HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan.
|
|
- Ade Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Tiga per lima (60%) dari 100 contoh berusia antara tahun. Dua orang contoh berkategori usia lebih dari atau sama dengan 31 tahun (Tabel 3). Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek (Sumarwan 2004). Usia maksimum contoh 48 tahun, saat menjelang menopause. Hal ini dikarenakan proporsi pengambilan contoh mahasiswi program S1 lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswi S0, S2, dan S3. Selain itu, karena banyak wanita di atas usia 25 tahun yang kembali ke kampus untuk melanjutkan pendidikannya (Engel et al. 1994). Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia (n=100) Usia (Tahun) Persentase (%) 20 38, ,0 31 2,0 Rata-rata ± SD 21,5 ± 3,7 Kisaran (min-max) Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Sebanyak 60 contoh sedang menjalani pendidikan program sarjana, sedangkan contoh yang menjalani program doktor hanya tiga orang (Tabel 4). Contoh penelitian diambil berdasarkan jumlah mahasiswi secara keseluruhan. Oleh karena itu, mahasiswi program sarjana paling banyak di antara programprogram pendidikan yang ada di Institut Pertanian Bogor. Tingkat pendidikan konsumen yang tinggi akan membawa dampak pada pengetahuan informasi produk yang semakin luas pula (Engel et al. 1995). Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan (n=100) Tingkat pendidikan Persentase (%) S0 27,0 S1 60,0 S2 10,0 S3 3,0
2 26 Uang Saku. Contoh mempunyai uang saku untuk keperluannya selama kuliah yang diperoleh dari kiriman orangtua, beasiswa, ataupun penghasilannya. Separuh (50%) contoh mempunyai uang saku sebulan kurang dari atau sama dengan Rp , dengan nilai terendah Rp Hanya sebagian kecil lebih dari atau sama dengan Rp yang berjumlah enam orang. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku perbulan (n=100) Uang saku Persentase (%) Rp ,0 Rp Rp ,0 Rp ,0 Rata-rata ± SD ± ,3 Kisaran (min-max) Urutan di antara anak perempuan. Keluarga merupakan lingkungan mikro yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama (Engel et al. 1994). Sebanyak 65 persen contoh merupakan anak pertama di antara anak perempuan dalam keluarga (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan urutan di antara anak perempuan (n=100) Urutan anak Persentase (%) 1 65,0 2 24, , ,0 Rata-rata ± SD 1,6 ± 0,9 Kisaran (min-max) 1-7 Sumber Informasi Sumber informasi diperoleh melalui media televisi, radio, internet, leaflet, salesman, label kemasan, teman atau keluarga, kelompok acuan, maupun toko. Menurut Kotler (2000), sumber informasi konsumen di antaranya adalah sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, dan kenalan), sumber komersil (iklan, tenaga penjual, pedagang, kemasan, dan pedagang di toko), sumber publik (media massa
3 27 dan organisasi penilaian konsumen), dan sumber percobaan (penanganan, pengujian, dan penggunaan produk). Media elektronik dan media cetak paling banyak memberikan contoh dalam memperoleh informasi mengenai pembalut. Sebanyak 23,6 persen contoh menggunakan media elektronik seperti televisi dan radio. Sedangkan contoh yang mengakses informasi melalui internet sangat sedikit hanya 3,4 persen. Hal ini dikarenakan separuh contoh memiliki uang saku rendah (Tabel 7). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi (n=100) Sumber informasi Persentase (%) Sumber komersil Media elektronik 23,6 Media cetak 22,5 Internet 3,4 Sumber pribadi Keluarga 19,8 Peer Group (Teman) 13,8 Kelompok acuan (Guru dan dokter) 9,9 Lainnya (seminar,brosur) 7,1 Sebanyak 67 persen contoh memperoleh informasi antara tiga sampai lima sumber. Jumlah sumber informasi yang berkisar enam sampai dengan tujuh sebanyak 21 orang (Tabel 8). Konsumen yang kurang mempunyai informasi akan lebih mudah terbujuk oleh informasi yang kurang relevan (Engel et al. 1995). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah sumber informasi (n=100) Jumlah sumber informasi Persentase (%) , , ,0 Rata-rata ± SD 4,4 ± 1,4 Kisaran (min-max) 1-7 Kedekatan dengan Ibu Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) selama ini hanya tokoh ibu yang dianggap dapat memberikan perhatian terhadap anak, sementara ayah hanya dianggap sebagai tokoh yang patut ditakuti, sering keluar rumah, dan tidak dekat
4 28 dengan anak. Sebanyak 38 persen contoh mempunyai tingkat kedekatan yang sedang dengan ibu dalam mencurahkan hati, berdiskusi mengenai pembalut dan menstruasi. Contoh yang mempunyai kedekatan yang tinggi dengan ibu sebanyak 33 persen (Gambar 3). Persentase Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kedekatan dengan ibu Kedekatan contoh dengan ibu mempunyai kategori tidak pernah yang mempunyai nilai satu, jarang yang bernilai dua, dan sering bernilai tiga. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai rataan skor dari keseluruhan pernyataan sebesar 2,1. Nilai tersebut merupakan nilai yang lebih mendekati katagori jarang, sehingga berarti kedekatan keseluruhan contoh dengan ibu termasuk katagori jarang. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan intensitas sering dalam kedekatan dengan ibu (n=100) No Pernyataan Tidak pernah Jarang Sering Skor 1 Memberitahukan kepada ibu saat anda mendapatkan 10,0 42,0 48,0 23,8 menstruasi 2 Bercerita kepada ibu jika mengalami sakit nyeri pada saat menstruasi/pms 20,0 30,0 50,0 23,0 3 Membicarakan tentang menstruasi kepada ibu 14,0 52,0 34,0 22,0 4 Berdiskusi mengenai pembalut yang baik dengan 41,0 44,0 15,0 17,4 ibu 5 Mencurahkan hati kepada ibu 8,0 28,0 64,0 25,6
5 29 Tabel 9 Lanjutan No Pernyataan Tidak pernah Jarang Sering Skor 6 Berdiskusi dengan ibu tentang merek-merek pembalut 38,0 48,0 14,0 17,6 7 Berdikusi mengenai kesehatan organ intim perempuan dengan ibu 31,0 48,0 21,0 19,0 8 Berdiskusi tentang masalahmasalah kewanitaan dengan 18,0 50,0 32,0 21,4 ibu Rataan Skor 2,1 Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 21 persen sering berdiskusi mengenai kesehatan organ intim perempuan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari menunjukkan 18 persen remaja putri menyatakan sering berdiskusi dengan ibu mengenai kesehatan reproduksi. Jadi, dapat disimpulkan hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Wulandari (2007). Secara keseluruhan dapat Pengetahuan Pembalut Berdasarkan Gambar 4, separuh (50%) contoh dapat menjawab pertanyaan dengan kategori sedang, yaitu 60 sampai 80 persen dari total pertanyaan. Contoh yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 27 persen lebih banyak dibandingkan dengan kategori pengetahuan rendah. Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang berbeda sehingga dapat menciptakan pengetahuan yang berbeda (Engel et al. 1994). Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2004). Persentase Rendah (<60%) Sedang (60-80%) Tinggi(>80%) Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan pembalut 27
6 30 Berdasarkan dari Tabel 10, pengetahuan mengenai merek yang beredar di Indonesia, hampir seluruh (96%) contoh memiliki pengetahuan macam-macam merek. Untuk pengetahuan mengenai pengertian menstruasi, hampir seluruh (90%) contoh mengetahui pengertian menstruasi. Tabel 10 Persentase berdasarkan jawaban pengetahuan pembalut yang benar (n=100) Pernyataan Persentase (%) yang mengetahui Merek 96,0 Menstruasi Pengertian menstruasi 90,0 Informasi periode menstruasi 70,0 Pembalut Fungsi pembalut 76,0 Cara menggunakan pembalut 71,0 Arah penyerapan cairan 76,0 Ciri-ciri pembalut yang aman 44,0 Informasi lama memakai pembalut 78,0 Bahan dasar pembalut 71,0 Cara pengecekan pembalut yang berkualitas 43,0 Warna air jika pembalut dilarutkan dalam air 76,0 Yang akan terjadi jika pembalut dilarutkan dalam air 50,0 Ukuran pembalut 54,0 Konsumen memutuskan untuk mengkonsumsi atau membeli suatu produk didasarkan pada pengetahuannya mengenai produk yang akan dibelinya. Pengetahuan contoh mengenai suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Sebanyak 71 persen contoh mengetahui cara menggunakan pembalut. Sebaliknya, pengetahuan mengenai cara pengecekan pembalut yang berkualitas, kurang dari separuh (43%) contoh tidak mengetahuinya (Tabel 10). Hal ini dikarenakan kurangnya publikasi mengenai ciri-ciri pembalut yang berkualitas dan aman.
7 31 Perilaku Penggunaan Pembalut dan Merek Menstruasi merupakan periode pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap bulan). Sebanyak 70 persen contoh mengalami menstruasi selama enam sampai tujuh hari per periode (Tabel 11). Kisaran lama satu siklus menstruasi contoh adalah empat sampai sembilan hari. Menurut William (2001), biasanya lama menstruasi adalah antara tiga sampai lima hari. Hasil penelitian ini yang termasuk dalam kategori tersebut sebanyak 14 orang. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari (Hurlock 1980). Perbedaan lamanya menstruasi ini dapat disebabkan berbagai faktor, termasuk ketebalan endometrium, pengobatan, dan penyakit yang mempengaruhi mekanisme pembekuan (William 2001). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan lamanya mendapatkan menstruasi (n=100) Lama menstruasi (Hari) Persentase (%) , , ,0 Rata-rata ± SD 6,7 ± 1,1 Kisaran (min-max) 4-9 Pembalut merupakan produk sekali pakai. Selama satu siklus haid, separuh (50%) contoh mengganti pembalut setiap harinya sebanyak dua kali (Tabel 12). Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina. Menurut Cyssco (2009) sebaiknya pembalut diganti empat sampai enam jam sekali sehari. Hanya 11 persen yang sesuai dengan pernyataan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan akan pembalut untuk setiap harinya adalah empat sampai enam pembalut. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembalut dalam sehari (n=100) Banyaknya jumlah pembalut sehari Persentase (%) 2 buah 50,0 3 buah 39,0 4 buah 11,0 Rata-rata ± SD 2,6 ± 0,7 Kisaran (min-max) 2-4
8 32 Saat mendapatkan menstruasi, seorang perempuan membutuhkan pembalut agar tidak menodai pakaian yang dikenakannya. Jumlah pembalut dalam satu siklus, merek yang digunakannya, dan jenis pembalut yang dipakainya merupakan perilaku konsumen dalam penggunaan pembalut. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel et al. 1994). Pembalut merupakan produk sekali pakai. Sebanyak 3 persen contoh menggunakan pembalut kurang dari 10 buah selama satu siklus haid (Tabel 13). Jumlah pembalut yang dipakai seseorang berbeda-beda sesuai dengan lamanya menstruasi dan banyaknya darah yang keluar. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembalut yang dipakai dalam satu siklus menstruasi (n=100) Jumlah pembalut Persentase (%) <10 buah 3, buah 42, buah 31,0 >20 buah 24,0 Rata-rata ± SD 16,6 ± 4,4 Kisaran (min-max) 7-28 Kebutuhan yang dirasakan konsumen bisa dimunculkan oleh diri konsumen sendiri seperti rasa lapar dan haus, kebutuhan akan makanan, air, udara, rumah, pakaian, atau seks. Kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan fisiologis atau biologis (innate needs) dan sering juga disebut sebagai kebutuhan primer (Sumarwan 2004). Pembalut merupakan salah satu produk tersebut yang dibutuhkan konsumen untuk mempertahankan hidupnya. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda termasuk dalam kebutuhan menggunakan pembalut. Pada usia lebih dari atau sama dengan 31 tahun, contoh menghabiskan pembalut lebih dari 20 buah pembalut setiap siklusnya (Tabel 14). Hal ini diduga karena pada usia lebih dari 40 tahun telah mengalami tanda-tanda menopause, sehingga membutuhkan pembalut yang lebih banyak dari pada wanita usia produktif.
9 33 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembalut dan usia (n=100) Jumlah pembalut Usia Total 20 tahun tahun 31 tahun <10 buah 0,0 3,0 0,0 3, buah 21,0 21,0 0,0 42, buah 9,0 22,0 0,0 31,0 >20 buah 8,0 14,0 2,0 24,0 Total 38,0 60,0 2,0 100,0 Selain jumlah pembalut yang dikemukakan sebelumnya, dalam penggunaan merek dan jenis pembalut konsumen pun berbeda-beda. Jenis-jenis pembalut yang biasa digunakan dalam produk pembalut antara lain maxi, regular, slim, ultra slim dan night. Karena setiap bulannya berbeda-beda maka dilihat dari penggunaan jenis pembalut contoh pada satu bulan terakhir. Pada satu bulan terakhir pemakaian, jenis pembalut contoh ada yang memakai dengan satu sampai tiga jenis pembalut. Sebanyak 61 persen contoh menggunakan satu jenis pembalut setiap bulannya. Hanya lima persen dari contoh yang menggunakan tiga jenis pembalut setiap bulannya (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi jenis pembalut (n=100) Kombinasi jenis pembalut Persentase (%) Satu jenis 61,0 Dua jenis 34,0 Tiga Jenis 5,0 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat selama tiga bulan terakhir, contoh yang menggunakan ketebalan pembalut beranekaragam. Selama tiga bulan terakhir ada 15 kombinasi jenis pembalut. Setengah dari kombinasi penggunaan jenis pembalut menggunakan night dan sepertiga kombinasi menggunakan regular. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pemakaian jenis pembalut selama tiga bulan terakhir (n=100) Jenis pembalut Persentase (%) 1 Bulan terakhir 2 Bulan terakhir 3 Bulan terakhir Maxi 28,0 33,0 32,0 Maxi, night 18,0 17,0 18,0 Regular 13,0 14,0 14,0 Slim 12,0 9,0 9,0 Night 6,0 5,0 6,0 Reguler, night 5,0 5,0 5,0 Slim, maxi, night 3,0 1,0 1,0
10 34 Tabel 16 Lanjutan Jenis pembalut Persentase (%) 1 Bulan terakhir 2 Bulan terakhir 3 Bulan terakhir Slim, night 3,0 3,0 3,0 Reguler, maxi 3,0 4,0 3,0 Ultra slim 2,0 2,0 2,0 Slim, maxi 2,0 3,0 2,0 Slim, regular 2,0 1,0 1,0 Slim, reguler, night 1,0 1,0 1,0 Reguler, maxi, night 1,0 1,0 1,0 Ultra slim, night 1,0 1,0 1,0 Urutan kombinasi jenis pembalut kedua yang terbanyak adalah contoh menggunakan kombinasi maxi dan night. Penggunaan pembalut menurut ketebalan dan ukuran selama tiga bulan terakhir, contoh ada yang konsisten dan ada yang tidak sehingga jumlah tiap bulannya tidak sama. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Petra, bahwa kontribusi penjualan pembalut di Indonesia masih didominasi oleh jenis maxi (Sari 2003). Konsumsi produk pembalut berbeda-beda setiap individu karena dalam proses keputusan penggunaan jenis pembalut salah satunya dipengaruhi oleh faktor perbedaan individu. Menurut Sumarwan (2004) faktor perbedaan individu terdiri dari kebutuhan dan motivasi, kepribadian, pengolahan informasi dan persepsi, proses belajar, pengetahuan dan sikap konsumen. Merek-merek pembalut yang beredar dipasaran semakin beragam dan menawarkan berbagai kelebihan. Merek sangat penting bagi konsumen karena memudahkan dalam menentukan pilihan, memberikan jaminan kualitas, mencegah risiko, serta menjadi pernyataan diri dan pengerek gengsi. Pemasar sangat tertarik pada pengetahuan konsumen terhadap merek. Menurut hasil penelitian ini dengan populasinya yang merupakan mahasiswa dari jenjang diploma, sarjana, dan pascasarjana, sebanyak 67 persen contoh menggunakan pembalut dengan merek Charm (Gambar 5). Selain itu, merek yang digunakan contoh adalah Laurier, Kotex, Softex, Whisper, dan lain-lain. Merek Softex, Whisper, dan lain-lain mempunyai persentase yang sama yaitu dua persen. Merek lain-lain adalah merek Hers Protex dan Avail atau merek MLM. Hal ini sejalan
11 35 dengan penelitian mahasiswa universitas Kristen Petra, merek yang paling sering digunakan adalah Charm (Sari 2003). Persentase Charm Laurier Kotex Softex Whisper Lain-lain Merek Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan merek contoh Merek yang digunakan oleh contoh juga bervariasi dengan 12 kombinasi. Selama tiga bulan terakhir secara konsisten, lebih dari tiga per lima (61%) contoh menggunakan merek Charm. Setelah merek Charm, merek kedua yang dipakai oleh contoh adalah merek Laurier terbanyak 18 persen dan untuk dua bulan terakhir sebesar 16 persen. Kemudian merek ketiga adalah Kotex dengan persentase 10 persen dan dua bulan terakhir sebesar sembilan persen (Tabel 17). Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan merek selama 3 bulan terakhir (n=100) Merek yang digunakan Persentase (%) 1 Bulan terakhir 2 Bulan terakhir 3 Bulan terakhir Charm 61,0 61,0 61,0 Laurier 18,0 16,0 18,0 Kotex 10,0 9,0 10,0 Hers Protex 2,0 1,0 0,0 Laurier, Charm 2,0 3,0 3,0 Avail 1,0 1,0 1,0 Charm, Kotex 1,0 1,0 1,0 Hers Protex, Charm 1,0 1,0 1,0 Laurier, Whisper 1,0 1,0 1,0 Protex 1,0 0,0 0,0 Softex 1,0 5,0 3,0 Whisper 1,0 1,0 1,0 100,0 100,0
12 36 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh (95%) contoh menggunakan merek tunggal. Sedangkan yang menggunakan merek lebih dari satu hanya lima persen di lihat pada penggunaan merek satu bulan terakhir. Brand Awareness Top of Mind Kesadaran merek adalah kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori suatu produk (Aaker 1991). Tingkat kesadaran merek yang mencakup puncak pikiran disebut dengan Top of Mind. Top of Mind memiliki citra merek atau asosiasi merek yang lebih kuat. Merek-merek yang disebutkan oleh contoh yang merupakan Top of Mind contoh adalah Charm, Laurier, Kotex, Softex, Whisper, dan lain-lain. Lain-lain dalam hal ini adalah merek Hers Protex dan Avail. Dari tujuh merek yang disebutkan tersebut, lebih dari tiga per lima (63%) contoh menyebutkan merek Charm yang berada dalam puncak pikiran dan menempati urutan pertama (Gambar 6). Persentase Charm Laurier Kotex Softex Whisper Lain-lain Merek Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan Top of Mind Menurut riset yang dilakukan oleh majalah SWA, merek pembalut yang menempati peringkat pertama adalah merek Laurier, sedangkan pada penelitian ini merek Laurier berada pada urutan kedua. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini, dikarenakan contoh yang digunakan berbeda. Merek avail adalah merek yang dipasarkan dengan cara Multi Level Marketing (MLM), produk pembalut yang tidak beredar di supermarket atau sejenisnya tetapi di tempat-
13 37 tempat yang menjadi anggota distributornya sehingga konsumen yang mengetahui merek tersebut jarang. Brand Recall Brand awareness juga dapat diartikan sebagai kekuatan sebuah merek untuk dapat diingat kembali oleh konsumen dan dapat dilihat dari kemampuan konsumen itu sendiri untuk mengidentifikasi merek dalam berbagai kondisi. Brand recall mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Pada tingkatan ini disebut juga dengan pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall) (Aaker 1991). Merek-merek yang disebutkan contoh setelah Top of Mind adalah Charm, Laurier, Kotex, Softex, dan lain-lain (Hers Protex dan Avail). Merek Top of Mind yang tidak ada pada brand recall adalah Whisper. Pengetahuan merek pembalut yang disebutkan secara spontan tanpa dibantu (brand recall) pada urutan pertama ditempati oleh Laurier (47%), kedua Charm (24%), ketiga Kotex (18%), keempat Softex (7%) dan terakhir lain-lain sebesar empat persen. Merek lain-lain adalah Hers Protex dan Avail dengan masing-masing tiga persen dan satu persen (Tabel 18). Pada Brand Recall merek Laurier lebih unggul dibanding dengan merek yang lain. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan brand recall setelah top of mind (n=100) Merek Persentase (%) Laurier 47,0 Charm 24,0 Kotex 18,0 Softex 7,0 Lain-lain 4,0 Brand Image Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Berdasarkan Gambar 7, seperempat (25%) contoh memberikan kesan dari merek pembalut yang digunakan termasuk pada kategori sedang atau tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Terdapat 46 orang contoh yang mempersepsikan merek yang dipakainya berkategori rendah. Pengalaman dengan merek akan menjadi sumber bagi
14 38 konsumen dalam terciptanya rasa percaya pada merek dan pengalaman akan mempengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi, penggunaan atau kepuasan secara langsung dan tidak langsung dengan merek (Coastabile 2002 dalam Ferrinadewi 2008) Rendah (66,7-77,8%) Sedang (77,8-88,9%) Tinggi (88,9-100,0% Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori score brand image terhadap merek yang digunakan Berdasarkan penggunaan merek pembalut, maka diambil tiga peringkat pertama yang tertinggi yaitu merek Charm. Laurier, dan Kotex. Hasil pengukuran asosiasi merek dengan menggunakan uji Cochran menunjukkan bahwa semua asosiasi yang berjumlah 12 butir melekat pada merek Charm, Laurier, dan Kotex. Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand image- nya) menjadi pijakan konsumen dalam proses keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut (Durianto et al. 2001). Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat di rangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Kesan yang kuat untuk contoh yang menggunakan merek Charm adalah kelembutan bahan, daya serap yang tinggi, nyaman, dan higienis. Merek Laurier mempunyai kesan yang kuat dengan atribut kemudahan memperolehnya, tidak mudah bocor, ukuran yang sesuai, dan nyaman. Sedangkan merek Kotex adalah merek terkenal, kemasan yang menarik, kelembutan bahan, tidak mudah bocor, anti kerut, ukuran yang sesuai, tetap ada sirkulasi udara, nyaman, dan higienis (Tabel 19). Menurut hasil penelitian Susanti (2008) yang meneliti mengenai analisis asosiasi merek pada produk pembalut Charm adalah produknya efektif, aman digunakan, harganya terjangkau dan produknya mudah didapatkan. Konsumen yang menggunakan merek tertentu maka akan terhubung dengan merek tersebut.
15 39 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan asosiasi-asosiasi pembentuk brand image pembalut (n=100) No Atribut Charm Laurier Kotex 1 Nyaman 2 Kelembutan bahan - 3 Higienis - 4 Tidak mudah bocor - 5 Ukuran yang sesuai - 6 Daya serap yang tinggi Kemudahan memperolehnya Merek terkenal Kemasan yang menarik Anti kerut Tetap ada sirkulasi udara - - Hubungan Karakteristik Contoh dengan Tingkat Pengetahuan Pembalut Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan pembalut Usia merupakan karakteristik konsumen yang dapat mempengaruhi selera konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Setengah dari contoh yang memiliki usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun, memiliki tingkat pengetahuan pembalut dengan kategori sedang. Sebanyak delapan persen pada kategori usia 21 sampai 30 tahun, mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai pembalut. Tiga per empat contoh yang berada pada kategori usia lebih dari atau sama dengan 31 tahun mempunyai tingkat pengetahuan pembalut terkategori sedang (Tabel 20). Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan usia dan tingkat pengetahuan pembalut Usia (Tahun) Tingkat pengetahuan pembalut(%)* Rendah Sedang Tinggi Total(%) 20 15,0 19,0 4,0 38, ,0 28,0 22,0 58,0 31 0,0 3,0 1,0 4,0 Total 23,0 50,0 27,0 100,0 Ket: * signifikan pada p<0,05 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman terdapat hubungan signifikan dan positif antara usia dengan tingkat pengetahuan pembalut (p=0,000; r= 0,342). Hal
16 40 ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan pembalut maka semakin tua usia. Pengalaman yang lebih banyak terwujud dalam pengetahuan yang lebih luas (Engel et al. 1994). Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan pembalut Pengetahuan yang merupakan hasil belajar, dapat didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al. 1994). Dua perlima dari contoh mahasiswi S2 memiliki pengetahuan pembalut dengan kategori tinggi dan sedang. Seluruh contoh mahasiswi S3 memiliki pengetahuan terkategori sedang mengenai pembalut. Contoh mahasiswi S0 sebesar 14 persen dan S1 sebesar 29 persen memiliki pengetahuan pembalut dengan kategori sedang (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan pembalut Tingkat Tingkat pengetahuan pembalut (%)* Total pendidikan Rendah Sedang Tinggi (%) S 0 11,0 14,0 2,0 27,0 S 1 10,0 29,0 21,0 60,0 S 2 2,0 4,0 4,0 10,0 S 3 0,0 3,0 0,0 3,0 Total 23,0 50,0 27,0 100,0 Ket: * signifikan pada p<0,05 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan pembalut adalah berhubungan nyata dan signifikan (p=0,001; r=0,322). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga pengetahuan pembalut. Tingkat pendidikan konsumen yang tinggi akan membawa dampak pada pengetahuan informasi produk yang semakin luas pula (Engel et al. 1995). Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek (Sumarwan 2004). Hubungan uang saku dengan tingkat pengetahuan pembalut Uang saku merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari orangtua, beasiswa, ataupun bekerja. Sebanyak 24 persen contoh yang memiliki uang saku kurang dari atau sama dengan Rp , memiliki tingkat pengetahuan
17 41 pembalut dengan kategori sedang. Contoh yang memiliki uang saku lebih dari atau sama dengan Rp , memiliki tingkat pengetahuan pembalut terkategori sedang dan tinggi dengan masing-masing tiga persen (Tabel 22). Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan tingkat pengetahuan pembalut Uang saku Tingkat pengetahuan pembalut (%) tn Total Rendah Sedang Tinggi (%) Rp ,0 24,0 12,0 50,0 Rp Rp ,0 23,0 12,0 44,0 Rp ,0 3,0 3,0 6,0 Total 23,0 50,0 27,0 100,0 Ket tn : tidak signifikan pada p<0,05 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p=0,167; r=0,139) antara uang saku dengan tingkat pengetahuan pembalut. Hal ini diduga karena jumlah uang saku yang dimiliki oleh contoh tidak untuk mengakses informasi, sehingga pengetahuan yang diperoleh kurang. Hubungan urutan anak dengan tingkat pengetahuan pembalut Lebih dari satu perlima (21%) contoh yang memiliki urutan anak pertama di antara anak perempuan dalam keluarga mempunyai tingkat pengetahuan pembalut dengan kategori tinggi. Urutan anak perempuan antara enam dan tujuh memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori rendah meskipun hanya satu orang contoh (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan urutan anak dan tingkat pengetahuan pembalut Tingkat pengetahuan pembalut (%)* Total Urutan anak Rendah Sedang Tinggi 1 12,0 32,0 21,0 65,0 2 6,0 14,0 4,0 24, ,0 4,0 2,0 10, ,0 0,0 0,0 1,0 Total 23,0 50,0 27,0 100,0 Ket: ** signifikan pada p<0,05 Hasil analisis korelasi Spearman terdapat hubungan yang negatif dan signifikan (p=0,012; r=-0,251) antara urutan anak dan tingkat pengetahuan, sehingga semakin kecil urutan anak maka semakin besar tingkat pengetahuannya.
18 42 Hal ini diduga karena keluarga saat memiliki anak pertama merupakan pengalaman pertama bagi keluarga tersebut sehingga anak mendapatkan pengetahuan yang cukup dari keluarga. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) kedudukan anak pertama berarti pengalaman merawat anak, pengalaman mendidik anak belum dimiliki oleh kedua orangtuanya. Kekurangan pengetahuan dan pengalaman dari orangtua membawa akibat tersendiri dalam diri anaknya Selain itu, ada faktor-faktor lain seperti rasa ingin tahu anak yang tinggi sehingga menyebabkan anak mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan pengetahuannya. Hubungan Kedekatan dengan Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Pembalut Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) selama ini hanya tokoh ibu yang dianggap dapat memberikan perhatian terhadap anak. sementara ayah hanya dianggap sebagai tokoh yang patut ditakuti, sering keluar rumah, dan tidak dekat dengan anak. Contoh yang memiliki kedekatan yang tinggi dengan ibu sebanyak 17 persen mempunyai tingkat pengetahuan pembalut dengan kategori sedang, yaitu contoh dapat menjawab persen dari total pertanyaan. Hanya tujuh persen contoh yang memiliki tingkat pengetahuan pembalut dengan kategori tinggi (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan kedekatan dengan ibu dan tingkat pengetahuan pembalut Tingkat pengetahuan pembalut (%) tn Kategori Rendah Sedang Tinggi Total (%) Rendah 4,0 15,0 10,0 29,0 Sedang 10,0 18,0 10,0 38,0 Tinggi 9,0 17,0 7,0 33,0 Total 23,0 50,0 27,0 100,0 Ket tn : tidak signifikan pada p<0,05 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p=-0,047; r=0,640) antara kedekatan contoh dengan ibu dengan tingkat pengetahuan pembalut. Hal ini dikarenakan ibu tidak menjadi sumbet utama contoh dalam memperoleh informasi.
19 43 Hubungan Top of Mind Dengan Merek yang Digunakan Top of mind merupakan merek yang menggambarkan merek yang pertama kali diingat contoh atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk (Aaker 1991). Terdapat tujuh merek yang digunakan dan juga menjadi top of mind contoh. Dua merek yaitu Charm dan Laurier merupakan merek yang tidak sesuai antara merek yang menjadi top of mind dengan yang digunakannya, sedangkan lima merek lainnya sesuai. Merek pembalut yang diingat contoh Charm (top of mind), 62 persen contoh menggunakannya dan lima persen contoh menggunakan merek Laurier sehingga total 67 persen pada merek Charm (Tabel 25). Tujuh persen dari contoh yang tidak sesuai dengan merek yang digunakan dengan top of mind. Hasil analisis uji chi-square mempunyai p-value 0,000 sehingga berhubungan nyata dan signifikan antara top of mind dengan merek yang digunakan. Hal ini diduga karena merek yang menjadi puncak pikiran contoh merupakan merek yang dipakainya karena contoh sudah terbiasa dengan merek tersebut sehingga merek yang pertama kali diingat adalah merek yang digunakan. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan top of mind dengan merek yang digunakan Top of Mind Merek yang digunakan Total (%) Charm Laurier Kotex Softex Hersprotex Whisper Avail Charm 62,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 63,0 Laurier 5,0 14,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 19,0 Kotex 0,0 0,0 11,0 0,0 0,0 0,0 0,0 11,0 Softex 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 3,0 Hersprotex 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 1,0 Whisper 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 2,0 Avail 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0 Total 67,0 16,0 11,0 2, ,0 100,0 P value 0,000 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesesuaian Merek Pembalut yang Digunakan dengan Top of Mind Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian merek pembalut yang digunakan dengan top of mind. Uji ini dipergunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent. Variabel independent yang digunakan adalah
20 44 karakteristik contoh (usia, urutan anak, tingkat pendidikan, dan uang saku), jumlah sumber informasi, kedekatan ibu dengan contoh, dan tingkat pengetahuan. Berdasarkan hasil dari Tabel 26, R 2 (0,298) dari regresi logistik sebesar 29.8 persen variabel yang diinput mempengaruhi kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind. Sisanya dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian sebesar 70,2 persen. Variabel yang berpengaruh signifikan adalah uang saku, semakin besar uang saku yang dimiliki maka akan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap meningkatnya peluang merek yang sesuai dengan top of mind sebesar satu kali dibandingkan uang saku yang rendah. Hal ini dikarenakan uang saku yang merupakan sumber daya yang dimiliki contoh dapat membeli merek yang menjadi top of mind sekalipun harga pembalut tersebut mahal. Tabel 26 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian merek pembalut yang digunakan dengan top of mind Variabel Indikator (0=tidak sesuai dengan top of mind, 1=sesuai dengan top of mind) Β Sig Exp (B) Uang saku 0,000 0,041* 1,000 Pengetahuan 0,129 0,592 1,138 Usia -2,134 0,231 0,118 Jumlah sumber informasi -0,881 0,067 0,414 Kedekatan dengan ibu 0,221 0,083 1,248 Tingkat pendidikan 0,727 0,252 2,068 Urutan diantara anak perempuan 0,717 0,292 2,048 Konstanta -3,697 0,616 0,025 Nagelkerke R 2 0,298 Ket: signifikan p<0,05 Variabel pengetahuan, usia, jumlah sumber informasi, kedekatan dengan ibu, tingkat pendidikan, dan urutan anak tidak mempengaruhi kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind. Pengetahuan merupakan informasi yang disimpan dalam ingatan. Tingkat pengetahuan tidak berpengaruh, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan contoh yang terkategori baik kurang dari separuh. Usia contoh tidak mempengaruhi, dikarenakan penggunaan pembalut merupakan kebutuhan primer bagi wanita sehingga perbedaan tersebut tidak mempengaruhi kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind.
21 45 Jumlah sumber informasi yang digunakan contoh tidak berpengaruh signifikan, diduga karena informasi yang dimilikinya tidak digunakan dalam memilih merek yang dipakai sesuai dengan top of mind. Kedekatan dengan ibu tidak berpengaruh disebabkan oleh pengalaman yang berbeda dalam menggunakan pembalut sehingga tidak sesuai dengan top of mind. Pengalaman yang lebih banyak terwujud dalam pengetahuan yang lebih luas (Engel et al. 1994). Urutan anak di antara anak perempuan dalam keluarga juga tidak berpengaruh, hal ini diduga karena kepribadian dan kebutuhan seseorang terhadap merek pembalut berbeda. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind, diduga karena keterlibatan contoh terhadap merek kurang.
Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi
16 KERANGKA PEMIKIRAN Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak menodai pakaian yang dipakai maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia bisnis dalam era globalisasi ini semakin berkembang pesat, yang memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu ingin di mengerti. Wanita secara kodrati memiliki potensi seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wanita adalah kata yang umum yang digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Wanita merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling kompleks, seorang wanita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada hakikatnya memiliki kebutuhan untuk dipenuhi. Kebutuhan adalah keadaan dimana terdapat kesadaran akan adanya sesuatu yang kurang, sedangkan keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam produksi pembalut wanita dengan Charm sebagai merek dagangnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Uni-Charm Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi pembalut wanita dengan Charm sebagai merek dagangnya. Untuk tahun 2013-2015 Charm meraih predikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat pada dunia bisnis hampir terjadi di semua sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang ketat pada dunia bisnis hampir terjadi di semua sektor manufaktur dan jasa. Beragamnya produk yang memasuki pasar membuat konsumen semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima hari lamanya setiap 28 hari, dia menghabiskan rata-rata tujuh tahun dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi dan siklus menstruasi wanita berperan sangat besar dalam hidupnya. Jika anda mempertimbangkan rata-rata menstruasi wanita dari waktu dia berusia 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merek menjelaskan spesifikasi pelanggannya (Anggraeni, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas seperti pada saat ini, produsen dihadapkan pada persaingan untuk meraih dominasi merek. Merek menjadi faktor penting dalam persaingan
Lebih terperinciPERILAKU PENGGUNAAN PEMBALUT PADA MAHASISWI LUSIANA PUTRI RAHAYU
PERILAKU PENGGUNAAN PEMBALUT PADA MAHASISWI LUSIANA PUTRI RAHAYU DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSITITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERILAKU PENGGUNAAN PEMBALUT PADA MAHASISWI
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015
KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015 I. Karakteristik Responden 1. Nama Responden :... 2. Umur :... 3. Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan datang, semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin tinggi tingkat persaingan dan kondisi ketidakpastian pada masa yang akan datang, semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai keunggulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi pada berbagai hal antara lain merek, harga, dan juga pelayanan dari suatu produk. Agar
Lebih terperinciSebelum melakukan pembelian terhadap barang atau jasa, secara umum konsumen sebagai individu akan melalui beberapa tahapan seperti mencari informasi,
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat menjadi the overcommunicated society atau dengan kata lain kebanjiran informasi (Ries & Trout 2002, 8). Berbagai brand berusaha menyampaikan komunikasi
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. dan memajukan usahanya. Suatu perusahaan akan berhasil dalam persaingan
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran menjadi salah satu kegiatan sangat penting yang harus diperhatikan sebagai salah satu kunci sukses bagi perusahaan untuk bertahan hidup dan memajukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Keluarga
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keluarga Usia. Perbedaan usia yang terdapat pada seseorang dapat mengakibatkan perbedaan dalam selera dan kesukaan terhadap merek (Sumarwan 2004). Usia dalam penelitian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V Kesimpulan dan Saran 109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Merek Oriflame memiliki top
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari kebutuhan tersebut adalah kesehatan dan kebersihan. Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi, maka perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen untuk menjamin kelangsungan hidup. Salah satu dari kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana dan fitur-fitur yang selalu berubah setiap waktunya. Ini disebabkan karena manusia tidak pernah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia akan suatu produk menjadi semakin beragam. Hal inilah yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya peradaban suatu bangsa, kebutuhan manusia akan suatu produk menjadi semakin beragam. Hal inilah yang mendorong munculnya berbagai perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras
Lebih terperinciANALISIS EKUITAS MEREK PEMBALUT WANITA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER
ANALISIS EKUITAS MEREK PEMBALUT WANITA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER THE ANALYSIS OF SANITARY NAPKIN BRAND EQUITY ON FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES STUDENTS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya. Selanjutnya penulis mengajukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keputusan Pembelian Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Merek dan Perspektif Merek 1. Definisi Merek Menurut UU No.15 Tahun 2001 merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atribut-atribut lain dari kompetisi, misalnya atribut produk relatif mudah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, merek akan menjadi sangat penting karena atribut-atribut lain dari kompetisi, misalnya atribut produk relatif mudah ditiru. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemasaran kini tak lagi sekedar sarana promosi. Didalamnya mencakup upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek bukanlah sekedar nama atau simbol. Tetapi lebih kepada aset perusahaan yang bersifat intangible. Merek adalah nama, istilah, simbol atau kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, dinamika lingkungan bisnis berdampak pada perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, dinamika lingkungan bisnis berdampak pada perubahan perencanaan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan barang-barang konsumsi (consumer goods). Bisnis ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan penempatan orientasi dalam pemenuhan dan kepuasan konsumen sebagai tujuan perusahaan yang utama.
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini, kebutuhan manusia sudah sangat bermacam-macam. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbedabeda terlebih untuk tampil menarik dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memproduksi barang yang dibutuhkan, karena selain memasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemasaran dalam dunia usaha dewasa ini semakin penting karena persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang muncul menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan akan berhasil memperoleh konsumen dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan keinginan yang kuat dari orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana perilaku
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Brand Usage
6 Menyusun pertanyaan demografi responden untuk mengetahui karakteristik responden. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. 4. Melakukan uji pendahuluan (pretest) dan perbaikan kuisioner serta pembuatan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. persaingan hanya untuk dominasi merek. Berbagai investor dan perusahaan akan
Bab 1 Pendahuluan I. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perang dalam dunia marketing adalah perang antar merek, suatu persaingan hanya untuk dominasi merek. Berbagai investor dan perusahaan akan menyadari
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ekuitas Merek Dalam hal ekuitas merek dapat kita pahami bahwa ide utama dari ekuitas merek adalah bahwa kekuatan merek terletak dalam benak konsumen. Ekuitas merek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya peningkatan pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah meningkatkan persaingan-persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: pendekatan kualitatif yang berupa eksploratif dan pendekatan kuantitatifyang berupa deskriptif.
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN dan SARAN
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari citra merek dan kualitas produk sepatu olahraga Nike terhadap keputusan pembelian.
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU
68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh laba, meningkatkan volume penjualan dan menjaga kesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen untuk membeli suatu produk seperti dijelaskan Darianto (2001 : 56)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelian sebuah produk akan dipertimbangkan oleh konsumen dengan beberapa faktor penting yang mendukung konsumen untuk mengambil sebuah keputusan dalam melakukan
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat persaingan antar usaha bisnis yang begitu ketat. Semakin banyaknya pesaing yang bermunculan maka
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Teknik Pemilihan Responden
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu data yang dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik responden. Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah
Lebih terperinciPENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG
PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang makin ketat yang disebabkan oleh globalisasi. Globalisasi didorong oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah suatu masa seorang individu mengalami perkembangan secara mental, emosional, sosial serta fisik dan pola identifikasi dari anak anak menuju dewasa. Secara psikologis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang
Lebih terperinciPertemuan Pertemuan 7 3
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Pertemuan Pertemuan 7 3 MODUL Strategi Image/Soft Sell (3 SKS) Oleh : Dra. Nanik Ismiani POKOK BAHASAN Merek, Citra Merek dan Loyalitas merek DESKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha di dunia termasuk Indonesia. Persaingan-persaingan yang terjadi terutama berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada dewasa ini sedang mengalami suatu kemajuan yang pesat, hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi dan arus informasi yang cepat sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan internasional merupakan faktor utama keberhasilan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan internasional merupakan faktor utama keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Perusahaan dituntut untuk dapat menentukan ketepatan aktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahanya untuk dapat berkembang dan memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Ketatnya
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY
ANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kampus Sarolangun Universitas Jambi) DAHMIRI Staf Pengajar Jurusan Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas dalam dunia usaha mengalami peningkatan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengakibatkan perekonomian semakin kompetitif dimana keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang terdahulu sudah banyak dilakukan terkait masalah kesadaran merek, asosiasi merek, dan persepsi kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap orang untuk dapat berpikiran maju. Ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menuntut setiap orang untuk dapat berpikiran maju. Ilmu pengetahuan teknologi dan informasi yang terus berkembang menjadi kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berfikir, merasa, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengatasi masalah dan menghadapi tantangan lingkungan dimana. pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat.
III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian memberikan pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk mengatasi masalah dan menghadapi tantangan lingkungan dimana pengambilan keputusan harus dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah sikap atau sifat dari individu, kelompok dan organisasi dalam memilih, menilai, dan menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa dan budaya, setiap daerah memiliki budaya yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa dan budaya, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini merupakan waktu bagi individu mengalami perubahan yang besar. Perubahan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN.
RINGKASAN EKSEKUTIF SARLAN SIANTURI, 2004. Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN. Membangun ekuitas merek dalam pemasaran produk atau jasa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran merupakan ilmu dan seni yang mengatur tentang sistem
20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan salah satu cabang dari ilmu manajemen yang sangat penting dalam suatu perusahaan selain cabang ilmu manajemen lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya agar terus berkembang dan mendapatkkan laba semaksimal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan
Lebih terperinciBABV KESIMPULAN DAN SARAN. beberapa kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan penelitian lebih lanjut.
BABV KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian dan bahasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan penelitian lebih lanjut. 5.1 Kesimpulan Kesimpulan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis eceran, perusahaan harus dapat menerapkan suatu strategi yang tepat agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Menjadi pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarah pada sistem perekonomiaan Indonesia ke makanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang teknologi komunikasi
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran pemasaran dalam dunia usaha dewasa ini semakin penting karena persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang muncul menuntut perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri di setiap negara tumbuh dan berkembang dengan cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki pasar membuat
Lebih terperinciKUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH
PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK dan PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi) JURNAL Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar Indonesia. Minuman Isotonik Pocari Sweat merupakan minuman Isotonik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini terjadi persaingan perusahaan minuman Isotonik di pasar Indonesia. Minuman Isotonik Pocari Sweat merupakan minuman Isotonik pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi menjelang era millennium tiga ini. Era tersebut diyakini pula sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai
Lebih terperinci