BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui
|
|
- Hendra Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui suatu pengalaman. Pengalaman ini dapat diperoleh, baik secara langsung atau dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, misalnya melalui bacaan, film, atau cara visual lainnya. Citra memiliki arti gambar, angan-angan, atau pikiran. Jadi, citra adalah suatu gambaran yang muncul dalam pikiran seseorang atau sekelompok orang yang disebabkan oleh perilaku ataupun keadaan tertentu. Citra artinya wujud ataupun gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi atau kesan mental mengenai pribadi tersebut, yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat (Pradopo, 1997:12). Citra wanita merupakan wujud gambaran mental dan tingkah laku keseharian yang diekspresikan oleh wanita dalam berbagai aspek, yaitu aspek fisis dan psikis sebagai citra diri wanita. Unsur-unsur yang lazim untuk membentuk dan membangun citra diri seorang wanita, antara lain pendidikan, pekerjaan, kepribadian, kehidupan keluarga, kehidupan sosial, lingkungan, dan gaya hidup. Terdapat pula citra sosial berupa aspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita dalam aspek sosial dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:7). Di Jepang citra wanita yang sering muncul dalam masyarakat adalah seorang wanita hanya bekerja dalam bidang domestik, yaitu bekerja di dapur, 1
2 2 mengurus rumah tangga, mengurus suami, dan mengurus anak-anaknya. Citra wanita tradisional ini mulai mengalami perubahan pascaperang dunia II. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada peranan wanita dalam keluarga. Perubahan ini menyebabkan pula perubahan citra wanita yang terdapat dalam masyarakat Jepang pada zaman modern ini. Penyebab perubahan citra wanita Jepang dapat dilihat dari beberapa segi kehidupan, yaitu pengaruh dari segi pemerintahan, kesehatan atau biomedis, industri, dan perubahan dari segi aturan dasar ekonomi yang diberlakukan di rumah tangga yang ada di Jepang (Iwao, 1993:24). Di Jepang sejak awal tahun 1990 muncul empat tipe wanita yang sudah menikah, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu, wanita karier, ibu rumah tangga, dan networker atau ibu rumah tangga yang bekerja menggunakan internet di rumah masing-masing (Sugimoto, 1997: ). Munculnya empat tipe wanita tersebut menunjukkan bahwa banyak wanita yang memilih untuk bekerja di samping pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Banyaknya wanita yang memlih untuk bekerja menandakan bahwa kondisi sosial pada tahun 1990-an telah memungkinkan wanita untuk mandiri secara finansial, yang diikuti pula dengan mandiri dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh adalah bila dalam suatu pernikahan wanita merasa tidak puas dengan pasangannya, maka wanita berhak untuk mengambil keputusan untuk bercerai. Paham ini banyak diterima oleh kaum muda. Meskipun terdapat stigma yang melekat dalam wanita yang telah bercerai sehingga sulit untuk menikah lagi, hal ini tidak menjadi masalah karena wanita telah mampu mandiri dalam segi finansial (Sugimoto, 1997:172). Kondisi sosial inilah yang juga memengaruhi perubahan citra wanita
3 3 yang ada di Jepang. Citra wanita Jepang yang memakai kimono, membawa payung bambu, dan berjalan tiga langkah di belakang suaminya telah berubah menjadi wanita yang lebih bebas dalam memilih jalan hidupnya (Iwao, 1993:1). Perubahan citra wanita dapat terjadi karena adanya pergeseran peran, yaitu dari seorang pengurus rumah tangga menjadi seorang pekerja. Salah satu di antaranya dapat ditunjukkan oleh kurva yang merupakan hasil pendataan oleh biro statistik Jepang mengenai tenaga kerja pada tahun 1975 dan 1990 sebagai berikut. Tabel 1.1 Survei Mengenai Pekerja Wanita Tahun 1975 dan (Sumber: Bureau of statistic, Management and Coordination Agency labor Force Survey) Berdasarkan kurva di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1975 terdapat 66,2% pekerja wanita berusia tahun, pada usia tahun mengalami penurunan menjadi 42,6%, dan kembali menunjukkan peningkatan menjadi 51,7% pada rentang usia pekerja tahun. Jika dibandingkan dengan kurva pada tahun 1975, dapat dilihat bahwa pada kurva tahun 1990 terjadi perubahan yang cukup besar. Pada kurva tahun 1990 pekerja wanita berusia tahun mencapai 75,1% meskipun pada usia tahun mengalami penurunan
4 4 sebanyak 31%, pada pekerja usia 35 tahun ke atas dapat dilihat kembali mengalami peningkatan menjadi 71,7%. Peningkatan jumlah pekerja ini membentuk kurva berbentuk M. Pada usia 35 tahun biasanya wanita Jepang telah berkeluarga dan anaknya telah mencapai usia untuk dapat mandiri sehingga para ibu rumah tangga dapat kembali bekerja. Hal inilah yang menyebabkan kembali naiknya angka jumlah pekerja pada usia 35 tahun. Kurva ini menunjukkan bahwa pada tahun 1990 banyak wanita yang memutuskan untuk bekerja dibandingkan dengan hanya mengurus keperluan rumah tangga. Kurva ini juga menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tahun 1975 telah terjadi perubahan peran pada wanita Jepang. Perubahan ini tentu saja menyebabkan adanya perubahan citra pada wanita Jepang ke depannya. Dengan adanya berbagai hal yang telah memengaruhi berubahnya citra wanita di Jepang maka hal ini menarik untuk diteliti. Salah satu cara untuk mengetahui citra tersebut adalah melalui karya sastra. Salah satu karya sastra yang menggambarkan citra wanita Jepang adalah kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Minna Odoru karya Haruki Murakami. Dalam kumpulan cerpen ini terdapat enam judul cerpen, yaitu UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Airon No Aru Fuukei, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, Kaerukun Tokyo wo Sukuu, dan Hachi Mitsu Pai. Tiap-tiap cerpen tersebut menceritakan hal yang berbeda dan tidak saling berhubungan satu sama lain. Kumpulan cerpen ini berlatar tahun 1995, yaitu pascagempa Kobe. Tahun 1995 merupakan era Showa, yang merupakan era baru dan modern dengan begitu banyak perubahan di
5 5 masyarakat, yaitu perubahan dari hal tradisional ke hal modern, termasuk perubahan citra wanita Jepang. Dari keenam judul cerpen yang ada di dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, terdapat empat cerpen yang menonjolkan sisi wanita dengan pencitraannya masing-masing, yaitu UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai. Tokoh wanita yang muncul dalam tiap-tiap cerpen tersebut menggambarkan citra yang berbeda satu sama lain. Misalnya, pada cerpen Hachi Mitsu Pai dan Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru terdapat citra seorang single mother, pada cerpen Thailand dan UFO Ga Kushiro Ni Oriru ditunjukkan citra wanita pekerja dan masih dimungkinkan untuk muncul citra yang lainnya. Haruki Murakami menampilkan sosok wanita Jepang yang memiliki citra modern pada tahun 1995 yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen tersebut. Adapun pemilihan citra wanita modern sebagai permasalahan dalam penelitian ini karena dua alasan. Pertama, seperti dipaparkan di atas bahwa telah terjadi perubahan dalam citra seorang wanita di Jepang, yaitu perubahan dari wanita tradisional menjadi wanita modern. Wanita yang dulunya hanya mengerjakan hal-hal domestik kini mampu mandiri dan menentukan jalan hidupnya. Citra wanita modern menjadi menarik untuk diteliti karena melalui penelitian ini diharapkan dapat digambarkan citra wanita modern yang ada dalam pandangan masyarakat Jepang. Kedua, citra wanita juga menarik untuk diteliti karena penting untuk mengetahui posisi wanita di masyarakat dan kondisi sosial yang memengaruhinya, khususnya pada zaman modern. Wanita telah memiliki
6 6 citra atau gambaran lain mengenai dirinya, bukan hanya sebagai pengurus bidang domestik. Adapun alasan pemilihan keempat judul cerpen di atas sebagai objek penelitian adalah karena keempat judul cerpen ini dianggap dapat menggambarkan citra wanita modern yang muncul dalam kumpulan cerpen tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami? 2. Bagaimanakah kondisi sosial masyarakat Jepang yang membentuk citra wanita modern dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua. Kedua tujuan diuraikan seperti di bawah ini.
7 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memahami karya sastra secara umum dan menambah khazanah penelitian pada bidang kritik sastra feminis sehingga berguna bagi pembaca pada umumnya di samping menambah sumber kepustakaan penelitian kritik sastra feminis. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi penelitian selanjutnya Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami. 2. Mengetahui kondisi sosial masyarakat yang membentuk citra wanita modern dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut.
8 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan mengenai penelitian karya sastra, khususnya dengan pendekatan sastra feminis. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai bahan pembanding maupun sebagai acuan, bagi penelitian-penelitian selanjutnya Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami citra wanita dan kondisi sosial yang membentuk citra tersebut dalam empat cerpen. Adapun keempat cerpen itu adalah UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, serta Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi agar tidak menyimpang dari pokok bahasan. Ruang lingkup penelitian ini terbatas dalam pembahasan mengenai citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru tersebut. Di samping itu juga dibahas mengenai kondisi sosial masyarakat yang membentuk citra wanita tersebut.
9 9 1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami. Kumpulan cerpen ini terdiri atas 237 halaman dan diterbitkan pada tahun 2000 oleh Shinchosya, Tokyo. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Adapun tahapan tersebut adalah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah metode kepustakaan, yaitu metode untuk penelitian yang secara khusus meneliti teks, baik lama maupun modern (Ratna, 2006:39). Teknik yang dilakukan pada pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1. Membaca sumber data, yaitu empat cerpen berjudul UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru. 2. Mencatat data yang terkait dengan masalah yang diteliti. 3. Mengklasifikasikan data-data yang diperlukan.
10 Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode dialetik, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara mencari hubungan-hubungan antara faktor-faktor sosial yang terdapat dalam teks sastra dan faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat. Adapun teknik yang diperlukan untuk menjalankan metode dialetik adalah seperti di bawah ini. 1. Analisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra yang diteliti. 2. Analisis faktor-faktor yang ada dalam masyarakat atau dalam buku-buku yang menjelaskan kondisi masyarakat tempat karya yang diteliti lahir. 3. Menghubungkan hasil analisis sehingga menghasilkan kesesuaian antara faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat (Sangidu, 2005: ) Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data selesai dianalisis, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan hasil analisis data. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, atau statistik (Ratna, 2006:50). Teknik yang digunakan dalam menyajikan hasil analisis adalah dengan teknik narasi, yaitu menarasikan fakta-fakta atau hasil
11 11 penganalisisan data yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis data dideskripsikan dengan kata-kata biasa, bukan dalam bentuk angka atau bagan.
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan seorang ibu rumah tangga dalam sebuah keluarga di Jepang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan seorang ibu rumah tangga dalam sebuah keluarga di Jepang sangat penting. Seorang istri memiliki peranan melayani suaminya, mengurus orang tua suaminya, merawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manga merupakan sebutan untuk komik Jepang. Manga adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manga merupakan sebutan untuk komik Jepang. Manga adalah suatu gambar yang disusun dengan gambar lain dan diurutkan dengan sengaja untuk menyampaikan informasi kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gender adalah permasalahan yang sudah menjadi topik umum setiap memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja dianggap sebagai kaum lemah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi bangsa Jepang, on merupakan rasa berhutang yang utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia. Karena adanya rasa berhutang maka orang Jepang merasa berkewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap dinamika kehidupan pada setiap negara pasti akan selalu ada perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat
Lebih terperinci2015 POLA ASUH ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA IBU YANG BERPROFESI BURUH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir kedunia akan mendapatkan status dan peranannya secara langsung di dalam sebuah keluarga. Dimulai pada perananya di lingkungan keluarga
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan kajian terhadap kumpulan cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini. Dalam menentukan metode penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam bahasa Jepang yang dilihat dari segi penuturnya, yaitu ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi mengatakan danseigo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepolisian Jepang pada tahun 1874 mendirikan sebuah unit Departemen Kepolisian terbesar dengan sebutan Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo. Departmen ini didirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keterampilan yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah keterampilan menulis cerpen. Standar kompetensi yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, pada masa dewasa merupakan masa yang paling lama dialami
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009
86 BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap citra tokoh anak yang ditampilkan dalam tujuh cerpen yang dimuat dalam jurnal Prosa edisi Yang Jelita yang Cerita, didapat kesimpulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang layak diperdebatkan lagi, sekat pemisah antara pria dan wanita dalam bekerja semakin menipis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih tetap ada sampai sekarang ini. Wanita Jepang memiliki citra sebagai seorang wanita yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu
Lebih terperinciPROFIL PEKERJA WANITA JEPANG PADA ZAMAN MODERN. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:
PROFIL PEKERJA WANITA JEPANG PADA ZAMAN MODERN Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010 ABSTRAK Jumlah pekerja wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan
Lebih terperinciAnalisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita Pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: Sebuah Kajian Psikologi Sastra
Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita Pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: Sebuah Kajian Psikologi Sastra Dwi Mutiara, Dewi Anggraeni Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian merupakan aktivitas dan cara berpikir yang menggunakan kerangka ilmiah yang terancang dan sistematis untuk memecahkan
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri
BAB 5 RINGKASAN Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri yang baik dan seorang ibu yang bijaksana ( ryousaikenbo ). Namun semenjak tahun 1986, setelah dideklarasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah
Lebih terperinci, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia, orang Belanda pasti pandai berbahasa Belanda, orang Jepang pasti pandai berbahasa Jepang, orang Korea tentu
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang
Lebih terperinci2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, setiap individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia berdasarkan imajinasi. keindahan, maupun sebuah kritikan dan lain sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia berdasarkan imajinasi maupun pengalaman berdasarkan peristiwa yang dilihat maupun dialami oleh pengarang. Dalam hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata serapan merupakan kosakata dari bahasa asing yang sudah diakulturasi ke dalam bahasa lain. Bahasa Jepang, seperti bahasa-bahasa lain di dunia, merupakan bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah sangat asing terdengar. Sejak tercetusnya gerakan emansipasi wanita oleh R.A Kartini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama (1573-1603) yang berhasil mendirikan pemerintahan pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinci