Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari"

Transkripsi

1 214 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016 Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari Ruth Arientia Dewi 1), Debora Natalia Sudjito 2), Diane Noviandini 3) 1,2,3 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana 1 dewithya58@gmail.com, 2 debora.natalia@staff.uksw.edu, 3 diane.noviandini@staff.uksw.edu Abstrak - Pelajaran fisika yang berupa konsep hafalan, salah satunya materi matahari sangat sulit dicerna siswa karena guruguru Indonesia biasa mengajarkannya dengan metode ceramah yang menyebabkan siswa bosan, mengantuk, dan mudah melupakan materi. Agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, diperlukan media pembelajaran yang membuat guru tidak sekedar berbicara didepan/berceramah. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh quantum learning teknik mind map untuk meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa pada materi matahari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 3 (maha)siswa fisika tingkat akhir UKSW yang gaya belajar audio-visual sebagai responden. Sebelum KBM, pretest diberikan pada responden dan ternyata ketiga responden hanya berhasil membuat 20% mind map yang benar. Selanjutnya RPP quantum learning dengan teknik mind map diimplementasikan sembari lembar observasi diisi oleh observer lain. Setelah KBM, posttest diberikan pada responden dan diakhiri dengan pengisian lembar kuisioner. Ternyata ketiga responden berhasil membuat minimal 75% mind map dengan benar. Metode quantum learning dapat dipakai dalam pembelajaran, karena mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar, mempermudah memahami materi matahari karena dikemas dengan menarik menggunakan media pembelajaran berupa gambar, video, dan komik. Selain itu, mind map mempermudah siswa untuk menuangkan gagasan yang ada di kepala mahasiswa secara lebih sistematis dan membuat siswa merasa senang belajar menggunakan metode quantum learning dengan teknik mind map. Jadi, penelitian ini dinyatakan berhasil bagi ketiga responden tersebut. Kata Kunci: Quantum learning, gaya belajar, audio visual, mind map, matahari I. PENDAHULUAN Ada banyak kendala yang dijumpai dalam pembelajaran fisika, yaitu fisika tidak disukai karena sampai saat ini banyak siswa yang mempertanyakan manfaat dari hasil belajar fisika bagi kehidupan sehari-hari. Kemudian banyak siswa memandang bahwa fisika itu sangat berat karena hanya membahas tentang rumus. Selain itu pelajaran fisika yang berupa konsep hafalan, salah satunya termasuk materi matahari, sangat sulit dicerna siswa karena guru-guru Indonesia biasa mengajarkannya dengan metode ceramah yang menyebabkan siswa bosan, mengantuk, dan mudah melupakan materi karena hanya mendengarkan sepintas yang diucapkan guru. Oleh sebab itu penelitian ini ingin menyelidiki bagaimana pengaruh pembelajaran fisika tentang matahari menggunakan quantum learning teknik mind map terhadap hasil belajar siswa dan bagaimana pengaruh metode quantum learning teknik mind map untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi matahari. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh metode quantum learning teknik mind map terhadap hasil belajar siswa dan pemahaman konsep siswa tentang materi matahari. Dalam pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk aktif belajar, di mana siswa harus mengerjakan aktivitas di setiap pembelajaran. Inilah yang membuat peneliti ingin menyusun suatu pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik, diperlukan metode dan media pembelajaran yang sesuai sehingga guru tidak sekedar berbicara di depan kelas atau berceramah. Selain itu, guru perlu mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda-beda yang dimiliki siswa. Salah satu gaya belajar siswa adalah tipe audiovisual. Pembelajaran akan lebih efektif jika metode yang dipilih disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan mengenali gaya belajar, siswa akan dapat mengetahui cara yang sesuai dalam menyerap pelajaran serta membuat belajar itu lebih mudah, efektif dan menyenangkan. Dengan terwujudnya hal tersebut siswa akan mampu meningkatkan hasil belajar mereka (Putri, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti ingin menghadirkan pembelajaran yang menarik untuk pembelajar yang memiliki gaya belajar audio-visual. Oleh sebab itu, dipakai metode quantum learning danmedia pembelajaran berupa video dan gambar dari Microsoft power point. Quantum learning memberi pilihan untuk belajar fisika dalam kondisi tidak di bawah tekanan dan menekankan pentingnya hubungan sosial yang dinamis, dengan menciptakan suasana menyenangkan namun tetap serius dan memberi tahu siswa tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran sehingga memberi ruang untuk FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN

2 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun siswa berpikir kritis, penuh inovasi dan kreativitas, tanpa takut salah. Quantum learning merupakan suatu proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu proses pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat peramah, bukan pemarah, dan membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa betah berada dalam kelas walaupun pelajaran guru tersebut telah selesai (Aqib Zainal, 2002). Salah satu teknik dalam quantum learning adalah peta pikiran (mind map). Peta pikiran (mind map) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan yang lebih mendalam (De Porter dan Hernacki, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Zuhriyati dkk (2013) dengan judul Penerapan Model Inquiry dengan Teknik Mind Mapping dalam Pembelajaran IPA-Fisika di MTs menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu kemampuan kognitif produk IPA-Fisika siswa dengan teknik mind mapping cenderung lebih baik daripada tanpa teknik mind mapping. (Zuhriyati dkk, 2013). Yova dkk (2012) meneliti model quantum learning dengan model eksperimen berpengaruh pada aktivitas belajar siswa kelas VIII di SMPN 7 Jember. Penelitian ini menunjukkan bahwa model quantum learning dengan metode eksperimen berpengaruh pada aktivitas belajar siswa kelas VIII di SMPN 7 Jember (Yova dkk, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Muhamad Naim (2009), yaitu tentang penerapan metode quantum learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran fisika. Hasil dari penelitiannya menyatakan metode quantum learning dengan teknik mind mapping memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) fisika maupun potensi kreatif fisika yang terdapat dalam diri siswa (Naim, 2009). Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain, dapat disimpulkan bahwa metode quantum learning dengan teknik mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mind map dibuat oleh responden sendiri dan responden memiliki gaya belajar tipe audio-visual, bukan random, karena materi matahari sebagian besar menggunakan media video dan gambar di Microsoft power point. Manfaat penelitian ini adalah memberikan contoh quantum learning teknik mind map untuk pembelajar tipe audio-visual dengan media video pada materi hafalan (matahari). II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Responden penelitian ini adalah 3 mahasiswa fisika tingkat akhir Universitas Kristen Satya Wacana, dengan gaya belajar tipe audiovisual, yaitu AS, VS, dan YA. Instrumen penelitian yang digunakan adalah RPP, tes model gaya belajar siswa (learning style), soal pretest, soal post-test, lembar observasi KBM, dan kuisioner. RPP digunakan sebagai pedoman guru untuk mengajar mahasiswa gaya belajar audiovisual memakai metode quantum learning dengan Microsoft power point, video, dan spidol warna sebagai media pembelajarannya. Pre-test digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi matahari. Post-test digunakan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa setelah pembelajaran. Pada pre-test dan post-test, siswa diminta membuat mind map tentang matahari dan menjelaskan mind map-nya kepada guru sebelum dan sesudah pembelajaran. Lembar observasi KBM digunakan untuk merekam jalannya pembelajaran. Kuisioner digunakan untuk merekam respon mahasiswa terhadap pernyataan yang diberikan terkait metode pembelajaran yang diberikan. Langkah penelitiannya adalah 27 mahasiswa diberi tes learning style yang bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa lebih dominan audio, visual, audio-visual, atau kinestetik, hingga didapat 3 mahasiswa yang nilai gaya belajar audio dan visualnya tinggi dan berimbang karena sebagian besar pembelajaran menggunakan media pembelajaran berupa video yang mengandalkan penglihatan dan pendengaran. Selanjutnya ketiga mahasiswa terpilih (responden) mengerjakan pre-test berupa pembuatan mind map. Kemudian pembelajaran dilakukan di mana peneliti berperan sebagai pengajar dan ketiga mahasiswa berperan sebagai murid. Selama pembelajaran, ada seorang observer yang mengobservasi pembelajaran dan mengisi lembar observasi. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, ketiga responden mengerjakan post-test berupa mind map. Akhirnya, ketiga mahasiswa diminta mengisi lembar kuisioner. Indikator keberhasilan pembelajaran ini yaitu semua mahasiswa yang mengikuti proses belajar mengajar dapat membuat minimal 70% mind map ISBN FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

3 216 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016 dengan benar pada post-test, setiap mahasiswa memberikan minimal 70% respon positif terhadap pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan data lembar observasi, dan setiap siswa memberikan respon positif pada minimal 70% pernyataan kuisioner. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketiga responden memiliki gaya belajar audiovisual berimbang dan memperoleh nilai tes gaya belajar tertinggi di antara ke-27 mahasiswa yang diberikan tes gaya belajar. AS berhasil mendapatkan poin visual 35 dan auditori 37. VS berhasil mendapatkan poin visual 32 dan auditori 33. YA mendapatkan poin visual 37 dan auditori 35. Poin maksimal untuk visual 66 dan auditori 64. Pembelajaran diawali dengan pre-test materi matahari. Seluruh pertanyaan pada pre-test dijawab dalam bentuk mind map. Sebelum mereka mengerjakan pretest-nya, ketiga responden dijelaskan apa itu mind map, bagaimana cara membuatnya, dan diberikan contoh-contoh mind map dari Microsoft Power Point. Setelah membuat mind map, ketiga responden diminta menjelaskan mind map nya pada guru (peneliti) dan didokumentasikan dengan kamera digital. Mind map (pre-test) milik AS sebagian besar salah untuk materi aktivitas permukaan matahari, reaksi fusi, terbentuknya bintang, dan bagian-bagian matahari. Mind map AS nampak masih tidak jelas karena 2 percabangan diberi keterangan reaksi fusi dan lapisan-lapisan matahari, sedangkan 2 percabangan yang lain tidak diberi keterangan. Selain itu, mind map AS sulit dipahami karena pada reaksi fusi hanya ditulis helium + hidrogen dengan kurung kurawal cahaya + kalor. Jadi pola mind map nya masih berantakan. Ketika AS diwawancara tentang mind map-nya, AS membuat urutan materinya dengan acak sesuai materi yang ia suka lebih dahulu. Saat diminta menjelaskan salah satu bagian dari matahari yaitu tentang bagian-bagian matahari, AS sebenarnya ingin mengurutkan dari lapisan paling dalam hingga yang paling luar, namun ada bagian yang terlewati sehingga ia sisipkan di atas, dan akhirnya urutannya menjadi acak (Gambar 1). Mind map (pre-test) milik VS sebagian besar jawabannya salah, warna yang digunakan hanya didominasi jingga untuk gambar matahari dan hijau untuk tulisannya, peletakan tulisan dalam mind map terlihat acak, tulisan kurang tertata karena dibuat dengan posisi kertas portrait sehingga di kertas bagian atas nampak padat namun kertas bagian bawah terlihat kosong. Jadi mind map VS masih perlu diperbaiki lagi. Saat VS diminta menjelaskan salah satu bagian dari mind map-nya, VS hanya menjelaskan dengan singkat yang tertulis di mind map-nya (Gambar 3). Mind map (pre-test) milik YA hampir seluruh jawabannya salah. YA menyebutkan terbentuknya matahari berasal dari teori big bang, YA menuliskan aktivitas permukaan matahari adalah gelombang elektro magnetik, dan terdapat beberapa coretan di mind map-nya. Jadi pola mind map milik YA terlihat kurang rapi dan seadanya saja. Dari hasil wawancara, YA menuliskan yang dia ingat, dan menjawab dengan ragu-ragu ketika diminta menjelaskan tentang aktivitas yang terjadi di permukaan matahari (Gambar 5). Pembelajaran dimulai dari pendahuluan yang berisi pemaparan tentang perbedaan matahari, bumi, dan bulan. Kemudian mahasiswa diputarkan video mengenai perbedaan matahari, bumi dan bulan dan mahasiswa diinformasikan bahwa matahari adalah pusat tata surya, dapat memancarkan cahaya sendiri, dan matahari termasuk bintang yang paling dekat dengan kita. Bumi adalah salah satu benda langit yang mengelilingi matahari, tidak bercahaya (buktinya tidak menyilaukan), dan termasuk planet; sedangkan bulan adalah benda langit yang mengelilingi bumi serta matahari, tidak bercahaya (buktinya bentuk bulan tampak berbeda dari bumi yaitu sabit-setengah-penuh), termasuk satelit. Selanjutnya mahasiswa ditugaskan mengamati tabel ukuran matahari dan bumi dan membandingkan besaran-besaran fisis pada matahari dan bumi seperti diameter, volume, massa, dan massa jenis. Ketiga mahasiswa membuat perbandingan antara matahari dan bumi. Dua mahasiswa memakai kalkulator untuk menghitung perbandingannya, dan didapatkan hasil : diameter matahari = 109 kali diameter bumi, volume matahari = 1,3 juta kali volume bumi, massa matahari = 333 ribu kali massa bumi, massa jenis matahari lebih kecil dari massa jenis bumi karena bahan penyusun matahari adalah gas dan bahan penyusun bumi adalah batuan dan logam. Perhatian dan kegiatan yang ketiga mahasiswa lakukan tersebut menunjukkan bahwa ketiganya ingin belajar lebih banyak tentang matahari. Jadi pendahuluan yang dirancang berhasil membuat mahasiswa antusias dalam pembelajaran. Kegiatan 1: Menjelaskan Bagian-bagian Matahari FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN

4 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun Sebelum mempelajari bagian-bagian matahari, pertama-tama mahasiswa ditugaskan mengamati gambar lapisan-lapisan bumi dari Microsoft Power Point. Kemudian mahasiswa ditanya apa sajakah lapisan-lapisan bumi? Ketiga mahasiswa menjawab lapisan-lapisan bumi adalah atmosfer bumi, kulit bumi, mantel bumi, inti luar, dan inti dalam. Motivasi yang diberikan guru direspon oleh mahasiswa dengan memperhatikan sungguh-sungguh. Kemudian guru memberi informasi bahwa matahari juga memiliki lapisanlapisan sama seperti bumi, lalu mahasiswa ditanya, apa saja lapisan-lapisan matahari? Ketiga mahasiswa bergantian menjawab lapisan-lapisan matahari namun tidak berurutan dan tidak lengkap yaitu inti matahari, kromosfer, fotosfer, dan korona. Di bagian menanya ketiga mahasiswa menjawab pertanyaan guru atau memberikan hipotesanya. Pada bagian mencoba, mahasiswa ditugaskan mengamati gambar bagian-bagian matahari dan membaca artikel tentang bagian-bagian matahari. Ketiga mahasiswa serius dan sungguh-sungguh dalam membaca. Untuk membimbing mahasiswa dalam memahami ciri-ciri tiap bagian matahari, guru memberikan pertanyaan penggiring, antara lain : (1) Apa saja bagian-bagian matahari dari dalam ke luar? (2) Berapa kerapatan inti matahari? (3) Berapa jari-jari inti terhadap matahari keseluruhan? (4) Berapa perbandingan massa inti matahari terhadap massa matahari keseluruhan? (5) Berapakah suhu pada bagian inti matahari? (6) Apa yang terjadi pada inti matahari? (7) Apa fungsi zona radiasi? (8) Apa fungsi zona konveksi? (9) Berapa nilai kepadatan zona radiasi dan zona konveksi? (10) Berapakah suhu pada bagian fotosfer? (11) Berapa ketebalan pada fotosfer? (12) Berapakah suhu pada bagian kromosfer? (13) Berapa ketebalan pada kromosfer? (14) Berapakah suhu pada bagian korona? (15) Berapa ketebalan pada korona? (16) Pada lapisan matahari yang manakah yang nampak dari bumi dan sering kita lihat? Kemudian pada langkah menalar, setiap mahasiswa diminta untuk berdiskusi dan mentabelkan tiap bagian matahari serta ciricirinya. Mahasiswa diberikan pertanyaan menggiring menalar (1) Apa saja lapisan-lapisan Matahari? (2) Bagaimana perubahan suhu Matahari dari lapisan terdalam ke lapisan terluar? (3) Apa saja ciri khas tiap lapisan Matahari? (4) Bagaimana perubahan kerapatan lapisan-lapisan Matahari? Mahasiswa dapat menjawab semua pertanyaan penggiring dengan tepat dan aktif berdiskusi dengan temannya. Hal ini berarti pertanyaan penggiring pada langkah mencoba dan menalar sangat jelas dan dapat dimengerti mahasiswa sehingga mereka mampu menjelaskan lapisan-lapisan matahari secara berurutan mulai dari inti matahari, zona radiasi, zona konveksi, kromosfer, fotosfer, dan korona dengan karakteristiknya mulai dari suhu, ketebalan, massa jenis, dan ciri-ciri tiap lapisan matahari. Mereka dengan antusias menjawab dan menulis di papan tulis secara bergantian. Hal ini berarti pembelajaran pada kegitan 1 dinyatakan berhasil membuat ketiga responden menjelaskan bagian-bagian matahari. Kegiatan 2 : Menjelaskan Darimana Energi Matahari Berasal (Reaksi Fusi) Diawal kegiatan 2, guru adalah menginformasikan bahwa matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan kita. Kemudian mahasiswa diberi perumusan masalah yaitu bagaimana matahari memancarkan cahayanya dan dari mana asal energinya. Ketika mengamati dan menanya, mahasiswa sangat memperhatikan dan penasaran. Mereka memberikan hipotesa sejauh yang mereka tahu seperti ada yang menjawab terjadi perpindahan kalor, helium dan hidrogen bergabung menjadi energi, dan lain-lain. Ketika mencoba, ketiga responden fokus memperhatikan 2 video yang ditayangkan di layar, yang pertama tentang terjadinya reaksi fusi dalam inti matahari. Video ini menjelaskan bahwa reaksi fusi terjadi karena inti atom bertumbukan di dalam inti matahari dan menjadi energi. Lalu video yang kedua adalah tentang runtutan pembentukan reaksi inti hingga didapat energi. Video ini menjelaskan bagaimana atom hidrogen dan atom hidrogen lain bertumbukan hingga menjadi energi. Dalam reaksi tersebut terjadi penggabungan satu atom hidrogen dengan atom hidrogen lain menjadi deuterium, neutron, dan positron, kemudian deuterium menumbuk atom hidrogen yang lain menghasilkan helium isotop dan seterusnya hingga akhirnya menghasilkan energi sebesar 27,67 MeV. Ketiga mahasiswa memperhatikan video sambil mencatat poin-poin pentingnya, misalnya pengertian reaksi fusi dan persamaan reaksinya. Di bagian menalar, ketiga mahasiswa diberi pertanyaan menggiring menarik kesimpulan (1) Apa yang membuat Matahari dapat bercahaya? (2) Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi? (3) Di mana reaksi fusi terjadi? (4) Bagaimana reaksi fusi hidrogen menjadi helium dalam inti bintang? Kemudian ketiga mahasiswa aktif mendiskusikan bersama kesimpulan pengertian reaksi fusi dan ISBN FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

5 218 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016 hasil akhir dari reaksi fusi. Dari diskusi ketiga mahasiswa, didapat kesimpulan energi yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi dalam inti matahari. Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom menjadi atom bergabung menjadi atom yang lebih besar dan menghasilkan energi sehingga matahari dapat bercahaya. Reaksi fusi matahari: Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada kegiatan 2 dinyatakan berhasil untuk ketiga responden, dilihat dari respon mahasiswa yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan, mencatat, berdiskusi, dan menyimpulkan bersama. Kegiatan 3 : Menjelaskan Aktivitas Di Permukaan Matahari Selanjutnya pada kegiatan 3, di bagian mengamati dan menanya, guru memberikan pertanyaan jika reaksi fusi merupakan aktivitas matahari yang terjadi dalam inti matahari, apa saja aktivitas yang terjadi di permukaan matahari? Ketiga mahasiswa memberikan berbagai hipotesa sesuai pengetahuan mereka yaitu aktivitas matahari adalah memancarkan gelombang elektromagnetik, terjadinya letupan-letupan gas, hamburan angin matahari, dan lain-lain. Mahasiswa ditugaskan membaca lembar informasi tanpa ada keterangan gambar yang diberikan guru mengenai aktivitas-aktivitas di permukaan matahari, lembar informasi menjelaskan tentang granula, sunspot, prominensa, dan flare. Pada saat langkah mencoba, 3 mahasiswa membaca dengan konsentrasi penuh dan tenang. Selesai membaca, guru memutarkan video aktivitas matahari yang didokumentasikan oleh NASA dan meminta mahasiswa memperhatikan sambil menyebutkan manakah granula, sunspot, prominensa, dan flare. Ketiga mahasiswa kagum ketika melihat video yang diputar serta antusias berdiskusi menyebutkan aktivitas di permukaan matahari. Kemudian ketiga mahasiswa diajak menyimpulkan bersama, guru membimbing dengan memberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan antara lain : (1) Apa yang menyebabkan terjadinya granula? (2) Di manakah terjadinya gumpalan Matahari? (3) Apa yang menyebabkan sunspot? (4) Di bagian manakah terjadi sunspot? (5) Apa yang disebut prominensa? (6) Di bagian manakah terjadinya (1) prominensa? (7) Apa yang menyebabkan terjadinya flare? (8) Di bagian manakah terjadinya flare? Ketiga mahasiswa mampu menjawab seluruh pertanyaan guru dengan benar tanpa melihat lembar informasi. Hingga didapat kesimpulan dari ketiga mahasiswa yaitu : (1) Gumpalan matahari (granula) timbul karena perbedaan suhu yang sangat besar antara fotosfer dengan lapisan di bawahnya (zona konveksi). (2) Bintik-bintik matahari (sunspot) adalah daerah gelap pada fotosfer. (3) Prominensa adalah peristiwa ledakan yang disertai dengan pancaran lidah api. Prominensa terjadi di kromosfer hingga korona matahari. (4) Flare merupakan letupan bercahaya terang dari fotosfer sampai korona yang menyemburkan aliran partikel-pertikel bermuatan listrik. Pada bagian menalar ketiga mahasiswa memberikan kesimpulan tentang aktivitas di permukaan matahari. Hal ini berarti pembelajaran pada kegiatan 3 untuk AS, VS, dan YA dinyatakan berhasil. Kegiatan 4 : Menjelaskan Proses Terbentuknya Bintang (Matahari) Masuk di kegiatan 4, pada bagian mengamati guru mengingatkan mahasiswa bahwa sebelumnya kita sudah belajar tentang lapisan-lapisan matahari dan aktivitas pada matahari. Kemudian guru menanya bagaimana proses terbentuknya matahari (bintang). 2 mahasiswa memberikan hipotesa sejauh yang mereka tahu selama ini, antara lain bintang terbentuk dari teori big bang yang meledak dan partikelnya terkumpul menjadi bintang, ada pula yang menjawab bintang berasal dari inti panas yang saling berinteraksi hingga terbentuk panas dan berpijar menjadi bintang. Bagian mencoba, mahasiswa ditunjukkan bagan dan rangkaian gambar proses terbentuknya bintang dari Microsoft Power Point. Diawali dengan nebula yang sangat besar, salah satu contohnya adalah Eagle Nebula. Di nebula yang gelap, terdapat beberapa tempat yang terang, yang diyakini sebagai awal lahirnya bintang. Nebula mengerut karena gaya gravitasi dan terjadi kondensasi tekanan dalam awan. Jika kondensasi tekanan lebih besar dari gaya gravitasi (p > Fg), menyebabkan menjadi beberapa awan gas yang lebih kecil. Peristiwa pertama dan kedua terus berulang yang kemudian menjadi fragmenfragmen awan gas stabil. Fragmen terus mengalami pengerutan gravitasi, sehingga suhu sistem terus naik dan akhirnya awan berpijar dalam daerah gelombang radio, dan jadilah proto bintang. FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN

6 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun Proto bintang memiliki ciri masih terdapat awan tipis. Suhu terus naik dan bintang terus mengerut. Saat suhu inti mencapai ± 10 6 K, reaksi fusi hidrogen menjadi helium mulai terjadi akhirnya menjadi bintang (sekarang matahari). Ketiga mahasiswa memperhatikan penjelasan guru dan Microsoft Power Point yang disajikan dan sesekali bertanya bila ada yang kurang jelas. Saat salah satu ditunjuk untuk menjelaskan kembali, dia mampu menalar dengan menjelaskan lagi dengan katakatanya sendiri. Hal ini berarti indikator 4 dinyatakan berhasil. Seluruh kegiatan dilakukan ketiga responden dengan baik dan ketiganya menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan mereka mengikuti pembelajaran dengan penuh antusias dan seluruh target tercapai. Kegiatan diakhiri dengan post-test yang sama dengan pre-test yaitu menjawab pertanyaan dengan membuat mind map. Post-test untuk ketiga responden jauh lebih baik daripada pre-test nya. Hasil mind map milik AS bila dibandingkan antara pre-test dan post-test nya, nilai post-testnya meningkat 65% menjadi 75% benar (Gambar 1). Gambar 2. Post-test-Mind map AS Untuk mind map milik VS, post-test-nya jauh lebih baik dan menarik daripada pre-test-nya karena pada post-test menggunakan banyak warna dengan posisi kertas landscape. Nilainya pun signifikan naik 85%, dari pre-test VS yang hanya 15% benar (Gambar 3). Gambar 1. Pre-test-Mind map AS AS mampu menata mind map dengan lebih rapi pada post-test nya, dan menggunakan warna yang lebih banyak untuk cabang-cabangnya. Saat AS diwawancara ia diminta untuk menjelaskan salah satu percabangan dari mind map-nya, AS dengan percaya diri memilih percabangan yang cukup banyak, dia menjelaskan tentang aktivitas di permukaan matahari, yang kemudian AS jelaskan dengan runtut dan jelas di tiap bagiannya (Gambar 2). Gambar 3. Pre-test-Mind map VS Pada post-test-nya, VS mendapat nilai sempurna 100% jawabannya benar dan cabangnya sangat jelas semakin menjauh semakin tipis. Polanya lebih rapi dan lengkap, dan ketika diwawancara VS menjelaskan tentang salah satu bagian dari mind map-nya yaitu reaksi fusi. VS mampu menjelaskan dengan baik dan lengkap dari penggabungan 2 inti atom hingga didapat energi. VS tidak sekedar membaca yang ada di mind mapnya saja seperti pada pre-test nya, namun ia dapat ISBN FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

7 220 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016 menjelaskan dengan rinci hingga reaksi inti pada reaksi fusinya (Gambar 4). Gambar 4. Post-test-Mind map VS Mind map milik YA saat dibandingkan pre-test dengan post-test nya, post-test nya jauh lebih baik. Pembuatan Mind map milik YA sangat lengkap dengan jawaban yang 95% benar. Nilainya meningkat 75%, yang awalnya hanya mampu menjawab 20% dengan benar. Hanya saja peletakan reaksi fusi dimasukkan pada bagian matahari, didalam inti matahari (Gambar 5). Gambar 5. Pre-test-Mind map YA Ketika diminta menjelaskan mind map-nya di awal (pre-test), YA sedikit ragu-ragu karena takut salah namun saat diwawancara kembali, YA dapat menjelaskan bahwa dia menyusun sesuai dengan urutan pembelajaran. Kemudian ketika diminta menjelaskan salah satu dari percabangan, YA memilih menjelaskan tentang terbentuknya bintang (matahari). Dengan yakin, YA menjelaskan dengan sangat detail dan runtut, bahkan dia menuliskan di mind map-nya urutan terjadinya matahari dengan panah dan bagan sederhana (Gambar 6). Gambar 6. Post-test-Mind map YA Berdasarkan penelitian ini, kelebihan metode quantum learning ini adalah metode quantum learning membuat materi yang berupa hafalan menjadi lebih menarik dipelajari karena menggunakan video dan ketiga mahasiswa antusias dalam melukiskan inti-inti materi dalam bentuk mind map. Namun kekurangan desain penelitian quantum learning ini adalah sulit bila diterapkan pada kelas besar karena semakin banyak orang, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat mind map dan video sebagai media pembelajaran paling cocok untuk orang yang memiliki gaya belajar audio-visual. Setelah rangkaian pembelajaran selesai dilakukan, ketiga responden mengisi lembar kuisioner yang diberikan oleh guru. Ketiga mahasiswa menyatakan setuju bahwa mereka senang dengan metode pembelajaran yang dipakai. Dua mahasiswa setuju bahwa metode pembelajaran yang dipakai membuat mereka termotivasi untuk belajar. Semua mahasiswa setuju kalau media pembelajaran (gambar, video, komik) membantu mereka memahami tentang materi matahari. Semua mahasiswa setuju bahwa dengan membuat mind map mempermudah mereka memahami sistematika materi yang diajarkan. Tambahan lagi, semua mahasiswa menuliskan setuju bahwa kemasan pembelajaran keseluruhan menarik. Menurut observer yang mengamati ketiga mahasiswa saat pembelajaran berlangsung, 3 mahasiswa memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal hingga akhir, 2 mahasiswa mengajukan pertanyaan bila belum paham atau ketika penasaran, 3 mahasiswa mengemukakan pendapat pada saat berdiskusi atau saat diberikan pertanyaan oleh guru, 2 mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya sendiri sebelum akhirnya dijawab oleh guru, 3 mahasiswa antusias dalam diskusi, 3 mahasiswa menyelesaikan mind map mereka masing-masing, 3 mahasiswa mampu FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN

8 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun menjelaskan mind map yang mereka buat, dan 3 mahasiswa mendengarkan dengan aktif dengan menunjukkan respon tersenyum, terkagumkagum bila mendengar video pembelajaran yang menakjubkan. Jadi ketiga responden memiliki sikap afektif. IV. KESIMPULAN Metode quantum learning teknik mind map berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan pemahaman konsep siswa tentang materi matahari. Metode quantum learning dapat dipakai dalam pembelajaran, mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar, mempermudah memahami materi matahari karena dikemas dengan menarik menggunakan media pembelajaran berupa gambar, video, dan komik. Mind map mempermudah siswa memahami konsep pada materi matahari dan membuat siswa merasa senang belajar menggunakan metode quantum learning dengan teknik mind map. Jadi penelitian ini dinyatakan berhasil bagi ketiga responden tersebut. REKOMENDASI Untuk penelitian selanjutnya, teknik mind map lebih dikembangkan agar dapat digunakan pada kelas dengan populasi besar dan perlu diperhatikan fasilitas dalam pembelajaran, seperti speaker dan spidol berwarna karena responden adalah mahasiswa yang gaya belajarnya audiovisual. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih, Universitas Kristen Satya Wacana yang telah menyediakan ruangan untuk pengambilan data, observer Satriya Ari Hapsara, dan ketiga responden AS, VS, dan YA. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Naim, Muhamad, Penerapan Metode Quantum learning dengan Teknik Pata Pikiran (Mind mapping) dalam Pembelajaran Fisika, Bima, 2009, Jurnal Ilmiah "Kreatif" Vol. VI No.1. [2] Porter, De Bobbi dan Hernacki, Quantum learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, 1999, Bandung : Kaifa. [3] Pramono, Widha S., Suparmi. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan CTL melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya Belajar Siswa, Solo, 2013, Jurnal Inkuiri, ISSN , Vol.2 No.1, pp [4] Putri, Asti W., Pengaruh Gaya Belajar Siswa (Visual, Kinestetik, dan Auditorial) Pada Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor Terhadap Hasil Belajar, Surabaya, 2013, Jurnal UNESA. [5] Yova, Agustian P.E.P, Subiki, Maryani, Model Quantum learning dengan Metode Eksperimen pada Pembelajaran Fisika di SMPN 7 Jember Kelas VIII, Jember, 2012, Vol.1 no.3 ISSN: [6] Zainal, Agib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, 2002, Surabaya : Insan Cendekia. [7] Zuhriyati, Indrawati, Subiki, Penerapan Model Inquiry dengan Teknik Mind mapping dalam Pembelajaran IPA-Fisika di MTs, Jember, 2013, Jurnal Pembelajaran IPA-Fisika. ISBN FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya Raja Kerajaan Tata Surya Matahari merupakan salah satu bintang di antara milyaran bintang yang ada di galaksi kita. Seperti bintang yang lainnya, Matahari merupakan bola gas panas raksasa yang sangat terang.

Lebih terperinci

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA MATAHARI Bintang terdekat dengan Bumi - jarak purata 149,680,000 kilometer (93,026,724 batu). Mempunyai garis pusat (diameter) 1,391,980 kilometer dengan suhu permukaan

Lebih terperinci

SOAL UJI VALIDITAS PRETES DAN POSTES. Sekolah : SD N Salatiga 02. Waktu : 35 menit

SOAL UJI VALIDITAS PRETES DAN POSTES. Sekolah : SD N Salatiga 02. Waktu : 35 menit 62 63 Lampiran 1 SOAL UJI VALIDITAS PRETES DAN POSTES Sekolah : SD N Salatiga 02 Waktu : 35 menit Mapel : IPA Tahun Ajaran : 2011/ 2012 Kelas/ Semester : 5 / 2 Materi : STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI Nama

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan struktur bumi. Bila kita berada di suatu tempat yang terbuka, umumnya dataran sekeliling kita akan terlihat rata.

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER Mohammad Aienor R. 1), Trapsilo Prihandono 2), Subiki 3) Program Studi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1 MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG Linda Agustina 1 Abstrak: Sumber daya manusia akan berkualitas apabila didukung oleh sistem pendidikan yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA

PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA Retno Tiyas, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas

Lebih terperinci

TATA SURYA Presentasi Geografi

TATA SURYA Presentasi Geografi TATA SURYA Presentasi Geografi Medina M. Faldy Hakin M. Gifari Parindrati Ayu L. Rachmawati W.N. Radhit Rafi Panji Raisa Rifqi Hanif Trinadi Gumilar K. KELOMPOK IV DEFINISI TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu SISTEM TATA SURYA 1. SUSUNAN TATA SURYA Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan planet-planet meteroid,komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari.

Lebih terperinci

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani. GALAKSI Pada malam yang cerah, ribuan bintang dapat kamulihat di langit. Sesungguhnya yang kamu lihat itu belum seluruhnya, masih terdapat lebih banyak lagi bintang yangtidak mampu kamu amati. Di angkasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan

Lebih terperinci

Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 3 1

Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 3 1 Sekolah : SMP... Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : IPA FISIKA SILABUS Standar Kompetensi: 3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan muatan listrik

Lebih terperinci

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB AGUS SISWANTO Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi Big Bang (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab

Lebih terperinci

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. BAB VII TATA SURYA STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. KOMPETENSI DASAR 1. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya 2. Mendeskripsikan Matahari sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Secara Umum, Pengertian Planet adalah benda langit yang mengorbit atau mengelilingi suatu bintang dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Contohnya

Lebih terperinci

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu lihatlah ke langit. Indah bukan? Benda di angkasa yang berkelap-kelip memancarkan cahaya itulah bintang. Apakah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 1 Kaligentong Ampel Jumlah semua murid di SD Negeri 1 Kaligentong Ampel sebanyak 164 siswa. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN L A M P I R A N RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI : Memahami wujud zat dan perubahannya KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Kata solar berasal dari bahasa Latin Sol yang artinya Matahari atau Surya. Jadi, yang dimaksud dengan Tata Surya adalah sebutan yang diberikan pada Matahari dan seluruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

2015 ANALISIS TEKNIK MENCATAT DALAM JURNAL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI ANIMALIA

2015 ANALISIS TEKNIK MENCATAT DALAM JURNAL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI ANIMALIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan salah satu bidang studi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Selain merupakan ilmu yang cukup berperan penting dalam bidang studi IPA,

Lebih terperinci

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73

PENDAHULUAN. Jurusan Fisika FMIPA UNNES Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang. Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73 PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN TATA SURYA PADA SISWA KELAS VII SMP Masykur, Siti Khanafiyah, Langlang Handayani Jurusan Fisika

Lebih terperinci

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tambakboyo 02 pada tanggal 5-16 Maret

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Multimedia Multimedia memiliki peranan yang efektif dalam pembelajaran karena dapat digunakan sebagai alat, metode maupun pendekatan yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

MARI MENGENALI MATAHARI

MARI MENGENALI MATAHARI Ratna Widayat Guru Fisika SMPN 2 Jumantono Kab. Karanganyar M MARI MENGENALI MATAHARI atahari adalah sebuah bintang. Dikatakan demikian karena matahari dapat memancarkan cahayanya sendiri. Dari bermilyar-milyar

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS SISTEM MATAHARI Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat besar bagi ukuran

Lebih terperinci

KELAS VII : SEMESTER 1

KELAS VII : SEMESTER 1 A.. Standar Isi (SK dan KD) KELAS VII : SEMESTER 1 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 2. Memahami unsur, senyawa, dan campuran 3. Memahami gejalagejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) 83 BAB V ANALISA Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu

I. PENDAHULUAN. konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan

Lebih terperinci

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI TATA SURYA

RINGKASAN MATERI TATA SURYA A. ASAL USUL TATA SURYA RINGKASAN MATERI TATA SURYA Teori asal usul tata surya antara lain: a. Immanuel Kant, menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari suatu zat utama yang memnuhi ruang angkasa. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks (Hamruri, 2012:174). Melalui pengertian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

- - TATA SURYA - - sbl5surya

- - TATA SURYA - - sbl5surya - - TATA SURYA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl5surya Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya. Aplikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau Teori Big Bang Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu pelajaran yang sampai saat ini kurang diminati siswa adalah pelajaran fisika. Padahal fisika adalah salah satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN IPA TERPADU...

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN IPA TERPADU... PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN IPA TERPADU Kelas VII PROGRAM TAHUNAN Sekolah : Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : 2008 / 2009 Smt I KOMPETENSI

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG : IPA : SMP Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BUMI DAN ALAM SEMESTA

BUMI DAN ALAM SEMESTA BUMI DAN ALAM SEMESTA ALAM SEMESTA Universe (alam semesta berasal dari bahasa Perancis kuno (Univers/Universum), dari kata : #Uni yang berarti satu #Vorsum yang berarti sesuatu yang berputar, menggulung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2). 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Proses Tindakan Pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya penelitian deskritif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Struktur manusia dan situasi di dunia membuat proses belajar mengajar tidak terhindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( )

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( ) KELOMPOK I Raditya Budi Satria (101134007) Imelsa Heni Priyayik (101134098) Sergius Prastowo (101134116) Rina Metasari (101134131) BERTAMASYA MENJELAJAHI TATA SURYA KI-KD EVALUASI INDIKATOR BERTAMASYA

Lebih terperinci

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan. 134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO 1 Barokah Widuroyekti 2 Pramonoadi Penanggung Jawab Wilayah PW Bojonegoro

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Tes Seleksi Olimpiade Astronomi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya 1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Nani Pertiwi 1, Bambang Setiahadi 2, Sutrisno 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

Oleh: Derlina, Nurdin Bukit Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Indonesia ABSTRAK

Oleh: Derlina, Nurdin Bukit Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Indonesia ABSTRAK Jurnal INPAFI, Volume, Nomor, Juni 0 Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Dengan Model Quantum Learning Teknik Membaca, Mencatat, dan Menghapal Menggunakan Peta Pikiran di Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh : MARYUNINGSIH K8411045

Lebih terperinci

PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS

PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS Suwardi 1, Diane Noviandini 1,2, Marmi Sudarmi 1,2 1 Program Studi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK Fransiska Damayanti 1, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 Tes Pilihan Ganda Petunjuk: Pilihlah salah satu opsi jawaban yang paling benar, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada

Lebih terperinci

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer. Tata Surya L/O/G/O Daftar Isi 1 2 3 4 5 Tata Surya Matahari Gerak edar bumi dan bulan Lithosfer Atmosfer Tujuan Belajar Siswa mampu mendeskripsikan maahari sebagai bintang dan bumi sebagai salah satu planet

Lebih terperinci

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti Radio Aktivitas dan Reaksi Inti CHATIEF KUNJAYA KK ASTRONOMI, ITB Reaksi Inti di Dalam Bintang Matahari dan bintang-bintang umumnya membangkitkan energi sendiri dengan reaksi inti Hidrogen menjadi Helium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran

Lebih terperinci

BBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi

BBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi BBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi PENDAHULUAN Kita meyakini sumber-sumber kehidupan dan berbagai fenomena fisis yang terjadi di Bumi kita sangat erat kaitannya dengan aktivitas Matahari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Kaliwiro, yang beralamatkan di Jalan Selomanik

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

Pemanfaatan Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Fisika Elektromagetik

Pemanfaatan Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Fisika Elektromagetik Adelia, T., dkk.: Pemanfaatan Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Untuk 35 Pemanfaatan Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Fisika Elektromagetik Tyrza

Lebih terperinci

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENUGASAN MIND MAPPING DAN MODEL PEMBELAJARAN RRB (ROUND ROBIN BRAINSTORMING) Anne Aulia Rachmawaty 1, Susi Sutjihati 2, Nandang Hidayat 3 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi didalamnya. Beragam aktivitas di permukaannya telah dipelajari secara mendalam dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG Sahidah, Marmi Sudarmi, Made Rai Suci Shanti Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mengamati 1 Proses pembelajaran diawali dengan siswa diminta untuk menggenggam sebongkah es di depan kelas sambil menutup rapat-rapat

Lebih terperinci

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan?

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? ALAM SEMESTA Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? bumi hanyalah sebesar debu jika dibandingkan dengan ukuran alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I 4.1.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti dengan topik sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti dengan topik sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan topik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII A ini berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik Teks komik menggunakan bahasa sehari-hari sehingga memudahkan anak-anak memahaminya. Hal inilah yang membuat komik lebih disukai daripada buku teks pelajaran. Dalam penelitian ini dibuat komik fisika dengan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNARUNGU

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNARUNGU HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNARUNGU Nama : Alen Pengalaman Belajar di Kelas 1 Pelajaran apa yang kamu anggap sulit? anggap sulit? 2 Pelajaran apa yang paling kamu sukai? sukai? 3 Apakah kamu pernah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci