DESAIN MESIN PENANAM KEDELAI DENGAN PENGOLAHAN TANAH ALUR ELGY MUHAMMAD RIZQYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN MESIN PENANAM KEDELAI DENGAN PENGOLAHAN TANAH ALUR ELGY MUHAMMAD RIZQYA"

Transkripsi

1 DESAIN MESIN PENANAM KEDELAI DENGAN PENGOLAHAN TANAH ALUR ELGY MUHAMMAD RIZQYA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Mesin Penanam Kedelai dengan Pengolahan Tanah Alur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Elgy Muhammad Rizqya NIM F

4 ABSTRAK ELGY MUHAMMAD RIZQYA. Desain Mesin Penanam Kedelai dengan Pengolahan Tanah Alur. Dibimbing oleh WAWAN HERMAWAN. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia dapat dilakukan di antaranya melalui mekanisasi dalam pengolahan tanah dan penanaman kedelai. Efisiensi tenaga dalam kegiatan pengolahan tanah dan penanaman dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan pngolahan tanah dalam alur dan penanaman benih. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain mesin penanam kedelai terintegrasi dengan pengolahan tanah alur menggunakan tenaga gerak traktor beroda-2. Penelitian ini dimulai dari proses perancangan, pabrikasi prototipe, sampai dengan pengujian kinerja prototipe. Sebuah traktor tangan yang dilengkapi unit pengolah tanah rotari digunakan sebagai sumber tenaga dan pengolahan tanah dua alur, dengan mengatur posisi dan jumlah pisau rotari yang digunakan. Dua unit penanam benih kedelai dengan penjatah tipe piringan bercelah dan digerakkan oleh sebuah roda bantu didesain untuk menanamkan benih kedelai pada jarak tanam 20 cm dan jarak antar alur 40 cm. Hasil pengujian kinerja menunjukkan bahwa pengolahan tanah alur dan penanaman benih sudah cukup baik. Benih yang tertanam berjumlah satu atau dua benih per lubang, pada jarak tanam cm, kedalaman tanam benih cm, dan jarak antar alur cm. Pada kecepatan maju m/s, kapasitas lapangan efektif dari prototipe mesin penanam rata-rata m 2 /jam, kapasitas lapangan teoritisnya m 2 /jam, dan efisiensi lapangan 84.93%. Kata kunci: mesin penanam, pengolahan tanah alur, kedelai, traktor beroda-2, desain. ABSTRACT ELGY MUHAMMAD RIZQYA. Design of Soybean Seeder with Strip Tillage. Supervised by WAWAN HERMAWAN. Efforts to increase the production and productivity of soybean in Indonesia can be conducted through mechanization in the soil preparation and seed planting. Energy efficiency in tillage and planting activities can be improved by integrating strip tillage and seed planting in one pass. The purpose of this research was to design an integrated tillage and soybean planting machine powered by a two-wheel tractor. The research activities were including the design process, prototype fabrication, and performance test of the prototype. A hand tractor equipped by a rotary tiller was used as a power source and performed two strips of soil tilling, by adjusting the position and number of rotary blades. Two units of seed planter equipped with a disc type metering device were designed to drill the soybean seeds in two rows. The metering devices were rotated by an auxiliary wheel. The seed spacing was designed to be 20 cm and distance between rows to be 40 cm. The performance test results showed that the prototipe could perform strip tillage and seed planting properly. The seeds were placed in the row by 1-2 seeds per hole, cm seed spacing, and cm rows spacing. In the average forward speed of m/s, the average field effective capacity was m 2 /hour, the theoritical field capacity was m 2 /hour, and the field efficiency was 84.93%. Key words: planting machine, strip tillage, soybean, integration, machine, two-wheel tractor, design.

5 DESAIN MESIN PENANAM KEDELAI DENGAN PENGOLAHAN TANAH ALUR ELGY MUHAMMAD RIZQYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Desain Mesin Penanam Kedelai dengan Pengolahan Tanah Alur Nama : Elgy Muhammad Rizqya NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Wawan Hermawan, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian berjudul Desain Mesin Penanam Kedelai dengan Pengolahan Tanah Alur ini telah dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 dan selesai pada bulan Juni Terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada para dosen penguji yang juga memberikan saran-saran manfaat untuk sempurnanya tulisan ini, yaitu Dr. Ir. Lenny Saulia M.Si dan Dr. Ir. Mohamad Solahudin M.Si. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga penulis atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Adhika Rozi A, Yahya Al Mahdi, Fika Rahimah, Candra Viki A, Oldga Agusta D, Deny Saputro, Febri A. Sigiro, Husen, dan semua rekan-rekan Teknik Mesin dan Biosistem (TMB 47) yang namanya tidak bisa disebutkan satu-satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Elgy Muhammad Rizqya

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 Budidaya Kedelai 3 Mesin Penanam Benih 4 Penjatah Benih (Metering device) 7 Transmisi Daya Flexible Shaft 8 METODOLOGI 9 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 9 Alat dan Bahan 9 Tahapan Penelitian 10 Metode Pengujian Kinerja 12 ANALISIS RANCANGAN 13 Kriteria Perancangan 13 Rancangan Fungsional 14 Analisis Rancangan Struktural 16 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Konstruksi Prototipe Mesin Penanam Kedelai 27 Kinerja Prototipe Mesin Penanam Kedelai 32 SIMPULAN DAN SARAN 37 Simpulan 37 Saran 38 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN 39 RIWAYAT HIDUP 66

10 DAFTAR TABEL 1 Umur panen, hasil, dan sifat lain dari beberapa varietas unggul kedelai 4 2 Rancangan fungsional 14 3 Perbandingan n c dengan d r 23 4 Data kondisi tanah saat pengujian model prototipe mesin 34 5 Data pengukuran slip roda traktor 37 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan produksi kedelai (BPS 2014) 1 2 Mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk terintegrasi dengan tenaga gerak traktor beroda-2 (Hermawan et al. 2009) 2 3 Mesin tanam sebar dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) 5 4 Mesin tanam acak dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) 5 5 Proses penempatan benih (Srivastava et al. 1996) 6 6 Bagian-bagian mesin penanam (Hermawan 2011) 6 7 Mesin tanam presisi dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) 7 8 Konsep penjatah benih piringan bercelah miring (Srivastava et al. 1996) 7 9 Tiga macam posisi lempeng penjatah benih (a) vertikal (b) miring (c) datar (Kepner et al. 1978) 8 10 Traktor tangan Yanmar tipe YZC-L Diagram alir tahapan penelitian Model rancangan piringan penjatah Rancangan pembuka alur Hasil bukaan alur Mekanisme putaran piringan penjatah Mekanisme penguncian flexible shaft pada poros Benih kedelai yang berada di atas piringan penjatah Benih kedelai yang berada pada celah benih di piringan penjatah Konstruksi prototipe mesin penanam benih kedelai Rancangan (atas) dan prototipe (bawah) rangka utama Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) metering device Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) penahan bearing Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) pembuka alur Rancangan (atas) dan prototipe (bawah) rangka roda Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) roda Penambahan sikat pada bagian atas piringan penjatah Lubang keluaran benih sebelum (kiri) dan sesudah modifikasi (kanan) Pisau rotary sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) modifikasi Penambahan tutup pada bagian belakang rotary Prototipe piringan penjatah Persentase benih jatuh pada pengujian di laboratorium Pengukuran jarak tanam (kiri) dan kedalaman tanam (kanan) Tanaman kedelai hasil penanaman 36

11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Spesifikasi traktor roda-2 yang digunakan 40 2 Pengukuran sudut curah (angle of repose) benih kedelai 41 3 Dimensi benih kedelai 42 4 Perhitungan draft spesifik tanah berdasarkan tahanan penetrasi tanah 43 5 Flexible shaft characteristics 44 6 Data pengujian ketepatan penjatahan benih di laboratorium 45 7 Data pengukuran Tahanan Penetrasi Tanah saat pengujian prototipe sebelum penanaman 46 8 Data pengukuran Tahanan Penetrasi Tanah saat pengujian prototipe setelah penanaman 47 9 Kondisi tanah sebelum dan setelah diolah Data pengukuran hasil penanaman Perhitungan kapasitas lapangan dan efisiensi lapangan Gambar teknik 51

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 yaitu sebanyak 1.87 juta ton (Atman 2006), namun setelah itu produksi terus mengalami penurunan hingga hanya juta ton pada tahun Itu menandakan bahwa dalam 11 tahun, produksi kedelai dapat merosot mencapai 64 % tetapi sebaliknya, konsumsi kedelai cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami peningkatan mencapai 1.3 juta ton pada tahun Tahun 2013, produksi kedelai (angka sementara) sebesar ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar ribu ton (7.47 persen) dibanding tahun 2012 (BPS 2014). Penurunan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar ribu ton. Sebaliknya, produksi mengalami peningkatan sebesar ribu ton di luar Jawa. Penurunan produksi kedelai terjadi karena penurunan produktivitas sebesar 0.69 kuintal/hektar (4.65 persen) dan penurunan luas panen seluas ribu hektar (2.96 persen). Perkembangan produksi kedelai tahun dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Perkembangan produksi kedelai (BPS 2014) Tingkat produksi kedelai yang terus menurun menunjukkan tidak tercapainya salah satu target utama dalam Rencana Strategis Kementrian Pertanian yang merupakan swasembada kedelai dengan pencapaian produksi sebesar 2.7 juta ton di tahun 2014 (PSE LITBANG 2012). Jika mencermati data produksi kedelai pada tahun 2011, pencapaian produksi baru mencapai 850 ribu ton atau sebesar 33 persen dari target produksi pada Sementara itu, konsumsi domestik pada 2011 mencapai 2 juta ton, yang berarti defisit sekitar 1.3 juta ton. Kecenderungan luas panen dan produksi kedelai lokal yang semakin menurun akan mengakibatkan ketergantungan terhadap impor kedelai, terutama dari Amerika Serikat sebagai pengekspor kedelai terbesar dunia, akan semakin tinggi.

14 2 Proses budidaya kedelai di Indonesia mayoritas masih dilakukan secara manual termasuk proses penanaman. Penanaman biji palawija (kedelai, kacang tanah, dan jagung) yang dilakukan oleh petani kebanyakan menggunakan sistem sebar dan tugalan, akan tetapi kedua sistem tersebut memiliki banyak kelemahan yang bisa mempengaruhi pertumbuhan biji dan hasil panen (Rukmana dan Yuniarsih 1996). Bersumber dari permasalahan tersebut diperlukan alternatif penanaman untuk meningkatkan kapasitas, kualitas kerja dan efisiensi biaya dari alat dan mesin untuk mendukung budidaya palawija. Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sistem perbenihan kedelai, perbaikan teknik budidaya kedelai di tingkat petani, memperlancar penyediaan saprodi, modal dan teknologi, dan mempercepat adopsi paket teknologi melalui SL-PTT disertai pengawalan, sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi (DITJEN TP 2013). Peningkatan kapasitas kerja dan efisiensi biaya masih dapat ditingkatkan dengan cara menggabungkan kegiatan pengolahan tanah dan penanaman sekaligus menggunakan sebuah mesin yang terintegrasi. Pengintegrasian dari tiga-empat aktivitas alat/mesin menjadi satu kali lintasan diharapkan dapat memangkas waktu kerja dan biaya hingga sepertiga kalinya. Tahun 2009, mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk terintegrasi dengan tenaga gerak traktor beroda-2 telah berhasil didesain dan diujicoba. Mesin ini digerakkan oleh traktor beroda-2 dan mampu melakukan proses pengolahan tanah, pembentukan guludan tanam, penanaman benih jagung dan pemupukan (Urea, TSP dan KCl) secara simultan (Hermawan et al. 2009). Mesin pengolah tanah, penanam, dan pemupuk terintegrasi dengan tenaga traktor beroda-2 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk terintegrasi dengan tenaga gerak traktor beroda-2 (Hermawan et al. 2009) Mesin tersebut perlu dimodifikasi beberapa bagiannya agar dapat digunakan dalam penanaman kedelai. Beberapa bagian yang perlu dimodifikasi antara lain: 1) rangka utama, 2) bentuk dan ukuran hopper, 3) metering device, 4) jenis dan ukuran pembuka alur, 5) susunan dan jumlah pisau rotari, 6) jenis transmisi daya penjatahan benih.

15 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain mesin penanam kedelai terintegrasi dengan pengolahan tanah alur menggunakan tenaga gerak traktor beroda-2. TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Kedelai Kedelai yang dibudidayakan di Indonesia merupakan tanaman semusim, tinggi tanaman cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga, terdapat bulu pada daun dan polong yang tidak terlalu padat, umur tanaman antara hari. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil, pada umumnya akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto 2006). Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis, yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai berbeda disetiap negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan menurut ukuran yaitu: ukuran besar (berat > 14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji) (Sumarno et al. 2007). Tanaman kedelai dapat diusahakan di lahan pasang surut. Hasilnya cukup memadai, namun cara mengusahakannya berbeda daripada di lahan sawah irigasi dan lahan kering. Tanaman ini tidak tahan genangan. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan menanam kedelai di lahan pasang surut (Suwastika et al.). Penanaman benih baik di lahan sawah maupun di lahan kering dianjurkan dengan kedalaman lubang 3-5 cm, ditanam 2 benih/lubang kemudian lubang ditutup dengan tanah halus atau abu jerami. Proses penanaman pada musim hujan sebaiknya menggunakan jarak tanam lebar (40 x 20 cm), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (40x15 cm) (BPTP JAMBI 2009). Upaya untuk memperoleh hasil yang tinggi, benih yang digunakan perlu memenuhi persyaratan berikut: daya kecambah tinggi (di atas 80%), murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, bersih atau tidak tercampur biji-bijian tanaman lain dan kotoran, umur benih tidak lebih dari 6 bulan sejak dipanen, tidak keriput, dan tidak luka/tergores. Jumlah benih yang diperlukan untuk setiap hektar lahan adalah kg. Varietas kedelai yang dianjurkan untuk dibudidayakan di lahan pasang surut antara lain Galunggung, Lokon,Wilis, Dempo, Guntur, dan Kerinci. Varietas tersebut merupakan varietas unggul, disajikan pada tabel berikut umur panen, hasil, dan sifat lain dari masing-masing varietas.

16 4 Tabel 1 Umur panen, hasil, dan sifat lain dari beberapa varietas unggul kedelai Varietas Umur panen (hari) Hasil (ton/ha) Tahan terhadap hama/penyakit Galunggung Karat daun Lokon Karat daun Wilis Karat daun Guntur Dempo Karat daun Kerinci Karat daun dan lalat kacang Sumber: Suwastika et al Mesin Penanam Benih Mesin penanaman adalah peralatan tanam untuk mengatur dan menempatkan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau menanamkan tanaman di dalam tanah. Penanaman dimaksudkan untuk mendapatkan perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik. Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu: jumlah biji yang ditanam, daya kecambah biji, perlakuan terhadap biji, keseragaman ukuran biji, kedalaman penanaman, jenis tanah, kelembaban tanah, mekanisme pengeluaran biji, keseragaman penyebaran, tipe pembuka dan penutup alur, waktu penanaman, tingkat pemadatan tanah sekitar biji, drainase yang ada, hama dan penyakit, dan keterampilan operator. Penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan tangan saja, dengan bantuan alat-alat sederhana ataupun dengan bantuan mesin-mesin penanam. Unit penanam benih harus mampu menanam benih dengan jumlah benih per lubang tanam yang sesuai kebutuhan (1-2 benih) serta pada jarak tanam 20 cm dalam barisan dan 75 cm antarbaris, dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak 40 cm dalam barisan dengan dua tanaman per rumpun (Hermawan 2011). Metode penanaman benih dengan bantuan mesin dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Mesin Tanam Sebar (Broadcast Seeder) Penjatahan benih pada mesin ini berasal dari hopper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Agitator ditempatkan di atas lubang variabel tersebut untuk mencegah kemacetan karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida, dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah. Alat tanam sebar dan hasil penempatannya dapat dilihat pada Gambar 3.

17 5 Gambar 3 Mesin tanam sebar dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) Mesin Tanam Acak dalam Lajur (Drill Seeder) Setiap alur tanam pada mesin ini benih dijatah dari hopper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Mesin tanam acak dan hasil penempatannya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Mesin tanam acak dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain. Umumnya jarak antara benih berkisar antara mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan di belakang pembuka alur (furrrow opener). Setelah benih tertutup tanah maka tanah di atas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan. Proses penempatan benih dan bagian-bagian mesin penanam dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

18 6 Gambar 5 Proses penempatan benih (Srivastava et al. 1996) Gambar 6 Bagian-bagian mesin penanam (Hermawan 2011) Mesin Tanam Presisi (Precision Seeder) Mesin tanam presisi memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antara alur tanam atau sering juga disebut jarak barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Sumber tenaga yang digunakan dapat menggunakan tenaga manusia, hewan, traktor roda-2 dan traktor roda-4. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu: 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel) untuk memadatkan tanah di sekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Srivastava et al. 1996). Mesin tanam presisi dan hasil penempatannya dapat dilihat pada Gambar 7.

19 7 Gambar 7 Mesin tanam presisi dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) Penjatah Benih (Metering device) Alat penjatah benih merupakan unit alat penanam yang menentukan hasil dari penanaman. Konsep penjatah benih dapat menggunakan piringan bercelah miring (Gambar 8). Mekanisme penjatuhan benih dapat dilakukan dengan lempeng penjatah benih yang dapat diatur dalam tiga posisi yaitu datar, miring dan vertikal. Ketiga posisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Jumlah celah benih dianalisis dari transmisi putaran roda penggeraknya. Gambar 8 Konsep penjatah benih piringan bercelah miring (Srivastava et al. 1996)

20 8 Gambar 9 Tiga macam posisi lempeng penjatah benih (a) vertikal (b) miring (c) datar (Kepner et al. 1978) Transmisi Daya Flexible Shaft Transmisi daya menggunakan flexible shaft merupakan transmisi daya yang cocok untuk digunakan dalam transmisi gerakan rotary, daya, ataupun torsi (Broder dan Boehm 2013). Flexible shaft terbuat dari kawat yang terspiralkan dengan kuat pada sebuah kawat pusat (central wire). Setiap lapisan (layer) kawat yang bertambah akan seiring dengan pertambahan diameter dari shaft, dan juga torsi yang mampu ditransmisikan. Dalam perancangan flexible shaft, perlu untuk diketahui besar torsi yang akan ditransmisikan, minimum jari-jari lengkungan yang akan dibentuk oleh shaft, kebutuhan dari RPM, dan juga lingkungan kerja dari flexible shaft. Panjang dari flexible shaft tidak bergitu berpengaruh pada kemampuannya mentransmisikan torsi, tetapi untuk defleksi torsional. Diameter dari masing-masing ukuran flexible shaft yang berbeda-beda menghasilkan kemampuan yang berbeda pula. Antara lain untuk flexible shaft berdiameter 3 mm, memiliki diameter lekuk minimum 80 mm, 150 mm untuk flexible shaft berdiameter 5 mm, 210 mm untuk flexible shaft berdiameter 7 mm, 300 mm untuk flexible shaft berdiameter 10 mm, dan 450 mm untuk flexible shaft berdiameter 15 mm. Bila sistem dijalankan pada diameter lekuk dibawah minimum, hanya 30% dari daya yang akan ditransmisikan, sisanya merupakan friction loss.

21 9 METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dimulai dari proses perancangan, pabrikasi prototipe, sampai dengan pengujian kinerja prototipe yang telah dihasilkan. Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari sampai dengan Juni Tahap perancangan dari prototipe dilakukan pada akhir Februari hingga awal Maret 2014, dilanjutkan dengan pabrikasi prototipe yang dilakukan pada awal Maret hingga akhir Mei Pengujian kinerja prototipe dilakukan pada Juni Seluruh kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan berdasarkan tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut. Alat dan Bahan Perancangan Alat yang digunakan dalam perancangan, yaitu perangkat komputer, software Computer Aided Design SolidWorks 2012 x64 Edition, software Microsoft Excel 2010, printer, kalkulator teknik, mistar, jangka sorong dan peralatan tulis. Alat tersebut digunakan pada tahap perancangan terutama gambar teknik serta analisis teknik mesin penanam benih. Proses perancangan ini belum menggunakan bahan apapun. Alat dan Bahan Pembuatan Prototipe Alat yang digunakan pada proses pembuatan prototipe antara lain: alat-alat perbengkelan seperti, gerinda, bor duduk, las listrik, las argon, mesin bubut, mesin roll, ragum, gergaji baja, pemotong baja plat, tang, palu, obeng, kikir, siku, mistar, jangka sorong, busur, jangka dan peralatan pendukung lainnya, sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan prototipe antara lain: baja plat (ketebalan 2 mm, 3 mm, dan 5 mm), baja kolom, baja silinder pejal, acrylic, bearing, flexible shaft, cat, mur dan baut. Alat dan Bahan Pengujian Kinerja Pengujian kinerja alat penanam benih kedelai ini digunakan traktor tangan Yanmar tipe YZC-L (Gambar 10). Spesifikasi traktor dapat dilihat pada Lampiran 1. Alat yang digunakan pada pengujian antara lain: timbangan, ring sample, pita meter, mistar dan stopwatch. Alat bantu yang digunakan berupa: kunci pas, obeng, tang, kamera digital dan tiang pancang sedangkan bahan yang digunakan adalah benih kedelai dan bahan bakar solar.

22 10 Gambar 10 Traktor tangan Yanmar tipe YZC-L Tahapan Penelitian Pada penelitian ini dilakukan pendekatan perancangan mesin secara umum yaitu dengan pendekatan fungsional dan pendekatan struktural. Tahapan penelitian secara lengkap dijelaskan oleh Gambar 11. Mulai Identifikasi masalah Perumusan dan penyempurnaan ide rancangan Data dan informasi teknis lainnya Pemilihan konsep, analisis dan pembuatan gambar teknik Pembuatan prototipe Uji kinerja Berhasil Tidak Perbaikan Ya Selesai Gambar 11 Diagram alir tahapan penelitian

23 Identifikasi Masalah Pada tahap ini dicari permasalahan-permasalahan yang ada dan dilakukan pengumpulan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perancangan. Alat ini harus dapat ditarik menggunakan traktor roda dua, dengan pengolahan tanah yang minimum, dan dapat menanam benih kedelai sesuai dengan pola tanam yang diharapkan. Sistem transmisi daya diupayakan menggunakan sistem transmisi dengan gaya gesek yang rendah. Berikut ini adalah informasi-informasi yang telah dikumpulkan untuk proses perancangan: proses budidaya kedelai termasuk metode pengolahan tanah dan penanamannya, benih yang digunakan, karakteristik tanah di areal budidaya kedelai, sumber tenaga yang digunakan, dan sistem transmisi daya. Penyempurnaan Ide dan Pemilihan Konsep Setelah dilakukan identifikasi dari permasalahan yang ada dan dikumpulkan ide-ide pemecahan masalahnya selanjutnya penyempurnaan ide dipertimbangkan dengan beberapa aspek yang terkait. Kemudian dilakukan perumusan untuk menghasilkan beberapa konsep desain fungsional maupun struktural yang dilengkapi gambar sketsa dan analisisnya. Konsep desainnya adalah: pemanfaatan traktor tangan dengan kelengkapan rotary tiller untuk mengolah tanah dalam alur tanam (strip tillage), lalu dua unit penanam kedelai digandengkan di belakangnya. Bagian penjatah benih pada kedua unit penanam digerakkan oleh sebuah roda bantu melalui transmisi poros lentur. Pembuatan Gambar Teknik Gambar teknik diperlukan untuk mempermudah pembuatan alat dalam proses pabrikasi. Gambar teknik harus memperhatikan dimensi dari mesin dan skala, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu pengumpulan data untuk mendapatkan konsep mesin yang baik. Pembuatan gambar kerja pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software dalam pembuatan konstruksi khususnya mesin. Pembuatan Prototipe Pembuatan prototipe dilaksanakan menggunakan gambar teknik yang telah dibuat sebagai dasar. Proses pabrikasi prototipe diupayakan menghasilkan hasil nyata yang memiliki ukuran-ukuran yang sama persis dengan yang telah tertera pada perancangan gambar teknik. Pengujian Mesin Pengujian fungsional dan pengujian kinerja prototipe mesin tersebut di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo, Institut Pertanian Bogor. Pengujian fungsional mencakup pengujian masing-masing komponen unit penanam untuk memastikan setiap komponen dapat berfungsi dengan baik, dan pengujian kinerja meliputi pengukuran kapasitas lapangan penanaman oleh mesin, pengukuran kinerja penanaman, dan pengukuran kinerja pengolahan tanah. 11

24 12 Metode Pengujian Kinerja Pengujian dilakukan dalam dua tahap (kondisi), yaitu: 1) pengujian di laboratorium, dan 2) pengujian penanaman benih di lahan. Pengujian di laboratorium dilakukan untuk menguji kinerja penjatahan benih, dengan cara mengangkat mesin penanam sehingga roda bantu penggerak metering device dapat diputar (manual). Benih kedelai yang sudah diayak (seragam ukurannya) dimasukkan pada hopper benih lalu roda penggerak diputar secara manual menggunakan tangan dengan kecepatan putar sesuai dengan kecepatan maju mesin yang diharapkan, dan benih dapat dijatahkan (terjatuh) pada saluran benih. Benih yang keluar dari saluran benih diamati satu persatu, dan dihitung jumlah benih yang dijatahkannya. Dalam seratus kali penjatahan benih, diamati dan dihitung frekuensi kejadian benih keluarnya, yaitu: 1) tidak keluar (nol), 2) satu benih, 2) dua benih, dan 3) tiga benih. Kemudian masing-masing dihitung frekuensinya. Pengujian kinerja yang dilakukan pada kegiatan penanaman benih di lahan adalah: 1) pengujian tingkat keseragaman penanaman benih, 2) hasil pengolahan tanah, dan 3) kapasitas lapangan. Lahan uji disiapkan dengan ukuran lebih kurang panjang 20 m dan 1ebar 10 m. Lahan diratakan dan dibersihkan, sehingga siap ditanami. Pengujian yang dilakukan di lapangan ini, diukur terlebih dahulu kondisi tanah pada lahan yang akan digunakan, kemudian traktor tangan digunakan untuk menarik dan menggerakkan rotary tiller dan unit penanamnya. Traktor dioperasikan pada kecepatan putar motor 1800 rpm, tingkat kecepatan maju Low-1, dan tingkat kecepatan putar rotary High. Tingkat Keseragaman Penanaman Tingkat keseragaman penanaman yang diukur adalah: 1) jumlah benih per lubang tanam, 2) kedalaman penempatan benih, dan 3) jarak tanam. Pengamatan dilakukan setelah penanaman selesai dilakukan, dengan cara menggali kembali alur tanam dengan hati-hati sehingga ditemukan posisi benihnya. Setiap posisi benih (di alur tanam) dihitung jumlah benihnya, dan diukur kedalaman benihnya dari permukaan tanah menggunakan mistar ukur, selanjutnya pada setiap dua posisi benih yang bersebelahan diukur jarak antar benihnya (jarak tanam) menggunakan mistar ukur. Pengukuran dilakukan dalam sepuluh ulangan di setiap baris tanam. Mutu Hasil Pengolahan Tanah Mutu hasil pengolahan tanah yang diukur adalah tingkat penggemburan yang dihasilkan oleh garu rotary. Tanah hasil penggaruan diambil sample-nya dengan ring sample, lalu diukur bulk density-nya. Demikian juga tanah yang tidak terolah juga diambil sample-nya, dan diukur bulk density-nya. Pengkuran dilakukan pada tiga posisi secara acak masing-masing. Kedua kondisi bulk density-nya dibandingkan, untuk mengetahui tingkat perubahan kegemburan tanah hasil pengolahan tanah dengan rotary, di mana bulk density-nya lebih rendah dari tanah yang sebelum diolah.

25 13 Kapasitas Lapangan Selama pengujian mesin, dilakukan pengukuran kinerja mesin yang meliputi pengukuran kapasitas lapangan teoritis (K lt ), kapasitas lapangan efektif (K le ), dan efisiensi lapangan (E l ). K le, K lt dan E l dapat dihitung sebagai berikut (Hermawan 2011): A K le (1) T K 3600 L V (2) lt t t 20 V t = (3) t 20 K le E l 100% K lt (4) keterangan: K le : kapasitas lapangan efektif (m 2 /jam) K lt : kapasitas lapangan teoritis (m 2 /jam) A : luas lahan petakan (m 2 ) T : waktu kerja (jam) L t : lebar kerja teoritis (m) V t : kecepatan maju teoritis (m/s) t 20 : waktu tempuh pada jarak 20 m (s) E l : efisiensi lapangan (%) ANALISIS RANCANGAN Kriteria Perancangan Mesin penanam kedelai dengan pengolahan tanah alur ini merupakan modifikasi dari mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk terintegrasi dengan tenaga gerak traktor beroda-2 yang telah dirancang sebelumnya (Hermawan 2009). Pengembangan mesin ini bertujuan untuk mempermudah manusia dalam penanaman benih kedelai menjadi lebih efektif. Kriteria perancangan dijelaskan pada beberapa poin berikut. 1. Unit penanam harus ditarik traktor roda 2 dengan daya 10.5 hp. 2. Unit penanam berjumlah dua buah (pada bagian kiri dan kanan) ditopang oleh rangka utama. 3. Sumber tenaga putar untuk menggerakan mekanisme penjatah berasal dari roda bantu. 4. Hopper benih dengan dinding transparan yang mampu menampung benih untuk penanaman dengan luas lahan 1000 m 2.

26 14 5. Unit penanam harus mampu menanam benih dengan jumlah benih per lubang tanam sesuai kebutuhan yaitu 1-2 benih, serta jarak tanam 20 cm dam jarak antar alur 40 cm. 6. Unit penanam harus mampu membuka dan menutup alur dengan kedalaman tanam 3-5 cm. 7. Benih digunakan berukuran rata-rata panjang 7.41 mm, lebar 6.59 mm dan tebal 5.73 mm. 8. Kapasitas penanaman menggunakan mesin penanam harus lebih tinggi daripada penanaman dengan menggunakan manusia. Rancangan Fungsional Berdasarkan fungsinya, mesin penanam kedelai berfungsi untuk menanam benih kedelai dengan jumlah dan jarak tanam benih pada kedalaman alur yang telah ditentukan. Rancangan fungsional disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Rancangan fungsional Fungsi utama Sub fungsi Alternatif Menopang unit penanam Alternatif yang dipilih - Bentuk disesuaikan dengan traktor Mesin mampu menanam benih dengan kedalaman 3-5 cm, jarak tanam 20 cm dan jarak antar alur 40 cm. Menampung benih kedelai. Menjatah benih kedelai. Menyalurkan benih kedelai Membuka alur tanah. Menutup alur tanah Menyalurkan daya - Dinding plastik - Dinding acrylic - Hopper persegi panjang - Hopper trapesium - Hopper silinder - Tipe fluted - Silinder berputar miring - Silinder berputar horizontal - Silinder berputar datar - Penyalur pipa - Penyalur selang - Tanpa penyalur - Tipe hoe - Tipe shovel - Tipe shoe - Tipe rantai geser - Tipe piringan - Tanpa penutup alur - Rantai dan sproket - Sabuk dan puli - Flexible shaft - Hopper silinder dari plastik - Silinder berputar miring - Penyalur selang - Tipe shoe - Tanpa penutup alur - Transmisi flexible shaft

27 Fungsi Rangka Utama Rangka utama berfungsi sebagai penopang hopper benih, metering device dan pembuka alur sekaligus pengunci unit penanam pada traktor. Unit rangka utama dibuat berdasarkan pertimbangan posisi penempatan unit dan bentuk yang disesuaikan dengan posisi tersebut. Fungsi Penampung Benih Kedelai (Hopper) Penampung benih kedelai berfungsi sebagai wadah penyimpan benih kedelai yang siap ditanam sebelum masuk ke penjatah benih. Konsep rancangan hopper disesuaikan dengan luas lahan yang akan digunakan, ukuran dan bentuk benih serta batasan desainnya sehingga alternatif yang dipilih adalah hopper berbentuk silinder dengan dinding yang terbuat dari plastik. Dinding hopper terbuat dari plastik dengan tujuan benih di dalam hopper dapat terlihat sehingga mempermudah pengontrolan volume benih di dalam hopper. Terdapat lubang pada bagian bawah hopper sebagai tempat keluarnya benih menuju metering device. Fungsi Penjatah Benih Kedelai (Metering device) Penjatah benih kedelai berfungsi untuk menjatah jumlah benih yang akan di tanam dan mengatur waktu jatuhnya benih sehingga jumlah benih yang tertanam sesuai dengan kebutuhan yaitu 1-2 benih dan dengan jarak tanam 20 cm. Konsep rancangan metering device dipilih alternatif dengan mekanisme silinder berputar miring untuk mengurangi friksi pada penjatah, dengan mekanisme ini benih kedelai akan dijatah sesuai ukuran lubang penjatah dan sudut curah yang akan digunakan. Fungsi Penyalur Benih Penyalur benih kedelai berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan gerak jatuhnya benih kedelai dari metering device menuju tanah. Selang penyalur dengan bahan plastik dipilih sebagai alternatif karena bersifat lentur sehingga penyalur benih dapat dibengkokkan dan benih yang jatuh dapat diarahkan sesuai dengan alur. Fungsi Pembuka Alur dan Penutup Alur Pembuka alur berfungsi membuat alur tanam dengan lebar bukaan 2 cm dan kedalaman alur 3-5 cm dari permukaan tanah. Alternatif yang dipilih adalah pembuka alur dengan tipe shoe sesuai dengan kondisi lahan yang digunakan, yaitu hanya digunakan pada kedalaman tanah 0-10 cm dengan nilai tahanan tanah yang kecil, selain itu alternatif ini dipilih untuk mempermudah proses pembuatan prototipe. Penutup alur berfungsi untuk menutup kembali benih yang sudah di dalam alur dengan tanah. Penutup alur tidak dibuat pada mesin penanam kedelai ini dikarenakan tanah setelah diolah sudah gembur sehingga tanah mudah tertimbun kembali dengan sendirinya dengan lebar bukaan yang kecil yaitu 2 cm. 15

28 16 Fungsi Penyalur Daya Penyalur daya berfungsi untuk meneruskan daya berupa tenaga putar yang berasal dari poros roda bantu menuju poros metering device. Alternatif yang dipilih sebagai penyalur daya berupa unit tansmisi flexible shaft dengan pertimbangan daya yang ditransmisikan tidak terlalu besar, unit transmisi ini dapat menyalurkan daya dengan posisi yang fleksibel sesuai dengan posisi roda penggerak dan metering device, selain itu jenis transmisi ini cukup ekonomis (lebih murah). Penampung Benih (Hopper) Analisis Rancangan Struktural Penentuan ukuran hopper dirancang berdasarkan persamaan berikut (Syafri 2010): A j b 4 Vhb 10 u b pl (5) keterangan : : volume kotak benih (cm 3 ) : luas penanaman sekali mengisi kotak benih (cm 2 ) : jumlah benih kedelai setiap lubang tanam (benih) : massa per butir benih kedelai rata - rata (gram) : jumlah unit mesin penanam dalam satu lintasan operasi (unit) : kerapatan isi benih (gram/cm 3 ) : jarak antar alur tanam (cm) : jarak antar lubang tanam (cm) Penelitian ini memiliki kriteria perancangan yaitu luas penanaman sekali mengisi kotak benih (A) 1000 m 2, jumlah benih kedelai setiap lubang tanam (j) 2 benih, massa per butir benih kedelai rata-rata ( ) 0.14 gram, jumlah unit mesin penanam dalam satu lintasan operasi (u) 2 unit, kerapatan isi benih ( ) 0.7 gram/cm 3, jarak alur tanam (p) 40 cm, dan jarak antar lubang tanam (l) 20 cm. Ukuran volume hopper dengan kriteria yang direncanakan adalah : V hb V hb 2500 cm Pengisian ulang (reloading) benih dalam hopper yang direncanakan pada penelitian ini berupa mekanisme dua kali ulangan pengisian tiap proses penanaman. Volume hopper (V hb ) masing-masing yang dibutuhkan menjadi: 2500 V hb 2 3 V hb 1250 cm

29 Penjatah Benih (Metering device) Mekanisme rancangan metering device menggunakan piringan yang memiliki celah-celah benih dan berputar miring. Alasan dipilih alternatif dengan mekanisme tersebut adalah untuk mengurangi kerusakan benih akibat gesekan antar benih dan pembatasnya. Sudut kemiringan metering device dirancang sesuai dengan sudut curah dari benih kedelai. Hasil pengukuran sudut curah benih kedelai rata-rata adalah 21 (Lampiran 2), sehingga dipilih sudut kemiringan piringan penjatah (atau dasar hopper) 45. Jumlah lubang benih pada silinder ditentukan oleh jarak tanam yang diharapkan (20 cm), keliling roda bantu dan rasio transmisi daya. Perhitungan jumlah lubang benih digunakan persamaan berikut: 17 J arb kel + kel K rb (6) J arb J lb J tb (7) keterangan : : jarak aktual roda bantu (cm) : keliling roda bantu (cm) : kemacetan roda bantu (%) : jumlah lubang benih : jarak tanam benih (cm) Keliling roda bantu yang menggerakkan piringan penjatah benih adalah 80 cm dan kemacetan roda bantu sekitar 25 %, maka jarak tempuh aktual satu putaran roda bantu (J arb ) adalah: J arb J arb =100 cm Jenis transmisi yang digunakan adalah transmisi langsung poros lentur, maka diperoleh jumlah lubang (celah) benih pada piringan penjatah benih (J lb ): J J lb lb lubang Ukuran lubang pada silinder disesuaikan dan dibuat mendekati ukuran benih kedelai yang akan diuji. Hasil pengukuran dimensi benih kedelai yang digunakan saat pengujian memiliki panjang maksimum, lebar maksimum dan tebal maksimum berturut-turut adalah 8.41 mm, 7.41 mm dan 6.70 mm sedangkan panjang rata-rata, lebar rata-rata dan tebal rata-rata dari benih kedelai yang digunakan adalah 7.41 mm, 6.58 mm dan 5.74 mm. Data hasil pengukuran dimensi benih kedelai dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah diketahui dimensi

30 18 benih kedelai dan diharapkan jumlah benih yang jatuh 1-2 benih, maka dibuat pendekatan ukuran piringan dengan ketebalan 10 mm dan diameter lingkaran lubang 10 mm. Piringan penjatah metering device dibuat dari bahan acrylic dengan ukuran diameter luar 120 mm. Bentuk rancangan piringan dapat dilihat pada Gambar 12. Pembuka Alur Gambar 12 Model rancangan piringan penjatah Benih kedelai ditanam dengan kedalaman alur 3-5 cm dan lebar alur disesuaikan dengan ukuran maksimum dua benih kedelai, oleh karena itu pembuka alur dirancang untuk dapat membuka alur dengan kriteria tersebut. Berdasarkan tipe tanah dari lahan tempat pengujian di lapangan percobaan Siswadhi Soepardjo, maka tipe pembuka alur dirancang dengan tipe shoe dan harus mampu membuka alur pada kedalaman (d a ) 5 cm dan lebar alur (l a ) 2 cm. Gambar 13a adalah rancangan pembuka alur dari tampak samping. Gambar 13b adalah rancangan pembuka alur dari tampak belakang. Gambar 13c adalah luas penampang batang pembuka alur. Hasil bukaan alur pada permukaan tanah dapat dilihat pada Gambar 14.

31 19 (a) (b) (c) Gambar 13 Rancangan pembuka alur Gambar 14 Hasil bukaan alur Tanah bumbunan merupakan tanah hasil pengangkatan dari alur, maka bisa diasumsikan luas segitiga penampang tanah bumbunan sama dengan luas bidang potong alur dibagi dua, sehingga: x y L ABC = (8) 2 la L ABC = d a (9) 2 keterangan : L ABC : luas segitiga ABC (cm 2 ) : lebar alur (cm) : kedalaman alur (cm) : lebar tanah bumbunan (cm) : tinggi tanah bumbunan (cm)

32 20 Tinggi tanah bumbunan (y) diasumsikan sama dengan lebar tanah bumbunan (x), kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (8) dan (9), maka: 2 y la d a 2 2 y l a d a (10) Kedalaman alur yang direncanakan (d a ) adalah 5 cm dan lebar alur (l a ) adalah 2 cm, maka tinggi tanah bumbunan (y) dapat dihitung menggunakan persamaan (10). y y cm Rancangan plat pembuka alur harus lebih tinggi dari tanah bumbunan supaya tanah tidak dapat masuk kembali ke dalam alur, maka tinggi minimal plat pembuka alur adalah kedalaman alur (5 cm) ditambah dengan tinggi tanah bumbunan (3.16 cm) yaitu 8.16 cm. Tinggi plat pembuka alur dibuat sebesar 10 cm dan panjang plat 15 cm untuk mempermudah perancangan. Kedalaman pembuka alur dapat diatur dengan menaik-turunkan batang pembuka alur. Batang pembuka alur diletakkan pada rangka metering device dan dijepit dengan baut. Perencanaan ukuran batang pembuka alur dilakukan dengan analisis kekuatan batang pembuka alur untuk menahan gaya tahanan tanah (F). Posisi dan arah gaya yang bekerja pada pembuka alur dapat dilihat pada Gambar 15 (a). Digunakan persamaan berikut untuk menghitung bersarnya gaya. F = Dst da l a (11) keterangan : F : gaya tahanan tanah (N) : draft spesifik tanah (kg/cm 2 ) : kedalaman alur (cm) : lebar alur (cm) Ketinggian batang pembuka alur tertinggi yang direncanakan (t p ) adalah 35 cm. Gaya tahanan tanah pada pembuka alur (t f ) diasumsikan adalah sepertiga kedalaman pembuka alur yaitu 1.67 cm, maka jarak gaya yang bekerja ke dudukan rangka (l f ) adalah 33.3 cm. Gaya tahanan tanah yang diterima oleh pembuka alur dapat dihitung dari hassil kali draft spesifik tanah dengan luas bidang potong pembuka alur. Dengan menggunakan formula Kisu diperoleh nilai draft spesifik tanah sebesar 0.89 kg/cm 2 (Lampiran 4). Gaya tahanan tanah dapat dihitung sebagai berikut: F F 8.9 kg = N

33 Batang pembuka alur dirancang menggunakan baja kolom dengan luas penampang potong seperti pada Gambar 15 (c) dan asumsi bahwa b = h, maka: 21 3 b2 (h2 ) I = 12 3 b2 (b2 ) I = b2 b1 I = b2 b1 I = 12 3 b1 (h1 ) b1 (b1 ) - 12 (12) Direncanakan, lebar penampang batang pembuka alur bagian luar (b 2 ) adalah 16 mm, selanjutnya akan dilakukan perhitungan menggunakan persamaan tegangan lentur (σ): Mc σ = (13) I σ adalah tegangan lentur terhadap sumbu netral (Pa), M adalah momen lentur yang terjadi pada batang (Nm) yaitu hasil kali gaya dengan panjang lengan (F l f ), I adalah momen inersia dari penampang terhadap sumbu netral (cm 4 ), dan c adalah jarak terluar terhadap sumbu netral (cm) yaitu b 2 /2. b2 F l σ f = 2 4 b - b F l f b2 12 b2 - b1 = σ F l f b2 12 b = b (14) σ 2 keterangan : : lebar penampang batang bagian luar (mm) : lebar penampang batang bagian dalam (mm) F : gaya tahanan tanah (N) : jarak gaya yang bekerja ke dudukan rangka (mm) : tegangan lentur (N/mm 2 ) Diketahui tegangan tarik maksimal pada batang baja (σ B ) sebesar 55 kg/mm 2 (Sularso dan Suga 2008), safety factor (S f ) yang digunakan sebesar 4 selanjutnya h 2 = b 2 = 16 mm, maka b 1 dapat dihitung sebagai berikut: σ B 2 = 55kg/mm = N/mm 2

34 22 σ B σ a = (15) S f σ a b 1 b N/mm F l f = b - 2 σ = N/mm b = b 4 1 = b = =14.5 mm b 1 2 Ketebalan minimum (t) batang pembuka alur adalah: b2 - b1 t = (16) t = 2 t =0.75 mm Berdasarkan perhitungan panjang batang pembuka alur yaitu sebesar 35 cm menggunakan baja kolom 16 mm ketebalan 1 mm. Saluran Benih Saluran pengeluaran benih terbuat dari selang berbahan plastik yang lentur sehingga mudah dibengkokkan dan diatur penempatannya. Saluran benih dirancang memiliki diameter yang lebih besar dari ukuran benih terbesar supaya benih jatuh dengan bebas dan menghindari tersangkutnya benih pada selang penyalur, oleh karena itu dipilih ukuran diameter dalam selang penyalur adalah 1/2 inch. Ujung selang pengeluaran benih diletakkan di belakang pembuka alur. Roda Penggerak Roda penggerak dirancang untuk menggerakkan piringan penjatah benih kedelai yang ditransmisikan oleh flexible shaft. Roda penggerak berputar dengan memanfaatkan gaya gesekan dari tanah yang dilaluinya. gambar mekanisme putaran piringan penjatah dapat dilihat pada Gambar 15.

35 23 Gambar 15 Mekanisme putaran piringan penjatah Diameter dari roda penggerak dipengaruhi oleh jarak tanam benih tanaman kedelai, luncuran pada roda penggerak, serta jumlah lubang pada piringan penjatah. Jarak tanam benih kedelai yang digunakan untuk perancangan mesin ini adalah 20 cm, sedangkan luncuran pada roda penggerak diasumsikan sebesar 25%. Digunakan rumus berikut ini untuk menentukan diameter roda penggerak: n c J t d r = (25) 1 ln Keterangan: d r : diamater roda penggerak (cm) n c : jumlah lubang pada piringan penjatah J t : jarak tanam benih kedelai (cm) l n : luncuran yang terjadi pada roda penggerak (diasumsikan 25%) dari perhitungan menggunakan rumus diatas maka diperoleh perbandingan antara jumlah lubang pada piringan penjatah dan diameter roda pada tabel berikut ini: Tabel 3 Perbandingan n c dengan d r n c d r (cm)

36 24 Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka digunakan 5 lubang pada piringan penjatah dan diameter roda penggerak sebesar 25 cm. Transmisi Daya Jenis transmisi yang digunakan untuk menyalurkan daya pada mesin ini menggunakan transmisi poros lentur (flexible shaft). Poros metering device terhubung dengan flexible shaft yang meneruskan daya dari roda penggerak. Mekanisme penguncian yang digunakan pada sistem transmisi flexible shaft adalah dengan cara menekan kabel flexible shaft dengan poros menggunakan baut yang dapat dilihat pada Gambar 16. Beban putaran flexible shaft berupa beban torsi putar piringan penjatah benih, yang bersumber dari 1) gesekan benih kedelai yang berada di atas piringan penjatah (Gambar 17) dan 2) gesekan benih pada celah benih di piringan penjatah dengan dasar hopper (Gambar 18), dan 3) gesekan yang terjadi pada bearing dan kabel flexible shaft. Perhitungan beban torsi total metering device dijelaskan sebagai berikut: Gambar 16 Mekanisme penguncian flexible shaft pada poros Gambar 17 Benih kedelai yang berada di atas piringan penjatah Asumsi lebar acrylic yang menampung benih sama dengan sepertiga diameter lingkaran (jatuhan benih dari hopper) yaitu 40 mm, maka diperoleh panjang tali busur adalah mm dan besar sudut juring adalah 141. Dihitung terlebih dahulu luas lingkaran (LO) luas juring (Lj) luas tembereng (L tm ) untuk menghitung volume benih yang berada di atas piringan penjatah, sebagai berikut:

37 25 2 LΟ = π r (17) 2 2 LΟ = = mm L jr = LO L jr = = mm (18) a t LΔ = (19) LΔ = = mm 2 Volume tembereng (V tm ) dapat dihitung sebagai berikut: Ltm = L jr - LΔ (20) L tm = = mm Vtm = Ltm t (21) 3 V tm = = mm Sudut kemiringan rangka dan hopper benih adalah 45, maka volume yang terisi benih (V tb ) adalah: V tb = mm Beban torsi (τ) pada metering device dapat dihitung menggunakan rumus berikut: m bk = v (22) 3 F g = N (23) = F l (24) 1 m bk : massa benih kedelai (gram) ρ : massa jenis benih kedelai (gram/cm 3 ) v : volume yang terisi benih (cm 3 ) F g : gaya (N) l : jarak (m) g : gravitasi (9.81 m/s 2 )

38 26 Jika diketahui volume benih (v) adalah cm 3, massa jenis benih kedelai (ρ) adalah 0.7 gram/cm 3, sudut kemiringan metering device (θ) adalah 45 dan friksi antara benih dengan acrylic (μ) adalah (LoCurto et al. 1997), maka: m bk = v m bk F g F g F g = gram = N = mbk g cos = cos(45 ) N 1 = F l 1 = Nm Gambar 18 Benih kedelai yang berada pada celah benih di piringan penjatah Jumlah lubang pada piringan penjatah adalah 5 lubang. Jika rancangan jarijari lubang adalah 5 mm dan ketebalan piringan penjatah adalah 10 mm. Torsi pada celah benih di piringan penjatah dapat dihitung sebagai berikut: V lp V lp = 5 πr 2 t = mm 3 m bk = v m bk = F g F g F g = N = m bk 2.75 gram g cosθ = cos(45 ) N

39 27 1 F l = Nm Total beban torsi yang ada pada metering device (τ total ) adalah: = total 1 2 total = Nm Flexible shaft yang digunakan harus mampu menahan semua beban yang diterima. Perhitungan beban torsi tersebut belum termasuk beban yang ada pada bearing dan flexible shaft, maka beban torsi minimal yang harus dapat ditahan oleh flexible shaft adalah Nm. Proses perancangan menggunakan bahan yang mudah ditemukan di pasaran maka diperoleh ukuran diameter flexible shaft adalah 3.2 mm yang mampu menahan beban 1.3 Nm (Lampiran 5). Modifikasi Susunan dan Pengurangan Pisau Rotari Modifikasi susunan dan pengurangan pisau rotary dilakukan untuk menerapkan sistem pengolahan tanah minimum (minimum tillage). Pengolahan tanah minimum dapat dilakukan dengan cara hanya melakukan pengolahan tanah dalam jalur tempat tumbuh tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Prototipe Mesin Penanam Kedelai Konstruksi prototipe mesin penanam kedelai terintegrasi dengan pengolahan tanah alur telah berhasil dibuat dengan memodifikasi traktor beroda-2 pada bagian implemennya. Mesin ini dapat menanam langsung dua jalur pada satu lintasan. Secara struktural, hasil prototipe mesin dapat dilihat pada Gambar 19. Rangka utama dibuat dari plat baja dengan ketebalan 5 mm. Bentuk dan ukuran dari rangka utama disesuaikan dengan profil tutup rotary bagian belakang. Rangka utama dibuat lubang baut untuk dapat dipasangkan pada tutup rotary sekaligus menghubungkan rangka metering device. Desain rangka utama dapat dilihat pada Gambar 20.

40 Hopper benih 6. Rangka utama metering device 2. Penutup rotary 7. Metering device 3. Saluran benih 8. Pegas penekan roda bantu 4. Rangka roda penggerak 9. Flexible shaft 5. Roda penggerak 10. Pembuka alur Gambar 19 Konstruksi prototipe mesin penanam benih kedelai Gambar 20 Rancangan (atas) dan prototipe (bawah) rangka utama Metering device (Gambar 21) terdiri dari rangka yang dibuat dari plat baja dengan ketebalan 5 mm dan dibuat lubang baut yang memanjang untuk mengatur jarak alur tanaman. Rangka metering device dibuat dengan kemiringan sudut 45 di mana sudut tersebut lebih besar dari sudut curah benih kedelai yang digunakan

41 dan pada bagian bawah rangka dibuat tempat untuk menahan bearing sebagai sumbu putar poros metering device. Selain itu dibuat penahan untuk pembuka alur menggunakan baja kolom berukuran 30 mm 30 mm dengan ketebalan 2 mm. Kemudian pada ujung penahan pembuka alur dibuat lubang baut untuk mengencangkan batang pembuka alur yang akan dipasang. Hopper benih terbuat dari silinder plastik yang diletakkan di atas rangka sehingga hopper benih memiliki kemiringan sudut yang sama dengan rangka. Hopper benih dipilih dari toples plastik yang dijual di pasaran untuk mempermudah proses pengerjaan dengan volume tampung sebesar 1.6 liter dengan diameter 120 mm dan tinggi 145 mm. 29 Gambar 21 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) metering device Penahan bearing sekaligus tempat pemasangan flexible shaft dibuat dan dipasangkan pada rangka. Penahan tersebut terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm. Desain dari penahan bearing dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) penahan bearing Pembuka alur (Gambar 23) dibuat untuk dapat membuat alur tanam dengan lebar 20 mm dan kedalaman sekitar 50 mm. Sesuai dengan perhitungan, batang pembuka alur dibuat dari baja kolom berukuran 16 mm 16 mm dengan

42 30 ketebalan 1 mm. Mata pisau pada pembuka alur dibuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm. Gambar 23 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) pembuka alur Rangka roda (Gambar 24) terbuat dari plat baja dengan ketebalan 5 mm, dibuat sesuai dengan ukuran roda penggerak. Panjang maksimal rangka dibuat sepanjang 350 mm, sehingga tidak mengganggu operator dalam penggunaan mesin. Bagian tengah rangka dibuat dudukan pegas yang dihubungkan pada tiang penyangga. Tiang penyangga dibuat dengan diameter 4 mm untuk dapat dikencangkan langsung pada bagian belakang rotary. Gambar 24 Rancangan (atas) dan prototipe (bawah) rangka roda

43 Roda penggerak (Gambar 25) dibuat dari plat baja dengan ketebalan 3 mm yang dibuat melingkar dengan mesin roll. Roda dibuat dengan diameter 250 mm dan lebar 100 mm, kemudian dipasangkan 10 buah sirip pada bagian kanan dan 10 buah sirip pada bagian kiri pada bagian luar roda sehingga total adalah 20 sirip (lug). Sirip roda terbuat dari plat strip dengan ukuran 50 x 10 x 2 mm. Bagian poros roda dan velg digunakan roda sepeda yang dijual di pasaran untuk mempermudah perancangan. Sebagai sumber daya yang disalurkan, pada kedua bagian ujung poros dibor dengan diameter 4 mm untuk penguncian flexible shaft. 31 Gambar 25 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) roda Setelah melakukan pengujian terjadi beberapa modifikasi dari desain awal. Lubang keluaran benih dimodifikasi dengan memperbesar ukuran lubang mengikuti alur putaran penjatah. Hal tersebut dilakukan karena kecepatan jatuhnnya benih lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan putaran metering device, sehingga pada saat pengujian ada benih yang menyangkut pada ujung lubang dan mengakibatkan flexible shaft yang digunakan patah. Modifikasi selanjutnya yaitu pada bagian atas pada piringan penjatah diberi sikat untuk menghindari jumlah benih yang jatuh lebih dari yang diharapkan. Hasil modifikasi dapat dilihat pada Gambar 26 dan Gambar 27. Gambar 26 Penambahan sikat pada bagian atas piringan penjatah

44 32 Gambar 27 Lubang keluaran benih sebelum (kiri) dan sesudah modifikasi (kanan) Modifikasi dari pisau rotary dilakukan untuk menerapkan sistem pengolahan tanah minimum, oleh karena itu jumlah pisau rotary dikurangi pada bagian tengah untuk mengolah tanah dengan jarak jalur tanam yang diharapkan yaitu 40 cm. Kemudian, perubahan susunan arah mata pisau rotary dilakukan supaya pelemparan tanah dapat diarahkan ke jalur tanaman sehingga mempermudah penutupan alur yang akan dilakukan. Selain itu ditambahkan juga penutup pada bagian belakang untuk menghindari lemparan tanah yang masuk dari atas pembuka alur. Modifikasi dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29. Gambar 28 Pisau rotary sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) modifikasi Gambar 29 Penambahan tutup pada bagian belakang rotary

45 33 Kinerja Prototipe Mesin Penanam Kedelai Rancangan piringan penjatah metering device dibuat dari bahan acrylic dengan diameter 120 mm dan ketebalan 10 mm. Jumlah lubang penjatah pada piringan penjatah disesuaikan dengan jarak tanam dan rasio terhadap roda penggerak. Di permukaan piringan penjatah dibuat sebanyak lima buah lubang dengan diameter masing-masing 10 mm seperti pada Gambar 30. Salah satu kinerja mesin dapat dilihat pada hasil pengujian ketepatan penjatahan benih di laboratorium. Hasil pengamatan frekuensi kejadian jatuhnya benih dalam seratus kali penjatahan benih adalah: tidak jatuh (nol), satu benih, dua benih, dan tiga benih. Gambar 31a menunjukkan hasil pengujian metering device bagian kanan bahwa persentase satu benih jatuh sebesar 11%, dua benih jatuh 82%, tiga benih jatuh 7% dan tidak ada benih yang tidak jatuh sedangkan pada Gambar 33b terlihat data pengujian metering device bagian kiri dengan persentase satu benih jatuh sebesar 19%, dua benih jatuh 78%, tiga benih jatuh 3% dan tidak ada benih yang tidak jatuh. Data disajikan pada Lampiran 6. Jumlah satu benih dan dua benih jatuh dari masing-masing metering device, merupakan kejadian yang memiliki frekuensi paling besar di antara kejadian yang muncul. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja dari prototipe telah memenuhi kriteria perancangan dengan harapan benih yang tertanam adalah 1-2 benih. Hasil pengujian prototipe mesin di lapangan terbagi menjadi 3 bagian antara lain: 1) hasil pengolahan tanah, 2) hasil penanaman benih, dan 3) kapasitas lapangan dan efisiensi lapangan. Hasil Pengolahan Tanah Gambar 30 Prototipe piringan penjatah Dibutuhkan kondisi tanah yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan tumbuh tanaman. Data hasil pengolahan tanah rata-rata pada saat pengujian di lapangan disajikan pada Tabel 4, data pengukuran secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7, Lampiran 8 dan Lampiran 9.

46 34 0% 7% 11% Tidak Jatuh 1 Benih 2 Benih 3 Benih 82% (a) 3% 0% 19% 78% Tidak Jatuh 1 Benih 2 Benih 3 Benih (b) Gambar 31 Persentase benih jatuh pada pengujian di laboratorium Tabel 4 Data kondisi tanah saat pengujian model prototipe mesin Sebelum diolah Setelah diolah Kadar air (KA), % Kerapatan tanah 3 (ρ), g/cm Kedalaman (cm) Kedalaman (cm) Tahanan penetrasi tanah (TPT), kpa

47 Hasil pengolahan tanah memiliki nilai kadar air sebesar 22.71%, kerapatan tanah sebesar g/cm 3 dan nilai tahanan penetrasi tanah rata-rata pada kedalaman 0-10 cm sebesar 220 kpa. Hal tersebut merupakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman, karena akar tanaman dapat mudah menembus tanah sehingga meningkatkan kemampuan tumbuhnya. Perubahan nilai kerapatan tanah sebelum dan setelah diolah tidak terlalu besar dikarenakan kondisi tanah pada saat pengujian sudah sudah gembur (sudah diolah sebelumnya). Hasil Penanaman Pengujian tingkat keseragaman benih di lapangan memiliki hasil yang baik dengan jumlah benih yang jatuh pada jalur berkisar antara 1 sampai 2 benih dengan frekuensi benih jatuh yang paling tinggi adalah satu benih. Jumlah benih yang jatuh saat pengujian di lapangan berbeda dengan pengujian di laboratorium. Hal tersebut dikarenakan oleh kondisi mesin pada saat pengujian di lapangan memiliki getaran yang cukup tinggi. Jika benih yang tersangkut pada lubang penjatah adalah dua benih maka benih yang ada di atas dapat jatuh kembali keluar dan hanya tersisa satu benih, sehingga frekuensi benih jatuh yang paling tinggi adalah satu benih. Jarak antar benih sudah mendekati kriteria yang diharapkan (20 cm), dari 10 sampel yang diambil jarak tanam benih yang jatuh berkisar antara 18 cm sampai 23 cm dengan rata-rata 19.8 cm dan nilai standar deviasi sebesar Ketidakseragaman jarak tanam dapat terjadi karena slip/kemacetan pada roda bantu atau karena keadaan tanah yang tidak merata setelah diolah sehingga ada bongkahan tanah yang membelokkan arah jatuh benih. Kedalaman tanam benih dari hasil pengukuran berkisar antara 3.5 cm sampai 5 cm dengan kedalaman benih yang diharapkan adalah 3-5 cm. Pengukuran jarak tanam dan kedalaman tanam dilakukan menggunakan mistar ukur (Gambar 32). Nilai rata-rata kedalaman tanam benih yang terukur adalah 4.28 cm dengan standar deviasi Jarak antar alur tanaman rata-rata terukur sebesar 39.3 cm dengan standar deviasi Data hasil pengujian tingkat keseragaman benih di lapangan disajikan pada Lampiran 10. Setelah 8 hari benih ditanam, dapat dilihat pada Gambar 33 tanaman sudah mulai tumbuh. Jumlah benih yang tumbuh dari 10 meter lahan dengan jarak tanam 20 cm pada alur pertama adalah 42 tanaman dan pada alur kedua adalah 39 tanaman, sehingga persentase tumbuh tanaman pada alur pertama adalah 84% dan pada alur kedua adalah 78%. 35

48 36 Gambar 32 Pengukuran jarak tanam (kiri) dan kedalaman tanam (kanan) Gambar 33 Tanaman kedelai hasil penanaman Kapasitas Lapangan dan Efisiensi Cara pengoperasian prototipe mesin penanam kedelai ini sama dengan pengoperasian traktor dengan bajak rotari pada umumnya, hanya saja operator tidak boleh menginjak alur yang sudah dibuat, karena jika alur yang sudah ditanami benih terinjak akan meningkatkan kepadatan tanah yang sehingga mengurangi kemampuan tumbuh tanaman. Operator memiliki ruang gerak yang sempit karena dibatasi oleh alir tanam yang tidak boleh terinjak, selain itu unit roda penggerak yang ada di depan operator juga membatasi langkah maju operator sehingga perlu dikaji lagi aspek ergonomika dari mesin ini. Prototipe mesin ini memang memiliki ruang gerak yang sempit bagi operator, akan tetapi prototipe mesin ini tidak selalu harus dikemudikan oleh operator. Prototipe mesin ini sudah cukup stabil tanpa dikemudikan oleh operator pada lintasan yang lurus.

49 Prototipe mesin penanam kedelai ini dioperasikan dengan kecepatan maju traktor sebesar m/s, kecepatan putar motor 1800 rpm, tingkat kecepatan maju Low-1 dan tingkat kecepatan putar rotary High. Prototipe mesin ini memiliki kapasitas lapangan efektif (K le ) sebesar m 2 /jam sedangkan kapasitas lapangan teoritis (K lt ) prototipe adalah m 2 /jam dan efisiensi lapangan (E l ) adalah %. Contoh perhitungan kapasitas lapangan dan efisiensi dapat dilihat pada Lampiran 11. Kapasitas lapangan dan efisiensi dari prototipe masih dapat ditingkatkan lagi dengan meningkatkan kecepatan maju traktor dan mempersiapkan lahan dengan baik (bebas dari gulma dan benda asing), selain itu dengan menambahkan unit lain pada prototipe atau mengintegrasikan beberapa proses lagi. Slip roda traktor dari prototipe mesin ini disajikan dalam Tabel 5. Jarak lima putaran roda secara teoritis adalah 9.17 m. Pengukuran aktual pada jarak lima putaran roda kiri sebesar 9.06 m dan roda kanan sebesar 8.95 m. Slip roda kiri traktor adalah 1.32% dan roda kanan adalah 2.55%. Slip roda yang terukur pada traktor sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa traktor yang digunakan masih mampu untuk menarik unit penanam yang telah dibuat. Tabel 5 Data pengukuran slip roda traktor Ulangan Jarak 5 putaran Jarak 5 putaran di lahan, m Slip, % ke- roda teoritis, m Roda kiri Roda kanan Roda kiri Roda kanan Rata-rata SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Prototipe mesin penanam kedelai dengan pengolahan tanah alur telah dirancang dan diujicoba. Prototipe mesin ini mampu melakukan proses penanaman serta pengolahan tanah langsung dalam dua alur tanam. Kinerja penanaman dan pengolahan tanah sudah cukup baik dengan jumlah satu atau dua benih jatuh pada jarak tanam cm, kedalaman tanam benih cm, dan jarak antar alur cm. Pada kecepatan maju m/s, kapasitas lapangan efektif dari prototipe mesin hasil rancangan rata-rata m 2 /jam, kapasitas lapangan teoritisnya m 2 /jam, dan efisiensi lapangan 84.93%. 37

50 38 Saran Desain mesin penanam kedelai ini masih bisa ditingkatkan kapasitas lapangan dan efisiensi lapangannya dengan menambahkan atau mengintegrasikan prototipe mesin dengan unit lain (pemupukan). Masih ada gesekan antara piringan penjatah dengan dasar pembatas benih pada bagian metering device, oleh karena itu peningkatan tingkat ketelitian pada proses perancangan metering device masih perlu dilakukan. Untuk kebutuhan daya transmisi, perlu dikaji lagi torsi yang ada pada unit penanam dan kecepatan maksimum yang dapat ditransmisikan, sedangkan untuk kenyamanan pengoperasian traktor roda dua yang telah dipasangkan unit penanam dan pengolah tanah alur, maka perlu dikaji secara khusus aspek ergonomika dari mesin ini. Perlu dilakukan pengujian mesin pada lahan yang belum dilakukan pengolahan tanah sebelumnya, untuk mengetahui kinerja pasti dari pengolahan tanah menggunakan unit ini. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. Adie MM, Krisnawati A Biologi tanaman kedelai. Dalam: Sumarno, Suyamto, A. Widjono, dan H. Kasim (Eds.). Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Atman Strategi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua. 8(1): ISSN Broder G, Boehrn M Flexible Options with Flexible Shafts [internet]. [diacu 2014 Juli 8]. Tersedia pada: [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (angka sementara tahun 2013) [internet]. [diacu 2014 Juli 1]. Tersedia pada: [BPTP JAMBI] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Pasang Surut [internet]. [diacu 2014 Juli 17]. Tersedia pada: [DCM] Durney Construction Machinary DURNEY Universal Speedometer /Tachometer Inner Wire [internet]. [diacu 2014 Juli 8]. Tersedia pada: [DITJEN TP] Direktorat Jendral Tanaman Pangan Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun Kementrian Pertanian. Herlina ES Hubungan antara Tingkat Kepadatan Tanah dengan pf dan Permeabilitas pada Tanah Latosol Dramaga Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hermawan W, Mandang T, Radite PAS Pengembangan mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk terintegrasi untuk budidaya jagung. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB Bogor.

51 Hermawan W Perbaikan desain mesin penanam dan pemupuk jagung bertenaga traktor tangan. Jurnal Keteknikan Pertanian (JTEP). ISSN: Kepner RA, Bainer R, Barger EL, Principles of Farm Machinery, 2nd edition. The AVI Publising Company, Inc., Wesport, Conecticut. LoCurto GJ, Zakirov V, Bucklin RA, Hanes DM, Teixeira AA, Walton OR, Zhang X, Vu Quoc L Soybean friction properties. ASAE Paper No St.Joseph, Mich.: ASAE. [PSE LITBANG] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Kinerja Produksi dan Harga Kedelai serta Implikasinya untuk Perumusan Kebijakan Percepatan Pencapaian Target Sukses Kementrian Pertanian [internet]. [diacu 2014 Juli 1]. Tersedia pada: Rukmana R dan Yuniarsih Y Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Santosa Studi nilai draft spesifik tanah dengan berbagai metoda. Buletin Enjiniring Pertanian. Vol. 1, No. 3, Okt, 1994 : 8-14 Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP Engineering Principles of Agricultural Machines. Michigan: ASAE. Suwastika IW, Ratmini SNP, Tumarlan T Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. [YDI] Yanmar Diesel Indonesia Spesifikasi - YZC Seri [internet]. [diacu 2014 Juli 1]. Tersedia pada: Syafri E Desain Mesin Penanam Jagung Terintegrasi dengan Penggerak Traktor Dua-Roda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 39

52 40 Lampiran 1 Spesifikasi traktor roda-2 yang digunakan Model YZC-L Dimensi Panjang - mm 2414 Lebar - mm 800 Tinggi - mm 1130 Berat Berat, kg 352 Motor Penggerak Model TF 105 ML-di Sistem pembakaran Injeksi langsung Volume langkah (cc) 583 Daya keluaran, KW (PS)/rpm 10,5/2400 Bahan Bakar solar Kapasitas Tangki Bahan Bakar, L 11 Metode penyalaan Manual (engkol) Transmisi Tipe transmisi Roda gigi - rantai Transmisi mundur Transmisi utama Jumlah gigi Roda gigi - rantai Roda gigi - rantai F3/R1 Jalur penggerak Roda depan 5-12 Kopeling Rem Kemudi Cakram majemuk kering bantalan rem Kopling belok PTO Gigi PTO F2 Kopeling Cakram majemuk kering Penggandengan Traktor yang sesuai Metode penyambungan Metode pembajakan Lebar pembajakan, mm Stay hitch Traktor rotary Traktor rotary Stay hitch Rotary Kedalaman bajak 660 Sumber: YDI

53 41 Lampiran 2 Pengukuran sudut curah (angle of repose) benih kedelai Ulangan Tinggi (t), cm Alas (a), cm Sudut curah (θ =tan -1 (t/a)), Rata-rata ( )

54 42 Lampiran 3 Dimensi benih kedelai Ulangan Panjang Lebar Tebal (mm) (mm) (mm) Rata -rata

55 43 Lampiran 4 Perhitungan draft spesifik tanah berdasarkan tahanan penetrasi tanah Dihitung terlebih dahulu nilai Cone index (C i ) untuk menghitung nilai draft spesifik tanah (D s ). Cone index diukur dengan menggunakan penetrometer. Pengukuran dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Rumus yang digunakan : F C i (1) A keterangan: Ci : cone index (kg/cm 2 ), F : gaya tekan pada tanah (kgf), dan A : luas pemukaan kerucut penetrometer (cm 2 ). Digunakan persamaan (1) dengan nilai F yang diketahui sebesar kgf dan A adalah 2 cm 2, maka: kgf 2 C i kgf cm 2 2 cm Digunakan Fomula Kisu (1972) dalam Santosa (1994a), Santosa (1994b) dan Santosa (2005a), maka nilai draft spesifik dapat dihitung sebagai berikut: IP =0.8 c (2) keterangan: IP : index plastisitas tanah (%), c : kandungan liat (clay dalam %). Diketahui kandungan liat dalam tanah bertekstur Latosol pada kedalaman 0-40 cm berkisar antara % (Herlina 2003), maka IP dapat dihitung menggunakan persamaan (2): IP =( ) = 46.8% 2 Ci 1 Dst = + (3) 600 Ci Diketahui D st adalah draft spesifik tanah yang dimodifikasi dengan indeks plastisitas tanah (kg/cm 2 ), dan Ci adalah cone index (kg/cm 2 ), dengan menggunakan persamaan (3), maka: D st = kg/cm Dst Ds = (4) IP Diketahui D s adalah draft spesifik tanah (kgf/cm 2 ), D st yang diperoleh sebesar 0.32 kgf/cm 2, dan IP sebesar 46.8 %, dengan menggunakan persamaan (4) maka: D s = 0.89 kgf/cm Jadi, diperoleh nilai draft spesifik tanah lahan sebesar 0.89 kgf/cm 2.

56 44 Lampiran 5 Flexible shaft characteristics Diameter (mm) Tolerance (mm) Number of Layers 2.0 Loading Moment Weight (N m) (kg/ 100m) (Sample 500mm Long) 3/ / / / /4/ /4/ /5/ / /5/ / / / / Sumber : DCM 2014

57 45 Lampiran 6 Data pengujian ketepatan penjatahan benih di laboratorium Metering device kiri Jumlah benih yang keluar Metering device kanan Jumlah benih yang keluar Metering device kiri Jumlah Benih Frekuensi Tidak Jatuh 0 1 Benih 19 2 Benih 78 3 Benih 3 Metering device kanan Jumlah Benih Frekuensi Tidak Jatuh 0 1 Benih 11 2 Benih 82 3 Benih 7

58 46 Lampiran 7 Data pengukuran Tahanan Penetrasi Tanah saat pengujian prototipe sebelum penanaman

59 Lampiran 8 Data pengukuran Tahanan Penetrasi Tanah saat pengujian prototipe setelah penanaman 47

60 48 Lampiran 9 Kondisi tanah sebelum dan setelah diolah

61 Lampiran 10 Data pengukuran hasil penanaman 49

62 50 Lampiran 11 Perhitungan kapasitas lapangan dan efisiensi lapangan Waktu mulai : 14:46:00 Waktu selesai : 14:75:22 Waktu kerja (T) : 0:11:22 = jam Lebar Kerja Waktu tempuh 20 meter Waktu belok Kecepatan maju Alur (L t ), m (t 20 ), s (t b ),s (V t ), m/s Total Rata-rata = Luas lahan (A) : 7.5 m x 20 m = 150 m 2 Lebar kerja (L t ) : 0.75 m Kecepatan maju traktor (V t ): m/s kapasitas lapangan efektif (K le ): m 2 /jam kapasitas lapangan teoritis (K lt ): m 2 /jam efisiensi lapangan (E l ): % A K le t m 2 /jam K le K 3600 L lt K lt t V t m 2 /jam E l E l K le 100% K lt % 84.93%

63 Lampiran 12 Gambar teknik 51

64 52 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

65 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 53

66 54 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

67 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 55

68 56 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

69 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 57

70 58 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

71 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 59

72 60 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

73 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 61

74 62 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

75 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 63

76 64 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan)

77 Lampiran 12 Gambar teknik (lanjutan) 65

78 66 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Aldy Yusuf Syina Iskandar, Alfy Ismail Akbar, dan Salsabila Salwa Fahira, dari ayah Ade Iskandar dan ibu Erlin Julianti. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Polisi 5 Bogor, dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bogor, serta Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk SNMPTN, dengan memilih jurusan Teknik Mesin dan Biosistem sebagai program studi tujuan. Penulis berkontribusi aktif dalam kepanitian Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2012, Sapa Himateta pada tahun 2012, Gebyar Nusantara pada tahun 2012, serta IPB Art Contest (IAC) pada tahun 2012 dan Penulis berkesempatan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) IPB dan didanai dengan menjadi founder "Bengkel Sampah Rebin" yang merupakan program edukasi yang bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) - Kementrian Pendidikan dan SD Cihideung Udik 4 Bogor yang terpusat pada pengenalan sampah organik dan non-organik serta pengolahan sampah organik dan nonorganik menjadi sebuah karya, pada tahun Penulis juga mendapatkan penghargaan "Mahasiswa Berprestasi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem" pada tahun 2011 dengan kategori "Peningkatan IPK Tertinggi". Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum Gambar Teknik pada tahun ajaran 2013/2014. Serta penulis aktif sebagai anggota Engineering Desain Club (EDC). Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Lapangan selama 40 hari kerja di PT Perkebunan Nusantara VIII, Ciwidey.

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO

PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

DESAIN DAN KINERJA RODA PENGGERAK METERING DEVICE MESIN PENANAM KEDELAI ADHIKA ROZI AHMAD

DESAIN DAN KINERJA RODA PENGGERAK METERING DEVICE MESIN PENANAM KEDELAI ADHIKA ROZI AHMAD DESAIN DAN KINERJA RODA PENGGERAK METERING DEVICE MESIN PENANAM KEDELAI ADHIKA ROZI AHMAD DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DISAIN MESIN PENANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN PENGGERAK TRAKTOR DUA-RODA EDI SYAFRI

DISAIN MESIN PENANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN PENGGERAK TRAKTOR DUA-RODA EDI SYAFRI DISAIN MESIN PENANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN PENGGERAK TRAKTOR DUA-RODA EDI SYAFRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.

Lebih terperinci

Banyak jenis dari seed metering devices, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - horizontal feed / rotor metering devices - vertical

Banyak jenis dari seed metering devices, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - horizontal feed / rotor metering devices - vertical IV. MESIN PENANAM 4.1 Seeder Fungsi mesin penanam yaitu meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman, jumlah tertentu dan seragam, dan pada sebagian besar alat penanam menutup dengan tanah kembali.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan

Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan Technical Paper Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan Evaluation of Driving System and Modification of Corn Planter Powered by Hand Tractor Wawan Hermawan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan perancangan desain yang dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-12 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen Kondisi lahan di PG Jatitujuh setelah penebangan umumnya tertutup oleh serasah atau pucuk-pucuk tebu sisa pemanenan. Serasah tersebut

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds)

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds) DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds) Muhammad Iskandar, Syafriandi, Mustaqimah Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci