BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sejak beberapa abad yang lalu, manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan yang banyak mengandung protein %.Protein ikan sangat dibutuhkan karena mengandung asam amino essensial, nilai biologisnya tinggi (90%), lebih murah dibandingkan dengan sumber protein yang lain. Selain kandungan protein,ikan juga mengandung lemak yang bersifat tak jenuh,vitamin,mineral, dan jaringan pengikatnya sedikit sehingga mudah dicerna.hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan,pakan ternak dan lainnya.(rabiatul, 2008) 2.2 Komposisi Kimia Ikan Kandungan kimia, ukuran dan nilai gizi ikan tergantung pada jenis, umur, kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya. Agar dapat memanfaatkan ikan dengan baik, perlu diketahui karakteristik yang dimiliki, misalnya struktur tubuh ikan, perbandingan ukuran tubuh dan berat, sifat fisik dan kimia, protein, lemak, vitamin, dan senyawa lain yang dikandungnya. Hasil-hasil perikanan merupakan sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya untuk menbantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh serta juga memperlancar proses fisiologi dalam tubuh.(rabiatul, 2008)

2 Tabel 2.1 Mineral yang terdapat pada ikan No Mineral Rata-rata mencukupi (mg%) 1. Kalium Klorida Phospor Sulfur Natrium Magnesium Calsium Besi 1,5 9. Mangan Zink Flour 0,5 12. Arsenik 0,4 Sumber : Rabiatul 2.3 Pengolahan Ikan Kaleng Bahan baku ikan segar diproses dengan beberapa tahap dari proses pengalengan yaitu : a. Pembuangan Udara/Penghampaan/Exhausting Sebelum wadah ditutup, biasanya dilakukan penghampaan/exhausting untuk memperoleh keadaan vakum parsial. Tujuan penghampaan yaitu untuk memperoleh keadaan vakum dalam wadah yaitu dengan jalan mengeluarkan udara terutama oksigen (O 2 ) yang ada dalam head space. b. Penutupan Wadah (Sealing) Tujuan penutupan wadah yaitu Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya setelah dilakukan sterilisasi. Penutupan kaleng dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng harus sempurna, sebab kebocoran dapat merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu apakah head space-nya sudah cukup dan

3 sesuai dengan perhitungan. Setelah ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng / wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2 O C) yang mengandung larutan H 3 PO 4 dengan konsentrasi 1,0 1,5 %, kemudian dibilas dengan air bersih beberapa kali c. Sterilisasi (Processing) Sterilisasi (Processing) pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor - faktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121 O C selama menit, tergantung dari jenis bahan makanan. d. Pendinginan (Cooling) Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah. Tujuan Pendinginan yaitu mencegah lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan dan tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati. Cara Pendinginan yaitu kaleng / wadah yang sudah dipanaskan kemudian didinginkan dengan air dingin sampai suhunya O C. Pendinginan dapat dilakukan di dalam otoklaf sebelum autoklaf dibuka atau di luar otoklaf dengan jalan menyemprotkan air dingin.

4 2.4 Syarat Mutu Ikan Kaleng Sarden Tabel 2.2 Syarat Mutu Ikan Kaleng Sarden Berdasarkan SNI No Uraian Satuan Syarat Mutu 1. Keadaan kaleng Dalam kondisi normal (sebelum dan sesudah dieram) tidak bocor, tidak kembung, tidak berkarat, permukaan dalam tidak bernoda, lipatan kaleng baik.. 2. Kehampaan mm Hg Min Keadaan isi Sesuai dengan SNI *) 4. Media 4.1 Jenis 4.2 Kepekatan Brix Saus tomat Min Ph 4, Ruang kosong ( Head Space), % v/v Maks Bobot tuntas, % b/b Min Zat warna makanan tambahan Sesuai dengan SNI Cemaran logam 9.1 Cu mg/kg Maks. 20,0 9.2 Pb mg/kg Maks. 2,0 9.3 Hg mg/kg Maks. 0,5 9.4 Zn mg/kg Maks. 100,0 9.5 Sn mg/kg Maks. 250,0 10. Cemaran As mg/kg Maks. 1,0 Sumber : SNI

5 2.5 Struktur Kaleng Dan Persyaratannya Kaleng yang sering juga disebut sebagai timah yang digunakan sebagai wadah dari beberapa produk makanan dan minuman sesungguhnya terdiri dari pelat baja karbon rendah yang dilapisi timah pada kedua sisinya yang disebut tin-plate. Tebal lapisan timah tertentu, disesuaikan dengan keperluan. Tin-plate merupakan bahan yang ideal untuk wadah dari makanan dan minuman. Meskipun tidak selalu bersifat inert secara sempurna terhadap setiap jenis produk makanan dan minuman, akan tetapi dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan tertentu serta memilih kombinasi yang tepat dari material-material yang bersangkutan, maka interaksi antara produk dan kalengnya dapat ditekan sedemikan sehingga tidak melampaui batas yang diizinkan pemerintah. Bila produk makanan dan minuman yang dikalengkan sangat korosif, maka setelah lapisan timah ditambahkan lapisan pelindung organic, yang akan menghalangi kontak antara permukaan lapisan timah dan lingkungan yang korosif. Selain itu pada permukaan lapisan timah juga dapat dibuat lapisan oksidanya untuk mendapatkan permukaan yang pasif. (Murdiati S,1982) Tabel 2.3 Ketebalan Lapisan Kaleng Makanan Lapisan Tebal (m) Minyak 10-9 Oksida 10-9 Timah 10-6 Paduan 10-7 Baja 10-4 Sumber : SNI: Korosi Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka

6 mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi.banyak sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya tingginya sisa oksigen dalam makanan, adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya, ph makanan dalam kaleng, suhu dan lama penyimpanan dan jenis kaleng dan lapisan penahan korosi. Logam-logam yang mempunyai E 0 oksidasi besar akan mudah mengalami oksidasi yang berarti cepat mengalami korosi. Adanya air,oksigen,karbon dioksida atau belerang trioksida (pembentuk asam) dan garam dapat mempercepat terjadinya korosi. Daerah yang tertutup oleh air akan mudah teroksidasi (berkelakuan sebagai anoda),sehingga membentuk suatu lubang. Menurut teori energetika, kelarutan dapat terjadi bila energi bebas Gibbs adalah negatif. Hubungan antara energi bebas Gibbs dengan potensial reduksi logam atau potensial sel adalah sebagai berikut : G = nfe 0.(1) Dimana : F = Coulomb/ekuivalen;Faraday n = jumlah electron yang terlibat dalam reaksi redoks E 0 = Potensial Elektroda Standar Selain itu kondisi larutan dalam suasana asam dapat memicu terjadinya pelarutan logam menjadi ion. Dengan kehadiran H + maka logam Sn dan Zn akan bereaksi sebagai berikut : Sn Sn + 2e E 0 = 0,14 volt 2H + + 2e H 2 E 0 = 0,00 volt Sn + 2H + Sn 2+ + H 2 E 0 = 0,14 volt Zn Zn + 2e E 0 = 0,76 volt 2H + + 2e H 2 E 0 = 0,00 volt Zn + 2H + Zn 2+ + H 2 E 0 = 0,76 volt 0 Dari persamaan reaksi diatas, dapat kita lihat bahwa harga E sel adalah positif, dengan demikian sesuai dengan persamaan (1) maka a dalah negative yang berarti reaksi perubahan logam menjadi ion atau pelarutan adalah spontan (Sentot B.R,1990)

7 2.7 Logam Seng (Zn) Merupakan elemen pertama dan yang terakhir dari golongan transisi yang lebih banyak tingkat oksidasi dari pada elemen lain. Dan kimia seng Zn (II) kecuali ion Zn 2+ yang telah diidentifikasi dalam kaca diamagnetic kuning yang diperoleh dari pendinginan larutan seng metalik ZnCl 2 ; ion ini adalah analog dari ion Cd 2+ dan Hg 2+ yang akan dibahas dalam bab berikut, tetapi kurang stabil dari mereka. Zink biasanya diisolasi dari campuran seng, ZnS, dengan pembakaran dan me ngurangi oksida yang dihasilkan dengan karbon; logam ini lebih tidak stabil dari logam transisi yang lain (mendidih pada C) dan dapat dipisahkan dengan pendinginan (untuk menghindari membalikkan reaksi), dan dimurnikan dengan destila si atau elektrolisa. Zink adalah logam keperak-putih yang cukup lunak,yang sifatnya mempunyai titik-leleh yang relatif rendah (419 o C) dan merupakan struktur-heksagonal yang tertutup dari logam yang dapat terdistorsi, dengan hasil bahwa jarak interatomik lebih besar daripada logam transisi dari seri pertama. (Sharpe,1991) Toksisitas Logam Seng (Zn) Logam seng adalah suatu unsur yang sedikit berbahaya, dan senyawanya pada umumnya rendah toksisitasnya. Kadar arsen, timah, cadmium atau antimony yang rendah terdapat bersama seng yang tidak murni cukup berbahaya. Kelebihan logam seng hingga dua kali AKG (Angka Kekurangan Gizi) menurunkan absorbsi tembaga.suplemen seng yang berlebihan biasanya menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan didalam kaleng yang dilapisi seng.(almatsier, S.2001) 2.8 Logam Timah (Sn) Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50, bobot atom 118,710 sma, titik lebur 449,47 ºF dan titik didih 4716 ºF. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,

8 dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak alloy, dengan penampakan abu-abu keperakan mengkilap dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Jumlah kecil timah dalam makanan kaleng tidak berbahaya terhadap manusia Toksisitas Logam Timah (Sn) Logam timah merupakan unsur yang beracun dimana rang yang terpapar timah dalam jangka waktu lama. Misalnya pekerja, atau penduduk yang tinggal di sekitar industri yang menggunakan bahan timah hitam akan mengalami penyakit anemia, gejalanya terdapat garis biru hitam pada gusi, nyeri perut, konstipasi (sulit buang air besar), dan muntah. Oleh karenanya, harus diwaspadai adanya timah pada kemasan makanan dan minuman, peralatan yang mengandung timah misalnya baterai, cat, dan minyak bumi.(darmono,1995) 2.9 Metode Destruksi Destruksi merupakan suatu cara perlakuan perombakan senyawa menjadi unsurunsurnya sehingga dapat dianalisis. Metode destruksi materi organik dapat dilakukan dengan dua cara yang selama ini dikenal sebagai : a. Metode destruksi kering b. Metode destruksi basah Berdasarkan kedua metode destruksi ini sudah tentu memiliki teknik pengerjaan yang berbeda pula. Penguraian sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran dikenal dengan metode destruksi basah sedangkan penguraian sampel dengan cara pengabuan sampel dalam tanur dikenal sebagai metode destruksi kering.(pomeranz,1922)

9 2.9.1 Metode Destruksi Basah Metode destruksi basah dilakukan dengan memanaskan contoh (contoh organic dan biologis) dengan adanya asam-asam mineral yang pekat atau campuran dari asamasam tersebut. Asam-asam kuat yang digunakan untuk mendestruksi sampel organik adalah asam nitrat yang pertama kalinya digunakan oleh Cerius untuk penentuan S, P, As dan logam-logam dalam senyawa organik. Suhu pemanasan mencapai C dan dipanaskan dalam tabung tertutup.. Proses destruksi dilakukan dalam labu kjedahl. Dipanaskan pada penangas dari logam pada suhu C, setelah kelebihan asam habis diuapkan lalu dipijarkan,residu diuapkan kembali dengan penambahan beberapa milliliter asam nitrat dan sisanya berupa abu putih yang mudah larut dalam asam-asam.kebaikan metode destruksi basah dengan menggunakan pelarut asam nitrat yaitu metodenya sederhana,oksidasinya kontiniu dan cepat serta unsur- unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapat ditentukan dengan metode analisis tertentu. Kekurangan metode ini adalah reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar maka dilakukan pemanasan lebih berhati-hati. Metode destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat sebagai pengoksidasi dengan dikombinasikan menggunakan asam pengoksidasi lain seperti asam sulfat, asam perklorat dan hidrogen peroksida adalah metode yang paling digunakan. Kombinasi dengan asam sulfat diperlukan untuk menaikkan suhu sehingga bahan organik yang sukar dioksidasi pada titik didih asam nitrat akan dapat dioksidasi dengan sempurna pada suhu yang jauh di atasnya. Namun untuk sampel yang banyak mengandung kalsium akan menimbulkan endapan sulfat yang dapat mengabsorbsi unsu analit tertentu. Ion sulfat juga sangat mengganggu dalam analisis unsur tertentu secara Spekrofotometri Serapan Atom (SSA). Asam perklorat sangat efektif untuk mendestruksi zat organik yang paling sukar dioksidasi namun mempunyai potensi mudah menimbulkan ledakan jika tidak digunakan secara tepat. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan hasil destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut

10 sempurna atau penguraian senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuk setelah hasil destruksi merupakan senyawa garam yang stabil yang dapat disimpan selama beberapa hari, untuk selanjutnya dianalisis konsentrasi logamnya dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).(Egan,1981) Metode Destruksi Kering Destruksi kering merupakan penguraian (perombakan) senyawa organik logam dalam sampel menjadi logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada metode ini sampel dipanaskan secara bertahap di udara terbuka untuk menguapkan air, menguraikan dan mengoksidasi sampel dimana akhirnya sampel diabukan di tanur dengan suhu pengabuan C. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan metode destruksi kering terlebih dahulu ditinjau jenis logamyang akan dianalisis. Bila oksida logam yang terbentuk bersifat mudah menguap, seperti halnya dalam analisis unsur kadmium dan kromium maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik, disebabkan pada suhu tinggi oksida-oksida logam ini sudah habis menguap. (Untuk analisis unsur kadmium dan kromium,suhu pengabuan antara C). Namun ada juga perlakuan destruksi kering dengan suhu pengabuan mencapai C atau bahkan sampai C. Suhu pengabuan yang relatif tinggi akan mempercepat proses destruksi dan hanya berlaku untuk unsur-unsur logam yang tidak mudah menguap. Oksidasi-oksidasi ini kemudian dilarutkan ke dalam asam encer yang sesuai setelah itu dianalisis secara kuantitatif dengan metode SSA.Masalah utama dengan teknik yang sederhana ini adalah kemungkinan adanya unsur yang menguap keseluruhan ataupun sebagian. Losses melalui penguapan akan lebih mungkin terjadi jika temperatur yang digunakan untuk pengabuan lebih tinggi. Tetapi jika tidak menggunakan suhu yang tinggi maka sampel tidak akan terurai dengan sempurna dan akan menimbulkan kesalahan dalam analisis. Karena masalah losses yang disebabkan

11 penguapan, metode destruksi kering hanya dapat digunakan untuk unsur-unsur logam karena sebagian besar senyawa non logam akan dioksidasi menjadi bentuk yang mudah menguap.sumber kesalahan lain yang menyebabkan losses adalah abu dapat bereaksi dengan cawan porselen seperti cawan porselen yang terbuat dari silica. (Pomeranz,1922) 2.10 Spektrofotometri Serapan Atom Apabila suatu larutan yang mengandung garam logam (senyawa logam) dilewatkan ke dalam suatu nyala, akan terbentuk uap yang mengandung atom-atom logam itu menyerap energi,maka electron pada keadaan dasar akan naik ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi. Banyaknya energi yang diserap berbanding lurus dengan jumlah atom yang terserap berbanding lurus dengan jumlah atom yang terserap. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif logam-logam dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.Telah lama ahli kimia menggunakan kimia pancaran radiasi oleh atom yang dieksitasikan dalam suatu nyala sebagai alat analitis. Suatu nyala yang lain, kebanyakan atom berada dalam keadaan elektronik dasar bukannya berada dalam keadaan eksitasi. Fraksi atom-atom yang tereksitasi berubah secara eksponensial dengan temperature Prinsip Dasar Analisa SSA Analisa SSA merupakan metode analisa untuk penentuan unsur atom dalam keadaan gas (keadaan dasar) berdasarkan serapan cahaya yang mempunyai panjanh gelombang tertentu.kelebihan SSA adalah dapat menentukan logam dalam skala kualitatif karena lampunya tiap sampel tidak sama. Berdasarkan proses atomisasi maka Spektrofotometer Serapan Atom dibagi menjadi dua yaitu : 1. Spektrofotometer Serapan Atom atomisasi dengan nyala 2. Spektrofotometer Serapan Atom atomisasi tanpa nyala

12 Spektrofotometer Serapan Atom dengan nyala Skematis ringkas peralatan Spekrofotometer Serapan Atom dengan nyala adalah : Sumber Sinar Nyala Monokromator Detektor A = 0,213 Pencatat Tempat sampel Gambar 2.1 Skematis Ringkas Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom Keterangan : A = Tabung Katoda (sumber cahaya) B = Nyala C = Monokromator D = Detektor E = Pencatat 1. Sumber Cahaya Sebagai sumber cahaya dipergunakan lampu katoda berongga (hollow cathode lamp).sumber ini menghasilkan garis resonansi yang spesifik untuk tiap-tiap unsur. Kedua elektroda dimasukkan dalam tabung kaca dari silika yang diisi dengan gas Ar, Ne, atau He dalam tekanan rendah. Untuk mempertajam spectrum radiasi resonansi dan mengurangi terjadinya pelebaran garis emisi, maka pada lampu katoda diberikan elektroda tambahan. Elektroda tambahan ini adalah katoda yang dilapisi oleh unsur logam yang mudah melepaskan elektron yang diperlukannya untuk memborbardir katoda berongga. 2. Nyala Nyala yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom harus mampu memberikan suhu > K. Untuk mencapai suhu setinggi ini biasanya digunakan gas pembakar dalam suatu gas pengoksida (oksidan) seperti misalnya udara dan nitrogen oksida (N 2 O).Gas pembakar yang umum digunakan adalah etana (C 2 H 2 ), hidrogen (H 2 ) dan propana (C 3 H 8 ). Suhu maksimum yang dihasilkan pada pembakaran berbagai campuran gas pembakar dengan gas pengoksida sebagai berikut

13 Tabel 2.4 Jenis-jenis Gas Pembakar pada SSA Nyala Gas Pembakar Gas Oksidator Suhu ( 0 K) Asetilena Asetilena Asetilena Hidrogen Hidrogen Propana Udara Dinitrogen Oksida Oksigen Udara Oksigen Udara Monokromator Monokromator berfungsi untuk memisahkan garis-garis spektrum lainnya yang mungkin menggangu sebelum pengukuran. Sistem monokromator terdiri dari celah masuk (entrance slit), pemilih panjang gelombang berupa prisma atau kisi-kisi difraksi. 4.Detektor Alat detektor yang umum digunakan adalah tabung pelipat ganda foton. Prinsip tabung ini adalah mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. 5 Pencatat Pencatat merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi aau absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi. Dalam analisis logam dengan menggunakan, system ini sampel diatomisasi pada alat atomizer melalui nyala api dengan bahan baker asetilen murni. Biasanya logam yang dianalisis dengan flame SSA ini ialah Ca, Cd, Cu, Cr, dan sebagainya yang dikelompokkan dengan logam normal. Sedangkan untuk analisis Hg dilakukan tanpa nyala tetapi larutan sampelnya direduksi lebih dahulu dengan pencampuran dengan Stanous Klorida (SnCl 2 ). Uap hasil reduksi ditampung dalam berjendela yang diletakkan di atas atomizer.

14 Spektrofotometer Serapan Atom Tanpa Nyala Pada umumnya Spektrofotometer Serapan Atom dengan nyala merupakan metode atomisasi sampel yang baik tetapi sistem ini jumlah cuplikan hanya berada dalam jalur waktu yang sangat singkat, sehingga cuplikan yang terkonsentrasi sangat rendah, maka atomisasi memakai nyala tidak dapat dipakai secara efisien. Cuplikan dengan ukuran beberapa mikroliter larutan atau beberapa mg padatan ditempatkan pada tabung grafit. Pemanasan tabung ini dilakukan dengan arus listrik yang biasa berlangsung dalam tiga tahap yag dibaca secara otomatis. Tahap 1 : dengan suhu relatif rendah dipakai untuk menghilangkan pelarut (pengeringan) Tahap II : dengan suhu yang lebih tinggi untuk pengabuan sampel Tahap III : pemanasan untuk atomisasi sampel Cara Kerja Spektrofotometri Serapan Atom Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen : 1. Unit Atomisasi 2. Sumber Radiasi 3. Sistem Pengukur Fotometrik Cara kerja ini ialah berdasarkan penguapan larutan sampel dengan adanya unit tungku penguapan, kemudian yang terkadung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan lampu katoda berongga (hallow cathode lamp ; sebagai sumber radiasi) yang mengandung unsure yang akan ditentukan. Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperature harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi.bahan bakar dan oksidator dimasukkkan dlama kamar pencampur lalu dilewatkan melalui baffle menuju pembakar. Nyala akan dihasilkan lalu sampel dihisap masuk kekamar pencampur. Dengan gas asetilena dan oksidator

15 udara tekan, temperature dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperature dinaikkan secara bertahap, utnuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang dianalisis. (Khopkar,S.M.1992) Gangguan pada SSA Dan Cara Mengatasinya 1. Gangguan Spektrum Gangguan spektrum dalam Spektrofotometri Serapan Atom timbul akibat terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsur yang dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsur lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator. Adanya peristiwa absorpsi ( yang bukan resonansi atom) dan penghamburan juga akan menghasilkan kesalahan dalam pembacaan absorbansi.(underwood,1986) 2. Gangguan Kimia Gangguan kimia dapat disebabkan oleh pembentukan senyawa refraktori. Pembentukan senyawa refraktori menyebabkan tidak sempurnanya disosiasi zat yang dianalisis bila disemprotkan ke dalam nyala. Biasanya gangguan kimia dapat diatasi dengan salah satu cara berikut : - Menggunakan nyala yang lebih tinggi suhunya - Menambahkan unsur penyangga, mengestraksi unsur-unsur yang akan dianalisis atau mengekstraksi unsur-unsur penggangu (Vogel,1979) Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu dengan jalan : 1. Menaikkan temperature nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai gas pembakar campuran C 2 H 2 + N 2 O yang memberikan nyala dengan temperatur yang tinggi. 2. Menambahkan elemen pengikat gugus atau atom penyangga, sehingga terikat kuat akan tetapi atom yang ditemtukan bebas sebagai atom netral. Misalya penentuan yang terikat sebagai garam, dengan penambahan, yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.(mulya Muhammad, 1995)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kulit Telur Kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). Pembentukan kulit telur

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Logam Berat Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S ANALISIS KADAR ABU ABU Residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari bahan menunjukkan : Kadar mineral Kemurnian Kebersihan suatu bahan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaanya air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran air Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat kimia (garam-garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsurunsur kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tembaga Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1038 o C. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34V untuk pasangan Cu/Cu

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT Analisa AAS Pada Bayam Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT AAS itu apa cih??? AAS / Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu jenis ikan olahan yang dikemas dalam kaleng. Ikan tuna memiliki kualitas daging yang sangat baik, lembut, dan lezat, serta

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai (Capsicum sp) Cabai (Capsicum sp) adalah salah satu jenis sayuran yang berasal dari benua Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus menemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Kaleng Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang sudah dikenal sejak perang dunia kedua. Pada abad ke 19, kaleng digunakan untuk mengemas bahan makanan agar

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB KADAR ABU & MINERAL 1 PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH : ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH : NI KADEK SUCAHYANINGSIH MADE RINA RASTUTI BENNY TRESNANDA I KADEK MARDANA P07134013006 P07134013016 P07134013027 P07134013044 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Kuliah Analisis Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pertemuan Ke 4 & 5 siti_marwati@uny.ac.id Langkah-langkah analisis dengan AAS

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH KELOMPOK 8 1. NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI (P07134013010) 2. NI KADEK DWI ANJANI (P07134013021) 3. NI NYOMAN SRI KASIHANI (P07134013031) 4. GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039)

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular (Suhardjo, 1992). Makanan sehari hari biasanya

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori I. Landasan Teori Bab 1 Pendahuluan Logam alkali dan alkali tanah memberikan warna nyala yang khas, warna nyala dari logam alkali tanah dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi adanya unsur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Sudah umum diketahui bahwa air sangat penting bagi kehidupan, karena tidak ada satu pun kehidupan yang ada didunia ini yang dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Nama : Ivan Parulian NIM : 10514018 Kelompok : 10 Tanggal Praktikum : 06 Oktober 2016 Tanggal Pengumpulan : 13

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun katuk Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Sekitar 70% permukaan bumi diselimuti oleh air. Oleh karena itu, air dapat dikatakan sebagai bagian yang essensial dari sistem kehidupan (Manahan, 1994). Air merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Sampel yang digunakan adalah gorengan berlapis tepung yang diolah sendiri. Jenis gorengan yang diolah mengacu pada hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan berkembangnya kegiatan industri tidak selalu

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

Fotometri Nyala (Flame Photometry) dan Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Fotometri Nyala (Flame Photometry) dan Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry) Fotometri Nyala (Flame Photometry) dan Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry) Disampaikan pada Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Konsep-konsep

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN Dari Asam Buah Menjadi Listrik Hasil teknologi ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Alexander Volta. Dari penelitian volta disebutkan bahwa jika suatu deretan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian Rajungan, Ketam Batu dan Lokan. Rajungan karang (Charybdis cruciata) hidup di perairan dekat pantai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian Rajungan, Ketam Batu dan Lokan. Rajungan karang (Charybdis cruciata) hidup di perairan dekat pantai. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Rajungan, Ketam Batu dan Lokan 2.1.1. Rajungan Rajungan karang (Charybdis cruciata) hidup di perairan dekat pantai. Jumlah duri di kiri-kanan matanya masing-masing enam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS) SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS) SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS) SPEKTROFOTOMETRI (SSA) 1. PRINSIP AAS Prinsip dasar analisis spektrometri adalah sebagai berikut: larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Kereaktifan Logam alkali dan alkali tanah luar biasa besar. Dalam satu golongan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia ANALISIS LOGAM ARSENIK (AS) DAN KADMIUM (CD) PADA SAYUR BAYAM HIJAU (AMARANTHUS TRICOLOR) TERHADAP BAYAM MERAH (BLITUM RUBRUM) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Muhammad Ridwan Harahap

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A Selesaikan dengan cara!!! 1. Reduksi 1 mol ion SO 4 2- menjadi H 2S, memerlukan muatan listrik sebanyak A. 4 F D. 6 F B. 8F E. 16 F C. 20 F 2. Proses elektrolisis

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terletak di kepala) yang terdiri dari cangkang internal yang terletak didalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terletak di kepala) yang terdiri dari cangkang internal yang terletak didalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sotong Sotong merupakan moluska yang termasuk kelas cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala) yang terdiri dari cangkang internal yang terletak didalam mantel, berwarna

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Fe pada Air Sumur dengan Instrumen AAS B. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 5 Mei 2015 pukul 10.

A. JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Fe pada Air Sumur dengan Instrumen AAS B. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 5 Mei 2015 pukul 10. A. JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Fe pada Air Sumur dengan Instrumen AAS B. TANGGAL PERCOBAAN Mulai Percobaan : Selasa, 5 Mei 2015 pukul 09.00 WIB Selesai Percobaan : Selasa, 5 Mei 2015 pukul 10.30

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

I. Tujuan Percobaan Memahami identifikasi beberapa zat dan ion secara kualitatif

I. Tujuan Percobaan Memahami identifikasi beberapa zat dan ion secara kualitatif I. Tujuan Percobaan Memahami identifikasi beberapa zat dan ion secara kualitatif II. III. Prinsip Percobaan Berdasarkan sensitifitas panca indera Teori Dasar Analisa dapat diartikan sebagai usaha pemisahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci