ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA Taufiq Pratama Kurniawan Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the performance based budgeting is and what sort of problems to deal with. In order to find out and to analyze the performance based budgeting at Department of Revenue and Financial Management of Surabaya City has referred to the Regulation of Minister for Internal Affairs no 59 of 2007 which is related to budgeting system by using performance based budgeting is designed to create effectiveness and efficiency in the use of budget. The implementation activity of budgeting from 2011 to 2012 was carried out at Department of Revenue and Financial Management of Surabaya City had suitable with the determined responsibility. In budgeting realization report during 2011 to 2012 had not encountered any significant problem. Keywords: Budgeting, Performance, Efficiency, and Effectiveness ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyusunan anggaran berbasis kinerja dan hambatan apa saja yang dihadapi. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis penyusunan anggaran berbasis kinerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya telah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri 59 Tahun 2007 yang menghubungkan pada sistem anggaran dengan menggunakan pendekatan kinerja (Performance Based Budgeting) dirancang untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan anggaran. Untuk penyusunan anggaran tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya telah sesuai dengan tanggung jawab dalam yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan laporan realisasi anggaran selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 tidak terdapat hambatan yang berarti. Kata kunci: Anggaran, Kinerja, Efisiensi dan Efektivitas. PENDAHULUAN Sistem anggaran sektor publik merupakan salah satu instrumen pemerintah dalam menentukan arah dari kebijakan pembangunan dan kualitas pelayanan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu sebagai suatu instrumen maka sistem anggaran sektor publik telah mengalami perkembangan yang sesuai dengan tuntutan dari reformasi sektor publik (Riyanto, 2006). Di lingkungan pemerintahan maupun di organisasi sektor publik anggaran merupakan hal yang rumit, berbeda dengan anggaran pada organisasi swasta yang mencari laba atau keuntungan. Pada sektor swasta anggaran merupakan hal yang dirahasiakan, namun hal ini tidak berlaku pada sektor publik, anggaran yang disusun harus diinformasikan kepada publik untuk dievaluasi dan diperbaiki pada periode yang akan datang. Transparansi ini mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi dalam hal administrasi publik, termasuk untuk mengubah sistem anggaran.

2 Anggaran Berbasis Kinerja adalah Suatu Anggaran yang menghubungkan anggaran pemerintah dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggung jawabkan manfaatnya. Performance based budgeting (Anggaran Berbasis Kinerja) dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektifitas dalam penggunaan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas pembangunan sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertanggung jawabkan secara transparan kepada masyarakat luas. Pemerintah Kota Surabaya merupakan salah satu bentuk organisasi sektor publik yang mengatur jalannya pemerintahan di Surabaya, sebagai sektor publik pemerintah kota Surabaya harus menyediakan layanan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran warga Surabaya, termasuk mengatur pengelolaan keuangan daerah dan menggunakan hasil dari pengelolaan tersebut untuk memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan pembangunan kota Surabaya. Undang undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan semua urusan pemerintahan (Irafahmi, 2009). Pemerintah kota Surabaya dan SKPD kota Surabaya termasuk daerah otonom yang menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri dan terdesentralisasi. Oleh karena itu, adanya desentralisasi pada pemerintah daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, maka pemerintah harus menyelenggarakan sistem pengelolaan keuangan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja serta dilakukan secara tertib,taat pada peraturan dan bertanggung jawab (Asmoko, 2006). Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya sebagai SKPD yang mengelola keuangan daerah harus dinilai efektivitas dan efisiensi kinerjanya dalam mengelola keuangan dan mencapai target target yang dicapai dalam memaksimalkan pendapatan. Efisien adalah Perbandingan antara input dengan output kegiatan, sedangkan efektif membandingkan antara output dan outcome yang dicapai (Bastian, 2006). Anggaran pemerintah daerah tertuang pada APBD yang merupakan rencana keuangan tahunan suatu daerah. DPPK membawahi bidang penganggaran dan pembendaharaan bertugas untuk merencanakan anggaran dan menangani urusan pemerintahan kota Surabaya. Anggaran di dalam APBD sumber dananya dari publik. Dana yang didapat dari masyarakat digunakan untuk membiayai program maupun kegiatan yang bermanfaat untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Anggaran yang jumlahnya terbatas harus dikelola secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak terbatas. Oleh karena itu program dan harus disusun berdasarkan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat. Masalah yang di teliti kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) bagaimana penyusunan anggaran berbasis kinerja di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya; (2) hambatan apa saja yang dihadapi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam penyusunan anggaran yang berbasis kinerja. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui bagaimana penyusunan anggaran kinerja di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya; (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam penyusunan anggaran yang berbasis kinerja. TINJAUAN TEORETIS Pengertian Anggaran Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan sutau organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan diukur dengan satuan moneter untuk 2

3 jangka waktu tertentu. Dari makna diatas kegiatan yang ada dalam anggaran melalui proses persetujuan dari beberapa pihak yang berkepentingan. Setelah program disahkan atau disetujui maka anggaran dapat disusun (Nafarin, 2004). 3 Jenis jenis Anggaran Menurut (Bastian, 2006), menjelaskan beberapa jenis anggaran pada sektor publik adalah : 1. Line Item Budgeting Merupakan proses penyusunan anggaran yang menekankan darimana dana berasal (penerimaan) dan untuk apa dana digunakan (pengeluaran). Karakteristik anggaran ini adalah untuk melakukan control keuangan, berorientasi pada input, penetapannya melalui pendekatan inkremental. Inkremental adalah cara penetapan anggaran dengan menaikkan jumlah anggaran yang lalu atau yang sedang berjalan. 2. Incremental Budgeting Sistem anggaran belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan dan sebagai dasar penentuan usulan anggaran yang akan datang. Kegiatan dalam anggaran ini merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. 3. Planning Programing Budgeting System (PPBS) Suatu proses perencanaan, pembuatan program dan penganggaran yang didalamnya termasuk identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang timbul. PPBS merasionalkan pembuatan anggaran dengan menjabarkan pada program, subprogram dan proyek. Nama lain dari PPBS ini adalah Program Budgeting. 4. Performance Budgeting (Anggaran Berbasis Kinerja) Sistem anggaran yang berorientasi pada output dan outcome dan berkaitan erat dengn visi, misi dan tujuan organisasi. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik Menurut (Wikipedia Indonesia, 2006) proses penyusunan anggaran sektor publik memiliki prinsip-prinsip pokok dalam siklus anggaran: 1. Tahap Persiapan Anggaran. Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan di estimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran. 2. Tahap Ratifikasi. Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dari pihak legislatif. 3. Tahap Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran. Dalam tahap ini yang paling penting adalah harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) dan sistem pengendalian manajemen. 4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi.

4 4 Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah. Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan pada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dan perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep ekonomis, efisien, efektif, dan pengawasan atas kinerja output, dan mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematis dan rasional dalam proses pengambilan keputusan (Mardiasmo, 2002). Program program tersebut disusun untuk menyusun rencana kinerja tahunan, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja-SKPD) yang merupakan rencana operasional dari renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari ABK. Program tersebut mencakup penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan. Hal hal yang harus diperhatikan untuk mengintegrasikan hal tersebut (Riyanto, 2006) antara lain : a. Keselarasan hubungan dokumen perencanaan di lingkungan pemerintah daerah. b. Anggaran yang dapat menggambarkan hubungan pembiayaan program. c. Hubungan kegiatan dengan rantai anggaran yang berbasis kinerja. d. Gambaran total pembiayaan seluruh program secara akurat sesuai sasaran yang ingin dicapai Prinsip Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja (Sancoko, 2008) adalah : 1. Value For Money (ekonomis dan efektif). Value For Money tidak semata mengukur biaya barang dan jasa melainkan juga memasukkan gabungan dari unsure kualitas, biaya, sumber daya yang digunakan, ketetapan penggunaan, batasan waktu dan kemudahan dalam menilai apakah secara bersamaan kesuma unsure tersebut membentuk value (nilai) yang baik. a. Ekonomis adalah Meminimalkan biaya sumber daya untuk suatu kegiatan. b. Efisien adalah Melaksanakan tugas dengan usaha yang optimal. c. Efektif adalah Sejauh mana sasarannya dicapai. 2. Prinsip good corporate governance adalah Pelayanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung jawab pada publiknya (Suprasto, 2006). Prinsip dari good corporate governance sendiri (Sancoko, 2008) adalah : a. Participation, adanya partisipasi dari semua pihak, masyarakat luas termasuk adanya jaminan kebebasan berserikat dan berekspresi dalam proses penganggaran termasuk adanya pengawasan terhadap belanja publik oleh masyarakat luas. b. Rule of law, pelaksanaan anggaran berbasis kinerja harus berdasarkan peraturan dan undang undang yang berlaku. c. Transparency, penyelenggaraan pemerintahan harus transparan. d. Responsiveness, sistem anggaran harus mampu menampung keinginan publik dalam waktu yang masuk akal. e. Consensus orientation, anggaran harus mengkoordinir seluruh kepentingan masyarakat luas.

5 f. Equity and inclusiveness, kesamaan dan pengikutsertaan jika diterapkan dalam sistem penganggaran maka semua keputusan dalam bidang keuangan dibuat demi kepentingan seluruh masyarakat bukan hanya sebagaian golongan. g. Effectiveness and efficiency, efektif artinya melakukan hal yang benar dan sesuai dengan target, efisiensi artinya melakukan dengan optimal. h. Accountability, artinya pertanggungjawaban keuangan yang memadai. Elemen Elemen Anggaran Berbasis Kinerja Elemen Anggaran Berbasis Kinerja (Sancoko, 2008) antara lain : a. Visi dan Misi yang hendak dicapai. Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam waktu jangka panjang. Sedangkan misi adalah kerangka yang menggambarkan bagaimana visi yang akan dicapai. b. Tujuan. Tujuan merupakan penjabaran lebiha lanjut dari visi dan misi. Tujuan yang baik bercirikan antara lain memberikan gambaran pelayanan utama yang akan disediakan, secara jelas menggambarkan arah organisasi dan program programnya, menantang namun realistis, mengidentifikasikan obyek yang akan dilayani serta apa yang akan hendak dicapai. c. Sasaran. Sasaran menggambarkan langkah langkah yang spesifik dan terukur untuk mencapai suatu tujuan. Kriteria sasaran yang baik adalah dilakukan dengan menggunakan kriteria spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan ada batasan waktu yang tidak kalah penting bahwa sasaran tersebut harus mendukung tujuan (support goal). Sasaran (target) adalah Hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan (Permendagri Nomor 21 Tahun 2011). d. Program. Program adalah sekumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari usaha untuk mencapai serangkaian tujuan dan sasaran. Program dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai dengan target sasaran output dan outcome. Program yang baik harus mempunyai keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta masuk akal dan dapat dicapai. e. Kegiatan Kegiatan adalah Serangkaian pelayanan yang mempunyai maksud menghasilkan output dan hasil yang penting untuk pencapaian program. Kegiatan yang baik kriterianya adalah harus dapat mendukung pencapaian suatu program. Satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengarahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa jenis kesumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa (Permendagri nomor 21 tahun 2011). 5

6 Elemen Anggaran Berbasis Kinerja terdiri dari Indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. Sedangkan menurut Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2011 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 elemen dari anggaran berbasis kinerja adalah Indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belanja, satuan harga dan standar pelayanan minimal (Departemen Keuangan dan Bappenas, 2009). a. Indikator Kinerja Merupakan alat ukur untuk menilai suatu keberhasilan program atau kegiatan (Permendagri nomor 13 tahun 2006). Dalam anggaran berbasis kinerja yang digunakan terdiri dari Key Performance Indicator (KPI) diterjemahkan sebagai Indikator Kinerja Utama Program (IKU Program) untuk menilai kinerja program, Indikator Kinerja Kegiatan (IK Kegiatan) untuk menilai kinerja kegiatan dan Indikator Keluaran untuk menilai kinerja subkegiatan (tingkatan di bawah kegiatan). b. Standar Biaya Merupakan standar biaya masukan pada awal tahap perencanaan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya akan menjadi standar biaya keluaran. Dalam lingkup pemerintah daerah standar biaya disebut juga standar satuan harga. Standar satuan harga merupakan harga satuan setiap unit barang atau jasa yang berlaku disuatu daerah untuk ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. c. Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja merupakan suatu proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja. Cara pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan realisasi terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi untuk memperbaiki kinerjanya. d. Capaian Kinerja Merupakan suatu ukuran prestasi kerja agar tercapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan (Permendagri nomor 13 tahun 2006). e. Analisis Standar Belanja Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan (Permendagri nomor 13 tahun 2006). f. Standar Pelayanan Minimal Sutau ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM telah ditetapkan pemerintah pusat dalam hal ini adalah departemen teknis dan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Manfaat Standar Pelayanan Minimal (SPM) berikut ini : 1. Memberi jaminan pada masyarakat akan menerima pelayanan publik dari pemerintah sehingga untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. 2. Adanya SPM dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan publik. 6

7 3. Menjadi dasar dalam mengukur anggaran yang berbasis kinerja. 4. Masyarakat dapat mengukur sejauh mana pemerintah memenuhi kewajibannya dalam memberi palayanan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas publik. Analisa Standar Belanja Analisa standar belanja (ASB) adalah Standar atau pedoman yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu SKPD dalam satu tahun anggaran. Analisa Standar Belanja merupakan pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengevaluasi usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari usulan program atau kegiatan yang bersangkutan. Penilaian terhadap kewajaran beban kerja dikaitkan dengan kebijakan anggaran, komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaannya serta kapasitas SKPD untuk melaksanakannya. Beban kerja atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD dapat dinilai kewajarannya yang berdasarkan pertimbangan sebgai berikut : a. Kaitan logis antara kegiatan atau program dengan Prioritas Plafon Anggaran dan Kebijakan Umum Anggaran. b. Kesesuaian program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan. c. Kapasitas SKPD yang bersangkutan untuk melaksanakan suatu kegiatan pada tingkat pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun anggaran. Value For Money Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Pengukuran kinerja value for money merupakan bentuk pengukuran kinerja yang spesifik dan unit pada organisasi sektor publik (Mardiasmo, 2002). Ekonomi, efisiensi dan efektivitas (Mahmudi, 2010) adalah a. Ekonomi. Konsep ekonomi sangat terkait dengan kosep biaya untuk memperoleh unit input. Sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga yang lebih rendah dengan mendekati harga pasar (spending less). Untuk memenuhi prinsip ekonomi dapat dilakukan survey harga pasar agar mengetahui perbandingan harga sehingga organisasi bisa menentukan harga terendah suatu input dengan kualitas tertentu. Suatu ekonomi merupakan konsep yang relatif. Relativitas tersebut dipengaruhi oleh tempat dan waktu. Input yang sama mungkin dapat berbeda harga karena adanya perbedaan tempat dan waktu. b. Efisiensi Konsep efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Efisiensi merupakan perbandingan anatar output dengan input atau istilah lainnya adalah output per unit input. Suatu organisasi dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah rendahnya atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar besarnya (spending well). Untuk mengukur efisiensi dilakukan dengan cara membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya standar. Dalam 7

8 organisasi sektor publik setiap pengeluaran perlu dibuat standar belanjanya sebagai standar biaya. c. Efektivitas Efektivitas merupakan hubungan antara ouput dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output dengan tujuan yang akan dicapai, semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Suatu organisasi program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan (spending wisely). Manfaat Implementasi Konsep Value For Money Manfaat Implementasi Konsep Value For Money pada organisasi sektor publik (Mardiasmo, 2002), antara lain : a. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran. b. Meningkatkan mutu pelayanan publik. c. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadi penghematan input. d. Alokasi belanja yang berorientasi pada kepentingan publik. e. Meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai pelaksanaan akuntabilitas publik. Pengukuran Kinerja Value For Money Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan oleh seseorang atau kelompok kepada pihak yang berkepntingan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil yang dihubungkan dengan visi yang ditetapkan dan mengetahui berhasil tidaknya kebijakan operasional yang dijalankannya. Kinerja juga diartikan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijaksanaan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana strategis suatu organisasi (Rasul, 2008). Jadi berdasarkan dari definisi definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja memiliki beberapa unsur unsur antara lain : a. Hasil dari suatu pekerjaan. b. Salah satu faktor yang menjadi prestasi dari karyawan. c. Pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. d. Periode waktu tertentu. Pengukuran kinerja sektor publik tidak dapat diukur dari input yang menjelaskan aktivitas organisasi tetapi juga harus mengukur dampak dari aktivitas atau kegiatan kepada masyarakat luas. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi, program dan kegiatan. Melalui pengukuran kinerja pengambilan keputusan yang rasional dapat dicapai dan dipertanggungjawabkan (Bastian, 2006). Indikator Kinerja Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif berhasilnya suatu program atau kegiatan yang memperhitungkan indikator masukan, keluaran, hasil, dampak dan manfaat (Bastian, 2006). Indikator kinerja bukan hanya indikator keuangan saja tetapi juga non keuangan. Indikator efektivitas dalam value for money berorientasi pada hasil, sedangkan indikator efisiensi dan efektivitas berorientasi pada proses. Indikator efektivitas lebih bersifat kualitatif sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi bersifat kuantitatif (Mahmudi, 2010). 8

9 Indikator kinerja memliki peran penting sebagai proses pembentukan organisasi pembelajaran (learning organization). Jika organisasi terus menerus belajar, memperbaiki kinerja, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mencapai target, maka indikator kinerja akan bersifat mendorong dan memotivasi dalam cara yang positif. 9 Penelitian Terdahulu (Cipta, 2011), meneliti mengenai Analisis Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintah Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar). Hasil dari penelitian tersebut Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah menerapkan performance based budgeting dalam penyusunan APBD untuk tahun anggaran 2009 dan Ditandai dengan adanya indikator kinerja, berupa output dan outcome, dalam Dokumen Pelaksanaan Angaran (DPA) SKPD Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Namun, hasil penilaian terhadap indikator kinerja tersebut menunjukkan bahwa secara umum indikator kinerja yang digunakan dalam dokumen anggaran tersebut belum memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik. Kondisi ini berimplikasi pada penggunaan indikator kinerja tersebut dalam penyusunan anggaran dimana indikator kinerja tersebut tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan anggaran yang ditetapkan untuk kegiatan yang terkait. Dengan demikian, persyaratan mendasar dalam penerapan bentuk sederhana performance based budgeting belum terpenuhi dalam penyusunan APBD Kabupaten Tanah Datar tahun anggaran 2009 dan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan karena penelitian yang berjudul Analisis Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan kota Surabaya tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan angka angka dan perhitungan statistik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkas dan menganalisis berbagai kondisi dan situasi atau fenomena realitas yang ada di masyarakat sehingga dijadikan obyek penelitian yang menarik sebagai gambaran kondisi tersebut (Bungin, 2007). Studi kasus adalah strategi penelitian yang cocok untuk menjawab pertanyaan how atau why dan peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki dan juga fokus penelitian pada fenomena tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini diawali dengan how dan what, oleh karena itu penelitian ini cocok menggunakan studi kasus yang berfungsi untuk menjelaskan dan menggali lebih dalam tentang suatu peristiwa yang terjadi. Analisis dan interpretasi akan dilakukan untuk memperoleh pemahaman dalam mengevaluasi penerapan terhadap anggaran kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Dengan demikian penelitian akan diawali dari fakta kemudian dilakukan observasi untuk menghasilkan simpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah. Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan siap untuk diolah dan dapat dengan mudah diperoleh karena sudah tersedia. Data sekunder ini dalam penelitian adalah studi pustaka, dokumen dokumen perencanaan dan penganggaran Dinas Pendapatan dan

10 Pengelolaan Keuangan kota Surabaya. Dan ada juga data lain yang terkait dengan pengukuran kinerja yaitu Rincian Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi, Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Tahun pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dan yang terakhir data berupa Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 Tahun 2012 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Survey Pendahuluan Peneliti melakukan kunjungan awal pada objek penelitian yaitu Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya untuk mengetahui gambaran secara umum objek penelitian serta situasi, kondisi, dan permasalahan yang akan diteliti terkait dengan penyusunan anggaran berbasis kinerja. 2. Survey Lapangan Peneliti melakukan tinjauan secara langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan melalui beberapa cara, seperti: a. Observasi adalah Pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Observasi berguna untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku seseorang atau kelompok. Observasi dilakukan dengan mengamati fasilitas fasilitas yang mendukung dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. b. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk mendapatkan dan bertukar informasi/ide melalui tanya jawab sehingga dapat ditarik kesimpulan makna dalam suatu topik tertentu. Informan yang diwawancarai oleh peneliti adalah orang orang yang berkaitan dengan penyusunan kegiatan dan anggaran. Oleh karena itu informan diharapkan dapat menjawab pertanyaan dari peneliti tersebut. c. Dokumentasi merupakan penggunaan teknik pengumpulan data dengan cara memeriksa atau melihat langsung dokumen, catatan tertulis, arsip-arsip, dan bukubuku yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti, seperti mengumpulkan data objek penelitian dari tempat objek penelitian berupa gambaran umum objek penelitian, profil perusahaan, meliputi gambaran umum dinas, sejarah singkat dinas, lokasi dan bentuk dinas, struktur organisasi serta visi dan misi dinas, pra penyusunan APBD tahun Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan Analisis Data adalah Salah satu proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan di lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari beberapa sumber dengan prosedur pengumpulan data yang bermacam macam. Pengumpulan data tersebut dilakukan sampai datanya selesai. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan dan selama di lapangan. 10

11 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proses Penyusunan Kegiatan Di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya Proses Penyusunan Kegiatan Di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya (DPPK) mengikuti proses perencanaan dan penganggaran dalam pengelolaan keuangan daerah yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyusunan kegiatan berawal dari RPJMD yang merupakan rencana pembangunan jangka menengah daerah untuk periode 5 tahun. Berdasarkan undang undang nomor 25 tahun 2005, RPJMD adalah penjabaran dari visi, misi, tujuan dan sasaran dari Kepala Daerah dalam jangka waktu 5 tahun. Hubungan RPJMD Kota Surabaya Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Program dan kegiatan yang direncanakan sesuai dengan urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan daerah dengan mempertimbangkan kapasitas keuangan daerah. RPJMD Kota Surabaya tahun merupakan pedoman awal dalam perencanaan kegiatan dan penganggaran di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Hal ini tercermin dari pernyataan (Kepala Seksi Anggaran Pendapatan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya) pada tanggal 26 November 2013 di Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja sampai saat ini saya lihat masih cukup bagus, karena anggaran yang direncanakan mempunyai hasil dan terukur dari segi input, output dan outcome. Dalam penyusunan anggaran Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya tetap mengacu pada RPJMD, RKPD kota Surabaya yang diterangkan dalam program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan kota Surabaya dalam tahun anggaran berjalan. Berdasarkan RPJMD kota Surabaya tahun visi dan misi kota Surabaya adalah Menuju Surabaya Lebih Baik Sebagai Kota Jasa dan Perdagangan Yang Cerdas, Manusiawi, Bermartabat dan Berwawasan Lingkungan. Untuk mencapai visi tersebut walikota harus menyusun misi, tujuan dan sasaran yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi terlaksana dan berhasil dengan baik. Terdapat empat misi yang disusun untuk mencapai visi tersebut, namun hanya terdapat satu misi yang berkaitan dengan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya karena tujuan dan sasaran dari misi tersebut berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan tugas dan fungsi pokok Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan kota Surabaya. Untuk menjalankan Strategi Pengelolaan sumber sumber keuangan daerah secara efektif dan efisien maka Kebijakan diarahkan untuk peningkatan pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel melalui Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan daerah lainnya. Program tersebut merupakan program prioritas yang harus dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan kota Surabaya setiap tahun untuk mencapai target indikator per tahunnya. 11

12 Laporan Realisasi Anggaran Tahun Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya Pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada tahun Penjelasannya sebagai berikut : 1. Pendapatan Pajak Daerah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari pada anggaran adalah karena belum semua yang melaporkan Nomor Obyek Pajak nya (NOP) apabila merenovasi tempat tinggalnya. 2. Pendapatan Retribusi Daerah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari pada anggaran adalah karena belum semua pengguna jasa parkir berani dalam meminta karcis parkir. 3. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan target realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari pada anggaran adalah karena ada hasil dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan ada hasil audit dari Kantor Akuntan Publik ( KAP). 4. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga Selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih besar dari pada anggaran adalah karena untuk membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang penerimaannya dianggarkan dalam jenis pendapatan BLUD Rumah Sakit Daerah. Sedangkan pada belanja tahun 2011 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Bunga yang bertugas adalah Kepala Bidang Anggaran dan Perbendaharaan lebih tepatnya pada Kepala Seksi Anggaran Belanja. 1. Belanja Pegawai. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga Selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Belanja Barang dan Jasa Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Belanja Bunga Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari anggaran yaitu ada 2 (dua) permasalahan, Pertama di karenakan adanya sisa anggaran yang tidak terpakai, kedua adanya sisa lelang. Sisa lelang disini yaitu penjualan barang di muka umum dengan cara melakukan penawaran harga 12

13 secara lisan atau tertulis melalui usaha peminat atau calon pembeli. Sisa tersebut akan dikembalikan ke kas daerah. Pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada tahun Penjelasannya sebagai berikut : 1. Pendapatan Pajak Daerah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari anggaran yaitu karena belum semua yang melaporkan Nomor Obyek Pajak (NOP) apabila ada renovasi yang baru sehingga NOP nya masih tetap satu seharusnya NOP nya ada 2 (dua) dengan yang direnovasi tersebut. 2. Pendapatan Retribusi Daerah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari pada anggaran yaitu karena belum semua pengguna jasa parkir berani dalam meminta karcis parkir. 3. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan target realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih besar dari pada anggaran adalah karena dianggarkan untuk tambahan penyertaan modal yang sesuai dengan peraturan perundang undangan. 4. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertugas adalah Semua UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 1 sampai dengan UPTD Pelayanan Pajak Daerah Surabaya 8. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga Selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih besar dari pada anggaran adalah karena untuk membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang penerimaannya dianggarkan dalam jenis pendapatan BLUD Rumah Sakit Daerah. Sedangkan pada belanja tahun 2012 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Bunga yang bertugas adalah Kepala Bidang Anggaran dan Perbendaharaan lebih tepatnya lagi pada Kepala Seksi Anggaran Belanja. 1. Belanja Pegawai. Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga Selisih Anggaran mencapai sebesar Rp Belanja Barang dan Jasa Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Belanja Bunga Target Anggaran sebesar Rp , sedangkan Target Realisasinya sebesar Rp Sehingga selisih anggaran mencapai sebesar Rp Penyebab realisasi lebih kecil dari anggaran yaitu ada 2 (dua) pertama adanya reintender yang dilakukan selama 1 tahun, kedua adanya sisa lelang. Sisa lelang disini yaitu penjualan barang yang dilakukan di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan 13

14 atau tertulis melalui usaha peminat atau calon pembeli. Sisa tersebut akan dikembalikan ke kas daerah. Dari analisis dan pembahasan yang mengenai Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya telah diuraikan maka, dapat dikatakan bahwa secara umum kinerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dapat dinilai secara efektif dan efisien. Sehingga dapat dikatakan efisien karena Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya tersebut dalam menjalankan program atau kegiatan mampu menghasilkan input tertentu dengan hasil yang serendah rendahnya dengan menggunakan output yang sebesar besarnya. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara input dengan output, dimana rencana program kerja dan kegiatan instansi dapat dicapai dan direalisasikan sesuai dengan target yang diharapkan. Berdasarkan LRA Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2012 dapat diketahui bahwa kinerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini tercermin dari pernyataan (Kepala Seksi Anggaran Pendapatan Dinas Pendapatan dan Pengelolan Keuangan Kota Surabaya) pada hari Selasa 26 November 2013 di Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Antara anggaran dan realisasi selalu berbeda apabila realisasi lebih kecil dari anggaran maka penyebabnya ada 2 (dua) yaitu Pertama, dikarenakan adanya sisa anggaran yang tidak terpakai, kedua adanya sisa lelang barang. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi maka sisanya akan dikembalikan ke kas daerah. Berdasarkan jawaban dari informan tersebut dapat kita menilai bahwa Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya menerjemaahkan setiap program programnya sesuai dengan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan atau program tersebut. Sehingga dalam penyusunan anggaran memerlukan suatu kerja sama berbagai jenjang organisasi. Hambatan Hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam penerapan penyusunan anggaran yang berbasis kinerja selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 tidak ada yang berarti. Hal ini tercermin dari pernyataan (Kepala Seksi Anggaran Pendapatan Dinas Pendapatan dan Pengelolan Keuangan Kota Surabaya) pada hari 26 November 2013 di Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Selama ini hambatan yang signifikan masih belum ada, kalau hambatan kecil tentu ada misalnya tentang Pendapatan Pajak Daerah terutama pada pembayaran Nomor Obyek Pajak (NOP) karena belum semua yang melaporkan apabila telah merenovasi tempat tinggalnya dan dampak nya petugas sulit untuk terjun ke lapangan karena petugasnya sangat terbatas. Tetapi selama ini hambatan kecil yang ada dapat teratasi dengan baik dan tidak mengganggu program program pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. 14

15 Dengan demikian Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya selam tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 tidak mengalami hambatan yang berarti terhadap program program yang telah direncanakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dalam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. 2. Dalam penulisan penelitian ini, Sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan survey pendahuluan dan survey lapangan. Sebagaimana Survey pendahuluan adalah melakukan suatu kunjungan awal pada objek penelitian untuk mengetahui gambaran umum perusahaan serta situasi, kondisi, dan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan survey lapangan adalah melakukan tinjauan langsung pada perusahaan guna memperoleh data-data yang diperlukan dengan melakukan pengumpulan data melalui beberapa cara, seperti wawancara dan dokumentasi. 3. Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan keterangan yang lengkap dan benar agar pihak lain lebih mudah memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik) obyek dari data tersebut. 4. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam menyajikan penerapan anggaran sudah mengacu dengan pedoman Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kuangan Kota Surabaya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dalam menyajikan penyusunan anggaran berbasis kinerja sudah efisien dilihat dari perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dan dimana rencana program kerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah direncanakan. 6. Hambatan dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 tidak mengalami hambatan yang berarti. Saran 1. Diharapkan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja pada periode periode mendatang lebih dimatangkan lagi sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan yang ada di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. 2. Diharapkan di dalam pencapaian output maupun outcome lebih ditingkatkan lagi sehingga dalam mencapai tujuan organisasi akan lebih meningkat dari tahun ke tahun. 3. Di dalam pengalokasian penerapan anggaran dari tahun ke tahun ditekan seminimal mungkin, dan dengan realisasi yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran. Sehingga di harapkan di dalam anggaran untuk tahun mendatang bisa lebih minimal juga seperti realisasi dari tahun sebelumnya. 4. Keberhasilan dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya selama tahun 2011 sampai dengan 2012 lebih dijadikan motivasi bagi seluruh pegawai dinas agar selalu meningkatkan kinerjanya 15

16 secara terus menerus untuk memberikan kepuasaan pelayanan serta untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 16 DAFTAR PUSTAKA Asmoko dan Hindri Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Pengendalian. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2(2): Bastian, I Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Airlangga. Bungin, B. M Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media. Cipta, H Analisis Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintahan Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar). Program Pascasarjana Universitas Andalas. Departemen Keuangan RI dan Bappenas Buku 2: Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Jakarta: Departemen Keuangan RI. Irafahmi dan D. Tien Studi Komparasi Pengukuran Kinerja Finansial Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri dan Blitar. Modernisasi 5(2): Mahmudi Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. Nafarin, M Penganggaran Perusahaan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat. Rasul dan Sjahruddin Akuntabilitas Kinerja, Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Akuntansi 7(3): Republik Indonesia Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran Riyanto, A, W. Utomo dan Ratminto Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman. Sosiosains. 19(1): Suprasto, B Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja. Buletin Studi Ekonomi 11(13): Wikipedia Indonesia. 21 Juni Anggaran Sektor Publik Januari 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu komponen dalam melaksanakan suatu program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada perencanaan yang matang untuk

Lebih terperinci

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA BERBASIS KINERJA PADA DISPENDA KOTA SURABAYA

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA BERBASIS KINERJA PADA DISPENDA KOTA SURABAYA ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA BERBASIS KINERJA PADA DISPENDA KOTA SURABAYA Abdurrohman Wiro Handoko Wirohandoko11@gmail.com Sutjipto Ngumar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma/pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu di dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Definisi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2006:15) adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran 2.1.1.1 Definisi Anggaran Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.... i LEMBAR PERSETUJUAN.... ii LEMBAR PENGESAHAN.... iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR.... iv ABSTRAK..... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan Negara khususnya dalam sistem perencanaan dan penganggaran telah banyak membawa perubahan yang sangat mendasar dalam pelaksanaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut. 3. Bagi masyarakat, memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan keuangan di Provinsi Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 4. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari berorientasi pada proses menjadi berorientasi pada hasil telah ikut mereformasi

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO Khalimatus Sya diyah, Widya Susanti, Ali Rasyidi Program Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Berbasis Kinerja Menurut Sony Yuwono, dkk (2005 :34) mendefinisikan Anggaran Kinerja sebagai berikut: Anggaran Kinerja adalah sistem anggaran yang lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007 ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY ANALYSIS OF BUDGETING OF DEVELOPMENT PLANNING AGENCY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis Value For Money Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensional yang tengah melanda bangsa Indonesia telah menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya konsep otonomi daerah dalam arti yang sebenarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Oleh: JULITA,SE,M.

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Oleh: JULITA,SE,M. ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh: JULITA,SE,M.Si ABSTRAK Anggaran merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Semangat reformasi membuat masyarakat menuntut pemerintah agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan pemerintahan yang bersih (good

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu pengumpulan data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik. Penganggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan, organisasi dan sektor publik memerlukan anggaran sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitasnya. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting sekali untuk ditingkatkan guna menunjang peningkatan ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di : Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di :  Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di : http://agusw77.wordpress.com Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi & Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Menurut National Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintahan merupakan organisasi sektor publik proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintahan merupakan organisasi sektor publik proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintahan merupakan organisasi sektor publik proses perencanaan dan penganggaran merupakan tahapan penting dalam manajemen pemerintahan. Pembentukan suatu organisasi

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki berbagai kelemahan atau kekurangan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ini pemerintahan kita dituntut untuk mereformasi seluruh bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk mencapai terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu

Lebih terperinci

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU Oleh: Paramitha Sandy Mokodompit 1 Sifrid S. Pangemanan 2 Inggriani Elim 3 1,2,3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN RESUME OLEH : YARYAR HIARUHU NPM.110140059 PROGRAM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemerintah Daerah Dan Fungsi Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (5), pengertian pemerintahan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik merupakan salah satu kajian disiplin ilmu akuntansi yang terus berkembang. Pada dasarnya dunia praktik memerlukan teori dan teori

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010- BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan Anggaran Belanja yang tercantum dalam APBD Kabupaten Manggarai tahun anggaran 20102014 termasuk kategori

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 5 soal Bobot 20% 1. Pengukuran kinerja value for money 2. Akuntansi yayasan (lap keuangan) psak 45 3. Teknik pencatatan akuntansi (kas, akrual, komitmen) 4. Perbedaan pp 71 sama 24 5. Audit kinerja 6.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan cukup penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran sektor publik merupakan alat (instrument) akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH Tri Prastiwi 1 Muhammad Arfan 2 Darwanis 3 Abstract: Analysis of the performance of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan otonomi daerah berakibat pada terjadinya dinamika perkembangan dan perbaikan sistem keuangan serta akuntansi di pemerintahan daerah menuju pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Sektor Publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan tersendiri. Disebut entitas ekonomi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan Bastian (2001:6) mengemukakan bahwa akuntansi pemerintahan adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembagalembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kinerja merupakan. organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012: 1). Kinerja menurut Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kinerja merupakan. organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012: 1). Kinerja menurut Peraturan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kinerja anggaran pemerintah daerah selalu dikaitkan dengan bagaimana sebuah unit kerja pemerintah daerah dapat mencapai tujuan kerja dengan alokasi anggaran

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Pengertian Penganggaran Dalam Pasal 1 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan pengertian Keuangan Negara yaitu Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang No.33 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia semakin pesat dan banyak membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh lembaga lembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang No.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 1 Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship Menurut Donaldson & Davis (1991), teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma atau pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci