BAB I PENDAHULUAN. Deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau berpindah-pindah (Wijana, 1996:6). Menurut Cahyono (1995:217), deiksis adalah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan. Menurut Purwo (1984:1) sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila rujukannya berpindah-pindah atau berubah-ubah, tergantung siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Dalam bidang linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kata, frase atau ungkapan yang akan diberikan. Rujukan semacam itu oleh Nababan (1987:40)disebut deiksis. Suatu informasi pada dasarnya menyaratkankecukupan dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul ketika informasi itu hanya dipahami dari konteksnya, karena dalam pemahaman konteks diperlukan kemampuan khusus yang tentunya terkait erat dengan deiksis yang digunakan dalam konteks tersebut.konteks terkait erat dengan deiksis, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi.

2 2 Walaupun sudah cukup banyak pembahasan deiksis baik dalam buku-buku teori tertentu maupun dalam buku-buku grammar, namun masih sedikit deiksis disinggung dan disoroti, deiksis hanya menjadi bagian kecil dalam suatu pembahasan.deiksis hanya di dilibatkan secara ala kadarnya saja dan tidak cukup mendetail. Padahal deiksis sangat penting sekali dalam suatu pemahaman baik pembelajar Bahasa Inggris di tingkat bawah (beginner) apalagi di tingakat atas (intermediate)agar tidak menimbulkan multiinterpretasi dan kesalahpahaman sekaligus agar sebuah wacana atau konteks itu tercapai maksud dan tujuannya. Penelitian kecil yang peneliti lakukan kepada beberapa siswa usia 7-8 tahun yang mana anak ini diberikan tuturan seperti contoh di bawah. Dari tuturan tersebut diberikan kosakata yang mereka anggap sulit.kemudia beberapa siswa tersebut ditanya tentang maksud dari tuturan.ternyata sebagian besar dari mereka tidak paham terhadap tuturan yang diberikan.beberapa siswa ini mengahasilkan sedikit data menunjukkan persoalan yang cukup serius dan harus segera dicari jalan keluarnya.deiksis masih menjadi masalah besar bagi pembelajaran yaitu di kalangan siswa.deiksis ini merupakan salah satu cara yang bisa dipakai untuk memahami tuturan. Kenyataannya, meskipun deiksis ini selalu dipakai dalam memahami sebuah konteks, masih banyak ditemukan kesulitan dan kesalahan dalam memahami konteks tersebut, pada kalangan siswa. Contoh tuturan yang diambil dari buku pegangan siswa, Zaida (2013:4): (1) Where is Timothy? I need to speak to him. Dimana Timothy? Saya perlu bicara dengannya.

3 3 (2) The car is very dirty. Mum is washing it. Mobil sangat kotor. Ibu sedang menyucinya. (3) This is my book. That is hers. Ini buku saya. Itu bukunya(perempuan). (4) This book is mine. Buku ini milik saya. (5) This pen is mine and that one is his. Bolpoin ini punya saya dan itu bukunya (laki-laki). Zaida (2013:4): Pembuktian deiksis (1) Where is Timothy? I need to speak to him. Dimana Timothy? Saya perlu bicara dengannya. Kalimat (1) akan susah dihapami ketika hanya dituliskan dengan I need to speak to him. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa him itu. Hal yang semacam inilah yang membuat kalimat tidak terlepas dengan konteks. Dan konteks sangat berperan penting dalam suatu pemahaman. (2) The car is very dirty. Mum is washing it. Mobil sangat kotor. Ibu sedang menyucinya. Pada kalimat (2) tentunya akan membingungkan dan sulit dipahami ketika hanya dituliskan dengan mum is washing it. Karena akan timbul pertanyaan apa yang dicuci mama, dari situ dapat dirumuskan bahwa koteks berperan penting dalam suatu pemamahan bahasa. Dalam pemahaman bahasa dan tidak bisa terlepas dengan konyeks inilah yang biasa disebut dengan deiksis.

4 4 (3) This is my book. That is hers. Ini buku saya. Itu bukunya(perempuan). Pada kalimat (3) that is hers akan susah untuk dipahami karena that dan hers tidak jelas mengacu pada siapa. Oleh karena itu perlu kalimat sebelumnya yaitu this is my book. Kedua kalimat tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam hal pemahaman konteks. (4) Those are Andy s books. This is mine. Itu buku-buku Andi. (Buku) ini milik saya. Demikian juga pada kalimat (4) this is mine, akan susah untuk dipahami karena memerlukan kalimat sebelumnya yaitu those are Andy s books barulah kalimat kedua dapat dipahami sepenuhnya. Hal sepertinya iniah yang biasa disebut dengan deiksis, kalimat yang tidak pernah terlepas dari kalimat sebelumnya. (5) This pen is mine and that one is his. Bolpoin ini punya saya dan itu bukunya (laki-laki). Pada kalimat (5) ketika pembaca hanya berfokus pada kalimat that one is his, pembaca akan mengalami kebingungan dalam memahami kalimat tersebut, oleh karena itu this pen is mine menjadi penentu untuk memahami kalimat setelahnya. Dari kelima contoh data di atas pada awalnya siswa ini mengalami kesulitan ketika gurunya bertanya kata him pada data (1). Bentuk kesulitannya adalah kebingungan untuk membedakan antara him itu untuk dia laki-laki atau perempuan.demikian pula dengan kalimat-kalimat selanjutnya, pada data (2) misalnya, siswa tersebut masih mengalami kebingungan untuk mengartikan kata

5 5 itkarena siswa awalnya beranggapan bahwa it mengacu pada dirty kotor. Kemudian pada data (3), siswa juga mengalami kesulitan untuk memahami kata hers, demikian juga pada data (4) dan (5) yang mana siswa mengalami kebingungan juga pada kata mine dan his. Penjabaran yang lain ditunjukkan oleh Frege (1967: 24)viaLevinson (2004:5-6) ketika seseorang ingin mengatakan sesuatu yang sama seperti apa yang dia ucapkan kemarin, dia menggunakan yesterday untuk mengantikan today. Meskipun apa yang diungkapkan adalah sesuatu hal yang sama, tetapi secara verbal ungkapan ini harus diungkapkan secara berbeda sehingga perbedaan pengungkapan waktu ini bisa disesuaikan dan dimengerti. Hal yang sama juga berlaku pada kata-kata seperti here dan there, dalam hal ini apa yang tertulis bukanlah seperti apa yang ada dalam pikiran.oleh karena itu, dibutuhkan penunjukan dengan jari, gerakan tangan dan juga tatapan mata sehingga bisa mendapatkan pengertian yang benar.moeliono(2003:42) mendefinisikan deiksis sebagai berikut, deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu bersifat deiksis. Jadi, kedua linguis Cahyono maupun Moeliono menyebutkan keterkaitan antara deiksis dengan sesuatu yang diacu dan dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Kategori deiksis secara tradisional membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (person deixis), deiksis ruang (place deixis) dan deiksis waktu

6 6 (time deixis) Levinson, (1983:62). Ketiga kategori ini disebut oleh Huang (2007:136) sebagai tiga kategori dasar deiksis. Selain ketiga kategori deiksis tersebut di atas, Levinson dan Huang menambahkan dua kategori lagi, yaitu deiksis wacana (discourse deixis) dan deiksis sosial (social deixis). Penelitian ini akan membahas tiga kategori dasar deiksis, yaitu deiksis persona (person deiksis), deiksis ruang (place deixis) dan deiksis waktu (time deixis).hal ini di lakukan karena masih perlunya pembahasan terperinci mengenai deiksis baik itu deiksis tradisional seperti deiksis persona, lokatif dan waktu ataupun deiksis wacana dan sosial.sejauh ini pembahasan mengenai deiksis wacana dan deiksi sosial hanya dilakukan oleh Levinson dan Huang. Contoh Anderson (2003:7-10): (6) My dear, whatever do you mean? Asked his mother, the Queen, We have met lots of charming girls. Anakku sayang, apapun alasanmu?tanya ibunya (sang ratu), kita telah bertemu dengan banyak wanita yang mempesona. (7) Once upon a time, sitting beneath a lily tree, there was a handsome young man. He was Real Prince. Dahulu kala, duduklah dibawah sebuah pohon lili, seorang laki-laki yang rupawan dan masih muda. Dialah sang pangeran sejati. Data (6) di atas dapat dianalisis sebagai berikut. Penutur: the Queen Situasi: Percakapan terjadi pada situasi ketika kerajaan sedang mempunyai hajat besar, yaitu mencarikan calon putri untuk pangeran, yang sudah saatnya naik

7 7 tahta, dan harus segera mempunyai pendamping hidup untuk menemani pangeran memimpin rakyatnya. Hubungan antara penutur dan mitra tutur adalah ibu dan anak kandung, yang merupakan putra satu-satunya sekaligus penerus tahta kerajaan setelah ayahandanya wafat. Dari data (6) di atas dapat ditemukan salah satu deiksis yaitu deiksis persona pada kata we. Data (7) diatas dapat dianalisis sebagai berikut. Penutur: narator Situasi: Di sebuah tanah yang lapang, yang dipenuhi dengan bunga, pohon dan sunyi, bersandarlah seorang laki-laki muda yang begitu menawan di bawah pohon lili. Laki-laki muda dan menawan tersebut adalah sang pangeran yang sedang gundah, berfikir keras kiranya siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak, untuk memimpin rakyatnya. Tentunya sang pangeran mengharapkan sosok yang selama ini begitu di idamkannya, putri cantik, penuh kasih. Pada percakapan di atas terdapat kata yang mengandung keterangan waktu once upon atime. Kata ini digunakan untuk menjelaskan bentuk rentang waktu yangdimaksudkan oleh narator. Narator menggunakan kata keterangan waktu dahulu kala untuk menceritakan kejadian yang telah terjadi di masa lalu ketika cerita The Princess and the Pea berlangsung dan sudah berlalu.oleh karena itu, kata keterangan waktu ini dapatdikategorikan ke dalam jenis deiksis waktu yang juga terkait dengan referen ruang yaitu beneath a lily tree. Pada data (7) tersebut bersifat anaphora karena he pada kalimat tersebut terdapat proses berkelanjutan yang digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya

8 8 a handsome young man.bentuk deiksis waktu yang tampak dari data (7) dapat diperkuat dengan kalimatberikutnya yang menggunakan tobe bentuk lampau yaitu was untukmempertegas sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam Deiksis dalam Bahasa Inggris ini antara lain: a. Bagaimana bentuk dan fungsi deiksis persona dalam bahasa Inggris? b. Bagaimana bentuk dan fungsi deiksis lokatif dalam bahasa Inggris? c. Bagaimana bentuk dan fungsi deiksis temporal bahasa Inggris? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Adapun tujuan penulisan Deiksis dalam Bahasa Inggris adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan bentukdan fungsi deiksis persona dalam bahasa Inggris. b. Mendeskripsikan bentuk dan fungsi deiksis lokatif dalam bahasa Inggris. c. Mendeskripsikan bentuk dan fungsi deiksis temporal dalam bahasa Inggris

9 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat berguna bagi berbagai pihak terutama dalam pengajaran bahasa Inggris dan memberikan beberapa manfaat lain, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat-manfaat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan untuk pengajaran bahasa Inggris dan ilmu bahasa (linguistik), yaitu berupa deiksis dalam bahasa Inggris. Temuan penelitian ini akan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian lain yang relevan Manfaat Praktis Pembelajar bahasa Inggris akan dapat menggunakan temuan penelitian ini untuk bisa mempermudah proses pengajaran dan pembelajaran. Sehingga diharapkan pengajar dan pembelajar bahasa Inggris akan mampu berkomunikasi dengan efektif dan efisien.temuan penelitian ini akan dapat digunakan sebagai masukan dalam bidang pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Inggris, yang akan dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk memperkaya bahan pengajaran dan mempermudah pengajaran. Penelitian ini juga diharapkan akan dapat mendorong minat untuk melakukan penelitian pragmatik dengan menggunakan objek penelitian lainnya yang berbeda. Akhirnya, penelitian ini diharapkan akan dapat memperkaya penelitian yang sudah ada terkait dengan pragmatik.

10 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan pedoman bagi peneliti untuk menyusun tesisnya, antara lain: Green (1992) dalam penelitiannya study of deixis in relation to lyric poetry meneliti tentang sebuah pengujian dalam peranannya dibidang satra khususnya pada puisi.novitayanti (2013) meneliti deiksis pada pidato presiden Barack Obama di Universitas Indonesia Jakarta.Novitayanti menggunakan pendekatan kualitatif yang deiksisnya dianalisis dengan teori Levinson.Kemudian Agustina (2013) juga meneliti deiksis.agustina memfokuskan pada ekspresi yang deikstis pada novel Twilight-Breaking Down jilid 1 yang ditulis oleh Stephenie Meyer. Agustina juga menggunakan pendekatan kualitatif dalam menganalisis ekspresi deiksis yaitu mengikuti teori Levinson. (2012) dalam penelitiannya the use of deictic elements in ælfric s catholic homilies.incluraite meneliti tentang fenomena deiktis yang menurut beliau masih menjadi dominan topic dalam pragmatik. Menurut beliau deiktik merupakan ekspresi yang refennya akan sesalu berubah-ubah sesuai dengan konteknya. Rahyono (2002) yang meneliti tentang ekspresi deiktis dalam bahasa Jawa. Dalam penelitiannya, Rahyono menyebutkan bahwa tingkat tutur dalam bahasa Jawa, yang memiliki sistem yang teratur dan terperinci dalam pembagian ragam tuturnya, dapat mencakup semua partisipan tutur yang ada, sesuai dengan kondisi sosialnya masing-masing. Setiap orang yang bertindak sebagai partisipan tutur dapat memilih bentuk pronomina yang sesuai dengan hubungan perannya terhadap orang lain yang diacunya dalam tindak tutur. Dalam bahasa Jawa

11 11 terdapat ragam bahasa ngoko dan non ngoko atau krama yang terkait erat dengan deiksis sosial. Sistem pembagian ruang dalam bahasa Jawa secara deiktis dibedakan menjadi tiga, yaitu dekat, tidak dekat, dan jauh. Pembagian deiktis tersebut dinyatakan oleh bentuk pronomina demonstratif. Untuk mengetahui kedekatan obyek yang diacu sangat tergantung pada konteks tindak tutur yang bersangkutan. Pembicara dapat menggunakan kata iki atau kene, misalnya, untuk merujuk pada obyek yang ada pada dirinya, maupun lokasi yang melingkupinya di saat kawan bicara termasuk di dalamnya. Deiksis dalam bahasa Indonesia diteliti secara rinci dalam disertasi Purwo (1984) yang membedakan antara deiksis luar-tuturan atau eksofora dan deiksis dalam-tuturan atau endofora. Permasalahan yang diangkat dalam eksofora adalah bidang semantik leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak dapat dilepaskan sama sekali dari pembahasan bidang semantik leksikal ini. Sedangkan endofora lebih menyoroti masalah sintaksis. Deiksis luar tuturan dibedakan menjadi deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu. Topik mengenai deiksis juga diangkat oleh Prasetiani (2004) dengan judul Deiksis dalam Bahasa Arab. Penelitian ini mendeskripsikan deiksis dalam bahasa Arab dan kata-kata dalam bahasa Arab yang dapat diidentifikasikan bersifat deiksis, serta untuk mengetahui kapan kata-kata tersebut bersifat deiktis atau nondeiktis. Ancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ancangan kualitatif. Penelitian ini terbatas pada analisis kosakata bahasa Arab ragam standar yang terdapat pada Al-Qur'an dan surat kabar. Data diperoleh dari beberapa sumber data seperti Al-Qur'an, beberapa buku pelajaran bahasa Arab,

12 12 dan surat kabar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa deiksis dalam bahasa Arab mencakup lima jenis deiksis yaitu deiksis persona, ruang, waktu, sosial, dan wacana. Pada deiksis persona, semua bentuk pronomina persona dalam bahasa Arab dapat dikategorikan sebagai deiksis, sedangkan pada deiksis ruang dan waktu, tidak semua kosakata yang mempunyai makna ruang dan waktu dapat dikategorikan sebagai deiksis. Dalam kosakata bermakna ruang, yang termasuk deiksis adalah pronomina demonstratif dan beberapa verba yang menyatakan perpindahan lokasi. Kemudian deiksis juga diangkat oleh Rahman (2012) dalam Deiksis dalam Bahasa Jerman yang membahas deiksis persona, lokatif (ruang) dan temporal (waktu). Bentuk pronomina persona bahasa Jerman bisa bersifat deiktis dan juga ada yang bersifat non-deiktis. Pada deiksis ruang dan deiksis waktu, tidak semua leksem yang mempunyai makna ruang dan waktu dapat dikategorikan sebagai deiksis. Isgoentiar (2012) dalam Deiksis pada Novel Charlotte s Web Karya E. B. White: Kajian Pragmatis. Terdapat 3 jenis deiksis yang muncul pada percakapanpercakapan dalam novelcharlotte s Web karya E. B. White yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, dandeiksis waktu. Dari ketiga jenis deiksis ini, deiksis persona merupakan jenisdeiksis yang paling banyakditemukan pada percakapanpercakapan dalamnovel Charlotte s Web karya E. B. White ini. Penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menjadi pijakan yang sangat membantu dalam penelitian ini.pembeda antara penelitian ini dengan penelitianpenelitian terdahulu dan sebelumnya adalah dalam penelitian ini dibahas juga

13 13 mengenai titik labuh deiksis dan juga pembalikan deiksis dalam bahasa Inggris. Selain itu, sumber data dalam penelitian ini tidak hanya surat kabar atau novel seperti penelitian sebelumnya, tetapi juga terkait dengan skrip film, buku-buku bacaan terkait linguistik, dan buku-buku dalam dunia pengajaran (belajar mengajar) lainnya yang sumber data sekaligus bertujuan agar pengajaran yang terkait dengan deiksis ini menjadi hal yang tidak rumit dan mudah untuk diajarkan ataupun dipelajari. 1.5 Landasan Teori Pengertian Pragmatik Pragmatik menurut International Pragmatics Association (IPRA) ialah penyelidikan bahasa yang menyangkut seluk beluk penggunaan bahasa dan fungsinya Soemarmo dalam setiawan (2013:1). Yule (1996:3) menyebutkan 4 definsi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Menurut Levinson (1983:9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Pengertian bahasa mengnunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.

14 14 Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan kalimatkalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat- kalimat itu(nababan, 1987:2). Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson antara lainmengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. Leech (1983:6) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam bidang linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut semantisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik dan komplementarisme atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Pragmatik dibedakan menjadi dua hal: a. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa. b. Pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor

15 15 tersebut yaitu siapa yang berbahasa, dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa, dalam konteks apa, jalur yang mana, media apa dan dalam peristiwa apa sehingga dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakekatnya mengarah pada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam tindak komunikatif dan memperhatikan prinsip penggunaan bahasa secara tepat Pengertian Deiksis Pragmatik mencakup bahasan tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap (tetapi berubah-ubah). Selain konteks, deiksis, implikatur tuturan dan presuposisi akan membantu dalam penafsiran makna tuturan. Deiksis adalah satu di antara fenomena lingual yang universal. Setiap bahasa memiliki ekspresi deiksisnya masing-masing yang dapat difungsikan untuk mengacu pada sesuatu dalam berkomunikasi. Sebatas itu mudah dipahami bahwa tanpa pelibatan penggunaan ekspresi deiksis di dalamnya komunikasi tersebut tidak akan seefektif dan seefisien komunikasi yang melibatkan penggunaan ekspresi deiksis di dalamnya Huang, (2007:132). Kata deiksis (deixis) berasal dari kata Yunani deiktikos, yang berarti hal penunjukan secara langsung. Menurut Wijana (1996:6), deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen yang berubah-ubah atau berpindah-pindah. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu

16 16 Purwo, (1984:1-2). Bahan kajian deiksis mengacu pada bahan kajian yang berupa kata-kata yang rujukannya atau referennya berpindah-pindah. Ujaran dalam suatu bahasa tersebut dibuat oleh orang tertentu (pembicara) dan biasanya ditujukan kepada orang lain yang tertentu pula (pendengar) Lyons, (1995: ). Hubungan antara bahasa dengan konteks yang melalui acuan di berbagai konteks tesebut maka dapat diperoleh makna ungkapan-ungkapan deiksis Cummings (2007:31-42).Seorang penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali menggunakan kata-kata yang menunjuk baik itu pada orang, waktu maupun tempat. Kata-kata yang lazim disebut dengan deiksis tersebut berfungsi untuk menunjukkan sesuatu, sehingga keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur. Deiksis bersandar pada konteks untuk bisa diinterpretasi secara penuh. Konteks yang relevan pada deiksis adalah ruang dan waktu, dan lokasi penutur dalam konteks ruang dan waktu adalah pusat di mana sistem deiksis berjalan. Suatu misal kata heredi sini dan there di sana berhubungan dengan dekatnya atau jauhnya sesuatu dari penutur, dan kata nowsekarang dan thenkemudian diinterpretasikan kepada waktu pertuturan. Pronomina persona juga merupakan salah satu kategori deiksis, karena makna pronomina persona bergeser secara terus menerus ketika percakapan berganti sehingga kita harus tahu siapa yang bertutur untuk mengetahui acuan tuturan tersebut Evans & Green, (2006: ). Levinson (1983:55) memberikan contoh untuk mengambarkan pentingnya informasi deiksis. Suatu misal Anda menemukan sebuah botol di pantai berisi

17 17 surat dengan pesan sebagai berikut (8) Meet me here a week from now with a stick about this bigyangdapat diterjemahkan dengan (temui saya di sini seminggu setelah hari ini dengan membawa tongkat sebesar ini). Kalimat (8) ini tidak memiliki latar belakang kontekstual sehingga tidak informatif. Dalam kalimat (8) kita tidak tahu siapa yang harus kita temui, di mana atau kapan kita harus menemuinya, atau seberapa besar tongkat yang harus kita bawa Deiksis Orang (Persona) Deiksis orang adalah pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa Agustina (1995:43). Djajasudarma (2010:51) mengistilahkan dengan deiksis pronomina orangan (persona), sedangkan Purwo (1984:21) menyebutkan dengan deiksis persona. Dalam kategori deiksis orang, yang menjadi kriteria adalah peran pemeran serta dalam peristiwa berbahasa tersebut Nababan (1987:41). Bahasa Indonesia mengenal pembagian kata ganti orang menjadi tiga yaitu, kata ganti orang pertama misal: I, orang kedua misal: me, dan orang ketiga misal: mine. Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya sendiri, seperti saya I, aku I, kami we, dan kita we. Orang kedua adalah kategori rujukan kepada seseorang atau lebih pendengar atau siapa yang dituju dalam pembicaraan, seperti kamu you, engkau you, anda you, dan kalian you. Orang ketiga adalah kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara dan bukan pula pendengar, seperti dia he/she, ia he/she, beliau he/she, -nya his/her, dan mereka they. Contoh pemakaian deiksis orang dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.

18 18 1. Mengapa hanya saya yang diberi tugas berat seperti ini? 2. Saya melihat mereka di pasar kemarin. Kata-kata yang di dalam tanda petik seperti contoh-contoh tersebut di atas adalah contoh dari kata-kata yang digunakan sebagai penunjuk dalam dieksis orang. Contoh kata seperti itu dipakai dalam percakapan sebagai pengganti atau rujukan dari yang dimaksud dalam suatu peristiwa berbahasa Dieksis Tempat (Lokatif) Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu Agustina (1995:45). Dalam berbahasa, orang akan membedakan antara di sini here, di atas above, disebelah sana/disana over there/right there, di kiri left. Hal ini dikarenakan di sini lokasinya dekat dengan si pembicara, di situ lokasinya tidak dekat pembicara, sedangkan di sana lokasinya tidak dekat dari si pembicara dan tidak pula dekat dari pendengar. Purwo (1984:37) mengistilahkan dengan deiksis ruang dan lebih banyak menggunakan kata penunjuk seperti dekat near, jauh far, tinggi tall, pendek short, kanan right, kiri left, dan di depan in frontdengansyarat-syarat tertentu, misal: (a) Klaten dekat dengan Yogyakarta. tidak bersifat deiktis (b) Rumah Rosi dekat dengan rumah saya. bersifat deiktis Sedangkan Djajasudarma (2010:65) mengistilahkannya dengan dieksis penunjuk. Contoh penggunaan dieksis tempat dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.

19 19 1. Tempat itu terlalu jauh baginya, meskipun bagimu tidak. 2. Duduklah bersamaku di sini. Kata-kata yang didalam tanda petik seperti contoh-contoh tersebut di atas adalah contoh dari kata-kata yang digunakan sebagai penunjuk dalam deiksis ruang/tempat Deiksis Waktu (Temporal) Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu ungkapan Agustina (1995:46). Contoh deiksis waktu adalah kemarin yesterday, sekarang now / today, waktu itu then, besok tomorrow, lusa the day after tomorrow, bulan ini this month, minggu ini this week, pada suatu hari one day, perbedaan tense distinctions in tense, dan pada suatu hari one day. Kalimat-kalimat berikut adalah contoh pemakaian dari kata penunjuk deiksis waktu. 1. Dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri, yang bernama Fitri dapat makan gratis besok. (tulisan di sebuah restoran) 2. Gaji bulan ini tidak seberapa yang diterimanya. 3. Saya tidak dapat menolong Anda sekarang ini. Kata yang tercetak miring seperti besok, bulan ini, sekarang ini merupakan leksem penunjuk deiksis waktu.

20 Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Oleh karena itu, yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan deiksis persona, deiksis ruang (lokatif/spatial), deiksis waktu (temporal) dalam bahasa Inggris Penelitian yang sistematis dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, penyajian data (Sudaryanto 1988) Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Menurut Subroto (2007:47-48), teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan pemakaian bahasa. Sumbersumber tertulis itu dapat berwujud surat kabarthe Jakarta post periode tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 31 Januari Pemilihan penggunaan data tulis dikarenakan data bahasa tulis yang telah diterbitkan merupakan cerminan masyarakat penuturnya yang relatif lebih ajeg, kebakuannya terpelihara, bersifat formal dan monumental. Selain itu, menurut Sudaryanto dalam Nur (2008:17) sumber data tulis bersifat alamiah yang tidak dibuat atau dihadirkan hanya untuk pemenuhan data itu sendiri. Data yang akan diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dari teks tertulis berbahasa Inggris dari surat kabar berbahasa InggrisThe Jakarta Post, yaitu periode 1 Oktober 2013 sampai 31 Januari Menurut Sudaryanto (1988:58) mengumpulkan data bukan hanya sekedar mengumpulkan data, tetapi juga menyiapkan data secara sistematis sesuai dengan

21 21 kepentingannya, yaitu dengan cara mengambil satuan-satuan lingual sesuai dengan tema atau objek penelitian. Oleh karena itu, data yang relevan diambil beserta konteks kalimat yang mengikutinya. Konteks kalimat dibatasi pada konteks yang menjelaskan data. Masing-masing data yang diambil beserta konteks kalimat disertakan kode sumbernya pada setiap akhir baris. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat. Teknik catat Kesuma (2007:45) adalah teknik menjaring data dengan cara mencatat hasil penyimakan data pada tabel data. Teknik ini digunakan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teks dalam bahasa Inggris Analisis Data Analisis deskriptif kualitatif, yaitu menyajikan gambaran tentang objek penelitian, yaitu deiksis dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Langkah-langkah analisisnya adalah menyimak sumber data, mengumpulkan data yang mengandung deiksis beserta konteksnya dengan cara menuliskan pada tabel data, mengklasifikasikan data berdasarkan jenis deiksis, kemudian menganalisis datanya, sehingga akan ditemukan deiksis persona, lokatif dan temporal dalam bahasa Inggris (Kridalaksana, 2008:208) Penyajian Hasil Analisis Data Formal dan Informal Menyajikan data dalam bentuk tabel untuk analisis data formal dan dalam bentuk deskripsi/mendeskripsikan untuk analisis data informalnya Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan disajikan ke dalam beberapa bagian. Bab I dengan judul Pendahuluan. Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar

22 22 belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Bab II berjudul Deiksis Persona dalam bahasa Inggris. Bab III akan diberi judul Deiksis Lokatif dalam Bahasa Inggris. Bab IVdiberi judul Deiksis Temporal dalam Bahasa Inggris. Bab V diberi judul Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Penyajian akan diberikan dalam bentuk deskripsi.

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman dan penentuan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis)

BAB I PENDAHULUAN. pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Yule dalam bukunya (1996: 3) yang berjudul Pragmatik, mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada penyusunan kurikulum yang menjadi landasan pengajaran dan penyusunan materi ajar di Indonesia. Semakin sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar belum ada yang meneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari

BAB II LANDASAN TEORI. peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Semantik Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi umat manusia. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari makna dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tidak lepas dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu cara memasarkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM FILM CINDERELLA: ANALISIS PRAGMATIK JURNAL SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat. Mencapai gelar Sarjana Sastra.

DEIKSIS DALAM FILM CINDERELLA: ANALISIS PRAGMATIK JURNAL SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat. Mencapai gelar Sarjana Sastra. DEIKSIS DALAM FILM CINDERELLA: ANALISIS PRAGMATIK JURNAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai gelar Sarjana Sastra Oleh: SILVIA HARIYATI MERENTEK 080912019 SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS SAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Prastuti Kesumawardani Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut massa berperan dalam memberitahukan atau menginformasikan hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Kepustakaan yang relevan atau sering juga disebut tinjauan pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pragmatik a. Pengetian Pragmatik Konsep pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh filosof terkenal bernama Morris (1938).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dan mencapai kerja sama antarmanusia. Terjadinya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci