STRUKTUR CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010 SKRIPSI"

Transkripsi

1 STRUKTUR CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : Deddy Dwi Wijaya NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

2 ii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010 telah disetujui untuk diuji dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang. Semarang, Agustus 2011 Pembimbing I Pembimbing II Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. Drs. Sukadaryanto, M.Hum. NIP NIP ii

3 iii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan judul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010 telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pada hari : Senin Tanggal : 15 Agustus 2011 Panitia Ujian Skripsi Ketua Panitia, Sekretaris, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. NIP NIP Penguji I, Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum NIP Penguji II, Penguji III, Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Yusro Edi Nugroho, S.S, M.Hum. NIP NIP iii

4 iv PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2010 ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Agustus 2011 Deddy Dwi Wijaya NIM iv

5 v MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak pernah melakukan apa-apa. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatannya) yang dikerjakannya. (QS.Al Baqarah: 286). Persembahan Rasa syukur atas karya sederhana ini, sebagai wujud baktiku kepada: Bapak dan Ibuku atas segala doa, kasih sayang, cinta kasih, bimbingan dan dukungannya, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa dan mengasihi mereka. Kakakku terimakasih atas motivasi dan indahnya tali persaudaraan kita, Kekasihku terimakasih atas dorongan, semangat dan kasih sayangnya. Generasi penerus dan almamaterku Universitas Negeri Semarang. v

6 vi PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan anugerah kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas menyusun skripsi yang berjudul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun Penulis meyakini bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., sebagai pembimbing I dan Drs. Sukadaryanto, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan ide, arahan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran, serta besarnya perhatian dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis demi selesainya skripsi ini. 2. Rektor Universitas Negeri Semarang selaku pimpinan Universitas Negeri Semarang. 3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang telah memberi izin dalam pembuatan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah memberi kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk penulisan skripsi ini. v

7 vii 6. Staf perpustakaan Universitas Negeri Semarang atas peminjaman buku-buku referensi. 7. Ayah dan Ibu atas kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya untuk keberhasilanku. 8. Kakakku Wahyu Aji Wijaya yang telah memberi semangat dalam kehidupanku. 9. Munika Indra Rachmahwati (atas motivasi, perhatian, kesabaran, kasih sayang dan ketulusan sehingga membentuk kepribadianku yang menjadikanku dewasa dan tegar dalam menghadapi hidup). 10. Teman-teman kos Ar-Rohman Aan, Faris, Yudi, Ajik, yang selalu membantuku dan saat-saat yang menyenangkan di kos. 11. Arjuna-Arjuna dan Srikandhi-Srikandhi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun material kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. Semoga semua bimbingan, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan mendapat karunia dan kemuliaan dari Allah SWT. Harapan dan doa selalu penulis panjatkan semoga dengan diselesaikannya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya. Semarang, Agustus 2011 Penulis vii

8 viii ABSTRAK Wijaya, Deddy Dwi Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah Panjebar Semangat pada tahun Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Kata kunci: Struktur cerita, cerita misteri. Cerita misteri diciptakan bertujuan agar karya itu dibaca oleh orang lain, kemudian orang lain yang membaca cerita misteri tersebut dapat memahami maksud dari isi pesan yang disampaikannya. Banyak hal-hal positif yang terdapat pada cerita misteri. Isi dari sebuah cerita misteri mudah dipahami oleh pembacanya, karena berbentuk cerita yang cukup pendek yang bahasanya sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya dan kebanyakan menceritakan pengalaman yang pernah dialami. Cerita misteri dapat dibedah isinya melalui unsur pembangun sebuah karya sastra, di mana unsur-unsur intrinsiknya dapat diketahui. Unsur intrinsik tersebut meliputi adanya tokoh dan penokohan, alur, setting atau latar, tema, sudut pandang, dan juga gaya bahasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalah yang muncul dalam skripsi ini adalah bagaimana struktur cerita yang terdapat dalam cerita mistei dalam majalah Panjebar Semangat pada tahun 2010? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap struktur yang terdapat pada cerita misteri dalam majalah Panjebar Semangat pada tahun Teori yang digunakan adalah teori struktural dengan menggunakan pendekatan objektif, yaitu agar mudah dalam membedah suatu teks yang berupa cerita misteri untuk unsur-unsur intrinsik pada cerita misteri dalam majalah Panjebar Semangat pada tahun Unsur-unsur intrinsik tersebut dikemas dalam struktur cerita yang berupa fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data mengenai fakta cerita, tema, dan sarana cerita, untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dari cerita misteri dalam majalah Panjebar Semangat pada tahun Sasaran penelitian adalah unsur-unsur pembangun cerita misteri alaming lelembut tahun Data yang diperoleh dari sebelas teks cerita misteri yaitu Thuyul, Balekna Dhuwitku Siluman Asu, Menungsa Tekek, Selingkuh karo Lelembut, Yuyu Sawah, Ula Siluman, Misteri Golek Kencana, Tikungan Maut, Gamelan Nyalawadi, Arwah Gentayangan pada tahun Sumber data yang digunakan berasal dari majalah Panjebar Semangat tahun viii

9 ix Hasil penelitian ini dapat ditunjukkan tokoh dan penokohan, alur atau plot, seting atau latar yang terdapat dalam fakta cerita, kemudian diketahui juga tema serta sudut pandang, dan gaya bahasa yang terdapat pada sarana cerita. Hasil yang ditemukan mengenai tokoh dan penokohan adalah terdapat tokoh misteri, tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan tokoh antagonis (tokoh yang jahat). Tokoh misteri diantaranya terdapat pada tokoh tuyul, arwah Sriyanti, siluman asu, Indri, gendruwo, yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wanita cantik, bocah-bocah kecil, Kho Jiu Lan. Tokoh protagonis diantaranya terdapat pada tokoh Wisnu, Panut, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany), Pardi, Kyai Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. Tokoh antagonis antara lain Lik Warigo Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti, Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak Mardi, Priyamantingan, Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dilihat dari alur, alur yang digunakan dalam cerita misteri alaming lelembut adalah alur lurus dan campuran. Aspek ruang atau lokasi tempat kejadian dalam cerita misteri ini antara lain di pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam dan di sekitar rumah kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam, sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit, dan belakang Polres. Aspek waktu cerita (fable time) dalam cerita misteri alaming lelembut kebanyakan menggunakan waktu di malam hari karena di malam hari merupakan waktu makhluk halus muncul di sekitar tahun 2010an. Tema cerita misteri alaming lelembut adalah bercerita tentang kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kemanusiaan tersebut bersangkutan dengan tanggung jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan, dan usaha. Sudut pandang yang digunakan adalah kata ganti orang pertama aku dan menggunakan kata ganti orang ketiga dia, atau menyebut nama orang lain dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan, bahasa Jawa ngoko, krama, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, ada yang bermakna sebenarnya dan ada juga yang bermakna tidak sebenarnya. Berdasarkan temuan tersebut di atas, saran yang dapat diberikan yaitu agar penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan teori struktur yang meliputi fakta cerita, tema, dan sarana cerita terhadap penelitian karya sastra Jawa lainnya dalam membedah suatu karya sastra yang berupa cerita misteri. ix

10 x SARI Wijaya, Deddy Dwi Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah Panjebar Semangat pada tahun Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto, M.Hum: Tembung Pangrunut: Struktur cerita, cerita misteri. Cerita misteri diciptakake kanthi duweni ancas supaya karya iku bisa diwaca karo wong liya terus wong liya sing maca cerita misteri kasebut bisa mangerteni maksud saka wosing cerita sing di kandhakake. Akeh babagan positif sing ana sajroning crita misteri. Wosing crita misteri gampang dimangerteni dening sing maca, amarga awujud crita sing rada cekak lan basane lumrah digunakake dening masyarakat saka umume lan akeh-akehe nyritakake lakuning sing tau di rasake. Crita misteri bisa dibabarake wosing migunakake unsur pembangun karya sastra, kang bisa dimangerteni unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik kasebut yaiku anane tokoh lan penokohan, alur, setting utawa latar, sudur pandang, lan gaya bahasa. Adhedhasar mula bukane kasebut, prekara kang arep diandharake ana skripsi iki yaiku: kepriye struktur cerita misteri ing kalawarti Panjebar Semangat taun 2010? Ancase kang pengin digayuh ing panaliten iki yaiku nudhuhake struktur cerita misteri ing kalawarti Panjebar Semangat taun Teori kang digunakake yaiku teori struktural kanthi migunakake pendekatan objektif, yaiku supaya gampang olehe mbedhah teks cerita misteri kanggo nudhuhake struktur cerita misteri ing kalawarti Panjebar Semangat taun Struktur crita kang ditudhuhake struktur crita kang arupa fakta cerita, tema, lan sarana crita.. Data kasebut dianalisis migunakake analisis deskriptif, yaiku kanthi cara ndheskripsikake data kanthi lewat fakta cerita, tema, lan sarana cerita, kanggo mangerteni unsur-unsur intrinsik crita misteri ing kalawarti Panjebar Semangat ing taun Sasaran panaliten yaiku unsur-unsur sing ngadhekake cerita misteri alaming lelembut tahun Data dijipuk saka sewelas teks crita misteri yaiku Thuyul, Balekna Dhuwitku Siluman Asu, Menungsa Tekek, Selingkuh karo Lelembut, Yuyu Sawah, Ula Siluman, Misteri Golek Kencana, Tikungan Maut, Gamelan Nyalawadi, Arwah Gentayangan ing taun Sumber data sing dugunakake saka kalawarti Panjebar Semangat taun Saka kasil panaliten iki bisa nudhuhake tokoh penokohan, alur cerita, latar crita kang ana sajroning fakta crita, tema, sarta sudut pandang lan gaya basa kang ana sajroning sarana crita. Kasil sing ditemokake babagan paraga lan penokohan anane paraga memedi, paraga protagonis (paraga sing apik) lan paraga antagonis (paraga sing ala). Paraga memedi antarane ana ing paraga tuyul, arwahe Sriyanti, siluman asu, Indri, gendruwo, yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wong x

11 xi ayu, bocah-bocah cilik, Kho Jiu Lan. Paraga protagonis antarane ana ing paraga Wisnu, Panut, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany), Pardi, Kyai Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. paraga antagonis antarane ana ing paraga Lik Warigo Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti, Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak Mardi, Priyamantingan, Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dingeti saka alure sing digunakake ing crita misteri alaming lelembut yaiku alur lurus lan alur campuran. Aspek ruang utawa panggonan kedadean ana ing crita misteri yaiku ing pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam dan di sekitar rumah kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam, sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit, dan belakang Polres. Aspek waktu crita (fable time) ing crita misteri alaming lelembut akeh-akehe gunakake wektu ing wayah wengi amarga ing wayah wengi memedi pada ngetokake wujude ing sekitar taun 2010an. Tema crita misteri alaming lelembut yaiku crita babagan kemanungsaan ing keuripan sedinadina, ing ngendi kemanungsan kasebut gegayutan karo tanggung jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan lan usaha. Sudut pandang sing digunakake yaiku tembung ganti uwong kapisan aku lan gunakake tenbung ganting uwong katelu dia, utawa ngundang jeneng wong liya ing sajroning crita. Gaya bahasa sing digunake, basa Jawa Ngoko, Krama, ana uga sing gunake basa Indonesia, ana sing duweni teges sebenere, lan ana uga sing duweni teges ora sebenere. Adhedhasar kasebut, pituduh kang bisa diwenehake yaiku supaya panaliten iki bisa digunakake kanggo ngembangake teori struktural kanggo panaliten karya sastra sing liya sajroning mbedhah karya sastra arupa crita misteri. xi

12 xii DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK... SARI (Bahasa Jawa)... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN ii iii iv v vi viii x xii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Strukturalisme... 8 xii

13 xiii Fakta Cerita Tokoh dan Penokohan Tokoh Penokohan Plot atau Alur Setting atau Latar Tema Sarana Cerita Sudut Pandang Gaya Bahasa Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sasaran Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV FAKTA CERITA, TEMA DAN SARANA CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT 4.1 Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Fakta Cerita xiii

14 xiv Tokoh dan Penokohan Alur atau Plot Setting atau Latar Tema Cerita Sarana Cerita Sudut Pandang Gaya Bahasa Cerita BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita diciptakan oleh pengarang dengan menggunakan unsur-unsur atau struktur. Unsur-unsur pembangun sebuah cerita yang kemudian secara bersama membentuk sebuah kesatuan. Secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walaupun pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering dibicarakan maupun dibahas dalam rangka mengkaji atau membicarakan cerita misteri atau karya sastra pada umumnya. Pengkajian struktur dalam sebuah cerita dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah memahami maksud atau pesan dari pengarang, karena pengarang menulis suatu cerita jelas bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara nyata akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerita adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat cerita berwujud atau hidup. Segi intrinsik karya fiksi itu sendiri mencakup berbagai unsur, yang antara satu dengan yang lain saling berjalin secara koherensif dan mesra sehingga 1

16 2 membentuk satu kesatuan yang harmonis. Sebuah karya sastra yang jadi adalah sebuah totalitas, sebuah kesatupaduan yang jauh lebih bermakna daripada unsurunsur pembentuknya secara sendiri dan terpisah. Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap kesatuan bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerita haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang penting. Cerita dituliskan oleh pengarang menggunakan unsur-unsur cerita baik itu tema, tokoh dan penokohan, plot, latar, sudut pandang, maupun pesan sehingga menjadi suatu karangan yang indah dan menarik untuk dibaca. Setelah dicoba dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antar unsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu, misalnya bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Karya sastra merupakan suatu rekaan pada hakikatnya adalah suatu struktur. Pengertian struktur berarti, bahwa karya sastra menjadi suatu keseluruhan sebuah unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra itu sendiri. Teeuw (1984:38)

17 3 menegaskan bahwa kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukan kepada keseluruhan dan bukan yang lain. Struktur karya sastra itu dibangun oleh unsur-unsur yang membangun karya sastra sehingga merupakan satu kesatuan, di mana unsur-unsur tersebut terbagi menjadi tiga yaitu, fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh penokohan, alur, dan setting atau tempat, sedangkan sarana cerita meliputi adanya sudut pandang dan gaya bahasa. Karya sastra bersifat dulce et utile yang mempunyai arti menyenangkan dan bermanfaat. Didalam karya sastra harus menarik dan merangsang rasa keingin tahuan. Pembaca bukan hanya ingin tahu kelanjutan cerita, tetapi mungkin juga ingin tahu sarana yang digunakan pengarang untuk membuat cerita menjadi hidup dan bermanfaat. Sarana itu sendiri dapat ditemukan didalam setiap cerita jika kita ingin membaca karya sastra dengan cermat dan teliti. Dengan memperhatikan siapa tokoh yang terdapat dalam cerita, apa saja peristiwa yang dialaminya, dimana peristiwa itu terjadi, bagaimana terjadinya peristiwa tersebut, dan sebagainya. Penulis membaca sambil mengkaji dan menganalisis cerita, melalui analisis. Penulis menjadi tahu dan paham tentang permasalahan dalam cerita tersebut, tentu saja cerita misteri tersebut tidak cukup dibaca satu kali melainkan harus berulang-ulang. Pengkajian cerita juga membantu pembaca memahami bagaimana cara pengarang mengungkapkan batinnya secara kreatif, sebaliknya pengkajian juga membantu pengarang mengembangkan kreatifitas mengarang.

18 4 Dalam konteks khasanah kesusastraan Jawa tedapat sebuah jenis cerita yang umunnya berupa cerita misteri, Alaming Lelembut sebagai karya fiksi, maka cerita tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek atau unsurnya. Selain menempatkan cerita ini sebagai karya fiksi cerita misteri juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berupa rekaan, yang berasal dari imajinasi pengarangnya yang kemudian dituangkan dalam bentuk cerita-cerita. Seorang pengarang menulis dengan tujuan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain, yang kemudian dari pembaca tersebut dapat mengetahui dan memahami isi pesan yang disampaikan oleh pengarang. Selain itu juga dapat menambah pengetahuaannya tentang struktur dalam suatu cerita, dan juga tentang pola kehidupan suatu masyarakat yang disampaikan pengarang melalui cerita. Di antara majalah berbahasa Jawa yang hingga sekarang masih terbit adalah majalah Panjebar Semangat. Majalah Panjebar Semangat terbit mingguan di Surabaya, Jawa Timur. Terbit setiap satu minggu sekali, yaitu khusus hari sabtu. Panjebar Semangat diterbitkan pertama kali tahun 1933 oleh dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo. Cerita misteri Alaming Lelembut merupakan salah satu rubrik di majalah Panjebar Semangat. Rubrik ini berupa tulisan yang menceritakan kisah-kisah yang misterius atau biasa disebut dengan kisah yang menyeramkan. Cerita misteri lebih mengarah pada kejadian-kejadian gaib yang terjadi di suatu tempat. Biasanya di dalam cerita misteri muncul keanehan, setan, hal gaib atau makhluk halus lainnya. Alaming Lelembut khas, berada antara fiksi dan nonfiksi. Sering benar-benar terjaga atau nyata. Di majalah lain, ada rubrik seperti Alaming Lelembut yaitu pada majalah Djaka Lodang

19 5 yang disebut dengan Jagading Lelembut dan pada majalah Jaya Baya yang disebut dengan Cerita Misteri. Penulis memilih sebelas cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar Semangat, sebagai bahan penelitian didasari atas beberapa alasan, yaitu: cerita yang terkumpul dari majalah Jawa Panjebar Semangat menggunakan bahasa Jawa yang bahasanya mudah dipahami, khususnya oleh para pecinta cerita-cerita misteri, jika dilihat dari struktur ceritanya, cerita misteri Alaming Lelembut sangat kompleks dan beragam, secara umum bahasa yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa Jawa ngoko, terdapat nilai-nilai atau amanat dalam setiap cerita yang dapat diambil hikmahnya dan dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari, cerita yang terkumpul pengarangnya berbeda-beda, sehingga dapat mengetahui perbedaan dalam penggunaan struktur cerita dari masing-masing pengarang. Dengan mengangkat cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah Panjebar Semangat sebagai bahan penelitian diharapkan para pembaca nantinya dapat menggunakan sebagai bahan renungan dalam mengambil sikap jika mendapati kejadian sebagaimana yang dipaparkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah Panjebar Semangat. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul Struktur Dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah bagaimanakah struktur dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa

20 6 Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema, plot atau alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengungkap struktur dalam cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema, plot atau alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya di bidang sastra. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca terhadap cerita yang berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita misteri Alaming Lelembut.

21 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS Bab ini terdiri atas kajian pustaka, landasan teoretis, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka yang dapat dijadikan rujukan dalam penelitian diambil dari penelitian yang relevan dengan topik penelitian. Dalam landasan teoretis dinyatakan teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan untuk landasan kerja penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian ini merupakan konsep yang menjiwai penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut sementara ini diduga belum pernah dilakukan. Penelitian yang dapat dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ira Wukti Sayekti (2010) yang berhubungan dengan Alaming Lelembut. Ira Wukti Sayekti (2010), melakukan penelitian dengan judul Tokoh dan Penokohan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat. Hasil penelitian ini adalah dilihat dari segi tokoh dan penokohannya. Berdasarkan analisis, tokoh dan penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar Semangat, dari sepuluh cerita misteri yang diteliti sebagian besar tokoh-tokohnya protagonis. Tokoh simple character terdapat dalam enam cerita misteri Alaming Lelembut, tokoh complex character terdapat dalam empat cerita misteri Alaming Lelembut. Penokohan cerita misteri Alaming Lelembut digambarkan 7

22 8 secara acak. Penggambaran secara acak tersebut yaitu selingkuh, tegas, penggoda, perilaku kasar, penyayang, dan sabar, bertanggung jawab, rajin, baik hari, ramah dan sopan, pandai, jatuh cinta, rasa ingin tahu, suka menolong, tidak mudah putus asa, perasaan kaget dan curiga, perasaan kasihan, berusaha, pengertian, perasaan simpati, rahasia, percaya pada teman, penurut, pemberani, tergoda, buruk sangka, perayu, bingung, jahat, rasa bersalah, karma, perasaan sayang terhadap orang tua, pelupa, perilaku menyimpang, sayang kepada istri, minta tolong, takut, tobat, suka berhutang, bohong, sedih, semangat, memberikan penjelasan, dianiaya, pemuja pesugihan, emosi, sombong, dan pemarah. Penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Panjebar Semangat dapat diungkapkan secara dramatik (secara tidak langsung). 2.2 Strukturalisme Struktur secara etimologi berasal dari kata structura dari bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan (Kutha Ratna, 2004:88). Lebih lanjut Ratna menyatakan definisi strukuturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak hubungan antarunsur yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antarunsur (unsur) dengan totalitasnya. Hubungan antarunsur tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian dan kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan.

23 9 Teori strukturalisme memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan keseluruhan. Bagi setiap penelitian sastra, analisis strukturalisme karya sastra yang akan diteliti merupakan suatu prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra sebagai dunia dalam kata (Desden dalam Teeuw, 1983:60). Berarti bahwa analisis struktur adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang sukar dihindari, sebab setelah analisis semacam itu baik memungkinkan diungkap pengertian yang lebih mendalam. Sebuah karya sastra merupakan sarana komunikasi dari pengarang atau pujangga kepada penikmat sastra. Karya sastra bukanlah komunikasi yang biasa bahkan memiliki banyak segi aneh dan tidak biasa kalau dibandingkan dengan tindak komunikasi lain, tetapi pemahaman tentang gejala ini sesuai dan tepat tidak mungkin tanpa dengan memperhatikan aspek komunikatifnya atau bisa dikatakan dengan istilah lain tanpa mendekati sastra sebagai suatu tanda, sign atau yang sekarang dikenal dengan gejala semiotik. Ini menunjukkan bahwa sastra merupakan sebuh aktivitas bahasa yang di dalamnya membicarakan tentang sebuah hal akan tetapi justru mempunyai maksud tertentu. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2000:36) sebuah karya sastra fiksi, atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di pihak lain, sebuah struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Berpijak pada pemahaman tersebut, penelitian dalam skripsi ini akan menitikberatkan

24 10 pada fakta cerita (alur, tokoh dan penokohan, latar), tema, dan sarana cerita (sudut pandang dan gaya bahasa). Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan dasar penelitian struktural sebagai cara untuk membedah cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat. Strukturalisme sendiri pada dasarnya merupakan sebuah cara berfikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur. Menurut pikiran kaum strukturalisme, dunia sastra merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, merupakan sebuah susunan hubungan sehingga unsur penyusunannya tidak mempunyai makna, melainkan ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam unsur itu sendiri Hawkes (dalam Pradopo 2002: ). Karya sastra sebagai sebuah struktur memiliki arti bahwa karya sastra merupakan sebuah susunan unsur-unsur yang bersistem, terjadi hubungan timbalbalik dan saling menentukan antarunsurnya. Kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra tidak hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang tersendiri, melainkan hal-hal tersebut akan saling berkait, saling terkait, dan saling bergantung (Pradopo, 2002: ). Untuk mengungkap struktur sesuai dengan teori strukturalisme amaka dilakukan beberapa tahapan-tahapan. Analisis secara struktural menurut Hartoko (dalam Nurgiyantoro, 2000:38) dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan wacana dan relasi intertekstual. Analisis unsur-unsur teks itu asalnya berupa analisis kata-kata dalam kalimat atau kalimat-kalimat dalam alenia atau konteks wacana yang lebih besar.

25 11 Namun juga dapat berupa analisa fungsi dan hubungan antara unsur latar, waktu, tempat dan sosial budaya dalam analisa latar. Terkait dengan hal tersebut, analisis struktural karya sastra, dalam hal ini adalah cerita fiksi misteri dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yakni, dengan mengindentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan hubungan fungsi antarunsur intrinsik cerita misteri yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan bagaimana tema, alur, latar, dan unsur-unsur intrinsik lainnya dalam cerita, kemudian dicari hubungan antarunsur tersebut. Secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. Dengan begitu, pada dasarnya analisis struktural mempunyai tujuan memaparkan secara cermat fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 2000:36-37) Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2000:37) juga menyatakan bahwa analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi keterkaitan antarunsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu dari sebuah karya fiksi, namun yang lebih penting adalah menunjukan bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik serta makna keseluruhan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut, unsur yang menonjol yang menjadi dasar terciptanya sebuah cerita adalah latar, penokohan dan alur. Namun, unsur dasar dalam sebuah cerita tidak boleh dilupakan dan sangat menentukan adalah keberadaan tema.

26 12 Tema sebuah karya sastra juga masih mempunyai unsur pembangun yang lain, berdasar pemahaman di atas, tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitan dengan unsur lainnya yang disebut sebagai fakta cerita dan sarana cerita. Menurut Teeuw (1988: ) bahwa pada prinsipnya analisis struktural adalah bertujuan untuk membongkar dan memaparkan apa yang ada dianalisis dengan cermat, teliti dan sedail mungkin dan mendalam, mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari semua anasir dan aspek dari karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh karena tugas dan tujuan dari analisis struktur yakni mengupas mendalam dari keseluruhan makna yang telah terpadu, oleh karena itu dalam mengkaji dan menganalisis cerita misteri Alaming Lelembut ini digunakan teori struktural agar mengungkap struktur dan makna di dalamnya. Berdasarkan teori-teori tentang struktural di atas dapat disimpulkan bahwa teori struktural merupakan analisis dari unsur-unsur pembangun karya sastra yang telah terjalin sehingga diperoleh suatu makna yang terpadu dari karya tersebut. Kemudian tahapan dalam anlisisnya dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan Fakta Cerita Menurut Nurgiyantoro (2000:25) fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita dan penokohan), plot, dan setting. Ketiga unsur tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keseluruhan cerita, bukan sebagai

27 13 sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Ketiga unsur yang meliputi fakta cerita seperti karakter (tokoh), plot dan setting akan dijelaskan seperti di bawah ini Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Sebuah cerita misteri Alaming Lelembut tanpa tokoh dan penokohan nyaris mustahil, karena daya tarik cerita misteri Alaming Lelembut terpancar lewat imajinasi kretif si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah, pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalah-masalah yang terdapat di dalamnya, serta cara penyelesaiannya yang ada (Rahmanto, 2000:71). Istilah tokoh lebih menunjuk kepada orangnya dan istilah penokohan lebih menuju kepada perwatakan dari tokoh tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian tokoh dan penokohan Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa ata berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita, Greimes (1975) tidak menggunakan istilah tokoh (character) melainkan partisipan (participant) sedangkan shahnon Ahmad dalam bukunya gubahan novel (1979) menggunakan istilah watak. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang

28 14 diinsankan. Berdasarkan fungsi, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral (central character) dan tokoh bawahan (periperal character). Berdasarkan fungsi peranannya, tokoh terdiri atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya popular disebut hero. Tokoh ini juga menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik cerita itu terjadi. Kebanyakan tokoh antagonis tidak disukai oleh pembaca Altenbernd (dalam Nurgiyantoro 2000: ) Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau protagonis (Sudjiman, 1986:61). Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes, 1975:43-44), selain itu tokoh tambahan juga dapat diartikan tokoh yang diperlukan dalam kesempurnaan cerita. Secara garis besar, teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra meliputi berbagai cara seperti pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh (Abrams dalam Nurgiyantoro 2000:194). Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu.

29 15 Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Adapun tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin 2002:79). Dalam menentukan tokoh utama, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya (Aminuddin 2002:80). Menurut Nurgiyantoro (2000:177) tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan biasanya diabaikan. Berdasarkan perwatakannya, tokoh terdiri atas tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya

30 16 memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-sifat watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton yang hanya mencerminkan satu watak saja. Tokoh bulat, kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya, dan jati dirinya. Tokoh ini menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan Abrams dalam Nurgiyantoro 2000: ). Berdasrkan kriteria berkembang atau tidaknya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokok statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang secara awal sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Sikap dan watak tokoh berkembang akan mengalami perkembangan dan perubahan dari, tengan, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan Altenbernd (dalam Nurgiyantoro:188) Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari kehidupan nyatanya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal da tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan

31 17 individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan. Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukkan terhadap orang, atau sekelompok orang yang terikat yang ada di dunia nyata. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh ini benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi Altenbernd (dalam Nurgiyantoro 2000: ). Ragam tokoh atau pelaku di dalam karya sastra menurut Aminuddin (1987:79-83) dibedakan menjadi delapan yaitu: 1) pelaku utama atau pelaku inti yaitu tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah cerita, 2) pelaku tambahan atau pelaku pembantu yaitu tokoh yang memiliki peranan tidak penting, karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama, 3) pelaku protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi oleh pembaca, 4) pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disukai pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkam, 5) simple character yaitu pelaku yang tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah, pemunculannya hanya dihadapkan pada suatu permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks, 6) complex character yaitu pelaku yang kemunculannya banyak dibebani permasalahan yang juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi-obsesi batin yang cukup kompleks, 7) pelaku dinamis yaitu pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya, 8) pelaku statis yaitu pelaku

32 18 yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai akhir cerita Penokohan Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya sehingga pembaca dapat menerima gamabaran yang jelas. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh cerita (Nurgiyantoro 2000:166). Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watakk tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro 2000:165). Jones (dalam Nurgiyantoro 2000:165) juga mengatakan arti dari penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sebuah cerita tanpa penokohan nyaris mustahil, karena daya tarik cerita terpancar lewat imajinasi kreatif si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah, pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalahmasalah yang terdapat di dalamnya, serta cara penyelesaian yang ada (Rahmanto 2000:71). Masalah-masalah dan cara penyelesaiannya dikemas dengan sangat menarik oleh pengarang, sehingga pembaca dapat merasakan secara langsung bagaimana manfaat membaca cerita misteri Alaming Lelembut. Dengan adanya penokohan, akan sangat menentukan alur cerita dan jalan cerita. Penokohan juga

33 19 berperan untuk mewujudkan tema, menyampaikan pesan atau amanat. Oleh karena itu, penokohan mempunyai peranan sangat penting. Aminuddin (2002:79) mengartikan penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Penokohan atau perwatakan merupakan pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa: pandangan hidup, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagaimanya (Suharianto 2005:20). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan arti dari penokohan yaitu cara pengarang untuk melukiskan atau menggambarkan seorang tokoh dalam cerita yang mempunyai watak-watak tertentu baik lahir maupun batinnya. Dalam penokohan terkandung dua aspek sekaligus yaitu isi dan bentuk. Apa dan siapa tokoh cerita itu sebenarnya tidak begitu penting, selama pembaca dapat mengidentifikasi diri tokoh-tokoh tersebut dikatakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro 1994:166), atau pembaca dapat memahami dan menafsirkan tokoh-tokoh itu sesuai dengan logika cerita dan persepsinya. Penggambaran tokoh dalam karya sastra ada dua macam yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:194). Teknik ekspositori adalah penggambaran watak tokoh secara langsung. Dalam hal ini pengarang menyebutkan secara langsung watak tokoh dalam sebuah cerita. Teknik dramatik adalah penggambaran watak tokoh secara tidak langsung, sehingga pembaca harus menyimpulkan sendiri watak tokoh di dalam sebuah cerita.

34 20 Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, yaitu a) teknik cakapan, diketahui sifat tokoh yang bersangkutan melalui percakapan yang dilakukan para tokoh cerita, b) teknik tingkah laku, mengarah pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan oleh orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat dirinya, c) teknik pikiran dan perasaan, dapat diketahui pada jalan pikiran serta perasaan yang melintas dan dirasakan oleh para tokoh, d) teknik arus kesadaran, merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak, e) eknik reaksi tokoh, dimaksudkan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan tingkah laku orang lain yang berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan, f) teknik reaksi tokoh lain, dimaksudkan sebagai reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama, g) teknik pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan tokoh, dan h) teknik pelukisan fisik, keadaan fisik berkaitan dengan keadaan kejiwaan Plot / Alur Plot memang mengandung jalan cerita yang artinya peristiwa-peristiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jaln cerita itu sendiri dari rangkaian peristiwa (Nurgiyantoro 2000:111). Suharianto (2005:18) juga berpendapat alur atau sering disebut plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun

35 21 dengan memperhatikan sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur adalah kontruksi mengenai sesuatu deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku dalam cerita tersebut (Sayuti 1996:27). Kenny (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengartikan plot adalah sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa tertentu itu berkaitan dengan sebabakibat. Sedangkan menurut Forster (dalam Nurgiyantoro 2000:113), plot merupakan peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kasualitas. Lebih lanjut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau latar merupakan urutan atau rangkaian sebuah cerita dimana kejadian-kejadian cerita diperlihatkan secara urut. Unsur-unsur penting dalam alur adalah konflik. Alur dipengaruhi oleh konflik dan bangunan konflik yang dikemukakan. Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang dialami oleh tokoh cerita. Konflik yang mencapai intensitas tinggi disebut klimaks. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal yang saling bertentangan dan saat menentukan bagaimana oposisi akan diselesaikan Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000:122). Alur dalam sebuah cerita dibedakan menjadi beberapa macam. Dilihat dari aspek tokonya alur dibagi menjadi dua yaitu, alur erat dan alur longgar. Alur erat

36 22 berarti hubungan antar pelaku antar pelaku erat. Alur erat dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku sedikit. Sedangkan alur longgar berarti hubungan antar pelaku sedikit longgar. Alur ini kita jumpai pada cerita yang jumlah pelakunya banyak (Sayuti 1996:27) Menurut Nurgiyantoro (2005: ) Plot Lurus, Progesif. Plot sebuah novel dikatakan progesif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar plot progesif tersebut akan berwujud sebagai berikut. A B C D E Simbol A melambangkan tahap awal cerita, B-C-D melambangkan kejadiankejadian berikutnya, tahap tengah, yang merupakan inti cerita, dan E merupakan tahap penyelesaian cerita. Oleh karena kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat kronologis yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu plot yang demikian disebut juga sebagai plot maju, progesif. Plot progesif biasanya menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit, dan mudah diikuti. Berdasarkan segi urutan waktu, alur dibedakan menjadi alur lurus dan alur balik. Cerita beralur lurus apabila peristiwa-peristiwa dilukiskan secara beruntun dari awal hingga akhir cerita, sedangkan cerita beralur balik apabila peristiwa-

37 23 peristiwanya dilukiskan secara tidak beruntun. Alur balik dapat menggunakan teknik gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campuran. Berdasarkan kriteria jumlah, alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda, alur tunggal hanya mengikuti perjalanan hidup seorang tokoh utama protagonis yang berupa super hero. Alur ganda terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konfliknya. Setelah diuraikan mengenai plot atau alur tersebut di atas, maka selanjutnya akan dibahas mengenai setting/ latar Setting / Latar Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian. Latar bersifat memberikan aturan permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema (Nurgiyantoro 2000:75). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), menyatakan arti latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan di karya sastra. Suharianto (2005:22) menyatakan hal yang sama bahwa latar adalah tempat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah gambaran peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa oran tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

SRTUKTUR CRITA CEKAK (CERKAK) MAJALAH JAYA BAYA PADA TAHUN 90-an SKRIPSI

SRTUKTUR CRITA CEKAK (CERKAK) MAJALAH JAYA BAYA PADA TAHUN 90-an SKRIPSI SRTUKTUR CRITA CEKAK (CERKAK) MAJALAH JAYA BAYA PADA TAHUN 90-an SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : Yunita Endarwati Nim : 2102405506 Program Studi Jurusan : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Finna Dwi Estianingrum 2102407038 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STRUKTUR SERAT PARTAWIGENA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Imam Arief Hidayat NIM : 2151407002 Program Studi : Sastra Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa penelitian-penelitian sebelumnya. Sub bab ke dua berisi tentang teori struktural meliputi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik

BAB II KAJIAN TEORI. cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik BAB II KAJIAN TEORI A. Struktur Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DIKSI DALAM NOVEL CLEMANG-CLEMONG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ria Hutaminingtyas NIM : 2102405609 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

ANALISISS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN SKRIPSI

ANALISISS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN SKRIPSI ANALISISS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN SKRIPSI oleh Riza Sofia NIM 070110201047 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2011 ANALISISS KETIDAKADILAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari maupun dikaji. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1989:3).

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GAYA BAHASA DALAM NOVEL SER! SER! PLONG! KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Esty Peniarti NIM : 2102405606 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA SKRIPSI oleh Muhammad Sirojudin NIM 070210402078

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

STRUKTUR CERITA NOVEL KEMBANG SAKA PERSI KARYA SOEBAGIJO I.N.

STRUKTUR CERITA NOVEL KEMBANG SAKA PERSI KARYA SOEBAGIJO I.N. STRUKTUR CERITA NOVEL KEMBANG SAKA PERSI KARYA SOEBAGIJO I.N. SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jawa Oleh Wiwit Uji Sharaswati 2151405042 BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SERTA KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan analisis data mengenai struktural, keterjalinan unsur-unsur, nilai pendidikan, dan relevansi dalam kumpulan cerkak Lelakone

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki Bab I Pendahuluan 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki pemikiran bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Seluk Beluk Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk

I. PENDAHULUAN. lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam karakter yang tercipta dari keluarga, lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk karakter manusia itu masing-masing.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN STATUS SOSIAL TOKOH UTAMA PADA NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM

ANALISIS PERUBAHAN STATUS SOSIAL TOKOH UTAMA PADA NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM ANALISIS PERUBAHAN STATUS SOSIAL TOKOH UTAMA PADA NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM SKRIPSI Oleh: Tuchfatul Ummah NIM 100210402028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci