BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Rekayasa Piranti Lunak Menurut Prahasta (2005, p223), rekayasa piranti lunak adalah sekumpulan aktifitas aktifitas kerja yang berkaitan erat dengan perancangan dan implementasi produk produk dan prosedur prosedur yang dimaksudkan untuk merasionalisasikan produksi perangkat lunak berikut pengawasannya. Dalam perancangan aplikasi ini, digunakan model proses waterfall seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1. Model ini sangat terstruktur dan bersifat linier, memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial di dalam pengembangan sistem perangkat lunaknya. Rekayasa Sistem Analisis Perancangan (design) Pemrograman (coding) Pengujian (testing) Operasi & Pemeliharaan Gambar 2.1 Model Proses Waterfall

2 9 Aktifitas aktifitas pada model ini (Prahasta, 2005, p224) meliputi : 1. Rekayasa sistem Perangkat lunak merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, maka pengembangannya dimulai dari pengumpulan semua kebutuhan elemen elemen dalam suatu sistem. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi sistem. 2. Analisis Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan elemen elemen di tingkat perangkat lunak. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi kebutuhan perangkat lunak. 3. Perancangan Pada tahap ini, spesifikasi kebutuhan perangkat lunak ditransformasikan ke dalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit diimplementasikan. 4. Pemrograman Pada tahap pemrograman, dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin (komputer). 5. Pengujian Pengujian dilakukan pada setiap modul, lalu diintegrasikan dan dikompilasi sehingga membentuk suatu perangkat lunak yang utuh. 6. Pengoperasian dan Pemeliharaan

3 10 Perangkat lunak sudah siap dioperasikan. Dalam masa operasional, suatu perangkat lunak mungkin saja mengalami errors atau bugs, yang menyebabkan perangkat lunak harus ditingkatkan kemampuannya, sehingga perangkat lunak perlu dipelihara (dimaintain) dari waktu ke waktu Interaksi Manusia dan Komputer Interaksi Manusia dan Komputer adalah displin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena fenomena besar yang berhubungan dengannya. Fokusnya adalah perancangan dan evaluasi antarmuka pemakai (user interface). Antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan komputer. Manusia Antarmuka pemakai SistemKomputer Gambar 2.2 Interaksi Manusia dan Komputer Menurut Sneiderman (1998, pp74 75), sistem antarmuka yang baik harus memenuhi delapan aturan emas di bawah ini : 1. Berusaha untuk konsisten. 2 Memungkinkan frequent users menggunakan shortcuts. 3 Memberikan umpan balik yang informatif.

4 11 4 Pengorganisasian yang baik, sehingga pengguna mengetahui kapan awal dan akhir dari suatu aksi. 5 Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana. 6 Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah (undo). 7 Mendukung pusat kendali internal (internal locus of control), pemakai menguasai sistem atau inisiator, bukan responden. 8 Mengurangi beban ingatan jangka pendek Sistem Informasi (SI) Sistem Informasi (SI) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia (end user, spesialis SI), perangkat keras (sistem komputer, peripheral), piranti lunak (software system, software aplikasi, prosedur), jaringan komunikasi (media komunikasi, network support) dan sumber daya data (basis data, basis pengetahuan) yang mengumpulkan, mentransformasi dan mendistribusikan informasi di dalam suatu organisasi. Aktifitas dalam SI yaitu : input data, pengolahan data, menghasilkan output (informasi), dan mengontrol unjuk kerja (performance) sistem.

5 12 SI Technical Support System Management Support System Transaction Processing System Process Control System Enterprise Collaboration System Management Information System Decission Support System Executive Information System Gambar 2.3 Tipe tipe Sistem Informasi Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, tipe tipe sistem informasi terdiri dari dua bagian besar (O Brien, 2005, pp30-34), yaitu : 1. Technical Support System terdiri dari : Transaction Support System : memproses data yg dihasilkan dari transaksi bisnis, memperbarui database operasional, dan menghasilkan dokumen bisnis. Contoh : pemrosesan penjualan dan persediaan serta sistem akuntansi. Process Control System : mengawasi dan mengendalikan berbagai proses industrial. Contoh : penyulingan minyak, produksi tenaga listrik, dan sistem produksi baja. Enterprise Collaboration System : mendukung komunikasi dan kerjasama tim, kelompok kerja dan perusahaan. Contoh : , forum bincang, dan sistem kelompok konferensi video. 2. Management Support System terdiri dari : Management Information System : memberikan informasi dalam bentuk laporan yang telah ditentukan sebelumnya untuk

6 13 mendukung pengambilan keputusan bisnis. Contoh : analisis penjualan, kinerja produksi, dan sistem pelaporan tren biaya. Decission Support System : memberi dukungan interaktif khusus untuk proses pengambilan keputusan para manajer dan praktisi bisnis lainnya. Contoh : penerapan harga produk, perkiraan tingkat laba, dan sistem analisis resiko. Executive Information System : memberi informasi penting dari MIS, DSS, dan sumber lainnya yang dibentuk sesuai kebutuhan informasi para eksekutif. Contoh : sistem untuk akses yang mudah dalam menganalisis kinerja bisnis, tindakan para pesaing, dan perkembangan ekonomi untuk mendukung perencanaan strategis Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah suatu sistem manusia-mesin yang terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan informasi manajemen dengan menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Rancangan program aplikasi pengolahan data percobaan dengan Augmented Design dalam RBD ini termasuk dalam Sistem Informasi Manajemen, karena rancangan akan menyajikan informasi untuk pelaku percobaan dalam suatu penelitian, untuk mengambil kesimpulan yang tepat dari percobaan yang telah dilakukan.

7 Kegiatan Analytical Modelling Empat tipe dasar kegiatan analytical modelling : what if analysis : mengamati perubahan sebuah variabel berdampak pada variabel lain. sensitivity analysis : mengamati perubahan berurutan apakah naik turunnya variabel tunggal berdampak pada variabel lain. goal seeking analysis : membuat perubahan pada variabel yang dipilih sampai variabel lain yang diinginkan mencapai target. optimal analysis : menemukan nilai optimum untuk variabel yang dianjurkan beserta batasannya (kendalanya) Konsep Dasar Statistik Statistik adalah suatu ilmu atau cara cara ilmiah yang mempelajari pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisis data kuantitatif. Statistik sendiri adalah penduga parameter, oleh karena itu ilmu yang mempelajari pendugaan parameter dikenal dengan nama statistik. Tetapi secara luas, statistik diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan mengusahakan agar data mempunyai makna. Statistik sebagai ilmu dapat juga diartikan sebagai membuat dan menerapkan

8 15 metode atau prosedur untuk dapat mengevaluasi ketidakmenentuan dalam inferensia secara induktif (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, pp1-2). Dalam statistik, pengujian hipotesis merupakan bagian terpenting untuk mengambil keputusan. Dengan melakukan pengujian hipotesis, seorang peneliti akan dapat menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukannya dengan menyatakan penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara sebelum percobaan dilaksanakan yang didasarkan pada hasil studi literatur. Penarikan sejumlah contoh acak dari suatu populasi, diamati karakteristiknya dan kemudian dibandingkan dengan hipotesis yang diajukan, merupakan suatu langkah melakukan uji hipotesis. Apabila contoh acak ini memberikan indikasi atau petunjuk yang mendukung hipotesis yang diajukan, maka hipotesis tersebut diterima, sedangkan bila contoh acak itu memberikan indikasi yang bertentangan dengan hipotesis yang diajukan, maka hipotesis tersebut ditolak. Pengertian diterima dan ditolaknya suatu hipotesis tidak bersifat mutlak. Suatu hipotesis ditolak tidak berarti bahwa hipotesis tersebut salah, melainkan data telah memberikan petunjuk bahwa telah ada perubahan pada karakteristik populasi yang dihipotesiskan, sedangkan penerimaan terhadap sebuah hipotesis berarti belum cukup bukti untuk menerima hipotesis tandingannya. Hipotesis statistik dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis nol (H 0 ) dan hipotesis tandingan (H 1 ). Pernyataan yang ingin ditolak

9 16 kebenarannya ditetapkan sebagai hipotesis nol, sedangkan pernyataan lawannya ditetapkan sebagai hipotesis tandingan (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, pp43-44) Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah metode metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995, p2). Statistik deskriptif belum sampai pada upaya menarik suatu kesimpulan, tetapi baru sampai pada tingkat memberikan suatu bentuk ringkasan data sehingga khalayak / masyarakat awam statistik pun dapat memahami informasi yang terkandung dalam data (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p8). Data merupakan kumpulan dari karakteristik objek / individu yang diamati atau sering juga disebut sebagai kumpulan dari peubah peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p8). Data dalam statistik deskriptif ini dapat ditampilkan dalam berbagai macam bentuk, seperti tabel dan grafik. Dalam rancangan ini, banyak digunakan penyajian data dalam bentuk tabel. Tabel merupakan bentuk penyajian data statistik yang paling umum dilakukan dan disukai karena penyajiannya relatif mudah dan dari tabel dapat dihitung ukuran ukuran statistik yang digunakan untuk analisis.

10 Statistik Inferensia Menurut Walpole (1995, pp4-5), tujuan akhir suatu telaah statistik adalah membuat keputusan dan menarik kesimpulan mengenai segugus data induk yang lebih besar, yang karena satu dan lain hal kita hanya memiliki pengetahuan parsial berdasarkan hanya sebagian data. Hal ini membawa kita pada bidang inferensia statistik. Inferensia statistik mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan gugus data induknya Perancangan Percobaan Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji baik itu menggunakan statistik deskriptif maupun statistik inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p59). Tujuan secara umum dari suatu percobaan ini adalah (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p61) : 1. Memilih peubah terkendali (X) yang paling berpengaruh terhadap respon (Y). 2. Memilih gugus peubah X yang paling mendekati nilai harapan Y. 3. Memilih gugus peubah X yang menyebabkan keragaman respon (σ 2 ) paling kecil.

11 18 4. Memilih gugus peubah X yang mengakibatkan pengaruh peubah tak terkendali paling kecil. Menurut Gaspersz (1994, pp22-25), prinsip prinsip dasar perancangan percobaan adalah : 1. Pengacakan (randomization) Fungsi dari pengacakan adalah menjamin sahihnya dugaan tak bias dari galat percobaan dan nilai tengah perlakuan serta perbedaan di antara mereka. Acak mengandung pengertian memberi peluang yang sama kepada setiap satuan percobaan untuk dikenakan perlakuan. 2. Pengulangan (replication) Fungsi dari pengulangan adalah : - memberikan suatu dugaan dari galat percobaan - meningkatkan ketelitian suatu percobaan melalui pengurangan simpangan baku dari nilai tengah perlakuan - memperluas cakupan penarikan kesimpulan dari suatu percobaan - mengendalikan ragam galat (error variance) Pengulangan juga memungkinkan kita untuk mengelompokan satuan satuan percobaan menurut respon yang diharapkan. Tujuannya adalah memaksimumkan keragaman antar kelompok dan meminimumkan keragaman dalam kelompok. 3. Pengendalian tempat percobaan (local control)

12 19 Suatu percobaan yang baik akan berusaha meminimumkan galat percobaan. Teknik untuk mengurangi galat percobaan adalah menentukan perlakuan perlakuan pada petak percobaan dengan cara sedemikian rupa sehingga keseragaman yang ada di antara petak petak percobaan atau satuan satuan percobaan tidak masuk ke dalam perbedaan di antara perlakuan perlakuan. Teknik ini biasanya dikenal sebagai pengendalian lokal. Beberapa istilah dalam perancangan percobaan (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, pp64-65) antara lain : 1. perlakuan (treatment) Perlakuan adalah suatu prosedur atau metode yang diterapkan pada unit percobaan. 2. unit percobaan Unit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan. 3. satuan amatan Satuan amatan adalah anak gugus dari unit percobaan tempat dimana respon perlakuan diukur. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000, p66), suatu rancangan percobaan merupakan satu kesatuan antara rancangan perlakuan, rancangan lingkungan, dan rancangan pengukuran. Rancangan perlakuan merupakan rancangan yang berkaitan dengan bagaimana perlakuan perlakuan tersebut dibentuk. Rancangan lingkungan merupakan rancangan yang berkaitan dengan bagaimana perlakuan perlakuan

13 20 tersebut ditempatkan pada unit percobaan. Penempatan perlakuan pada unit percobaan dapat diacak secara langsung terhadap seluruh unit percobaan atau bisa juga diacak pada setiap blok blok percobaan. Pemilihan metode pengacakan ini didasarkan pada kondisi dari unit unit percobaan yang digunakan dalam penelitian. Rancangan pengukuran merupakan rancangan yang membicarakan tentang bagaimana respon percobaan diambil dari unit unit percobaan yang diteliti Randomized Block Design (RBD) Menurut Gaspersz (1994, pp ), rancangan ini dicirikan oleh adanya kelompok dalam jumlah yang sama dimana setiap kelompok dikenakan perlakuan perlakuan. Melalui pengelompokan yang tepat atau efektif, maka rancangan ini dapat mengurangi galat percobaan. Dalam RBD, yang diperhatikan adalah perlakuan, pengaruh galat, dan kelompok yang berbeda. Satuan percobaan tidak perlu homogen, dimana satuan satuan percobaan tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok kelompok tertentu sehingga satuan percobaan dalam kelompok tersebut menjadi relatif homogen. Dengan demikian, proses pengelompokan adalah membuat keragaman dalam kelompok menjadi sekecil mungkin dan keragaman antar kelompok menjadi sebesar mungkin. Sebelum pengacakan, daerah percobaan atau satuan percobaan dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai jumlah

14 21 ulangan. Setiap kelompok dibagi lagi ke dalam jumlah yang sesuai dengan banyaknya perlakuan yang akan dicobakan. RBD menetapkan bahwa semua perlakuan harus muncul satu kali di dalam setiap ulangan, dan pengacakan dilakukan secara terpisah untuk setiap kelompok Augmented Design RBD Menurut Sutoro (2002, pp ), Augmented Design dalam RBD digunakan bila area percobaan memiliki keragaman dalam satu arah. Rancangan dasarnya membagi area percobaan ke dalam sejumlah blok. Dasar pembagian blok, yaitu keragaman unit percobaan dalam blok lebih kecil daripada keragaman antar blok. Dalam rancangan percobaan ini, sejumlah perlakuan pembanding diulang pada setiap blok sedangkan perlakuan lain yang diuji ditempatkan pada sisa dalam setiap blok. Perlakuan yang diuji tidak diulang tetapi ditempatkan secara acak sepanjang blok. Hasil pengamatannya dikoreksi dengan perbedaan blok yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan perlakuan pembanding dari setiap blok. Jika jumlah blok sebanyak b, jumlah perlakuan pembanding / cek sebanyak c, dan jumlah perlakuan yang diuji sebanyak v, maka jumlah perlakuan yang diuji setiap blok = n = v/b. Jumlah plot tiap blok diperlukan sebanyak c+n dan total jumlah plot dalam percobaan seluruhnya ada bc+v = b (c+n) plot.

15 22 Jumlah blok b ditentukan dengan syarat paling sedikit memiliki derajat bebas galat di dalam analisis ragam sebesar 12, sedangkan pada setiap blok memiliki kontribusi derajat bebas sebesar (c-1) sehingga jumlah minimum blok b (Anonim, 1995, p4) harus memenuhi hubungan b>[12/(c-1)] + 1. Penempatan perlakuan pembanding di dalam blok dilakukan secara acak. Demikian juga perlakuan yang diuji sebanyak v ditempatkan secara acak ke seluruh plot percobaan. Model linier untuk RBD adalah : Y ij = μ + β i + τ j + ε ij ; i = 1,,b ; j = 1,,c dimana : Y ij = nilai pengamatan pada kelompok ke i dan perlakuan ke j μ = nilai tengah populasi (rata rata umum) β i τ j = pengaruh kelompok ke i = pengaruh perlakuan ke j ε ij = galat pengamatan pada kelompok ke i dan perlakuan ke j Asumsi dasarnya yaitu keragaman perlakuan pembanding sama dengan keragaman perlakuan yang diuji dan itu perlu dipertimbangkan sewaktu memilih perlakuan pembanding. Hipotesis yang dapat diuji (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p85) : 1. Berdasarkan pengaruh perlakuan

16 H 0 : τ j = 0 (j = 1,,c) : tidak ada pengaruh perlakuan terhadap peubah respon yang diteliti, dengan kata lain, nilai tengah perlakuan tersebut semuanya sama. H 1 : τ j 0 (j = 1,,c) : minimal ada satu pengaruh perlakuan terhadap peubah respon yang diteliti, dengan kata lain, paling sedikit ada dua nilai tengah perlakuan yang berbeda. 2. Berdasarkan pengaruh pengelompokan H 0 : β i = 0 (i = 1,,b) : tidak ada pengaruh pengelompokan terhadap peubah respon yang diteliti, dengan kata lain, nilai tengah pengelompokan tersebut semuanya sama. H 1 : β i 0 (i = 1,,b) : minimal ada satu pengaruh pengelompokan terhadap peubah respon yang diteliti, dengan kata lain, paling sedikit ada dua nilai tengah pengelompokan yang berbeda Berdasarkan model linier diatas, maka analisis keragaman (ANOVA) pengelompokan dan pembanding, dengan alpha 1% dan 5%, dapat disusun pada Tabel 2.1 sebagai berikut (Sutoro, 2002, pp ) : Tabel 2.1 Analisis Ragam untuk RBD Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F hitung Blok b-1 JKB KTB KTB / KTG Cek c-1 JKP KTP KTP / KTG Galat (b-1) (c-1) JKG KTG - Total bc

17 24 Proses dan penjabaran perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Faktor Koreksi (FK) = ( Y ij ) / bc 2. Jumlah Kuadrat Blok (JKB) Y 2. j = FK c 2 3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) Y 2 i. = FK b 4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = ( ) FK JKB JKP Y ij 2 5. Kuadrat tengah blok (KTB) = JKB / (b-1) 6. Kuadrat tengah perlakuan (KTP) = JKP / (c-1) 7. Kuadrat tengah galat (KTG) = JKG / (b-1) (c-1) 8. F hit Blok = KTB / KTG 9. F hit Perlakuan = KTP / KTG Pengujian hipotesis berdasarkan nilai F (Mattjik dan Sumertajaya, 2000, p87) : - F hit = KTP/KTG mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang sebesar b-1 dan derajat bebas penyebut sebesar (b-1)(c-1). Jika nilai F hit > F tabel, maka hipotesis nol ditolak. Jika nilai F hit F tabel, maka hipotesis nol diterima.

18 - F hit = KTB/KTG mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang sebesar c-1 dan derajat bebas penyebut sebesar (b-1)(c-1). Jika nilai F hit > F tabel, maka hipotesis nol ditolak. Jika nilai F hit F tabel, maka hipotesis nol diterima. Untuk membandingkan perlakuan dapat digunakan uji beda rata rata antar perlakuan dengan menggunakan galat baku sebagai berikut (Sutoro, 2002, p155) : - Perbedaan antara dua perlakuan pembanding = 2 KTG / b - Perbedaan antara dua perlakuan uji hasil terkoreksi (dalam 25 blok yang sama) = 2 KTG - Perbedaan antara dua perlakuan uji hasil terkoreksi (dalam blok yang berbeda) = 2KTG (1 + 1/ c) - Perbedaan antara perlakuan uji hasil terkoreksi dengan perlakuan pembanding = KTG ( b + 1)( c + 1) / bc Sedangkan pengaruh blok (R j ) bagi setiap blok diduga dari : R j = B j M dimana, B j = rata rata perlakuan pembanding pada blok ke j M = rata rata seluruh perlakuan pembanding Nilai pengaruh blok digunakan sebagai faktor koreksi dari nilai pengamatan perlakuan yang diuji.

19 Uji Lanjut Least Significant Difference (LSD) Menurut Gaspersz (1994, pp85 87), dalam RBD, uji F digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan dan pengelompokan yang dicobakan. Jika H 0 diterima, yang berarti semua perlakuan yang dicobakan memberi pengaruh yang sama, dengan kata lain, nilai tengah perlakuan tersebut semuanya sama, maka ini memberikan konsekuensi pada kita untuk tidak perlu lagi melakukan pengujian lanjutan. Namun jika H 0 ditolak, yang berarti tidak semua perlakuan yang dicobakan memberi pengaruh yang sama, dengan kata lain, paling sedikit ada dua nilai tengah perlakuan yang berbeda, maka pertanyaan berikut tentang nilai tengah nilai tengah mana saja yang menunjukkan perbedaan tersebut perlu dijawab. Hal ini berarti perlu dilakukan pengujian lanjutan untuk melacak perbedaan diantara nilai tengah perlakuan tersebut. Menurut Steel dan Torrie (1981, p209), bila H 0 diterima, kelihatannya tidak perlu ada pertanyaan lanjutan. Namun kesimpulan demikian, terlalu disederhanakan. Perlakuan perlakuan itu dibandingkan pengaruhnya. Jika semua dikatakan tidak berbeda nyata, mungkin timbul pertanyaan, barangkali saja ada beda pengaruh perlakuan yang hilang, karena dirata ratakan dengan kemungkinan perbandingan yang lain. Maka, kadangkala uji lanjut LSD tetap dilakukan, walaupun sudah diketahui bahwa H 0 diterima dalam uji F.

20 27 Uji lanjut LSD akan sangat baik digunakan apabila pengujian nilai tengah perlakuan yang akan diperbandingkan sebelumnya telah direncanakan. Tingkat ketepatan dari uji lanjut LSD akan berkurang apabila digunakan untuk menguji semua kemungkinan pasangan nilai tengah perlakuan, yaitu perlakuan pembanding yang tidak terencana (unplanned comparisons). Jumlah semua kemungkinan pasangan nilai tengah akan meningkat mengikuti jumlah perlakuan. Beberapa aturan dasar yang perlu diperhatikan agar uji lanjut LSD dapat digunakan secara efektif : 1. Gunakan uji lanjut LSD hanya bila uji F dalam analisis ragam nyata. 2. Tidak menggunakan uji lanjut LSD untuk perbandingan semua kombinasi pasangan nilai tengah perlakuan bila percobaan mencakup lebih dari lima perlakuan. 3. Gunakan uji lanjut LSD untuk pembandingan terencana tanpa memperhatikan banyaknya perlakuan. Sebagai misal, dalam membandingkan setiap perlakuan terhadap kontrol, uji lanjut LSD dapat digunakan sekalipun percobaan tersebut mencakup lebih dari lima perlakuan. Apabila setiap perlakuan mempunyai ulangan yang sama yaitu b, maka formula untuk perhitungan nilai LSD pada taraf nyata (α) adalah : 1. untuk uji lanjut LSD antara dua perlakuan pembanding,

21 28 LSD α = t α (v) 2 KTG / b 2. untuk uji lanjut LSD antara dua perlakuan uji hasil terkoreksi (dalam blok yang sama), LSD α = t α (v) 2 KTG 3. untuk uji lanjut LSD antara dua perlakuan uji hasil terkoreksi (dalam blok yang berbeda), LSD α = t α (v) 2KTG (1 + 1/ c) 4. untuk uji lanjut LSD antara perlakuan uji hasil terkoreksi dengan perlakuan pembanding, LSD α = t α (v) KTG ( b + 1)( c + 1) / bc dimana t adalah nilai t yang diperoleh dari tabel t pada taraf nyata α. Nilai t dilihat dengan v atau derajat bebas galat (pada tabel analisis ragam), KTG adalah nilai kuadrat tengah galat yang diperoleh dari analisis ragam, b adalah jumlah ulangan / blok, dan c adalah jumlah perlakuan pembanding / cek. Untuk menilai apakah ada dua nilai tengah perlakuan yang berbeda secara statistik, maka bandingkan selisih (beda) dua nilai tengah perlakuan tersebut dengan nilai LSD. Kriteria penggunaan uji lanjut LSD adalah : jika i - i+1 > LSD α, maka hasil uji berbeda nyata LSD α, maka hasil uji tidak berbeda nyata tanda menunjukkan harga mutlak dari beda dua nilai tengah perlakuan yang diuji tersebut.

22 Kerangka Pikir Pengolahan data percobaan dan pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat terhadap hasil dari suatu percobaan yang telah dilakukan, merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami pelaku percobaan, terutama bila data percobaan yang harus diolah sangat banyak, memiliki proses perhitungan yang rumit, dan dikerjakan secara manual. Masalah ini terutama terjadi dalam mengolah data percobaan dengan Augmented Design dalam RBD, karena belum adanya program aplikasi yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisis data percobaan secara cepat dan tepat. Untuk itulah diharapkan adanya suatu program aplikasi yang dapat memudahkan mengolah dan menganalisis data percobaan tersebut. Program aplikasi akan dirancang dengan menerapkan pedoman rekayasa perangkat lunak, dimana tahapan tahapan perancangan dilakukan dengan menggunakan model proses waterfall. Data yang digunakan untuk pengujian merupakan data sekunder yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Program aplikasi dirancang dengan berpedoman pada delapan aturan emas, sehingga akan lebih interaktif dan menarik. Program aplikasi diharapkan dapat memenuhi tujuan perancangan, sehingga dapat digunakan oleh pelaku percobaan, terutama pelaku percobaan di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Program aplikasi juga dirancang agar dapat memberikan informasi bagi pengambil keputusan. Aktifitas aktifitas dalam sistem informasi terlihat dalam program aplikasi, yaitu : input data, pengolahan data, dan output data. Analytical

23 30 modelling dilakukan khususnya untuk mengamati perubahan sebuah variabel yang berdampak terhadap variabel lain. Dalam perancangannya, program aplikasi mengaplikasikan model rancangan percobaan Augmented Design dalam RBD. Rancangan percobaan dilakukan untuk melakukan suatu uji atau sederetan uji baik itu menggunakan statistik deskriptif maupun statistik inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut. Augmented Design RBD digunakan untuk memprogram rancangan karena Augmented Design RBD merupakan salah satu model percobaan pertanian yang belum memiliki program aplikasi untuk mengolah dan menganalisis data percobaan. Pada dasarnya, perancangan percobaan ingin mengetahui pengaruh perlakuan dan pengelompokan dengan uji F, dan juga ingin mengetahui apakah perlakuan yang diamati, satu dengan lainnya, berbeda nyata atau tidak. Bila uji F menunjukkan adanya pengaruh perlakuan dan pengelompokan terhadap peubah respon yang diamati, maka uji lanjut dapat dilakukan. Uji lanjut LSD digunakan untuk melacak perbedaan diantara nilai tengah perlakuan tersebut. Uji lanjut LSD dipilih dalam perancangan program aplikasi, karena uji lanjut ini lebih sederhana jika dibandingkan dengan uji lanjut uji lanjut yang lain, dan lebih mudah diaplikasikan ke dalam rancangan program. Dengan sederetan kerangka pikir diatas, program aplikasi diharapkan dapat membantu pelaku percobaan dalam mengolah data percobaan dan mengambil keputusan secara cepat dan tepat terhadap hasil percobaan yang telah dilakukan dengan metode Augmented Design RBD.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah aplikasi pengolahan data. yang dapat mengukur keberhasilan suatu percobaan. Percobaan yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah aplikasi pengolahan data. yang dapat mengukur keberhasilan suatu percobaan. Percobaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, teknologi informasi memegang peranan penting di berbagai bidang kehidupan. Segala aktifitas yang dilakukan manusia dapat dipermudah dengan adanya berbagai

Lebih terperinci

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL Rancangan Petak Terpisah dalam RAL KULIAH 11 PERANCANGAN PERCOBAAN (STK222) rahmaanisa@apps.ipb.ac.id Latar Belakang Sejarah : Rancangan ini awalnya berkembang pada bidang pertanian (Montgomery, 1997;

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Kerangka Teori.1.1 Konsep Dasar Rekayasa Piranti Lunak.1.1.1 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Pengertian rekayasa piranti lunak pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer pada suatu

Lebih terperinci

Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc.

Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Latar belakang Rancangan Acak kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan dengan mengelompokkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian

PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian 1 2 PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian MENGAPA PERLU DIRANCANG? Untuk mendapatkan penduga yang tidak berbias Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot)

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rancangan Petak Teralur Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot) sebagai satuan percobaan yang terdiri dari plot baris untuk perlakuan

Lebih terperinci

Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc.

Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Pada kondisi-kondisi tertentu, keheterogenan unit percobaan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI.1 Kerangka Teori Statistika.1.1 Perancangan Percobaan Percobaan merupakan suatu bentuk penelitian dimana ingin diketahui respon suatu objek sebagai akibat dari berbagai keadaan yang

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 7 ANOVA (1)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 7 ANOVA (1) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 7 ANOVA (1) Metode Pengumpulan Data Metode Percobaan Memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasaan terhadap sumber-sumber keragaman data Dapat menciptakan jenis

Lebih terperinci

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc.

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PENGUJIAN HIPOTESIS Langkah-langkah pengujian hipotesis: 1) Merumuskan hipotesis 2) Memilih taraf nyata α 3) Menentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN ACAK LENGKAP DAN RANCANGAN ACAK KELOMPOK PADA BIBIT IKAN

RANCANGAN ACAK LENGKAP DAN RANCANGAN ACAK KELOMPOK PADA BIBIT IKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP DAN RANCANGAN ACAK KELOMPOK PADA BIBIT IKAN Bayu Satria Adinugraha 1), Taswati Nova Wijayaningrum 2) 1,2) Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang email: bayulindapw@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

Suatu percobaan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi dari populasi. Informasi yang diperoleh digunakan untuk:

Suatu percobaan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi dari populasi. Informasi yang diperoleh digunakan untuk: PENDAHULUAN Program Percobaan Suatu percobaan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi dari populasi. Informasi yang diperoleh digunakan untuk: Inferensia tentang parameter populasi Membuat keputusan tentang

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Review RAL: Satuan percobaan homogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh perlakuan RAK: Satuan percobaan heterogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh Perlakuan

Lebih terperinci

MODUL 1 PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN

MODUL 1 PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN MODUL 1 PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN A. Pendahuluan Bahan Pembelajaran 1 berupa modul ini adalah suatu pengantar dalam perancangan percobaan yang akan dibahas hubungannya dengan sasaran, analisis

Lebih terperinci

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc.

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Rancangan Acak Lengkap (RAL) RAL merupakan rancangan paling sederhana di antara rancangan-rancangan percobaan baku.

Lebih terperinci

Pengacakan dan Tata Letak

Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan dan Tata Letak 26 Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan bisa dengan menggunakan Daftar Angka Acak, Undian, atau dengan perangkat komputer (bisa dilihat kembali pada pembahasan RAL/RAK/RBSL satu

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Rancangan lingkungan: Rancangan Acak Lengkap (RAL), (RAK) dan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), Lattice. Ade Setiawan 009 RAL Ade Setiawan 009 Latar Belakang RAK 3 Perlakuan Sama

Lebih terperinci

Basic Design of Experiment. Dimas Yuwono W., ST., MT.

Basic Design of Experiment. Dimas Yuwono W., ST., MT. Basic Design of Experiment Dimas Yuwono W., ST., MT. RANCANGAN PERCOBAAN Desain eksperimen (rancangan percobaan) bertujuan untuk menentukan rencana pelaksanaan eksperimen yang tepat agar dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI. Processor : Pentium Centrino 1.73 GHz. Monitor : 12.1 (resolution 1280 x 800)

BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI. Processor : Pentium Centrino 1.73 GHz. Monitor : 12.1 (resolution 1280 x 800) 92 BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Konfigurasi hardware pada saat rancangan program aplikasi ini dibuat dan diuji adalah sebagai berikut : Processor : Pentium Centrino

Lebih terperinci

Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL

Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL Kuliah 12 Perancangan Percobaan (STK 222) rahmaanisa@apps.ipb.ac.id Review Kapan rancangan split-plot digunakan? Apakah perbedaan split-plot dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Tabel 4 Urutan dan penempatan bubu pada tali utama

Tabel 4 Urutan dan penempatan bubu pada tali utama 30 Penggunaan umpan digunakan secukupnya, pada penelitian ini digunakan sebanyak kurang lebih 50 gram cacing per kantong umpan. Kemudian kawat kasa tersebut ditusukkan pada besi yang digunakan untuk pemasangan

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Konsep Dasar Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Konsep Dasar Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Konsep Dasar Sistem Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem Sistem Merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur atau komponen-komponen yang saling berkaitan,

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Pengertian dasar Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan Pengertian dasar 3 Faktor: Variabel Bebas

Lebih terperinci

pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem (system requirements) dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interface yang

pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem (system requirements) dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interface yang 7 dan bahkan dengan perangkat lunak lainnya. Tahap ini sangat menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem (system requirements) dengan mendefinisikan konsep sistem beserta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang. menekankan pada komponen atau elemennya.

BAB III LANDASAN TEORI. mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang. menekankan pada komponen atau elemennya. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Hartono (2006:1), terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-BIOGEN) 2.1.1 Sejarah Sejak didirikan, BB-BIOGEN telah berulang kali mengalami perubahan

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Konsep Dasar Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Konsep Dasar Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Konsep Dasar Sistem Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem Sistem Merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur atau komponen-komponen yang saling berkaitan,

Lebih terperinci

MATERI II STK 222 PERANCANGAN PERCOBAAN PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN

MATERI II STK 222 PERANCANGAN PERCOBAAN PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN MATERI II STK 222 PERANCANGAN PERCOBAAN PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN Pendahuluan Percobaan? Suatu kegiatan yang dilakukan untuk membangkitkan data yang merupakan respons dari objek/individu/unit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan sebuah teknik yang disebut analisis ragam. Analisis ragam adalah

Lebih terperinci

KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN

KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN NOVIANTI, V. 1, ANISA 2, DAN SIRAJANG, N. 3 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Information System Design and Analysis

Information System Design and Analysis Information System Design and Analysis Indra Tobing Information System Design and Analysis 1 Basic Concept What System is What Information is What Information System is Why need Information System Who

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen (dan Bisnis)

Sistem Informasi Manajemen (dan Bisnis) Pengertian Sistem Sistem Informasi Manajemen (dan Bisnis) Part 3 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Ada dua jenis sistem, yakni: Abstrak: suatu susunan teratur gagasan atau konsep yang saling bergantung satu

Lebih terperinci

BAB I. : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi

BAB I. : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi Oleh Tujuan : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi BAB I Konsep Dasar Sistem 1.1 Pengertian Sistem Definisi sistem berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian

Lebih terperinci

DATA DAN METODE. Data

DATA DAN METODE. Data DATA DAN METODE Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil percobaan padi varietas IR 64 yang dilaksanakan tahun 2002 pada dua musim (kemarau dan hujan). Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda.

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Hariyanto (2004, p59), sistem adalah kumpulan objek atau elemen yang saling beinteraksi untuk mencapai satu tujuan tertentu. Ia menjelaskan beberapa prinsip umum

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 25 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005: 116) definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD)

Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD) Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD) Rancangan yang paling sederhana Paling murah Pelaksanaan percobaan paling mudah Keabsahan kesimpulan paling rendah Untuk bahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toko yang masih menggunakan sistem manual kurang efektif dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Toko yang masih menggunakan sistem manual kurang efektif dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi menuntut sagala sesuatu pekerjaan manusia yang masih manual dan kurang efisien dapat dilakukan dengan teknologi yang maju pula. Pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan Percobaan didefinisikan sebagai suatu uji coba (trial) atau pengamatan khusus yang dibuat untuk menegaskan atau membuktikan keadaan dari sesuatu yang meragukan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan merupakan suatu uji dalam atau deretan uji baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis Defri Kurniawan Content: Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi Bisnis (-e-bisnis) Jenis Sistem Informasi Bisnis Konsep Dasar

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu tanah, Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu tanah, Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan GambutKebun Percobaan Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu tanah, Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

TUGAS 1 SISTEM INFORMASI BERBASIS INTERNET ( SIBI )

TUGAS 1 SISTEM INFORMASI BERBASIS INTERNET ( SIBI ) TUGAS 1 SISTEM INFORMASI BERBASIS INTERNET ( SIBI ) DISUSUN OLEH : Aksa Badi : 52007003 Febrin Adrianus : 52007018 Harianto S : 52007024 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER (STMIK KHARISMA)

Lebih terperinci

Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin

Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin Rancangan yang mengelompokkan perlakuan perlakuannya dlm cara yaitu berdasarkan baris dan kolom. Jumlah ulangan harus sama dengan jumlah perlakuan Merupakan keterbatasan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN 2012-2013 1 KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari, melilih dan melakukan prosedur analisis data berdasarkan rancangan percobaan yang telah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tinjauan Statistik 3.1.1 Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis yang merupakan teknik mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN (EXPERIMENTAL DESIGN)

PERANCANGAN PERCOBAAN (EXPERIMENTAL DESIGN) PERANCANGAN PERCOBAAN (EXPERIMENTAL DESIGN) Rancangan Pengumpulan Data Kenapa? Untuk mendapatkan penduga yang tidak berbias, (misal systematic error) Untuk meningkatkan presisi kesimpulan Kesimpulan dapat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Informasi BAB III LANDASAN TEORI 3.1.1. Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai seperangkat komponen yang saling terkait yang mengumpulkan (atau

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 9 ANOVA (3)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 9 ANOVA (3) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 9 ANOVA (3) 9. ANOVA (3) Diagnosis Asumsi dalam Uji Hipotesis 1. bersifat bebas terhadap sesamanya. Nilai harapan dari nol, E 0 3. Ragam homogen, Var 4. Pola sebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Objek tiga dimensi dibentuk oleh sekumpulan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan kantong dan penutup kantong jaring dilaksanakan di laboratorium Alat Penangkap Ikan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Rancangan Pada sub bab spesifikasi rancangan ini akan dibahas mengenai spesifikasi perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, masyarakat dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan tersebut dan menciptakan inovasi-inovasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS

Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS 49 Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS Prinsip Kerja berdasarkan penguapan larutan sampel. kemudian logam berat yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial

Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial Mind Map Online Analytical Processing/ Pengertian Tingkatan dalam pengambilan keputusan manajemen: Manajemen strategis :mencakup board of directors, komite

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, manajemen persediaan merupakan kegiatan untuk merencanakan, mengelompokkan dan mengontrol aktivitas-aktivitas selama proses terbentuknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rancangan Percobaan Percobaan merupakan serangkaian kegiatan di mana setiap tahap dalam rangkaian benar-benar terdefinisikan; dilakukan untuk menemukan jawaban tentang permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV. Ikhlas Maju Sejahtera didirikan pada tanggal 23 Februari 2010.

BAB I PENDAHULUAN. CV. Ikhlas Maju Sejahtera didirikan pada tanggal 23 Februari 2010. BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG CV. Ikhlas Maju Sejahtera didirikan pada tanggal 23 Februari 2010. Perusahaan ini bergerak di bidang konsultan dan kontraktor. Meski terbilang perusahaan yang baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengolahan data dalam statistik khususnya dalam rancangan percobaan adalah hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian pengaruh periode hari bulan terhadap hasil tangkapan dan tingkat pendapatan nelayan bagan tancap dilakukan selama delapan bulan dari bulan Mei 2009 hingga Desember

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG

ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG Vol. 11, No. 2, 93-104, Januari 2015 ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG ENDY NUR CAHYANTO*, NASRAH SIRAJANG*, M. SALEH AF* dy Nur Cahyanto, ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

komponen Sistem informasi 1

komponen Sistem informasi 1 komponen Sistem informasi 1 Sistem : sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan Elemen Sistem: tujuan, masukan, keluaran, proses, mekanisme pengendalian,

Lebih terperinci

Tipe-tipe Sistem Informasi

Tipe-tipe Sistem Informasi Tipe-tipe Sistem Informasi OPERATIONS SUPPORT SYSTEM (OSS) OSS memproduksi berbagai bentuk informasi yang digunakan secara internal atau eksternal. Namun demikian sistem informasi ini tidak ditujukan untuk

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1. Objek dan Peralatan Penelitian 2.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor periode pertama tahun 2009. Sapi yang diamati

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM SISTEM INFORMASI BISNIS

TINJAUAN UMUM SISTEM INFORMASI BISNIS TINJAUAN UMUM SISTEM INFORMASI BISNIS Pengolahan Informasi merupakan aktivitas utama masyarakat... MEREKAM MENCARI MENYERAP INFORMASI 80 persen waktu para eksekutif digunakan untuk berkomunikasi dan mengolah

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN 2 MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH

ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN 2 MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH Pengantar Salah satu komponen penting dalam perancangan percobaan adalah analisis ragam (anova) Komponen utama dalam menyusun

Lebih terperinci

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Studi kasus: Cara Mengajar Dosen Jurusan Statistika UNDIP)

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Studi kasus: Cara Mengajar Dosen Jurusan Statistika UNDIP) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 183-192 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Studi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR SISTEM INFORMASI BISNIS

BAB 2 DASAR SISTEM INFORMASI BISNIS BAB 2 DASAR SISTEM INFORMASI BISNIS A. Konsep Dasar Sistem Informasi Bisnis 1. Teknologi Informasi Istilah TI (Teknologi Informasi) atau IT (Information Technology) yang populer saat perkembangan ini adalah

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK SISAAN PADA MODEL LINIER RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP (RAKL) DUA FAKTOR SKRIPSI

DIAGNOSTIK SISAAN PADA MODEL LINIER RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP (RAKL) DUA FAKTOR SKRIPSI DIAGNOSTIK SISAAN PADA MODEL LINIER RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP (RAKL) DUA FAKTOR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Data Percobaan Pertanian. Sutoro BB BIOGEN

Perancangan dan Analisis Data Percobaan Pertanian. Sutoro BB BIOGEN Perancangan dan Analisis Data Percobaan Pertanian Sutoro BB BIOGEN PRINSIP PERANCANGAN PERCOBAAN Ulangan (replication) Pengacakan (randomization) Pengendalian tempat percobaan (local control) Percobaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama 48 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama No. ID Sapi... Selanjutnya Ke Tanggal Tanggal Kawin Pertama Jumlah Servis (Kali) Service Period Lama Kosong Selang 1 776 1 13/08/2009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca (greenhouse) Unit Pelaksana Teknis Dinas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca (greenhouse) Unit Pelaksana Teknis Dinas 15 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca (greenhouse) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN Experimental Design created by utamids@ipb.ac.id 1 Apa itu Perancangan Percobaan? SEBUAH PEUNGUJIAN ATAU SERANGKAIAN PENGUJIAN UNTUK PERUBAHAN YANG DIINGINKAN YANG BERASAL DARI PEUBAH

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem

Pengelompokan Sistem Pengelompokan Sistem Jenis sistem menurut kelompok : 1. Sistem alam 2. Sistem buatan manusia 3. Sistem terbuka atau dinamis 4. Sistem tertutup atau statis 5. Sistem sederhana 6. Sistem rumit 7. Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 51 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Rancangan 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Spesifikasi perangkat Lunak yang digunakan pada saat perancangan program aplikasi ialah : Sistem Operasi Microsoft

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL LINIER SEBAGAI ALTERNATIF ANOVA RANCANGAN PERCOBAAN FAKTORIAL TERSARANG PADA DATA NON NORMAL

PENGGUNAAN MODEL LINIER SEBAGAI ALTERNATIF ANOVA RANCANGAN PERCOBAAN FAKTORIAL TERSARANG PADA DATA NON NORMAL PENGGUNAAN MODEL LINIER SEBAGAI ALTERNATIF ANOVA RANCANGAN PERCOBAAN FAKTORIAL TERSARANG PADA DATA NON NORMAL Prasetyo Universitas Negeri Malang E-mail : pras_kazekage@yahoo.com Pembimbing: (I) Ir. Hendro

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Faktorial Faktor Pengertian dasar Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan Ade

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS

KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS KONSEP KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dalam bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan belanja daerah atau perolehan lainnya yang sah antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. dan belanja daerah atau perolehan lainnya yang sah antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Barang Milik Daerah Menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007, Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja

Lebih terperinci

Rini Agustina,S.Kom,M.Pd - Dari berbagai sumber

Rini Agustina,S.Kom,M.Pd - Dari berbagai sumber Pengertian system Parameter sebuah system Klasifikasi sistem Pengertian sistem informasi Manfaat sistem informasi Pemakai sistem informasi Kegiatan sistem informasi 2 Sistem = susunan (John M. Echols dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNPATTI)

PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNPATTI) Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 016 Volume 10 Nomor 1 Hal. 9 16 PENILAIAN CARA MENGAJAR MENGGUNAKAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNPATTI) Elvinus R. Persulessy

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II Landasan Teori BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi sistem informasi, namun harus diketahui terlebih dahulu definisi sistem dan informasi.

Lebih terperinci

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. STATISTIKA Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. Statistika deskriptif: pencatatan dan peringkasan hasil

Lebih terperinci

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR MODUL 9 TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR. Pendahuluan Untuk menginginkan mengumpulkan populasi kita lakukan dengan statistik berdasarkan data yang diambil secara sampling yang

Lebih terperinci

Mata kuliah : Teknologi Informasi dan Applikasi Bisnis di Industri Asuransi. Sistem Informasi dalam Bisnis

Mata kuliah : Teknologi Informasi dan Applikasi Bisnis di Industri Asuransi. Sistem Informasi dalam Bisnis Mata kuliah : Teknologi Informasi dan Applikasi Bisnis di Industri Asuransi Konsep Dasar Sistem Informasi dalam Bisnis Karmilasari Pertanyaan Mendasar... Apa itu Sistem? Mengapa perlu mempelajari sistem

Lebih terperinci

PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN

PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN Kelompok 11 : Devita Arum S. 12110101015 Saiful Fadillah 12110101027 Wafiyatul Khusna 12110101047 Firstyan Puguh N.C. 12110101051

Lebih terperinci

Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial. Arum Handini Primandari, M.Sc.

Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial. Arum Handini Primandari, M.Sc. Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial Arum Handini Primandari, M.Sc. Pendahuluan Dalam berbagai bidang penerapan perancangan percobaan diketahui bahwa respon dari individu merupakan akibat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (BUMN) yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. negara (BUMN) yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Sampai saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. PLN (Persero) adalah salah satu perusahaan Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Sampai saat ini program yang digunakan

Lebih terperinci

Sistem Informasi (SI) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang

Sistem Informasi (SI) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang Sistem Informasi (SI) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasi dan mendistribusikan informasi

Lebih terperinci

EVOLUSI DAN APLIKASI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

EVOLUSI DAN APLIKASI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER EVOLUSI DAN APLIKASI SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER SIA /SISTEM INFORMASI AKUNTASI Sistem informasi akuntansi melaksanakan akuntansi perusahaan, aplikasi ini ditandai dengan penngolahan data yang tinggi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI. Oleh LUWI DARMAWAN

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI. Oleh LUWI DARMAWAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI Oleh LUWI DARMAWAN 0300478582 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2004 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan sangat pesat terutama dibidang teknologi komputer. Disadari maupun. komputerisasi akan mempermudah aktivitas sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan sangat pesat terutama dibidang teknologi komputer. Disadari maupun. komputerisasi akan mempermudah aktivitas sehari-hari. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia informasi dan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan sangat pesat terutama dibidang teknologi komputer. Disadari maupun tidak disadari

Lebih terperinci

RANCANGAN PERCOBAAN (catatan untuk kuliah MP oleh Bambang Murdiyanto)

RANCANGAN PERCOBAAN (catatan untuk kuliah MP oleh Bambang Murdiyanto) RANCANGAN PERCOBAAN (catatan untuk kuliah MP oleh Bambang Murdiyanto) RANCANGAN : Bentuk, model, pola PERCOBAAN: - Rangkaian kegiatan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan dengan menguji hipotesis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya peradaban manusia maka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbanding lurus. Pada dasarnya ini merupakan usaha manusia untuk melangsungkan

Lebih terperinci

TKS 4209 PENDAHULUAN 4/1/2015

TKS 4209 PENDAHULUAN 4/1/2015 TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu, oleh karena itu secara teoritis, percobaan diartikan sebagai

Lebih terperinci