COMMUNITY DEVELOPMENT
|
|
- Shinta Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 COMMUNITY DEVELOPMENT Agus Dharma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Gunadarma agus_dh@staff.gunadarma.ac.id website : staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 1
2 Program-program pembangunan yang dirancang dari atas tersebut tidak menyentuh permasalahan warga masyarakat yang bervariasi pada tingkat akar rumput (grass root). Timbul kesenjangan antara program pembangunan dari pusat dengan kondisi, permasalahan, dan kebutuhan nyata dalam masyarakat. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 2
3 Growth Paradigm Fenomena penyediaan prasarana fisik tersebut sebenarnya sangat berhubungan dengan konsep pembangunan Indonesia di masa Orde Baru yang didominasi oleh growth paradigm. Pada waktu itu inisiatif top-down dianggap sebagai cara yang paling tepat sehingga muncul gejala negara birokratik otoriter dan korporatisme. Sistem otoriter birokratik diciptakan terutama untuk melakukan pengawasan yang kuat terhadap masyarakat, agar arus bawah massa tidak mengganggu akselerasi pembangunan. Korporatisme dikembangkan sedemikian rupa sehingga organisasi-organisasi berbasis rakyat tidak dapat tumbuh, sebaliknya yang dikembangkan adalah organisasi yang sudah terkooptasi kekuasaan staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 3
4 Hipotesis trickle down effect yang melekat pada growth paradigm yang dipakai Orde Baru ternyata tidak terwujud. Yang terjadi bahkan sebaliknya, kesenjangan justru makin melebar. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut Myrdal (1968) sebagai circular cumulative causation process, yaitu proses yang akan memperlebar kesenjangan yang sebelumnya sudah ada melalui suatu mekanisme akumulasi. Kelompok yang paling mapan dalam masyarakat adalah yang paling siap menerima inovasi dari luar (early adopter). Kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah mapan tersebut akan semakin diuntungkan dengan adanya program atau proyek pembangunan. Akibatnya kesenjangan yang sebelumnya sudah ada (secara alamiah) kini menjadi diperlebar. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 4
5 Reinventing the government Perubahan sistem masyarakat menjadi masyarakat terbuka serta berubahnya tatanan dunia baru menuju era globalisasi menyebabkan berubahnya paradigma pembangunan pada negara-negara berkembang. Terjadi pergeseran fungsi birokrasi (reinventing the government) dimana pemerintah yang tadinya menjadi pelaku utama pembangunan (provider) berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau yang disebut dengan pemerintahan katalis (Osborne dan Gaebler, 1996). staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 5
6 Kirdal dan Silk (1995: 31) menyatakan: the pattern of growth is just as important as the rate of growth. Konsep pertumbuhan dan pemerataan seharusnya tidak harus diasumsikan sebagai inkompatibel atau antitesis. Pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat (community development) adalah sebuah alternatif pembangunan yang merubah proses pembangunan yang sentralistik menjadi partisipatif. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 6
7 Latar Belakang CD Banyak potensi komunitas yang selama ini tidak terdayagunakan. Hal ini menjadi lebih terasa penting di saat sumber daya yang ada pada pemerintah semakin menipis. Dalam pola pembangunan konvensional dimana pemerintah membangun dan komunitas tinggal memakai, sering kali komunitas tidak mau merawat sarana atau prasarana yang sudah dibangun. Dalam konteks ini pendekatan pemberdayaan komunitas diharapkan dapat meningkatkan rasa turut memiliki. Dalam pola pembangunan konvensional dimana pemerintah yang merencanakan segala hal, sering kali komunitas menolak karena dianggap tidak sesuai dengan yang dibutuhkan (terjadi misfit atau salah asumsi). Pendekatan pemberdayaan komunitas diharapkan dapat mengurangi penolakan tersebut. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 7
8 Dengan adanya informed commitment dalam pemberdayaan komunitas, dapat dihindari terjadinya kooptasi dimana potensi yang ada dalam komunitas dimanfaatkan untuk hal-hal yang bukan kepentingan komunitas tersebut. Pemberdayaan komunitas dapat menjawab pertanyaan filosofis: Sebenarnya pembangunan ini untuk siapa? Bukankah untuk komunitas itu sendiri? Karena itu dalam konteks ini pembangunan harus dari, oleh, dan untuk komunitas yang bersangkutan. Pemberdayaan komunitas adalah sebuah pembangunan yang partisipatif yang merupakan syarat utama dalam pola pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang efektif. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 8
9 Peran Komunitas dalam Pembangunan Komunitas dilihat sebagai penerima bantuan atau sebagai penerima manfaat (beneficiaries) Komunitas dilihat sebagai customer yang harus membayar kegiatan pembangunan Komunitas dilihat sebagai pemilik dari semua kegiatan pembangunan staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 9
10 Definisi CD (United Nations, 1983) Community development is the process by which the effort of the people them selves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social, and cultural conditions of communities, to integrate this communities into the life of the national progress. This complex of process is, there for, made up of two essential elements : the participation by the people them selves in efforts to improve their level of living, which as much reliance as possible on their own initiative ; and the provision of technical self-help and mutual help and make this more efective. It is expressed in programmes designed to achieve a wide variety of specific improvement. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 10
11 Dapat disimpulkan paling tidak ada 6 unsur dalam definisi CD yang sangat penting, yaitu : Sekelompok orang (a group of people) dalam sebuah komunitas (in a community) mencapai keputusan bersama (reaching a decision) untuk merencanakan dan melaksanakan proses aksi sosial (to initiate a social action process / planned intervention) untuk merubah (to change) situasi ekonomi, sosial, budaya, atau lingkungan mereka (their economic, social, cultural, or environmental situation). staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 11
12 Karakteristik CD The empowerment approach places the emphasis on autonomy in the decisionmarking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiental social learning. (Friedman,1992) staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 12
13 Melalui pendekatan ini pengelolaan sumber daya produktif tidak dirancang dan dikelola secara terpusat melainkan oleh warga setempat sesuai dengan masalah, kebutuhan, dan kondisi daerahnya. Prinsip dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan harus dipegang oleh mereka yang akan menanggung akibat tindakan tersebut. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 13
14 Strategi CD Dalam komunitas yang sudah mampu dalam mendayagunakan potensi yang dimiliki perlu digunakan strategi nondirektif. Sedang bagi komunitas yang belum berkembang (terbelakang) maka pilihan strategi awalnya adalah strategi direktif. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 14
15 1. Strategi Direktif Strategi direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa pendamping komunitas (community worker) tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk komunitas. Peran community worker lebih bersifat dominan karena mereka yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi komunitas, cara-cara yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dengan strategi ini mungkin banyak hasil yang diperoleh, tetapi hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan sering kali lebih bersifat pencapaian secara fisik. Strategi ini mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar dari komunitas. Sedang bagi komunitas dapat muncul ketergantungan terhadap kehadiran petugas sebagai agen perubahan. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 15
16 2. Strategi Non-direktif Strategi non-direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa komunitas tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pemeran utama dalam perubahan komunitas adalah komunitas itu sendiri, community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi yang ada. Peran community worker adalah sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya perubahan dalam komunitas. Mereka merangsang tumbuhnya kemampuan komunitas untuk menentukan arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (selfhelp). staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 16
17 Model-model CD Appreciation-Influence-Control ( A I C ) Objective-Oriented Project Planning ( Z O P P ) Team Up Participatory Rural Appraisal ( P R A ) Action Research Generic staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 17
18 1. Appreciation-Influence-Control ( AIC ) Merupakan teknik yang menggunakan bentuk-bentuk lokakarya atau temu wicara yang melibatkan semua stakeholders. Dalam lokakarya tersebut mereka diminta untuk secara bersama-sama mengidentifikasi masalah, tujuan, kebutuhan, dan pendekatan pemecahan masalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 18
19 Dalam pelaksanaannya penekanan dilakukan terhadap: appreciation yaitu penghargaan terhadap kepentingan dan masalah orang lain dengan cara mendengarkan, influence yaitu saling mengusulkan pendapat melalui dialog, control yaitu pengendalian melalui tindakan yang disetujui bersama. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 19
20 2. Objective-Oriented Project Planning ( Z O P P ) Juga merupakan metoda yang menggunakan lokakarya atau temuwicara dimana para stakeholders secara bersama-sama menentukan prioritas dan rencana untuk implementasi atau pemantauan. Dengan menggunakan matriks para peserta lokakarya mersama-sama mengarahkan pada penentuan langkah-langkah bagaimana mencapai tujuan. Matriks yang sudah lengkap dan disetujui merupakan panduan dalam pelaksanaan. Namun matriks ini bukan merupakan sesuatu yang kaku dan tidak dapat berubah, asalkan perubahan tersebut disetujui bersama-sama dalam suatu forum. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 20
21 3. Team Up Metoda ini sebenarnya hampir sama dengan metoda diatas tetapi kemudian dikembangkan dengan membentuk semacam team atau panitia. Penciptaan suasana learning by doing juga merupakan salah satu karakteristik dari pendekatan ini. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 21
22 4. Participatory Rural Appraisal ( PRA ) Metoda termasuk yang paling banyak dikenal dan digunakan baik secara rigid maupun dengan interpretasi bebas dan bahkan juga dipakai dalam setting yang bukan rural. Digunakan pendekatan interaktif (kadangkadang dengan menggunakan alat-alat presentasi visual) serta dengan menggunakan pelatihan-pelatihan. Metoda ini mengarahkan masyarakat lokal untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri untuk selanjutnya menyusun rencana aksi. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 22
23 5. Action Research Metoda ini juga mengajak masyarakat lokal untuk mengamati diri sendiri dan kemudian mengusulkan pemecahan masalah yang mereka hadapi. Kadang kala metoda ini juga menunjukan bahwa pemberdayaan komunitas tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi bisa merupakan bagian dari suatu penelitian yang lebih besar. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 23
24 6. Generic Metoda improvisasi yang dilakukan dengan menggunakan akal sehat (common sense), pengalaman, serta pengetahuan tentang berbagai metoda pembangunan partisipatif yang telah ada. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 24
25 Pola Umum Proyek CD (1) KAJIAN MASYARAKAT (2) PERSIAPAN SOSIAL (3) PERENCANAAN PARTISIPATIF & PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERAKTIF (5) PENGEMBANGAN LEMBAGA (4) KESEPAKATAN TINDAK (5) T I N D A K H A S I L staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 25
26 Hambatan utama Belum dipahaminya makna konsep partisipasi secara benar oleh perencana dan pelaksana pembangnunan. Definisi partisipasi yang berlaku di kalangan lingkungan aparat perencana dan pelaksana pembangunan adalah kemauan rakyat untuk mendungkung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Definisi seperti ini mengasumsikan adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan subsistem adalah suatu bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 26
27 Pembangunan (development) sebagai sebuah ideologi maka pembangunan harus diamankan dan dijaga dengan ketat. Persepsi ini mendukung asumsi bahwa subsistem adalah sustu subordinate dari suprasistem dan membuat subsistem menjadi bagian yang benarbenar pasif. Pengamanan yang ketat terhadap pembangunan menimbulkan reaksi balik rakyat yang merugikan usaha membangkitkan kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Reaksi balik itu berupa berbagai budaya baru yang muncul seperti budaya diam dan budaya mencari selamat staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 27
28 Bias-bias pemikiran Pembangunan masyarakat di tingkat bawah lebih lebih memerlukan bantuan material dari pada keterampilan teknis dan manajerial. Lembaga-lembaga yang telah berkembang di kalangan masyarakat cenderung tidak efisien dan kurang efektif, bahkan menghambat proses pembangunan. Sektor pertanian dan pedesaan adalah sektor tradisional, kurang produktif, dan masa investasinya panjang, oleh sebab itu tidak perlu diprioritaskan pengembangannya. Ketidakseimbangan akses dalam sumber dana merupakan hal yang wajar dalam pembangunan. Pengetahuan dan teknologi modern (internasional) lebih baik dari pengetahuan dan teknologi masyarakat setempat (indigenous knowledge and technology). staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 28
29 Yang perlu dikembang oleh pemerintah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas (empowering) melindungi dan mencegah penindasan yang kuat terhadap yang lemah. staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 29
30 Perubahan Pola Manajemen Sektor Publik Dasar Dinamika Manajemen Wawasan Pembangunan Sumber Inisiatif Makna Desentralisasi Pola Pembangunan MANAJEMEN TRADISIONAL Digerakan oleh aturan dan petunjuk pelaksanaan (rule driven) Sektoral Gagasan para pakar dan perencana Pembangunan Distribusi kekuasaan dan sumber daya Berdasarkan rencana terpusat (non-partisipatif) MANAJEMEN KONTEMPORER Didorong niat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (need driven) Kewilayahan (regional) Isu dan peluang pembangunan serta inisiatif masyarakat Mendekatkan pengambilan keputusan ke sumber isu Berdasarkan konsensus pusat-daerah (partisipatif) Penganggaran Pembangunan Pengambilan Keputusan Modal Utama Sesuai mata anggaran (Line item budgeting) Deterministik Berdasar analisis rasional Modal fisik (dana dan sumber daya) Sesuai kegiatan program (Program budgeting) Interaktif Dipengaruhi aspek psiko-sosial Modal virtual (intelek, jejaring kerjasama, & kredibilitas) staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 30
Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program
Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan
Lebih terperinciSEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN
SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN Proses Empowering Anggota Kelompok Masyarakat Kegiatan Belajar dalam Kelompok Masyarakat Manusia yang Responsif Terampil Kolaboratif Mampu untuk memperbaiki/ meningkatkan kedudukannya
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciPERENCANAAN PARTISIPATIF
PERENCANAAN PARTISIPATIF Pengertian Perencanaan Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan
Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) Koordinator Matakuliah Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id/
Lebih terperinciPerbandingan PRA dengan RRA dan PAR
Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR PRA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI RRA 1 Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dimunculkan pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan
Lebih terperinciPERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )
PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses
Lebih terperinciKebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada
Lebih terperinciPRAKTEK PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT/BIAS BY. AGUS SURIDI
PRAKTEK PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT/BIAS BY. AGUS SURIDI (PERTEMUAN XI -XII) - Fondasi teoretik - Model praktek - Nilai dan etika Praktek Makro - Praktisi - Masyarakat - Kebijakan Perubahan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DAN KOMUNITAS Pertemuan 2
PEMBELAJARAN DAN KOMUNITAS Pertemuan 2 RELATIVITAS DAN UNIVERSALITAS PENDIDIKAN Proses perubahan tingkah laku seorang individu atau kelompok melalui upaya pengajaran dan pelatihan CUKUPKAH PENNDIDIKAN
Lebih terperinciPengertian Paradigma. Paradigma I Normal Sc. Anomalies Crisis Revol Paradigma II
1 Pengertian Paradigma Diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolution (1962), yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bukan berkembangan secara kumulatif, sebagaimana banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith, 2009) yaitu sustainance, self esteem, and freedom. Pembangunan harus terencana dan berkelanjutan
Lebih terperinciPERUBAHAN SOSIAL PADA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENYEDIAAN PRASARANA FISIK
Seminar Nasional tentang Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sub-Tema 2: Pembelajaran dan Analisis Dampak Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan (refleksi terhadap pembelajaran) PERUBAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN BUM DESA. Sugeng Budiharsono
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN BUM DESA Sugeng Budiharsono KONSEPSI PEMBERDAYAAN Hulme dan Turner (1990) menyatakan pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan, mengalami pergeseran paradigma dari masa ke masa. Konsep pertumbuhan yang menjadi ujung tombak
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciPENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)
PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program
Lebih terperinciAksi Masyarakat dan Pemberdayaan dalam Pembangunan Sosial Strategi Pembangunan Sosial Melalui Masyarakat part 2
Aksi Masyarakat dan Pemberdayaan dalam Pembangunan Sosial Strategi Pembangunan Sosial Melalui Masyarakat part 2 Dasar-Dasar Pembangunan Sosial Getar Hati, M.Kesos Refleksi Strategi Pengembangan Masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil
Lebih terperinciTERMINOLOGI PARTISIPATIF
TERMINOLOGI PARTISIPATIF METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti & Yunita Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya APA ITU PARTISIPASI? Partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan pembangunan
Lebih terperinciModel Akuntabilitas Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (studi pada masyarakat osing di Banyuwangi) Taufik Kurrohman Nining Ika Wahyuni
Model Akuntabilitas Pemerintahan Desa Berbasis Kearifan Lokal (studi pada masyarakat osing di Banyuwangi) Taufik Kurrohman Nining Ika Wahyuni Fakultas Ekonomi Abstract Application of autonomy for the village
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT History of em POWER ment Hubungan antara kekuasaan dan pemberdayaan Empowerment dikembangkan dari teori dasar kekuasaan (power) Empowerment merupakan pengembangan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.
BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH Dalam proses pendampingan kali ini, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciHAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT.
HAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT. PERENCANAAN YANG IDEAL Masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya Perencanaan tidak hanya terhenti
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
48 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan
Lebih terperinciBAGIAN I. PENDAHULUAN
BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciMembangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH
Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH Shining Batu : Building Entrepreneurial Bureaucratic to Improve the Competitiveness of The Regions Dipresentasikan dalam forum ekonomi Islam
Lebih terperinciEco-populism: Pengembangan Ekowisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Eco-populism: Pengembangan Ekowisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat GEOGRAFI PENDEKATAN: KELINGKUNGAN EKOWISATA PRINSIP LINGKUNGAN: 1. UNSUR ABIOTIK 2. UNSUR BIOTIK 3. UNSUR MANUSIA PRINSIP DAN STRATEGI
Lebih terperinciKONSEP DAN METODE PENDEKATAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT. Prepared by Trisakti
KONSEP DAN METODE PENDEKATAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT Community The term community describes the nature of a particular series of connections between individuals which bind them together into a coherent
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan
Lebih terperinciBAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA
BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA A. Proses Awal Pengorganisasian 1. Asessment Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah-tengah masyarakat dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)
LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) Membantu Masyarakat untuk Mendapatkan Kesempatan yang Lebih Besar
Lebih terperinciOptimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha
Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa perjalanan yang peneliti lakukan di beberapa daerah di Indonesia, terutama sejak akhir 2004 hingga akhir 2008, telah banyak usaha-usaha dari berbagai
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN
PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut
Lebih terperinciBAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN
BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN A. Alasan Perlunya Perubahan Sudah menjadi kecenderungan umum, bahwa hukum akan selalu terlambat dari perkembangan masyarakat. Demikian pula dengan kemampuan
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan
Lebih terperinciPANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017
PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.
Lebih terperinciKELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM )
PANDUAN PEMBENTUKAN KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM ) Warga Kabupaten Mukomuko yang kami banggakan khususnya di Desa dan Kelurahan yang masih dihadapkan pada permasalahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
BAB II METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Participatory Rural Appraisal Secara Umum PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciGOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007
GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS KEBUTUHAN
PEMBELAJARAN BERBASIS KEBUTUHAN CODE PENDIDIKAN ALA KI HAJAR DEWANTARA Memiliki konsep pendidikan sendiri karena tidak sepakat dengan sistem pendidikan yang memuat tingkatan kelas, perintah, hukuman dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan muncul sebagai konsep alternatif pembangunan yang pada intinya
Lebih terperinciHealth for All NOW! Aditya Wardhana Indonesia AIDS Coalition Alumni IPHU
Health for All NOW! Aditya Wardhana Indonesia AIDS Coalition Alumni IPHU People Health Assembly 1 "I am here to show solidarity with fellow activists. There is a need to create a critical mass of people
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena ditunjang oleh sistem pemerintahan yang desentralisasi.
Lebih terperinciDemokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah
Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Oleh : Marsuki Disampaikan dalam diskusi panel Simpul Demokrasi Kab. Jeneponto Sulsel. Tema: Bisnis, Politik, Demokrasi dan Peluang Investasi Daerah.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciINOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah)
INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah) Oleh: Drs.H. Johar Permana, M.A. Pendahuluan Apakah pendidikan Indonesia itu? Apakah pendidikan milik (orang) Indonesia? Apakah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR
BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action
Lebih terperinciBAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN
BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN Dalam melakukan penelitian ini, peneliti ini menggunakan metode riset aksi. Bahwa peneliti ikut terlibat aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ungkapan motivatif dari C.K. Prahalad dan Garry Hamel yang
. BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Ungkapan motivatif dari C.K. Prahalad dan Garry Hamel yang menyatakan bahwa "If you don t learn, you don t change, If you don t change, you will be die, terpampang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan
Brief Note Edisi 22, 2016 Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Riza Primahendra Pengantar Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun
Lebih terperinciPRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA
5 Prinsip-Prinsip PRA Participatory Rural Appraisal (PRA) mengembangkan sejumlah prinsip yang apabila diperbandingan (overlay) dengan prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang baik di dunia kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Keterampilan berpikir (thinking skills) sangat penting dimiliki oleh setiap orang baik di dunia kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya
Lebih terperinciAnalisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat
Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Henny Mahmudah *) *) Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan email : henymahmudah@gmail.com Abstrak Wilayah pesisir
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar
Brief Note Edisi 24, 2016 Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Riza Primahendra Salah satu tujuan dari dilaksanakannya CSR adalah menghindari krisis sosial yang berdampak pada
Lebih terperinciDesa Kota Lestari. Elanto Wijoyono COMBINE Resource Institution - Yogyakarta Urban Social Forum Solo, 20 Desember 2014
Desa Kota Lestari Elanto Wijoyono COMBINE Resource Institution - Yogyakarta Urban Social Forum Solo, 20 Desember 2014 Fakta Hubungan Desa Kota Desa yang jumlahnya banyak secara kuantitas selalu menerima
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH
Tri Ratnawati 179 UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH Oleh: Tri Ratnawati Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Lebih terperinciMANAJEMEN OTONOMI DAERAH
Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, Soleha, No. 1, Manajemen April 2015, 13-17 Otonomi Daerah 2015 MANAJEMEN OTONOMI DAERAH Lilis Karnita Soleha STIE Pasundan Bandung Email: lilis@stiepas.ac.id Abstract Regional
Lebih terperinciBAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN
68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Pendekatan Penelitian Pada pemahaman konsep PAR Participatory Action Research secara khusus menjelaskan beberapa aspek yaitu pengertian, sejarah, dasar filosofi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI PANCASILA:
BAB II SISTEM EKONOMI PANCASILA: RELEVANSI PLATFORM EKONOMI PANCASILA MENUJU PENGUATAN PERAN EKONOMI RAKYAT Oleh: Dewi Triwahyuni A. Landasan Sistem Ekonomi Indonesia Pancasila sebagai ideologi nasional
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN
KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN Latar Belakang Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai optimalisasi kinerja Bappeda Kota Surakarta dalam Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk memahami suatu fenomena yang ada.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Secara umum teori adalah konsep abstrak yang nantinya akan mengidenfikasikan adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk memahami suatu fenomena yang ada.
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni SUharjani, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Udara, air, tanah, flora, fauna, dan manusia adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang dalam interaksinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia mempengaruhi
Lebih terperinciDinno Mulyono, M.Pd. MM. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi 2017
Dinno Mulyono, M.Pd. MM. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi 2017 HAKIKAT PEMBANGUNAN https://4.bp.blogspot.com/-jnxipd2kacs/vunliexw58i/aaaaaaaaaes/byidpf0s1skn2up1fntpvpysah4ygbxvg/s1600/hakikat-pembangunan-nasional-indonesia.jpg
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran
Lebih terperinciMETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF (Agustina Bidarti)
METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF (Agustina Bidarti) BAB I 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan masalah 1.3. Tujuan Kita sering membanggakan diri sebagai bangsa yang berbudaya majemuk, tetapi dalam kemajemukan
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
55 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Sebagai badan, suatu peran tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya partisipasi masyarakat. Selain sebagai institusi ekonomi, peran juga
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran
Lebih terperinciI PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris dengan berbagai produk unggulan di setiap daerah, maka pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan di Indonesia harus berorientasi pada
Lebih terperinciKabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011
DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS PADA INSTITUSI PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR
EVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS PADA INSTITUSI PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR Oleh: WAWAN PURWANDI L2D 302 388 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci