Menurut Insih Wilujeng (2003: 4) Model pembelajaran Advanced. stuktur kognitif siswa, yang oleh Ausubel diberi arti pengetahuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menurut Insih Wilujeng (2003: 4) Model pembelajaran Advanced. stuktur kognitif siswa, yang oleh Ausubel diberi arti pengetahuan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Advanced Organizer Menurut Insih Wilujeng (2003: 4) Model pembelajaran Advanced Organizer adalah model pembelajaran yang lebih mengutamakan stuktur kognitif siswa, yang oleh Ausubel diberi arti pengetahuan seseorang tentang bidang ilmu tertentu, pada waktu tertentu, dan sejauh mana pengorganisasiannya, kejelasan dan kemantapannya. Ausubel berpendapat bahwa struktur kognitif yang dikuasai seseorang merupakan faktor yang sangat menentukan, apakah materi- materi baru akan bermakna. Sebelum kita dapat menyuguhkan materi baru dengan berhasil, kita harus meningkatkan stuktur kognitif siswa. Menurut Ausubel, apakah materi atau informasi akan bermakna bagi siswa lebih tergantung pada kesiapan siswa dan pengorganisasian materi dari pada metode presentasinnya. Jika siswa mulai dengan perangkat yang tepat, dan jika pembelajaran diorganisasi dengan baik, maka terjadilah belajar yang bermakna (Soeparman Kardi, 1997: 4) pendapat Ausubel terhadap materi bidang studi dan stuktur kognitif mempunyai implikasi langsung yang penting terhadap pengorganisasian kurikulum dan prosedur intruksional. Pengorganisasian awal (advanced organizer) adalah sejumlah pengetahuan dari pengalaman seseorang selama hidupnya dan pengetahuan apa yang mereka miliki untuk mempelajari pengetahuan 7

2 baru. Hasil penelitian melaporkan bahwa pengetahuan awal seseorang siswa akan megendalikan kemungkinan-kemungkinan belajar yang baru (Arends, 1997: 246). Ratna wilis Dahar (2006: 100), menggunakan istilah pengaturan awal untuk menterjemahkan istilah advanced organizer. Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari, dan menolong siswa untuk menginggat kembali informasi yang berhubungan yang digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengaturan awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru. Gredler dan Margereth (1991), dalam Napsin Palisoa (2007: 32), mengemukakan bahwa model pembelajaran Advance Organizer memiliki tiga maksud yaitu: a. Memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya. b. Dipilih secara saksama sehingga dapat menjadi penghubung antara serangkaian informasi siswa sekarang dan belajar yang baru. c. Sebagai jembatan struktur kognitif yang akan diperoleh. Ausubel (1960), dalam Arends (1997: 246) menganalogikan pengetahuan awal atau advanced organizer sebagai jembatan yang menghubungkan antara pengetahuan awal dan pengetahuan baru. Advanced organizer dapat berbentuk penjelasan verbal, wacana teks, gambar, atau diagram. 8

3 Ausubel menjelaskan dalam (Soeparman Kardil, 2003: 3), bahwa informasi baru dapat dipelajari secara bermakna dan tidak mudah dilupakan asal informasi baru tersebut dapat dihubungkan dan dikalikan dengan konsep yang sudah ada. Jika materi yang baru sangat bertentangan dengan struktur kognitif yang ada atau tidak dapat dikaitkan dengan konsep yang sudah ada, maka materi baru tersebut tidak dipahami dan disimpan lagi. Joyce dan Weil (1996: 272) Terdapat dua macam pengorganisasian awal, yaitu expository dan comparation. Espasitory organizer mengandung konsep dasar pada tingkat abstraksi tinggi dan mungkin beberapa konsep di bawahnya. Sedangkan comparative organizer banyak digunakan pada materi yang relative telah dikenal. Tujuan dari pengorganisasian awal ini disusun untuk membedakan konsep awal dan konsep baru. Soeparman Kardi dalam Napsin Palisoa (2007: 36) Advanced Organizer termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Advanced Organizer dirancang untuk memantapkan struktur kognitif siswa. Struktur kognitif merupakan faktor yang sangat menentukan apakah materi baru akan bermakna dan sejauh mana materi-materi tersebut dapat diperoleh dan dipertahankan. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non 9

4 fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkahlaku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adannya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984), dalam Oemar Hamalik (2001: 24) menyatakan bahwa yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan 10

5 siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Para ahli mengelompokkan aktivitas belajar dalam beberapa klasifikasi yaitu: 1. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu: a. Visual Activities Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati percobaan, mengamati orang lain bekerja. b. Oral Activities Mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian, memberi saran, mengajukan pertanyaan. c. Listening Activities Mendengarkan penjelasan guru. d. Writing Activities Mengerjakan latihan, menulis catatan, menulis cerita, membuat karangan, mengisi angket, dan mengerjakan tes. e. Drawing Activities Menggambar grafik, membuat pola, chart dan diagram. f. Motor Activities Melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelenggarakan permainan dan lain-lain. g. Mental activities Memecahkan masalah, membuat keputusan, menganalisa. h. Emotional Activities Bersemangat, menaruh minat. 11

6 Oemar Hamalik (2001: 175) Aktivitas sangat besar nilainya bagi pengajaran, hal ini disebabkan karena: 1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral 3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan siswa sendiri 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, hubungan antar orang tua dan guru 7. Pembelajaran diselenggarakan secara realistis dan kongkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari verbalistis. 8. Pengajaran sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat. 3. Hasil Belajar Abdurrahman (1999), dalam Asep jihad (2008: 14) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran ataupun tujuan instruksional. Menurut Benjamin S. Bloom dalam Asep Jihad (2008: 14) tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J Romizowki dalam Asep Jihad (2008: 14) hasil belajar merupakan keluaran dari suatu system pemrosesan masukan. Masukan 12

7 dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang menetapkan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: a. Pengetahuan tentang fakta b. Pengetahuan tentang prosedural c. Pengatahuan tentang konsep d. Pengatahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik c. Keterampilan bereaksi atau bersikap d. Keterampilan berinteraksi Hasil belajar diperoleh dengan melakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat pengausaan siswa. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Oemar Hamalik (2003) dalam asep jihad (2008: 15) mengatakan bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, 13

8 nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuanpembelajaran yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Nana Sudjana (2004) dalam Asep Jihad (2008: 21) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oemar Hamalik dalam Asep Jihad (2008: 15) Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar, yang menunjukkan behwa siswa telah melakukan perbuatan belajar yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Usman (2001) dalam Asep jihad (2008: 16) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif afektif dan psikomotorik. 14

9 1. Domain Kognitif a. Pengetahuan (knowledge). Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan hal-hal yang bersifat kusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingat terhadap suatu pola, struktur atau seting. b. Pemahaman (comprehension). Jenjang seting di atas pengetahuan ini meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menetapkan hasil komunikasi secara akurat, menettapkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mengkoordinasikannya secara setingkat tanpa merubah pengeryian dan dapat mengekplorasikan. c. Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. d. Analisa. Jenjang yang keempat ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam memisah-misah suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi di antara bagian-bagian itu dengan cara mencari materi yang terorganisir. e. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa, ini meliputi anak untuk menempatkan bagian-bagian elemen sehingga membentuk keseluruhan yang koheren. f. Evaluasi. Jenjang ini adalah paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemempuan pengetahuan anak didik, melipiti kemampuan anak didik dalam mengambil keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, ide, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi dan lain-lain. 2. Domain kemampuan sikap (affective) a. Menerima atau memperhatikan. Jenjang ini akan meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif. Termasuk didalamnya juga keinginan untuk menerima atau memperhatikan. b. Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat di dalamnya. c. Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil tidaknya hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai. d. Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku. e. Mempribadikan. Pada tingkat akhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, 15

10 diorganisasikan ke dalam suatu sitem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. 3. Ranah psikomotorik a. Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat diamati, maka akan mulai membuat turuan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim otot-ototnya dan dituntut oleh dorongan kata hari untuk menirukan. b. Manipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan. c. Keseksamaan. Meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu. d. Artikulasi. Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat diantara action yang berbeda-beda. e. Naturalisasi. Tingkat akhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami suatu action atau sejumlah action yang urut. Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dati ada tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukkan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh 16

11 siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. 4. Hakikat Pembelajaran Fisika Sains (fisika) telah diajarkan kepada siswa sejak di tingkat sekolah dasar dan berperan penting dalam seluruh proses pendidikan. Pendidikan sains (Fisika) di tingkat dasar memberikan kontribusi yang signifikan pada seluruh proses pendidikan siswa. Melalui sains (fisika), siswa diperkenalkan berbagai konsepsi tentang lingkungan sekitarnnya, termasuk penerapan sains dan tehnologi di masyarakat. Disimpulkan bahwa sains tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Pembelajaran fisika di dalamnya harus lebih menekankan pada proses pemecahan masalah dan pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan yang dimaksud bukan semata-mata mengalihkan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa, melainkan pembentukan pengetahuan dan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Pembentukan pengetahuan ini akan menghasilkan nilai lebih bila diperoleh dari berbagai kegiatan, itulah sebabnya aspek proses sangat ditekankan dalam pembelajaran fisika. Belajar fisika bukan sekedar menghafalkan konsep, teori, prinsip, serta rumus. Namun lebih dari itu, belajar fisika berarti juga belajar mengembangkan berbagai nilai (R. Rohandi, 1998: 17). (T. Sarkim, 1998: 140) menyatakan bahwa tujuan pengajaran sains terdiri dari: mengembangkan pemahaman siswa tentang alam, mengembangkan 17

12 keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh atau mengolah pengetahuan baru, serta mengembangkan sikap-sikap positif. Sikap positif yang dimaksud merupakan sikap keilmuan yang antara lain: mampu berpikir kritis, berpikir analitis, perhatian pada masalah sains, serta menghargai sains. Aspek proses dalam pembelajaran fisika memang tidak mungkin dapat dimasukkan pada setiap waktu, pada setiap pokok bahasan, maupun sub pokok bahasan. Keterbatasan waktu menjadi penyebab karena banyaknya materi yang harus disampaikan, serta ketersediaan alat, sangat mungkin terjadi apabila suatu metode hanya diterapkan pada pokok bahasan tertentu, atau hanya sebagai langkah yang dapat dialami siswa pada suatu pokok bahasan tertentu, atau hanya sebagian langkah yang dapat dialami siswa pada suatu pokok bahasan namun pada pokok bahasan lain, proses ini dimunculkan. 5. Implikasi untuk pembelajaran Pengorganisasian awal adalah sarana utama untuk memperkuat struktur kognitif dan mempertinggi presentasi informasi baru. Ausubel mengambarkan pengorganisasian awal sebagai materi pengantar yang diberikan mendahului pembelajaran pada tingkat abstraksi dan kekhususan yang lebih tinggi dari pada pembelajarannya. Tujuanya adalah menjelaskan, mengintegrasikan dan saling mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang dipelajari terlebih dahulu. 18

13 Soeparman Kardi (2003) dalam Napsin Palisoa (2007: 33) Model pembelajaran yang disusun di sini berdasarkan pada pandangan Ausubel terhadap materi pelajaran atau bidang studi, struktur kognitif, belajar secara aktif (Active reception learning), dan pengorganisasian awal Sintaks Advanced Organizer atau perorganisasian awal terdiri atas tiga fase kegiatan. Fase pertama, presentase pengorganisasian awal, fase kedua adalah presentasi tugas materi pembelajaran, dan fase ketiga adalah penguat organisasi kognitif dan menelaah hubungan antara materi pembelajaran dan pengetahuan yang sudah ada agar terjadi proses belajar secara aktif. Secara singkat sintaks tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks Model Advanced Organizer (Pengorganisasian Awal) (Joyce dan Weil, 2009: 289) Fase I Presentasi PA Menjelaskan Tujuan pembelajaran Mengidentifikasi ciri khusus Memberikan contoh Menghubungkan dengan materi/konteks Mengulang Mengingatkan kembali pengetahuan/pengala man siswa yang relevan Fase II Presentasi Tugas Mempertahankan perhatian Pengorganisasian yang sistemik Urutan pembelajaran yang sistemik Fase III Penguatan Organisasi Kognitif Menggunakan prinsip rekonsiliasi intergratif Menggerakkan reception learning aktif Memberi kesempatan pendekatan materi bidang studi secara kritis Menjelaskan 19

14 Model pembelajaran Advanced Organizer sangat bermanfaat untuk menstrukturkan urutan kurikulum atau mata pelajaran dan mengajarkan kepada siswa secara sistemik isi materi bidang studi. Setahap demi setahap, konsep-konsep dan proporsi penting dijelaskan dan diintegrasikan, sehingga pada akhir periode pembelajaran siswa akan memperoleh pespektif keseluruhan bidang studi yang dipelajari. Diharapkan pula akan terjadi peningkatan penguasaan siswa terhadap informasi factual yang dihubungkan dan dijelaskan melalui ide-ide pokok 6. Materi a. Pengenalan AVOmeter AVOmeter berasal dari AVO dan meter, A untuk ampere, V untuk volt, dan O untuk ohm. AVOmeter merupakan alat ukur listrik yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik, tegangan listrik, dan juga hambatan. AVOmeter biasa disebut dengan nama multitester (multi : banyak/lebih dari 1 dan tester : alat untuk mengetes / mengukur). Bagian-bagian AVOmeter antara lain skala, pointer (jarum penunjuk), selektor batas ukur, pengatur posisi jarum, pengatur 0 ohm, terminal, dan probe. 1. Skala Skala berupa garis berbentuk busur yang terdapat rentang angka yang dipecah oleh beberapa garis. Terdapat beberapa skala dengan rentang angka dan warna yang berbeda. Skala ada simbol 20

15 Ω hanya digunakan dalam pembacaan nilai hambatan. Terdapat pula skala yang digunakan dalam pembacaan nilai tegangan DC/AC dan kuat arus listrik DC. Tiga skala dengan rentang berbeda yang dapat digunakan dalam pengukuran tegangan dan kuat arus listrik. 2. Pointer (jarum penunjuk) Jarum penunjukan akan bergerak yang berfungsi untuk menunjukkan angka pada skala sebagian hasil pembacaan pengukuran yang dilakukan. Mengamati angka yang ditunjukan jarum, maka harus dilihat secara tegak lurus pada jarum. Untuk membantu pembacaan secara tegak harus, pada papan skala terdapat cermin sebagai alat untuk mengurangi kesalahan 3. Selektor Batas Ukur Selektor batas ukur berupa skalar yang dapat diputar untuk memilih batas ukur yang hendak digunakan. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting ketika menggunakan AVOmeter, Karena menentukan fungsi dan batas pengukuran yang akan digunakan. Bagian tepi selektor terdapat tanda AC V, Ω, DC Ma dan DC V. Penjelasan masing-masing tanda adalah sebagai berikut: AC V : untuk mengukur tegangan listrik PLN (arus bolak balik). 21

16 DC V : khusus untuk mengukur tegangan listrik DC. Misalnya tegangan yang ditimbulkan oleh baterai. DC ma : mengukur kuat arus listrik yang mengalir pada suatu komponen. Ω : digunakan untuk mengukur nilai hambatan suatu komponen 4. Zero Position Adjuster (Pengatur Posisi Nol jarum) Pada AVOmeter, bagian ini digunakan untuk mengatur posisi jarum pada angka nol yang letaknya paling kiri pada skala. sebelum melakukan pengukuran, cek apakah jarum sudah pada posisi nol, jika belum, atur menggunakan pengaturan posisi jarum dengan memutar ke kanan atau ke kiri hingga jarum pada posisi nol. 5. Pengatur Nol Ohm Bagian ini berfungsi untuk memutar jarum pada posisi nol skala ukur hambatan ketika mengenolkan AVOmeter dalam mengukur hambatan. 6. Probe Probe merupakan bagian AVOmeter yang bersentuhan langsung dengan objek yang akan diukur nilai besaran listriknya. Terdapat dua probe pada AVOmeter yaitu warna merah dan warna hitam. 22

17 7. Terminal Pengukuran Terminal pengukuran adalah bagian untuk menghubungkan probe dengan AVOmeter. Biasanya terdapat dua terminal pada AVOmeter yaitu terminal + dan. b. Mengukur Hambatan Listrik, Tegangan dan arus Listrik 1. Mengukur Hambatan Listrik Tahap persiapan sebelum melakukan pengukuran hambatan menggunakan AVOmeter adalah mengenolkan AVOmeter terlebih dahulu dengan menyentuhkan probe merah dan probe hitam, kemudian pada tombol kecil berlabel 0Ω putar perlahan hingga jarum mengarah ke angka nol. a. Memasang ujung kabel probe hitam dipasang ke teminal yang ditandai Common atau dan ujung kabel probe merah dipasang ke terminal yang ditandai dengan +. Pastikan Probe benar-benar terpasang pada AVOmeter. b. Mencari dua titik kontak listrik (kaki) dari komponen yang hendak diukur. Tekan probe hitam dan probe merah pada masing-masing titik (kaki). Kemudian jarum akan bergerak dari posisi kiri ke kanan. c. Pembacaan skala atau hasil pengukuran yaitu mengamati skala dengan mata tegak lurus terhadap skala. Untuk memperoleh nilai hambatan menggunakan persamaan Hasil ukur = Skala yang ditunjuk jarum batas ukur 23

18 2. Mengukur Tegangan Listrik Mengenolkan posisi pointer terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pengukuran dengan cara pada tombol kecil berlabel Zero Adjust putar perlahan hingga jarum mengarah ke posisi angka nol pada skala. a. Memutar tombol selektor sacara perlahan dan tempatkan pada fungsi Voltmeter sebagai alat ukur tegangan listrik. Pilih batas ukur yang digunakan, untuk menjaga kondisi AVOmeter supaya tidak terjadi tegangan berlebih, pilih pada batas ukur yang besar untuk pengukuran pertama. b. Menghubungkan probe pada rangkaian yang akan diukur. Memasang AVOmeter secara paralel dengan komponen dalam rangkaian yang hendak diukur. c. Pembacaan skala, mengamati skala dengan mata tegak lurus, untum memperoleh nilai egangan listrik hitung menggunakan rumusan = 3. Mengukur Arus Listrik Mengenolkan posisi jarum terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pengukuran dengan cara memutar tombol kecil berlabel Zero Adjust perlahan hingga jarum mengarah ke posis angka nol skala. 24

19 a. Pemilihan fungsi amperemeter dengan memutar selektor secara perlahan dan tempatkan pada fungsi Amperemeter sebagai alat ukur kuat arus listrik. Memilih batas ukur yang hendak digunakan. Untuk pertama kali pilih batas ukur yang terbesar. b. Menghubungkan probe dengan rangkaian yang akan diukur, memasang AVOmeter secara seri terhadap rangkaian. c. Pembacaan skala dan hasil pengukuran, yaitu dengan mengamati skala dengan tegak lurus, untuk memperoleh nilai kuat arus listrik dengan menggunakan rumus sebagai berikut: = Irkham Mauliana (2011: 1-15) B. Penelitian yang Relevan Penelitian pada dasarnya tidak beranjak dari nol, akan tetapi pada umumnya telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang sejenis. Oleh karena itu perlu mengenali penelitian terdahulu dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Di bawah ini penelitian-penelitian yang relevan dan digunakan sebagai acuan, dengan tujuan agar penelitian yang akan dilakukan dapat terlaksana dengan baik. Penelitian pertama dilakukan oleh Fadlik Armansah (2005), yang berjudul Penerapan Advanced Organizer Sebagai Model Penyusunan 25

20 Rencana Pembelajaran Dalam Upaya Optimalisasi Kegiatan Pembelajaran Fisika SMA. Dimana kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang menggunakan Advanced Organizer dalam pembelajaran fisika dengan yang tidak menggunakan Advanced Organizer di SMA Muhamadiyah 1 Prambanan. Penelitian selanjutnya yaitu oleh Fitha Yuniarita (2010), dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Media Kartu Domino Terhadap Penguasaan Konsep Besaran Dan Satuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar fisika antara kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media kartu domino dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tanpa kartu domino. Memperhatikan hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu model pembelajaran dapat meanjadikan proses pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif ataupun meningkatkan hasil belajar siswa. penelitian ini akan digunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Advanced Organizer untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa kelas X. Hasil belajar siswa diketahui setelah siswa diberikan tes. C. Kerangka berpikir Keberhasilan Pembelajaran Fisika di SMA didukung oleh beberapa faktor diantaranya guru, siswa dan lingkungan. Pembelajaran yang dibawakan oleh guru tidak selamanya berjalan dengan baik. Model 26

21 pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat mengajar hendaknya dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar. Berbagai macam model ataupun metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar fisika. Masing-masing memiliki pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar pada diri siswa. Salah satu model pembelajaran yang berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran Advanced Organizer. Model Advanced Organizer adalah salah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk memperjelas struktur kognitif siswa. Struktur kognitif merupakan faktor yang sangat menentukan apakah materi baru akan bermakna dan sejauh mana materi-materi tersebut dapat diperoleh dan dipertahankan. Sebelum memberikan materi baru dengan berhasil, guru harus meningkatkan stabilitas dan kejelasan struktur kognitif siswa. Guru dalam melakukan pembelajaran didalam kelas terlebih dahulu mengetahui pengetahuan awal siswa, kaitanya dengan materi yang akan diajarkan, sehingga respon siswa terhadap materi yang diajarkan lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Model pembelajaran Advanced organizer digunakan untuk mengatasi kesulitasn siswa yaitu mengarahkan dan menolong siswa menginggat kembali materi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, dan membantu siswa menanamkan pengetahuan baru. Berdasarkan asumsi tersebut siswa dengan model advanced organizer diarahkan untuk mengetahui dan menginggat kembali informasi yang 27

22 berhubungan dengan materi yang akan dipelajari dan membantu siswa dalam menanamkan pengetahuan baru. Siswa juga diberikan waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu dalam kelompok sosial. Model pembelajaran Advanced Organizer diharapkan kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari konsep-konsep fisika dapat diatasi. Hal ini dikarenakan jika siswa merasa kesulitan dalam mempelajari dan memahami suatu materi pelajaran, maka hasil belajar siswa rendah. Hasil belajar tinggi atau baik, jika kesulitan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran dapat diatasi, dengan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Ketuntasan siswa dalam mempelajari suatu materi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Suatu pembelajaran dapat dilaksanakan, bila skenario pembelajaran telah disiapkan dengan baik. Peneliti harus mengetahui kebutuhan siswa dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa. Ketuntasan belajar dapat diatasi bila kesulitan-kesulitan siswa teratasi pula, hal ini menyebabkan aktivitas siswa didalam kelas meningkat, ditunjukkan dengan meningkatnya interaksi sosial baik antara siswa dengan siswa, ataupun siswa dengan guru. Model pembelajaran Direct Instruction terbatas yaitu pembelajaran yang dilakukan secara umum di SMA N 1 Mlati namun ada keterbatasanketerbatasan, tidak semua fase dilakukan dalam pembelajaran sehingga 28

23 menyebabkan pembelajaran tidak maksimal. Sebagian siswa datang ke sekolah tanpa persiapan materi terlebih dahulu sehingga siswa cenderung pasif. Siswa hanya mendengar apa yang disampaikan oleh guru didepan kelas (teacher centered). Siswa menperoleh informasi dari apa yang disampaikan oleh guru. Informasi dari sumber-sumber buku bacaan lain kurang dan latihan-latihan soal juga kurang. Disini siswa mengandalkan guru saat pembelajaran dimulai. Hal ini memungkinkan kurangnya aktivitas siswa dan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperkirakan bahwa siswa yang diberi model pembelajaran Advanced Organizer akan lebih baik aktivitas dan hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran model Direct Instruction terbatas. 29

24 Adapun Paradigma kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. 2. Hasil belajar siswa kurang maksimal solusi Model pembelajaran Advanced Organizer Kelebihan Aktivitas Hasil belajar Menyebabkan peningkatan a. Mengarahkan dan menolong siswa mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari b. Membantu menanamkan pengetahuan baru Gambar 1. Bagan kerangka berpikir 30

25 D. Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis di atas, dapat diambil rumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh model pembelajaran Advanced Organizer terhadap aktivitas belajar Siswa SMA kelas X Pokok Bahasan Listrik Dinamis. 2. Ada pengaruh model pembelajaran Advanced Organizer terhadap hasil belajar Kognitif Siswa SMA kelas X Pokok Bahasan Listrik Dinamis. 31

Materi Peggunaan Alat Ukur Listrik

Materi Peggunaan Alat Ukur Listrik Materi Peggunaan Alat Ukur Listrik 2 1 3 5 4 6 Keterangan: 1. Pointer 2. Pengatur skala 3. Posisi jarum 4. 0 Ω adjuster 5. Selektor batas ukur 6. Terminal 7. Probe 7 7 AVOmeter berasal dari AVO dan meter,

Lebih terperinci

Pembacaan skala dan hasil pengukuran hambatan listrik =

Pembacaan skala dan hasil pengukuran hambatan listrik = Nama : Kelas : No : LKS PENGUKURAN HAMBATAN, TEGANGAN DAN KUAT ARUS LISTRIK A. Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan, siswa diharapkan dapat: 1. Mengukur besar hambatan listrik 2. Mengukur besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas baik. Peningkatan sumberdaya manusia dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas baik. Peningkatan sumberdaya manusia dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu Negara didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas baik. Peningkatan sumberdaya manusia dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

1. Gambar 1 menunjukkan batas pengukuran Alat untuk mengukur besarnya tegangan listrik adalah. A. voltmeter

1. Gambar 1 menunjukkan batas pengukuran Alat untuk mengukur besarnya tegangan listrik adalah. A. voltmeter LMPIRN 5 SOL LIDITS Petunjuk Pengisisan a. Berdoalah sebelum mengerjakan soal b. Tuluslah nama dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia c. Bacalah semua soal dengan teliti dan pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI PENGGUNAAN STILL PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-4 SMA N 1 BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa 6 BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Pembelajaran Kooperatif Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Keaktifan Belajar Siswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keaktifan adalah kegiatan. keaktifan belajar dapat dilihat dari kegiatan siswa selama pembelajaran.

Lebih terperinci

b. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat

b. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat I. Pilihan ganda biasa 1. Alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran atau nilai disebut a. Meteran b. Instrumen pengukuran c. Penggaris d. Timbangan 2. Sebelum menggunakan alat ukur dengan penunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO Nike Rahayu Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PENGERTIAN Multimeter adalah suatu alat yang dipakai untuk menguji atau mengukur komponen disebut juga Avometer, dapat dipakai untuk mengukur ampere, volt dan ohm meter.

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DISERTAI MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK PENGUKURAN MENGUNAKAN MULTIMETER SINTA WULANNINGRUM 15302241031 PENDIDIKAN FISIKA C FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat memungkinkan siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT UKUR ANALOG

PENGGUNAAN ALAT UKUR ANALOG PENGGUNAAN ALAT UKUR ANALOG ELK-DAS.17 40 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik. Modul Praktikum. A. AVO Meter

Rangkaian Listrik. Modul Praktikum. A. AVO Meter Modul Praktikum Rangkaian Listrik A. AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengaruh berarti dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek (Hugiono dan Poerwantana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 26 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : MAN Sumpur Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X / II Materi Pokok : Alat Ukur Listrik Alokasi Waktu : 2 x 40 (1 x pertemuan) A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep sistem saraf dalam mata pelajaran Biologi SMA merupakan materi yang kompleks dan memiliki banyak keterkaitan dalam informasi didalamnya. Materi sistem saraf

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Representasi Prain dan Waldrip (Ulfarina, 2011) mengemukakan bahwa representasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. beragam interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat

BAB II KAJIAN TEORITIK. beragam interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat 4 BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Tinjauan Tentang Kualitas Pada kenyataannya kualitas merupakan sebuah konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan disepakati, dikerenakan kualitas itu sendiri mempunyai beragam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TIM PENYUSUN DIANA RAHMAWATI, S.T., M. T HARYANTO, S.T., M.T KOKO JONI, S.T., M.Eng ACHMAD UBAIDILLAH, S.T., M.T RIZA ALFITA, S.T., MT MIFTACHUL ULUM, S.T., M.T

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E ( LC 5E) 1. Sejarah Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok 1. Metode Pembelajaran Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi AKTIVITAS BELAJAR Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci