahari 3. Museum Seni Rupa dan Keramik 4. Museum Wayang 5. Museum Tekstil 6. Museum Joang Museum Prasasti Struktur organisasi tersebut kemudian mengalami perubahan pada tahun Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

7 21 Sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman (merupakan gabungan dari Dinas Kebudayaan dengan Dinas Museum dan Pemugaran) membawahi beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT). Perubahan struktur dijelaskan secara terperinci dalam Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 134 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman membawahi sepuluh UPT, yaitu: 1. Unit Pengelola Monumen Nasional 2. Museum Sejarah Jakarta 3. Museum Bahari 4. Museum Tekstil 5. Museum Seni Rupa dan Keramik 6. Museum Wayang 7. Museum Joang Taman Arkeologi Onrust 9. Balai Konservasi 10. Balai Latihan Kesenian Pada struktur tersebut, Museum Taman Prasasti digabungkan pengelolaannya dengan Museum Sejarah Jakarta. Museum Taman Prasasti bukanlah merupakan satu UPT tersendiri, melainkan hanya seksi yang lingkupnya berada di bawah Museum Sejarah Jakarta (Seksi Prasasti). Alasan penggabungan tersebut, menurut Kepala Museum Taman Prasasti (juga Kepala Museum Sejarah Jakarta), adalah lingkup Museum Taman Prasasti yang bersifat khusus, dan pengembangan museum yang dirasakan sedikit sulit. Akibatnya, lingkup pekerjaannya menjadi terbatas. Melihat hal itu, akhirnya disepakati bahwa pejabat yang menangani pengelolaan museum tersebut cukup pejabat eselon IV (biasanya Kepala Museum adalah pejabat eselon III). Selain itu tujuan lain dari penggabungan museum adalah efisiensi yang meliputi efisiensi dana dan tenaga (SDM). Bila sebelumnya Museum Taman Prasasti memiliki anggaran operasional sendiri, maka sekarang anggaran tersebut di bawah anggaran operasional Museum Sejarah Jakarta.

8 22 Museum Taman Prasasti dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum Sejarah Jakarta. Kepala Seksi mempunyai staf yang membantu pekerjaannya. Bersama para staf, ia melaksanakan pengelolaan museum secara menyeluruh (memiliki tugas kerja yang merangkap). Pekerjaan tersebut meliputi perencanaan, pengawasan, pengelolaan tata usaha, penyelenggaraan pameran, serta pelayanan edukasi. Museum Taman Prasasti merupakan salah satu seksi di bawah UPT Museum Sejarah Jakarta, yang disebut Seksi Prasasti. Oleh karena itu, visi dan misi yang dimilikinya sama dengan visi dan misi Museum Sejarah Jakarta. Adapun visi dan misi museum tersebut adalah sebagai berikut. Visi Terwujudnya Museum Sejarah Jakarta (dan Museum Taman Prasasti) sebagai objek wisata unggulan. Misi 1. Mengadakan, meneliti, merawat dan melestarikan, menata, serta memamerkan koleksi sebagai sumber informasi dan daya tarik wisata. 2. Memberikan pelayanan jasa informasi tentang sejarah Kota Jakarta. 3. Melaksanakan pengelolaan retribusi masuk museum dan pemanfaatan aset kekayaan daerah. Kepala Museum Taman Prasasti menjelaskan bahwa dalam merencanakan pengembangan program museum yang berkelanjutan, museum tidak berwawasan statis. Museum memiliki visi yang jauh ke depan. Rencana pengembangan program ada yang bersifat jangka menengah ataupun berkelanjutan. Mengingat Museum Taman Prasasti berada di bawah Museum Sejarah Jakarta, maka pengembangan programnya mengacu pada master Plan Museum Sejarah Jakarta. Master Plan tersebut dapat ditinjau beberapa tahun sekali, misalnya bila terjadi perubahan struktur atau pengaruh situasi ekonomi, sosial, dan politik. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi Museum Taman Prasasti untuk mengembangkan dirinya secara mandiri.

9 23 Pengembangan secara mandiri dapat dilakukan berdasarkan hasil seminar diskusi mengenai pengembangan Museum Taman Prasasti pada tahun 2005 yang melibatkan berbagai instansi terkait. 9 Adapun kesimpulan yang dihasilkan dalam seminar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Museum Taman Prasasti, yang merupakan sisa dari Makam Kebon Jahe, adalah sebuah situs arkeologi yang memiliki nilai kesejarahan yang sangat penting bagi kota Jakarta. Situs makam kuno yang berada di wilayah Jakarta Pusat ini relatif masih terjaga dengan baik dan sudah berstatus sebagai cagar budaya (SK Gubernur no. 475, tahun 1993), namun sangat membutuhkan penanganan lebih terfokus dan serius untuk mempertahankan eksistensinya di masa mendatang. 2. Sebagai sebuah situs, Museum Taman Prasasti tidak dapat lepas dari perkembangan lingkungannya yang kini telah berubah menjadi lahan hunian penduduk dan perkantoran. 3. Keberadaan Museum Taman Prasasti sebagai cerminan sejarah peradaban penduduk Kota Jakarta harus dipertahankan agar dapat dihargai oleh masyarakat. 4. Pengembangan Museum Taman Prasasti perlu dirancang arah pengembangannya untuk dapat memberikan sumbangan nyata bagi kebanggaan bangsa, pemahaman sejarah dan identitas kota, serta kenyamanan dan keindahan lingkungan kota bagi kesejahteraan warga (Rumusan Hasil Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti, Museum Sejarah Jakarta, 2005). Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Mengganti nama Museum Taman Prasasti menjadi Museum Kerkhof Kebon Jahe (Kebon Jahe Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs yang digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda yang didirikan pada akhir abad ke Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti yang diselenggarakan oleh Museum Sejarah Jakarta pada tanggal Juli 2005 di Jakarta.

10 24 2. Dalam upaya pengembangan museum tersebut harus tetap mempertahankan statusnya sebagai situs makam bersejarah, beserta nilainilai yang melekat padanya. 3. Makam yang terdapat pada situs menjadi koleksi museum, termasuk benda-benda lain yang berhubungan dengan pemakaman kuno di Kebon Jahe. 4. Upaya pengembangan museum perlu diselaraskan dengan penataan lingkungan sebagai suatu kesatuan. 5. Upaya pengembangan museum tetap berpegang pada kaidah-kaidah konservasi internasional. 6. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, rancangan pengembangan museum harus disayembarakan secara terbuka. 7. Museum perlu dirancang pengembangannya sebagai suatu lembaga informasi dan konservasi, serta sebagai tempat rekreasi-edukatif. 8. Demi kelangsungan hidup museum di masa depan, perlu dibentuk lembaga kemitraan dengan masyarakat (Rumusan Hasil Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti, Museum Sejarah Jakarta, 2005). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Museum Taman Prasasti, dapat diketahui bentuk penyelenggaraan evaluasi museum. Evaluasi hasil kerja Museum Taman Prasasti dilakukan bersamaan dengan Museum Sejarah Jakarta. Karena museum tersebut merupakan museum pemerintah daerah, maka bentuk evaluasi dilakukan secara dua tahap, salah satunya dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Bawasda melakukan evaluasi secara fungsional, meliputi pengawasan dan pemeriksaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang digunakan untuk kegiatan operasional museum. Evaluasi yang kedua dilakukan oleh pihak manajemen Museum Sejarah Jakarta. Evaluasi dilakukan terhadap setiap program, untuk kemudian diperbaiki atau ditingkatkan di masa mendatang.

11 Koleksi Museum Taman Prasasti Koleksi museum sebagian besar merupakan nisan-nisan makam masyarakat Belanda di Batavia. Nisan-nisan itu dapat disebut sebagai prasasti yang berasal dari masa kolonial. Sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari prasasti itu sendiri. Prasasti adalah sumber-sumber sejarah dari masa lampau yang tertulis di atas batu atau logam (Boechari, 1977:2). Namun dalam perkembangannya, prasasti dapat didefinisikan sebagai suatu perwujudan dari ungkapan isi hati yang dalam dari para pemesan atau penggunanya di atas suatu wadah, baik berupa batu, logam, daun lontar, dan lainnya (DMS DKI Jakarta, 1994:13). Pengertian dan jenis prasasti yang menjadi koleksi museum adalah prasasti yang berasal dari masa kolonial, dalam hal ini berupa nisan makam. Museum Taman Prasasti merupakan suatu situs yang berasal dari masa kolonial di Batavia (1795). Oleh karena itu, kawasan museum sendiri merupakan kawasan bersejarah atau situs arkeologi yang harus dilestarikan. Bangunan induk pemakaman yang terletak di bagian depan dibangun kemudian pada tahun Bangunan tersebut dibangun dengan gaya Doria dan pada dindingnya ditempelkan nisan-nisan yang dipindahkan dari pemakaman lama di Gereja Belanda Baru (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Pada nisan-nisan pindahan itu diberi tanda HK (Holandsche Kerk) (DMS DKI Jakarta, 1994:8). Foto 1. Tampak depan Museum Taman Prasasti, terdapat bangunan induk bergaya Doria (Heuken, 2007:289)

12 26 Pada abad ke-19, ketika gereja-gereja tua yang berada di pusat kota berserta halamannya dirobohkan, beberapa batu nisan pada tempat tersebut dibawa ke Pemakaman Kebon Jahe, sedangkan sisanya dijual kepada pembelipembeli Tionghoa. Beberapa batu yang berasal dari Gereja Belanda Baru diberi kode HK, dan saat ini ditempelkan di dinding bangunan induk museum. Beberapa nisan lain yang berasal dari gereja Portugis yang terbakar, kini ditempatkan pada dinding dan halaman museum (DMS DKI Jakarta, 1994:22). Di bagian beranda depan (dinding sayap bangunan induk), pada dinding sebelah kanan ditempelkan tiga belas batu nisan dan pada dinding sebelah kiri ditempelkan lima batu nisan. Nisan-nisan yang dipindahkan dari Gereja Belanda baru tersebut adalah milik orang-orang yang hidup di Batavia pada abad ke-17 dan 18. Tokoh-tokoh di balik nisan dapat menceritakan dan memberikan gambaran mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada ke-17 dan 18 (DMS DKI Jakarta, 1994:22). Foto 2 dan 3. Beberapa nisan pada dinding beranda depan sebelah kanan (Atina Winaya, 2008) Foto 4. Beberapa nisan pada dinding beranda depan sebelah kiri (Atina Winaya, 2008)

13 27 Pada dinding sisi kiri bangunan induk, diletakkan delapan nisan yang kualitas batunya amat baik. Nisan-nisan tersebut merupakan nisan yang dipindahkan dari Gereja Belanda Baru. Salah satunya adalah nisan Michiel Westpalm. Ia adalah direktur jenderal perusahaan di Batavia dan memiliki hubungan kekeluargaan dengan Gubernur Jenderal Reiner de Klerk (pemilik rumah yang sekarang dikenal sebagai Gedung Arsip). Sedangkan pada dinding sisi kanan bangunan induk, terdapat pula delapan batu nisan yang berasal dari abad ke-17 dan 18. Nisan-nisan itu juga merupakan nisan yang dipindahkan dari Gereja Belanda baru. Nisan pertama yang berada di sebelah pintu masuk adalah nisan Jacques de Bollon. Ia membuat beberapa gedung di Jakarta, salah satunya adalah gudang (pakhuizen) yang saat ini telah menjadi Museum Bahari (DMS DKI Jakarta, 1994:23). Foto 5 dan 6. Nisan-nisan pada sisi kanan dan kiri bangunan induk (Atina Winaya, 2008) Pada pintu masuk menuju halaman museum, terdapat gerbang kayu yang indah dan terkesan antik. Di sebelah kiri dan kanan gerbang tersebut terdapat masing-masing dua batu nisan yang ditempelkan pada dinding (nisan menghadap ke halaman dalam museum). Di halaman tersebut terdapat nisan-nisan yang sebagian besar terbaring di atas tanah dan diselingi oleh rumput dan pepohonan yang rindang (DMS DKI Jakarta, 1994:25). Halaman dalam Museum Taman Prasasti dibagi menjadi sebelas blok (kavling). Blok-blok tersebut dibatasi oleh vegetasi, parit, atau jalan setapak.

14 28 Foto 7. Gerbang kayu dan nisan-nisan yang menempel pada dinding (Atina Winaya, 2008) Keterangan: Dinding beranda depan sebelah kanan, terdapat 13 nisan. Dinding beranda depan sebelah kiri, terdapat 5 nisan. Bangunan induk, masing-masing sisi terdapat 8 nisan. Dinding samping pintu gerbang menghadap ke halaman museum, masing-masing sisi terdapat 2 nisan. Dinding barat museum, terdapat 59 nisan. Gambar 1. Keletakan nisan pada dinding beserta pembagian blok (kavling) (DMS DKI Jakarta, 1994:26, telah diolah kembali)

15 29 Museum memiliki gedung serba guna yang dibangun pada tahun Koleksi yang terdapat di dalam gedung serba guna adalah koleksi-koleksi tambahan seperti maket makam 27 propinsi di Indonesia (DMS DKI Jakarta, 1994:26). Selain itu terdapat replika peti mati Bung Karno dan Bung Hatta yang dipindahkan dari area outdoor museum. Koleksi nisan yang dimiliki Museum Taman Prasasti mencapai 1242 nisan. Melalui nisan-nisan tersebut, dapat diketahui berbagai macam bentuk nisan beserta latar belakangnya, selera estetis, dan perasaan yang terungkap dalam bentuk tulisan, gaya, dan seni ukir (DMS DKI Jakarta, 1994:2). Sebagian besar koleksi museum merupakan nisan yang berasal dari makam masyarakat Belanda. Namun pihak museum juga mengadakan penambahan koleksi seperti nisan Cina, nisan Islam, serta kereta kuda penarik jenazah (DMS DKI Jakarta, 1994:11). Menurut Buku Inventarisasi Koleksi Museum Prasasti tahun 1999, jumlah keseluruhan koleksi Museum Taman Prasasti mencapai 1372 koleksi. Koleksikoleksi tersebut berupa nisan-nisan kolonial, Cina, Islam Cina, Jepang, maket makam 27 propinsi, tugu, monumen, kereta jenazah, vas bunga, pot bunga, pot besi, pot marmer, pilar, piala/trophi, salib, patung bidadari, patung salib, patung wanita menangis, dan patung lainnya. Foto 8. Beberapa koleksi nisan kolonial Foto 9. Beberapa koleksi nisan Cina (Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008)

16 30 Foto 10. Koleksi kereta jenazah Foto 11. Koleksi patung wanita menangis (Atina Winaya, 2008) (Atina Winaya, 2008) Tidak semua koleksi yang dimiliki Museum Taman Prasasti dipamerkan dan disajikan kepada pengunjung. Hal tersebut dikarenakan keadaan ruang yang terbatas. Koleksi-koleksi museum yang tidak dipamerkan, disimpan di gudang. Pada tahun 2008, dilakukan inventarisasi terhadap koleksi museum yang berada di ruang pameran. Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut, maka diketahui bahwa terdapat 940 koleksi yang berada di ruang pameran. Adapun keterangan mengenai jumlah koleksi dan penempatannya dapat dilihat pada tabel berikut: No Lokasi Kondisi Baik Rusak Lain-lain Jumlah 1 Blok A Blok B Blok C Blok D Blok E Blok F Blok G Blok H Blok I Blok J Blok K dan Gd. Serba Guna Pilar Dinding Barat Dinding Timur JUMLAH Tabel 1. Inventarisasi koleksi museum menurut lokasi/blok tempat koleksi (Inventarisasi Museum Taman Prasasti, 2008)

17 31 Menurut Nirwono Joga dkk. dalam bukunya yang berjudul Museum Taman Prasasti: Metamorfosis Kerkhof Laan Menjadi Museum, Museum Taman Prasasti memiliki 32 makam insitu (Joga dkk., 2005:13). Adapun nisan (prasasti) yang insitu tersebut adalah sebagai berikut: No Nama No Nama 1. Anthony Mikken Hacen van Am Sterdam ceboren Den 17 January 1792 EN EEDEN Den Oktober 1809 Oud 47.AREN 8 MAAN DEN TEN 27 DAGEN No.. 3. Rust Plaats van de familie J RS VAN RIEMSDIJK G: G: OVER N: INDIE O B. A ND. D NI No SACRED TO THE MEMORY OF PHILIP SKELTON, ES RF BRITISH MERCHANT WHO DIED AT BATAVIA The 23 April, 2. Adriaan Osstwalt Directeur generaal van Netherlands India 30 Dec 1734 No Hier Legal Begraven Jan Baptisa de Looft inzyn Leven Baasvan D Comp. Equip E Smits Winkel Geboren tot Damme A:1642 Den 25 EN May en Overleden: A: 1697 Den 9 EN September Enzyn Huysvrow Johanna De Bjom Geboren tot Inder Heere Ontslapen A:1714 Den 17 Aug No Sacred to the Memory of JAMES SHRAPNELL Esquire British Merchant Who died at Batavia Anno Dominii RUST PLAATS Van ABRITON ZACARA Armenjsch Koopman Geboren tot spahan Overleden tot Batavia Den 22 November J801 Oudzynde 39 Iaaren No HK No. 28 (tanpa nama) 11. Rust Plaats Voor Johannes On the 20 th of January A D Sacred to the Memory of John Davidson. Es Who died at Batavia The 22 Oktober 1841 In the 50 th year of nisage 10. Graf Steed Evan Cornelis van Loon Hier Rust Vrouwe Cornelia Magdalena van Loon Huysvrouwe Van Den Eersten Raad In Directeur General Julius Valentyn Stein Van Gollenesse Geboren Den J8 Aug S J1698 Overleden Den J4 Juny J1752 oud iaar Maanden End Dagen No No. 20 (tanpa nama)

18 32 Loetzrich No Hier Rust Den Edaniel Six VANMDDELBURGHSUNLEVEN OPERCOOPMANEN OUSOPER HOFS OVER DES ESCOMP VOOR TREFFE LICKE NEGOTIS IT KEUSER RUCK VANJAPAN OVER LEDEN DEN 4 NOVEMA J674 OUT SUNDE 5ZAREN SECURUS QUIESCO en Iuevorv Catharina Stadlander Weduwe Van opgem Hsix en Iongst Huysvrovw van D H Daniel Van den Bolck Lid inden Ac te Raad Van Ius thedeses Casteels God Salig Inden Heere ont Slapen Den 20 EN January-Anno 1682 HK. No Hier Rust in Vrede Rust Zacht Lieve Zuster Elizabeth Fransisca Krug geb. Hoets Geb. Te SEMARANG 12 Juli 1893 OverL. Te Batavia 1947 Hier Rust in Vrede Rust Zacht Lieve Moeder Johana Hoets tot Wederziens Geb. De Koning Geb. Te Rotterdam 9 April 1859 overl. Te Batavia C 9 December Rustplaats Van Vrouwe Charlotte Geertruida Van Motman Arnold Geb. 3 April 1808 Overl. 18 April Hier Rust NTUENTES-EXITUM-IMITAMINI- A. Schultheiss de TIDEM Hebr XIII Geb. Te Bern 1830 Java ansche Overl : 13 Juli 1886 Vrouw RIP Echtgenoot Van H. Lastdrager Overleden Den 11 September J. Louise J. A. B. SCHULEIN Geb Callois Hier Rusten Jantje Schrader Geb. En Overl. Te Weltevreden 9 dec 1910 en wilh. FA Schrader geb. Te Delden 30 Aug 1871 Overl. Te Weltevr 24 Febr 1927 RIP 18. Hier Rust ons aller geliefde Broer en weldoener WILLEM JOHAN OTTO WASCH Geboren te Batavia 2 September 1886 Overleden te Batavia 7 Februari 1935 Rust Zacht Beste Wim to wederziens 20. Belum bisa dipastikan 21. Belum bisa dipastikan 22. Rustplaats Van Vrouwe E.A. Roseboom Weduwe van der heer Jeremias Schihll Te Bataviageborev Den 18 Oktober Sacred to the Memory of OLIVIA MARIAMNE Wife of The Honble Thomas Stamford Raffles Lieutenant Governor of Java 24. In te domine, speravi KAPITEN JAS + 5 Mei 1768 Afdeling IV, Klas I No. 12 Rust Zacht, Lieve vader

19 33 and its Dependencies Who departed this life at Buitenzorg The 23 day of November FAMILIE A.J.W. van DELDEN a. Ambrosius Johannes Wilbrordus van Delden Geb. Te goor 19 November 1819 Overl. Te kobe-japan 8 September 1887 Albier ter Ruste Gelegd 9 Oktober 1887 b. Maria Magdalena Christina Doornink A.J.W. van Delden Geb. Te Buitenzorg 10 Mei 1829 Overl. Te Rotterdam 2 Oktober 1875 En alhier te ruste Gelegd 1 Januarij 1876 c. Geerlof Wassink Geb. 11 December 1873 Overl. 16 Julij 1875 En Ambrosius Wassink Geb. 28 Mei 1875 Overl. 17 Julij 1875 d. Marinus Wassink Geb. 31 Julij 1882 Overl. 11 September 1882 M.EG.D.G. Wassink Geb. Te Soerabaija 27 November 1848 Overl. 21 November RIP Bianca Estella Kroet Geb. Batavia Overl. Batavia Johannes Hendricus Kroet Geb. Semarang Overl. Batavia Jeanne Henriette Kroet Geb. Boshouwer Geb. Batavia Overl. Batavia Maximiliaan Hendricus Kroet Geb. Batavia Overl. Batavia AAN ONZEN LIEVELING CAROLUS JAN MATTHIJS MARIA PINXTER 2 JAN 6 NOV Den Generaal majoor J.H.R. KOHLER Ridder Dermilt Willemsorde 4 Ke Bevelhebber Ie Expeditie Tegen Atjeb 3 Juli April 1873 Bid voor ons Carlo, mien, ida, tini, adi Her, Ina Et in meditatione mea exardescit ignis 26. Dr. H.F. Roll Oud Directeur van STOVIA 27 Mei Sept 1935 Fritz Roll Medisch student 20 Maart Jan In memoriam Ill mi AC Revmi Ada mi Caroli Claessens Archiepiscopi tit Siracensis Vicar II apci Bataviaensis 10 IULII ANNOS NATI RIP 30. Hier Rust Mijn geliefde Eghtgenoot Johan Willem van Mansvelt Geb. Te Padang 21 Juni 1870 Overl. Te Batavia 22 Mei 1938 Rust in Vrede 32. a. Gerardus Henricus runsing Geb. 3 VLEI 1812 Overl. 19 April 1867 an zijng Eechtcenoote CABIJVANCK b. Hier Rst Onze Lieveling H.P.I. Simon Geb. Te Brimmen 18 November 1882 Overl. Te Batavia 13 Juni 1885 Tabel 2. Daftar makam insitu (Joga dkk., 2005:79-85)

20 34 Foto 12 dan 13. Beberapa makam insitu (Atina Winaya, 2008) Foto 14 dan 15. Beberapa makam insitu (Atina Winaya, 2008) Museum Taman Prasasti menyimpan koleksi berupa nisan makam tokohtokoh terkemuka pada masanya. Nisan-nisan tersebut menjadi salah satu koleksi utama yang dimiliki museum. Adapun beberapa tokoh yang dimaksud antara lain adalah: 1. MGR. Adami Caroli Claessens Claessens adalah seorang pastur agama Katholik. Pada tahun 1874, ia diangkat sebagai pastur kepala di Batavia. Setelah satu tahun kemudian, Claessens diangkat menjadi uskup di Batavia sampai tahun Selama kepemimpinannya, perkembangan agama Katholik cukup baik, seperti di Cirebon, Bogor, Magelang, Madiun, dan Malang (DMS DKI Jakarta, 1994:27).

21 35 2. MGR. Walteru Jacobus Stall Stall merupakan uskup Batavia yang menggantikan Claessens pada tahun Ia meneruskan pembangunan Gereja Katedral bersama pengurus gereja dan jemaat lainnya. Stall melakukan misi ke berbagai pelosok nusantara, seperti Bangka, NTT, NTB, Kepulauan Kei, Minahasa, dan Ambon (DMS DKI Jakarta, 1994:28). 3. J.H.R. Kohler Kohler adalah panglima tertinggi militer dengan pangkat Mayor Jenderal. Ia ditugaskan pada ekspedisi ke Aceh dan sebelumnya menjadi komandan daerah militer di Sumatera Barat (DMS DKI Jakarta, 1994:28). 4. A.V. Michiels Michiels adalah seorang panglima militer Belanda. Ia telah bertugas ke berbagai daerah seperti Cirebon, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bali. Untuk mengenang keberanian dan jasa-jasanya, pemerintah Belanda mendirikan monumen untuk Michiels di Waterloo Plein (sekarang menjadi Lapangan Banteng) (DMS DKI Jakarta, 1994:38-40). 5. Keluarga van Rimsdijk Jeremias van Rimsdijk adalah salah satu gubernur pada masa Hindia Belanda. Anaknya yang bernama Halventius merupakan tuan tanah kaya raya yang mempunyai bisnis gula. Ia menghibahkan tanahnya di Tanah Abang untuk dijadikan kawasan pemakaman (sekarang Museum Taman Prasasti) (DMS DKI Jakarta, 1994:35). 6. Jonathan Michiels Michiels memiliki reputasi sebagai orang terkaya di Batavia dan dikenal sebagai mardijker yang terakhir. Semasa hidupnya ia memegang jabatan penting dalam pekerjaannya di bidang suplai peralatan militer (DMS DKI Jakarta, 1994:34). 7. MR. Lindor Serrurier Serrurier pernah menjabat sebagai Direktur Museum Etnologi Kerajaan di Leiden pada tahun Pada tahun 1896, ia datang ke Batavia dan ditugaskan sebagai guru besar di Gymnasium Wielem III sampai akhir hidupnya, yaitu tahun Serrurier merupakan ilmuan yang telah

22 36 menulis banyak buku, di antaranya terdapat 32 karangan yang disimpan di Museum Nasional (DMS DKI Jakarta, 1994:30-31). 8. H.F. Roll Roll adalah tokoh yang mencetuskan gagasan dan pendirian STOVIA (Sekolah Tinggi Dokter Indonesia). Sekolah itu kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran. Roll diangkat menjadi direktur STOVIA pertama dan di tempat inilah perkumpulan pergerakan nasional Budi Utomo dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908 (DMS DKI Jakarta, 1994:46). 9. Olivia Mariamne Raffles Olivia merupakan istri pertama Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur Letnan Jawa pada masa pemerintahan Inggris (DMS DKI Jakarta, 1994:41). 10. John Casph Leyden Ia adalah teman dekat Thomas Stamford Raffles dan istrinya, serta merupakan penasehat Raffles tentang hubungan dengan Melayu (DMS DKI Jakarta, 1994:40). 11. Kapitan Jas Nisan Kapiten Jas merupakan legenda. Hingga saat ini masyarakat berziarah ke makam Kapiten Jas dengan harapan permohonan mereka akan terkabul. Padahal, sesungguhnya mungkin Kapiten Jas tidak pernah ada. Terdapat tiga versi cerita yang menjelaskan tentang asal-usul nama tersebut (DMS DKI Jakarta, 1994:42-43). 12. Pieter Erberveld Pieter adalah seorang indo keturunan Jerman dan Thailand. Ia memiliki tekad dan usaha yang kuat dalam menentang pemerintahan Belanda. Bersama Raden Kartadriya, ia berencana untuk membunuh semua orang Belanda di Batavia. Namun pada akhirnya rencana tersebut diketahui pemerintah Belanda dan ia dihukum mati (DMS DKI Jakarta, 1994:44-45). 13. Dr. J.L. Andries Brandes Brandes adalah salah satu pelopor di bidang ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan mengenai masa lampau Indonesia. Ia merupakan seorang ahli

23 37 di bidang arkeologi, epigrafi, dan sastra Jawa Kuno (DMS DKI Jakarta, 1994:32-33). 14. Dr. W.F. Stutterheim Stutterheim merupakan salah satu ahli di bidang kepurbakalaan Indonesia. Ia pernah bekerja di Dinas Purbakala dan mengadakan inventarisasi kepurbakalaan di Bali. Selain itu, ia juga melakukan berbagai penelitian terhadap candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur (DMS DKI Jakarta, 1994:37-38). 15. Soe Hok Gie Gie adalah seorang mahasiswa yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Ia senantiasa berada di barisan terdepan dalam menentang pemerintahan orde lama. Gie meninggal dunia pada usianya yang ke-27 tahun di Gunung Semeru akibat gas beracun (DMS DKI Jakarta, 1994:35-36). 16. Miss Riboet Miss Riboet adalah pemain sandiwara yang sangat terkenal di Batavia pada awal abad ke-20. Ia berasal dari perkumpulan sandiwara Orion yang berdiri di Batavia pada tahun Perkumpulan tersebut didirikan oleh Tio Tek Djien Jr. yang juga merupakan suami Miss Riboet. Selain kemampuannya berakting, Miss Riboet juga terkenal dengan permainan pedangnya. Namanya melambung setelah ia memerankan seorang perampok perempuan dalam lakon Juanita de Vega, karya Antoinette de Zerna (Hutari, 2008) Program-Program Museum Taman Prasasti Museum Taman Prasasti adalah lembaga yang memperoleh, mengumpulkan, merawat, menghubungkan, serta memamerkan koleksikoleksinya untuk tujuan edukasi dan rekreasi. Berkenaan dengan hal tersebut, museum mengadakan berbagai program kerja dalam mengelola koleksi yang dimilikinya.

24 38 Menurut penuturan Kepala Museum Taman Prasasti, museum melakukan empat hal terhadap koleksinya. Pertama adalah pelestarian. Museum Taman Prasasti mengupayakan agar seluruh koleksi yang dimilikinya dapat bertahan lama sehingga dapat terus dinikmati oleh masyarakat. Pelestarian berupa konservasi koleksi dilakukan bekerja sama dengan UPT Balai Konservasi. Kemudian hal yang kedua adalah meningkatkan performa koleksi agar dapat dinikmati masyarakat. Museum berusaha menyajikan koleksi semenarik mungkin agar terhindar dari kesan kuburan yang seram, misalnya dengan membuat suasana taman yang teduh dan indah. Hal yang ketiga berkaitan dengan aspek ekonomi. Dalam hal ini, Kota Jakarta harus dapat mengelola salah satu sumber daya alam (paru-paru kota) yang dimilikinya menjadi aset yang menghasilkan devisa (retribusi daerah). Lalu hal yang terakhir adalah menjadikan museum sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi berbagai bidang studi. Beliau juga menjelaskan bahwa Museum Taman Prasasti memiliki program rutin yang dilaksanakan setiap periode tertentu, seperti program inventarisasi, konservasi, penyajian (pameran), dan program publik. Konservasi dan inventarisasi koleksi dilakukan satu kali setiap tahun. Sedangkan kegiatan diskusi ilmiah dan promosi publik dilaksanakan dua kali dalam setahun. Kegiatan diskusi ilmiah dapat berupa ceramah atau seminar, dan untuk kegiatan publik tahun ini (2008), museum mengadakan Wisata Jelajah Malam. Sasaran peserta untuk kegiatan diskusi ilmiah adalah kalangan akademisi dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan Museum Taman Prasasti. Sedangkan untuk kegiatan publik, seperti Wisata Jelajah Malam, yang menjadi sasaran peserta adalah masyarakat umum. Museum Taman Prasasti telah mencoba untuk mengembangkan berbagai program yang inovatif dan kreatif dari tahun ke tahun. Menurut pegawai yang pernah bekerja di Museum Taman Prasasti selama 10 tahun, museum telah berupaya mengadakan program-program yang menarik minat masyarakat. Misalnya pada tahun 1990-an pernah diadakan kegiatan simulasi pembuatan prasasti dari batuan granit dan marmer. Kemudian pada tahun 1994 pernah diselenggarakan lomba desain taman tingkat propinsi. Ketika itu yang menjadi juara pertama adalah Jurusan Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Hasil

25 39 desain taman tersebut kemudian dijadikan acuan untuk pengembangan penataan museum. Program-program Museum Taman Prasasti kemudian menjadi semakin bervariasi setelah bergabung dengan Museum Sejarah Jakarta. Beberapa program di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Prosesi Pemakaman Batavia 1820: Sebuah Rekonstruksi Sejarah. Kegiatan diadakan pada tanggal 29 Agustus Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memberikan gambaran umum kepada masyarakat saat ini mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada masa kolonial Belanda, khususnya yang terkait dengan prosesi pemakaman (Museum Sejarah Jakarta, 2004). 2. Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti. Kegiatan diadakan pada tanggal Juli Tujuan penyelenggaraan seminar adalah untuk merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai arahan pengembangan Museum Taman Prasasti ke depan dengan bantuan berbagai pendekatan ilmu, khususnya arkeologi, sejarah, dan arsitektur lansekap. Seminar diadakan dalam bentuk diskusi panel yang mengikutsertakan kalangan pemerintahan, akademisi, dan praktisi. Rekomendasi mengenai arahan pengembangan Museum Taman Prasasti meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Visi dan misi Museum Taman Prasasti sebagai museum terbuka (open air) dan tertutup (indoor). 2. Konsep dan pendekatan penyajian koleksi yang mampu memberi gambaran kesejarahan Kebon Jahe Kober dan Koleksi Museum Taman Prasasti. 3. Masukan tentang penentuan materi koleksi Museum Taman Prasasti dalam pengumpulan, perawatan, dan penyajian/penataan museum di masa datang (Museum Sejarah Jakarta, 2005). 3. Pembuatan VCD Museum Sejarah Jakarta dan Museum Taman Prasasti. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei Juni Tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai Museum Sejarah Jakarta dan Museum Taman Prasasti kepada masyarakat, menumbuhkan minat

26 40 masyarakat untuk berkunjung ke museum tersebut, serta menjadi cinderamata bagi pejabat dan tamu khusus yang berkunjung ke museum tersebut (Museum Sejarah Jakarta: 2005). 4. Pertunjukan Sound and Light di Museum Taman Prasasti. Kegiatan diadakan pada tanggal 31 Juli Pertunjukan tersebut menonjolkan keindahan batu-batu nisan dan prasasti yang ada dengan menggunakan sinar lampu yang kontras. Kemudian terdapat narasi yang menceritakan keadaan di Batavia pada abad ke-18, yang ketika itu merupakan daerah yang tidak sehat akibat merebaknya berbagai macam penyakit. Tujuan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pendidikan dan hiburan bernuansa sejarah kepada masyarakat. 2. Menjadikan Museum Taman Prasasti sebagai alternatif pusat kegiatan seni budaya dan sejarah. 3. Mempromosikan Museum Taman Prasasti sebagai salah satu saksi penting sejarah perjalanan kota Jakarta. 4. Memperlihatkan bentuk keindahan artistik dari batu-batu nisan, tugu peringatan, monumen, prasasti, patung-patung malaikat, dan koleksi lainnya di bawah sinar lampu. 5. Mengisahkan sejarah Museum Taman Prasasti sejak bernama Kebon Jahe Kober hingga diresmikan sebagai museum. 6. Meningkatkan minat dan perhatian masyarakat akan sejarah. 7. Meningkatkan minat dan apresiasi masyarakat terhadap tokohtokoh yang pernah dimakamkan/dipindahkan ke Kebon Jahe Kober. 8. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum, khususnya Museum Taman Prasasti. 9. Mengenal sejarah perjalanan bangsa Indonesia. 10. Membangun dan meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa dan negara (Museum Sejarah Jakarta, 2004).

27 Rencana Pengembangan Museum Taman Prasasti Rencana pengembangan Museum Taman Prasasti, salah satunya mengacu pada hasil lomba desain Museum Taman Prasasti tahun 1994 dan Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti tahun Pedoman pengembangan fisik museum dibuat oleh Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti. Pengembangan museum dapat diarahkan ke pengembangan pendidikan dan pembelajaran masyarakat menuju pembangunan komunitas museologi, sehingga pelestarian koleksi museum sebagai warisan budaya ditempatkan dalam konteks aktivitas dan perubahan sosial (Magetsari, 2005). Dalam wujudnya, museum dapat didirikan di mana saja, tidak selalu harus berwujud sebuah gedung (Magetsari, 2005). Dalam hal ini, Museum Taman Prasasti yang notabene merupakan museum taman pemakaman umum memiliki koleksi bentuk penataan makam insitu dan koleksi prasasti nisan makam yang menjadi sumber daya sejarah yang sangat berharga (Joga dkk., 2005:45). Konsep dasar pengembangan Museum Taman Prasasti berlandaskan pemahaman upaya pelestarian koleksi. Menurut Nirwono Joga dkk., pada Museum Taman Prasasti terdapat 32 prasasti insitu yang tidak boleh dipindahkan karena keterkaitan nilai otentik sejarah situs (Joga dkk., 2005:46). Oleh karena itu, petak situs yang telah terbentuk tidak diubah. Prasasti-prasasti insitu tidak diubah atau dipindahkan keletakannya. Sedangkan prasasti-prasasti eksitu yang merupakan pindahan dari tempat lain atau prasasti-prasasti yang merupakan koleksi baru akan ditata kembali (Joga dkk., 2005:46). Sirkulasi pengunjung dan penghijauan juga ditata ulang agar ruang pameran dapat membentuk tahapan ruang yang jelas dan mengalir untuk menunjang kegiatan museum di ruang terbuka dan menambah keindahan museum (Joga dkk., 2005:46). Dalam bukunya, Nirwono Joga dkk. membuat tahapan ruang pada Museum Taman Prasasti sebagai salah satu rencana pengembangannya. Tahapan ruang tersebut adalah area kedatangan, penerima, penghantar, utama, pendukung, dan pelayanan. Pengadaan tahapan ruang pada Museum Taman Prasasti bertujuan untuk memberikan pengalaman ruang yang berbeda-beda dalam petualangan menjelajahi museum (Joga dkk., 2005:47).

28 42 Area kedatangan berada di halaman depan museum. Pada area tersebut terdapat tiga patung malaikat yang menjadi simbol Museum Taman Prasasti, papan informasi kegiatan museum, serta tempat parkir bagi pengunjung (Joga dkk., 2005:47). Area penerima adalah bangunan (balairung) induk bergaya Doria. Pada area tersebut terdapat panel-panel yang berisi penjelasan mengenai sejarah museum dan rencana pengembangan museum di masa datang. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran sekilas mengenai sejarah Museum Taman Prasasti bagi pengunjung sebelum mereka memulai petualangan penjelajahan museum di ruang terbuka. Pada area penerima terdapat pula papan informasi yang memuat program dan kegiatan museum, denah museum, serta petunjuk lainnya. Selain itu, juga terdapat pusat informasi, loket, dan kios cinderamata (Joga dkk., 2005:48). Area penghantar merupakan area penghubung antara area penerima, area utama, area pelayanan, kantor pengelola, dan gedung serbaguna. Pada area tersebut terdapat papan informasi (papan petunjuk) yang berisi keterangan arah tujuan yang diinginkan pengunjung (Joga dkk., 2005:48). Area utama adalah halaman dalam museum yang memuat koleksi-koleksi museum. Pada area tersebut terdapat pula plaza kecil (teras) yang disediakan untuk berbagai kegiatan di ruang terbuka pada waktu tertentu dengan kapasitas terbatas. Kantor pengelola juga terdapat pada area utama (Joga dkk., 2005:48-49). Area pendukung ditentukan oleh letak prasasti insitu. Prasasti insitu tidak mengalami perubahan, sedangkan prasasti eksitu ditata ulang berdasarkan kriteria tertentu, seperti keterkaitan sejarah, profesi, jenis kelamin, dan tahun pembuatan. Penataan ulang prasasti eksitu terbagi atas dua macam, yaitu prasasti ditempelkan pada pilar persegi empat tegak vertikal berdimensi 2,50 x 1 x 1 meter dan prasasti diletakkan dengan kemiringan 30 0, tinggi 1 meter, dan lebar 1,50 meter. Pada area pendukung terdapat tempat-tempat beristirahat (bangku taman) untuk melepas lelah sambil menikmati keindahan pemandangan museum (Joga dkk., 2005:49-51). Area pelayanan meliputi kantor pengelola museum, gedung serbaguna, gudang, dan toilet. Area tersebut tidak berhubungan langsung dengan area lainnya, melainkan terdapat pembatas. Hal itu bertujuan untuk memberikan

29 43 kenyamanan bagi pegawai dan pengunjung museum. Jalur layanan kebersihan, pemeliharaan, dan kegiatan lainnya dibuat terpisah dengan jalur pengunjung agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung (Joga dkk., 2005:51). Adapun maksud dan tujuan, serta visi dan misi pengembangan pengelolaan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga dkk. adalah sebagai berikut: Maksud 1. Sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian koleksi prasasti dan lansekap makam Museum Taman Prasasti sebagai tujuan wisata kota. 2. Menata kembali dengan konsep pengembangan terpadu untuk meningkatkan kualitas museum dalam jangka pendek, menengah, dan panjang (Joga dkk., 2005:53). Tujuan 1. Peran : koleksi prasasti sebagai informasi bukti sejarah Kota Jakarta, sebagai ruang terbuka hijau kota, tempat rekreasi dan bersosialisasi. 2. Kesan : memberikan pengalaman suasana tersendiri untuk berkunjung kembali. 3. Pesan : kesinambungan visi dan misi masa silam, kini, dan mendatang (Joga dkk., 2005:53-54). Visi 1. Membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi bukti sejarah yang disajikan museum. 2. Menciptakan citra Jakarta sebagai kota wisata melalui pelayanan wisata kota. 3. Memberikan nilai tambah bagi sektor pariwisata dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jakarta. 4. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai budaya dan benda cagar budaya sebagai aset Kota Jakarta dan aset nasional yang menjembatani masa lalu, kini, dan modal masa depan.

30 44 5. Menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa masyarakat terhadap kota, negara, dan bangsa Indonesia (Joga dkk., 2005:54). Misi 1. Melestarikan nilai budaya khususnya koleksi artefak prasasti sebagai bukti sejarah perkembangan Kota Jakarta. 2. Menyebarluaskan informasi sejarah, keprasastian, dan nilai budaya melalui pameran tetap, temporer, penyuluhan, dan kegiatan publikasi lainnya. 3. Memberikan kenikmatan dan kesenangan melalui atraksi pameran koleksi yang disajikan dan rekreasi bagi pengunjung (Joga dkk., 2005:54). Tujuan pengembangan Museum Taman Prasasti adalah untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki museum sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk datang mengunjungi museum. Sasaran pengunjung adalah masyarakat umum dari berbagai usia dan latar belakang, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, pengembangan museum juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya, serta memutar roda perekonomian (Joga dkk., 2005:64).

BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI

BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI 70 BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI 4.1. Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya. Konsep

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4. Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia. penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang

PERTEMUAN 4. Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia. penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang PERTEMUAN 4 Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia A. Pendahuluan Jenis museum bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai segi. Yang paling sering ditinjau yaitu dari segi koleksi. Jenis museum

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah - 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG MATA KULIAH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN UNTUK UJIAN VERIFIKASI HASIL KONVERSI KURIKULUM DOSEN : Ir. NuzuliarRachmah, MT DISUSUN OLEH : MARIA MAGDALENA SARI A. 052. 09. 045

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Kata museum sendiri berasala

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Kata museum sendiri berasala BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Arti museum seperti yang di dikutip dari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus (1990:601) adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Tinjauan Proyek Judul : Pusat Pendidikan Budaya Betawi Tema : Arsitektur Betawi Lokasi : Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan Luas Lahan : ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1978, wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi 5 (lima) wilayah kota administrasif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Penulis akan membuat sebuah buku yang berisi tentang museum sejarah jakarta. Buku tersebut akan membahas mengenasi sejarah bangunan, fungsi bangunan pada saat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna 1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Taruma dengan rajanya Purnawarman dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Taruma dengan rajanya Purnawarman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah Jakarta dimulai dengan ditemukannya Prasasti Tugu pada abad V, yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu-Taruma dengan rajanya Purnawarman dan wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendokumentasian dan penginformasian seni budaya.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendokumentasian dan penginformasian seni budaya. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah UPT Taman Budaya Jawa Timur Pada tanggal 20 Mei 1978 lahirlah Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr. Daoed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta adalah kota besar yang tumbuh karena proses sejarah yang panjang. Disamping menjadi pusat pemerintahan dan kota metropolitan, Jakarta juga mempunyai seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat, dan setiap kemampuan dan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

PEDOMAN MUSEUM SITUS CAGAR BUDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PEDOMAN MUSEUM SITUS CAGAR BUDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA K ONSEP P EDOMAN M USEUM S ITUS C AGAR B UDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2006 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Dasar B. Maksud C.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT' PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA TUA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan memamerkannya kepada masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

- BAB I - PENDAHULUAN

- BAB I - PENDAHULUAN - BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kabupaten Ngawi mempunyai sumber daya budaya berupa objek/situs cagar budaya yang cukup banyak dan beragam jenisnya. Dari semua objek/situs cagar budaya yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kini semakin berkembang, dilihat dari Indonesia yang memiliki banyak potensi dan kekayaan alam dan kebudayaan

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1220 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci