BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 ANDUAN ANAJEM EN EM ERIKSAAN P M P TAHUN 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2008

2 KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 1/K/I-XIII.2/2/2008 PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2008

3 KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 1/K/I-XIII.2/2/2008 TENTANG PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang penggunaan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Badan Pemeriksa Keuangan perlu memiliki suatu Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang dapat digunakan sebagai acuan bagi para pemeriksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan; b. bahwa PMP yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 37/SK/1/08/2002 dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan organisasi dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku saat ini, dan oleh sebab itu dipandang perlu menyempurnakan dan menetapkan Panduan Manajemen Pemeriksaan yang sesuai perkembangan saat ini. Mengingat : 1. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707); 2. Surat Keputusan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 15/SK/K/1981 tentang Pengaturan Penandatanganan Surat-Surat Keputusan Dalam Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I- VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

4 4. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I- VIII.3/7/2007 tanggal13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN. : Menetapkan dan memberlakukan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN BAB II : PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERIKSAAN BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BAB V : PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BAB VI : PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BAB VII : EVALUASI PEMERIKSAAN BAB VIII : PENUTUP KEDUA KETIGA KEEMPAT : Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. : Perbaikan dan penjelasan lebih lanjut atas substansi PMP akan diatur oleh Kepala Direktorat Utama Revbang setelah mendapat pertimbangan dari para Auditama Keuangan Negara (AKN). : Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 37/SK/I/08/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

5 KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 19 Februari 2008 WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA, Abdullah Zainie Anwar Nasution Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada: 1. Para Anggota; 2. Para Pejabat Eselon I sampai dengan IV;

6 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i -iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Maksud dan Tujuan... C. Lingkup PMP... D. Kedudukan PMP dalam Pedoman Pemeriksaan BPK... E. Organisasi Pemeriksaan... F. Siklus Pemeriksaan... G. Gambaran Umum PMP... H. Sistematika PMP BAB II PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERIKSAAN (RKP)... A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait dalam Penyusunan RKP... C. Mekanisme Penyusunan RKP... D. Jadwal Penyusunan RKP... E. Bagan Alur Kegiatan Penyusunan RKP BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN... A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait dalam Perencanaan Pemeriksaan... C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan... D. Perencanaan Pemeriksaan On Call... E. Jadwal Perencanaan Pemeriksaan... F. Bagan Alur Kegiatan Perencanaan Pemeriksaan i

7 BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN... A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Pelaksanaan Pemeriksaan C. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan... D. Jadwal Pelaksanaan Pemeriksaan E. Bagan Alur Kegiatan Pelaksanaan Pemeriksaan BAB V PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN... A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Pelaporan Pemeriksaan C. Mekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan... D. Implikasi Hukum Terkait LHP... E. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester... F. Jadwal Pelaporan Pemeriksaan... G. Bagan Alur Kegiatan Pelaporan Pemeriksaan BAB VI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN.. A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan... C. Mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut... D. Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah... E. Jadwal Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan... F. Bagan Alur Kegiatan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BAB VII EVALUASI PEMERIKSAAN... A. Lingkup... B. Pihak-Pihak Terkait dalam Evaluasi Pemeriksaan... C. Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan... D. Pelaksanaan Evaluasi oleh Lembaga Setingkat BPK... E. Jadwal Evaluasi Pemeriksaan... F. Bagan Alur Kegiatan Evaluasi Pemeriksaan ii

8 BAB VIII PENUTUP... A. Perbedaan Pokok PMP 2002 dengan PMP B. PMP sebagai Living Dokumen DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM GLOSARIUM PMP KETERANGAN GAMBAR LAMPIRAN iii

9 DAFTAR TABEL 2.1 Jadwal Penyusunan RKP Jadwal Perencanaan Pemeriksaan Jadwal Pelaksanaan Pemeriksaan Jadwal Pelaporan Pemeriksaan Jadwal Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Perbedaan PMP 2002 dan Konsep Penyempurnaan PMP iv

10 DAFTAR GAMBAR 1.1 Piramida Kedudukan PMP dalam Pedoman Pemeriksaan BPK Siklus Pemeriksaan Panduan Manajemen Pemeriksaan PMP Tahap Penyusunan RKP Bagan Alur Penyusunan RKP Tahap Perencanaan Pemeriksaan Bagan Alur Perencanaan Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Bagan Alur Pelaksanaan Pemeriksaan Tahap Pelaporan Pemeriksaan Bagan Alur Pelaporan Hasil Pemeriksaan Tahap Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Bagan Alur Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tahap Evaluasi Pemeriksaan Bagan Alur Evaluasi Pemeriksaan v

11 Daftar Lampiran 2.1 Usulan dan Kebijakan Strategi Pemeriksaan Auditorat Utama Keuangan Negara 2.2 Rincian Rencana Pemeriksaan 3.1 Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan 3.2 Program Pemeriksaan 3.3 Surat Tugas 3.4 Program Kerja Perorangan 3.5 Penyampaian Jadwal Pemeriksaan dan Permintaan Dokumen 3.6 SPPD 4.1 Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan 4.2 Surat pernyataan Menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan 4.3 Surat Penyampaian TP 5.1 Surat Penyampaian Konsep LHP Rencana Aksi Tindak Lanjut Rekomendasi BPK Cover Laporan Hasil Pemeriksaan 6.1 Rekapitulasi Pemantauan Tindak Lanjut 6.2 Lampiran Hasil Pemantauan Tindak Lanjut 6.3 Database Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 6.4 Surat Pemberitahuan Pembahasan Tindak Lanjut 6.5 Risalah Pemahasan Tindak Lanjut 6.6 Resume Pemantauan Tindak Lanjut 6.7 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut vi

12 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 01 Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara mengalami perkembangan dan perubahan yang cukup signifikan setelah berlakunya Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Perubahan tersebut meliputi antara lain jenis pemeriksaan, standar pemeriksaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, serta pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. 02 Sebagai salah satu pelaksanaan UU tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun SPKN tersebut merupakan pengganti Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan BPK tahun Untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN tersebut, BPK memerlukan suatu manajemen pemeriksaan. 03 BPK telah menetapkan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) Tahun 2002 yang mengacu pada SAP Tahun 1995 dan peraturan perundangundangan pada saat itu. Perubahan-perubahan standar dan peraturan yang disebutkan di atas menuntut penyempurnaan PMP Tahun 2002, agar PMP yang disempurnakan dan digunakan untuk melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan SPKN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. 04 Selain perubahan-perubahan di atas, materi PMP Tahun 2002 perlu disempurnakan terkait dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Sinergi PMP dengan pedoman-pedoman pemeriksaan BPK, sehingga tidak terjadi duplikasi pengaturan. 2. Sinergi antara perencanaan pemeriksaan dan penganggaran BPK. 3. Integrasi PMP dengan aplikasi sistem informasi manajemen pemeriksaan atau Computerized Audit Management Information System (CAMIS). 05 Berdasarkan kenyataan di atas, PMP Tahun 2002 perlu disempurnakan dengan mempertimbangkan SPKN, perubahan peraturan perundangundangan, sinergi PMP dengan pedoman pemeriksaan lainnya, sinergi Perkembangan dan perubahan peraturan perundangundangan Perubahan standar pemeriksaan PMP 2002 perlu disempurnakan Substansi penyempurnaan PMP 2002 Simpulan perlunya penyempurnaan PMP

13 Pendahuluan perencanaan pemeriksaan dengan penganggaran, dan integrasi penggunaan PMP dengan CAMIS. B. Maksud dan Tujuan 06 PMP ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai panduan oleh BPK dan pelaksananya dalam mengelola (manage) pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi tahap penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP), perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, pelaporan pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan evaluasi pemeriksaan. 07 PMP bertujuan untuk menyeragamkan pengelolaan pemeriksaan BPK yang meliputi penyeragaman tata cara atau prosedur, formulir, catatan, dan laporan yang digunakan dalam penyusunan RKP, perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, pelaporan pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, evaluasi pemeriksaan, serta hal-hal lain terkait dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. PMP sebagai panduan pengelolaan pemeriksaan PMP menyeragamkan pengelolaan pemeriksaan C. Lingkup PMP 08 PMP berisi prosedur dan tata cara pengelolaan pemeriksaan disertai dengan formulir, catatan, bentuk laporan yang dihasilkan. Prosedur dan tata cara tersebut dimulai dari penyusunan RKP, perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, pelaporan pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan evaluasi pemeriksaan yang terdapat pada setiap tahap prosedur dan tata cara tersebut di atas. Lingkup bahasan PMP secara rinci adalah sebagai berikut: Lingkup PMP 1. Penyusunan RKP 2. Perencanaan Pemeriksaan 3. Pelaksanaan Pemeriksaan 4. Pelaporan Pemeriksaan 5. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 6. Evaluasi Pemeriksaan D. Kedudukan PMP dalam Pedoman Pemeriksaan BPK 09 PMP merupakan prosedur dan tata cara pemeriksaan dalam rangka memenuhi SPKN. Di dalam melakukan pemeriksaan, BPK mendasarkan pada mandat dalam UUD 1945, peraturan perundangundangan, dan pedoman-pedoman pemeriksaan keuangan negara yang ditetapkan. Untuk melaksanakan mandat dalam UUD 1945, pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diatur PMP dan peraturan perundangundangan 2

14 Pendahuluan dalam UU Nomor 15 Tahun Demikian pula, BPK sebagai lembaga negara di bidang pemeriksaan diatur dalam UU Nomor 15 Tahun Sebagai pelaksanaan UU tersebut, BPK menetapkan peraturan, antara lain Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik dan Majelis Kehormatan Kode Etik. BPK juga menetapkan pedoman pemeriksaan dalam suatu keputusan BPK, antara lain Keputusan BPK Nomor 51/K/I/VII.3/8/2007 Tahun 2007 Tentang Penetapan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. 10 PMP sebagai salah satu pedoman pemeriksaan yang terkait dengan pengelolaan pemeriksaan keuangan negara disusun dengan memperhatikan mandat, peraturan perundang-undangan, termasuk SPKN. PMP akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan pedoman pemeriksaan seperti petunjuk pelaksanaan pemeriksaan dan petunjuk teknis pemeriksaan. Keterkaitan PMP dengan mandat, peraturan BPK, dan pedoman pemeriksaan lain yang ditetapkan BPK dapat dilihat sebagai berikut: Kedudukan PMP dalam pedoman pemeriksaan BPK Piramida kedudukan PMP dalam pedoman pemeriksaan BPK E. Organisasi Pemeriksaan 11 Dalam penyelenggaraan pemeriksaan, organisasi pemeriksaan merupakan organisasi fungsional yang menjalankan fungsi pemeriksaan Organisasi pemeriksaan 3

15 Pendahuluan secara mandiri. Proses pemeriksaan dari perencanaan pemeriksaan sampai dengan pelaporan pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa mulai dari anggota tim sampai dengan penanggung jawab. Organisasi pemeriksaan BPK adalah sebagai berikut: 1. BPK atau disebut sebagai Badan atau pemberi tugas terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota yang memberikan arah dan penugasan pemeriksaan kepada pelaksana BPK. Penugasan pemeriksaan dapat dikuasakan kepada pejabat yang ditunjuk oleh BPK. 2. Penanggung jawab berperan sebagai pengendali mutu dan menandatangani Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Penanggung jawab pemeriksaan diharapkan merupakan pejabat tertinggi pada unit organisasi pemeriksaan, dalam hal ini adalah Auditor Utama (Tortama) Keuangan Negara atau pejabat lain yang ditunjuk seperti Kepala Perwakilan (Kalan), Kepala Auditorat atau pemeriksa yang memiliki keahlian tertentu di bidang pemeriksaan yang diperlukan. Apabila diperlukan, penanggung jawab pemeriksaan dapat dibantu oleh wakil penanggung jawab. 3. Wakil penanggung jawab merupakan pejabat setingkat dengan penanggung jawab atau setingkat lebih rendah dari penanggung jawab yang tugas dan perannya membantu penanggung jawab dalam tim pemeriksaan. Wakil penanggung jawab diperlukan untuk entitas pemeriksaan yang besar atau lingkup pemeriksaan yang luas yang memerlukan empat atau lebih pengendali teknis. 4. Pengendali teknis bertugas mengendalikan tim pemeriksa agar secara teknis pemeriksaan dilakukan sesuai dengan program pemeriksaan. Pengendali teknis bertanggung jawab kepada penanggung jawab pemeriksaan atau kepada wakil penanggung jawab, apabila wakil penanggung jawab ada dalam struktur pemeriksaan. Kebutuhan pengendali teknis di dalam susunan tim pemeriksa ditentukan oleh penanggung jawab pemeriksaan berdasarkan sifat, lingkup, dan risiko pemeriksaan yang dihadapi tim pemeriksa. 5. Ketua tim, merupakan pemimpin pemeriksaan yang mengorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi pemeriksaan dan bertanggung jawab kepada pengendali teknis. Apabila diperlukan, ketua tim pemeriksaan dapat dibantu oleh ketua subtim. 6. Ketua subtim bertugas membantu ketua tim dalam melakukan pemeriksaan, apabila penugasan pemeriksaan terdiri dari delapan orang atau lebih anggota tim pemeriksaan. 7. Anggota tim bertindak sebagai pelaksana pemeriksaan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh ketua tim atau ketua subtim. Badan selaku pemberi tugas Penanggung jawab Wakil penanggung jawab Pengendali teknis Ketua tim Ketua sub tim Anggota tim 4

16 Pendahuluan F. Siklus Pemeriksaan 12 Siklus pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan dari suatu tahap ke tahap lainnya dalam suatu pemeriksaan. Siklus pemeriksaan adalah sebagai berikut: Siklus pemeriksaan 1. Penyusunan RKP; 2. Perencanaan Pemeriksaan; 3. Pelaksanaaan Pemeriksaan; 4. Pelaporan Hasil Pemeriksaan; 5. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan; 6. Evaluasi Pemeriksaan. 13 Siklus pemeriksaan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini: Siklus Pemeriksaan BPK G. Gambaran Umum PMP 14 Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) merupakan sistem yang mengatur manajemen pemeriksaan dari tahap penyusunan RKP sampai dengan evaluasi hasil pemeriksaan. Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai PMP dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut. Gambaran umum PMP 5

17 Pendahuluan Kerangka PMP 15 Berdasarkan gambaran umum PMP di atas, PMP mengatur pengelolaan pemeriksaan dari penyusunan RKP sampai dengan evaluasi pemeriksaan. Dalam setiap tahap pemeriksaan seperti yang digambarkan dalam PMP ini, diselenggarakan sistem pengendalian mutu (quality assurance systems) dan dokumentasi, termasuk penggunaan CAMIS. Penyelenggaraan sistem pengendalian mutu mengacu pada petunjuk pelaksanaan (juklak) sistem pengendalian mutu, sedangkan penggunaan CAMIS mengacu pada petunjuk teknis terkait. Penyelenggaraan sistem pengendalian mutu dan CAMIS H. Sistematika PMP 16 Sistematika PMP adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan berisi uraian umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup PMP, kedudukan PMP dalam Pedoman Pemeriksaan BPK, organisasi pemeriksaan, siklus pemeriksaan, gambaran umum PMP, dan sistematika PMP. 2. Bab II Penyusunan RKP berisi uraian antara lain mengenai penyusunan RKP berdasarkan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK. 3. Bab III Perencanaan Pemeriksaan berisi uraian antara lain mengenai rencana pemeriksaan yang terkait dengan penyusunan P2, surat tugas, dan SPPD. 4. Bab IV Pelaksanaan Pemeriksaan berisi uraian mengenai pemeriksaan di lapangan yang diuraikan ke dalam pekerjaan pemeriksaan dan pengakhiran pemeriksaan serta penyerahan TP sebagai akhir dari aktivitas pemeriksaan di lapangan. 5. Bab V Pelaporan Pemeriksaan berisi uraian, antara lain mengenai tata cara pelaporan hasil pemeriksaan untuk pemeriksaan keuangan, Sistematika PMP 6

18 Pendahuluan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. 6. Bab VI Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan berisi uraian mengenai mekanisme dan tata cara tindak lanjut hasil pemeriksaan. 7. Bab VII Evaluasi Pemeriksaan berisi uraian antara lain mengenai evaluasi pemeriksaan atas LHP dan kesesuaiannya dengan standar dan peraturan yang berlaku. 8. Bab VIII Penutup berisi uraian yang memuat perbandingan perbedaan antara PMP Tahun 2002 dengan PMP yang disempurnakan, serta harapan PMP sebagai dokumen yang hidup dan berkembang dan senantiasa diperbaharui sesuai perkembangan yang ada. 7

19 Penyusunan RKP BAB II PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERIKSAAN (RKP) A. Lingkup 01 Sistem perencanaan BPK disusun dalam suatu kerangka sistematis yang terintegrasi untuk menghimpun semua Rencana Strategis (Renstra). Renstra merupakan pedoman bagi BPK dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara menyeluruh dan berkesinambungan sehingga sasaran dan tujuan akan tercapai secara optimal. 02 Renstra tersebut ditetapkan untuk jangka lima tahun dan dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang terdiri dari Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan Rencana Kegiatan Sekretariat Jenderal dan Penunjang (RKSP). 03 PMP mengatur penyusunan RKP yang memuat rencana kegiatan pemeriksaan BPK dalam satu tahun. Penyusunan RKP merupakan suatu proses yang sistematis yang dimulai dari kegiatan penetapan kebijakan dan strategi sampai dengan penetapan RKP. Penyusunan RKP tersebut harus diintegrasikan dengan proses penganggaran BPK. RKP menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) BPK. Rencana strategis Penjabaran rencana strategis PMP mengatur penyusunan RKP B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Penyusunan RKP 04 Penyusunan RKP melibatkan Badan, Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN), Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama Revbang), dan Sekretariat Jenderal (Setjen). 05 Badan memiliki peran, antara lain memberikan dan menetapkan kebijakan dan strategi pemeriksaan yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan dan penetapan RKP. Badan juga berperan untuk menetapkan hasil Rakor dan hasil Raker tahunan. 06 AKN memiliki peran antara lain: 1. Mengajukan usul tema pemeriksaan dan alasannya sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi pemeriksaan; 2. Menyusun dan mengajukan proposal pemeriksaan sesuai dengan kebijakan dan strategi pemeriksaan yang telah ditetapkan apabila AKN tersebut sebagai koordinator pemeriksaan; Pihak pihak terkait Peran Badan Peran AKN 8

20 Penyusunan RKP 3. Menyusun dan menyampaikan sumbangan RKP AKN unit kerjanya; 4. Mempersiapkan dan mengajukan usul revisi RKP AKN tahun berjalan; 5. Meng-input RKP unit kerja ke dalam CAMIS. 07 Dalam menjalankan peran tersebut, unit kerja di pusat dikoordinasi oleh AKN. Tortama dapat mendelegasikan peran yang dimilikinya kepada Kalan. 08 Ditama Revbang dhi. Direktorat Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja (Dit. PSMK) memiliki peran, antara lain: Koordinasi oleh AKN Peran Ditama Revbang 1. Meminta dan menganalisis usul tema pemeriksaan dan informasi yang dapat dijadikan bahan penyusunan kebijakan dan strategi pemeriksaan; 2. Mengidentifikasi tema pemeriksaan yang akan diusulkan kepada Badan; 3. Meminta dan menganalisis proposal pemeriksaan dari AKN koordinator pemeriksaan serta mengidentifikasi unit kerja yang terkait dengan kebijakan dan strategi pemeriksaan; 4. Menganalisis dan mengompilasi sumbangan RKP unit kerja menjadi sumbangan RKP BPK; 5. Memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) khusus antar AKN untuk membahas sumbangan RKP; dan 6. Menyesuaikan RKP BPK dengan anggaran yang disetujui. 09 Setjen memiliki peran, antara lain: 1. Menyelenggarakan Rapat Kerja (Raker) tahunan; dan 2. Melaksanakan proses penganggaran atas RKP. Peran Setjen C. Mekanisme Penyusunan RKP 10 Penyusunan RKP meliputi delapan tahap 1. Penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK; 2. Penyusunan rencana pemeriksaan; 3. Penetapan rencana pemeriksaan; 4. Penyusunan sumbangan RKP; 5. Pembahasan dan penetapan RKP; 6. Penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) BPK; 7. Pembahasan dan penetapan anggaran dengan DPR; dan 8. Penyesuaian RKP. Tahapan penyusunan RKP 9

21 Penyusunan RKP 11 Gambar 2.1 berikut menunjukkan tahap penyusunan RKP tersebut. Tahap penyusunan RKP 1. Penetapan Kebijakan dan Strategi Pemeriksaan BPK 12 Kepala Ditama (Kaditama) Revbang menyampaikan permintaan usul kebijakan dan strategi pemeriksaan kepada Tortama serta mengumpulkan dan menganalisis informasi yang terkait dengan penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan. Informasi terkait dengan penyusunan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK tersebut meliputi: (a) identifikasi tema pemeriksaan; (b) dasar pertimbangan; (c) identifikasi harapan penugasan dari setiap tema pemeriksaan; (d) identifikasi AKN koordinator pemeriksaan dan unit kerja terkait; dan (e) prioritas pemeriksaan. 13 Kaditama Revbang menyampaikan permintaan informasi tersebut paling lambat pertengahan bulan November dengan menggunakan format dalam Lampiran Dalam memberikan usul, AKN mempertimbangkan pengarahan dan kebijakan strategi Badan, hasil pemeriksaan sebelumnya, dan/atau pengaduan/permintaan pemeriksaan dari pihak luar BPK. AKN menyusun dan menyampaikan usul kebijakan dan strategi Permintaan usul kebijakan dan strategi pemeriksaan Usul kebijakan dan strategi pemeriksaan AKN Usul kebijakan dan strategi pemeriksaan AKN 10

22 Penyusunan RKP pemeriksaan kepada Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK paling lambat pertengahan Desember. 15 Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK mengumpulkan dan menganalisis informasi lain yang terkait dengan penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan yang akan diusulkan. Informasi tersebut dapat berupa, antara lain: a) Informasi yang menjadi perhatian publik yang dapat diperoleh, antara lain dari Biro Hubungan Masyarakat dan Luar Negeri (Biro Humas); b) Informasi tentang ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat diperoleh, antara lain dari Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama Binbangkum); c) Informasi tentang hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan yang dapat diperoleh, antara lain dari Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Dit. Litbang) BPK; d) Informasi tentang evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya yang dapat diperoleh, antara lain dari Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (Dit. EPP); e) Renstra BPK dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. 16 Berdasarkan usul AKN tentang kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK serta analisis informasi yang telah diperoleh, Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK mengusulkan rumusan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK kepada Badan untuk ditetapkan. Hasil rumusan disampaikan oleh Ditama Revbang kepada Badan paling lambat pertengahan Januari. 17 Badan menetapkan kebijakan dan strategi pemeriksaan pada akhir Januari. Kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK tersebut ditetapkan setelah disetujui oleh Sidang Badan. 2. Penyusunan Rencana Pemeriksaan 18 AKN menyusun dan menyampaikan rencana pemeriksaan yang meliputi rencana pemeriksaan Auditorat/Perwakilan berdasarkan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK yang telah ditetapkan. Rencana pemeriksaan AKN meliputi dasar pertimbangan sesuai kebijakan dan strategi BPK yang ditetapkan, AKN Penanggung Jawab, waktu pelaksanaan, nama entitas yang diperiksa, jumlah pemeriksa sesuai perannya, dan infrastruktur yang diperlukan, anggaran yang diperlukan. Rencana pemeriksaan disampaikan kepada Analisis informasi terkait penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan Usul rumusan kebijakan dan strategi pemeriksaan Penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan Penyusunan dan penyampaian rencana pemeriksaan 11

23 Penyusunan RKP Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK paling lambat pertengahan Februari dengan menggunakan format dalam lampiran Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK meneliti dan merumuskan rencana pemeriksaan BPK berdasarkan usul AKN dengan memperhatikan kebijakan dan strategi pemeriksaan BPK. Hasil rumusan digunakan sebagai bahan penetapan rencana pemeriksaan dan disampaikan kepada AKN dan Badan paling lambat akhir Februari. Rumusan rencana pemeriksaan 3. Penetapan Rencana Pemeriksaan 20 Rencana pemeriksaan BPK dibahas dan ditetapkan melalui Rapat Koordinasi (Rakor) khusus pada pertengahan bulan Maret. Pembahasan meliputi urutan prioritas sesuai dengan pengelompokan kebijakan dan strategi (tema) pemeriksaan, waktu, kebutuhan pemeriksa, anggaran, dan infrastruktur lainnya. 21 AKN yang menjadi koordinator atas kebijakan dan strategi pemeriksaan tertentu menyampaikan proposal kepada AKN lain yang terkait serta tembusannya kepada Ditama Revbang. Proposal tersebut meliputi tujuan, sasaran, metodologi, tahun yang diperiksa, waktu pemeriksaan, AKN yang terkait, anggaran, kebutuhan pemeriksa, dan sarana penunjang lainnya. Proposal disampaikan paling lambat pertengahan April. 22 Hasil rakor khusus dibahas dan ditetapkan dalam Sidang Badan pada akhir April. Pelaksanaan rakor khusus Penyampaian proposal Sidang Badan atas hasil rakor khusus 4. Penyusunan Sumbangan RKP 23 AKN menyusun sumbangan RKP berdasarkan rencana pemeriksaan yang ditetapkan oleh Badan serta proposal yang disiapkan oleh AKN koordinator. Penyusunan sumbangan RKP mempertimbangkan waktu, personil pemeriksa yang tersedia, ketersediaan data entitas yang diperiksa, infrastruktur yang diperlukan. Sumbangan RKP disampaikan kepada Ditama Revbang setelah dimintakan pertimbangan Anggota Badan terkait, paling lambat pertengahan Mei. Menyusun sumbangan RKP 5. Pembahasan dan Penetapan RKP 24 Sumbangan RKP yang telah disusun dan di-input ke dalam CAMIS dibahas dalam Rapat Kerja (Raker) tahunan. Raker diikuti oleh Badan bersama para pejabat eselon I dan II dari masing-masing satuan kerja di lingkungan BPK baik dari para pelaksana di bidang pemeriksaan maupun di bidang nonpemeriksaan. Raker ini bertujuan untuk menyamakan persepsi para pelaksana BPK atas kebijakan dan prioritas BPK, memvalidasi kembali sumbangan RKP dan RKSP yang telah disusun oleh masing-masing satuan kerja, alokasi anggaran Pelaksanaan Raker tahunan 12

24 Penyusunan RKP yang tersedia untuk setiap kegiatan yang diusulkan, serta prognosis pemeriksaan dua tahun ke depan. Hasil Raker berupa Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPK yang di dalamnya memuat besaran anggaran yang dibutuhkan dan prognosis dua tahun ke depan sebagai dasar penyusunan RKA BPK. Badan menetapkan RKT (RKP dan RKSP) berdasarkan konsep RKT hasil pelaksanaan Raker tahunan. Pelaksanaan Raker tahunan dilaksanakan pada awal Juni. 6. Penyusunan RKA BPK 25 Hasil Raker tahunan yang telah mendapatkan penetapan Badan digunakan oleh Ditama Revbang dhi. Dit. PSMK dan Setjen dhi. Biro Keuangan untuk menyusun RKA BPK pada pertengahan Juni. Penyusunan RKA BPK 7. Pembahasan dan Penetapan Anggaran dengan DPR 26 RKA BPK kemudian dibahas dengan DPR dalam suatu rapat pembahasan anggaran antara BPK dan DPR. Hasil pembahasan dengan DPR merupakan penetapan anggaran tahunan untuk kegiatan pemeriksaan dan kesekretariatan serta penunjang BPK. Pembahasan dengan DPR dilaksanakan dalam kurun waktu pertengahan Juni sampai dengan akhir Oktober. Pembahasan usulan anggaran dengan DPR 8. Penyesuaian RKP 27 Sesuai dengan hasil pembahasan anggaran dengan DPR sangat mungkin terjadi adanya perubahan/revisi anggaran yang berakibat pada perubahan/revisi kegiatan di bidang pemeriksaan. Apabila hal ini terjadi, perlu dilakukan penyesuaian RKP dengan tetap memperhatikan pengarahan dan prioritas pemeriksaan yang telah ditetapkan oleh Badan. Sekjen dan/atau Kaditama Revbang menyampaikan hasil dari perubahan/revisi dari kegiatan pemeriksaan kepada Tortama untuk di-input kembali dalam CAMIS. Tortama kemudian menyampaikan RKP setelah penyesuaian kepada Kaditama Revbang paling lambat pertengahan November. 28 Konsep RKP yang telah disesuaikan bersama-sama dengan RKSP kemudian oleh Kaditama Revbang diajukan ke Badan sebagai suatu konsep RKT yang telah disesuaikan untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan dari Badan. Penetapan atas RKT yang telah disesuaikan oleh Badan paling lambat akhir November. 29 Sistem CAMIS hanya dapat mengakomodasi perubahan/revisi pada saat pengajuan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) dari tahun anggaran berjalan. Pengajuan revisi kegiatan dan anggaran dalam rangka ABT dapat diajukan dan dimasukkan ke dalam CAMIS. Prosedur peng-input-an ke dalam CAMIS untuk revisi dalam rangka ABT sesuai dengan langkah empat penyusunan sumbangan RKP Penyesuaian RKP setelah pembahasan dengan DPR Penetapan RKP yang telah disesuaikan Revisi tahun RKP saat pengajuan ABT 13

25 Penyusunan RKP yang diuraikan sebelumnya. 30 Pengecualian peng-input-an CAMIS di luar pelaksanaan ABT dapat dilakukan pada saat terjadi pemeriksaan atas kepentingan organisasi atau atas permintaan. Dalam tahun pelaksanaan pemeriksaan sangat dimungkinkan untuk mengakomodasi keinginan pihak-pihak lain termasuk pemilik kepentingan untuk menjalankan pemeriksaan yang tidak/belum disampaikan dalam RKP BPK. Penganggaran dan pengelolaan dana awal untuk keperluan jenis pemeriksaan yang tidak termuat dalam RKP yang berdasarkan kebutuhan organisasi atau permintaan, dipersiapkan oleh AKN sebesar 10 % dari anggaran AKN. Prosedur penginputan ke dalam CAMIS yang dilakukan oleh unit pemeriksa terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan ini sesuai dengan langkah empat penyusunan sumbangan RKP yang diuraikan sebelumnya. Revisi RKP terkait pemeriksaan on call D. Jadwal Penyusunan RKP 31 Proses penyusunan RKP harus selaras dengan proses penyusunan RKA BPK. Oleh karena itu, waktu penyusunan RKP juga harus selaras dengan waktu penyusunan RKA BPK. Jadwal waktu penyusunan RKP dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Jadwal NO KEGIATAN WAKTU 1. Permintaan usul bahan kebijakan dan strategi pemeriksaan oleh Ditama Revbang kepada AKN 2. Penyampaian usul kebijakan dan strategi pemeriksaan. 3. Usul rumusan kebijakan dan strategi pemeriksaan 4. Penetapan kebijakan dan strategi pemeriksaan dalam sidang Badan. 5. Penyusunan rencana pemeriksaan Tabel 2.1 JADWAL PENYUSUNAN RKP Pertengahan November Pertengahan Desember Pertengahan Januari UNIT PELAKSANA Ditama Revbang dhi. Dit PSMK. AKN meliputi Auditorat atau Perwakilan Dit. PSMK KETERANGAN Dit. PSMK memonitor pelaksanaan kegiatan ini Disampaikan oleh AKN ke Ditama Revbang Disampaikan oleh Ditama Revbang sebagai bahan sidang Badan Akhir Januari Badan Hasil sidang Badan sebagai bahan menyusun rencana pemeriksaan. Pertengahan Februari AKN Disampaikan oleh AKN ke Ditama Revbang 14

26 Penyusunan RKP NO KEGIATAN WAKTU UNIT PELAKSANA KETERANGAN 6. Penelitian dan perumusan rencana pemeriksaan Akhir Februari Dit. PSMK Disampaikan oleh Ditama Revbang sebagai bahan pada Rakor khusus. 7. Pembahasan dan penetapan rencana pemeriksaan dalam Rakor khusus. 8. Penyampaian proposal kebijakan dan strategi pemeriksaan. 9. Penetapan rencana pemeriksaan dalam Sidang Badan. 10. Penyusunan sumbangan RKP Pertengahan Maret Pertengahan April Unit Kerja terkait AKN koordinator Hasil Rakor khusus sebagai bahan pembuatan kebijakan dan strategi pemeriksaan. Disampaikan kepada AKN terkait, tembusan kepada Ditama Revbang. Akhir April Badan Penetapan rencana pemeriksaan oleh Badan Pertengahan Mei 11. Pembahasan dan Penetapan RKP dalam Raker tahunan Awal Juni 12. Penyusunan RKA BPK Pertengahan 13 Pembahasan dan penetapan anggaran dengan DPR Juni Pertengahan Juni s/d akhir Oktober 14. Penyesuaian RKP Pertengahan November 15 Penetapan RKP yang telah disesuaikan Akhir November AKN Badan dan unit kerja Ditama Revbang dan Setjen Setjen dhi. Biro Keuangan AKN Badan Disampaikan kepada Ditama Revbang setelah mendapat pertimbangan Badan. Menetapkan RKT (RKP dan RKSP) - Pembahasan anggaran dengan DPR untuk ditetapkan Disesuaikan oleh AKN dengan hasil penetapan anggaran oleh DPR dan disampaikan kepada Ditama Revbang dhi. Dit PSMK Bahan disiapkan oleh Ditama Revbang berdasarkan penyesuaian RKP oleh AKN E. Bagan Alur Kegiatan Penyusunan RKP 32 Bagan alur kegiatan penyusunan RKP dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Bagan alur kegiatan penyusunan RKP 15

27 Penyusunan RKP 16

28 Penyusunan RKP 17

29 Perencanaan Pemeriksaan BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN A. Lingkup 01 Perencanaan pemeriksaan diperlukan agar pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK. 02 Perencanaan pemeriksaan meliputi persiapan yang bersifat teknis dan administratif. Persiapan teknis mencakup pembentukan tim persiapan, pemahaman penugasan, pemahaman entitas, penyusunan konsep program pemeriksaan, penentuan tim pemeriksa, persetujuan penugasan, dan penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP). Sedangkan persiapan administratif meliputi penerbitan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD), pencairan biaya pemeriksaan, dan pengurusan akomodasi serta transportasi ke lokasi dan selama pemeriksaan. Tujuan Perencanaan Pemeriksaan Perencanaan bersifat teknis dan admninistratif B. Pihak-Pihak Terkait dalam Perencanaan Pemeriksaan 03 Perencanaan pemeriksaan melibatkan Badan beserta AKN atau perwakilan, tim persiapan pemeriksaan yang selanjutnya disebut tim persiapan, dan Sub Auditorat Manajemen Intern AKN (Subaud MIA) atau Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan (Subagset Kalan). 04 Badan memiliki peran, antara lain menandatangani Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan (SP3), dan Surat Tugas. 05 AKN memiliki peran, antara lain mengevaluasi: Pihak-pihak terkait Peran Badan Peran AKN (1) Materi Program Pemeriksaan (P2) yang meliputi tujuan, sasaran, metodologi pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, dan waktu penerbitan laporan hasil pemeriksaan; (2) Susunan tim pemeriksa terkait dengan independensi dan persyaratan kompetensi. 06 Tim persiapan memiliki peran, antara lain menyusun P2 dengan memperhatikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait dan RKP serta akurasi angka dan kebenaran pembahasaan. 07 Subaud MIA atau Subagset Kalan antara lain memiliki peran: 1. Menyelenggarakan data profil pemeriksa; 2. Memelihara kebenaran administrasi data profil pemeriksa terkait independensi, persyaratan kompetensi serta kebenaran data lainnya terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan. Peran tim persiapan Peran Subaud MIA/Subagset Kalan 18

30 Perencanaan Pemeriksaan C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan 08 Perencanaan pemeriksaan meliputi lima tahap: 1. Pembentukan tim persiapan; 2. Penyusunan paket program pemeriksaan; 3. Penyusunan program kerja perorangan; 4. Pemberitahuan pemeriksaan; dan 5. Pengurusan administratif pemeriksaan. Tahapan perencanaan pemeriksaan 09 Gambar 3.1 berikut menunjukkan tahap-tahap perencanaan pemeriksaan. Gambar tahapan perencanaan pemeriksaan \ 1. Pembentukan Tim Persiapan 10 Pembentukan tim persiapan merupakan langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan. Sesuai RKP, arahan Badan dan data pemeriksa, AKN yang menjadi koordinator membentuk tim persiapan pemeriksaan yang akan menyusun P2 (diistilahkan kemudian sebagai P2 AKN), sesuai dengan kebijakan dan strategi (tema) pemeriksaan yang akan dilaksanakan. 11 Komposisi tim persiapan pemeriksaan dapat terdiri dari pejabat fungsional maupun struktural dengan mempertimbangkan pengalaman dan kompetensi yang relevan dengan entitas yang akan diperiksa. 12 Tortama menyampaikan konsep SP3 kepada Anggota terkait untuk memperoleh persetujuan. Pembentukan tim persiapan pemeriksaan segera setelah penetapan RKP. Pembentukan tim persiapan Komposisi tim persiapan pemeriksaan Penyampaian konsep SP3 19

31 Perencanaan Pemeriksaan 13 Tim persiapan pemeriksaan pada Perwakilan BPK dibentuk oleh Kalan. Penyusunan P2 oleh tim persiapan pada Perwakilan BPK memperhatikan P2 AKN yang telah disusun. Tim persiapan pemeriksaan pada perwakilan 14 Bentuk dan isi SP3 dapat dilihat pada Lampiran 3.1. Format SP3 2. Penyusunan Paket Program Pemeriksaan 15 Paket program pemeriksaan terdiri dari P2 dan Surat Tugas. Tahapan penyusunan paket program pemeriksaan adalah sebagai berikut. Paket program pemeriksaan a. Pemahaman Penugasan Dalam rangka menyusun P2 agar sesuai dengan harapan dan pengarahan Badan, maka tim persiapan harus memahami latar belakang penugasan yang antara lain meliputi jenis, alasan, dan tujuan pemeriksaan, kompetensi pemeriksa yang diperlukan serta harapan pemberi tugas atas pemeriksaan tersebut. AKN yang membidangi entitas yang akan diperiksa memfasilitasi tim persiapan dalam rangka melakukan pemahaman penugasan baik melalui diskusi maupun rapat pengarahan dari Badan atau pemberi tugas. Hasil pemahaman tersebut didokumentasikan oleh tim persiapan dalam risalah pemahaman penugasan. Kegiatan pemahaman penugasan diatur lebih lanjut pada petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis pemeriksaan terkait. b. Pemahaman Entitas Tim persiapan juga perlu memahami entitas yang akan diperiksa terutama menyangkut sistem pengendalian intern, hasil pemeriksaan sebelumnya, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan/atau hasil pengawasan intern sebelumnya, perkembangan entitas yang dapat mempengaruhi pemeriksaan seperti organisasi dan peraturan perundangan yang berlaku bagi pengelolaan keuangan negara di lingkungan entitas yang akan diperiksa. Apabila diperlukan, tim persiapan dapat meminta kepada Ditama Binbangkum informasi terbaru tentang peraturan yang terkait pengelolaan keuangan negara. 18 Informasi mengenai entitas dapat juga diperoleh dari Database Entitas Pemeriksaan (DEP), Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebelumnya, dan komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya. 19 Apabila diperlukan, tim persiapan dapat mengajukan pemeriksaan pendahuluan untuk pengumpulan data dan informasi secara langsung dari entitas pemeriksaan. Kegiatan pemahaman entitas diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis pemeriksaan terkait. Pemahaman penugasan Pemahaman entitas Data sumber pemahaman entitas 20

32 Perencanaan Pemeriksaan c. Penyusunan Konsep P2 AKN 20 Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam pemahaman penugasan dan pemahaman entitas, tim persiapan pada AKN menyusun konsep P2 yang merupakan suatu strategi pemeriksaan yang utuh. Sifat, luas, dan waktu perencanaan pemeriksaan berbeda satu dengan lainnya tergantung pada hasil pemahaman atas entitas yang diperiksa dari faktor-faktor, antara lain, kompleksitas, pengendalian intern, dan risiko, pengalaman pemeriksaan atas entitas tersebut, yaitu apakah pengalaman pertama atau lanjutan, dan pertimbangan lain termasuk kebijakan BPK, harapan pemilik kepentingan, dan harapan penugasan. 21 P2 sekurang-kurangnya meliputi unsur, antara lain, dasar hukum pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, hasil pemahaman Sistem Pengendalian Intern (SPI), sasaran pemeriksaan, kriteria yang digunakan, alasan pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, susunan dan biaya pemeriksaan, kerangka Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), waktu penyampaian, dan distribusi LHP serta persetujuan P2. 22 Dasar hukum pemeriksaan merupakan peraturan perundangan sebagai sumber mandat bagi BPK dalam melaksanakan pemeriksaan pada suatu objek pemeriksaan/entitas yang diperiksa. 23 Standar pemeriksaan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh BPK sebagai acuan bagi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan untuk dan atas nama BPK. 24 Tujuan pemeriksaan merupakan hasil pemeriksaan yang akan dicapai dan ditentukan oleh jenis pemeriksaan yang akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan dan standar pemeriksaan yang ditetapkan BPK. 25 Entitas yang diperiksa, antara lain, meliputi kementerian, lembaga, unit organisasi, atau satuan organisasi lainnya yang berwenang dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang menjadi obyek pemeriksaan BPK. 26 Lingkup pemeriksaan merupakan batasan bagi tim pemeriksa untuk dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan sasaran (program atau proyek), lokasi (pusat, wilayah, cabang, atau perwakilan) maupun waktu (tahun anggaran, tahun buku, semester, atau triwulan). 27 Hasil pemahaman SPI berisi penilaian atas efektivitas SPI di lingkungan entitas yang diperiksa yang digunakan untuk menentukan sasaran pemeriksaan. Penyusunan konsep P2 oleh tim persiapan Unsur P2 Dasar hukum Standar pemeriksaan Tujuan pemeriksaan Entitas yang diperiksa Lingkup Pemeriksaan Hasil pemahaman SPI 21

33 Perencanaan Pemeriksaan 28 Sasaran pemeriksaan meliputi akun, kegiatan, tugas pokok, dan fungsi atau satuan kerja yang akan diperiksa. Penentuan sasaran hendaknya berdasarkan pertimbangan signifikansi (nilai uang yang cukup material), risiko (kelemahan pengendalian intern), dampak pemeriksaan (kemungkinan perbaikan dengan dilakukannya pemeriksaan atas entitas yang bersangkutan), dan auditabilitas (tingkat kemudahan pemeriksaan yang ditentukan oleh kemampuan pemeriksa dan ketersediaan data). 29 Kriteria yang digunakan merupakan tolok ukur untuk menilai kondisi/asersi/obyek yang diperiksa. Kriteria dapat berbentuk formal seperti kebijakan akuntansi, standar akuntansi, peraturan perundang-undangan, kebijakan tertulis, atau berbentuk informal seperti benchmark (standar terbaik dari entitas lain yang sejenis), kesepakatan antara entitas dengan pemeriksa (dalam hal indikator kinerja belum tersedia), atau logika yang dapat diterima umum. 30 Alasan pemeriksaan memuat kondisi atau permasalahan yang telah diidentifikasi dalam tahap pemahaman entitas yang melatarbelakangi pemeriksaan. Alasan ini menjadi prioritas untuk dibuktikan secara lebih rinci lagi dengan menggunakan prosedur pemeriksaan dalam pelaksanaan pemeriksaan. 31 Metodologi pemeriksaan meliputi pendekatan yang digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Pendekatan metodologi pada perencanaan minimal meliputi materialitas dan metode uji petik, pendekatan metodologi pada pelaksanaan meliputi metode pengumpulan bukti dan pengujian substantif, sedangkan pendekatan metodologi pada pelaporan meliputi teknik dan mekanisme pelaporan. 32 Petunjuk pemeriksaan meliputi petunjuk umum dan langkahlangkah pemeriksaan. Petunjuk umum memberikan panduan kepada tim pemeriksa mengenai jenis, tujuan, lingkup, dan sasaran pemeriksaan. Langkah pemeriksaan merupakan serangkaian prosedur pemeriksaan yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa atas sasaran dan lingkup pemeriksaan tertentu untuk menjawab tujuan pemeriksaan yang lebih rinci. Untuk kemudahan pengendalian, setiap langkah pemeriksaan harus jelas siapa pemeriksa yang bertanggung jawab berdasarkan pembagian tugas yang ditetapkan ketua tim. Di samping itu, juga harus ditetapkan kode indeks kertas kerja pada setiap langkah pemeriksaan yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh dari pelaksanaan langkah pemeriksaan tersebut. Sasaran pemeriksaan Kriteria yang digunakan Alasan pemeriksaan Metodologi pemeriksaan Petunjuk pemeriksaan 22

34 Perencanaan Pemeriksaan 33 Jangka waktu pemeriksaan merupakan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pemeriksaan oleh tim pemeriksa, yang dirinci untuk setiap pemeriksa yang terlibat mulai dari penanggung jawab sampai dengan anggota tim untuk setiap kegiatan utama pemeriksaan. 34 Susunan tim dan biaya pemeriksaan merupakan suatu informasi yang menerangkan urutan komposisi tim pemeriksa mulai dari penanggung jawab sampai pada anggota tim dalam suatu pemeriksaan dilengkapi dengan jumlah biaya pemeriksaan yang dirinci ke dalam biaya transportasi, biaya akomodasi, dan biaya lain-lain yang relevan dengan tugas pemeriksaan. Untuk kepentingan pengendalian anggaran, maka program pemeriksaan juga memuat informasi mengenai anggaran biaya yang diajukan untuk mendukung pemeriksaan dimaksud sebagaimana dimuat dalam RKP berikut revisinya. 35 Kerangka LHP memuat pokok-pokok materi, waktu penyampaian, dan distribusi LHP. 36 Tortama atau Kalan menetapkan waktu penyampaian dan distribusi LHP. 37 Persetujuan atas P2 dinyatakan dengan tanda tangan beserta tanggal persetujuan setelah terlebih dahulu mereviu konsep P2. Bentuk dan isi P2 dapat dilihat pada Lampiran 3.2. Jangka waktu Pemeriksaan Susunan tim dan biaya pemeriksaan Kerangka LHP Waktu dan distribusi LHP Persetujuan P2 d. Persetujuan P2 AKN 38 Tim persiapan menyampaikan konsep P2 AKN kepada Tortama melalui Kepala Auditorat (Kaaud). Apabila diperlukan pemeriksaan pendahuluan, maka penyampaian konsep P2 AKN paling lambat lima hari kerja setelah pemeriksaan pendahuluan tersebut berakhir. 39 Kaaud mengevaluasi kesesuaian P2 dengan RKP termasuk alokasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan biaya pemeriksaan serta mengevaluasi materi konsep P2 AKN yang meliputi, antara lain, tujuan, sasaran, metodologi pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, waktu penyampaian, dan distribusi LHP. 40 Tortama menyetujui konsep P2 AKN paling lambat tiga hari kerja setelah penyampaian konsep P2 AKN dari tim persiapan dan menyampaikan P2 AKN kepada Kaaud dan Kalan dengan tembusan kepada Anggota terkait. Penyampaian konsep P2 AKN Evaluasi konsep P2 Lama persetujuan 23

35 Perencanaan Pemeriksaan e. Penyusunan dan Persetujuan P2 Perwakilan 41 Berdasarkan P2 AKN, perwakilan segera menyusun P2 (kemudian disebut P2 perwakilan). Kalan membentuk tim persiapan pemeriksaan di tingkat perwakilan untuk menyusun P2 perwakilan sesuai SP3. P2 perwakilan merupakan P2 yang disusun dengan mengacu pada P2 AKN. P2 perwakilan memuat informasi yang lebih rinci sesuai dengan entitas pemeriksaan di wilayahnya dan berdasarkan RKP perwakilan. Konsep P2 perwakilan disampaikan kepada Kalan melalui Kepala Sub Auditorat (Kasubaud). Kalan menyetujui P2 perwakilan paling lambat satu hari kerja setelah diterimanya konsep P2 perwakilan. 42 Apabila diperlukan, tim persiapan pemeriksaan di perwakilan dapat melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk pengumpulan data dan informasi secara langsung dari entitas yang diperiksa. Dalam hal ini, penyampaian konsep P2 perwakilan paling lambat lima hari kerja setelah pemeriksaan pendahuluan berakhir. 43 Penyusunan P2 perwakilan dianggap tidak perlu, apabila informasi pada P2 AKN sudah memadai dan mencukupi untuk dijadikan pedoman pemeriksaan pada perwakilan tersebut. 44 f. Penentuan Tim Pemeriksa Tim pemeriksa harus memiliki kompetensi kolektif terkait dengan entitas yang diperiksa sehingga dalam penetapan personil yang akan ditugaskan harus ditentukan dengan pertimbangan latar belakang pendidikan dan pengalaman, independensi, tujuan, lingkup dan jenis pemeriksaan, harapan penugasan atau harapan hasil pemeriksaan, dan hasil evaluasi kinerja pemeriksa dalam penugasan sebelumnya. 45 Subaud MIA/Subagset Kalan pada tiap unit organisasi pemeriksa menyelenggarakan administrasi data profil pemeriksa yang berkenaan dengan independensi, persyaratan kompetensi, dan data lainnya yang dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan pejabat struktural dalam mengusulkan secara berjenjang personil yang akan ditugaskan dalam pemeriksaan. Usul komposisi tim pemeriksa dituangkan dalam bentuk konsep surat tugas. Pemeriksa yang terlibat dalam tim persiapan mendapat prioritas untuk ditugaskan dalam pemeriksaan dimaksud. 46 Dalam hal penggunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK, maka proses penetapan tim pemeriksa diatur dalam ketentuan mengenai penggunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK. Penyusunan dan persetujuan P2 perwakilan Pembentukan tim pemeriksaan pendahuluan Perlu tidaknya P2 perwakilan Penentuan tim pemeriksa Tugas Subaud MIA/ Subagset Kalan terkait data profil pemeriksa Penggunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK 24

36 Perencanaan Pemeriksaan g. Persetujuan Penugasan 47 Proses persetujuan penugasan dilakukan secara berjenjang oleh pejabat struktural hingga tingkat Badan. Pemegang kuasa untuk menyetujui penugasan pemeriksaan adalah Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK. Kuasa tersebut dapat didelegasikan dan diberikan kepada Kalan untuk penugasan pemeriksaan di perwakilan. Pendelegasian dan pemberian kuasa tersebut dilakukan oleh Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota BPK secara tertulis. Badan atau pejabat yang memberikan persetujuan penugasan kemudian disebut pemberi tugas. Persetujuan penugasan tersebut dilakukan dengan menandatangani surat tugas setelah mempertimbangkan P2. 48 P2 dan surat tugas yang telah disetujui merupakan suatu paket program pemeriksaan. Surat tugas yang disetujui memuat nomor, tanggal, bulan, tahun surat tugas, dan cap (stempel) BPK, nama pemeriksa dan jabatan/peran dalam pemeriksaan, uraian penugasan sesuai dengan P2 jangka waktu pemeriksaan lapangan, dan tembusan surat tugas. Surat tugas ditembuskan kepada pimpinan pihak ekstern dan intern BPK yang terkait sesuai dengan kebutuhan. Bentuk surat tugas pemeriksaan seperti dimuat dalam Lampiran Penugasan dapat dibatalkan oleh pemberi tugas berdasarkan pertimbangan independensi, perubahan kebijakan Badan, atau keadaan kahar (force majeur) dan pertimbangan lain yang membuat pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan secara memadai. 50 Persetujuan penugasan oleh pemberi tugas paling lambat lima hari kerja setelah P2 disetujui dan/atau konsep surat dari Tortama diterima. 51 Pemeriksa yang telah tercantum dalam surat tugas yang telah disetujui pemberi tugas tidak dapat melepaskan diri dari penugasan pemeriksaan tersebut. Pemeriksa hanya dapat melepaskan diri dari penugasan disebabkan oleh: 1) Meninggal dunia; 2) Berhenti sebagai pegawai negeri sipil BPK; 3) Sakit yang berdasarkan keterangan dokter, pemeriksa tersebut tidak dapat menjalankan tugas pemeriksaan; 4) Terganggunya independensi pemeriksa terhadap entitas yang diperiksa sehingga pemeriksa tidak dapat menjalankan tugas pemeriksaan secara obyektif. Apabila ada gangguan independensi, pemeriksa menyampaikan alasan secara tertulis kepada atasan langsung. Berdasarkan pertimbangan dari Persetujuan penugasan Paket program pemeriksaan Pembatalan penugasan Lama persetujuan Pelepasan penugasan 25

37 Perencanaan Pemeriksaan atasan langsungnya yang disampaikan melalui pimpinan/ pejabat di atasnya, pemberi tugas dapat membatalkan penugasan kepada pemeriksa tersebut. Keputusan pembatalan penugasan disampaikan kepada yang bersangkutan dan Kasubaud MIA atau Kasubagset Kalan. Apabila terdapat konsekuensi keuangan atas pembatalan tersebut, pemeriksa mempertanggungjawabkannya kepada Biro Keuangan atau Subag Keuangan. 3. Penyusunan Program Kerja Perorangan 52 Berdasarkan paket program pemeriksaan yang telah disetujui, ketua tim melakukan pembagian tugas kepada masing-masing anggota tim atas langkah pemeriksaan yang terdapat dalam P2. Para anggota tim pemeriksa kemudian menyusun konsep Program Kerja Perorangan (PKP) yang merupakan penjabaran dari P2 dan mengajukannya kepada ketua tim untuk direviu. Setelah memperhatikan pertimbangan pengendali teknis, ketua tim pemeriksa menyetujui konsep PKP. Persetujuan PKP oleh ketua tim paling lambat dua hari kerja setelah paket program pemeriksaan disetujui. Bentuk dan isi PKP dimuat pada Lampiran 3.4. Penyusunan PKP 4. Pemberitahuan Pemeriksaan 53 Berdasarkan paket program pemeriksaan yang telah disetujui, ketua tim menyusun jadwal pemeriksaan yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk melakukan pemeriksaan pada entitas yang bersangkutan. Apabila perlu, ketua tim menyusun permintaan data/informasi awal terkait pemeriksaan. Surat tugas, jadwal pemeriksaan dan permintaan data/informasi awal disampaikan kepada pimpinan entitas yang diperiksa. Pemberitahuan pemeriksaan disampaikan paling lambat tiga hari kerja sebelum tim melaksanakan pemeriksaan lapangan. Bentuk dan isi surat pemberitahuan pemeriksaan dan permintaan data/informasi awal dimuat pada Lampiran 3.5. Pemberitahuan kepada pimpinan entitas yang diperiksa 5. Pengurusan Administratif Pemeriksaan 54 Pelaksanaan teknis pemeriksaan tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan penyelenggaraan administratif pemeriksaan. Penyelenggaran administratif pemeriksaan ini, antara lain, meliputi: Pengurusan administratif pemeriksaan 55 a. Penerbitan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) Berdasarkan tembusan surat tugas dan jadwal pemeriksaan, Subaud MIA atau Subagset Kalan menyiapkan konsep Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) untuk masing-masing pemeriksa yang berisi, antara lain, nomor dan tanggal surat tugas Penerbitan SPPD 26

38 Perencanaan Pemeriksaan dan tanggal keberangkatan tim pemeriksa yang bersangkutan. SPPD ditandatangani oleh Tortama atau Kalan, dan pejabat lainnya paling lambat dua hari kerja setelah paket program pemeriksaan disetujui. Bentuk dan isi SPPD dimuat pada Lampiran b. Pengurusan keuangan, akomodasi, dan transportasi Berdasarkan tembusan surat tugas dan SPPD, Subaud MIA atau Subagset Kalan mengurus pencairan biaya pemeriksaan dan mendistribusikan ke masing-masing pemeriksa. Untuk kemudahan pelaksanaan tugas, Subaud MIA atau Subagset Kalan merancang terlebih dahulu akomodasi dan transportasi yang dibutuhkan selama pemeriksaan. Dalam hal akomodasi dan transportasi tidak memungkinkan untuk dibantu pengurusannya oleh Subaud MIA atau Subagset Kalan maka tim pemeriksa dapat merancang sendiri teknis perjalanan dan akomodasi sesuai kondisi di lapangan. Apabila tim pemeriksa merancang sendiri teknis perjalanan dan akomodasi, dua hari kerja setelah tim pemeriksa berada di lapangan, ketua tim pemeriksa menyampaikan kepada Kasubaud MIA atau Kasubagset Kalan mengenai tempat penginapan, termasuk informasi tarifnya. Pengurusan keuangan, akomodasi dan transportasi D. Perencanaan Pemeriksaan On Call 57 Perencanaan pemeriksaan on call pada AKN sama dengan mekanisme perencanaan pemeriksaan yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi jangka waktu dari masing-masing tahap disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. 58 Untuk perencanaan pemeriksaan on call pada perwakilan, penyusunan P2 disusun oleh perwakilan terkait. P2 yang telah disetujui Kalan disampaikan kepada Anggota terkait dengan tembusan kepada Tortama terkait. Perencanaan pemeriksaan on call AKN Perencanaan pemeriksaan on call Perwakilan E. Jadwal Perencanaan Pemeriksaan 59 Jadwal perencanaan pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut: Jadwal 27

39 Perencanaan Pemeriksaan Tabel 3.1 JADWAL PERENCANAAN PEMERIKSAAN NO KEGIATAN WAKTU 1. Pembentukan tim persiapan pemeriksaan AKN 2. Penyusunan konsep P2 AKN Segera setelah penetapan RKP - Segera setelah berakhirnya SP3 - Lima hari kerja setelah pemeriksaan pendahuluan (jika ada) 3. Persetujuan P2 AKN Tiga hari kerja setelah penyampaian P2 dari tim persiapan 4. Persetujuan penugasan Lima hari kerja setelah P2 disetujui 5. Penyusunan dan persetujuan P2 perwakilan Segera setelah berakhirnya SP3 di perwakilan Lima hari setelah pemeriksaan pendahuluan Penyetujuan satu hari kerja setelah konsep P2 perwakilan diterima 6. Penyusunan PKP Dua hari kerja setelah paket program pemeriksaan disetujui (P2 dan surat tugas) UNIT/ PERSONIL PELAKSANA AKN Tim persiapan pemeriksaan Tortama Badan Tim persiapan Tim persiapan Kalan Ketua tim KETERANGAN Tim terdiri dari pejabat struktural dan pemeriksa yang kompeten Disampaikan oleh tim persiapan kepada Tortama Berdasarkan konsep P2 dari tim persiapan Disampaikan oleh pejabat struktural ke Badan Berdasarkan P2 AKN di susun P2 perwakilan Anggota tim mengajukan kepada ketua tim 7. Pemberitahuan pemeriksaan kepada pimpinan entitas yang diperiksa Tiga hari kerja sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapangan Ketua tim Disampaikan oleh ketua tim kepada pimpinan entitas yang diperiksa 8. Pengurusan administrasi pemeriksaan (penerbitan SPPD) Dua hari kerja setelah paket program pemeriksaan disetujui Subaud MIA/ Subagset Kalan 28

40 Perencanaan Pemeriksaan F. Bagan Alur Kegiatan Perencanaan Pemeriksaan 60 Bagan alur kegiatan perencanaan pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut. Bagan alur kegiatan perencanaan pemeriksaan 29

41

42 Pelaksanaan Pemeriksaan BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN A. Lingkup 01 Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi atas rencana pemeriksaan. Pemeriksaan dilaksanakan setelah adanya surat tugas pemeriksaan dan berakhir dengan adanya penyampaian Temuan Pemeriksaan (TP) kepada entitas yang diperiksa. TP bukan laporan hasil pemeriksaan, tetapi merupakan temuan atau indikasi permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan dan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara tim pemeriksa dengan pejabat entitas yang diperiksa sebelum penyusunan laporan hasil pemeriksaan. 02 Pelaksanaan pemeriksaan dibagi ke dalam dua kegiatan, yaitu pekerjaan pemeriksaan dan pengakhiran pemeriksaan. Kegiatan pekerjaan pemeriksaan adalah kegiatan yang dilaksanakan ketika tim pemeriksa berada di lapangan. Kegiatan pekerjaan pemeriksaan dimulai dari komunikasi awal dan diakhiri dengan komunikasi akhir dengan pejabat entitas yang diperiksa, sedangkan kegiatan pengakhiran pemeriksaan adalah kegiatan setelah tim kembali dari lapangan. Kegiatan pengakhiran pemeriksaan antara lain, melaporkan hasil pemeriksaan di lapangan dan mempertanggungjawabkan administrasi pemeriksaan. Lingkup pelaksanaan pemeriksaan Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pemeriksaan 03 Pelaksanaan pemeriksaan melibatkan tim pemeriksa, yang terdiri dari penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim; apabila diperlukan tim pemeriksa dapat ditambahkan wakil penanggung jawab dan ketua subtim. 04 Penanggung jawab memiliki peran, antara lain, menjamin kelancaran pelaksanaan pemeriksaan. Apabila terdapat wakil penanggung jawab dalam tim pemeriksaan, maka penanggung jawab membagi tugas dan peran dengan wakil penanggung jawab. 05 Pengendali teknis memiliki peran, antara lain: 1. Menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup pemeriksaan; 2. Menjamin terpenuhinya pelaksanaan P2 yang tertuang dalam KKP; 3. Menjamin kebenaran pembahasaan dalam TP. Pihak-pihak terkait Peran penanggung jawab Peran pengendali teknis 31

43 Pelaksanaan Pemeriksaan Ketua tim memiliki peran, antara lain: 1. Menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab, dan akibat sesuai dengan SPKN; 2. Menjamin kelengkapan dan kecukupan bukti pendukung; 3. Menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam TP. Apabila terdapat ketua subtim dalam tim pemeriksaan, maka peran ketua subtim sama dengan ketua tim, tetapi terbatas pada subtim yang dibawahkan. 08 Anggota tim memiliki peran, antara lain: 1. Melaksanakan P2; 2. Menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam KKP. Peran ketua tim Peran ketua sub tim Peran anggota tim C. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan 09 Pelaksanaan pemeriksaan atas kegiatan pekerjaan pemeriksaan dan pengakhiran pemeriksaan meliputi enam tahap: 1. Komunikasi awal; 2. Pelaksanaan P2; 3. Penyusunan KKP; 4. Penyusunan TP; 5. Komunikasi Akhir (Penyampaian TP); dan 6. Pengakhiran pemeriksaan. Tahap pelaksanaan pemeriksaan 10 Gambar 4.1 berikut menunjukkan tahap-tahap pelaksanaan pemeriksaan. Gambar tahap pelaksanaan pemeriksaan 32

44 Pelaksanaan Pemeriksaan 1. Komunikasi Awal 10 Komunikasi awal dengan pimpinan entitas yang diperiksa bertujuan untuk menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan yang meliputi tujuan, lingkup, jadwal waktu, dan kebutuhan dokumen yang diperiksa, serta menjelaskan komposisi tim pemeriksa yang tercantum dalam surat tugas. Komunikasi tersebut dilaksanakan dalam bentuk pertemuan awal dengan pimpinan entitas yang diperiksa. 11 Pada saat pertemuan awal tim pemeriksa membuat notulen yang berisi informasi tentang pertemuan awal termasuk pernyataan lisan dari pihak entitas untuk menolak pemeriksaan yang akan dilakukan oleh tim pemeriksa. Notulen pertemuan awal tersebut ditandatangani oleh ketua tim. Komunikasi awal dengan pimpinan entitas Notulen pertemuan awal 2. Pelaksanaan P2 12 Pelaksanaan P2 dilakukan oleh tim pemeriksa sesuai pembagian tugas dan PKP. Pelaksanaan P2 ditujukan untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan kompeten. Bukti pemeriksaan merupakan dokumen pendukung yang dimuat dalam KKP. Selama pemeriksaan, ketua tim mengawasi dan menilai pelaksanaan P2 yang dilakukan oleh anggota tim apakah telah sesuai dengan langkahlangkah yang dimuat dalam PKP dan telah didokumentasikan dalam KKP. Pengendali teknis bertanggungjawab atas kesesuaian antara seluruh pelaksanaan P2 dengan KKP tim pemeriksa. 13 Dalam hal beberapa langkah pada P2 tidak dapat dilaksanakan, ketua tim dapat mengusulkan perubahan P2 kepada penanggung jawab melalui pengendali teknis. Perubahan P2 dapat disetujui setelah selesainya pemeriksaan di lapangan. Apabila persetujuan P2 dari penanggung jawab belum diperoleh, ketua tim dapat melaksanakan langkah pemeriksaan sesuai dengan usulan perubahan P2, tetapi dengan sepengetahuan pengendali teknis dan penanggung jawab. Perubahan P2 beserta alasannya harus didokumentasikan dalam KKP. 14 Apabila terdapat P2 yang tidak dapat dilaksanakan karena pimpinan entitas menolak untuk diperiksa, maka tim pemeriksa membuat Berita Acara (BA) Penolakan Pemeriksaan atau Penolakan Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan yang ditandatangani oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan penanggung jawab pemeriksaan. Bentuk dan isi BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan termuat dalam Lampiran Apabila pimpinan entitas yang diperiksa tidak bersedia menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan, maka penanggung jawab Pelaksanaan P2 Perubahan P2 BA Penolakan Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan 33

45 Pelaksanaan Pemeriksaan menyampaikan Surat Pernyataan Penolakan menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/ Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan kepada pimpinan entitas dimaksud untuk ditandatangani. Bentuk dan isi Surat Pernyataan Penolakan menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan termuat dalam Lampiran Apabila pimpinan entitas yang diperiksa tidak bersedia menandatangani Surat Pernyataan Penolakan menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan, maka penanggung jawab menyatakan penolakan tersebut dalam notulen pertemuan awal. 17 Penanggung jawab kemudian melaporkan adanya penolakan dari entitas yang diperiksa kepada pemberi tugas dengan melampirkan bukti BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan atau Surat Pernyataan Penolakan menandatangani BA Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan atau notulen pertemuan awal. Pemberi tugas kemudian meminta pertimbangan Ditama Binbangkum dan pejabat struktural terkait untuk diproses lebih lanjut sesuai peraturan perundang-undangan. Pejabat yang diberikan atau didelegasikan kuasa oleh pemberi tugas dapat melibatkan Kepala Sub-Bagian (Kasubag) Hukum dan Humas sebelum meminta pertimbangan kepada Ditama Binbangkum. 18 Apabila terdapat kebutuhan untuk memperpanjang waktu pemeriksaan dan/atau menambah pemeriksa, penanggung jawab pemeriksaan mengajukan usul perpanjangan waktu dan/ atau penambahan pemeriksa kepada pemberi tugas atau pejabat yang diberikan atau didelegasikan kuasa oleh pemberi tugas. Pengajuan usulan perpanjangan waktu pemeriksaan dan pemeriksa dilakukan paling lambat lima hari kerja sebelum batas waktu pemeriksaan lapangan berakhir. 19 Perpanjangan waktu atau penambahan pemeriksa tidak dapat diberikan karena ketidakcermatan dalam tahapan pemahaman penugasan, pemahaman entitas, atau penyusunan P2. Perpanjangan waktu dan/ atau penambahan pemeriksa dapat diberikan dalam hal terdapat prosedur yang tidak dapat dilaksanakan atau diperlukan prosedur tambahan karena entitas tidak kooperatif atau terdapat temuan/identifikasi tindak pidana korupsi yang perlu ditelusuri lebih lanjut, atau satu atau lebih pemeriksa tidak dapat melaksanakan pemeriksaan. Pernyataan Penolakan dalam notulen entry meeting Proses hukum penolakan pemeriksaan Penambahan hari pemeriksaan Alasan perpanjangan waktu 34

46 Pelaksanaan Pemeriksaan 20 Persetujuan akhir perpanjangan waktu dan/atau penambahan pemeriksa merupakan kewenangan pemberi tugas atau pejabat yang diberikan dan didelegasikan kuasa oleh pemberi tugas. Segala konsekuensi penambahan biaya pemeriksaan yang terjadi karena penambahan hari pemeriksaan atau penambahan jumlah pemeriksa menjadi tanggung jawab pemberi tugas atau pejabat yang diberikan atau didelegasikan kuasa oleh pemberi tugas. Pejabat yang diberikan atau didelegasikan kuasa oleh pemberi tugas melaporkan adanya perpanjangan hari dan penambahan pemeriksa kepada pemberi tugas dengan tembusan kepada AKN terkait. Wewenang perpanjangan waktu pemeriksaan 3. Penyusunan KKP 21 KKP adalah catatan yang diselenggarakan oleh pemeriksa tentang prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat sehubungan dengan penugasan pemeriksaan. KKP berfungsi untuk membuktikan bahwa pemeriksa telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan dan untuk membantu pelaksanaan reviu oleh pengendali teknis dan/atau penanggung jawab pemeriksaan. 22 KKP disusun oleh anggota tim dan direviu oleh ketua tim dan/atau ketua subtim pada saat pelaksanaan pemeriksaan. Ketua tim dan/atau ketua subtim membubuhkan tanda tickmark ( ), paraf, dan tanggal serta pengarahan atau catatan tertulis dalam melaksanakan reviu atas KKP anggota tim. 23 Pengendali teknis mereviu KKP tim pemeriksa secara menyeluruh, membuat checklist atas seluruh pelaksanaan langkah-langkah P2 dan membubuhkan tanda tickmark ( ), paraf, dan tanggal serta pengarahan atau catatan tertulis atas pekerjaan pemeriksaan/kkp ketua tim. Pekerjaan pemeriksaan/kkp ketua subtim dapat direviu oleh ketua tim. Prosedur reviu KKP diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis tentang (quality assurance system) sistem pengendalian mutu 24 Dalam menentukan jangka waktu pemeriksaan pada tahap perencanaan pemeriksaan harus pula diperhitungkan kebutuhan waktu untuk menyusun dan mereviu KKP. KKP disusun berdasarkan langkah pemeriksaan yang direncanakan dalam P2 dengan mencantumkan referensi silang pada bagian yang saling berhubungan untuk kemudahan proses reviu oleh pengendali teknis atau pemahaman entitas oleh pemeriksa yang akan datang. Tata cara penyusunan dan indeksasi KKP mengacu pada petunjuk pelaksanaan tentang KKP. Kertas kerja pemeriksaan (KKP) Reviu KKP oleh ketua tim atau ketua sub tim Reviu KKP oleh pengendali teknis Indeksasi KKP 35

47 Pelaksanaan Pemeriksaan 4. Penyusunan TP 25 Temuan Pemeriksaan (TP) merupakan temuan atau indikasi permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan. Pada dasarnya, TP terkait dengan: Penyusunan TP 1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, penyimpangan, dan ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan; 2) Kelemahan sistem pengendalian intern yang material untuk dilaporkan; 3) Kegagalan suatu program yang diperiksa; dan 4) Ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang ditetapkan. 26 TP memiliki arti penting untuk disampaikan kepada entitas yang diperiksa dengan didukung oleh fakta dan informasi yang akurat, berhubungan dengan permasalahan yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan, dan mempunyai nilai yang cukup material. Berdasarkan TP tersebut, pimpinan entitas yang diperiksa akan memberikan tanggapan. TP disampaikan kepada pimpinan entitas yang diperiksa dan belum menjadi dokumen publik karena TP merupakan bagian dari kertas kerja pemeriksaan dan bukan merupakan laporan hasil pemeriksaan. 27 Prosedur Penyusunan TP dilakukan sebagai berikut: 1. Konsep TP disusun oleh anggota tim atau ketua tim pada saat pemeriksaan berlangsung. Konsep TP yang disusun oleh anggota tim harus direviu oleh ketua tim. Konsep TP diketik dengan rapi dan jelas serta diberi tanda bayang (watermark) KONSEP 2. Konsep TP yang telah direviu, kemudian diberikan oleh ketua tim kepada pimpinan entitas yang diperiksa untuk dimintakan tanggapan. Apabila pimpinan entitas berhalangan, pemberian tanggapan dapat dikuasakan kepada bawahannya melalui surat pelimpahan wewenang untuk menanggapi konsep TP yang diberikan. 3. Tim pemeriksa dapat menyelenggarakan diskusi dengan pimpinan entitas yang diperiksa setelah pemberian TP untuk ditanggapi. Diskusi dilaksanakan untuk klarifikasi atas permasalahan yang diungkap dalam konsep TP. Entitas yang diperiksa dapat menyampaikan data/informasi terkait dengan permasalahan yang diungkap dalam TP. Apabila data/informasi yang disampaikan oleh entitas membuktikan analisis dalam TP salah dan diakui oleh Arti penting TP Prosedur penyusunan TP Penyampaian TP untuk ditanggapi Forum diskusi untuk menanggapi TP 36

48 Pelaksanaan Pemeriksaan tim pemeriksa, maka konsep TP dinyatakan batal. Apabila data/informasi yang disampaikan oleh entitas yang diperiksa tidak dapat membuktikan kesalahan penganalisisan dalam konsep TP (tidak berdasar sama sekali), maka konsep TP dinyatakan menjadi TP final. Komentar entitas dan pembahasan yang terjadi selama diskusi didokumentasikan dalam risalah diskusi TP. Risalah diskusi ini sekaligus sebagai Notulen pertemuan akhir apabila tidak ada diskusi lebih lanjut. 4. Konsep TP yang dianggap tidak layak oleh ketua tim dan dinyatakan batal berdasarkan diskusi pembahasan dengan entitas yang diperiksa tetap didokumentasikan dalam KKP. Konsep TP tersebut dibuatkan daftarnya dan disampaikan oleh ketua tim kepada pengendali teknis untuk direviu dan sebagai bahan pembahasan konsep LHP. 5. TP final yang telah memperoleh komentar/tanggapan dari pimpinan entitas oleh ketua tim pemeriksa dihimpun menjadi himpunan TP. 28 TP memuat unsur sebagai berikut. 1. Judul, berisi satu frase yang terdiri dari dua atau lebih kata, tetapi bukan kalimat, singkat, dan jelas yang menggambarkan suatu kondisi atau kombinasi kondisi dengan akibat yang signifikan. 2. Kondisi, berisi data/informasi/bukti atas suatu keadaan yang disajikan secara obyektif dan relevan berdasarkan fakta yang ditemukan pemeriksa di lapangan. 3. Kriteria, berisi data/informasi yang menggambarkan keadaan yang diharapkan/seharusnya terjadi. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit, dan lengkap. 4. Akibat, menjelaskan secara logis pengaruh dari perbedaan antara kondisi (apa yang ditemukan pemeriksa) dengan kriteria (apa yang seharusnya terjadi). Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas dan terinci. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan. 5. Sebab, memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber perbedaaan antara kondisi dan kriteria. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat memberikan argumen yang meyakinkan dan logis bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah sebab yang diungkapkan dapat TP tidak layak Himpunan TP Unsur TP 37

49 Pelaksanaan Pemeriksaan menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak diharuskan untuk mengungkapkan unsur penyebab tersebut. 6. Komentar Instansi, merupakan tanggapan oleh entitas yang diperiksa terhadap indikasi temuan. Komentar instansi tidak harus diperoleh dalam suatu pelaksanaan pemeriksaan. 30 TP memiliki standar penulisan dan sampul yang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan dan diatur secara khusus dalam petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait. Sampul TP memuat lambang dan identitas BPK, nama TP, jenis dan lingkup pemeriksaan nomor dan tanggal TP, unit kerja pemeriksa, dan sampul berwarna jingga (orange). 5. Komunikasi Akhir ( Penyampaian TP ) 31 Apabila masih terdapat hal yang belum selesai didiskusikan atau masih terdapat permasalahan yang belum jelas, maka tim pemeriksa dapat melakukan pembahasan akhir. Hasil pembahasan akhir didokumentasikan dalam notulen pembahasan akhir yang ditandatangani oleh ketua tim. Pembahasan akhir dilaksanakan paling lambat tiga hari kerja sebelum penyerahan TP kepada pimpinan entitas yang diperiksa. 32 Ketua tim menyampaikan TP kepada pimpinan entitas setelah Surat Penyampaian TP ditandatangani oleh ketua tim dan pimpinan entitas. Bentuk Surat Penyampaian TP dapat dilihat pada Lampiran Apabila tim pemeriksa menemukan indikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan, ketua tim segera melaporkannya kepada pengendali teknis. Indikasi TPK tersebut dilaporkan oleh pengendali teknis kepada penanggung jawab untuk dilaporkan kepada Anggota terkait melalui Tortama dengan meminta pertimbangan Ditama Binbangkum dan pejabat struktural terkait dengan kelayakan untuk diproses hukum lebih lanjut. Tata cara penyampaian indikasi TPK mengacu pada kesepakatan bersama BPK dan Kejaksaan Agung RI serta kesepakatan bersama antara BPK dan KPK. 6. Pengakhiran Pemeriksaan 34 Pengakhiran pemeriksaan meliputi kegiatan dalam rangka mengakhiri tahapan pelaksanaan pemeriksaan sebagai bentuk pertanggungjawaban tim pemeriksa baik secara teknis maupun Standar penulisan dan sampul TP Pembahasan akhir dan notulen exit meeting Penyampaian TP Unsur TPK Kegiatan pengakhiran pemeriksaan 38

50 Pelaksanaan Pemeriksaan administratif. Tahapan pelaksanaan pemeriksaan mulai beralih kepada tahap pelaporan, apabila tim pemeriksa telah menyampaikan laporan akhir pelaksanaan pemeriksaan lapangan. 35 Laporan akhir pemeriksaan lapangan berisi informasi mengenai waktu keberangkatan, waktu kembali, akomodasi selama melaksanakan pemeriksaan, dan kendala yang dihadapi selama melaksanakan pekerjaan pemeriksaan. 36 Laporan akhir pemeriksaan lapangan disampaikan oleh ketua tim kepada penanggung jawab melalui pengendali teknis paling lambat dua hari kerja setelah pemeriksaan lapangan berakhir. Laporan akhir pemeriksaan lapangan ini dilampiri dengan TP, nota penyampaian TP, penilaian kinerja tim, dan pertanggungjawaban keuangan. 37 Berdasarkan hasil reviu KKP dan pengamatan terhadap personil tim, ketua tim membuat penilaian kinerja untuk masing-masing anggota tim. Aspek yang dinilai meliputi prestasi kerja, sikap, dan perilaku anggota tim selama melakukan pemeriksaan. Lembar penilaian kinerja bersifat rahasia dan dijadikan dasar bagi penentuan tim dalam penugasan pemeriksaan berikutnya. Lembar penilaian kinerja selain disampaikan kepada penanggung jawab juga disampaikan (sebagai tembusan) kepada pejabat struktural yang membidangi entitas yang diperiksa, atasan langsung anggota tim, dan pengendali teknis. Penilaian kinerja tim mengacu pada petunjuk pelaksanaan mengenai sistem pengendalian mutu (quality assurance system). 38 Tim pemeriksa menyampaikan pertanggungjawaban biaya kepada Biro Keuangan atau Kasubag Keuangan paling lambat tiga hari kerja setelah pemeriksaan lapangan berakhir. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri dengan bukti pengeluaran untuk butir biaya yang harus dipertanggungjawabkan (komponen at cost) dan SPPD yang telah dibubuhi cap dan tandatangan entitas yang diperiksa. 39 Laporan akhir pemeriksaan beserta lampirannya tersebut disimpan dalam KKP. Laporan pelaksanaan pemeriksaan Lampiran laporan pemeriksaan Lembar penilaian kinerja anggota tim Pertanggungjawaban biaya Penyimpanan laporan akhir D. Jadwal Pelaksanaan Pemeriksaan 40 Jadwal pelaksanaan pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut. Jadwal 39

51 Pelaksanaan Pemeriksaan Tabel 4.1 JADWAL PELAKSANAAN PEMERIKSAAN NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN 1. Komunikasi awal dengan pimpinan entitas Awal kedatangan tim di lokasi pemeriksaan lapangan Tim pemeriksa dengan pimpinan entitas yang diperiksa Pertemuan didokumentasikan ke dalam notulen pertemuan awal 2. Usul Perubahan P2 Lima hari kerja sebelum pemeriksaan lapangan berakhir Ketua tim Disampaikan kepada penanggung jawab melalui pengendali teknis 3. Penyusunan KKP Selama pemeriksaan lapangan 4. Penyusunan TP Akhir pemeriksaan lapangan Tim pemeriksa - Tim pemeriksa Termasuk proses meminta tanggapan kepada pimpinan entitas yang diperiksa atas TP 5. Komunikasi akhir Tiga hari kerja sebelum penyerahan TP 6. Penyampaian TP Akhir pemeriksaan lapangan Tim pemeriksa dengan pimpinan entitas Tim pemeriksa Didokumentasikan dalam notulen pembahasan akhir Satu set TP diserahkan kepada Pimpinan Entitas 7. Pengakhiran pemeriksaan Dua hari setelah pemeriksaan berakhir Tim pemeriksa Disertai lampiran, yaitu TP, penilaian kinerja pemeriksa tim, dan pertanggungjawaban keuangan E. Bagan Alur Kegiatan Pelaksanaan Pemeriksaan 41 Bagan alur kegiatan pelaksanaan pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut. Bagan alur kegiatan pelaksanaan pemeriksaan 40

52 Pelaksanaan Pemeriksaan 41

53 Pelaksanaan Pemeriksaan 42

54 Pelaporan Pemeriksaan BAB V PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN A. Lingkup 01 Pelaporan pemeriksaan merupakan tahap setelah tim pemeriksa menyelesaikan pemeriksaan di lapangan. Tahap pelaporan dimulai setelah adanya TP sebagai kumpulan indikasi permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan di lapangan dan diakhiri setelah penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada lembaga perwakilan dan pemilik kepentingan lain. 02 Pada tahap pelaporan, TP beserta dokumentasi pemeriksaan lainnya diolah menjadi LHP melalui proses pembahasan untuk menghasilkan laporan yang sesuai dengan SPKN dan bermanfaat bagi pihak yang memiliki kepentingan terhadap LHP. Lingkup pelaporan Penyusunan LHP B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaporan Pemeriksaan 03 Pelaporan pemeriksaan melibatkan Badan atau pemberi tugas, Tortama, Ditama Binbangkum, Kalan, dan tim pemeriksa. Tim pemeriksa terdiri dari penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim. 04 Badan atau pemberi tugas memiliki peran, antara lain, menyetujui LHP dan menandatangani surat keluar. Badan dapat memberikan atau mendelegasikan peran tersebut kepada pejabat yang menerima atau mendapat kuasa secara tertulis. Pemberian atau pendelegasian dimaksud tidak menghilangkan peran Badan untuk melakukan fungsi sistem pengendalian mutu. 05 Tortama mempunyai peran memberikan masukan perbaikan konsep LHP dan surat keluar. 06 Ditama Binbangkum mempunyai peran untuk memberikan pertimbangan terkait adanya unsur TP yang mengarah kepada indikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam LHP. 07 Kalan mempunyai peran, antara lain, menyetujui LHP dan menandatangani surat keluar berdasarkan pemberian dan pendelegasian kuasa secara tertulis dari Badan. 08 Penanggung jawab mempunyai peran, antara lain, untuk menjamin kesesuaian LHP dengan SPKN dan menandatangani LHP. Apabila Pihak-pihak terkait Peran Badan Peran Tortama Peran Ditama Binbangkum Peran Kalan Peran penanggung jawab 43

55 Pelaporan Pemeriksaan terdapat wakil penanggung jawab dalam tim pemeriksaan, maka penanggung jawab membagi tugas dan perannya kepada wakil penanggung jawab sesuai kesepakatan bersama antara penanggung jawab dan wakil penanggung jawab. 09 Pengendali teknis mempunyai peran, antara lain: 1) Menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi dalam konsep LHP; 2) Menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup pemeriksaan; 3) Menjamin kebenaran pembahasaan. 10 Ketua tim mempunyai peran antara lain menjamin substansi, kebenaran matematis, dan akurasi angka dalam konsep LHP. Apabila terdapat ketua subtim dalam tim pemeriksaan maka peran ketua subtim sama dengan ketua tim namun terbatas pada subtim yang dibawahi. Peran pengendali teknis Peran ketua tim C. Mekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan 11 Pelaporan hasil pemeriksan meliputi enam tahap: 1. Penyusunan konsep LHP; 2. Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh pengendali teknis; 3. Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh penanggung jawab; 4. Perolehan tanggapan atas konsep LHP dari pimpinan entitas yang diperiksa; 5. Pembahasan konsep LHP dengan pemberi tugas; 6. Penerbitan dan penyampaian LHP. Tahap pelaporan hasil pemeriksaan 12 Gambar 5.1 berikut menunjukkan tahap pelaporan hasil pemeriksaan tersebut. Gambar tahap pelaporan hasil pemeriksaan 1. Penyusunan Konsep LHP 44

56 Pelaporan Pemeriksaan 13 Setelah berakhirnya pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, tim pemeriksa melakukan diskusi dengan pengendali teknis untuk membahas kelayakan indikasi temuan yang terdapat dalam TP untuk menyusun konsep LHP. Pengendali teknis mereviu TP dan daftar TP yang tidak layak atau batal. TP yang tidak layak atau batal dimungkinkan dimuat di dalam konsep LHP apabila dianggap relevan dan didukung dengan bukti yang cukup. LHP Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu (PDTT) mempunyai bentuk dan format yang berbeda. 14 Diskusi dapat dihadiri oleh pejabat struktural dan pemeriksa lain. Hasil diskusi dimuat dalam risalah diskusi penyusunan konsep LHP. Topik diskusi, antara lain, sebagai berikut: a) Keandalan temuan yang diungkapkan oleh tim pemeriksa berdasarkan bukti yang diperoleh; b) Kesesuaian kriteria yang digunakan; c) Kesesuaian rekomendasi yang diusulkan dengan pokok temuan dan penyebab dari temuan tersebut; dan d) Kelayakan temuan yang tidak dimuat di TP untuk dimuat dalam konsep LHP. 15 Berdasarkan hasil diskusi TP, tim pemeriksa melakukan perbaikan TP dan merancang rekomendasi. Rekomendasi merupakan keinginan adanya tindakan perbaikan oleh entitas yang diperiksa atas temuan yang dimuat di dalam hasil pemeriksaan. Dasar pemberian rekomendasi biasanya berasal dari penyebab yang diungkapkan di dalam temuan, tetapi tidak semua temuan dapat mengungkapkan adanya penyebab. TP disertai rekomendasi kemudian menjadi konsep LHP. Ketua tim menyerahkan konsep LHP dan risalah diskusi kepada pengendali teknis. 16 Konsep LHP bersifat rahasia sehingga perlu diberikan tanda bayang (watermark) RAHASIA. Dengan demikian, konsep LHP harus dijaga kerahasiaannya. Penyusunan konsep LHP Topik diskusi Perbaikan TP hasil diskusi Konsep LHP bersifat rahasia 2. Penganalisisan dan Pereviuan Konsep LHP oleh Pengendali Teknis 17 Konsep LHP yang telah disampaikan oleh ketua tim dianalisis dan direviu oleh pengendali teknis. Penganalisisan oleh pengendali teknis dilakukan untuk membandingkan konsep LHP dengan risalah diskusi dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh pengendali teknis a. Terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan rekomendasi sesuai dengan SPKN; b. Terpenuhinya tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah 45

57 Pelaporan Pemeriksaan diungkapkan dalam P2; dan c. Terpenuhinya kebenaran pembahasaan. 18 Pengendali teknis menyampaikan konsep LHP yang telah dianalisis dan direviu kepada penanggung jawab. 3. Penganalisisan dan Pereviuan Konsep LHP oleh Penanggung Jawab 19 Konsep LHP yang disampaikan oleh pengendali teknis dianalisis dan direviu kesesuaiannya dengan SPKN oleh penanggung jawab. Penanggung jawab mengidentifikasi unsur LHP yang merupakan informasi rahasia dan indikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK). 20 Sesuai dengan SPKN dan ketentuan yang berlaku, informasi rahasia tidak dapat diungkapkan dalam LHP. Namun, LHP harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. 21 Penanggung jawab menyampaikan konsep LHP yang telah dianalisis dan direviu kepada Tortama/Kalan, termasuk informasi rahasia dan indikasi TPK. 4. Perolehan Tanggapan atas Konsep LHP dari Pimpinan Entitas yang Diperiksa 22 Tortama/Kalan menyampaikan secara tertulis konsep LHP dan informasi rahasia kepada pimpinan entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan dan melampirkan formulir Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut. Format Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP dan format Rencana Aksi masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 5.1. dan Tanggapan terhadap konsep LHP tersebut meliputi kesanggupan entitas yang diperiksa menindaklanjuti rekomendasi yang diusulkan di dalam konsep LHP dan informasi rahasia. Tanggapan tersebut dapat diterima secara tertulis dalam waktu yang telah ditentukan oleh Tortama/Kalan dengan mempertimbangkan waktu penerbitan LHP. Apabila diperlukan, perolehan tanggapan tersebut dilakukan melalui suatu pembahasan yang memperoleh persetujuan dari pemberi tugas. 5. Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas 24 Penanggung jawab mempertimbangkan tanggapan atas konsep LHP dari pimpinan entitas yang diperiksa sebelum menyampaikan konsep LHP tersebut kepada pemberi tugas melalui Tortama/Kalan. Penanggung jawab menyampaikan konsep surat keluar dilampiri Penyampaian konsep LHP oleh pengendali teknis Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh penanggung jawab Informasi rahasia Penyampaian konsep LHP oleh penanggung jawab Penyampaian konsep LHP Perolehan tanggapan Penyampaian konsep LHP kepada pemberi tugas 46

58 Pelaporan Pemeriksaan dengan konsep LHP, informasi rahasia, dan indikasi TPK kepada pemberi tugas. 25 Berdasarkan konsep surat keluar, konsep LHP, informasi rahasia dan indikasi TPK, dilakukan pembahasan dengan pemberi tugas. Materi pembahasan dengan pemberi tugas, antara lain, mengenai opini/simpulan pemeriksaan serta rencana aksi dari entitas yang diperiksa untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan, informasi rahasia dan indikasi TPK, serta masalah-masalah pokok lainnya yang dianggap perlu didiskusikan. Berdasarkan hasil pembahasan dengan pemberi tugas, penanggung jawab melakukan revisi konsep LHP sesuai hasil pembahasan. LHP kemudian ditandatangani oleh penanggung jawab setelah pembahasan dengan pemberi tugas. Berdasarkan LHP tersebut, pemberi tugas menandatangani surat keluar. Pembahasan dengan pemberi tugas 6. Penerbitan dan Penyampaian LHP 26 Konsep LHP yang telah disetujui pemberi tugas menjadi LHP yang dapat diterbitkan dan disampaikan kepada pemilik kepentingan dalam waktu yang telah ditentukan dalam P2. 27 LHP mempunyai standar penulisan dan sampul. Standar penulisan LHP, disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan, dan diatur secara khusus dalam petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait. Sampul LHP memuat lambang dan identitas BPK, nama LHP, nomor dan tanggal laporan, alamat BPK di sampul belakang, dan nama laporan secara singkat dan tahun laporan di sampul samping dengan warna dasar biru. Contoh sampul LHP dapat dilihat pada Lampiran Tata cara penyampaian LHP, antara lain sebagai berikut. a) Memberikan nomor dan tanggal LHP oleh Subaud MIA/Subagset Kalan; b) Menyusun surat keluar LHP kepada para pihak yang akan menerima LHP secara resmi dari BPK, yaitu (a) Lembaga Perwakilan: DPR dan DPD atau DPRD, (b) Entitas yang diperiksa, dan (c) Pihak lain yang berhak menerima LHP berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau yang diatur dalam P2; c) Menyampaikan LHP disertai surat keluar kepada Lembaga Perwakilan dan pimpinan entitas. Penyampaian LHP kepada lembaga perwakilan dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama antara BPK dan masing-masing lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPD, dan DPRD. Penyampaian LHP kepada pimpinan Konsep LHP menjadi LHP Standar penulisan dan sampul LHP Tata cara penyampaian LHP 47

59 Pelaporan Pemeriksaan entitas harus memperoleh tanda terima LHP yang sekurangkurangnya mencantumkan tanggal, nama dan tanda tangan penerima dan stempel dinas; d) Mencatat nomor dan tanggal LHP, nomor dan tanggal surat keluar, dan bukti tanda terima LHP ke dalam buku monitoring LHP dan tindak lanjut; e) LHP yang telah disampaikan kepada Lembaga Perwakilan, dapat dipublikasikan antara lain melalui website BPK. LHP yang dapat dipublikasikan tersebut adalah LHP yang disampaikan oleh pemberi tugas. Tata cara publikasi LHP diatur dalam pedoman publikasi LHP; dan f) Unsur LHP yang memuat indikasi TPK disampaikan kepada pihak yang berwenang dhi. Kepolisian, Kejaksaan, KPK dan pihak berwenang lainnya setelah mendapat masukan dari Ditama Binbangkum. Pejabat yang menerima atau mendapat kuasa dari pemberi tugas dapat melibatkan Kasubag Hukum dan Humas sebelum menyampaikan indikasi TPK kepada pemberi tugas. Tata cara penyampaian indikasi TPK mengacu pada kesepakatan bersama BPK dan Kejaksaan Agung RI dan kesepakan bersama BPK dan KPK. D. Implikasi Hukum Terkait LHP 29 Penerbitan LHP dapat mempunyai konsekuensi hukum baik terhadap pemeriksa maupun pihak yang diperiksa. Konsekuensi hukum ini dapat berupa tuntutan/gugatan hukum atas LHP dan konsekuensi hukum lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepada tim pemeriksa diberikan perlindungan hukum dan jaminan keamanan. Apabila ada implikasi hukum terhadap hasil pemeriksaan, Badan atau pemberi tugas dapat menugaskan pemeriksa dan Ditama Binbangkum untuk membantu penyelesaian proses hukumnya. Pemeriksa dapat membantu proses hukum, antara lain, dalam hal sebagai ahli dalam pemberian keterangan ahli. Tata cara perbantuan penegakan hukum dan pemberian keterangan ahli merujuk kepada pedoman terkait. Implikasi hukum terkait LHP E. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 30 Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004, BPK menyampaikan ikhtisar hasil pemeriksaan semester kepada lembaga perwakilan dan presiden/gubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya tiga bulan setelah semester berakhir. IHPS 48

60 Pelaporan Pemeriksaan 31 Ikhtisar hasil pemeriksaan semester memuat informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan dan ringkasan hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam satu semester. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester disusun oleh Ditama Revbang dhi. Dit. EPP berdasarkan LHP yang telah diterbitkan dan Sumbangan Hasil Pemeriksaan yang diterima dari Tortama. Mekanisme dan penyusunan ikhtisar hasil pemeriksaan semester diatur dalam pedoman penyusunan ikhtisar hasil pemeriksaan semester. Penyusunan IHPS F. Jadwal Pelaporan Pemeriksaan 32 Jadwal pelaporan pemeriksaan disesuaikan dengan jangka waktu yang diatur di dalam P2, dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Jadwal pelaporan Hasil Pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut. Jadwal Tabel 5.1 JADWAL PELAPORAN PEMERIKSAAN NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN 1. Penyusunan konsep LHP Diatur dalam P2 Tim pemeriksa - 2. Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh Pengendali Teknis 3 Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh penanggung jawab 4. Perolehan tanggapan atas konsep LHP dari pimpinan entitas yang diperiksa 5. Pembahasan konsep LHP dengan pemberi tugas 6. Penerbitan dan penyampaian LHP Diatur dalam P2 Pengendali teknis Disampaikan oleh ketua tim Diatur dalam P2 Penanggung jawab Disampaikan oleh pengendali teknis Diatur dalam P2 Tortama/Kalan Disampaikan kepada pimpinan entitas yang diperiksa disertai dengan rencana aksi Diatur dalam P2 Pemberi tugas - Diatur dalam P2 - Penerbitan mengacu pada tata cara yang berlaku 49

61 Pelaporan Pemeriksaan G. Bagan Alur Kegiatan Pelaporan Pemeriksaan 33 Bagan alur kegiatan pelaporan pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut. Bagan alur kegiatan pelaporan pemeriksaan 50

62 Pelaporan Pemeriksaan Gambar 5.2 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN Uraian Tim Pemeriksa Pengendali Teknis Penanggung Jawab Tortama/Kalan Pemberi Tugas 1. Penyusunan Konsep LHP Pembahasan TP Revisi TP Rekomendasi Konsep LHP Konsep LHP 2.& 3. Penganalisisan dan Pereviuan Konsep LHP Analisis dan Reviu Konsep LHP setelah analisis Konsep LHP setelah analisis Analisis dan Reviu Entitas yang diperiksa Konsep LHP setelah analisis Konsep LHP setelah analisis Tanggapan 4. Perolehan Tanggapan Perolehan Tanggapan Konsep LHP setelah perolehan tanggapan Konsep LHP setelah perolehan tanggapan 5. Pembahasan Konsep LHP dengan pemberi tugas Pembahasan dengan pemberi tugas Reviu berdasarkan pembahasan Konsep LHP Final Konsep LHP Final 6. Penerbitan dan Penyampaian LHP LHP Siap untuk di publikasikan Catatan: Jangka waktu penyusunan LHP disesuaikan dengan jangka waktu yang diatur di dalam P2 51

63 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan A. Lingkup BAB VI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN 01 Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan. Tindak lanjut atas rekomendasi BPK wajib dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa. Pimpinan entitas yang diperiksa tersebut wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 60 hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima. 02 BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut tersebut dan melaporkan kepada lembaga perwakilan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS). Dalam rangka pemantauan tersebut, BPK menatausahakan dan menginventarisasi permasalahan, temuan, rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas rekomendasi dalam LHP. 03 Tahapan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan dimulai setelah disampaikannya LHP beserta rencana aksi ke entitas yang diperiksa dan berakhir dengan dimuatnya tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam IHPS. Kewajiban tindak lanjut oleh entitas Pemantauan tindak lanjut Lingkup tindak lanjut hasil pemeriksaan B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 04 Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan melibatkan Badan, AKN/Perwakilan, Ditama Revbang, Subaud MIA/Subbagset Kalan, dan pemeriksa. 05 Badan mempunyai peran, antara lain, melaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atas tidak diterimanya jawaban atau penjelasan tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam waktu 60 hari, serta menyetujui pembahasan dengan pengawas intern dan laporan hasil pemantauan tindak lanjut. 06 AKN/Perwakilan mempunyai peran, antara lain melaksanakan pemantauan tindak lanjut dan mereviu hasil penelaahan jawaban atau penjelasan tindak lanjut untuk menjamin kesesuaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK, dengan kebenaran, keakuratan, dan relevansi buktibukti pendukung tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pihak-pihak terkait Peran Badan Peran AKN 52

64 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 07 Ditama Revbang mempunyai peran, antara lain, memuat hasil pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam IHPS. 08 Subaud MIA atau Subbagset Kalan mempunyai peran, antara lain, mengadministrasikan jawaban atau penjelasan tindak lanjut, mengelola database pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan menyiapkan hasil pemantauan tindak lanjut untuk bahan penyusunan IHPS. 09 Tim pemeriksa memiliki peran antara lain menelaah jawaban atau penjelasan tindak lanjut beserta bukti-bukti pendukungnya sesuai dengan penugasan dari Tortama/Kalan atau yang memberikan penugasan. Peran Ditama Revbang Peran Subaud MIA/ Subagset Kalan Peran tim pemeriksa C. Mekanisme Pemantauan Tindak lanjut 10 Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan meliputi lima tahap: 1) Penerimaan dan pengelolaan jawaban atau penjelasan tindak lanjut; 2) Penelaahan jawaban atau penjelasan tindak lanjut; 3) Pembahasan dengan pengawas intern; 4) Pemeriksaan tindak lanjut; dan 5) Penyampaian hasil pemantauan tindak lanjut. 11 Gambar 6.1 berikut menunjukkan tahap pemantauan tindak lanjut tersebut. Tahap pemantauan tindak lanjut Gambar tahap pemantauan tindak lanjut 1. Penerimaan dan Pengelolaan Jawaban atau Penjelasan Tindak Lanjut 12 Berdasarkan LHP, surat pengantar LHP dan rencana aksi, pimpinan entitas yang diperiksa menindaklanjuti rekomendasi BPK dengan menjawab atau menjelaskan tindak lanjut yang dilakukan disertai bukti-bukti pendukungnya (bahan tindak lanjut). Tindak lanjut atas Entitas menindaklanjuti rekomendasi BPK 53

65 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan rekomendasi dapat berupa pelaksanaan seluruh atau sebagian dari rekomendasi. Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan, pimpinan entitas harus memberikan alasan yang jelas. 13 Jawaban atau penjelasan tindak lanjut tersebut diterima dan dicatat oleh Kasubaud MIA atau Kasubagset Kalan dalam buku monitoring LHP dan tindak lanjut, yang sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai nomor urut, nomor dan tanggal LHP, nomor dan tanggal surat pengantar LHP dan tanggal tanda terima LHP, nomor, tanggal, dan hal surat penjelasan, nama dan jabatan pimpinan entitas yang menandatangani surat penjelasan dan tanggal diterimanya surat tersebut. 14 Kasubaud MIA/Kasubagset Kalan memantau penerimaan jawaban atau penjelasan tindak lanjut. Apabila jawaban atau penjelasan belum diterima dalam waktu enam puluh hari sejak diterimanya LHP oleh pimpinan entitas, Kasubaud MIA/atau Kasubagset Kalan memberitahukan kepada Tortama/Kalan. Tortama/Kalan menyampaikan hal tersebut kepada Ketua BPK melalui Anggota terkait setelah mendapat pertimbangan dari Ditama Binbangkum, untuk diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15 Kasubaud MIA atau Kasubagset Kalan menyampaikan jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut kepada Tortama atau Kalan paling lambat satu hari kerja setelah diterimanya jawaban atau penjelasan tindak lanjut tersebut. Administrasi tindak lanjut Proses hukum, apabila 60 hari tidak menanggapi Penyampaian jawaban atau penjelasan tindak lanjut 2. Penelaahan Jawaban atau Penjelasan Tindak Lanjut 16 Tortama atau Kalan menugaskan dan mengarahkan pemeriksa untuk menelaah jawaban atau penjelasan tindak lanjut paling lambat dua hari kerja setelah diterimanya jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut dari Kasubaud MIA/Kasubagset Kalan. 17 Telaahan atas jawaban atau penjelasan serta bahan tindak lanjut hasil pemeriksaan sekurang-kurangnya mengungkapkan apakah: Penugasan penelaahan tindak lanjut Klasifikasi telaahan tindak lanjut a) Tindak lanjut sesuai rekomendasi, apabila saran/rekomendasi BPK telah ditindaklanjuti secara memadai oleh entitas yang diperiksa; b) Tindak lanjut belum sesuai rekomendasi atau belum selesai, apabila tindak lanjut atas saran/rekomendasi BPK masih dalam proses oleh entitas yang diperiksa atau telah ditindaklanjuti, tetapi belum sesuai rekomendasi; dan c) Belum ditindaklanjuti, apabila seluruh saran/rekomendasi BPK belum ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. 54

66 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 18 Hasil telaahan atas tindak lanjut dituangkan dalam formulir rekapitulasi pemantauan tindak lanjut yang mengungkapkan temuan pemeriksaan, kode temuan, nilai (apabila ada), rekomendasi, tindak lanjut entitas yang diperiksa, hasil pemantauan tindak lanjut, kesimpulan dan alasan. Formulir pemantauan tindak lanjut dapat dilihat pada Lampiran Hasil telaahan atas jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut disampaikan kepada Tortama/Kalan paling lambat lima hari kerja setelah penugasan diterima. Hasil telaahan dan salinan jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut juga disimpan di dalam DEP. 20 Kasubaud MIA atau Kasubagset Kalan mengelola database pemantauan tindak lanjut yang memuat informasi judul LHP, judul temuan, jumlah rekomendasi, dan hasil pemantauan tindak lanjut. Informasi tersebut dikelola dalam satu database pemantauan tindak lanjut pada aplikasi CAMIS. Contoh database pemantauan tindak lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6.2. Penuangan hasil telaahan atas tindak lanjut Penyampaian hasil telaahan Pengelolaan database pemantauan tindak lanjut 3. Pembahasan dengan Pengawas Intern 21 Apabila hasil telaahan jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut memerlukan penjelasan lebih lanjut, Tortama atau Kalan dapat melakukan pembahasan dengan pengawas intern entitas yang diperiksa setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Anggota terkait. Tortama atau Kalan memberitahukan kepada pengawas intern entitas yang diperiksa untuk melakukan pertemuan tersebut. Format surat pemberitahuan pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran Pembahasan dilakukan di kantor BPK segera setelah adanya kesediaan dari pengawas intern untuk melakukan pembahasan. Hasil pembahasan dibuatkan risalah pembahasan tindak lanjut yang ditandatangani oleh Tortama atau Kalan. Pemberitahuan kepada pengawas intern Risalah hasil pembahasan tindak lanjut 4. Pemeriksaan Tindak Lanjut 23 Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan terhadap rekomendasi yang material dan belum selesai atau belum ditindaklanjuti dalam jangka waktu tertentu. Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan dengan cara: Pemeriksaan tindak lanjut dan penggunaan rencana aksi a. Pemeriksaan secara periodik, yang dilakukan pemeriksa dalam pemeriksaan interim atau pemeriksaan berikutnya dengan berpedoman pada rencana aksi yang telah dibuat oleh pimpinan entitas yang diperiksa; b. Pemeriksaan tindak lanjut secara tersendiri. Apabila diperlukan dalam pemeriksaan tindak lanjut, pemeriksa dapat melakukan 55

67 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan peninjauan atau cek fisik lapangan. 24 Hasil pemeriksaan tindak lanjut merupakan dasar penyusunan laporan hasil pemantauan tindak lanjut yang memuat, antara lain: a) Resume yang menggambarkan dasar hukum pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut, informasi jumlah temuan dan rekomendasi dalam LHP sebelumnya, hasil pemantauan secara ringkas, informasi mengenai tindak lanjut yang telah sesuai dengan rekomendasi, tindak lanjut yang belum sesuai rekomendasi, dan temuan/rekomendasi yang belum ditindaklanjuti. Format resume dapat dilihat pada Lampiran 6.4. b) Pemantauan tindak lanjut sesuai format pada Lampiran Penyampaian Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut 25 Tortama atau Kalan menyampaikan laporan hasil pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan berdasarkan telaahan atas jawaban atau penjelasan tindak lanjut dan/atau pembahasan dengan pengawas intern, dan/atau pemeriksaan tindak lanjut kepada Kepala Ditama Revbang paling lambat 30 hari kerja setelah semester berakhir dan setelah mendapatkan persetujuan dari Anggota terkait. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut tersebut digunakan untuk penyusunan IHPS. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut yang meliputi resume dan rekapitulasi hasil pemantauan tindak lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6.4 dan lampiran Kasubaud MIA dan Kasubagset Kalan memutakhirkan database pemantauan tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan tindak lanjut paling lambat tiga hari kerja setelah hasil pemantauan tersebut disampaikan oleh Tortama atau Kalan kepada Kepala Ditama Revbang. 27 Laporan pemantauan tindak lanjut yang dimuat dalam IHPS dan database pemantauan tindak lanjut disampaikan oleh Tortama atau Kalan kepada Biro Humas untuk dimuat dalam website BPK paling lambat tiga hari kerja setelah IHPS disampaikan kepada lembaga perwakilan dengan pemberitahuan kepada Anggota terkait dan kepada Ditama Revbang. Penyusunan laporan hasil pemantauan tindak lanjut Penyampaian hasil pemantauan tindak lanjut Pemutakhiran database Pemuatan dalam website D. Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah 28 Pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah adalah tindakan yang dilaksanakan oleh BPK sesuai ketentuan perundangan untuk menjamin: Pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah a. Proses penyelesaian penuntutan ganti rugi telah sesuai ketentuan; 56

68 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan b. Penyelesaian ganti rugi negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain; c. Pelaksanaan pengenaan ganti rugi negara/daerah kepada bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; d. Pelaksanaan pengenaan ganti rugi negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Tata cara pelaksanaan pemantauan kerugian negara/daerah diatur dalam petunjuk teknis tentang pemantauan penyelesaian ganti rugi negara/daerah. E. Jadwal Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 29 Jadwal pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksan dapat dilihat pada tabel berikut. Jadwal Tabel 6.1 JADWAL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN 1. Penyampaian LHP dan Rencana Aksi Pada saat penyampaian LHP Tortama/Kalan - 2. Penerimaan jawaban atau penjelasan dan bahan tindak lanjut dari entitas yang diperiksa. Satu hari kerja setelah diterima jawaban/keterangan Kasubaud MIA/ Kasubagset Kalan Disampaikan kepada Tortama/ Kalan 3. Penugasan untuk membahas jawaban/penjelasan dan bahan tindak lanjut Dua hari kerja setelah ada jawaban/bahan tindak lanjut Tortama/Kalan Penugasan kepada pemeriksa 4. Penelaahan jawaban/penjelasan dan bahan tindak lanjut Lima hari kerja setelah penugasan diterima Pemeriksa Hasil penelaahan disampaikan kepada Tortama/Kalan 5. Pembahasan dengan Pengawas Intern Segera setelah adanya kesediaan dari Pengawas Tortama/Kalan - 57

69 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN Intern 6. Penyampaian hasil pemantauan tindak lanjut sebagai bahan penyusunan IHPS Tiga puluh hari kerja setelah semester berakhir Tortama/Kalan Disampaikan ke Kaditama Revbang F. Bagan Alur Kegiatan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 30 Bagan alur kegiatan tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut. Bagan alur kegiatan tindak lanjut 58

70 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 59

71 Evaluasi Pemeriksaan BAB VII EVALUASI PEMERIKSAAN A. Lingkup 01 Evaluasi pemeriksaan merupakan kegiatan untuk menilai apakah pemeriksaan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Badan dalam rencana strategis, RKT, RKP, dan SPKN serta pedoman pemeriksaan lainnya. Evaluasi pemeriksaan dimulai setelah penyampaian LHP dan berakhir dengan pelaporan evaluasi pemeriksaan. 02 Evaluasi pemeriksaan bertujuan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dalam menetapkan kebijakan dan pelaksanaan pemeriksaan serta kualitas pemeriksa untuk masa yang akan datang. Lingkup evaluasi pemeriksaan Tujuan evaluasi pemeriksaan B. Pihak-Pihak Terkait dalam Evaluasi Pemeriksaan 03 Evaluasi pemeriksaan melibatkan Ditama Revbang, Itama dan AKN. Pihak-pihak terkait 04 Ditama Revbang melakukan evaluasi LHP yang dilaksanakan dalam proses penyusunan IHPS. 05 Inspektorat Utama (Itama) melakukan evaluasi atau reviu sistem pengendalian mutu dalam pelaksanaan pemeriksaan. 06 AKN melakukan evaluasi hasil pemeriksaan pada internal AKN. Hasil evaluasi digunakan untuk penyempurnaan LHP, KKP, dan penilaian kinerja pemeriksa. Peran Ditama Revbang Peran Itama Peran AKN C. Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan 07 Evaluasi pemeriksaan meliputi empat tahap: 1. Perencanaan evaluasi pemeriksaan; 2. Pelaksanaan evaluasi pemeriksaan; 3. Pelaporan hasil evaluasi pemeriksaan; dan 4. Pemantauan tindak lanjut hasil evaluasi pemeriksaan. Tahap evaluasi pemeriksaan 60

72 Evaluasi Pemeriksaan 08 Gambar 7.1 berikut menunjukkan tahap evaluasi pemeriksaan. Gambar tahap evaluasi pemeriksaan 1. Perencanaan Evaluasi Pemeriksaan 09 Perencanaan evaluasi pemeriksaan disusun dalam RKSP. Ditama Revbang dan Itama menyusun rencana evaluasi pemeriksaan dalam RKSP. Perencanaan evaluasi pemeriksaan oleh AKN melekat dalam RKP dan merupakan salah satu bagian dari proses pemeriksaan. Perencanaan oleh Ditama Revbang, Itama dan AKN 2. Pelaksanaan Evaluasi Pemeriksaan 11 Sesuai dengan rencana yang telah disusun, Ditama Revbang, Itama dan AKN melaksanakan evaluasi pemeriksaan sebagai berikut. 12 Ditama Revbang dhi. Dit. EPP melaksanakan evaluasi atas LHP sebagai bahan masukan penyusunan IHPS. Dit. EPP melakukan evaluasi atas LHP dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisis temuan-temuan yang layak dimuat dalam IHPS. Tata cara evaluasi atas LHP oleh Ditama Revbang dhi. Dit. EPP diatur dalam petunjuk teknis tentang penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester. 13 Itama melakukan evaluasi pemeriksaan dengan cara reviu atas sistem pengendalian mutu yang melekat pada tahap pemeriksaan, yaitu mulai dari tahap penyusunan RKP sampai dengan tahap pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Evaluasi pemeriksaan oleh Itama dilakukan terhadap LHP, KKP, TP, P2, dengan memperhatikan SPKN, PMP, Kode Etik, petunjuk pelaksanaan sistem pengendalian mutu, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis pemeriksaan terkait serta RKP. Tata cara evaluasi oleh Itama diatur dalam pedoman evaluasi pemeriksaan. 14 AKN melaksanakan evaluasi pemeriksaan secara intern yang dilakukan dalam proses pemeriksaan. Hasil evaluasi digunakan untuk penyempurnaan LHP dan KKP serta untuk penilaian kinerja pemeriksa. Pelaksanaan evaluasi pemeriksaan Pelaksanaan evaluasi oleh Ditama Revbang Pelaksanaan evaluasi oleh Itama Pelaksanaan evaluasi oleh AKN 61

73 Evaluasi Pemeriksaan 15 Kasubaud MIA/Kasubagset Kalan menghimpun dan mengelola evaluasi kinerja pemeriksa dan melaporkan rekapitulasi penilaian kinerja kepada Tortama/Kalan. Pengelola hasil evaluasi penilaian kinerja 3. Pelaporan Hasil Evaluasi Pemeriksaan 16 Dalam rangka penyusunan IHPS, Kaditama Revbang dapat menyampaikan hasil evaluasi atas LHP kepada Tortama. Hasil evaluasi disampaikan kepada Tortama dengan tembusan kepada Anggota terkait dan Inspektur Utama (Irtama) paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penyampaian IHPS kepada lembaga perwakilan. Tortama menyampaikan tanggapan hasil evaluasi tersebut kepada Kaditama Revbang dengan tembusan kepada Anggota terkait dan Irtama paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya hasil evaluasi. 17 Irtama menyusun dan menyampaikan konsep laporan hasil evaluasi kepada Tortama. Tortama menyampaikan tanggapan atas konsep laporan hasil evaluasi paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah konsep laporan tersebut diterima. Berdasarkan tanggapan tersebut, Irtama menyusun laporan hasil evaluasi yang disampaikan kepada Tortama dengan tembusan kepada Anggota terkait paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggapan diterima. Penyampaian hasil evaluasi oleh Kaditama Revbang Penyampaian laporan hasil evaluasi oleh Irtama 4. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Pemeriksaan 18 Tortama melakukan tindak lanjut atas hasil evaluasi pemeriksaan oleh Itama. Penjelasan tindak lanjut tersebut disampaikan kepada Irtama dengan tembusan kepada Anggota terkait. 19 Itama melakukan pemantauan tindak lanjut dalam pelaksanaan evaluasi pemeriksaan dengan melihat penerapan sistem pengendalian mutu pada tahapan pemeriksaan. Hasil pemantauan digunakan untuk pelaksanaan evaluasi pemeriksaan pada periode berikutnya. Tindak lanjut atas hasil evaluasi Pemantauan tindak lanjut evaluasi pemeriksaan D. Pelaksanaan Evaluasi oleh Lembaga Setingkat BPK 20 Untuk menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh BPK sesuai dengan standar, sistem pengendalian mutu BPK ditelaah oleh badan pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa keuangan sedunia (peer-review). BPK dapat meminta lembaga pemeriksa setingkat BPK di lingkungan International Organisation of Supreme Audit Institution (INTOSAI) untuk melakukan kegiatan tersebut. Peer review oleh lembaga pemeriksa setingkat BPK 62

74 Evaluasi Pemeriksaan 21 Penelaahan atas sistem pengendalian mutu pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah sistem pengendalian mutu pemeriksaan sudah dirancang dan dilaksanakan secara efektif sehingga dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang ditetapkan dan standar pemeriksaan yang berlaku telah dipatuhi. Peer-review oleh lembaga pemeriksa setingkat BPK tersebut dilaksanakan minimal sekali dalam 5 (lima) tahun. 22 Itama mengoordinasi pelaksanaan peer-review yang meliputi, antara lain, perencanaan, pengadaan jasa, dan pelaksanaan peer-review. Dalam pelaksanaan peer-review, Itama berperan sebagai tim pendamping. Komponen penelaahan (peerreview) Koordinator peerreview E. Jadwal Evaluasi Pemeriksaan 23 Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan AKN, Ditama Revbang, atau Itama. Jadwal Tabel 7.1 JADWAL EVALUASI PEMERIKSAAN NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN 1. Perencanaan Evaluasi Pemeriksaan 2. Pelaksanaan evaluasi pemeriksaan oleh Ditama Revbang, AKN dan Itama Berdasarkan RKSP dan RKP Itama dan AKN - Ditama Revbang, AKN dan Itama. 3. Penyampaian hasil evaluasi kepada Tortama Sepuluh hari kerja sebelum penyampaian IHPS kepada lembaga perwakilan Kaditama Revbang Disampaikan kepada Tortama dalam rangka penyusunan IHPS 4. Penyampaian konsep laporan hasil evaluasi kepada Tortama Irtama 5. Penyampaian tanggapan hasil evaluasi kepada Kaditama Revbang Lima hari kerja setelah diterimanya hasil evaluasi Tortama Tembusan kepada Anggota terkait dan Irtama 6. Penyampaian tanggapan hasil evaluasi kepada Irtama Lima hari kerja setelah konsep laporan hasil evaluasi diterima Tortama - 63

75 Evaluasi Pemeriksaan NO KEGIATAN WAKTU UNIT/ PERSONIL PELAKSANA KETERANGAN 7. Penyusunan laporan hasil evaluasi Lima hari kerja setelah ada tanggapan diterima Irtama Disampaikan kepada Tortama dan Anggota terkait 8. Tindak lanjut Hasil Evaluasi AKN F. Bagan Alur Kegiatan Evaluasi Pemeriksaan 24 Bagan alur kegiatan evaluasi pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 7.2 berikut. Bagan alur kegiatan evaluasi pemeriksaan 64

76 Evaluasi Pemeriksaan 65

77 Penutup BAB VIII PENUTUP A. Perbedaan Pokok PMP 2002 dengan PMP Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab I Pendahuluan bahwa PMP ini merupakan penyempurnaan dari PMP Tahun Beberapa perbedaan pokok antara PMP Tahun 2002 dan PMP yang disempurnakan ini (tahun 2008) dapat dilihat pada tabel 8.1 berikut. Perbedaan pokok PMP 2002 dan PMP 2008 Tabel 8.1 Perbedaan PMP 2002 dan PMP 2008 No. Kriteria PMP 2002 PMP Dasar hukum UUD 1945, Peraturan Perundang - undangan sebelum adanya paket perubahan UU di bidang Keuangan Negara dan SAP Tahun UUD 1945, Mengakomodasi adanya perubahan Peraturan Perundang - undangan di bidang Pengelolaan Keuangan Negara dan Peraturan BPK No. 1 Tahun 2007 Tentang SPKN. 2. Kedudukan PMP Tidak diatur secara jelas Diatur secara jelas untuk menghindari tumpang tindih dengan pedoman yang lain 3. Struktur Organisasi Pelaksana Pemeriksaan Tidak diatur secara jelas Stuktur organisasi, tugas dan fungsi pelaksana pemeriksaan diuraikan secara jelas dalam setiap kegiatan pemeriksaan 4. Substansi/materi Aspek manajerial dan aspek teknis dari pemeriksaan masih tumpang tindih Mengatur aspek manajerial pemeriksaan, sedangkan aspek teknis pemeriksaan diatur di dalam juklak/juknis pemeriksaan 66

78 Penutup No. Kriteria PMP 2002 PMP Hubungan antara perencanaan pemeriksaan dengan perencanaan anggaran BPK 6. Penggunaan aplikasi berbasis komputer Kurang terintegrasi Tidak mengatur penggunaan aplikasi berbasis komputer, hanya digunakan sebagai alat bantu pelaksanaan pemeriksaan Pengintegrasi dan penyinergian antara perencanaan pemeriksaan dan perencanaan anggaran BPK Menggunakan CAMIS pada seluruh tahap kegiatan pemeriksaan 7. Sistematika penyajian Dipisahkan sesuai dengan jenis pemeriksaan (keuangan dan kinerja) Diatur sesuai tahap pemeriksaan tanpa membedakan jenis pemeriksaan 8. Penyusunan RKP dan perencanaan pemeriksaan 9. Pelaksanaan pemeriksaan Tidak terlihat jelas batas antara kegiatan perencanaan high level dengan kegiatan perencanaan low level Dipisahkan sesuai jenis pemeriksaan (keuangan dan kinerja) Dibahas dalam bab tersendiri antara perencanaan high level (penyusunan RKP) dan perencanaan low level (perencanaan pemeriksaan) Diatur sesuai tahap pelaksanaan pemeriksaan tanpa membedakan jenis pemeriksaan 10. Pelaporan pemeriksaan Dipisahkan sesuai jenis pemeriksaan (keuangan dan kinerja) Mekanisme pelaporan sama untuk setiap jenis pemeriksaan, sedangkan bentuk dan tata cara pelaporan merujuk kepada juklak dan juknis pemeriksaan terkait 11. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan Mekanisme pemantauan tindak lanjut berdasarkan peraturan perundang - undangan yang tidak berlaku lagi Mekanisme disesuaikan dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku 12. Evaluasi pemeriksaan Evaluasi dilaksanakan kurang melibatkan pihak yang dievaluasi. Proses evaluasi melibatkan pihak yang dievaluasi dengan memberikan kesempatan hasil evaluasi untuk ditanggapi. 67

79 Penutup B. PMP sebagai Living Dokumen 02 Buku PMP ini diharapkan dapat memberikan kejelasan arah dan kegiatan pemeriksaan bagi pemeriksa dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan, mulai dari penyusunan RKP, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, tindak lanjut hasil pemeriksaan, sampai dengan evaluasi pemeriksaan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. 03 Agar buku panduan ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, maka perlu senantiasa dievaluasi, disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai dengan perubahan kondisi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di bidang pemeriksaan, serta perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara. 04 Ditama Revbang dhi. Direktorat Litbang bertugas mengikuti perkembangan PMP ini, termasuk menampung dan menyelesaikan masalah yang timbul serta melakukan penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. PMP memberikan arah dan kegiatan pemeriksaan PMP sebagai living dokumen Pembentukan tim kerja WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA, ttd ABDULLAH ZAINIE ANWAR NASUTION 68

80 DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM Singkatan Kepanjangan ABT : Anggaran Belanja Tambahan AKN : Auditorat Keuangan Negara APIP : Aparat Pengawas Intern Pemerintah BA : Berita Acara Biro Humas : Biro Hubungan Masyarakat BPK : Badan Pemeriksa Keuangan BPK RI : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia CAMIS : Computerized Audit Management Information DEP : Database Entitas Pemeriksaan Ditama Binbangkum : Direktorat Utama Pembinaan dan Bantuan Hukum Ditama Revbang : Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara Dit. EPP : Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan Dit. PSMK : Direktorat Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja DPD : Dewan Perwakilan Daerah DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester Itama : Inspektorat Utama Irtama : Inspektur Utama A B C D I

81 Juklak : Petunjuk Pelaksana Pemeriksaan Juklis : Petunjuk Teknis Pemeriksaan J K Kalan : Kepala Perwakilan KAP : Kantor Akuntan Publik Kaditama : Kepala Direktorat Utama Kaaud : Kepala Auditorat Kasubag : Kepala Sub Bagian Kasubaud MIA : Kepala Sub Auditorat Manajemen Intern Auditorat Kasubagsetlan : Kepala Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan L LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat P P2 : Program Pemeriksaan PDTT : Pemeriksaan Dengan Tujuan tertentu PKP : Program Kerja Perorangan PMP : Panduan Manajemen Pemeriksaan R Raker : Rapat Kerja Rakor : Rapat Koordinasi Renstra : Rencana dan Strategi RKA : Rencana Kerja dan Anggaran RKA KL : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga RKP : Rencana Kerja Pemeriksaan RKSP : Rencana Kegiatan Sekretariat Jenderal dan Penunjang

82 RKT : Rencana Kerja Tahunan RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah S SAP : Standar Audit Pemerintahan Satker : Satuan Kerja SDM : Sumber Daya Manusia Setjen : Sekretariat Jenderal SHP : Sumbangan Hasil Pemeriksaan SK : Surat Keputusan Subaud MIA : Sub Auditorat Manajemen Intern AKN Subagset Kalan : Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan SPI : Sistem Pengendalian Intern SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPPD : Surat Perintah Perjalanan Dinas SP3 : Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan ST : Surat Tugas T Tortama : Auditor Utama TP : Temuan Pemeriksaan TPK : Tindak Pidana Korupsi U UU : Undang-Undang UUD : Undang-Undang Dasar

83 GLOSARIUM PMP A ABT : Anggaran tambahan yang diajukan akibat adanya kebutuhan dana tambahan disebabkan beban biaya yang melebihi anggaran ataupun tambahan kegiatan yang belum dianggarkan yang diajukan oleh satker yang bersangkutan. AKN Koordinator (Leader) : Tortama AKN yang ditunjuk sebagai koordinator pemeriksaan lintas AKN sesuai dengan kebijakan dan strategi (tema) pemeriksaan yang ditetapkan oleh Badan. Akurat : Ketepatan bukti yang digunakan dalam pemeriksaan. At cost : Pertanggungjawaban pengeluaran biaya pelaksanaan sesuai dengan biaya yang sesungguhnya berdasarkan bukti pengeluaran yang ada. B Badan : Sebutan untuk BPK RI atau juga sebagai pemberi tugas pemeriksaan. Badan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPK RI. C CAMIS : Computerized Audit Management Information Systems (CAMIS) merupakan program aplikasi komputer yang terintegrasi dengan perencanaan anggaran dan perencanaan pemeriksaan. Program aplikasi CAMIS juga digunakan dalam seluruh siklus tahapan pemeriksaan. D DEP : Database Entitas Pemeriksaan (DEP), merupakan kumpulan data terkait entitas yang menjadi objek pemeriksaan yang sebelumnya dikenal sebagai Dosir Induk Wilayah (DIW). Entitas : 1. Satuan yang berwujud; wujud 2. Kesatuan unit E H Harapan penugasan : Keinginan dari yang memberi tugas atau Badan terhadap pelaksanaan tugas pemeriksaan. Hasil Pemeriksaan : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari KKP,

84 LHP dan dokumen pemeriksaan lainnya. I IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS), dokumen yang disusun yang memuat ringkasan mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah dalam satu semester. INTOSAI : International Organization of Supreme Audit Institution (INTOSAI) organisasi BPK seluruh dunia. Keadaan kahar : Keadaan di luar kemampuan atau kekuasaan manusia Kebijakan dan strategi pemeriksaan Kerugian Negara/Daerah K : Kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam tema pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana pemeriksa BPK selama satu tahun. : Berkurangnya kekayaan negara/daerah yang disebabkan oleh suatu tindakan yang melanggar hukum/kelalaian seseorang. Ketua Tim : Personil pemeriksa yang bertindak sebagai koordinator pemeriksaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada pengendali teknis atas pelaksanaan pemeriksaan di lapangan. KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), yaitu catatan-catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan oleh auditor secara sistematis pada saat melaksakan tugas pemeriksaan mulai tahap persiapan pemeriksaan sampai dengan tahap kesimpulan akhir pembuatan laporan. Kompeten : Kemampuan yang cukup untuk melakukan tugas yang diberikan. M Matematis : Hal-hal yang berkaitan dengan angka, seperti penghitungan dan nilai O Objek Pemeriksaan : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran pemeriksaan. On Call : Penugasan pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas permintaan Badan atau pihak lain. Opini : Pendapat yang dikeluarkan pemeriksa terhadap laporan keuangan entitas yang diperiksa.

85 Pejabat fungsional : Pejabat yang memangku jabatan fungsional dalam suatu organisasi P Pejabat struktural : Pejabat yang memangku jabatan struktural dalam organisasi yang terstruktur. Pejabat menerima dan mendapat kuasa/wewenang : Pejabat yang oleh karena jabatannya menerima atau mendapat kuasa atau wewenang oleh pemberi tugas untuk berperan sebagai pemberi tugas. Pejabat ini dapat menugaskan pelaksana pemeriksa untuk melaksanakan tugas pemerikaan. Penanggung Jawab : Personil pemeriksa yang bertanggung jawab atas pemeriksaan dan yang menandatangani LHP. Pengawas Intern : Unit kerja yang berfungsi mengawasi unit kerja lain di dalam satu entitas. Pengendali Teknis : Supervisor, yaitu personil pemeriksa yang bertugas menjaga secara teknis hasil pemeriksaan yang dilakukan tim pemeriksa dan bertanggung jawab kepada penanggung jawab pemeriksaan. Pemilik Kepentingan (Stakeholders) Petunjuk Teknis Pemeriksaan : Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan masa depan entitas atau lembaga yang dimiliki. : Petunjuk yang memuat teknik-teknik dan urutan langkah pemeriksaan yang harus dilakukan terhadap suatu suatu objek pemeriksaan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pemeriksaan. Pertemuan awal : Komunikasi sebelum dilaksanakannya pemeriksaan di lapangan antara pimpinan entitas yang diperiksa dengan tim pemeriksa. Pertemuan akhir : Komunikasi antara pimpinan entitas yang diperiksa dengan tim pemeriksa setelah dilaksanakannya pemeriksaan di lapangan yang biasanya diserahkan pula TP dalam pertemuan ini. PKP : Program Kerja Perorangan (PKP) merupakan alokasi kegiatan pemeriksaan yang akan dilaksanakan berdasarkan P2. Prognosis : Rencana untuk suatu kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan prediksi yang logis. Prosedur : 1. Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. 2. Langkah langkah yang secara pasti dalam memecahkan suatu masalah. P2 : Program Pemeriksaan, langkah pemeriksaan di lapangan yang harus di laksanakan oleh tim pemeriksa. P2 AKN : Program Pemeriksaan Auditorat Keuangan Negara yang berlaku untuk pelaksanaan pemeriksaan pada AKN terkait.

86 P2 Perwakilan : Program Pemeriksaan perwakilan; langkah pemeriksaan di lapangan yang harus dilaksanakan oleh tim pemeriksa untuk pelaksanakan pemeriksaan di perwakilan dan dibuat berdasarkan P2 AKN. R Raker (Rapat Kerja) : Rapat yang melibatkan semua pelaksana BPK dan Badan untuk membahas anggaran BPK. Rakor (Rapat Koordinasi) : Rapat untuk membahas masalah-masalah khusus terkait masalah pemeriksaan. Rencana Aksi : Merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh entitas yang diperiksa berdasarkan rekomendasi BPK yang termuat dalam LHP. Renstra : visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. RKP : Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP); dokumen yang memuat rencana pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan tema pemeriksaan, waktu, kebutuhan pemeriksa, anggaran, dan infrastruktur lainnya. RKSP : Rencana Kegiatan Sekretariat Jenderal dan Penunjang (RKSP); dokumen yang memuat rencana kegiatan pada sekretariat jenderal dan unsur penunjang lainnya, yaitu Itama, dan Ditama. RPJM : Rencana pembangunan yang dibuat oleh pemerintah untuk jangka waktu lima tahun yang akan datang. S Satker : Satuan unit kerja yang terdapat di BPK, baik pada AKN, Itama, dan Ditama. SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN); standar pemeriksaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara. Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau ukuran baku. 2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai (harga). Sumbangan RKP : Sumbangan Rencana Kerja Pemeriksaan yang diajukan oleh tiap satker. Supervisi : Pengawasan utama, pengontrol tertinggi, operasional. Surat keluar : Surat pengantar LHP yang akan disampaikan kepada perwakilan, entitas yang diperiksa dan pihak lain yang menerima LHP.

87 Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan : Surat perintah yang dikeluarkan untuk membentuk tim persiapan pemeriksaan yang bertugas menyusun P2 untuk kebutuhan intern dalam rangka mempersiapkan program pemeriksaan. Surat tugas : Surat penugasan kepada pemeriksa untuk melakukan kegiatan pemeriksaan pada suatu entitas dan dalam waktu tertentu. T Tema Pemeriksaan : Rencana pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan kebijakan dan strategi Badan dalam suatu tahun pemeriksaan. Tim Pemeriksa : Terdiri dari penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim dan anggota tim. TP : Temuan Pemeriksaan (TP); indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan di lapangan. TPK : Tindak Pidana Korupsi (TPK); tindakan yang mengandung unsur melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain. U Unit kerja terkait : Unit kerja yang terkena dampak dari tema pemeriksaan baik yang langsung (AKN ) maupun yang tidak langsung (Biro).

88 KETERANGAN GAMBAR NO. GAMBAR KETERANGAN 1. Proses / Aktivitas 2. Dokumen 3. Pihak luar 4. Alternatif Keputusan atau Situasi 5. Database 6. Arsip / Register 7. Berlanjut ke halaman Arah/alur proses

89 LAMPIRAN - LAMPIRAN

90 Lampiran 2.1 USULAN DAN KEBIJAKAN STRATEGI PEMERIKSAAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA... No. Tema Dasar Pertimbangan Tujuan Harapan Penugasan/Sas Entitas AKN Terkait Keterangan aran Jakarta,. Tortama KN. Nama.. NIP. keterangan: 1. AKN yang menyusun formulir ini bertindak sebagai koordinator pemeriksaan 2. Usulan tema disusun berdasarkan prioritas pemeriksaan

91 RINCIAN RENCANA PEMERIKSAAN Lampiran 2.2 Kebijakan dan Strategi (Tematik) Pemeriksaan :... Tujuan : Sasaran : Jenis Pemeriksaan : AKN Penanggung Jawab : AKN Terkait : Pedoman (selain SPKN dan PMP) :... Waktu Pelaksanaan :... Jumlah Kebutuhan Tim dan Sarana untuk Pelaksanaan Pemeriksaan No SATKER Entitas / Obyek Jumlah Tim SDM Jumlah Orang per tim Jumlah Hari Laptop Biaya (1) (2) (3) (4) (5) (6=4x5) (7) (8) (9) 1 Auditorat I.A 0 2 Auditorat I.B 0 3 Auditorat I.C 0 4 Auditorat II.A 0 5 Auditorat II.B 0 6 Auditorat II.C 0 7 Auditorat III.A 0 8 Auditorat III.B 0 9 Auditorat III.C 0 10 Auditorat IV.A 0 11 Auditorat IV.B 0 12 Auditorat IV.C 0 13 Auditorat V.A 0 14 Pwk. Aceh 0 15 Pwk. Medan 0 16 Pwk. Padang 0 17 Pwk. Pekanbaru 0 18 Pwk. Palembang 0 19 Pwk. Batam 0 20 Pwk. Jambi 0 21 Pwk. Lampung 0 22 Pwk. Jakarta 0 23 Pwk. Bandung 0 25 Pwk. Yogyakarta 0 26 Pwk. Surabaya 0 27 Auditorat VI.A 0 28 Pwk. Denpasar 0 29 Pwk. Kupang 0 30 Pwk. Mataram 0 31 Pwk. Pontianak 0 32 Pwk. Palangkaraya 0 33 Pwk. Banjarmasin 0 34 Pwk. Samarinda 0 35 Pwk. Makassar 0 36 Pwk. Kendari 0 37 Pwk. Manado 0 38 Pwk. Gorontalo 0 39 Pwk. Palu 0 40 Pwk. Ternate 0 41 Pwk. Ambon 0 42 Pwk. Manokwari 0 43 Pwk. Jayapura 0 44 Auditorat VII.A 0 45 Auditorat VII.B 0 46 Auditorat VII.C 0 47 Auditorat VII.D 0 JUMLAH 0 PETUNJUK PENGISIAN Kolom 2 Satker Uraian Keterangan Dari keseluruhan Satker, dipilih satker yang terkait dalam pemeriksaan sesuai dengan "AKN terkait" diatas 3 Entitas Diisi dengan nama entitas pemeriksaan sesuai dengan Satker terkai 4 Jumlah Tim Diisi dengan jumlah tim yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan atas entitas ybs sesuai dengan satker terkait 5 Jumlah Orang Per Tim Diisi dengan jumlah personil dalam satu tim pemeriksaan dengan memperhatikan volume pekerjaan untuk masing-masing entitas (komposisi tim dimungkinkan berbeda antar satker) 6 Jumlah Total jumlah SDM yang dibutuhkan untuk memeriksa entitas yb 7 Hari Lama waktu pemeriksaan untuk masing-masing entitas yb 8 Laptop Jumlah sarana laptop yang diperlukan untuk memeriksa entitas ybs 9 Biaya Boleh tidak diisi

92 Lampiran BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS (isi jenis pemeriksaan) PADA (Nama Entitas).. DI... AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA.../ PERWAKILAN BPK DI.. TAHUN ANGGARAN...

93 Lampiran Dasar Hukum Pemeriksaan Standar Pemeriksaan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) 3. Tujuan Pemeriksaan Entitas yang Diperiksa Lingkup Pemeriksaan Hasil Pemahaman Sistem Pengendalian Intern (SPI) Sasaran Pemeriksaan Kriteria Pemeriksaan Alasan Pemeriksaan Nomor : Tanggal :

94 Lampiran Metode Pemeriksaan Petunjuk Pemeriksaan Jangka Waktu Pemeriksaan NO. URAIAN KEGIATAN JUMLAH HARI PEMERIKSAAN KETERANGAN URUT PEMERIKSAAN KETUA ANGGOTA ANGGOTA JUMLAH TIM TIM TIM Pembicaraan awal dengan Pimpinan Instansi atau Proyek atau Badan Usaha Pembicaraan akhir dengan Pimpinan Instansi atau Proyek atau Badan Usaha. Keterangan : 1. Hari kerja = hari 2. Hari libur dan atau hari Minggu = hari 3. Perjalanan pergi atau pulang = hari J u m l a h = hari

95 Lampiran Susunan Tim dan Biaya Pemeriksaan NO. URUT SUSUNAN TIM PEMERIKSAAN GOLONGAN / NAMA PANGKAT RINCIAN BIAYA PEMERIKSAAN JUMLAH HARI LAIN- PEMERIKSAAN LUMPSUM TRANSPOR JUMLAH LAIN KETERANGAN 13. Kerangka LHP (terlampir)

96 Lampiran Waktu Penyampaian dan Distribusi LHP ,... Tortama/Kalan,... NIP....

97 Lampiran 3.3 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA [diisi dengan: Alamat BPK/ Perwakilan, Nomor telepon dan fax] SURAT TUGAS Nomor :.../ST/.../.../20... [disesuaikan dengan kode penomoran yang ditetapkan] Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan memberi tugas kepada: [diisi nama, peran dalam tim, dan jangka waktu pemeriksaan seperti contoh berikut] 1. Nama A Penanggung Jawab.. hari 2. Nama B Pengendali Teknis.. hari 3. Nama C Ketua Tim.. hari 4. Nama D Anggota Tim.. hari untuk melaksanakan: [diisi jenis pemeriksaan, nama entitas yang diperiksa, obyek pemeriksaan, tahun yang diperiksa, dan lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan] [diisi tempat dan tanggal surat tugas] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Ketua/Wakil Ketua/Anggota/Kalan., [diisi nama pemberi tugas] Tembusan [disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat jabatan]: 1. [pihak ekstern; bisa lebih dari satu] 2. [pihak intern; untuk penugasan dari Badan: Sekjen, Tortama, Inspektur utama, Kepala Ditama Revbang] 3. [pihak intern untuk penugasan dari kalan: Anggota dan Tortama terkait, Inspektur utama, Kepala Ditama Revbang]

98 Lampiran 3.4 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KERJA PERORANGAN PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS...[disesuaikan dengan P2-nya] Nama Anggota Tim Pemeriksa:. Waktu Pemeriksaan Catatan No. Langkah Pemeriksaan (mandays) KKP No. KetuaTim Rencana Realisasi ,. Disetujui oleh, Disusun oleh, ( Ketua Tim ) ( Nama Anggota Tim ). NIP.... NIP...

99 Lampiran 3.5 Nomor : Lampiran :.. berkas Hal : Pemberitahuan Pemeriksaan [diisi tempat, tanggal, bulan, tahun] Yth. [diisi nama jabatan/pimpinan dan alamat entitas yang diperiksa] Sehubungan dengan pelaksanaan. [isi jenis, lingkup pemeriksaan sesuai Surat Tugas] sesuai Surat Tugas No.. tanggal terlampir, kami akan melaksanakan tugas pemeriksaan selama. hari. Pemeriksaan tersebut akan dimulai tanggal.. dan akan berakhir tanggal Dalam rangka pemeriksaan tersebut, kami membutuhkan dokumen-dokumen sebagai berikut : 1. Isi dokumen yang diminta. 2. sda... Dokumen lainnya yang belum tercantum dalam surat ini akan kami mintakan kemudian dalam pelaksanaan pemeriksaan. Demikian pemberitahuan kami. Atas bantuan dan kerja sama yang baik, kami ucapkan terima kasih. Ketua Tim, [Nama] Tembusan: Yth. Pengendali Teknis;

100 Lampiran Lembar ke :... Kode No. :... Nomor :... BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS Pejabat berwenang yang memberi perintah Nama pegawai yang diperintahkan a. Pangkat dan golongan menurut PGPS-1968 b. Jabatan c. Gaji pokok d. Tingkat menurut peraturan perjalanan dinas Maksud perjalanan dinas Alat angkut yang dipergunakan a. Tempat berangkat b. Tempat tujuan a. Lamanya perjalanan dinas b. Tanggal berangkat c. Tanggal harus kembali Pembebanan anggaran : a. Instansi b. Mata Anggaran Keterangan lain-lain : a. b. c. Rp d. a. b. a. b. c. Tortama/Kalan/Pejabat lainnya a. Badan Pemeriksa Keuangan... b. Dikeluarkan di : Pada tanggal : Tortama/Kalan/Pejabat lainnya (...) Tembusan disanpaikan kepada :

101 Lampiran Berangkat dari :... (tempat kedudukan) Pada tanggal :... ke :... Kepala Tiba di :... pada tanggal :... Kepala (...) Tiba di :... pada tanggal :... Kepala (...) Tiba di :... pada tanggal :... Kepala (...) Tiba kembali di... (tempat kedudukan) Pejabat yang memberi perintah. (...) Berangkat dari :... ke :... Pada tanggal :... Kepala (...) Berangkat dari :... ke :... Pada tanggal :... Kepala (...) Berangkat dari :... ke :... Pada tanggal :... Kepala (...) Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalanan tersebut di atas benar dilakukan atas perintahnya, dan semata-mata untuk kepentingan jabatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pejabat yang memberi perintah. Tortama/Kalan/Pejabat lainnya (...) CATATAN LAIN-LAIN : PERHATIAN : Pejabat yang berwenang menerbitkan SPPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba serta Bendaharawan bertanggung jawab berdasarkan peraturan-peraturan keuangan Negara, apabila Negara menderita rugi akibat kesalahan kelalaian dan kealpaannya (angka 8 lampiran Surat Edaran Menteri Keuangan tanggal 30 April 1974 No. B-296/MK/I/4/1974).

102 Lampiran BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BERITA ACARA PENOLAKAN PEMERIKSAAN/ PEMBERIAN KETERANGAN/DOKUMEN PEMERIKSAAN Pada hari ini, tanggal..saya: Nama :... Jabatan :... pada Badan Pemeriksa Keuangan, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan berdasarkan Surat Tugas No....tanggal... telah meminta kepada: Nama :... Jabatan :... pada... untuk dapat memeriksa/memperoleh keterangan dan dokumen-dokumen pemeriksaan. Meskipun kepadanya sudah diberitahukan, dibacakan, dan dijelaskan pasal 10, pasal 11, dan pasal 24 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan pasal 9 ayat (1) huruf b UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang berbunyi: Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 10: Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat: a. meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara; b. mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya; c. melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan keuangan negara; d. meminta keterangan kepada seseorang; e. memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

103 Lampiran Pasal 11 Dalam rangka meminta keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf d, BPK dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang. Pasal 24 (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kepentingan kelancaran pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi, dan/atau menggagalkan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratusjuta rupiah). (3) Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tanpa menyampaikan alasan penolakan secara tertulis dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,000,00 (lima ratus juta rupiah). (4) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuat palsu dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rpl ,00 (satu miliar rupiah). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Pasal 9 ayat (1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang: b. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara; Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. Yang bersangkutan tetap menolak untuk diperiksa/memberi keterangan dan dokumen pemeriksaan, dengan alasan: Berita acara ini dibuat atas sumpah/janji yang dilakukan pada waktu saya menerima jabatan...., Penanggung Jawab Pemeriksaan, [pimpinan entitas yang diperiksa] ( ) ( )

104 Lampiran 4.2 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SURAT PERNYATAAN PENOLAKAN MENANDATANGANI BERITA ACARA PENOLAKAN PEMERIKSAAN/PEMBERIAN KETERANGAN/DOKUMEN PEMERIKSAAN Pada hari ini, tanggal..saya: Nama :... Jabatan :... pada Badan Pemeriksa Keuangan, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan berdasarkan Surat Tugas No....tanggal... telah meminta kepada: Nama :... Jabatan :... pada... untuk menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan disebabkan menolak untuk diperiksa/memberi keterangan dan dokumen pemeriksaan. Yang bersangkutan berkeberatan menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan, dengan alasan: Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari siapa pun juga. Penanggung Jawab Pemeriksaan,..., [pimpinan entitas yang diperiksa] ( ) ( )

105 Lampiran 4.3 Nomor : Lampiran : - Perihal : Penyampaian Temuan Pemeriksaan Yth [isi dengan pimpinan entitas yang diperiksa] Kami sampaikan dengan hormat Temuan Pemeriksaan atas [isi dengan jenis pemeriksaan] untuk Tahun 20xx pada [isi dengan obyek pemeriksaan sesuai P2] untuk mendapatkan perhatian. Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami ucapkan terima kasih. Diterima oleh : Tempat, Tanggal Bulan Tahun, [isi dengan nama pimpinan entitas yang diperiksa] Ketua Tim Pemeriksa [isi dengan nama pimpinan entitas yang diperiksa] [isi dengan nama ketua tim]

106 Lampiran5.1 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA [Diisi dengan alamat kantor BPK/Perwakilan] Nomor : [nomor surat] [tempat, tanggal] Lampiran : [diisi bila ada] Hal : Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Yth [nama jabatan & alamat entitas yang diperiksa] Sehubungan dengan pemeriksaan atas [isi nama entitas atau obyek pemeriksaan] berdasarkan Surat Tugas No. Tanggal. kami sampaikan konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tersebut untuk memperoleh tanggapan Bapak/Ibu/Saudara paling lambat tanggal. Tanggapan Bapak/Ibu/Saudara dapat disampaikan pada alamat dibawah ini: [diisi alamat tujuan tanggapan] Apabila tanggapan tersebut tidak kami peroleh dalam jangka waktu tersebut, kami menganggap Bapak/Ibu/Saudara menerima konsep LHP dimaksud. Bersama ini kami sampaikan pula formulir Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut atas konsep LHP tersebut. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, kami ucapkan terima kasih. Tortama/Kepala Perwakilan..., [nama] Tembusan: 1. Yth. Anggota terkait; 2. Yth. Tortama...[untuk perwakilan BPK].

107 Lampiran 5.2 NO. LHP : TANGGAL : AUDITAMA/ PERWAKILAN BPK : RENCANA AKSI (ACTION PLAN) TINDAK LANJUT REKOMENDASI BPK DALAM LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS [sebutkan sesui judul LHP] No. Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Rencana Aksi Waktu Pelaksanaan Keterangan [Tempat, tanggal] [nama entitas yang diperiksa] [tanda tangan dan stempel] [nama pejabat entitas yang diperiksa] [jabatan]

108 Lampiran 5.3 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS [JENIS LAPORAN] [ENTITAS YANG DIPERIKSA] TAHUN ANGGARAN 20XX DI [TEMPAT ENTITAS] AKN/PERWAKILAN BPK-RI DI [TEMPAT AKN/PERWAKILAN] Nomor : Tanggal :

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /K/I-XIII.2/2/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /K/I-XIII.2/2/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU F KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /K/I-XIII.2/2/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No.112, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA KERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/K/I-XIII.2/8/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/K/I-XIII.2/8/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/K/I-XIII.2/8/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Lampiran : Keputusan BPK-RI Nomor : 2/K/I-XIII.2/I/2009 Tanggal : 27 Februari 2009 BPK-RI 300/2009 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2009

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Provinsi Kepulauan Riau 2012 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 2015 Kepala Perwakilan BPK Provinsi Riau. Drs. Widiyatmantoro NIP

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 2015 Kepala Perwakilan BPK Provinsi Riau. Drs. Widiyatmantoro NIP Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) BPK Perwakilan Provinsi Riau KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 20152015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, LAPORAN KINERJA, DAN REVIU ATAS LAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1728, 2015 KEMENKEU. Anggaran. Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan. Pengawasan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.09/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. b. c. bahwa untuk

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5)

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5) No.1902, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Laporan Kinerja. Perjanjian Kerja. Pengukuran Kinerja. Juknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 20152015 TENTANG

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.982, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLU. SOP dan Pengelolaan Bisnis Proses. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BISNIS PROSES DAN STANDAR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG MEKANISME KERJA TIM PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEKRETARIS JENDERAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri; GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN LAPORAN PROYEK PERUBAHAN Peningkatan Ketertiban dan Kecepatan Proses Administrasi Perjalanan Dinas serta Kemudahan Akses Informasi Status Proses Administrasi Perjalanan Dinas melalui Penyusunan POS dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2014 KEMENKEU. Bendahara Umum. Anggaran. Penetapan Alokasi. Penelahaan. Perencanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN AHLI

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN AHLI PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN AHLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

- 1 - WALIKOTA GORONTALO, - 1 - PROVINSI GORONTALO KEPUTUSAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR : / / / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN (PKPT) INSPEKTORAT KOTA GORONTALO TAHUN 2016 WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Program

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.317, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja. Pengukuran. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

-4- (2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

-4- (2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Penilaian. Prestasi Kerja. PNS. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Penilaian. Prestasi Kerja. PNS. Pedoman. No. 273, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Penilaian. Prestasi Kerja. PNS. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1243, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Pembentukan Permen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.134, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. Keterangan Ahli. Pembiayaan. Prosedur. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

No. 500/2011 DIREKTORAT UTAMA REVBANG DIKLAT SUB DIREKTORAT LITBANG PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN KINERJA

No. 500/2011 DIREKTORAT UTAMA REVBANG DIKLAT SUB DIREKTORAT LITBANG PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN KINERJA No. 500/2011 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT UTAMA REVBANG DIKLAT SUB DIREKTORAT LITBANG PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN KINERJA 2 0 1 1 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-XIII.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-XIII.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/K/I-X.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-63/PJ/2011 TENTANG : PENJAMINAN KUALITAS PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-63/PJ/2011 TENTANG : PENJAMINAN KUALITAS PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-63/PJ/2011 TENTANG : PENJAMINAN KUALITAS PROYEK TEKNOLOGI Pedoman Penjaminan Kualitas Proyek Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2017 LAPAN. PEMBENTUKAN PERKA LAPAN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/K/I-XIII.2/9/2017 TENTANG

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/K/I-XIII.2/9/2017 TENTANG KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/K/I-XIII.2/9/2017 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 3/K/I-XIII.2/7/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN XLIX : KEPUTUSAN SEKJEN BPK NOMOR : 399/K/X-XII.2/9/2016 TANGGAL : 2 SEPTEMBER 2016

LAMPIRAN XLIX : KEPUTUSAN SEKJEN BPK NOMOR : 399/K/X-XII.2/9/2016 TANGGAL : 2 SEPTEMBER 2016 LAMPIRAN XLIX : KEPUTUSAN SEKJEN BPK NOMOR : 399/K/X-XII.2/9/2016 TANGGAL : 2 SEPTEMBER 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN, PENCATATAN SIPIL DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1122, 2016 LEMSANEG. Hasil Pemeriksaan Internal dan Eksternal. Laporan. Penyelesaian. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

Lebih terperinci

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR : 20 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 Juli 2011 JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG A. JADWAL BULANAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Bulan Januari

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

Pembentukan Tim didasarkan pada :

Pembentukan Tim didasarkan pada : Pembentukan Tim didasarkan pada : Surat Tugas IRTAMA yang berisikan susunan tim, entitas, ruang lingkup pengawasan, waktu serta kewajiban yang dibebankan kepada tim; Surat Tugas IRTAMA untuk penanganan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA BUPATI HULU SUNGAI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU

Lebih terperinci

IV. STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL ESELON II, III, DAN IV PADA SATUAN ORGANISASI SEKRETARIAT MENTERI SEKRETARIS NEGARA

IV. STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL ESELON II, III, DAN IV PADA SATUAN ORGANISASI SEKRETARIAT MENTERI SEKRETARIS NEGARA - 650 - IV. STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL ESELON II, III, DAN IV PADA SATUAN ORGANISASI SEKRETARIAT MENTERI SEKRETARIS NEGARA A. Biro Perencanaan A.1. Kepala Biro Perencanaan 1.1. Nama Jabatan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja,

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja, No.1629, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyusunan dan Penelaahan RKA- KL. Pengesahan DIPA. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163 /PMK.02/2016 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Januari 2017 Kepala Perwakilan. Harry Purwaka, S.E., MSF.,Ak., CA NIP

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Januari 2017 Kepala Perwakilan. Harry Purwaka, S.E., MSF.,Ak., CA NIP Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) BPK Perwakilan Provinsi Riau KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, DRAFT 9 APRIL 2015 PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENJADIKAN BPK PERWAKILAN SEBAGAI REPRESENTASI BPK YANG BERKUALITAS DAN BERMANFAAT

MENJADIKAN BPK PERWAKILAN SEBAGAI REPRESENTASI BPK YANG BERKUALITAS DAN BERMANFAAT MENJADIKAN BPK PERWAKILAN SEBAGAI REPRESENTASI BPK YANG BERKUALITAS DAN BERMANFAAT Oleh : Wahyu Priyono, S.E.,M.M.,Ak.,CA Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BALAI SERTIFIKASI MUTU DAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 50 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 50 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 50 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENELAAHAN, DAN PENETAPAN ALOKASI BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2017 KEMENDAGRI. Hibah. Penerimaan dan Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1078, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pemberian. Bantuan Pendanaan. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci