BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pragmatik a. Pengetian Pragmatik Konsep pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh filosof terkenal bernama Morris (1938). Adapun di Indonesia, pragmatik diperkenalkan pertama kali dalam kurikulum bidang studi bahasa Indonesia (kurikulum 1984) yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan. Menurut Wijana (Rohmadi 2010:2) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam berkomunikasi. Jadi makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Adapun Kridalaksana (Setiawan 2012:10) menjelaskan pengetian pragmatik yaitu: (1) cabang semiotik yang mempelajari asal-usul, pemakaian, dan akibat lambang dan tanda; (2) ilmu yang menyelidiki petuturan, konteksnya, dan maknanya. Pragmatik merupakan telaah dari penggunaan bahasa untuk dapat menangkap maksud dari hasil komunikasi sesuai keadaan pembicaraan dan situasi yang mengiringinya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mey (Rahardi 2009:21) mendefinisikan sosok pragmatik sebagai berikut. Pragmatics is study of the conditions of human language uses as these are determined by the contextof society. Dari batasan-batasan yang disampaikan ini dapat disimpulkan bahwa menurutnya sosok pragmatik, yakni ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia, pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks situasi yang mewadahi bahasa itu. Adapun Levinson (Setiawan, 2012:8-9) memaparkan 5 definisi tentang pragmatik, yaitu: 7

2 8 1. Pragmatics is study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of language= pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang ditatabahasakan, atau yang dikodekan dalam struktur bahasa. 2. Pragmatics is the study of all those aspeccts of meaning not captured an a semantic theory= pragmatik adalah penelitian atau kajian bidang kemaknaan yang tidak dimasukkan atau belum tercakup dalam teoi semantik. 3. Pragmatics is the study of relations betweean language and context that are basic to an account of language understanding= pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. 4. Pragmatics is the study of ability of language users to pair sentence with the context in which they would be apporiate= pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan atau menyesuaikan kalimat-kalimat yang dipakainya dengan konteksnya. 5. Pragmatics is the study of deixis (at leastin part), implicature, presupposition, speech adts, and aspects of discourse structure= pragmatic adalah kajian di bidang deiksis, implikatur, praanggapan, pertuturan atau tindak bahasa, dan struktur wacana. Sejalan dengan itu, Kasher (Putrayasa, 2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintregasikan ke dalam konteks. Adapun Stalnaker (Nadar 2009:5) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian antara lain mengenai deiksis, Implikatur, preposisi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana. Nababan (1987:12) memakai istilah pragmatik secara lebih luas yang mengacu pada aturan-aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya

3 9 sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaan. Berdasarkan pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah kajian yang mempelajari bahasa yang digunakan oleh pembicara yang dikaitkan dengan konteks dan keadaan. b. Konteks Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Leech (Nadar, 2009:6) bahwa latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tertentu. Menurut Cummings (2007:5) kita tidak dapat mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Malinowski (Halliday dan Hasan, 1992: 10) memperkenalkan dua gagasan yang disebutnya konteks situasi dan konteks budaya; dan dia berpendapat bahwa keduanya diperlukan untuk dapat memahami teks sebaik-baiknya. Konteks situasi dan budaya inilah yang mengiringi dalam penggunaan bahasa yang digunakan oleh penutur atau penulis, sehingga lawan tutur atau pembaca dapat mengetahui maksud dari percakapan maupun tulisannya. Konteks didefinisikan sebagai the sorounding, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of their interaction intelligible yang berarti situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka

4 10 dapat dipahami, Mey (Nadar, 2009:3). Rahardi (2009: 22) menyatakan konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur dan yang menyertai dan mewadahi pertuturan tertentu. Latar belakang pengetahuan ini mencakup seluruh aspek dalam suatu tuturan. Sehingga, kita dapat melihat secara utuh dan menambah penjelasan makna dari sebuah pertuturan. Konteks dapat kita bagi menjadi 4 jenis, yakni: konteks: (1) fisik; (2) linguistik; (3) epistemik; (4) sosial, Djajasudarma (2012:76). Konteks fisik adalah tempat terjadinya konversasi (tindak ujar); konteks lingusitik adalah tuturan yang dipertimbangkan sebelumnya; konteks epistemik adalah latar belakang pengetahuan baik pembicara maupun kawan bicara (hubungan speaker-hearer); konteks sosial adalah hubungan sosial yang ada (setting) antara penyapa-pesapa. Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai konteks, yaitu segala latar belakang yang berupa pengetahuan, situasi dan budaya yang dimiliki penutur/penulis dan lawan tutur/pembaca yang membantu untuk menafsirkan makna tertentu. 2. Hakikat Deiksis a. Pengertian Deiksis Salah satu kajian yang terdapat dalam pragmatik adalah deiksis. Hal ini sesuai dengan salah satu definisi yang diajukan oleh Levinson (Setiawan, 2012:9) mengenai pragmatik adalah Pragmatics is the study of deixis (at leastin part), implicature, presupposition, speech adts, and aspects of discourse structure ( pragmatik adalah kajian di bidang deiksis, implikatur, praanggapan, pertuturan atau tindak bahasa, dan struktur wacana ). Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. (Yule, 2014:13). Sejalan dengan itu, Putrayasa (2014:38) mengatakan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi

5 11 sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata lain, sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/rujukan/referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa yang menjadi pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Adapun Wijana (Usman 2013:1) deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau berpindah pindah. Menurut Nababan (1987: 40) dalam bahasa linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frasa yang menunjuk kata, frasa atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan. Rujukan semacam itu disebut deiksis. Perhatikan contoh di bawah berikut ini: 1) Ada dua orang di kebun. Mereka sedang menanam ketela. 2) Berenang adalah senam yang lebih sehat daripada jalan kaki. Namun saya lebih suka yang kedua dari yang pertama 3) Contohnya dapat dilihat dalam kalimat yang berikut. Pada kalimat (1), kata mereka merujuk kepada dua orang ; dalam kalimat (2), frase yang kedua merujuk kepada jalan kaki, dan frase yang pertama merujuk kepada berenang. Perujukan seperti itu menghindarkan pengulangan sesuatu kata atau frase yang telah dipakai sebelumnya. Hal seperti ini dianggap gaya berbahasa yang baik dalam semua bahasa yang kita kenal. Kata atau frase perujuk seperti itu disebut kata/frase ganti. Dalam bahasa inggris pronoun atau substitute atau proadverb (kalau yang diganti itu adalah adverb ). Adapun pada kalimat (3), frase (kalimat )yang berikut merujuk kepada kalimat (atau frase, paragraf, dan sebagainya) yang menyusul yang akan mengandung contoh yang dimaksud. Penelitian mengenai deiksis juga dilakukan oleh Usman (2013), dengan judul deiksis dalam tuturan anak usia 3-5 tahun. Berdasarkan hasil penelitiannya, penggunaan deiksis oleh seorang anak pada usia tersebut masih sangat terbatas. Terbukti kemunculan deiksis yang

6 12 cenderung sering terjadi pengulangan. Penggunaan deiksis waktu tampaknya menjadi deiksis yang jarang digunakan, untuk menunjukkan waktu, seorang anak cenderung menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti. Pada deiksis persona, seorang anak lebih sering menggunakan leksem keakraban. Adapun penggunaan deiksis ruang, bentuk kata nomina mempermudah seorang anak dalam menunjukkan sebuah tempat. Temuan penggunaan deiksis dalam tuturan anak usia 3-5 tahun menjadi salah satu kekhasan tuturan anak. Penelitian lain mengenai deiksis juga dilakukan oleh Jamil dan Yusof (2015) dengan judul Analisis deiksis dialek kedah. Penelitian dialek Kedah difokuskan di kampung Kubang Lintah, Mukim Lepai, daerah kota Setar (DKKS). Hasil penelitian tersebut ditemukan DKKS mengandung kategori deiksis orang yang diungkapkan melalui kata ganti nama diri (GND) dan penggunaan vokatif yang diungkap melalui kata panggilan. DKKS juga menunjukkan kategori deiksis waktu, dan deiksis ruang. Selain itu, penelitian ini menunjukkan kategori deiksis sosial berkaitan dengan deiksis perorangan yaitu berkenaan kodifikasi status sosial bagi penutur, pendengar atau orang ketiga atau entity(benda) yang dirujuk begitu juga bentuk hubungan sosial antara peserta yang terlibat dalam percakapan. Dalam penelitian Analisis deiksis dialek Kedah telah menunjukkan kategori dan fungsi elemen deiksis. Dalam DKKS, penggunaan elemen-elemen dieksis juga menimbulkan multifungsi. Secara keseluruhan, penelitian ini juga memberi gambaran tentang sosio-budaya dan budi bahasa dalam percakapan sebagaimana ditunjukkan oleh peserta deiksis DKKS. Berdasarkan pernyataan mengenai deiksis di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa baik kata maupun frasa yang memiliki referen yang berubah-ubah yang sering disebut dengan istilah rujukan. Penelitian ini nantinya akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, yakni pada penelitian ini nantinya akan meneliti

7 13 lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk deiksis beserta fungsi yang terdapat di dalam halaman utama surat kabar Kompas. Selanjutnya hasil penelitian ini akan ditinjau mengenai relevansinya dengan materi pembelajaran menulis teks berita di sekolah menengah atas (SMA). b. Macam-Macam Deiksis Penelitian mengenai jenis-jenis deiksis dilakukan oleh Rosmawaty (2013) yang berjudul Analysis the Use of the Kind of Deixis on Ayat- Ayat Cinta Novel by Habiburrahman El-Shirazy, menyatakan bahwa, Based on the data analysis, it was found that the most dominant deixis is deixis prounus persona. Then, there was also time deixis, place deixis, discourse deixis and social deixis in the novel. Artinya Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa deikis yang paling banyak digunakan adalah deiksis persona. Kemudian, ada juga deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana dan deiksis sosial dalam novel. Macam-macam deiksis dalam kajian pragmatik dikenal 5 macam deiksis, yakni: (1) deiksis persona; (2) deiksis tempat; (3) deiksis waktu; (4) deiksis wacana; dan (5) deiksis sosial, Nababan (1987:40). Berikut dipaparkan jenis-jenis deiksis tersebut satu-persatu. 1) Deiksis Persona Istilah persona berasal dari kata latin persona sebagai terjemahan dari kata yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara, Lyon (Putrayasa 2014:43). Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa pada waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa. Menurut Putrayasa (2014:43) Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan dan entitas yang lain. Nababan (1987: 41) mengatakan dalam kategori deiksis orang, yang menjadi kriteria ialah peran pemeran/ peserta dalam peristiwa bahasa itu kita bedakan menjadi 3 macam peran dalam kegiatan berbahasa itu, yakni kategori

8 14 orang pertama (persona pertama) ; orang kedua (persona kedua) ; orang ketiga (persona ketiga). Kata ganti orang pertama merupakan kategorisasi rujukan pembicara kepada dirinya sendiri (Nababan 1987: 41). Dengan kata lain, kata ganti persona pertama merujuk pada orang yang sedang berbicara. Contoh penggunaan deiksis persona kata ganti orang pertama ini adalah dengan kata ganti orang seperti: saya, engkau, kamu, dia, mereka, kami, kita, dan penggunaan nama seseorang. Menurut Putrayasa (2014:43) Kata ganti persona ini dibagi menjadi dua, yaitu kata ganti persona pertama tunggal dan kata ganti persona pertama jamak. Kata ganti persona tunggal mempunyai beberapa bentuk, yaitu aku, saya, daku. Sementara itu, kata ganti persona pertama jamak mempunyai beberapa bentuk, yakni kami dan kita. Nababan (1987: 41) mengatakan kata ganti persona kedua adalah kategorisasi rujukan kepada seseorang (atau lebih) pendengar atau si alamat. Dengan kata lain, bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk pada lawan bicara. Contoh penggunaan deiksis persona kata ganti orang kedua ini adalah saudara, bapaj, ibu, dan lainnya. Adapun Putrayasa (2014: 44-45) Bentuk pronomina persona kedua tunggal adalah kamu dan engkau. Sebutan ketaklaziman untuk pronomina persona kedua dalam bahasa Indonesia banyak ragamnya, seperti anda, saudara, leksem kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan leksem jabatan seperti guru, dokter, dan lain-lain. Pemilihan bentuk makna yang harus dipilih ditentukan oleh aspek sosiolinguistik. Bentuk bapak/pak, ibu/bu yang merupakan bentuk sapaan kekeluargaan menandakan dua pengertian. Pertama, orang yang memakai bentuk-bentuk tersebut memiliki hubungan akrab dengan lawan bicaranya. Kedua, dipergunakan untuk memanggil orang yang lebih tua atau orang yang belum dikenal. Dengan kata lain, pengertian kedua menandakan hubungan antara pembicara dengan lawan bicara kurang akrab. Sementara itu, bentuk saudara, anda biasanya digunakan untuk menghormat dan ada jarak

9 15 yang nyata antara pembicara dan lawan bicara. Khusus untuk bentuk ketaklaziman anda biasanya dimaksudkan untuk menetralkan hubungan. Kata ganti persona ketiga merupakan kategorisasi rujukan pembicara kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi (Nababan, 1987: 41). Dengan kata lain, bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pada pihak pembicara maupun lawan bicara. Menurut Putrayasa (2014:45) Bentuk kata ganti persona ketiga dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu bentuk tunggal dan bentuk jamak. Bentuk tunggal pronomina persona ketiga mempunyai dua bentuk, yaitu ia dan dia yang mempunyai variasi nya. Bentuk pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Di samping arti jamaknya, bentuk mereka berbeda dengan kata ganti persona ketiga tunggal dalam acuannya. Pada umumnya, bentuk pronomina persona ketiga hanya untuk merujuk insani. Klasifikasi deiksis persona dapat kita jumpai dalam sebuah tabel sebagai berikut, Purwo (dalam Nadar 2009: 58). Tabel 2.1 deiksis persona Deiksis persona Persona pertama Pesona kedua Persona ketiga Persona pertama dengan persona kedua Persona pertama tanpa persona kedua Macam Aku, daku, saya (bentuk bebas) Ku- (bentuk terikat lekat kiri) -ku (bentuk terikat lekat kanan) Engkau, kau, dikau, kamu, anda (bentuk bebas) Kau- (bentuk terikat lekat kiri) -mu (bentuk terikat lekat kanan) Ia, dia, beliau ( bentuk bebas) -nya (bentuk terikat lekat kanan) Kita (bentuk bebas) Kami (bentuk bebas)

10 16 Persona kedua lebih dari satu Persona ketiga lebih dari satu Kamu (sekalian) bentuk bebas Kalian (bentuk bebas) Mereka (bentuk bebas) 2) Deiksis Tempat atau Ruang Deiksis tempat dapat diuraikan di antara banyak parameter yang sama dan berlaku pada deiksis waktu, Cummings (2007: 37). Adapun Yule (2014: 19) mengatakan konsep tentang jarak yang telah disebutkan berhubungan erat dengan deiksis tempat, yaitu tempat hubungan antara orang dan benda yang ditunjukkannya. Senada dengan apa yang sudah diungkapkan, Mey (Nadar, 2009: 57) mengatakan deiksis tempat seperti here dan there merupakan contoh untuk menunjukkan lokasi yang dekat dengan penutur (dengan kata deiktis here) dan yang jauh dari penutur (dengan kata deiktis there) seperti pada tuturan: Bring that here and take it there dan Place it here serta Place it there. Sejalan dengan itu, Nababan (1987: 41) menerangkan deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi ruang (tempat) dipandang dari lokasi orang/ pemeran dalam peristiwa berbahasa itu. Semua bahasa membedakan antara yang dekat kepada pembicara (disini) dan yang bukan dekat dengan pembicara (termasuk yang dekat kepada pendengar di situ). Dalam banyak bahasa, seperti juga dalam bahasa Indonesia, dibedakan juga antara yang bukan dekat kepada pembicara dan pendengar (disana). Dalam tata bahasa, kata/frase seperti ini disebut kata/frase keterangan tempat. Penelitian mengenai deiksis ruang dilakukan oleh Jamil dan Yusof (2014) dengan judul Deiksis Reruang Dalam Dialek Kedah.Berdasarkan penelitian ini mendapati dialek Kedah dengan memberikan fokus kepada kawasan kajian di Kampung Kubang Lintah, Mukim Lepai, Daerah Kota Setar (DKKS) mempunyai kepelbagaian elemen deiksis dalam mengungkapkan hubungan ruang antara entiti(benda) yang dirujuk dengan tempat yang menjadi rujukan. Hubungan deiksis ruang juga bersifat relatif, yaitu berasaskan hubungan sudut pandang (lokasi), benda (entiti) dan tanda tempat (kedudukan). penelitian deiksis ruang ini

11 17 dapat lebih mengetahui sistem penggunaan deiksis dalam dialek Melayu terutamanya dalam dialek Kedah secara eksklusif dan tersendiri sebagaimana yang ditunjukkan oleh peserta deiksis DKKS. Klasifikasi mengenai deiksis tempat atau ruang dapat kita temukan dalam sebuah tabel sebagai berikut, Purwo (Nadar, 2009: 58). Tabel 2.2 deiksis ruang/tempat Deiksis ruang/tempat Macam Lokatif Sini,situ,sana Demonstratif Ini, itu, begini, begitu Temporal Kini, dini 3) Deiksis Waktu Deiksis waktu menunjukkan keterkaitannya dengan kala tense dan adverbia penanda waktu time adverbs, Levinson (Nadar 2009: 56). Senada dengan hal tersebut, menurut Mey (Nadar, 2009: 56-57), ungkapan-ungkapan deiksis waktu menunjuk pada sesuatu keadaan dengan sudut pandang tertentu. Tuturan I saw him last week mengandung deiksis yang menunjukkan waktu yaitu last week. Kata-kata last week menunjukkan waktu tertentu, yang tergantung pada sudut pandang waktu saat tuturan tersebut diucapkan. Dalam hal ini last week harus dimaknai sebagai the week that last from my current of view. Landasan psikologis dari deiksis waktu tampaknya sama dengan landasan psikologis tempat, Yule (20014: 23). Kita dapat memperlakukan kejadian-kejadian waktu sebagai objek yang bergerak ke arah kita (ke dalam pandangan) atau bergerak menjauh dari kita. Salah satu (gaya) metafora dari kejadian-kejadian yang mengarah kepada penutur dari waktu yang akan datang (contohnya: pekan yang akan datang ) dan waktu yang menjauhi penutur dari masa lampau (contohnya: pekan lalu ). Adapun Putrayasa, (2014: 50) mengatakan dalam tatabahasa, deiksis waktu disebut adverbial waktu, yaitu pengungkapan kepada titik atau jarak waktu dipandang dari saat

12 18 suatu ujaran terjadi, atau pada saat seorang penutur berujar. Waktu ketika ujaran terjadi diungkapkan dengan sekarang, atau saat ini. untuk waktuwaktu berikutnya digunakan kata-kata: besok(esok), lusa, kelak, nanti; untuk waktu sebelum waktu terjadinya ujaran kita menemukan tadi, kemarin, minggu lalu, ketika itu, dahulu. Senada yang sudah diungkapkan, Nababan (1987: 41) mengatakan deiksis waktu adalah pengungkapan (=pemberian bentuk) kepada titik atau jarak waktu dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (= peristiwa berbahasa), yaitu sekarang; dibandingkan pada waktu itu, kemarin, bulan ini, dan sebagainya. Bentuk-bentuk dikategorisasikan secara tata bahasa sebagai kata keterangan waktu (sebagaimana kategorisasi deiksis tempat di atas dalam kata keterangan tempat ). Dalam banyak bahasa, deiksis (rujukan) waktu ini diungkapkan dalam bentuk kala (inggris: tense). Dengan demikian kelihatan deiksis waktu yang berbeda antara : a) I bought a book (waktu yang lalu) dan b) I am buying a book (waktu sekarang). Tanpa keterangan waktu, deiksis waktu kedua ungkapan itu sudah jelas. Kalau diperlukan pembedaan/ketegasan yang lebih terperinci, dapat ditambahkan sesuatu kata/frase keterangan waktu; umpamanya: yesterday, last year, now, dan sebagainya. Pembedaan deiksis waktu dapat diungkapkan dengan menambah kata/frase keterangan waktu, sehingga jelas perbedaan rujukan antara kedua ungkapan di bawah: c) I bought the book yesterday d) I bought the book 2 years ago Klasifikasi deiksis waktu dapat kita lihat dalam sebuah tabel sebagai berikut, Purwo (Nadar, 2009: 59).

13 19 Tabel 2.3 deiksis waktu Deiksis waktu Macam Minggu (yang) lalu (hari) kamis (yang) lalu Bulan (yang) lalu (bulan) April (yang) lalu Tahun (yang lalu) (tahun) 1951 (yang) lalu Minggu ini (hari) kamis ini Bulan ini (bulan) April ini Tahun ini (tahun) 1983 ini Kemarin dulu, kemarin, sekarang, besuk, (hari) lusa, (besuk) lusa Dulu, tadi, sekarang, nanti, kelak 4) Deiksis Wacana Dalam deiksis wacana, ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (baik teks tertulis maupun/ ataupun teks lisan) tempat terjadinya ungkapan-ungkapan ini Cummings (2007: 40). Deiksis wacana adalah acuan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diperikan (sebelumnya) dan atau yang sedang dikembangkan (yang akan terjadi) (Putrayasa, 2014: 51). Deiksis wacana berhubungan dengan penggunaan ungkapan di dalam suatu ujaran untuk mengacu kepada suatu bagian wacana yang mengandung ujaran itu (termasuk ujaran itu sendiri). kita juga dapat memasukkan ke dalam wacana

14 20 sejumlah cara lain di mana sebuah ujaran menandakan hubungannya dengan teks yang mengelilinginya. Menurut Nababan (1987: 42) mengatakan deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan dan/atau yang sedang dikembangkan. Dalam tata bahasa gejala ini disebut anafora (merujuk kepada yang sudah disebut) dan katafora (merujuk kepada yang akan disebut). Bentuk-bentuk yang dipakai mengungkapkan deiksis wacana itu ialah kata/frasa ini; itu; yang terdahulu; yang berikut; yang pertama disebut; begitulah; dan sebagainya. Umpamanya: a) Beng, beng; begitulah bunyi senapan itu. b) Inilah yang tidak dapat saya mengerti (merujuk kepada apa yang baru dibicarakan). c) Demikianlah bunyi surat itu. d) Contoh dari variasi bahasa adalah sebagai berikut. e) Si Polan masuk kamar, lalu dia membuka jendela. f) Saya lahir di Malang dan tinggal di situ sampai umur 6 tahun. Dalam contoh kalimat (e) ini, kata dia adalah pengungkapan deiksis orang sebab dia mengganti Si Polan ; akan tetapi, kata itu dapat dipandang sebagai deiksis wacana sebab ia merujuk kepada bagian lain dari teks wacana itu. Dalam frase oleh karena itu, perkataan itu adalah bentuk pengungkapan deiksis wacana sebab ia merujuk kepada suatu bagian wacana itu yang telah disebut sebelumnya. 5) Deiksis Sosial Deiksis sosial berhubungan dengan setiap aspek kalimat yang mencerminkan kenyataan-kenyataan tertentu tentang situasi sosial ketika peristiwa tindak tutur terjadi. Hal itu sejalan dengan Fillmore (Al-Ali, 2009: ) yang menyatakan bahwa deiksis sosial berarti setiap aspek kalimat yang mencerminkan atau membentuk atau ditentukan oleh realitas tertentu dari situasi sosial di mana tindak tutur terjadi. Dijelaskan lagi bahwa deiksis sosial

15 21 mengodekan identitas sosial manusia, atau hubungan sosial antara manusia, atau antara satu dari manusia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Sejalan dengan itu, Purwo (Putrayasa 2014: 53) mengatakan deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial seperti jenis kelamin, usia, kedudukan di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) yang ada partisipan dalam sebuah komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan segi hubungan peran antara penutur dan petutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya. Adapun Nababan (1987: 42) mengatakan deiksis sosial menunjukkan atau mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antara peran peserta (inggris: participantroles), terutama aspek peran sosial antara pembicara dan pendengar/alamat dan antara pembicara dengan rujukan/topik yang lain. Dalam beberapa bahasa, perbedaan tingkat sosial antara pembicara dengan si alamat/pendengar yang diwujudkan dalam seleksi kata dan/atau system morfologi kata-kata tertentu. Dalam bahasa jawa umpamanya, memakai kata nedo dan kata dahar(makan); memilih kata omah dan griyo (rumah); menyebut si alamat kowe atau sampeyan atau panjenengan, menunjukkan perbedaan sikap atau kedudukan sosial antara pembicara, pendengar dan/atau orang yang dibicarakan/bersangkutan. Contoh penggunan deiksis sosial lainnya adalah pemakaian kata netra menghindari kata buta yang dianggap kasar dalam banyak keadaan, kata wafat atau meninggal untuk mengganti kata mati, wanita susila atau singkatan WTS untuk pelacur, singkatan WC untuk jamban, dan sebagainya. Bentuk-bentuk tersebut termasuk dalam bentuk eufimisme. Eufimisme merupakan gejala kebahasaan yang didasarkan pada sikap sosial kemasyarakatan atau kesopanan terhadap orang atau peristiwa. Selain itu deiksis sosial dapat kita temukan dalam penggunaan kata ganti orang, sistem sapaan, dan penggunaan gelar, seperti: Bapak Suyadi, Ibu Tuti, Prof Sartono, dan sebagainya. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk honorifcs atau sopan-santun berbahasa (Nababan;1987:43).

16 22 3. Hakikat Menulis Teks Berita a) Hakikat menulis 1. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara Menurut Achmad dan Alex (2011:106). Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan membuat catatan atau suatu informasi dengan media huruf. Jadi tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan menulis dapat berkembang dengan dukungan keterampian berbahas lainnya seperi membaca, yang memiliki sumbangan yang yang besar dalam memeperkaya pengetahuan, (Akhadiah, Arsjad & Ridwan, 2012:2). Menulis merupakan satu kegiatan tunggal, yang sederhana, dan bahannya sudah siap di kepala, tetapi sebenarnya kegiatan menulis merupakan suatu proses penulisan yang memilki beberapa tahap. Senada dengan hal tersebut, Akhadiah, dkk (2012:2) mengatakan bahwa kita melakukan kegiatan menulis itu dalam beberapa tahap, yakni tahap pra penulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap pra penulisan merupakan tahap awal atau perencanaan menulis, dalam kegiatan ini meliputi penentuan topik, penentuan tujuan, dan pemilihan bahan. Pada tahap penulisan meliputi penyusunan paragraf dan kalimat, pemilihan kata, dan teknik penulisan. Sementara pada tahap ketiga yaitu revisi yang meliputi perbaikan buram pertama jika ada kesalahan atau yang kurang sesuai dan pembacaan ulang. Sejalan dengan hal itu, menurut Musaba (2012:24) Perwujudan menulis bisa menghasilkan berbagai jenis tulisan, misalnya berupa surat, laporan, proposal kegiatan, berita acara, redaksi iklan, pengumuman, dsb). Salah satu jenis tulisan yang merupakan laporan atau penulisan keadaan yang nyata adalah tulisan dengan jenis berita.

17 23 2. Pengertian Berita Berita adalah sesuatu yang terjadi sekarang, belum pernah didengar atau dibaca orang, dan sesuatu yang akan (segera) terjadi. Berita dapat berupa suatu peristiwa ataupun sesuatu yang akan segera terjadi seperti sebuah kebijakan atau rencana terhadap sesuatu, Oramahi (2012:2). Berita dapat berupa lisan ataupun tulisan yang memuat kejadian atau hal terbaru. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Spencer (Djuroto, 2003: 5) berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. Berita adalah sesuatu yang terjadi secara nyata yang benar-benar terjadi. Berita memiliki daya tarik sendiri bagi sebagian besar orang yang tidak mau tertinggal oleh informasi terbaru. 3. Syarat Berita Dalam bukunya Interpretative Reporting, Curtis MacDougal dalam Barus (2011:33) menyebutkan ada lima syarat berita,. Kelima syarat itu di antaranya timelines, proximity, prominence, human interest dan concequence seperti yang akan dijelaskan berikut ini. a. Kebaruan (timelines) Berita sangat terkait dengan waktu. Waktu sangat memengaruhi aktualitas sebuah berita sebab berita haruslah menyangkut hal yang baru terjadinya (timeliness) dan aktual terkini). b. Jarak (proximity) Faktor jauh dekatnya jarak antara tempat terjadinya peristiwa dengan penikmat berita memengaruhi daya tarik atau nilai sebuah berita. c. Cuatan (prominence) Terjemahan yang lebih tepat, lugas, ringkas, mudah diingat, dan cerdas untuk kata prominence dalam bahasa Indonesia sebenarnya adalah cuatan, bukan ketermukaan.

18 24 d. Daya tarik kemanusiaan (human interest)\ Berita juga dapat menyangkut hal yang memiliki daya tarik kemanusiaan atau sentuhan manusiawi. Semakin tinggi daya tarik kemanusiaan sebuah berita, maka semakin tinggi pua nilai berita tersebut. e. Akibat (consequence) Nilai berita juga banyak ditentukan oleh pengaruh, akibat, dan dampak yang mungkin dapat ditimbulkannya terhadap masyarakat luas. f. Teliti (accuracy) Selain kelima syarat penentu nilai berita yang disebutkan oleh Curtis MacDougall di atas, berikut ditambahkan juga uraian mengenai masalah ketelitian dan kebenaran sebuah berita. 4. Gaya Berita Setiap orang dalam menuliskan berita memiliki gaya kepenulisan yang berbeda-beda. Perbedaan dalam menuliskan berita itulah yang sering disebut style berita. Perbedaan itu tergantung dari selera penulis dalam menyajikan berita yang sudah ditulisnya. Pada intinya, menurut Djuroto (2003:53). ada 4 macam gaya berita. a) Gaya memaparkan b) Gaya menjelaskan c) Gaya mengartikan d) Gaya memperdalam Kemampuan menulis teks berita merupakan keterampilan dalam menyampaikan keadaan atau topik yang memiliki sifat kebaruan, daya tarik bagi bagi manusia, dekat dengan pembaca, berpengaruh bagi kehidupan pembaca, kebenaran hal tersebut yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang lugas, ringkas dan tidak menyebabkan kesalahan penafsiran yang memerlukan dukungan dari keterampilan dan pengetahuan lain.

19 25 4. Hakikat Materi Pembelajaran a. Pengertian Materi Pembelajaran Pembelajaran merupakan sebuah inti dari kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang terdapat dalam pembelajaran ini mempunyai muara yaitu pematangan intektual, kedewasaan emosional pada anak, mempunyai jiwa spiritual yang tinggi, mempunyai kemampuan untuk berjuang dalam hidup dan mempunyai moral yang tinggi. Hamalik, Oemar (Putra, 2013: 17) mengatakan pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Senada dengan hal itu, Gino, dkk (1997: 36-39) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciriciri yang terletak pada adanya unsur dinamis dalam proses belajar siswa, antara lain: 1) motivasi belajar, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, dan 5) kondisi subjek yang diajar. Semua unsur tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga jika salah satu tidak ada maka pembelajaran kurang optimal. Salah satu unsur di dalam pelaksanaan sebuah pembelajaran adalah materi ajar atau sering disebut bahan ajar. Martiyono (2012:73) mengungkapkan materi pembelajaran adalah isi dari pembelajaran yang meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi ( Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang harus dipelajar oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Adapun Materi ajar menurut Winkel (2007: 261) yaitu suatu alat yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan intruksional. Materi ajar juga dapat membantu membangkitkan motivasi belajar siswa. Winkel menjelaskan bahwa materi ajar bukan hanya mencakup data, kejadian, dan relasi antara data, melainkan juga oleh pengolahan siswa. Sependapat dengan hal tesebut, Widodo dan Jasmadi (2008: 40) berpendapat bahwa materi ajar yang baik harus dirancang dan ditulis sesuai dengan kaidah intruksional. Hal itu diperlukan karena materi ajar akan digunakan pendidik untuk membantu tugas mereka dalam proses belajar mengajar.

20 26 b. Kriteria Materi Pembelajaran Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 mengidentifikasi materi pembelajaran yang baik untuk menunjang kompetensi dasar harus mempertimbangkan beberapa hal. 1) potensi peserta didik, 2) relevansi dengan karakteristik daerah, 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual,emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, 4) bermanfaat bagi peserta didik, 5) struktur keilmuan, 6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, dan 7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan. Materi ajar atau bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah atau peraturan pengembangan bahan ajar. Widodo dan Jasmadi (2008: 42) mengatakan ada rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam menyusun sebuah bahan ajar,yaitu: 1) Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti proses pembelajaran, 2) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik, 3) Bahan ajar dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri, 4) Program belajar-mengajar yang akan dilangsungkan. Untuk mendapatkan hasil dari pembelajaran yang baik. Seorang guru dituntut untuk harus dapat memilih bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Winkel (2007:297) Pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan kriteria meliputi : 1) Materi atau bahan ajar harus relevan dengan tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi maupun dai segi jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik; 2) Materi atau bahan ajar harus sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu; 3) Materi atau bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa antara lain dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa, sejauh hal itu mungkin; 4) Materi atau

21 27 bahan pelajaran harus membantu siswa untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan; 5) Materi atau bahan pelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya materi pelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah, bandingkan dengan pelajaran untuk diskusi kelompok; 6) Materi atau bahan pelajaran harus sesuai dengan media pelajaran yang tersedia. Adapun mengenai Kriteria materi ajar yang baik, secara gamblang dijelaskan oleh Iskandarwassid dan Sunendar (2013: ) yang menyatakan bahwa Bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi tertentu harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) relevan dengan standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik; 2) bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut; 3) memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh; 4) berkaitan dengan bahan sebelumnya; 5) bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju kompleks; 6) praktis; 7) bermanfaat bagi peserta didik; 8) sesuai dengan perkembangan zaman; 9) dapat diperoleh dengan mudah; 10)menarik minat peserta didik; 11) memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik; 12) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik; 13) berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; 14) menstimulasi aktivitasaktivitas pribadi para peserta didik yang menggunakannya; 15) menghindari konsep yang samar-samar agar tidak membingungkan peserta didik; 16) mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas; 17) membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa; dan 18) menghargai perbedaan pribadi para peserta didik pemakainya. Materi pembelajaran adalah salah satu kunci sukses dari penyelenggaraan sebuah pembelajaran. Materi pembelajaran juga berpengaruh dengan minat atau motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Apabila materi ajar yang digunakan oleh guru baik maka akan memancing minat siswa untuk lebih perhatian atau fokus dalam pembelajaran. Proses penyusunan atau pemilihan materi ajar harus dibuat atau dipertimbangkan oleh guru secara matang karena akan berpengaruh dengan pemahaman siswa. Selain itu, materi pembelajaran yang baik

22 28 nantinya akan dapat menambah kompetensi dan pengetahuan siswa dengan baik dan efektif. B. Kerangka Berpikir Surat Kabar merupakan media yang menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pesan, informasi, aspirasi maupun berita secara langsung kepada masyarakat. Pragmatik merupakan kajian yang mempelajari bahasa yang digunakan oleh pembicara yang dikaitkan dengan konteks dan keadaan. Di dalam pragmatik beberapa macam kajian yang salah satunya adalah deiksis. Deiksis adalah bentuk bahasa baik kata maupun frasa yang memiliki referen yang berubah-ubah yang sering disebut dengan istilah rujukan. Realitas dari pemakaian deiksis dapat ditemukan pada suatu kata atau kalimat di dalam sebuah surat kabar. Surat kabar biasanya memiliki beberapa rubrik berita salah satunya adalah pada halaman utama surat kabar tersebut. pada penelitian ini surat kabar yang dipilih adalah surat kabar Kompas. Fokus dalam penelitian ini adalah mengenai bahasa yang terkandung dalam teks berita pada halaman utama surat kabar Kompas yang nantinya akan diseleksi antara kalimat yang mengandung kata atau frasa yang berdeiksis dan kalimat yang tidak berdeiksis. Selanjutnya setelah proses penyeleksian bahasa yang terdapat di teks berita pada halaman utama surat kabar Kompas yang terdapat deiksis selesai, kemudian tahap selanjutnya adalah menganalisis teks berita tersebut berdasarkan kelima deiksis yakni, deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis sosial. Penggunaan kelima deiksis tersebut bertujuan agar penelitian ini dapat memfokuskan pada penggunaan deiksis dalam teks berita yang terdapat pada halaman utama surat kabar Kompas. Kemudian, penggunaan deiksis yang terdapat pada teks berita yang terdapat pada halaman utama surat kabar tersebut dikelompokkan ke dalam bentuk-bentuk deiksis. selain dikelompokkan ke dalam bentuk-bentuk deiksis, dan dilihat

23 29 kecenderungan dari pemakaian deiksis tersebut. kemudian kalimat yang mengandung deiksis tersebut juga nantinya akan dikaitkan dengan materi pembelajaran menulis teks berita. Surat kabar Kompas Kalimat yang mengandung deiksis Kalimat yang tidak mengandung deiksis Deiksis Persona Deiksis Tempat Deiksis Waktu Deiksis Wacana Deiksis Sosial Bentuk Deiksis Kecenderungan Pemakaian Bentuk Deiksis Relevansinya dengan Pembelajaran Menulis Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM WACANA DI HALAMAN PENDIDIKAN HARIAN SOLOPOS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2011: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

DEIKSIS DALAM WACANA DI HALAMAN PENDIDIKAN HARIAN SOLOPOS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2011: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK digilib.uns.ac.id DEIKSIS DALAM WACANA DI HALAMAN PENDIDIKAN HARIAN SOLOPOS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2011: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI Oleh : TAUFIQIYYAH NUR AINI K1208049 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P Rini Damayanti Universitas Wijaya Kusuma Surabaya just_arinda@yahoo.com Abstract This research aims to determine the use of form semantic

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar belum ada yang meneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012.

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012. 43 III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data. 3.1 Rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2015 menjadi masa penting bagi Kabupaten Sragen karena menjadi salah satu wilayah yang harus melaksanakan pilkada serentak gelombang pertama dari ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman dan penentuan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) fokus masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Prastuti Kesumawardani Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat atau media komunikasi bagi manusia. Bahasa sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sistem sosial dan sistem komunikasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bentuk komunikasi yang dilakukan manusia dapat dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum (Chaer dan Agustina, 2010:17). Agar proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY

DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY Irma Sari, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA EDISI JANUARI TAHUN 2015, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN, DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMAN 4 PURWOREJO Oleh: Gita Amelia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci