BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudirman Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak daerahnya maka semakin baik mutu teh yang dihasilkan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan ketingggian 6-9 meter, tetapi umumnya ketinggian yang dipertahankan hanya 1 meter agar tanaman teh dapat dirawat dan dipanen dengan lebih mudah. Pada umumnya tanaman ini dapat mulai dipetik daunnya setelah berumur 5 tahun dan dapat memproduksi sampai 40 tahun (Spilance, 1992). Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, dalam bentuk biji dari jepang sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia dari Srilanka (Ceylon) pada tahun 1877 dan ditanam di kebun gambung, Jawa Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh China secara berangsur-angsur diganti dengan teh assam, sejalan dengan perkembangan perkebunan teh di Simalungun Sumatera utara. Dalam perkembangannya, industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sesuai perkembangan pasar dunia maupun Indonesia, antara lain pada masa pendududkan jepang ( ) banyak arael kebun teh menjadi terlantar (Soehardjo,Dkk, 1996). Tenaga kerja petik merupakan komponen tenaga kerja yang penting dalam perkebunan teh, yang rata-rata mencakup 70% dari total tenaga kerja. Setiap
2 hektar rata-rata dengan cara petik manual membutuhkan pekerja 25 orang pekerja/hari. Akan tetapi jika menggunakan mesin, hanya diperlukan 2 mesin/hektar/hari, dimana untuk setiap mesin dikendalikan oleh 4 orang. Dengan kata lain, jika menggunakan mesin pemetikan yang dikendalikan hanya 8 orang pekerja/ha perhari. Dengan menggunakan mesin pemetik teh ini akan mengurangi pekerja sebanyak 17 orang untuk tiap hektar areal tanaman menghasilkan (Tindaon, 2009). Agar mutu hasil produksi terjaga dan tanaman teh mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan, pemetikan harus dilakukan oleh tenaga petik yang terampil (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Cara pemetikan teh mempengaruhi kualitas teh. Pucuk teh lebih baik dipetik daripada digunting atau dipangkas menggunakan alat mekanis lainnya karena dengan alat tersebut pucuk teh akan mengalami kerusakan (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Pucuk daun dengan mutu terbaik adalah daun peko yaitu daun yang memiliki kuncup hidup dengan 2 samapai 3 helai daun muda. Sedangkan pucuk daun burung adalah daun yang memiliki kuncup yang sedang mengalami masa dormansi dan helai daun selanjutnya yang berada dibawahnya adalah helai daun yang tua dan hanya 2 helai daun yang dapat dipetik (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Hasil pengolahan pucuk daun tersebut dapat dipisahkan menjadi beberapa grade yaitu whole leaf grades yaitu teh olahan dalam bentuk utuh, broken leaf grades yaitu teh olahan dalam bentuk remukan. Sedangkan untuk grade yang lebih rendah yaitu fanning grades dan
3 dust grades yaitu sisa dari proses pengolahan broken leaf grades yang terdiri dari daun teh yang memiliki ukuran yang kecil bahkan dalam bentuk tepung (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Perbedaan ketinggian lokasi tanam teh mempengaruhi kualitas daun teh. Dengan perbedaan iklim, kondisi cuaca dan kondisi geografis lahan, ternyata berpengaruh terhadap karakteristik unik, aroma dan cita rasa dari teh yang dihasilkan. Yang pertama adalah high grown teas yaitu teh yang tumbuh pada ketinggian diatas 1200 m dari permukaan laut (dpl). Karakteristik umum teh pada ketinggian ini adalah fruity dan beraroma harum, daun mengkilap, warnanya lembut, cita rasa lebih kuat, serta warna seduhan merah pekat. Medium grown teas yaitu teh yang tumbuh pada ketinggian antara 800 sampai 1200 m dpl. Karakteristik umum teh pada ketinggian ini adalah ukuran daun sedang, mengkilap, warna seduhan agak kekuningan, serta warna dan cita rasa yang pekat. Dan yang terakhir adalah low grown teas yaitu teh yang tumbuh pada ketinggian 500 sampai 800 m dpl. Karakteristik umum teh pada ketinggian ini adalah daun lebih lebat, daun lebih lebar dengan warna yang kurang cerah, serta cita aroma dan harganya lebih rendah dibanding dengan high dan mid grown teas (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Indonesia merupakan negara pengekspor teh kelima terbesar didunia. Namun harga yang diperoleh Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negaranegara pengekspor teh lainnya. Hal tersebut karena Indonesia hanya mampu menyuplai teh dalam skala yang paling rendah dibanding negara-negara lainnya. Sedangkan faktor lainnya adalah Indonesia masih dominan menjual dalam bentuk
4 teh curah (tanpa olahan), sementara negara pengimpor menginginkan teh yang sudah dalam bentuk kemasan (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004). Ada beberapa jenis pasar teh didunia yaitu pasar yang menghendaki teh jenis low grown dengan kombinasi seimbang antara leafy dan broken grade yaitu Timur Tengah; pasar yang menghendaki jenis low grown dengan dominasi leafy grade (lebih dari 65% kebutuhan) yaitu pasar Iran; pasar yang menghendaki jenis teh medium grown dengan dominasi broken grade yaitu Federasi Rusia; pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium grown dengan dominasi small grade antara lain Singapura, Malaysia, dan Mesir; pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium grown dengan dominasi broken grade yaitu pasar Irak; pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium grown dengan kombinasi seimbang antara small dan broken grade antara lain Pakistan dan Afganistan; pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan dominasi small grade, antara lain Polandia dan Hongaria; pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan dominasi broken grade, antara lain Jepang, Turki dan Eropa Timur pada umumnya; pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan kombinasi seimbang antara small dan broken grade, antara lain Eropa Barat pada umumnya (khususnya Inggris, Belanda, Jerman), dan Australia; pasar yang menghendaki semua jenis teh (low, medium, high grown) dengan dominasi small grade, antara lain Amerika Serikat dan Kanada; pasar yang menghendaki semua jenis teh (low, medium, high grown) dengan komposisi seimbang antara small dan broken grade yaitu Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004).
5 Komposisi produksi teh Indonesia untuk high grown tea adalah 20% dari total prduksi, medium grown 50% dan low grown sebesar 30%. Untuk jenis grade yang ditawarkan Indonesia memproduksi 56% broken grade, 40% small grade dan 4% sisanya yaitu leafy grade (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004) Landasan teori Produksi a. Fungsi Produksi Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satusatunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000). Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000).
6 Dengan demikian pada hakekatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan antara tingkat produksi dan jumlah suatu input produksi yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu : a. Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, b. Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil c. Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut: TP TP (i) Total Produksi (ii) Tahap I Tahap II Tahap III MP dan AP input Produksi Input Produksi Input Produksi MP AP Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal
7 Gambar 1 menunjukkan hubungan diantara jumlah produksi dan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Bentuk total produksi cekung keatas apabila input produksi masih sedikit digunakan (tahap 1). Ini berarti input produksi adalah masih kekurangan dibandingkan dengan input produksi lainnya yang dianggap tetap jumlahnya (Salvatore, 2001). Dalam keadaan seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP. Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan (i) kurva total produksi (TP) yang terus menurun dan (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, MP adalah lebih tinggi daripada AP.,maka kurva AP bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ketahap II kurva MP memotong kurva AP. Sesudah perpotongan tersebut kurva AP menurun kebawah yang menggambarkan bahwa AP semakin bertambah sedikit. Perpotongan antara kurva AP dan kurva MP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini AP mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien karena jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal (Sukirno, 2000). Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa MP mencapai angka negatif. Kurva Total Produksi (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak lagi input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh
8 melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efisien (Sukirno, 2000). b. Pengaruh Teknlogi Terhadap Produksi Y C B TP TP X Gambar 2. Perubahan Kurva TP Akibat Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi Pada Gambar 2 diatas, sumbu X adalah skala kuantitas tenaga kerja sedangkan pada sumbu Y adalah kuantitas output. Bila teknologi berubah maka produktivitas setiap satuan tenaga kerja akan naik sehingga produksi yang dihasilkan menjadi naik juga. Kenaikan produksi ini dapat dilihat dari pergeseran kurva fungsi produksi dari TP menjadi TP seperti gambar diatas. Ada 3 hal yang dapat dilihat dari kurva diatas yaitu yang pertama, produksi rata-rata dari setiap satuan produksi menjadi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan lereng garis yang menuju salah satu titik kurva pada kuantitas tenaga kerja yang sama. Yang kedua, produksi marjinal setiap satuan tenaga kerja juga naik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan lereng kedua kurva pada titik penggunaan tenaga kerja yang sama dan yang ketiga adalah letak puncak kurva TP lebih tinggi daripada kurva TP (Salvatore, 2001).
9 c. Hubungan Fungsi Produksi Dengan Fungsi Biaya Y TP TP X Y MP AP X Rp MC AC AVC MC Gambar 3. Hubungan Antara Fungsi Produksi Dengan Fungsi Biaya
10 Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa kurva AVC mula-mula menurun sampai mencapai titik minimum pada saat AP maksimum, kemudian naik mendekati kurva AC namun tidak pernak bersentuhan karena kurva AFC terus menurun. Kemudian AC terus menurun sampai mencapai titik minimum, setelah itu naik terus. Kurva MC pada awalnya juga menurun hingga mencapai titik minimum. Kurva MC berbanding terbalik dengan kurva MP. Saat MC turun hingga titik minimum maka MP mencapai titik puncak dan kemudian berangsur menurun dan kurva MC semakin naik. Selanjutnya kurva MC naik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanyaminimum dan setelah itu nilai MC lebih besar dari AC dan AVC. Saat kurva AP maksimum, maka kurva AVC akan turun hingga mencapai nilai minimum dan sebaliknya, bila AP menurun maka AVC akan naik. Hubungan yang sama juga berlaku antara kurva MP dengan kurva MC (Salvatore, 2001). Efisiensi Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi serendah-rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi dengan sumberdaya yang terbatas. Dalam kaitannya dengan efisiensi ini, dikenal adanya konsep efisiensi teknik (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency) (Doll, 1984). Efisiensi teknik (technical efficiency) adalah rasio penggunaan input pada tingkat output tertentu. Efisiensi harga (price efficiency) adalah kemampuan untuk menggunakan input secara optimal dan proporsi pada tingkat harga input tertentu.
11 efisiensi ekonomi (economic efficiency) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Secara matematik, hubungan antara efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi adalah efisiensi ekonomi (EE) = efisiensi teknik (ET) x efisiensi harga (EH) (Soekartawi, 1994). Y S P A R Q Q Ś Á O Gambar 4. Kurva Efisiensi Unit Isoquant X SŚ adalah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi penggunaan jumlah input untuk tingkat output tertentu. Apabila ditarik garis OP yang menunjukkan jumlah penggunaan input persatuan output, maka akan memotong kurva SŚ di titik Q. QP adalah kelebihan penggunaan faktor produksi. Dengan demikian tingkat efisiensi teknik ditunjukkan dari perbandingan OQ dengan OP. Saat ditarik garis AÁ yang menunjukkan harga input, maka akan memotong garis P di titik R dan kurva SŚ dititik Q yang menunjukkan titik penggunaaan input untuk mendapatkan output pada biaya paling rendah. Dengan demikian, efisiensi harga ditunjukkan dari perbandingan OR dengan OQ. Maka efisiensi ekonomi adalah OQ/OP.OR/OQ yaitu OR/OP (Soekartawi, 1994).
12 Dalam pencapaian efisiensi teknik, harus dapat mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Bila petani atau perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, maka hal ini dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Efisiensi harga dan efisiensi teknik dapat dilakukan secara bersamaan dengan cara jika perusahaan atau petani mampu meningkatkan produksinya dengan tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tapi mampu menjual produksinya dengan harga tinggi. Situasi demikian sering disebut dengan efisiensi ekonomi. Dengan kata lain, petani atau perusahaan mampu menjalankan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi secara bersamaan (Soekartawi, 1994). 2.3 Kerangka Pemikiran Perkebunan teh Sidamanik PTPN IV mengalami kerugian selama puluhan tahun. Salah satu upaya efisiensi yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat kerugian adalah dengan mengurangi tenaga kerja panen dengan cara mengaplikasikan sistem mekanisasi panen dimana dengan cara tersebut tenaga kerja panen petik (manual) dapat dikurangi dan digantikan dengan mesin pemetik teh (mekanisasi). Sistem mekanisasi panen mempengaruhi tingkat produktivitas. Penggunaan tiap unit mesin teh diperkirakan mampu menghasilkan setara dengan hasil panen 5 karyawan panen dengan sistem panen manual. Sistem mekanisasi panen tidak hanya mempengaruhi produksi. Akan tetapi dapat mempengaruhi mutu atau kualitas teh hasil panen.
13 Hasil panen teh yang telah diperoleh perusahaan akan dijual ke pasar baik pasar domestik maupun ekspor. Sesuai dengan level grade teh yang diperoleh, jika teh memiliki grade yang baik maka produk mampu masuk ke pasar internasional dan jika hanya memiliki mutu yang sedang maupun kurang bagus, maka teh hanya bisa dipasarkan di pasar domestik. Sistem panen manual dapat mempengaruhi jumlah produksi, mutu dan harga. Sistem panen manual dilakukan oleh karyawan panen dengan cara pemetikan dengan tangan tanpa bantuan mesin atau mekanisasi. Penggunaan sistem panen manual membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggaji para karyawan. Sedangkan dengan sistem mekanisasi, 1 mesin mewakili setara dengan produktivitas 5 karyawan panen manual. Hasil penjualan output yang diterima perusahaan akan menjadi penerimaan dan juga mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh perusaahan. Selain berpengaruh pada tingkat produksi, mutu, harga jual dan juga yang secara langsung mempengaruhi pendapatan perusahaan, sistem mekanisasi panen juga berpengaruh pada efisiensi yaitu berupa efisiensi harga, efisiensi teknik dan efisiensi ekonomis.
14 gambar 4: Adapun skema kerangka peemikiran dari penelitian inidisajikan pada Sistem Panen Manual Mekanisasi Produksi Mutu Harga Produksi Mutu Harga Teknik Pendapatan Efisiensi Pendapatan Efisiensi Harga Ekonomis Ada Perbedaan Tidak Ada Perbedaan Keterangan : : Mempengaruhi : Hubungan Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
15 2.4 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Mekanisasi panen menurunkan tingkat penggunaan tenaga di perkebunan teh Sidamanik. 2) Mekanisasi panen meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menurunkan mutu teh di perkebunan teh Sidamanik. 3) Mekanisasi panen menurunkan harga jual teh dan meningkatkan pendapatan di perkebunan teh Sidamanik. 4) Mekanisasi panen mempengaruhi tingkat efisiensi harga, efisiensi teknik dan efisiensi ekonomis di perkebunan teh Sidamanik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia
Lebih terperinciMateri 4 Ekonomi Mikro
Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Padi merupakan tanaman semi aquatic yang cocok ditanam di lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik
Lebih terperinciBAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI
BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1
BAB I PENDAHULUAN Teori tingkah laku konsumen memberikan latar belakang yang penting di dalam memahami sifat permintaan pembeli di pasaar. Dari analisis itu sekarang telah dapat difahami alasana yang mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam
Lebih terperinciTeori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana
Lebih terperinciTeori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan
46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu
Lebih terperinciPerusahaan, Produksi, dan Biaya
Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba
Lebih terperinciPEMBAHASAN Potensi Pucuk
52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak
Lebih terperinciTeori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5
Teori Produksi dan Biaya Pertemuan 5 Fungsi Produksi Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan. Short
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinci: CANDRA BUTAR-BUTAR AGRIBISNIS
ANALISIS DAMPAK SISTEM MEKANISASI PANEN TEH TERHADAP TINGKAT PENGGUNAAN TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, PENDAPATAN DAN EFISIENSI UNIT KEBUN SIDAMANIK, PTPN IV JURNAL ILMIAH Oleh : CANDRA BUTAR-BUTAR
Lebih terperinciPrinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN
Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN Pengantar Peran ilmu ekonomi dalam bidang usaha perikanan berkaitan erat dengan bagaimana seorang pengusaha perikanan mengelola (manage),
Lebih terperinciTeori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi
Lebih terperinciPEMBAHASAN Sistem Petikan
PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif
15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en
Lebih terperinciAdd your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO
Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja diwajibkan dalam peraturan perundangundangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang berlaku di banyak negara, di Indonesia pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja diwajibkan dalam peraturan perundangundangan. Tujuan dari peraturan
Lebih terperinciTeori Ekonomi Mikro Biaya Produksi & Memaksimalkan Laba. Dosen: Irawan, S.I.A., M.A.
Teori Ekonomi Mikro Biaya Produksi & Memaksimalkan Laba Dosen: Irawan, S.I.A., M.A. A. Biaya Produksi Jangka Pendek Biaya Total Biaya Marjinal Biaya Rata-Rata TC = FC + VC TC = Biaya Total FC = Biaya Tetap
Lebih terperinciTOTAL PRODUKSI DAN PRODUKSI MARGINAL DENGAN SATU VARIABEL BEBAS : TANAH TENAGA KERJA TOTAL PRODUKSI
Bab 3 Pelaku Kegiatan Ekonomi Teori produksi Teori produksi adalah suatu gambaran bagaimana produsen berprilaku dalam memproduksi barang dan jasa. Teori produksi menekankan pada efisiensi. Dua konsep utama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN kemudian diolah dengan melakukan perajangan, fermentasi, dan pengeringan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Teh (tea) diperoleh dari pucuk dam tanaman teh (Camellia sinensis) yang kemudian diolah dengan melakukan perajangan, fermentasi, dan pengeringan, sehingga diperoleh
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.
Lebih terperinciPERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI
PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI Bentuk-bentuk organisasi perusahaan 1. Perusahaan perseorangan a. Dikelola oleh perseorangan b. Banyak yang tidak berbadan hukum c. Jumlahnya sangat
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori
Lebih terperinciKonsep Biaya dan Penentuan Kurva Penawaran
PertemuanVI Pada pertemuan VI, mahasiswa diharapkan Konsep Biaya dan Penentuan Kurva Penawaran Memahami perbedaan the short run and the long run Mampu menjelaskan hubungan antara produk perusahaan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini. Uraian berikut akan membantu untuk memahami gambaran topik dan permasalahan yang ada. 2.1 Teori
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.
Lebih terperinciWawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta
TEORI PRODUKSI Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta TEORI PRODUKSI 1. Pengertian Produksi 2. Fungsi Produksi 3. Jangka Waktu Produksi 4. Meminimumkan Biaya Produksi
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU PRODUKSI ANALISIS PERILAKU PRODUKSI. produksi.
ANALISIS PERILAKU PRODUKSI Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. FUNGSI PRODUKSI C. FUNGSI PRODUKSI SATU INPUT SATU OUTPUT - Karakteristik fungsi produk satu input
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat
Lebih terperinciKuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi
Kuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi DIE-FEUI March 13, 2013 1 Beberapa Definisi Ukuran SR vs LR Ilustrasi 2 Biaya dalam jangka pendek Kurva biaya dalam jangka pendek Antara AC dan MC 3
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
Lebih terperinciTEORI BIAYA PRODUKSI
TEORI BIAYA PRODUKSI Konsep Biaya Tujuan dari perusahaan secara umum adalah memaksimalkan laba Laba total = selisih positif antara penerimaan total dengan biaya total Biaya memberikan peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi Mandailing adalah sebutan dagang untuk kopi spesialti jenis Arabika yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri khas beraroma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi
Lebih terperinciV. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA
83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Bawang Merah Bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN
III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Tipe Pangkasan
8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah
Lebih terperinciPENERAPAN EKONOMI FUNGSI NON LINIER
PENERAPAN EKONOMI FUNGSI NON LINIER Pertemuan 3 LOGO Farah Alfanur Fungsi Penerimaan Fungsi Biaya Fungsi Penawaran Fungsi Permintaan 2 PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR Permintaan dan penawaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan
Lebih terperinciPEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung
PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Keberhasilan usahatani tanaman kacang kapri sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
Lebih terperinciLatihan Kuliah IV & Kuliah V-Analisis Fungsi Produksi dan Biaya Produksi
Latihan Kuliah IV & Kuliah V-Analisis Fungsi Produksi dan Biaya Produksi DIE-FEUI October 4, 2012 1 Jawab 1.1 Jawab 1.2 Jawab 1.3 2 Jawab 2 3 Jawab 3 4 5 Jawab 4 Bacaan Pindyck Ch.6, Ch.7 Jawab 1.1 Jawab
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011
PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teori Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan variabel-variabel penelitian yang diperoleh dari sumber tertulis yang dipakai
Lebih terperinciSELERA PASAR TEH RUSIA TERHADAP TEH HITAM ORTHODOX CURAH
SELERA PASAR TEH RUSIA TERHADAP TEH HITAM ORTHODOX CURAH ROHAYATI SUPRIHATINI Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) Jl. Salak No. 1A Bogor ABSTRACT A study on tea market preference is required in order
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah
Lebih terperinciMateri 3 Ekonomi Mikro
Materi 3 Ekonomi Mikro Teori Faktor Produksi dan Kegiatan Perusahaan Abstract Produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa
Lebih terperinciFungsi biaya. (teori biaya produksi ) Meet - 8. Hariyatno. Tabel 8.1Biaya total,biaya tetap,dan biaya variabel (Biaya produksi jangka pendek )
11/1/211 Fungsi (teori produksi ) Meet - 8 Hariyatno creat BY HRY 6 okt 211 1 Tabel 8.1Biaya total, tetap,dan variabel (Biaya produksi jangka pendek ) Jumlah jumlah Biaya total Biaya Berubah Biaya Biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM AUCTION TEH JAKARTA COLOMBO, DAN GUWAHATI
V GAMBARAN UMUM AUCTION TEH JAKARTA COLOMBO, DAN GUWAHATI 5.1. Jakarta Tea Auction 5.1.1. Sejarah Jakarta Tea Auction Jakarta Tea Auction mulai dibentuk pada tahun 1973. Awalnya pelelangan komoditi teh
Lebih terperinciULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM
ULANGAN HARIAN I Mata Pelajaran Kelas Materi : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : IX : Potensi SDA dan SDM I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d dalam
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah
13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2
Lebih terperinciEKONOMI MIKRO TEORI PRODUKSI
EKONOMI MIKRO TEORI PRODUKSI Teori Produksi Produksi Kegiatan memproses input menjadi output Produsen dalam melakukan kegiatan produksi mempunyai landasan teknis yang didalam teori ekonomi disebut fungsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Waktu Pangkas
PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.
Lebih terperinciPRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :
ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi
Lebih terperinciGambar 1. Kurva Permintaan
APLIKASI FUNGSI PADA MATEMATIKA EKONOMI. Fungsi Permintaan dan Penawaran Hukum permintaan menyatakan bahwa semakin tinggi harga barang (P) maka permintaan barang tersebut () akan menurun. Semakin rendah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu
Lebih terperinci