ANALISIS PERGESERAN PENYERAPAN TENAGAKERJA PADA SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI, DAN JASA-JASA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (PERIODE TAHUN )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERGESERAN PENYERAPAN TENAGAKERJA PADA SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI, DAN JASA-JASA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (PERIODE TAHUN )"

Transkripsi

1 ANALISIS PERGESERAN PENYERAPAN TENAGAKERJA PADA SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI, DAN JASA-JASA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (PERIODE TAHUN ) OLEH NOEROEL FITRIANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN NOEROEL FITRIANI, Analisis Pergeseran Penyerapan Tenagakerja pada Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa-jasa di Provinsi Kalimantan Timur Tahun (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk dan diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Peningkatan tersebut tidak selalu disertai dengan peningkatan dayaserap tenagakerja oleh lapangan pekerjaan. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidakseimbangan antara jumlah tenagakerja dengan kemampuan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenagakerja tersebut. Ketimpangan ini merupakan salah satu masalah utama dalam bidang ketenagakerjaan dan salah satu jalan untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergeseran penyerapan tenagakerja pada Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa-jasa di Provinsi Kalimantan Timur pada periode tahun , melihat hubungan antara keadaan perekonomian dan kesempatan kerja. Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif dan Elastisitas Kesempatan Kerja Selama periode tahun bersamaan dengan menurunnya peranan Sektor Pertanian, peranan Sektor Nonpertanian dalam pembentukan PDRB meningkat. Penurunan peranan Sektor Pertanian dalam pembentukan PDRB juga diikuti dengan penurunan dalam penyerapan tenagakerja. Hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan yang meningkat pada Sektor Nonpertanian. Kenaikan peranan diluar Sektor Pertanian dalam pembentukan PDRB dan kenaikan sektor diluar sektor ini dalam penyerapan tenagakerja semakin menunjukkan bahwa arah proses pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan selama ini menunjukkan hasil yang nyata. Di Provinsi Kalimantan Timur selama periode tahun mulai terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja dari Sektor Pertanian menuju Sektor Industri dan Sektor Jasa-jasa. Hal ini, disebabkan karena Sektor Pertanian telah mengalami titik puncak dalam penyerapan tenaga kerja. Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini juga telah mempercepat perubahan Kalimantan Timur sebagai daerah industrialisasi. Dari koefisien penyerapan tenagakerja ternyata untuk Sektor Jasa-jasa lebih memberikan harapan yang baik, karena dalam nilai koefisien ini terkandung makna bahwa peningkatan nilai tambah akan meningkatkan penyerapan tenagakerja. Sehingga, tambahan tenagakerja baru akan dapat mencari atau memasuki lapangan pekerjaan pada Sektor Jasa-jasa. Pergeseran ekonomi dari Sektor Pertanian ke Sektor Nonpertanian yang terjadi di Kalimantan Timur selama ini akan menyebabkan urbanisasi yang berlebihan. Supaya hal itu tidak terjadi, maka harus diusahakan relokasi dalam pengembangan Sektor Nonpertanian sampai ke perdesaan. Sehingga, pembangunan Sektor Nonpertanian tidak menumpuk di daerah perkotaan, namun juga perlu diupayakan menyebar ke perdesaan.

3 ANALISIS PERGESERAN PENYERAPAN TENAGAKERJA PADA SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI, DAN JASA-JASA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (PERIODE TAHUN ) OLEH NOEROEL FITRIANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

4 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Pergeseran Penyerapan Tenagakerja pada Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa-jasa di Provinsi Kalimantan Timur (Periode Tahun ) : Noeroel Fitriani : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal Lulus:

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, November 2011 Noeroel Fitriani H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Noeroel Fitriani lahir pada tanggal 15 Agustus 1979 di Kota Semarang. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Slamet Syafiudin (Alm) dan Millati. Penulis menikah dengan Ariyanto, S.H. Penulis menamatkan pendidikan di SDN Paremono I, Magelang pada tahun 1992 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri Blabak. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Magelang dan lulus tahun Setelah menyelesaikan bangku SMU, penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) pada tahun 1998 dan berhasil memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.) pada tahun Sekolah Tinggi Ilmu Statistik adalah sekolah tinggi kedinasan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu, setelah lulus penulis langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) BPS dan ditempatkan di BPS Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Penulis bekerja di BPS Kabupaten Paser selama 2 tahun 5 bulan dan kemudian dipindahkan ke BPS Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Mei Pada bulan Oktober 2007 kemudian penulis dipindahkan lagi ke BPS Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Sejak bulan Februari 2011 penulis bekerja di Biro Bina Program, Badan Pusat Statistik. Selanjutnya penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program beasiswa kerjasama BPS dan IPB pada tahun 2011.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-nya, penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pergeseran Penyerapan Tenagakerja pada Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa-jasa di Provinsi Kalimantan Timur (Periode Tahun ) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Muhammad Findi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan mencurahkan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Yeti Lis Purnamadewi, selaku dosen penguji atas komentar dan sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Eri Hastoto selaku Kepala Biro Bina Program BPS yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana di IPB Bogor. 4. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. 5. Suamiku tercinta Ariyanto atas kasih sayang, doa, kesabaran serta dukungannya. 6. Teman-teman di kelas khusus BPS-IPB angkatan keempat, atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini. 7. Teman-teman di Biro Bina Program atas segala dukungannnya. 8. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, November 2011 Noeroel Fitriani H

8 viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Masalah Ketenagakerjaan Struktur Perekonomian Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Deskriptif Elastisitas Kesempatan Kerja... Konseep dan Definisi... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Keadaan Perekonomian Kalimantan Timur Tahun Peranan Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB ADHB Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto x xi

9 ix 4.3. Keadaan dan Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kalimantan Timur Keadaan Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal Keadaan Angkatan Kerja yang bekerja menurut Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Pergeseran Penyerapan Tenagakerja secara Sektoral Peranan Sektor Pertanian, Industri dan Jasa-jasa dalam Penyerapan Tenagakerja Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian, Industri dan Jasa-jasa Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Kesempatan Kerja... V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

10 x DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Persentase PDRB Kalimantan Timur ADHB menurut Lapangan Usaha di Kalimantan Timur Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha di Kalimantan Timur Tahun Persentase Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Timur Tahun Persentase Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal di Kalimantan Timur tahun a. 5.b. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu di Kalimantan Timur (Laki-laki) Tahun Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu di Kalimantan Timur (Perempuan) Tahun Persentase Penyerapan Tenagakerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kalimantan Timur Tahun Tingkat Pertumbuhan Penyerapan Tenagakerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Koefisien Penyerapan Tenagakerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 44

11 xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator ini penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara, karena dapat memberikan gambaran makro atas kebijakan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Proses ini selanjutnya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh akumulasi investasi bukan merupakan petumbuhan ekonomi yang sehat. Jika pertumbuhan output sama

13 2 dengan pertumbuhan kapital dan tenaga kerja, berarti tidak terdapat sisa output yang bebas dan bisa dibagikan untuk peningkatan return to capital (reinvestasi) yang dapat membuka kesempatan kerja baru dan atau peningkatan pendapatan tenagakerja. Sebaliknya, bila pertumbuhan output lebih besar dari pertumbuhan kapital dan tenagakerja, berarti masih ada sisa output setelah dikurangi kapital dan tenagakerja. Sisa output ini bisa untuk peningkatan gaji karyawan, peningkatan return to capital atau reinvestasi dan penjamin secara akumulatif berlanjutnya pertumbuhan ekonomi (Hananto, 1982). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk dan diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Peningkatan tersebut tidak selalu disertai dengan peningkatan dayaserap tenagakerja oleh lapangan pekerjaan. Hal ini, tentunya akan menimbulkan ketidakseimbangan antara jumlah tenagakerja dengan kemampuan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenagakerja tersebut. Ketimpangan ini merupakan salah satu masalah utama dalam bidang ketenagakerjaan dan salah satu jalan untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada tahun 2010, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur memberikan kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar 6,11 persen. Sedangkan, besarnya PDRB Kalimantan Timur secara nasional menduduki peringkat keenam setelah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau. Dibandingkan dengan provinsi lain di luar Pulau Jawa dan Sumatera, PDRB Kalimantan Timur menduduki peringkat pertama. Begitu juga, jika secara regional dibandingkan

14 3 dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, maka Provinsi Kalimantan Timur tetap mempunyai tingkat PDRB tertinggi. Provinsi Kalimantan Timur dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi yaitu 3,82 persen selama periode tahun (Hasil Sensus Penduduk Propinsi Kalimantan Timur tahun 2000 dan 2010), menghadapi permasalahan yang sama, yaitu ketidakseimbangan antara jumlah tenagakerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Sebagian penduduk Kalimantan Timur menggantungkan kehidupannya dari sektor pertanian (30-40 persen). Tetapi, suatu saat kemampuan penyerapan tenagakerja sektor pertanian (Agriculture) akan mencapai puncaknya dan mulai mengalami pergeseran ke sektor yang lain. Oleh karena itu, diperlukan perluasan lapangan pekerjaan di sektor lain yaitu industri (Manufacture) dan jasa-jasa (Services). Hal ini, hanya mungkin terjadi bila struktur perekonomian yang baik dan lebih mengarah pada industrialisasi dan jasa-jasa mampu memberikan dukungan yang baik. Situasi tersebut memerlukan suatu laju pertumbuhan pendapatan regional yang cepat Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana terjadinya pergeseran penyerapan tenagakerja dari Sektor Pertanian menuju Sektor Industri dan Sektor Jasa-jasa di Kalimantan Timur selama periode waktu ?

15 4 2. Bagaimana elastisitas penyerapan tenagakerja di Kalimantan Timur selama periode waktu ? 1.3. Tujuan Penelitian Pembangunan telah menyebabkan terjadinya pergeseran peranan dari Sektor Pertanian menuju Sektor Industri dan Jasa-jasa. Peranan Sektor Industri dan Jasa-jasa biasanya meningkat seiring dengan turunnya peranan Sektor Pertanian. Atas dasar hal-hal tersebut maka penulis bermaksud : 1. Mempelajari gambaran umum ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun Mengkaji pergeseran penyerapan tenagakerja secara sektoral (Pertanian, Industri dan Jasa-jasa). 3. Menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penciptaan kesempatan kerja Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain. 1. Bagi pembaca khususnya para pengambil kebijakan di lingkungan pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun perencanaan kegiatan pembangunan khususnya di bidang ketenagakerjaan dan perekonomian di masa yang akan datang.

16 5 2. Bagi penulis yaitu meningkatkan pengetahuan dan memberikan pemahaman yang cukup mendalam dalam hal ketenagakerjaan dan perekonomian di Provinsi Kalimantan Timur. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan, bahan pertimbangan dan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Masalah Ketenagakerjaan Pada dasarnya pengangguran merupakan penduduk usia produktif yang tidak mendapatkan kesempatan bekerja dengan berbagai sebab. Dinamika pasar tenagakerja menunjukkan bahwa peningkatan penawaran tenagakerja tidak selalu diikuti peningkatan yang seimbang pada permintaan tenagakerja. Hal ini, disebabkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang diperoleh suatu wilayah belum tentu diikuti pula dengan laju pertumbuhan penyerapan tenagakerja (Tjiptoherijanto, 1998). Pada mulanya Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pengangguran terbuka sebagai penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dalam kondisi tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Kegiatan mencari pekerjaan dapat dilakukan oleh mereka yang sama sekali belum pernah bekerja atau mereka yang pernah bekerja, karena suatu hal berhenti atau diberhentikan. Usaha mencari pekerjaan tidak terbatas pada periode seminggu sebelum pencacahan, mereka yang berusaha mendapatkan pekerjaan dan permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 definisi pengangguran terbuka diperluas mengikuti rekomendasi International Labour Organization (ILO). Menurut konsep ILO, pengangguran terbuka terdiri dari :

18 7 1. Mereka yang mencari pekerjaan. 2. Mereka yang mempersiapkan usaha. 3. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. 4. Mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Mempersiapkan usaha adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mempersiapkan usaha atau pekerjaan yang baru yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan atas resiko sendiri. Dikategorikan sebagai mempersiapkan usaha apabila tindakannya nyata seperti mengumpulkan modal atau perlengkapan, mencari lokasi atau tempat usaha, mengurus surat ijin usaha dan sebagainya. Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus atau pelatihan dalam rangka membuka usaha. Kegiatan mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi dapat dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih berusaha untuk mempersiapkan suatu kegiatan usaha Struktur Perekonomian Pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah akan dapat dilihat dari pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana untuk menghitung pertumbuhannya dipakai atas dasar harga konstan. Pertumbuhan atau pergerakan yang terjadi pada nilai PDRB akan turut mempengaruhi secara positif laju pertumbuhan kesempatan kerja. Dengan demikian, adanya peningkatan nilai

19 8 PDRB suatu daerah bisa diharapkan akan meningkatkan permintaan tenagakerja di daerah tersebut. Adanya pemikiran yang cenderung mengkaitkan pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi, karena didasarkan pada suatu asumsi bahwa dari pertambahan pertumbuhan ekonomi yang meningkat diharapkan dapat membuka pertambahan kesempatan kerja yang lebih luas. Kenyataan yang terjadi tidak seluruhnya demikian, karena pertambahan pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak selalu menjamin pertambahan kesempatan kerja yang lebih luas. Menurut Manning (1984), lapangan pekerjaan utama bagi penduduk yang bekerja sering dianalisis dengan membedakannya dalam tiga sektor utama yaitu, Sektor Pertanian (Agriculture = A) yang meliputi pertanian, kehutanan, peternakan, perburuan dan perikanan, Sektor Industri (Manufacture = M) yang meliputi pertambangan, industri, listrik/air dan bangunan, Sektor Jasa-jasa (Services = S) yang meliputi perdagangan, angkutan, keuangan, jasa dan lainnya. Biasanya analisis data mengenai kegiatan penduduk menitikberatkan pada alokasi kesempatan kerja menurut sektor, pola perpindahan dari sektor pertanian (A) ke sektor lainnya, dan penyebab perpindahan serta implikasi kebijakannya. Proses pembangunan ekonomi biasanya disertai dengan perpindahan tenagakerja Sektor A ke Sektor M dan S. Perpindahan tenagakerja dari Sektor Pertanian (A) ke Sektor Industri (M) atau Jasa-jasa (S) banyak disoroti oleh ekonom untuk menghitung peningkatan produktivitas tenagakerja, penyerapan tenagakerja dan juga pendapatan angkatan kerja (Todaro dan Smith, 2006).

20 Penelitian Terdahulu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2001 melakukan penelitian tentang Laporan Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2001, khususnya dalam rangka menuju konsensus baru demokrasi dan pembangunan manusia di Indonesia. Dari penelitian itu dapat diketahui bahwa meskipun telah terjadi pergeseran menuju industri pengolahan dan industri padatkarya, namun dilihat dari segi penyerapan tenagakerja, pertanian tetap menjadi sumber penting. Sepanjang dekade 1980-an, pertanian terus mempekerjakan lebih dari 50 persen dari total penduduk yang bekerja. Pada akhir 1980-an, peningkatan industri pengolahan padatkarya mulai menurunkan proporsi penyerapan tenagakerja di sektor pertanian dari 55 persen pada tahun 1985 menjadi 50 persen pada tahun 1990 dan menjadi 44 persen pada akhir dekade 1990-an. Tetapi hingga saat penelitian itu dilakukan, sekitar 35 juta orang Indonesia masih bekerja di sektor pertanian, dengan 17 juta lainnya bekerja di bidang perdagangan dan restoran. Pergeseran ini mencerminkan penurunan pertumbuhan pekerja di sektor pertanian dari empat persen per tahun pada periode , menjadi di bawah satu persen pada periode dan menjadi minus dua persen pada dekade 1990-an. Sedangkan pertumbuhan pekerja di sektor industri mengalami percepatan dari lima persen menjadi tujuh persen dari awal hingga akhir dekade 1990-an, hanya turun menjadi enam persen paruh pertama dekade 1990-an. Pertumbuhan tenagakerja di sektor jasa berfluktuasi antara tiga persen dan empat

21 10 persen selama dekade 1980-an, dan meningkat menjadi sekitar lima persen pada tahun 1990-an. Kariyasa (2002), melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat perubahan struktural yang terjadi dalam perekonomian Indonesia pada tahun , khususnya dinamika perubahan struktural ekonomi dan kesempatan kerja dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadinya perubahan struktur ekonomi yang tidak diikuti oleh perubahan struktur penyerapan tenagakerja secara proporsional dan bahkan cenderung struktur penyerapan tenagakerja tidak berubah. Sehingga akan menyebabkan terjadinya penumpukan tenagakerja pada satu sektor. Fenomena ini akan menyebabkan semakin timpangnya produktivitas yang dihasilkan. Selanjutnya hal ini akan berdampak pada semakin timpangnya pendapatan antara pekerja di sektor pertanian dan industri. Badan Pusat Statistik (2006) melakukan penelitian tentang analisis pengangguran terdidik di Indonesia tahun , dimana di dalamnya juga diteliti mengenai pergeseran struktur ketenagakerjaan dari primer menuju sekunder dan tersier dengan metode analisis deskriptif. Selain itu juga diteliti hubungan antara kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi dengan analisis elastisitas kesempatan kerja. Hasil dari penelitian ini apabila dilihat dari sisi ketenagakerjaan yaitu selama periode tahun 2001 sampai tahun 2005, jumlah penduduk usia kerja bergerak dari 144,03 juta jiwa menjadi 158,49 juta jiwa. Sementara penduduk

22 11 angkatan kerja bergerak dari 98,81 juta jiwa pada tahun 2001 menjadi 105,86 juta jiwa pada November Namun demikian, secara keseluruhan perkembangan partisipasi penduduk usiakerja dalam kegiatan perekonomian mengalami penurunan, terlihat dari menurunnya indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 68,6 persen pada tahun 2001 menjadi 66,8 persen pada tahun Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama periode belum diikuti peningkatan penyerapan tenagakerja. Dengan interval pertumbuhan ekonomi tiga persen hingga lima persen pada periode , rata-rata penyerapan tenagakerja akibat pertumbuhan ekonomi setiap satu persennya berada pada kisaran sekitar 200 ribu jiwa sampai dengan 300 ribu jiwa. Rendahnya tingkat penyerapan tenagakerja ini juga tercermin dari menurunnya perubahan indikator Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dari 91,9 persen pada tahun 2001 menjadi 88,76 persen pada tahun Kerangka Pemikiran Pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini bisa dilihat dari posisi Kalimantan Timur pada tahun 2010 dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur memberikan kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar 6,11 persen. Sedangkan, besarnya PDRB Kalimantan Timur secara nasional menduduki peringkat keenam setelah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau. Dibandingkan dengan provinsi lain di luar Pulau Jawa dan

23 12 Sumatera, PDRB Kalimantan Timur menduduki peringkat pertama. Begitu juga, jika secara regional dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, maka Provinsi Kalimantan Timur tetap mempunyai tingkat PDRB tertinggi. Studi ini dilakukan untuk menganalisa bagaimana pergeseran struktur ketenagakerjaan di Kalimantan Timur dengan metode analisis deskriptif. Selain itu, ingin diteliti juga mengenai hubungan antara kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi dengan metode analisis elastisitas kesempatan kerja. Proses Pembangunan di Kalimantan Timur PDRB Kalimantan Timur tahun 2010 tinggi Pergeseran struktur ekonomi Hubungan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja Analisis Deskriptif Elastisitas kesempatan kerja Implikasi Kebijakan Gambar 1. Kerangka Pemikiran

24 Hipotesis Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Terjadi perubahan penyerapan tenagakerja dari sektor pertanian menuju sektor industri dan sektor jasa-jasa. 2. Setiap kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi maka akan diikuti pula oleh kenaikan kesempatan kerja pada sektor pertanian, industri dan jasa-jasa.

25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional dalam bentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data pendapatan regional dirinci menurut lapangan usaha utama (sektor) dengan menggunakan pendekatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun Data sekunder ketenagakerjaan diperoleh dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2003 sampai tahun Data pendapatan regional diperoleh dari publikasi BPS Provinsi Kalimantan Timur mengenai PDRB Kalimantan Timur menurut lapangan usaha tahun Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bersifat eksploratif walaupun data yang diperoleh sama tetapi cara menginterpretasikan data atau mengambil kesimpulan bisa berbeda. Analisis deskriptif mudah dipahami semua pihak tanpa membedakan latar belakang pembaca. Analisis deskriptif dalam penelitian ini menyajikan

26 15 rangkuman statistik, indikator ketenagakerjaan, analisis tabel silang dan analisis gambar atau grafik. Bentuk analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis diferensiasi yang merupakan pengamatan terhadap dua nilai atau dua karakteristik yang cenderung kontras, seperti laki-laki dan perempuan, kota dan desa. Ukuran yang digunakan adalah angka absolut dan juga persentase dari peubah yang diterangkan Elastisitas Kesempatan Kerja Dalam menganalisis daya serap masing-masing sektor atau lapangan usaha terhadap pekerja, beberapa ekonom telah mencoba mengkaitkan angka laju pertumbuhan jumlah pekerja dengan laju pertumbuhan nilai tambah Produk Domestik Bruto (masing-masing menurut lapangan usaha). Alat analisis yang digunakan untuk menghubungkan antara kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah angka elastisitas kesempatan kerja. Angka ini menunjukkan berapa persen kesempatan kerja akan bertambah untuk setiap satu persen kenaikan pertumbuhan ekonomi. Asumsi yang dipakai dalam penghitungan angka elastisitas ini adalah pertumbuhan pekerja di suatu sektor adalah akibat dari pertumbuhan nilai produksi nyata di sektor tersebut. Ananta dan Tjiptoherijanto (1985) mengemukakan bahwa dalam angka elastisitas (koefisien) jumlah pekerja terhadap nilai tambah PDRB sebenarnya tersirat suatu asumsi bahwa pertumbuhan jumlah pekerja di suatu sektor adalah akibat dari pertumbuhan nilai produksi nyata di sektor tersebut. Namun ada

27 16 pemikiran seandainya yang terjadi adalah bahwa pertumbuhan jumlah pekerja di satu sektor menyebabkan adanya pertumbuhan nilai produksi nyata di sektor tersebut. Dalam versi dari produksi ke pekerja, koefisien sebesar 0,5 berarti bahwa pertumbuhan nilai produk nyata sebesar satu persen menyebabkan pertumbuhan pekerja sebesar setengah persen. Dalam pemikiran seperti ini, akan dapat ditarik kesimpulan bahwa berapa banyak pekerja yang akan dapat diserap oleh lapangan pekerjaan yang ada akibat adanya pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen. Dimana : = Elastisitas kesempatan kerja L = Kesempatan kerja = Persentase perubahan kesempatan kerja Q = Output = Persentase perubahan output 3.3. Konsep dan Definisi Dalam memanfaatkan data dari berbagai sumber dan untuk memahami informasi yang disajikan dalam analisis, maka diperlukan adanya satu macam konsep dan definisi. Konsep dan definisi yang merupakan batasan istilah yang digunakan dalam kerangka pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

28 17 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut ditinjau dari segi pendapatan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor produksi. 2. Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dari nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Output merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan produksi dalam satu periode tertentu. Biaya Antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan dalam proses kegiatan produksi yang sedang berjalan dimana barang-barang tersebut merupakan barang tidak tahan lama yang biasanya habis dalam sekali pakai atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun. 3. Penghitungan atas dasar harga konstan maksudnya adalah suatu perhitungan nilai produksi maupun biaya-biaya setiap tahun dinilai atas dasar harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Penghitungan atas dasar harga konstan ini penting terutama untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya, dimana faktor inflasi sudah diperhitungkan. 4. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. 5. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

29 18 6. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. 7. Bekerja didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan baik berupa uang atau barang lainnya dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu. Termasuk dalam kategori bekerja adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. 8. Penganggur terbuka, terdiri dari : a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka : a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

30 19 b. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. c. Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan yang permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan asalkan seminggu yang lalu masih mengharapkan pekerjaan yang dicari. Mereka yang sedang bekerja dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lain tidak dapat disebut sebagai penganggur terbuka. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar. Mempersiapkan usaha yang dimaksud adalah apabila tindakannya nyata, seperti : mengumpulkan modal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha dan sebagainya, telah/sedang dilakukan.

31 20 Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus/pelatihan dalam rangka membuka usaha. Mempersiapkan suatu usaha yang nantinya cenderung pada pekerjaan sebagai berusaha sendiri (own account worker) atau sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar atau sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. 9. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. 10. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Tidak termasuk yang sedang libur sekolah. 11. Mengurus rumahtangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumahtangga tanpa mendapatkan upah, misalnya : ibu-ibu rumahtangga dan anaknya yang membantu mengurus rumahtangga. Sebaliknya pembantu rumahtangga yang mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumahtangga dianggap bekerja. 12. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain disebut di atas, yakni mereka yang sudah pensiun, orang-orang yang cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan seminggu yang lalu. 13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah mereka yang meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi

32 21 suatu tingkatan sekolah sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat berupa ijasah (baik sekolah negeri maupun swasta). 14. Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah lamanya waktu dalam jam yang digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya. 15. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan atau tempat bekerja atau perusahaan atau kantor dimana seseorang bekerja. Lapangan usaha ini dibedakan menjadi sembilan sektor ekonomi yang telah mengacu pada klasifikasi International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) sebagaimana yang direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lapangan usaha di Indonesia dibagi menjadi sembilan sektor : 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan. 2. Pertambangan dan Penggalian. 3. Industri Pengolahan. 4. Listrik, Air dan Gas. 5. Bangunan. 6. Perdagangan Besar dan Eceran serta Rumah Makan dan Hotel.

33 22 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi. 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, dan Jasa Perusahaan. 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Perorangan. Dari sektor-sektor di atas kemudian dapat dikelompokkan dalam tiga sektor besar, yaitu sektor pertanian (Agriculture) meliputi lapangan usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan; sektor industri manufaktur (Manufacture) meliputi sektor-sektor pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, air dan gas, serta sektor bangunan, dan sektor pelayanan dan jasa (Service) yang mencakup sektor perdagangan besar dan eceran serta rumah makan dan hotel; angkutan, pergudangan dan komunikasi; keuangan, asuransi, dan sebagainya; serta sektor jasa-jasa dan sektor lainnya. 16. Upah atau gaji bersih adalah imbalan yang diterima selama sebulan oleh buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Upah/gaji bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya. 17. Status pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan, meliputi pekerjaan yang berusaha sendiri (tanpa bantuan orang lain); berusaha dengan bantuan orang lain/anggota rumahtangga yang kepadanya tidak dibayar; berusaha dengan

34 23 buruh tetap (dibayar); sebagai karyawan/buruh; dan sebagai pekerja tidak dibayar atau pekerja keluarga. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu : a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus. Contoh : Tukang becak yang membawa becaknya atas resiko sendiri Sopir taksi yang membawa mobil atas resiko sendiri. Kuli di pasar, stasiun atau tempat lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu. b. Berusaha dengan dibantu anggota rumahtangga atau buruh tidak tetap, adalah mereka yang dalam mengusahakan usahanya dibantu oleh anggota rumahtangga atau buruh tidak tetap. Contoh : Pengusaha warung yang dibantu oleh anggota rumahtangganya atau orang lain yang diberi upah tidak tetap. Penjaja keliling yang dibantu anggota rumahtangganya atau seseorang yang diberi upah hanya pada saat dia membantu saja. Petani yang mengusahakan tanah pertaniannya dengan dibantu anggota rumahtangga atau orang lain, walaupun pada waktu panen,

35 24 petani memberi sebagian panennya (paro, bawon, dan sebagainya). Membantu panenan tidak dianggap sebagai buruh tetap sehingga petani digolongkan sebagai berusaha dengan bantuan anggota rumahtangga atau buruh tidak tetap. c. Berusaha dengan buruh tetap, adalah mereka yang melakukan usahanya dengan mempekerjakan buruh tetap yang dibayar. Contoh : Pemilik toko mempekerjakan satu atau lebih buruh tetap. Pengusaha sepatu yang memakai buruh tetap. d. Buruh/Karyawan/Pegawai negeri, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki satu majikan (orang/rumahtangga) yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh lebih dari satu. e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumahtangga maupun bukan usaha rumahtangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian

36 25 meliputi : pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang disepakati. f. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), di usaha nonpertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha nonpertanian meliputi : usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Huruf e dan f yang dikembangkan mulai pada publikasi 2001, pada tahun 2000 dan sebelumnya dikategorikan pada huruf d dan a (huruf e termasuk dalam d dan huruf f termasuk dalam a). g. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.

37 26 Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari : 1. Anggota rumahtangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/anak yang membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah dan tidak dibayar. 2. Bukan anggota rumahtangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung dan tidak dibayar. 3. Bukan anggota rumahtangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri rumahtangga tetangganya dan tidak dibayar. 18. Kesempatan Kerja menunjukkan banyaknya lapangan pekerjaan yang dicerminkan oleh besarnya penduduk yang bekerja.

38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada BT dan LU LS. Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia setelah Papua, dengan luas wilayah daratan kurang lebih 198, 441 ribu km 2 dan luas pengelolaan laut 10,216 ribu km 2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura. Batas wilayah Provinsi Kalimantan Timur adalah sebelah utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah dan Serawak (Malaysia Timur), sebelah timur dengan Laut Sulawesi dan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Malaysia. Kalimantan Timur memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti batubara, minyak dan gas bumi maupun hasil-hasil hutan dan perikanan. Selain itu, daerah Kalimantan Timur memiliki lahan kering yang tingkat kesuburannya sangat baik untuk pengembangan usaha perkebunan, seperti perkebunan kelapa, coklat, karet, kelapa sawit, dan lada. Perkembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi dengan potensi sumberdaya ikan yang cukup besar. Secara administratif, Provinsi Kalimantan Timur terbagi menjadi 10 kabupaten dan 4 kota dengan Samarinda sebagai ibukota provinsi. Penduduk

39 28 Kalimantan Timur berjumlah 3,553 juta jiwa pada tahun Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Timur hingga tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang dikategorikan tinggi yaitu 3,82 persen dibandingkan tahun Kondisi ini tidak terlepas adanya penduduk migran yang masuk ke daerah ini sebagai konsekuensi dari era otonomi, dimana daerah yang menjanjikan peluang kerja dan pendapatan akan menjadi tujuan migran Keadaan Perekonomian Kalimantan Timur Tahun Peranan Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB ADHB Sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global, berbagai indikator ekonomi dunia menunjukkan pergerakan positif. Situasi ini secara langsung memengaruhi pergerakan ekonomi nasional dan domestik. Provinsi Kalimantan Timur sebagai salah satu daerah yang mengandalkan kinerja komoditas ekspor primer khususnya ekspor batubara dan migas, ikut terkena dampak dari situasi eksternal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penciptaan nilai PDRB Kalimantan Timur yang terus meningkat. Pada periode tahun 2010, besaran PDRB Kalimantan Timur berada pada level 320,9 triliun rupiah, lebih tinggi dari capaian tahun-tahun sebelumnya. Pembangunan sektor pertanian melalui berbagai usaha intensifikasi dan usaha lain seperti ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi pembangunan pengairan serta perbaikan prasarana fisik telah memberikan hasil yang memuaskan. Nilai Tambah Bruto (NTB) pertanian mengalami peningkatan, walaupun peranan

40 29 Sektor Pertanian cenderung berfluktuatif dalam pembentukan PDRB dari tahun ke tahun selama periode (Lihat Tabel 1). Tabel 1. Persentase PDRB Kalimantan Timur ADHB menurut Lapangan Usaha di Kalimantan Timur Tahun Lapangan Usaha Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pertanian 6,99 6,36 5,29 5,41 5,78 4,93 5,95 5,86 Agriculture 6,99 6,36 5,29 5,41 5,78 4,93 5,95 5,86 Pertambangan dan Penggalian 37,92 39,61 42,54 41,89 42,94 46,06 45,84 47,88 Industri Pengolahan 36,58 36,68 36,60 35,98 33,63 33,03 27,42 24,74 Listrik dan Air Bersih 0,32 0,31 0,30 0,29 0,29 0,24 0,29 0,27 Bangunan 2,94 2,65 2,24 2,35 2,57 2,15 2,72 2,79 Manufacture 77,76 79,24 81,69 80,51 79,44 81,48 76,27 75,68 Perdagangan, Hotel dan Restauran 6,39 6,36 5,80 6,39 6,57 5,79 7,65 8,15 Pengangkutan dan Komunikasi 4,01 3,62 3,34 3,46 3,54 2,97 3,70 3,75 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,05 1,95 1,68 1,75 2,04 1,80 2,25 2,32 Jasa-Jasa 2,80 2,48 2,20 2,49 2,64 3,03 4,18 4,24 Services 15,25 14,40 13,03 14,09 14,79 13,59 17,78 18,46 Nilai PDRB tanpa Migas (Triliun) 46,25 53,61 68,11 82,23 98,01 134,23 154,10 187,88 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kontribusi Sektor Agriculture sebesar 6,99 persen dengan nilai nominal sebesar 7,44 triliun rupiah pada tahun 2003, sedangkan tahun 2010 peranan Sektor Agriculture mengalami penurunan menjadi sebesar 5,86 persen dengan nilai nominal sebesar 18,81 triliun rupiah. Sektor yang memegang peranan yang paling dominan adalah Sektor Manufacture, yaitu sebesar 77,76 persen pada tahun 2003 dan pada tahun 2010 sebesar 75,68 persen. Pada peringkat kedua adalah Sektor Services yaitu sebesar 15,25 persen pada tahun 2003 dan peranannya naik menjadi 18,46 persen pada tahun Pada Sektor Manufacture subsektor yang paling dominan peranannya adalah Subsektor Pertambangan dan Penggalian yang memberikan peranan lebih dari 40 persen.

41 30 Berdasarkan data PDRB menurut lapangan usaha utama, perekonomian Kalimantan Timur telah mengalami perubahan struktural yang sangat berarti. Pada awal tahun 2003, Sektor Pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan PDRB. Namun pada tahun 2010 peranan Sektor Pertanian mulai bergeser pada Sektor Industri dan Sektor Jasa-jasa. Selama periode tahun , penurunan peranan Sektor Pertanian disertai peningkatan Sektor Nonpertanian dalam pembentukan PDRB. Penurunan peranan Sektor Pertanian bukan berarti bahwa Sektor Pertanian tidak mengalami pertumbuhan, tetapi lebih disebabkan karena adanya pertumbuhan yang tinggi dari Sektor Nonpertanian. Hal ini, menunjukkan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah menunjukkan kearah industrialisasi yang cukup nyata Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur selama periode tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,44 persen pada tahun 2003 dan meningkat menjadi sebesar 10,79 persen pada tahun Rata-rata pertumbuhan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun mencapai sebesar 8,87 persen per tahun dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun yaitu sebesar 12,62 persen.

42 31 Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha di Kalimantan Timur Tahun Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Pertanian 2,87 2,55 3,55 1,79 2,91 1,49 2,91 Agriculture 2,87 2,55 3,55 1,79 2,91 1,49 2,91 Pertambangan, Penggalian, Listrik dan Air Bersih 11,34 15,69 10,26 8,01 11,09 9,94 13,82 Industri Pengolahan tanpa Migas 1,83 2,77 4,03 5,61 5,53 1,49 3,25 Bangunan 6,78 5,49 7,92 12,57 8,33 9,95 10,17 Manufacture 1,72 4,49 4,34 3,73 5,91 4,39 8,04 Perdagangan, Hotel dan Restauran 8,17 7,51 13,54 8,83 3,55 5,68 10,52 Pengangkutan dan Komunikasi 9,14 13,17 10,43 8,72 7,87 7,35 9,23 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11,52 7,02 9,27 15,72 9,72 8,95 9,18 Jasa-Jasa 3,50 5,14 3,99 4,67 7,62 5,26 7,50 Services 8,32 8,70 10,89 9,33 6,16 6,63 9,61 PDRB tanpa Migas 7,44 8,07 12,62 10,23 6,34 6,59 10,79 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, Pada periode ini pertumbuhan Sektor Pertanian mengalami fluktuasi kenaikan yang tidak begitu besar, yaitu mempunyai rata-rata pertumbuhan sebesar 2,58 persen per tahun. Sedangkan, pertumbuhan yang cukup baik diberikan oleh Sektor Jasa yaitu sebesar 8,52 persen per tahun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun yaitu sebesar 12,62 persen dan pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun Pertumbuhan dan peranan Sektor Jasa dalam perekonomian daerah yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan di Sektor Jasa. Sedangkan, Sektor Jasa itu sendiri sangat dipengaruhi oleh Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 10,20 persen per tahun dan pertumbuhan tertinggi pada tahun sebesar 15,72 persen dan laju pertumbuhan terkecil pada tahun sebesar 7,02 persen.

43 32 Banyak kalangan menilai, penurunan NTB Sektor Pertanian sebagai bukti gagalnya pembangunan Sektor A. Namun sebenarnya itu bukan merupakan masalah yang serius, karena dibalik pangsa NTB Sektor Pertanian yang semakin menurun itu, ternyata secara signifikan telah berhasil diimbangi oleh meningkatnya pangsa NTB pada sektor lain. Ternyata peranan Sektor Pertanian sangat nyata mendukung pertumbuhan Sektor Nonpertanian seperti Subsektor Industri Pengolahan yang memanfaatkan dan mengolah hasil pertanian dan juga Subsektor Perdagangan untuk komoditi hasil pertanian. Secara absolut maupun relatif, peningkatan laju Sektor Nonpertanian yaitu Sektor Jasa-jasa yang disertai penurunan pada Sektor Pertanian merupakan suatu bukti bahwa telah terjadi proses transformasi (pergeseran) secara struktural dalam perekonomian. Dalam hal ini Sektor Pertanian yang pada awalnya berperan sebagai sektor sentral dalam ekonomi secara bertahap kedudukannya mulai bergeser menjadi penopang pertumbuhan sektor lainnya dalam proses pertumbuhan ekonomi Keadaan dan Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kalimantan Timur Keadaan Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal Tabel 3 memberikan gambaran umum keadaan angkatan kerja di daerah perdesaan dan perkotaan di Kalimantan Timur selama periode tahun Dari Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa distribusi relatif angkatan kerja di perdesaan dan perkotaan mencerminkan distribusi penduduk usia kerja di Kalimantan Timur yang bekerja dan mencari pekerjaan. Pada tahun 2003

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian-pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan

Lebih terperinci

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA KETENAGAKERJAAN Pendekatan Labour Force : Seseorang masuk angkatan kerja adalah yang aktif secara ekonomi (mencari pekerjaan),

Lebih terperinci

Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Staistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 Ukuran

Lebih terperinci

Katalog BPS No

Katalog BPS No Katalog BPS No. 2302003.1218 KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012 Katalog BPS : 2302003.1218 No. Publikasi : 12182.12.007 Ukuran Buku : 13.50 X 19.50 Jumlah Halaman : v + 23 Naskah / Gambar Kulit : Seksi

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian. BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah struktur ekonomi yang berimbang, yaitu industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Untuk mencapai sasaran tersebut,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013

DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013 DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013 PUSAT DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2014 TIM PENYUSUN Pembina

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

STATISTIK PENGANGGURAN. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA

STATISTIK PENGANGGURAN.  BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA STATISTIK PENGANGGURAN 2001 2006 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA STATISTIK PENGANGGURAN 2001-2006 ISSN. No. Publikasi: Katalog BPS: Ukuran Buku: 21,5 cm x 29,5 cm Jumlah Halaman: 100 Halaman Naskah:

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KATALOG: 2303004.64 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR KEADAAN ANGKATAN KERJA KALIMANTAN TIMUR 2015 No. Publikasi: 64520.1603 No. ISSN: 9 772503 401004 Katalog BPS: 2303004.64 Ukuran Buku:

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 No. 064/11/63/Th. XIX, 06 November 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 Kalimantan Selatan mengalami TPT sebesar 4,77 persen. Jumlah angkatan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 41/11/64/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2012 tercatat sebanyak 1.777.381

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 76/11/19/Th.XIV, 7 November 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Agustus 2016 mencapai 705.173 orang, bertambah sebanyak 17.525 orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017 No. 24/05/14/Th.XVIII, 5 Mei 2017 Jumlah angkatan kerja (pekerja dan pengangguran) di Riau pada 2017 mencapai 3,13 juta orang, atau naik 150 ribu orang (5,03

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,22 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 28/05/33/Th.VI, 07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,88 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2012 mencapai 17,12 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.IX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,62 PERSEN Penduduk yang bekerja pada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan. batukota.bps.go.id

Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan. batukota.bps.go.id i Ringkasan Eksekutif KetenagakerjaanKota Batu 2015 ISSN. No. Publikasi :35792.15.01 KatalogBPS :4107.3579 UkuranBuku :15 cm X 21 cm JumlahHalaman: vii + 47 Halaman Pengarah: Sri Kadarwati, S.Si., MT (Kepala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,94 PERSEN No. 26/05/14/Th.XVII, 4 Mei 2016 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2016 mencapai 2.978.238 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H14084017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DEWI

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci