BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Alat Berat Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat (Rochmanhadi, 1982) Backhoe Backhoe adalah suatu alat berat yang diperuntukkan memindahkan suatu material, sehingga dapat meringankan pekerjaan yang berat apabila dilakukan dengan tenaga manusia. Disamping itu hal ini juga untuk mempercepat waktu pengerjaan sehingga dapat menghemat waktu (Rochmanhadi, 1982 ). Backhoe sering digunakan untuk : 1. Menggali parit, lubang, pondasi 2. Penghancuran gedung 3. Perataan permukaan tanah 4. Mengangkat dan memindahkan material 5. Pertambangan 5

2 Gambar 2.1 Backhoe Akibat adanya perbedaan kebutuhan dalam pemakaian Backhoe dalam suatu bidang industri, sehingga Backhoe dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis bucketnya, antara lain : - Standard Bucket : Jenis bucket yang sering digunakan karena flexible untuk beberapa kondisi pekerjaan. Gambar 2.2 Standard Bucket 6

3 - Ripper Bucket : Bucket jenis ini cocok untuk menggali lapisan bebatuan dan tanah liat yang keras. Bucket ini mempunyai penetrasi cukup dalam. Gambar 2.3 Ripper Bucket - Trapezoid Bucket : Digunakan untuk membangun kanal atau irigasi. Gambar 2.4 Trapezoid Bucket 7

4 - Slope Finishing Bucket : Digunakan untuk meratakan permukaan tanah karena memiliki bucket yang datar dan lebar. Biasa untuk meratakan jalan, kanal, sisi lereng, sisi sungai, dan lain-lain. Gambar 2.5 Slope Finishing Bucket - Ditch Cleaning Bucket : Berfungsi untuk membersihkan sungai atau mengeruk lumpur di dasar sungai. Bucket ini mempunyai beberapa lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air. Gambar 2.6 Ditch Cleaning Bucket 8

5 - Single Shank Ripper : Digunakan untuk mempersiapkan lahan yang akan digali terutama untuk lahan bebatuan dan juga untuk mencabut akar batang pohon. Gambar 2.7 Single Shank Ripper - Three Shank Ripper : Alat yang efisien untuk untuk menggali batuan pada lereng, menghancurkan dan mengangkat pondasi beton, dan juga untuk mencabut akar batang pohon. Gambar 2.8 Three Shank Ripper 9

6 - Clamshell Bucket : Digunakan untuk memindahkan material. Gambar 2.9 Clamshell Bucket - Spike Hammer : Cocok untuk struktur beton, lereng bendungan, dan lain-lain. Gambar 2.10 Spike Hammer - Grapple : Digunakan untuk mengangkat batang kayu. 10

7 Gambar 2.11 Grapple - Lifting Magnet : Digunakan untuk mengangkat barangbarang yang terbuat dari logam. Gambar 2.12 Lifting Magnet - Scrap Grapple : Untuk mengangkat dan memindahkan material dengan bentuk yang tidak beraturan. Memiliki 4 buah cakar yang dapat membuka dan menutup dengan silinder dan hidrolik masing-masing. 11

8 Gambar 2.13 Scrap Grapper - Magnet Fork Excavator : Didasarkan pada lifting magnet dan fork yang memberikan performa pengoperasian dalam penanganan potongan-potongan material, yaitu mengkombinasikan kekuatan magnet dan fork. Gambar 2.14 Magnet Fork Excavator 12

9 2.1.2 Dump Truck Dump Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jauh, muatannya diisikan oleh Backhoe atau sebagainya (Rochmanhadi, 1982 ). Dump Truck dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. On Highway Dump Truck yaitu digunakan untuk memindahkan dan membuang material dengan kapasitas terbatas. On Highway Dump Truck ini termasuk kategori truck kecil. Berikut ini keuntungan dan kerugian truck kecil yaitu sebagai berikut : Gambar 2.15 On Highway Dump Truck a. Keuntungan Truck Kecil : - Lebih lincah - Lebih mudah dioperasikan - Lebih Fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat b. Kerugian Truck Kecil adalah : - Waktu Hilang lebih banyak karena muatan yang kecil - Backhoe lebih sedikit sukar karena bak yang kecil 2. Off Highway DumpTruck digunakan untuk memindahkan material dengan kapasitas yang besar mulai dari 40 ton sampai 360 ton. Off Highway Dump Truck ini termasuk kategori truck besar. Berikut ini adalah keuntungan dan kerugian dari truck besar yaitu sebagai berikut : 13

10 Gambar 2.16 Off Highway Dump Truck a. Keuntungan Truck Besar : - Cocok untuk Pengangkutan Jarak menengah dan jauh - Pemuatan lebih mudah, sehingga menghemat waktu b. Sedangkan Kerugiannya adalah : - Lebih sulit untuk mengoprasikan - Jalan yg dilalui lebih cepat rusak jika dibanding Truck Kecil - Tidak bisa melalui jalan-jalan umum 2.2 Pengertian Dasar Mengenai Tanah Tanah dalam keadaan alami terdiri dari dua bagian ( Rochmanhadi, 1988 ), yaitu : - Bagian padat ( solids ) merupakan partikel tanah yang padat - Bagian pori ( voids ) berisi air dan udara Keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang dijumpai dalam pemindahan tanah yaitu : - Keadaan asli, yaitu keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan, dinyatakan dalam ukuran alam Bank Measure ( BM ). - Keadaan lepas, yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, misalnya : tanah diatas blade, diatas truck didalam bucket dinyatakan dalam Loose 14

11 Measure (LM) yang besarnya sebagai berikut : LM = ( BM x % swell ) + BM. - Keadaan padat, yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan dipadatkan. Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih besar mungkin juga lebih kecil dari volume keadaan bank measure, tergantung usaha pemadatan yang dilakukan. Faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas alat berat adalah : 1. Berat material, berpengaruh terhadap volume yang diangkut / didorong, hubungannya dengan tenaga tarik dari alat. 2. Kekerasan, makin keras tanah akan semakin sukar untuk dikerjakan oleh alat, sehingga berpengaruh terhadap produktifitas alat. 3. Kohesivitas / daya ikat, Merupakan kemampuan untuk saling mengikat diantara butir tanah itu sendiri, tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda-beda sehingga pengerjaan terhadap jenis-jenis tanah tertentu tidak sama dengan tanah yang lain dalam hal produktifitas dari peralatan. 4. Bentuk butir / material, Butiran yang kecil akan terdapat rongga yang kecil, sedangkan tanah dengan butiran yang besar akan terdapat rongga yang besar, sehingga akan berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat. Cara menghitung perubahan volume berbagai keadaan tanah: a. Swell ditentukan dengan : Sw = ( B-L ) / L x 100 % (2.1) b. Shrinkage ( penyusutan ) ditentukan dengan : Sh = (C - B)/C x 100 % (2.2) Sw = swell = persentase pengembangan tanah/material. Sh = shrinkage = persentase penyusutan tanah/material. B = berat jenis tanah keadaan asli. L = berat jenis tanah dalam keadaan lepas. 15

12 C = berat jenis tanah dalam keadaan telah dipadatkan/padat. 2.3 Karakteristik Alat Pemilihan alat ( tenaga alat ) sangatlah penting dilakukan agar alat yang dioperasikan bisa bekerja secara optimal sesuai dengan spesifikasi alat dan kondisi yang ada di lapangan sehingga alat yang digunakan tidak kekurangan tenaga akibat pengaruh kelandaian. Alat harus diperhitungkan agar bisa bekerja secara optimal seperti berikut ini : (Rochmanhadi, 1982 ) Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance ) Tahanan gelinding adalah tahanan yang dialami kendaraan ketika melalui suatu jalan atau permukaan. Untuk praktisnya, tahanan gelinding ( RR ) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : RR = C RR x berat kendaraan beroda ( kg/ton ) (2.3) C RR = koefisien tahanan gelinding (2.4) Besarnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Koefisien tahanan gelinding JENIS TANAH RODA BESI Tanah keras 0,10 Tanah gembur 0,12 Tanah lunak 0,16 Kerikil lepas 0,15 Pasir lepas 0,15 Tanah basah / lumpur - Sumber : Rochmanhadi (1982) C RR RODA KARET 0,04 0,05 0,09 0,12 0,12 0, Pengaruh Kelandaian GR ( Grade Resistance ) Jika kendaraan bergerak pada jalan menanjak maka akan mendapat hambatan akibat grafitasi, sebaliknya bila menurun akan mendapat tambahan tenaga akibat grafitasi tersebut. Makin besar persentase kemiringan makin besar pula nilai Wg ( komponen berat yang menghambat atau membantu pergerakan kendaraan ). Setiap 1 % kemiringan medan Wg bertambah sebesar 10 kg untuk setiap 1 ton berat kendaraan. 16

13 2.3.3 Koefisien Traksi Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip. Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip disebut traksi kritis, besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut : Traksi kritis = koefisien traksi x berat total kendaraan (2.5) Besarnya koefisien traksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2 Koefisien Traksi TYPE DAN JENIS TANAH JENIS RODA BAN KELABANG Lempung 0,55 0,90 Liat kering 0,55 0,90 Tanah kering 0,55 0,90 Jalan datar tanpa perkerasan 0,55 0,90 Lempung liat basah 0,45 0,70 Lempung liat becek 0,45 0,70 Tanah pertanian basah 0,45 0,70 Tempat pengambilan batu 0,65 0,55 Pasir basah 0,40 0,50 Jalan kerikil gembur 0,36 0,50 Pasir kering gembur 0,20 0,30 Tanah basah berlumpur 0,20 0,25 Sumber : Rochmanhadi (1982) Pengaruh Ketinggian ( Altitude ) Makin tinggi suatu tempat, lapisan oksigen semakin tipis sehingga pembakaran antara bahan bakar dan oksigen dalam mesin menjadi berkurang. Oleh karena itu tenaga mesin juga akan berkurang. Menurut hasil penelitian untuk mesin 4 langkah pengurangan tenaga mesin sebesar 3 % setiap kenaikan tempat 100 m diatas ketinggian 750 m diatas muka air laut. Itu artinya sampai ketinggian 750 m diatas muka air laut tenaga mesin belum berkurang. Sedangkan untuk mesin 2 langkah, pengurangan tenaga mesin hanya 1 %. 17

14 2.3.5 Drawbar Pull ( DBP ) Drawbar Pull adalah tenaga yang tersedia pada kait di belakang traktor dinyatakan dalam satuan Lb, kg atau HP. DBP merupakan tenaga bersih yang bisa digunakan oleh traktor atau kendaraan untuk menarik beban. Tenaga bersih tersebut merupakan tenaga yang disediakan oleh mesin setelah dikurangi oleh tenaga yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance, grade resistance dan pengaruh ketinggian Rimpull Rimpull adalah tenaga yang disediakan oleh mesin kepada roda, dinyatakan dalam satuan kg. Tenaga ini akan bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memindahkan alat bila roda tidak selip. Agar roda tidak selip harus ada gesekan yang cukup antara roda dan landasan kerja. Bila rimpull suatu alat tidak diketahui, biasanya bisa dihitung dengan rumus : Rimpull = ( 375 x HP x efisiensi ) / Kec. ( mph ) lb. (2.6) Besarnya efisiensi berkisar antara 80 % s/d 85 %. Dalam menghitung tenaga tari alat, rimpull harus dikurangi dengan tenaga yang dihabiskan untuk mengatasi RR, GR, dan tenaga karena pengaruh ketinggian (altitude) Gradeability Gradeability adalah kemampuan alat untuk mendaki tanjakan yang dinyatakan dalam persen. Gradeability tergantung dari : - kendaraan sendiri (dalam kondisi kosong atau dimuati) - kecepatan pada gear yang dipilih - daya tarik yang tersedia - berat total kendaraan - rolling resistance 18

15 2.4 Produktivitas Produktivitas dapat dibagi menjadi dua bagian : (Suryadharma dan Y. Wigroho) Produktivitas Tenaga Kerja Selain dari tenaga-tenaga yang tersedia, pelaksana harus mencari tenaga kerja baru untuk mencukupi keperluan tenaga kerja. Hal ini mengharuskan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, seperti tenaga kerja berpendidikan tinggi, operator alat berat dan lain sebagainya yang tentunya memerlukan suatu perencanaan sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik Produktivitas Alat-alat Berat Produktivitas alat berat adalah batas kemampuan alat berat untuk bekerja atau hubungan antara tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang tersedia dan tenaga yang dapat dimanfaatkan sangat berpengaruh pada produktivitas suatu alat berat. a. Backhoe digunakan untuk pekerjaan penggalian tanah. Untuk mulai menggali dengan alat ini, bucket dijulurkan ke depan ke tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan bucket diayunkan ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket ditarik kearah alatnya. Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing. Untuk mengangkut hasil penggalian digunakan dump truck. Untuk Produksi Backhoe : = (2.7) Dimana : Q = Produksi Backhoe (m3/jam LM) q = Kapasitas Bucket (m3) E = Job faktor Ct = Waktu siklus (menit) b. Dump Truck digunakan untuk pengangkutan material timbunan dan galian. Dump truck yang digunakan adalah dump truck bertipe pengangkatan ke belakang. Material dari hasil galian backhoe lalu dimasukan kedalam dump truck kemudian dibuang ke tempat pembuangan atau tempat timbunan. Cara pembuangan material dengan cara bak truck didorong dengan alat hidrolik sehingga didapat kemiringan bak truck yang sesuai dengan kemiringan yang 19

16 diinginkan. Untuk menghitung produksi perjam dari dump truck yang mengerjakan pekerjaan yang sama secara simultan dapat dihitung dengan rumus : Untuk Produksi Dump Truck : = (2.8) Dimana : Q = Produksi Dump Truck (m3/jam LM) q = Kapasitas bak (m3) E = Job faktor Ct = Waktu siklus (menit) 2.5 Job Faktor Alat Berat Adapun rumus untuk mendapatkan nilai job factor adalah : (Peurifoy, Ledbetter, Martono, 1988 ) E total =Eam + Eco + Em + EM (2.9) Eam = Faktor gabungan alat dan medan Eco = Faktor gabungan cuaca dan operator Em = Faktor sifat dan kondisi material EM = Faktor kondisi manajemen Faktor Gabungan Alat dan Medan (Eam) a. Kondisi Peralatan Nilai kondisi peralatan dapat dicari dengan rumus : K = (( ) / UE ) x t (%) (2.10) UE = umur ekonomis alat dalam jam t = jam operasi yang sudah dicapai dalam jam Berikutnya nilai kondisi tersebut dapat klasifikasikan kedalam kriteria sesuai dengan tabel berikut : 20

17 Tabel 2.3 Klasifikasi Kondisi NO KLASIFIKASI KONDISI NILAI KONDISI (%) 1 Prima Baik Cukup Sedang 60 Sumber : Rochmanhadi (1982) b. Kondisi Medan dan Lingkungan Kondisi medan dapat dicari dengan melihat tabel berikut : Tabel 2.4 Klasifikasi Kondisi Lapangan KLASIFIKASI KONDISI KRITERIA LAPANGAN Lapangan datar kering Jalan hantar lurus, keras/aspal, datar IDEAL Ruang gerak luas Lingkungan bebas Lapangan datar lembab Jalan hantar lurus, bergelombang, RINGAN perkerasan kering (alam) lembab Ruangan gerak luas Lingkungan bebas Lapangan kering bergelombang Jalan hantar tidak lurus, bergelombang, tanpa perkerasan SEDANG (alam) lembab Ruang gerak luas Lingkungan bebas Lapangan bergelombang dan becek BERAT Jalan hantar berbelok-belok tajam dan 21

18 Sumber : Rochmanhadi (1982) bergelombang tidak terawat (alam) dan becek Ruang gerak sempit Lingkungan terbatas Berikut dari kedua nilai tersebut dicari nilai faktor gabungannya dengan melihat tabel berikut : Tabel 2.5 Faktor Gabungan NO KONDISI KONDISI ALAT MEDAN PRIMA BAIK CUKUP SEDANG 1 Ideal Ringan Sedang Berat Sumber : Rochmanhadi (1982) Faktor Gabungan Cuaca dan Operator (Eco) a. Operator Nilai kemampuan pada masing-masing klasifikasi didasarkan atas curriculum vitae (CV) operator dan mekanik sebagai berikut : Tabel 2.6 Curriculum Vitae Operator dan Mekanik NO KUALIFIKASI IDENTITAS (CURRICULUM VITAE) 1 Terampil 2 Baik 3 Cukup Pendidikan STM/Sederajat Sertifikat SIMP/SIPP (III) dan atau Pengalaman lebih dari 6000 jam Pendidikan STM/Sederajat Sertifikat SIMP/SIPP (II) dan atau Pengalaman lebih dari jam Pendidikan STM/Sederajat Sertifikat SIMP/SIPP (I) dan atau Pengalaman lebih dari jam 22

19 Pendidikan STM/Sederajat 4 Sedang Sertifikat dan atau Pengalaman kurang dari 3000 jam Sumber : Rochmanhadi (1982) 5. Cuaca Keadaan Cuaca dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu : - Terang, segar - Terang, panas, berdebu - Mendung gerimis, dingin - Gelap Dari nilai kualifikasi operator dan keadaan cuaca didapat nilai factor gabungannya sesuai dengan tabel berikut : Tabel 2.7 Kualifikasi Operator NO CUACA OPERATOR DAN MEKANIK Terampil Baik Cukup Sedang 1 Terang, segar Terang, panas, berdebu Dingin, mendung, gerimis Gelap Sumber : Rochmanhadi (1982) Faktor Sifat dan Kondisi Material (Em) Untuk mencari nilai faktor sifat dari kondisi material dapat dilihat dari jenis alat dan jenis material sesuai dengan tabel berikut : 23

20 Tabel 2.8 Kondisi Material PENGERJAAN TINGKAT FAKTOR KESULITAN MATERIAL Mudah 1.10 DOZING Sedang 0.90 Agak Sulit 0.70 Sulit 0.60 Mudah 1.20 Sedang 1.10 EXCAVATING Agak Sulit 0.90 Sulit 0.80 Mudah LOADING Sedang KONDISI DAN JENIS MATERIAL Dapat digusur secara sempurna penuh blade, kadar air rendah, bukan tanah pasir dipadatkan, tanah biasa, onggokan material. Tanah lepas tetapi tidak. Digusur sepenuh blade, tanah kerikil, pasir, batu pecah halus. Kadar air tinggi, liat lengket, tanah liat keras kering, pasir kerikil. Batu hasil peledakan atau batu berukuran kasar dan lumpur. Kondisi alam, tanah biasa atau tanah lunak. Kondisi alam tanah liat, tanah liat, tanah pasir atau pasir kering. Kondisi alam tanah pasir dengan kerikil. Onggokan batu hasil peledakan, lumpur. Onggokan material, hasil galian dapat menunjung, pasir, tanah pasir, tanah liat lembek basah (kadar air sedang). Onggokan tanah material tetapi untuk mengambilnya agak diforsir, pasir kering, tanah liat, batu pecah, kerikil halus. 24

21 Agak Sulit Sulit Batu pecah halus, tanah liat keras, sirtu, tanah pasir, tanah liat yang semuanya sulit di sodok dan lumpur. Batu pecah kasar, hasil peledakan, batu kali, sirtu, tanah pasir, tanah liat yang semuanya sulit disodok dan lumpur. Semua material yang diangkut HAULING Pengisian oleh Loader adalah material lepas, alat hanya berfungsi pengangktuan, bukan pengisian. Sumber : Rochmanhadi (1982) Faktor Kondisi Manajemen (EM) Prestasi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemantapan suatu manajemen. Adapun cara untuk mencari nilai menajemen dapat dicari berdasarkan tabel berikut : Tabel 2.9 Kondisi Manajemen NO KUALIFIKASI CURRICULUM VITAE NILAI FAKTOR (%) Pendidikan : Formal : S1 - Teknik Informal : Large project management 1 Sangat baik Manager audit 0.95 Project administration Pengalaman : Proyek dengan nilai 1 M Proyek dengan nilai 1.5 M 2 Baik Pendidikan : Formal : S1 - Teknik

22 3 Cukup 4 Sedang Sumber : Rochmanhadi (1982) Informal : Contraction management Engineering management Similar project management Pengalaman : Proyek dengan nilai 0.50 M Proyek dengan nilai 1 M Pendidikan : Formal : S1 - Teknik Informal : Engineering management Similar project management Pengalaman : Proyek dengan nilai 0.25 M Proyek dengan nilai 0.50 M Pendidikan : Formal : STM - Teknik Informal : Engineering management Pengalaman : Proyek dengan nilai 0.10 M Proyek dengan nilai 0.25 M Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk satu kali produksi (Rochmanhadi, 1985 ) Backhoe Waktu Siklus terdiri dari 4 (empat) komponen waktu, yaitu : 1. waktu muat bucket (digging time), tm; 2. waktu putar bermuatan (swing loaded time), tpb; 26

23 3. waktu buang muatan (dumping time), tb; 4. waktu putar kosong/kembali (swing empty empty time), tpk. Jadi waktu siklus atau cycle time adalah : Ct = tm + tpb + tb + tpk (menit) (2.11) Waktu siklus masih dipengaruhi oleh faktor kedalaman gaian yaitu : R = x100% (2.12) Sehingga waktu siklus diperhitungkan adalah Ct = Cta x R (menit) (2.13) Berdasarkan rumus diatas dapat dicari nilai Cta dan R berdasarkan tabel berikut : Tabel Nilai Cta dan R SUDUT KAPASITAS BUCKET (M3) BUANG Tabel 2.10 (Lanjutan) R (%) Mudah Sedang Agak Sulit Sulit < > Sumber : Rochmanhadi (1982) Pada tabel R diatas, yang dimaksud dengan : Mudah = tanah lunak galian dangkal kehati-hatian menggali tidak perlu Sedang = pembuangan bebas tanah biasa kedalaman sedang kehati-hatian menggali tidak perlu Agak Sulit = pembuangan tertentu tanah keras, liat perlu kehati-hatian menggali 27

24 Sulit = pembuangan tertentu tanah liat, liat perlu kehati-kehatian menggali Dump truck Waktu siklus terdiri dari 5 komponen waktu yaitu : 1. waktu muat : tm = qdt/ql x Cu (menit) 2. waktu angkut muatan : tam = D/Vam (menit) 3. waktu buang muatan : tb (menit) 4. waktu kembali (kosong) : tk = D/Vk (menit) 5. waktu tunggu dimuati : tt (menit) Jadi waktu siklus adalah : Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt (menit) (2.14) qdt = kapasitas bak DumpTruck (m3) ql = kapasitas bucket pemuat (m3) Ctl = waktu siklus pemuat (menit) D = jarak angkut (m) Vam = kecepatan angkut (m/menit) Vk = kecepatan kembali (m/menit) Memperhatikan rumus waktu siklus tersebut diatas terlihat bahwa kecepatan translasi ( kecepatan untuk menempuh setiap segmen jarak atau waktu yang dibutuhkan oleh dump truck untuk melakukan atau melewati setiap komponen siklusnya, komponen yang dimaksud antara lain terdiri dari waktu muat, waktu angkut, waktu buang, waktu kembali kosong dan waktu tunggu dimuati ) merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya angka waktu siklus, sehingga perlu terlebih dahulu menghitung besarnya kecepatan sebagai berikut : Kecepatan angkut Vam= N x 75 x 60 /Pam (m/menit) (2.15) Kecepatan balik VVk = N x 75 x 60 / Pk (m/menit) (2.16) Selanjutnya dalam rumus kecepatan diatas perlu terlebih dahulu menghitung gaya angkut / Pam dan gaya kembali / Pk sebagai berikut : Pam = R ( Bo + q Bj )(RR ± sin a/1000) (kg) (2.17) 28

25 Pk = R.Bo (RR ± sin.a/1000) (kg) (2.18) N = tenaga mesin (HP) Bo = berat alat (ton) q = kapasitas angkut (m3) Bj = berat jenis material dalam keadaan lepas (ton/m3) RR = rolling resistance/tahanan gelinding (kg/ton) a = sudut kelandaian (derajat) + = menanjak - = menurun R = konsentrasi beban pada roda penggerak = 0.60 untuk rear drive = 0.50 untuk rear and front drive Selanjutnya waktu tunggu dan waktu buang yang angkanya dipengaruhi oleh metode kerja, kondisi lapangan, dan kondisi alat perlu diketahui. Untuk mempermudah perhitungan berikut ini diberikan angka-angka untuk tb dan tt tabel berikut : Tabel 2.11 Waktu Buang dan Waktu Tunggu No Kondisi Wkt.Buang, tb (menit) Wkt. Tunggu, tt (menit) 1 Baik Sedang Kurang Sumber : Rochmanhadi, 1982 Kriteria kondisi baik, sedangkan dan kurang pada tabel diatas adalah sbb : Baik = pembuangan bebas tidak perlu manuver mengatur posisi pembuangan atau unloading dan pengisian antrian tidak terjadi Sedang = pembuangan tidak bebas perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian 29

26 antrian menumpuk (lebih dari 1 unit) Kurang = pembuangan tidak bebas perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian antrian menumpuk (lebih dari 2 unit) 2.7 Jumlah Kebutuhan Peralatan Backhoe Untuk menghitung kebutuhan peralatan Backhoe dapat dirumuskan sebagai berikut : (Rochmanhadi, 1985 ) n = V/ (We.S.Q) (2.18) n = jumlah unit peralatan perjenis (unit) V = volume perjenis pekerjaan (m 3 ) We = waktu efektif hari kerja (hari) S = standar jam kerja perhari sesuai peraturan (=8 jam/hari) Q = produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m 3 /jam) DumpTruck Untuk menghitung kebutuhan peralatan DumpTruck dapat dirumuskan sebagai berikut : n= Ct DT x (2.19) n = jumlah unit peralatan perjenis (unit) Ct DT = waktu siklus dari DumpTruck (menit) qbh = kapasitas bucket pemuat (m 3 ) qdt = kapasitas bak DumpTruck (m 3 ) Ct BH = waktu siklus dari Backhoe (menit) 30

27 2.8 Analisa Biaya Penggunaan Alat Komponen Biaya Biaya penggunaan peralatan dihitung berdasarkan keperluan biaya untuk mengoperasikan alat per 1 ( satu ) jam pengoperasian, yang harus memperlihatkan komponen biaya sebagai berikut : ( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 ) 1. Biaya Kepemilikan, terdiri dari : a. biaya penyusutan b. bunga modal c. asuransi 2. Biaya Operasi, terdiri dari : a. bahan bakar b. bahan pelumas mesin c. bahan pelumas transmisi d. minyak hidrolik e. gemuk f. filter-filter g. bahan-bahan pokok h. biaya operator 3. Biaya Pemeliharaan/Perbaikan Biaya Kepemilikan 1. Biaya Penyusutan adalah cicilan pengembalian modal atau investasi yang ditanam dalam bentuk alat yang ada pada suatu saat akan habis karena proses keausan akibat penggunaan. Ada tiga cara yang umum dalam menentukan nilai penyusutan : ( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 ) a. Straight Line Adalah penyusutan yang nilainya pada tiap kali penyusutan dilakukan sama besar sepanjang masa penyusutan, sebagai berikut : D = ( Hp Hs Hbp ) / ( UE.h ) Rp./jam (2.20) Dimana : D = penyusutan depresiasi 31

28 Hp = harga pokok alat Rp Hs = harga sisa atau nilai sisa alat, biasanya 10 % Hp Rp Hbp = harga ban untuk peralatan beroda ban dan pipa pipa untuk kapal keruk ( ban/pipa bukan merupakan bagian dari harga pokok alat) UE = umur ekonomis alat yang akan disusut (tahun) H = jumlah jam operasi per tahun b. Double Declining Balance adalah penyusutan yang didasarkan pada harga buku saat akan disusut, sehingga nilai penyusutan tidak sama pada periode penyusutan, sebagai berikut : Dn = ( 2/UE ) x ( HB (n-1) / h ) Rp/jam (2.21) Dn : penyusutan pada periode ke n HB (n-1) : harga buku alat sebelum periode ke-n Rp. UE : umur ekonomis alat tahun h : jumlah jam operasi per tahun n : periode ke-n c. Sum of Years Digits adalah penyusutan yang nilai susut pada tiap periode penyusutan tidak sama dan didasarkan pada jumlah digits umur ekonomis sebagai berikut : Dn = [ 2.h.(UE + 1) / (Ue + 1 ) ] x [ (Hp Hs Hbp)/h ] (2.22) Dn : penyusutan pada periode ke-n UE : umur ekonomis alat tahun h : umur alat pada saat akan disusut tahun Hp : harga pokok alat Rp Hs : harga sisa alat, biasanya diperhitungkan sebesar 10 % Hp Rp Hbp : harga ban untuk peralatan beroda ban, dan pipa untuk peralatan keruk 32

29 Memperhatikan rumus-rumus penyusutan diatas, maka untuk : 1. Cara double declining balance dan sum of years digits harus diketahui data alat meliputi : a. periode penyusutan tahun ke-n b. harga buku alat pada sebelum tahun ke-n karena itu cara ini hanya cocok untuk pekerjaan swakelola. 2. Cara straight line, tidak perlu mengetahui data yang dimaksud butir 1 diatas, karena nilai penyusutan rata atau sama tiap periode. Mengingat pekerjaan dilaksanakan secara kontraktual dan data inventaris sumberdaya kontraktor dalam bentuk alat tidak diketahui, maka dalam rangka penyusunan owner s estimate cost digunakan straight line. Cara ini juga sangat sesuai dengan cara para kontraktor menghitung penyusutan dalam penawarannya. 2. Bunga modal adalah bunga dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memiliki alat. Jumlah dari biaya-biaya tersebut disebut sebagai harga pokok alat. Modal dalam bentuk alat tersebut mengalami penyusutan, sehingga nilainya semakin kecil dengan bertambahnya umur alat. Sejalan dengan hal tersebut, maka nilai bunganya juga harus semakin kecil. Mengingat saat pengenaan perhitungan bunga dalam tenggang masa penyusutan datannya tidak diketahui, terlebih karena pemilik modal adalah pihak lain, maka dalam rangka pennyusunan owners estimate cost ( OE ) digunakan cara perhitungan bunga rata-rata sebagai berikut : Bm = i. ( (UE+1)/2.UE ) x ( Hp/h ) Rp/jam (2.23) i : tarif bunga yang angkanya sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia pada saat bersangkutan. UE : umur ekonomis dari alat bersangkutan tahun Hp : harga pokok alat Rp H : standar jam operasi per tahun = 2000 jam 3. Asuransi, Mengingat investasi dalam bentuk alat cukup mahal, maka umumnya kontraktor mengasuransikan peralatannya guna menghadapi resiko kecurian, kebakaran dan kecelakaan dengan perhitungan premi sebagai berikut : 33

30 Biaya asuransi = p%. [ (UE+1)/2.UE ] x (Hp/h) Rp/jam (2.24) p : premi asuransi = 2 % ( biasanya ) UE : umur ekonomis alat tahun Hp : harga pokok alat Rp h : standar jam operasi alat per tahun = 2000 jam. Mengingat peralatan terdiri dari berbagai jenis dan dalam rumusan depresiasi, bunga modal dan asurannsi terdapat komponen umur ekonomis maka perlu sekali diketahui umur ekonomis dari tiap jenis alat, seperti yang di berikan pada lampiran ( tabel ) Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya-biaya yang harus disediakan untuk memperoleh jasa alat. Biaya ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut: ( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 ) a. Biaya bahan bakar ( BBM ) Ditentukan sebagai berikut : BBM = (0,80. N. S / E ) x H bbm Rp/jam (2.25) N : tenaga maksimum yang tersedia pada fly wheel sesuai dengan spesifikasi teknik dari alat ( HP ) S : kebutuhan spesifik bahan bakar sesuai dengan spesifikasi peralatan yang bersangkutan. Bila hal tersebut tidak diketahui, maka dapat digunakan pendekatan empiris sebagai berikut : S = 0,22. Liter / HP. Jam : untuk bensin S = 0,15. Liter / HP.jam : untuk solar H bbm : harga bahan bakar setempat ( Rp//jam ) E : job faktor alat yang mempengaruhi pengoperasian alat. Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi. b. Biaya bahan oli pelumas. Ditentukan sebagai berikut : 34

31 1. Untuk mesin. BB.O m = [(C/T) + (S/E)] x N x H bop Rp/jam (2.26) Dimana : C : kapasitas crank case atau carter mesin sesuai dengan spesifikasi mesin. Bila hal tersebut tidak diketahui maka dapat digunakan pendekatan empiris yaitu : C = 0,13 liter / HP (2.27) T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 250 jam operasi. S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang karena penguapan atau rembesan melalui seal. = 0,0005 liter / HP.jam E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi alat. Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi. N : tenaga yang tersdia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat HP H bop : harga bahan pelumas setempat Rp/liter 2. Untuk transmisi, meliputi tarque converter, main clutch, steering cases, differential, final drive, dan lain-lain. BBO T = [(C/T) + ( S/E)] x N.H bop Rp/jam (2.28) C : kapasitas transfer cases sesuai spesifikasi alat, bila tidak diketahui dapat digunakan pendekatan empiris yaitu : C = 0,223 liter / HP T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang karena penguapan atau rembesan melalui seal. = 0,0003 liter / HP.jam E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi. Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi. 35

32 N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi alat ( HP ). H bop : harga bahan pelumas setempat Rp/ltr Catatan : Harga jenis bahan pelumas mesin dapat berbeda dengan harga dan jenis pelumas transmisi. c. Biaya bahan hidraulic Ditentukan sebagai berikut : BBH = [(C/T) + ( S/E )] x N. H bbh Rp/jam (2.29) C : kapasitas tangki persediaan bahan hidraulic yang nilainya seperti tabel dibawah ini : Tabel 2.12 Kapasitas Tangki No. Jenis Alat C ( liter/hp ) 1 Bulldozer 2 Track Loader 3 Dump Truck 0,62 4 Motor grader 5 Motor scraper 6 Wheel loader 7 Compactor ( Vibroller ) 1,29 8 Excavator ( hidraulic ) 9 Drilling rig 2, Kapal keruk Sumber : Rochmanhadi (1982) T : interval waktu penggantian hidraulic = 2000 jam operasi S : kebutuhan spesifik bahan hidraulic pengganti yang hilang karena penguapan dan rembesan melalui seal = 0,0003. Liter/HP.jam untuk alat nomor 1 s/d 6 pada tabel C. = 0,00064 liter/hp.jam untuk alat nomor 7 s/d 10 pada tabel C. 36

33 E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi. Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi. N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi alat ( HP ). H bbh : harga bahan hydraulic setempat Rp/ltr d. Biaya bahan gemuk ( grease ) Ditentukan sebagai berikut : BBG = S/E x N x H bbg Rp/jam (2.29) S : kebutuhan spesifik bahan gemuk = 0,00009 kg / HP. Jam untuk alat nomor urut 1 s/d 6,7,9 dan 10 tabel = 0,006 kg /HP. Jam untuk excavator N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat. H bbg E : harga bahan gemuk setempat Rp/kg : job faktor alat yang nilainya sama dengan yang diperhitungkan pada produksi alat. e. Biaya filter-filter. Ditentukan berdasarkan biaya-biaya bahan bakar pelumas dan hidraulic serta grease, yaitu : BFF= 0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG ) Rp/jam (2.30) BBM : biaya bahan bakar BBO : biaya bahan pelumas BBH : biaya bahan hidraulic BBG : biaya bahan grease f. Biaya bahan pokok Bahan-bahan pokok dimaksud disini adalah : - ban, untuk peralatan beroda ban - pipa-pipa, untuk peralatan yang menggunakan pipa-pipa (misalnya kapal keruk). 37

34 Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut : BBP = H bbp / T Rp/jam (2.31) H bbp : harga bahan pokok Rp T : umur ekonomis bahan pokok jam Nilai T untuk ban adalah seperti pada tabel berikut ini yang didasarkan pada kondisi medan pengoperasian. Tabel 2.13 Umur Ekonomis Untuk Ban T ( jam ) No. Jenis Alat Kondisi Medan Ringan Sedang Berat Dump truck Motor scraper Towed scraper Motor grader Wheel loader Sumber : Rochmanhadi (1982) g. Biaya operator. Operator tidak sama dengan pekerja ( labour ) karena itu biaya operator harus sesuai dengan peraturan penggajian dengan komponen penerimaan operator terdiri dari : 1. Gaji ( upah operator dan pembantu operator ( bila ada ) ) Rp/jam 2. Biaya lembur Rp/jam 3. Premi prestasi ( bila ada ) Rp/jam 4. Tunjangan pengobatan, ekstra fooding pakaian kerja Rp/jam Biaya Pemeliharaan / Perbaikan Biaya pemeliharaan / perbaikan yang dimaksud disini adalah untuk pemeliharaan / perbaikan tingkat III ( PTK. III ) dan tingkat IV ( PTK. IV ). Dalam biaya ini sudah termasuk biaya pengadaan suku cadang dan biaya mekanik dengan komposisi 57 % suku cadang dan 43 % mekanik. Biaya pemeliharaan/perbaikan ditentukan sebagai berikut :( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 ) 38

35 BPP = f x [(HP H bbp ) / UE ] Rp/jam (2.32) dimana: f : faktor biaya pemeliharaan selama umur ekonomis alat = 65 % atau 90 % tergantung pada jenis alat sebagaimana tercantum dalam tabel umur ekonomis. HP : harga pokok peralatan Rp H bbp : harga ban Rp UE : umur ekonomis alat jam ( lihat tabel umur ekonomis ) 2.9 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan peralatan, bahan-bahan dan tenaga pengawas, pengatur dan pekerja ( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 ). Karena itu perhitungan harga satuan pekerjaan adalah : HSP = B/Q Rp/m3 (2.33) B : total/biaya yang dikeluarkan per satu satuan waktu alat, bahan, tenaga dan biaya umum. Q : produksi optimum per satu satuan waktu yang menjadi target. Dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan, khususnya dalam penggunaan alat berat, maka perlu diperhatikan sumber dari alat berat tersebut, apakah alat tersebut milik proyek atau milik kontraktor. Perhitungan harga satuan pekerjaan untuk keperluan penyusunan kontrak antara proyek dengan kontraktor dapat dilakukan dengan memperhatikan : 1. Jika peralatan berasal dari kontraktor maka owning cost diperhitungkan. 2. Jika peralatan berasal dari proyek maka owning cost tidak diperhitungkan. Adapun variasi dari cara kontrak adalah sebagai berikut : 39

36 Tabel 2.14 Variasi Cara Kontrak PELAKS. CARA PEMILIK PELAKS. OPERASIONAL PEKERJAAN ALAT PERBAIKAN & PERAWATAN Kontrak K K K Kontrak P K K Kontrak P K P Sumber : Rochmanhadi (1982) HARGA SATUAN PEKERJAAN ( I + II + III ) / Produksi Alat ( I.2 + I.3 + II + III ) / Produksi Alat ( I.2 + II + III ) / Produksi Alat Keterangan : K : Kontraktor P : Penyewaan I : Biaya langsung yang terdiri dari : I.1. : Biaya kepemilikan; I.2. : Biaya operasional; I.3. : Biaya perbaikan. II : Biaya tak langsung, biasanya diambil sebesar 20 % dari biaya langsung. III : Biaya yang terdiri dari Keuntungan dan Pajak. - Keuntungan, diperhitungkan sebesar 15 % dari biaya langsung dan biaya tak langsung - Pajak, diperhitugkan sebesar 10 % dari biaya langsung + biaya tak langsung + keuntungan. 40

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE DAN DUMP TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh : FEBRI PETER SETIAWAN NIM: 1104105104 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

2.2 Fungsi Alat Berat Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya : - Alat Pengolah Lahan

2.2 Fungsi Alat Berat Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya : - Alat Pengolah Lahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Berat Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur

Lebih terperinci

PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat :

PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat : PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat : 60 Q q E W s dimana : Q produksi alat dalam satu jam (m 3 /jam atau cu.yd/h) q kapasitas alat per siklus (m 3 /siklus atau cu.yd/siklus) W s waktu siklus

Lebih terperinci

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) q 60 E Q q = q 1. k dimana, q 1 = kapasitas munjung k = factor bucket Waktu siklus a)

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH. Nama Peneliti : Ir. GEDE ASTAWA DIPUTRA NIP :

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH. Nama Peneliti : Ir. GEDE ASTAWA DIPUTRA NIP : LAPORAN PENELITIAN MANDIRI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH Nama Peneliti : Ir. GEDE ASTAWA DIPUTRA NIP : 19580916 198702 1 001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT

MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT Q Metode Perhitungan Produksi Alat Berat : q q N 60 Cm E E dimana : Q = produksi per jam, m /jam, cu.yd/jam q = produksi (m, cu.yd) dalam satu siklus N = jumlah siklus dalam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA MUHAJIR SORDIAN SUHARTA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada perencanaan proyek yang menggunakan alat berat, hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana menghitung kapasitas operasi suatu alat. Oleh karena itu perlu diketahui teori dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT

ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT (Studi kasus : Proyek Pengurugan Lahan KPRI MEKAR, Jln Sunan Kalijaga No 239, Rangkasbitung Lebak Banten) Oleh : Andri Gustiono, *Budiono, **Heny Purwanti Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN :

Volume 14 No. 02 September 2013 ISSN : ANALISIS HARGA SATUAN TIMBUNAN TANAH DENGAN BERBAGAI MACAM ALAT BERAT (STUDI KASUS PADA PROYEK GEDUNG DAKWAH MUHAMMADIYAH DESA KODOKAN KECAMATAN TASIK MADU KABUPATEN KARANGANYAR) Supardi Mahasiswa - Jurusan

Lebih terperinci

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis. ALAT GALI Yang termasuk alat gali adalah : 1. Backhoe atau Pull Shovel 2. Power Shovel atau Front Shovel menggunakan prime mover excavator : 3. Dragline bisa wheel (roda ban) atau crawler (roda rantai)

Lebih terperinci

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Bobot Nilai : Dosen TP : 50 % Dosen AB : 50 % Dosen AB : PR & Diskusi : 30 % Quiz : 30 % UAS : 40 % Referensi 1. Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8)

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Excavator Secara Umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut ( loading and unloading) suatu material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya).

Lebih terperinci

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS A r m e d y NRP : 9021048 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

SCRAPER. Pada umumnya lapisan tanah yg dpt dikelupas oleh scraper mempunyai ketebalan : + 10 cm.

SCRAPER. Pada umumnya lapisan tanah yg dpt dikelupas oleh scraper mempunyai ketebalan : + 10 cm. CRAER craper (pengikis) adalah alat yang mempunyai banyak fungsi dalam pemindahan tanah, yaitu untuk memuat, mengangkut dan membongkar muatan sekaligus (tanpa tergantung peralatan lain). ifat material

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VII BIAYA ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng.

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VII BIAYA ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VII BIAYA ALAT ALAT BERAT OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN I PENGENALAN UMUM OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai

Lebih terperinci

BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT

BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT BIAYA KEPEMILIKAN DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT Di dalam suatu proyek konstruksi alat-alat berat yang digunakan dapat berasal dari bermacammacam sumber, antara alain alat berat yang dibeli oleh kontraktor,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH DI PROYEK TOL NGANJUK - KERTOSONO NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH DI PROYEK TOL NGANJUK - KERTOSONO NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH DI PROYEK TOL NGANJUK - KERTOSONO NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik AFIFAH

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT

IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT A. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Untuk memperkirakan produksi alat beras secara teliti perlu dipelajari faktor-faktor yang secara langsungdapat mempengaruhi hasil

Lebih terperinci

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT By : Sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung,

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN Program : Pembangunan Jalan Dan Jembatan Kegiatan : Pengerasan Jalan Bengkinang Kelurahan Loa Tebu Lokasi : Kec. Tenggarong Sumber Dana : APBD Kab.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa :

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa : 54 BAB III METODOLOGI 3.. Umum. Metodologi merupakan suatu metode pendekatan untuk menyelesaikan masalah dengan memperhatikan sumber data dan fasilitas yang tersedia. Metodologi menguraikan langkah-langkah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VI TRUK OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 1969066 19950 00 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Proyek Jaringan jalan saat ini merupakan salah satu prasarana sistem transportasi untuk menunjang berbagai bidang pembangunan yang merupakan urat nadi dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Pengadaan Pekerjaan Konstruksi - Metode e-lelang Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG

MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG Management of Heavy Equipment on Earth Working AP 10 Batang Weleri

Lebih terperinci

BAB II EARTHMOVING DAN HAULING

BAB II EARTHMOVING DAN HAULING BAB II EARTHMOVING DAN HAULING I. PENDAHULUAN Earthmoving merupakan proses atau metode pemindahan material berupa tanah atau batu dari 1 loksasi ke lokasi lainnya. Biasanya aktivitas earthmoving terkait

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Produktivitas Excavator Produktifitas alat pada kenyataan di lapangan tidak sama jika dibandingkan dengan kondisi ideal alat dikarenakan hal-hal tertentu seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. YUSTIKA UTAMA ENERGI KALIMANTAN TIMUR Oleh: Efigenia

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA SUMATRA

PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA SUMATRA PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA 138+000-151+000 SUMATRA Disusun oleh : KHAIRUL MUTTAQIN 3107 040 207 Peta Lokasi Peta Lokasi Peta Lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage BAB I PENDAHULUAN Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan penggunaan excavator adalah untuk membantu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN Pekerjaan : Pembangunan Jalan Usaha Tani Ghonsume Lokasi : Desa Ghonsume Tahun Anggaran : 2013 Total Panjang Fisik : 1,650 Km NO. DIVISI Uraian Jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 21 BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi yang dimaksud dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data dan pengolahan data, guna menunjang penyelesaian laporan Tugas akhir dengan

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.12, November 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.12, November 2013 ( ) ISSN: ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH (Studi Kasus Perencanaan Bandar Udara Lokasi Desa Pusungi Kec. Ampana Tete Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah) Stefi Priescha Tauro Jermias Tjakra,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kondisi Material 3.1.1 Ukuran Material Faktor ini harus dipahami karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu.

Lebih terperinci

KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN Rezky Anisari (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAKSI... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DATAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMBANG,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG. (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG. (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project) OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project) Annisa Citra La Shinta, Harimurti, M. Hamzah Hasyim Jurusan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN LPB PADA PENINGKATAN JALAN CILIK RIWUT DI KECAMATAN MURUNG KALIMANTAN TENGAH

PERHITUNGAN ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN LPB PADA PENINGKATAN JALAN CILIK RIWUT DI KECAMATAN MURUNG KALIMANTAN TENGAH Perhitungan Alat berat untuk Pekerjaan LPB pada Peningkatan Jalan (Rezky Anisari ) PERHITUNGAN ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN LPB PADA PENINGKATAN JALAN CILIK RIWUT DI KECAMATAN MURUNG KALIMANTAN TENGAH Rezky

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN GEDUNG P1 P2 UK PETRA

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN GEDUNG P1 P2 UK PETRA PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN GEDUNG P1 P2 UK PETRA Kelvin Rudy Sutanto 1, Michael Halmar Kosasi 2, Andi 3 ABSTRAK : Pemilihan alat berat mempengaruhi efisiensi dan profitabilitas pada

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat MODUL PERKULIAHAN Metode Pelaksanaan dan Alat Berat Pengertian tentang kapasitas produksi Dozer shovel/wheel loader dan Motor grader. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKTIVITAS WAKTU KERJA ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN JALAN (Studi Kasus : Ruas Jalan Tangkeh Blang Luah Cs, Woyla Timur)

ANALISIS EFISIENSI PRODUKTIVITAS WAKTU KERJA ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN JALAN (Studi Kasus : Ruas Jalan Tangkeh Blang Luah Cs, Woyla Timur) ANALISIS EFISIENSI PRODUKTIVITAS WAKTU KERJA ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN JALAN (Studi Kasus : Ruas Jalan Tangkeh Blang Luah Cs, Woyla Timur) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI USAHA PERSEWAAN CRAWLER TRACTOR DI KOTA Y. Pingkan Ane Kristy Pratasis ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI USAHA PERSEWAAN CRAWLER TRACTOR DI KOTA Y. Pingkan Ane Kristy Pratasis ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI USAHA PERSEWAAN CRAWLER TRACTOR DI KOTA Y Pingkan Ane Kristy Pratasis ABSTRAK Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek proyek konstruksi dengan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 8 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK JUDUL PENELITIAN STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Oleh : IRAWAN SUDARSONO Nrp. 3106 207 713 1 Latar Belakang Timbulan

Lebih terperinci

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

ASSALAMUALAIKUM WR.WB ASSALAMUALAIKUM WR.WB Disusun Oleh : 1. Akhmad Arif (3106030026) 2. Atho Adil Sansail (3106030142) LATAR BELAKANG Kurangnya persediaan air baku pada saat musim kemarau TUJUAN RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov. PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGAH UNIT LAYANAN PENGDAAN POKJA I

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGAH UNIT LAYANAN PENGDAAN POKJA I PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGAH UNIT LAYANAN PENGDAAN POKJA I Lantai III Kantor Bupati Jl. Geser Masohi 97511 Tlp./Fax. (0914) 21685 E-mail : ulp.malukutengah@gmail.com BERITA ACARA ADENDUM DOKUMEN

Lebih terperinci

Dump Truk : Model alat : 773 B Kapasitas bak : 26 m 3 Waktu buang : 1,20 menit Kecepatan angkut : 22 km/jam Kecepatan kembali : 28 km/jam Jarak angkut

Dump Truk : Model alat : 773 B Kapasitas bak : 26 m 3 Waktu buang : 1,20 menit Kecepatan angkut : 22 km/jam Kecepatan kembali : 28 km/jam Jarak angkut Total biaya pekerjaan = volume pekerjaan x biaya satuan pekerjaan = 120.000 m 3 x Rp 64.675,22 = Rp. 7.761.026.400,- Rangkuman Biaya utama dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Biaya Kepemilikan +

Lebih terperinci

TSI 477 TUGAS I METODE KONSTRUKSI & ALAT BERAT

TSI 477 TUGAS I METODE KONSTRUKSI & ALAT BERAT TSI 477 TUGAS I METODE KONSTRUKSI & ALAT BERAT OLEH : Muhammad Thaahaa (1110923002) Ricka Puspita Sari (1110922081) DOSEN: Amda Rusdi Muis, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Pengadaan Pekerjaan Konstruksi - Metode e-lelang Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST Alifudin Salim NRP : 0021003 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mencapai profit atau keuntungan yaitu peningkatan revenue

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mencapai profit atau keuntungan yaitu peningkatan revenue BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam usaha di bidang pertambangan batubara ada dua hal yang menjadi tujuan untuk mencapai profit atau keuntungan yaitu peningkatan revenue (pendapatan)

Lebih terperinci

Sumber: (http://blog.alatberat.com/wp-content/uploads/2014/07/perusahaantambang-alat-berat-blog.jpg)

Sumber: (http://blog.alatberat.com/wp-content/uploads/2014/07/perusahaantambang-alat-berat-blog.jpg) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan, konstruksi

Lebih terperinci

TUGAS MEKANIKA TANAH

TUGAS MEKANIKA TANAH TUGAS MEKANIKA TANAH PEMADATAN TANAH DOSEN : SIANA DEWI ARTHA, ST. NAMA : RESTU ILLAHI NIM : DBD 111 0120 JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) BILL OF QUANTITTY Kegiatan : REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN Pekerjaan : PEMELIHARAAN JALAN Nama Paket : REHAB/PEMELIHARAAN JALAN NGATABARU - TOMPU Kabupaten : SIGI Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran :

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI

KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI ANALISIS BIAYA MESIN PERTANIAN Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 ANALISIS BIAYA ALAT/MESIN PERTANIAN TUJUAN SUATU USAHA KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

RICARD. Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

RICARD. Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK TINJAUAN PEMENUHAN WAKTU PENGADAAN MATERIAL PEKERJAAN BASE COURSE DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI ALAT LOADER DAN DUMP TRUCK PADA JALAN ARTERI PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAYANG PASUPATI BANDUNG RICARD NRP

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPAT KERJA

ANALISIS TEMPAT KERJA II. ANALISIS TEMPAT KERJA Untuk dapat membuat rencana kerja yang realistis, rapi, dan teratur, sebelum menjatuhkan pilihan jenis alat yang akan digunakan, perlu dipelajari dan penelitian kondisi lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PEKERJAAN LAND CLEARING (Study Kasus Pada Proyek Bundaran Nol Kilometer Kabupaten Nagan Raya)

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PEKERJAAN LAND CLEARING (Study Kasus Pada Proyek Bundaran Nol Kilometer Kabupaten Nagan Raya) ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PEKERJAAN LAND CLEARING (Study Kasus Pada Proyek Bundaran Nol Kilometer Kabupaten Nagan Raya) Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nugraha dkk, 1995 dalam tugas akhir Perbandingan Biaya dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nugraha dkk, 1995 dalam tugas akhir Perbandingan Biaya dan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proyek Konstruksi Menurut Nugraha dkk, 1995 dalam tugas akhir Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Tower Crane dan Mobil Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat

BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang alur kegiatan analisa pengadaan alat berat di terminal curah batubara. Diagram alir kegiatan dapat dilihat pada gambar 3.1. START

Lebih terperinci

Jurnal Kontruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No.2, Tarogong Kidul, Garut

Jurnal Kontruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No.2, Tarogong Kidul, Garut PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT BULLDOZER DAN EXCAVATOR DIBANDINGKAN DENGAN BACKHOE LOADER PADA PEMBANGUNAN PETERNAKAN AYAM DAYEUH MANGGUNG Robby Maulana Sopa 1, Sulwan Permana 2, Ida

Lebih terperinci

D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : SDP.BOR.239.LPSE/ULP_POKJA I/LMD/IV/2017 Tanggal : 17 April 2017

D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : SDP.BOR.239.LPSE/ULP_POKJA I/LMD/IV/2017 Tanggal : 17 April 2017 Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Pengadaan Pekerjaan Konstruksi - Metode e-lelang Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.7 September 2017 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.7 September 2017 ( ) ISSN: Jurnal Sipil Statik Vol.5.7 September 207 (465-474) ISSN: 2337-6732 ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Lingkar SKPD Tahap 2 Lokasi

Lebih terperinci

Makalah Pemadatan TANAH

Makalah Pemadatan TANAH Makalah Pemadatan TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG A. Pemadatan Tanah Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas haruslah

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB

ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB. MALINAU PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABDUL GAFUR Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER

MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER Disusun oleh: Abdul Reza 4112110008 POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Jalan Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425 Telepon (021) 7863534, 7864927, 7864926, 7270042,

Lebih terperinci

FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN PERKIRAAN HARGA JUMLAH NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA

FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN PERKIRAAN HARGA JUMLAH NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA Analisa EI-21 FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN NAMA KEGIATAN : DAK Transportasi Perdesaan No. PAKET KONTRAK : NAMA PAKET PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan /Sidrap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN ECOMIX PADA KONSTRUKSI FLEXIBLE PAVEMENT

EFISIENSI PENGGUNAAN ECOMIX PADA KONSTRUKSI FLEXIBLE PAVEMENT EFISIENSI PENGGUNAAN ECOMIX PADA KONSTRUKSI FLEXIBLE PAVEMENT Sumarji Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57 Yogyakarta Email: zadaahmad@gmail.com 1.

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB

ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN WORK SHOP DI KAB ANALISA PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PEMATANGAN LAHAN UNTUK PEMBUATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA SKPA : Nama Pekerjaan : Lokasi : Kegiatan : Tahun Anggaran : No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume Analisa Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1 Pembersihan

Lebih terperinci

RINTA ANGGRAINI

RINTA ANGGRAINI TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET 4) KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR RINTA ANGGRAINI 3 040 67 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS EXCAVATOR PADA PEKERJAAN PASANG/SUSUN BATU GUNUNG UKURAN KG DAN KG

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS EXCAVATOR PADA PEKERJAAN PASANG/SUSUN BATU GUNUNG UKURAN KG DAN KG ISSN 2088-9321 pp. 91-100 PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS EXCAVATOR PADA PEKERJAAN PASANG/SUSUN BATU GUNUNG UKURAN 5-250 KG DAN 1000-1500 KG Mahmuddin 1 dan Nurisra 2 1,2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN GALIAN TANAH (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Stock Yard Suzuki Negara, Jln Denpasar-Gilimanuk, Kec Melaya, Kab Jembrana, Bali) TUGAS AKHIR Oleh : Refly

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAYA DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS DAN EKONOMI

KAJIAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAYA DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS DAN EKONOMI KAJIAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAYA DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS DAN EKONOMI {Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan Tol BOCIMI (Bogor, Ciawi, Sukabumi)} Oleh: Achmad Hidayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dump Truck Dump Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jauh, muatannya diisikan oleh Backhoe atau sebagainya (Rochmanhadi,

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TUGU COKLAT PARIT MALINTANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISA KEBUTUHAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TUGU COKLAT PARIT MALINTANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISA KEBUTUHAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TUGU COKLAT PARIT MALINTANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Hairul Amri, Yossyafra, Indra Khaidir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU 1 Nama Mata Kuliah : PTM (Pemindahan Tanah Mekanis) 2 Kode Mata Kuliah : TSS-3246 3 Semester : II 4 (sks)

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci