BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain lain masih cukup tinggi angka kesakitan dan kematian yang menimbulkan
|
|
- Fanny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Beberapa penyakit tular vektor seperti demam berdarah, malaria, filariasis, dan lain lain masih cukup tinggi angka kesakitan dan kematian yang menimbulkan kejadian luar biasa (KLB),. Penyebaran penyakit tular vektor dapat terjadi melalui lintas daerah maupun lintas negara (Depkes RI. 2007). Penyebaran penyakit menular dapat melalui alat angkut, orang maupun bawaannya (Sutaryo, 2004). Kemajuan teknologi transportasi akan mengakibatkan terbawanya vektor penular penyakit dari satu daerah ke daerah lainnya serta dari negara ke negara lain dengan cepat menyebar melalui pintu-pintu masuk negara seperti pelabuhan laut dan bandar udara. Hasil survei serangga pada pesawat-pesawat penerbangan internasional yang masuk ke bandara Tokyo antara tahun dari 168 pesawat terdapat 840 nyamuk. Disamping itu dari 295 pesawat ditemukan 955 lalat dan dari 54 pesawat ditemukan 228 kecoa. Penyebaran vektor melalui alat transportasi merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri (Depkes RI, 2007). Wordl Health Organitation (WHO) mengeluarkan International Health Regulations (IHR) pada tahun 2005 untuk mengantisipasi penyebaran suatu penyakit (WHO, 2005). Kementerian Kesehatan bertanggung jawab pada pelaksanaan IHR, sebagai pelaksana teknis Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan
2 Penyehatan Lingkungan (PP & PL) dan sebagai Unit Pelaksana Teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan (Kemenkes, 2011). Tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah untuk mencegah masuknya penyakit karantina dan penyakit menular berpotensi KLB, mampu menangkal risiko kesehatan yang mungkin masuk dari negara lain dengan melakukan tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Alat angkut dan kawasan pelabuhan perlu dilakukan pantauan terhadap adanya hewan yang berpotensi menjadi vektor atau reservoir. Kawasan pelabuhan dibagi menjadi 2 bagian yaitu kawasan perimeter (dalam pelabuhan) dan kawasan buffer (luar pagar pelabuhan radius 400 meter) (Depkes RI 2007). Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu dari 56 KKP di Indonesia, yang terdiri dari 1 induk (Tanjung Priok) dan 5 wilayah kerja (Muara Baru, Kali Baru, Marunda, Sunda Kelapa dan Muara Angke). Struktur dan tata kerja KKP terdiri dari beberapa bidang, bidang pengendalain faktor risiko lingkungan (PRL) membawahi seksi pengendalian vektor yang bertugas untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu diwilayah pelabuhan secara rutin. Larva dan nyamuk dewasa Ae. aegypti merupakan salah satu target pengendalian. Survei lapangan di wilayah pelabuhan (perimeter dan buffer) dilakukan sebelum tindakan pengendalian. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengendalian vektor secara kimia, biologi, fisik dan pengendalian secara terpadu. Penggunaan bahan kimia (insektisida) masih merupakan metode yang dipilih KKP dalam pengendalian nyamuk Ae. aegypti.
3 Tabel 1. Penggunaan Insektisida di Wilayah Kerja KKP Tanjung Priok tahun No Tahun Insektisida Golongan Lamdasilahotrin Piretroid Sipermetrin Piretroid Malation Organofosfat Deltametrin Piretroid Sipermetrin Piretroid Sumber : KKP kelas I Tanjung Priok Pengendalian nyamuk mutlak dilakukan untuk menjamin bebasnya pelabuhan dari vektor penular penyakit. Kegiatan pengendalian nyamuk meliputi survei larva, survei nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), larvasidasi dan fogging di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. Pelaksanaan fogging dilakukan bila index larva tinggi dan antisipasi pada situasi tertentu seperti pandemi penyakit tular vektor dan KLB JAN PEB MAR APR MEI JUN JULI AGS SEPT OKT NOP DES Tindakan Fogging (Ha) Larvasidasi (Kg) House Indeks (HI) Gambar 1 : Distribusi tingkat kepadatan larva nyamuk (HI) dan tindakan pengendaliannya di wilayah KKP kelas I Tanjung Priok tahun 2013
4 Penggunaan insektisida secara terus menerus dapat memicu resistensi. Sifat serangga resisten dipicu dengan adanya pajanan yang berlangsung lama, hal ini terjadi karena nyamuk Ae. aegypti mampu mengembangkan sistim kekebalan terhadap insektisida yang sering digunakan (Nusa et al., 2008). Penggunaan insektisida dalam kurun waktu yang lama dalam frekuensi tinggi dapat menimbulkan menurunnya kerentanan pada nyamuk. Nyamuk akan kebal terhadap insektisida sehingga perlunya pergantian/rotasi bahan aktif insektisida yang digunakan (Georghiou dan Mellon, 1983 cit Widiarti, 2000). Penggunaan satu jenis insektisida dalam pengendalian nyamuk di suatu wilayah akan efektif pada tahun-tahun pertama, apabila jenis insektisida dipergunakan secara terus menerus dalam waktu yang lama akan menimbulkan resistensi pada nyamuk sasaran (Poison et al., 2001). Penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor akan bermanfaat apabila digunakan pada keadaan yang tepat (WHO, 1996). Resistensi Ae. Aegypti terhadap insektisida golongan organofosfat telah ditemukan di Puerto Rico dan di beberapa negara di benua Amerika (Lima et al., 2003). Ae. aegypti di India telah resisten terhadap DDT dan dieldrin, toleran terhadap fenitrotion dan propoksur dan rentan terhadap malation, deltametrin, permitrin dan lambdasihalotrin (Katyal et al., 2001). Di Indonesia resistensi Ae. aegypti dengan status yang bervariasi. Di Kota Bandung, Jakarta, Surabaya dan Palu nyamuk Ae. aegypti masih rentan terhadap malation, sedangkan di Palembang telah resisten. Di beberapa kota di Indonesia Ae. aegypti juga telah
5 resisten terhadap golongan piretroid (deltamentrin dan permetrin) (Ahmad et al., 2008). Metode uji resistensi yang dilakukan dengan bioassay mengunakan 2 cara yaitu susceptibility test yakni dengan impregnated paper dan botol Centers for Disease Control dan Prevention (CDC). Hasil bioassay dengan status resisten perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mendeteksi mekanisme resistensi. Mekanisme resistensi insektisida pada nyamuk dan serangga lainnya terbagi menjadi 2 yaitu mekanisme metabolik dan mekanisme titik target (WHO, 2013). Uji biokimia adalah teknik mendeteksi resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuantifikasi enzim yang bertanggung jawab pada proses resistensi. Keunggulan uji biokimia ini adalah informasi status kerentanan yang diperoleh lebih cepat dan dapat menunjukkan mekanisme resistensi yang diukur pada serangga secara individu (Widiarti et al., 2005). Dengan uji biokimia dapat digambarkan adanya resistensi silang melalui mekanisme yang berlangsung pada serangga secara individu. Secara biokimia ada 3 mekanisme dasar terjadinya resistensi serangga yaitu : (1) berkurangnya penetrasi insektisida, (2) insektisida dimetabolisasi oleh enzim esterase, mixed function oxidases atau glutathione transferase dan (3) adanya modifikasi target (sasaran) insektisida. (Fournier et al., 1992) Mekanisme peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik dan insensitivitas asetilchlonisterase berperan dalam penurunan status kerentanan pada sejumlah besar serangga baik di bidang pertanian maupun kesehatan termasuk nyamuk (Small, 1998a cit Widiarti, 2000). Mekanisme resistensi yang
6 terjadi melalui peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik, perlu dilakukan uji silang menggunakan standar WHO. Uji kerentanan peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik berkaitan erat dengan mekanisme resistensi tiga kelompok insektisida yaitu organofosfat, karbamat dan piretroid (Widiarti et al., 2005). Uji biokimis terhadap nyamuk Ae.albopictus yang berasal dari Palu telah dilakukan dan menunjukkan bahwa 99,58% telah resisten sedang terhadap malation dan temefos (Lidia et al., 2008). Prinsip dasar deteksi resistensi pada vektor secara molekuler adalah dengan mengidentifikasi gen yang menjadi target kelompok insektisida secara konvensional, yang salah satunya adalah gen voltage gated sodium channel (VGSC). Gen VGSC merupakan mekanisme resistensi serangga terhadap insektisida DDT dan golongan piretroid yang ditunjukkan dengan adanya titik mutasi. Beberapa mutasi gen VGSC telah dilaporkan terjadi pada serangga pertanian dan serangga kesehatan. Mutasi gen VGSC pada nyamuk Ae. Aegypti terjadi pada sembilan lokus yang berbeda (Brengues et al., 2003). Perubahan asam amino pada nyamuk Ae. aegypti yang paling sering terjadi di S989, I1011, L1014, dan V1016 yang terletak di daerah segmen 6 dari domain II dan baru-baru ini diidentifikasi asam amino pengganti di F1534 terletak di daerah segmen 6 dari domain III (Kawada et al., 2014). Deteksi dini status kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida dapat bermanfaat sebagai informasi untuk pemilihan insektisida yang tepat didalam pengendalian vektor. Deteksi status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap
7 insektisida dapat dilakukan dengan metode standar WHO susceptibility test menggunakan impregnated paper (WHO, 2013) dan deteksi mekanisme resistensi dengan cara uji biokimia dan molekuler. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan studi kerentanan nyamuk Ae. aegypti di wilayah kerja KKP Tanjung Priok terhadap insektisida golongan organofosfat dan golongan peritroid. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida malation di wilayah kerja KKP Tanjung Priok? 2. Bagaimanakah status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sipermetrin di wilayah kerja KKP Tanjung Priok? 3. Bagaimanakah status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida temefos di wilayah kerja KKP Tanjung Priok? 4. Apakah ada peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik nyamuk Ae. aegypti di wilayah kerja KKP Tanjung Priok? 5. Apakah ada mutasi gen voltage gated sodium channel terhadap nyamuk Ae. aegypti di wilayah kerja KKP Tanjung Priok?
8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui status kerentan Ae. aegypti terhadap insektisida golongan organofosfat dan golongan piretroid diwilayah KKP Tanjung Priok. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida malation di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. b. Mengetahui status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sipermetrin di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. c. Mengetahui status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida temefos di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. d. Mengetahui peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik nyamuk Ae. aegypti di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. e. Mengetahui mutasi gen voltage gated sodium channel pada nyamuk Ae aegypti di wilayah kerja KKP Tanjung Priok. D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang status resistensi di wilayah kerja KKP Tanjung Priok belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian tentang resistensi yang dilakukan oleh peneliti lain dapat dilihat pada Tabel 2.
9 Tabel 2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain No Nama, Tahun Judul Perbedaan 1 Mardihusodo Analisis uji mikroplat terhadap potensi Bioassay dan (1995) resistensi insektisida organofosfat molekuler pada Ae. aegypti di Kotamadya Yogyakarta, Indonesia. 2 Zulhasril dan Suri (2010) Resistensi larva Ae. aegypti terhadap insektisida organofosfat di Tanjung Priok dan Mampang Prapatan Jakarta Golongan piretroid molekuler dan 3 Boewono & Widiarti (2007) 4 Widiarti et al., (2011) 5 Ghiffan, Handayani dan Dalilah (2012) Resistensi Ae. aegypti terhadap insektisida malation dan temefos dengan menggunakan uji biokimia dan uji kerentanan (susceptibility test) Kabupaten di Yogyakarta dan Jawa Tengah tentang Identifikasi Mutasi Noktah pada Gen Voltage Gated Sodium Channel Ae. aegypti terhadap Insektisida Pyretroid di Semarang Jawa Tenggah Deteksi mutasi titik gen natrium gated channel menggunakan PCR pada Ae. aegypti resisten sintetik piretroid di Palembang Molekuler Golongan organofosfat uji biokimia Golongan organofosfat uji biokimia E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberi informasi yang bermanfaat untuk : 1. Ilmu pengetahuan, dapat digunakan sebagai dasar atau informasi awal untuk penelitian lebih lanjut tentang kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida malation, temefos dan sipermetrin dan mekanisme resistensi aktivitas enzim serta mutasi gen VGSC. 2. Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I Tanjung Priok sebagai informasi mengenai status kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida malation, sipermetrin dan temefos yang digunakan dalam pengendalian
10 nyamuk, dan sebagai dasar penentuan strategi dalam memilih jenis insektisida yang tepat. 3. Kementerian Kesehatan RI sebagai informasi awal untuk melakukan pemetaan resistensi di seluruh KKP di Indonesia.
TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO
STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes sp. (DIPTERA:CULICIDAE) TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO Steven J.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pesat di bidang teknologi dan transportasi serta perdagangan bebas di saat ini membuat mobilitas penduduk antar negara dan antar wilayah menjadi sedemikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini masih menjadi ancaman utama bagi kesehatan masyarakat global. Penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh gigitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit dengan potensi
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)
1 DASAR HUKUM 1) UU NO.1 TAHUN 1962 TTG KARANTINA LAUT 2) UU NO.4/84 TTG WABAH PENYAKIT MENULAR 3) UU NO.23 TAHUN 1992 TTG KESEHATAN 4) KEPMENHUB RI NO: KM 33 TGL 14 AGUSTUS 2003 TENTANG PEMBERLAKUKAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Deskripsi hasil penelitian mencakup tentang lokasi penelitian, survai larva dan rearing nyamuk Ae. aegypti, survai penggunaan insektisida,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama(1). Dua jenis penyakit alboviral yaitu seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, virus ini terdiri dari 4 serotip Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Penyakit viral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah penting bagi kesehatan masyarakat. Penyakit ini disebarkan melalui gigitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Ada 4 serotip virus Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4, yang ditularkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah. kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas penyebaran DBD semakin bertambah sejak kejadian pertama di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah dengue / DBD adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan telah dikenal selama > 200 tahun (CDC, 2012). Diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di daerah tropis dan subtropis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di tanah air. Sejak pertama kali dilaporkan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes spp. betina yang membawa virus dengue yang termasuk dalam golongan Flavivirus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering ditemukan di daerah tropis dan. subtropics. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropics. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kasus DBD tertinggi. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang endemis di beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD di negara-negara Asia Pasifik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis di Indonesia. 1 Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insekta telah lama dikenal sebagai kelompok hewan yang memiliki diversitas paling tinggi di muka bumi. Insekta yang tercatat oleh Sabrosky (1952), pada tahun 1948 adalah
Lebih terperinciKeywords: Resistance, Organophosphates, Esterase enzyme Literature: 60, ( ) PENDAHULUAN
STATUS RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP MALATHION 0,8% DI AREA PERIMETER DAN BUFFER PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG (Pengujian Berdasarkan Teknik Bioassay dan Biokimia) Tyas Iswidaty* ), Martini**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Status toleransi larva Aedes aegypti terhadap temefos Penentuan staus toleransi Aedes aegypti terhadap temefos di Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di kawasan Asia Tenggara disamping avian influenza dan demam kuning, penyakit ini tergolong vector-borne
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010
Lebih terperinciSumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insidensi DBD di seluruh dunia telah meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau 40% penduduk dunia beresiko untuk terkena
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)
1 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008) KEPALA Bagian Tata Usaha Subbagian Keuangan dan Umum Subbagian Program dan Laporan BIDANG KAR.SE
Lebih terperinciditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal merupakan alat transportasi lintas laut yang biasanya digunakan manusia untuk menyeberang dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Tak hanya manusia yang biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
daerah. 3 Selama 40 tahun terakhir, zat kimia telah banyak digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Lebih terperinciStatus Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu
85 Status Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun 2006-2007 terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu Intan Ahmad, Sita Astari, Resti Rahayu, dan Nova Hariani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui gigitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (3, 4)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi beban masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara-negara beriklim tropis dan subtropis (1). Nyamuk Aedes aegypti merupakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN
vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN INTISARI ABSTRACT. i ii iii iv
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan alat angkut baik dari luar negeri maupun interinsulir. Dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu lintas orang, barang dan alat angkut baik dari luar negeri maupun interinsulir. Dengan meningkatnya perkembangan
Lebih terperinciKANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK Pertemuan Sosialisasi NSPK Pengendalian Arbovirosis dalam rangkaian Peringatan Asean Dengue Day 2016
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK Pertemuan Sosialisasi NSPK Pengendalian Arbovirosis dalam rangkaian Peringatan Asean Dengue Day 2016 Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta Dasar Hukum UU No
Lebih terperinciStatus kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan
JHECDs, 3 (2), 2017, hal. 56-62 Penelitian Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan Suceptibility of Aedes aegypti to several insecticides groups
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Pes termasuk penyakit karantina internasional. Di Indonesia penyakit ini kemungkinan timbul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Data statistik WHO
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciSTATUS RESISTENSI NYAMUK AedesaegyptiTERHADAP MALATHION DI WILAYAH KERJA KKP KELAS III LHOKSEUMAWE(BerdasarkanUji Impregnated Paper danbiokimia)
STATUS RESISTENSI NYAMUK AedesaegyptiTERHADAP MALATHION DI WILAYAH KERJA KKP KELAS III LHOKSEUMAWE(BerdasarkanUji Impregnated Paper danbiokimia) Syahrizal, RetnoHestiningsih, Martini Program StudiKesehatanMasyarakatPeminatanEntomologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (5). Kasus infeksi dengue di Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi beban masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara-negara beriklim tropis dan subtropis (1). Nyamuk Aedes aegypti merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus, virus RNA dari keluarga Flaviviridae yang dapat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam arti lain adalah hewan avertebrata yang berperan sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari host pejamu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.665, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Hapus Tikus. Hapus Serangga. Alat Angkut. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuk barang, lebih dari itu sudah merupakan sebagai sentra industri, pusat perdagangan dan pariwisata
Lebih terperinciNILAI STANDAR SUB UNSUR. Sub Unsur/Klasifikasi Data 1 <
2014,.127 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN NILAI STANDAR SUB UNSUR KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN a. Unsur Utama Kekarantinaan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta antuk melakukan tidakan terhadap bagasi, kargo,
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DENGAN METODE SUSCEPTIBILITY DI KOTA CIMAHI TERHADAP CYPERMETHRIN. Kec. Pangandaran, Ciamis, Jawa barat
PENENTUAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DENGAN METODE SUSCEPTIBILITY DI KOTA CIMAHI TERHADAP CYPERMETHRIN Firda Yanuar Pradani, 1 Mara Ipa, 1 Rina Marina, 1 Yuneu Yuliasih, 1 1 Loka Litbang P2B2 Ciamis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering
Lebih terperinciKEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015
KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT
Lebih terperinciUJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTY DEWASA TERHADAP CYPERMETHRIN DI DAERAH PASAR TUA BITUNG 2016
UJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTY DEWASA TERHADAP CYPERMETHRIN DI DAERAH PASAR TUA BITUNG 2016 Indri Grysela Karauwan 1, Janno B B Bernadus 2,Greta P Wahongan 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincimasyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan
Lebih terperinciPerkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017
Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Lebih terperinciSTATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION 5% DI KOTA SURABAYA. Suwito 1 ABSTRAK
STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION % DI KOTA SURABAYA Suwito 1 ABSTRAK Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di Kota Surabaya. Salah satu
Lebih terperinciPERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG
PERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG Dwi Irmayani, 1 Sayono 1 Syaifuddin Ali Anwar 1 1 Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki gajah merupakan masalah yang masih penting di dunia. Lebih dari 120 juta orang di daerah tropis dan
Lebih terperinciUJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016
UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) % DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 06 Angeline Fenisenda, Ave Olivia Rahman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Insektisida Malation dan Temefos Terhadap Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti di Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Analisis Penggunaan Insektisida Malation dan Temefos Terhadap Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti di Kota Kendari Sulawesi Tenggara 1 Mubarak, 2 Tri Baskoro Tunggul Satoto, 2 Sitti Rahmah Umniyati
Lebih terperinciStatus Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin
Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin Firda Yanuar Pradani, 1* Mara Ipa, 1 Rina Marina, 1 Yuneu Yuliasih, 1 Resistance Status of Aedes aegypti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dan mengalami perkembangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015
No. 02/03/Th. VI, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Januari 2015 tercatat US$ 0,92 juta atau mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mengalami peningkatan beberapa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
CC: KKP Kelas I batam MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya aktifitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA
Lebih terperinciAedes aegypti in Sekumpul Village (Martapura - District of Banjar, South Kalimantan) is tolerant to Temephos
Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 2, Desember 2012 Hal : 66-72 Penulis : 1 1. Khairatun Nisa 2 2. Arif Hargono 3. M Rasyid Ridha
Lebih terperincia. Ketatausahaan b. Kekarantinaan dan surveillance epidemiologi c. Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah d. Pengendalian resiko lingkungan
LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA MUARA PADANG BULAN JANUARI 017 I. Pendahuluan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2014 KEMENKES. Kantor Kesehatan. Pelabuhan. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I
0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi Kapal. Sertifikat. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN JUMANTIK ( JURU PEMANTAU JENTIK ) WILAYAH KERJA KKP KELAS II MATARAM TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN JUMANTIK ( JURU PEMANTAU JENTIK ) WILAYAH KERJA KKP KELAS II MATARAM TAHUN 2016 TANGGAL 01 S/D 11 FEBRUARI 2016 KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis rancangan penelitian termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional. Studi Cross-Sectional merupakan
Lebih terperinciPenyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah sub tropis dan tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015
No. 02/05/Th. VI, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2015 tercatat US$ 15,96 juta atau mengalami penurunan sebesar 67,60
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan
Lebih terperinci