HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: PRIYANTO J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

2 i

3 ii

4 iii

5 HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA Abstrak Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja informal yang berisiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penggunaan alat pelindung mata sangat penting bagi para pekerja. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja yang masih belum mengenakannya saat bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di Kartasura. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Populasi penelitian sebanyak 100 pekerja, jumlah sampel yang diteliti 45 responden dengan teknik sampling kuota. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik korelasi Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan pekerja las home industry sebanyak 86,7% agak disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata pada saat melakukan kegiatan pengelasan. Pekerja las home industry di Kecamatan Kartasura sebanyak 53,3% tidak mengalami gangguan kesehatan mata. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,000) dengan nilai korelasi negatif sangat kuat (-0,969) antara tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di Kartasura. Kata kunci: Tingkat Kedisiplinan, Alat Pelindung Mata, Gangguan Kesehatan Mata Abstract Welding workshop is one of the informal work is at risk for accidents and occupational diseases. The use of eye protection is very important for workers. However, in reality there are many workers who still do not wear it to work. The purpose of this study was to determine the relationship of disicipline level of use eye protective equipment with eye health disorders in home industry welding workers at Kartasura. This type of research is an analytic observational study. The research population are 100 workers, the number of samples studied are 45 respondents with quota sampling technique. Data analysis technique performed with Spearman Rho correlation statistic test. The result showed home industry welding workers are 86.7% rather discipline in the use of eye protection equipment when conducting welding activities. Home industry welding workers in Sub district Kartasura are 53.3% had no eye health disorders. There is a significant correlation (p = 0.000) with a very strong negative correlation (-0.969) between the discipline level of use eye protective equipment with eye health disorders in home industry welding workers at Kartasura. Keywords: Discipline Level, Eye Protective Equipment, Eye Health Disorders. 1. PENDAHULUAN Pekerja pengelasan menduduki peringkat kedua dalam hal proporsi pekerja yang mengalami cidera mata. Selain itu, dari sejumlah kejadian injury mata yang telah disebutkan, 1

6 yaitu sekitar 1390 kasus eye injury disebabkan karena pajanan bunga api pengelasan dan mengakibatkan welder s flash (photokeratitis) (BLS, 2012 dalam Harris, 2011). Berdasarkan data BLS dalam Goff (2006) menyatakan bahwa sekitar dua juta pekerja berhubungan dengan pengelasan dan sekitar mengalami injury mata serta mengakibatkan hilangnya 1400 hari kerja. Salah satu home industry pengelasan yaitu di wilayah kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Tempat pengelasan ini terdiri dari beberapa home industry kecil milik perseorangan dan telah lama beroperasi. Industri pengelasan ini termasuk kriteria sektor informal. Penggunaan alat pelindung mata sangat penting bagi para pekerja, terutama untuk mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja yang masih belum mengenakannya saat bekerja. Rendahnya tingkat kedisiplinan dalam menggunakan Alat Pelindung Mata (APM) biasanya menunjukkan sistem manajemen keselamatan yang gagal, terbatasnya faktor stimulan pimpinan, keterbatasan sarana, rendahnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan kerja dan lain-lain (Liswanti, dkk., 2015). Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan peneliti, dari 10 pekerja las yang diamati, 8 pekerja las tidak menggunakan APM pada waktu melakukan pengelasan. Hal ini tentu saja sangat membahayakan kesehatan pekerja las tersebut. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pekerja home industry pengelasan di Kartasura alasan mereka tidak mau menggunakan APM karena mereka malas untuk memakainya, ada juga yang beralasan memakai APM terlalu ribet. Dari hasil wawancara juga diketahui keluhan gangguan kesehatan mata yang dirasakan pekerja las setelah melakukan pengelasan seperti penglihatan menjadi kabur, mata terasa ada yang mengganjal, mata mengeluarkan air dan ketajaman mata menjadi berkurang. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di Kartasura. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di Kartasura. Tujuan khususnya adalah 1) untuk menilai dan menganalisis tingkat kedisplinan dalam pemakaian alat pelindung mata pada pekerja tukang las, 2) untuk menilai dan menganalisis gangguan kesehatan mata yang terjadi pada pekerja tukang las, dan 3) untuk menganalisis hubungan tingkat kedisplinan dengan gangguan kesehatan mata yang terjadi pada pekerja tukang las di wilayah Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. 2

7 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di 37 bengkel pengelasan informal di wilayah Kecamatan Kartasura, Sukoharjo pada bulan Juli tahun Populasi dalam penelitian ini merupakan 100 pekerja sebagai tukang las di 37 bengkel pengelasan di wilayah Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan, didapatkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu berjumlah 45 responden pekerja las. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan alat ukur observasi dan checklist. Variabel terikat yaitu gangguan kesehatan mata dengan alat ukur kuesioner dan wawancara. Variabel lain yang memiliki potensi mengganggu (mempengaruhi) hasil penelitian terdiri dari umur, masa kerja, pendidikan dan riwayat penyakit. Analisa data dilakukan dengan uji statistik, korelasi Spearman Rho ( ) menggunakan program statistik pada komputer. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu: Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian Ha ditolak. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian Ha diterima. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gangguan Kesehatan Mata Berdasarkan hasil penelitian, pekerja las yang mengalami gangguan kesehatan mata ringan sebanyak 18 orang (40%), gangguan kesehatan mata sedang sebanyak 3 orang (6,7%), dan responden yang tidak mengalami gangguan kesehatan mata sebanyak 24 orang (53,3%). Pada penelitian ini, sebagian besar pekerja las home industry di Kecamatan Kartasura tidak mengalami gangguan kesehatan mata. Pekerja las home industry rentan terhadap gangguan kesehatan mata. Menurut ICNIRP 14 (2007) mata adalah organ yang paling sensitive terhadap sinar UV. Pajanan UV terhadap mata berhubungan dengan berbagai macam gangguan, termasuk kerusakan pada kelopak mata, kornea, lensa, dan retina. Mata, yang terletak di bagian belakang kelopak mata, tersembunyi ke dalam alur wajah. Hal inilah yang membuat mata terlindungi terhadap sinar 3

8 UV dari beberapa arah. Namun, mata pun tidak terlindungi dengan baik terhadap sinar UV yang berasal dari arah depan dan dari arah samping. Pratiwi, dkk. (2015: 140) menyebutkan gangguan kesehatan mata yang sering terjadi pada pekerja las saat melakukan pekerjaan pengelasan, antara lain: penglihatan kabur, mata merah, mata terasa gatal, mata terasa pedih, mata bengkak, sakit kepala di daerah atas mata, mata seperti kemasukan pasir/ kelilipan, mata terasa berair, mata terasa sakit, katarak dan pernah terpercik api las listrik. 3.2 Keterkaitan Umur Responden dengan Persentase Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Home Industry di Kecamatan Kartasura Berdasarkan hasil penelitian, responden pada kelompok umur kurang dari 34 tahun sebanyak 16 orang (35,6%), kelompok umur tahun sebanyak 15 orang (33,3%), kelompok umur tahun sebanyak 8 orang (17,8%), dan kelompok umur tahun sebanyak 6 orang (13,3%). Pada penelitian ini, sebagian besar pekerja las home industry di Kecamatan kartasura masih berusia muda kurang dari 34 tahun. Secara alamiah dengan bertambahnya umur yang semakin tua, ketajaman penglihatan akan semakin berkurang. Penelitian dari Lestari, dkk. (2013) menyatakan bahwa manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas pada usia 20 tahun sedangkan pada usia kurang dari 40 tahun kebutuhan cahaya yang diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan usia 45 tahun karena pada usia tahun lensa akan kehilangan kekenyalannya sehingga semakin tua usia seseorang maka daya akomodasi mata akan semakin menurun. Hasil crosstab umur dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura, diperoleh hasil sebagian besar pekerja las yang berusia kurang dari 34 tahun tidak ada gangguan kesehatan mata sebanyak 16 responden (35,6%). Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan gangguan kesehatan mata. Semakin bertambah usia pekerja las home industry maka gangguan kesehatan mata semakin berat. Teori yang disampaikan Yuni dalam Rinawati, dkk. (2015) menunjukkan semakin bertambahnya umur seseorang maka akan diikuti dengan penurunan tajam penglihatan. Gangguan kesehatan mata seperti penurunan ketajaman mata pada manusia salah satunya dipengaruhi oleh umur. Semakin lanjut usia pekerja semakin menurun tingkat ketajaman penglihatan mata seseorang. Hasil penelitian terkait tingkat ketajaman mata tidak hanya disebabkan oleh adanya pajanan pekerja melakukan pengelasan, melainkan juga dapat 4

9 disebabkan oleh usia pekerja itu sendiri, sehingga hasil penelitian ini dapat terganggu dari adanya faktor usia pekerja las. 3.3 Keterkaitan Masa Kerja dengan Persentase Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Home Industry di Kecamatan Kartasura Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 32 orang (71,1%), dan kelompok masa kerja 1-5 tahun sebanyak 13 orang (28,9%). Pada penelitian ini, sebagian besar pekerja las home industry di Kecamatan kartasura memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Masa kerja mempengaruhi perubahan fisiologi jaringan, termasuk didalamnya menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mata pada pekerja las karena dengan adanya kontak yang terus menerus dan berlangsung lama terhadap organ penglihatan dapat mengakibatkan stress pada alat penglihatan dan dapat menimbulkan kelelahan pada otot mata dan otot akomodasi, yang keduanya akan menyebabkan gangguan kesehatan mata. Bagi tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama, berarti telah mempunyai waktu yang lama pula dalam melaksanakan pekerjaannya. Tenaga kerja yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih berrisiko mengalami penurunan efisiensi penglihatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Nova (2012) dimana gangguan kesehatan yang dialami pekerja canting batik disebabkan diantaranya masa kerja pekerja canting batik yang rata-rata 6 tahun 9 bulan. Menurut Pratiwi, dkk. (2015), masa kerja merupakan kondisi yang akan mempengaruhi lamanya keterpaparan mata pekerja las dengan sinar maupun asap yang ditimbulkan oleh pekerjaan las listrik. Semakin lama masa kerja pekerja las listrik dalam menekuni pekerjaannya, maka secara otomatis pajanan sinar maupun asap yang dihasilkan las listrik terhadap mata juga semakin membahayakan. Masa kerja juga dapat memberikan dampak positif bagi pekerja dalam memahami bahaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilakukannya. Pengalaman negatif selama bekerja dapat membuat individu berhati-hati jika melakukan pelanggaran berulang. Masa kerja merupakan faktor penting yang menentukan kejadian gangguan kesehatan mata pada pekerja las. Paparan yang terus menerus dalam jangka waktu lama akan memberikan efek dan dampak yang berbeda jika dibandingkan dengan paparan yang terjadi dalam jangka pendek. Semakin lama mata terkena paparan, maka akan semakin berrisiko mengalami gangguan kesehatan. 5

10 Hasil crosstab masa kerja dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura, diperoleh hasil pekerja las yang memiliki masa kerja 1-5 tahun memiliki gangguan kesehatan mata sebanyak 13 responden (28,9%), dan pekerja las yang memiliki masa lebih dari 5 tahun memiliki gangguan kesehatan mata sebanyak 32 responden (71,1%). Dari data tersebut, dapat diketahui responden yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun, lebih banyak mengalami gangguan kesehatan mata yaitu sebanyak 32 responden (71,1%). Hal ini berarti ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan kesehatan mata yang terjadi pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura. Semakin lama masa kerja pekerja las, maka semakin berat gangguan kesehatan mata yang dialami. Sejalan dengan hasil penelitian dari Setyaningsih, dkk (2007) bahwa masa kerja dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pekerja las. Perbedaan masa kerja pekerja las turut mengurangi ketajaman penglihatan mata pekerja, bila tidak menggunakan APM. Masa kerja yang baru dan yang lama, mempunyai perbedaan dampak radiasi sinar Ultra Violet, sehingga pengukuran tingkat ketajaman penglihatan mata bisa saja disebabkan oleh masa kerja. Hal ini sesuai dengan Pratiwi, dkk. (2015) bahwa las listrik merupakan kegiatan yang menghasilkan pancaran sinar las listrik, sebagai pekerja las listrik, pancaran sinar las listrik menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Pancaran sinar las listrik merupakan unsur fisik yang dapat menyebabkan trauma pada mata. Semakin lama terpapar sinar las listrik, mata akan berpotensi mengalami gangguan. Lestari, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan masa kerja pekerja dengan ratarata di atas 3 tahun akan berrisiko terhadap kesehatan pekerja dikarenakan umur pengrajin yang semakin bertambah dan juga mata yang dituntut untuk terus terakomodasi maka akan menyebabkan ketegangan otot-otot mata sehingga dapat menimbulkan mata lelah. 3.4 Keterkaitan Tingkat Pendidikan dengan Persentase Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Home Industry di Kecamatan Kartasura Berdasarkan hasil penelitian, responden pada kelompok tingkat pendidikan SMP dan sederajat sebanyak 24 orang (53,3%), dan kelompok tingkat pendidikan SMA dan sederajat sebanyak 21 orang (46,7%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja las home industry di Kecamatan Kartasura memiliki tingkat pendidikan SMP dan sederajat. Menurut Notoatmodjo dalam Maloring, dkk. (2014) pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang setelah melakukan 6

11 pengideraan terhadap objek tertentu. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat. Pendidikan merupakan sarana yang digunakan oleh seorang individu agar nantinya mendapat pemahaman terkait kesadaran kesehatan. Kebanyakan orang menilai apabila seseorang itu mendapat proses pendidikan yang baik dan mendapat pengetahuan kesehatan yang cukup maka ia juga akan mempunyai tingkat kesadaran kesehatan yang baik pula. Dengan begitu maka diharapkan pada nantinya orang tersebut akan menerapkan pola hidup sehat dalam hidupnya dan bisa menularkannya ke orang-orang di sekitarnya (Sriyono, 2015). Hasil crosstab tingkat pendidikan dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura, diperoleh hasil pekerja las yang memiliki tingkat pendidikan SMA dan sederajat sebanyak 21 pekerja (46,7%), dan pekerja las yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan sederajat sebanyak 24 pekerja (53,3%). Data tersebut menunjukkan sebagian besar pekerja memiliki latar pendidikan SMP dan sederajat, Dari hasil tersebut dapat ditunjukkan semakin rendah tingkat pendidikan pekerja las, maka semakin berat gangguan kesehatan mata. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan gangguan kesehatan mata yang terjadi pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura. Tenaga yang tidak memiliki pendidikan dan pengetahuan yang memadai akan melakukan pekerjaan dengan tidak hati-hati dimana dalam pengerjaannya dapat membahayakan dirinya sendiri. Tingkat pendidikan yang rendah tidak akan memahami pentingnya penggunaan APM, sehingga hasil pengukuran tingkat ketajaman mata pekerja juga dapat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan pekerja tersebut. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian dari Munthe, dkk. (2014) yang menunjukkan tingkat pendidikan responden hampir sebagian besar tamat SD. Hal tersebut berhubungan dengan tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah. Pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan responden mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi untuk menggunakan APD saat bekerja. Salawati (2015) dalam penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung mata. Adanya tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan pengetahuan akan pentingnya alat pelindung mata bagi pekerja las juga 7

12 rendah. Pekerja las yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah tentang pemakaian alat pelindung mata, maka dalam melakukan pengelasan para pekerja tidak menggunakan alat pelindung mata sehingga menyebabkan perih pada mata, karena kurangnya pengetahuan pekerja akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri pada mata maka pekerja sering mengalami mata merah, pedih pada mata. Untuk itu pekerja las perlu diberikan penyuluhan tentang bahaya tidak menggunakan alat pelindung mata dan tempat kerja disediakan poster, leaflet penyakit mata akibat tidak menggunakan alat pelindung mata. 3.5 Keterkaitan Riwayat Penyakit Mata dengan Persentase Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Home Industry di Kecamatan Kartasura Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pekerja las yang tidak ada riwayat penyakit mata sebanyak 23 orang (51,1%), dan kelompok responden yang ada (memiliki) riwayat penyakit mata sebanyak 22 orang (48,9%). Pada penelitian ini, sebagian besar pekerja las home industry di Kecamatan Kartasura tidak ada riwayat penyakit mata. Riwayat penyakit (history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (Murti, 2010). Riwayat penyakit sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit, termasuk penyakit mata. Sebagaimana biasanya diperlukan riwayat penyakit deskripif dan kronologis, ditanya pula faktor yang mempercepat penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi keluhan penderita (Nugroho, 2009). Hasil crosstab riwayat penyakit mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di wilayah Kecamatan Kartasura, diperoleh hasil pekerja las yang ada riwayat penyakit mata sebanyak 22 pekerja (48,9%), dan pekerja las yang tidak ada riwayat penyakit mata sebanyak 23 pekerja (51,1%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan pekerja las yang ada dan tidak ada riwayat penyakit mata sama-sama memiliki peluang dengan gangguan kesehatan mata. Seperti hasil penelitian dari Pratiwi, dkk. (2015) pekerja las listrik secara keseluruhan pernah mengalami gangguan kesehatan mata akibat proses pengelasan atau bahkan dampak efek jangka panjang dari terpaparnya mata dengan sinar infra merah atau ultraviolet dari proses pengelasan. Dari hasil penelitian Pratiwi, dkk. (2015) juga menunjukkan tidak ada pekerja las yang mengalami gangguan kesehatan mata berupa katarak. Hal ini disebabkan faktor keturunan 8

13 atau genetika merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit mata katarak. Jika salah satu keluarga mempunyai riwayat terkena penyakit mata katarak, maka orang yang masih ada hubungan darah, akan terkena penyakit mata katarak juga. Dalam hal ini ada peran kromosom yang menjadi sebabnya, karena kromosom mampu mempengaruhi kualitas lensa mata. 3.6 Hubungan Tingkat Kedisplinan Pemakaian Alat Pelindung Mata dengan Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Home Industry di Kecamatan Kartasura Berdasarkan hasil penelitian tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata yang telah dilakukan pada 45 responden, responden yang tidak disiplin dalam melakukan pemakaian alat pelindung mata sebanyak 3 orang (6,7%), responden yang agak disiplin melakukan pemakaian alat pelindung mata sebanyak 39 orang (86,7%), dan pekerja las yang disiplin melakukan pemakaian alat pelindung mata sebanyak 3 orang (6,7%). Sebagian besar pekerja las home industry agak disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata pada saat melakukan kegiatan pengelasan yaitu sebanyak 39 orang (86,7%). Menurut Tarwaka (2014) alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll. Syarat dasar dari APD mata paling tidak harus memenuhi kriteria (1) memenuhi terhadap kriteria bahaya yang ada, (2) nyaman dipakai di mata atau muka, (3) tidak menghalangi pandangan atau gerakan pandangan, (4) mudah dibersihkan dan tidak beracun, (5) tahan terhadap beban untuk melindungi mata, (6) dapat dipakai bersama sama dengan APD lain yang diperlukan dan (7) apabila pekerja memakai kacamata ukuran maka APD mata dan muka harus disesuaikan berdasarkan ukuran lensa maupun ukuran kacamata (Solichin, dkk., 2014). Kedisiplinan tenaga kerja dalam menggunakan APD, berawal dari rasa kesadaran tenaga kerja sendiri, pihak perusahaan telah berulang kali mengingatkan, namun jika tenaga kerja tidak memiliki kesadaran bahwa penggunaan APD itu penting, untuk mencegah penyakit-penyakit yang akan timbul dikemudian hari, pasti akan sulit, memang biasanya penyakit-penyakit tersebut akan timbul dikemudian hari, biasanya akan timbul setelah ia berhenti bekerja (kronis) (Sari, 2010). Pada kenyataannya, masih ada pekerja yang kurang disiplin dan bahkan beberapa pekerja las yang masih belum memakai alat pelindung mata ini 9

14 karena merasa ketidaknyamanan dalam bekerja. Pemakaian alat pelindung mata memerlukan ketelatenan dan pembiasaan diri. Oleh karena itu pekerja las home industry perlu memakai alat pelindung mata agar pekerja terhindar dari pajanan sinar tampak, sinar inframerah dan sinar ultaviolet yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mata. Hasil crosstab tingkat kedisplinan dengan gangguan kesehatan mata menunjukkan pekerja las yang tidak disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata sebanyak 3 pekerja (6,7%), pekerja las yang agak disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata sebanyak 39 pekerja (86,7%), dan pekerja las yang disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata sebanyak 3 pekerja (6,7%). Dari hasil uji korelasi Spearmon Rho diketahui nilai Sig. kurang dari 0.05 dan koefisien korelasi sebesar -0,969, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan negatif sangat kuat antara tingkat kedisiplinan dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las di wilayah Kecamatan Kartasura. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Pratiwi, dkk. (2015) yang menunjukkan ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri (APD) kacamata las listrik dengan kejadian gangguan kesehatan mata pada pekerja las listrik. Secara keseluruhan pekerja las listrik pernah mengalami gangguan kesehatan mata pada saat setelah proses pengelasan. Namun, semakin tidak disiplin semakin sering mengalami gangguan kesehatan mata. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian dari Alfanan (2014) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las. Pemakaian alat pelindung mata merupakan faktor yang memengaruhi ketajaman penglihatan pegawai bengkel las. Sementara penelitian dari Asrini (2013) juga menunjukkan hasil yang sama, dimana pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak sering mengalami gangguan kesehatan baik gangguan mata, pernapasan, maupun kulit. Kedisiplinan pekerja las dalam pemakaian alat pelindung mata dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian dari Liswanti (2015) menunjukkan bahwa kepatuhan penggunaan APD dapat terbentuk atau dibentuk tetapi harus didukung oleh berbagai faktor diantaranya faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor penguat sehingga perilaku yang baik bukan merupakan suatu kebetulan, perilaku yang baik dibangun pada suasana lingkungan dan daya dukung yang baik pula. Kepatuhan penggunaan APD yang baik akan meningkatkan status kesehatan. Sementara hasil penelitian dari Pratiwi (2015) menunjukkan bahwa kejadian tingkat disiplin yang rendah pada pekerja las listrik dalam memakai alat pelindung diri dapat 10

15 dipengaruhi banyak hal, antara lain tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pengetahuan yang rendah, bahkan dapat disebabkan oleh karena tidak tersedianya alat pelindung yang seharusnya. Tingkat pendidikan yang rendah dan didukung dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula dapat menyebabkan pekerja las listrik merasa tidak perlu memakai APM. 4. PENUTUP Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pekerja las home industry sebanyak 86,7% agak disiplin dalam pemakaian alat pelindung mata pada saat melakukan kegiatan pengelasan. Pekerja las home industry sebanyak 53,3% di Kecamatan Kartasura tidak mengalami gangguan kesehatan mata. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,000) dengan nilai korelasi negatif sangat kuat (-0,969) antara tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata dengan gangguan kesehatan mata pada pekerja las home industry di Kartasura. Artinya semakin tinggi tingkat kedisiplinan pekerja las semakin rendah gangguan kesehatan mata atau sebaliknya. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan di atas adalah Pemilik home industry pengelasan sehubungan gangguan kesehatan mata, harus menyediakan kacamata, dan kop las, agar dapat digunakan oleh pekerja las. Pemilik juga harus melakukan pengawasan APM secara ketat kepada semua pekerja las, sehingga keselamatan dan keamanan kerja bagi pekerja las dapat benar-benar terlindungi. Pekerja las diharapkan meningkatkan kedisiplinan kerja, dengan memakai APD khususnya alat pelindung mata, terutama pada saat mengerjakan pekerjaan las. Bagi Dinas Departemen Ketenagakerjaan, petugas Depnaker di Kabupaten Sukoharjo hendaknya melakukan pengawasan dengan kontrol langsung ke industri las, agar pekerja las mendapatkan jaminan keselamatan dan keamanan kerja. Bagi instansi kesehatan, petugas instansi kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kartasura hendaknya melakukan kontrol kesehatan langsung ke industri las dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara rutin agar pekerja las dapat mengetahui dan menyadari ada tidaknya gangguan kesehatan mata yang dialami pekerja las. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh kedisiplinan pemakaian alat pelindung mata terhadap gangguan kesehatan mata dengan mengendalikan variabel pengganggu seperti waktu papar, kelainan refraksi, radiasi las, kekuatan penerangan atau pencahayaan, dan standar pemakaian APM. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menambah variabel yang dapat mempengaruhi gangguan kesehatan mata, seperti konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 11

16 PERSANTUNAN Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Allah SWT, bapak dan ibu yang telah senantiasa mendoakan tanpa lelah untuk penulis. Kakak, adik dan teman-teman yang selalu mendukung penulis. Serta bapak Tarwaka PGDip. Sc., M.,Erg., yang telah memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. DAFTAR PUSTAKA Alfanan, A Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Mata Terhadap Ketajaman Penglihatan Pegawai Bengkel Las di Wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Jurnal Medika Respati, Vol. 9, No. 3, hlm Asrini Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Gangguan Kesehatan Pekerja Industri Meubel di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. KIM Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Vol. 1, No. 1 (2013). Goff, T "Flexible Welding Protection", Occupational Health & Safety, Vol. 75, No. 9, pp Harris, P. M Workplace Injuries Involving the Eyes, United States: Bureau Labor Statistic. International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) 14: Protecting Workers From Ultra Violet Radiation. 19 April Lestari, S., Naria, E., dan Dharma, S Hubungan Karakteristik dan Lingkungan Fisik Rumah dengan Keluhan Kesehatan Mata Pengrajin Ulos di Kelurahan Kebun Sayur Kecamatan Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun Jurnal Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Vol. 2, No. 3, hal Liswanti, Y., Raksanagara, A.S., dan Yunita, S Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Serta Kaitannya Terhadap Status Kesehatan Pada Petugas Pengumpul Sampah Rumah Tangga di Kota Tasikmalaya Tahun Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, Vol. 13, No. 1, hlm Maloring, N., Kaawoan, A., dan Onibala, F Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Perawatan pada Pasien Post Operasi Katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara. Jurnal Keperawatan, Vol. 2, No. 2 (2014). Munthe, Eva L., Suradi, Surjanto, E., dan Yunus, F Dampak Pajanan Asap Lilin Batik (Malam) terhadap Fungsi Paru dan Asma Kerja pada Pekerja Industri Batik Tradisional. J Respir Indo, Vol. 34 No. 3 Juli 2014, hal Murti, Bhisma Riwayat Alamiah Penyakit. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Notoatmojo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 12

17 Nova, Septi Perbedaan Jarak Pandang Pekerja Canting Batik pada Beberapa Waktu Kerja di Kampung Batik Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Nugroho, Hengki D.E Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja di Laboratorium PT. Polypet Karyapersada Cilegon. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Pratiwi, Y. S., Widada, W., dan Yulis, Z.E.A Gangguan Kesehatan Mata Pada Pekerja Di Bengkel Las Listrik Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 5, No. 2, hlm Rinawati, S., Utari, S., dan Sumardiyono Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta Antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga. Seminar Nasional, Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September Salawati, L Analisis Penggunaan Alat Pelindung Mata Pada Pekerja Las. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Volume 15, Nomor 3, hlm Sari, R.Y.N.I Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memberikan Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Ruang Cetak PT. Air Mancur Palur. Laporan Khusus. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Setyaningsih, dkk Perbedaan Gangguan Penglihatan Akibat Radiasi Berdasarkan Kebiasaan Pemakaian Kacamata Las dan Karakteristik Pekerja Las Sektor Informal. Laporan Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. (Tidak dipublikasikan) Solichin, Endarto, F.E.W., dan Ariwinanti, D Penerapan Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri) pada Laboratorium Pengelasan. Jurnal Teknik Mesin, Tahun 22, No. 1, April Sriyono Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Masyarakat Tentang Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat. Faktor Exacta, 8(1): 79-91, Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarwaka Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menajemen dan Implementasi K3 di Tempat Keja. Surakarta : Harapan Press 13

HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA LAS HOME INDUSTRY DI KARTASURA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan dari seseorang yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri saat ini makin berkembang, dari satu sisi memberi dampak positif berupa luasnya lapangan kerja yang tersedia dan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor manusia, peralatan pendukung keselamatan, dan juga sistem manajemen keselamatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS Liza Salawati Abstrak. Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja informal yang berisiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER

GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER Yunita Satya Pratiwi* Wahyudi Widada* Zuhrotul Eka Yulis A.* ABSTRACT *Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RAKHILLA PINASTI 1) ANDIK SETIYONO 2) ANTO PURWANTO 3) Students of the Faculty of Occupational

Lebih terperinci

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan ABSTRAK Sidik Abdul Azis, R0211046, 2015. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD Masker dengan Kedisiplinan Penggunaannya pada Pekerja Bagian Sewing Garmen di PT. Dan Liris, Sukoharjo, Diploma 4 Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat 70% penduduk bekerja di sektor informal dan 30% bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset perusahaan.undang-undang

Lebih terperinci

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN Nur Najmi Laila Program Studi Kesehatan Masyarakat,Fakutas Kedokteran dan Ilmu

Lebih terperinci

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KENYAMANAN PEKERJA DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI BENGKEL LAS LISTRIK KECAMATAN AMUNTAI TENGAH KABUPATEN HSU TAHUN 2016 Gusti Permatasari, Gunung Setiadi,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA Azir Alfanan ABSTRAK Latar Belakang : Ketajaman penglihatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Fajar Fatkhur Rohman J Disusun oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Fajar Fatkhur Rohman J Disusun oleh : HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN KACAMATA LAS DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA PENGELASAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Fajar Fatkhur Rohman

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEKERJA LAS DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MATA. Di Industri Pengelasan Wilayah Kabupaten Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEKERJA LAS DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MATA. Di Industri Pengelasan Wilayah Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEKERJA LAS DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MATA Di Industri Pengelasan Wilayah Kabupaten Ponorogo Oleh : LAILATUL FAIZAH NIM 14612614 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan industri ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting industri pengelasan.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu Knowledge and Attitudes Workers in the use of Personal Protective Equipment

Lebih terperinci

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK DI RUMAH SAKIT BAPTIS KOTA KEDIRI Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah di bidang kesehatan keselamatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, yang merupakan beban tambahan dari seseorang yang sedang

Lebih terperinci

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2 Desember 2017

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2 Desember 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata pada Pekerja Las Industri Kecil di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjab Barat Tahun 2017 1 Putri Sahara Harahap, 2 Irwandi Rachman, 3 Firdaus Simanjuntak

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Septi Nova Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Email : septinova10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil, perlu diperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerjanya. Terdapat peraturanperaturan yang mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI KOTA MANADO Raudhah Nur Amalia Makalalag*, Angela

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu aspek perkembangan teknologi ini ditandai dengan adanya permainan audiovisual

Lebih terperinci

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

Lebih terperinci

GAMBARAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS DI BEBERAPA TEMPAT LAS DI KOTA MANADO Dewina Tipagau*, Woodford B. S. Joseph*, Jootje M. L.

GAMBARAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS DI BEBERAPA TEMPAT LAS DI KOTA MANADO Dewina Tipagau*, Woodford B. S. Joseph*, Jootje M. L. GAMBARAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS DI BEBERAPA TEMPAT LAS DI KOTA MANADO Dewina Tipagau*, Woodford B. S. Joseph*, Jootje M. L. Umboh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu Compliance Use of Personal Protective Equipment in Las Workers in Indramayu Riyan Suprianto, Aman Evendi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Hubungan Pemakaian Kacamata Las dengan Terjadinya Gangguan Mata pada Pekerja Bengkel Las

Hubungan Pemakaian Kacamata Las dengan Terjadinya Gangguan Mata pada Pekerja Bengkel Las Hubungan Pemakaian Kacamata Las dengan Terjadinya Gangguan Mata pada Pekerja Bengkel Las Putri Permatasari 1, Janet Wulandari2 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Lebih terperinci

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2014 Meisye S. Hanok*, Budi T. Ratag*, Reiny A. Tumbol** *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang *) **) Sari Eka Wahyuni *),Bina Kurniawan **), Ekawati **) Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

GEJALA FOTOKERATITIS AKUT AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET (UV) PADA PEKERJA LAS DI PT. PAL INDONESIA SURABAYA

GEJALA FOTOKERATITIS AKUT AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET (UV) PADA PEKERJA LAS DI PT. PAL INDONESIA SURABAYA GEJALA FOTOKERATITIS AKUT AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET (UV) PADA PEKERJA LAS DI PT. PAL INDONESIA SURABAYA The Acute Photokeratitis Symptoms Due Ultraviolet (UV) Radiation on Welder atpt. PAL IndonesiaSurabaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG Bella Sovira *), Nurjanah, S.KM, M.Kes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

FAJAR FATKHUR ROHMAN J

FAJAR FATKHUR ROHMAN J HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN KACAMATA LAS DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA PENGELASAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DENGAN PENGGUNAAN SUMBAT TELINGA (EAR PLUG) PADA PEKERJA PANDE ALUMUNIUM DI DESA KEMBANG KUNING KABUPATEN BOYOLALI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DENGAN PENGGUNAAN SUMBAT TELINGA (EAR PLUG) PADA PEKERJA PANDE ALUMUNIUM DI DESA KEMBANG KUNING KABUPATEN BOYOLALI PERBEDAAN TEKANAN DARAH DENGAN PENGGUNAAN SUMBAT TELINGA (EAR PLUG) PADA PEKERJA PANDE ALUMUNIUM DI DESA KEMBANG KUNING KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J HUBUNGAN PERSEPSI RISIKO KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) DENGAN KEDISIPLINAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI JALUR 1 DAN 2 PT WIKA BETON BOYOLALI Tbk. ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan kondisi yang bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal ini sangat penting bagi perlindungan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA KEMBANG SARI KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Heidy Manggopa*, Paul A.T.

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja adalah suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal Isna Farikha Masrurin 1*, Binti Mualifatul R. 2, Am Maisarah D. 3 Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SANTI EKASARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr. HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI Oleh Rizqi Fitria Prakasiwi NIM 052110101053

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anynomous Eye Injuries; Research On Eye Injuries Reported by Scientists at National Taiwan University. Medical Sciences, 852.

DAFTAR PUSTAKA. Anynomous Eye Injuries; Research On Eye Injuries Reported by Scientists at National Taiwan University. Medical Sciences, 852. DAFTAR PUSTAKA A. M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. A. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. A. Sri

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DENGAN KESADARAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN OPERATOR JAHIT CV

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DENGAN KESADARAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN OPERATOR JAHIT CV HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DENGAN KESADARAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN OPERATOR JAHIT CV. MAJU ABADI GARMENT SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Kerja yaitu bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit

Lebih terperinci

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN USIA DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KOTA MANADO TAHUN 2017 Made Ayu Sawitri*, Grace D. Kandou*, Rahayu

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J HUBUNGAN PERSEPSI RISIKO KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) DENGAN KEDISIPLINAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA BAGIAN PRODUKSI JALUR 1 DAN 2 DI PT WIKA BETON BOYOLALI Tbk. Skripsi ini

Lebih terperinci

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERKAIT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UBUD I GIANYAR BALI N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2 1 Program

Lebih terperinci

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration i i Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Denty Rosalin R.0011030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nina Aditya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2015 Ramdhania Ayunda Martiani

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG Zamahsyari Sahli 1) Raisa Lia Pratiwi 1) 1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Praktikum Pengelasan (Studi Kasus: di Welding Centre Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya) Retno Ningsih, Ayu Raisa Azhar, M. Puspita Adi Paripurno

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 PEKERJA KELUARGA KOMUNITAS/ WILAYAH Penyebab Kematian yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 1999) Kanker 34% 5% 15% Kecelakaan 25% 34% Peny. Sal. Pernafasan Khronis 21%

Lebih terperinci

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERKULOSIS TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS ATAPUPU KABUPATEN BELU RELATIONSHIP BETWEEN PATIENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO THE

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEJADIAN FOTOFOBIA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT. Oleh : DEDI IMANUEL DEPARI

HUBUNGAN KEJADIAN FOTOFOBIA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT. Oleh : DEDI IMANUEL DEPARI HUBUNGAN KEJADIAN FOTOFOBIA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT Oleh : DEDI IMANUEL DEPARI 120100247 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Kenyamanan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bangunan di Sebuah Perusahaan Konstruksi di Bandung Tahun 2017

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 I KADEK DWI ARTA SAPUTRA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Vondra Anggi Saputro J410 110 057

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian katarak yang cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi katarak tertinggi di

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO TAHUN 2017 Rianty Rahalus*, Afnal Asrifuddin*, Wulan P.J Kaunang* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci