V. KESIMPULAW DAN SARAN

Transkripsi

1 V. KESIMPULAW DAN SARAN A. KES IMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapatlah ditarik kberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Seluruh bagian buah atung (bagian biji maupun bagian daging) mengandung zat antimikroba, namun bagian biji jauh lebih kuat (9.8 UIB) daripada daging buah (1.3 UIB). 2. Biji tua (14.7 UIB) mengandung zat a ntimikroba lebih kuat daripada bi ji muda ( 5.0 UIB). Bi j i segar ( 14.7 UIB ) mengandung zat antimikroba lebih kuat daripada biji simpan (9.8 UIB). ~iji tua baik segar maupun yang telah disimpan keduanya baik sebagai bahan untuk produksi bahan pengawet pangan. 3. Metode ekstraksi cara refluks heksan menghasilkan zat antimikroba lebih kuat (24.9 UIB) daripada rnetode maserasi metanol 100 % maserasi metanol 100 % metanol 80% (7.8 UIB). (9.8 UIB), kemudian metode lebih kuat dari refluks 4. Ekstrak etil asetat dari biji atung mempunyai spektrum daya antibakteri yang luas dan cukup kuat terhadap sembilan jenis bakteri yang mewakili bakteri pmbentuk dan non pembentuk spora, patogen

2 dan pembusuk, Gram positif dan Gram negatif serta bentuk batang dan kokus. 5. Daya antimikroba biji atung secara konsisten sangat kuat terhadap 6 jenis bakteri penting pada produk pangan: staphylococcus aureus, Salmonella enteritidis Salmonella typhimuricrm, ~scllerichia coli, Bacill us subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa, 6. Pemisahan secara kromatografi lapis tipis pengembang- an satu arah dengan beberapa sistem solven yaitu heksan : etil asetat = 8:2, heksan : metanol = 8:2, heksan : kloroform = 5:5, heksan : d ietil eter = 4:6, dan heksan : etil asetat = 7:3 menghasilkan 4 spot.. Fraksinasi kromatografi kolom dengan eluen berturut- turut yaitu heksan : etil asetat = 5:5; heksan : etil asetat = 2 : 8 dan etil asetat 100% menghasilkan 4 fraksi. Semua fraksi itu bekerja aktif antimikroba, namun fraksi ke-4 yang paling kuat antimikroba terha- dap 3 jenis bakteri yang diuji Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa. 7. Nilai MIC dari fraksi etil asetat untuk bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi- murium yaitu 0.75 %V/V. Sedangkan nilai MIC untuk bakteri pembus.uk Pseudomonas aeruginosa yaitu pada dosis 0.70 %V/V. ~ilai MIC dapat ditentukan dengan metode Plate Count maupun metode spektrofotometri dengan bacaan pada panjang gelombang 600 atau 540 nm.

3 8. Pola pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruqinosa dibawah dosis MIC memperlihatkan kurva pertumbuhan bakteri yang normal yaitu mula-mula mendatar (lag) kemudian menaik agak tajam (fase log) dan kemudian cenderung mendatar. Sedangkan pola inaktivasi bakteri diatas dosis MIC menghasilkan kurva sisa hidup bakteri (survivor curve ) berbentuk garis lurus, sesuai reaksi ordo pertama. 9. Laju inaktivasi bakteri Pseudomonas aeruginosa makin tinggi dengan dosis yang makin besar, yang dinyatakan dengan nilai parameter D yang makin kecil. 10. Parameter laju inaktivasi bakteri (nilai D) dapat dianalisa berdasarkan rumus umum (1): Dari rumus (1) telah dihasilkan 6 nilai D untuk Pseudomonas aeruginosa dari 6 perlakuan dosis fraksi etil asetat. 11. Parameter nilai Zd dapat dianalisa dari hubungan nilai D antar dosis inaktivasi bakteri berdasarkan rumus umum log D = log Dm - l/zd(d - dm).-----(2) Dari rumus (2) telah diperoleh nilai parameter Zd untuk Pseudomonas aeruginosa 0.32 %V/V atau 0.46 MIC

4 12. Dengan kondisi percobaan nilai D pada sembarang dosis dapat ditentukan dengan dua pilihan rumus operasional (3) dan (4). Berdasarkan satuan dosis %V/V digunakan rumus operasional (3) log D = d... (3) Berdasarkan satuan dosis MIC digunakan rumus operasional (4) log D = d...- (*)

5 B. SARAN Berdasarkan penelitian dan observasi lapangan disarankan perlunya dilakukan studi lanjutan tentang : 1. Identifikasi kimiawi terhadap komponen aktif dari fraksi terpilih terutama ekstrak etil asetat. 2. Stabilitas kerja antimikrobanya pada berbagai kondisi penyimpanan. 3. Sistem budidaya tanaman atung untuk mendukung produksi buah atuny dan p~-oduksi preparat aktif biji atung, serta memanf aatkannya untuk pengawetan berbagai jenis produk pangan. 4. Teknik produksi secara industri bahan pengawet pangan dari biji atung.