BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Studi Pada penelitian ini menggunakan bebrapa jurnal yang digunakan sebagai tinjuan studi sebagai berikut: Routing Protocol for MANET: A Literature Survey (Muralishankar et al, 2014) Mobile Ad-Hoc Network (MANET) merupakan jaringan yang dibuat tanpa dukungan infrastruktur jaringan. Pada MANET node bergerak cepat, biasanya memiliki rentangan transmisi yang terbatas sehingga terdapat beberapa node yang tidak dapat berkomunikasi secara langsung, sehingga setiap node pada MANET berperan sebagai router. Protokol dalam MANET dapat diklasifikasikan sebagai protocol proaktif, reaktif dan hybrid. Protocol ruting tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dimana dalam pemilihan protocol routing dapat disesuaikan dengan besar traffic jaringan serta jumlah arus pada jaringan. Implementation and Analysis of QoS in MANET using the multicast protocol MAODV ( Vijayan et al, 2011) Routing adalah tugas rekayasa mendasar di internet. Seperti menemukan path dari sumber ke host tujuan. Bandwidth yang terbatas merupakan tugas yang kompleks dalam membuat Kualitas Layanan di Mobile Ad hoc network karena sering terjadinya perubahan topologi. Multicast adalah teknologi untuk menghemat bandwith dengan mengurangi traffic secara bersamaan memberikan satu aliran informasi ke ribuan penerima. Multicast digunakan dalam video conference, komunikasi perusahaan, pembelajaran jarak jauh, dan distribusi perangkat lunak, harga saham, dan berita. Protokol MAODV merupakan perpanjangan dari multicast AODV yang bekerja secara efisien pada topologi dinamis dan menjamin layanan QoS. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan MAODV menunjukan kinerja 8

2 9 yang lebih baik dibandingkan protokol AODV, DSDV dan DSR sehingga protokol MAODV dapat mengoptimalkan kinerja MANET untuk traffic real time. Performance Measurement and Analysis of Video Conferencing ( Rohit et al, 2013) Video conference dapat mengatasi permasalahan jarak jauh dimana untuk mengadiri pertemuan tanpa harus datang ke lokasi pertemuan. Dalam video conference merupakan aplikasi yang menyiapkan data dan transfer untuk transport layer dimana dalam proses pengiriman data dari video conference tersebut dibagi menjadi beberapa paket-paket. Jurnal ini membahas metodologi untuk meningkatkan kinerja video conference dengan meningkatkan kualitas layanan. Pada penelitin ini menggunakan simulasi NS dan untuk meningkatkan kualitas layanan video conference menggunaakn Send Best Packet Next (SPBN). Dari pengujian yang telah dilakukan dengan mngunakan ukuran paket 64 didapatkan SPBN memiliki kinerja baik dalam video conference. Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Dynamic Source dan Ad hoc On-Demand Distance Vector pada Mobile Ad Hoc Network untuk Sistem Komunikasi Taktis Kapal Perang ( Dhamayanti dkk, 2013) Komunikasi taktis adalah komunikasi yang digunakan dalam peperangan dimana permasalhan komunikasi tersebut tidak memiliki infrastruktur yang tetap sehingga MANET dapat diterapkan dalam komunikasi taktis tersebut. Pada penelitian ini memilih protocol routing yang memiliki delay terkecil dalam pengiriman paket dan protocol routing yang digunakan adalah DSR dan AODV. Dari penelitian dilakukan didapatkan bahwa roting AODV jauh lebih baik dari protokol routing DSR dilihat dari berbagai aspek parameter penelitian seperti end to end delay, packet delivery ratio dan normalized routing overhead. Karena, pada protokol routing DSR mengalami kendala pada jaringan dengan jumlah node yang semakin banyak dengan performa yang semakin menurun. Pengaruh penggunaan formasi node yang random pada beberapa parameter penelitian sangat ditentukan oleh jarak antar node tersebut. Jadi protokol routing yang cocok

3 10 diimplementasikan di komunikasi taktis kapal perang adalah protokol routing AODV. Performance Comparison of MANET (Mobile Ad hoc Network) Protocols (ODMRP with AMRIS and MAODV) Aparna K et al, 2010) Penelitian ini menyajikan perbandingan kinerja tiga protocol multicast pada Mobile Ad Hoc Network diantaranya ODMRP, AMRIS dan MAODV. Penelitian tersebut dibuat dalam simulasi menggunakan NS-2. Pendekatan dalam multicast terdiri dari pendekatan treebased dan meshbased. Penekatan treebased mempertahankan tree untuk semua transmisi dan hanya memiliki satu jalur dari sumber ke tujuan sehingga apabila ada jalur yang rusah perlu diperbaiki. Sedangkan pendekatan meshbased memiliki beberapa jalur dari sumber ke tujuan multicast sehingga dapat mengurangi overhead karena adanya jalur alternative yang tersedia. Dengan Skenario mobile yang dilakukan pada protocol berbasis mesh dan tree, berdasarkan ketersediaan rute alternative yang disediakan. AMRIS efektif digunakan dalam lingkungan yang bukan merupakan mo/bilitas traffic, sehingga kinerjanya sangat rentan terhadap beban traffic dan mobilitas. ODMRP efektif digunakan pada sebagian besar scenario yang telah dilakukan pada penelitian ini namun apabila terjadinya peningkatan jumlah pengiriman maka overhead juga meningkat. MAODV memiliki kelebihan dari kerentanan yang terjadi pada treebased yang menyebabkan delivery ratio rendah. 2.2 Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Definisi ad hoc network adalah desentraliasi dari jaringan wireless, disebut ad hoc network karena tidak bergantung pada infrastruktur yang sudah ada, seperti router dalam jaringan kabel ataupun Access Point pada jaringan nirkabel. Dalam Ad hoc network, setiap node bertugas dalam merouting data kepada node lain, jadi penentuan node mana yang mengirimkan data dibuat secara dinamis berdasarkan konektivitas dari jaringan itu sendiri. Namun, tidak harus benar-benar diasumsikan bahwa MANET tidak dapat memiliki infrastruktur jaringan. Menurut Goldsmith et al., Dan Haarsten berpendapat bahwa beberapa mediasi antar mobile node dapat

4 11 dipilih untuk bertindak sebagai base station dan mobile node tetangga. Penerapan jaringan ini sangat dibutuhkan di daerah seperti medan perang, jasa penyelamatan darurat, kuliah teater ruang konferensi dan tempat-tempat lain di mana penyebaran infrastruktur jaringan menjadi sangat sulit. Baru-baru ini, sebagian besar komunikasi antara perangkat mobile dicapai melalui infrastruktur jaringan kabel tetap seperti jaringan seluler dengan (BSC) dan mobile switching centers (MSC). Dalam MANET, setiap mobile node bertindak sebagai router serta base station untuk menemukan dan mempertahankan rute ke mobile node lainnya untuk berkomunikasi melalui jaringan (Bello,2013). Gambar 2. 1 Mobile Ad-Hoc Network (Mohapatra, 2005) Karakteristik Mobile Ad-Hoc Network Mobility: node dapat bergerak cepat dengan penebaran di daerah yang tdak memiliki infrastruktur. Pada MANET dapat memiliki ndividual random mobility, group mobility, bergerak sepanjang rute yang telah direncanakan sebelumnya dan lain sebagainya. Mobilitas memiliki dampak besar pada pemilihan skema routing dan dapat mempengaruhi kinerja. Multihopping: jaringan multihop adalah jaringan di mana jalur dari sumber ke tujuan melintasi beberapa node lainnya. Jaring ad hoc sering menunjukkan banyak hop untuk negosiasi hambatan, penggunaan kembali spektrum, dan konservasi energi. Self-organisasi: jaringan ad hoc secara mandiri dapat menentukan parameter konfigurasi sendiri termasuk: pengalamatan, routing, clustering, identifikasi posisi, kontrol daya, dan lain-lain. Dalam beberapa kasus, node

5 12 khusus misalnya, mobile backbone nodes dapat mengkoordinasikan gerakan dinamis dan mendistribusikan di wilayah geografis untuk menyediakan cakupan dari daerah yang terputus (Gelra, 2005). 2.3 Routing Protokol Ad Hoc Routing Protokol yang bertanggung jawab untuk routing paket dari sumber ke tujuan dan antara mobile node. Ad Hoc Routing Protokol juga memverifikasi apabila ada antrian paket yang datang dari lapisan atas atau lapisan bawah protokol jaringan dan membuat keputusan ke mana paket tersebut akan diteruskan. Pada MANET mobile node belum mengetahui bangaimana topologi jaringan. Sebaliknya node baru akan mengumumkan kehadirannya dan harus mendengarkan pengumuman disiarkan oleh node tetangga. Setiap simpul mempelajari dan bagaimana terhubung dengan simpul terdekat. Untuk menemukan dan menjaga rute optimal antara mobile node di daerah topologi yang dinamis. Routing jaringan melibatkan dua kegiatan utama: pertama, menentukan jalur routing yang optimal dan kedua, mentransfer paket data. Protokol routing menggunakan beberapa metrik untuk menemukan rute terbaik untuk routing paket data ke tujuan. Metrik ini adalah pengukuran standar menggunakan jumlah hop, yang menggunakan algoritma routing untuk menentukan jalur optimal untuk paket ke tujuan. Proses penentuan path adalah bahwa algoritma routing yang menginisialisasi proses penemuan rute dan memelihara tabel routing, yang berisi informasi rute total untuk paket forwarding. Informasi routing yang bervariasi berasal dari sebuah algoritma routing (Bello, 2013) Ad-Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) Ad-Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) adalah routing protocol ondemand yang menggabungkan kemampuan dua routing protocol yaitu Dynamic Source Routing (DSR) dan Destinantion Sequence Distance Vector (DSDV). Mobile node meminta untuk meneruskan paket ke mobile node lainnya akan menyiarkan permintaan Rute Request (RREQ) ke node tetangga yang kemudian

6 13 meneruskan permintaan ke node tetangga lainnya sampai ke tujuan. Jika node tetangga yang menerima paket RREQ memiliki rute ke tujuan maka node akan mengirimkan pesan balasan Rute Reply (RREP).AODV menggunakan nomor urut tujuan atau sequence number dan ID broadcast pada setiap node untuk memastikan semua rute adalah rute loop-free dan berisi informasi rute terbaru. Namun, evaluasi kinerja yang dilakukan pada kedua AODV dan protokol DSR, menunjukkan bahwa AODV melakukan lebih baik daripada DSR dan protokol proaktif lain dalam hal throughput, end-to-end delay, dan packet drop (Bello, 2013). Gambar 2. 2 AODV: (a) proses propagasi rute request (b) proses rute reply (Bello, 2013) Multicast Routing Protokol IP Multicasting pertama kali diusulkan dalam satu dekade yang lalu sebagai ekstensi arsitektur internet untuk mendukung beberapa klien pada lapisan jaringan. Motivasi dasar di balik IP multicasting adalah untuk menyelamatkan jaringan dan sumber daya bandwidth melalui transmisi satu salinan data untuk mencapai beberapa penerima secara bersamaan. Mirip dengan multicasting Internet, perlu untuk menangani keanggotaan dinamis dalam kelompok multicast pada jaringan ad hoc. Pada Internet dan ad hoc multicasting, keanggotaan dinamis mengacu pada fakta bahwa masing-masing klien dapat bergabung dan meninggalkan sesi multicasting dinamis. Sehingga protokol multicast perlu mendefinisikan kegiatan dari klien yang bergabung dan meninggalkan sesi multicasting dan bagaimana pulih

7 14 dari kegagalan routing. Jalur forwarding data dibangun baik sebagai tree atau mesh. Yang membedakan ad-hoc multicasting dengan internet multicasting yaitu bahwa mobile nodenya dapat bergerak cepat dan bebas. Tujuan utama dari ad hoc protokol multicasting yaitu untuk membangun ataupun memelihara router multicasting dinamis yang efisien dengan jaringan yang tinggi. Dengan Robust, protocol mampu beroperasi dengan benar terlepas dari mobilitas node dan perubahan topologi. "Efisien", baik kontrol overhead dan forwarding data rendah (Mohapatra, 2005) Multicast Ad-Hoc On-Demand Distance Vector (MAODV) Sebagai protokol multicast terkait dengan AODV, Multicast Ad-Hoc On- Demand Distance Vector (MAODV) menggunakan pendekatan konvensional treebased untuk multicast routing. Selain tabel routing, setiap node mempertahankan Multicast Route Table (MRT) untuk mendukung multicast routing. Sebuah node menambahkan inputan baru ke dalam MRT setelah itu termasuk dalam rute untuk multicast group. Setiap inputan mencatat alamat IP multicast group, alamat IP group leader, nomor urut atau group sequence number dan next_hops (tetangga pada multicast tree). Setiap kelompok multicast juga perlu sequence number sendiri dalam rangka untuk menunjukkan kesegaran rute multicast, yang dikelola oleh group leader. Ketika sebuah node ingin bergabung dengan multiast group dan tidak mengetahui leader, maka paket RREQ akan di broadcast daerah tujuan yang ditetapkan sebagai alamat group ID, broadcast paket RREQ akan dilakukan berkalikali apabila sampai batas waktu belum menerima balasan permintaan rute atau route reply (RREP). Apabila gagal berarti tidak ada bagian anggota kelompok yang terhubung dalam jaringan. Kasus tersebut, diasumsikan sebagai group leader. Menginisialisasi sequence number untuk satu kelompok dan broadcast group Hello packet ke seluruh jaringan secara berkala dengan peningkatan sequence number.

8 15 Setiap node membuat catatan group leader ketika mendengarkan RREP. Jika akan bergabung dengan group, harus memiliki alamat leader. Apabila pada routing table terdapat route menuju ke leader maka unicast tersebut dapat langsung bergabung pada RREQ leader. Jika tidak memiliki alamat leader, maka akan membroadcast RREQ ketika akan mengirim data ke group. Untuk memastikan loop-free, dipastikan hanya ada satu tree respon dalam router pada RREQ. Apabila terdapat beberapa tanggapan yang datang, maka source node hanya akan menerima satu. Tanggapan lainnya akan diabaikan sampai batas waktu. Gambar 2. 3 MAODV (Mohapatra, 2005) Ketika member akan meninggalkan group dan bukan merupakan leaf node pada multicast tree maka node tersebut akan berfungsi sebagai router. Dan jika member merupakan leaf node maka node tersebut memiliki node tetangga. Unicast node akan memberikan pesan pada node tetangga dan memmbersihkan semua informasi tentang group pada dalam table routingnya. Setelah menerima pesan tersebut node tetangga akan memeperbarui daftar node tetangga. Hal tersebut terus dilakukan sampai mencapai non-leaf node. Link multicast tree dapat rusak apabila mobile node sudah mencapai batas waktu hal tersebut akan terdeteksi oleh dua node terakhir, dan node terakhir yang memiliki tanggungjawab untuk memperbaiki link multicast tree tersebut. Untuk perbaikan tersebut node terakhir akan membroadcast RREQ untuk bergabung dengan alamat tujuan yang telah ditetapkan oleh group leader dan jarak daerah

9 16 Mgroup_Hop dari Leader. Sequence number yang terakhir juga disertakan. TTL dari RREQ diatur ke nilai kecil, jika tidak menerima balasan sebelum batasan waktu maka akan mengulang kembali membroadcast RREQ ke jaringan yang lebih luas. Node yang menanggapi adalah node yang dekat dengan group leader seperti yang di indikasi oleh paket agar terjadinya tanggapan dari node ang berasal dari sisi yang sama dengan link multicast tree yang rusak. Setelah perbaikan link multicast tree prosedur selanjutnya sama seperti node baru yang akan bergabung dalam group (Mohapatra, 2005). 2.4 Video Conference Video merupakan sekumpulan berbagai gambar atau yang biasa disebut dengan frame yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadikan gambar tersebut terlihat bergerak. Dalam video terdapat istilah video conference dapat disebut sebagai Video teleconference. Karena dalam konferensi Video seperangkat teknologi telekomunikasi yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi antara dua atau lebih lokasi dengan dua arah transmisi video dan audio secara simultan. Dalam video conference aplikasi akan menyiapkan dan mentransfer data untuk transport layer sehingga data tersebut dibagi menjadi paket-paket data. Antrian paket-paket tersebut dikirim hingga head queue. (Rohit, 2013). Video conference simultan dengan tiga atau lebih remote point dengan cara Control Unit Multipoint (MCU). MCU dapat menangani panggilan simultan sesuai dengan jumlah, kemampuannya untuk melakukan transposing dari kecepatan data, protokol dan fitur seperti Kehadiran berkelanjutan, di mana beberapa pihak dapat dilihat pada layar sekaligus. Teknologi inti yang digunakan dalam sistem video conference adalah kompresi digital audio dan video stream secara real time. Selain itu, video conference membutuhkan camcorder dan web camera untuk input video, monitor atau proyektor untuk output video, mikrofon untuk input audio, speaker untuk output audio dan sistem jaringan (Abdullah et al, 2012). Dalam sebuah video terdapat sebuah format yang disebut dengan video codec. Setiap codec memiliki karakteristik masing-masing, seperti teknik kompersi

10 17 yang digunakan, struktur file video, batas maksimum bit-rate yang biasa dipakai maupun fitur-ditur yang terdapat pada video tersebut. Pada penelitian ini video codec yang digunakan adalah H.263 yang merupakan standar dari ITU-T dimana format H.263 cocok digunakan untuk keperluan video conference, karena bit-rate yang digunakan rendah (ITU05). 2.5 Variable Bit Rate (VBR) Flow merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkan traffic dalam jaringan berdasarkan bentuk traffic, dimana network manager dapat memantau flow traffic secara berkala dengan klasifikasi source sebagai berikut: Data bursty, weakly periodic, strongly regular Audio continuous, strong periodic, strong regular Video continuous, bursty due to compression, strong periodic, weakly regular (Awadhesh, 2015) Gambar 2. 4 Ilustrasi CBR dan VBR Source diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu CBR dan VBR. Constant Bit Rate (CBR) memembentuk definisi berdasarkan peak rate. CBR merupakan metode penyimpanan frame dalam bentuk kompersi. Flow ini tidak mengubah kebutuhan bandwith karena menerapkan jenis kompersi yang sama untuk setiap frame. Variable Bit Rate (VBR) memembentuk definisi berdasarkan rata-rata dan peak rate. VBR yaitu data flow khusus yang menggunakan beberapa jenis frame, dimana posisi frame memiliki peran penting dalam video play serta terdapat perbedaan antara gambar. Video flow tidak menghasilkan nilai bandwith yang

11 18 konstan atau mengalami perubahan yang berkaitan dengan perbedaan frame. Flow ini terdiri dari beberapa jenis frame (Erik, 2011): Information frame (key frame) : hanya memuat frame dari CBR. Prediction Frame. Diferential Frame. 2.6 Quality of Service (Qos) Quality of service mengacu pada pengertian yang berbeda di dalam network layer. Pada physical layer, QoS mengacu pada data rate dan packet loss rate pada wireless links, yang merupakan fungsi dari kualitas saluran. Mustahil untuk mempertahankan data rate konstan dan tingkat packet loss yang rendah dengan bergagai variasi saluran. Pada MAC layer, QoS terkait dengan sebagian kecil dari waktu node dapat berhasil mengakses dan mengirimkan paket. Pada routing layer, end-to-end QoS metrics tergantung pada metrik setiap hop dari rute multi-hop. Routing layer akan menghitung dan mempertahankan rutecyang memenuhi persyaratan QoS untuk masa sambungan. Transport layer dan upper layer dapat mendukung QoS jika lapisan routing tidak mampu memenuhi persyaratan QoS. Secara umum terdapat tiga bagian yang dipelajari dalam metric QoS yaitu bandwith, delay dan jitter. Namun, masalah QoS pada jaringan ad-hoc adalah lebih sulit daripada wired networks. Akibatnya terdapat pekerjaan untuk mendukung delay dan jitter; dan sebagian besar fokus pada penyediaan jaminan bandwidth. Berbagai mekanisme telah diusulkan untuk memperkirakan jumlah bandwidth di CSMA / CA (Carrier Sense Multiple Access) jaringan dan jaringan TDMA Pada jaringan ad-hoc, sulit untuk memberikan jaminan QoS karena fluktuasi dalam saluran nirkabel dan gangguan dari node non-tetangga Media Delivery Index (MDI) MDI (Media Delivery Index) adalah pengukuran berdasarkan indikasi kualitas video yang diharapkan. MDI merupakan pengukuran indeks pada transmisi

12 19 jaringan dan dapat diukur dari setiap titik antara sumber video dan tujuan/ set top box (STBs). MDI drepresentasikan dua index yang dipisakhan oleh tanda (:) yaitu Delay Factor (DF) dan Media Loss rate (MLR) (Agilent, 2008). a. Media Delivery Index Delay Factor (MDI-DF) Delay Factor dalam MDI digunakan untuk meninjau kembali hubungan antara jitter dan buffering. Jitter adalah perubahan end-to-end delay terhadap waktu. Paket tiba di tujuan pada tingkat yang konstan menunjukan jitter nol. Paket dengan tingkat kedatangan yang tidak teratur menunjukkan jitter tidak bernilai 0. Dalam proses transmisi dari sumber ke tujuan, waktu kedatangan paket bervariasi hal tersebut terjadi karena kepadatan jaringan. Jika kedatangan paket tidak sesuai dengan rate dalam penerimaan data pada tujuan maka akan ada proses buffer pada saat kedatangan paket. Paket yang sampai bisa saja tidak sesuai dengan urutan, buffer dalam decoder digunakan untuk mengumpulkan paket yang tiba dengan waktu kedatangan yang berbeda-beda dan mentransmisikan kembali dengan laju yang konstan. Semakin besar jitter, semakin bersar buffer yang diperlukan untuk menangani jitter. Dengan ukuran buffer yang terbatas dan jitter yang berlebihan menyebabkan paket loss. DF dari MDI adalah nilai waktu yang diperlukan dalam buffer data untuk mengatasi jitter. Hal ini dihitung sebagai paket yang tiba dan ditampilkan kepada pengguna secara berkala. Pada setiap kedatangan paket, menghitung perbedaan antara byte yang diterima (bytes_receive) dan byte alirkan (bytes_drained) disebut dengan MDI virtual buffer depth (Δ). Δ = bytes_received bytes_drained. (6.1) Dalam suatu interval tertentu dihitung perbedaan antara nilai minimum dan maksimum dari virtual buffer depth (Δ) dan dibagi dengan media rate. DF = (max(δ) min(δ)) media_rate... (6.2)

13 20 DF yang digunkaan untuk video digunakan untuk menilai kualiat video dari perspektif pengguna. Delay Factor yang dapat diterima adalah 9 50 ms (Agilent, 2008). b. Media Delivery Index Media Loss Rate (MDI-MLR) Media Loss Rate (MLR) mendefinisikan jumlah paket yang hilang per detik. Paket loss yang direpersentasikan dengan nilai bukan 0 akan mempengaruhi kualitas video yang dan dapat terjadi distorsi visual atau tak beraturan dalam pemutaran video. MLR adalah format yang mudah untuk menentukan Service Level Agreements (SLA) dalam tingkat paket loss. Jadi jika diambil dalam konteks dengan komponen DF, misalkan MDI 4: akan menunjukan bahwa perangkat memiliki delay factor 4 ms dengan media loss rate paket per second. Berikut merupakan rekomendasi maksimum nilai yang dapat diterima pada MLR (Agilent, 2008). Tabel 2. 1 Max Acceptable Average MLR (Agilent, 2008) Service (All Codec) Max Acceptable Average MLR SDTV VOD HDTV Berikut merupakan perhitungan MLR: MLR = packet _expected packet _received... (6.3) interval_time_in_second 2.7 Network Simulator 2 (NS-2) Network Simulator (Version 2), dikenal sebagai NS2, merupakan sebuah alat simulasi event-driven yang berguna untuk mempelajari sifat dinamis dari komunikasi jaringan. Simulasi wired serta fungsi jaringan nirkabel dan protokol (misalnya, algoritma routing, TCP, UDP) dapat dilakukan dengan menggunakan

14 21 NS2. Secara umum, NS2 memberikan kebebasan untuk menentukan protokol jaringan tersebut dan simulasi perilaku yang sesuai. Gambar 2. 5 Arsitektur NS-2 (Issariyakul, 2012) NS2 menyediakan pengguna dengan perintah eksekusi "ns" yang mengambil satu argumen input, nama dari Tcl simulasi scripting fi le. Dalam kebanyakan kasus, simulasi jejak file dibuat dan digunakan untuk plot grafik dan / atau untuk membuat animasi. NS2 terdiri dari dua bahasa utama: C++ dan Object-oriented Tool Command Language (OTcl). Sementara C++ mendefinisikan mekanisme internal (yaitu, backend) dari simulasi, OTcl membentuk simulasi dengan membuat dan mengkonfigurasi object serta penjadwalan diskrit event yaitu antarmuka. C++ dan OTcl dihubungkan menggunakan TclCL. Dipetakan ke objek C++, variabel dalam domain OTcl kadang-kadang disebut sebagai handles. Secara konseptual, handle hanya string (misalnya, "_o10") dalam domain OTcl dan tidak mengandung fungsi apapun. Sebaliknya, fungsi untuk menerima paket yang didefinisikan di objek C++ yaitu class Connector. Dalam OTcl domain handle bertindak sebagai antarmuka yang berinteraksi dengan pengguna dan objek OTcl lainnya. Mungkin mendefinisikan prosedur dan variabel sendiri untuk memfasilitasi interaksi. Perhatikan bahwa prosedur anggota dan variabel dalam domain OTcl disebut prosedur misalnya (instprocs) dan contoh variabel (instvars). Dalam NS-2 dapat membangun banyak class menggunakan C++. Class C++ ini digunakan untuk mengatur simulasi melalui script simulasi Tcl. Setelah simulasi output dari NS-2 berbasis teks. Untuk menginterpretasikan hasil grafis dan

15 22 interaktif, digunakan alat-alat seperti NAM (Jaringan animator) dan XGraph (Issariyakul, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Conference merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam jarak jauh atau lokasi yang berbeda. Confrerence menggunakan telekomunikasi audio dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV Sunario Megawan STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC SONY CANDRA D. NRP 5104 100 008 Dosen Pembimbing Ir. Muchammad Husni, M.Kom. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer membantu semua aspek kehidupan manusia. Contoh nyata dari kemajuan teknologi komputer adalah perkembangan teknologi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES Kamal Syarif 2208100642 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno R, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad-hoc Network (VANET) merupakan perkembangan dari Mobile Adhoc Network (MANET). Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut dimana VANET adalah jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan pesatnya, kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mengakses informasi pun semakin mudah. Perangkat mobile

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel Jaringan nirkabel atau dikenal dengan jaringan wireless adalah jaringan komunikasi yang tidak memerlukan kabel sebagai media transmisinya. Pada jaringan nirkabel

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET Didik Imawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januari 29

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI A.A. MADE AGUNG ISTRI ISWARI NIM. 1108605047 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom # Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi

Lebih terperinci

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Eri Sugiantoro Laboratory for Telecommunication Networks Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111 Tel

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2626-2636 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector ()

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami A396 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi Qi, Radityo Anggoro, Muchammad Husni Departemen Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS Kamal Syarif 1, Achmad Affandi 1, Djoko Suprajitno R 1 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-Institut

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-49 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK Didik Purwanto 1, Dr.Rendy Munadi, Ir, MT. 2, Yudha Purwanto,S.T. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN

Lebih terperinci

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Nurhayati Jiatmiko Jurusan Teknik Informatika FTI UII Yogyakarta nurhayati_jiatmiko@yahoo.com Yudi Prayudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur komunikasi data nirkabel diperlukan agar perangkat bergerak nirkabel (wireless mobile device) dapat berkomunikasi satu dengan yang lain. Pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian. unicast, multicast, atau anycast yang oleh sumber diberi label sebagai traffic flow (RFC-3697 2004). Hop Count: banyaknya node yang harus dilewati oleh suatu paket dari node asal ke node tujuan (Altman

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) Abdul Kadir, ST Program Studi Teknik Komputer AMIK INTeL

Lebih terperinci

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan Routing pada Jaringan Wireless Ad Hoc menggunakan teknik Soft Computing dan evaluasi kinerja menggunakan simulator Hypernet Tulisan ini menyajikan sebuah protokol untuk routing dalam jaringan ad hoc yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK..... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR SIMBOL... vii DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Identifikasi Masalah... I.1 1.3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kecelakaan pada kendaaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya [1]. Bahkan banyak orang terluka dan korban mati terjadi di jalan raya diakibatkan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi ABSTRACT... ix INTISARI... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan layanan multimedia saat ini telah digunakan secara meluas dalam berbagai tujuan. Karena perkembangannya yang pesat, maka diperlukan suatu aturan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET)

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Sarah Devi Anggraini 1, Kukuh Nugroho 2*), Eko Fajar Cahyadi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Telekomounikasi, Sekolah

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR Telekomunikasi ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR Oleh Muhammad Arif Bayu Aji 21060111140153 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator) JNTETI, Vol. 1, No. 1, Mei 212 1 Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator) Olivia Kembuan 1, Widyawan 2, Sri Suning Kusumawardani

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired) BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISA PERANCANGAN MODE GATEWAY Mode Gateway pada penelitian ini terdiri dari satu buah gateway yang terhubung dengan satu buah host dan satu buah router dengan media

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel Dani Priambodo 2207 100 538 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 2013: 5-10

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 2013: 5-10 JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 213: 5-1 Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Dynamic Source Routing dan Ad hoc On-demand Distance Vector pada Mobile Ad Hoc Network untuk Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komunikasi menggunakan perangkat cerdas seperti smartphone, tablet, dan laptop telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi semua orang. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Skenario Simulasi Skenario simulasi yang digunakan untuk menganalisa kinerja dari protokol routing AODV, AODV+ dan AODV-UU pada sebuah jaringan ad hoc. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Implementasi Simulasi Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam program yang harus diperhatikan, antara lain : 1. sizemobile

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebagai tinjauan studi, yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wibling et al. (2004) menyatakan bahwa Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan komputer bersifat spontan, yang berkomunikasi melalui suatu media nirkabel. Setiap

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching 1 Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching Timotius Witono Dosen S1 Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha Jl. Surya Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Dicky Rachmad P, Achmad Affandi Laboratorium Jaringan Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA I Gede Nengah Semara Putra 1, I GAK. Diafari Djuni H 2, Pande Ketut Sudiarta 3 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyediakan layanan multicast, dimulai dari IP multicast sampai dengan application layer multicast

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

AS IR O R U O TI U N TI G P AD Tesis OPTIMASI ROUTING PADA JARING DATA MULTI JALUR MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Nama : Agus Kurniwanto NIM : 2209206803 PROGRAM STUDI MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TELEMATIKA JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun

BAB 2 DASAR TEORI. Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penayangan Iklan Digital Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun yang memiliki arti informasi. Iklan adalah suatu cara untuk memperkenalkan,

Lebih terperinci

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus Video telah menjadi media yang sangat penting untuk komunikasi dan hiburan selama puluhan tahun. Pertama kali video diolah dan ditransmisikan dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang VANET (Vehicular Ad Hoc Network) adalah bagian dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana setiap node yang berada pada cakupan suatu jaringan bisa bergerak dengan bebas

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata I Teknik Informatika

Lebih terperinci

Teknologi Streaming Streaming

Teknologi Streaming Streaming Teknologi Streaming Teknologi Streaming Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio yang terletak pada sebuah server dapat secara langsung dijalankan pada User Equipment (UE)

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN 41508110211 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PEMILIHAN NODE REBROADCAST UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROTOKOL MULTICAST AODV (MAODV) PADA VANETS

PEMILIHAN NODE REBROADCAST UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROTOKOL MULTICAST AODV (MAODV) PADA VANETS PEMILIHAN NODE REBROADCAST UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROTOKOL MULTICAST AODV (MAODV) PADA VANETS Mohamad Dimyati 1), Radityo Anggoro 2), dan Waskitho Wibisono 3) 1) Politeknik Negeri Banyuwangi 2,3) Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dari penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH Berdasarkan pada penjelasan dari bab sebelumnya, maka dibuatlah suatu perancangan pemodelan softswitch sebelum simulasi dilakukan. Perancangan suatu pemodelan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel Angga Galuh Pradana 2204100005 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Yudi Methanoxy, skripsi.(2010): Analisa QOS Radio Streaming Pada Local Community Network, aspek yang dibahas dalam skripsi ini adalah dipaparkannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet. DAFTAR ISTILAH Aggregator : perkumpulan dari ethernet service switch yang terhubung dengan service router pada jaringan Metro Ethernet. Carrier Ethernet : media pembawa informasi pada jaringan dengan interface

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed Pada gambar 4.1 adalah lokasi testbed yang akan diambil datanya. Lokasi testbed berada di lingkungan fakultas teknik Universitas, tiga buah router diletakkan di

Lebih terperinci

JARINGAN MULTIMEDIA. Muhammad Riza Hilmi, ST.

JARINGAN MULTIMEDIA. Muhammad Riza Hilmi, ST. JARINGAN MULTIMEDIA Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Definisi Multimedia Kombinasi dari komputer dan video (Rosch,1996) Kombinasi 3 elemen : suara, gambar dan teks.

Lebih terperinci

Adaptasi Dinamis Protokol Routing AODV Menggunakan Distributed Routing pada Mobile Ad Hoc Networks untuk Sistem Komunikasi Kapal Perang

Adaptasi Dinamis Protokol Routing AODV Menggunakan Distributed Routing pada Mobile Ad Hoc Networks untuk Sistem Komunikasi Kapal Perang JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 2013: 59-64 Adaptasi Dinamis Protokol Routing AODV Menggunakan Distributed Routing pada Mobile Ad Hoc Networks untuk Sistem Komunikasi Kapal Perang Shelvi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah cepat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Perkembangan di bidang teknologi

Lebih terperinci

TRANSPORT LAYER DEFINISI

TRANSPORT LAYER DEFINISI TRANSPORT LAYER DEFINISI Transport layer merupakan lapisan keempat pada lapisan OSI layer. Lapisan ini bertanggung jawab menyediakan layanan pengiriman dari sumber data menuju ke tujuan data dengan cara

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaringan wireless kebutuhan akan Quality of service sangatlah penting, demi mencapai kepuasan dari user dalam menggunakannya. Faktor-faktor dari Quality of service

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA SIMULASI DAN EVALUASI PROTOKOL ROUTING AODV,AOMDV, DAN OLSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) MENGGUNAKAN NS2 DAN SUMO DI SEKITAR JALAN HR RASUNA SAID JAKARTA TUGAS AKHIR Syahrul Hidayat NIM: 1102001027

Lebih terperinci

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang OSPF (Open Shortest Path First) 1. Pengertian OSPF (Open Shortest Path First) OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan

Lebih terperinci