BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II. 1. Tinjauan Umum II Pengertian Apartemen Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan secara fungsional dalam arah horizontal dan arah vertikal yang merupakan satu-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan dihuni secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. ( Undang-Undang No.16 Tahun 1985 ) Apartemen didefinisikan sebagai tempat tinggal ( terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb ) yang berada pada suatu lantai bangunan bertingkat, rumah flat, rumah pangsa, bangunan bertingkat terbagi dalam beberapa tempat tinggal.( kamus besar bahasa indonesia, 1984 : 252 ) Apartemen adalah suatu bangunan yang terdiri dari tiga unit atau lebih hunian, yang merupakan suatu kehidupan bersama dalam lingkungan tanah terbatas, dan masing-masing unit hunian dapat dimiliki atau digunakan secara terpisah. ( Grolier, 1962 : 168 ) 6

2 Apartemen adalah kamar atau beberapa kamar( ruangan ) yang diperuntukan sebagai tempat tinggal, terdapat didalam suatu bangunan yang biasanya punya kamar atau ruangan semacam itu.( W.J.S Poerwadarminta, 1976 : 166 ) Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat rendah atau bangunan bertingkat tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. ( Ernst Neufert, 1980 : 86 ) Apartemen adalah merupakan suatu hunian, yang harus bebas dari kebisingan, kekhawatiran, ketegangan, juga memiliki keindahan, kemudahan, kesenangan, keamanan, privasi bagi keluarga yang tinggal di dalamnya, serta mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. ( Paul Samuel, 1967 : 157 ) II Karakteristik Apartemen Suatu hunian vertikal dapat di katakan sebagai apartemen jika bangunan tersebut memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut : - Memiliki jumlah lantai lebih dari satu. - Terdiri dari beberapa unit hunian dalam satu lantai. - Dalam setiap unit, minimal memiliki tiga jenis ruang, yaitu ruang tidur, dapur, dan kamar mandi. - Sirkulasi vertikal memakai tangga atau lift, dan untuk sirkulasi horizontal memakai Koridor. 7

3 II Persyaratan Apartemen Membangun apartemen yang terdiri dari sejumlah besar unit rimah tangga tidaklah mudah, perlu adanya persyaratan untuk membuatnya, agar apartemen tersebut dapat memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis penghuninya, berikut adalah persyaratan yang harus di penuhi dalam merancang apartemen ( Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 ) : Di dalam perencanaan harus dapat dengan jelas ditentukan dan dipisahkan masing-masing satuan rumah susun serta nilai perbandingan proporsionalnya. Rencana yang menunjukkan satuan rumah susun, harus berisi rencana tapak beserta denah dan potongan yang menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan haimntal dari satuan rumah susun yang dimaksud. Batas pemilikan bersama harus digambarkan secara jelas dan mudah dimengerti oleh semua pihak dan ditunjukkan dengan gambar dan uraian tertulis yang terperinci. Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Dalam hal hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami harus diusahakan adanya pertukaran udara dan pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus 8

4 menerus selama ruangantersebut digunakan, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku. Rumah susun harus dilengkapi dengan: a. jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan; b. jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan. c. jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap bulnya halhal yang membahayakan. d. saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan. e. saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan. f. saluran dan / atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan. g. tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat 9

5 komunikasi lainnya. h. alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku. i. pintu dan tangga darurat kebakaran. j. tempat jemuran. k. alat pemadam kebakaran. l. penangkal petir. m. alat/ sistem alarm. n. pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu. o. generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift. Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam rumah susun yang bersangkutan, meliputi : a. jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, tangki gas, dan gardu-gardu listrik; b. saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota; c. saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang menghubungkan pembuangan air limbah dari rumah susun ke sistem jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut ke dalam tangki septik dalam lingkungan. d. tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat 10

6 pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan; e. kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup untuk pemadam kebakaran. f. tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya. g. jaringan telepon dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat keperluannya. II Pengelompokan Apartemen Apartemen dapat dikelompokan dalam beberapa jenis, berdasarkan golongan ekonomi penghuninya, berdasarkan sistem kepemilikannya, berdasarkan arsitektural bangunannya, berdasarkan jenis pembiayaannya. Berikut adalah pengelompokannya : a. Apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya Ada 3 ( tiga ) macam apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya, ( Apartments : Their Design and Development, 1967 : )yaitu : Apartemen golongan bawah Apartemen golongan menengah Apartemen mewah 11

7 Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada tiap hunian, serta fasilitas yang disediakan olehapartemen tersebut, semakin besar ukuran unit dan semakin banyak fasilitas yang tersedia, semakin mahal harga per unit apartemen tersebut. b. Apartemen berdasarkan sistem kepemilikan Ada 2 ( dua ) jenis apartemen berdasarkan kepemilikan antara lain ( Apartments : Their Design and Development, 1967 : ) : 1. Apartemen berdasarkan system sewa Pada apartemen ini penghuni hanya membayar biaya sewa unit yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya biaya itu dibayarkan per bulan ataupun per tahun, biaya seperti listrik, air, gas, telepon ditanggung oleh penyewa, sementara biaya pemeliharaan dan gaji mpegawai pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik, penyewa yang tidak ingin lagi tinggal di apartemen tersebut, harus mengembalikan apartemen tersebut kepada pemiliknya, kemudian pemilik akan mencari lagi morang baruuntuk mengisi unit-unit yang kosong. 2. Apartemen dengan sistem beli Apartemen dengan sistem beli terbagi 2 ( dua ) jenis yaitu : - Apartemen dengan system kepemilikan bersama ( cooperative ownership )Pada apartemen ini setiap penghuni memiliki saham dalam perusahaan pemilik napartemen serta menempati satu unit tertentu sesuai denga ketentuan perusahaan, penghuni hanya bisa menjual unitnya kepada orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen lainnya, bila 12

8 terdapat unit apartemen yang kosong, maka sahamnya akan dibagi rata antara penghuni dan mereka harus menanggung semua biaya perawatan unit yang kosong tersebut, sampai unit tersebut ditempati oleh penghuni baru. - Kondominium Pada apartemen ini setiap penghuni menjadi pemilik dari unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan penghuni lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik, penghuni bebas menjual, menyewakan ataupun memberikan kepemilikannya kepada orang lain, jika terdapat unit apartemen yang kosong, maka biaya perawatan unit ditanggung oleh badan pengelola apartemen. c. Apartemen berdasarkan arsitektural Secara arsitektural bangunan apartemen dapat dikelompokan berdasarkan ketinggian bangunan, sirkulasi vertikal, sirkulasi horizontal, sistem penyusunan lantai, bentuk massa bangunan, standar besaran ruang, dan jumlah kamar tidur. 1. Apartemen berdasarkan ketinggian bangunan ( Apartments : Their desaign and Development, 1967 : ) a. Apartment low rise Apartemen jenis ini biasanya memiliki ketinggian antara 2-4 lantai, apartemen ini dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : 1. Garden apartment, memiliki ciri sebagai berikut : Ketinggian bangunan antara 2-3 lantai. 13

9 Tiap unit hunian memiliki teras dan balkon sendiri. Umumnya terdapat pada daerah pinggiran kota dengan kepadatan rendah ( maksimal 30 keluarga perhektar ) Miliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parkir yang dekat dengan bangunan Antara massa bangunan satu dengan yang lain terdapat ruang terbuka pemisah yang cukup luas. 2. Row house, townhouse, atau maisonette, memiliki ciri sebagai berikut Ketinggian bangunan antara 1-2 lantai. Antara massa bangunan satu dengan yang lain saling berdempetan, atau bahkan saling berbagi tembok pembatas yang sama. Ruang terbuka yang ada hanya berupa halaman depan dan halaman belakang yang sempit pada setiap massa bangunan. Umumnya dibangun pada daerah dengan kepadatan sedang ( antara unit per hektar ) b. Apartment Mid rise Apartemen ini memili ketinggian antara 4 8 lantai. c. Apartment high rise Apartemen tipe ini memiliki ketinggian diatas 8 lantai, tipe apartemen ini umumnya merupakan apartemen untuk golongan menengah keatas 14

10 karena biasanya dibangun di daerahyang memiliki keterbatasan lahan dan harga lahannya mahal serta biaya konstruksi bangunannya cukup mahal, apartemen ini sering kali berlokasi di tengah kota dan cukup dekat dengan pusat kota bisnis, pada dasarnya para pembeli/penyewa apartemen ini bertujuan untuk mendapatkan pemandangan lingkungan sekitar tanpa terhalang bangunan lain. 2. Apartemen berdasarkan sirkulasi horizontal Sirkulasi horizontal pada apartemen berupa koridor, pemakaian koridor terbagi atas 2 ( dua ) jenis yaitu : a. Single loaded corridor apartment Apartemen dengan tipe koridor ini terbagi menjadi 2 ( dua ) jenis, yaitu : Open corridor Apartment Koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas terhadap ruang luar berupa tembok atau railing dengan ketinggian tidak lebih dari 1 1,5 meter. Closed corridor apartment Koridor bersifat tertutup oleh dinding, kadang memliki bukaan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali. b. Double loaded corridor apartment Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga sering kali terletak ditengah-tengah bamgumam ( central corridor ). 15

11 3. Apartemen berdasarkan sirkulasi vertikal Berdasarkan sirkulasi vertikal, apartemen dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu ( Site Planning, 1984 : ) : - Walk up Apartment Pada apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah menggunakan tangga, ketinggian bangunan apartemen ini maksimal hanya 4 lantai, apartemen ini dirancang dengan koridor seminimal mungkin dan kebanyakan unit hunian dekat dengan tangga sirkulas, apartemen ini dibagi 2 ( dua ) berdasarkan letak tangga sirkulasinya, yaitu : a. Core type walk up apartment Pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi ( stair core ) dikelilingi oleh unitunit hunian, berdasarkan jumlah unit hunian yang mengelilinginya, apartemen ini dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) tipe yaitu : 1. duplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi dua unit hunian 2. triplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit hunian 3. Quadruplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi empat unit hunian b. Corridor- type walk up apartment Pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung koridor, dengan menggunakan tipe sirkulasi ini dapat memperbanyak jumlah unit pada satu lantai. 16

12 - Elevator Apartment Pada Apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah lift dan memiliki sirkulasi vertikal sekunder berupa tangga yang sering kali juga merupakan tangga darurat, umumnya apartemen ini dilengkapi dengan lobby atau ruang tunggu lift, ketinggian bangunan umumnya diatas 6 lantai, ada dua macam sistem lift yang dapat digunakan pada btipe apartemen ini yaitu : a. lift yang digunakan berhenti di setiap lantai bangunan b. Lift yang digunakan diprogram untuk berhenti hanya pada lantai-lantai tertentu pada bangunan ( skip-floor elevator system ), umumnya sistem ini digunakan pada apartemen dengan sistem penyusunan lantai duplex, kelebihan sistem ini antara lain dapat mengurangi koridor publik dan memperluas ukuran inut hunian pada lantai dimana lift tidak berhenti, kelemahannya terletak pada perlunya penambahan tangga pada setiap unit hunian. 4. Apartemen berdasarkan system penyusunan lantai Ada dua macam apartemen berdasarkan system penyusunan lantai, yaitu : a. Simple apartment GAMBAR

13 Pada apartemen ini semua ruang pada unit hunian berada pada satu unit lantai, tipe apartemen ini paling sering dijumpai di daerah kota yang memiliki kepadatan tinggi dan permintaan akan hunian yang banyak, bila apartemen menggunakan lift, maka lift tersebut akan berhenti disetiap lantai, kelemahan apartemen ini terletak pada banyaknya ruang yang terbuang untuk sirkulasi koridor, kelebihannya, pada satu bangunan apartemen jumlah unit yang dapat dimaksimalkan sehingga dapat lebih banyak unit yang dapat dijual. b. Duplex apartment GAMBAR Pada apartemen ini, setiap unit hunian terdiri atas dua lantai, sehingga ruang-ruang pada unit hunian akan terbagi antara 2 ( dua ) lantai, pada lantai 1 ( satu ) umumnya terdiri atas ruang untuk aktifitas bersama seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, sementara di lantai kedua terdiri atas ruang untuk aktifitas pribadi seperti tidur, ruang kerja, kamar mandi, tipe apartemen ini umumnya diperuntukan bagi kalangan menengah 18

14 keatas, kelebihan tipe ini adalah dapat menghemat ruang untuk sirkulasi ( koridor ) bila lift di program tidak berhenti pada setiap lantai, dan dapat memberikan kesan luas pada penghuninya serta ruang-ruang privat akan lebih terjaga privasinya, kelemahannya pada tiap unit harus disediakan tangga yang akan merepotkan bagi orang lanjut usia dan balita. c. Triplex apartment Hampir sama denganm system duplex, hanya saja pada tipe ini, setiap unit hunian terdiri atas 3 ( tiga ) lantai, pembagian ruang pada tiap lantai hampir sama dengan sistem duplex, pada lantai pertama terdapat ruang servis seperti gudang, foyer, kamar pembantu, ruang cuci dsb, sementara ruang bersama dan ruang privat masing-masing berada pada lantai dua dan tiga, umumnya diperuntukan bagi apartemen golongan atas dan berkarakteristiksangat mewah. 5. Apartemen berdasarkan jenis pembiayaan Ada 2 jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya, yaitu : Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah Apartemen yang dibiayai oleh swasta 6. Apartemen berdasarkan bentuk massa bangunan. Ada 3( tiga ) tipe apartemen berdasarkan bentuk massa bangunannya yaitu ( Apartment : Their Design and Development, 1967 : 46 ) : 19

15 a. Apartemen dengan bentuk Slab Pada apartemen bentuk slab, antara tinggi bangunan dan lebar/panjang bangunan hampir sebanding, sehingga bangunan berbentuk seperti kotak yang pipih, biasanya memiliki koridor yang memanjang dengan unit-unit hunian berada disalah satu atau kedua sisi koridor. b. Apartemen berbentuk tower Apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan tinggi bangunan, sehingga bentuk bangunan seperti tiang, biasanya ketinggian bangunannya diatas 20 ( dua puluh )lantai, system sirkulasinya menggunakan core, karena menggunakan lift, ada berbagai variasi bentuk tower antara lain : - Single tower Apartemen dengan satu massa bangunan, core umumnya terletak ditengah, luas koridor dapat di minimalkan, unit-unit hunian akan terletak dekat dengan tangga dan lift, berdasarkan bentuk massa, apartemen dengan satu tower dapat dibedakan menjadi tower plan, expanded tower, circular tower plan, cross plan, dan five wing plan. - Multi tower Apartemen yang memiliki lebih dari satu massa bangunan, antara massa bangunan dapat dihubungkan oleh satu massa penghubung ataupun hanya berupa pedestrian penghubung saja, 20

16 bila massa bangunan dihubungkan oleh satu massa penghubung, umumnya massa penghubung terletak di tengah dengan massa lain mengelilinginya, lift dan tangga diletakkan pada massa penghubung tersebut, sementara untuk massa yang hanya dihubungkan oleh pedestrian, tiap massa akan memiliki lift dan tangga masing-masing. Ada 5 ( lima ) tipe hunian yang sering dijumpai pada apartemen berdasarkan jumlah kamar tidur, antara lain : TABEL Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni Studio - 1 kamar mandi - Dapur kecil dan ruang makan menjadi satu - Ruang duduk dan kamar tidur menjadi satu 1 Kamar tidur - Satu kamar mandi - dapu dan ruang makan menjadi satu - Ruang duduk - Kamar tudur 2 Kamar tidur - 1 atau dua kamar mandi - Dapur - Ruang duduk dan ruang makan menjadi satu - Kamar tidur 3 Kamar tidur - 2 kamar tidur dengan satu kamar mandi dalam - kamar tidur - Dapur - Ruang duduk - Ruang makan( bisa juga ruang duduk dan ruang makan menjadi satu ) - lajang - Pasangan muda yang baru menikah - Lajang - Pasangan muda yang baru menikah - Pasangan lanjut usia - Keluarga kecil dengan 1 atau 2 anak yang masih kecil/belum menikah - Pasangan lanjut usia yang tinggal dengan sanak saudara - Keluarga kecil dengan 3-4 anak Penthouse - Terdiri dari 2 lantai 21

17 - 3 sampai 5 kamar tidur - 3 kamar mandi - Dapur - Ruang makan - Ruang keluarga - Ruang kerja - Ruang tamu - Foyer - Ada pula yang memakai kamar pembantu - Keluarga besar dengan 4-5 anak - Orang-orang kalangan atas Ada beberapa fasilitas-fasilitas standar apartemen, berdasarkan kelas apartemen tersebut antara lain : TABEL Lokasi Kelas Bawah Kelas menengah Mewah Dalam unit hunian Dalam bangunan - Penjaga keamanan - Intercom - Alarm pintu - balkon - Pendingin ruangan tersendiri - Binatu - Lobby kecil Pada tapak - Parkir di luar ruangan - Tempat menjemur pakaian - Binatu - Area komersial - Ruang bersama - Tempat penyimpanan barang bersama - Parkir dengan pengawasan parkir dalam bangunan -Tempat bermain di luar ruangan - Tempat dudukduduk di luar ruangan - Kolam renang - Penjaga pintu dan telepon - Balkon yang luas - Pendingin ruangan terpusat - Entrance service - Ruang pembantu - Parkir yang terjaga kerat - Tempat berbelanja - Lift servis - Penjaga pintu - CCTV - Parkit sistem valet - Ruang pertemuan - Pusat kebugaran - Kolam renang tertutup - Taman - Area rekreasi - Country club - Kolam renang 22

18 II. 2. Tinjauan khusus II Tinjauan Terhadap Topik dan Tema Untuk menerapkan suatu konsep pada bangunan, kita harus mengetahui latar belakang konsep tersebut, dan bangaimana konsep tersebut dapat di kaitkan dalam perancangan bangunan, berikut adalah ulasan tentang latar belakang arsitektur tropis : Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup, kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu, dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidak sesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. 23

19 Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan. Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidak atau karena aturan membangun setempat kerap melakukan tindakan yang benar. Karya arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar. 24

20 Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor, sementara sebagian karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern ( modern architecture ), arsitektur pasca-modern ( post-modern architecture ), arsitektur modern baru ( new modern architecture ), arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekonstruksi (deconstruction architecture). Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi ( form follows functio n) disebut arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentu yang antara lain menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern 25

21 baru dan dekonstruksi. Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah iklim tersebut. Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat. Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi ataupun High-Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi problematik iklim tropis seperti hujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendah sehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu. 26

22 Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain yang tepat. Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria 27

23 seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar. Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitektur, persoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan ( fisika bangunan ) akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropis Koenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Baker memiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur. Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim 28

24 sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan ini yang sebetulnya tidak seluruhnya benar pembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan. Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi. 29

25 Pada sumber lain menyebutkan bahwa arsitektur tropis lahir akibat budaya, yaitu kebiasaan manusia terdahulu dalam upaya merespon akibat yang ditimbulkan oleh iklim tropis dengan cara membuat bangunan yang beradaptasi dengan iklim yang ada, seperti atap miring agar air hujan tidak masuk kedalam bangunan, bangunan dengan dinding berongga agar udara luar dapat masuk dll, dan bentuk-bentuk tersebut dikatakan sebagai ciri dari bangunan tropis. Pemahaman inilah yang sampai sekarang banyak dipakai dalam merancang bangunan di iklim tropis. Pemahaman seperti ini tidaklah buruk tetapi arsitektur tropis tidak hanya untuk beradaptasi dengan alam. arsitektur tropis harus di artikan sebagai rancangan yang lebih spesifik, yang bukan hanya dapat beradaptasi dengan iklim, tanpa memberikan dampak ke dalam bangunan, tetapi dapat memecahkan problematika iklim yang ada ke dalam bangunan. (Tri Harso Karyono 2000) Definisi arsitektur tropis Arsitektur tropis adalah rancangan arsitektur yang dibuat untuk mengatasi problematika yang di timbulkan oleh iklim tropis, suatu rancangan yang dibuat untuk memodifikasi iklim luar yang berkarakter tropis basah ( yang tidak di kehendaki ) menjadi iklim dalam bangunan yang dikehendaki. ( Tri Harso Karyono, 1999 ) 30

26 Ciri-ciri Daerah tropis ( Lippsmeier 1994 ): Daerah hutan hujan di pantai dan di dataran rendah katulistiwa Landsekap hijau, tanah biasanya merah atau coklat Vegetasi lebat, dengan pohon-pohon tinggi, tanah sangat lembab, muka air tanah tinggi. Perbedaan musim kecil, bulan terpanas ( panas dan lembab sampai sampai basah ), bulan terdingin, panas sedang dan lembab sampai basah. Berawan dan berkabut sepanjang tahun, terang, bila awan sedikit, dan abuabu suram bila awan tebal, lapisan awan % Ciri-ciri iklim tropis basah : Radiasi matahari relatif tinggi kwh/må/tahun. ( Jakarta Ç 1800 kwh/må/tahun ) Curah hujan ( dan tidak merata sepanjang tahun ) Sekitar mm/tahun, jakarta Ç 2000 mm/tahun atau Ç160 mm/bulan Suhu udara relatif tinggi 23É c-33é c dengan variasi ( perbedaan ) suhu harian, bulanan dan tahunan relatif kecil 10É c. Kelembaban udara tinggi mm ( jakarta 60-95% ). Kecepatan angin relatif rendah ( jakarta 5m/s ). Kesimpulan ciri-ciri iklim tropis Kelembaban tinggi dengan temperatur yang hampir selalu tinggi, angin sedikit, karena tingginya kelembaban. 31

27 Masalah umum dan masalah bangunan pada iklim tropis basah adalah panas yang sangat tidak menyenangkan, penguapan sedikit, karena pergerakan udara lambat, perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan pada iklim tropis Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masingmasing bangunan, untuk mencegah pemanasan fasade yang lebih lebar, lebar banguna untuk mendapatkan ventilasi silang, ruang sekitar bangunan diberi peneduh, tanpa mengganggu ventilasi udara, persiapan penyaluran air hujan dari atap dan halaman, bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan perancangan di iklim tropis : a. Matahari Berpengaruh pada orientasi massa bangunan Berpengaruh pada bentuk fasade bangunan Berpengaruh terhadap pemakaian material bangunan Perletakan ruang dalam bangunan b. Temperatur dan kelembaban udara Berpengaruh pada perancangan iklim mikro c. Curah hujan Berpengaruh pada bentuk fasade bangunan Berpengaruh pada sistem utilitas bangunan 32

28 d. Gerakan angin Berpengaruh pada ventilasi silang Teknik perancangan bangunan pada iklim tropis basah : 1. Mencegah terjadinya efek rumah kaca dalam bangunan agar pendinginan ruang ( penurunan suhu dalam dalam ruang ) tidak memerlukan energi yang cukup besar, dinding-dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya sinar matahari langsung. 2. Orientasi bangunan, dinding transparan terhadap matahari untuk wilayah equator bukaan atau dinding transparan arah ke utara-selatan. 3. Meletakan ruang-ruang perolehan panas pada sisi timurbarat yang langsung berhadapan dengan jatuhnya sinar matahari sebagai ruang antara guna mencegah aliran udara panas menuju rauang utam, ruang antara ini dapat berupa tangga, gudang, toilet pantry, dan sebagainya sebagai buffer dari radiasi matahari. 4. seandainya pada sisi timur dan barat tidak dapat di hindari harus diletakan ruang-ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan pada ruang-ruang utama perlu di beri penghalang terhadap sinar matahari langsung, atau dinding dibuat rangkap di mana diantara kedua dinding 33

29 tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang-lubang ventilasi. 5. Menghindari pemanasan udara di sekitar bangunan dari radiasi matahari, seperti mencegah jatuhnya radiasi pada permukaan yang keras, contoh aspal, beton, keramik, dsb, yang merupakan material yang menyerap panas kemudian melepaskannya kembali ke udara, maka suhu udara di atas permukaan keras cendrung lebih tinggi di banding dengan di atas rumput atau peredu. Oleh karenanya di perlukan : Mengurang perkerasan pada ruang terbuka dengan material keras. Memaksimalkan penghijauan di sekitar bangunan, agar pemanasan matahari terhadap lingkungan sekitar bangunan dapat di kurangi. Menyediakan ruang-ruang terbuka di sekitar bangunan agar terjadi aliran udar / angin, sehingga di mungkinkan ventilasi silang di dalam bangunan. 6. Memaksimalkan sirkulasi udara silang dalam bangunan ( ventilasi silang ) pada bangunan yang tyidak berpengkondisian udara ( non AC ) dengan bukaan yang lebar untuk memberikan efek dingi, perlu di rancang bangunan tipis. Hal ini dimaksudkan untuk kemudahan 34

30 mendapatkan aliran udara yang baik pada setiap titik dalam bangunan. 7. Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit-langit. Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk menghindari terjadinya akumulasi panas pada ruang antara penutup atap dengan langit-langit. Untuk itu ruang ini perlu di beri bukaan, sehingga memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas yang terakumulasi ini. 8. manfaat aliran udara malam hari yang bersuhu rendah. Suhu minimum rata-rata di jakarta hüdala 23ÉC dan ini terjadi pada malam menjelang pagi hari. Untuk penghematan energi dalam bangunan, potensi ini di manfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu rendah tersebut melalui dinding ( Yang dibuat rangkap berongga ) serta lantai ( berongga dengan raised floor ). Bertujuan menurunkan suhu massa bangunan serendah mungkin mendekati atau sama dengan suhu udara minimum tersebut. Suatu ruang yang memiliki lantai langitlangit dan dinding dengan suhu rendah akan lebih mudah mencapai kenyamanan meskipun udara di luar relatif tinggi, karena sensasi suhu si tentukan juga oleh suhu 35

31 radiasi permukaan ruang ( lantai, dinding, dan langitlangit). 9. Menghindari manusia serta sarana pendukung aktifitasnya dari air hujan serta sengatan matahari agar manusia tetap dapat melakukan aktifitasnya meskipun turun hujan atau matahari beersinar terik, untuk itu perlu disediakan ruangruang yang bebas dari kucuran hujan dan sengatan matahari, seperti koridor-koridor penghubung antar bangunan/ruang yang beratap. 10. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-masung bangunan, untuk menjamin sirkulasi yang baik. ( Georg. Lippsmeier, 1997 ) 36

32 II Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis a. Asrama Paska sarjana Universitas Islam Negri Lokasi asrama paska sarjana UIN ini IR. H. Juanda ( ciputat raya ), jakarta selatan, peruntukan asrama ini hüdala untuk pengajar ( guru, dosen ) yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi s2 di UIN, letak asrama itu sendiri terletak Ç 500 m dari universitas islam negri Asrama UIN PETA Fasilitas yang tersedia di asrama paska sarjana UIN : Ruang bersama FOTO Sarana olah raga FOTO

33 Loker penyimpanan sepatu FOTO Tempat jemur FOTO Ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan asrama : Ruang kamar tidur Ruang dapur Toilet Gudang Ruang bersama Besaran kamar tidur 5m x 4 m = 20 m Dalam 1 kamar tidur berkapasitas 4 orang Kesimpulan : - kamar tidur terlalu kecil untuk kapasitas 4 orang. - terdapat ruang komunal yang sangat bermanfaat untuk bersosialisasi antar penghuni 38

34 b. Apartemen Mediterania Apartemen mediterania garden secidences terletak di jalan tanjung duren raya, jakarta barat, karena letaknya dekat dengan tempat pendidikan ( universitas UKRIDA, tri sakti, UNTAR ) maka target dari calon penghuni apartemen ini adalah para mahasiswa, dan pekerja yang melakukan aktifitas di lingkungan dekat apartemen. Jl.S. Parman GAMBAR Jl.Tanjung duren raya Data Proyek : Mediterania Garden Residences Lokasi : Tanjung duren, Jakarta barat, Indonesia Status : Selesai 2005 Site Area : m2 GrossFloor Area : m2 Tinggi bangunan : 108 m Jumlah lantai : 32 lantai Jumlah unit :

35 Fasilitas yang ada di apartemen mediterania residences : Kolam renang Lapangan tenis Lapangan basket Fitness senter & aerobik Hero super market Toko-toko retail Tempat parkir : out space dan juga di basement ( 1,2,3 ) Tersedia tempat untuk kotak surat Ruang tunggu Mushola untuk karyawan. Carwash. food court Balai warga Laundry. Jumlah unit : - Tipe 1 kamar tidur 132 unit ( 4,3 5% ) - Tipe 2 kamar tidur2106 ( 80,7% ) - Tipe 3 kamar tidur 458 unit (15% ) Kesimpulan : - Unit tipe 2 kamar di buat lebih banyak, karena calon pembeli di daerah Jakarta cendrung memilih tipe 2 kamar. - tersedia balai warga untuk sosialisasi antar penghuni 40

36 c. Survey jumlah kamar dan fasilitas pada apartemen TABEL Nama Apartemen Kintamani Simprug Indah Apartment AllSon Residence, Oasis Mitra Sarana Luas Lahan 15,100 5,200 16,078 KDB 24.13% 25% 28% KLB Developer PT Dharmala Intiland IntiMegah Santoso PT sumber Mitra Sarana Realindo Jumlah Tower Jumlah Lantai Jumlah Unit Total Gross area 59, ,072 96,161 Luas Lantai efektif 37, ,528 54,204 Gross area Jumlah Kamar 1 bedroom Jumlah Kamar 2 bedroom Jumlah Kamar 3 bedroom Jumlah Kamar 4 bedroom 4 36 penthouse Occupancy Rate 70% 60% 60% Fasilitas Parkir Medical clinic 1 1 fitness centre swimming pool parabola 1 1 playground squash jogging track 1 1 lapangan tenis cafä 1 community centre musholla toko lainnya jumlah lift kapasitas lift Nam a Apartem en Westling Kedoya Apartment Apartment Slipi brawijaya apartment Luas Lahan 22,000 8,100 7,950 KDB 20% 20% 32% KLB Developer Dharamala Intiland Multi Panen Kotrindo Laksayudha Abadi Jum la h Tower Jum la h Lantai Jum la h Unit Total Gross area 40,000 33,000 28,218 Luas Lantai efektif 36,000 Gross area Jum la h Kam ar 1 bedroom 30 Jum la h Kam ar 2 bedroom Jum la h Kam ar 3 bedroom Jum la h Kam ar 4 bedroom 10 penthouse Occupancy Rate 65% 75% 805% Fasilitas Parkir Medical clinic 1 fitness centre swim m ing pool parabola playground 1 1 squash 1 1 jogging track 1 lapangan tenis cafä com m unity centre 1 1 m usholla toko 1 1 lainnya jum lah lift kapasitas lift

37 TABEL Nama Apartemen Hollywood Residence Sudirman Apartment The Peak Apartment Luas Lahan 15,395 KDB 26% KLB 5.5 Developer Tradisi Sejahtera Surya Gading mas Sakti Agung Podomoro Jumlah Tower Jumlah Lantai Jumlah Unit Total Gross area 78,877 Luas Lantai efektif Gross area Jumlah Kamar 1 bedroom Jumlah Kamar 2 bedroom Jumlah Kamar 3 bedroom Jumlah Kamar 4 bedroom 134 penthouse Occupancy Rate Fasilitas Parkir 658 Medical clinic fitness centre swimming pool parabola playground squash 1 1 jogging track 1 1 lapangan tenis cafä 1 1 community centre musholla toko lainnya jaccuzi preschool, sauna, perpustakaan, bbq,atm jumlah lift kapasitas lift Kesimpulan : - Unit tipe 2 kamar di buat lebih banyak, karena calon pembeli di daerah Jakarta cendrung memilih unit apartemen tipe 2 kamar. d. survey luasan unit Nama Apartemen unit tie 2 kamar unit tie studio mediterania garden 53 32m teluk intan 46m 35m batavia 2.68 #VALUE! Developer PT Dharmala Intiland IntiMegah Santoso Jumlah Tower Jumlah Lantai Jumlah Unit

38 II Tinjauan Terhadap Lokasi Proyek Lokasi : Jl. Raya Kebon Jeruk, Jakarta-Barat Peruntukan : Hunian Luas Tapak : må KDB : 60 % KLB : 3 GSB : 9 m Ketinggian Maksimal : 8 Lantai PETA Batas-batas tapak : Barat : Kawasan hunian, dan Kawasan Komersial Timur : Kawasan hunian Utara : Kawasan Komersial Selatan : Kawasan komersial 43

39 Potensi lingkungan tapak : Jalan utama pada tapak di lalui kendaraan umum FOTO Pada sekitar tapak terdapat klinik FOTO Pada sekitar tapak terdapat ATM FOTO Kondisi iklim lingkungan: Temperatur Ç 27ÉC - 32ÉC Kelembaban udara Ç 76% - 80% Kecepatan angin Ç 2 4 m/detik Curah hujan Ç 1000 mm 5000 mm pertahun 44

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. TINJAUAN UMUM II.1.1. Pengertian Apartemen Beberapa definisi dari kata Apartemen sebagai berikut : Menurut buku Site Planning (1984 : 252), apartemen didefinisikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II. 1. TINJAUAN UMUM II. 1. 1. Pengertian Apartemen Tempat tinggal, (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan dari Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat ini adalah All in One Place, dimana para penghuni bangunan merasa nyaman dan tidak perlu lagi mencari hiburan diluar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. dari ruang-ruang tempat tinggal (Grolier, 1973).

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. dari ruang-ruang tempat tinggal (Grolier, 1973). BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II.1.1. Pengertian Apartemen Sebuah ruangan dalam suatu bangunan, suatu bagian dalam rumah yang terpisah dari yang lain dengan sekat; sederetan atau

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI CORE TYPE WALK UP APARTMENT CORRIDOR TYPE WALK UP APARTMENT

MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI CORE TYPE WALK UP APARTMENT CORRIDOR TYPE WALK UP APARTMENT MACAM-MACAM SISTEM KORIDOR PADA APARTEMEN SINGLE-LOADED CORRIDOR CLOSED CORRIDOR OPEN CORRIDOR DOUBLE-LOADED CORRIDOR MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI WALK UP APARTMENT CORE TYPE WALK

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. BAB I PNDAHULUAN I. 1. LATAR BLAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di BAB V KONSEP V. 1. KONSEP PENGGUNA Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di Kemanggisan Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 1. Target pasar utama adalah mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 TEMA PENGEMBANGAN DESAIN Proses merancang bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, mengurangi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA JUDUL : PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA Nama : Trika Prijayanto NPM : 20399052 Jurusan : Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ing. Dalhar Susanto 2. Agung

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Judul Proyek Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas orang di desa maupun orang yang telah lama tinggal di Jakarta. Kian hari kian berkembang,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1 Program Dasar Perencanaan Dalam perencanaannya, asrama ini merupakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik Analisa Fisik merupakan analisa terhadap penempatan bangunan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan pedoman dalam perancangan sehingga bangunan menjadi tepat sasaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar dalam suatu perguruan tinggi dibutuhkan suatu suasana dan lingkungan yng mendukung.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Persyaratan Rumah Susun. Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Persyaratan Rumah Susun. Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Persyaratan Rumah Susun Rumah Susun sering diidentikan dengan sebuah bangunan apartemen sederhana. Rumah susun merupakan salah satu cara atau jawaban penyelesaian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Kualitas Ruang V.1.1 Skema Hubungan Makro Main Entrance Apartemen Entrance Plaza Parkir Lobby Fasilitas seni & Lobby Apartemen Pusat Perbelanjaan Fasilitas Service Pengelola

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

46 Andhy Setiawan

46 Andhy Setiawan BAB V KONSEP DAN DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Condotel dan Town House ini adalah untuk memberikan hunian baru dengan system

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci