BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Tentang PT. Pusaka Tradisi Ibu PT. Pusaka Tradisi Ibu adalah salah satu perusahaan yang memproduksi kosmetik baik untuk kecantikan, tata rias, perawatan rambut, dan sebagainya. PT. Pusaka Tradisi Ibu merupakan perusahaan lokal, artinya adalah perusahaan yang modal usahanya berasal dari orang pribumi atau modalnya bukan dari pemilikan modal asing. Dalam proses pengolahan terdapat batch record dimana isinya adalah langkahlangkah proses pengolahan sebuah bulk kosmetik. Misalnya kapan memasukkan bahan utama kosmetik, berapa derajat memasukkan bahan kosmetik lainnya, kapan mengaktifkan menonaktifkan pemanas atau heater, dan lain sebagainya. Pentingnya kontrol temperatur sangat dirasakan ketika dalam proses pengolahan sebuah bulk kosmetik. Oleh sebab itu semua mesin pengolahan terdapat kontrol temperatur yang terdiri dari pemanas (heater), display dan kontrol temperatur, serta sensor temperatur. Salah satu contoh dalam pengolahan bulk lipstik, dimana jika temperatur yang terjadi melebihi setting temperatur yang diinginkan, maka bulk tersebut akan reject (tidak lulus untuk proses selanjutnya) karena biasanya warna, kekentalan, dan performa bulknya tidak sesuai dengan standard. Dan biasanya salah satu penyebab masalahnya adalah sensor temperaturnya yang rusak/tidak presisi lagi. Oleh sebab itu Tujuan pembuatan alat pembanding termometer adalah untuk meminimalkan kesalahan atau error dari sensor temperatur yang membaca langsung perubahan temperatur yang terjadi. 2.2 Definisi Alat Pembanding Termometer Definisi Proses Pembandingan Termometer Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menunjukan alat ukur yang masih masuk standard atau tidak dengan cara membandingkan terhadap alat ukur atau bahan ukur yang telah dikalibrasi. 4

2 Persyaratan yang harus dipenuhi secara teknis dalam kalibrasi adalah sebagai berikut: 1. Alat ukur sebagai pembandingan harus mempunyai akurasi yang lebih baik. 2. Alat ukur pembanding harus terkalibrasi. 3. Persyaratan ruang kalibrasi harus terkondisi sesuai persyaratan yang telah ditentukan. 4. Dilakukan oleh pelaksana kalibrasi yang telah memenuhi syarat (minimal sudah mengikuti pelatihan mengenai kalibrasi). Tujuan dari kalibrasi yaitu: 1. Untuk menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam proses pengukuran. 2. Harga yang mendekati nilai kebenaran. 3. Untuk mengetahui nilai penyimpangan alat terhadap nilai nominalnya Gambar Rancangan Alat Pembanding Termometer Gambar rancangan adalah gambar rencana yang berfungsi sebagai gambaran umum dari sebuah alat yang akan dibuat. Gambar ini berisikan bagian-bagian alat beserta nomor keterangan dari bagian alat tersebut, dan dimensi total dari gambar rancangan tersebut. Umumnya dalam gambar rancangan terdapat dua tampilan gambar dari arah yang berbeda, satu tampilan dari arah depan dan satu lagi dari arah atas. Pada gambar rancangan alat pembanding termometer terdapat 22 bagian alat yang melengkapi alat pembading termometer tersebut, dimana tiap-tiap bagiannya mempunyai fungsi masing-masing. Gambar rancangan alat pembanding termometer bisa dilihat pada gambar 2.1.a dan b. 5

3 Gambar 2.1a. Rancangan alat pembanding termometer tampak depan Gambar 2.1b. Rancangan alat pembanding termometer tampak atas 6

4 Ukuran total dari alat pembanding termometer ini adalah panjang 800 mm, lebar 500 mm, dan tinggi 800 mm. pada gambar di atas terdapat nomor bagian alat yang berjumlah 22. Di bawah ini keterangan dari nomor bagian tersebut. Keterangan gambar : 1. shell atau rumah tanki 2. bottom cone atau kerucut yang berada di bawah 3. outer shell atau rumah tanki terluar 4. top rim atau pinggiran tanki yang di atas 5. cover atau penutup tanki 6. panel kontrol 7. support (bantalan) termometer master PT support shell atau bantalan rumah tanki 9. baut pengikat 10. support leg atau bantalan kaki meja 11. support bracket 12. cable ducting 13. frame atau kerangka meja 14. termometer master PT support agitator 16. shaft atau tiang penyangga 17. support shaft agitator 18. locking atau pengunci 19. motor agitator 20. shaft agitator 21. blade 22. kopling shaft motor 2.3 Metode Perancangan Metode perancangan adalah tata cara yang digunakan dalam mengemukakan ide secara sistematis dan terstruktur terhadap suatu sistem, komponen, atau proses 7

5 untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Melalui metode perancangan, setiap perancang diharapkan bisa melakukan proses perancangan dengan baik. Metode perancangan sistematis VDI 2222 (Verein Deutscher Ingenieure atau kumpulan insinyur di Jerman) dibagi dalam empat tahap, yaitu : Analisa atau Merencana Membuat Konsep Membuat Rancangan Pekerjaan Akhir Gambar 2.2 Metode perancangan (menurut VDI 2222) Untuk lebih jelasnya uraian atau rincian dari gambar 2.2 bisa kita lihat di bawah ini. 1. Menganalisa atau Merencanakan Adalah aktivitas pendahuluan dalam menentukan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan dengan baik dan sistematis sehingga langkah kerja yang dijalankan menjadi terstruktur. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menganalisa berupa pemilihan pekerjaan yaitu : identifikasi masalah, pemilihan pekerjaan, penentuan pekerjaan, studi kelayakan, dan kelayakan lingkungan. 2. Membuat Konsep Ada beberapa langkah langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan konsep, yaitu : 8

6 a. Memperjelas pekerjaan Merupakan rumusan masalah atau tugas, seorang perancang harus menjelaskan masalah atau tugas yang akan diproses secara logis sehingga perancang mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukannya. Hal ini menyangkut pemahaman terhadap objek yang akan dirancang. b. Membuat daftar tuntutan Perancang menguraikan data-data teknis rancangan berdasarkan permintaan pemesan atau pasar atau ketetapan yang ditentukan oleh perusahaan. Daftar tuntutan ini harus mewakili fungsi, dimensi dan operasional dari rancangan tersebut. Semakin rinci data-data yang dibuat, maka semakin jelas batasan suatu rancangan untuk memenuhi keinginan pemesan atau keinginan pasar. c. Pembagian fungsi Rancangan yang dibuat dikelompokkan berdasarkan fungsi, dimensi atau bentuk sesuai daftar tuntutan yang ada. Dari pengelompokkan tersebut dijelaskan juga bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu. Tujuan pembagian fungsi ini adalah untuk membantu memahami setiap bagian rancangan lebih mendalam dan menyeluruh, tanpa mengabaikan fungsi-fungsi yang sifatnya hanya sebagai pendukung. 3. Membuat Rancangan Berdasarkan konsep pemecahan, dilakukan perancangan konstruksi dengan memperhatikan beberapa faktor, yaitu : standardisasi, elemen mesin, bahan yang digunakan, bentuk, pembuatan, perawatan, dan ergonomi. Rancangan yang dibuat memperhatikan pemakaian elemen-elemen standar sebanyak mungkin agar biaya lebih murah. Perancangan yang baik adalah yang mudah dibaca dan konstruksinya sederhana tanpa mengurangi fungsi dari objek rancangan itu sendiri. Hasil rancangan ditampilkan berupa gambar draft, perhitungan konstruksi dilakukan berdasarkan gambar draft untuk mencapai hasil rancangan yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan. 9

7 4. Pekerjaan Akhir Setelah rancangan selesai, maka tahap penyelesaian akhir yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : gambar susunan, gambar bagian, daftar bagian, prosedur kerja penggunaan (Work Instruction), dan prosedur perawatan 2.4 Termometer Termometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur temperatur atau suhu dari suatu sistem. ara paling mudah dalam melakukan pengukuran ini adalah dengan menemukan suatu unsur yang mempunyai sifat yang temperaturnya dapat berubah secara teratur. Dalam kasus ini mengangkat termometer yang digunakan pada produk PT Pusaka Tradisi Ibu.. Dalam mengukur suhu produk pada bejana menggunakan termometer tipe PT 100 dan thermocouple type-k, kedua jenis termometer ini bisa dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4. Gambar 2.3 PT100 10

8 Gambar 2.4 Thermocouple type-k Untuk lebih jelasnya mengenai kedua jenis termometer tersebut bisa dilihat uraiannya berikut ini PT100 Termometer Pt100 adalah salah satu sensor untuk mengukur temperature atau suhu dengan ketelitian yang baik (temperatur mencakup dari sampai 850 ). Design Pt100 menggunakan pipa panjang sebagai ujung sensor yang akan digunakan mengukur temperature. Bidang kontak sensor pada umumnya seperti batangan, atau rata akan tetapi dapat juga disesuaikan sesuai pesanan khusus konsumen. Perbandingan antara resistance dan temperature bisa dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan antara resistance dan temperature 11

9 Penjabaran dari tabel 2.1 di atas adalah thermometer Pt100 ini akan mencapai resistansi atau tahanan 100 ohm pada suhu 0 0. Themperature maksimal yang bisa di baca oleh thermometer Pt100 sekitar Apabila resistansi atau hambatan bertambah maka secara otomatis themperature yang terbaca akan bertambah pula Thermocouple Type-K Thermocouple type K adalah salah satu jenis sensor suhu, yang termasuk dalam keluarga thermocouple. Dilihat dari segi bahannya dibagi menjadi dua yaitu : 1. Bahan dasar metal, type thermocouple yaitu type K, T, J, E,N 2. Bahan dasar platinum dan metal, type thermocouple yaitu R, S, B Pada tabel 2.2 berikut bisa dilihat spesifikasi thermocouple dari bahan metal base. Tabel 2.2 Metal base thermocouple TYPE ONDUTOR MATERIAL TEMPERATURE RANGE TOLERANE VALUE SHORT ( + ) Leg ( - ) Leg ONTINOUS TERM LASS 1 LASS 2 LASS 3 Ni - R Ni - AL 0 ~ 1100 (-) 180 ~ 1350 (-) 40 ~ 375 (-) 40 ~ 333 (-) 167 ~ (+) 40 hrome Ahimel (+/-) 1.5 (+/-) 2.5 (+/-) 2.5 K Thermo Khantal KP Thermo Khantal KN (-) 375 ~ 1000 (-) 333 ~ 1200 (-) 200 ~ (-) 167 Tophel Nial (+/-) (+/-) (+/-) u u-ni 185 ~ 300 (-) 250 ~ 400 (-) 40 ~ 125 (-) 40 ~ 133 (-) 67 ~ (+) 40 opper onstantan (+/-) 0.5 (+/-) 1.0 (+/-) 1.0 T (-) 125 ~ 350 (-) 133 ~ 350 (-) 200 ~ (-) 67 Advance upron (+/-) (+/-) (+/-) Fe u-ni (+) 20 ~ 700 (-) 180 ~ 750 (-) 40 ~ 375 (-) 40 ~ Iron onstantan (+/-) 1.5 (+/-) J (-) 375 ~ 750 (-) 333 ~ 750 Advance - upron (+/-) (+/-) Ni - R u-ni 0 ~ (+) 800 (-) 40 ~ (+) 900 (-) 40 ~ 375 (-) 40 ~ 333 (-) 167 ~ (+) 40 hrome onstantan (+/-) 1.5 (+/-) 2.5 (+/-) 2.5 E (-) 375 ~ 800 (-) 333 ~ 900 (-) 200 ~ (-) Tophel Advance 167 upron (+/-) (+/-) (+/-) Ni-r-Si Ni-Si 0 ~ 1100 (-) 270 ~ 1300 (-) 40 ~ 375 (-) 40 ~ 333 (-) 167 ~ (+) 40 Nicrosil Nisil (+/-) 1.5 (+/-) 2.5 (+/-) 2.5 N (-) 375 ~ 1000 (-) 333 ~ 1200 (-) 200 ~ (-) 167 (+/-) (+/-) (+/-)

10 Pada tabel 2.3 berikut bisa dilihat spesifikasi thermocouple dari bahan platinum metal base. Tabel 2.3 Platinum metal base thermocouple TYPE ONDUTOR MATERIAL TEMPERATURE RANGE TOLERANE VALUE SHORT ( + ) Leg ( - ) Leg ONTINOUS TERM LASS 1 LASS 2 LASS 3 Pt-13% Rh Pt 0 ~ 1600 (-) 50 ~ 1700 (-) 0 ~ ~ Platinum Platinum (+/-) 1.0 (+/-) R 1100 ~ % Rhodium 600 ~ (+/-) (+/-) Pt-10% Rh Pt 0 ~ 1550 (-) 50 ~ ~ ~ Platinum Platinum (+/-) 1.5 (+/-) S 1100 ~ % Rhodium 600 ~ (+/-) (+/-) (-) 100 ~ (-) 100 ~ 600 ~ Pt-30% Rh Pt-6% Rh Platinum Platinum - - (+/-) 4.0 B (-) 600 ~ ~ % Rhodium 6% Rhodium - (+/-) (+/-) Material Komponen Kontrol Saklar (switch) Saklar adalah komponen listrik yang mempunyai fungsi utama menghubungkan atau memutuskan anus listrik. Adapun anus listrik yang dihubungkan atau yang diputuskan bisa berupa arus listrik dari sumber langsung ke beban pada rangkaian daya, ataupun arus listrik yang digunakan pada rangkaian kendali. Pada pelaksanaannya di instalasi mesin listrik, saklar mempunyai banyak bentuk dan aktuasinya, yaitu cara atau mekanisme menggerakkan kontaknya. Saklarpun dibedakan dari jumlah kutub atau jumlah kontak-kontaknya. Tiap bentuk atau macam mempunyai nama masing-masing yang biasanya disesuaikan dengan konstruksinya Tombol Tekan (Push Button) Saklar tombol tekan banyak digunakan dalam instalasi motor listrik. Pada dasarnya semua tombol tekan mempunyai cara kerja dan cara pengoperasian 13

11 yang sama, yaitu dengan cara menekan bagian yang dilengkapi dengan sebuah pegas di dalamnya (tombol). Tombol tekan mempunyai dua jenis kontak yaitu kontak NO (normally open) dan N (normally close). Di samping itu tombol tekan juga mempunyai kontak yang beroperasi ganda seperti single pole single-throw (SPST), dan double pole double throw (DPDT). Jenis lainnya dari tombol tekan adalah yang mempertahankan kontak, dilengkapi time delay atau menggunakan lampu indikator. Simbol dan gambar tombol tekan ditunjukkan gambar 2.5 dan 2.6 : Gambar 2.5 Simbol push button N (Normally lose) dan NO (Normally Open) Gambar 2.6 Push button Saklar Pilih (Selector Switch) Selector switch pada dasarnya sama seperti push button, perbedaannya adalah adanya tuas pemilih untuk memilih kontak yang akan digunakan, atau dengan kata lain inputnya satu dengan outputnya lebih dari satu. Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat simbol saklar pilih pada gambar 2.7 : 14

12 Gambar 2.7 Simbol selector switch dengan 3 kontak pilihan Saklar darurat (Emergency switch/stop) Emergency switch/stop pada dasarnya sama seperti push button, akan tetapi perbedaannya adalah dengan menggunakan kontak normally close, penggunaan kontak normally close ini disengaja dikarenakan fungsi dari emergency switch/stop adalah menghentikan semua sistem apabila terjadi masalah yang tidak diinginkan. Kontruksi dari emergency switch/stop pada tombolnya menjorok keluar dikarenakan untuk memudahkan dalam penggunaannya. Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat gambar 2.8 dan 2.9 : Gambar 2.8 Simbol emergency switch/stop dengan 2 kontak Gambar 2.9 Emergency switch/stop 15

13 2.5.2 Relay Relay adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai saklar, akan tetapi bekerjanya berdasarkan elektromagnet untuk menggerakkan kontak-kontaknya. Relay menggunakan lilitan atau koil yang menghasilkan medan elektromagnetik untuk mengfungsikan relay. Medan elektromagnetik ini dibangkitkan saat lilitan atau koil dialiri oleh arus listrik. Gambar relay ditunjukkan oleh gambar 2.10 berikut ini. Gambar 2.10 Relay Dilihat dari jenis kontaknya relay dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : relay normally open, relay normally close dan relay change-over Relay Normally Open Pada relay normally open (NO), kondisi pertama dari relay ketika belum diberi tegangan adalah terbuka, sedangkan ketika relay diberi tegangan, maka kontakkontak yang terdapat dalam relay tersebut secara otomatis akan langsung tertutup yang diakibatkan oleh kumparan yang menyebabkan timbulnya medan magnet. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar Gambar 2.11 Relay normally open 16

14 Relay Normally lose Prinsip kerjanya sama dengan normally open. Tetapi bedanya pada relay tipe ini ketika koil dialiri arus listrik, maka kontak yang pada awalnya tertutup menjadi terbuka. Berikut gambar 2.12 adalah simbol relay normally close. Gambar 2.12 Relay normally close Relay hange-over Prinsip kerjanya sama dengan normally open maupun normally close. Tetapi bedanya, pada relay jenis seperti ini mempunyai kontak change-over. Artinya satu induk memiliki dua posisi yaitu terbuka dan tertutup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Gambar 2.13 Relay change-over MB (Miniature ircuit Breaker) MB adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai pemutus aliran arus apabila arus yang mengalir melebihi batas yang telah ditentukan. Penggunaan MB sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan arus maksimum yang diperlukan pada rangkaian listrik yang akan digunakan. Penggunaan MB biasanya dirangkai bersamaan dengan sekering dan Over Load Relay (OLR) untuk mendapatkan pengamanan komponen listrik yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

15 Gambar 2.14 Simbol MB 1 pole Temperature ontroller TZN4S-14R Adalah salah satu komponen produksi Autonics Korea yang digunakan sebagai display temperature sekaligus sebagai kontroler. Dari banyak type temperature control dipilihlah dengan type TZN4S-14R dengan artinya adalah TZN (temperature PID), 4 (empat digit tampilan), S (dimensinya 48m x 48m), 1 (sub outputnya adalah event output), 4 (dengan sumber tegangan/power supplynya VA), dan R (sontrol outputnya adalah relay). Selain itu temperature controller TZN4S-14R mempunyai fitur sebagai berikut : a. Bisa digunakan untuk berbagai satuan temperature dan analog input. b. Adanya set point yang mudah diatur. c. Display controller memakai LBA (Loop Break Alarm). d. Bisa juga dikomunikasikan dengan perangkat lainnya (dengan memakai RS232, RS485). Untuk lebih jelasnya bisa dilahat pada gambar 2.15, 2.16, dan Gambar 2.15 Temperature controller TZN4S-14R 18

16 Gambar 2.16 Tampilan depan temperature controller TZN4S-14R Gambar 2.17 Wiring terminal temperature controller TZN4S-14R 2.6 Material Komponen Daya Motor A Motor A baik digunakan dalam pemakaian yang membutuhkan kecepatan konstan, karena kecepatannya ditentukan oleh frekuensi sumber A yang diberikan ke motor. Baik motor A 1 fasa maupun motor A 3 fasa, bekerja pada prinsip yang sama, bahwa sumber A yang diberikan ke motor membangkitkan putaran medan magnet yang menyebabkan motor berputar. 19

17 Pada dasarnya motor-motor A dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu motor sinkron dan motor induksi. Motor sinkron adalah suatu generator A yang dioperasikan sebagai motor. Arus bolak-balik (A) diberikan ke stator dan arus searah (D) diberikan ke rotor. Disebut motor sinkron karena kecepatan rotornya disamakan dengan perputaran medan magnet stator. Motor induksi berbeda dengan motor sinkron dalam hal rotornya tidak terhubung ke sumber tenaga apapun, tetapi diberi daya oleh induksi magnet itu sendiri. Disebut motor induksi karena arus A diinduksikan dalam rotor melalui perputaran medan magnet stator, dan selanjutnya rotor dan medan stator akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda, perbedaan kecepatan ini disebut dengan slip, dan merupakan parameter yang sangat penting pada motor induksi. Gambar 2.18 Motor 1 phase peei moger Heater (Pemanas) Heater atau pemanas merupakan elemen yang bisa menghasilkan panas. Dikarenakan proses pengujian termometer ini menggunakan fluida panas maka adanya heater sangat diperlukan. Heater dilihat dari tegangan masukkannya ada 3 jenis, yaitu heater 1 phasa, 2 phasa, dan 3 phasa. Begitupun bentuknya berbagai macam bentuk tergantung kebutuhan pemakaian, ada yang berbentuk silinder atau tabung, stick atau batangan, dan lain sebagainya. 20

18 Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.19 dan Gambar 2.19 Heater bentuk silinder atau tabung Gambar 2.20 Heater bentuk stick atau batangan 2.7 Material Pendukung Box panel Box panel adalah tempat untuk menempatkan komponen-komponen kontrol maupun pendukung. Panel yang digunakan berukuran 400 mm X 400 mm X 210 mm. Dalam penempatan komponen kelistrikan, untuk saklar atau switch ditempatkan di samping sebelah kiri box panel, sedangkan komponen control dan lainnya ditempatkan di dalamnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.21 berikut. 21

19 Gambar 2.21 Box panel Terminal able Terminal digunakan untuk menghubungkan kabel dari satu komponen ke komponen lainnya atau dari komponen yang ada di dalam panel ke komponen yang berada di luar panel. ontohnya seperti dari kontaktor kebeban motor yang berada jauh dari panel. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.22 dan 2.23 berikut. Gambar 2.22 Deretan terminal Gambar 2.23 Terminal 22

20 2.7.3 Ducting cable Ducting cable berfungsi sebagai tempat jalur kabel yang di wiring dari satu komponen ke komponen lainnya yang masih satu panel. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar Gambar 2.24 Ducting cable 23

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER 4.1 Pemilihan Komponen Dalam pemilihan komponen yang akan digunakan, diperlukan perhitunganperhitungan seperti perhitungan daya, arus, serta mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER BAB III PERACAGA ALAT PEMBADIG TERMOMETER 3.1 Definisi Alat Pembanding Termometer Alat pembanding termometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tingkat akurasi termometer (sensor suhu) dengan

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar manual ialah saklar yang berfungsi menghubung dan memutuskan arus listrik yang dilakukan secara langsung oleh orang yang mengoperasikannya. Dengan kata lain

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE 3.1 TUJUAN PERANCANGAN Pada prinsipnya tujuan dari perancangan alat dan program adalah untuk mempermudah didalam merealisasikan perakitan atau pembuatan alat dan program yang

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor Apa itu Kontaktor? Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik Pada kontaktor

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding)

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding) Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah (Separate Winding) 1. Tujuan 1.1 Mengidentifikasi terminal motor dua kecepatan dua lilitan terpisah (separate winding) 1.2 Menjelaskan tujuan dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI 1. Tujuan Percobaan Mengetahui Dan Memahami Cara Kerja Komponen yang Menyusun Rangkaian Pengunci (Latch): Push Button, Relay, Kontaktor. Membuat Aplikasi Rangkaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan Sakelar Elektromagnetik dari Y ke Motor Listrik Induksi 3 Fasa pada prosiding seminar pengelolaan

Lebih terperinci

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET http://erick-son1.blogspot.com/2009/10/mengoperasikan-motor-3-fasa-dengan.html JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis

Lebih terperinci

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK CONTOH PANEL KENDALI MOTOR KONTAKTOR MAGNETIK DC (RELE) KONTAKTOR MAGNETIK AC TOMBOL TEKAN DAN RELE RANGKAIAN KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK UNTUK PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah I. Capaian Pembelajaran *Peserta mampu memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tegangan rendah

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR I. Tujuan : 1. Mengenal generator 2. Memahami cara kerja generator dan pengaturannya II. Peralatan yang Dibutuhkan : Peralatan keselamatan Modul percobaan Kebel jumper

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A Ikhsan Sodik Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN Kelas XI DASAR KONTROL KONVENSIONAL Buku Pegangan Siswa REVISI 03 BUKU PEGANGAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah pengujian dan analisa sistem pengereman motor induksi di mesin Open Mill. 4.1 Pengujian Alat Untuk mengetahui apakah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi elektronika dewasa ini, sudah sangat maju baik dibidang industri, pertanian, kesehatan, pertambangan, perkantoran, dan lain-lain.

Lebih terperinci

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat memahami prinsip kerja dan penggunaan magnetic contactor untuk menjalankan motor induksi tiga fase

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. INTISARI... iv. ABSTRACT... v. MOTTO... vi. PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. INTISARI... iv. ABSTRACT... v. MOTTO... vi. PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii PRAKATA... viii DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG 20 BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi BAB II PEMBAHASAN II.1. Gambaran Masalah Penggunaan proteksi dalam bidang kelistrikan mencakup segi yang luas. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi :

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : BAB I PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : A. Tahapan pengendalian motor listrik pada sistem kendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

MACAM RELAI PROTEKSI Klasifikasi relai proteksi bila ditinjau dari prinsip kerjanya dapat dibagi dalam 5 macam, yakni :

MACAM RELAI PROTEKSI Klasifikasi relai proteksi bila ditinjau dari prinsip kerjanya dapat dibagi dalam 5 macam, yakni : MACAM RELAI PROTESI lasifikasi relai proteksi bila ditinjau dari prinsip kerjanya dapat dibagi dalam 5 macam, yakni : ) Relai Elektromagnetik ) Relai Thermal 3) Relai Gas 4) Rele Statik 5) Relai Numerik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ 18 Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ Ade Elbani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abstract Pada

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN 26 BAB III RANCANG BANGUN 3.1. Tujuan Perancangan. Dalam pembuatan suatu alat, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting dilakukan. Tahapan perancangan merupakan suatu tahapan mulai dari pengamatan,

Lebih terperinci

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PRINSIP KERJA KENDALI PLC Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederatan relai yang dijumpai pada sistem kendali

Lebih terperinci

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ohm meter Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Alat ukur ohmmeter dipasaran biasanya menjadi satu bagian dengan alat ukur

Lebih terperinci

Arti Pole dan Throw pada Relay

Arti Pole dan Throw pada Relay Pengertian Relay Relay adalah komponen elektronika berupa saklar atau switch yang dioperasikan menggunakan listrik. Relay juga biasa disebut sebagai komponen elektromekanikal yang terdiri dari dua bagian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC

TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Toni Yanuar Efendi

Lebih terperinci

Bab IV. Switch, Relay dan Semikonduktor pengendali daya

Bab IV. Switch, Relay dan Semikonduktor pengendali daya Bab IV Switch, Relay dan Semikonduktor pengendali daya 43 4.1. Pendahuluan Kemampuan yang paling sering ada pada sistem pengaturan adalah kemampuan untuk mengatur aliran daya listrik yang biasa ada diantara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 38 BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT Bab ini membahas rancangan diagram blok alat, rancangan Konstruksi Kumparan Stator dan Kumparan Rotor, rancangan Konstruksi Magnet Permanent pada Rotor

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

1.1. Definisi dan Pengertian

1.1. Definisi dan Pengertian BAB I PENDAHULUAN Sistem kendali telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peranan sistem kendali meliputi semua bidang kehidupan. Dalam peralatan, misalnya proses

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang menjadi perhatian penulis saat ini adalah penghematan biaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang menjadi perhatian penulis saat ini adalah penghematan biaya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan persaingan di dunia industri yang sangat ketat saat ini mendorong dunia industri sebagai pelaku usaha dituntut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Dasar Komponen-Komponen Panel Listrik dan Fungsinya 3.1.1 Saklar magnet/magnetic contactor Gambar 3.1 Kontaktor Kontaktor magnet adalah suatu alat penghubung rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A BSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. A BSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISI A BSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 Muhammad Hafidz Anshori 1 dan Misbachudin 1 1) Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur Banjarmasin ABSTRAK Tingkat pencurian mobil

Lebih terperinci

Programmable Logic Controller

Programmable Logic Controller Control Systems Service Center Jurusan Teknik Elektro ITS Pengantar Programmable Logic Controller Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: jos@ee.its.ac.id

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kontaktor Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menyambungkan atau memutuskan arus listrik AC. Kontaktor atau sering juga disebut dengan istilah relay. Prinsip

Lebih terperinci

DASAR KONTROL ELEKTROMAGNETIK

DASAR KONTROL ELEKTROMAGNETIK SMK Negeri 2 Kota Probolinggo TEKNIK KETENAGALISTRIKAN DASAR KONTROL ELEKTROMAGNETIK KELAS XI REVISI 5 BUKU PANDUAN SISWA IDENTITAS PEMILIK BUKU : NAMA KELAS No ABSEN Alamat No HP Motto :. : XI Listrik..

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

IDENTITAS PEMILIK BUKU : Foto 4 x 6

IDENTITAS PEMILIK BUKU : Foto 4 x 6 IDENTITAS PEMILIK BUKU : NAMA KELAS No ABSEN Alamat No HP Motto :. : XI Listrik.. :.. : : 08. : Foto 4 x 6 BUKU PANDUAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312 1 011 PROFESIONAL

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK KETENAGALISTRIKAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana

BAB III DASAR TEORI. makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana BAB III DASAR TEORI 3.1 Water Decaunting Water Decaunting merupakan satu siklus dari rantai siklus pembuatan makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana kaleng sarden yang telah

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Programmable Logic Controller (PLC) PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan rele yang dijumpai pada sistem kendali proses konvensional [1].

Lebih terperinci

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik) Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling banyak digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNAE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 Heri Nugraha 1), Marga Asta Jaya Mulya 2) 1) Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Kawasan Puspiptek Gd. 470, Serpong,

Lebih terperinci

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM 1.1. Latar Belakang Mahasiswa perlu mengetahui aspek pengereman pada motor arus searah (Direct Current

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik

Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan : Memahami Cara Mengoperasikan Sistem Pengendali Berbasis Elektromagnetik B. Sub

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III BAB III PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES 3.1 Latar Belakang Perancangan Mesin Dalam rangka menunjang peningkatan efisiensi produksi

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pada umumnya industri memerlukan motor sebagai penggerak, adapun motor yang sering digunakan adalah motor induksi,karena konstruksinya yang sederhana, kuat

Lebih terperinci