DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN-KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN-KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA PERIODE"

Transkripsi

1 DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN-KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA PERIODE Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial oleh: LILIS WIDYASARI NIM PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

2

3 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 14 Februari 2012 Lilis Widyasari

4 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN- KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DISEMENANJUNG KOREA PERIODE , telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Maret Skrpsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) Program Strata 1 (S1) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta, 28 Maret 2012

5 ABSTRAK Skripsi ini menganalisis dinamika hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea periode Dalam mewujudkan reunifikasi di Semenajung Korea, terdapat hambatan-hambatan yang menjadi penghalang terwujudnya Negara Korea yang satu. Hambatan-hambatan tersebut tidak lebih dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal tersebut terdiri dari keadaan domestik dua Negara Korea baik dikarenakan permasalahan perbedaan ekonomi, ideology kedua Negara Korea, ancaman nuklir Korea Utara maupun kebijakan reunifikasi kedua Korea. sedangkan pada faktor eksternal terdiri dari adanya hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea, dan kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenanjung Korea, dan hal tersebut yang menjadi Latar belakang reunifikasi di Semenanjung Korea. Penelitian ini menggunakan konsep politik luar negeri, konsep keamanan, konsep diplomasi dan reunifikasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif yaitu jenis penulisan melalui pengumpulan data-data dan pemahaman data dengan menggunakan studi pustaka. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dinamika hubungan yang terjadi pada tahun masih memiliki hambatan-hambatan yang cukup serius baik secara faktor internal maupun faktor eksternal. Diantara faktor-faktor inilah yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini. Keyword: Politik Luar Negeri, Reunifikasi di Semenanjung Korea, hambatanhambatan Reunifikasi. i

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta izin-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Dinamika Hubungan Korea Selatan Dan Korea Utara Dalam mewujudkan Reunifikasi Di Semenanjung Korea Periode Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Papa dan Mama Tercinta, Iwan Hartawan dan Tini selaku orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya, dukungan baik moral maupun material selama penulis menuntut ilmu. 2. Prof. Dr.Bachtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Adian Firnas, S.IP, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberikan arahan, data-data skripsi, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis. 7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah ii

7 mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswi. 8. Terimakasih untuk Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan IISIP, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Universitas Budi Luhur. 9. Bapak Hj. Sunandar dan Ibu Etih selaku paman dan bibi bagi penulis yang selalu memberi semangat dan doa terus-menurus yang tidak henti-hentinya selama penulis menuntut ilmu. 10. Terima kasih untuk Bapak Sutarman dan Ibu Raminah selaku mertua penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya. 11. Yang tercinta suami Mario Sugantoro yang sudah menemani penulis sejak awal kuliah sampai menyelesaikan skripsi selalu memberikan semangat dan dorongan setiap saat. Teruntuk anak-ku Muhammad Satrio Sugantoro, makasih ya sayang...love you dari bunda buat Satrio. 12. Sahabat-sahabatku : Riana Amelia, Kristya anyarani, Rosy Kamalia, Chairunnisa. Makasih ya sahabatku, Makasih banyak ya sudah mau berjuang bersama-sama. 13. Teman-teman HI UIN angkatan 2006 dan 2007 lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu oleh penulis, makasih banyak buat masukan-masukan dan saran-saran kalian yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima Kasih ya kawan. Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Jakarta, 5 Februari 2012 Penulis iii

8 DAFTAR ISI ABSTRAK i PENGANTAR ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR.. vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka Kerangka Teori Konsep Politik Luar Negeri Konsep Diplomasi Konsep Keamanan Reunifikasi Metode Penelitian Tujuan Penelitian Sistematika Penulisan BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang Dingin Kebijakan Sunshine Policy Kim Dae Jung.. 31 iv

9 2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea Kebijakan Reunifikasi di Semenanjung Korea Perkembangan Reunifikasi di Semenanjung Korea 41 BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-KOREA DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA Faktor Internal Faktor Domestik Korea Selatan Faktor Domestik Korea Utara Faktor Ekternal Hegemoni Amerika Serikat Di Semenanjung Korea Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia Di Semenanjung Korea Hubungan Korea Selatan-Korea Utara Dalam Menuju Reunifikasi Di Semenanjung Korea Periode Hambatan-hambatan Reunifikasi Di Semanjung Korea. 70 BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA.. viii v

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1 : Prospek Reunifikasi di Korea 38 Tabel 2 : Bantuan Negara-negara dan Indivindu ke Korea Utara.. 46 vi

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 : Peta Korea 22 Gambar 3.1 : Contoh Kemungkinan dari Proses Unifikasi Korea 43 vii

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semenanjung Korea merupakan wilayah yang terletak di kawasan Asia Timur Laut. Semenanjung Korea dalam berabad-abad sejarahnya merupakan wilayah yang sangat penting di kawasan tersebut sebagai daerah yang menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar. Posisi geografis Korea menyebabkan Korea sepanjang sejarahnya mempunyai arti penting dari sudut strategis. Hal ini karena Semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar yaitu Jepang, Cina, dan Rusia. 1 Di masa lampau Cina, Jepang dan, Rusia menjadi pihak-pihak yang mengganggu perkembangan Negara dan bangsa Korea, sedangkan di masa modern Amerika Serikat ikut serta mencampuri urusan negara Korea. Terpecahnya Korea menjadi dua Negara yang berdaulat merupakan akibat dari Perang Dunia II yang pada akhirnya dijustifikasi melalui Perang Dingin hingga saat ini. Kedua Korea merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konflik ideologi Liberal-Demokratis dan Komunis-Sosialis antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet). Kedua belah pihak saling mencari daerah pengaruh (enclave) untuk kepentingan strategis masing-masing, yang akhirnya akan mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan di Semenanjung Korea khususnya dan Asia Timur pada umumnya. 2 1 Yang Seung-Yoon, dan Mohtar Mas oed, Masyarakat, Politik, dan Pemerintahan Korea : Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, h. 1 2 Ibid, h. 4 1

13 Pasca Perang Dingin, stabilitas politik dan keamanan di Semenanjung Korea masih belum memperlihatkan keadaan yang membaik. Perang Korea berkembang menjadi perang internasional berskala penuh yang melibatkan 16 negara anggota PBB untuk berperang sebagai sekutu Korea Selatan melawan Cina dan Uni Soviet dari blok komunis. 3 Berakhirnya Perang Korea ditandai dengan gencatan senjata yang menghasilkan garis gencatan senjata sepanjang 155 mil yang membagi Semenanjung Korea. Masalah utama di Semenanjung ini pada umumnya adalah ancaman nuklir Korea Utara. Kegiatan reaktor nuklir yang tidak transparan menjadikan situasi di Semenanjung Korea menjadi tidak menentu. Pengembangan nuklir Korea Utara sudah dilakukan sejak akhir tahun 1970-an. Program nuklir yang dilakukan Korea Utara awalnya tidak menimbulkan perhatian dari dunia internasional, hingga pada tahun 1980-an, Korea Utara mulai menjalankan program pengembangan rudal, dimulai dengan rudal Hwangsong-5. 4 Program nuklir Korea Utara dipengaruhi dan didominasi oleh pemikiran Kim II Sung. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi tergantung dengan Negara lain untuk melindungi keamanan nasionalnya, Korea Utara percaya tindakan ini akan memberikan keuntungan strategis, simbolis, dan teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur. Sesuai dengan definisi strategi nuklir sebagai pemanfaatan senjata nuklir untuk meraih kepentingan politik internasional, nuklir bagi Korea Utara dapat menjadi alat penting dalam perundingan internasional. 5 Pada pertengahan dekade 1980an, intelijen Amerika Serikat mulai mendeteksi 3 Ibid. 4 Ibid, h Riri Dwianto, kerjasama Keamanan Asia Timur dalam Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, Bartarto Bandoro (Penyuting), CSIS, Jakarta, , h

14 program nuklir Korea Utara dan tidak lama sesudahnya, tepatnya di tahun 1986, Korea Utara mulai memproduksi plutonium di reaktor. 6 Pada tahun 1990-an, ancaman nuklir Korea Utara semakin meningkat dengan penarikan diri Korea Utara dari perjanjian non-proliferasi nuklir pada bulan Maret Korea Utara menjadi ancaman bagi stabilitas regional dan dengan berkuasanya rezim militer tidak butuh pertimbangan untuk memulai konflik di kawasan dan permasalahan program nuklir selalu menyebabkan hampir terputusnya hubungan antar Korea. 7 Kerumitan dalam proses perdamaian di kawasan ini lebih dikarenakan oleh kompleknya permasalahan baik ditingkat bilateral maupun internasional. 8 Pada tingkat bilateral, penyelesaian konflik kedua Korea dipersulit oleh perbedaan-perbedaan ekonomi, sosial, dan politik yang berkembang dalam situasi masing-masing sejak berakhirnya Perang Dingin. Di sisi lain, Korea Utara sejak terpecahnya negara Korea, berubah menjadi sebuah negara yang sangat tertutup, sehingga komunikasi antara Korea Utara dan dunia luar terutama Korea Selatan sangat minim dan dikontrol dengan ketat. Usaha-usaha untuk meredakan ketegangan atau konflik kedua Negara tetap dilakukan mengingat posisi Korea Utara semakin terkucilkan dalam pergaulan internasional akibat pandangan negatif dunia internasional sejak Korea Utara mulai melakukan program nuklirnya yang diteruskan dengan pengembangan kemampuan rudal dengan serangkaian uji coba serta memburuknya situasi politik dan ekonomi Korea Utara pada saat itu. Melihat keadaan tersebut Korea Selatan 6 Hezel Smith, Bad, Sad or Rational Actor? Why the Securitization Paradigma Makes for Poor Policy Analysis of North Korea, International Affairs, Vol. 76, No. 3, Europe: Where Does It Begin and End? (Jul,2000), h Fakta-fakta tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, Kementerian Kebudayaan Olah Raga dan Pariwisata, 2002, hal 59 8 Rizal Sukma, Dua Korea dan Prospek Perdamaian di Asia Timur, dalam Analisa, CSIS, Jakarta, , h

15 mengambil sebuah kebijakan yang ingin memberikan terobosan yang revolusioner untuk mencairkan hubungan antara kedua Negara Korea dan merubah persepsi Korea Utara. Perubahan sikap Korea Selatan terhadap Korea Utara menjadi angin segar dalam proses transformasi kompleks keamanan di Semenanjung Korea. Salah satu landasan pembuatan kebijakan Korea Selatan adalah bahwa bangsa Korea adalah satu. Jika sebelumnya cara yang digunakan dalam peyelesaian permasalahan nuklir adalah dengan cara membawa permasalahan ke Dewan Keamanan PBB, memberikan embargo bagi Korea Utara dan mengucilkannya, namun kenyataanya tidak bisa menyelasaikan permasalahan tersebut. Lebih dari setengah abad, Korea Selatan berusaha mencari cara untuk menyatukan kembali daerah yang terbagi di sekitar Semenanjung Korea sejak berdirinya Republik Korea pada tahun Kebijakan reunifikasi Korea Selatan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengurangi atau menetralisir pengaruh komunis dalam pemerintahan pasca reunifikasi. Namun untuk menciptakan kesatuan, pemerintah Korea Selatan menggunakan bermacam-macam cara untuk mempersatukan kedua Korea yang secara reflek dapat mengubah lingkungan internasional dan beragam hubungan diantara orang-orang Korea Sendiri. 9 Korea Selatan memberikan cara pandang yang lain dengan menjadikan proses dialog yang bersahabat sebagai senjata utama dalam menghadapi Korea Utara. Dengan mengakrabkan hubungan diantara kedua rakyat Korea bertujuan untuk memberikan dorongan bagi perubahan cara pandang rejim otoriter Korea Utara terhadap dunia luar. Proses dialog antara Korea semakin intensif dilakukan, 9 Yang Seung-Yoon dan Aini Setiawati, sejarah Korea Awal Abad Hingga Masa Kontemporer, Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, h

16 rangkaian pertemuan tingkat Perdana Menteri yang hingga akhir 1992 telah dilakukan sebanyak delapan kali, baik yang dilakukan di Seoul maupun di Pyongyang. Sebagai hasil dari rangkaian pertemuan-pertemuan tersebut, telah dibentuk berbagai komisi. Komisi-komisi ini sebagian telah melakukan beberapa kali pertemuan di Panmunjom yang dihadiri oleh para pejabat tinggi dari kedua belah pihak. Namun kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya berhenti oleh protes Korea Utara terhadap Korea Selatan yang melakukan latihan militer bersama AS Team Spirit pada bulan Maret Dalam melakukan proses transformasi keamanan di Semenanjung Korea, pemerintahan Korea Selatan sejak masa Presiden Roh Tae Woo, Kim Yong Sam, Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun selalu menggunakan tiga pondasi kebijakan yaitu melakukan kerjasama, rekonsiliasi, dan unifikasi. Ketiga pondasi tersebut dilakukan secara berkesinambungan dan dijadikan cetak biru kebijakan Korea Selatan terhadap Korea Utara. Proses kerjasama dilakukan sebagai pemecah kebekuan dan kekakuan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Kerjasama dilakukan dalam dua hal, yaitu kerjasama dalam bidang ekonomi dan kerjasama keamanan dengan menjadikan isu nuklir tidak lagi sebagai isu yang dominan di Semenanjung Korea. 11 Menyadari situasi keadaan dan perbedaan yang jelas diantara kedua Negara maka dari itu, dibawah pemerintahan Kim Dae Jung ( ) dan Roh Moo Hyun ( ), Korea Selatan membuat suatu kebijakan yang lebih menekankan pentingnya kebersamaan antar negara Korea. Upaya penyatuan 10 Pramudito, Tinjauan Prospek Perdamian di Semenanjung Korea, dalam Jurnal Caraka Vol.I/No. 5, February-Maret 1998, h Kim Young Sam, Three-Phase Unification Formula for Building Korean National Community, Pidato pada tanggal 15 Agustus 1994, didalam Korean Focus, Vol. 2, No. 4 (July- Agustus 1994), h

17 tersebut, tertuang didalam sebuah kebijakan yang dikenal dengan Sunshine Policy (kebijakan Kim Dae Jung) dan Policy Peace and prosperity (Kebijakan Roh Moo Hyun). Melalui Sunshine Policy, Kim Dae Jung mencoba untuk mengikutsertakan Korea Utara didalam setiap kerjasama ekonomi. Untuk itu, pemerintahan Kim Dae Jung tidak henti-hentinya berusaha keras untuk lebih menciptakan suasana damai, rukun dan menuju kerjasama antar dua negara daripada hubungan yang tertekan dengan konflik, hubungan ketidakpercayaan antara Korea Selatan dan Korea Utara dan hubungan persaingan yang menelan biaya politik yang sia-sia. 12 Akan tetapi, perjalanan Sunshine Policy tidak berjalan dengan mudah seperti yang diharapkan, karena masih terhalang beberapa hambatan-hambatan sehingga kebijakan secara damai yang dicetuskan Kim Dae Jung tidak dapat berjalan sempurna. Beberapa kendala yang dihadapi dalam proses reunifikasi antara Korea Selatan dan Korea Utara adalah perbedaan ideologi yang dianut kedua Negara Korea. Hambatan lainnya yang dihadapi dalam mewujudkan reunifikasi antara kedua Negara adalah masalah senjata pemusnah masal (nuklir, biokimia, dan peluru kendali) yang sedang dikembangkan oleh Korea Utara. Selain itu, adanya ancaman kemanusiaan yang dihadapi Korea Utara seperti kelaparan, pembangkangan, dan pengungsian massal yang potensial, serta ancaman militer konvensional. Hambatan utama untuk mengatasi aneka tantangan ini muncul dari realitas bahwa tidak ada konsensus di antara negara-negara bertertangga yang mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh tiap manuver Pyongyang Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas oed, Politik Luar Negeri Korea Selatan: Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Interasional. Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002, h Diakses dari Menjawab Tantangan di Semenanjung Korea,pada 16 Desember

18 Dibawah kepemimpinan Roh Moo Hyun, upaya dialog dengan Korea Utara dilakukan dengan pendekatan Policy for Peace and Prosperity. Kebijakan tersebut merupakan lanjutan dari kebijakan sebelumnya yaitu kebijakan Sunshine Policy. Namun selama krisis Semenanjung Korea tahun 2003, dan Korea Utara bersikeras untuk meneruskan program-program nuklir dan sistem rudalnya, maka Amerika Serikat-Korea Selatan bisa menyatukan pendapat. Kim Jung Il bersikap bahwa Korea Utara menyatakan keluar dari perjanjian Non-Proliferasi Nuklir sejak 1 Januari 2003, setelah bertekad terus mengembangkan program nuklir dan persenjataannya. Masyarakat dunia kemudian kembali dikejutkan dengan aksi peluncuran peluru kendali Korea Utara, 5 Juli Peluncuran beberapa rudal di Semenanjung Korea itu kian mengkhawatirkan beberapa negara, bahkan Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia mengecam tindakan itu. Dewan Keamanan PBB pada 5 Juli 2006 telah membicarakan hal ini atas permintaan perwakilan Jepang di PBB. Peluncuran rudal itu dapat diartikan Korea Utara ingin mendapat posisi lebih kuat dalam perundingan damai soal nuklir Korea Utara bersama enam negara (Six Party Talks), yang mengalami kebuntuan. Korea Utara juga kian frustrasi dengan jalan damai setelah mengikuti Six Party Talks bersama AS, Korea Selatan, Jepang, China, dan Rusia, dan hingga kini belum mendapat hasil. 14 Hal ini yang menyebabkan Roh Moo Hyun mengambil sikap tegas. Dengan diplomasi tajamnya adalah Seoul akan meneruskan bantuan-bantuan makanan, obat-obatan, pupuk, infrastruktur dan ekonomi, hanya bila Pyongyang menghentikan pengembangan nuklirnya. Pernyataan Roh sebenarnya merupakan h Suara Pembaruan, 30 Juli 2003, Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea, 7

19 ancaman karena Jepang dan sekutu-sekutu Pyongyang, seperti Cina dan Rusia, juga mendesak Korea Utara untuk kembali mematuhi Pakta Non-Plorifederasi Nuklir, serta menghentikan semua program nuklirnya. 15 Dalam melaksanaan Policy for Peace and Prosperity, Roh mengadakan pertemuan dengan Kim Jung Il dalam Konferensi Tingkat Tinggi kedua antara pemimpin-pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di Pyongyang. 16 Di akhir masa kunjungannya selama tiga hari, kedua pemimpin menandatangani beberapa point kesepakatan. Isinya antara lain, membangun system perdamaian permanen, memperluas kerjasama ekonomi termasuk membuat galangan kapal bersama, mengembangkan kerjasama pendidikan, teknologi, budaya dan olehraga, dan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi. Namun bila dilihat perospek yang ada, perbaikan hubungan yang langgeng diantara kedua Korea masih memerlukan perjalanan yang panjang, terutama perjalanan menuju arah unifikasi kedua Korea. Perbedaan tingkat kemapanan ekonomi dan perbedaan sistem pemerintahan yang berlaku, memerlukan penyesuian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga rumusan unifikasi di Semenanjung Korea dilakukan dalam beberapa tahapan penyesuaian. Adanya bebrapa faktor yang mempengaruhi hubungan antar-korea dalam proses reunifikasi di Semenanjung Korea baik dalam faktor Internal seperti faktor domestik kedua Negara Korea maupun faktor ekternal seperti hegemoni Amerika Serikat, dan kepentingan Cina, Jepang dan Rusia di Semenanjung Korea. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam reunifikasi antar-korea menjadi sebuah hal yang harus dicari penyelesaiannya. Rakyat Korea memang tidak 15 Diakses dari Dambaan Presiden Korsel, Perdamaian, dan Pusat Ekonomi, pada 12 Desember Ibid. 8

20 seberuntung rakyat Jerman yang bersatu kembali tahun 1990, setelah terbagi hampir 30 tahun atas Jerman Barat dan Jerman Timur tahun Namun harapan untuk bersatunya kembali terus diwujudkan demi menjadi Korea yang satu. 1.2 PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan mendasar penelitian ini adalah Bagaimana Perkembangan Dinamika Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara tahun dalam mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea? Hambatan-hambatan apa yang mempengaruhi proses dialog reunifikasi kedua Negara di Semenanjung Korea? 1.3 TINJAUAN PUSTAKA Ada sejumlah penelitian di mana unit analisanya adalah dinamika hubungan Korea Selatan dan Korea Utara terkait reunifikasi di Semenanjung Korea, namun banyak penelitian yang unit analisanya dikaitkan secara langsung dengan permasalahan reunifikasi di Semenanjung Korea. Meskipun demikian terdapat dua penelitian yang penulis anggap cukup relevan untuk dijadikan bahan tinjauan pustaka. Pertama, yaitu penelitian berjudul Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran Pola Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin, 2001, karya I Wayan Setia Jaya, Hubungan Internasional, FISIP Universitas Indonesia. I Wayan menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor determinan yang menyebabkan pergeseran pola hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam isu reunifikasi secara garis besar. 17 Dimana keberadaan faktor hegemoni Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Rusia menjadi penyebab pergeseran pola hubungan antar-korea. pergeseran pola 17 I Wayan Setia Jaya, Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran Pola Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu Politik,Universitas Indonesia Jakarta, 2001) h

21 hubungan tersebut membuat beberapa kebijakan yang telah ada mengalami penyesuaian secara perlahan. Namun keberadaan aktor-aktor tesebut tidak menyebabkan pandang kedua Negara Korea tersebut menjadi berubah dalam mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Lee young Sun, Is Korean Reunification Possible?, Vol. 3, No.3, Korean Focus, Lee melihat permasalahan atau hambatan dalam mewujudkan reunifikasi Korea dari berbagai faktor baik dalam faktor domestik dua Negara Korea tersebut maupun hubungan antar Negara di Asia Timur dan hubungan dengan Negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tantangan dalam mewujudkan unifikasi di Semenanjung Korea memiliki kesulitan yang cukup tinggi mengingat perbedaan tersebut dilihat dari keadaan ekonomi maupun politik. secara garis besar penelitian ini melihat bagaimana keadaan Semenanjung Korea dalam mewujudkan reunifikasi. Adanya perbedaan kebijakan antar kedua pemerintah Korea menyebabkan susahnya mewujudkan reunifikasi di Semenajung Korea. Skripsi ini berupaya memberikan sumbangsih ilmu terkait hal yang melatarbelakangi susahnya mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea. Jika penelitian I Wayan lebih memaparkan faktor determinan yang menyebabkan pola pergeseran hubungan antar Korea. Penulis skripsi ini lebih memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara pasca krisis nuklir kedua pada tahun 2003 sampai Serta menekankan hambatanhambatan yang terkait dalam proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Penulis melihat dengan terjadinya krisis nuklir kedua pada tahun 2003 membuat pola 1995, h Lee young Sun, Is Korean Reunification Possible?, Vol. 3, No.3, Korean Focus, 10

22 hubungan antara kedua Negara Korea menjadi memanas. Sehingga kebijakan yang dibuat oleh kedua Negara Korea tersebut sering kali mengalami perubahan dikarenakan belum terjadinya kesepakatan antara kedua pihak. KERANGKA TEORI Konsep Politik Luar Negeri Konsep politik luar negeri mengandung unsur tindakan, yaitu hal-hal yang dilakukan oleh suatu pemerintah tertentu kepada pihak lain untuk menghasilkan orientasi, memenuhi peran atau mencapai dan mempertahankan tujuan tertentu. Dalam kaitan ini, tindakan suatu Negara merupakan bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk mengubah atau mendukung tindakan pemerintah Negara lain yang berperan dalam menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan Negara tersebut. 19 Chris Brown dalam bukunya Understanding International Relation memberikan pandangan sederhana dalam pandangan politik luar negeri, menurut Brown, politik internasional dapat dipahami sebagai cara untuk mengartikulasikan dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia luar. 20 Dalam hal ini, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa dalam sistem internasional pola perilaku Negara didasarkan pada kepentingan nasional serta strategi berdasarkan kalkulasi posisi mereka di dalam sistem internasionalnya. Namun dilihat dari bagaimana Negara merumuskan kepentingan nasionalnya dan aspek-aspek apa saja yang akan ditonjolkan serta kebijakan yang dihasilkan. Menurut H.J Morgenthau bahwa Negara sesungguhnya adalah aktor yang sepenuhnya rasional. Karena itu tindakan-tindakan Negara akan dilakukan secara 19 KJ. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisa, M. Tahrir Azhary (pent) Erlangga, 1983, h Chris Brown, Understanding International Relation, 2 nd edition, London, Palgrave,2001, h , Dikutip dari Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik Domestik, Genewati Wuryandari (ed), Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008, h

23 perhitungan untung rugi yang jelas. 21 Menurut Kenneth Waltz, aktor diasumsikan melakukan suatu tindakan rasional yang telah dikalkulasikan. Singkatnya suatu Negara harus mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival) agar tidak mudah diserang/rawan (vulnerability) dalam sistem internasional anarki. Perilaku Negara ditunjukan kepada pencapaian kepentingan nasional dengan mempertimbangkan kapabilitas yang dimilikinya. 22 Politik luar negeri cenderung berubah dari waktu ke waktu tanpa indikasi yang jelas. Meskipun demikian, untuk memahami perilaku politik luar negeri yang dinamis, William D. Coplin mengidentifikasikan dalam empat determinan politik luar negeri. 23 Pertama, adalah konteks internasional, artinya, situasi politik internasional yang sedang terjadi pada waktu tertentu dapat mempengaruhi bagaimana Negara itu akan berperilaku. Dalam hal ini, Coplin menyatakan bahwa ada tiga elemen penting dalam membahas dampak konteks internasional terhadap politik luar negeri suatu Negara, yaitu geografis, ekonomis, dan politik. Geografi merupakan suatu hal yang konstan keberadaannya. Namun tidak lagi terpenting seperti yang diberikan oleh para pendukung geopolitik pada masa lalu. Sebagaimana halnya geografi, faktor ekonomi juga memainkan peran penting dalam menentukan kebijakan luar negeri. Faktor kedua yang menjadi determinan dalam politik luar negeri adalah perilaku para pengambil keputusan. Perilaku pemerintah yang dipengaruhi oleh persepsi, pengalaman, pengetahuan, dan kepentingan individu-individu dalam 21 Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, S. maimon (pent), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 1990, h Kenneth N. Waltz, Theory Of International Politics, New York: McGraw-Hill Inc, 1979, h Lihat William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis, Bandung, Penerbit Sinar Baru, 1992, h

24 pemerintahannya menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri. Sementara itu, determinan ketiga adalah kondisi ekonomi dan politik. Kemampuan ekonomi dan politik suatu Negara dapat mempengaruhi Negara tersebut dalam interaksinya dengan Negara lain. Keempat, determinan terakhir yang memepengaruhi politik luar negeri adalah politik dalam negeri. Dalam hal ini, situasi politik yang terjadi dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri. Dalam kaitannya dengan faktor yang ada Struktur dan pembuatan keputusan Korea Utara, Kim Jung II memainkan peran yang sangat penting. Sikap Kim Jung Il untuk memelihara rejim dan sekaligus membangun ekonomi nasional dengan memobilisasi militer. Untuk menjaga keamanan rejim maupun pertumbuhan ekonomi, Korea Utara secara efektif berubah menjadi negara yang mengutamakan militer. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan program nuklir. Pengembangan program nuklir Korea Utara sebagai reaksi terhadap berubahnya sistem di lingkungannya. Pengembangan nuklir tersebut sebagai upayanya untuk mempertahankan Bargaining position atau posisi tawar menawar di dalam masyarakat internasional. Menurut Walter S Jones menegaskan bahwa kemungkinan pecahnya perang salah satunya dapat diakibatkan oleh adanya perlombaan senjata yang secara strategis tidak stabil dan secara politis tidak dapat terkendali. 24 Pengembangan persenjataan di Kawasan Asia Timur yang terus ditingkatkan akan menimbulkan pecahnya perselisihan dan konflik dari pihak lawan yang sudah terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, kondisi yang ada akan memperparah konflik yang sudah ada sebelumnya. 24 Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-Politik Internasional, Tatanan Dunia, Jilid 2, Gramedia Utama, Jakarta, 1993, h

25 1.4.2 Diplomasi Dalam arti luas diplomasi meliputi seluruh kegiatan politik luar negeri suatu Negara dalam hubungannya dengan bangsa atau Negara lain. Diplomasi meliputi kegiatan: 1. Menentukan tujuan dengan mempergunakan semua daya dan tenaga untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Menyesuaikan kepentingan dari bangsa lain dengan kepentingan dari bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan daya dan tenaga yang ada padanya. 3. Menentukan apakah tujuan nasional sesuai atau berbeda dengan kepentingan bangsa dan Negara lain. 25 Pada umumnya, tujuan perundingan antara dua atau lebih pemerintahan ialah untuk mengubah atau mempertahankan tujuan, kebijaksanaan atau memperoleh persetujuan mengenai beberapa masalah tertentu Konsep Keamanan Dalam teori keamanan, Barry Buzan menyebutkan perihal transformasi keamanan untuk merubah permusuhan (enmity) menjadi persahabatan (amity). Transformasi keamanan tersebut bisa dilakukan melalui transformasi internal, dengan kata lain, permusuhan diantara Negara sekawasan bisa dihilangkan apabila terjadi integrasi. 27 Dalam konteks keamanan di Semenanjung Korea. selain proses rekonsiliasi juga di kemukakan proses unifikasi diantara kedua Negara Korea. 25 Soemarsono Mestoko, Indonesia dan Hubungan Antar Bangsa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1985, h K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, M. Tahrir Azhary (pent), Erlangga, Jakarta, 1987, h Barry Buzan, People States and Fear: An Agenda For International Security Studies in The Post Cold War Era, 2 nd edition, Harvester Wheatsheaf, London, 1991, h

26 Unifikasi ini merupakan hasil refleksi terhadap opini publik. Operasionalisasi dari konsep ini adalah melakukan unifikasi diantara kedua Negara secara bertahap dengan menempatkan kemerdekaan, perdamaian dan demokrasi sebagai prinsip utama. Kini dimensi keamanan pasca Perang Dingin mulai berkembang dari konsep tradisional menuju non-tradisional yang melibatkan aktor yang beragam (non-state actor) di bawah identitas negara. Isu keamanan secara tradisional dapat ditemukan dalam pemahaman keamanan militer-politik. Dalam konteks ini konsep keamanan berbicara bagaimana untuk bertahan hidup (survive). 28 Definisi keamanan hanya terbatas pada pemahaman dimensi militer dalam hubungan antar negara yang berarti tidak adanya ancaman militer terhadap kedaulatan sebuah negara. Konsep keamanan tradisional menganggap negara lain sebagai pesaing di mana hubungan antar negara selalu bersifat zero-sum yaitu setiap upaya untuk meningkatkan keamanan mempunyai implikasi negatif terhadap keamanan yang mengganggu keseimbangan kekuatan atau yang disebut sebagai dilema keamanan (security dilemma). 29 Namun pada pasca Perang Dingin pemahaman keamanan ini semakin meluas sehingga membuat spektrum permasalahan keamanan internasional dan faktor-faktor yang relevannya pun semakin melebar Reunifikasi Reunifikasi merupakan suatu penyatuan atau menggabungkan kembali. Istilah reunifikasi berdasar dari kata unifikasi yang berarti hal menyatukan, 28 Barry Buzan, Ole Waefer, dan Jaap de Wilde, A New Frame Work For Analysis, London: Lynne Rienner Publisher.1998, h Yayan Moch. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda Karya, h

27 menyatukan, hal yang menjadikan seragam. 30 Reunifikasi dari kata re + unify yaitu, to restore the unity or intergrity of (As a divided country). Dari kata dasar tersebut, kemudian Almond an Schuster memberi pengertian atau definisi mengenai reunifikasi yaitu The act or process of reunifying ( advocating of the divided country) yang dapat diartikan sebagai tindakan atau proses penyatuan kembali atas suatu Negara yang pernah dipisahkan. 31 Sedangkan Thomas A. Baylis, dalam studinya mengenai reunifikasi menyatakan pendapatnya bahwa in fact, the world reunification it self was often replaced by the term einheit or until. Einheit did not necessarily mean unification in a legal or political sense but rather in a larger moral sense, dalam kenyataannya, kata reunifikasi sendiri sering digantikan dengan einheit atau persatuan. Einheit atau persatuan tidak perlu berarti penyatuan dalam pengertian hukum atau politik tetapi cukup pada pengertian moral yang lebih besar. 32 Munculnya keinginan unifikasi kedua Negara Korea untuk berunifikasi sebenarnya sudah sejak lama ada. Namun harapan itu terhalang oleh pemerintahan militer AS dan USSR dengan dalih pembagian Semenanjung Korea telah ditetapkan dalam perundingan sekutu, yakni Negara-negara pemenang Perang Dunia Kedua. Pada saat kekuatan besar tesebut meninggalkan Korea, usaha-usaha kongkret untuk mewujudkan Negara Korea yang bersatu kembali digiatkan oleh kedua Negara Korea. Terbukti reunifikasi secara damai melalui jalur diplomasi 30 Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Edisi ke-3 Cetakan Pertama, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, h Almond and Schuster, Websters s, New Twentieth Century Dictionary Of the English Language : unabridged, edisi ke-2, New York, 1983, h Baca tulisan Thomas A. Baylis, The Germanys or One? The Return The German Question, dalam Ursula Hoffman-Lange (ed), Social and Political Structure in The West Germany, From Authori Tarianism to Post Industrial Democracy, West View Special Studies in West European Politics and Society, Munich, 1998, h

28 dilakukan secara terang-terangan oleh Korea Selatan sejak terbentuknya Republik Korea tahun 1948 dan masih terus diupayakan sampai saat ini baik dilakukan dengan cara perundingan, kerjasama, maupun dialog. Hal yang sama juga dilakukan oleh Korea Utara dalam mewujudkan Negara Korea yang satu, walaupun dalam kenyataannya kebijakan luar negeri Korea Utara baik dengan Korea Selatan maupun dengan Negara-negara lainnya cenderung mengancam. Namun saat ini, Korea Utara mulai mempertimbangkan dan menjalankan upaya penyatuan melalui jalur diplomatik atau negosiasi. Terwujudnya reunifikasi Korea merupakan harapan rakyat di Semenanjung Korea karena pada awalnya mereka adalah bangsa yang satu namun terpisakan oleh persaingan antara Negara super power pada masa Perang Dingin. Namun ironisnya, hambatan-hambatan yang ada dalam peroses penyatuan kembali Korea justru dari dalam negeri dan berkaitan dengan upaya kedua Negara tersebut dalam menjaga dan mempertahankan kepentingan nasionalnya tersebut, seperti kesenjangan ekonomi yang cukup besar, perbedaan ideology dan adanya isu pengembangan nuklir yang semakin memperburuk keadaan maupun belum adanya formulasi yang tepat bagi Korea yang satu. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis penulisan melalui pengumpulan data-data dan pemahaman data berupa data tertulis sepertu buku, jurnal, bulletin dan sumber tertulis lainnya. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data skunder yakni ada dikumpulkan dan dipilih serta diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. adapun studi perpustakaan yaitu data diperoleh melalui perpustakaan. Data-data tersebut akan digunakan untuk 17

29 pembelajaran bagaimana dinamika hubungan kedua Negara Korea tahun dalam menuju reunifikasi di Semenanjung Korea dan data-data tersebut nantinya juga akan membuat sebuah satu pemikiran dalam memprediksi keadaan yang terjadi di Semenanjung Korea dalam menuju prospek perdamaian. Dan Permasalahan ini menjadi pusat penelitian yang cukup menarik bagi penulis yang nantinya akan ditulis dalam sebuah skripsi. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Memperoleh informasi tentang bagaimana dinamika hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara dalam proses dialog reunifikasi di Semenanjung Korea tahun Mengkaji secara mendalam tentang hubungan tersebut. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang membuat proses reunifikasi antara kedua Negara masih mengalami kesulitan. 4. Bagaimana kebijakan Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara untuk mewujudkan reunifikasi antara kedua Negara Korea di Semenanjung Korea. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tinjauan Pustaka 1.4 Kerangka Teori 1.5 Metode Penelitian 1.6 Tujuan Penelitian 18

30 1.7 Sistematika Penulisan BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA 2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin 2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang Dingin 2.3 Kebijakan Sunshine Policy Kim Dae Jung 2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA 3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea 3.2 Kebijakan Reunifikasi di Semenanjung Korea 3.3 Perkembangan Reunifikasi di Semenanjung Korea BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR- KOREA DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA 4.1 Faktor Internal Faktor Domestik Korea Selatan Faktor Domestik Korea Utara 4.2 Faktor Eksternal Hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenenjung Korea 4.3 Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam Menuju Proses Reunifikasi Di Semenanjung Korea periode Hambatan-Hambatan Reunifikasi di Semenanjung Korea BAB V KESIMPULAN 19

31 BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA 2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin Pembagian Semenanjung Korea merupakan salah satu bukti jelas yang diakibatkan persaingan ideologi. Setelah sekutu memenangkan Perang Dingin II. Semenanjung Korea dibagi dua oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada garis lintang 38 o. Secara geografis, Semenanjung Korea dikelilingi oleh Negara-negara besar dan kuat, seperti Cina, Jepang, dan Rusia. Sejarah mencatat bahwa sejak jaman kerajaan kuno hingga Negara modern, Negara Korea pernah mengalami lima kali masa penjajahan atau penguasaan, seperti Cina, Bangsa Mongol, Jepang dan Amerika Serikat serta Uni Soviet pasca Perang Dingin Kedua. 33 Semenanjung Korea memiliki lokasi yang strategis, sehingga Negara-negara besar yang menjadi Negara tetangga, menjadikan Semenanjung Korea sebagai sasaran dari perluasan pengaruh serta kepentingan Negara-negara besar tersebut. 34 Korea adalah sebuah semenanjung di Asia Timur, yang memanjang sekitar kilometer kearah selatan daratan Asia kontinental hingga Samudra Pasifik dan dikelilingi Laut Jepang di timur, Laut China Timur di Selatan, dan Laut Kuning di barat. Semenanjung Korea mempunyai wilayah seluas km², sebanyak 70 persen wilayah Semenanjung Korea adalah pegunungan dan tanah yang bisa diusahakan untuk lahan pertanian lebih kecil. Jajaran pegunungan berbaris di wilayah sebelah utara dan timur, dengan puncak tertinggi adalah 33 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas eod, Politik Luar Negeri Korea Selatan : Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional, Gadjah Mada University Press, 2002, h Ibid. 20

32 Gunung Baekdu (2.744 m) di wilayah perbatasan dengan Republik Rakyat Cina. Panjang garis pantai semenanjung Korea adalah kilometer. 35 Gambar 2.1 Peta Korea Sumber: Peta Korea oom=1, pada 12 Maret 2012 Bila melihat latar belakang sejarah Korea, kedua negara merupakan satu Negara Korea. Namun pada tahun merupakan masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea. Dahulu hubungan kerajaan-kerajaan Korea dengan Jepang dari segi politik luar negerinya hampir sama dengan hubungan Cina dan Korea yaitu antar raja dan raja bawahannya. Semenanjung Korea dalam hubungan tersebut memiliki fungsi sebagai jembatan antara Cina Daratan dengan Kepulauan Jepang sampai abad ke Seiring berjalan waktunya, beberapa negara Asia dan Eropa yang memiliki ambisi bersaing satu dengan yang lainnya untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang merupakan negara yang berhasil menduduki Korea setelah menang melawan Cina dan Rusia. Secara paksa 35 Diakses dari, oom=1, pada 12 Maret Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas eod, Politik Luar Negeri Korea Selatan : Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional, Gadjah Mada University Press, 2002, h

33 menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun Selama penjajahannya, Jepang menggunakan kekuasaannya dengan menbentuk sebuah pemerintahan yang kejam di Korea. Sampai akhirnya, pada tahun 1941 terjadi perang antara Jepang dengan Amerika dan perang tersebut dimenangkan oleh Amerika Serikat pada tahun Menyusul kepergian Jepang di tahun 1945 dari Semenanjung Korea, menjadikan rakyat Korea terpecah karena adanya perubatan kepemimpinan dan ideologi antar mereka sendiri. Hal itulah yang dimanfaatkan oleh kedua Negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keberadaan ke dua Negara tersebut di Semenanjung Korea, tidak lain adalah untuk memantapkan posisi mereka di Semenanjung Korea selama Perang Dingin berlangsung. Pada akhir Perang Dunia II, Tentara Uni Soviet melancarkan serbuan terhadap Korea dari arah Utara untuk memusnahkan sisa-sisa kekuatan tentara Jepang yang masih ada di Korea pada 12 Agustus 1945, dan pada bulan September 1945, Amerika Serikat juga mendaratkan pasukannya di Korea Selatan. Hal inilah yang menyebabkan di Korea terdapat dua kedudukan, yaitu Korea Utara di duduki oleh Uni Soviet dan Korea Selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dengan batas di antara keduanya adalah 38 o. 39 Setelah pembagian Semenanjung Korea, pada tahun 1947 PBB mengeluarkan satu resolusi untuk mengadakan pemilu, dengan tujuan untuk membentuk perlemen gabungan dari pemerintahan sementara. Akan tetapi, Rusia menolak keberadaan komisi PBB untuk mengawasi Pemilu di Korea, sehingga 37 Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003, Seoul, Republik Korea, h Ibid. h I Wayan Badrika, Sejarah Nasional dan Umum, Erlangga, Jakarta, 2005, h

34 pada bulan Mei 1948, Pemilu yang diadakan dibawah pengawasan PBB hanya diadakan di Korea Selatan. Baru 3 bulan kemudian, diadakan Pemilu di Korea Utara yang dipimpin Uni soviet. 40 Pasca Pemilu tahun 1948, dibawah pengawasan dan dukungan positif Pasukan Uni Soviet, Kim II Sung mendirikan pemerintahan komunis dengan nama Republik Rakyat Korea (Korea Utara), sedangkan Syngman Rhee mendirikan pemerintah Pro-Amerika Serikat dengan nama Republik Korea (Korea Selatan) pada tahun yang sama. Dalam mewujudkan unifikasi Korea, pada masa pemerintahan Syngman Rhee, pendekatan kebijakan unifikasi menggunakan pendekatan yang agressif, yang dikenal sebagai March North for Unification. 41 Namun kenyataannya pendekatan menuju unifikasi Korea Selatan tidak didukung oleh kemampuan perangnya. Hal ini terbukti dengan tidak mampunya Korea Selatan mempertahankan wilayahnya dari invasi Korea Utara yang didukung oleh Uni Soviet pada tahun Sejak pembagian Korea setelah lebih dari satu milenium sebagai Korea yang bersatu, dipandang tidak dapat diterima dan bersifat sementara oleh masing-masing rezim. Sejak 1948 hingga awal perang saudara pada 25 Juni 1950, angkatan bersenjata dari masing-masing pihak terlibat dalam serangkaian konflik berdarah di sepanjang perbatasan. Pada awal, pembagian semenanjung Korea, diyakini hanya akan berlangsung untuk sementara. Tetapi, masalah reunifikasi semakin menjadi isu yang serius yang harus dipikirkan oleh pihak lain yang memiliki ideologi berbeda, hingga pembagian itu 40 Sukmawarsini Djelantik, Perang Dingin di Asia Timur Laut; Kasus Rivalitas Barat- Timur dalam Perang Korea ( ), Jurnal FISIP Potensia, Tahun VII, No. 16, 2006, h Yang Seun-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea, Gajah Mada University Press, 2003, h

35 semakin berubah, yaitu bersifat bermusuhan. Pecahnya Perang Korea bisa dikatakan sebagai hasil dari memuncaknya konflik pendapat untuk mencapai reunifikasi yang saling berbeda antar Korea. Pasukan Rakyat Korea (nama pasukan Korea Utara) tumbuh cepat atas dukungan penuh dari Uni Soviet, mulai melakukan infiltrasi pada pagi 25 Juni 1950, melintasi garis perbatasan 38 derajat. 42 Pasukan Rakyat Korea dapat mengalahkan pasukan Korea Selatan pada tahap awal perang. Dengan dibantu pasukan PBB yang dipimpin oleh Amerika di bawah komando Jenderal Douglas Mac Arthur, Korea Selatan memberikan perlawanan terhadap serbuan tentara Korea Utara ke Korea Selatan. Perang Saudara itu berakhir pada tahun 1953, sebelum Cina menjebatani kedua Korea untuk melakukan gencatan senjata. Perjanjian gencatan tersebut ditandatangani pada tanggal 27 Juni Sebuah gencatan senjata ditandatangani guna mengakhiri permusuhan, dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga selebar tiga mil di antara kedua negara, di mana tidak seorang pun boleh memasukinya. Daerah ini kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi. 44 Akibat perang tersebut sekitar tiga juta orang Korea tewas atau terluka dan jutaan lainnya kehilangan rumah dan terpisah dari sanak keluarga mereka. Perang tersebut juga merusak infrastruktur dan perekonomian Negara, serta meninggalkan keretakan yang lebar antara sesama orang Korea. Sepanjang tahun 50-an dan 60-an kedua Korea di Semenanjung Korea telah menjadi sangat bermusuhan. Masing-masing 42 Young Jeh Kim, North Korea s Nuclear Program and Its Impact On Neighboring Countries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h Diakses Sinar Matahari di Selatan dan Utara, dari, - cetak/0209/30/or/sina31.html, pada 26 Septemeber Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003, Seoul, Republik Korea, h

36 pemerintahan sama sekali tidak diakui oleh lawanya, sedangkan semua rakyat di masing-masing pihak dipaksa mempelajari keunggulan ideologi mereka masingmasing. 45 Dibawah pimpinan Kim Il-Sung, Korea Utara giat mengembangkan ekonomi nasionalnya secara sosialis internasionalnya sambil memperkuat kekuatan militernya. Permusuhan diantara Korea Utara dan Korea Selatan mempengaruhi persepsi masing-masing negara yang melihat tetangganya sebagai musuh dan ancaman. Bagi Korea Utara, Korea Selatan merupakan ancaman dengan kehadiran kekuatan militer Amerika Serikat untuk melindungi Korea Selatan. Bagi Korea Selatan, pengalaman invasi yang dilakukan pada waktu Perang Korea, menunjukan bahwa agresifitas Korea Utara untuk menyatukan Korea merupakan ancaman yang sewaktu-waktu bisa bangkit kembali. Dengan situasi hubungan yang demikian mengakibatkan tidak adanya norma yang disepakati antara kedua negara Korea untuk mengatur hubungan keduanya. Selama dua dasawarsa, kekuatan ekonomi Korea Utara lebih unggul dibandingkan Korea Selatan. Hal ini disebabkan banyaknya sumber alam pertambangan di Korea Utara. Di pihak lain, setelah mendirikan pemerintahannya, Korea Selatan masih terlibat dalam pertentangan ideologinya sehingga ekonomi rakyat belum sempat untuk dikembangkan. Namun setelah terpilihnya Park Chung Hee, Korea Selatan mencapai kesuksesan dalam pembangunan ekonomi. Korea Utara tidak mau mengakui berkembangannya ekonomi Korea Selatan. 46 Ketika Korea Utara menginginkan unifikasi komunis berdasarkan pada logikanya yang disebut Satu Joseon Korea Selatan menganggap pemerintahannya sebagai satu-satunya entitas 45 Mohtar Masóed, dan Yang Seung-Yoon, Memahami Politik Korea, Gadjah Mada University Press, 2005, h Ibid, h

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 ini, hingga dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1874 dan sikap keras Korea Utara dengan resolusi-resolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat

Lebih terperinci

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH (RUSSIAN DIPLOMACY TO THWART THE PLAN OF SENDING PEACEKEEPING TROOP TO SYRIA) Oleh: ALI AL HASIMI M 070910101104

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Reunifikasi merupakan proses penyatuan kembali yang dilakukan 2 Negara atau lebih yang sebelumnya terpisah karena peristiwa sejarah. Upaya reunifikasi ini dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet

BAB I PENDAHULUAN. ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Korea Utara merupakan suatu negara yang berbentuk sosialis dengan dasar ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet yang terpecah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA SUNSHINE POLICY SERTA IMPLEMENTASINYA SEBELUM MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN LEE MYUNG BAK

BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA SUNSHINE POLICY SERTA IMPLEMENTASINYA SEBELUM MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN LEE MYUNG BAK BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA SUNSHINE POLICY SERTA IMPLEMENTASINYA SEBELUM MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN LEE MYUNG BAK Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana implikasi Sunshine Policy secara general sebelum

Lebih terperinci

BAB II DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA UTARA-KOREA SELATAN

BAB II DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA UTARA-KOREA SELATAN BAB II DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA UTARA-KOREA SELATAN Pada bab II ini akan membahas mengenai sejarah awal mula konflik di Semenanjung Korea hingga penolakan reunifikasi Korea Selatan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB 3. Transformasi Keamanan di Semenanjung Korea

BAB 3. Transformasi Keamanan di Semenanjung Korea 69 BAB 3 Transformasi Keamanan di Semenanjung Korea Bab 3 ini akan menganalisis mengenai transformasi keamanan di Semenanjung Korea. Transformasi untuk merubah permusuhan menjadi persahabatan di Semenanjung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melakukan analisis terhadap kondisi keamanan di tingkat kawasan memerlukan pemahaman terhadap dua hal, yaitu sistem internasional yang berlaku dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyikapi reaksi dunia internasional mengenai program nuklir yang dimilikinya serta

BAB I PENDAHULUAN. menyikapi reaksi dunia internasional mengenai program nuklir yang dimilikinya serta BAB I PENDAHULUAN Sikap agresif Korea Utara (Democratic dalam menyikapi reaksi dunia internasional mengenai program nuklir yang dimilikinya serta hubungannya yang tidak pernah damai dengan saudara kembarnya

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Program pengembangan senjata nuklir Korea Utara dinilai mampu mengancam ketentraman dan stabilitas keamanan negara negara

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi

Lebih terperinci